seri studi kualitatif ipkm; potret kota padang sidempuan dalam permasalahan gizi balita dan...
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
1/243
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
2/243
PENERBIT PT KANISIUS
Potret Kota Padang Sidempuandalam Permasalahan Gizi Balitadan Kesehatan Lingkungan
Turniani Laksmiar
Asep Kusnali
Irfan Ardhani
Subhansah
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
3/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita
dan Kesehatan Lingkungan
1015003047
2015 - PT Kanisius
Penerbit PT Kanisius (Anggota IKAPI)
Jl. Cempaka 9, Deresan, Caturtunggal, Depok, Sleman,
Daerah Ismewa Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : [email protected] : www.kanisiusmedia.com
Cetakan ke- 3 2 1
Tahun 17 16 15
Editor :
Desainer isi : Oktavianus
Desainer sampul : Agung Dwi Laksono
ISBN 978-979-21-4382-9
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Dicetak oleh PT Kanisius Yogyakarta
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
4/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan iii
DEWAN EDITORProf. dr. Agus Suwandono, MPH, Dr.PH guru besar pada
Universitas Diponegoro Semarang, sekaligus Profesor Riset
dari Badan Penelian dan Pengembangan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Dr. Trihono, M.Sc Ketua Komite Pendayagunaan Konsultan
Kesehatan (KPKK), yang juga Ketua Majelis Tenaga Kesehatan
Indonesia (MTKI), sekaligus konsultan Health Policy Unit
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Dr. Semiarto Aji Purwantoantropolog, Ketua Dewan Redaksi
Jurnal Antropologi Universitas Indonesia, sekaligus pengajar
pada Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Polik Universitas Indonesia di Jakarta.
Atmarita, MPH., Dr.PH doktor yang expertdi bidang gizi.
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
5/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkunganiv
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Internaonal
Development Research Centre, Oawa, Canada, atas dukungan
nansial yang diberikan untuk kegiatan pengembangan Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat tahun 2013 dan studi
kasus kualitaf gambaran peningkatan dan penurunan IPKM di
Sembilan Kabupaten/Kota di Indonesia.
This work was carried out with the aid of a grant from the
Internaonal Development Research Centre, Oawa, Canada.
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
6/243
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami panjatkan, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya buku ini telah dapat diselesaikan
dengan baik. Buku ini merupakan bagian dari sembilan buku seri
hasil studi kualitaf di sembilan Kabupaten/Kota (Nagan Raya,
Padang Sidempuan, Tojo Una-Una, Gunungkidul, Wakatobi,
Murung Raya, Seram Bagian Barat, Lombok Barat, dan Tolikara)
di Indonesia, sebagai ndak lanjut dari hasil Indeks Pembagunan
Kesehatan Masyarakat.
Hasil Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)
menunjukkan hasil yang bervariasi di antara 497 Kabupaten/Kota
di Indonesia. Beberapa Kabupaten/Kota mengalami peningkatan
ataupun penuruna nilai IPKM pada tahun 2013 ini dibandingkandengan IPKM 2007. Sembilan buku seri ini akan menggambarkan
secara lebih mendalam faktor-faktor yang berkaitan dengan
penurunan ataupun peningkatan nilai IPKM yang berkaitan
dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya, maupun geogras
wilayah Kabupaten/Kota. Buku ini diharapkan dapat memberikan
semangat ataupun pemikiran yang inovaf bagi Kabupaten/Kota
lokasi studi kualitaf dilakukan, dalam membangun kesehatan
secara lebih terarah dan terpadu. Disamping itu, buku ini dapat
memberikan suatu pembelajaran bagi Kabupaten/Kota lainnya
dalam meningkatkan status kesehatan masyarakatnya.
Penghargaan yang nggi serta terima kasih yang tulus kami
sampaikan atas semua dukungan dan keterlibatan yang opmal
kepada m penulis buku, Internaonal Development Research
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
7/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkunganvi
Center (IDRC) Oawa, Canada, peneli Badan Litbangkes,
para pakar di bidang kesehatan, serta semua pihak yang telah
berparsipasi dalam studi kualitaf dan penulisan buku ini. Kami
sampaikan juga penghargaan yang nggi kepada semua pihak di
daerah Provinsi, Kabupaten/Kota sampai dengan ngkat Desa
baik di sektor kesehatan maupun non-kesehatan serta anggota
masyarakat, yang telah berparsipasi akf dalam studi kualitaf
di sembilan Kabupaten/Kota.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan
dari penyusunan buku ini, untuk itu akan menerima secara
terbuka masukan dan saran yang dapat menjadikan buku ini
lebih baik. Kami berharap buku ini selanjutnya dapat bermanfaat
bagi upaya peningkatan pembangunan kesehatan masyarakat di
Indonesia.
Billahiauqwalhidayah, Wassalamualaikum Wr.Wb.
Jakarta, Juli 2015
Kepala Badan Penelian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI.
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama
SpP (K)., MARS., DTM&H., DTCE.
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
8/243
vii
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH......................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................. vii
DAFTAR TABEL ............................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................. 1
1.2. Alasan Pemilihan Wilayah................................ 3
1.3. Metode Penelian........................................... 5
1.4 Tujuan Penelian............................................. 7
1.5 Manajemen Penelian.................................... 7
1.6. Analisis Data.................................................... 8
BAB 2 SELAYANG PANDANG KOTA PADANG SIDEMPUAN.. 9
2.1. Kondisi Geogras dan Penduduk..................... 9
2.2. Sejarah Singkat................................................. 14
2.3. Latar Belakang Budaya..................................... 18
2. 4. Potensi Daerah ................................................ 25
2.5. Kapasitas Fiskal Daerah dan Tingkat Kemiskinan 28
2.6. Gambaran Status Kesehatan............................ 31
2.7 Sarana Kesehatan dan Unit Kesehatan
Berbasis Masyarakat........................................ 44
2.8 Sumber Daya Kesehatan.................................. 46
2.9. Pembiayaan Kesehatan.................................... 47
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
9/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkunganviii
2.10 Rencana Pembangunan Daerah Sektor
Kesehatan ....................................................... 48
2.11 Pengeran Sehat Menurut Budaya.................. 68
BAB 3 KEGALAUAN KOTA PADANG SIDEMPUAN ATAS
INDEKS PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT 75
3.1 Pengantar ......................................................... 75
3.2 IPKM Kota Padang Sidempuan ........................ 79
BAB 4 KEJADIAN STATUS KESEHATAN BALITA DI KOTA
PADANG SIDEMPUAN.............................................. 103
4.1. Pendahuluan ................................................... 103
4.2. Ciri-Ciri Gangguan Gizi pada Balita ................. 104
4.3. Informasi Pemangku Kebijakan........................ 107
4.4. Observasi Kesehatan Balita di Puskesmas
dan Posyandu.................................................. 113
4.5. Upaya Pemerintah Daerah dalam
Penanggulangan Kesehatan Balita Khususnya
Gizi Buruk dan Gizi Kurang............................... 133
BAB 5 LINGKUNGAN SEHAT BELUM MENJADI POLA HIDUP
MASYARAKAT KOTA PADANG SIDEMPUAN.............. 161
5.1 Pendahuluan .................................................... 161 5.2 Romansme Sungai sebagai Sumber Inspirasi. 163
5.3 Sanitasi dan Air Bersih Sebagai Impian
Masyarakat Kota Padang Sidempuan............... 171
5.4 Pembiayaan untuk Kesehatan Sanitasi dan Air
Bersih ............................................................. 175
5.5 Sumber Daya Manusia..................................... 175
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
10/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan ix
5.6. Keperluan Sarana Untuk Penyehatan
Lingkungan ....................................................... 177
5.7 Dukungan Manajemen dan Regulasi
Menuju Lingkungan Sehat............................... 178
5.8 Pemberdayaan Masyarakat.............................. 183
BAB 6 KESIMPULAN........................................................... 189
6.1 Masalah Kesehatan Balita................................ 189
6.2. Masalah Kesehatan Lingkungan ...................... 197
6.3. Rekomendasi dan Model Pendampingan........ 200
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 205
INDEKS ............................................................. 209
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
11/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkunganx
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Indikator Indeks di Kota Padang Sidempaun
Tahun 2013 ....................................................... 4
Tabel 2.1. Nama Sungai yang Melintasi Kota Padang
Sidempuan Menurut Panjang, 2013................. 12
Tabel 2.2. Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan dan
Kepadatan Penduduk Di Kota PadangSidempuan, 2013 .............................................. 13
Tabel 2.3. Indeks Kapasitas Fiskal Kota Padang Sidempuan
Berdasarkan Data Realisasi APBD
Tahun Anggaran 2009-2012 .............................. 29
Tabel 2.4. Tingkat Kemiskinan Tahun 2009 2013 ........... 30
Tabel 2.5. Kasus Kemaan Bayi Menurut Kecamatan dan
Puskesmas Tahun 2013 ..................................... 32
Tabel 2.6. Kasus Kemaan Ibu Hamil dan Ibu Bersalin,
2013 .................................................................. 34
Tabel 2.7. Kasus Kemaan Anak dan Balita Tahun 2013... 35
Tabel 2.8. Jumlah Bayi BBLR Menurut Jenis Kelamin dan
Puskesmas Tahun 2013 ..................................... 36
Tabel 2.9. Jumlah Balita Berdasarkan Status GiziTahun 2011 2012 ........................................... 38
Tabel 2.10. Jumlah Balita Gizi Buruk dan Kurang dan Jumlah
Balita Sembuh Tahun 2013 2014................... 40
Tabel 2.11. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber
Air Minum di Kota Padang Sidempuan
Tahun 2013 ....................................................... 41
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
