seminar_potensi pasar manggis untuk pasar domestik supermarket)
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman buah asli
Indonesia. Tanaman ini mendapat julukan ratunya buah (queen of fruit) karena
keistimewaan dan kelezatannya. Julukan lain untuk buah manggis adalah nectar of
ambrosia, golden apple of hesperides, dan finest in the world (Departemen
Pertanian, 2007). Manggis atau Mangosteen berasal dari Asia Tenggara. Pohon
manggis hanya bisa tumbuh di hutan dan dataran tinggi tertentu yang beriklim
tropis seperti di Indonesia, Filipina, Malaysia, Vietnam, Myanmar dan Thailand
serta di Hawaii dan Australia Utara. Manggis juga dikenal sebagai tanaman buah
budidaya. Manggis merupakan salah satu tanaman buah tropika yang tumbuhnya
paling lambat, tetapi umurnya juga paling panjang. Membutuhkan 10-15 tahun
untuk mulai berbuah dan tingginya bisa mencapai 10-30 meter (Jauhari N. F,
2009).
Manggis secara alamiah baru berbuah setelah tanaman berumur lebih dari
10 tahun. Sementara di satu pihak petani pada umumnya berada dalam kondisi
ekonomi yang lemah, sehingga dalam usahataninya menghendaki tanaman yang
cepat menghasilkan untuk menunjang penerimaan rumah-tangga mereka. Untuk
mengatasi permasalahan teknis tersebut dilakukan upaya dengan dua model, yaitu
dengan model kebun campuran yang ditanam pada lahan-lahan yang dikuasai
masyarakat, dan/atau dengan membuat perkebunan manggis.
2
Pusat penanaman manggis di Indonesia adalah Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, Jawa Barat (Jasinga, Ciamis, Wanayasa), Sumatera Barat,
Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur dan Sulawesi Utara. Syafruddin (2009)
mengatakan ada 25 sentra manggis yang tersebar di Indonesia.
Potensi, peluang dan pengembangan tanaman manggis cukup cerah, baik
untuk memenuhi konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Peluang ekspor manggis
masih terbuka karena pasar buah-buahan termasuk manggis belum dibatasi oleh
kuota. Bahkan permintaan pasar dunia akan manggis belum terpenuhi.
Indonesia adalah salah satu negara tropis pensuplai manggis yang paling
digemari konsumen di pasar internasional. Pernyataan ini didukung oleh neraca
perdagangan yang cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Akan
tetapi, petani manggis di Indonesia belum dapat memenuhi permintaan pasar yang
luas baik di dalam maupun di luar negeri karena produksi manggis dalam negeri
menghadapi beberapa kendala teknis dan non-teknis, antara lain yaitu latar
belakang petani, budidaya manggis yang masih sederhana, penanganan produk
pascapanen dan diversifikasi produk olahan, cara penjualan produk, lemahnya
jaringan pemasaran dan kemitraan di tingkat petani. (Roni Kastaman, 2007).
Era globalisasi ditandai dengan semakin terbukanya perdagangan bebas
antar negara, termasuk di dalamnya buah-buahan. Permintaan pasar internasional
akan buah-buahan terutama manggis sangat dinamis dan selalu berubah-ubah
sesuai dengan permintaan konsumen. Dengan adanya kesepakatan perdagangan
antar negara dunia (WTO), yang saat ini diramaikan oleh China-ASEAN Free
Trade Agreement (CAFTA) sebagai regionalisasi perdagangan bebas,
3
memberikan banyak peluang pasar bagi petani khususnya petani manggis di
Indonesia.
Program-program pemerintah saat ini cenderung menggalakkan ekspor bagi
setiap pemasaran komoditas dengan salah satu tujuannya untuk meningkatkan
devisa negara karena pasar internasional dinilai dapat memberikan peluang pasar
yang sangat luas dan keuntungan yang menjanjikan. Namun, hal ini tidak berarti
bahwa pasar modern dalam negeri tidak dapat memberikan keuntungan yang
setimpal. Termasuk dalam hal pemasaran buah-buahan terutama manggis sebagai
komoditas andalan untuk ekspor.
Mengekspor manggis adalah gagasan yang sangat bagus dalam hal
perolehan keuntungan bagi pelaku agribisnis manggis. Namun, saat ini ekspor
manggis ke pasar internasional mengalami berbagai hambatan terutama dalam
menghadapi pesaing ekspor yang lebih banyak menguasai pasar internasional di
berbagai negara. Thailand merupakan pesaing utama bagi negara-negara produsen
manggis termasuk Indonesia. (Roni Kastaman, 2007)
Di samping itu, prosedur ekspor yang mensyaratkan berbagai dokumen
penting meliputi perizinan, sertifikasi, kontrak, dll (Fruit Export Development
Centre, 2008) seringkali menjadi kendala bagi para pelaku agribisnis dalam
kelancaran usahanya. Misalnya buah manggis segar yang akan dipasarkan di
Jepang terlebih dahulu harus lulus pemeriksaan yang dilakukan oleh lembaga
sertifikasi yang berkompeten. Salah satunya yang berkantor pusat di Shibuya,
Tokyo. Pemeriksaan meliputi ada tidaknya kandungan pestisida dan bahan-bahan
kimia berbahaya lainnya yaitu Benzene hexachloride (BHC), Dichloro Diphenyl
4
Trichloroethane (DDT), endrin, nitrofen, dan sebagainya. Contoh lainnya adalah
Australia sebagai salah satu negara importir manggis Indonesia. Untuk masuk
pasar Australia, persyaratan mutu dan keamanan pangannya demikian ketat,
terutama dikaitkan dengan ketentuan karantina produk agar terhindar dari hama
dan penyakit yang dikhawatirkan akan mengganggu sektor pertanian di Australia.
