seminar nasional - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/446/1/nurman s, al rafni.pdfi. kata...

29
PENERBIT UNP PRESS PADANG Prosiding Seminar Nasional 70 Tahun Indonesia Merdeka (Prospek dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan dalam Menanggapi Persoalan Bangsa) ISBN 978-602-1178-15-7 Padang, 17 Oktober 2015

Upload: vuongliem

Post on 20-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENERBIT UNP PRESS PADANG

ProsidingSeminar Nasional

70 Tahun Indonesia Merdeka (Prospek dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan

dalam Menanggapi Persoalan Bangsa)

ISBN 978-602-1178-15-7

Padang, 17 Oktober 2015

Asus
Typewritten text
Editor: Isnarmi Moeis
Asus
Typewritten text

PROSIDINGSEMINAR NASIONAL

Tema: 70 TAHUN INDONESIA MERDEKA(Prospek dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan

dalam Menanggapi Persoalan Bangsa)Padang, 17 Oktober 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANO 19 TAHUN 2002

TENTANG HAK CIPTAPASAL 72

KETENTUAN PIDANA SANGSI PELANGGARAN

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan ataumemperbanyak suatu Ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipi-dana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dandenda paling sedikit Rp 1.000.000, 00 (satu juta rupiah), ataupidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda palingbanyak Rp 5.000.000.000, 00 (lima milyar rupiah)

2. Barang siapa dengan sengaja menyerahkan, menyiarkan,memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatuCiptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau HakTerkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana denganpidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda palingbanyak Rp 500.000.000, 00 (lima ratus juta rupiah).

PROSIDINGSEMINAR NASIONAL

Tema: 70 TAHUN INDONESIA MERDEKA(Prospek dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan

dalam Menanggapi Persoalan Bangsa)Padang, 17 Oktober 2015

UNP PRESS2015

PROSIDINGSEMINAR NASIONALTema:70 TAHUN INDONESIA MERDEKA(Prospek dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraandalam Menanggapi Persoalan Bangsa)

ISBN:978-602-1178-15-7

PENERBITUNP Press

PENANGGUNG JAWABDr. Maria Montessori, M.Ed., M.SiDr. Fatmariza, M.Hum

EDITOR KEPALADr. Isnarmi Moeis, M.Pd, M.A

EDITOR PEMBANTUDr. Junaidi Indrawadi, S.Pd., M.PdAlia Azmi, S.IP., M.Si

EDITOR BAHASADr. Abdurahman, M.Pd.

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita persembahkan ke hadirat Allah swt,karena atas karunia-Nya Prosiding Seminar Nasional PendidikanKewarganegaraan telah dapat diterbitkan. Seminar dengan tema“70 Tahun Indonesia Merdeka: Prospek dan TantanganPendidikan Kewarganegaraan dalam Menanggapi PersoalanBangsa,” telah dilaksanakan pada tanggal 17/18 Oktober 2015 diAula Fakultas Ilmu Pendidikan Lt. 4 Universitas Negeri Padang,yang diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Kewarganegara-an Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang, yang dihadirioleh 148 peserta.

Seminar nasional ini diselenggarakan sebagai bentukperhatian terhadap persoalan kebangsaan yang dihadapipemerintahan Presiden Joko Widodo berkaitan dengan nilai dankarakter bangsa seperti; sikap boros dan konsumtif, kekerasanterhadap anak dan perempuan, melemahnya nilai-nilai kesan-tunan terhadap pemimpin dan orang tua, kasus-kasus korupsi,dan semakin maraknya ideologi sekuler yang merongrongideologi Pancasila. Seminar ini merupakan media saling menukarinformasi dan pengalaman, ajang diskusi ilmiah, sumbang sarandalam mengatasi persoalan kebangsaan.

Prosiding ini memuat makalah seminar dari berbagai hasilpenelitian mengenai persoalan kebangsaan yang dibagi menjadiempat sub tema; pendidikan pembelajaran, sosial budaya dankemasyarakatan, politik hukum dan pemerintahan, filsafat danideologi negara. Makalah berjumlah 13 buah berasal dari dosenPPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baikyang berprofesi sebagai praktisi, politisi dan wiraswasta sertamahasiswa S1 dan S2.

Semoga penerbitan prosiding ini dapat digunakan sebagaibahan rujukan pembelajaran dalam membahas nilai-nilai dankarakter bangsa dalam pengembangan pendidikan kewarga-

ii

negaraan di masa yang akan datang. Akhir kata kepada semuapihak yang telah membantu, kami ucapkan terima kasih.

Padang, November 2015Ketua Panitia Seminar danMubes Alumni Pkn

Dr. Junaidi Indrawadi, M.Pd

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................iDAFTAR ISI ....................................................................................... iii1. PROSPEK DAN TANTANGAN PENDIDIKAN

PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn)DALAM MENGHADAPI PERSOALAN BANGSAUdin S. Winataputra.....................................................................1

2. PENILAIAN AFEKTIF PADA PEMBELAJARAN PPKnDI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERIKOTA PADANGMaria Montessori, Ambiyar.....................................................52

3. INTEGRASI PANCASILA SEBAGAI CHARACTERBUILDING DI LINGKUNGAN PENDIDIKANFORMALAkmal Sutja, Irzal Anderson ....................................................67

4. URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARANDALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAANPESERTA DIDIKSudirman ......................................................................................79

5. REDEFINISI KONSEP “KEWARGANEGARAAN”(CITIZENSHIP) DALAM PENDIDIKANKEWARGANEGARAAN DALAM UPAYAMENGHADAPI TANTANGAN BANGSAIsnarmi Moeis ............................................................................100

6. TANTANGAN PENDIDIKANKEWARGANEGARAAN DI MASA DEPAN (Ditinjaudari Prespektif Pembelajaran di Sekolah Tinggi IlmuKesehatan)Inge Angelia...............................................................................112

7. GENDER DAN PERTIMBANGAN MORAL (StrategiPengembangan Pembelajaran PPKn yang Bernilai)Fatmariza.....................................................................................119

iv

8. PENDANAAN PARTAI POLITIK UNTUKPENDIDIKAN POLITIK (Studi Terhadap Partai X danPartai Y di Kota Padang)Al Rafni, Suryanef, dan Aina..................................................140

9. ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN KOTAPADANG DAN KAMPANYE PEMILU LEGISLATIF2014Nurman S., Al Rafni, dan Suryanef.......................................165

10. POLA RELASI KONSTITUEN DENGANPEREMPUAN ANGGOTA LEGISLATIF HASILPEMILU 2014 DI KOTA PADANGSuryanef, Al Rafni ....................................................................185

11. MENGENAL NAGARI SUMPUR SEBAGAI NAGARIPUSAKA DI SUMATERA BARATSusi Fitria Dewi.........................................................................202

12. MODEL INSERT PEMBELAJARAN NILAI-NILAIKEBANGSAAN DALAM MATA PELAJARANPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAHDASARAzwar Ananda, Junaidi Indrawadi........................................215

13. MODEL PERLINDUNGAN DESA/NAGARI ADAT DIINDONESIA (Kajian Dari Aspek Hukum dan HakAsasi Manusia)Akmal ..........................................................................................232

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

165

ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUANKOTA PADANG DAN

KAMPANYE PEMILU LEGISLATIF 2014

Nurman S., Al Rafni, dan SuryanefFakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang

ABSTRACTFemale legislator candidates face various problems to

compete in political campaign, particularly regarding thelimitation of political, social, and economic resources.Political resource refers to the support from political partiesand groups. Social resource refers to the social relationsbetween the candidates and their constituents. Economicresource includes financial and material availabilities toachieve political goals. This articles aims to elaborate thethree resources and its significance in the success of femalelegislator candidates in the 2014 electoral campaign.Key words: female legislators, electoral campaign

PENDAHULUANModal politik yang dimiliki oleh perempuan jelas memiliki

perbedaan dengan laki-laki ketika perempuan saat ini masihtermarjinal di dalam partai. Hasil penelitian Al Rafni (2012-2013)menunjukkan dari segi pengkaderan, kader perempuan belumdipercaya menduduki posisi-posisi penting dalam partai. Posisiyang dijumpai hanyalah pada sub bidang pemberdayaanperempuan dalam partai. Belum lagi sistem pembinaan yangnetral gender dan tidak dipersiapkannya pendidikan politik yangkhusus bagi perempuan demi mengejar ketertinggalannya dalambidang politik mengakibatkan perempuan memiliki latarbelakang modal politik yang berbeda dengan caleg laki-laki. Halini ditambah lagi dengan rekrutmen caleg perempuan yang“tidak dipersiapkan” dan terkesan “asal comot” membuat caleg

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

166

perempuan terkesan belum memiliki persiapan yang matangdalam kampanye.

Modal sosial yang dimiliki caleg perempuan juga menjadipersoalan tersendiri ketika perempuan tidak membangun relasiyang baik dengan konstituennya di daerah pemilihan. Investasipolitik berupa modal sosial ini sering menjadi kendala bagi calegperempuan karena selama ini perempuan memiliki waktu yangsedikit untuk turun ke daerah pemilihan dan membangunjaringan dengan konstituen. Padahal arti penting pengenalandaerah pemilihan dapat mengetahui siapa-siapa orang-orangatau kelompok-kelompok yang mau memberi suara untuk caleg,dan kenapa orang-orang atau kelompok-kelompok itu mau danharus memberikan suara untuk caleg, apa tema, atau pesankampanye yang cocok disampaikan pada masing-masing targetkelompok dan bagaimana waktu yang tepat untuk melaksanakanstrategi kampanye (Koalisi Perempuan Indonesia dan Kemitraan,2009).

Modal ekonomi atau keuangan (pendanaan) mempunyaikontribusi yang signifikan bagi keberhasilan pencalegan. Sumberpendanaan digunakan untuk menemui konstituen, pembuatanatribut, aktivitas politik untuk kegiatan pemenangan dan peng-awasan pemilu. Biasanya sumber utama pendanaan dari calegdan dibantu oleh konstituen dan adakalanya bantuan partai.Modal ekonomi dijadikan persoalan serius dalam kampanye dansemuanya tergantung pada si caleg yang bersangkutan.

Ketiga modal tersebut dikembangkan oleh caleg perem-puan untuk berjuang meraih kemenangannya dalam pemilulegislatif 2014. Oleh sebab itu menarik untuk meneliti tentangbagaimana caleg perempuan di DPRD Kota Padang dalammengembangkan modal politik, sosial, dan ekonomi dalamkampanye pemilu legislatif 2014 sehingga ia dapat terpilih.

Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan pada bagiansebelumnya, maka masalah penelitian ini adalah: Bagaimanakahcaleg perempuan mengembangkan modal politik, sosial, danekonomi dalam kampanye pemilu legislatif 2014 sehinggamereka terpilih menjadi anggota DPRD Kota Padang?

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

167

Untuk mengelaborasi permasalahan ini, maka perludipahami bahwa kampanye merupakan salah satu tahapanpenting dalam pemilu. Tahapan ini merupakan ajang berpe-ngaruh bagi partai politik ataupun perseorangan dalam meraihdukungan konstituennya. Melalui kampanye para pemilih akanlebih mengenal visi dan misi suatu partai politik. Di samping itu,kampanye juga merupakan ajang komunikasi timbal balik antarapeserta pemilu dengan massa pendukungnya. Oleh sebab itu,iven kampanye merupakan iven yang besar pengaruhnya dalamkeberhasilan keseluruhan pentahapan dalam penyelenggaraanpemilu terutama dalam merebut simpati massa pemilih(konstituen).

Kampanye pemilu merupakan kegiatan partai politikpeserta pemilu yang bertujuan untuk memperoleh sebanyak-banyaknya suara dalam pemilu. Secara formal partai politikpeserta pemilu mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yangsama di seluruh Indonesia. Partai politik mempunyaikedudukan, kebebasan, kesempatan, perlakuan dan pelayananyang sama dalam melakukan kampanye pemilu. Disamping itumempunyai kewajiban yang sama pula untuk mentaati peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Kampanye pemilu menurut Santoso Sastropoetra (1991)pada dasarnya adalah “penyebaran pesan dan mempunyaikeinginan untuk membentuk dan mengubah sikap, pendapatdan tingkah laku dari sesama manusia yang menjadi objeknya”.Disamping itu kampanye pemilu adalah bentuk komunikasipolitik yang “halal” diselenggarakan oleh setiap partai politik.