12/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan xi
Tabel 2.12. Jumlah Pelanggan Air Bersih pada PDAM
Tirtanadi dan Tirta Ayumi Untuk Kebutuhan
Rumah Tangga Menurut Kecamatan 2013........ 43
Tabel 2.13. Banyaknya Fasilitas Kesehatan dan Usaha
Kesehatan Bersama Masyarakat (UKBM)
Menurut Kecamatan, 2013............................... 45
Tabel 2.14. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kota Padang
Sidempuan Tahun 2013 .................................... 47
Tabel 2.15. Jumlah Bayi Berdasarkan Status Gizi
Tahun 2011-2013 .............................................. 62
Tabel 2.16. Luas wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan
Penduduk Menurut Kecamatan 2013............... 63
Tabel 3.2. Indeks Kesehatan Lingkungan Kabupaten/Kota
di Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan
IPKM 2007........................................................ 84
Tabel 3.3. Perbandingan Indeks Kelompok Indikator dalam
IPKM 2013 Kota Padang Sidempuan terhadap
Provinsi Sumatera Utara dan Nasional............. 88
Tabel 3.4. Perbandingan Indikator Kota Padang Sidempuan
dengan Provinsi dan Nasional Tahun 2013....... 89
Tabel 3.5. Indeks Kelompok Indikator Kesehatan Balita
dan Kesehatan Lingkungan 2007-2013 ............. 94
Tabel 4.1. Anggaran Kesehatan Kota Padang SidempuanTahun 2007 dan 2013 ....................................... 139
Tabel 4.2. Jumlah dan rasio tenaga kesehatan di
Kota Padangsidempuan Tahun 2007 dan 2013 . 149
Tabel 4.3. Sarana Kesehatan di Kota Padang Sidempuan .. 154
Tabel 5.1. Sungai dan Anak Sungai Yang Melintasi Kota
Padang Sidempuan ........................................... 165
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
13/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkunganxii
Tabel 5.2. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber
Air Minum Di Kota Padangsidimpuan, 2013..... 167
Tabel 5.3. Penduduk yang Tinggal di Bantaran Sungai Kota
Padang Sidempuan tahun 2008........................ 183
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
14/243
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kota Padang Sidempuan......... 10
Gambar 2.2 Kota Padang Sidempuan Dilihat dari Bukit
Simarsayang................................................. 11
Gambar 2.3 Sungai Batang Ayumi yang melewa
Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru.. 12
Gambar 2.4 Peta Kota Padang Sidempuan tahun 1852... 15Gambar 2.5 Tugu Salak Kota Padang Sidempuan ............. 26
Gambar 2.6. Grak Persentase Rumah Tangga Menurut
Sanitasi Air Minum dan Kondisi Sanitasi
Tahun 2013 ................................................... 42
Gambar 2.7 Alur Renstra dan Renja Dinas Kesehatan
Kota Padang Sidempuan ............................... 59
Gambar 4.1. Penimbangan Balita...................................... 122
Gambar 4.2 Pemberian Tetes Vitamin A, Bubur Kacang
Hijau untuk Balita......................................... 123
Gambar 4.3 Petugas Gizi Sedang Memberikan Penyuluhan
Pada Ibu KEK Dan Balita Gizi Kurang............. 125
Gambar 4.4 Petugas Pustu dan Kader Posyandu
memberikan Vit A dan melakukanimunisasi TT .................................................. 126
Gambar 4.5 Lokasi Pendaaran Balita............................. 127
Gambar 4.6. Lokasi Penimbangan Balita........................... 128
Gambar 4.8 Kegiatan Penimbangan di Posyandu Mangga
(rumah Kader) .............................................. 131
Gambar 4.9 Kondisi Posyandu Strawberry, Batu Nadua.. 132
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
15/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkunganxiv
Gambar. 4.10 Pencatatan Buku KIA di Posyandu Starwberry,
Batu Nadua................................................... 133
Gambar 5.1. Tiga syarat kecukupan gizi anak menurut
UNICEF.......................................................... 163
Gambar 5.2. Gambaran lingkungan sehat ......................... 164
Gambar 5.3 sungai dan pancuran tempat MCK
di Kota Padang Sidempuan ........................... 170
Gambar 5.4 Sumur gali warga yang diambil dari atas...... 171
Gambar 5.5 Indeks Kesehatan Lingkungan
Kota Padang Sidempuan 2013 ...................... 172
Gambar 5.6 Persentase Rumah Tangga Kota Padang
Sidempuan Menurut Kondisi Air Minum dan
Sanitasi Tahun 2013 ...................................... 173
Gambar 5.7 Tempat Pembuangan Akhir Tinja.................. 174
Gambar 5.8 Forum konsultasi publik Kota Padang
Sidempuan tahun 2015 ................................ 179
Gambar 5.9. Tempat Pembuangan Akhir sampah
Kota Padang Sidempuan ............................... 182
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
16/243
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) salah
satunya ditentukan oleh derajat pembangunan kesehatan masya-
rakat. Adapun keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakatselain ditentukan dari pemberi pelayanan kesehatan maupun
pemerintah, juga sangat dipengaruhi oleh peran serta dari
masyarakat sendiri.
IPKM merupakan ukuran komposit dari pencapaian dalam
ga dimensi dasar pembangunan manusia, hidup yang sehat dan
panjang umur, akses terhadap pengetahuan dan standar hidup
yang layak berdasarkan pada indikator kesehatan, pendidikan
dan ekonomi. IPM menyediakan pendekatan alternaf untuk
mengevaluasi ngkat kemajuan sebuah negara. Di Indonesia, IPM
juga digunakan untuk mengevaluasi kemajuan pembangunan
pada ngkat kabupaten. Satu komponen penng dari IPM adalah
indikator kesehatan, yang digunakan sebagai prediksi rata-rata
ngkat harapan hidup.Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur ngkat
keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia
adalah Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM).
IPKM pertama kali disusun tahun 2010 menggunakan ga data
survei nasional yaitu Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas),
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), dan Survei Potensi Desa
(Podes). Kega survei tersebut dilaksanakan pada tahun 2007-
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
17/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan2
2008. Susenas dan Riskesdas merupakan survei berbasis pada
masyarakat, sedangkan Podes berbasis pada desa. Susenas
dan Podes dilaksanakan oleh Badan Pusat Stask, sedangkan
Riskesdas dilaksanakan oleh Badan Penelian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan.
Berdasar pada peringkat IPKM, pemerintah pusat dapat
terlibat dengan pemerintah kabupaten dan kementerian lain
yang sejalan untuk: 1. Memahami lebih baik alasan terjadinya
pembangunan kesehatan yang buruk, dan 2. Mencari jalan
keluar atau solusi yang tepat untuk meningkatkan kesehatan dan
pelayanan kesehatan dengan cara yang lebih merata di seluruh
negeri. IPKM memiliki visi untuk menjadi:
Alat/Media bagi pemerintah pusat untuk mengevaluasi1.
kemajuan pada pembangunan kesehatan dari berbagai
kabupaten/kota seap waktu, mengawasi perbedaan di
seluruh negeri dan membantu memformulasikan kebijakandan intervensi berdasar buk-buk.
Alat/Media advokasi untuk pemerintah provinsi dan kabu-2.
paten untuk meningkatkan status kesehatan mereka dengan
berfokus pada sumber daya, prioritas kebijakan, serta
program intervensi.
Kriteria untuk mengalokasikan dana dari ngkat pusat ke3.
pemerintah provinsi dan kabupaten.
Berdasarkan hasil Indeks Pembangunan Kesehatan Masya-
rakat (IPKM) tahun 2007 dengan menggunakan 20 indikator
kesehatan maka didapatkanlah peringkat untuk seap kabupaten
menyangkut kesehatan. Dari peringkat IPKM ini maka terlihat
kabupaten yang memiliki IPKM baik dan kabupaten yang
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
18/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 3
masih buruk serta membutuhkan intervensi agar mengalami
peningkatan. Tujuan penentuan peringkat kepada provinsi
dan kabupaten/kota dalam IPKM adalah memberikan dasar
bagi Pemerintah Pusat untuk menentukan alokasi anggaran
kesehatan dari pusat ke daerah. Selain itu juga sebagai bahan
advokasi kepada provinsi maupun kabupaten kota untuk
menaikkan peringkatnya dengan melakukan prioritas program
kesehatan sesuai indikator dalam IPKM. Bagi Pemerintah Daerah
IPKM diharapkan menjadi dasar dalam perencanaan program
pembangunan kesehatan di wilayahnya.
IPKM hanya menggambarkan hasil pembangunan kese-
hatan masyarakat dalam angka indeks sehingga dak ter-
gambarkan mengapa indeks suatu daerah bagus dan di daerah
lain dak. Banyak sekali faktor penyebab yang dak dapat
digambarkan oleh angka-angka dalam IPKM. Oleh karena itu,
studi ini menelusuri sampai pada faktor penyebab munculnya
angka indeks tersebut, dan menjawab pertanyaan mengapa
angka indeks di suatu daerah baik atau buruk.
1.2. Alasan Pemilihan Wilayah
Kota Padang Sidempuan berdasarkan IPKM 2007 menun-
jukkan peringkat 129 dari 440 Kabupaten. Tahun 2013 mengalami
penurunan peringkat menjadi 310 dari 497 kabupaten/kota di
Indonesia. Berdasarkan angka indeks, sebenarnya kota Padang
Sidempuan mengalami kenaikan dari angka 0,5686 pada tahun
2007 menjadi 0,6502 di tahun 2013. Namun beberapa indikator
kesehatan masyarakat berada di bawah rata-rata nasional
maupun rata-rata provinsi.
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
19/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan4
Indikator kesehatan balita dan kesehatan lingkungan di
Kota Padang Sidempuan memiliki nilai indeks di bawah rata-rata
angka Provinsi Sumatera Utara dan nasional.
Tabel 1.1 Indikator Indeks di Kota Padang Sidempaun Tahun 2013
Kab/ Kota
INDEKS KELOMPOK INDIKATOR
Kes
BalitaKespro Yankes Perilaku PTM PM Kesling
KOTA
PADANG
SIDEMPUAN
0.5630 0.4469 0.3701 0.2973 0.6895 0.7478 0.3706
SUMATERA
UTARA0.6040 0.3322 0.2525 0.1924 0.3829 0.5496 0.4905
INDONESIA 0.6114 0.4756 0.3808 0.3652 0.6267 0.7507 0.5430
Sumber: Lampiran IPKM 2013 dan Indikator Input
Selain itu, kota Padang Sidempuan termasuk kota yang
mempunyai kapasitas skal 0,04175 dengan katagori rendah.
Kapasitas Fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan masing-
masing daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (dak termasuk
dana alokasi khusus, dana darurat, dana pinjaman lama, danpenerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai
pengeluaran tertentu) untuk membiayai tugas pemerintahan
setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah
penduduk miskin.
