seni rupa murni dan terapannya
TRANSCRIPT
1
SENI RUPA MURNI DAN TERAPANNYA
DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Oleh: Yudi Wibowo
Sejarah Perkambangan Seni Rupa
Seni rupa telah ada sejak manusia ada di muka bumi ini. Berdasarkan
penelitian para ahli menyatakan seni (karya seni) sudah ada sejak 60.000 tahun
yang lampau. Buktinya berupa lukisan yang berupa torehan-torehan pada dinding
dengan menggunakan warna yang menggambarkan kehidupan manusia purba1.
Susanto menyatakan:
“Dalam bentuk visual, manusia yang hidup di gua-gua sekitar Prancis selatan, Spanyol, atau Maroko telah meninggalkan karya seni yang berupa teraan goresan pada dinding gua, patung atau alat-alat untuk hidup memiliki suatu wujud dari kepekaan dan kesan tertentu.” (Susanto, 2003: 17)
Dalam perjalanan kebutuhan manusia yang pada mulanya sederhana,
selanjutnya berkembang menjadi semakin rumit, maka seni rupa berkembang pula
mengikuti peradaban manusia. Di satu sisi seni rupa tetap bertahan pada kegiatan
ekspresi pribadi, tetapi di lain sisi seni rupa telah berubah menjadi sarana untuk
memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Seni rupa yang bertujuan untuk
kegiatan ekspresi pribadi dikenal dengan istilah seni rupa murni (fine art),
sedangkan seni rupa yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari
atau memiliki fungsi praktis dikenal dengan sebutan seni rupa terapan (applied
art).
1 Pur·ba adalah dahulu atau zaman pada ribuan atau jutaan tahun yang lalu.
2
Penggolongan Karya Seni Rupa
Seni rupa murni dibedakan menjadi beberapa jenis, di antaranya adalah:
Seni lukis, seni patung, seni grafis, dan lain sebagainya. Seni rupa terapan di bagi
menjadi dua, yaitu seni desain dan seni kriya. Termasuk dalam kategori seni kriya
di antaranya adalah: Kriya logam, kriya kulit, kriya kayu, tekstil, keramik, dan
lain sebagainya, sedangkan yang termasuk kedalam kategori seni desain di
antaranya adalah: desain produk, desain interior, desain arsitektur, desain grafis,
dan lain sebagainya. Penggolongan tersebut sesuai dengan pendapat Sanyoto yang
menyatakan:
“… bidang seni rupa murni yang meliputi seni lukis, patung dan grafis; bidang desain yang meliputi desain interior, grafis atau komunikasi visual, desain produk dan lain-lain; sedang bidang seni kriya yang meliputi kriya kayu, logam, tekstil, kulit, keramik, dan lain-lain.” (Sanyoto, 2009:4)
Karya Seni Rupa Murni
Karya seni rupa murni (fine art) adalah karya seni rupa yang tidak memiliki
peranan dalam memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari secara fisik, melainkan
dapat memenuhi kebutuhan yang bersifat spiritual. Soedarso Sp menyatakan:
“Seni Murni (Fine Art) adalah kelompok karya seni rupa yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan spiritual. Artinya bahwa kelahiran karya seni tersebut lahir dari adanya ungkapan atas ekspresi jiwa, tanpa adanya factor pendorong untuk tujuan materiil. Dengan kata lain bahwa seni tersebut bukan lagi memenuhi kebutuhan praktis bagi masyarakat, tetapi hanya mengejar nilai untuk kepentingan estetika seni yang dimanfaatkan dalam lingkungan seni itu sendiri atau disebut seni untuk seni.” (Soedarso Sp dalam Dharsono, 2004: 34-35) Karya Seni rupa murni dibagi menjadi tujuh jenis, yaitu:
1. Seni Lukis;
2. Seni Patung;
3. Seni Grafis;
3
4. Seni Fotografi;
5. Seni Instalasi2;
6. Film/Video art; dan
7. Performance Art3
Seni Rupa Murni dalam Kegiatan Spiritual Manusia
1. Seni Rupa Murni Zaman Prasejarah
Seni rupa prasejarah umumnya merupakan ritual religiusitas – ritual yang
bertujuan untuk menyembah atau memuja. Keyakinan pada roh, kekuatan gaib,
makhluk halus, dan lain sebagainya mendorong manusia untuk melakukan
‘komunikasi’ dengan mereka. Kegiatan ritual yang dilakukan sering menggunakan
karya seni sebagai sarana “penyampai pesan”. Sabana menjelaskan: ”Artikulasi
kegiatan itu sering berwujud karya seni, baik gerak (tari), tutur (sastra), bunyi
(musik) maupun rupa”. (Sabana, 2004: 56)
Karya seni rupa yang ada pada zaman prasejarah umumnya berupa lukisan
dan patung. Susanto menjelaskan: “Dalam bentuk visual, manusia yang hidup di
gua-gua sekitar Prancis selatan, Spanyol, atau Maroko telah meninggalkan karya
seni yang berupa teraan goresan pada dinding gua, patung atau alat-alat untuk
hidup memiliki suatu wujud dari kepekaan dan kesan tertentu.” (Susanto, 2003:
17). Lukisan dan patung pada waktu itu biasanya berfungsi sebagai manifestasi
dari makhluk yang dipuja dalam suatu ritual.