(Roni Kastaman, 2007)
Persentase manggis untuk ekspor masih kecil dibandingkan dengan total
produksi nasional yaitu sebesar 30%. Dengan kata lain, sebagian besar manggis
merupakan sisa ekspor yang kemudian dipasarkan dalam negeri. Baik di pasar
swalayan maupun pasar tradisional.
Keterbatasan produsen manggis dalam memenuhi standar produk pasar
internasional, tingkat konsumsi manggis dalam negeri, skala usaha manggis yang
masih kecil, rantai pasokan manggis yang panjang, perbedaan harga pokok
penjualan dalam dan luar negeri, dan perbedaan standardisasi produk supermarket
dan ekspor, merupakan beberapa fenomena yang dapat dijadikan indikator untuk
mengetahui besarnya potensial pasar manggis di supermarket dan berbagai
tantangannya bagi para pelaku agribisnis.
Pertumbuhan pasar modern yang pesat dewasa ini merupakan kesempatan
yang sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai pasar pemasok buah-buahan segar
dengan kualifikasi produk tertentu bagi petani manggis. Studi literatur ini
dikhususkan pada pembahasan prospek pasar manggis dan berbagai tantangannya
di pasar lokal khususnya supermarket berdasarkan beberapa indikator di atas.
5
BAB II
RUANG LINGKUP
Dalam laporan hasil penelitian Daniel Suryadarma, Adri Poesoro, Sri
Budiyati, Akhmadi dan Meuthia Rosfadhila (2007) dikemukakan bahwa
supermarket1 mulai merambah konsumen di Indonesia sejak tahun 1970-an.
Seiring perkembangan zaman, supermarket semakin dilirik sebagai tempat belanja
yang nyaman dan menarik sehingga pangsa pasarnya terus bertambah dan
mengakibatkan berkurangnya pangsa pasar tradisional ± 2 % setiap tahunnya.
Ditinjau dari besarnya pangsa pasar yang dicapai oleh supermarket tersebut
mengindikasikan bahwa supermarket merupakan salah satu pasar yang cukup
potensial bagi pemasaran komoditas manggis. Di samping itu, produk berkualitas
yang memenuhi standar ekspor hanya 30% dari total produksi nasional. Artinya,
sebanyak 70 % dari total produksi nasional manggis dipasarkan di dalam negeri
baik di pasar modern maupun pasar tradisional. Dari hasil penelitian Daniel
Suryadarma dkk. didapatkan informasi bahwa supermarket sebagai pasar modern
menyerap konsumen lebih banyak daripada pasar tradisional. Selain itu, manggis
dikatakan potensial untuk masuk ke supermarket karena grade product untuk
supermarket berbeda dari grade product untuk standar ekspor sehingga dapat
diasumsikan bahwa petani dapat memenuhi standar mutu produk yang lebih
mudah dibandingkan standar mutu ekspor. Tidak hanya itu, jaringan ekspor
manggis dan prosedurnya yang cukup rumit tidak jarang menyulitkan eksportir
1 Istilah “supermarket”dalam pembahasan ini digunakan sebagai terminologi yang mewakili semua segmen dari industri ritel modern.
6
manggis dalam negeri. Kesulitan menembus dan menguasai pasar internasional
dengan harga tinggi yang disebabkan oleh lemahnya posisi jaringan ekspor
Indonesia merupakan salah satu alasan untuk mengarahkan para petani manggis
agar dapat memanfaatkan pangsa pasar yang cukup potensial di supermarket.
Akan tetapi ada beberapa hal yang menjadi catatan dan harus digarisbawahi.
Pertama, harga jual dalam negeri lebih rendah karena produk merupakan sisa
ekspor yang mutunya relatif kurang baik. Kedua, kebun manggis di Indonesia
tidak berkembang cepat secara komersial sehingga produksi sebenarnya masih
terbatas, sedangkan supermarket seperti industri yang menginginkan pasokan
produk yang kontinyu dan menetapkan standar kualitas meskipun dibawah standar
ekspor. Ketiga, belum diketahui pasti mengenai tingkat konsumsi dalam negeri
terhadap buah-buahan khususnya manggis. Keempat, saat ini volume produksi
terus bertambah seiring dengan perluasan sentra-sentra produksi sehingga suatu
saat diprediksikan manggis akan mengalami overproduct yang akan menyebabkan
harga manggis merosot tajam. Dengan demikian, tulisan ini dibuat untuk
mengetahui seberapa jauh prospek manggis di supermarket ditinjau dari segi
pertumbuhan supermarket, harga manggis, perkembangan produksi, dan pola
konsumsi lokal, serta tantangan apa saja yang harus dihadapi para petani manggis
dalam pemasaran manggis dalam negeri.
BAB III
PEMBAHASAN
7
3.1 Keunggulan dan Prospek Manggis di Supermarket
3.1.1 Pertumbuhan Supermarket di Indonesia
Supermarket di Indonesia semuanya milik swasta dan izinnya
dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag).
Pemda umumnya tidak berwewenang untuk menolak izin yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Pusat, meskipun beberapa pemda mensyaratkan agar
supermarket mengajukan izin lokal. (Daniel Suryadarma dkk., 2007: 11).
