sengketa hukum bisnis

Upload: reza-akbar

Post on 12-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • di-upload oleh Perpustakaan Universitas Semarang 1

    MAKALAHPENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

    MELALUI ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION (ADR)

    DISUSUN OLEH :

    Dewi Tuti Muryati, S.H., M.H.

    Disampaikan pada seminar lokalFakultas Hukum USM

    September 2007

    YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGOROFAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS SEMARANGJl. Soekarno-Hatta, Semarang, Telp. (024) 67027757 (hunting)

    2007

  • di-upload oleh Perpustakaan Universitas Semarang 2

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah berkenan

    melimpahkan Rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik dan tepat

    waktu.

    Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca guna

    menambah wacana mengenai Penyelesaian Sengketa Bisnis Melalui Alternative

    Dispute Resolution (ADR) .

    Akhir kata semoga karya sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi

    semua pihak.

    Semarang, 2007 Penulis

    Dewi Tuti Muryati

  • di-upload oleh Perpustakaan Universitas Semarang 3

    Dokumen Perpustakaan

    Kepala UPT Perpustakaan Universitas Semarang dengan inimenerangkan bahwa buku / laporan karya ilmiah staf pengajar dibawah ini :

    Nama : Dewi Tuti Muryati,SH.MH.Unit : Fakultas Hukum USMJudul : Penyelesaian Sengketa Bisnis Melalui Alternative

    Dispute Resolution (ADR)Telah didokumentasikan dengan nomor : 009/Kartul/FH-USM/2007di perpustakaan Universitas Semarang untuk dipergunakansebagaimana mestinya.

    Semarang, 2007 Kepala,

    Imelda Oktaviani Utami, S.Pt.MP. NIS. 06557002101022

  • di-upload oleh Perpustakaan Universitas Semarang 4

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR 1DOKUMEN PERPUSTAKAAN... 2DAFTAR ISI 3I. PENDAHULUAN 4

    A. LATAR BELAKANG. 4B. PERMASALAHAN. 6

    II. PEMBAHASAN 6A. Pengertian dan Bentuk-bentuk Alternative Dispute Resolution (ADR) 6B. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Bisnis Dengan Menggunakan

    Alternative Dispute Resolution (ADR).. 8a. Negosiasi. 8b. Mediasi 10c. Konsiliasi 12d. Pencari Fakta. 13

    III. SIMPULAN. 14DAFTAR PUSTAKA. 15

  • di-upload oleh Perpustakaan Universitas Semarang 5

    PENYELESAIAN SENGKETA BISNISMELALUI ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION (ADR)

    Oleh :Dewi Tuti Muryati

    Staf Pengajar Fakultas Hukum USM

    I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

    Penyelesaian sengketa secara konvensional dilakukan melalui sebuah badanyang disebut dengan pengadilan. Sudah sejak ratus bahkan ribuan tahun badan-badan pengadilan ini semakin terpasung dalam tembok-tembok yuridis yang sukarditembus oleh para justitiabelen (pencari keadilan), khususnya jika pencari keadilantersebut adalah pelaku bisnis, dengan sengketa yang menyangkut kegiatan bisnis.Maka dimulailah dipikirkan alternatif-alternatif lain untuk menyelesaikan sengketa,diantaranya adalah lewat arbitrase.

    Semula memang badan-badan penyelesaian sengketa yang bukan pengadilanini mendapat reaksi dari berbagai pihak dengan tuduhan sebagai peradilansempalan. Namun kemudian, sejarah juga yang membuktikan bahwa memang adakebutuhan yang nyata terhadap alternatif penyelesaian sengketa yang bukanpengadilan, sehingga dewasa ini badan-badan alternatif penyelesaian sengketasudah diterima secara tegas oleh hukum di manapun. Alternatif penyelesaiansengketa, khususnya sengketa bisnis, yang sangat populer adalah penyelesaiansengketa lewat lembaga arbitrase (nasional maupun internasional).

