senin, 5 desember 2011 mencetak akuntan global di negeri ... filedengar apa itu ilmu akun-tansi....

1
ANDREAS TIMOTHY S EMUA orang pasti tahu atau minimal pernah men- dengar apa itu ilmu akun- tansi. Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah, dan menya- jikan data, transaksi, serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan dan mu- dah dimengerti pemakainya untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya. Dalam bahasa mudahnya, akun- tansi bisa diterjemahkan sebagai ilmu menghitung atau mengolah aktivitas keuangan sebuah orga- nisasi. Namun, tidak semua orang tahu apa signikansi dan manfaat yang bisa diberikan jenis ilmu yang satu itu. Bagi seorang John Cahill yang su- dah lebih dari 25 tahun berpengalam- an di dunia keuangan, akuntansi bukan sekadar ilmu hitung-hitungan. Di matanya, pekerja profesi akun- tansi atau lazimnya disebut akun- tan memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi serta perkembangan bisnis di sebuah negara. Begitu pula dengan Indonesia. Pria yang menjabat Presiden dan Ketua Dewan Certified Practis- ing Accountants Australia (CPA Australia) tersebut memandang Indonesia sebagai negara yang tengah mengalami pertumbuhan ekonomi pesat. Indonesia saat ini, menurut Cahill, ibarat gula manis yang menggiur- kan di mata ‘semut-semut’ asing. Buktinya, banyak perusahaan mul- tinasional dunia seperti perusahaan pertambangan, manufaktur atau penyelenggara jasa, berkantor di Tanah Air. Praktik pengelolaan perusahaan secara bertanggung jawab (good cor- porate governance/GCG) baik wajib diterapkan bagi lembaga publik dan swasta. Mereka harus melaporkan keuangan yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal itu bertujuan mendorong kepercayaan pemangku kepen- tingan, termasuk penanam modal. Dampaknya kebutuhan akan akun- tan berkualitas standar dunia di dalam negeri menjadi tinggi. “Indonesia memiliki potensi yang sangat besar karena perekonomian- nya yang sangat maju pesat saat ini. Namun, dengan ekonomi yang sangat besar potensinya, jumlah akuntan profesional di Indonesia masih minim. Inilah yang menjadi tantangan bagi Indonesia,” jelas Ca- hill dalam perbincangannya dengan Media Indonesia, beberapa waktu lalu, di Jakarta. Belum memadai Apa yang dikemukakan Cahill benar adanya. Jumlah akuntan profesional di Indonesia masih belum memadai untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam me- nyajikan pelaporan keuangan yang akuntabel. Data Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyebutkan dengan jumlah penduduk menembus angka 230 juta orang, Indonesia baru memiliki sekitar 40 ribu akuntan terdaftar. Akuntan publik yang aktif terdaftar baru sebanyak 700 orang. Jumlah itu jauh jika dibandingkan dengan Malaysia sebagai negara dengan penduduk sekitar 27 juta. Di negeri jiran itu jumlah akuntan publik yang terdaftar dan aktif mencapai sekitar 5.000 orang. “Padahal, akuntan memiliki pe- ran strategis baik bagi perusahan swasta maupun lembaga publik. Laporan keuangan yang diberikan para akuntan akan berkontribusi terhadap penetapan kebijakan- kebijakan keuangan yang dikeluar- kan lembaga bersangkutan,” papar Cahill. Sebagai salah satu lembaga akun- tansi terbesar di dunia dengan lebih dari 132 ribu anggota yang tersebar di 114 negara, CPA Australia di- akui Cahill berkepentingan dalam mendorong pertumbuhan jumlah akuntan berstandar internasional. CPA juga berkomitmen memberikan kontribusi itu untuk mendukung kalangan bisnis di Indonesia. Komitmen tersebut telah diwu- judkan dalam bentuk pembukaan kantor cabang di Jakarta pada 31 Oktober lalu. Kantor perwakilan tersebut akan digunakan sebagai pusat diskusi, lokakarya