PricewaterhouseCoopers (dalam Daniel Suryadarma dkk., 2007:11)
mengatakan bahwa supermarket pertama di Indonesia dibuka pada 1970-an,
dan jumlahnya meningkat dengan pesat antara 1977 dan 1992—dengan rata-
rata pertumbuhan 85% setiap tahunnya. Hipermarket muncul pertama kali pada
1998, dengan pembukaan pusat belanja Carrefour dan Continent (yang
kemudian diambil alih oleh Carrefour) di Jakarta. Dari 1998 hingga 2003,
hipermarket bertumbuh rata-rata 27% per tahun, dari 8 menjadi 49 toko.
Kendati tidak mudah memastikan jumlah supermarket dan hypermarket di
seluruh Indonesia, sejak 2003, sekitar 200 supermarket dan hipermarket
merupakan milik dari 10 pemilik ritel terbesar.
Pertumbuhan supermarket dalam hal pangsa pasar juga mengesankan.
Laporan World Bank (2007) menunjukkan bahwa pada 1999 pasar modern
hanya meliputi 11% dari total pangsa pasar bahan pangan. Menjelang 2004,
jumlah tersebut meningkat tiga kali lipat menjadi 30%. Terkait dengan tingkat
penjualan, studi tersebut menemukan bahwa jumlah penjualan di supermarket
8
bertumbuh rata-rata 15%, sementara penjualan di ritel tradisional menurun 2%
per tahun. Kecenderungan publik untuk berbelanja di pasar-pasar tradisional
telah mengalami penurunan rata-rata 2% per tahun. Meski pertumbuhan jumlah
supermarket di Indonesia terbilang pesat, penduduk yang tinggal di luar Jakarta
dan beberapa kota kecil lainnya di Jawa relatif belum tersentuh—86%
hipermarket berada di Jawa.
PricewaterhouseCoopers (dalam Daniel Suryadarma dkk., 2007:12-14)
menunjukkan besarnya pangsa pasar yang diserap oleh jaringan supermarket
yang dikelola oleh lima usaha ritel terbesar di Indonesia. Berdasarkan data
periode 2004/2005, berikut adalah ringkasannya sesuai urutan mulai dari yang
tertinggi hingga yang terendah. Tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Daftar Lima Usaha Ritel Terbesar di Indonesia
No
.
Nama
Ritel
Mulai
Operasi
(Tahun)
Pemilikan
Supermarket
Pemilikan
Hipermarket
Omzet
(Triliun)
1 Matahari 1958 37 17 7
2 Carrefour 1998 - 15 4,9
3 Hero 1970 99 40 3,8
4 Alfa 1989 35 35 3,3
5 Superindo 1997 38 - 0,985
*Data diolah
3.1.2 Diferensiasi Standar Mutu
1. Standar Mutu Ekspor Manggis
9
Departemen Pertanian (2007) menjabarkan bahwa berdasarkan
Standar Codex STAN 204-1997, kriteria mutu buah manggis untuk
pasar internasonal adalah sebagai berikut:
1) Syarat minimum
(1) Utuh,
(2) Sepal harus lengkap dan segar,
(3) Penampakan buah segar, bentuk buah, warna dan rasa buah
sesuai varietas,
(4) Keadaan baik, tidak busuk/rusak, layak dikonsumsi,
(5) Bersih, bebas dari benda asing,
(6) Bebas dari segala bentuk kontaminasi pestisida dan benda
asing lainnya,
(7) Bebas dari penyakit getah kuning,
(8) Bebas dari kelembaban luar tidak normal, suhu udara ekstrim
keluar dari cold storage,
(9) Bebas dari kerusakan yang disebabkan oleh hama dan
penyakit,
(10)Bebas dari bau dan rasa asing,
(11)Buah bebas dari cacat,
(12)Setelah dibuka, daging buah tampak normal.
2) Pengkelasan manggis
(1) Kelas Ekstra
10
Manggis pada kelas ini harus bermutu Super. Penampilan luar
harus berkarakter sesuai varietas dan/atau tipe komersial. Buah
harus bebas dari kerusakan tanpa pengecualian, kerusakan
sangat sedikit, tidak berpengaruh dari penampakan produksi
dan mutu buah di dalam kemasan.
(2) Kelas 1
Manggis pada kelas ini harus bermutu baik. Penampilan luar
harus berkarakter sesuai varietas dan/atau tipe komersial.
Kerusakan akibat kelalaian diperbolehkan asal tidak
berpengaruh dari penampakan produksi dan mutu buah di
dalam kemasan; kerusakan bentuk sedikit, kerusakan kulit dan
kelopak seperti memar, goresan atau mekanis lainnya sedikit.
Total kerusakan tidak lebih dari 10 %.
3) Persyaratan Ukuran Manggis
Ukuran buah ditentukan dari berat atau diameter melintang buah.
Ukuran buah manggis berdasarkan bentuk dan diameter tertera
pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar Codex STAN 204-1997 Untuk Buah Manggis
11
Kode Ukuran Bobot
(gram)
Diameter
(mm)
A 30-50 38-45
B 51-75 46-52
C 76-100 53-58
D 101-125 59-62
E >125 >62
Sumber: Departemen Pertanian, 2007.
