sensus menunjukkan muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai 20 tahun mendatang

20
Sensus Menunjukkan : Muslim Mayoritas di Inggris dalam Kurun Waktu 10-20 Tahun Mendatang

Upload: mrharyono

Post on 29-Nov-2014

783 views

Category:

Education


4 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

Sensus Menunjukkan : Muslim Mayoritas

di Inggris dalam Kurun Waktu 10-20

Tahun Mendatang

Page 2: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

Sensus terbaru Inggris tahun 2011 telah menemukan penurunan tajam akan afiliasi Kristen di

antara penduduk kelahiran asli Inggris. Dan banyak ahli menganalisa bahwa penganut Kristen

bisa menjadi minoritas dalam 10 tahun mendatang.

“Ini adalah perubahan yang significant,” kata Prof David Coleman, Profesor demografi di

Universitas Oxford, kepada The Daily Telegraph.

Hasil awal dari sensus 2011 diterbitkan tahun lalu menunjukkan bahwa jumlah orang di

Inggris dan Wales menggambarkan penganut Kristen turun 4,1 juta – penurunan sekitar 10

persen.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa warga usia muda cenderung menolak agama sama

sekali, dengan jumlah 6,4 juta.

Pada saat yang sama jumlah Muslim di Inggris dan Wales melonjak 75 persen – ditambah

oleh hampir 600.000 muslim dari imigran asing.

Page 3: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

Dengan begitu , sensus menunjukkan perbandingan bahwa hampir satu dari 10 warga Inggris

dibawah 25 tahun sekarang adalah Muslim.

Data mencatat, 50% dari Muslim disana berusia dibawah usia 25 tahun, sedangkan 25% dari

penganut Kristian adalah berusia di atas 65 tahun,

Dan rata-rata usia seorang Muslim di Inggris adalah 25 tahun, sedangkan rata rata usia

penganut Kristian adalah 50 tahun. Disini terlihat masa depan Inggris bisa jadi penganut

Islam akan menjadi mayoritas di Inggris dalam 10 tahun mendatang.

Dr Fraser Watts, seorang teolog Cambridge, mengatakan hal itu “sangat mungkin” umat

Kristen bisa menjadi minoritas dalam dekade berikutnya.

“Hal ini cukup mencolok adalah tren yang mengkhawatirkan bahwa dalam banyak gereja

mayoritas jemaatnya tidak lebih dari 60 orang,” katanya.

Keith Porteous Wood, direktur eksekutif dari Masyarakat Sekuler Nasional, mengatakan

penurunan jangka panjang Kekristenan sekarang “tak terbendung”.

“Dalam 20 tahun , Muslim akan lebih aktif daripada umat gereja,” kata Wood. (OI.net/Dz)

Page 4: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

Populasi Muslim di Inggris Meningkat

Tajam

Musliman Inggris (inet)

dakwatuna.com – Inggris. Sensus penduduk bulan Desember 2011, menunjukkan bahwa

Islam adalah agama yang paling cepat berkembang di Inggris dan Wales. Jumlah warga

muslim melonjak 75%, meliputi hampir 600.000 muslim di Inggris dan Wales.

Sementara itu, sensus itu juga menunjukkan bahwa hampir satu dari 10 di bawah umur 25

tahun di Inggris sekarang menjadi muslim.

Sementara hampir setengah dari muslim Inggris di bawah usia 25, berjumlah hampir

seperempat dari orang Kristen berusia 65 lebih.

Rata-rata usia seorang Muslim Inggris hanya 25, hampir setengah dari orang Kristen Inggris.

Page 5: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

Berdasarkan angka tersebut, Dr Fraser Watts, seorang theolog Cambridge, mengatakan

bahwa hal itu orang yang benar-benar mengaku Kristen bisa menjadi minoritas dalam dekade

berikutnya.

“Hal ini masih cukup mengejutkan dan itu kecenderungan yang mengkhawatirkan dan

menegaskan pengamatan bahwa banyak mayoritas jemaat gereja berusia 60 tahun ke atas,”

katanya.

Sementara itu, kebalikan dari Islam terjadi penurunan tajam dalam afiliasi Kristen di antara

penduduk kelahiran Inggris, dan akan terjadi minoritas dalam dekade berikutnya.

“Ini adalah perubahan yang sangat besar, sulit untuk melihat apakah ada perubahan lainnya

dalam sensus bisa saja jauh lebih besar,” kata David Coleman, Profesor demografi di

Universitas Oxford yang dilansir onislam.

Dia juga mengatakan, “Tapi saya ingin tahu seberapa jauh hal itu mencerminkan perubahan

menyeluruh dalam masyarakat di mana itu lebih dapat diterima lebih normal untuk

mengatakan bahwa Anda tidak religius atau tidak Kristen.”