    Sengketa bisnis, pada umumnya dimulai dengan wanprestasi atau ingkarjanji sehingga pihak yang lain merasa dirugikan. Dalam kosakata Inggris, terdapatdua istilah, yakni conflict dan dispute, yang keduanya mengandung pengertiantentang adanya perbedaan kepentingan diantara kedua belah pihak atau lebih, tetapikeduanya dapat dibedakan. Kosakata conflict sudah diserap kedalam bahasaIndonesia menjadi konflik, sedangkan kosakata dispute dapat diterjemahkan dengankosakata sengketa.

    Sebuah konflik, yakni sebuah situasi di mana dua pihak atau lebihdihadapkan pada perbedaan kepentingan, tidak akan berkembang menjadi sebuah

  • di-upload oleh Perpustakaan Universitas Semarang 6

    sengketa apabila pihak yang merasa dirugikan hanya memendam perasaan tidakpuas atau keprihatinannya. Sebuah konflik berkembang menjadi sebuah sengketabilamana pihak yang merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak puas, baiksecara langsung kepada pihak yang dianggap sebagai penyebab kerugian ataukepada pihak lain. 1

    Komar Kantaatmadja menyebutkan bahwa dalam arti kata sehari-hari,sengketa dimaksudkan sebagai keadaan dimana pihak-pihak yang melakukanupaya-upaya perniagaan mempunyai masalah, yaitu menghendaki pihak lain untukberbuat atau tidak berbuat sesuatu, tetapi pihak lainnya menolak atau tidak berbuatdemikian. 2

    Praktik menunjukkan bahwa yang paling sering terjadi dalam perniagaanmodern adalah dipenuhinya pengertian sengketa seperti didefinisikan dalam kontrakperniagaan tertentu, termasuk pengertian delay dan default. Jika hal ini terpenuhimaka prosedur selanjutnya yang tertera dalam kontrak menjadi berlaku.

    Dalam persengketaan, perbedaan pendapat dan perdebatan yangberkepanjangan biasanya mengakibatkan kegagalan proses mencapai kesepakatan.Keadaan ini akan berakhir dengan putusnya jalur komunikasi yang sehat sehinggamasing-masing pihak mencari jalan keluar tanpa memikirkan nasib ataupunkepentingan pihak lainnya.

    Agar tercipta proses penyelesaian sengketa yang efektif, prasyarat bahwahak didengar kedua belah pihak sama-sama diperhatikan dan harus terpenuhi.Dengan itu, baru dapat dimulai proses dialog dan pencarian titik temu (commonground) yang akan menjadi media dimana proses penyelesaian sengketa dapatberjalan. 3

    Penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui proses ajudikasi (jalurpengadilan) ataupun non ajudikasi (jalur diluar pengadilan) yaitu AlternativeDispute Resolution (ADR). Sarana mana yang akan dipergunakan untuk

    1 Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan, Cetakan Pertama, Citra Aditya

    Bakti, Bandung, 2003, hlm. 27.2 Komar Kantaatmadja, Beberapa Masalah Dalam Penerapan ADR di Indonesia dalam Prospek danPelaksanaan Arbitrase di Indonesia, Cetakan Pertama, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 94.3 Suyud Margono, Pelembagaan Alternative Dispute Resolution (ADR) di Indonesia dalam Prospek danPelaksanaan Arbitrase di Indonesia, Cetakan Pertama, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 53.

  • di-upload oleh Perpustakaan Universitas Semarang 7

    penyelesaian sengketa, diserahkan kepada para pihak untuk memilih danmenentukan, yang didasarkan pada prinsip efisien dan efektivitas sengketa yangakan diselesaikan. Saat ini alternatif penyelesaian sengketa yang dianggap efisiendan efektif adalah Alternative Dispute Resolution (ADR) dan arbitrase.

    B. PERMASALAHANBerdasarkan uraian sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, maka

    permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana mekanismepenyelesaian sengketa bisnis dengan menggunakan Alternative Dispute Resolution(ADR).