Mengacu kepada pengalaman kampanye selama ini,terdapat dua jenis kampanye, yaitu kampanye lisan dankampanye tertulis. Pada kampanye lisan, terdapat program yangdijanjikan partai dalam bentuk komunikasi perorangan, Sasaranutamanya adalah anggota keluarga, tetangga, dan orang-orangyang berasal dari daerah atau marga yang sama. Selainkampanye komunikasi perseorangan, kampanye secara formaljuga dikenal dengan komunikasi kelompok dan pamer kekuatan.Bentuk ini diwujudkan pada rapat umum, keramaian umum,pertemuan umum dan pawai. Slogan isu yang menjadi tema

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

168

program partai dalam kampanye dipublikasikan. Secara lisanprogram disampaikan oleh juru kampanye dan secara tertulis(simbolik) terdapat pada spanduk, baliho, plakat, poster dan lain-lain, baik berupa gambar maupun simbol peragaan.

Pada dasarnya ada tiga kriteria yang dapat dijadikanindikator dalam mencermati untuk menilai demokratis-tidaknyasuatu kampanye. Pertama, regulasi yang mengatur pelaksanaankampanye pemilu. Kedua, pelaksanaan kampanye itu sendiri.Ketiga, kontrak politik secara berkelanjutan untuk membangunakuntabilitas, responsifitas dan trust partai politik.

Regulasi yang mengatur pelaksanaan kampanye harus bisamenjamin keadilan dan kepastian hukum bagi setiap kontestanpemilu. Oleh sebab itu antisipasi sejak jauh hari sebelumpelaksanaan pemilu mutlak diperlukan. Aspek yang terpentingsetelah regulasi dihasilkan adalah upaya sosialisasi kepada setiapkomponen yang terlibat dalam pemilu, mulai dari penyelenggarapemilu, pengawas pemilu, pemantau pemilu, peserta pemilusampai kepada masyarakat pemilih.

Di dalam regulasi tersebut hendaknya disebutkan kegiatan-kegiatan partai yang diizinkan seperti penerbitan, perekrutan,dan pelatihan juru kampanye, fungsionaris partai dan calon,pengumpulan dana, mengadakan rapat dan arak-arakan,penyebarluasan bahan bacaan, penggunaan media massa.Disamping itu juga harus dimuat hal-hal yang mengatur tentangkegiatan-kegiatan tertentu, seperti terlibat dalam usaha komersialuntuk mendapatkan laba guna membiayai kegiatan partai,larangan menggunakan kekerasan dan intimidasi, jual beli suara,serangan langsung terhadap pribadi lawan politik atau bentuklain kampanye negatif (Merloe, 1999). Kepatuhan setiapkontestan pemilu dalam menerapkan regulasi ini berimplikasilangsung terhadap demokratis atau tidaknya proses pemilu.

Sementara itu dari segi pelaksanaan kampanye pemilumenurut Merloe (1999) terdapat beberapa hal yang harusdiperhatikan demi terwujudnya kampanye pemilu yangdemokratis. Pertama, pembentukan lapangan bermain yang rata,yang harus direncanakan sebelum masa kampanye. Pemilu yangbebas dan adil menuntut suatu “lapangan bermain yang rata”

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

169

bagi para kontestan politik. Artinya para calon harus mendapatpeluang yang sama dalam setiap proses kampanye, mulai daripendaftaran partai politik, penentuan batas daerah pemilihansampai dengan kualifikasi calon atau partai untuk ikut pemilu.Kedua, kampanye harus menjamin rasa keadilan karena keadilandalam kampanye sering menentukan apakah pemilu bebas danadil. Sebagai contoh tentang dana kampanye, akses ke danpeliputan media serta ketersediaan sumberdaya materi. Ketiga,aspek yang harus menjadi perhatian adalah kode etik partai,komisi penghubung partai dan bagaimana mengatasi sengketa.Kode etik partai bisa menjamin suatu pemilu yang adil denganmengaitkan pada hal-hal sebagai berikut: (1) tidak mencampurikegiatan kampanye partai lain; (2) menerapkan disiplin partaiuntuk mencegah kekerasan dan intimidasi; (3) menghormati hakpemilih dan kontestan lain; (4) menahan diri dari kampanyenegatif dan hal-hal serupa lainnya. Sebagai ilustrasi dapat dilihatdalam kaitannya dengan tema kampanye.

Selanjutnya indikator ketiga adalah kontrak politik secaraberkelanjutan untuk membangun akuntabilitas, responsifitas,dan trust partai politik. Kampanye selayaknya tidak sekadarmenjadi arena obral janji politisi tetapi harus menjadi langkahawal terbangunnya kontrak politik jangka panjang antara partaidengan konstituen. Kontrak yang ada sekaligus dimaksudkanuntuk membangkitkan kekuatan rakyat untuk melakukankontrol secara aktif dalam pemilu. Kontrol oleh rakyat berartihak pengawasan dan penilaian jalannya pemilu tidak oleh partaiatau penguasa tetapi oleh partisipasi rakyat secara langsung.Dengan kata lain kontrol memiliki makna bahwa rakyatmerupakan kekuatan objektif dimana konstruksi pemilu itudianggap legitimate atau tidak diukur dari partisipasi dan sikapkritis yang muncul dari rakyat. Penguatan kontrol juga pentinguntuk meminta pertanggung-jawaban partai politik dalambentuk apapun setelah pemilu khususnya menuntut apa yangmenjadi program partai sebagaimana yang disampaikan padawaktu kampanye. Artinya jikalau partai politik tidakmenjalankan amanat kontrak politik saat pemilu, maka rakyatberhak pula melakukan tuntutan hukum.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

170

Banyak persoalan yang menjadi tantangan calegperempuan berkompetisi dalam melaksanakan kampanyepemilu terutama terkait dengan keterbatasan modal politik,modal sosial, dan modal ekonomi (Santi Rosita Devi, 2014).Modal politik di sini mengacu pada adanya dukungan politikdari partai pengusung maupun kekuatan-kekuatan politik yangdipandang sebagai representasi. Modal politik caleg perempuanakan sangat ditentukan oleh dukungan partai, kedudukannyadalam partai sampai masalah bagaimana partai melakukanproses rekrutmen politik sehingga si perempuan dapat diajukanmenjadi caleg. Political will partai akan sangat menentukanberapa besar caleg perempuan tersebut memiliki modal politik.