Hasil sensus 2011, menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Inggris dan Wales yang

menganut agama Kristen turun menjadi 4,1 juta atau 10%.

Tetapi analisis baru dari Kantor Statistik Nasional menunjukkan bahwa angka ini meningkat

sebesar 1,2 juta orang Kristen lahir di luar negeri, termasuk Katolik Polandia dan Evangelis

dari negara-negara seperti Nigeria.

Page 6: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

Mereka mengungkapkan bahwa sebenarnya ada 5,3 juta lebih sedikit kelahiran orang Inggris

menyatakan diri sebagai umat Kristen, turun 15% hanya dalam satu dekade.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa orang-orang muda yang cenderung menolak agama

sama sekali, dengan 6,4 juta lebih banyak menggambarkan diri mereka dengan tidak

memiliki keyakinan dari 10 tahun sebelumnya.

Minoritas

“Angka-angka ini menyoroti keragaman Kristen di negeri ini hari ini, sesuatu yang telah

meningkat selama beberapa dekade dan menunjukkan relevansi Kristen kepada orang-orang

dari semua latar belakang,” kata juru bicara Gereja Inggris.

Angka-angka tersebut menegaskan bahwa mereka merupakan bangsa yang setia meski terjadi

penurunan angka namun ini menjadi tantangan, tegasnya.

Page 7: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

Keith Porteous Wood, direktur eksekutif dari Masyarakat Sekuler Nasional, mengatakan

penurunan jangka panjang Kekristenan sekarang tak bisa dihentikan.

“Dalam 20 tahun yang akan datang, muslim akan lebih aktif daripada jemaat gereja,” kata

Wood.

Dia menegaskan, sekarang waktunya telah tiba bahwa kekristenan institusional tidak lagi

dibenarkan, jumlahnya sudah turun di bawah massa kritis yang tidak ada lagi alasan

pembenaran untuk Gereja didirikan, misalnya, atau raja melalui upacara keagamaan di

penobatan.

Inggris adalah rumah bagi minoritas muslim yang cukup besar, hampir 2,7 juta. Sensus 2011

menunjukkan bahwa proporsi muslim di Inggris meningkat dari 3% menjadi 4,8% menjadi

yakin pada Islam dan yang paling cepat berkembang di negara ini. (usb/MINA)

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/05/19/33523/populasi-muslim-di-inggris-

meningkat-tajam/#ixzz2wgUDKBm9

Page 8: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

Wanita Non-Muslim di Inggris Menikmati

Berhijab

Awalnya dia berhijab karena menghindari terpapar matahari.

Dennis Queen, wanita non-Muslim Inggris yang berhijab. (Caters)

VIVAnews - Seorang wanita non-Muslim di Inggris memutuskan mengenakan hijab, bukan karena

tuntutan agama namun karena kulitnya rentan terhadap matahari. Walaupun sempat jadi sasaran para

pembenci Islam, namun dia mengaku nyaman dengan pakaian barunya.

Adalah Dennis Queen, 40, yang memutuskan mengenakan hijab setelah dia menderita penyakit

Polymorphic Light Eruption (PMLE). Penyakit ini menyebabkan kulit penderitanya mengalami ruam

merah yang gatal jika terpapar sinar ultraviolet.

Awalnya, ibu empat anak ini sempat mencoba menggunakan krim tabir surya dan topi lebar, tapi tidak

Page 9: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

mempan. "Ruam ini gatal luar biasa. Jika digaruk sangat sakit, seperti disengat lebah," ujarnya kepada

harian The Express pekan ini.

Akhirnya, dia memutuskan untuk mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh. Pilihannya jatuh

pada mode pakaian Muslimah, atau hijab. Pakaian yang menutup seluruh tubuh dari ujung kepala hingga

kaki ini berhasil membuatnya bisa menghindari sengatan matahari.

"Hijab adalah satu-satunya pakaian yang bisa melindungi saya dari matahari, dan saya menikmati

memakainya," kata Queen yang mengaku mendapat dukungan dari teman-temannya yang Muslim.

Pertama kali menggunakannya, dia kaget akan reaksi masyarakat. Disangka pindah agama, Queen jadi

sasaran penghinaan terhadap Islam, atau yang dikenal dengan Islamofobia. Kini, dia tahu bagaimana

rasanya jadi Muslim, warga minoritas di masyarakat yang tidak toleran.

"Orang mengira saya Muslim. Tidak masalah. Tapi komentar rasis berdatangan, itu menjijikkan. Saya

disebut pengkhianat ras, dan ini membuka mata saya soal perlakuan rasis yang harus dihadapi umat

Muslim setiap harinya," jelas Queen.