    II. PEMBAHASANA. Pengertian dan Bentuk-bentuk Alternative Dispute Resolution (ADR)

    Alternative Dispute Resolution (ADR) merupakan suatu istilah asing yangperlu dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia. Berbagai istilah dalam bahasaIndonesia telah diperkenalkan dalam berbagai forum oleh berbagai pihak, yaituPilihan Penyelesaian Sengketa (PPS), Mekanisme Alternatif Penyelesaian Sengketa(MAPS), Mekanisme Penyelesaian Sengketa secara Kooperatif, serta ada juga yangmengartikan dengan pengelolaan koflik secara kooperatif (Cooperation ConflictManagement). Dengan demikian, dilihat dari beberapa peristilahan di atas,sesungguhnya Alternative Dispute Resolution (ADR) merupakan penyelesaiansengketa di luar pengadilan yang dilakukan secara damai.

    Pasal 6 UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan AlternatifPenyelesaian Sengketa mengatur mengenai pilihan dalam penyelesaian sengketamelalui cara musyawarah para pihak yang bersengketa, di bawah titel Alternatif

    Penyelesaian Sengketa, yang merupakan terjemahan dari Alternative DisputeResolution (ADR). Pengertian Alternative Dispute Resolution (ADR) disini adalahlembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yangdisepakati para pihak, yakni penyelesaian sengketa di luar pengadilan dengan carakonsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. Dengan demikian,jelaslah yang dimaksud dengan Alternative Dispute Resolution (ADR) dalam

  • di-upload oleh Perpustakaan Universitas Semarang 8

    perspektif UU No. 30 Tahun 1999 itu adalah suatu pranata penyelesaian sengketa diluar pengadilan berdasarkan kesepakatan para pihak dengan mengesampingkanpenyelesaian sengketa secara litigasi di pengadilan.

    Penggunaan pranata penyelesaian sengketa di luar pengadilan tersebutbukan suatu yang harus dilakukan atau dijalankan terlebih dahulu. Aturan hukummelalui UU No. 30 Tahun 1999 telah menyediakan beberapa pranata PilihanPenyelesaian Sengketa (PPS) secara damai, yang dapat ditempuh para pihak untukmenyelesaiakan sengketa atau beda pendapat perdata mereka. Pilihan penyelesaiansengketa (PPS) di luar pengadilan hanya dapat ditempuh bila para pihakmenyepakati penyelesaian melalui pranata PPS tersebut.

    Di Indonesia, proses penyelesaian sengketa melalui ADR bukanlah sesuatuyang baru dalam nilai-nilai budaya bangsa kita yang berjiwa kooperatif. Nilaikooperatif dan kompromi dalam penyelesaian sengketa muncul di mana saja diIndonesia. Berikut ini adalah beberapa faktor yang merupakan kelebihan dari ADR,yaitu : 4

    1. Faktor ekonomis.ADR memiliki potensi sebagai sarana penyelesaian yang lebih ekonomis, baikdari sudut pandang biaya maupun waktu.

    2. Faktor Ruang Lingkup yang Dibahas.ADR mempunyai kemampuan untuk membahas agenda permasalahan secaraluas, komprehensif, dan fleksibel. Hal ini dapat terjadi karena aturan maindikembangkan dan ditentukan oleh para pihak yang bersengketa sesuai dengankepentingan dan kebutuhannya. ADR memiliki potensi untuk menyelesaikankonflik-konflik yang sangat rumit (polycentris) yang disebabkan oleh substansikasus yang sarat dengan persoalan-persoalan ilmiah (scientifically complicated).

    3. Faktor Pembinaan Hubungan Baik.ADR yang mengandalkan cara-cara penyelesaian kooperatif sangat cocok bagimereka yang menekankan pentingnya pembinaan hubungan baik antar manusiayang telah berlangsung maupun yang akan datang.

    Faktor-faktor yang menyebabkan para pelaku bisnis lebih memilihpenyelesaian sengketa melalui pranata ADR dibanding melalui jalur pengadilankarena beberapa pertimbangan, yaitu :

    4 Moch. Faisal Salam, Penyelesaian Sengketa Bisnis Secara Nasional dan Internasional, Mandar Maju,

    Bandung, 2007, hlm. 177.

