senin, 11 oktober 2010 | media indonesia jakarta tidak ... · pencinta musik rock atau yang kerap...

1
Megapolitan | 5 SENIN, 11 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA MI/PANCA SYURKANI P ESTA pernikahan yang berlangsung Sabtu (9/10) telah usai, tapi tenda dan panggung pengantin di Pang- kalan Jati, Cipinang Melayu, Jakarta Timur, masih dibiarkan di tempatnya karena air belum surut, kemarin. Ibu Sriyono, warga RT 02 RW 04, Kelurahan Cipinang Mela- yu, yang menikahkan anaknya, Yana, dengan Iik, akan selalu mengingat peristiwa Sabtu kelabu tersebut. Mereka me- nerima tamu di atas panggung terapung dan tamu datang de- ngan menyingsingkan celana, rok, serta kebaya karena keting- gian air mencapai 40 cm. Cipinang Melayu yang men- jadi langganan banjir, menurut Ketua RW 04 Irwan Kurniadi, bisa dibebaskan jika pemerin- tah menormalisasi Kali Sunter agar aliran air lancar ke Kanal Banjir Timur (KBT). Kali Sunter pernah dinorma- lisasi pada 2008. Dinas Pekerja- an Umum (DPU) DKI mem- bangun tanggul sepanjang 100 meter di RT 01 RW 04. Dihadang di RT 01, air meluap di RT 07. “Jika DPU DKI ingin meminimalisasi banjir, tanggul harus dibangun juga di sepan- jang pinggir kali RT 07 lanjut ke RT 05 dan seterusnya,” sa- ran Irwan. Ada empat wilayah yang ru- tin tergenang banjir di kawasan itu, meliputi RW 03, RW 04, RW 11, dan RW 12. Dilemanya, ke- tika saatnya air surut, tanggul 100 meter yang sudah diba- ngun justru menghalangi aliran air masuk ke kali. Akibatnya, permukiman semakin lama tergenang. Irwan menuntut supaya DPU DKI meneruskan normal- isasi Kali Sunter. Selain menor- malisasi Kali Sunter, dua beton tiang pancang di Cipinang Muara juga harus dirobohkan karena memicu banjir. Ukuran- nya masing-masing tinggi 15 meter dengan lebar 0,6 meter. Irwan mengatakan telah melaporkan masalah tersebut ke DPU DKI dan mendapat jawaban bahwa itu bukan tang- gung jawab mereka, melainkan tanggung jawab proyek KBT. Peran manusia Kepala Balai Induk Pelaksana Kegiatan Pengembangan Wila- yah Sungai Ciliwung-Cisadane Pitoyo Subandrio mengingat- kan KBT tidak sepenuhnya dapat mengatasi banjir di Ja- karta, tetapi cuma mengurangi dampaknya. Jika biasanya air tergenang sampai tiga hari, dengan KBT menjadi 1-2 jam saja. Menurut Pitoyo, Jakarta ti- dak akan pernah bebas dari banjir. Sebab, 40% dari 65 ribu hektare dataran rendah. Meski begitu, warga secara sengaja tetap mendirikan bangunan di bantaran sungai yang merupa- kan dataran banjir. “Perilaku manusia berperan besar menyebabkan banjir. Mereka membuang sampah ke sungai, badan sungai di- jadikan hunian, dan daerah resapan air menjadi hunian. Jadi, sebenarnya masyarakat sendiri yang mendatangi banjir, bukan banjir yang mendatangi masyarakat,” tukasnya. Sementara itu, Pemkot Tangerang berencana menurap pinggiran Sungai Angke dan Cirarap sepanjang 15 kilometer. “Penurapan guna mengantisi- pasi air merembes ke permu- kiman,” kata Wakil Wali Kota Tangerang Arief R Wismasyah, kemarin. Perumahan Puri Kar- tika, Ciledug, merupakan salah satu kawasan yang banjir ka- rena luapan air Sungai Angke. (SM/Faw/J-1) [email protected] “L AGU ini untuk para perempuan yang mau sekolah, tapi terhambat tes keperawanan,” teriak Kaka Slank saat hendak menyanyikan lagu Koepu- Koepu Liar di panggung Java Rockin’ Land (JRL) 2010, Pantai Carnaval, Ancol, Jakarta Utara, akhir pekan lalu. Ucapan Kaka seakan menjadi pembuka bagi derasnya kritik sosial yang mengalir dalam pesta para pencinta musik rock atau yang kerap disebut the gig’s itu. Sang vokalis Slank itu sempat mengeluarkan beberapa pendapat yang kemudian harus dijawab ‘iya lah’ atau ‘enggak, donk’ oleh penonton. Saat Kaka menyatakan, “Indonesia, menurut saya, harus punya pemimpin baru,” para penonton menjawab, “Iya, lah.” Lalu ketika Kaka menyinggung sebuah negara tetangga yang selalu bermasalah dengan Indonesia, “Apa kita harus takut dengan mereka?” Penonton menjawab, “Enggak, donk!” Sementara itu, band The Brandals selalu mengeluarkan celotehan nakal sebelum menyanyikan lagu-lagu mereka. “Lagu ini dipersembahkan untuk para wanita yang terjebak di dalam gedung bernama Alexis,” kata Eka, vokalis The Brandals, sebelum menyanyikan lagu yang menceritakan tentang perdagangan perempuan. Lalu