Selanjutnya modal sosial yang akan dipergunakan bagicaleg perempuan dalam kampanye adalah segala sesuatu yangterkait dengan relasi sosial antara caleg dengan konstituen didaerah pemilihannya. Adanya kedekatan psikologis antara calegperempuan dengan konstituennya, terlebih apabila ia calegpetahana, maka modal sosial dapat dijadikan faktor penentupemenangan kampanye dalam suatu pemilu. Daerah pemilihanadalah wilayah dimana seorang caleg mendaftarkan diri untukmengikuti pemilu dan mendapatkan kursi di wilayah tersebut.Pemilih hanya dapat memilih calon yang mencalonkan diri didaerah yang bersangkutan.

Pada dasarnya terdapat dua strategi untuk mengelolahubungan dengan konstituen (Forum Politisi, 2006). Pertama,komunikasi langsng dengan pemilih. Komunikasi langsung padaumumnya dilaksanakan melalui media massa dan alat-alatpolitical marketing seperti direct mailing, kampanye e-mail ataumembangun website internet. Lebih jauh politisi berupaya untukmeningkatkan pengetahuan dan pemahamannya mengenaikeinginan dan preferensi kelompok-kelompok pemilihumpamanya melalui riset, focus group discussion (FGD). Kedua,membangun hubungan dengan pemilih melalui organisasi lainyang berfungsi sebagai mediator. Dibanding dengan komunikasilangsung, hubungan melalui organisasi memberikan gambaranyang lebih jelas mengenai masalah yang dihadapi masyarakatdan keinginannya karena telah teridentifikasi di dalam organisasi

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

171

sendiri. Setelah kesepakatan antara partai atau kandidat danorganisasi lain tercapai, organisasi tersebut akan memobilisasianggotanya untuk memilih partai atau kandidat berdasarkanjanji-janjinya. Dengan demikian lingkungan organisasi distabili-sasi karena partai politik atau kandidat dapat mengandalkandukungan organisasi tersebut.

Selanjutnya masalah modal ekonomi. Secara jelas modalekonomi mengacu kepada dana yang dimiliki dan/ataudikeluarkan oleh seorang caleg untuk biaya kampanye. Persoalandana kampanye bagi caleg perempuan, merupakan persoalanyang rumit dibandingkan bagi caleg laki-laki. Caleg perempuansecara psikologis tidak berani habis-habisan dalam kampanyekarena dana yang disandang umumnya bukan hanya miliksendiri melainkan milik suami ataupun keluarga besar. Olehsebab itu bila caleg perempuan gagal maka biasanya merekatidak berani mencalonkan diri kembali akibat ”trauma” karenakehilangan banyak uang pasca pencalonannya.

Persoalan dana dari caleg perempuan dalam kampanyetidak hanya pada darimana dana itu berasal (sumber dana) tapijuga bagaimana ia mengelola dana tersebut sekaligus melapor-kan dana yang ia guanakan untuk transparansi dan akuntabilitas.Khusus mengenai pelaporan dana kampanye Peraturan KPUNo.17 tahun 2013 telah ditegaskan mengenai pentingnyapelaporan dana kampanye. Dengan berubahnya sistem pemiluberdasarkan nomor urut, maka kontestasi politik Indonesia”semakin liar” (Santi Rosita Devi, 2014). Caleg tidak hanyabersaing di ranah antar partai melainkan juga intra partai.Dengan adanya peraturan ini caleg dengan dana terbatasdiharapkan ”tidak kalah” dengan para caleg kaya.

Selain mengembangkan modal politik, modal sosial, danmodal ekonomi dalam melakukan kampanye dan memenangkanpemilu, maka caleg perempuan harus memperhatikan berbagaistrategi politik (Firmanzah, 2008), di antaranya:1) Strategi penguatan.

Strategi ini dibutuhkan kontestan pemilu untuk menjalinhubugan dengan konstituen mereka. Hubungan yangdiharapkan terjalin bukan hanya rasional tetapi juga

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

172

emosional. Hal yang perlu ditekankan adalah mengingatkanpesan, nilai, dan norma yang akan diperjuangkan olehkontestan pemilu.

2) Strategi menanamkan keyakinan.Strategi ini lebih sesuai untuk diterapkan pada jenis pemilihyang nonpartisan. Dalam hal ini, strategi komunikasi danpenyediaan informasi juga perlu dilakukan untukmeyakinkan para pemilih nonpartisan.

3) Strategi pengenalan dan merebut.Strategi ini dilakukan suatu partai terhadap jenis pemilihpendukung partai lain.

Selanjutnya strategi politik menurut Peter Schroder (2013)dapat dikelompokkan kepada dua macam, yaitu strategi ofensif(menyerang) dan strategi defensif (bertahan). Strategi ofensifadalah strategi ”memperluas pasar” dan strategi ”menembuspasar.” Pada dasarnya, semua strategi ofensif yang diterapkanpada saat kampanye pemilu harus menampilkan perbedaan yangjelas dan tegas sehingga dapat menarik perhatian pemilih. Hal inidilakukan agar para pemilih yang selama ini memilih partaipesaing bisa berpindah karena mereka menganggap adapenawaran yang lebih baik.