Kendati demikian, Queen tidak ambil pusing dan menghiraukannya. Dia mengaku menikmati gaya

berpakaian baru yang membuatnya lebih percaya diri. Dia mengatakan, hijab ternyata tidak membuat

wanita kehilangan daya tariknya.

"Saya tidak merasa kehilangan daya tarik atau kurang feminim karena mengenakan hijab. Saya lebih

percaya ciri dan membuat saya lebih memahami seseorang," ujarnya.

Dia berharap orang yang membaca berita tentangnya bisa mengambil keputusan yang sama dengan dia.

"Kau tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk pakaian atau obat-obatan khusus. Cukup ambil langkah

praktis dan tutupi dirimu." (umi)

Page 10: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

ISLAM DI INGGRIS

Meresapi Semangat Ramadan Muslim

Minoritas di Inggris

Apakah Islam Itu Sejenis Makanan?

Semangat muslim minoritas di Inggris tidak kalah dengan muslim di mana pun dalam

Ramadan ini. Tak hanya membantu sesama muslim, mereka juga memberi makan

tunawisma. Asyiknya lagi, puasanya lebih singkat.

Nurani Susilo, London

KETIKA Anjum Anwar, salah seorang pegiat LSM Islam mengunjungi sebuah

sekolah dasar di Inggris dalam rangka proyek yang disebut Understanding Islam

(Memahami Islam) dia disambut dengan pertanyaan-pertanyaan lugu dari murid-

murid sekolah tersebut. “What is Islam, is it some kind of food?” (Apakah Islam itu

sejenis makanan?). Begitu antara lain pertanyaan yang dikemukakan.

Page 11: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

Cerita Anjum yang telah mengunjungi 120 sekolah dalam proyek yang bertujuan

memerangi Islamphobia di Inggris setelah peristiwa 11 September, seperti ditulis

harian the Guardian, menggambarkan bagaimana Islam adalah agama minoritas

yang “tidak dikenal” di Inggris, seperti tecermin dari pertanyaan di atas. Maka,

banyak warga -terutama yang tinggal di luar kota-kota besar- bahkan tidak tahu

sama sekali tentang Islam.

Namun, ternyata keminoritasan warga muslim di Inggris, yang berjumlah 1,8 juta

atau hanya 3 persen dari total penduduk Inggris yang 60 juta, tidak menghalangi

mereka untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai muslim, termasuk ibadah

puasa pada Ramadan.

Sebuah toko bernama Continental Food di pinggir jalan di kawasan Woolwich,

London Tenggara, pada hari-hari belakangan ini lebih ramai daripada biasanya.

Antrean panjang terlihat di toko yang menjual daging halal, sayur mayur dan buah-

buahan Asia, Afrika, dan Timur Tengah itu. Tampak paling mencolok dari

penampilan toko ini sekarang adalah aneka jenis kurma yang dipajang di depan

toko, pemandangan yang tidak biasanya dijumpai.

Yang juga berbeda adalah alunan musik yang diputar sang pemilik. Pada hari-hari

biasa, terdengar lagu-lagu khas Asia Selatan (India, Pakistan, dan Bangladesh)

yang iramanya mirip musik dangdut. Sekarang pemilik toko lebih sering memutar

lagu-lagu bersyair Islam, yang lebih dikenal dengan nasid.

Memang, suasana Ramadan di Inggris tidak meriah seperti negara-negara

berpenduduk mayoritas muslim. Namun, dari kurma yang dijual di berbagai toko di

komunitas muslim, dari makin penuhnya jamaah di masjid, dan kian maraknya

kegiatan di berbagai organisasi masyarakat Islam, setidaknya sedikit bisa dirasakan,

itulah Ramadan ala Inggris.

Tentu tidak ada baliho atau spanduk bertulisan selamat menunaikan ibadah puasa

atau acara televisi yang tiba-tiba penuh dengan tema Ramadan. Bahkan, selain di

beberapa wilayah yang banyak ditinggali warga muslim seperti Woolwich, di Inggris

secara umum tidak tampak adanya perubahan dengan datangnya Ramadan.

Page 12: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

Sebab, kegiatan Ramadan di Inggris lebih banyak dilakukan secara internal di

masing-masing komunitas atau organisasi Islam. Misalnya, acara buka puasa

bersama dan ceramah dengan tema-tema seputar Ramadan serta tema Islam

lainnya. Yang juga marak saat Ramadan adalah acara-acara sosial, baik

pengumpulan dana untuk membantu negara-negara muslim maupun pemberian

santunan bagi warga kurang mampu di Inggris.

