senam lansia 1
TRANSCRIPT
PENGARUH SENAM PAGI RUTIN TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
LANJUT USIA
Effect of Routine Morning Exercise to Blood Pressure of Old People
Ajeng Rambisa1, Ratna Indriawati2
General Practitioner
Medical Faculty, Muhammadiyah University of Yogyakarta
INTISARI
Usia diatas 60 tahun atau yang sering disebut lansia (UU No.13 tahun 1998)
memiliki banyak masalah-masalah kesehatan. Resiko tertinggi terkena tekanan darah
tinggi ada pada lansia. Menjadi tua tidak dapat dihindari, tetapi faktor resiko lainnya
dapat dihindari ataupun dikurangi untuk mencegah adanya komplikasi yang mungkin
terjadi, maka tekanan darah tinggi pada lansia perlu mendapat perhatian dan ditangani
dengan cara yang tepat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh senam pagi rutin
terhadap tekanan darah pada lanjut usia yang beresiko tinggi menderita hipertensi.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, dengan pendekatan
cross-sectional (potong lintang) dengan menggunakan 45 subyek penelitian.
Hasil uji analisis statistik untuk kategori tekanan darah sistolik adalah Sig
value = 0.02 berarti lebih rendah dgn nilai significan( p=0,05) artinya terdapat
perbedaan tekanan darah sistolik antara lansia pada kelompok perlakuan dan kontrol.
Pada kategori tekanan darah diastolic didapat Sig value = 0.00 nilai lebih rendah
dengan nilai significant, artinya terdapat perbedaan tekanan darah diastolik antara
lansia pada kelompok perlakuan dan kontrol. Dan pada kategori tekanan darah arteri
rata-rata didapat hasil Sig value = 0.49 dimana nilai lebih tinggi dengan nilai
significant, artinya tidak terdapat perbedaan tekanan darah arteri rata-rata antara
lansia pada kelompok perlakuan dan kontrol.
Dari hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan tekanan darah yang
bermakna secara statistik pada lanjut usia yang rutin senam pagi baik dalam tekanan
sistolik dan diastolic. Sedangkan pada tekanan darah arteri rata-rata tidak ada
perubahan yang berarti menurut statistik.
ABSTRACT
The age above 60 years old or simply called elderly (The Act no.13 1998)
usually face several healthy problems. As the highest risk, they are facing the high
blood pressure. Being old is an inevitable, however, the risk factors can be avoided or
at least can be reduced for the sake of keeping away from the complication that it
might be happen. Therefore, the high blood pressure toward elderly should be paid
attention and handled properly.
The objective of this research is analyzing the impact of the morning exercise
regularly toward the high blood pressure of the elderly which has the risk factor to be
hypertension.
This research is an analytical observation research, by having cross-sectional
approach and using 45 of subject research.
The result of statistical analytical test for the systolic blood pressure category
is Sig Value = 0.02 which means it is lower than the significance value (p=0.05)
shows that there is difference of systolic blood pressure between exercise group and
control group. In diastolic blood pressure, it can be achieved that Sig Value = 0.00 its
value is lower than significant value which there is difference of diastolic blood
pressure between elderly in exercise group and control group. In the category of
blood pressure average artery, it can be achieved Sig Value=0.49 which its value is
higher than the significant value, means that there is no difference of blood pressure
average artery toward elderly in exercise group and control group.
From the result of this research, it can be showed that a high blood pressure
of elderly who are doing regularly morning exercise will reduced in the systolic and
diastolic pressure. In average artery there is no differences in statistical.
Key words: Blood pressure, Exercise, Elderly
1. Student of Medical Faculty, Muhammadiyah University of Yogyakarta.
2. Lecture of Medical Faculty, Muhammdiyah University of Yogyakarta.
PENDAHULUAN
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme
yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan
adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama
lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui
tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional
limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan
dialami bersamaan dengan proses kemunduran (Bondan, 2006).
Usia diatas 60 tahun atau yang sering disebut lansia (UU No.13 tahun 1998)
memiliki banyak masalah-masalah kesehatan. Resiko tertinggi terkena tekanan darah
tinggi ada pada lansia. Menjadi tua tidak dapat dihindari, tetapi faktor resiko lainnya
dapat dihindari ataupun dikurangi untuk mencegah adanya komplikasi yang mungkin
terjadi, maka tekanan darah tinggi pada lansia perlu mendapat perhatian dan ditangani
dengan cara yang tepat.
Proses degenarasi mengakibatkan pembuluh-pembuluh darah mengalami
penebalan pada tunica intima, menurunnya tingkat elastisitas pada dinding-dinding
dan terjadinya penumpukan kalsium yang sering terjadi pada pembuluh darah yang
besar seperti aorta, arteri coronaria dan lain lain. Hal ini mengakibatkan mengecilnya
diameter pembuluh darah dan menurunkan aliran darah (Mansjoer, dkk, 2001).