2 Seni instalasi (installation) adalah seni yang memasang, menyatukan, dan mengkontruksi sejumlah benda yang dianggap bisa merujuk pada suatu konteks kesadaran makna tertentu. 3 Paduan lintas seni antara seni rupa dan seni pertunjukan. Seniman biasanya mengenakan kostum dan memeragakan aksi yang mirip adegan pada teater sesuai konsep yang telah ditentukan.
4
2. Seni Rupa Murni Zaman Hindu, Budha, Kristen, dan Islam
Hindu, Budha, Kristen, dan Islam adalah lembaga peribadatan (agama) yang
lebih terstruktur dan dianut oleh manusia yang memiliki peradaban lebih maju.
Seni rupa pada zaman ini berkembang menyesuaikan spiritualitas yang ada pada
masing-masing agama tersebut.
Seni rupa zaman Hindu dan Budha kebanyakan berupa patung dewa-dewa,
seni rupa zaman Kristen kebanyakan berupa lukisan dan patung-patung yang
memvisualkan Yesus Kristus, dan seni rupa zaman Islam yang paling terkenal
adalah Kaligrafi Islam (bertulisan Arab).
Seni Rupa Murni untuk Dokumentasi
Karya seni rupa murni pada prinsipnya adalah sebuah refleksi dari realitas
kehidupan manusia. Seorang seniman tidak begitu saja menciptakan suatu karya
seni rupa tanpa melalui suatu tahapan ‘proses penciptaan’. Di dalam menciptakan
karya, seorang seniman tidak mungkin bisa melepaskan pengaruh-pengaruh yang
ada di masyarakat. Hal ini karena seniman pada dasarnya adalah bagian dari
masyarakat, seperti halnya manusia lain pada umumnya.
Karya seni rupa murni, walaupun tidak memiliki fungsi praktis4 bagi
manusia, bukan berarti bahwa karya tersebut tidak memiliki peran yang penting
bagi kehidupan manusia. Bisa jadi, justru karya seni rupa murni lebih besar
peranannya dalam kehidupan manusia.
Salah satu peranan penting karya seni rupa murni adalah sebagai sebuah
“catatan” yang bersifat dokumentatif. Sejak zaman prasejarah sampai sekarang,
seni rupa sering kali menjadi sarana ‘pengingat’ terjadinya suatu peristiwa. Pada
4 Fungsi praktis yaitu fungsi yang memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
5
zaman prasejarah, melalui seni lukis, manusia prasejarah telah banyak membuat
lukisan (goresan) pada dinding-dinding gua yang memvisualkan peristiwa
perburuan yang telah dilakukan atau bentuk-bentuk binatang yang berhasil di
bunuh dalam perburuan. Pada zaman modern, kegiatan ‘pendokumentasian’
melalui karya seni rupa ini tetap belangsung, dan tentunya tidak terbatas pada
media seni lukis saja, karena di zaman modern ini sudah tercipta media (kamera)
fotografi dan film.
Seni Rupa Murni untuk Mengungkapkan Perasaan
Karya seni rupa murni setidaknya menawarkan berbagai keinginan, mulai
mengkreasi ide dan imajinasi, mengekspresikan emosi dan fantasi, merekam dan
memperingati pengalaman-pengalaman, kritik terhadap sesuatu, dan lain
sebagainya. Beberapa yang mudah ditemui sebagai contoh diantaranya: karya
fotografi untuk memperjelas (ilustrasi) suatu berita yang termuat di suatu surat
kabar, kritikan-kritikan yang tervisualisasikan pada sebuah lukisan, pesan-pesan
moral yang disampaikan melalui film, dan lain sebagainya.
6
DAFTAR PUSTAKA Dharsono, Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains, 2004. Sabana, Setiawan, Modern Miring. Aminudin TH. Siregar (Ed.) Bandung: Selasar
Sunaryo Art Space, 2004. Sanyoto, Sadjiman Ebdi, Nirmana. Yogyakarta: Jala Sutra, 2009. Susanto, Mikke, Membongkar Seni Rupa. Yogyakarta: Buku Baik, 2003.