senin, 28 november 2011 tiga pilar menjaga citra bayer fileayomi amindoni b ertahan sekaligus...

1
AYOMI AMINDONI B ERTAHAN sekaligus berkembang hingga lima dekade untuk sebuah perusahaan asing di pasar majemuk seperti Indonesia bukan hal yang mu- dah. Dibutuhkan pemahaman budaya lokal untuk menjaga kepercayaan terhadap merek di antara berbagai upaya ino- vasi produk yang diselaraskan dengan kebutuhan pasar. Bayer, perusahaan farmasi asal Jerman, yang telah me- masarkan produk di Indonesia sejak 1920 meyakini pertum- buhan ekonomi dan dinamika masyarakat Indonesia menjadi faktor penting bagi pertum- buhan perusahaan di lingkup regional dan global. Komitmen tumbuh bersama pasar Indo- nesia yang sangat potensial ini membuat perseroan terus melakukan pengembangan usaha dan produk mereka. “Di sini, Bayer berkembang dengan stabil dan mengalami pertumbuhan positif setiap tahunnya. Kami berencana untuk mengembangkan image (citra) Bayer melalui kinerja kami, dalam koneksi kerja dan juga sosialisasi. Sehingga citra Bayer menjadi lebih kuat di masyarakat,” ujar Presiden Direktur PT Bayer Indonesia Thomas-Peter Hausner ke- pada Media Indonesia, di Jakarta, pertengahan November lalu. Hausner yang ditunjuk memimpin Bayer Indonesia sejak Mei 2011 ini mengung- kapkan untuk mencapai tu- juan tersebut kerja sama di internal perusahaan, pekerja, dan pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan harus dipertahankan dan dikem- bangkan. “Yang terpenting adalah menjaga keterbukaan dan ke- percayaan ketiga unsur terse- but. Di Indonesia, selama enam bulan terakhir saya belajar untuk membangun jaringan kerja yang bagus dengan para pekerja dan pemangku kepen- tingan,” ujarnya. Ia mengakui bukan hal mu- dah untuk mempertahankan posisi sebagai salah satu per- usahaan dengan kompetensi utama di bidang perawatan kesehatan, nutrisi, dan mate- rial berteknologi tinggi di In- donesia. Ada tiga pilar yakni keterbukaan, kepercayaan, dan menghargai pihak lain yang menjadi faktor penting keber- hasilan usaha di Indonesia. “Ini juga yang harus dihor- mati. Tiga pilar ini saya pegang teguh dalam keseharian saya. Begitu juga orang-orang di per- usahaan, harus memahami ini dan mereka juga harus melaku- kan itu,” tuturnya. Apalagi di Indonesia 60% dari populasi beragama Islam yang memiliki lima kali waktu ibadah tiap harinya. Selain itu, berbeda dengan tempat asalnya, Jerman, dan negara lain yang pernah ia kunjungi seperti Amerika dan Italia, menurutnya orang-orang yang ditemuinya di Indonesia berbi- cara sopan. Ketiga pilar tersebut akan menjadi fondasi yang kuat untuk mewujudkan rencana strategis yang diusung per- usahaannya terkait dengan peningkatan produktivitas dan kinerja perusahaan, kegiatan sosial, dan program ekologi. Kinerja Bayer Indonesia se- jak Januari hingga September 2011 telah membukukan total penjualan sebesar Rp2,2 triliun atau 175 juta euro dengan per- tumbuhan penjualan mencapai 11,7% daripada periode yang sama di tahun 2011. Sampai dengan 2016, Bayer Indonesia menargetkan pertumbuhan bisnis rata-rata mencapai 10% per tahun dengan peningkatan penjualan hingga mencapai Rp5,2 triliun atau 400 juta euro. Dari sisi produktivitas, Hausner menuturkan saat ini pihaknya tengah memperluas dan meningkatkan kapasitas produksi pabrik yang berlokasi di Cimanggis, Bogor, Jawa Barat. Peningkatan kapasitas produksi ini akan menjadi- kan Pabrik Cimanggis sebagai pusat produksi Bayer Indonesia untuk produk farmasi dan obat bebas buat memenuhi kebutuh- an domestik dan ekspor. “Dengan nilai investasi Rp 200 miliar, pabrik Cimanggis akan meningkatkan kapasitas produksi dari 37 juta pak men- jadi 47 juta pak di tahun 2015,” jelasnya. Dalam bidang sosial, Bayer terus melakukan program CSR di sekitar pabrik Bayer. Semen- tara itu, Bayer juga menjalin kerja sama dengan Perserikat- an Bangsa-Bangsa (PBB) da- lam program ekologi untuk menjamin kelestarian ekologi Indonesia. Sebagai perusahaan farmasi, imbuhnya, inovasi menjadi urat nadi keberlangsungan per- usahaan. Inovasi dalam setiap produk dengan teknologi dan aplikasi baru merupakan fak- tor penting dalam peningkatan bisnis perusahaannya. “Peningkatan bisnis ini merupakan perwujudan dari komitmen kami untuk tum- buh dan berkembang bersama masyarakat Indonesia,” tutur Hausner. Untuk pengembangan ino- vasi tersebut, Bayer menem- patkan divisi penelitian dan pengembangan (research and development R&D) di beberapa negara Asia. Namun Bayer belum membangun fasilitas tersebut di Indonesia. Hausner beralasan perusahaannya mem- bangun pusat riset di negara yang memiliki universitas be- sar dengan kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang baik. Sementara di Indonesia, tenaga kerjanya didominasi oleh SDM dengan pendidikan menengah. “Ini masalah di Indonesia, tenaga kerja Indonesia yang berpendidikan tinggi masih sedikit ketimbang negara Asia lainnya. Ini harus diubah, kalau bisa ditingkatkan,” ujarnya. Selain masalah tingkat pen- didikan tenaga kerja, ken- dala utama di Indonesia adalah masih minimnya infrastruk- tur yang memicu muncul- nya ekonomi biaya tinggi. Menurutnya, perkembangan infrastruktur Indonesia tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. “Padahal infrastruktur ini menentukan kelancaran pendis- tribusian barang dari A ke B. Selain itu, persoalan regulasi dan hukum serta transparansi juga menjadi isu utama ken- dala pengembangan usaha di Indonesia. Di beberapa kasus, regulasi dan hukum tidak jelas dan spesik, jika dibandingkan dengan negara lain. Ini tan- tangan pemerintah Indonesia. Korupsi dan transparansi jadi isu utama juga,” paparnya. Meski demikian, pertum- buhan stabil yang dialami perusahaannya di Indonesia membuatnya optimistis per- usahaannya akan dapat berta- han sebagai pemegang pangsa pasar terbanyak. Saat ini Bayer memiliki andil 50% dalam pangsa pasar produk pera- watan kesehatan. Di produk material berteknologi tinggi, perusahaannya juga menjadi pemimpin pasar. Namun, di produk yang terkait dengan nutrisi pertanian (cropscience) seperti pestisida, fungisida, dan herbisida, perusahaannya masih berada di posisi tiga. “Kita menargetkan 5 tahun mendatang bisa jadi nomor dua. Kami masih mengusaha- kannya,” ujarnya optimistis. Rasa optimistis itu pula yang membuat ia yakin krisis yang terjadi di belahan bumi Eropa tempat kelahirannya bagian barat tidak akan berpengaruh terhadap perkembangan usaha di Indonesia. Menurutnya, permintaan domestik dari populasi dengan mayoritas penduduk kelas menengah merupakan penggerak utama perekonomian Indonesia. “Di Indonesia, meski ada krisis di Eropa, ekonomi Indo- nesia akan cukup kuat untuk menopang krisis. Bahwa akan ada dampak, itu jelas. Tapi tidak akan seheboh krisis sebe- lumnya,” tegas Hausner. Belajar dari sejarah Selama enam bulan memimpin Bayer Indonesia, ia mengaku kerasan tinggal di negara ini. Pasalnya, Indonesia memiliki karakteristik yang sama dengan negara yang pernah ia tinggal sebelumnya, yakni Italia. Hausner menilai bekerja merupakan alasan masyarakat Indonesia hidup. Namun, tidak sekaku orang- orang di Jerman, negara tempat ia besar, orang-orang Indonesia lebih fleksibel dan bisa ber- adaptasi dengan bermacam situasi. “Saya menyukai itu, ini juga berlaku di dunia usaha. Di sini Anda harus kreatif dan me- lihat market yang besar, harus ada diversifikasi produk,” ujarnya. Selain itu, karakteristik masyarakat Indonesia yang sopan dan hangat mengingat- kannya pada tempat ia tinggal 40 tahun lalu. “Kondisi jalan raya dan lingkungannya juga mirip,” lanjut pria yang memi- liki hobi golf dan tenis ini. Untuk lebih mengenal Indo- nesia, ia mempelajari sejarah In- donesia dengan berkunjung ke tempat-tempat wisata sejarah Indonesia seperti candi-candi. Menurutnya, penting untuk mengenal sejarah suatu negara, karena dengan mempelajari sejarah bisa dipelajari orang- orang di negara tersebut. “Saya suka memahami se- jarah tempat saya tinggal. In- donesia adalah rumah saya sekarang dan saya perlu me- mahami sejarahnya. Karena dari sejarah kita bisa pelajari orang-orangnya,” pungkas Hausner.(T-3) amindoni @mediaindonesia.com Tiga Pilar Menjaga Citra Bayer C EO TALKS 20 SENIN, 28 NOVEMBER 2011 Permintaan domestik dari mayoritas kelas menengah merupakan penggerak utama perekonomian Indonesia. BIODATA Nama: Thomas-Peter Hausner Tempat Tanggal Lahir: Munich, 13 April 1959 Pendidikan : 1988 Post Doctoral Yale University, AS 1987 PhD Max-Planck Institute & Free University Berlin, Jerman Karier : 2011 President Director PT Bayer Indonesia & PT Bayer Material Science Indonesia 2008 Vice President Head of Global Controlling Bayer Health Care Pharmaceuticals, Jerman 2005 Vice President Chief Administration Officer Bayer Health Care, Jepang 2002 Vice President Head of Health Care Strategy Bayer AG, Jerman 1990 - 1999 Berbagai posisi di Bayer AG, Jerman. Ada tiga pilar yakni keterbukaan, kepercayaan, dan menghargai pihak lain yang menjadi faktor penting keberhasilan usaha di Indonesia. Hal itu merupakan perwujudan dari komitmen kami untuk tumbuh dan berkembang bersama masyarakat Indonesia.” DOK. PRIBADI

Upload: dangnga

Post on 19-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

AYOMI AMINDONI

BERTAHAN sekaligus berkembang hingga lima dekade untuk sebuah perusahaan

asing di pasar majemuk seperti Indonesia bukan hal yang mu-dah. Dibutuhkan pemahaman budaya lokal untuk menjaga kepercayaan terhadap merek di antara berbagai upaya ino-vasi produk yang diselaraskan dengan kebutuhan pasar.

Bayer, perusahaan farmasi asal Jerman, yang telah me-masarkan produk di Indonesia sejak 1920 meyakini pertum-buhan ekonomi dan dinamika masyarakat Indonesia menjadi faktor penting bagi pertum-buhan perusahaan di lingkup regional dan global. Komitmen tumbuh bersama pasar Indo-nesia yang sangat potensial ini membuat perseroan terus melakukan pengembangan usaha dan produk mereka.

“Di sini, Bayer berkembang dengan stabil dan mengalami pertumbuhan positif setiap tahunnya. Kami berencana untuk mengembangkan image (citra) Bayer melalui kinerja

kami, dalam koneksi kerja dan juga sosialisasi. Sehingga citra Bayer menjadi lebih kuat di masyarakat,” ujar Presiden Direktur PT Bayer Indonesia Thomas-Peter Hausner ke-pada Media Indonesia, di Jakarta, pertengahan November lalu.

Hausner yang ditunjuk memimpin Bayer Indonesia sejak Mei 2011 ini mengung-kapkan untuk mencapai tu-juan tersebut kerja sama di internal perusahaan, pekerja, dan pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan harus dipertahankan dan dikem-bangkan.

“Yang terpenting adalah menjaga keterbukaan dan ke-

percayaan ketiga unsur terse-but. Di Indonesia, selama enam bulan terakhir saya belajar untuk membangun jaringan kerja yang bagus dengan para pekerja dan pemangku kepen-tingan,” ujarnya.

Ia mengakui bukan hal mu-dah untuk mempertahankan posisi sebagai salah satu per-usahaan dengan kompetensi utama di bidang perawatan kesehatan, nutrisi, dan mate-rial berteknologi tinggi di In-donesia. Ada tiga pilar yakni keterbukaan, kepercayaan, dan menghargai pihak lain yang menjadi faktor penting keber-hasilan usaha di Indonesia.

“Ini juga yang harus dihor-mati. Tiga pilar ini saya pegang teguh dalam keseharian saya. Begitu juga orang-orang di per-usahaan, harus memahami ini dan mereka juga harus melaku-kan itu,” tuturnya.

Apalagi di Indonesia 60% dari populasi beragama Islam yang memiliki lima kali waktu ibadah tiap harinya. Selain itu, berbeda dengan tempat asalnya, Jerman, dan negara lain yang pernah ia kunjungi seperti Amerika dan Italia, menurutnya orang-orang yang ditemuinya di Indonesia berbi-cara sopan.

Ketiga pilar tersebut akan menjadi fondasi yang kuat untuk mewujudkan rencana strategis yang diusung per-usahaannya terkait dengan peningkatan produktivitas dan kinerja perusahaan, kegiatan sosial, dan program ekologi.

Kinerja Bayer Indonesia se-jak Januari hingga September 2011 telah membukukan total penjualan sebesar Rp2,2 triliun atau 175 juta euro dengan per-tumbuhan penjualan mencapai 11,7% daripada periode yang sama di tahun 2011. Sampai dengan 2016, Bayer Indonesia menargetkan pertumbuhan bisnis rata-rata mencapai 10% per tahun dengan peningkatan penjualan hingga mencapai Rp5,2 triliun atau 400 juta euro.

Dari sisi produktivitas, Hausner menuturkan saat ini pihaknya tengah memperluas dan meningkatkan kapasitas produksi pabrik yang berlokasi di Cimanggis, Bogor, Jawa Barat. Peningkatan kapasitas produksi ini akan menjadi-kan Pabrik Cimanggis sebagai pusat produksi Bayer Indonesia untuk produk farmasi dan obat bebas buat memenuhi kebutuh-an domestik dan ekspor.

“Dengan nilai investasi Rp 200 miliar, pabrik Cimanggis akan meningkatkan kapasitas produksi dari 37 juta pak men-jadi 47 juta pak di tahun 2015,” jelasnya.

Dalam bidang sosial, Bayer terus melakukan program CSR di sekitar pabrik Bayer. Semen-tara itu, Bayer juga menjalin kerja sama dengan Perserikat-an Bangsa-Bangsa (PBB) da-lam program ekologi untuk menjamin kelestarian ekologi Indonesia.

Sebagai perusahaan farmasi, imbuhnya, inovasi menjadi urat nadi keberlangsungan per-usahaan. Inovasi dalam setiap produk dengan teknologi dan aplikasi baru merupakan fak-tor penting dalam peningkatan bisnis perusahaannya.

“Peningkatan bisnis ini merupakan perwujudan dari komitmen kami untuk tum-buh dan berkembang bersama masyarakat Indonesia,” tutur Hausner.

Untuk pengembangan ino-vasi tersebut, Bayer menem-patkan divisi penelitian dan pengembangan (research and development R&D) di beberapa negara Asia. Namun Bayer belum membangun fasilitas tersebut di Indonesia. Hausner beralasan perusahaannya mem-bangun pusat riset di nega ra yang memiliki universitas be-sar dengan kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang baik. Sementara di Indonesia, tenaga kerjanya didominasi oleh SDM dengan pendidikan menengah.

“Ini masalah di Indonesia, tenaga kerja Indonesia yang berpendidikan tinggi masih sedikit ketimbang negara Asia lainnya. Ini harus diubah, kalau bisa ditingkatkan,” ujarnya.

Selain masalah tingkat pen-didikan tenaga kerja, ken-dala utama di Indonesia adalah masih minimnya infrastruk-tur yang memicu muncul-nya ekonomi biaya tinggi. Menurutnya, perkembangan infrastruktur Indonesia tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat.

“Padahal infrastruktur ini menentukan kelancaran pendis-tribusian barang dari A ke B. Selain itu, persoalan regulasi dan hukum serta transparansi juga menjadi isu utama ken-dala pengembangan usaha di Indonesia. Di beberapa kasus, regulasi dan hukum tidak jelas dan spesifi k, jika dibandingkan dengan negara lain. Ini tan-tangan pemerintah Indonesia. Korupsi dan transparansi jadi isu utama juga,” paparnya.