  • di-upload oleh Perpustakaan Universitas Semarang 9

    1. Proses penyelesaian di pengadilan lambat berlarut-larut, sehingga dinilaimembuang-buang waktu (wasting time);

    2. Biaya perkara amat mahal, termasuk biaya pengacara cukup tinggi;3. Sistem penyelesaiannya tidak tuntas, karena fokus solusinya

    mempermasalahkan masa lalu (the past), sementara tidak memberikanpenyelesaian masa datang (the future);

    4. Akhir penyelesaian (putusan) melalui sistem litigasi, adalah memposisikan parapihak dalam posisi menang atau kalah (win or lose).

    Adapun bentuk-bentuk pranata untuk menyelesaikan sengketa melalui jalurdi luar pengadilan meliputi konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan penilaianahli.

    B. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Bisnis Dengan Menggunakan AlternativeDispute Resolution (ADR)

    Merupakan hal yang wajar apabila dunia bisnis pada suatu saat mengalamipertkaian atau konflik (conflict), hal ini pada hakekatnya merupakan salah satubentuk dari interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat. Konflik akan berkembangmenjadi sengketa apabila pihak yang merasa dirugikan menyatakan rasa tidak puaspada pihak yang menimbulkan kerugian pada pihak lain, dalam hal ini mereka telahmasuk dalam tahap untuk mencari penyelesaian sengketa (solution).

    Jika terjadi sengketa dalam kegiatan bisnis pada saat sekarang dapatditempuh melalui ADR, dengan pertimbangan bahwa masyarakat bisnis selalumenghendaki yang serba cepat sesuai dengan semboyan mereka time is money.

    Oleh karena itu pelaku bisnis pada umumnya memilih cara penyelesaian sengketayang tidak terfokus pada pengadilan. Adapun mekanisme dari beberapa bentukpranata ADR adalah sebagai berikut :

    a. NegosiasiNegosiasi merupakan interaksi di mana dua orng atau lebih terlibat

    secara bersama dalam sebuah hasil akhir walau pada awalnya mempunyaisasaran yang berbeda, berusaha dengan menggunakan argumen dan persuasi,

  • di-upload oleh Perpustakaan Universitas Semarang 10

    menyudahi perbedaan mereka untuk mencapai jalan keluar yang dapat merekaterima bersama. 5

    Dengan demikian, dalam negosiasi terdapat keinginan para pihak untukmenyelesaikan permasalahan yang sedang mereka hadapi dengan tujuanmendapatkan kesempatan yang saling munguntungkan. Adapun elemen-elemenyang menjadi prinsip umum dalam negosiasi adalah sebagai berikut : 61. negosiasi melibatkan dua pihak atau lebih;2. pihak-pihak tersebut harus terlibat satu sama lain dalam mencapai hasil yang

    diinginkan;3. para pihak sejak awal setidaknya sudah beranggapan bahwa negosiasi

    merupakan cara yang lebih memuaskan untuk menyelesaikan perbedaanmereka dibanding metode lain;

    4. masing-masing pihak harus beranggapan bahwa ada kemungkinan untukmembujuk pihak lain untuk memodifikasi posisi awal mereka;

    5. setiap pihak harus mempunyai harapan akan sebuah hasil akhir yang merekaterima dan suatu konsep tentang seperti apakah hasil akhir itu;

    6. masing-masing pihak harus mempunyai suatu tingkat kuasa ataskemampuan pihak lain untuk bertindak;

    7. proses negosiasi itu sendiri pada dasarnya merupakan salah satu interaksi diantara orang-orang, terutama antar komunikasi lisan yang langsungwalaupun kadang-kadang dengan elemen tertulis yang penting.

    Untuk optimalnya hasil negosiasi, diperlukan tahapan-tahapan yangkronologisnya teratur dari awal sampai akhir. Menurut Suyud Margono, tahap-tahap negosiasi dibagi menjadi (a) tahap persiapan; (b) tahap tawaran awal(opening gambit); (c) tahap pemberian konsesi; dan (d) tahap akhir permainan(end play). 7

    a. Tahap PersiapanHal pertama yang perlu dipersiapkan adalah know your self (kenali dulukepentingan kita sebelum mengenai kepentingan orang lain). Kemudian halselanjutnya adalah know your adversaries (memperkirakan tentangkepentingan dan kebutuhan alternatif lawan negosiasi). Dalam tahappersiapan ini harus ditentukan hal-hal yang bersifat logistics, seperti siapayang harus bertindak sebagai perunding, perlukah menyewa perunding yangmemiliki ketrampilan khusus, dan di mana perundingan harus dilakukan.