ada juga band asal Bandung, Jeruji, yang sepanjang konser terus memaki-maki koruptor. Sangat menikmati Penonton sangat menikmati pertunjukan musik selama tiga hari itu. Tercatat, 15 band rock luar negeri dan ratusan band dalam negeri menampilkan kebolehan mereka di 10 panggung. Uniknya, setiap panggung tidak pernah kosong meski yang tampil adalah band- band rock baru yang belum punya banyak penggemar. Penonton rela berbasah-basah kehujanan dan berlumuran lumpur karena cuaca buruk yang hampir selalu membayangi langit Jakarta. Band asal Amerika Serikat, The Smashing Pumkins, pun menjawab lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan Andi / rif dengan membawakan lagu kebangsaan AS melalui petikan gitar Billy Corgan sebelum konser mereka. Sementara dari sisi kaum Hawa, ada penampilan mantan vokalis Coklat, Kikan, yang bermain dengan The Female Stars. Mereka menunjukan girl power dengan memainkan lagu-lagu dari Alanis Morissette dan The Cranberies. Ya. Pengunjung JRL tahun ini pun lebih banyak. Mereka bukan saja penduduk Ibu Kota, melainkan juga banyak dari daerah dan mancanegara. Mereka juga menyiapkan camping ground agar the gig’s bisa bermalam di sana. Tadi malam, acara itu berakhir. Semoga gegap gempita dan kritik sosial yang terlontar dalam acara itu tidak hanya hilang ditelan angin malam. (Aries Wijaksena/J-2) Jakarta tidak akan Bebas dari Banjir Kritik Sosial Mengalir dari Java Rockin’ Land HARI JALAN KAKI: Ribuan warga berjalan bersama memperingati Hari Jalan Kaki Sedunia di Jl MH Thamrin, Jakarta, kemarin. Kegiatan yang baru pertama kalinya digelar tersebut diselenggarakan Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Kementerian Kesehatan yang merupakan bagian dari upaya ‘Memasyarakatkan Olahraga dan Mengolahragakan Masyarakat’. WAKIL Presiden (Wapres) Boe- diono mencanangkan Gerakan Nasional Memasyarakatkan Olahraga Jalan Kaki untuk Kesehatan dan Kebugaran di Bundaran Hotel Indonesia (HI) Jakarta, kemarin. Pencanangan itu bersamaan dengan Hari Olahraga Jalan Kaki Sedunia (World Walking Day) yang dilaksanakan di se- luruh Tanah Air dan juga hari bebas kendaraan bermotor (Car Free Day). Wapres menyambut baik inisiatif untuk melaksanakan Gerakan Jalan Kaki Nasional. Apalagi, menurutnya, jalan kaki adalah olahraga yang se- hat, murah, dan menjernihkan pikiran kita. Ia mencontohkan dirinya yang gemar berjalan kaki ru- tin dua hingga tiga kali se- minggu. Hal ini, menurutnya, membuatnya merasa sehat di usianya yang sudah mencapai 67 tahun. “Di umur saya yang 67 ta- hun, saya merasa sehat karena saya rutin berjalan kaki dua hingga tiga kali seminggu. Ka- lau mau sehat, kalau nanti mau jadi wakil presiden, ayo jalan kaki,” kata Wapres setengah berpromosi. Dalam acara itu, hadir Men- pora Andi Mallarangeng, Men- hut Zulkifli Hasan, Menteri Lingkungan Hidup Gusti Mu- hammad Hatta, Menristek Suharna Surapranata, Menteri PDT Helmy Faishal Zaini, Men- teri Peranan Wanita dan Per- lindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, dan Ketua Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Hayono Isman. Tepat pada pukul 07.10 WIB, Wapres Boediono melepas pe- serta jalan kaki dari titik start- nya di Bundaran Hotel Indo- nesia (HI) menuju Monumen Nasional, dan finis kembali di Bundaran HI. Menpora Andi Mallarangeng menyatakan Hari Jalan Kaki Sedunia merupakan hari yang harus digalakkan untuk me- lestarikan olahraga jalan kaki. Hari Jalan Kaki Sedunia yang baru pertama kali digelar di Jakarta ini diikuti sekitar 20 ribu warga, perwakilan ke- menterian, BUMN, TNI, Polri, dan juga 42 Induk Olahraga Masyarakat. Kemarin, di Yogyakarta dan Pekalongan, juga diselenggara- kan kegiatan berjalan kaki yang diikuti ribuan orang. (Tup/SO/AS/J-2) Gerakan Jalan Kaki untuk Kesehatan THE BRANDALS: Grup band asal Indonesia, The Brandals, tampil pada Java Rockin’land di Pantai Carnaval, Ancol, Jakarta, Jumat (8/10) malam. Sebenarnya masyarakat yang mendatangi banjir, bukan banjir yang mendatangi masyarakat.” Pitoyo Subandrio Kepala Balai Induk Pelaksana Kegiatan Pengembangan Wila- yah Sungai Ciliwung-Cisadane Jakarta tidak akan pernah bebas dari banjir karena warga kota masih menggunakan sungai sebagai tempat membuang sampah. Rommy K Karindon MI/RAMDANI