Menarik untuk dianalisis penyebab penurunan peringkat
IPKM yang cukup drass dan rendahnya indeks kesehatan balita
dan kesehatan lingkungan Kota Padang Sidempuan. Berdasar
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
20/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 5
latar belakang tersebut dipilihlah Kota Padang Sidempuan
sebagai wilayah studi dan dipilih pula masalah kesehatan balita
dan kesehatan lingkungan sebagai fokus studi.
1.3. Metode Penelian
Desain Penelian1.
Desain penelian ini merupakan studi kasus yang dite-
mukan di daerah penelian, dengan didahului pencarian
temak berdasarkan IPKM yang telah diperbandingkan
antar nasional, wilayah, dan antar kabupaten. Hasil temak
yang ditemukan, terjadi masalah kesehatan pada kesehatan
balita dan kesehatan lingkungan. Maka dua fokus utama
tersebut yang diperdalam dalam studi kasus ini.
Sampling2.
Penelian dilakukan secara purposif, berdasarkan tema
yang telah didapatkan yaitu kesehatan balita dan kesehatanlingkungan. Informan dalam studi ini melipu instansi peme-
rintah yang membidangi secara langsung maupun dak
langsung dua program tersebut, tokoh masyarakat, tokoh
agama, akademisi, dan warga masyarakat sebagai subjek
sasaran program tersebut.
Metode Pengumpulan Data3.Terdapat ga metode pengumpulan data, yaitu:
Wawancara mendalam ataua. In-depth interview.
Untuk menggali informasi lebih dalam dari informan,
dalam penelian ini peneli melakukan wawancara dengan
menggunakan metode indepth interviewing, yaitu proses
tanya jawab dengan bertatap muka antara peneli dengan
informan. Dengan cara ini, selain mendapatkan informasi
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
21/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan6
peneli juga mendapatkan pengeran tentang kehidupan
informan, serta pengalaman atau keadaan seper yang
dikatakan sendiri oleh para informan (Bogdan and Taylor,
1984:74). Wawancara mendalam dilakukan dengan informan
yang mengetahui materi yang ingin ditanyakan.
Observasib.
Observasi di lapangan, diperlukan untuk mempertajam
apa yang didapatkan dari hasil wawancara (cross check).
Observasi dilakukan dengan mengiku akvitas keseharian
masyarakat, seper akvitas seharihari di rumah, akvitas
pekerjaan, yang berkaitan dengan kesehatan secara umum,
maupun kesehatan anak dan kesehatan lingkungan. Dengan
melakukan pengamatan, peneli yakin terhadap realitas
yang ada di lapangan dan data yang diperoleh (Moleong,
2005:174175).
Penelusuran dokumenc.Penelusuran dokumen diperlukan sebagai data dukung
dari hasil wawancara, juga sebagai data pembanding
dari temak yang disepaka. Data tersebut berupa prol
kabupaten, datadata kesehatan secara umum, data
mengenai gizi, KIA, dan kesehatan lingkungan dari Dinas
Kesehatan Kota Padang Sidempuan, data keseahtan yang
berasal dari puskesmas, data demogra dari BPS, bukubuku,
literatur, dan penelusuran dari berbagai informasi yang
dipublikasikan dalam media elektronik maupun cetak.
Waktu Penelian4.
Waktu penelian dilaksanakan selama 3 bulan terhitung
mulai dari persiapan sampai dengan pelaporan penelian
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
22/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 7
yaitu bulan Januari sampai dengan Maret 2015. Pengambilan
data lapangan dilakukan selama ga minggu di bulan Januari
sampai dengan Februari 2015.
1.4 Tujuan Penelian
1.4.1 Tujuan Umum
Penelian ini secara umum mempunyai tujuan untuk
menggali informasi yang melatarbelakangi status kesehatan
setempat (pencapaian IPKM) dari perspekf provider, lintassektor, dan masyarakat.
1.4.2 Tujuan Khusus
Menggali informasi mengenai kebijakan dan strategi program1.
kesehatan (kendala dan kelebihan).
Menggali informasi terkait peran lintas sektor dalam bidang2.
kesehatan.Menggali informasi peran serta masyarakat dalam bidang3.
kesehatan.
Menggali informasi yang melatarbelakangi isu kesehatan di4.
wilayah setempat.
Menggali kebutuhan dan arah ke depan untuk pembangunan5.
kesehatan di daerah.
1.5 Manajemen Penelian
Persiapan lapangan1)
Penentuan wilayah penelian menggunakan analisis dari
indicator-indikator dan peringkat antar wilayah dalam IPKM. Kota
Padang Sidempuan terpilih karena perbandingan peringkat IPKM
hasil Riskesdas 2007 dan IPKM hasil Riskesdas 2013 menurun
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
23/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan8
drass. Selanjutnya dipilih tema yang akan menjadi fokus
penelian. Dari indikator dalam IPKM, masalah kesehatan balita
dan kesehatan lingkungan menjadi tema yang menarik diteli
karena angka indeksnya di bawah rata-rata provinsi dan rata-rata
nasional.
Selanjutnya disusun instrumen pengumpulan data berupa
panduan wawancara dan menyamakan persepsi m peneli
terhadap tema yang diambil.
Pelaksanaan Penelian2)
Penentuan tema di awal penelian dimaksudkan untuk
memfokuskan arah penelian, sehingga keterbatasan waktu di
lapangan dapat dimanfaatkan secara efekf. Pelaksanaan pe-
ngumpulan data sebagai berikut.
Minggu Pertama, dilakukan wawancara dengan Dinasa.
Kesehatan, Lintas Sektor terkait temak.
Minggu Kedua, melanjutkan wawancara mendalam ke tokohb.
masyarakat dan studi lapangan ke posyandu, observasi
pelaksanaan penimbangan.
Minggu Kega,observasi lapangan dan penulisan laporan.c.
1.6. Analisis Data
Analisis dilakukan untuk memperoleh pemahaman dari
data hasil lapangan. Data kualitaf dari lapangan memerlukan
interpretasi dari peneli sehingga terhindar dari bias. Analisis
yang dimaksud merupakan upaya menata secara sistemas
catatancatatan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi
untuk menemukan kesimpulan dari tema yang diteli.
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
24/243
9
BAB 2
SELAYANG PANDANG KOTA PADANGSIDEMPUAN
2.1. Kondisi Geografs dan Penduduk
Secara Geogras Kota Padang Sidempuan terletak di
antara 1o800 - 1o2800 LU dan 99o1300 - 99o2000 BT danberada pada kenggian 260 meter sampai dengan 1.100 meter
di atas permukaan laut dan memiliki batas-batas wilayah sebagai
berikut.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanulia.
Selatan (Kecamatan Angkola Timur).
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanulib.
Selatan (Kecamatan Angkola Timur).
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanulic.
Selatan (Kecamatan Batang Angkola dan Kecamatan Angkola
Selatan).
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanulid.
Selatan (Kecamatan Angkola Barat dan Kecamatan Angkola
Selatan).
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
25/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan10
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kota Padang Sidempuan
Sumber: www.sidimpuan.com
Luas wilayah Kota Padang Sidempuan mencapai 146,85 Km2
dikelilingi oleh beberapa bukit serta dilalui oleh beberapa sungai
dan anak sungai yang terbagi menjadi 6 kecamatan, 47 desa,dan 37 kelurahan. Berdasarkan luas daerah menurut kecamatan,
luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Padangsidimpuan
Batunadua dengan luas 38,74 km2 atau sekitar 25,88% dari luas
total wilayah Kota Padang Sidempuan, sedangkan Kecamatan
Padangsidimpuan Utara mempunyai luas wilayah terkecil yaitu
14,09 Km2atau sekitar 9,66% dari luas total wilayah Kota Padang
Sidempuan.
Topogra wilayahnya berupa lembah yang dikelilingi
oleh bukit barisan. Jika dilihat dari Bukit Simarsayang, wilayah
Kota Padang Sidempuan tak ubahnya seper cekungan yang
menyerupai danau. Puncak ternggi dari bukit dan gunung yang
mengelilingi kota ini adalah Gunung Lubuk Raya dan Bukit (Tor)
Sanggarudang yang terletak berdampingan di sebelah utara kota.
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
26/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 11
Salah satu puncak bukit yang terkenal di kota padang Sidempuan
yaitu Bukit (Tor) Simarsayang.
Gambar 2.2 Kota Padang Sidempuan Dilihat dari Bukit Simarsayang
(Sumber: www.sidimpuan.com)
Terdapat sebelas sungai yang melintasi Kota Padang
Sidempuan sebagai sumber kebutuhan hidup sehari-hari. Sungai
Batang Angkola sebagai sungai terpanjang, 25 Km melintasi Kota
Padang Sidempuan, Kabupaten Tapanuli Selatan, dan Kabupaten
Mandailing Natal. Sedangkan sungai terpanjang kedua, Sungai
Batang Ayumi, 16 Km, dan terpanjang kega Sungai Batang Kumal
sepanjang 11 Km.
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
27/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan12
Gambar 2.3 Sungai Batang Ayumi yang melewa Kecamatan
Padangsidimpuan Hutaimbaru
Sumber: Dokumentasi Peneli, 2015
Tabel 2.1. Nama Sungai yang Melintasi Kota Padang Sidempuan
Menurut Panjang, 2013
No. Nama SungaiPanjang
(Km)
1. Sungai Batang Angkola 25
2. Sungai Batang Kumal 11
3. Sungai Batang Ayumi 16
4. Sungai Aek Rokkare 5
5. Sungai Aek Sipogas 6
6. Sungai Aek Tolping 3
7. Sungai Aek Silangkitang 28. Sungai Aek Raa 4
9. Sungai Aek Silandit 3
10. Sungai Aek Tohul 4
11. Sungai Aek Mompang 6
Sumber: Padang Sidempuan Dalam Angka, 2014
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
28/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 13
Penduduk Kota Padang Sidempuan sampai tahun 2013
mencapai 204.615 jiwa, terdiri dari 99.725 jiwa laki-laki dan
104.890 jiwa perempuan. Kepadatan penduduk Kota Padang
Sidempuan mencapai 1.393,36 per Km. Kecamatan yang mem-
punyai kepadatan terkecil yaitu Kecamatan Padangsidimpuan
Angkola Julu hanya mencapai 282,01 per Km2. Jika dibandingkan
dengan luas wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Utara,wilayah
Kecamatan Angkola Julu jauh lebih luas yaitu 28,18 Km2 namun
hanya ditempa penduduk sejumlah 7.947 jiwa.