    5 Joni Emirzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan (Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, dan

    Arbitrase), Cetakan Pertama, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hlm. 112.6 Ibid, hlm. 120.7 Ibid, hlm. 72.

  • di-upload oleh Perpustakaan Universitas Semarang 11

    Apabila perundingan bersifat internasional, bahasa apakah yang akandigunakan, serta siapa yang bertanggung jawab menyediakan penterjemah.

    b. Tahap Tawaran Awal (opening gambit)Dalam tahap ini, biasanya seorang perunding mempersiapkan strategitentang hal-hal yang berkaitan dengan pertanyaan siapakah yang harusterlebih dahulu menyampaikan tawaran. Apabila terdapat dua tawaran yangdiajukan dalam perundingan, biasanya midpoint (titik di antara dua tawaran)merupakan solusi atau kesepakatan.

    c. Tahap Pemberian KonsesiKonsesi yang harus dikemukakan tergantung pada konteks negosiasi dankonsesi yang diberikan oleh salah satu pihak perunding.

    d. Tahap Akhir Permainan (end play)Tahap akhir permainan adalah pembuatan komitmen atau membatalkankomitmen yang telah dinyatakan sebelumnya.

    Menurut Erman Rajaguguk, suatu negosiasi akan berhasil apabilaterdapat kompromi atas posisi para pihak, yang antara lain dapat diukur dengannilai uang. Pendekatan problem solving dalam negosiasi menekankanpencapaian apa sebenarnya yang dikehendaki kedua belah pihak dan mencarihal-hal yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Pendekatan ini dilakukansebagai ganti dari pendekatan untuk keuntungan salah satu pihak atas pihaklainnya. Negosiasi merupakan penyelesaiakan sengketa yang paling banyakditempuh sekarang ini, karena masyarakat sudah mulai sadar akan lama danmahalnya penyelesaian sengketa melalui pengadilan. 8

    b. MediasiMediasi adalah upaya penyelesaian sengketa para pihak dengan

    kesepakatan bersama melalui mediator yang bersikap netral, dan tidak membuatkeputusan atau kesimpulan bagi para pihak, tetapi menunjang fasilitator untukterlaksananya dialog antarpihak dengan suasana keterbukaan, kejujuran, dan tukarpendapat demi tercapainya mufakat. Dengan kata lain, proses mediasi pemecahanmasalah adalah proses di mana pihak luar yang tidak memihak (impartial) dannetral bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu merekamemperoleh kesepakatan perjanjian secara memuaskan.

    8 Erman Rajaguguk, Budaya Hukum dan Penyelesaian Sengketa Perdata di Luar Pengadilan dalam

    Jurnal Magister Hukum Bisnis, Magister Hukum Bisnis Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2000,hlm. 79.

  • di-upload oleh Perpustakaan Universitas Semarang 12

    Berdasarkan pengertian mediasi tersebut, dapat disimpulkan beberapaelemen mediasi, yaitu (a) penyelesaian sengketa sukarela; (b) intervensi/ bantuan;(c) pihak ketiga yang tidak berpihak; (d) pengambilan keputusan oleh para pihaksecara konsensus; dan (e) patisipasi aktif para pihak.

    Dalam penyelesaian sengketa melalui mediasi, tidak terdapat unsurpaksaan antara para pihak dan mediator karena para pihak secara sukarelameminta kepada mediator untuk membantu menyelesaikan konflik yang sedangmereka hadapi. Oleh karena itu, mediator berkedudukan sebagai pembantuwalaupun ada unsur intervensi terhadap pihak-pihak yang sedang berseteru.Dalam kondisi demikian, mediator harus bersifat netral atau tidak memihaksampai diperoleh keputusan yang hanya ditentukan oleh para pihak.