Upload: ngotram

Post on 13-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Megapolitan | 5SENIN, 11 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA

MI/PANCA SYURKANI

PESTA pernikahan yang berlangsung Sabtu (9/10) telah usai, tapi tenda dan

panggung pengantin di Pang-kalan Jati, Cipinang Melayu, Jakarta Timur, masih dibiarkan di tempatnya karena air belum surut, kemarin.

Ibu Sriyono, warga RT 02 RW 04, Kelurahan Cipinang Mela-yu, yang menikahkan anaknya, Yana, dengan Iik, akan selalu mengingat peristiwa Sabtu ke labu tersebut. Mereka me-nerima tamu di atas panggung terapung dan tamu datang de-ngan menyingsingkan celana, rok, serta kebaya karena keting-gian air mencapai 40 cm.

Cipinang Melayu yang men-jadi langganan banjir, menurut Ketua RW 04 Irwan Kurniadi, bisa dibebaskan jika pemerin-tah menormalisasi Kali Sunter agar aliran air lancar ke Kanal Banjir Timur (KBT).

Kali Sunter pernah dinorma-lisasi pada 2008. Dinas Pekerja-an Umum (DPU) DKI mem-bangun tanggul sepanjang 100 meter di RT 01 RW 04. Dihadang di RT 01, air meluap di RT 07. “Jika DPU DKI ingin meminimalisasi banjir, tanggul harus dibangun juga di sepan-jang pinggir kali RT 07 lanjut ke RT 05 dan seterusnya,” sa-ran Irwan.

Ada empat wilayah yang ru-tin tergenang banjir di kawasan itu, meliputi RW 03, RW 04, RW 11, dan RW 12. Dilemanya, ke-tika saatnya air surut, tanggul 100 meter yang sudah diba-ngun justru menghalangi aliran air masuk ke kali. Akibatnya, permukiman semakin lama tergenang.

Irwan menuntut supaya DPU DKI meneruskan normal-isasi Kali Sunter. Selain menor-malisasi Kali Sunter, dua beton tiang pancang di Cipinang Muara juga harus dirobohkan karena memicu banjir. Ukuran-nya masing-masing tinggi 15 meter dengan lebar 0,6 meter.