City Circle merupakan salah satu yayasan yang setiap Ramadan mengadakan acara

tersebut. Beberapa hari lalu, City Circle mengadakan ceramah terbuka dengan

pembicara Profesor John L. Esposito. Tema yang dibahas mulai masalah agama

sampai dampak pemilihan presiden di AS terhadap Islam dan modernitas. Juga,

dibahas tentang pengaruh terhadap perang melawan terorisme.

“Selama Ramadan ini, kami juga mengadakan kegiatan sosial rutin setiap pekan,

yaitu memberi makanan kepada para tunawisma di London,” ungkap Asim Siddiqui,

ketua City Circle.

Ramadan tahun lalu, yayasan Islam yang didirikan para profesional muda tersebut

berhasil memberikan 2.700 hidangan kepada para tunawisma di London. Hal itu

tentu tanpa memandang siapa mereka. Tahun ini, mereka menyiapkan dana yang

berasal dari sumbangan sukarela hingga ribuan poundsterling untuk menyiapkan

hidangan di berbagai shelter (tempat singgah) tunawisma yang mereka dirikan

selama Ramadan di London.

Yayasan yang rutin mengadakan pengajian bulanan di luar Ramadan tersebut juga

mengadakan sekolah Sabtu (Saturday school) selama Ramadan untuk anak-anak.

Di sekolah itu, anak-anak belajar membaca Alquran dan pengenalan Islam. Juga,

belajar mata pelajaran yang mereka hadapi di sekolah reguler.

Tidak semua warga muslim tergabung dalam organisasi-organisasi Islam semacam

City Circle. Mereka biasanya aktif dalam pengajian antarkomunitas. Misalnya,

Page 13: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

komunitas Muslim Asia Selatan, Muslim Somalia, dan Islam Indonesia. Namun,

batas komunitas berdasar negara asal tersebut tidak mutlak. Artinya, banyak juga

warga asal negara lain yang bergabung. Misalnya, muslim asal Indonesia banyak

yang bergabung di komunitas Malaysia atau Pakistan, begitu juga sebaliknya.

Pusat kegiatan mereka, biasanya, ada di masjid atau Islamic Center. Di Masjid

Woolwich, misalnya, selama Ramadan ini selalu penuh sesak dengan jemaah yang

sebagian besar berasal dari Asia Selatan dan Afrika Utara. Setiap malam diadakan

ceramah dan salat tarawih yang dilakukan dalam dua tahap, pukul 21.00 dan pukul

23.00. “Tarawih pukul 23.00 itu diadakan untuk mengakomodasi jemaah yang

bekerja di toko atau restoran,” kata Arifin, warga Indonesia yang tinggal tidak jauh

dari Masjid Woolwich.

Masjid atau Islamic Center itu menjadi tumpuan warga muslim Inggris untuk

memperoleh informasi mengenai jadwal puasa dan jadwal salat. Central Mosque di

kawasan Baker Street, masjid terbesar di London, menjadi pusat informasi Islam di

Inggris. Pemerintah Inggris tidak ikut campur dalam urusan agama alias

memisahkan kehidupan beragama dengan negara.

Selain suasana, perbedaan yang mencolok Ramadan di Inggris adalah waktu puasa

yang pendek. Sebab, Ramadan dalam beberapa tahun terakhir jatuh di musim gugur

awal musim dingin. Semakin mendekati akhir puasa, semakin pendek pula waktu

berpuasa.

Pada Ramadan kali ini, misalnya, di hari pertama, imsak jatuh pada pukul 05.24 dan

magrib pukul 18.10. Tetapi, pada hari terakhir puasa, 13 November, imsak pukul

05.10 dan magrib pukul 16.16 (ini berarti lebih singkat sekitar satu jam dibandingkan

dengan di Indonesia). Keuntungan lain dengan Ramadan di musim gugur atau

musim dingin adalah cuaca begitu dingin, sehingga umat Islam yang berpuasa di

Inggris tidak merasa haus.

Jangan iri dulu. Sebab, dalam beberapa tahun mendatang, Ramadan kembali jatuh

di musim panas. Artinya, waktu siang menjadi sangat panjang. Dalam keadaan

seperti itu, pukul 03.00 dini hari telah masuk imsak, sementara magrib bisa jatuh

setelah pukul 21.00 (ini berarti bisa lebih panjang sekitar lima jam dibandingkan

dengan di Indonesia). Belum lagi, udara luar biasa panas, sedangkan rumah dan

transportasi Inggris lebih dibuat untuk cuaca dingin. Jadi, rumah menyediakan

pemanas, tetapi tanpa AC.

Kesamaan Ramadan di Inggris dengan Indonesia adalah berlimpahnya makanan

untuk berbuka puasa. Tradisi makan enak untuk berbuka ataupun sahur ternyata

sama di mana pun kaum muslim berada. Di Inggris, di kawasan mayoritas pemeluk

Islam yang dihuni warga yang berasal dari Asia Selatan, Afrika, dan Timur Tengah

mempunyai kebiasaan makan besar seperti halnya di tanah air.

Page 14: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

Bahkan, karena porsi makan mereka tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan

porsi makan orang Indonesia, makanan selama Ramadan di Inggris terasa jauh

berlimpah-limpah. Asal ada acara berbuka bersama, muslim asal Indonesia pasti

akan kewalahan menghabiskan porsi makan yang disediakan. Rasanya? Tidak

kalah enaknya karena seperti masakan Indonesia. Masakan negara-negara muslim

tersebut memakai banyak bumbu dan juga pedas.

Islam bukan sejenis makanan, melainkan agama, a religion. Tapi, adalah benar

kalau pemeluk Islam senang menyediakan banyak makanan. Begitu mungkin

jawaban sederhana yang bisa diberikan pada murid SD yang dikunjungi Anjum

Anwar.

Pemain Sepak Bola Liga Inggris pun Berpuasa

Pemain sepak bola, selebriti, anak pejabat hingga penyiar MTV ramai-ramai masuk

Islam. Ada yang menceritakan keislamannya dengan bangga, ada yang

menyimpannya dengan rapi.

Nurani Susilo, London

KOLO Toure setiap Jumat tidak pernah absen pergi ke sebuah masjid dekat

kompleks lapangan latihan Arsenal di Colney London Utara. “Agama adalah salah

Page 15: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

satu bagian penting dalam hidup saya,” katanya. Tidak hanya salat Jumat, dia juga

mengaku melaksanakan salat lima waktu ketika keadaan memungkinkan baginya.

“Saya salat ketika saya bisa, ketika saya punya kesempatan untuk

melaksanakannya.” Namun, dia kemudian menambahkan, “Tapi, bukan berarti

ketika saya di ruang ganti pemain, kemudian salat di sana.”

Itulah Kolo Toure, pemain belakang yang mampu mempertahankan rekor

keunggulan Arsenal sebelum dikalahkan Manchester United Minggu lalu. Dia pun

dikenal karena ketaatannya menjalankan kehidupan sebagai muslim. Sosok pemain

asal Pantai Gading ini secara tidak langsung juga memopulerkan Islam kepada para

penggemar bola. Islam agama minoritas, sedangkan penggemar bola adalah

mayoritas di Inggris.

Dalam setiap wawancara panjang dengan Toure tidak pernah ketinggalan

disebutkan kehidupan pribadinya sebagai seorang muslim. Yang paling

meninggalkan kesan bagi pendukung Arsenal dan penggemar bola di Inggris adalah

pengakuannya untuk menjalankan ibadah puasa pada Ramadan.

Mantan pemain Asec Mimosas ini menyatakan, kecuali pada hari pertandingan, dia

selalu menjalankan puasa Ramadan. “Saya berusaha selalu berpuasa Ramadan di

luar hari pertandingan,” katanya kepada the Times.

Profesinya sebagai pemain bola profesional memang membuatnya terpaksa tidak

berpuasa di hari timnya bertanding. “Sebagai pemain profesional saya berkewajiban

memberikan yang terbaik bagi klub saya, antara lain tetap fit ketika bertanding,”

tambahnya.

Dia yakin dengan sikapnya itu. “Allah mengerti kalau saya tidak bisa berpuasa di hari

pertadingan,” adalah pernyataan Toure yang sejak diucapkannya pada Ramadan

tahun lalu dikutip oleh banyak media dan website pribadi para fans Arsenal. Kini,

kata puasa Ramadan di kalangan penggemar sepak bola Inggris identik dengan

Kolo Toure.

Selain salat dan berpuasa Ramadan, dalam keseharian Toure juga mempraktikkan

ajaran Islam yang lain. Misalnya, kebiasaannya mengucap salam dan menjabat

tangan siapa saja yang ditemuinya. Dia tidak membedakan status, mulai rekan

setim, wartawan, sampai para juru masak di klub Arsenal.

Selain Kolo Toure, beberapa pemain Liga Inggris juga muslim. Baik yang muslim

dari lahir, seperti Toure, juga muslim karena berpindah agama (convert). Dan,

sekolah Islam Islamia yang didirikan penyanyi Yusuf Islam di Kilburn, London,

adalah salah satu lembaga yang memanfaatkan para pemain sepak bola muslim

sebagai role model (contoh) bagi murid-muridnya. Menurut sumber sekolah tersebut,

beberapa pemain sepak bola muslim seperti Nicolas Anelka (Manchester City) dan

Omer “Freddie” Kanoute (Tottenham Hospur) berkunjung ke sekolah tersebut.

Page 16: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

Sekolah itu sangat populer di Inggris hingga calon muridnya harus mendaftar 6

tahun sebelumnya (waiting list) untuk bisa mendapat tempat. Juga banyak keluarga

muslim pindah rumah ke daerah Kilburn untuk bisa memasukkan anaknya ke

sekolah yang didirikan pada 1983 oleh penyanyi yang bernama asli Cat Stevens itu.

Perkembangan Islam di Inggris memang bisa dibilang pesat, terutama di kota-kota

besar seperti London, Birimingham, Manchester, dan Sheffield. Menurut hasil

sensus terakhir, ada 14.200 warga kulit putih Inggris yang convert (pindah agama)

ke Islam. Mereka pun bukan hanya dari kalangan biasa. Banyak di antaranya anak

mantan pejabat tinggi, selebriti, dan keturunan keluarga terhormat Inggris.

Contohnya Joe Ahmed-Dobson, anak Frank Dobson, mantan menteri kesehatan

Inggris. Bahkan, kini Joe menjadi pengurus teras Muslim Council of Britain,

organisasi Islam terbesar di Inggris.

Dalam suatu penelitiannya, Yahya (sebelumnya bernama Jonathan Birt, anak Lord

Birt, mantan direktur utama BBC) -yang seperti juga Joe, kini pemeluk Islam taat-

menemukan alasan utama banyaknya warga Inggris convert ke Islam. “Adalah

spiritualisme kehidupan muslim yang sering menjadi alasan termasuk bagi saya,”

kata Yahya yang mengambil subjek young British muslims (generasi muda Islam

Inggris) sebagai disertasi doktornya di Universitas Oxford.

Pemeluk Islam dari keluarga terhormat lain adalah Emma Clark, cicit mantan PM

Inggris pada awal Perang Dunia I, Herbert Asquith. “Semoga banyaknya Briton

(orang Inggris) yang pindah menjadi Islam tidak sekadar mode sesaat,” kata

perempuan yang ahli mendesain taman ini. Emma Clark inilah yang membantu

mendesain Islamic garden (taman bernuansa Islam) di kompleks rumah sekaligus

peternakan milik Pangeran Charles di Highgrove, Gloucestershire.

Proyek terbaru Clark adalah mendesain taman serupa di seputar tempat parkir

sebuah masjid di Woking, Surrey.

Banyak pula dari mereka yang pindah ke agama Islam karena terinspirasi tulisan

mantan diplomat Inggris, Charles Le Gai Eaton. Eaton, yang karyanya berjudul Islam

and the Destiny of Man, menyatakan bahwa “Saya menerima surat dari banyak

orang yang tidak setuju dengan Kristen yang semakin kontemporer dan mereka

mencari agama lain yang tidak berkompromi terlalu banyak terhadap kehidupan

modern”.

Yang lain berpindah agama karena pacar atau pernikahan. Kristian Backer, mantan

pacar pemain kriket Imran Khan, mengaku mengenal Islam melalui pacarnya.

Tetapi, dia baru berpindah agama justru setelah mereka putus. “Imran yang

menanam benih Islam saya. Namun, momentum untuk berpindah agama justru

setelah hubungan kami putus,” kata Backer yang semula merahasiakan

keislamannya karena takut mempengaruhi karirnya.

Page 17: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

Meskipun masih belum penuh memakai jilbab, Backer mengaku telah membuang

baju-baju seksi miliknya semasa menjadi penyiar MTV Eropa.

Namun, ada pula pemeluk Islam baru yang tidak mau menyebutkan alasannya

berpindah agama. The Earl of Yarborough, seorang tuan tanah seluas 28 ribu

hektare di Lincholnshire misalnya. Pria berusia 40 tahun yang kini berganti nama

menjadi Abdul Mateen menolak menjawab setiap kali ditanya tentang alasannya

masuk Islam.

Pertanda terkuat bahwa Islam sudah diterima dalam kehidupan Inggris adalah

diberlakukannya peraturan baru di kalangan Istana Buckingham awal tahun ini. Ratu

Elizabeth II menyetujui aturan yang mengizinkan pegawai istana yang beragama

Islam pergi ke masjid untuk melaksanakan salat Jumat. Salah satu staf istana dari

bagian keuangan mengaku tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan yang

didapatnya itu.

Bagi kalangan muslim yang terlahir dari keluarga muslim (muslim karena keturunan)

di Inggris -termasuk yang berasal dari Indonesia- mengenal para pemeluk Islam

baru sebagai muslim yang sangat taat. Tidak jarang mereka lebih ketat dalam

menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan Islam dibanding muslim keturunan.

Selain itu, mereka dikenal sungguh-sungguh dalam mempelajari Islam, termasuk

Alquran. Sebagian besar hafal Alquran yang jauh lebih bagus daripada muslim

keturunan. Tidak sedikit pula yang hafal Alquran dalam waktu yang tidak begitu

lama, hasil belajar dengan sangat serius.

Kalau sudah berhadapan dengan kemajuan pemeluk Islam baru ini, biasanya

pemeluk Islam keturunan hanya bisa malu hati. Apalagi, kalau mereka awalnya

belajar dari mereka, tetapi tidak berapa lama murid baru itu justru lebih pandai

daripada gurunya. Belum lagi ketika melihat kehidupan sehari-hari mereka yang

benar-benar dijalankan sesuai aturan Islam.

Pengajian Virtual, Ustad-Jamaah di Negara Berbeda

Nuansa negara maju juga mewarnai kehidupan muslim di Inggris. Dunia maya pun

menjadi sarana dakwah. Namun, kumpul-kumpul tetap merupakan kehangatan yang

dirindukan. Apalagi, ada bungkusan nasi yang bisa di-take away.Nurani Susilo,

London

PUKUL 06.15 GMT, keluarga Asep Setiawan baru selesai melaksanakan salat

Subuh. Ketiga anak mereka -Isti, 14; Hanif, 12, dan Zaka, 8, yang bangun sejak

pukul 05.00 GMT untuk makan sahur kembali meneruskan tidur.

Sementara Asep beserta istri dan bapak-ibu mertua yang tengah berkunjung,

melanjutkan ritual sahur mereka. Masih dengan sarung dan mukena, mereka

kemudian duduk bersila di depan komputer. Apa yang dilakukan keluarga yang

tinggal di Dagenham, Essex, di ujung timur London ini?

Page 18: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

Tentu saja mereka bukan chatting, melainkan mendengarkan ceramah Ramadan

melalui yahoo messenger. Pagi itu, yang memberikan ceramah adalah Ustad Ahmad

Yani yang berada di Belanda atas undangan pelajar dan keluarga muslim Indonesia

di Negeri Kincir Angin tersebut.

Beberapa kali Asep bangkit dari duduknya di karpet dan mengetik di komputer.

Mengirim pesan, juga melalui yahoo messenger,adalah cara para jamaah virtual itu

mengajukan pertanyaan kepada sang Ustad. Pertanyaan itu kemudian dijawab

ketika materi ceramah, yang pagi itu membahas porsi ibadah dalam kehidupan

sehari-hari.

“Alhamdulillah, kita telah menyelesaikan materi untuk pagi ini. Isya Allah besok pagi

pada jam yang sama kita bisa bertemu lagi. Dan semoga jamaahnya bisa

bertambah,” begitu Ustad Ahmad Yani menutup ceramahnya.

Mendengarkan -atau kadang wajah pembicara tampil di komputer jika kebetulan

menggunakan web cam- ceramah melalui internet adalah cara yang sering

dilakukan muslim Indonesia di Eropa. Dan, sesama muslim Indonesia di kota-kota di

Eropa itu saling berhubungan untuk mengaji bersama, dengan penyelenggara yang

bergantian.

Pagi itu Ustad Ahmad Yani bisa tampil di seluruh layar komputer muslim Indonesia

di Eropa atas kerja yang dilakukan pelajar Islam Indonesia di Belanda. “Beberapa

hari lalu Ustad Anis Matta berceramah melalui cara yang sama dengan

penyelenggara pelajar Indonesia di Jerman,” kata Asep.

“Apakah Ustad Anis Matta tengah berada di Jerman?” saya bertanya kepada

produser BBC London ini. “Oh, tidak, Ustad Anis Matta berada di Indonesia, tapi

yang mengatur teman-teman dari Jerman,” papar Asep.

Begitulah, penggunaan teknologi internet dilakukan muslim-muslim Indonesia di

Inggris dan di negara Eropa lain untuk mengaji bersama selama Ramadan. Ustad

boleh berada di mana saja dan jamaahnya juga tersebar di beberapa negara. Tetapi,

setiap selesai subuh, semua berkumpul di rumah masing-masing untuk

mendengarkan ceramah yang sama melalui internet.

Setiap Sabtu siang, Asep dan istrinya, Titin, juga menghadiri pengajian lain. Namun,

pengajian ini mengharuskan mereka datang ke sebuah rumah di Southfield, dekat

kompleks tenis Wimbledon di London Barat. Di kelompok pengajian ini untuk tahun

ini Asep menjabat ketua. Kelompok tersebut sebagai tempat berkumpul warga

muslim Indonesia di London dan sekitarnya.

Para pelajar Indonesia di London dan warga Indonesia yang bermukim di Inggris

lainnya datang selepas asar untuk bertadarus Alquran, berbuka puasa,

mendengarkan ceramah, dan salat tarawih bersama. Ceramah Ramadan biasanya

disampaikan oleh para pelajar di London dan kota-kota lain di Inggris yang kebetulan

juga seorang ustad.

Page 19: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

Namun, ada kalanya pengajian yang bernama Al Ikhlas ini mendatangkan ustad dari

Indonesia. Biasanya, Al Ikhlas bekerja sama dengan pengajian lokal di kota lain di

Inggris, seperti Manchester, Birmingham, dan Sheffield, tempat banyak pelajar atau

warga Indonesia tinggal. Selama di Inggris, ustad tersebut akan berkeliling ke setiap

pengajian lokal itu yang biasanya mengadakan pengajian rutin setiap Minggu atau

dua minggu sekali.

“Sejak beberapa tahun terakhir, Al Ikhlas juga dipercaya mengelola pengajian

Ramadan setiap Minggu di KBRI London,” kata Asep. Termasuk di dalamnya

pengajian khusus untuk anak-anak dan remaja yang dilakukan selepas salat asar.

Pengajian anak-anak dan remaja ini dikelola oleh ibu-ibu yang tergabung dalam tim

Alief. Mereka adalah guru sekolah anak-anak Alief, yang di luar Ramadan diadakan

dua minggu sekali bersamaan waktu dan tempatnya dengan pengajian Al Ikhlas.

Pengadaan makanan berbuka puasa dan acara pengajian di luar Ramadan

ditangani ibu-ibu pengajian yang dibagi per kelompok. Setiap kelompok mendapat

giliran memasak serta menyiapkan hidangan.

Menunya? Tidak kalah dengan menu buka puasa di Indonesia. Hindangan yang

disediakan secara sukarela ini selalu lengkap. Makanan takjil berbuka juga khas

Indonesia, seperti kolak, bubur atau es buah, makanan kecil mulai kurma hingga kue

manis dan asin asal Indonesia. Makanan utamanya juga ala Indonesia, mulai ayam

goreng, soto, bakso, asinan, rendang, empal, sayur asem, kerupuk hingga sambal

dan lalapan hadir di meja berbuka secara bergiliran.

Tidak berhenti sampai acara makan di tempat. Ketika makanan masih tersisa,

jamaah yang sebagian besar pelajar yang hidup single dan tinggal di rumah kos di

London itu akan mendapat bungkusan untuk dibawa pulang. Di Inggris kegiatan ini

dikenal dengan take away. Penyebutan take away ini diambil dari istilah di restoran

Inggris yang pembelinya membawa pulang makanannya alias tidak makan di

restoran tersebut.

Pengajian Al Ikhlas yang menempati rumah wakaf dari seorang pengusaha restoran

sukses di London asal Jawa Timur ini telah mempunyai dua “anak”. Pertama,

pengajian Al Hidayah, yaitu pengajian khusus yang didirikan Al Ikhlas untuk para

TKW Indonesia di London dan sekitarnya.

Kini, Al Hidayah sudah mandiri dalam arti mengelola sendiri pengajiannya, termasuk

penyediaan tempat yang biasanya bergilir di rumah atau tempat kos para TKW. Al

Ikhlas hanya menyediakan materi serta pembicara yang dilaksanakan dua minggu

sekali itu. Tetapi, khusus selama Ramadan, Al Hidayah kembali bergabung dengan

Al Ikhlas.

Anak Al Ikhlas yang lain adalah Al Baroqah. Ini juga untuk para TKW, tetapi mereka

yang baru datang ke London atau baru mulai belajar mengaji. “Al Baroqah untuk

yang baru belajar dan baru datang. Kalau digabung dengan Al Hidayah, materinya

Page 20: Sensus menunjukkan  muslim mayoritas di inggris dalam kurun waktu 10 sampai  20 tahun mendatang

akan ketinggalan,” kata Titin Suhartini, pengurus Al Ikhlas yang ditugasi menangani

Al Baroqah.

Keluarga Asep Setiawan bersama pengajian Al Ikhlas adalah potret lain kehidupan

warga muslim Indonesia di London atau Inggris pada umumnya. Tinggal di negara

yang Islam adalah agama minoritas tidak menghalangi mereka untuk menjalankan

kewajiban sebagai umat Islam. Juga semangat berdakwah serta bersilaturahmi

sesama muslim pun tidak hilang di tengah kehidupan Barat yang jauh dari nuansa

Islam.