shp
TRANSCRIPT
- 1 -
EFEK EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii) TERHADAP KADAR SOD DAN
MDA JARINGAN PANKREAS TIKUS (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN
Bagoes Ario Bimo*, Zainul Fadli**, Erna Sulistyowati**
*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Malang
**Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Malang
ABSTRAK
Pendahuluan: Aloksan adalah suatu substrat yang secara struktural merupakan derivat pirimidin sederhana.
Komponen dari aloksan dapat merusak sel-sel pada pankreas dan menimbulkan keadaan stres oksidatif yang
mengakibatkan antioksidan dalam sel pankreas menurun pada tikus. Ekstrak kayu manis (Cinnamomum
burmanii) dinyatakan memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan kadar SOD dan penurunan kadar
MDA jaringan pankreas tikus wistar yang diinduksi aloksan.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode simple random sampling. 25 Tikus Wistar putih jantan dengan
berat badan antara 180-250 gr dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol negatif
diberikan diet normal tanpa perlakuan induksi aloksan dan pemberian eksrak kayu manis. Kelompok 2
sebagai kelompok kontrol positif diberikan induksi aloksan. Kelompok 3-5 diberikan induksi aloksan dengan
dosis 150 mg/kg BB dan diberikan ekstrak kayu manis dengan dosis 25, 50, 100% yaitu sebanyak 0.5, 1, 2
ml/tikus/hari selama 14 hari terus menerus. Kadar SOD dan MDA di amati menggunakan spektrofotometer.
Analisa pada penelitian ini menggunakan ANOVA dan tes post hoc dengan p<0.05.
Hasil: Ketiga dosis dari penelitian ini yaitu 0.5, 1, 2 ml/tikus/hari memiliki efek yang sama. Ekstrak kayu
manis (Cinnamomum burmanii) terbukti dapat meningkatkan kadar SOD pada kelompok 3-5 dibandingkan
kelompok 2 dengan p=0,044, p=0,043, p=0,024 dan dapat menurunkan kadar MDA pada kelompok 3-5
dibandingkan kelompok 2 dengan p=0,003, p=0,007, dan p=0,010.
Kesimpulan: Ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) dapat berpegaruh terhadap peningkatan kadar
SOD dan penurunan kadar MDA yang diinduksi aloksan.
Kata Kunci: Ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii), aloksan, SOD dan MDA jaringan pankreas.
PENDAHULUAN
Aloksan adalah suatu substrat yang secara
struktural merupakan derivat pirimidin sederhana
(Nugroho dkk. 2004). Aloksan merupakan bahan
kimia yang digunakan untuk menginduksi diabetes
pada binatang percobaan (Watkins et al. 2008).
Pemberian aloksan adalah cara yang cepat untuk
menghasilkan kondisi diabetik eksperimental
(hiperglikemik) pada binatang percobaan (Anindhita,
2009). Komponen dari aloksan dapat merusak sel-sel
pada pankreas dan mengakibatkan diabetes pada tikus
(Schwarcz, 2003). Aloksan dapat menyebabkan
Diabetes Melitus tergantung insulin pada binatang
tersebut (diabetes induksi aloksan) dengan
karakteristik mirip Diabetes Melitus tipe 1 pada
manusia (Anindhita, 2009).
Hiperglikemia dapat menyebabkan
kerusakan sel melalui jalur autooksidasi glukosa,
glikasi protein, serta aktivasi jalur metabolisme poliol
yang akan mempercepat pembentukan senyawa
oksigen reaktif. Hal itu merupakan awal kerusakan
oksidatif yang dikenal sebagai kondisi stress
oksidatif.(Nuttal SL,1999). Stress oksidatif memiliki
dampak negatif yaitu mengakibatkan peroksidasi
lipid pada membrane sel dengan hasil pembentukan
Malondialdehide (MDA). Pada kondisi tersebut
antioksidan gagal mempertahankan sistem
perlindungan tubuh melalui efek penghambat
pembentukkan radikal bebas. (Kaleem, 2006). Salah
satu antioksidan yang berperan sebagai sistem
perlindungan tubuh yaitu superoksida dismutase
(SOD) (Nayak 2001). Pada penelitian sebelumnya
didapatkan hasil yaitu terjadinya penurunan kadar
SOD dan peningkatan kadar MDA pada saat kondisi
hiperglikemia (El-Sayed et al. 2009).
Antioksidan diperlukan Untuk meredam
kerusakan oksidatif pada jaringan pankreas
(Setiawan, 2005). Kayu manis (Cinnamomum
burmannii) adalah salah satu tanaman yang memiliki
beberapa efek farmakologi. Beberapa peneliti
menyatakan bahwa komponen aktif yang terdapat
pada kulit kayu manis dapat berfungsi sebagai
- 2 -
antioksidan dalam melawan bahaya radikal bebas
dalam membran sel (Jayaprakash , 2003).
Pada kulit kayu manis menghasilkan minyak atsiri
yang berfungsi sebagai antioksidan (El-Baroty, 2010).
Polyphenol pada Kulit kayu manis mengandung
rutin, quercetin, kaempferol, isorhamnetin and
catechin (Nachom et al. 2010). Kandungan-
kandungan tersebut merupakan flavonoid yang paling
penting (Panickar et al. 2009). Oleh karena itu,
peneliti ingin mengetahui efek penggunaan
Cinnamomum burmannii terhadap salah satu
komplikasi dari hiperglikemia, yaitu adanya peurunan
kadar SOD dan peningkatan MDA pankreas.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan dengan metode
Eksperimental laboratorium, menggunakan desain
true eksperimental dengan kontrol (post test only
Control Group Design). Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui manfaat dari pemberian ekstrak
Cinnamomum burmannii terhadap kadar SOD dan
MDA jaringan pankreas pada hewan coba tikus putih
(rattus norvegicus) jantan hiperglikemia yang telah
diinduksi aloksan.
Prosedur Kerja
Pengelompokan Hewan Coba
Tikus akan diadaptasikan didalam kandang
selama 14 hari, dan diberikan makan dan minum
sesuai standar. Kemudian dibagi menjadi 5
kelompok, yaitu:
1. Kelompok 1 (kontrol negatif) : Hewan coba
diberikan diet normal tanpa perlakuan
induksi aloksan dan pemberian ekstrak kayu
manis
2. Kelompok 2 (kontrol positif) : Hewan coba
di induksi aloksan
3. Kelompok 3: Hewan coba di induksi aloksan
+ ekstrak kayu manis 0,5 ml
4. Kelompok 4: Hewan coba di induksi aloksan
+ ekstrak kayu manis 1 ml
5. Kelompok 5 : Hewan coba di induksi
aloksan + ekstrak kayu manis 2 ml
Pemeliharaan Hewan Coba
Seluruh hewan coba dipelihara dalam kandang
Laboratorium Biomolekuler Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya. Masing – masing kandang
berisi 5 ekor tikus. Pembersihan kandang dan
penggantian sekam dilakukan setiap satu hari sekali
untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder dari
urine tikus yang mengandung glukosa.
Proses Ekstraksi Kayu Manis
Kayu manis (Cinnamomum burmannii) yang
telah dikeringkan kemudian dihaluskan hingga
menjadi serbuk kayu manis. Sebanyak 10 gram
serbuk kayu manis dilarutkan dalam 100 ml air.
Kemudian disimpan dalam waterbath pada suhu 60ºC
selama 2 jam. Larutan yang didapat disaring dengan
kertas saring. Ekstrak yang didapatkan kemudian
didilusi dengan air dengan perbandingan 1:10.
Perlakuan
Tikus dipuasakan selama 16-18 jam, namun
diberi minum secara bebas. Kemudian diinjeksi
dengan aloksan 150 mg/kgBB yang dilarutkan dalam
Normal Saline 0,9 %, secara intraperitoneal. Setelah 6
jam induksi aloksan, dilakukan injeksi glukosa 10 %
sebanyak 4 cc secara intraperitoneal. Air minum
diganti dengan larutan glukosa 5 % pada tempat
minum tikus selam 24 jam pasca induksi aloksan.
Setelah 72 jam induksi aloksan, glukosa darah diukur
dengan glukometer. Kriteria inklusi adalah tikus
dengan glukosa darah > 180 mg/dl. Ekstrak kayu
manis diberikan secara oral (sonde) setelah 72 jam
pasca induksi aloksan (hari ke-4) sampai hari ke-18.
Pembedahan
Sebelum dibedah tikus terlebih dahulu dibius
denga eter. Pertama, gunakan handscoon dan siapkan
alat-alat pembedahan. Masukkan tikus kedalam
toples besar yang tealh diisi denga kapas eter
hingga keadaan tikus lemas. Letakkan tikus di
parafin. Selanjutnya bedah bagian dada hingga ke
perut tikus menggunakan alat bedah minor. Ambil
organ pankreas kemudian bungkus dengan kertas
alumunium foil.
Pemeriksaan SOD dan MDA Hepar
Pankreas yang telah dibungkus kemudian
dipotong dengan menggunakan mikrotom.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kadar SOD dan
MDA jaringan pankreas dengan diamati
menggunakan spektrofotometer.