Irwan mengatakan telah me laporkan masalah tersebut ke DPU DKI dan mendapat

jawaban bahwa itu bukan tang-gung jawab mereka, melainkan tanggung jawab proyek KBT.

Peran manusia Kepala Balai Induk Pelaksana

Kegiatan Pengembangan Wila-yah Sungai Ciliwung-Cisadane Pitoyo Subandrio mengingat-kan KBT tidak sepenuhnya dapat mengatasi banjir di Ja-karta, tetapi cuma mengurangi dampaknya.

Jika biasanya air tergenang sampai tiga hari, dengan KBT menjadi 1-2 jam saja.

Menurut Pitoyo, Jakarta ti-dak akan pernah bebas dari banjir. Sebab, 40% dari 65 ribu hektare dataran rendah. Meski begitu, warga secara sengaja tetap mendirikan bangunan di bantaran sungai yang merupa-kan dataran banjir.

“Perilaku manusia berperan besar menyebabkan banjir. Mereka membuang sampah ke sungai, badan sungai di-jadikan hunian, dan daerah resapan air menjadi hunian. Jadi, sebenarnya masyarakat sendiri yang mendatangi banjir, bukan banjir yang mendatangi masyarakat,” tukasnya.

Sementara i tu, Pemkot Tangerang berencana menurap pinggiran Sungai Angke dan Cirarap sepanjang 15 kilometer. “Penurapan guna mengantisi-pasi air merembes ke permu-kiman,” kata Wakil Wali Kota Tangerang Arief R Wismasyah, kemarin. Perumahan Puri Kar-tika, Ciledug, merupakan salah satu kawasan yang banjir ka-rena luapan air Sungai Angke. (SM/Faw/J-1)

[email protected]

“LAGU ini untuk para perempuan yang mau

sekolah, tapi terhambat tes keperawanan,” teriak Kaka Slank saat hendak menyanyikan lagu Koepu-Koepu Liar di panggung Java Rockin’ Land (JRL) 2010, Pantai Carnaval, Ancol, Jakarta Utara, akhir pekan lalu.

Ucapan Kaka seakan menjadi pembuka bagi derasnya kritik sosial yang mengalir dalam pesta para pencinta musik rock atau yang kerap disebut the gig’s itu.

Sang vokalis Slank itu sempat mengeluarkan beberapa pendapat yang kemudian harus dijawab ‘iya lah’ atau ‘enggak, donk’ oleh penonton.

Saat Kaka menyatakan, “Indonesia, menurut saya, harus punya pemimpin baru,” para penonton menjawab, “Iya, lah.” Lalu ketika Kaka menyinggung sebuah negara tetangga yang selalu bermasalah dengan Indonesia, “Apa kita harus takut dengan mereka?” Penonton

menjawab, “Enggak, donk!” Sementara itu, band

The Brandals selalu mengeluarkan celotehan nakal sebelum menyanyikan lagu-lagu mereka. “Lagu ini dipersembahkan untuk para wanita yang terjebak di dalam gedung bernama Alexis,” kata Eka, vokalis The Brandals, sebelum menyanyikan lagu yang menceritakan tentang perdagangan perempuan. Lalu ada juga band asal Bandung, Jeruji, yang sepanjang konser terus memaki-maki koruptor.

Sangat menikmatiPenonton sangat menikmati

pertunjukan musik selama tiga hari itu. Tercatat, 15 band rock luar negeri dan ratusan band dalam negeri menampilkan kebolehan mereka di 10 panggung.

Uniknya, setiap panggung tidak pernah kosong meski yang tampil adalah band-band rock baru yang belum punya banyak penggemar. Penonton rela berbasah-basah kehujanan dan berlumuran lumpur karena cuaca

buruk yang hampir selalu membayangi langit Jakarta.

Band asal Amerika Serikat, The Smashing Pumkins, pun menjawab lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan Andi /rif dengan membawakan lagu kebangsaan AS melalui petikan gitar Billy Corgan sebelum konser mereka. Sementara dari sisi kaum Hawa, ada penampilan mantan vokalis Coklat, Kikan, yang bermain dengan The Female Stars. Mereka menunjukan girl power dengan memainkan lagu-lagu dari Alanis Morissette dan The Cranberies.