program, dan kegiatan pengembangan pro- fesi berkesinambungan dalam upaya membangun pengetahuan dan karier profesional anggota CPA Australia di Indonesia. Saat ini CPA Australia memiliki lebih kurang 200 akuntan anggota di Indonesia. Dalam 12 bulan ke depan, pihaknya menargetkan adanya tambahan anggota seba- nyak 50 akuntan yang berasal dari Indonesia. Tidak hanya itu, pihaknya memas- tikan setiap anggota CPA Australia akan bertindak sesuai kode etik untuk menjadi akuntan profesional. Ia berharap para anggota CPA dapat menjadi agen penegak prinsip GCG, termasuk meminimalkan praktik- praktik korupsi yang selama ini ban- yak terjadi, termasuk di Indonesia. “Pemerintah Indonesia sudah melakukan yang terbaik dalam menangani korupsi. Permasalahan bukan terletak pada sistem akuntansi yang kemudian mengakibatkan korupsi, melainkan lebih kepada transparansi dan standar pelaporan keuangan yang belum memadai. Di sinilah kami bisa ambil peran,” jelasnya. Pelaporan lemah Secara khusus Cahill mengapre- siasi langkah pemerintah Indonesia yang telah menetapkan penerapan International Financial Reporting Standards (IFRS). Standar sistem pelaporan keuangan internasional di kalangan perusahaan dan pe- merintahan itu mulai berlaku 1 Januari 2012. Ia menilai penerapan IFRS akan meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban perusahaan dan pemerintah serta meningkatkan peluang kerja sama perusahaan Indonesia dengan perusahaan mul- tinasional. Di samping penerapan standar pelaporan keuangan internasional, keberadaan akuntan berstandar internasional memang mutlak diper- lukan bagi keberlangsungan daya saing sebuah lembaga. Terlebih, jika lembaga tersebut masuk kategori sebagai perusahaan publik. Data PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan masih ada beberapa perusahaan akuntan publik yang memerlukan koreksi dalam penyajian pelaporan keuangan perusahaan ter- buka. Dari 432 emiten yang terdaftar di BEI, masih terdapat 25% penyajian laporan keuangan yang belum me- menuhi standar. Cahill berpendapat, masalah tersebut perlu mendapatkan per- hatian khusus mengingat laporan keuangan publik sangat terkait erat dengan para pemodal atau investor. “Dengan menganut standar akun- tansi yang diakui secara internasio- nal, peluang untuk transaksi interna- sional akan semakin terbuka. Hal ini juga akan berpengaruh pada mening- katnya daya saing perusahaan dan negara,” pungkasnya. (E-1) [email protected] Para akuntan CPA dapat meminimalkan praktik- praktik korupsi yang selama ini banyak terjadi, termasuk di Indonesia. Permasalahan bukan terletak pada sistem akuntansi yang kemudian mengakibatkan korupsi, melainkan lebih kepada transparansi dan standar pelaporan keuangan yang belum memadai.” MI/PANCA SYURKANI 16 SENIN, 5 DESEMBER 2011 C EO TALKS Mencetak Akuntan Global di Negeri Seribu Pulau JOHN CAHILL John Cahill adalah Presiden dan Ketua Dewan CPA Australia setelah menjadi anggota dewan pada 2007. Ia adalah mantan Chief Executive Officer (CEO) Alina Infrastructure Holding Ltd dan mantan Chief Financial Officer (CFO) Alina Ltd. John Cahill memiliki pengalaman lebih dari 25 tahun kerja di dalam sektor energi menangani keuangan, kas, akuntansi, dan risk management. John Cahill saat ini juga menjabat sebagai direktur noneksekutif independen di perusahaan yang terdaftar di dalam ASX (Australian Stock Exchange), wakil ketua di sebuah perusahaan umum milik pemerintah Australia Barat, serta anggota dewan di Universitas Edith Cowan. John Cahill juga merupakan wakil Asosiasi Akuntan Australia di komite Professional Accountants in Business (PAIB), International Federation of Accountants (IFAC).