2. Standar Mutu Manggis di Supermarket
Dalam rangka melindungi kepentingan konsumen serta
meningkatkan daya saing maka diperlukan dukungan kebijakan baik
dalam budidaya maupun produksi buah manggis. Salah satu
kebijakan tersebut adalah dengan penerapan standar buah manggis. Di
Indonesia, standar mutu buah manggis untuk supermarket dan pasar
modern lainnya dapat mengaju kepada Standar Nasional Indonesia
(SNI 01–3211-1992). Klasifikasi dan standar mutu manggis terdiri
atas 3 jenis mutu, yaitu mutu super, mutu I, dan mutu II. Dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Standar Buah Manggis Menurut SNI
12
Jenis Uji Mutu Super Mutu I Mutu II
Keseragaman Seragam Seragam Seragam
Diameter >65 mm 55-65 mm <55 mm
Tingkat
Keseragaman
Segar Segar Segar
Warna kulit buah Hijau
kemerahan
sampai muda
mengkilat
Hijau
kemerahan
sampai merah
muda
mengkilat
Hijau
kemerahan
Buah yang cacat
atau busuk
0 0 0
Tangkai atau
Kelopak
Utuh Utuh Utuh
Kadar kotoran
(b/b)
0 0 0
Serangan yang
hidup atau mati
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Warna daging
buah segar
Putih bersih
khas manggis
Putih bersih
khas manggis
Putih bersih
khas manggis
Sumber: Departemen Pertanian (2007)
Standar mutu supermarket lebih ringan dibandingkan standar mutu
ekspor yang demikian ketat. Standar mutu ekspor bervariasi sesuai
dengan ketetapan persyaratan mutu negara-negara tujuan ekspor.
3.1.3 Keistimewaan Manggis
13
Sejarah mengenai asal-usul manggis demikian merebak dan
berkesimpulan sama. Di antara beberapa tulisan didapatkan bahwa:
“Asal-usul manggis diduga berasal dari Asia Tenggara, mungkin
dari Indonesia (Pulau Kalimantan). Tanaman manggis menyebar ke
timur sampai ke Papua Nugini dan Kepulauan Mindanau (Filipina),
dan ke utara melalui Semenanjung Malaysia menyebar terus ke
Thailand bagian selatan, Myanmar, Vietnam, dan Kamboja. Tanaman
manggis telah dikenal oleh para peneliti dari Barat sejak awal tahun
1631. Tanaman ini dijumpai tumbuh liar pada kisaran jenis tanah dan
lokasi yang cukup luas.” (Warid Ali Qosim, 2007)
Pemerintah melalui Departemen Pertanian telah menetapkan beberapa
komoditas pertanian secara nasional yang dijadikan sebagai unggulan nasional
dalam menunjang pendapatan negara dari sektor non migas. Penetapan
komoditas pertanian unggulan nasional tersebut didasarkan atas beberapa
kriteria yaitu promosi ekspor, substitusi impor, eksistensi kelembagaan
kemitraan usaha, kesesuaian dengan komoditas unggulan spesifik daerah. Dari
sekian banyak komoditas yang menjadi unggulan nasional, buah manggis juga
termasuk sebagai buah unggulan nasional. (Departemen Pertanian, 2007)
Buah manggis ini dijadikan buah unggulan nasional sehubungan dengan
keunikan yang terdapat di dalamnya (bentuk unik, manfaat yang diperoleh
daripadanya banyak), selain untuk konsumsi buah segar juga untuk bahan baku
industri farmasi, industri makanan dan industri lainnya. Dari sisi negara
produsen, buah manggis hingga saat ini masih dibudidayakan dan diekspor
14
oleh beberapa negara tertentu saja sehingga potensi pasarnya masih terbuka
lebar. (Departemen Pertanian, 2007).
Buah manggis antara lain dapat diolah menjadi sirup, jus, permen dan
puree. Jus manggis bahkan dipercaya dapat digunakan sebagai minuman diet.
Namun teknologi pengolahan buah manggis belum banyak dikuasai oleh para
pelaku usaha pengolahan hortikultura. (Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian).
Nilai jual manggis sangat tinggi. Terbukti dengan harganya yang jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lainnya. Hal ini cukup
beralasan. Di samping alasan keunikan rasa dan tampilan buah, manggis
memiliki nilai jual tinggi karena memiliki berbagai keistimewaan, yaitu:
1. Ekspor Manggis segar potensial, namun lebih potensial lagi adalah produk
olahannya yang memiliki sifat dan kemampuan dalam menyembuhkan
berbagai penyakit, seperti yang dikemukakan oleh Dr Ralph Moss,
pengarang buku “Cancer Theraphy” dan Dr James Duke, peneliti senior di
Departemen Pertanian Amerika Serikat, bahwa jus manggis memiliki
tingkat anti-oksidan yang tinggi untuk membersihkan senyawa radikal bebas
dalam tubuh, berikut vitamin dan mineral serta 200 senyawa biologis
xanthones aktif yang secara alami merupakan anti depresi, anti diabetes, dan
dapat membunuh mikroba, virus, leukemia dan sel kanker.
2. Dari 138 sifat penyembuhannya, manggis berhasil menyembuhkan satu
spektrum penyakit Millenia ( ).
15
3. Jus manggis menurut Dr Sam Walters (Sweney Assoc., 2006) memiliki skor
ORAC (Oxygen Radical Absorbance Capacity) yang jauh lebih tinggi,
dibandingkan dengan jus buah-buahan lainnya, yaitu 170.000, dibandingkan
dengan Vit E oil (3472), apel granat (3037), blueberry (2400), Noni (1505)
dan rapsberry (1220), di mana makin tinggi skor ORAC (artinya, makin
banyak oxygen radikal yang dapat diserap oleh makanan), makin kebal
tubuh terhadap serangan penyakit apapun.
4. Para pengkonsumsi jus manggis menyatakan bahwa efek penyembuhan atas
berbagai penyakit yang mereka derita (misalnya, Poly Myalgia Rhuematica
-a form of arthritis- and carpal tunnel syndrome) berlangsung hanya
beberapa hari.
5. Hasil studi bebas (The Doctor Choice, 2004) menunjukan sedikitnya 34
gangguan kesehatan yang dapat dicegah dengan mengkonsumsi jus
manggis, yaitu: anti lesu, anti inflamasi, anti nyeri, anti mual, anti depresi,
anti takut, anti alzheimer, anti tumor & kanker, anti penuaan, antioxidan,
anti biotik, anti virus, anti jamur, anti keriput, anti lipid darah,
antiathrosclerosis, anti serangan jantung, anti tekanan darah rendah, anti
kegemukan, anti diabetes, anti osteoporosis, anti sakit gusi, anti arthritik,
anti alergi, anti batu ginjal, anti demam, anti parkinson, anti diare, anti sakit
syaraf, anti vertigo, anti glaucoma, anti katarak, dan anti gangguan system
tubuh.
6. Daging buah yang dikeringkan, daun, dan kulit pohon manggis umum
digunakan di seluruh Asia baik untuk pengobatan luar maupun dalam.
16
Misalnya sebagai bedak, astringent, salep, jam dan teh. Buah ini digunakan
untuk mengatasi: penyakit kulit, termasuk eksim, gonorrhea; gleet; diarrhea
pada orang dewasa dan anak-anak. Penyakit saluran kemih, seperti cystitis;
menstrual irregularity; thrush; dan luka bekas khitan. Ekstrak dari daging
buahnya yang disebut "amibiasine" dapat menyembuhkan disentri. Sedang
di dunia barat, manggis diyakini dapat menyembuh segala penyakit mulai
dari depresi, Parkinson, kanker, sakit gigi sampai jantung.
7. Produk olahan manggis berupa berbagai jus manggis yang dipasarkan dalam
berbagai merek dagang dalam kemasan yang menampilkan cita-rasa sedikit
masam tapi manis segar disukai oleh konsumen. Sedang dari daging kulit
buahnya (pericarp) terdapat senyawa biologis aktif – diidentifikasi sebagai
xanthones, yang memiliki sifat menyembuhkan berbagai penyakit, memiliki
kemampuan sebagai anti Oxidan yang 100 kali lebih kuat daripada vitamin
A, C dan E. Hasil penelitian menunjukan bahwa buah ini mengandung
komponen anti inflamatori yang potensial, inhibitor cox-2 dan sejumlah
vitamin, mineral serta anti-oksidan yang dapat mencegah pembekuan darah,
menurunkan kadar kolesterol darah dan membantu fungsi jantung.
8. Secara alami, di dalam buah manggis itu sendiri terdapat berbagai jenis
xanthones yang menghambat efek negatif radikal bebas di dalam tubuh,
sehingga mengkonsumsi 2-3 ons buah ini setiap hari dapat menjamin
kondisi tubuh yang prima.
17
3.2 Tantangan Manggis Ke Supermarket
Permasalahan yang masih dijumpai dalam agribisnis manggis ini antara
lain terkait masalah budidaya, manajemen kebun, pascapanen dan sistem
pemasaran, sebagaimana pada Gambar 1.
Sumber: Roni Kastaman, 2007
Gambar 1. Permasalahan dalam Agribisnis Manggis Saat Ini
3.2.1 Rantai Pasokan Manggis
Dalam kaidah pemasaran modern saat ini unsur rantai pasokan hingga
jaringan distribusi dan pemasaran menjadi kata kunci keberhasilan. tanaman
manggis mempunyai peluang yang cukup baik untuk dikembangkan.Namun
dalam pengembangannya masih dijumpai kendala terutama fluktuasi harga
18
yang cukup tajam. Pada umumnya petani tidak memasarkan hasil panennya ke
pedagang besar atau pasar umum akan tetapi petani menjual hasil panennya
secara tebasan kapada tengkulak, sehingga diperoleh gambaran mata-rantai
penjualan di daerah sentra sebagai berikut :
1. Pasar Ekspor
PETANI TENGKULAK BANDAR PEMASOK
EKSPORTIR
2. Pasar Lokal
PETANI TENGKULAK PASAR LOKAL
Sumber : Roni Kastaman, 2007
Gambar 2. Rantai Pemasaran Manggis di Pasar Lokal dan
Internasional
Rantai pemasaran dimulai dari petani menjual kemudian dibeli oleh
tangkulak dan dijual kepada pedagang/pengumpul kemudian dibawa keluar
kota atau ke luar negeri. Harga manggis di tingkat petani manggis berkisar Rp.
3000 – Rp. 4000 per kilogram yang dijual pada pengumpul, namun pada
umumnya petani manggis menjual hasil panennya dengan sistem tebas pada
para tengkulak. Dalam hal ini para tengkulak yang ada tidak dapat
dipersalahkan sepenuhnya, karena hal ini menyangkut kemudahan para
tengkulak menyediakan modal dan dana bagi kebutuhan petani manggis yang
dapat dicairkan setiap saat dengan jaminan berupa hasil panen yang nantinya
akan menjadi milik tengkulak. Manggis yang dijual dengan sistem tebas
19
dihargai tanpa berdasarkan kualitas namun berdasarkan perkiraan kasat mata
ketika tanaman manggis mulai berbunga. Harga yang didapatkan petani terasa
besar karena seketika itu juga petani dapatkan, meskipun potensi hasil panen
manggis jauh lebih besar daripada perkiraan. Sedangkan pada musim kemarau
hanya mencapai 40-90 ton per bulan.