    Bila pihak pelaku bisnis yang bersengketa akan menempuh jalan mediasimaka sebaiknya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 9

    1). Sepakat para pihak untuk menempuh proses mediasi;2). Memahami masalah-masalah;3). Membangkitkan pilihan-pilihan pemecahan masalah;4). Mencapai kesepakatan;5). Melaksanakan kesepakatan.

    Dengan memperhatikan langkah-langkah tersebut, diharapkan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dapat tetap fokus sehingga hasil yang ingin dicapaipun dapat lebih optimal sesuai dengan tujuan penyelesaian konflik atau sengketaitu.

    Sementara itu, dalam proses mediasi perlu memperhatikan langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan sebagai kewajiban dan tugas dari suatumediasi, yaitu : 10

    Tahap pertama : Menciptakan forumDalam tahap ini, kegiatan kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi :1) rapat gabungan

    9 Ibid, hlm. 72.10

    Munir Fuadi, Arbitrase Nasional : Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis, Cetakan pertama, CitraAditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 61.

  • di-upload oleh Perpustakaan Universitas Semarang 13

    2) statement pembukaan oleh mediator, dalam hal ini yang dilakukan adalah :mendidik para pihak; menentukan aturan main pokok; membina hubungandan kepercayaan.

    3) statement para pihak, dalam hal ini yang dilakukan adalah : dengar pendapat(hearing); menyampaikan dan klarifikasi informasi; cara-cara interaksi

    Tahap kedua : Mengumpulkan dan membagi-bagi informasiDalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah mengadakan rapat-rapat terpisahuntuk :1) mengembangkan informasi selanjutnya2) mengetahui lebih mendalam keinginan para pihak3) membantu para pihak untuk dapat mengetahui kepentingannya4) mendidik para pihak tentang cara tawar-menawar penyelesaian masalahTahap ketiga : Pemecahan masalahDalam tahap ini, yang dilakukan oleh mediator adalah rapat bersama atau lanjutanrapat terpisah, dengan tujuan untuk :1) menetapkan agenda2) kegiatan pemecahan masalah3) memfasilitasi kerjasama4) identifikasi serta klarifikasi isu serta masalah5) mengembangkan alternatif dan pilihan-pilihan6) memperkenalkan pilihan-pilihan tersebut7) membantu para pihak untuk mengajukan, menilai, dan memprioritaskan

    kepentingan-kepentinganTahap keempat : Pengambilan keputusanDalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :1) rapat-rapat bersama2) melokalisasi pemecahan masalah dan mengevaluasi pemecahan masalah3) membantu para pihak untuk memperkecil perbedaan-perbedaan4) mengonfirmasi dan klarifikasi kontrak5) membantu para pihak untuk memperbandingkan proposal penyelesaian

    masalah dengan alternatif di luar kontrak6) mendorong para pihak untuk menghasilkan dan menerima pemecahan

    masalah7) mengusahakan formula pemecahan masalah yang win-win dan tidak hilang

    muka8) membantu para pihak untuk mendapatkan pilhannya9) membantu para pihak untuk mengingat kembali kontraknya.

    c. KonsiliasiKonsiliasi mirip dengan mediasi, yakni juga merupakan suatu proses

    penyelesaian sengketa berupa negosiasi untuk memecahkan masalah melaluipihak luar yang netral dan tidak memihak yang akan bekerja dengan pihak yangbersengketa untuk membantu menemukan solusi dalam menyelesaikan sengketa

  • di-upload oleh Perpustakaan Universitas Semarang 14

    tersebut secara memuaskan kedua belah pihak. Pihak ketiga yang netral tersebutdisebut dengan konsiliator.

    Yang membedakan antara mediasi dengan konsiliasi adalah adanyakewenangan dari mediator untuk juga mengusulkan penyelesaian sengketa, halmana paling tidak secara teoritis, tidak dimiliki oleh seorang konsiliator. 11

    Dalam proses konsiliasi, seorang konsiliator tidak mempunyaikewenangan memberikan putusan terhadap sengketa tersebut. Hal inilah yangmembedakannya dengan arbitrase. Beberapa aturan main untuk seorangkonsiliator adalah seperti yang terdapat dalam Uncitral Consiliation Rule, yaitusebagai berikut : 12

    1) konsiliator membantu para pihak untuk secara independen2) konsiliator selalu berpegang pada prinsip keadilan dan objektif, dengan

    mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut : hak dan kewajiban parapihak; kebiasaan dalam perdagangan; praktek bisnis yang telah terjaditermasuk praktek bisnis di antara para pihak sendiri.