METODE PENELITIANPenelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan

menggunakan metode kualitatif. Adapun informan penelitiandiambil secara purposive random sampling (Patton, 1990) denganmenggunakan criterion based selection, artinya peneliti menetap-kan informan penelitian berdasarkan kebutuhan, terutama dalammenentukan siapa yang akan menjadi informan dan berapajumlahnya. Sehubungan dengan hal ini, maka informanpenelitian terdiri dari unsur-unsur berikut: (1) para perempuananggota DPRD Kota Padang; (2) pengurus DPC/DPD partaipolitik yang berhasil menempatkan kader perempuannya dalamkeanggotaan legislatif; dan (3) Komisi Pemilihan Umum (KPU)Kota Padang.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

173

Data dikumpulkan dengan menggunakan teknikwawancara dalam hal ini adalah indepth interwiew dan studidokumentasi. Sementara itu alat yang digunakan dalampengumpulan data adalah pedoman wawancara dan lembarcatatan. Sedangkan untuk menguji kredibilitas digunakan tekniktriangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yangmemanfaatkan sesuatu di luar data itu untuk keperluanpengecekan atau pembanding data tersebut. Sejalan denganpandangan Patton (1990), maka triangulasi yang digunakanadalah pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber datadengan menggunakan metode yang sama.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANModal politik mengacu pada adanya dukungan politik dari

partai pengusung maupun dari kekuatan-kekuatan politik yangdipandang sebagai representasi. Modal politik caleg perempuanakan sangat ditentukan oleh dukungan partai, kedudukannyadalam partai sampai masalah bagaimana partai melakukanproses rekrutmen politik sehingga si perempuan dapat diajukanmenjadi caleg.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa caleg yangberhasil duduk di DPRD Kota Padang didukung penuh olehpartai politik. Dari 7 (tujuh) anggota legislatif perempuan, hanyaYuhilda Darwis dari Daerah Pemilihan (Dapil) yang bukanpengurus inti partai. Dengan kata lain keenam anggota legislatifyang lainnya punya ikatan emosional yang erat dengan partai.Misalnya Gustin Pramona adalah caleg petahana, Mailinda Rosemerupakan salah seorang pendiri ormas dari Partai Nasdem.Demikian juga dengan Dian Anggraini. Selain pendiri PartaiNasdem untuk Kota Padang, kedua caleg partai ini jugamerupakan pengurus inti di DPD Partai Nasdem. Sedangkan EllyTrisyanti dan Dewi Susanti aktif di partai dan dapat dorongandari suami yang sudah lama terjun di dunia politik. KemudianNila Kartika juga sudah lama berkecimpung di partai politik danmemiliki suami yang juga mantan anggota dewan. Dengandemikian dapat dikatakan dari segi modal politik sebahagianbesar caleg perempuan yang berhasil duduk di DPRD Kota

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

174

Padang adalah caleg-caleg yang memiliki modal politik dandapat dikembangkan sebagai basis politik untuk meraup suara.

Kemudian jika ditelaah lebih lanjut ternyata dukunganpolitik dari keluarga dan dukungan dari partai demikian besar.Dari wawancara dengan Nila Kartika terungkap bahwadukungan keluarga memiliki pengaruh besar dalam karir politikseorang perempuan, seperti dukungan dari suami, anak-anak,dan keluarga besar. Sementara dukungan partai juga sangatbesar. Pada waktu percalegan, Nila tidak membayar sepeser punkepada partai. Malah menurutnya PPP memberikan danabantuan kampanye dalam bentuk pemberian bendera partai,atribut kampanye dan sebagainya.

Kemudian dari Partai Gerindra, terdapat dua calon anggotalegislatif perempuan yang berhasil lolos dalam pemilu 2014 yaituElly Trisyanti dan Dewi Susanti. Modal politik Elly dan Dewidimulai dengan keaktifan mereka menjadi pengurus partai dandukungan dari suami. Dukungan partai jelas dan pencalegan.Proses rekrutmen untuk caleg perempuan punya ketentuanharus 30% keterwakilan perempuan ketika pengajuan caleg olehpartai politik.

Sementara itu dari Partai Nasdem terdapat dua orang calegperempuan yang berhasil menduduki kursi anggota legislatifhasil pemilu 2014, yaitu Mailinda Rose dan Dian Anggraini.Modal politik dari kedua anggota legislatif ini pada pemilu 2014adalah cukup besar. Keduanya merupakan kader dan penguruspartai dan keduanya didukung oleh partai, dengan memberikanbantuan dalam bentuk bahan jadi dan bukan merupakan uang.Partai juga memberikan bantuan uang saksi pada tiap TPS ketikahari H pemungutan suara.

Partai berikutnya yang berhasil merekrut calegperempuannya untuk duduk di lembaga legislatif adalah PartaiDemokrat. Partai ini berhasil kembali mendudukkan petahana dikursi legislatif yaitu Gustin Pramona, yang populer denganpanggilan Mona. Sebagai orang lama modal politik yang dimilikioleh Mona tentu berbeda dengan anggota legislatif yang baruseperti adanya dukungan penuh dari partai politik, darikonstituen di dapil atau dari tokoh-tokoh formal dan informal.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

175

Dari partai tentu menyediakan modal politik seperti melakukanpromosi dan sosialisasi caleg.

Dari pemaparan sebelumnya dapat dipahami bahwa paracaleg perempuan yang berhasil menduduki kursi di lembagalegislatif Kota Padang telah memberdayakan modal politik yangdimilikinya baik yang berasal dari diri sendiri, suami,lingkungan keluara besar, masyarakat di dapil, partai politikpengusung calon dan organisasi-organisasi tertentu serta tokoh-tokoh formal dan informal dalam masyarakat.

Selanjutnya terkait dengan modal ekonomi. Modalekonomi mengacu kepada dana yang dimiliki dan ataudikeluarkan seorang caleg untuk biaya kampanye. Persoalandana kampanye bagi caleg perempuan merupakan persoalanyang rumit dibandingkan caleg laki-laki. Caleg perempuansecara psikologis tidak berani habis-habisan dalam kampanyekarena dana yang disandang umumnya bukan hanya miliksendiri, melainkan milik suami dan keluarga besar. Temuanpenelitian menunjukkan bahwa dari ketujuh anggota legislatifperempuan yang berhasil duduk di lembaga legislatif rata-ratamengeluarkan uang yang relatif besar untuk membiayaikampanye mereka. Malah caleg tertentu merasa berkeberatanmenyebutkan kisaran dana yang telah mereka habiskan untukkampanye.

Persoalan pendanaan yang dikeluarkan caleg perempuandalam kampanye tidak hanya darimana dana itu berasal (sumberdana) tetapi juga bagaimana ia mengelola dana tersebut. Disisilain partai juga telah berpartisipasi mendukung pendanaan caleguntuk kampanye.

Disamping modal politik dan modal ekonomi sebagaimanatelah diungkapkan sebelumnya, maka modal sosial juga menjadipersoalan krusial yang harus menjadi perhatian di kalangancaleg, baik caleg laki-laki mau pun perempuan. Modal sosialyang akan digunakan caleg perempuan dalam kampanye adalahsegala sesuatu yang terkait dengan relasi sosial antara calegdengan konstituen di daerah pemilihannya. Adanya kedekatanpsikologis antara caleg perempuan dengan konstituennya,terlebih apabila ia caleg petahana, maka modal sosial dapat

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

176

dijadikan faktor penentu pemenangan kampanye dalam suatupemilu. Daerah pemilihan adalah wilayah dimana seorang calegmendaftarkan diri untuk mengikuti pemilu dan mendapatkankursi di wilayah tersebut.

Temuan penelitian menunjukkan dari ketujuh anggotalegislatif perempuan yang berhasil duduk di lembaga legislatifhasil pemilu 2014, rata-rata memiliki modal sosial yang cukupbagus di dapilnya masing-masing. Caleg petahana memilikiikatan emosional yang cukup bagus dengan konstituen padadapilnya karena setelah mereka terpilih selalu berinteraksidengan masyarakat pada daerah tersebut. Persoalan-persoalanyang ada di dapil mereka bantu dengan bantuan secukupnya.Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa caleg telahmenggunakan modal sosial dengan cukup baik sehinggapemilih-pemilih yang sudah cerdas tetap menjatuhkanpilihannya kepada caleg yang selalu menjaga modal sosialdengan baik.

Kampanye pada dasarnya mempunyai dua fungsi dalamkehidupan demokrasi dan politik di Indonesia. Fungsi tersebutmencakup pemberian kesempatan pada kontestan pemilumemperoleh suara sebanyak-banyaknya dalam pemilu dansebagai salah satu media kegiatan yang bermuatan pendidikanpolitik. Dengan demikian kampanye merupakan unsur mendasarbagi kompetitor pemilu menarik simpati rakyat agarmenjatuhkan pilihannya pada kandidat tertentu untuk duduk dilembaga perwakilan.

Salah satu faktor yang menjadi penyebab sering gagalnyaperempuan untuk duduk di lembaga perwakilan adalah sistempemilihan yang tidak ramah terhadap hadirnya keterwakilanperempuan (Sali Susiana, 2014). Ketika pemilu menggunakansistem proporsional terbuka didasarkan atas urutan suaraterbanyak, maka calon perempuan membutuhkan energi ekstrauntuk kampanye dan memenangkan pemilu. Energi ekstraberhadapan dengan pesaing calon legislatif laki-laki atau malahbersaing dengan sesama perempuan di daerah pemilihantertentu. Ketika pemilu menggunakan sistem proporsionalterbuka dengan suara terbanyak dalam penetapan

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

177

kemenangannya maka salah satu perjuangan calon legislatifperempuan yang menentukan kemenangannya adalahbagaimana ia melaksanakan kampanye berikut mengelola modalpolitik, modal sosial dan modal ekonomi yang dimilikinya.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa ketujuh anggotalegislatif perempuan yang lolos dalam pemilu legislatif 2014 danduduk di DPRD Kota Padang telah mengembangkan ketigamodal tersebut ketika “bertarung” berhadapan dengan pesaingmereka di daerah pilihan masing-masing baik itu laki-lakimaupun perempuan itu sendiri. Modal politik yang dikembang-kan oleh ketujuh caleg perempuan ketika mereka mempersiap-kan diri untuk kampanye adalah dukungan partai politik yangmengusungnya, dan dukungan masyarakat dan tokoh-tokohpolitik formal ataupun informal di daerah pilihannya dandukungan sesama anggota dan pengurus partai pengusung.Dukungan suami dan keluarga besar calon adalah hal prinsipilyang harus dimiliki oleh caleg perempuantanpa dukungan darikeluarga terutama suami caleg perempuan belum bias secaraoptimal berkarir dibidang politik.

Disamping itu temuan penelitian menunjukkan dari tujuhanggota legislatif yang berhasil lolos dalam pemilu 2014 adalahcaleg-caleg dengan suami yang telah lebih dulu berkecimpungdalam kehidupan politik. Pola panutan yang ada di dekat merekamenjadi faktor pendukung bagi perempuan untuk berjuangmerebut suara dalam kampanye.

Faktor lain yaitu dukungan partai. Dukungan partai dalamkampanye sebenarnya dimulai dari eksistensi caleg perempuandalam kepengurusan partai. Apabila caleg berasal dari pengurusatau kader partai maka di lapangan partai selalu memberikanakses utama untuk mempromosikan calon. Kader perempuanyang menduduki posisi-posisi strategis dalam partai umumnyamendapatkan dukungan politik penuh dari partai dan mendapatbantuan materil walaupun tidak banyak (terbatas) dari partaipengusung. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dukunganpartai pada proses rekrutmen calon. Political will partai akansangat menentukan berapa besar caleg perempuan tersebutmemiliki modal politik. Rekrutmen politik merupakan salah satu

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

178

pelaksanaan fungsi partai politik. Czudnowski (1975)mendefinisikan rekrutmen politik sebagai the processes throughwhich individuals are inducted into active political roles. Prosesmelalui mana individu-individu atau kelompok individudimasukkan ke dalam peranan politik aktif sebagaimanapendapat Czudnowski tersebut harus dilakukan secarademokratis dengan memperhatikan asas-asas kesetaraan,keadilan, transparan dan berlangsung dalam tatanan politik(political order) yang jelas. Model rekrutmen legislatif yangdemokratis setidaknya menurut Sutoro Eko (2003) harusmengandung prinsip-prinsip dasar sebagai berikut: (1) partaipolitik harus mempromosikan kandidat yang berkualitas, yakniyang memiliki kapasitas, integritas, legitimasi dan populer(dikenal) di mata masyarakat; (2) proses rekrutmen harusberlangsung secara terbuka. Masyarakat harus memperolehinformasi yang memadai dan terbuka tentang siapa kandidatparlemen dari partai politik, track record masing-masing kandidatdan proses seleksi hingga penentuan daftar calon; (3) prosesrekrutmen harus bersandar pada partisipasi elemen-elemenmasyarakat sipil; (4) partai politik mau tidak mau harusmengembangkan basis atau jaringan dengan komunitas atauorganisasi masyarakat sipil ; dan (5) penerapan rekrutmen politikdengan model demokratis membutuhkan dukungan pendidikanpolitik yang memadai kepada rakyat.

Selanjutnya khusus untuk keterwakilan perempuan diparlemen, Norris (2004) memaparkan bahwa ada dua cararekrutmen politik yang dilakukan, yaitu: Pertama, pilihan rasionaldari lembaga yaitu partai politik (rational choice institusionalism).Pilihan rasional dari kelembagaan ini dilakukan dengan carapenentuan kandidat yang akan duduk di parlemen berdasarkankemampuan masing-masing calon. Hal ini dijalankan denganmelakukan seleksi di tingkat partai politik berdasarkan loyalitasindividu calon terhadap partai dan memiliki kemampuan sertaprofesional di bidangnya masing-masing seperti pengacara,jurnalis, guru dan lain sebagainya. Menurut cara ini puladipaparkan bahwa kesempatan bagi keterwakilan dipengaruhi

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

179

oleh sistem hukum pemilu atau dengan penggunaan kuotagender dan penentuan kursi di parlemen bagi perempuan.

Kedua, modal sosial yang digunakan oleh caleg perempuandalam kampanye adalah segala sesuatu yang terkait denganrelasi sosial antara caleg dengan konstituen di daerahpemilihannya. Temuan penelitian menunjukkan bahwa ketujuhcaleg telah berhasil membangun relasi dengan konstituen didaerah pemilihan seperti halnya Mailinda Rose di Dapil I KotoTangah, Gustin Pramona di Dapil II Kuranji, dan Ally Trisyantidi Dapil III Lubuk Begalung, Lubuk Kilangan, dan Bungus TelukKabung. Begitupun dengan Dewi Susanti dan Nila Kartika padadapil yang sama yaitu Dapil III. Sementara Yuhilda Darwis yangjuga berasal dari Dapil I Koto Tangah. Walaupun ketujuh calegmenduduki beberapa dapil yang sama namun mereka memilikistrategi untuk fokus pada lokasi-lokasi tertentu di dapilnyadalam menjalin hubungan dengan konstituen. Hubungan dengankosntituen sangat ditentukan seberapa besar caleg menjagahubungan baik dan dipercaya oleh masyarakat pada dapilnya.Sebagaimana dikemukakan oleh Ruslan Ismail Mage (2013)bahwa pasar demokrasi sekarang sudah mengadopsi teoriperiklanan, “bahwa hanya sekali mampu membohongikonsumen, tidak untuk kedua kalinya.” Maksudnya sebagusapapun kemasan materi kampanye para kandidat pemimpin ataupartai politik, kalau sudah ketahuan isinya rusak, busuk, danpintar membohongi rakyat, tidak akan dipilih lagi. Pasardemokrasi sudah jenuh dengan janji-janji politik, ia butuh ide-idesegar yang progresif, inovatif, dan akomodatif terhadap segalakebutuhan rakyat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil pilkadayang memenangkan tokoh-tokoh muda berpikiran progresif.Artinya pasar demokrasi sekarang sudah mulai meninggalkantokoh lama yang tidak inovatif.

Dengan demikian setiap caleg harus menjalankan prosesinvestasi politik di dapil guna merebut dukungan darikonstituen. Investasi politik adalah suatu proses panjang yangdilakukan untuk mencari dan menyebarkan pengaruh di tengahmasyarakat dalam rangka mendapatkan dukungan politik daripublik.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

180

Pada dasarnya terdapat dua strategi untuk mengelolahubungan dengan konstituen (Forum Politisi, 2006). Pertama,komunikasi langsung dengan pemilih. Komunikasi langsungpada umumnya dilaksanakan melalui media massa dan alat-alatpolitical marketing seperti direct mailing, kampanye e-mail ataumembangun website internet. Lebih jauh politisi berupaya untukmeningkatkan pengetahuan dan pemahamannya mengenaikeinginan dan preferensi kelompok-kelompok pemilihumpamanya melalui riset, focus group discussion (FGD). Kedua,membangun hubungan dengan pemilih melalui organisasi lainyang berfungsi sebagai mediator. Dibanding dengan komunikasilangsung, hubungan melalui organisasi memberikan gambaranyang lebih jelas mengenai masalah yang dihadapi masyarakatdan keinginannya karena telah teridentifikasi di dalam organisasisendiri. Setelah kesepakatan antara partai atau kandidat danorganisasi lain tercapai, organisasi tersebut akan memobilisasianggotanya untuk memilih partai atau kandidat berdasarkanjanji-janjinya. Dengan demikian lingkungan organisasi distabili-sasi karena partai politik atau kandidat dapat mengandalkandukungan organisasi tersebut.

Persoalan selanjutnya adalah masalah modal ekonomi yangdimiliki caleg. Secara jelas modal ekonomi mengacu kepada danayang dimiliki dan/atau dikeluarkan oleh seorang caleg untukbiaya kampanye. Dana yang digunakan pada hakekatnyadisesuaikan dengan program-program yang dijalankan kandidat.Dalam konsep ini menurut Firmanzah (2012) yang harusdipahami adalah: (1) menjadikan pemilih sebagai subjek bukanobjek dari partai politik atau kandidat; (2) menjadikanpermasalahan yang dihadapi pemilih sebagai langkah awaluntuk menyusun program kerja yang ditawarkan dalam bingkaiideologi masing-masing partai; (3) marketing politik tidakmenjamin kemenangan tetapi menyediakan tool untuk menjagahubungan dengan pemilih.

Upaya caleg dalam menggunakan dana untuk strategidalam kampanye juga dipengaruhi oleh bagaimana calegtersebut mengemas informasi dan jumlah informasi (kualitas dankuantitas) dalam berkampanye di dapilnya masing-masing.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

181

Efektivitas penyebaran informasi dari caleg turut mempengaruhikeberhasilannya dalam pemilu. Sebagaimana yang dikemuakanoleh Onong Uchyana Effendi (1981), di dalam kegiatankampanye pemilu tidak mungkin semua informasi diterima olehmasyarakat. Masyarakat sebagai unsur penerima komunikasibersifat selektif, berhati-hati dalam menerima informasi.

Persoalan memberdayakan modal ekonomi, modal politikdan modal sosial merupakan hal krusial bagi perempuan untukmeraih suara dalam kampanye pemilu. Ketiga modal dasartersebut tidak hanya mendadak muncul namun perlu investasipolitik jangka panjang. Investasi ketiga modal tersebutmerupakan salah satu strategi untuk mendudukkan perempuandalam jabatan-jabatan politik, baik di eksekutif maupun dilegislatif. Setidaknya menurut Lister, Ruth (1999) sebagaimanadikutip Ruslan Ismail Mage (2013) setidaknya ada enam alasanmendasar mengapa perempuan perlu terlibat politik : (1)perempuan mempunyai kebutuhan politik yang kebutuhan itubisa terpenuhi kalau perempuan terwakili dalam proses-prosespembuatan keputusan atau kebijakan ; (2) masyarakat akanmerasakan dari adabnya atribut-atribut atau sifat-sifatperempuan yang dibawanya dalam iklim politik formal,misalnya perempuan bisa menampilkan citra halus dan luwes ;(3) keterwakilan perempuan yang sangat kecil adalah salah satubentuk pengingkaran terhadap nilai-nilai ideal demokrasi.Minimnya representasi perempuan, itu bisa diartikan bahwa adaentitas “demos” yang tidak terwakili; (4) hak-hak politikperempuan adalah bagian integral yang tak dapat dipisahkandari hak-hak asasi manusia, dan sebaliknya hak-hak asasimanusia merupakan aspek fundamental dari berbagai kerangkakerja demokratik; (5) berkaitan dengan soal jender dandemokrasi, bahwa dalam suatu demokrasi, pandangan darikelompok-kelompok yang berbeda harus dipertimbangkandalam memformulasikan berbagai keputusan atau yangmengarah ke berbagai strategi; dan (6) pada kenyataannyaperempuan adalah separuh dari penduduk dunia, dan bisadikatakan pula sebagai separuh dari masing-masing penduduknasional sebuah bangsa/negara tertentu.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

182

PENUTUPMengacu kepada pengungkapan pada bagian sebelumnya,

maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut:1. Perempuan anggota legislatif yang berhasil menduduki kursi

legislatif di DPRD Kota Padang telah mengembangkan modalpolitik, modal ekonomi, dan modal sosial dalam kampanyepemilu 2014. Ketiga modal dasar ini telah merekainvestasikan dalam jangka panjang demi meraup suaraterbanyak.

2. Modal politik yang paling berpengaruh adalah seberapabesar dukungan partai baik dalam proses rekrutmen maupun dalam proses kampanye itu sendiri. Sementara modalsosial yang paling berpengaruh adalah pola marketing politikyang didesain kandidat untuk terus menjaga relasi dengankonstituen di daerah pemilihan. Sedangkan modal ekonomisangat tergantung kepada kepiawaian caleg mendekatikonstituen untuk merealisasikan program-programnya baiksebelum atau pun sesudah terpilih. Efektifitas penggunaandana juga sangat tergantung daya juang caleg di daerahpemilihannya.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat dikonstruksi-kan beberapa saran berikut :1) Partai politik hendaknya menciptakan mekanisme yang

dapat mendongkrak keterwakilan perempuan di lembagalegislatif melalui pemberdayaan modal politik danmodalekonomi yang dimiliki partai.

2) Caleg perempuan yang akan maju dalam pemilihanhendaknya mulai melakukan investasi jangka panjang, baikitu menyangkut modal politik, modal ekonomi, maupunmodal sosial.

REFERENSIAl Rafni, dkk, (2013). Pengembangan Model Pembinaan Perempuan

Kader Partai Oleh Partai Politik Sebagai Upaya PeningkatanKualitas Keterwakilan Perempuan di Lembaga Legislatif

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

183

Daerah. Laporan Penelitian Hibah Bersaing – LembagaPenelitian Universitas Negeri Padang.

Czudnowski, Moshe. (1975). ”Political Recruitment” dalam Fred I.Greenstein & Nelson Polsby, Micro Political Theory :Handbook of Political Science, Vol.2.

Firmanzah. (2008). Marketing Politik : Antara Pemahaman danRealitas (Edisi Revisi). Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Forum Politisi (2006). Konsolidasi Demokrasi : Kompilasi HasilWorkshop, Pertemua kerja Rutin dan Pertemuan NasionalForum Politisi. Jakarta : Tim Sekretariat Forum Politisi.

Koalisi Perempuan Indonesia dan Kemitraan. (2009). PerempuanMaju, Perempuan Menang : Panduan Praktis StrategiPemenangan Pemilu. Jakarta : KPI dan Kemitraan.

Merloe, Patrick. (1999). Unsur-unsur Pemilihan Demokratis. Jakarta:Dinas Penerangan Amerika Serikat (USIS).

Norris, Pipa. (2004). Electoral Engineering: Voting Rules and PoliticalBehavior. New York : Cambridge University Press.

Onong Uchyana Effendi. (1981). Komunikasi dan Modernisasi.Bandung : Alumni.

Ruslan Ismail Mage. (2012). Berpolitik dengan Murah: SolusiMencegah Politisi Korupsi. Yogyakarta : Thafa Media.

Santi Rosita Devi. (2014). Tantangan Caleg Perempuan dalam PemiluLegislatif 2014. Jakarta : The Indonesian Institute, Centerfor Public Policy.

Santoso Sastropoetra. (1991). Propaganda. Bandung: Alumni.

Schroder, Peter. (2013). Strategi Politik. Diterjemahkan oleh AviantieAgoesman. Indonesia : Friedrich-Naumann Stiffung fur dieFreiheit.

Sutoro Eko. (2003). Membuat Rekrutmen Legislatif Bermakna. BahanDiskusi untuk Forum Kajian Analisis Sosial tentangMenyukseskan Penyelenggaraan Pemilu 2004 di Provinsi DI

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

184

Yogyakarta. Diselenggarakan oleh Badan Informasi DaerahDI Yogyakarta, 17 Desember 2003.

Sali Susiana (2014). ”Penurunan Keterwakilan Perempuan dalamPemilu 2014” dalam Info Singkat Kesejahteraan Sosial Vol.VI,No.10/II/P3DI/Mei 2014.

UU No.2 tahun 2011 tentang Partai Politik.