Sementara itu jika harga buah manggis dikelompokkan pada masing-
masing tingkat pelaku usaha manggis, maka akan didapatkan informasi harga
sbb:
- Harga Petani Rp. 2.500,-/kg sebelum grading
- Harga Tengkulak Rp. 3.500,- sebelum grading
- Harga Bandar Rp. 6.000,-/kg kelas Super
- Hasil grading Rp. 2.000,-/kg kelas BS
- Harga Supplier Rp. 8.500,-/kg (kelas Super), Rp.3.000,-/kg (BS)
- Harga Eksportir Rp. 27.500,- di Negara tujuan dalam packing.
3.2.2 Harga Lokal yang Rendah
Harga buah manggis untuk pasar ekspor jauh lebih tinggi dibanding harga
di pasar lokal, sekitar 5-8 kali. Namun demikian, persyaratan mutu buah
manggis dari negara-negara pengimpor sangat tinggi sehingga banyak buah
manggis yang tidak memenuhi syarat untuk diekspor (Balai Besar
Pengembangan Mekanisasi Pertanian).
Berdasarkan informasi harga sesuai tingkat pelaku usaha manggis
tersebut di atas, terbukti bahwa harga ekspor dapat mencapai hampir 4 kali
20
lipat harga lokal. Menjelang hari raya Imlek biasanya permintaan ekspor buah
manggis ke China meningkat. Meskipun hari raya Imlek masih beberapa bulan
ke depan namun harga manggis saat Imlek ini sudah mulai merangkak naik.
(Adithya Ramadhan, 2008).
Tahun 2008 harga manggis kualitas ekspor di sentra manggis Kabupaten
Tasikmalaya di Kecamatan Puspahiang seharga Rp 12.000-Rp 14.000 per
kilogram. Mendekati hari-H Imlek, harga manggis bisa mencapai Rp 35.000
per kilogram. (Adithya Ramadhan, 2008).
Menurut salah satu Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di sentra
manggis kabupaten Tasikmalaya, permintaan saat Imlek tidak terbatas.
Artinya, karena tingginya permintaan eksportir relatif tidak terlalu ketat
menerapkan persyaratan kualitas ekspor. Sehingga hampir 80 persen manggis
dari sentra manggis di Tasikmalaya diekspor ke China, Hongkong, dan
Singapura. (Adithya Ramadhan, 2008).
3.2.3 Pengembangan Produksi Manggis yang Lambat Secara Komersil
Hambatan lain dalam pengembangan komoditi manggis ini ialah
kemampuan produksi manggis hanya dapat dilakukan satu tahun sekali.
Sehingga manggis menjadi sumber pendapatan yang tidak utama bagi petani,
namun dapat menjadi pendapatan yang cukup besar ketika panen tiba,
sementara ketika tanaman manggis tidak berbuah petani harus mengandalkan
pada komoditas lain. Untuk menjembatani waktu panen dengan waktu panen
berikutnya sangat diperlukan kegiatan lain yang dapat menjamin kelangsungan
21
hidup para petani terutama pada pemenuhan kebutuhan mendasar (basic
neeeds) petani.
Buah manggis saat ini mayoritas masih dikonsumsi dalam bentuk segar.
Belum banyak teknologi pengolahan buah manggis yang dikembangkan di
Indonesia baik oleh Balai Litbang, ataupun peneliti lainnya. Pengembangan
manggis lebih difokuskan pada peningkatan produksi dan peningkatan mutu
buah manggis segar. (Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2006).
Tingkat mutu dan kualitas buah manggis selama ini belum tercapai
optimal. Keseragaman ukuran dan tingkat kematangan buah masih sulit
dicapai. Tingkat kematangan sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya
simpan manggis. Buah dipanen setelah berumur 104 hari sejak bunga mekar
(SBM). Pemanenan dilakukan dengan cara memetik/memotong pangkal
tangkai buah dengan alat bantu pisau tajam. Untuk mencapai buah di tempat
yang tinggi dapat digunakan tangga bertingkat dari kayu/galah yang dilengkapi
pisau dan keranjang di ujungnya. Pemanjatan seringkali diperlukan karena
manggis adalah pohon hutan yang umurnya dapat lebih dari 25 tahun.
(Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian).
Saptana dkk. (dalam Roni Kastaman, 2007: 7) mengemukakan bahwa
walaupun manggis ini sebagai buah unggulan nasional akan tetapi dalam
kenyataannya masih terkendala dalam pengembangannya. Hasil evaluasi
pengembangan agribisnis hortikultura di Kawasan sentra komoditas
hortikultura nasional menunjukkan bahwa ternyata masih dijumpai beberapa
kendala seperti :
22
1. Produktivitas dan kualitas belum optimal;
2. Kehilangan hasil dalam penanganan pascapanen tinggi;
3. Kerusakan selama distribusi dan pemasaran cukup tinggi;
4. Penekanan masih pada on-farm;
5. Berbagai infrastruktur pemasaran (Cold Storage, STA, Pasar Lelang)
yang dibangun belum dapat dioperasionalkan secara optimal; dan
6. Masih lemahnya kelembagaan kemitraan usaha yang terbangun.
3.2.4 Ketidakpastian Tingkat Konsumsi Lokal
Roni Kastaman (2007) menunjukkan gambaran umumnya adalah
sebagaimana diuraikan pada bahasan berikut.
1. Tanggapan positif dari Konsumen, baik dalam lingkup domestik
(lokal) maupun global (manca negara) tentang komoditas manggis
1) banyak tanggapan positif dari konsumen, terutama konsumen Luar
Negeri, baik atas produk segar maupun produk olahan yang
berkaitan dengan sifat dan kemampuan penyembuhan & terapi
berbagai penyakit (xanthones, anti-oksidan, anti-inflamatori, dsb);
2) rasa buah yang sesuai dan disukai oleh konsumen Luar Negeri,
sehingga disebut sebagai queen of fruits (segar manis sedikit
asam);
3) tampilan (bentuk, warna buah dan tekstur daging buah) manggis
yang eksotik menarik;
23
4) kulit, daun, batang manggis sebagai bahan baku untuk zat pewarna,
kosmetik, ramuan jamu;
5) bila memungkinkan konsumen ingin menikmati manggis dalam
waktu tidak secara musiman, baik dalam bentuk segar maupun
produk olahannya. Bahkan produk olahan manggis di luar negeri
lebih banyak dikonsumsi dalam bentuk minuman maupun kapsul
atau obat-obatan dan bahan baku farmasi lainnya.
2. Respon Negatif dari Konsumen manggis
1) konsumen, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, langsung
menolak produk segar yang bergetah, kulit keras, tidak
mengkilat/cacat, tidak memenuhi ukuran kriteria SPS (sanitary &
Phytosanitary), WTO, eco-labelling, ISO;
2) efek samping mengkonsumsi manggis buah segar (rasa pahit
dilidah, gangguan pencernaan/asam perut, buah kadaluarsa, dsb);
3) kemasan buah segar/produk olahan yang tidak/kurang higienis.
Dari segi pemasaran, pasar manggis pada saat ini menunjukan permintaan
yang relatif besar daripada penawarannya, hal ini berlaku untuk pasar di dalam
negeri maupun pasar ekspor. Hal ini tercermin dari harga buah manggis yang
jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan harga buah-buahan lainnya.
(Roni Kastaman, 2007).
Segmen pasar buah manggis di dalam negeri berasal dari golongan
ekonomi menengah ke atas. Namun demikian karena diberlakukan tingkatan
mutu kualitas, dari yang paling baik sampai pada mutu yang paling rendah,
24
segmen pasar konsumen buah manggis dapat menjangkau semua lapisan
masyarakat. Sasaran konsumen menyebar sesuai dengan strata mutu hasil
sortasi. (Roni Kastaman, 2007).
Akan tetapi, sebagian besar masyarakat belum memiliki kesadaran akan
pentingnya pola hidup sehat melalui konsumsi buah-buahan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa permintaan dalam negeri jauh lebih rendah dibandingkan
dengan permintaan masyarakat luar negeri yang memiliki pola hidup sehat dan
sumber penghasilan yang lebih tinggi.
3.2.5 Potensi Overproduct
Pohon manggis di Indonesia pada umumnya dipanen pada bulan
November sampai Maret tahun berikutnya. Produksi panen pertama hanya 5-10
buah/pohon, kedua rata-rata 30 buah/pohon, selanjutnya 600-1.000 buah/pohon
sesuai dengan umur pohon. Pada puncak produksi, tanaman yang dipelihara
intensif dapat menghasilkan 3.000 buah/pohon dengan rata-rata 2.000
buah/pohon. Produksi satu hektar (100 tanaman) dapat mencapai 200.000 butir
atau sekitar 20 ton buah. (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian).
Pusat penanaman pohon manggis tersebar hampir di seluruh wilayah
Indonesia, diantaranya terbesar di Jawa Barat (2.601 Ha), tersebar diantaranya
di Jasinga, Ciamis dan Wanayasa, diikuti Sumatera Barat (890 Ha), Jawa
Timur (671 Ha), Sumatera Utara (657 Ha), Riau (619 Ha), Jambi (464 Ha),
Bangka Belitung (359 Ha), Sumatera Selatan (289 Ha), Kalimantan Barat (108
25
Ha), Kalimantan Tengah (110 Ha), dan Sulawesi Utara (92 Ha) seperti terlihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Manggis tahun 2003
M A N G G I SNO PROPINSI L. PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI
(HA) (TON/HA) (TON) 1. Nanggroe Aceh D. 226 4,68 1.058 2. Sumatera Utara 657 11,40 7.489 3. Sumaterta Barat 890 9,83 8.746 4. R i a u 619 4,32 2.672 5. J a m b i 464 9,23 4.285 6. Sumatera Selatan 289 13,96 4.033 7. Bengkulu 88 5,77 508 8. Lampung 123 5,06 622 9. Bangka Belitung 359 3,23 1.161 SUMATERA 3.715 8,23 30.574 10. DKI Jakarta - - - 11. Jawa Barat 2.601 10,75 27.967 12. Jawa Tengah 550 5,60 3.078 13. D I. Yogya 263 8,20 2.157 14. Jawa Timur 671 7,57 5.080 15. Banten 625 6,70 4.189 J A W A 4.710 9,02 42.471
16. B a l i 303 6,19 1.877 17. N.T.B. 80 2,53 202 18. N. T. T 0,1 10,00 1 BALI & N. T. 383 5,43 2.080
19. Kalimantan Barat 108 6,09 658 20. Kalimantan Tengah 110 5,95 654 21. Kalimantan Selatan 39 9,87 385 22. Kalimantan Timur 31 8,13 252 KALIMANTAN 288 6,77 1.949 23. Sulawesi Utara 92 9,95 915 24. Sulawesi Tengah 36 5,00 180 25. Sulawesi Selatan 35 6,86 240 26. Sulawesi Tenggara - - - 27. Gorontalo 37 2,78 103 SULAWESI 200 7,19 1.438 28. Maluku - - - 29. Maluku Utara 57 9,82 560 30. Papua 1 1,00 1 MALUKU & PAPUA 58 9,67 561 LUAR JAWA 4.644 7,88 36.602 INDONESIA 9.354 8,45 79.073
Sumber : Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2003
Dengan alasan bahwa prospek manggis Indonesia sangat cerah serta
berbagai alasan lainnya, saat ini upaya peningkatan produksi melalui perluasan
26
sentra produksi manggis sedang gencar dilaksanakan. Dengan demikian,
volume produksi akan terus mengalami peningkatan sehingga timbul suatu
prediksi bahwa manggis akan mengalami overproduct. Jika volume manggis
ini melebihi jumlah permintaan konsumen dunia, sesuai prediksi tersebut, maka
akan menurunkan harga manggis secara drastis.