Meski demikian, pertum-buhan stabil yang dialami perusahaannya di Indonesia membuatnya optimistis per-usahaannya akan dapat berta-han sebagai pemegang pangsa pasar terbanyak. Saat ini Bayer memiliki andil 50% dalam pangsa pasar produk pera-watan kesehatan. Di produk material berteknologi tinggi, perusahaannya juga menjadi pemimpin pasar. Namun, di produk yang terkait dengan nutrisi pertanian (cropscience) seperti pestisida, fungisida, dan herbisida, perusahaannya masih berada di posisi tiga.

“Kita menargetkan 5 tahun mendatang bisa jadi nomor dua. Kami masih mengusaha-kannya,” ujarnya optimistis.

Rasa optimistis itu pula yang membuat ia yakin krisis yang terjadi di belahan bumi Eropa tempat kelahirannya bagian barat tidak akan berpengaruh

terhadap perkembangan usaha di Indonesia. Menurutnya, permintaan domestik dari populasi dengan mayoritas penduduk kelas menengah merupakan penggerak utama perekonomian Indonesia.

“Di Indonesia, meski ada krisis di Eropa, ekonomi Indo-nesia akan cukup kuat untuk menopang krisis. Bahwa akan ada dampak, itu jelas. Tapi tidak akan seheboh krisis sebe-lumnya,” tegas Hausner.

Belajar dari sejarahS e l a m a e n a m b u l a n

memimpin Bayer Indonesia, ia mengaku kerasan tinggal di negara ini. Pasalnya, Indonesia memiliki karakteristik yang sama dengan negara yang pernah ia tinggal sebe lumnya, yakni Italia. Hausner menilai bekerja merupakan alasan masyarakat Indonesia hidup. Namun, tidak sekaku orang-orang di Jerman, negara tempat ia besar, orang-orang Indonesia lebih fleksibel dan bisa ber-adaptasi dengan bermacam situasi. “Saya menyukai itu, ini juga berlaku di dunia usaha. Di sini Anda harus kreatif dan me-lihat market yang besar, harus ada diversifikasi produk,” ujarnya.

Selain itu, karakteristik masyarakat Indonesia yang sopan dan hangat mengingat-kannya pada tempat ia tinggal 40 tahun lalu. “Kondisi jalan raya dan lingkungannya juga mirip,” lanjut pria yang memi-liki hobi golf dan tenis ini.

Untuk lebih mengenal Indo-nesia, ia mempelajari sejarah In-donesia dengan berkunjung ke tempat-tempat wisata sejarah Indonesia seperti candi-candi. Menurutnya, penting untuk mengenal sejarah suatu negara, karena dengan mempelajari sejarah bisa dipelajari orang-orang di negara tersebut.

“Saya suka memahami se-jarah tempat saya tinggal. In-donesia adalah rumah saya sekarang dan saya perlu me-mahami sejarahnya. Karena dari sejarah kita bisa pelajari orang-orangnya,” pungkas Hausner.(T-3)

[email protected]

Tiga Pilar Menjaga Citra Bayer

CEO TALKS20 SENIN, 28 NOVEMBER 2011

Permintaan domestik dari mayoritas kelas menengah merupakan penggerak utama perekonomian Indonesia.

BIODATANama: Thomas-Peter HausnerTempat Tanggal Lahir: Munich, 13 April 1959

Pendidikan :1988 Post Doctoral Yale University, AS1987 PhD Max-Planck Institute & Free University Berlin, Jerman

Karier : 2011 President Director PT Bayer Indonesia & PT Bayer Material Science Indonesia2008 Vice President Head of Global Controlling Bayer Health Care Pharmaceuticals, Jerman2005 Vice President Chief Administration Officer Bayer Health Care, Jepang 2002 Vice President Head of Health Care Strategy Bayer AG, Jerman1990 - 1999 Berbagai posisi di Bayer AG, Jerman.

Ada tiga pilar yakni

keterbukaan, kepercayaan, dan menghargai pihak lain yang menjadi faktor penting keberhasilan usaha di Indonesia. Hal itu merupakan perwujudan dari komitmen kami untuk tumbuh dan berkembang bersama masyarakat Indonesia.”

DOK. PRIBADI