Teknik Analisa Data
Sebelum dilakukan analisa data, terlebih dahulu
dilakukan pengolahan data melalui editing, coding,
entry data dan tabulating. Setelah data selesai
diperoleh, data diolah dengan mengggunakan metode
uji One Way Anova untuk menguji hipotesis yang
ada. Selanjutnya dilakukan pengujian dengan
menggunakan Post Hoc Test untuk menguji pengaruh
antar kelompok. Hasil dikatakan bermakna bila
p<0,05. Uji statistik tersebut dilakukan dengan
program SPSS secara komputerisasi.
- 3 -
HASIL PENELITIAN
Penelitian Efek Ekstrak Kayu Manis
(Cinnamomum burmannii) Terhadap Kadar Sod
Dan Mda Jaringan Pankreas Tikus (Rattus
norvegicus) Yang Diinduksi Aloksan.
Karakteristik Populasi Penelitian ini menggunakan hewan coba
tikus wistar jantan dengan berat badan antara 180-250
gram. Hewan coba dibagi dalam 5 kelompok, dimana
masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus.
Kemudian hewan coba ini diadaptasikan selama 7
hari dan setelah itu diberikan perlakuan masing-
masing berdasarkan kelompoknya. Keterangan lebih
lanjut mengenai karakteristik populasi dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Populasi
Efek Induksi Aloksan Terhadap Kadar Glukosa
Darah Tikus
Gambar 1. menunjukkan kadar glukosa darah
kelompok 2 meningkat 5 kali yaitu sebesar 551.2
mg/dl pada hari ke-4 dan 4 kali yaitu sebesar 431.4
mg/dl pada hari ke-18 dibandingkan dengan kontrol
normal (p<0,05).
Gambar 1. Grafik Kadar Glukosa Darah Tikus Dengan
Perlakuan Induksi Aloksan (mg/dL)
Pengaruh Aloksan Terhadap Kadar SOD
Jaringan Pankreas Tikus
Kadar SOD jaringan pankreas pada
kelompok 1 dibandingkan dengan kelompok 2 dapat
dilihat seperti pada Tabel 2 dan Gambar 2
Tabel 2. Tabel Rerata Kadar SOD Jaringan Pankreas Tikus
dengan Perlakuan Induksi Aloksan (µg/mL)
Keterangan :
# p < 0.05 Berbeda signifikan dengan kelompok 2 (LSD Post Hoc
Test)
* p < 0.05 Berbeda signifikan dengan kelompok 1 (LSD Post Hoc Test)
Gambar 2. Histogram Kadar SOD Jaringan Pankreas yang
Diinduksi Aloksan
Tabel 5.3 dan Gambar 5.3 menunjukkan
kadar SOD menurun kira-kira 30% pada kelompok 2
dibandingkan dengan kelompok 1 dengan p=0,00
(p<0,05).
Efek Induksi Aloksan Terhadap Kadar MDA
Jaringan Pankreas Tikus.
Kadar MDA pada kelompok 1 dibandingkan
dengan kelompok 2 ditunjukkan dalam tabel 3 dan
gambar 3.
Tabel 3. Tabel Rerata Kadar MDA Jaringan Pankreas Tikus
dengan Perlakuan Induksi Aloksan (µg/mL)
Keterangan :
# p < 0.05 Berbeda signifikan dengan kelompok 2 (LSD Post Hoc
Test) * p < 0.05 Berbeda signifikan dengan kelompok 1 (LSD Post Hoc
Test)
- 4 -
Gambar 3. Histogram Kadar MDA Jaringan Pankreas Yang
Diinduksi Aloksan
Tabel 3 dan Gambar 3 menunjukkan kadar
MDA pada kelompok 2 meningkat hampir 2 kali lipat
dibandingkan dengan kelompok 1 dengan p=0,003
(p<0,05).
Efek Ekstrak Cinnamomum burmanii Terhadap
Kadar SOD Jaringan Pankreas Tikus Yang
Diinduksi Aloksan
Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar SOD
jaringan pankreas tikus yang diinduksi aloksan
kemudian disuplementasi ekstrak Cinnamomum
burmanii selama 14 hari, diperoleh data seperti pada
tabel 4 dan gambar 4. Tabel 4. Rerata Kadar SOD Jaringan Pankreas Tikus yang
diinduksi Aloksan dan disuplementasi Ekstrak Cinnamomum
burmanii (µg/mL)
Keterangan :
# p < 0.05 Berbeda signifikan dengan kelompok 2
(LSD Post Hoc Test)
* p < 0.05 Berbeda signifikan dengan kelompok 1
(LSD Post Hoc Test)
Gambar 4. Histogram Rerata kadar SOD Jaringan Pankreas
Tikus yang diinduksi aloksan kemudian diberi suplementasi
C.burmanii
Suplementasi ekstrak Cinnamomum
burmanii secara signifikan mampu meningkatkan
kadar SOD pada kelompok 3-5 dibandingkan dengan
kelompok 2 dengan p=0,044, p=0,043, p=0,024.
Pengaruh Ekstrak Cinnamomum burmanii
Terhadap Kadar MDA Jaringan Pankreas Tikus
Yang Diinduksi Aloksan Kadar MDA jaringan pankreas tikus yang
diinduksi aloksan kemudian diberi ekstrak
Cinnamomum burmanii selama 14 hari dapat dilihat
pada tabel 5 dan grafik 5.
Tabel 5. Rerata Kadar MDA Jaringan Pankreas Tikus yang
diinduksi Aloksan dan disuplementasi Ekstrak Cinnamomum
burmanii (µg/mL)
Keterangan :
# p < 0.05 Berbeda signifikan dengan kelompok 2 (LSD Post Hoc Test)
* p < 0.05 Berbeda signifikan dengan kelompok 1 (LSD Post Hoc
Test)
Gambar 5. Histogram Rerata kadar MDA Jaringan Pankreas
Tikus yang diinduksi aloksan kemudian diberi suplementasi
C.burmanii
Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 5 tersebut
diatas suplementasi ekstrak Cinnamomum burmanii
secara signifikan mampu menurunkan kadar MDA
jaringan pankreas tikus sekitar 50% pada kelompok
3-5 dibandingkan dengan kelompok 2 dengan
p=0,003, p=0,007, dan p=0,010. Hal tersebut
menandakan suplementasi ekstrak C.burmannii pada
ketiga dosis tersebut memiliki efek yang sama dalam
menurunkan kadar MDA.
PEMBAHASAN
Karakteristik Populasi
Hewan coba yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tikus putih Rattus novergicus
strain wistar, berjenis kelamin jantan berusia 2,5-3
bulan dan berat badan 180-250 gram dalam kondisi
sehat yang ditandai dengan gerakan yang aktif.
Penggunaan tikus jenis ini, dengan pertimbangan
- 5 -
mudah diperoleh, mudah dibiakkan, tahan terhadap
kondisi laboratorium dan berbagai perlakuan serta
mempunyai sensitifitas tinggi terhadap obat (Ghosh,
1971). Selain itu, tikus wistar mempunyai
kemampuan metabolik relatif cepat sehingga lebih
sensitif bila digunakan dalam penelitian yang
berhubungan dengan metabolik tubuh (Djunaidi,
2010).
Pada penelitian ini dilakukan induksi
aloksan dosis tunggal 150 mg/KgBB intraperitonial.
Kadar glukosa darah meningkat setelah 72 jam pasca
induksi aloksan. Hal ini berdasarkan dengan
penelitian sebelumnya aloksan diinduksikan pada
tikus dengan dosis tunggal 150 mg/KgBB secara
intraperitoneal yang mengakibatikan hiperglikemia
pada tikus (Diniz et al, 2008). Hiperglikemia terjadi
akibat aloksan yang merusak sel β pankreas (Chair,
2008).
Pada penelitian ini, setelah tikus dibedah
segera jaringan pankreas diangkat dan disimpan di
tempat yang dingin serta telah dipisahkan dari
jaringan adiposa (El-Sayed et al., 2009). Sebelum
pengambilan jaringan pankreas, tikus dipuasakan
selama 12 jam dan hanya diberikan air (Djunaidi,
2010). Untuk memudahkan dalam pengambilan
sampel, dilakukan anestesi menggunakan cloroform
pada hewan coba.
Suplementasi Ekstrak Cinnamommum burmannii
Pemilihan dosis pada penelitian didasarkan
pada penelitian yang dilakukan oleh Kannapan et al.,
pada tahun 2006. Dosis ekstrak kayu manis
(C.zeylanicum) yang digunakan pada penelitian
tersebut adalah 2 ml dan 0,2 ml selama 60 hari dan
dosis yang memiliki efek paling efektif adalah 2 ml.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan dosis 0,5
ml, 1 ml, dan 2 ml dengan tujuan mengetahui apakah
ekstrak C.burmannii memiliki efek yang efektif
dalam rentang dosis tersebut. Lama suplementasi
adalah 14 hari, hal ini dilakukan karena peneliti ingin
mengetahui efek ekstrak C.burmannii pada kondisi
paparan akut. Sedangkan ekstrak kasar dipilih untuk
mengetahui efek farmakologi komponen bioaktif
kompleks yang terkandung di dalam C.burmannii dan
ekstrak kasar C.burmanii paling banyak digunakan
oleh masyarakat.