Berbanding terbalik dengan jumlah penduduk yang me-
nempa Kecamatan Padangsidimpuan Utara yaitu 62.756 jiwa
menempa wilayah seluas 14,09 Km2, sehingga kepadatan pen-
duduk di Kecamatan Padangsidimpuan Utara mencapai 4.453,94
per Km2. Sedangkan Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua
sebagai kecamatan yang memiliki wilayah terluas yaitu 38,74
Km2 hanya ditempa penduduk sejumlah 20.483 jiwa, sehingga
kepadatan penduduknya terendah kedua tersebut hanya 528,73
per Km2.
Tabel 2.2. Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan dan Kepadatan
Penduduk Di Kota Padang Sidempuan, 2013
No. Kecamatan
Luas /
Area
(Km2)
Banyak
Desa /
Kelurahan
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan
Penduduk
(per Km2)1. Padangsidimpuan
Tenggara
27,69 18 32.698 1.180,86
2. Padangsidimpuan
Selatan
15,81 12 64.712 4.093,11
3. Padangsidimpuan
Batunadua
37,74 15 20.483 528,73
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
29/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan14
4. Padangsidimpuan
Utara
14,09 16 62.756 4.453,94
5. Padangsidimpuan
Hutaimbaru
22,34 10 16.016 717,05
6. Padangsidimpuan
Angkola Julu
28,18 8 7.947 282,01
Jumlah 146,85 79 204.615 1.393,36
Sumber: diolah dari Kota Padang Sidempuan Dalam Angka 2014
2.2. Sejarah Singkat
Sekitar tahun 1700, Padang Sidempuan merupakan daerah
jajahan negara Inggris yang terkenal dengan nama Padang Na
Dimpu. Namun, dalam waktu kurang dari satu abad, Padang
Sidempuan diserahkan kepada Belanda melalui Traktat Hamdan
yang dilanjutkan dengan membentuk kewedanaan (District)
Mandailing, Kewedanaan Angkola, dan Kewedanaan Teluk
Tapanuli di bawah kekuasaan Government Sumatras West Kustyang saat itu berkedudukan di Padang. Selanjutnya, dalam
rentang waktu antara tahun 1885 sampai dengan tahun 1906,
Padang Sidempuan pernah menjadi Ibukota Residen Tapanuli.
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
30/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 15
Gambar 2.4 Peta Kota Padang Sidempuan tahun 1852
Sumber: hp://akhirmh.blogspot.com/2014/11/kampong-baroe-kampung-lama-di-
ankola.html
Asal-usul nama Padang Sidempuan sudah ada sebelum
masa penjajahan Belanda. Si Dimpoean adalah nama sebuah
kampung kecil yang terdiri dari beberapa rumah tangga petani
sawah. Kampung-kampung kecil semacam ini tersebar berjauhan
satu dengan yang lain, seper Tanobato, Sitataring, Boeloe
Gonng, Panjanggar, Ajoemi, Batang Toehoel, Si Batoe Long,
Poedoen, Baroewas, Oejoeng Goerap, dan Batoe Nanggar. Setelah
Belanda masuk, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal
Hindia Belanda Staatsblad Nomor 141 tahun 1862, wilayah
Padang Sidempuan masuk ke wilayah Afdeeling Mandheling en
Ankola (divisi Mandailing dan Ankola) dan merupakan bagian dari
Residene Tapanoeli(Karesidenan Tapanuli) (Harahap, 2014).
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
31/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan16
Nama divisi Mandailing dan Ankola ini juga disebutkan
dalam buku berjudul Max Havelaar karya Eduard Douwes Dekker
atau Multatuli, sebuah buku yang menginspirasi para penggagas
pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Akhirnya, dia mengarahkan mata penjajahannya bukan ke arah
utara melainkan ke arah mur. Tanah Batak yang baru saja
ditenangkan telah berada di bawah pimpinan Asisten Residen
Mandailing dan Angkola. (Multatuli, 2014).
Kota Padang Sidempuan pada awal tahun 1870-an perkem-
bangannya sangat luar biasa. Kota ini telah menjadi ibukotaAfdeeling Mandheling en Ankola. Jalan poros Padang, Bukit
Tinggi, Panyabungan, Padang Sidempuan menuju Sibolga dan
menuju Sipirok sudah dapat dilalui peda. Laju pertumbuhan
penduduk juga makin pesat, pemukiman penduduk makin
meluas dan pasar-pasar semakin ramai. Pada tanggal 13 Maret
1873 terbit Keputusan Gubernur Jenderal yang mengindikasikan
bahwa ibukota Residen Tapanoeli akan dipindahkan ke Padang
Sidempoean.
Pada peta Tapanoeli terbitan 1852, nama Kampong Si
Dimpoean bergeser menjadi Padang Sidempoean pertama kali
ditulis secara resmi. Perubahan ini diduga kuat berasal dari m
topogra Belanda yang melihat Kampong Si Dimpoean dari
markas militer yang dibatasi oleh padang (ilalang). Kemudian
pengucapan dan penulisan Sidimpoean menjadi Sidempoean
mungkin karena alasan lebih praks atau lebih nyaman diucapkan
oleh orang yang berbahasa Belanda (Harahap, 2014).
Peranan dan fungsi Kota Padang Sidempuan sebagai pusat
pemerintahan tersebut masih terus berlanjut hingga pada masa
awal kemerdekaan, yaitu dengan diundangkannya Undang-
Undang Darurat Nomor 70/DRT/1956, Kota Padang Sidempuan
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
32/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 17
menjadi pusat pemerintahan dari lembah besar Tapanuli
Selatan dan bahkan pernah menjadi Ibukota Kabupaten Angkola
Sipirok sampai digabung kembali Kabupaten Mandailing Natal,
Kabupaten Angkola Sipirok, dan Kabupaten Padang Lawas. Selain
sebagai pusat pemerintahan, Kota Padang Sidempuan saat itu
pun menjadi pusat akvitas perdagangan dan jasa, serta pusat
pendidikan.
Pada masa awal pelaksanaan sistem pemerintahan daerah1
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1982 Tentang
Pembentukan Kota Administraf Kota Padang Sidempuan, Kota
Padang Sidempuan dak lagi menjadi pusat pemerintahan, tetapi
menjadi bagian dari dan bertanggung jawab kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten Tingkat II Tapanuli Selatan. Namun, dalam
proses desentralisasi yang ditandai dengan diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, pada tanggal 21 Juni
2001 Kota Padang Sidempuan menjadi daerah otonom melalui
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan
Kota Padang Sidempuan sehingga resmi terpisah dari Kabupaten
Tapanuli Selatan hingga sekarang.
Terdapat dua versi penyebutan dan penulisan nama
Kota Padang Sidempuan yaitu Padangsidimpuan danPadang Sidempuan. Dalam dasar hukum pembentukan
Kota Padang Sidempuan disebut dengan nama Kota
Padang Sidempuan, akan tetapi penyebutan dan/atau
penulisan dalam administrasi pemerintahan daerah ditulis
1 Undang-Undang Nomor 55 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok PemerintahDaerah merupakan awal pelaksanaan sistem pemerintahan daerah.
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
33/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan18
Kota Padangsidimpuan. Perbedaan penyebutan ini telah
terjadi sejak awal terbentuknya kota ini. Sehingga dalam
tulisan ini penulis tetap akan menggunakan nama PadangSidempuan untuk penulisan daerah kota, sedangkan kata
Padangsidimpuan akan digunakan dalam penulisan selain
penyebutan nama kota yang diakui oleh undang-undang,
contohnya dalam penulisan kecamatan-kecamatan di Kota
Padang Sidempuan yang menggunakan Padangsidimpuan.
2.3. Latar Belakang Budaya
Pada bagian ini diulas latar belakang budaya masyarakat
Kota Padang Sidempuan untuk memberi gambaran tentang
bagaimana masyarakat setempat memaknai kehidupannya
sehari-hari secara keseluruhan. Gambaran ini akan berguna
untuk mengetahui apa dan bagaimana gagasan mereka tentang
kesehatan, tentang penyakit, dan tentang pengobatan. Kesehatanadalah salah satu aspek dari banyak aspek kehidupan masyarakat
yang dak bisa dipisahkan satu sama lain. Pemahaman tentang
latar belakang budaya menjadi penng karena akan membawa
kita pada pandangan yang holisk atau menyeluruh, bukan
sektor-per-sektor semata.
Pembahasan dimulai dari sistem kekerabatan, termasuk
di dalamnya tentang konsep Dalihan Na Toludan sistem marga.
Tema ini memiliki ar penng karena menjadi dasar interaksi
dalam masyarakat setempat. Selanjutnya juga dibahas sekelumit
tentang aspek kearifan lokal yang meski sudah tegerus zaman
tapi masih memiliki harapan untuk dikembangkan (revitalisasi/
rekognisi) untuk menjawab tantangan hari ini dan masa depan,
termasuk dalam hal pembangunan kesehatan.
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
34/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 19
Kekerabatan masyarakat Kota Padang Sidempuan termasuk
dalam sub suku Batak Angkola-Mandailingmerupakan salah satu
sub Suku Bangsa Batakyang berasal dari Sumatera Utara, nggal
di wilayah Tapanuli Bagian Selatan. Nama Angkola berasal dari
nama sungai, yakni Batang Angkola (batang: sungai) yang diberi
nama seorang penguasa yang bernama Rajendra Kola (Angkola:
Yang Dipertuan Kola), melalui Padang Lawas, dan kemudian
berkuasa di situ. Di sebelah selatan Batang Angkola diberi
nama Angkola Jae (Angkola Hilir) dan di sebelah utara sungai
batang angkola diberi namaAngkola Julu(Angkola Hulu).
Adat Angkola dengan adat Mandailing dapat dikatakan
hampir sama. Perbedaan kedua masyarakat adat ini hanya pada
dialek bahasa, namun dak pada subtansi bahasa itu sendiri.
Dalam hal komunikasi, kedua budaya ini tetap terjalin, karena
mereka memiliki pemahaman dan pengeran yang sama atas
simbol-simbol bahasa. Karena itu, hubungan sosial di antara
kedua masyarakat adat ini dak pernah putus. Malah, hubungan
sosial itu terjalin erat lewat jalur perkawinan antara masyarakat
adat, kemudian mereka diikat oleh nilai-nilai adat yang sulit
terceraikan.