Tekanan darah, baik tekanan rerata maupun prevalensi kenaikan tensi naik
dengan bertambahnya usia, kecuali pada kelompok-kelompok penduduk primitive
tertentu (Darmojo, 1985). Master, et al., 1985 dalam studi pustaka menemukan
prevalensi hipertensi 30%-65% pada orang-orang usia lanjut. National Health
Documentation di USA menemukan prevalensi 15%-27% pada orang-orang usia 65
tahun keatas. Pada orang-orang negro angka ini lebih tinggi yaitu 26%-29%. Dari
survei hipertensi yang telah diadakan di Indonesia selama ini, disimpulkan bahwa
prevalensi hipertensi pada orang-orang Indonesia dewasa berkisar 5%-10% dan angka
ini menjadi lebih dari 20% pada kelompok umur 50 tahun keatas (Darmojo, 1985).
Tekanan darah tinggi dapat dikontrol dengan berbagai jenis obat-obatan yang
dikenal dengan anti hipertensi. Biasanya dimulai dengan dosis rendah dan dipantau
hasilnya. Jika dianggap perlu akan ditambah dosisnya secara bertahap, sehingga
tekanan darah dapat terkontrol. Terdapat lima kelompok utama obat anti hipertensi,
yaitu thiazide, beta-blocker, ACE inhibitor, calcium channel blocker, dan alfa-
blocker. Obat tekanan darah tinggi tidak menghilangkan penyakit, tetapi
mengontrolnya. Selain itu obat-obatan ini juga memiliki efek samping seperti: pusing,
berdebar, kaki bengkak, alergi, hidung tersumbat, polyuria, mengantuk atau sedative
dan batuk (Katzung, 1998)
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik. Rancangan
penelitiannya dengan pendekatan cross-sectional (potong lintang).
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan September 2007 di panti wredha untuk
kelompok perlakuan dan di daerah Wirobrajan untuk kelompok kontrol dengan
melakukan permohonan izin terlebih dahulu.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah 45 orang lansia yang tinggal di panti wredha yang
mempunyai program senam pagi rutin dan 15 orang lansia didaerah Wirobrajan yang
tidak melakukan senam pagi rutin.
Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah senam pagi rutin. Sedangkan
variabel terikat adalah tekanan darah pada lansia.
Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh langsung dari
responden. Peneliti menggunakan metode kuisioner, wawancara langsung dan
pemeriksaan tekanan darah kepada responden untuk mengumpulkan data.
Teknik Analisis
Dari hasil yang diperoleh data akan dianalisis dengan bantuan paket program
SPSS versi 14.0 dengan metode Chi-Square Test.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini melibatkan 45 orang subyek penelitian dengan usia terendah 60
tahun dan tertinggi 86 tahun. Berat badan terendah 28 kg dan tertinggi 60 kg.
Rentang lengan terendah 134 cm dan tertinggi 174 cm. IMT terendah 12.41 kg/m2
dan tertinggi 23.33 kg/m2. Tekanan darah sistolik terendah 100 mmHg dan tertinggi
170 mmHg. Tekanan darah diastolik terendah 50 mmHg dan tertinggi 110 mmHg.
Tekanan darah arteri rata-rata terendah 66.67 mmHg dan tertinggi 121.67 mmHg
Lama waktu tidur terendah adalah 3 jam dan tertinggi 9 jam (tabel 1).
Tabel 1. Karakteristik subyek penelitian
Karakteristik Rentang Rerata
Usia (tahun)
Berat badan (kg)
Tinggi badan (cm)
IMT (kg/m2)
Tekanan darah sistolik (mmHg)
Tekanan darah diastolik (mmHg)
Tekanan darah arteri rerata (mmHg)
Lama Tidur (jam)
60 – 86
28 – 60
134 – 174
15,14 – 23,33
100 – 170
50 – 110
66,67-121,67
3-9
76,96
42,73
155,47
17,38
129,50
76,11
93,93
6,16
Responden paling banyak berusia 71 tahun yaitu sebanyak 9 orang dengan
prosentase 21,3%. Hipertensi paling banyak adalah hipertensi sistolik stadium 1, atau
hipertensi ringan yaitu sebanyak 14 orang lansia dengan prosentase 31,1%. Lama
waktu paling banyak adalah 6 jam dengan prosentase 38,63%.
Tekanan darah yang akan dibahas dalam penelitian kali ini meliputi tekanan
darah sistolik, tekanan darah diastolik dan tekanan darah arteri rata-rata.
Gambar 1. Status Tekanan Darah Sistolik.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada 45 orang subyek
penelitian, didapatkan prosentase subyek penelitian dengan tekanan darah sistolik
hipotensi adalah 9%, normotensi adalah 29%, tekanan darah normal tinggi adalah
27%. Prosentase pada subyek penelitian dengan hipertensi ringan adalah 31%.
Prosentase pada subyek penelitian dengan hipertensi sedang adalah 4%. Prosentase
pada subyek penelitian hipertensi berat adalah 0%. Prosentase pada subyek penelitian
hipertensi maligna adalah 0% (Gambar 1). Hasil analisis dengan Chi Square Test
menunjukkan adanya penurunan tekanan darah sistolik yang bermakna secara statistik
(p<0,05) antara kelompok perlakuan dengan kontrol
Gambar 2. Status Tekanan Darah Diastolik.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada 45 orang subyek
penelitian, didapatkan prosentase subyek penelitian dengan tekanan darah diastolik
hipotensi 45%, normotensi adalah 27%, tekanan darah normal tinggi adalah 2%.
Prosentase pada subyek penelitian dengan hipertensi ringan adalah 20%. Prosentase
pada subyek penelitian dengan hipertensi sedang adalah 4%. Prosentase untuk
hipertensi berat adalah 2%. Prosentase pada subyek penelitian hipertensi maligna
adalah 0% (Gambar 2). Hasil analisis dengan Chi Square Test menunjukkan adanya
penurunan tekanan darah diastolik yang bermakna secara statistik (p<0,05) antara
kelompok perlakuan dengan kontrol.
Hasil analisis dengan Chi Square Test menunjukkan tiadak adanya penurunan
tekanan darah arteri rata-rata yang bermakna secara statistik (p>0,05) antara
kelompok perlakuan dengan kontrol.
PEMBAHASAN
Penelitian Andarini (1998) tentang hipertensi dan factor-factor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi, menunjukkan sebanyak 80,6 % lansia memiliki
kecenderungan hipertensi dibandingkan usia dibawah 55 tahun. Pertambahan usia
menyebabkan menurunnya organ – organ tubuh dan pembuluh darah. Tekanan darah
akan terus meningkat terutama tekanan sistolik sampai usia 80 tahun, sedangkan
tekanan darah diastolik mulanya akan meningkat tetapi pada usia pertengahan sekitar
usia 55-60 tahun.
Selain olahraga, usia sangat mempengaruhi tekanan darahAktifitas dalam bentuk
olahraga yang teratur dapat menurunkan tahanan perifer, yang akan menurunkan
tekanan darah. Aktifitas juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi.
Kurangnya aktifitas akan menyebabkan obesitas dan menimbulkan peningkatan
tekanan darah (Sidabutar & Wiguno, 1998).
Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat hipertensi di dalam
keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan
hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita
kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini
menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi
(Novartis, 2002).
Faktor lingkungan seperti stress, juga berpengaruh terhadap timbulnya
hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga melalui aktivasi
saraf simpatis. (saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas,
saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas).
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan
tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal
ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat
yang tinggal di kota (Reviana, 2003).
KESIMPULAN
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat penurunan tekanan darah sisolik yang
bermakna secara statistik antara lanjut usia yang rutin melakukan senam
pagi dan yang tidak.
2. Terdapat penurunan tekanan darah diastolik yang
bermakna secara statistik antara lanjut usia yang rutin melakukan senam
pagi dan yang tidak.
3. Tidak terdapat penurunan tekanan darah arteri rata-rata
yang bermakna secara statistik antara lanjut usia yang rutin melakukan
senam pagi dan yang tidak.
SARAN
1. Perlu penelitian lebih lanjut
mengenai pengaruh senam ataupun olahraga terhadap tekanan darah baik
sistolik, diastolik dan arteri rata-rata dengan subyek yang lebih banyak.
2. Perlu penelitian lebih lanjut
mengenai pengaruh senam ataupun olahraga terhadap tekanan darah baik
sistolik, diastolik dan arteri rata-rata dengan karakteristik subyek yang
lebih beragam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, A.,Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani. W. I., Setiowulan, W. (2001). Kapita Selekta Kedokteran (3rd ed). Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2. Darmojo, R. B. (2000). Penyakit Kardiovaskular pada Usia Lanjut. Jurnal Kardiologi Indonesia, 25, 92-99
3. Katzung, B. G. (1998). Farmakologi Dasar dan Klinik (4th ed). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
4. Wikipedia Indonesia. (2007, 22 Oktober). ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. Diakses 4 November 2007, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_ tinggi
5. Andarini, S. (1998). Hipertensi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Hipertensi pada Lansia di Desa Jatiguwi Kecamatan Sumberpucung. Diakses 11 April 2007, dari http://www.digilib.brawijaya.ac.id/oai
6. Sidabutar, R.P. & Wiguno, P.(1990). Ilmu Penyakit Dalam (2nd ed). Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia