siaran pers diskusi terbatas one map ypb jkpp

2
SIARAN PERS Dapat Disiarkan Segera Keterlibatan Masyarakat Meningkatkan Efektifitas One Map One Map harus mengakomodasi kepentingan semua pihak, bukan hanya pemerintah tapi juga masyarakat Jakarta, 20 Agustus 2015 Masyarakat dan lembaga masyarakat sipil (Civil Society Organization/CSO) harus terlibat dalam pembuatan One Map agar kebijakan tersebut lebih efektif sebagai solusi konflik agraria. Selama ini konflik agraria kerap terjadi akibat adanya berbagai versi peta rujukan yang semuanya merampas dan merugikan hak masyarakat. Demikian satu topik bahasan utama dalam Diskusi Terbatas bertema Mewujudkan One Map Versi Bersama yang diselenggarakan Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP) di Jakarta, pada Kamis (20/8). Hadir sebagai pembicara dalam diskusi tersebut adalah Kepala Bidang Pemetaan dan Integrasi Tematik Darat Badan Informasi Geospasial (BIG) Agus Hikmat, Staff Pusat Pemetaan & Integrasi Tematik BIG Haryono, Kepala Divisi Advokasi JKPP Imam Hanafi, dan Direktur Pengembangan Kebijakan Samdhana Institute yang juga merupakan anggota Dewan Kehutanan Nasional Martua Sirait. Saat ini pemerintah melanjutkan kebijakan satu peta (One Map Policy) untuk menghilangkan konflik atas penguasaan lahan yang selama ini masih terjadi. Belum adanya one map telah menimbulkan masalah antara pemerintah dengan pengusaha, pemerintah dengan masyarakat, pengusaha dengan masyarakat, bahkan antar sesama instansi pemerintah. Karena itu penerapan One Map Policy menjadi hal yang krusial termasuk untuk pelaksanaan pembangunan. Imam Hanafi menegaskan, T idak ada One Map Policy tanpa integrasi peta partisipatif. Masyarakat atau komunitas mempunyai klaim atas ruang hidup dan sumber-sumber penghidupannya berdasarkan sejarah dan asal usulnya. Ia melanjutkan bahwa p eta partisipatif yang dibuat masyarakat merupakan unsur penting dalam kerangka One Map sebagai alat verifikasi bagi validitas data, penyelesaian konflik dan tumpang tindih lahan serta harmonisasi dalam pengelolaan sumber daya alam di Indonesia. Jika peta partisipatif dan keterlibatan masyarakat tidak diakomodasi, maka One Map yang dihasilkan tidak akan efektif karena terus mengabaikan masyarakat yang selama ini menjadi

Upload: hutanindonesia

Post on 09-Apr-2017

94 views

Category:

Government & Nonprofit


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Siaran pers diskusi terbatas one map ypb jkpp

SIARAN PERS Dapat Disiarkan SegeraKeterlibatan Masyarakat Meningkatkan Efektifitas One Map

One Map harus mengakomodasi kepentingan semua pihak, bukan hanya pemerintah tapi juga masyarakat

Jakarta, 20 Agustus 2015 Masyarakat dan � lembaga masyarakat sipil (Civil Society Organization/CSO) harus terlibat dalam pembuatan One Map agar kebijakan tersebut lebih efektif sebagai solusi konflik agraria. Selama ini konflik agraria kerap terjadi akibat adanya berbagai versi peta rujukan yang semuanya merampas dan merugikan hak masyarakat.

Demikian satu topik bahasan utama dalam Diskusi Terbatas bertema �Mewujudkan One Map Versi Bersama yang diselenggarakan Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP) di� Jakarta, pada Kamis (20/8).

Hadir sebagai pembicara dalam diskusi tersebut adalah Kepala Bidang Pemetaan dan Integrasi Tematik Darat Badan Informasi Geospasial (BIG) Agus Hikmat, Staff Pusat Pemetaan & Integrasi Tematik BIG Haryono, Kepala Divisi Advokasi JKPP Imam Hanafi, dan Direktur Pengembangan Kebijakan Samdhana Institute yang juga merupakan anggota Dewan Kehutanan Nasional Martua Sirait.

Saat ini pemerintah melanjutkan kebijakan satu peta (One Map Policy) untuk menghilangkan konflik atas penguasaan lahan yang selama ini masih terjadi. Belum adanya one map telah menimbulkan masalah antara pemerintah dengan pengusaha, pemerintah dengan masyarakat, pengusaha dengan masyarakat, bahkan antar sesama instansi pemerintah. Karena itu penerapan One Map Policy menjadi hal yang krusial termasuk untuk pelaksanaan pembangunan.

Imam Hanafi menegaskan, T� idak ada One Map Policy tanpa integrasi peta partisipatif. Masyarakat atau komunitas mempunyai klaim atas ruang hidup dan sumber-sumber penghidupannya berdasarkan sejarah dan asal usulnya. �

Ia melanjutkan bahwa peta partisipatif yang dibuat masyarakat merupakan unsur penting dalam kerangka One Map sebagai alat verifikasi bagi validitas data, penyelesaian konflik dan tumpang tindih lahan serta harmonisasi dalam pengelolaan sumber daya alam di Indonesia.

Jika peta partisipatif dan keterlibatan masyarakat tidak diakomodasi, maka One Map  yang dihasilkan tidak akan efektif karena terus mengabaikan masyarakat yang selama ini menjadi

korban konflik agraria. Kenyataannya, sampai saat ini, belum ada kementerian dan lembaga yang bertanggung jawab untuk membuat peta seperti peta partisipatif ini.

Martua mengatakan kebijakan beberapa dekade ini menunjukkan pengakuan kembali keberadaan rakyat atas sumber daya alamnya. Sudah saatnya One Map sebagai sistem database  nasional dirancang lebih maju dari kondisi kebijakan saat ini untuk menyongsong dinamika kebijakan masa depan, One Map Bersama antara  Pemerintah dan Masyarakat Sipil haruslah menjadi acuan.

Agus menyampaikan bahwa BIG memiliki peran membangun informasi geospasial yang dapat dipertanggungjawabkan dan mudah diakses. Untuk itu BIG mengakomodasi kepentingan berbagai pihak dengan membentuk kelompok-kelompok kerja. Masukan dari

Page 2: Siaran pers diskusi terbatas one map ypb jkpp

masyarakat bisa diakomodasi BIG dengan usulan pembentukan kelompok kerja.

One Map Policy dibuat karena Informasi Geospasial Tematik (IGT) yang dibangun selama ini tidak merujuk pada satu sumber rujukan peta dasar (peta rupabumi), sehingga menimbulkan kesimpangsiuran dan tumpang tindih lahan yang berpotensi memicu konflik sosial.

Di Indonesia konflik agraria telah terjadi selama bertahun-tahun yang menimbulkan korban dan mencakup wilayah cukup luas. Misalnya, pada 2014 terjadi 472 konflik agraria yang meliputi total wilayah seluas 2.860.977 hektar.

--- S e l e s a i ---

Kontak MediaYayasan Perspektif BaruStephanie RatihHP: 0815 1009 1060 E-mail: [email protected]