air atau aquades digunakan sebagai pelarut
dalam proses ekstraksi pada penelitian ini. Hal ini
dikarenakan ekstrak kayu manis yang memiliki efek
toksisitas yang rendah bila dilarutkan dengan air
dibanding ekstrak kayu manis yang dilarutkan dengan
pelarut lain (Andersona et al., 2004). Kayu manis
yang dilarutkan dalam petroleum eter dan ekstrak
kloroform memiliki efek sitotoksisitas yang tinggi
karena didalamnya terkandung essential oil berupa
trans cinnamaldehyde (Sharififar et al., 2009). Selain
itu, dengan pelarut air seluruh komponen bioaktif
yaitu polifenol yang terkandung dalam C.burmannii
diharapkan mampu larut dalam air selama proses
ekstraksi, seperti isoharmentin, kaempferol,
quercetin, rutin, cinnamate, terutama komponen yang
memiliki insulin like activity, yakni doubly linked
procyanidin type A polymers yang merupakan bagian
dari catechin. Komponen essential oil seperti trans
cinnamaldehyde, terpenes, aldehydes, dan eugenol
muncul dalam level yang rendah atau sama sekali
tidak ada dalam ekstrak C.burmannii yang dilarutkan
dengan air, sehingga tidak bersifat toksik bagi tubuh
(Andersona et al., 2004; Al-Numair et al., 2007).
Efek Induksi Aloksan Terhadap Kadar SOD
Induksi aloksan secara intraperitoneal
dengan dosis 150 mg/BB dosis tunggal mampu
menurunkan kadar SOD jaringan pankreas tikus pada
kelompok kontrol aloksan. Hal ini disebabkan
tingginya kadar Reaktif Oksigen Spesies (ROS) yang
harus diredam oleh SOD (Lenzen, 2007).
Peningkatan kadar ROS akibat induksi
aloksan disebabkan karena terjadinya reaksi redoks
didalam sel beta pankreas. Terbentuknya senyawa-
senyawa radikal ROS yang merusak sel beta pankreas
sehingga akan menurunkan produksi insulin dan
menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah
(hiperglikemia). Hiperglikemia dapat meningkatkan
radikal bebas melalui tiga mekanisme yaitu
autooksiasi glukosa, glikasi enzimatik, dan jalur
poliol sorbitol (Setiawan dkk, 2005). Terjadinya
peningkatan kadar ROS didalam jaringan pankreas
tersebut mengakibatkan pertahanan antioksidan
enzimatik didalam sel akan menurun. Salah satu
antioksidan enzimatik tersebut adalah SOD yang
mengalami penurunan kadar akibat digunakan untuk
meredam efek ROS yang meningkat jumlahnya
dalam darah (Lenzen, 2007).
Efek Induksi Aloksan Terhadap Kadar MDA
Induksi aloksan dengan dosis 150 mg/KgBB
dosis tunggal secara intraperitonial meningkatkan
kadar MDA tikus sebesar 2 kalinya pada kelompok
kontrol aloksan secara signifikan apabila
dibandingkan dengan kontrol normal. Hal ini
disebabkan, induksi aloksan secara intraperitonial
akan menyebabkan defisiensi insulin (Diniz et al,
2008) akibat dari rusaknya sel beta pankreas. Induksi
aloksan dosis tunggal dapat menimbulkan kondisi
hiperglikemia akibat kurangnya produksi insulin. Hal
ini bisa dilihat adanya peningkatan kadar glukosa
darah tikus setelah diinduksi aloksan. Kondisi ini
disebabkan aloksan menghambat glukokinase
sehingga menghambat sekresi insulin. Selain itu di
dalam pankreas, aloksan akan membentuk radikal
bebas yang menyebabkan destruksi spesifik pada sel
β pankreas sehingga terjadi penurunan produksi
insulin (Lenzen, 2007).
- 6 -
Penurunan produksi insulin akibat
kerusakan sel beta pancreas karena induksi aloksan
menyebabkan terjadinya kondisi hiperglikemia,
dimana kondisi tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya kematian sel. Peningkatan glukosa
ekstraseluler mengakibatkan terjadi reaksi glikasi
(reaksi non enzimatik antara glukosa dengan protein)
dan membentuk basa schiff, kemudian menjadi
produk amadori dan akhirnya membentuk protein
yang sangat toksik, disebut advanced glycation end
product (AGEs). Adanya proses autooksidasi pada
hiperglikemi dan reaksi glikasi ini memicu
pembentukan radikal bebas khususnya radikal
superoksida (O2-), dan oksidan hidrogen peroksida
(H2O2) melalui reaksi Haber-Weis dan Fenton akan
membentuk radikal hidroksil (OH-). Radikal bebas
dapat merusak membran sel, dan mengubah lipid
menjadi lipid peroksida atau MDA (Yasa et al.,
2007).
Efek Suplementasi Ekstrak Cinnamommum
burmannii Terhadap Kadar SOD
Pada kelompok yang disuplementasi ekstrak
C.burmanii dosis 0,5 ml, 1 ml dan 2 ml menunjukkan
peningkatan kadar SOD yang bermakna bila
dibandingkan dengan kontrol aloksan. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak C.burmanii
dengan dosis-dosis tersebut mampu meningkatkan
kadar SOD jaringan pankreas pada tikus
hiperglikemia
Senyawa polifenol dalam C.burmanii diduga
mampu menghambat terbentuknya ROS di sel β
pankreas dan ROS yang dihasilkan pada kondisi
hiperglikemia. Peningkatan radikal bebas akibat
proses autooksidasi dan glikasi protein pada kondisi
hiperglikrmia menyebabkan penurunan kadar SOD,
sehingga dengan dihambatnya pembentukan radikal
bebas oleh senyawa polifenol dalam C. burmanii
dapat meningkatkan kadar SOD (Sriram, 2011).
Senyawa polifenol memiliki kemampuan sebagai
scavenger radikal bebas. Polifenol mampu bertindak
sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan
elektron atau atom H+ dari Hydroxil ke radikal bebas
sehingga reaksi oksidasi berantai pembentukan
radikal bebas akan berhenti (Mudgal et al, 2010).
Kemampuan senyawa polifenol yang terkandung di
dalam C.burmannii tersebut dapat meningkatkan
kadar antioksidan enzimatik SOD dengan cara
menghambat pembentukan radikal bebas.
. Dari hasil penelitian ini, tidak didapatkan
perbedaan yang signifikan antar dosis perlakuan
ekstrak C.burmanii dalam meningkatkan kadar SOD
jaringan pankreas tikus. Pemberian dosis minimal 0,5
ml ekstrak C.burmannii cukup efektif meningkatkan
kadar SOD jaringan pankreas tikus hiperglikemia.
Efek Suplementasi Ekstrak Cinnamommum
burmannii Terhadap Kadar MDA
Pada kelompok perlakuan yang
disuplementasi ekstrak C.burmanii dosis 0,5 ml, 1 ml
dan 2 ml menunjukkan penurunan kadar MDA yang
signifikan bila dibandingkan dengan kontrol aloksan.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
C.burmanii dengan dosis tersebut mampu
menurunkan kadar MDA jaringan pankreas pada
tikus hiperglikemia.
Senyawa polifenol dalam C. burmanii
merupakan antioksidan yang akan menghambat
proses inisiasi, dan propagasi pada proses oksidasi
pembentukan radikal bebas. Polifenol mampu
menghambat reaksi oksidasi melalui mekanisme
penangkapan radikal (radical scavenging) dengan
cara menyumbangkan satu elektron pada elektron
yang tidak berpasangan dalam radikal bebas sehingga
jumlah radikal bebas menjadi berkurang karena
terjadi hambatan produksi lipid peroxly. Dengan
mekanisme tersebut, kandungan polifenol C.
burmanii mampu menurunkan kadar MDA yang
tadinya meningkat akibat radikal bebas yang
terbentuk pada kondisi hiperglikemia (Sriram et al,
2011).
Selain itu pada penelitian in vitro,
kandungan polifenol dalam cinnamomum juga dapat
meregulasi glukoneogenesis dan glikogenolisis
(Sriram dan Subramanian, 2011).
Phosphoenolpyruvate carboxykinase (PEPCK) adalah
enzim kunci pada proses glukoneogenesis. Senyawa
kimia polifenol mampu menghambat ekspresi gen
PEPCK, sehingga menghambat terjadinya
glukoneogenesis pada hepar (Dmitry et al, 2007),
sehingga dengan kemampuan tesebut
glukoneogenesis tidak akan terbentuk, dengan
keadaan seperti itu peningkatan kadar ROS yang
terbentuk akibat kondisi hiperglikemia dapat
dihambat, sehingga di dalam penelitian ini didapatkan
penurunan salah satu petanda stress oksidatif akibat
terjadinya hiperglikemia yaitu MDA.
Dalam penelitian ini, tidak ditemukan
perbedaan yang signifikan antara pemberian ektrak C.
burmanii dosis 0,5 ml, 1 ml, dan 2 ml terhadap kadar
MDA. Pemberian ekstrak C.burmanii dosis 0,5 ml
secara efektif mampu menurunkan kadar MDA
jaringan pankreas tikus.
KESIMPULAN
1. Induksi aloksan mampu menurunkan kadar SOD
dan meningkatkan kadar MDA jaringan pankreas
tikus.
2. Suplementasi ekstrak C.burmannii mampu
meningkatkan kadar SOD dan menurunkan kadar
MDA jaringan pankreas pada tikus hiperglikemia
yang diinduksi aloksan.
- 7 -
3. Suplementasi ekstrak C.burmannii dosis 0,5 ml, 1
ml dan 2 ml memiliki kemampuan yang sama
dalam meningkatkan kadar SOD dan menurunkan
kadar MDA jaringan pankreas pada tikus
hiperglikemia yang diinduksi aloksan.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, guna pengembangan lebih lanjut, maka
peneliti menyarankan :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
kandungan dan jumlah kadar bahan aktif yang
terkandung dalam C.burmannii.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek
polifenol yang terdapat pada C.burmannii
terhadap kadar SOD dam MDA jaringan pankreas
pada tikus hiperglikemia.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
berbagai variasi dosis yang berbeda untuk
mengetahui efektifitas ekstrak C.burmannii
terhadap kadar SOD dan MDA jaringan pankreas
tikus hiperglikemia.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada hewan
coba yang diberi perlakuan induksi aloksan
dengan metode berbeda seperti pada kondisi
kronik atau hiperglikemi kronik (>14 hari) sebagai
model perlakuan untuk mengetahui efek ekstrak
Cinnamomum burmanni pada paparan kronis.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Numair, K.S., Ahmed, S.B., Ahmad, D., Al-Assaf,
A.H. 2007. Nutritive value, levels of polyphenols
and anti-nutritional factors in sri lankan
cinnamon (Cinnamomum zeyalnicum) and
chinese cinnamon (Cinnamomum cassia),
Research Bulletin 154 : 5-21
Andersona, R.A., Broadhurst, C.L., Polansky, M.M.,
Schmidt, W.F., Khan, A., Schoene, N.W.,
Graves, D.J. 2004. Isolation and
characterization of polyphenol type-A polymers
from cinnamon with insulin-like biological
activities, Journal of Agricultural and Food
Chemistry 52 (1) : 65-70
Diniz S.F, F.P.L.G. Amorim, F.F. Cavalcante-Neto,
A.L. Bocca, A.C. Batista, G.E.P.M. Simm and
T.A. Silva. 2008. Alloxan Induced Diabetes
Delays Repair in Rat Model of Closed Tibial
Fracture. Brazilian Journal of Medical and
Biological Research 41: 373-379.
Djunaidi Faisal Randi. 2010. Efek Suplementasi
Virgin Coconut Oil (VCO) Terhadap Kadar
Low Density Lipoprotein (LDL) dan High
Density Lipoprotein (HDL) Kolesterol Tikus
Putih (Rattus novergicus) Jantan dengan Diet
Aterogenik Sub. Akut. Skripsi, PPD UNISMA
Malang. hal: 60
El-Baroty G. S., El-Baky H. H. Abd, Farag R. S. and
Saleh M. A. 2010. Characterization of
antioxidant and antimicrobial compounds
of cinnamon and ginger essential oils.
Department of Biochemistry, Faculty of
Agriculture, Cairo University, Cairo, Egypt.
El-Sayed M., Abo-Salem O.M., Aly H.A. and
Mansour AM. 2009. Potential Antidiabetic
And Hypolipidemic Effects Of Propolis
Extract In Streptozotocin-Induced Diabetic
Rats. Faculty of Pharmacy Al-Azhar
University, Nasr-City, Cairo.
Endang. 2005. Laporan Penentuan Kadar MDA
.http://www.scribd.com/doc/11495362/Laporan-
Penentuan-Kadar-MDA (12 Juni 2011)
Guyton AC And JE Hall. 2002. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Alih Bahasa : Irawati Setiawan.
Edisi Kesembilan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC; Jakarta. 1103-1109
Halliwell B, Aruoma OI. 1991. DNA damage by
oxygen-derived species. Its mechanism and
measurement in mammalian systems. FEBS
Letter 281:9-19.
Halliwell B, Aruoma OI. 1997. Free radicals and
antioxidants: the need for in vivo markers
of oxidative strees. Di dalam: Aruoma OI,
Cuppett SL, editor. Antioxidant
Methodology in vivo and in vitro Concepts.
Illinois: AOCS Press. hlm. 1-22.