Ya. Pengunjung JRL tahun ini pun lebih banyak. Mereka bukan saja penduduk Ibu Kota, melainkan juga banyak dari daerah dan mancanegara. Mereka juga menyiapkan camping ground agar the gig’s bisa bermalam di sana.

Tadi malam, acara itu berakhir. Semoga gegap gempita dan kritik sosial yang terlontar dalam acara itu tidak hanya hilang ditelan angin malam. (Aries Wijaksena/J-2)

Jakarta tidak akan Bebas dari Banjir

Kritik Sosial Mengalir dari Java Rockin’ Land

HARI JALAN KAKI: Ribuan warga berjalan bersama memperingati Hari Jalan Kaki Sedunia di Jl MH Thamrin, Jakarta, kemarin. Kegiatan yang baru pertama kalinya digelar tersebut diselenggarakan Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Kementerian Kesehatan yang merupakan bagian dari upaya ‘Memasyarakatkan Olahraga dan Mengolahragakan Masyarakat’.

WAKIL Presiden (Wapres) Boe-diono mencanangkan Gerakan Nasional Memasyarakatkan Olahraga Jalan Kaki untuk Kesehatan dan Kebugaran di Bundaran Hotel Indonesia (HI) Jakarta, kemarin.

Pencanangan itu bersamaan dengan Hari Olahraga Jalan Kaki Sedunia (World Walking Day) yang dilaksanakan di se-luruh Tanah Air dan juga hari bebas kendaraan bermotor (Car Free Day).

Wapres menyambut baik inisiatif untuk melaksanakan Gerakan Jalan Kaki Nasional. Apalagi, menurutnya, jalan kaki adalah olahraga yang se-

hat, murah, dan menjernihkan pikiran kita.

Ia mencontohkan dirinya yang gemar berjalan kaki ru-tin dua hingga tiga kali se-minggu. Hal ini, menurutnya, membuatnya merasa sehat di usianya yang sudah mencapai 67 tahun.

“Di umur saya yang 67 ta-hun, saya merasa sehat karena saya rutin berjalan kaki dua hingga tiga kali seminggu. Ka-lau mau sehat, kalau nanti mau jadi wakil presiden, ayo jalan kaki,” kata Wapres setengah berpromosi.

Dalam acara itu, hadir Men-pora Andi Mallarangeng, Men-

hut Zulkifli Hasan, Menteri Lingkungan Hidup Gusti Mu-hammad Hatta, Menristek Suharna Surapranata, Menteri PDT Helmy Faishal Zaini, Men-teri Peranan Wanita dan Per-lindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, dan Ketua Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Hayono Isman.

Tepat pada pukul 07.10 WIB, Wapres Boediono melepas pe-serta jalan kaki dari titik start-nya di Bundaran Hotel Indo-nesia (HI) menuju Monumen

Nasional, dan fi nis kembali di Bundaran HI.

Menpora Andi Mallarangeng menyatakan Hari Jalan Kaki Sedunia merupakan hari yang harus digalakkan untuk me-lestarikan olahraga jalan kaki. Hari Jalan Kaki Sedunia yang baru pertama kali digelar di Jakarta ini diikuti sekitar 20 ribu warga, perwakilan ke-menterian, BUMN, TNI, Polri, dan juga 42 Induk Olahraga Masyarakat.

Kemarin, di Yogyakarta dan Pekalongan, juga diselenggara-kan kegiatan berjalan kaki yang diikuti ribuan orang. (Tup/SO/AS/J-2)

Gerakan Jalan Kaki untuk Kesehatan

THE BRANDALS: Grup band asal Indonesia, The Brandals, tampil pada Java Rockin’land di Pantai Carnaval, Ancol, Jakarta, Jumat (8/10) malam.

Sebenarnya masyarakat yang mendatangi banjir, bukan banjir yang mendatangi masyarakat.”

Pitoyo Subandrio Kepala Balai Induk Pelaksana Kegiatan Pengembangan Wila-yah Sungai Ciliwung-Cisadane

Jakarta tidak akan pernah bebas dari banjir karena warga kota masih menggunakan sungai sebagai tempat membuang sampah.

Rommy K Karindon

MI/RAMDANI