Upload: phamdung

Post on 02-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANDREAS TIMOTHY

SEMUA orang pasti tahu atau minimal pernah men-dengar apa itu ilmu akun-tansi. Akuntansi adalah suatu

proses mencatat, mengklasifikasi, me ringkas, mengolah, dan menya-jikan data, transaksi, serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan dan mu-dah dimengerti pemakainya untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya.

Dalam bahasa mudahnya, akun-tansi bisa diterjemahkan sebagai ilmu menghitung atau mengolah aktivitas keuangan sebuah orga-nisasi. Namun, tidak semua orang tahu apa signifi kansi dan manfaat yang bisa diberikan jenis ilmu yang satu itu.

Bagi seorang John Cahill yang su-dah lebih dari 25 tahun berpengalam-an di dunia keuangan, akuntansi bukan sekadar ilmu hitung-hitungan. Di matanya, pekerja profesi akun-tansi atau lazimnya disebut akun-tan memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi serta perkembangan bisnis di sebuah negara.

Begitu pula dengan Indonesia. Pria yang menjabat Presiden dan Ketua Dewan Certified Practis-ing Accountants Australia (CPA Australia) tersebut memandang Indonesia sebagai negara yang tengah mengalami pertumbuhan ekonomi pesat.

Indonesia saat ini, menurut Cahill, ibarat gula manis yang menggiur-kan di mata ‘semut-semut’ asing. Buktinya, banyak perusahaan mul-tinasional dunia seperti perusahaan pertambangan, manufaktur atau penyelenggara jasa, berkantor di Tanah Air.

Praktik pengelolaan perusahaan secara bertanggung jawab (good cor-porate governance/GCG) baik wajib diterapkan bagi lembaga publik dan swasta. Mereka harus melaporkan keuangan yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Hal itu bertujuan mendorong kepercayaan pemangku kepen-tingan, termasuk penanam modal. Dampaknya kebutuhan akan akun-tan berkualitas standar dunia di dalam negeri menjadi tinggi.

“Indonesia memiliki potensi yang sangat besar karena perekonomian-nya yang sangat maju pesat saat

ini. Namun, dengan ekonomi yang sangat besar potensinya, jumlah akuntan profesional di Indonesia masih minim. Inilah yang menjadi tantangan bagi Indonesia,” jelas Ca-hill dalam perbincangannya dengan Media Indonesia, beberapa waktu lalu, di Jakarta.

Belum memadaiApa yang dikemukakan Cahill

benar adanya. Jumlah akuntan profesional di Indonesia masih belum memadai untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam me-nyajikan pelaporan keuangan yang akuntabel.

Data Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyebutkan dengan jumlah penduduk menembus angka 230 juta orang, Indonesia baru memiliki sekitar 40 ribu akuntan terdaftar. Akuntan publik yang aktif terdaftar baru sebanyak 700 orang.

Jumlah itu jauh jika dibandingkan dengan Malaysia sebagai negara dengan penduduk sekitar 27 juta. Di negeri jiran itu jumlah akuntan publik yang terdaftar dan aktif mencapai sekitar 5.000 orang.

“Padahal, akuntan memiliki pe-ran strategis baik bagi perusahan swasta maupun lembaga publik. Laporan keuangan yang diberikan para akuntan akan berkontribusi terhadap penetapan kebijakan-kebijakan keuangan yang dikeluar-kan lembaga bersangkutan,” papar Cahill.

Sebagai salah satu lembaga akun-tansi terbesar di dunia dengan lebih dari 132 ribu anggota yang tersebar di 114 negara, CPA Australia di-akui Cahill berkepentingan dalam mendorong pertumbuhan jumlah akuntan berstandar internasional. CPA juga berkomitmen memberikan

kontribusi itu untuk mendukung kalangan bisnis di Indonesia.

Komitmen tersebut telah diwu-judkan dalam bentuk pembukaan kantor cabang di Jakarta pada 31 Oktober lalu. Kantor perwakilan tersebut akan digunakan sebagai pusat diskusi, lokakarya program, dan kegiatan pengembangan pro-fesi berkesinambungan dalam upaya membangun pengetahuan dan karier profesional anggota CPA Australia di Indonesia.