Halliwel, Barry dan John M.C Guttiredge. 1999. Free
Radical In Biology and Medicine. New
York: Oxford University Press.
Hall C. 2001. Sources of natural antioxidants:
oilseeds, nuts, cereals, legumes, animal
products and microbial sources. Di dalam:
Pokorny J, Yanishlieva N, Gordon M, editor.
Antioxidants in food. Cambridge England:
Woodhead Publishing Limited. hlm. 159-
209.
Halliwell B, Gutteridge JMC. 2001. Free radicals in
biology and medicine. London: Oxford
University Press.
Hattori, S., K. Yosioka, M. Honda Ito and Japanese
Society for Pediatric Nephrology. 2002. The
1998 report of Japanese national registry data
- 8 -
on pediatric end stage renal disease patients.
Pediatr. Nephrol., 17:456-461
Jadhav, G. B; Upasani, C. D; Patil, R. A. 2008. The
Aim of This Review, a Summary of The
Intake, Absorption, Conjugation, Toxicity,
and Putative Biological Action of
Flavonoids, was to Obtain a Further.
Kaleem, M., Asif, M., Ahmed, Q.U., Bano, B., 2006.
Antidiabetic and antioxidant activity of
Annona squamosa extract in streptozotocin-
induced diabetic rats. Singapore Medical
Journal 47, 670–675.
Kumar V., Cotran R.S., Robbins S.L. 2007. Buku
Ajar Patologi Robbins Volume 1. Penerbit buku
kedokteran EGc. Jakarta.
Moussa, S.A. 2008. Oxidative Stress In Diabetes
Mellitus. Department of Biochemistry Cairo.
Egypt.
Nachom, S., Chaiwanichsiri. S, Chinprahast N., and
Kongpensook V. Effect Of Extraction Time On
Antioxidant Capacities Of Cinnamon
(Cinnamomum zeylanicum.) Chulalongkorn
University: Bangkok
Nayak DU. 2001. Antioxidant vitamin and
enzymatic and synthetic oxygen-derived free
radical scevengers in the prevention and
treatment of cardiovascular disease. Heart
Disease-Pubmed 3(1):28-45.
Nugroho BA, Puwaningsih E. Perbedaan diet
ekstrak rumput laut (Eucheuma sp) dan
insulin dalam menurunkan kadar glukosa
darah tikus putih ( Rattus norvegicus )
hiperglikemik. Media Medika Indonesia Vol.
41 No. 1, 2006 : 23-30.
Nuttall, S. L., Dunne, F., Kendall, M. J. and Martin,
U. (1999) Age-independent oxidative stress in
elderly patients with non-insulin dependent
diabetes mellitus. Q. J. Med. 92, 33–38.
Prince, Sylvia A, Lorraine M, Wilsoon. 2006.
Patofisiologi Volume 1 dan 2. EGC :
Jakarta.
Sloane, Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi. EGC :
Jakarta
Setiawan, B. dan Suhartono E. 2005. Stres Oksidatif
dan Peran Antioksidan
pada Diabetes Melitus. Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat: Banjarbaru
Sriram P.G, dan Subramanian S. 2011. Fisetin,
Bioflavonoid Ameliorates Hyperglycemia in
STZ Induced Experimental Diabetes in Rats. Department of Biochemistry, University of
Madras, Guindy Campus, Chennai 600 025,
India. Volume 6, Issue 1, January – February ;
Article-016
Watkins D, Cooperstein SJ, Lazarow A. Effect of
alloxan on permeability of
pancreatic islet tissue in vitro. [Internet]. 2008
[cited 2009 February 18].
Available from:
http://ajplegacy.physiology.org/cgi/content/abstract/2
07/2/436
Winarsi, Hery. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal
bebas. Kanisius. Jakarta.
Wresdiyati T, Lelana RPA, Adnyane IKM, Noor K.
2003. Immunohistoche-mical study of
superoxide dismutase (SOD) in the liver of
diabetic. Experiment Macaca fascicularis Hayati
10:61-65.
Wresdiyati T, Lelana RPA, Adnyane IKM, Noor K.
2003. Immunohistoche-mical study of
superoxide dismutase (SOD) in the liver of
diabetic. Experiment Macaca fascicularis Hayati
10:61-65.
Yasa IWPS, Suastika K, Djelantik AAGS dan Astawa
INM. 2007. Hubungan Positif antara Ulkus
Kaki Diabetik dengan Presentase Sel
Bermarkah CD4+ Pembawa
Malondialdehid. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/sutirta_yasa_pd
f.pdf (17 Juni 2011)
Yuriska F, Anindhita.2009. Efek Aloksan Terhadap
Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang