senin, 19 desember 2016 ketergantungan impor tahan ...gelora45.com/news/sp_20161220_07.pdfnasution...

1
7 Senin, 19 Desember 2016 Ketergantungan Impor Tahan Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Genjot Sektor Industri Agar Mandiri [JAKARTA] Pemerintah meng- genjot sektor-sektor industri untuk bisa mandiri. Pasalnya, ketergan- tungan Indonesia akan impor yang masih tinggi menahan laju pertum- buhan ekonomi tak maksimal. “Ada kelemahan mendasar eko- nomi sejak puluhan tahun yang lalu. Yakni setiap kali pertumbuhannya besar, artinya mulai menyentuh 7% beberapa tahun selalu terjadi trans- aksi berjalan yang meledak defisit- nya. Dulu di zaman orde baru dise- but kepanasan mesinnya. Sekarang setelah dipelajari sumbernya yak- ni karena kita tidak punya jalur in- dustri dasar dengan turunannya,” ujar Menko Perekonomi Darmin Nasution dalam seminar “Prospek Ekonomi Indonesia 2017: Meme- takan Sektor-Sektor Unggulan” yang diselenggarakan BeritaSatu Media Holdings, di Balai Kartini, Jakarta, Senin (19/12). Industri suku cadang kendaraan, minyak dan gas, termasuk kilang dan petrochemical tengah menjadi perhatian serius Pemerintah dan se- dang dipersiapkan untuk dibangun didalam negeri. Industri dasar lain- nya dengan turunannya seperti far- masi juga tak luput dari perhatian Pemerintah, mengingat Pemerintah mengucurkan dana besar-besaran untuk jaminan kesehatan seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). “Jadi, aneh kalau kita tidak bisa mengembangkan industri ini, jus- tru lebih memilih impor. Itu bukan hanya tidak cerdas, tapi bodoh. Makanya jalur ini harus kita kem- bangkan,” tegas dia. Darmin menuturkan, untuk mendorong itu maka Pemerintah membuka lebar-lebar daftar negatif investasi untuk bahan baku obat hingga 100%. Dengan harapan, pe- laku usaha di Indonesia tidak ha- nya bisa masuk ke industri hilirnya, namun juga ke hulu. Seperti diketahui, industri far- masi sejak berabad-abad dikuasai oleh Eropa. India pun kini telah me- nonjol di industri tersebut diikuti oleh Tiongkok. “Makanya kemarin Presiden ba- wa rombongan ke India, salah satu yang dibicarakan kapan ke In- donesia. Sehingga kita bisa mendo- rong harga obat lebih murah lagi. Sekarang generiknya murah, tapi bisa lebih murah kalau hulunya ada di Indonesia,” jelasnya. Industri lain yang perlu dikem- bangkan, sambung Darmin yakni besi dan baja. Indonesia kini tengah membangun pembangkit listrik 35.000 megawatt, dengan transmisi yang dibutuhkan sepanjang 35.000 kilometer. Hal itu, menurut Darmin, tidak- lah sulit. “Itu tinggal pasang yang susah narik kalbelnya. Tapi, kalau kita tak bisa kembangkan industri besi dan bajanya, maka kita akan terus impor untuk bangun transmisi- nya. Begitu juga pabrik obat dan ja- lurnya. Kita juga punya sumber alam melimpah, berlebihan seperti minyak dan gas. Ada jalur industri besar yang menjadi sumber pertum- buhan ekonomi tinggi, tapi im- pornya meledak karena kita tidak punya jalur besar itu,” ucapnya. Lebih lanjut, upaya yang dilaku- kan Pemerintah dalam dua tahun ini, dikatakan Darmin meski tidak spek- takuler namun cukup memberikan harapan bahwa negara ini tak terse- ret perlambatan ekonomi dunia. Yang tadinya mulai melambat di 2014, tapi di awal 2015 mulai naik, begitupun juga di 2016. Di tahun ini, pertumbuhan ekonomi kuartal I 4,9%, kuartal II 5,2%, kuartal III 5,02%, sudah cukup baik bila diban- dingkan dengan negara lain. Diaku- inya di kuartal III melambat karena dipengaruhi APBN yang tengah ku- rang kondusif. Sehingga, jika bisa diperbaiki APBN-nya maka per- tumbuhan ekonomi Indonesia bisa diatas itu. Di sisi neraca pembayaran, transaksi berjalan yang tadinya mengkhawatirkan tapi sekarang de- fisitnya sudah mengecil terhadap GDP, dan itu merupakan hal yang baik. Laju inflasi juga sudah cukup bisa dikendalikan. Namun, diakui- nya di tahun depan akan ada tan- tangan terhadap laju inflasi mengi- ngat tarif industri naik dan harga BBM juga akan tertekan. “Oleh karena itu, di tahun 2017 akan sangat krusial, karena tarif in- dustri akan naik, BBM naik tekan- annya. Maka konsekuensinya ting- kat bunga akan kena tekanan juga. Makanya di tahun 2017 yang ha- rus disiapkan Pemerintah adalah kendalikan harga pangan. Kalau ti- dak, maka inflasi bisa diatas 4%,” tukasnya. Diklat Vokasi Pada bagian lain, Darmin me- ngemukakan, ke depan, pemerintah terus mengembangkan pendidikan dan pelatihan (diklat) vokasi (keju- ruan). Tenaga kerja yang mempu- nyai skill tertentu terutama skill da- lam industri-industri prioritas, sa- ngat membantu pertumbuhan indus- tri dalam negeri. Darmin mengatakan, saat ini dan ke depan Indonesia bekerja sa- ma dengan Jerman dalam menjalan- kan diklat vokasi. “Bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika ber- kunjung ke Jerman, salah satu per- mintaan beliau kepada Jerman ada- lah kerja sama dalam diklat,” kata Darmin. Darmin mengatakan, kerja sama dengan Jerman dalam diklat vokasi ini penting mengingat industri Jerman sangat bagus karena didu- kung sistem pendidikan yang link and match dengan industri. Di sana diklat vokasi berjalan baik,” kata dia. Sebelumnya, Menko Pemba- ngunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Puan Maharani, mengata- kan, upaya pemerintah meningkat- kan program pembangunan dengan infrastruktur yang lebih baik me- merlukan banyak tenaga terampil. Oleh karena itu, pendidikan vokasi harus didukung. Untuk mewujudkan upaya terse- but secara berkesinambungan, kata dia, mesti ada pelatihan tambahan serta perhatian lebih khusus bagi pelajar yang mengambil bidang ke- juruan baik tingkat SMK maupun politeknik. Dalam kesempatan yang sama CEO BeritaSatu Media Holding Sinyo Harry Sarundajang menyata- kan, dengan bekal keamanan dan stabilitas politik yang baik, maka memasuki 2017 masyarakat serta pelaku usaha bisa optimistis bahwa kegiatan ekonomi tahun depan bisa berjalan dengan baik. Pasalnya, po- litik dan ekonomi ibaratnya seperti dua “saudara” yang saling ketergan- tungan, memberikan pengaruh, dan tidak bisa lepas satu sama lainnya. “Dengan bekal keamanan dan stabilitas politik yang baik ini, kita masuki 2017 dengan kegiatan eko- nomi yang dapat berjalan dengan baik,” ungkapnya. [O-2/E-8] INVESTOR DAILY/DAVID GITA ROZA Menko Perekonomian Darmin Nasution (tiga dari kanan) bersama CEO Berita Satu Media Holdings Dr Sinyo Harry Sarundajang (dua dari kanan), sejumlah pembicara (kiri-kanan): Direktur Panin Asset Management Rudiyanto, Direktur BRI Haru Koesmahargyo, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat, Pengamat Ekonomi Lana Soelistianingsih, Ketua Umum DPP Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) Soelaeman Soemawinata (kanan), serta Pemimpin Redaksi "Investor Daily" dan "Suara Pembaruan" Primus Dorimulu (empat dari kanan), disela kegiatan Seminar Prospek Ekonomi 2017: Memetakan Sektor-sektor Unggulan di Jakarta, Senin (19/12).

Upload: phungphuc

Post on 17-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7Senin, 19 Desember 2016

Ketergantungan Impor Tahan Pertumbuhan Ekonomi

Pemerintah Genjot Sektor Industri Agar Mandiri[JAKARTA] Pemerintah meng-genjot sektor-sektor industri untuk bisa mandiri. Pasalnya, ketergan-tungan Indonesia akan impor yang masih tinggi menahan laju pertum-buhan ekonomi tak maksimal.

“Ada kelemahan mendasar eko-nomi sejak puluhan tahun yang lalu. Yakni setiap kali pertumbuhannya besar, artinya mulai menyentuh 7% beberapa tahun selalu terjadi trans-aksi berjalan yang meledak defisit-nya. Dulu di zaman orde baru dise-but kepanasan mesinnya. Sekarang setelah dipelajari sumbernya yak- ni karena kita tidak punya jalur in-dustri dasar dengan turunannya,” ujar Menko Perekonomi Darmin Nasution dalam seminar “Prospek Ekonomi Indonesia 2017: Meme-takan Sektor-Sektor Unggulan” yang diselenggarakan BeritaSatu Media Holdings, di Balai Kartini, Jakarta, Senin (19/12).

Industri suku cadang kendaraan, minyak dan gas, termasuk kilang dan petrochemical tengah menjadi perhatian serius Pemerintah dan se-dang dipersiapkan untuk dibangun didalam negeri. Industri dasar lain-nya dengan turunannya seperti far-masi juga tak luput dari perhatian Pemerintah, mengingat Pemerintah mengucurkan dana besar-besaran untuk jaminan kesehatan seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

“Jadi, aneh kalau kita tidak bisa mengembangkan industri ini, jus- tru lebih memilih impor. Itu bukan hanya tidak cerdas, tapi bodoh. Ma kanya jalur ini harus kita kem-bangkan,” tegas dia.

Darmin menuturkan, untuk mendorong itu maka Pemerintah membuka lebar-lebar daftar negatif investasi untuk bahan baku obat hingga 100%. Dengan harapan, pe-laku usaha di Indonesia tidak ha- nya bisa masuk ke industri hilirnya, namun juga ke hulu.

Seperti diketahui, industri far-masi sejak berabad-abad dikuasai oleh Eropa. India pun kini telah me-nonjol di industri tersebut diikuti oleh Tiongkok.

“Makanya kemarin Presiden ba-wa rombongan ke India, salah satu yang dibicarakan kapan ke In-donesia. Sehingga kita bisa mendo-rong harga obat lebih murah lagi. Sekarang generiknya murah, tapi bisa lebih murah kalau hulunya ada di Indonesia,” jelasnya.

Industri lain yang perlu dikem-bangkan, sambung Darmin yakni besi dan baja. Indonesia kini tengah membangun pembangkit listrik 35.000 megawatt, dengan transmisi yang dibutuhkan sepanjang 35.000 kilometer.

Hal itu, menurut Darmin, tidak-lah sulit. “Itu tinggal pasang yang susah narik kalbelnya. Tapi, kalau kita tak bisa kembangkan industri besi dan bajanya, maka kita akan terus impor untuk bangun transmisi-nya. Begitu juga pabrik obat dan ja-lurnya. Kita juga punya sumber alam melimpah, berlebihan seperti minyak dan gas. Ada jalur industri besar yang menjadi sumber pertum-buhan ekonomi tinggi, tapi im-pornya meledak karena kita tidak punya jalur besar itu,” ucapnya.

Lebih lanjut, upaya yang dilaku-kan Pemerintah dalam dua tahun ini, dikatakan Darmin meski tidak spek-takuler namun cukup memberikan harapan bahwa negara ini tak terse-ret perlambatan ekonomi dunia. Yang tadinya mulai melambat di 2014, tapi di awal 2015 mulai naik, begitupun juga di 2016. Di tahun ini, pertumbuhan ekonomi kuartal I 4,9%, kuartal II 5,2%, kuartal III 5,02%, sudah cukup baik bila diban-dingkan dengan negara lain. Diaku-inya di kuartal III melambat karena dipengaruhi APBN yang tengah ku-

rang kondusif. Sehingga, jika bisa diperbaiki APBN-nya maka per-tumbuhan ekonomi Indonesia bisa diatas itu.

Di sisi neraca pembayaran, transaksi berjalan yang tadinya mengkhawatirkan tapi sekarang de-fisitnya sudah mengecil terhadap GDP, dan itu merupakan hal yang baik. Laju inflasi juga sudah cukup bisa dikendalikan. Namun, diakui-nya di tahun depan akan ada tan-tangan terhadap laju inflasi mengi-ngat tarif industri naik dan harga BBM juga akan tertekan.

“Oleh karena itu, di tahun 2017 akan sangat krusial, karena tarif in-dustri akan naik, BBM naik tekan-annya. Maka konsekuensinya ting-kat bunga akan kena tekanan juga. Makanya di tahun 2017 yang ha- rus disiapkan Pemerintah adalah kendalikan harga pangan. Kalau ti-dak, maka inflasi bisa diatas 4%,” tukasnya.

Diklat VokasiPada bagian lain, Darmin me-

ngemukakan, ke depan, pemerintah

terus mengembangkan pendidikan dan pelatihan (diklat) vokasi (keju-ruan). Tenaga kerja yang mempu-nyai skill tertentu terutama skill da-lam industri-industri prioritas, sa-ngat membantu pertumbuhan indus-tri dalam negeri.

Darmin mengatakan, saat ini dan ke depan Indonesia bekerja sa-ma dengan Jerman dalam menjalan-kan diklat vokasi. “Bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika ber-kunjung ke Jerman, salah satu per-mintaan beliau kepada Jerman ada-lah kerja sama dalam diklat,” kata Darmin.

Darmin mengatakan, kerja sama dengan Jerman dalam diklat vokasi ini penting mengingat industri Jerman sangat bagus karena didu-kung sistem pendidikan yang link and match dengan industri. Di sana diklat vokasi berjalan baik,” kata dia.

Sebelumnya, Menko Pemba-ngunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Puan Maharani, mengata-kan, upaya pemerintah meningkat-kan program pembangunan dengan

infrastruktur yang lebih baik me-merlukan banyak tenaga terampil. Oleh karena itu, pendidikan vokasi harus didukung.

Untuk mewujudkan upaya terse-but secara berkesinambungan, kata dia, mesti ada pelatihan tambahan serta perhatian lebih khusus bagi pelajar yang mengambil bidang ke-juruan baik tingkat SMK maupun politeknik.

Dalam kesempatan yang sama CEO BeritaSatu Media Holding Sinyo Harry Sarundajang menyata-kan, dengan bekal keamanan dan stabilitas politik yang baik, maka memasuki 2017 masyarakat serta pelaku usaha bisa optimistis bahwa kegiatan ekonomi tahun depan bisa berjalan dengan baik. Pasalnya, po-litik dan ekonomi ibaratnya seperti dua “saudara” yang saling ketergan-tungan, memberikan pengaruh, dan tidak bisa lepas satu sama lainnya.

“Dengan bekal keamanan dan stabilitas politik yang baik ini, kita masuki 2017 dengan kegiatan eko-nomi yang dapat berjalan dengan baik,” ungkapnya. [O-2/E-8]

Investor DaIly/DavID GIta roza

Menko Perekonomian Darmin nasution (tiga dari kanan) bersama Ceo Berita satu Media Holdings Dr sinyo Harry sarundajang (dua dari kanan), sejumlah pembicara (kiri-kanan): Direktur Panin asset Management rudiyanto, Direktur BrI Haru Koesmahargyo, Ketua Umum asosiasi Pertekstilan Indonesia (aPI) ade sudrajat, Pengamat ekonomi lana soelistianingsih, Ketua Umum DPP Persatuan Perusahaan real estate Indonesia (reI) soelaeman soemawinata (kanan), serta Pemimpin redaksi "Investor Daily" dan "suara Pembaruan" Primus Dorimulu (empat dari kanan), disela kegiatan seminar Prospek ekonomi 2017: Memetakan sektor-sektor Unggulan di Jakarta, senin (19/12).