Perbedaan yang paling nampak antara Mandailing
dan Angkola ini adalah pada pakaian adatnya. Pakaian adat
Mandailing didominasi warna merah, dengan ornamen yangramai. Sedangkan pakaian adat Angkola lebih sederhana dan
pengann prianya didominasi warna hitam (Harahap, 2014).
Dalihan Na Tolu
Dalam masyarakat Kota Padang Sidempuan, seper
umumnya masyarakat Tapanuli yang lain, segala akvitas sosial
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
35/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan20
budaya individu dak dapat dipisahkan dari ikatan kekerabatan.
Hubungan kekerabatan antarindividu dalam masyarakat ter-
cermin dalam konsep yang disebut Dalihan Na Tolu. Konsep
tersebut seper sebuah segiga sama sisi. Masing-masing sisi
disebut:
Mora1. (pemberi anak gadis) yang terdiri dari Bapak atau Ibu
Mertua, Abang atau Adik dari Ibu, Abang atau Adik Sepupu
laki-laki dari Ibu, Paman dari keluarga sepupu Ibu, Paman
dari keluarga atau sepupu nenek (Tulang Pusako),dan Mora
dari kelompok marga dari Ibu;
Kahanggi2. (kerabat satu marga) yang terdiri dari Adik atau
Abang dari satu Bapak; Adik atau Abang dari satu Ibu; Adik
atau Abang dari sepupu; Paman, Amanguda, Amang Tua
dari keluarga sepupu; Paman, Amanguda, Amang tua dari
keluarga satu nenek sebelumnya (Kahanggi Pusako); Paman,
Adik, atau Abang dalam kelompok satu marga; danAnak Boru3. (penerima anak gadis) terdiri dari Bapak atau
Ibu Mertua dari (adik perumpuan kita yang menikah); Adik
atau Kakak dari Bapak (Perempuan dan suaminya); Adik atau
kakak perempuan dari sepupu bapak; Paman dari suami adik
atau kakak dari keluarga atau sepupu bapak; Paman dari
keluarga atau sepupu adik perempuan dari kakek (Anakboru
Pusako); Anak boru dari kelompok marga di atas.
Seap orang secara abstrak memolakan diri mereka dalam
segiga itu. Hak dan kewajiban seseorang ditentukan oleh
posisinya dalam pola itu. Tetapi sewaktu-waktu posisi itu dapat
berubah karena terjadinya perkawinan. Hubungan masing-
masing unsur di dalamnya diatur melalui norma atau eka
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
36/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 21
yang disebut apantunon (adab). Apantunon diyakini mampu
menciptakan hidup yang beradab. Karena itu ada islah pantun
hangoluan, teas hamatean. Arnya, dengan beradab kita bisa
hidup, kalau tak beradab kita akan binasa.
Tutur ditentukan berdasarkan hubungan perkawinan yang
bersangkutan dengan orang lain, atau hubungan perkawinan
pihak ayah dengan pihak ibu, baik secara verkal maupun
horizontal. Mereka meyakini bahwa konsep Dalihan na Tolu
dapat membentuk suatu sistem kemasyarakatan yang ideal.
Masyarakat ideal yang dimaksud adalah masyarakat yang di
dalam interaksi sosialnya ditemukan holong (kasih sayang).
Holongdijadikan sumber kehidupan. Karena itu ada islah dalam
Mandailing: holong do mula ni ugari (kasih sayang awal dari adat),
atau holong do maroban domu, domu maroban parsaulian(kasih
sayang membawa keakraban, keakraban membawa kebaikan
bersama).
Dalam adat setempat kekerabatan yang diikat oleh
Dalihan Na Tolu membentuk satu ikatan rasa sahancit
sahasonangan dan sasiluluton sasiriaon. Arnya, sakit senang
dirasakan bersama. Karenanya dalam menyikapi berbagai
persoalan yang mereka hadapi, orang dituntut untuk sahata
saoloan satumtum sapartahian. Maksudnya, seia sekata menyatu
dalam mufakat untuk sepakat. Juga dikenal islah mate mangolusapartahian, atau hidup dan ma dalam mufakat untuk sepakat.
Agar seap individu mengetahui hak dan kewajibannya
dalam relasi kekerabatan Dalihan na Tolu, maka dicipta-
kanlah partuturan. Dengan begitu, pada tutur melekat hak
dan kewajibannya pada orang lain. Misalnya, seseorang yang
dipanggil mamak, berar padanya melekat hak dan kewajiban
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
37/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan22
sebagai mora, dan orang yang memanggilnya melekat hak dan
kewajiban sebagai anak boru. Anak boru harus menghorma
(somba)moranya.
Seper yang dijelaskan di atas, konsep Dalihan Natoluyang
terdiri dari mora, kahanggi, dan anak boru akan menentukan
kedudukan seseorang dalam prilaku kehidupan masyarakat.
Kedudukan itu dipertegas lagi dalam pola partuturan, yakni
panggilan kepada seseorang dalam kehidupan masyarakat
berdasarkan kedudukan sosialnya. Panggilan tersebut lebih
ditentukan hubungan kekerabatan daripada usianya. Partuturan
sangat dipenngkan karena menyangkut nilai ngkah laku
seseorang. Seseorang ditentukan kesopanannya berdasarkan
pemahaman dan penerapan tuturnya. Atau dengan kata lain,
komunikasi antara warga masyarakat dianggap dak sopan kalau
hanya saling memanggil nama, walupun terhadap orang yang
lebih muda usianya.
Marga (Clan)
Marga(clan) adalah kelompok orang-orang yang dipercaya
berasal dari satu nenek moyang yang sama (saompu parsadaan).
Marga menunjukkan identas garis keturunan atau silsilah
seseorang. Pewarisan melalui dari garis ayah kepada anak (sistem
patrilineal). Orang Padang Sidempuan, seper umumnya budaya
Angkola-Mandailing, percaya bahwa masing-masing kelompok
marga mereka berasal nenek moyang yang punya karisma di
masa lalu (raja-raja). Selain itu, mereka juga percaya bahwa
marga juga menunjukkan karakter individu seseorang. Ada sifat-
sifat abstrak seseorang yang dipercaya idenk dengan marganya.
Di Padang Sidempuan ada beberapa marga yang dapat dikatakan
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
38/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 23
dominan, antara lain Siregar, Harahap, Hasibuan, Nasuon,
Rambe, Daulay, Tanjung, Ritonga, Dalemnute, Mardia, Pulungan,
Lubis, Rangku, Parinduri, Matondang, Batubara, Tanjung,
Lintan, danHutasuhut.
Garis keturunan masing-masing marga biasanya ditulis
secara khusus dalam buku Tarombo. Buku ini mengatur keje-
lasan silsilah (genealogies) seseorang dalam marganya.
Tarombo konon dalah sumber penng sejarah di masa lalu.
Melalui taromboorang bisa mengetahui garis keturunan mereka
hingga ratusan tahun yang lalu. Marga nasuon misalnya diyakini
berasal dari satu kakek bersama, yakni Sibaroar. Marga Lubis juga
diyakini berasal dari satu kakek bersama Namora Pande Bosi.
Selain itu, ada juga marga yang berbeda, tetapi diyakini berasal
dari nenek moyang yang sama. Misalnya, Matondangdan Daulay
diyakini dari nenek moyang Pormanto Sopiak, Rangku dan
Parinduri berasal dari nenek Mangaraja Pane.
Dalam sejarah masyarakat Tapanuli, dak pernah ada
konik antarmarga. Meski citra budaya orang Batak sering
digambarkan keras dan kasar, akan tetapi mereka sesungguhnya
sudah teruji dalam memelihara kehidupan harmoni dengan cara
mereka sendiri. Orang dilarang keras menikah dengan marga yang
sama. Pernikahan semarga adalah aib besar dan setara dengan
menikah sedarah atau inces. Banyak cerita rakyat dan legenda-legenda yang menggambarkan betapa pernikahan terlarang
tersebut akan mendatangkan bencana, misalnya akan dikutuk
menjadi batu (legenda Batuna Dua dan Simarsayang).
Oleh karena pernikahan internal marga dilarang, maka
otomas antara marga satu dengan yang lainnya akan menjalin
hubungan yang baik, sebab mereka saling membutuhkan untuk
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
39/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan24
kelangsungan kehidupan bersama. Memang penerus nama marga
adalah pihak laki-laki, akan tetapi keluarga pihak laki-laki tersebut
akan sangat menaruh hormat pada keluarga perempuan (istri).
Bahkan seorang ipar atau besan dari pihak istri dapat dikatakan
wajib disembah oleh sang laki-laki (suami).
Tradisi Marsialapari
Marsialapari adalah semacam gotong-royong yang men-
jadi tradisi masyarakat setempat dalam mengerjakan sawah.
Marsialapariberasal dari dua suku kata yaitu alap (panggil) dan
ari (hari), kemudian ditambah kata awalan mar yang berar
saling, sementara si adalah kata sambung yang kemudian men-
jadi kata marsialapari, yang dapat diarkan sebagai saling
menjemput hari. Dalam melaksanakan Marsialapari,masyarakat
secara sukarela dengan rasa gembira saling tolong menolong/
membantu saudara mereka yang membutuhkan bantuan disawah atau kebun. Kegiatan ini hampir seper arisan. Si A yang
membantu mengerjakan sawah si B selama 7 hari, maka si B juga
akan datang ke sawah si A dengan jumlah hari yang sama.
Marsialapari biasa dilakukan pada saat menanam
(marsuaneme) maupuan pada saat memanen (manyabi) atau-
pun pada saat keka menanam (marsuaneme) biasanya dikerj-
akan oleh sekitar lima hingga sepuluh orang yang berasal
dari teman atau sanak saudara, baik tua maupun muda.
Meskipun marsialapari merupakan kerja sukarela tetapi ada
pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki
mendapat bagian pekerjaan yang dianggap lebih berat. Pekerjaan
laki-laki biasanya berkaitan dengan pembuatan atau perbaikan
saluran air, tanggul, atau jalan.
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
40/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 25
Sementara perempuan cenderung mengerjakan bagian-
bagian yang berkaitan dengan penanaman dan pemanenan.
Manyabi (panen) adalah puncak dari marsialapari. Kegiatan itu
seper pesta yang dilakukan di sawah.
Saat manyabi (panen) adalah saat paling membaha-
giakan dan di tunggu-tunggu oleh semua warga. Dari kegiat-
an marsialapari ini terlihat bahwa pekerjaan yang sulit akan
terasa lebih ringan apabila dikerjakan secara bersama-sama,
sehingga mengerjakan sawah yang luas dak perlu mengeluarkan
uang yang banyak. Marsialapari ini masih bertahan di pedesaan
karena masyarakat Tapanuli masih memegang teguh nilai-nilai
budaya yang ada dalam tradisi. Sementara di perkotaan tradisi
ini mulai luntur, sebab banyak urusan yang mulai diselesaikan
berdasarkan hubungan kerja dan ekonomi.
2. 4. Potensi Daerah
2.4.1. Perdagangan
Sektor perdagangan besar maupun kecil mendominasi
mata pencaharian penduduk Kota Padang Sidempuan. Data BPS
Kota Padang Sidempuan mencatat 32,61% penduduk bermata
pencaharian di sektor perdagangan (termasuk rumah makan dan
jasa akomodasi) pada tahun 2013.Pasar Sangkumpal Bonang dan area sekitarnya yang
terletak di pusat kota menjadi lokasi utama akvitas perdagangan,
baik pedagang kecil maupun pedagang besar. Berbagai komoditas
barang dan jasa ditawarkan di lokasi ini, termasuk komoditas
hasil pertanian dan perkebunan.
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
41/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan26
2.4.2. Pertanian dan Perkebunan
Sektor pertanian cukup mendominasi di Kota Padang
Sidempuan, meskipun dikategorikan kota namun kota ini masihbanyak memiliki daerah pertanian. Sistem irigasi yang dipasok
dari air sungai yang mengalir sepanjang tahun sangat mendukung
sektor pertanian di kota ini. Hasil pertanian dan luas lahan
terbesar adalah pertanian padi. Total luas lahan pertanian padi
tahun 2013 adalah 12.007 hektar dan menghasilkan 67.238,80
ton padi. Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu merupakan
daerah pertanian padi terbesar di Kota Padang Sidempuan. Luas
lahan pertanian di kecamatan ini mencakup 32,68% dari total
luas lahan pertanian padi di Kota Padang Sidempuan. Selain
tanaman padi, hasil pertanian di Kota Padang Sidempuan antara
lain jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, dan kacang tanah.
Gambar 2.5 Tugu Salak Kota Padang Sidempuan
Sumber: Dokumentasi Peneli, 2015
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
42/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 27
Buah salak merupakan komoditas hasil perkebunan yang
terkenal di Kota Padang Sidempuan. Tahun 2013 kota ini meng-
hasilkan 10.230 ton buah salak yang digunakan untuk mencukupi
kebutuhan lokal maupun didistribusikan keluar daerah. Buah
salak menjadi ikon Kota Padang Sidempuan, dan dak salah jika
kota ini mendapat julukan sebagai Kota Salak.
Buah salak Kota Padang Sidempuan memiliki ciri khas
rasa yang asam dan beberapa jenis memiliki daging buah ber-
warna merah. Sebagian besar salak yang diperdagangkan di
wilayah Kota Padang Sidempuan dikirim dari Kabupaten Tapanuli
Selatan yang berbatasan langsung dengan kota ini.
2.4.3. Jasa dan Transportasi
Kota Padang Sidempuan merupakan jalur lintas yang
menghubungkan Kota Sibolga, Kota Padang di Sumatera Barat,
juga Kota Medan. Jalur ini juga merupakan salah satu alternaf
jalur lintas Sumatera yang digunakan masyarakat untuk mela-kukan perjalanan darat menuju Pulau Jawa.
Data BPS Kota Padang Sidempuan, tahun 2013 kondisi
jalan di Kota Padang Sidempuan 47,79% sudah diaspal dan
sebagian besar dalam kondisi baik. Jumlah kunjungan wisatawan
ke Kota Padang Sidempuan untuk berbagai kepenngan dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Jumlah wisatawan
tahun 2007 tercatat 19.829 orang dan meningkat menjadi 86.606
pada tahun 2011. Kondisi ini sangat strategis untuk usaha di
bidang jasa dan transportasi. Tahun 2013 tercatat penduduk yang
bermata pencaharian bidang jasa sebanyak 24,70%, dan bidang
transportasi sebanyak 9,32%.
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
43/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan28
2.4.4. Industri
Jumlah perusahaan industri besar dan industri sedang di
Kota Padang Sidempuan dak begitu banyak, tersebar hanya di2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara
terdapat 3 (ga) perusahaan industri dan Kecamatan Padang
Sidempuan Selatan terdapat 1 (satu) perusahaan industri. Sejak
tahun 2010 hingga tahun 2013 dak menunjukkan adanya
perubahan jumlah tenaga kerja dan jumlah sektor industri besar
maupun industri sedang. Dari 3 (ga) perusahaan industri di
Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara hanya menyerap tenaga
kerja sebanyak 240 tenaga kerja. Sedangkan perusahaan industri
di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan menyerap 233 tenaga
kerja.
2.5. Kapasitas Fiskal Daerah dan Tingkat Kemiskinan
2.5.1 Kapasitas Fiskal Daerah
Besarnya kapasitas skal daerah dihitung berdasarkan
jumlah dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana
Alokasi Umum dan Lain-lain. Pendapatan Daerah yang sah lalu
dikurangi dengan belanja pegawai dan hasilnya dibagi dengan
jumlah penduduk miskin di daerah tersebut. Berdasarkan rumus-
an tersebut, dapat dijelaskan bahwa semakin nggi ngkatkemiskinan maka akan semakin kecil kapasitas skalnya, demikian
pula semakin nggi belanja pegawai maka semakin kecil kapasitas
skal daerah itu.
Indeks kapasitas skal daerah Kota Padang Sidempuan
sejak tahun 2011 atau penghitungan yang didasarkan pada data
realisasi APBD Tahun Anggaran 2010 mengalami penurunan yang
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
44/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 29
cukup tajam, namun mengalami kenaikan di tahun 2014 yang
dihitung berdasarkan data realisasi APBD Tahun Anggaran 2012.
Kenaikan tersebut memposisikan indeks kapasitas skal Kota
Padang Sidempuan di tahun 2014 berada di atas indeks kapasitas
skal Provinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan penghitungan kapasitas skal tahun 2010
yang dihitung berdasarkan data realisasi APBD Tahun Anggaran
2009, Kota Padang Sidempuan memiliki indeks kapasitas skal
0,7085 jauh lebih nggi dibanding dengan indeks tahun 2011
yang dihitung berdasarkan data realisasi APBD Tahun Anggaran
2010 yaitu 0,3111, dan terus mengalami penurunan indeks
kapasitas skal tahun 2012 yang dihitung berdasarkan data
realisasi APBD Tahun Anggaran 2011 menjadi 0,2034. Namun
berdasarkan penghitungan pada data Realisasi APBD Tahun
Anggaran 2012 mengalami kenaikan kembali menjadi 0,4175
dan masih bertahan dalam kategori kapasitas skal rendah sejak
penghitungan kapasitas skal yang didasarkan pada data Realisasi
APBD Tahun Anggaran 2010.
Tabel 2.3. Indeks Kapasitas Fiskal Kota Padang Sidempuan
Berdasarkan Data Realisasi APBD Tahun Anggaran
2009-20121
Kabupaten/KotaData Realisasi APBD (Tahun Anggaran)
2009 2010 2011 2012Kota Padang
Sidempuan
0,7085 0,3111 0,2034 0,4175
Provinsi Sumatera
Utara
0,3904 0,4091 0,4199 0,3649
Sumber: Menteri Keuangan, Peta Kapasitas Fiskal Kota PadangSidempuan
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
45/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan30
2.5.2 Tingkat Kemiskinan
Tingkat kemiskinan di Kota Padang Sidempuan meng-
alami pasang surut sejak tahun 2009. Lonjakan jumlah pendudukmiskin terjadi di tahun 2010 dan 2011 yang mencapai 10,53%
dari total jumlah penduduk. Namun sejak tahun 2012 cenderung
menurun menjadi 9,50% dan menurun lagi pada tahun 2013
menjadi 9,04%.
Hubungan antara ngkat kemiskinan dengan indeks kapa-
sitas skal dalam uraian sebelumnya dapat terlihat pada tahun
2012 indeks kapasitas skal Kota Padang Sidempuan cenderung
menaik seiring dengan berkurangnya jumlah penduduk miskin.
Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut tentu saja atas
upaya kinerja Pemerintah Daerah Kota Padang Sidempuan. Hal
itu ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan perekonomian yang
cenderung posif yang menyebabkan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.Tabel 2.4. Tingkat Kemiskinan Tahun 2009 2013
TahunTotal Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Jumlah Penduduk
Miskin (%)
2009
2010
2011
20122013
191.912
191.531
193.322
198.809204.615
9,77
10,53
10,53
9,509,04
Sumber: Padang Sidempuan Dalam Angka, 2014
Terkait dengan Program Pembangunan Pemerintah Pusat dan
Provinsi dalam menanggulangi masalah kemiskinan, maka
Pemerintah Kota Padang Sidempuan membuat Rencana Kerja
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
46/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 31
Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2013 yang melipu program
Pro Rakyat yang memfokuskan pada:
Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Keluarga;a.Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberda-b.
yaan Masyarakat;
Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberda-c.
yaan Usaha Mikro dan Kecil.
Selain itu, salah satu fokus kegiatan tahun 2013 pada
program Keadilan Semua yaitu adanya program Keadilan
Bagi Kelompok Miskin dan Terpinggirkan. Demikian pula
pada Tujuan Pembangunan Millenium, Pemerintah Kota
Padang Sidempuan memberi ruang pada program Pembe-
rantasan Kemiskinan dan Kelaparan.
2.6. Gambaran Status Kesehatan2.6.1. Angka Kemaan
Kemaan merupakan indikator untuk menentukan dera-
jat kesehatan masyarakat. Beberapa kasus yang diukur berdasar-
kan angka kemaan, antara lain angka kemaan bayi, angka
kemaan ibu, angka kemaan perinatal.
Kasus Kemaan Bayia.
Jumlah kemaan bayi di Kota Padang Sidempuan yang
tercatat pada tahun 2013 adalah 18 bayi dari 4.486 kelahiran.
Dari prol Kota Padang Sidempuan, bahwa penyebab kemaan
bayi disebabkan karena ngkat kesakitan dan status gizi keluarga
yang mengakibatkan infeksi penyakit, kesehatan ibu hamil dan
proses penanganan persalinan.
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
47/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan32
Pada tahun 2013, Puskesmas Pijorkoling menempa pering-
kat pertama dengan kasus kemaan bayi terbanyak yaitu 5
kemaan dari 593 kelahiran. Kemudian diiku Puskesmas
Sidangkal, Puskesmas Batunadua, dan Puskesmas Sadabuan,
masing-masing menyumbang 3 kasus kemaan bayi. Selanjutnya
di Puskesmas Padangmanggi terdapat 2 kasus kemaan bayi.
Adapun Puskesmas Hutaimbaru dan Puskesmas Pintu Langit
terdapat masing-masing 1 kasus kemaan bayi. Sedangkan di
Puskesmas Labuhan Rasoki dan Puskesmas Pintu Pokenjior dak
terdapat kasus kemaan bayi.
Jumlah kemaan berdasarkan kecamatan, peringkat pert-
ama diduduki oleh Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dan
Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, masing-masing menyum-
bang 5 kasus kemaan bayi dari jumlah kelahiran 717 bayi
dan 1.418 bayi. Sedangkan di Kecamatan Padangsidimpuan
Hutaimbaru dan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu
masing masing hanya terdapat 1 kemaan bayi.
Tabel 2.5. Kasus Kemaan Bayi Menurut Kecamatan dan
Puskesmas Tahun 2013
No. Kecamatan PuskesmasJumlah
Kelahiran
Jumlah
Kemaan
1. Padangsidimpuan
Tenggara
Pijorkoling
Labuhan Rasoki
593
124
5
02. Padangsidimpuan
Selatan
Padangmannggi
Sidangkal
946
472
2
3
3. Padangsidimpuan
Batunadua
Batunadua 450 3
4. Padangsidimpuan
Utara
Sadabuan 1.375 3
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
48/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 33
5. Padangsidimpuan
Hutaimbaru
Hutaimbaru 351 1
6. Padangsidimpuan
Angkola Julu
Pokenjior
Pintu Langit
91
84
0
1
Sumber: Prol Kesehatan Kota Padang Sidempuan Tahun 2013
Kasus Kemaan Ibub.
Kasus kemaan ibu menggambarkan jumlah kemaan pe-
rempuan yang disebabkan dari beberapa penyebab yang terkait
dengan gangguan kehamilan, gangguan persalinan. AngkaKemaan ibu merupakan indikator keberhasilan dari pem-
bangunan sektor kesehatan, yaitu ngkat kesadaran perilaku
hidup sehat, status gizi, kesehatan ibu, kondisi kesehatan ling-
kungan, ngkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil,
waktu melahirkan dan masa nifas.
Kasus kemaan ibu tahun 2013 di Kota Padang Sidempuan
yang disebabkan karena persalinanan berjumlah 7 (tujuh) orang.
Ketujuh kasus kemaan tersebut di antaranya dalam kondisi (1)
ibu hamil berjumlah 4 orang dengan usia 20-34 tahun, dan (2)
ibu bersalin berjumlah 3 orang dengan usia 20-34 tahun. Kasus
kemaan ibu secara keseluruhan terbanyak berada di Kecamatan
Padangsidimpuan Batunadua dalam wilayah kerja Puskesmas
Batunadua sebanyak 2 kasus kemaan ibu Hamil dan KecamatanPadangsidimpuan Utara dalam wilayah kerja Puskesmas
Sadabuan sebanyak 2 kemaan ibu terdiri dari 1 kasus kemaan
Ibu Hamil dan 1 kasus kemaan Ibu Bersalin.
Sama halnya dengan kasus kemaan ibu di Kecamatan
Padangsidimpuan Tenggara dalam wilayah Puskesmas Pijorkoling
terdapat 1 kasus kemaan Ibu Hamil dan 1 kasus kemaan ibu
Bersalin. Sedangkan di wilayah kerja Puskesmas Padangmanggi,
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
49/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan34
Kecamatan Padangsidimpuan Selatan hanya terdapat 1 kasus
kemaan Ibu Bersalin.
Jika membandingkan antara Tabel 2.5 di atas dan Tabel 2.6
terdapat kedaksinkronan antara jumlah ibu hamil, jumlah
kelahiran dan jumlah kemaan bayi. Hal ini menunjukkan
bahwa sistem pencatatan dan pelaporan yang berasal dari
kader posyandu sampai dengan Dinas Kesehatan belum pernah
dilakukan verikasi. Belum disadari bahwa sistem pencatatan
dan pelaporan yang baik akan menjadi informasi penng
pembangunan kesehatan di wilayahnya.
Tabel 2.6. Kasus Kemaan Ibu Hamil dan Ibu Bersalin, 2013
No. Kecamatan Puskesmas
Jumlah
Ibu
Hamil
Jumlah Kemaan
Ibu
Hamil
Ibu
Bersalin
1. Padangsidimpuan
Tenggara
Pijorkoling
Labuhan Rasoki
572
128
1
0
1
0
2. Padangsidimpuan
Selatan
Padangmannggi
Sidangkal
932
480
0
0
1
0
3. Padangsidimpuan
Batunadua
Batunadua 434 2 0
4. Padangsidimpuan
Utara
Sadabuan 1.371 1 1
5. Padangsidimpuan
Hutaimbaru
Hutaimbaru 355 0 0
6. Padangsidimpuan
Angkola Julu
Pokenjior
Pintu Langit
91
83
0
0
0
0
Sumber: Prol Kesehatan Kota Padang Sidempuan 2013
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
50/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 35
Kasus Kemaan Anak Balitac.
Jumlah kasus kemaan anak balita di kota Padangsidempuan
tahun 2013 sebesar 3 anak dan 21 balita. Beberapa penyebab
kasus kemaan anak yang tercatat di kota Padangsidempuan
antara lain keterlambatan dalam penanganan kasus yang
diberikan oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan dan keter-
lambatan akibat kedak tahuan/pengetahuan orang tua.
Jumlah kemaan terbanyak anak dan balita berada di
Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dalam wilayah kerja Puskes-
mas Padangmanggi sejumlah 8 anak balita, masing-masing 3
kasus kemaan anak dan 5 kasus kemaan balita. Begitu pula
dengan kasus kemaan balita di Kecamatan Padangsidimpuan
Tenggara dalam wilayah kerja Puskesmas Pijorkoling terdapat 5
kasus. Sedangkan untuk wilayah kerja Puskesmas Labuhan Rasoki
dan Puskesmas Pokenjior dak terdapat kasus kemaan baik
kemaan anak maupun kemaan balita.
Tabel 2.7. Kasus Kemaan Anak dan Balita Tahun 2013
No. Kecamatan PuskesmasJumlah Kemaan
Anak Balita
1. Padangsidimpuan
Tenggara
Pijorkoling
Labuhan Rasoki
0
0
5
0
2. Padangsidimpuan
Selatan
Padangmannggi
Sidangkal
3
0
5
3
3. Padangsidimpuan
Batunadua
Batunadua 0 3
4. Padangsidimpuan
Utara
Sadabuan 0 3
5. Padangsidimpuan
Hutaimbaru
Hutaimbaru 0 1
6. Padangsidimpuan
Angkola Julu
Pokenjior
Pintu Langit
0
0
0
1Sumber: Prol Kesehatan Kota Padang Sidempuan Tahun 2013
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
51/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan36
2.6.2 Status Gizi
Status gizi yang dapat dipantau dan dilaporkan pada kota
Padang Sidempuan berdasarkan laporan dari program gizi tahun2014 antara lain sebagai berikut.
Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)a.
Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) dapat terdeteksi pada saat
kehamilan, dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara
run di posyandu maupun puskesmas. Tahun 2014, penyebab
BBLR yang terbanyak akibat faktor ekonomi, akibat KEK pada ibu
hamil, akibat penyakit penyerta pada ibu hamil, dan bayi lahir
dengan diiku penyakit penyerta.
Tabel 2.8. Jumlah Bayi BBLR Menurut Jenis Kelamin dan
Puskesmas Tahun 2013
No. Puskesmas
Bayi Baru Lahir
Dimbang
Bayi Baru Lahir
Rendah
L P L P1. Pijorkoling 169 173 0 1
2. Labuhan Rasoki 55 43 0 0
3. Padangmanggi 400 379 0 0
4. Sidangkal 172 166 0 0
5. Batunadua 245 218 0 1
6. Sadabuan 552 529 0 3
7. Hutaimbaru 183 161 0 0
8. Pokenjior 35 43 1 19. Pintu Langit 34 24 0 0
Jumlah 1.845 1.736 1 6
Sumber: Prol Padang Kesehatan Kota Padang Sidempuan 2013
Keterangan: L = Laki-laki P = Perempuan
Pada tahun 2013 terdapat 7 kasus BBLR terdiri dari 1 bayi
laki-laki dan 6 bayi perempuan. Kasus BBLR terbanyak berada
di wilayah kerja Puskesmas Sadabuan yang terdapat bayi
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
52/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 37
baru lahir dimbang terbanyak yaitu 1.081 bayi di antaranya
terdapat 3 kasus BBLR perempuan, diiku bayi di wilayah kerja
Puskesmas Pokenjior sebanyak 2 kasus BBLR masing-masing
1 bayi laki-laki dan perempuan. Sedangkan di wilayah kerja
Puskesmas Pijorkoling dan Puskesmas Batunadua masing-masing
menyumbang 1 kasus BBLR.
Bayi dan Balita Dengan Gizi Kurang dan Gizi Burukb.
Balita dengan gizi kurang ini dapat diketahui pada saat
penimbangan yang dilakukan secara run dan pemantauan oleh
petugas gizi. Penimbangan run dilakukan di posyandu dengan
indikasi berat badan terus menurun, apabila balita dak datang
ke posyandu maka kader harus melakukan kunjungan rumah
dengan berbagai pertanyaan antara lain penyebab balita dak
datang secara run, bagaimana perkembangan balita sejak
dilahirkan sampai dengan balita.
Pada tahun 2011 jumlah gizi kurang pada bayi terbanyakdi Kota Padang Sidempuan terdapat di wilayah Kecamatan
Padangsidimpuan Selatan sebanyak 92 bayi dan mengalami
kenaikan menjadi 131 bayi pada tahun 2012. Sama halnya di
wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara yang mengalami
kenaikan dari 30 bayi menjadi 33 bayi dengan gizi kurang pada
tahun 2012. Sedangkan bayi dengan gizi kurang di daerah
Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru mengalami penurunan
yang cukup signikan dari 75 bayi pada tahun 2011 menjadi 20
bayi di tahun 2012. Adapun jumlah bayi dengan gizi kurang paling
sedikit berada di wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Angkola
Julu, yaitu pada tahun 2011 terdapat 9 bayi dan mengalami
penurunan pada tahun 2012 menjadi 5 bayi.
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
53/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan38
Untuk kasus gizi buruk pada bayi tahun 2011 terbanyak
terdapat di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan sebanyak 6
bayi dan hingga tahun 2012 jumlah tersebut dak mengalami
perubahan. Begitupula di Kecamatan Padangsidimpuan Utara
kasus gizi buruk pada bayi sejak tahun 2011 hingga tahun 2012
terdapat 2 kasus gizi buruk pada bayi. Sedangkan di Kecamatan
Padangsidimpuan Batunadua dak terdapat kasus gizi kurang
pada bayi.
Tabel 2.9. Jumlah Balita Berdasarkan Status Gizi Tahun 2011
2012
No. Kecamatan
Status Gizi
2011 2012
Kurang Buruk Kurang Buruk
1.Padangsidimpuan
Utara
39 2 35 2
2. Padangsidimpuan
Selatan
92 6 131 6
3. Padangsidimpuan
Batunadua
36 0 31 0
4. Padangsidimpuan
Hutaimbaru
75 1 20 0
5. Padangsidimpuan
Tenggara
30 0 33 1
6. Padangsidimpuan
Angkola Julu
9 0 5 1
Sumber: Renstra Dinas Kesehatan Kota Padang Sidempuan 2007-2013
Berdasarkan catatan dari Dinas Kesehatan Kota Padang
Sidempuan, sepanjang tahun 2013 terdapat kasus balita gizi
buruk sebanyak 11 balita dan sepanjang tahun 2014 berjumlah
17 balita. Data tahun 2013 menunjukan 3 balita terdiagnosa
diare, asma, dan tuberkolosis paru dan terdapat tanda klinis
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
54/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 39
marasmus. Terdapat 1 balita memiliki tanda klinis marasmus dan
balita lainnya dak terdiagnosa dan dak terdapat tanda-tanda
klinis. Sedangkan pada tahun 2014 terdapat 4 balita terdiagnosa
pneumonia berat, dispepsia, pneumonia dan diare. Dan terdapat
4 balita lainnya memiliki tanda klinis marasmus.
Balita gizi buruk dimulai dengan balita gizi kurang yang
dak terpantau atau dak mendapatkan perawatan secara
benar, misalnya dak mendapatkan asupan makanan tambahan.
Sebagaimana prosedur yang ada, balita dengan gizi buruk dapat
dilakukan perawatan secara rawat jalan dan atau perawatan
secara rawat inap di rumah sakit atau PPG untuk memulihkan
kembali.
Balita gizi buruk diketahui apabila Berat Badan per Tinggi
Badan dak sesuai dengan umur balita. Jumlah balita gizi buruk
tahun 2014 berjumlah 4 balita dan mendapatkan perawatan di
puskesmas (rawat jalan) dengan pemberian makanan tambahan
yang didapatkan dari puskesmas. Terdapat balita ma akibat gizi
buruk yang dilaporkan sampai dengan Desember 2014 (kurun
waktu satu tahun) berjumlah 3 balita.
Dari data yang didapatkan, terdapat balita gizi buruk
yang meninggal pada tahun 2013 sebanyak 1 (satu) balita di
Kecamatan Padangmanggi, tahun 2014 terdapat 3 (ga) balita
meninggal yaitu 1 (satu) balita di Kecamatan Pijorkoling dan 2(dua) balita di Kecamatan Batunadua.
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
55/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan40
Tabel 2.10. Jumlah Balita Gizi Buruk dan Kurang dan Jumlah Balita
Sembuh Tahun 2013 2014
No. Kecamatan
Balita Gizi
Buruk
Balita Gizi
Kurang
Balita Gizi Buruk
Sembuh
2013 2014 2013 2014 2013 2014
1. Pijorkoling 1 0 0 0 0 0
2. Labuhan Rasoki 0 0 0 0 0 0
3. Padangmannggi 2 7 3 0 0 0
4. Sidangkal 0 0 0 0 0 0
5. Batunadua 1 5 1 1 1 0
6. Sadabuan 0 0 0 0 0 07. Hutaimbaru 1 0 0 1 0 0
8. Pokenjior 0 0 0 0 0 0
9. Pintu Langit 0 0 0 0 0 0
Jumlah 5 12 4 2 1 0
Sumber: Catatan Dinas Kesehatan Tahun 2013 dan Tahun 2014
2.6.3 Kesehatan LingkunganKesehatan lingkungan yang disajikan dalam penulisan
ini sesuai dengan rencana temak yang akan dianalisis, yaitu
sumber air bersih dan akses terhadap sanitasi. Ruang lingkup air
melipu, jenis sumber air, rerata pemakaian air per orang per
hari, jarak sumber air minum terhadap penampungan nja, jarak
dan waktu tempuh ke sumber air minum, anggota rumah tangga
yang mengambil air minum, kualitas sik air minum, pengelolaan
(pengolahan dan penyimpanan) air minum. Adapun akses
terhadap sanitasi yang dimaksudkan adalah penggunaan fasilitas
buang air besar (BAB), jenis tempat BAB, tempat pembuangan
akhir nja, jenis tempat penampungan air limbah, jenis tempat
penampungan sampah, dan cara pengelolaan sampah.
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
56/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 41
Sumber air bersiha.
Sebagian besar warga Kota Padang Sidempuan memilih
air isi ulang sebagai sumber air minum utama yakni sebesar
39,51%. Sebanyak 30,50% rumah tangga menggunakan sumur
dak terlindung sebagai sumber air minumnya. Menurut petugas
kesehatan lingkungan Dinas Kesehatan, jumlah rumah tangga
pengguna air PDAM belum pernah dilakukan pemeriksaan
kualitas air minum. Kualitas air minum yang dilakukan
pemeriksaan adalah air minum depot atau air kemasan. Adapun
air bersih yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Padang
Sidempuan adalah air bersumber dari tanah (pegunungan) yang
dialirkan melalui saluran terbuka untuk keperluan Mandi, Cuci,
dan Kakus (MCK).
Tabel 2.11. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum
di Kota Padang Sidempuan Tahun 2013
Sumber Air Minum Persentase (%)Air dalam kemasan 0,49
Air isi ulang 39,51
Ledeng Meteran 18,94
Ledeng Eceran 0,96
Pompa 0,65
Sumur Terlindung 5,02
Sumur Tidak terlindung 30,50
Mata Air terlindung 2,23Mata Air dak terlindung 1,42
Air sungai, air hujan, lainnya 0,29
Jumlah 100
Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padang Sidempuan, Tahun 2013
Badan Pusat Stask mengklasikasikan sumber air minum
menjadi 2 (dua) bagian yaitu air minum layak dan air minum
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
57/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan42
dak layak. Yang dikategorikan sebagai sumber air minum layak
adalah air ledeng, air hujan, pompa/sumur terlindung, dan mata
air terlindung dengan jarak minimal 10 meter dari penampungan/
pembuangan kotoran. Pada tahun 2013 sebanyak 77,49 persen
rumah tangga dikategorikan memiliki sumber air minum yang
dak layak dan 22,51 persen dengan sumber air minum layak.2
Gambar 2.6. Grak Persentase Rumah Tangga Menurut Sanitasi Air
Minum dan Kondisi Sanitasi Tahun 2013
Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padang Sidempuan 2013
Sarana sumber air bersih yang bersumber dari Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) belum dapat menjangkau seluruh
wilayah di Kota Padang Sidempuan, seper di Kecamatan
2 Lihat Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan 2013, BadanPusat Stask Kota Padang Sidempuan, Desember 2014, hlm. 65
0
10
20
30
40
50
6070
80
Kondisi Air
Minum
Kondisi Sanitasi
Layak
Tidak Layak
-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung
58/243
Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 43
Padangsidimpuan Hutaimbaru dan Kecamatan Padangsidimpuan
Angkola Julu dak dapat dijangkau oleh PDAM. Terdapat 2 PDAM
di Kota Padang Sidempuan yang melayani 47.083 rumah tangga
di Kota Padang Sidempuan, yaitu PDAM Tirtanadi dan PDAM
Tirta Ayumi. Jumlah pelanggan PDAM Tirtanadi untuk kebutuhan
rumah tangga atau non niaga jauh lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah pelanggan pada PDAM Tirta Ayumi.
Jumlah terbanyak rumah tangga yang menggunakan air
bersih dari PDAM adalah dari Kecamatan Padangsidimpuan
Utara sebanyak 4.795 pelanggan diiku oleh Kecamatan
Padangsidimpuan Selatan berjumlah 4.059 pelanggan. Selanjut-
nya di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara terdapat 336
pelanggan dan terakhir di Kecamatan Padangsidimpuan
Batunadua hanya 12 pelanggan.
Tabel 2.12. Jumlah Pelanggan Air Bersih pada PDAM Tirtanadi dan
Tirta Ayumi Untuk Kebutuhan Rumah Tangga Menurut
Kecamatan 2013
Kecamatan PDAM TirtanadiPDAM Tirta
Ayumi
Padangsidimpuan Utara 4.795 -
Padangsidimpuan Selatan 4.059 -
Padangsidimpuan Batunadua - 12
Padangsidimpuan Hutaimbaru - -
Padangsidimpuan Tenggara - 336Padangsidimpuan Angkola Julu - -
Jumlah 8.854 348
Sumber: Kota Padang Sidempuan Dalam Angka, 2014
Kepemilikan Sarana Sanitasib.
Jumlah Kepala Keluarga yang ada 47.083, setelah dilakukan
pendataan dan pemeriksaan pada rumah tangga, tercata