27
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Di saat kondisi petani yang kurang berdaya saing dalam standar mutu
ekspor yang ketat, supermarket merupakan pilihan yang tepat sebagai
pasar manggis dalam negeri karena beberapa alasan, yaitu; pangsa
pasar supermarket terus mengalami peningkatan setiap tahun, standar
mutu supermarket lebih mudah dipenuhi oleh petani manggis dan
keistimewaan manggis yang memberikan prospek cerah.
4.1.2 Masih banyak kendala baik teknis maupun non-teknis yang harus
dihadapi oleh peminat dan para pelaku agribisnis manggis.
4.2 Saran
4.2.1 Untuk mengantisipasi harga yang rendah, manggis dapat ditawarkan
dalam bentuk produk olahan yang memiliki khasiat banyak dan nilai jual
yang lebih tinggi.
4.2.2 Berpijak pada kenyataan tersebut, upaya-upaya pengembangan manggis
ke depan harus dilakukan lebih intensif dan lebih baik lagi baik di sektor
hulu maupun hilirnya.
4.2.3 Secara umum diperlukan koordinasi dan sinergi antar stakeholder
permanggisan di Indonesia baik dalam kebersamaan teknis maupun
ekonomi.
28
DAFTAR PUSTAKA
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. 2006. Alat Pemetik Buah Manggis Tipe Teleskopik. Tangerang: Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian.
Direktorat Budidaya Tanaman Buah. 2007. Profil Manggis di Indonesia. Jakarta: Departemen Pertanian.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. “Road Map Pengembangan Agroindustri Manggis”.
Fruit Export Development Centre. 2008. Ekspor Buah ke Eropa. Tangerang : FEDC.
”Harga Manggis di Jambi Terdongkrak Oleh Kehadiran Perusahaan”. Melalui <http://www.kapanlagi.com/h/0000224873.html> [20/04/10]
Jauhari N. F. 2009. “Sejarah Singkat Manggis”. Melalui <http://xamthonesehat.blogspot.com/2009/12/sejarah-singkat-manggis.html> [24/04/10]
”Keistimewaan Manggis Indonesia”. Melalui <http://id.voi.co.id/fitur/voi-pesona-indonesia/1298-keistimewaan-manggis-indonesia-.html> [20/04/10]
“Kenalilah Organisme Pengganggu Tanaman Manggis”. Melalui <http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr282066.pdf> [20/04/10]
“Manggis Asal Sumut Harganya Sampai 15 Pounsterling per Buah di London”. Melalui <http://hariansib.com/?p=114383 > [20/04/10]
Qosim, Warid Ali. 2007. “Sejarah, Penyebaran, dan Botani Tanaman Manggis”. Melalui <http://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/21/sejarah-penyebaran-dan-botani-tanaman-manggis/> [20/04/10]
Ramadhan, Adithya. 2008. “Jelang Imlek Permintaan Manggis Meningkat”. Melalui <http://m.kompas.com/news/read/data/2008.11.16.19552038> [20/04/10]
Roni Kastaman. 2007. Analisis Sistem & Strategi Pengembangan Futuristik Pasar Komoditas Manggis Indonesia. Penelitian Lab. Sistem & Manajemen Keteknikan Pertanian. Universitas Padjadjaran.
Saptana, Endang L. Hastuti, Kurnia Suci Indraningsih, Ashari, Supena Friyatno Sunarsih Valeriana Darwis. 2005. Laporan Akhir Pengembangan Model
29
Kelembagaan Kemitraan Usaha Yang Berdayasaing Di Kawasan Sentra Produksi Hortikultura. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sosial Ekonomi Petanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Suryadarma, Daniel. dkk. 2007. Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia. Lembaga Peneliti SMERU.
Syafruddin. 2009. “25 Daerah Sentra Manggis”. Tabloid Sinar Tani, 1 April.
World Bank. 2007. Horticultural Producers and Supermarket Development in Indonesia. Jakarta: World Bank.