Saat ini CPA Australia memiliki lebih kurang 200 akuntan anggota di Indonesia. Dalam 12 bulan ke depan, pihaknya menargetkan adanya tambahan anggota seba-nyak 50 akuntan yang berasal dari Indonesia.

Tidak hanya itu, pihaknya memas-tikan setiap anggota CPA Australia akan bertindak sesuai kode etik untuk menjadi akuntan profesional. Ia berharap para anggota CPA dapat menjadi agen penegak prinsip GCG, termasuk meminimalkan praktik-praktik korupsi yang selama ini ban-yak terjadi, termasuk di Indonesia.

“Pemerintah Indonesia sudah melakukan yang terbaik dalam menangani korupsi. Permasalahan bukan terletak pada sistem akuntansi yang kemudian mengakibatkan korupsi, melainkan lebih kepada transparansi dan standar pelaporan keuangan yang belum memadai. Di sinilah kami bisa ambil peran,” jelasnya.

Pelaporan lemahSecara khusus Cahill mengapre-

siasi langkah pemerintah Indonesia yang telah menetapkan penerapan International Financial Reporting Standards (IFRS). Standar sistem pelaporan keuangan internasional di kalangan perusahaan dan pe-merintahan itu mulai berlaku 1 Januari 2012.

Ia menilai penerapan IFRS akan

meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban perusahaan dan pemerintah serta meningkatkan peluang kerja sama perusahaan Indonesia dengan perusahaan mul-tinasional.

Di samping penerapan standar pelaporan keuangan internasional, keberadaan akuntan berstandar internasional memang mutlak diper-lukan bagi keberlangsungan daya saing sebuah lembaga. Terlebih, jika lembaga tersebut masuk kategori sebagai perusahaan publik.

Data PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan masih ada beberapa perusahaan akuntan publik yang memerlukan koreksi dalam penyajian pelaporan keuangan perusahaan ter-buka. Dari 432 emiten yang terdaftar di BEI, masih terdapat 25% penyajian laporan keuangan yang belum me-menuhi standar.

Cahill berpendapat, masalah tersebut perlu mendapatkan per-hatian khusus mengingat laporan keuangan publik sangat terkait erat dengan para pemodal atau investor.

“Dengan menganut standar akun-tansi yang diakui secara internasio-nal, peluang untuk transaksi interna-sional akan semakin terbuka. Hal ini juga akan berpengaruh pada mening-katnya daya saing perusahaan dan negara,” pungkasnya. (E-1)

[email protected]

Para akuntan CPA dapat meminimalkan praktik-praktik korupsi yang selama ini banyak terjadi, termasuk di Indonesia.

Permasalahan bukan terletak pada sistem akuntansi yang kemudian mengakibatkan korupsi, melainkan lebih

kepada transparansi dan standar pelaporan keuangan yang belum memadai.”

MI/PANCA SYURKANI

16 SENIN, 5 DESEMBER 2011CEO TALKS

Mencetak Akuntan Global di Negeri Seribu Pulau

JOHN CAHILL

John Cahill adalah Presiden dan Ketua Dewan CPA Australia setelah menjadi anggota dewan pada 2007. Ia adalah mantan Chief Executive Officer (CEO) Alina Infrastructure Holding Ltd dan mantan Chief Financial Officer (CFO) Alina Ltd.

John Cahill memiliki pengalaman lebih dari 25 tahun kerja di dalam sektor energi menangani keuangan, kas, akuntansi, dan risk management.

John Cahill saat ini juga menjabat sebagai direktur noneksekutif independen di perusahaan yang terdaftar di dalam ASX (Australian Stock Exchange), wakil ketua di sebuah perusahaan umum milik pemerintah Australia Barat, serta anggota dewan di Universitas Edith Cowan.

John Cahill juga merupakan wakil Asosiasi Akuntan Australia di komite Professional Accountants in Business (PAIB), International Federation of Accountants (IFAC).