    3) konsiliator dapat menentukan bagaimana proses konsiliasi yangdianggapnya layak

    4) di setiap tingkat, konsiliator dapat mengajukan proposal penyelesaiansengketa.

    d. Pencari FaktaPencari fakta adalah suatu proses yang dilakukan oleh sorang atau tim

    pencari fakta, baik merupakan pihak yang independen atau hanya sepihak,untuk melakukan proses pencarian fakta terhadap sesuatu masalah, yang akanmenghasilkan suatu rekomendasi yang tidak mengikat. Adapun tugas pencarifakta adalah sebagai berikut :1) mengumpulkan fakta2) memeriksa fakta3) menginterpretasi fakta4) melakukan wawancara5) melakukan dengan pendapat (hearing)6) menarik kesimpulan tertentu

    11 Munir Fuadi, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era Global, Citra Aditya Bakti,

    Bandung, 2002, hlm. 315.12 Ibid, hlm. 316

  • di-upload oleh Perpustakaan Universitas Semarang 15

    7) memberikan rekomendasi8) mempublikasi (bila diperlukan).

    Pada prakteknya, keputusan untuk menggunakan Alternative DisputeResolution (ADR) dalam penyelesaian sengketa diperlukan dua pertimbangan yaituprosedur ADR lebih tepat guna daripada prosedur adminitratif serta prosedurhukum biasa, dan menentukan prosedur mana yang paling tepat untuk jenissengketa yang dihadapi serta dibutuhkan proses analisis yang matang. Dengandemikian dapat disimpulkan bahwa pemilihan dan penentuan penggunaan ADR,bergantung pada jenis dan pihak-pihak yang terlibat dalam persengketaan.

    III. SIMPULANSengketa bisnis pada umumnya dimulai dengan wanprestasi atau ingkar

    janji sehingga pihak yang lain merasa dirugikan. Oleh karena itu para pihakbiasanya mencari solusi untuk mengatasi sengketa tersebut, salah satunya adalahmelalui pranata Alternative Dispute Resolution (ADR) sebagaimana diatur dalamPasal 6 UU No. 30 Tahun 1999 di bawah titel Alternatif Penyelesaian Sengketa yang merupakan terjemahan dari Alternative Dispute Resolution (ADR).

    Alternative Dispute Resolution (ADR) adalah lembaga penyelesaiansengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yaitupenyelesaian sengketa di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi,mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli.

  • di-upload oleh Perpustakaan Universitas Semarang 16

    DAFTAR PUSTAKA

    Emirzon, Joni, Alternatif Penyelesaian Sengketadi Luar Pengadilan (Negosiasi, Mediasi,Konsiliasi, dan Arbitrase), Cetakan pertama, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,2001.

    Fuadi, Munir, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era Global, CitraAditya Bakti, Bandung, 2002.

    .., Arbitrase Nasional : Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis, Cetakan pertama,Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

    Kantaatmadja, Komar, Beberapa Masalah Dalam Penerapan Alternative DisputeResolution di Indonesia dalam Prospek dan Pelaksanaan Arbitrase diIndonesia, Cetakan pertama, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001.

    Margono, Suyud, Pelembagaan Alternative Dispute Resolution (ADR) di Indonesiadalam Prospek dan Pelaksanaan Arbitrase di Indonesia, Cetakan pertama, CitraAditya Bakti, Bandung, 2001.

    Rajaguguk, Erman, Budaya Hukum dan Penyelesaian Sengketa Perdata di LuarPengadilan dalam Jurnal Magister Hukum Bisnis, Magister Hukum BisnisUniversitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2000.

    Salam, Moch. Faisal, Penyelesaian Sengketa Bisnis Secara Nasional dan Internasional,Mandar Maju, Bandung, 2007.

    Usman, Rachmadi, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Cetakan pertama,Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.

    Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa