seminar nasional perbatasan, kemaritiman ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam...

357

Upload: others

Post on 16-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan
Page 2: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN& CALL FOR PAPERS 2016

“PENGUATAN DAERAH PERBATASAN YANG BERBASIS KEMARITIMAN”GEDUNG AUDITORIUM UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG, 26 SEPTEMBER 2016

PROSIDING

Volume. 1 Bulan September 2016 ISSN.2540-783X.

Penyelenggara :

Program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji

Jl. Raya Dompak Gedung Prodi Ilmu Hukum

FISIP UMRAH Tanjungpinang (0771) 29115

Hp : 085271816991 (Irman)

E-mail : [email protected]

Page 3: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

i

SUSUNAN PANITIASEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS ILMU SOSOIAL DAN ILMUPOLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

PelindungDekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali HajiDrs. H. Sonhaji, M.Si

Penanggung JawabKetua Program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali HajiDr. Oksep Adhayanto, SH.,MH

Tim ReviewerProf. Dr. Syafrinaldi, SH., MCL

Prof. Dr. Ellydar Chaidir, SH., M.HumDr. Mexsaisai Indra, SH., MH

Dr. Erdianto, SH., MHDr. Oksep Adhayanto, SH., MH

Dr. Nofrizal, S.Pi., M.SiDr. Febrianti Lestari, M. Si

Panitia PelaksanaKetua : Irman, SH., MH

Sekretaris : Cholidi Try Ramadhani, SHBendahara : Enny Mandasari, S.Pd

EditorPery Rehendra Sucipta, SH., MH

Marnia Rani, SH., MHEndri, SH., MH

Dewi Haryanti, SH., MHSuryadi, MH

Muhammad Fajar Hidayat, SH.,MH

Desain & Tata LetakRazil

Nova Andriadi, S.PiDidit Handi Mahfudin, S.Sos

Zulpariza, S.Sos

Page 4: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

SAMBUTANDEKAN FAKULTAS ILMU SOSOIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

ii

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kegiatan Seminar Nasional Perbatasan dan Kemaritiman serta Call For Paper yang diselenggarakanoleh Program Studi Ilmu Hukum merupakan kegiatan yang pertama kali sejak Program Studi IlmuHukum dibuka. Untuk itu pertama-tama saya mengucapkan selamat atas terselenggaranya kegiatan ini.

Seminar Nasional mengangkat tema “Penguatan Daerah Perbatasan yang BerbasisKemaritiman”, tema ini diangkat dalam upaya memberikan wawasan ilmu pengetahuan khususnya dibidang ilmu hukum, yang nantinya dapat memberikan masukan serta arah penguatan lembaga penegakhukum terhadap permasalahan di wilayah perbatasan.

Program Studi Ilmu Hukum dengan mengadakan kegiatan Seminar Nasional & Call For Paper inimerupakan suatu langkah yang tepat, hal ini dikarenakan sesuai dengan Visinya “Menjadikan ProgamStudi Ilmu Hukum Berbasis Maritim Unggul Ditingkat Nasional Tahun 2035”.

Atas Nama Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji, sayamenyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Panitia Seminar Nasional & Call For Papers.

Serta ungkapan termaksih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Hikmahanto Juwana, SH.,LL.M., Ph.D, atas kesediaanya sebagai pembicara dalam acara Seminar Nasional Perbatasandan Kemaritiman ini.

Akhir kata, kepada seluruh peserta saya ucapkan Selamat Datang di Progam Studi Ilmu HukumFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali, dan selamat mengikuti seluruh kegiatanSeminar Nasional Perbatasan dan Kemaritiman Tahun 2016.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Maritim Raja Ali Haji

Drs. H. Sonhaji, M.Si

Page 5: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat, rahmat dan Karunia-Nya Seminar Nasional Perbatasan dan Kemaritiman Tahun 2016 ini terselenggara dengan baik danlancer.

Kegiatan Seminar Nasional dan Call For Papers yang menjadi bagian dari SNPK (Seminar NasionalPerbatasan dan Kemaritiman) merupakan yang pertama kali diselenggarakan oleh Progam StudiIlmu Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji ditahun 2016.Dengan mengangkat tema “Penguatan Daerah Perbatasan yang Berbasis Kemaritiman”. Kegiatanini semoga dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan bidang ilmu hukum, baik oleh parapenegak hukum, lembaga-lembaga pemerintahan, akademisi serta mahasiswa. Kumpulan paper yangtelah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selamaseminar berlangsung, selanjutnya akan didokumentasikan dalam Prosiding Volume. 1 Bulan September2016 ISSN.2540-783X.

Saya selaku Ketua Panitia mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh anggotatim pengarah dan reviwer, yang telah membantu terjaminya kualitas artikel-artikel yang disajikan dalamseminar ini. Selain itu, ungkapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh panitia yang telahterlibat secara langsung maupun tidak langsung demi kesuksesannya Seminar Nasional Perbatasan danKemaritiman ini.

Kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan kualitas Prosidingini, dan akhir kata saya ucapkan terimakasih dan selamat datang kepada seluruh peserta SeminarNasional Perbatasan dan Kemaritiman 2016 ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ketua Panitia

Irman, SH.,MH

SAMBUTAN KETUA PANITIA

iii

Page 6: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

Sambutan Dekan Fakultas Ilmu Sosoial Dan Ilmu PolitikUniversitas Maritim Raja Ali Haji ................................................................................... ii

Sambutan Ketua Panitia ................................................................................................... iii

KONFLIK NEGARA-NEGARA ASEAN DAN CHINA TERHADAPKEPULAUAN SPRATLY ................................................................................................. 1Ady Muzwardi

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PERENCANAANPEMBANGUNAN: .......................................................................................................... 10Partisipasi Masyarakat dan Pemerintah dalam AgendaKebijakan Pembangunan Perbatasan di Kepri Tahun 2015Eki Darmawan & Nazaki

KONSTRUKSI HUKUM SISTEMPEMERINTAHAN KEMARITIMAN ........................................................................... 27Emy Hajar Abra

ANALISIS PROBLEMATIKA TINDAKPIDANA PERIKANAN DI INDONESIA ....................................................................... 38Endri

SINERGI PENGELOLAAN KELAUATAN ANTARA PEMERINTAHPUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PENGUATANPOROS MARITIM INDONESIA .................................................................................. 51Agus Prihartono PS & Fatkhul Muin

PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT KEPULAUAN(Perspektif Sosiologi Ekonomi) ........................................................................................ 63Suyito & Rendra Setyadiharja

COMMUNITY DEVELOPMENT DENGAN INTERNALISASI NILAI BUDAYAMARITIM DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU UNTUK MEMPERKUATPROVINSI BERBASIS KEMARITIMAN .................................................................... 70Suhardi Mukhlis & Rendra Setyadiharja

TANGGUNG JAWAB BADAN NASIONAL PENEMPATAN DANPERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (BNP2TKI)TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERIDALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA .......................................................... 85Thamrin S

DAFTAR ISI

iv

Page 7: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANGKORPORASI BAYANGAN DI PERBATASAN ANTAR NEGARADI KAWASAN EKONOMI KHUSUS BATAM ............................................................. 96Florianus Yudhi Priyo Amboro

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEDAULATAN WILAYAH NEGARAREPUBLIK INDONESIA MENURUT KONSEP NEGARA KEPULAUAN DALAMUNITED NATION CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA (UNCLOS) 1982 ... 117Fithriatus Shalihah

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUPPADA KABUPATEN/KOTA DI WILAYAH PROVINSI JAWA TENGAH . ................. 124Endah Pujiastuti & Dewi Tuti Muryati

PENGUATAN IDEOLOGI PANCASILA DI KAWASAN PERBATASAN (Pembangunan Karakter Sumber Daya Manusia Sebagai Garda TerdepanKedaulatan Bangsa Di Kawasan Perbatasan Propinsi Kepulauan Riau) ...................... 136Wahjoe Pangestoeti & Rudi Subiyakto

ANALISIS KEBIJAKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANANNOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG LARANGAN PENGGUNAAN ALATPENANGKAP IKAN PUKAT HELA DAN PUKAT TARIKDI KOTA TANJUNGPINANG ........................................................................................ 145Nur. A. Dwi Putri

DINAMIKA DISTRIBUSI BBM DI DAERAH KEPULAUAN ................................... 154Adji Suradji Muhammad & Eka Suswaini

PENEGAKAN HUKUM DI ZONA TAMBAHAN ........................................................ 164Tomy Michael

PEMBERDAYAAN KEKAYAAN LAUT: SOLUSI PEMENUHAN HAK PENGHIDUPANYANG LAYAK PADA SUKU LAUT DI PULAU GARA BATAM PROVINSIKEPULAUAN RIAU ........................................................................................................ 174Winsherly Tan dan Winda Fitri

PERAN KPPU DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PRAKTEK MONOPOLIDAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHATDI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ... 186Muhammad Fajar Hidayat

SENGKETA PERBATASAN DAN OTONOMI DAERAH .......................................... 198Hasrul Sani Siregar

PROSES RATIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL DAN PROSPEKDILAKUKAN PENGUJIAN DI PERADILAN (JUDICIAL REVIEW) ...................... 204Suparto

v

Page 8: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

JAUH PANGGANG DARI API:KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN JASA PELABUHAN DI INDONESIA ... 214Wayu Eko Yudiatmaja, Alfiandri, & Rahmat Hidayat

PERANAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENJAGA KEDAULATAN DANKEARIFAN LAUT ........................................................................................................... 226Rachmad Safa’at & Dwi Yono

JARINGAN SOSIAL PEKERJA MIGRAN INDONESIA KE LUAR NEGERI ........ 243Suryaningsih

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TANAH MASYARAKAT PESISIR TERHADAPKEGIATAN PERTAMBANGAN DITINJAU DARI HUKUM ADAT ......................... 257Hayatulismi & UlfiaHasanah

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PEMBANGUNAN WILAYAHPERBATASAN ................................................................................................................. 268Admiral

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FREE TRADEZONE (FTZ) DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU ......... 274Kustiawan

SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKAN PELARANGAN EKSPORBAHAN BAKU TAMBANG DAN MINERAL DIKAJI DARI ASPEK HUKUMINDONESIA ..................................................................................................................... 295Surizki Febrianto

PROSES PERUMUSAN KEBIJAKAN DI DAERAH:STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATENKEPULAUAN MERANTI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG ZAKAT ................. 306Dede Rasid & Wayu Eko Yudiatmaja

MEMBANGUN KEKUATAN MARITIM BERBASIS PEMBANGUNAN MANUSIA(HUMAN DEVELOPMENT) DI KEPULAUAN RIAU ................................................ 314Afrizal

PEMENUHAN HAK-HAK TENAGA KERJA INDONESIA DI PENAMPUNGANPROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 ............................................................ 328(Studi Pada Penampungan TKI Di Kota Tanjungpinang)Oksep Adhayanto

RESIPROSITAS NELAYAN TRADISIONAL PERBATASAN DENGANKELOMPOK NELAYAN ASING DI KECAMATAN BUNGURANUTARA PULAU NATUNA ............................................................................................... 339Nanik Rahmawati

vi

Page 9: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan
Page 10: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN1

KONFLIK NEGARA-NEGARA ASEAN DAN CHINATERHADAP KEPULAUAN SPRATLY

Oleh :Ady Muzwardi

Ilmu Hubungan Internasional Universitas Maritim Raja Ali Haji

AbstrakToday’s regional security in Asia Pasific is very dynamic. Mutual territorialclaims in the South China Sea area. many countries have claims to territory inthe South China Sea. China, Brunei, Malaysia, the Philippines, Vietnam andself-ruled Taiwan all claiming sovereignty over the whole or part of severalisland chains and nearby waters. They have competing territorial andjurisdictional claims, particularly over rights to exploit the region’s possiblyextensive reserves of oil and gas. China (PRC) claims by far the largest portionof territory - an area defined by the “nine-dash line” which stretches hundredsof miles south and east from its most southerly province of Hainan.The Paracel and Spratly island chains were regarded as integral parts of theChinese nation, and in 1947 it issued a map detailing its claims. It showed thetwo island groups falling entirely within its territory. Some countries have arguedthat China should negotiate with Asean (the Association of South East AsianNations) but The Philippines initiates proceedings against the PRC under AnnexVII to UNCLOS. The Notification and Statement of Claim outlines thePhilippines’ grievances against China and legal base for its claims, as well asdiscusses the nature of the various maritime features in question. It states thatthe Philippines is seeking a ruling that declares that claims in in the SouthChina Sea must comport with UNCLOS, which would invalidate China’s nine-dash line; classifies maritime features occupied by China as rocks, low tideelevations, or submerged banks, but not islands; and declares the Philippines’right to operate inside of its exclusive economic zone (EEZ) and continentalshelf as outlined by UNCLOS without Chinese harassmentThe unanimous ruling of the Permanent Court of Arbitration (the “PCA” or“Tribunal”) in the dispute between the Philippines and China is a landmarkdecision under the United Nations Law of the Sea Convention (UNCLOS) andrepresents a strong rebuke of China’s expansive claims to maritime territory inthe South China Sea. The PCA’s ruling serves not only as a technical legaldecision, binding on the parties – China and the Philippines, but also as abroader message concerning the peaceful settlement of disputes in the SouthChina Sea pursuant to a rules-based international order.

Keywords: Sovereignty, Territorial, Exclusive Economic Zone (EEZ)

Page 11: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN2

I. PENDAHULUANI.1. Latar Belakang

Kepulauan Spratly (Spartly Island) merupakansebuah kumpulan kepulauan yang terdiri daripada750 terumbu, islet, atol, pulau karang yang terletakdi Laut China Selatan. Kepulauan ini terletak dikawasan perairan di Filipina dan Malaysia(Sabah). Kepulauan Spratly mengandungi kurangdaripada 4 kilometer persegi kawasan tanah didalam kawasan laut yang luasnya lebih daripada425,000 kilometer persegi. Kepulauan Spratlyadalah salah satu daripada tiga kepulauan di AsiaTenggara yang mempunyai lebih daripada 30,000buah pulau dan terumbu1. Spartly Island merupa-kan jalur lintas strategis yang kaya akan sumberdaya perikanan, sumber daya alam termasuk Gasdan minyak. Potensi alam dan lokasi yang strategismenjadikan wilayah tersebut diperebutkan olehbanyak Negara. permasalahan territorial danekonomi di kawasan itu. Kira-kira 45 pulaudiduduki oleh bilangan yang agak kecil angkatantentara dari Vietnam, Republik Rakyat China,Republik China (Taiwan), Malaysia dan Filipina.Negara Brunei juga menuntut Zon EkonomiEksklusif (EEZ) di bagian tenggara dari kepulauanspratly tersebut yang merangkumi hanya satukepulauan kecil di atas minimal ketinggian air (diTerumbu Semarang Barat Kecil). Kepulauan inimenjadi puncak sengketa yang terbaru antaranegara-negara yang bertetanggaan dan yangwilayahnya dekat dengan kepulauan spratly.Kepulauan spratly ini dikatakan berada di ataspentas benua yang mengandungi petroleum dangas asli dalam jumlah yang relative sangat banyak.

I.2. PermasalahanPermasalahan yang diambil dari penelitian ini

adalah pengaruh ekonomi Kepulauan Spartlyterhadap konflik di Laut Cina Selatan.

I.3. TujuanTujuan penelitian ini untuk mengkaji dasar klaim

masing masing Negara atas penguasaan sumberdaya alam di Laut Cina Selatan khususnya diKepulauan Spratly.I.4. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakanmetode kualitatif. Adapun pendekatan eksplanasipenelitian ini adalah dengan menggunakanpenelitian deskriptif.

II. KERANGKA TEORIII.1 Kedaulatan

Konsep kedaulatan merupakan salah satubagian kompleks di dalam ilmu politik, denganbanyak pengertian, beberapa pengertian secaratotal bertentangan. Pada umumnya kedaulatanmemiliki definisi yang berhubungan dengan hakterhadap kekuasaan. Definisi pertama darikedaulatan merupakan kapasitas untuk berkuasaatas sesuatu. Definisi kedua kedaulatan merupakankeinginan untuk melegimitasi kekuasaan, danmenunjukan kekuasaan yang dimiliki. Kedaulatanmengacu pada kebebasan, kemerdekaan untukbertindak secara kolektif.2 Kedaulatan adalahkonsep yang cair dan mudah dipahami sebagaistandar karakteristik yang baku dalam hubunganinternasional3

II.2 YuridiksiTerritorialTerritorial menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) adalah bagian wilayah (daerahhukum) suatu Negara sedangan yuridikasi menurutKamus Besar Bahasa Indonesia adalah lingkunganhak dan kewajiban, serta tanggung jawab dalamsuatu wilayah atau lingkungan kerja tertentu;kekuasaan hukum Yurisdiksi teritorial adalahmerupakan konsekuensi logis dari adanya azaskedaulatan teritorial serta hanya dapat menjangkausiapa atau apa saja yang berada atau terjadi dalambatas-batas teritorial negara tersebut (wilayahdaratan, perairan pedalaman, laut wilayah danperairan kepulauan)4. pengertian yurisdiksi dalamarti yang luas keberadaannya bersumber bukan

1 Spratly Islands Conflict over territory, Jaspel Tan & Wang Chun Kai 20122 Translated by Julia Kostova from “Qu’est-ce que la souveraineté? in Éléments, No. 96 (November 1999), pp. 24-35.3 Jens Bartelson, The European Journal of International Law Vol. 17 no.2 © EJIL 2006;4 M Hendrapati - ý prinsip-prinsip hukum internasional Mengenai yurisdiksi negara, Unhas 2014

KONFLIK NEGARA-NEGARA ASEAN DAN CHINA TERHADAP KEPULAUAN SPRATLY

Page 12: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN3

hanya dari azas kedaulatan negara melainkan jugabersumber atau didasarkan atas hak ataukewenangan dalam bidang-bidang tertentu yangdiberikan oleh hukum internasional kepada suatunegara.

II.3 ZONA EKONOMI EKSKLUSIF (ZEE)Zona Ekonomi Eksklusif menurut UNCLOS

adalah Zona ekonomi eksklusif adalah suatudaerah di luar dan berdampingan dengan lautteritorial, yang tunduk pada rejim hukum khususyang ditetapkan.

III. PEMBAHASANIII.1. Aktor yang terlibat dalam sengeketa

Konflik di Spartly Island melibatkan banyakaktor, mulai dari negara-negara yang terlibat dalamsengeketa tersebut secara langsung sampai aktor-aktor eksternal yang terlibat secara tidak langsungkarena kepentingan-kepentingan yang bersifatmiliter dan ekonomi.

6 negara di atas memiliki dasar-dasar hukumsendiri untuk mengklaim pulau-pulau di Spratly.Mayoritas negara tersebut merujuk pada hukumlaut UNCLOS sebagai dasar untuk mengklaim,sementara tuntutan China atas kepemilikan seluruhpulau-pulau yang ada di Laut China Selatantermasuk di dalamnya adalah Kepulauan Spratly.China berdasarkan sejarah serta dokumen-dokumen kuno. Menurut China sejak 2000 tahunyang lalu, perairan ini telah menjadi jalurtransportasinya. Namun di lain pihak yaitu Vietnammembantah serta tidak mengakui klaim kepe-milikan wilayah terhadap Kepulauan Spratly.Bahkan, Vietnam menyatakan wilayah KepulauanSpartly merupakan bagian dari wilayah Ne-garanya.

Vietnam mengakui wilayah Kepulauan Spratlydan sekitarnya merupakan bagian dari teritorinyasejak abad ke-17. Akibat perebutan pengakuanwilayah atas Kepulauan Spratly antara China danVietnam, pada tahun 1988 terjadi insiden antara

No Negara yang terlibat Join

Claim

Klaim Dasar Klaim

1 Filipina 60 pulau di Spratly Island dengan member nama Kalayan Island

Perjanjian Perdamaian San

Fransisco 1951

2 Cina

semua pulau di Spratly Island

Sejarah perjalanan cheng ho,

bukti artifak sejarah dinasti

Han abad ke-2 BC

3 Taiwan

Semua pulau di Spratly Island

Sejarah perjalanan cheng ho,

bukti artifak sejarah dinasti

Han abad ke-2 BC

4 Vietnam Sebagian pulau di Spratly Island

Sejarah Abad 17

5 Brunai Louisa Reef UNCLOS

6 Malaysia

3 pulau & 4 karang besar member nama sebagian gugus karang Spratly dengan nama Rizal Reef

UNCLOS

Negara internal yang terlibat konflik Spratly Island

KONFLIK NEGARA-NEGARA ASEAN DAN CHINA TERHADAP KEPULAUAN SPRATLY

Page 13: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN4

Angkatan Laut China dan Angkatan Laut Vietnam.Insiden ini terjadi dimana kapal Angkatan LautVietnam yang sedang berlayar di Laut ChinaSelatan dicegat oleh kapal perang Angkatan LautChina, sehingga bentrokan tidak dapat dihindari.Dalam bentrokan ini Angkatan Laut Vietnamkehilangan 74 prajuritya. Akibat dari insiden ini,Vietnam memutuskan hubungan diplomatik denganChina, walaupun beberapa tahun kemudianhubungan diplomatik kedua negara berlangsungnormal kembali.

Dalam perkembangannya, selain China danVietnam, Filipina pun mengakui kedaulatannya ataswilayah Kepulauan Spratly. Filipina yang menyebutKepulauan Spratly dengan nama Kalayaan.Adapun alasan Filipina mengakui serta mendudukiKepulauan Spratly bagian timur, karena kawasantersebut tidak bertuan atau kosong. Filipina jugamenunjukkan Perjanjian Perdamaian SanFransisco 19515, dimana dalam perjanjian tersebutJepang melepaskan kedaulatannya atas KepulauanSpratly, tapi tidak disebutkan diserahkan kepadanegara manapun. Filipina mulai membukapengeboran gas serta eksploitasi perikanan disekitar Kepulauan Spratly bagian timur. Bahkan,kehadiran Flipina di Kepulauan Spratly bagiantimur dipertegas dengan mendirikan pos pasukanmarinir di sebagian gugus pulau itu. Tumpang tindihpengakuan kedaulatan Kepulauan Spratly olehFilipina, telah menimbulkan beberapa insidenseperti tahun 1995 ketika Angkatan Laut Filipinamembongkar bangunan milik China. Keteganganpun berlanjut ketika China merespon sengketa itudengan mengirim kapal perang ke KepulauanSpratly. Di lain pihak pasukan militer Filipinamenangkapi nelayan China yang beroperasi disekitar Kepulauan Spratly Timur. Tetapi konflikChina-Filipina atas klaim wilayah KepulauanSpratly tidak segawat antara China denganVietnam. Konflik ini untuk sementara dapatdiredam lewat jalur diplomatik antar kedua negara.

Belakangan, Malaysia, Taiwan dan Brunei ikutmenyatakan Kepulauan Spratly di Laut ChinaSelatan merupakan bagian dari wilayah negara

mereka. Malaysia ikut menegaskan bahwasebagian dari Kepulauan Spratly adalah bagian dariwilayahnya. Malaysia menyebut KepulauanSpratly dengan nama Terumbu Layang. MenurutMalaysia, langkah ini diambil berdasarkan PetaLandas Kontinen Malaysia Tahun 1979, yangmencakup sebagain dari wilayah KepulauanSpratly. Malaysia bahkan membangun mercusuardi salah satu wilayah di Kepulauan Spratly.Malaysia yang bersama Filipina dan Bruneimerupakan sesama anggota Asean, dengan adanyasengketa atas wilayah Kepulauan Spratly khususuntuk Malaysia-Filipina semakin menambah rumithubungan diantara kedua negara. Hubungan antaraMalaysia dengan Filipina yang selama ini agakkurang harmonis karena masalah tenaga kerja, kinimasalah semakin kompleks dengan munculnyasengketa klaim wilayah Spratly antara keduanegara.

Taiwan sebagai salah satu negara yangmengakui kedaulatan atas Kepulauan Spratly, jugamengalami ketegangan hubungan dengan Flipina.Klaim atas kepemilikan Kepulauan Spratlymemunculkan potensi konflik yang cukup rawan.Taiwan mengklaim dan menduduki KepulauanSpratly pada tahun 1956dengan menempatkanpasukannya secara permanen serta membangunlandasan pesawat dan instalasi militer lainnya diPulau Itu Abaa. Di Kepulauan Kalayaan, yangmerupakan wilayah gugus Kepulauan Spratly timurmengalami tumpang tindih kepemilikan antaraFilipina dan Taiwan. Wilayah yang palingdipertentangkan adalah Pulau Itu Abaa, yang olehFilipina disebut Pulau Ligaw. Pada tahun 1988Angkatan Laut China menahan 4 buah kapalnelayan Taiwan yang dituduh telah memasukiwilayah perairan Filipina di Kalayaan. Disampingkonflik antara Taiwan-Filipina, konflik juga terjadiantara Taiwan-China mengenai klaim kedaulatanKepulauan Spratly di Laut China Selatan. KonflikTaiwan-China atas Kepulauan Spartly merupakankonflik historis antara kedua negara. Dimana kitatahu pada tahun 1949 telah terjadi perang sipilantara kaum Komunis dan Nasionalis yang

5 http://www1.american.edu/TED/ice/spratly.htm

KONFLIK NEGARA-NEGARA ASEAN DAN CHINA TERHADAP KEPULAUAN SPRATLY

Page 14: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN5

melahirkan dua negara yaitu Republik RakyatChina dan Taiwan. Klaim Taiwan terhadapKepulauan Spratly sama dengan klaim yangdilakukan China yaitu klaim berdasarkan sejarahmasa lalu dari jaman kuno.

Brunei merupakan satu-satunya negara yangtidak mengklaim pulau atau daratan di wilayahKepulauan Spratly. Brunei hanya mengklaim atasbatas kontinen perairan di Laut China Selatan.Brunei ingin ketegasan mengenai masalah tapalbatas kontinen perairan negaranya yang meliputiwilayah di sekitar perairan Kepulauan Spratly.Walaupun demikian tetap saja menimbulkan konflikdengan Malaysia, yaitu sengketa mengenai sebuahkarang di sebelah selatan Laut China Selatan yangsewaktu air pasang berada di bawah permukaanlaut. Brunei mengakui gugusan karang danlandasan kontinen di sekitarnya merupakan bagiandari wilayahnya. Di pihak Malaysia pada tahun1979 mengklaim gugusan karangtersebut bahkanmendudukinya. Akan tetapi sengketa antaraBrunei-Malysia mengenai klaim kedaulatan disekitar Kepulauan Spartly relatif tenang, belumsampai menimbulkan konflik terbuka kearahpeperangan antar kedua negara. Namun demikian,tetap saja masalah tumpang tindih pengakuankepemilikan terhadap Kepulauan Spratly sewaktu-waktu bisa meletus kearah konflik terbuka antaraMalaysia-Brunei.

juga perebutan konsensi akan sumber daya alamdi wilayah tersebut. Kepulauan Spratly yangberada di kawasan laut cina selatan hanyasebagian dari wilayah yang diperebutkan olehnegara-negara pengklaim laut cina selatan..Malaysia dalam kurun waktu 1992-1995 berhasilmelakukan eksplorasi di Spratly Islands denganmenghasilkan pendapatan sebesar 210 juta US$.Keuntungan yang sangat besar membuat banyakperusahaan asing yang berusaha terlibat dalamsengketa Kepulauan Spratly. Persengkataan di lautcina selatan termasuk di Kepulauan Spratly mela-hirkan banyak aktor dari mulai negara, perusahaan-perusahaan nasional dan multinasional sampai lem-baga ASEAN ikut terlibat dalam konflik besar ini.

Keuntungan besar ini membuat Cina semakinberambisi menguasai Kepulauan Spratly termasukseluruh pulau di Laut Cina Selatan. Apabila negaralain mengikuti UNCLOS untuk menarik perba-tasan di Laut Cina Selatan maka Cina cukup meng-gunakan dasar sejarah masa lalu. Tentu Cina tidakpernah tunduk pada UNCLOS karena apabilaUNCLOS diterapkan maka posisi Cina tidaksekuat sekarang dalam mengklaim eksplorasi diLaut Cina Selatan termasuk di Kepulauan Spratly.Negara-negara yang terlibat dalam sengketa diLaut Cina Selatan telah memberikan hak pengelo-laan sumber daya alam/konsensi ke perusahaan-perusahaan asing melalui pembagian hak

No Negara Lokasi Eksplorasi Nilai Eksplorasi 1 Filipina Di pulau

Palawan, Minyak &

Gas 3000 Barel/hari

2 Taiwan Utara Spratly Island

Perikanan

3 Vietnam 400 Km Barat Blok Crestone

Minyak & Gas

4 Malaysia 4 rock Group Minyak & Gas

5 Brunei Louisa Reef Minyak & Gas

143.000 Barel/Hari

Negara yang melakukan eksplorasi di Kepulauan Spratly

Perebutan wilayah di laut cina selatan bukanhanya permasalahan perbatasan antar negara tetapi

eksplorasi dengan perusahaan nasional di negaramasing-masing.

KONFLIK NEGARA-NEGARA ASEAN DAN CHINA TERHADAP KEPULAUAN SPRATLY

Page 15: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN6

Negara-negara yang tidak terlibat langsungdalam sengketa Kepulauan Spratly menjadi aktorlain yang berusaha mengambil keuntungan darikonflik tersebut. Amerika Serikat memilikikepentingan militer dan komersial. Amerika Serikatmemiliki strategi mempertahankan Spratly Islandsmasuk di wilayah Filipina, karena Filipinamerupakan pertahanan militer Amerika Serikat dariancaman Cina. Perusahaan Shell Group dariAmerika Serikat merupakan aktor lain yangmengemban kepentingan AS di Laut Cina Selatan.Selain Amerika Serikat, Jepang memiliki kepen-tingan juga di Kepulauan Spratly, kepentinganJepang hampir sama dengan Amerika Serikatdimana jepang berusaha melindungi jalur perda-gangan minyaknya, selain itu Jepang memilikiperusahaan yang terlibat dalam eksplorasi diwilayah sengketa Kepulauan Spratly.

India menjadi aktor eksternal baru setelahPresiden Vietnam Truong Tan Sang mengunjungiNew Delhi pada 12 oktober 2011 dan membuatMOU dengan India’s Oil & Natural Gas Corp(ONGC). Masuknya India menambah perma-salahan baru di Kepulauan Spratly.

Aktor-aktor eksternal memainkan peranannyasecara tidak langsung dengan MNC-MNC yangdimilikinya. Aktor-aktor eksternal seperti AmerikaSerikat tidak disukai oleh Cina sebagai salah satuaktor internal dalam sengketa di Laut Cina Selatan.Amerika Serikat dianggap sebagai negara yangbisa menghalangi Cina untuk menguasai seluruhwilayah di Laut Cina Selatan.

Aktor-aktor eksternal lahir karena aktorinternal menarik mereka untuk terlibat dalam konfliktersebut. Alasan komersial menjadi pemicu utamasemakin ramainya dan panjang konflik di Laut CinaSelatan. kedaulatan menjadi salah satu unsur yangsangat dipertahankan oleh negara.ý Ada pula kasusyang cukup rumit yang terjadi belakangan inimengenai wilayah negara yaitu sengketa kepulauanSpratly. Lain halnya dengan kasus diatas, sengketakepulauan Spratly ini mempunyai cerita panjangyang melatarbelakangi sengketa tersebut. Sengketaini melibatkan banyak Negara sehingga penyele-saiannya yang sangat rumit dan berlarut-larut.Sengketa ini juga mempunyai latar belakang yangcukup rumit sehingga belum terjadi kesepakatandiantara negara-negara bersengketa.

Rumitnya medan wilayah persengketaan me-nambah semakin sulitnya penyelesaian diantara semuapihak. Kepulauan Spratly berada diantara beberapanegara yaitu, Indonesia, Malaysia, Vietnam, BruneiDarussalam, Cina, Taiwan, dan Filipina. KepulauanSpratly pada awalnya tidak berpenghuni. Hal inidisebabkan kebanyakan pulau ini berupa gugusankarang. Namun klaim terhadap kepulauan Spratlydilancarkan karena kepulauan Spratly mempunyaibanyak kelebihan misalnya kekayaan kandunganminyak dan letaknya yang strategis.Kawasan LautCina Selatan bila dilihat dalam tata LautanInternasional, merupakan kawasan yang memiliki nilaiekonomis, politis, dan strategis. Sehingga menjadikankawasan ini mengandung potensi konflik serkaliguspotensi kerja sama.

Negara Kepentingan

Amerika Serikat Militer dan Ekonomi

Jepang Ekonomi

India Ekonomi

Negara Ekstrenal yang terlibat dalam sengketa Kepulauan Spratly

KONFLIK NEGARA-NEGARA ASEAN DAN CHINA TERHADAP KEPULAUAN SPRATLY

Page 16: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN7

Konsensi Minyak & Gas di Laut Cina Selatan

6 U.S. Energy Information Administration, Oil & Gas Journal, IHS, CNOOC, PFC Energy.2013

Sumber daya alam yang sangat besar di LautCina Selatan menciptakan perang hak konsensidan hal tersebut menjadi permasalahan yang sangatsensitif terdengar dalam wilayah hukum Interna-sional. Perang konsensi lahir dari wilayah negaradimana hal tersebut merupakan sesuatu yang palingurgen dan sangat dipertahankan oleh semua negarabahkan hingga harus mengorbankan nyawa. Dapatdikatakan bahwa diantara semua unsur negara,

teritorial merupakan harga diri dari sebuah negarasehingga harus dipertahankan meskipun harusdengan berperang. Hal ini yang kemudian banyakmenimbulkan permasalahan di kalangan Interna-sional. Sebut saja kasus antara Negara Indonesiadengan Negara Malaysia mengenai sengketa pulausipadan dan ligitan yang kemudian dibawa keMahkamah Internasional. Hal ini membuathubungan antara Negara Indonesia dan Negara

KONFLIK NEGARA-NEGARA ASEAN DAN CHINA TERHADAP KEPULAUAN SPRATLY

Page 17: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN8

Malaysia sebagai negara tetangga makin menegangdan memanas, walaupun setelah itu Malaysiadinyatakan sebagai pemenang sengketa tersebut.Sebenarnya sudah sejak Indonesia merdekaperseteruan ini muncul, dan hanya disebabkan olehwilayah negara. Ini merupakan salah satu buktibahwa wilayah

Pembagian hak-hak konsensi atas sumber dayaalam di Kepulauan Spratly menambah rumitpenyelesaian konflik tersebut.pihak-pihak internaldalam konflik tersebut telah menarik aktor-aktoroppurtunis dalam konflik tersebut. Apabila aktor-aktor internal tetap berpedoman dengan versinyamasing-masing maka penyelesaian sengketaSpartly Island akan selalu menemui jalan buntu.dan hal tersebut membuat hubungan Cina dengannegara-negara ASEAN menjadi panas, haltersebut dikarenakan Cina lebih banyak meng-gunakan kekuatan militer untuk mengelola konfliktersebut. Cina menolak keterlibatan pihakeksternal untuk memediasi sengeketa KepulauanSpratly, karena hal tersebut akan membuat posisitawar Cina lemah karena adanya kekuatan besarlainnya.

III.2. Perundingan untuk menyelesaikansengketa Kepulauan Spratly

Beberapa perundingan secara bertahap terjadiuntuk menyelesaikan sengketa Kepulauan Spratly. Cina dan Malaysia pernah membuat Agreementtentang pengerahan kekuatan militer di SpartlyIslands dimana apabila ada pergerakan militer baikdari pihak Cina maupun Malaysia akan salingmemberi informasi.

Penggunaan UNCLOS sudah pernah diterap-kan pada tahun 2009 tetapi Cina menolaknya.Malaysia dan Vietnam merupakan 2 negara yangmelakukan perundingan UNCLOS untuk memba-has joint claim mereka. Brunai Darussalam tidakikut dalam perundingan tersebut, tetapi memintaPBB untuk menegakan hukum UNCLOS dimanazona klaim Brunai adalah 200 mil dari lepas pantaiBrunai. Cina,yang mengklaim kepemilikan 90%wilayah perairan di Laut Cina Selatan, menyatakan

tidak mengakui Mahkamah Arbitrase PBB danmenolak ikut ambil bagian. Filipna membawapermasalahan laut cina selatan ke MahkamahArbitrase di Den Haag tahun 2013 denganberargumen bahwa klaim Cina di wilayah perairanLaut Cina Selatan yang ditandai dengan ‘sembilangaris putus-putus’ atau ‘nine-dash-line’ berten-tangan dengan kedaulatan wilayah Filipina danhukum laut internasional. Pada tahun 2016Mahkamah Arbitrase di Den Haag memutusakanbahwa China tak memiliki hak historis atas sumberdaya perairan di area nine-dash line—wilayahimajiner yang dihubungkan 9 titik dan dianggapmelanggar kedaulatan Filipina. Tetapi China secarategas menolak putusan tribunal internasional yangmengatakan bahwa klaimnya atas Laut ChinaSelatan tak memiliki dasar hukum walaupun cinatelah mereklamasi beberapa pulau di kawasantersebut.

IV. KESIMPULAN DAN SARANKonflik Kepulauan Spartly bisa menjadi konflik

panjang yang pada akhirnya dapat menimbulkanperang diantara aktor-aktor internal maupun aktor-aktor eksternal didalamnya. Sikap Cina yangarogan dan tidak mau menggunakan hukum lautinternasional menjadi masalah yang harusdiselesaikan. Mediasi menjadi jalan penting untukmenghindari perang besar antar negara-negaraASEAN dan Cina.

Langkah-langkah yang harus ditempuh untukmenyelesaikan konflik Kepulauan Spartlymerupakan langkah-langkah dialogis. Langkah-langkah tersebut bersifat Multilateral Dialog yaitu:1. Mengurangi pengaruh negara besar dalam

sengketa2. Menciptakan keseimbangan kekuatan3. Menggunakan ASEAN sebagai media perun-

dingan dengan Cina melalui dialog ASEAN+Cina session Meeting.

Ketiga langkah diatas bisa menjadi langkahsolusi untuk menghindari konflik berkepanjangandari sengketa Kepulauan Spartly.

KONFLIK NEGARA-NEGARA ASEAN DAN CHINA TERHADAP KEPULAUAN SPRATLY

Page 18: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN9

Buku & JurnalJaspel Tan & Wang Chun Kai, Spratly Islands

Conflict over territory, 2012.Julia Kostova from “Qu’est-ce que la souveraineté?

in Éléments, No. 96 (November 1999), pp.24-35.

Jens Bartelson, The European Journal ofInternational Law Vol. 17 no.2 © EJIL2006.

M Hendrapati - ý prinsip-prinsip hukuminternasional Mengenai yurisdiksi negara,Hal 4-5, UNHAS 2014.

U.S. Energy Information Administration, Oil & GasJournal, IHS, CNOOC, PFC Energy.2013

Daftar Pustaka

Websitehttp://www1.american.edu/TED/ice/spratly.htm

Diakses 4 Agustus 2013http://global.liputan6.com/read/2551660/china-

tolak-kemenangan-filipina-atas-sengketa-laut-china-selatan Diakses 6 Agustus 2013

http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/07/160711_dunia_filipina_cina_mahkamah_previewDiakses 10 Agustus 2013

https://amti.csis.org/ArbitrationTL/ Diakses 10Agustus 2013

http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-13748349 Diakses 11 Agustus 2013

KONFLIK NEGARA-NEGARA ASEAN DAN CHINA TERHADAP KEPULAUAN SPRATLY

Page 19: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN10

A. PendahuluanSemenjak bergulirnya era Reformasi di

Indonesia sampai saat ini, pemerintah Indonesiaberupaya untuk berbenah dalam membentuk sistempolitik yang demokratis.Pada masa pemerintahanorde baru yang selama 32 tahun berkuasa berhasilmelembagakan kekuasaan otoriter sehingga rakyathanya menjadi obyek pembangunan.Pada masaPemerintah Orde Baru berkuasa di Indonesia,perencanaan pembangunan seringkali dilaksanakansepenuhnya oleh pemerintah secara teknokratis.Selain itu proses perencanaan pembangunan jugasering dilakukan semata-mata bersandar padaorang-orang ahli dengan kurang memperhitungkanaspirasi masyarakat.

Masyarakat hanya tinggal menerima apapunhasil perencanaan pembangunan yang dibuat oleh

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAMPERENCANAAN PEMBANGUNAN:

Partisipasi Masyarakat dan Pemerintah dalam Agenda Kebijakan PembangunanPerbatasan di Kepri Tahun 2015

Oleh :Eki Darmawan & Nazaki

Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Maritim Raja Ali HajiEmail : [email protected]

AbstractCollaborative Governance in Development Planning or collaborativegovernance in the planning of development has a close relationship with theparticipation of the community and the government itself. To achieve thesuccess of community development regions then all program planning,implementation and evaluation of development should involve the community,because they know the problems and needs in order to build its territory becausethey eventually will utilize and assess the success or failure of development inthe region mereka.Metode in Research the use of qualitative methods bycombining the primary and secondary data. In Kepri Border Development isstill very low participation of society that is still going on differences in theperception of the border development and regional development. Thegovernment also did not show that collaborative governance on the policyagenda, so that the level of participation is very low.

Keywords : Collaborative Governance, Participation, DevelopmentPlanning

pemerintah.Hampir tidak pernah terjadi diskusipublik yang kemudian dijadikan sebagai masukandalam perencanaan pembangunan.Mobilasi sosialdengan kekuatan birokrasi seringkali mendominasiperencanaan pembangunan. Akibatnya, masyara-kat selalu menjadi tertekan dan tidak mampumenumbuhkan inisiatif secara mandiri.

Pada saat era reformasi bergulir, salah satu yangmenjadi keinginan bersama adalah kebebasanberekspresi dalam hal ini adalah adanya keterli-batan aktif masyarakat dalam pembangunan.Perubahan dilakukan dengan mendorong masyara-kat untuk menjadi inspirator perubahan, makaterjadilah perubahan yang mendasar dalam halketerlibatan masyarakat dalam proses-prosessosial, ekonomi dan politik, dari perencanaanpembangunan yang bertumpu pada top down

Page 20: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN11

menuju bottom up. Secara sederhana dapatdikatakan bahwa esensi dari perubahan politik kearah demokrasi yang terjadi menuntut keterlibatanmasyarakat dalam perencanaan pembangunan danpola-pola seperti itu sering dirumuskan sebagaipartisipasi masyarakat.

Seiring diberlakukannya otonomi daerah, makadaerah diberikan wewenang untuk mengatur rumahtangganya sendiri, termasuk didalamnya adalahmelakukan perencanaan pembangunannya yangberbasis pada potensi local masing-masing daerahdalam bingkai Negara Kesatuan RepublikIndonesia.

Indonesia adalah negara kepulauan (archipe-lagic state) total pulau : 17.499 pulau dan luaswilayah perairan mencapai 5,8 juta km2, sertapanjang garis pantai yang men-capai 81.900 km.Dua pertiga dari wilayah Indonesia adalah laut. Adatiga perbatasan darat dan sisanya adalah perba-tasan laut. Perbatasan laut Indonesia berbatasandengan 10 negara diantaranya “Malaysia,Singapura, Filipina, India, Vietnam, RepublikPalau, Australia, Timor Leste, dan Papua Nugini”.Sedangkan untuk wilayah darat, Indonesiaberbatasan langsung dengan tiga negara, yakniMalaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste dengangaris perbatasan darat secara keseluruhan adalah2914,1 km.( Grand Dsign BNPP RI 2011).

Indonesia merupakan Negara yang banyakberbatasan langsung dengan negara lain merupakansuatu kenyataan yang harus disadari bahwaIndonesia harus senantiasa waspada dalammenjaga wilayah perbatasan. Kemungkinanmasuknya pengaruh asing negatif dan berpotensimengancam stabilitas nasional sehingga harus dapatdiantisipasi dan mendapatkan perhatian daripemerintah daerah perbatasan itu sendiri.

Dalam konteks kepentingan nasional, perluditumbuhkan kesadaran untuk memperhatikankawasan-kawasan perbatasan yang selama inidianggap sebagai halaman belakang yang terlupa-kan dalam strategi pembangunan.Kawasanperbatasan adalah daerah terdepan bukan sekedarperbatasan.Perbatasan sebagai beranda terdepantidak sekedar bermakna sebagai batas terluarteritorial negara, namun kawasan tersebut sekaligusharus menjadi gambaran atas kesejahteraan

Indonesia.Masyarakat dan kawasan berandaterdepan haruslah memiliki derajat penghidupanyang layak dari sisi pemenuhan kebutuhannnya.Hal ini akan menunjukkan bahwa tingkat kemajuankawasan tersebut akan setara atau bahkan lebihbaik dari wilayah negara tetangga.

Sudah banyak regulasi yang dikeluarkanpemerintah dengan maksud dan upaya untukpengembangan wilayah perbatasan dan peme-rintahan daerah, akan tetapi masalah-masalahperbatasan pemerintah selalu menitik beratkanpada masalah pertahan dan keamanan sajapadahal kondisi sosial, politik, budaya, geografis,nasionalisme dan pembangunan infrastruktur sertapelayanan publik di daerah perbatasan dan pulau-pulau terdepan sangat memprihatinkan denganbanyaknya isu-isu yang mencuat di media dandengan terjadinya banyak masalah diperbatasanseperti penyeludupan, TKI gelap, masalahimigrasi, dan banyak lagi masalah lain yangmembuktikan bahwa daerah perbatasan perlu diperhatikan dan ada prioritas tersendiri.

Berangkat dari tulisan ini, penulis akanmembahas masalah perbatasan terkait colla-borative governance atau tata kelola pemerin-tahan yang kolaboratif dalam melakukan perenca-naan pembangunan perbatasan. Untuk tercapainyakeberhasilan pembangunan masyarakat daerahmaka segala program perencanaan, pelaksanaanserta evaluasi pembangunan harus melibatkanmasyarakat, karena merekalah yang mengetahuipermasalahan dan kebutuhan dalam rangkamembangun wilayahnya sebab merekalah nantinyayang akan memanfaatkan dan menilai tentangberhasil atau tidaknya pembangunan di wilayahmereka.

Tjokroamidjojo (1995:8) menyimpulkan bahwapembangunan nasional merupakan: (1) prosespembangunan berbagai bidang kehidupan, baiksosial, ekonomi, politik dan lainnya; (2) Prosesperubahan sosial yang merupakan prosesperubahan masyarakat dalam berbagai kehi-dupannya ke arah yang lebih baik, lebih maju, danlebih adil; (3) Proses pembangunan dari, oleh danuntuk masyarakat atau adanya partisipasi aktifmasyarakat. Dengan demikian, maka pem-bangunan itu merupakan proses yang terjadi

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Page 21: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN12

secara bertahap dan berkelanjutan guna mewujud-kan hal yang lebih baik seiring dengan dimensiwaktu.

Proses perencanaan pembangunan daerahdimulai dengan informasi tentang ketersediaansumber daya dan arah pembangunan nasional,sehingga perencanaan bertujuan untuk menyusunhubungan optimal antara input, proces, danoutput/outcomes atau dapat dikatakan sesuaidengan kebutuhan, dinamika reformasi danpemerintahan yang lebih demokratis dan terbuka,sehingga masyarakatlah yang paling tahu apa yangdibutuhkannya. Jadi partisipasi masyarakat dalamproses perencanaan pembangunan sangat pentingkarena dapat menumbuhkan sikap memiliki danrasa tanggung jawab masyarakat terhadappembangunan Sejalan dengan waktu, upayamemikirkan ulang format proses politik yang lebihmemberi ruang kepada rakyat mulai tampak, halini ditandai dengan diterapkan maka hal tersebutjuga membawa dampak positif dalam systempemerintahan di Indonesia, salah satu wujudnyaadalah dengan diterapkannya Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerahyangkemudian perbaharui dengan Undang-undang no32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah sertarevisi melalui Perpu no 8 tahun 2005 serta Undang-undang no 12 tahun 2008 tentang pemerintahandaerah.

Partisipasi masyarakat dalam perencanaanpembangunan daerah merupakan salah satupendekatan dalam pelaksanaan CollaborativeGovernance, dimana pemerintah tidak menjadisatu-satunya pihak yang menguasai jalannyapembangunan baik pada level nasional maupundaerah, keikutsertaan stakeholders yang lain dalampembangunan merupakan bagian dari upaya untukmewujudkan kondisi yang lebih baik.

B. Metode PenelitianJenis penelitian ini ialah penelitian dengan

metode kualitatif yaitu nilai yang tidak dapatdinyatakan dalam angka-angka (statistik).Jadi,data kualitatif adalah data yang berupa kata ataukalimat, gambar, skema yang belum diangkakan.

Penelitian ini menggunakan teknik analisisdeskriptif, yaitu suatu penelitian yang mendeskripsi-

kan apa yang terjadi pada saat melakukanpenelitian. Pada penelitian ini terdapat upayamendeskripsikan, mencatat, menganalisa danmenginterpretasikan kondisi-kondisi yang seka-rang ini terjadi atau ada. Penelitian ini tidak mengujihipotesa, melainkan hanya mendeskripsikaninformasi apa adanya secara objektif. Oleh karenaitu penelitian deskriptif pada umumnya menggu-nakan kata tanya “bagaimana” dalam merumuskankalimat pertanyaan penelitiannya.

Lokasi penelitian ini ialah di Provinsi KepulauanRiau dan akan dilaksanakan di Kantor PemerintahProvinsi Kepulauan Riau Kota Tanjungpinangkhususnya di Lembaga dan Dinas-dinas terkaitpermasalahan yang akan diteliti yakni KetuaKomisi III DPRD Provinsi Bidang Pembangunan,Kepala BAPPEDA Provinsi Kepri atau yangmewakilinya, Kepala Badan Pengelolaan Per-batasan Kepri dan Aktivis LSM dan LembagaPenelitian serta Akademisi Pengamat PerbatasanProvinsi Kepulauan Riau.

Jenis data dalam penelitian ini adalah denganmengumpulkan dan menganalisa data sebagaiberikut:a. Data primer yang didasarkan pada interview

dan observasi pada objek yang diteliti untukmemperoleh data-data yang dibutuhkan. Studilapangan yang dilakukan dengan datanglangsung ke lokasi penelitian dengan caramelakukan wawancara terhadap subyek dalampenelitian.

b. Data sekunder yaitu dengan mencari sumberdata dan informasi melalui buku-buku, jurnal,internet dan lain-lain yang berkaitan denganpenelitian ini.

Teknik yang dilakukan dalam pengumpulandata ini dengan melakukan wawancara terhadapinforman kunci atau orang yang dianggap dapatmenjawab pertanyaan terkait masalah yang akanditeliti,yakni dengan mekanisme pertanyaan yangsudah disusun dan bisa keluar dari konsep jikaberkaitan dengan yang ingin diteliti atau bisa jugadisebut dengan wawancara non-terstruktur.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah mengacupada tiga stakeholder primer, stakeholder skunder,dan stakeholder kunci yakni :

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Page 22: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN13

1. Stakeholder PrimerNGO dan Akademisi

2. Stakeholder SkunderBAPPEDA Provinsi Kepri :Komisi III DPRD Provinsi Kepri

C. Kerangka Teoritik1. Pemerintahan Kolaboratif (Collaborative

Governance)Selama beberapa waktu terakhir mulai kita

dengar sebuah strategi pelaksanaan pemerintahandimana pemerintah dianggap akan bekerja lebihefektif dan lebih cepat mencapai tujuan-tujuannyajika melakukan kolaborasi, kolaborasi inikemudian dikenal dengan istilah “pemerintahankolaboratif”. Pada pemerintahan kolaboratif,pemerintah tetap memainkan peran yang pentinguntuk mengajak elemen-elemen yang lain terlibataktif untuk menentukan kebijakan yang dilem-bagakan dalam sebuah forum.

Pengertian dari Pemerintahan kolaboratif(Ansell& Gash, 2007) merupakan sebuah susunan peme-rintahan yang mana lembaga publik dan lembaganon pemerintah secara langsung terlibat dalam pro-ses pengambilan keputusan kolektif yang formal,berorientasi konsensus dan deliberatif serta ber-tujuan untuk membuat atau menerapkan kebijakanpublik, mengelola program publik atau aset.

Dari definisi tersebut, kita dapat mengambil

beberapa kriteria tentang pemerintahan kolaboratif,yaitu :a. Forum yang diinisiasi oleh lembaga publik,b. Peserta dalam forum termasuk aktor non

pemerintah,c. Peserta terlibat langsung dalam pengambilan

keputusan dan tidak hanya sekedar dijadikantempat konsultasi,

d. Forum diselenggarakan secara formal danbertemu secara kolektif

e. Forum bertujuan untuk membuat keputusanberdasarkan mufakat,

f. Fokus kolaborasi pada kebijakan publik ataumanajemen publik.

Pemerintahan kolaboratif termasuk manajemenpartisipatif, pembuatan kebijakan interaktif, tatastakeholder, dan manajemen kolaboratif.istilahmanajemen kolaboratif mencakup berbagai aspek,mulai dari proses perencanaan, pembuatankebijakan, impelemntasi sampai pada evaluasi.Kolaboratif juga merupakan Istilah yang lebihmenunjukkan pada pendekatan musyawarah danberorientasi konsensus.

Pemerintahan kolaboratif dalam pelaksanaan-nya terdapat skala-skala atau ukuran-ukuran, mulaidari tingkatan yang tertinggi hingga tingkatan yangterendah sebagaimana terlihat dalam tabel dibawahini :

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Page 23: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN14

2. Partisipasi MasyarakatPartisipasi selain telah menjadi kata kunci dalam

pembangunan, juga menjadi salah satu karak-teristik dari penyelenggaraan pemerintah yangbaik.Secara etimologi, partisipasi berasal daribahasa inggris “participation” yang berartimengambil bagian/keikutsertaan. Dalam kamuslengkap Bahasa Indonesia dijelaskan “partisipasi”berarti: hal turut berperan serta dalam suatukegiatan, keikutsertaan, peran serta. Secara umumpengertian dari partisipasi masyarakat dalampembangunan adalah keperansertaan semuaanggota atau wakil-wakil masyarakat untuk ikutmembuat keputusan dalam proses perencanaandan pengelolaan pembangunan termasuk didalamnya memutuskan tentang rencana-rencanakegiatan yang akan dilaksanakan, manfaat yang

akan diperoleh, serta bagaimana melaksanakandan mengevaluasi hasil pelaksanaannya.

Melihat dampak penting dan positif dariperencanaan partisipatif, dengan adanya partisipasimasyarakat yang optimal dalam perencanaandiharapkan dapat membangun rasa pemilikan yangkuat dikalangan masyarakat terhadap hasil-hasilpembangunan yang ada.Geddesian (dalamSoemarmo 2005:26) mengemukakan bahwa padadasarnya masyarakat dapat dilibatkan secara aktifsejak tahap awal penyusunan rencana. Keter-libatan masyarakat dapat berupa: (1) pendidikanmelalui pelatihan, (2) partisipasi aktif dalampengumpulan informasi, (3) partisipasi dalammemberikan alternatif rencana dan usulan kepadapemerintah. Secara skematis struktur partisipasidalam perencanaan seperti berikut:

Tingkat kolaborasi Siapa yang terlibat dan Kegiatan Tingkat tertinggi: komitmen yang tinggi untuk kolaborasi; risiko politik / manajerial tertinggi

Jaringan i nteraksi antara aktor -aktor yang Transformatif; keterlibatan dan pemberdayaan su bstantif; tercapainya konsensus dan kerja sama antar stakeholder atau antar-aktor; terwujud koalisi yang kuat antara pemerintah dengan lembaga non pemerintah

Tingkat menengah -tinggi: orientasi kolaborasi; resiko politik dan manajerial tinggi

Keterlibatan yang kuat dari para pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan atau proses kebijakan dan implementasi; mengalihkan kapasitas pengambilan keputusan untuk klien; inovasi yang lebih kompleks dalam proses kebijakan

Tingkat Menengah: komitmen untuk kolaborasi; resiko politik dan manajerial sedang

Komitmen kolaborasi formal untuk konsultasi antar lembaga; aktor-aktor bergabung dengan pemerintah; keterlibatan formal dan inisiatif pendanaan bersama

Tingkat menengah -rendah: bentuk operasional dari kolaborasi untuk 'mendapatkan pekerjaan yang dilakukan'; resiko politik dan manajerial agak rendah

Bentuk co -produksi; perbaikan teknis dalam kolaborasi; Bantuan untuk mematuhi kewajiban; konsultasi langsung dengan klien; proses yang sistematis, penggunaan data evaluasi; melakukan pelaporan pada publik

Level terendah: penyesuaian operasional kolaborasi, tingkat resiko politik dan manajerial rendah

Penyesuaian kolaborasi; menggunakan proses konsultatif; diskusi klien dan mekanisme umpan balik; mendapatkan informasi mengenai kebutuhan / harapan orang lain

Tabel 1 :Skala Kolaborasi

Sumber : John Wanna

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Page 24: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN15

Menurut Juliantara (2002:87) substansi daripartisipasi adalah bekerjanya suatu sistempemerintahan dimana tidak ada kebijakan yangdiambil tanpa adanya persetujuan dari rakyat,sedangkan arah dasar yang akan dikembangkanadalah proses pemberdayaan, lebih lanjutdikatakan bahwa tujuan pengembangan partisipasiadalah Pertama, bahwa partisipasi akan memung-kinkan rakyat secara mandiri (otonom) mengorga-nisasi diri, dan dengan demikian akan memudah-kan masyarakat menghadapi situasi yang sulit, sertamampu menolak berbagai kecenderungan yangmerugikan. Kedua, suatu partisipasi tidak hanyamenjadi cermin konkrit peluang ekspresi aspirasidan jalan memperjuangkannya, tetapi yang lebihpenting lagi bahwa partisipasi menjadi semacamgaransi bagi tidak diabaikannya kepentinganmasyarakat.Ketiga, bahwa persoalan-persoalandalam dinamika pembangunan akan dapat diatasidengan adanya partisipasi masyarakat. (Juliantara,2002: 89-90).

Literatur klasik selalu menunjukan bahwapartisipasi masyarakat adalah keikutsertaanmasyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan,sampai evaluasi program pembangunan, tetapimakna substantif yang terkandung dalam sekuen-sekuen partisipasi adalah voice, akses dan control(Juliantara, 2002:90-91). Pengertian dari masing-masing sekuen tersebut di atas adalah:1. Voice, maksudnya adalah hak dan tindakan

warga masyarakat dalam menyampaikanaspirasi, gagasan, kebutuhan, kepentingan dan

tuntutan terhadap komunitas terdekatnyamaupun kebijakan pemerintah.

2. Akses, maksudnya adalah mempengaruhi danmenentukan kebijakan serta terlibat aktifmengelola barang-barang publik, termasukdidalamnya akses warga terhadap pelayananpublik.

3. Control, maksudnya adalah bagaimana masya-rakat mau dan mampu terlibat untuk mengawasijalannya tugas-tugas pemerintah. Sehingganantinya akan terbentuk suatu pemerintahanyang transparan, akuntabel dan responsifterhadap berbagai kebutuhan masyarakatnya.

Alexander Abe (2002:81) mengemukakanpengertian perencanaan partisipatif sebagai berikut:

“perencanaan partisipatif adalah peren-canaan yang dalam tujuannya melibatkankepentingan masyarakat, dan dalam proses-nya melibatkan rakyat (baik secara langsungmaupun tidak langsung) tujuan dan caraharus dipandang sebagai satu kesatuan.Suatu tujuan untuk kepentingan rakyat danbila dirumuskan tanpa melibatkan masya-rakat, maka akan sangat sulit dipastikanbahwa rumusan akan berpihak padarakyat.”

Lebih lanjut Abe mengemukakan langkah-langkah dalam perencanaan partisipatif yangdisusun dari bawah yang dapat digambarkansebagai tangga perencanaan sebagai berikut:

Sumber: Geddesian dalam SoemarmoGambar 1. Struktur Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Page 25: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN16

Langkah-langkah di atas, dapat diuraikansecara rinci sebagai berikut:1. Penyelidikan, adalah sebuah proses untuk

mengetahui, menggali dan mengumpulkanpersoalan-persoalan bersifat local yangberkembang di masyarakat.

2. Perumusan masalah, merupakan tahap lanjutdari proses penyelidikan. Data atau informasiyang telah dikumpulkan diolah sedemikian rupasehingga diperoleh gambaran yang lebihlengkap, utuh dan mendalam.

3. Identifikasi daya dukung, dalam hal ini dayadukung diartikan sebagai dana konkrit (uang)melainkan keseluruhan aspek yang biasmemungkinkan target yang telah ditetapkan.

4. Rumusan Tujuan adalah kondisi yang hendakdicapai, sesuatu keadaan yang diinginkan(diharapkan), dan karena itu dilakukan sejumlahupaya untuk mencapainya.

5. Langkah rinci Penetapan langkah-langkahadalah proses penyusunan apa saja yang akandilakukan. Proses ini merupakan prosesmembuat rumusan yang lebih utuh, perencanaandalam sebuah rencana tindak.

6. Merancang anggaran, disini bukan berartimengahitung uang, melainkan suatu usaha untukmenyusun alokasi anggaran atau sumber dayayang tersedia.

Pandangan lainnya, sebagaimana dinyatakanoleh Mubyarto (1984:35), “partisipasi masyarakat

dalam pembangunan pedaerahan harus diartikansebagai kesediaan untuk membantu berhasilnyasetiap program sesuai kemampuan setiap orangtanpa berarti mengorban kepentingan dirisendiri”.Selanjutnya disebutkan pula bahwa dalamkeadaan yang paling ideal keikutsertaan masya-rakat merupakan ukuran tingkat partisipasirakyat.Semakin besar kemampuan mereka untukmenentukan nasibnya sendiri, maka semakin besarpula kemampuan mereka dalam pembangunan.

Terkait dengan masyarakat dalam tahapankegiatan pembangunan, (Siagian, 1989:108)menyatakan bahwa partisipasi dalam pengambilankeputusan merupakan proses dalam memilihalternatif yang diberikan semua unsur masyarakat,lembaga formal, lembaga sosial dan lain-lain. Iniberarti partisipasimasyarakat dalam pengambilankeputusan sangat penting, karena masyarakatdituntut untuk dapat menentukan apa yang ingindicapai, permasalahan apa yang dihadapi, alternatifapa yang kiranya dapat mengatasi masalah itu, danalternatif mana yang terbaik harus dilakukan gunamengatasi permasalahan tersebut.

Pusic (dalam Adi, 2001:206-207) menyatakanbahwa Perencanaan pembangunan tanpa memper-hatikan partisipasi masyarakat akan menjadiperencanaan di atas kertas. Berdasarkan pan-dangannya, partisipasi atau keterlibatan wargamasyarakat dalam pembangunan daerah dlihat dari2 hal, yaitu:a. Partsipasi dalam perencanaan

Sumber: Alexander Abe (2002:100)Gambar 2. Langkah-Langkah Perencanaan Partisipatif Yang Disusun Dari Bawah

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Page 26: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN17

Segi positif dari partisipasi dalam perencanaanadalah program-program pembangunan daerahyang telah direncanakan bersama sedangkansegi negatifnya adalah adanya kemungkinantidak dapat dihindari pertentangan antarkelompok dalam masyarakat yang dapatmenunda atau bahkan menghambat tercapainyakeputusan bersama. Disini dapat ditambahkanbahwa partisipasi secara langsung dalamperencanaan hanya dapat dilaksanakan dalammasyarakat kecil, sedangkan untuk masyarakatyang besar sukar dilakukan. Namun dapatdilakukan dengan sistem perwakilan. Masalahyang perlu dikaji adalah apakah yang dudukdalam perwakilan benar-benar mewakili wargamasyarakat.

b. Partisipasi dalam pelaksanaan.Segi positif dari Partisipasi dalam pelaksanaanadalah bahwa bagian terbesar dari program(penilaian kebutuhan dan perencanaan prog-ram) telah selesai dikerjakan.Tetapi seginegatifnya adalah kecenderungan menjadikanwarga negara sebagai obyek pembangunan,dimana warga hanya dijadikan pelaksanapembangunan tanpa didorong untuk mengertidan menyadari permasalahan yang merekahadapi dan tanpa ditimbulkan keinginan untukmengatasi masalah.Sehingga warga masyarakattidak secara emosional terlibat dalam program,yang berakibat kegagalan seringkali tidak dapatdihindari.

Pandangan Pusic yang menekankan partisipasimasyarakat dalam pembangunan daerah hanyapada tahap perencanaan dan pelaksanaan programpembangunan nampaknya belum lengkap gunamenjamin kesinambungan pencapaian tujuanpembangunan daerah.Hal ini sesuai denganpendapat Adi yang melengkapi pandangan Pusic.Menurut Adi (2001:208), dalam perkembanganpemikiran tentang partisipasi masyarakat dalamupaya pengembangan suatu komunitas, belumlahcukup hanya melihat partisipasi masyarakat hanyapada tahapan perencanaan dan pelaksanaanprogram pembangunan. Partisipasi masyarakathendaknya pula meliputi kegiatan-kegiatan yang

tidak diarahkan (non direktif), sehingga partisipasimasyarakat meliputi proses-proses:a. Tahap Assesmentb. Tahap perencanaan alternatif program atau

kegiatan.c. Tahap pelaksanaan (implementasi) program

atau kegiatan.d. Tahap evaluasi (termasuk didalamnya evaluasi

input, proses dan hasil).

Berdasarkan hal di atas, maka dapat dilihatbahwa partisipasi yang dilakukan masyarakatbersama-sama pihak terkait lainnya dalamberbagai tahapan pembangunan akan menghasilkankonsensus dalam kebijakan pembangunan, dansekaligus melatih masyarakat menjadi lebih pandaikhususnya dalam penanganan masalah-masalahyang muncul di masyarakat.

3. Perencanaan PembangunanPengertian perencanaan pembangunan dapat

dilihat berdasarkan unsur-unsur yang membentuk-nya yaitu: perencanaan dan pembangunan.Perencanaan menurut Terry (dalam Hasibuan,1993:95) adalah memilih dan menghubungkanfakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan dating denganjalan menggambarkan dan merumuskan kegiatanyang diperlukan untuk mencapai hasil yangdiinginkan.

Pengertian pembangunan menurut Siagianadalah suatu usulan atau rangkaian usahapertumbuhan dan perubahan yang berencana yangdilakuakan secara sadar oleh suatu bangsa negaradan pemerintah menuju modernitas dalam rangkapembinaan bangsa.

Perencanaan menurut Lembaga AdministrasiNegara (dalam Riyadi dan Bratakusumah, 2004:4) berarti memilih prioritas dan cara atau alternatifuntuk mencapai tujuan, pengalokasian sumberdaya, bertujuan mencapai tujuan, berhubungandengan masa depan, serta kegiatan yang terusmenerus.

Pendapat ini sejalan dengan apa yang diung-kapkan oleh Conyers (1981: 3) bahwa planningatau perencanaan adalah sebagai:

“suatu proses yang terus menerus yang

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Page 27: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN18

melibatkan keputusan-keputusan, alternatif-alternatif atau pilihan, mengenai cara-caraalternatif penggunaan sumber-sumber daya,dengan tujuan menghasilkan sasaran-sasaranspesifik untuk waktu yang akan datang”.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwafungsi perencanaan adalah sebagai alat untukmemilih, merencanakan untuk masa yang akandatang, cara untuk mengalokasikan sumber dayaserta alat untuk mencapai sasaran, dan apabiladikaitkan dengan pembangunan yang hasilnyadiharapkan dapat menjawab semua permasalahan,memenuhi kebutuhan masyarakat, berdaya gunadan berhasil guna, serta mencapai tujuan yangdiinginkan, maka perencanaan itu sangat diperlu-kan agar pembangunan yang dilaksanakan lebihterarah, efektif dan efisien dalam penggunaansumber daya dan dana. Sedangkan pembangunandalam perencanaan itu sendiri merupakan suatuproses perubahan kearah yang lebih baik melaluiapa yang dilakukan secara terencana.

Menurut Conyers (1994: 5) setiap bentukperencanaan pasti mempunyai implikasi atauaspek sosial, karenanya dapatlah dianggap bahwaperencanaan sosial harus merupakan bentukarahan bagi seluruh rangkaian kegiatan perenca-naan itu sendiri.Perencanaan jenis ini biasanyadipakai pemerintah atau badan lainnya gunamengatasi masalah perubahan ekonomi danmasalah sosial pada umumnya.Perencanaan inidikenal dengan perencanaan pembangunan.

Lebih lanjut Riyadi dan Bratakusumah (2004:7)mengemukakan bahwa perencanaan pem-bangunan dapat diartikan sebagai suatu prosesperumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data danfakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahanuntuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/aktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik(material) maupun nonfisik (mental dan spiritual)dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik.

Perencanaan pembangunan merupakan pedo-man/acuan/dasar bagi pelaksanaan kegiatanpembangunan. Karena itu perencanaan pem-bangunan hendaknya bersifat implementatif (dapatmelaksanakan) dan aplikatif (dapat diterapkan),

serta perlu disusun dalam suatu perencanaanstrategis dalam arti tidak terlalu mengatur, pentingdan mampu menyentuh kehidupan masyarakatluas, sekaligus mampu mengantisipasi tuntutanperubahan baik internal maupun eksternal, sertadisusun berdasarkan fakta riil di lapangan.

Dalam hubungannya dengan suatu daerahsebagai area pembangunan sehingga terbentukkonsep perencanaan pembangunan daerah,keduanya menyatakan bahwa perencanaanpembangunan daerah adalah suatu konsepperencanaan pembangunan yang dimaksudkanuntuk melakukan perubahan menuju arah perkem-bangan yang lebih baik bagi suatu komunitasmasyarakat, pemerintah, dan lingkungannya dalamdaerah tertentu dengan memanfaatkan ataumendayagunakan berbagai sumber daya yang ada,dan harus memiliki orientasi yang bersifatmenyeluruh, lengkap tetapi berpegang pada asasprioritas.

Perencanaan pembangunan tidak mungkinhanya dilakukan di atas kertas tanpa melihat realitasdi lapangan.Data valid di lapangan sebagai dataprimer merupakan ornamen-ornamen penting yangharus ada dan digunakan menjadi bahan dalamkegiatan perencanaan pembangunan. Dengandemikian perencanaan pembangunan dapatdiartikan sebagai suatu proses perumusanalternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yangdidasarkan pada data-data dan fakta-fakta yangakan digunakan sebagai bahan untuk melaksana-kan suatu rangkaian kegiatan/aktivitas kemasya-rakatan baik yang bersifat fisik (mental spiritual)dalam rangka pencapaian tujuan yang lebih baik.

Perluasan otonomi daerah yang semakindititikberatkan kepada kabupaten/kota akanmembawa konsekuensi dan tantangan yang cukupberat bagi pengelola administrasi negara di daerah,baik dalam tahap perumusan kebijakan maupunimplementasinya program-program pembangunan.Oleh karena itu model pembangunan daerah dimasa kini dan masa depan perlu difokuskan kepadapengembangan masyarakat lokal. Model pem-bangunan itu dilakukan melalui perubahanparadigma pembangunan top down ke pem-bangunan partisipatif.

Untuk mendapatkan hasil perencanaan pem-

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Page 28: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN19

bangunan daerah yang baik, tepat waktu, tepatsasaran, berdaya guna dan berhasil guna,dibutuhkan keterlibatan masyarakat dalamperencanaan pembangunan, karena masyarakatsebagai salah satu unsur dalam pembangunan,tentunya dapat mengetahui sekaligus memahamiapa yang ada di wilayahnya, disamping itu denganmelibatkan masyarakat dalam proses perencanaanpembangunan, pemerintah telah memberikankepercayaan kepada masyarakatnya, sehinggamereka dapat merasa ikut bertanggung jawab danmerasa memiliki program-program pembangunanyang jelas akan sangat menguntungkan bagipelaksanaannya.

D. Hasil Dan Analisis1. Pemerintahan Kolaboratif di Indonesia

dalam Perencanaan PembangunanKonsep pemerintahan kolaboratif merujuk

pada keterlibatan pihak-pihak non pemerintahuntuk turut serta dalam proses perumusankebijakan, implementasi hingga evaluasi. Salah satuketerlibatan tersebut adalah keterlibatan masya-rakat dalam proses perencanaan pembangunan.Pada era otonomi daerah di Indonesia, peren-canaan pembangunan telah berubah paradigmadari yang dahulu top down menjadi bottom up,hal ini didorong oleh sebuah kesadaran kritis bahwapembangunan yang efektif dan tepat sasaran hanyadapat dicapai jika berorientasi pada kebutuhanmasyarakat, dan dengan asumsi bahwa yang palingtahu tentang kebutuhan masyarakat adalahmasyarakat sendiri membuat partisipasi masyarakatdalam perencanaan pembangunan menjadi amatpenting.

Secara normatif, proses perencanaan pem-bangunan daerah di Indonesia telah memberikanruang bagi partisipasi masyarakat, hal tersebutdiejawantahkan dalam sebuah mekanismeperencanaan melalui forum musyawarah rencanapembangunan atau yang lebih kita kenal denganistilah Musrenbang. Prosesnya pun dimulai daritahapan yang paling bawah, yaitu dari musrenbangdesa, musrenbang kecamatan, musrenbangkabupaten, musrenbang provinsi, hingga musren-bang nasional.

Keberadaan forum musrenbang sebagai salah

satu saluran resmi aspirasi masyarakat menjadisangat penting, namun demikian seringkalipelaksanaan musrenbang dalam proses peren-canaan pembangunan di daerah hanya menjadisebuah kegiatan formalitas belaka, sehinggaapapun aspirasi masyarakat yang disampaikanpada saat musrenbang tak berpengaruh terhadapperencanaan pembangunan yang nyatanya lebihbanyak dibuat oleh elit-elit tertentu.

Hal ini tergambar dalam beberapa hasilpenelitian terdahulu diantaranya adalah pertama,penelitian yang dilakukan oleh Wahyu DyahWidowati tahun 2007 yang membahas tentangkajian partisipasi masyarakat dalam perencanaandan penganggaran pembangunan daerah diKabupaten Pati, penelitian tersebut berkesimpulanbahwa kualitas partisipasi masyarakat dalamperencanaan dan penganggaran di Kabupaten Patihanya masuk dalam kategori sedang atau rata-rata,kemudian komitmen para pejabat untuk melaksa-nakan proses perencanaan dan penganggaran yangmelibatkan masyarakat masih setengah hati.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Susantipada tahun 2009, membahas tentang pengaruhpartisipasi masyarakat terhadap proses musya-warah perencanaan pembangunan di kecamatanKapuas Kabupaten Sanggau, kesimpulan pene-litian ini adalah partisipasi masyarakat khususnyapartisipasi dari para peserta musyawarahperencanaan pembangunan di Kecamatan Kapuastermasuk dalam kategori kurang baik, serta prosesmusyawarah perencanaan pembangunan diKecamatan Kapuas termasuk dalam kategorikurang baik.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Sopanahpada tahun 2009, membahas tentang studifenomenologis : menguak partisipasi masyarakatdalam proses penyusunan APBD Kota Malang,penelitian ini berkesimpulan bahwa partisipasimasyarakat dalam penyusunan APBD KotaMalang masih berupa partisipasi yang semu,diantaranya partisipasi yang didominasi olehkalangan elit tertentu, partisipasi yang dimobilisasioleh kelompok kepentingan tertentu, sertapartisipasi yang dikemas dalam acara intertaimenttertentu.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Dea

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Page 29: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN20

Deviyanti pada tahun 2013, membahas tentangpartisipasi masyarakat dalam pembangunan diKelurahan Karang Jati Kecamatan BalikpapanTengah, hasil penelitian ini adalah partisipasimasyarakat dalam perencanaan pembangunan diKelurahan Karang Jati belumlah optimal karenabelum sepenuhnya melibatkan masyarakatsetempat di dalam perencanaan.

Empat hasil penelitian diatas merupakan sedikitgambaran bahwa partisipasi masyarakat dalamperencanaan pembangunan di daerah masih sangatrendah, hal tersebut menjadi cermin terhadappelaksanaan pemerintahan kolaboratif di Indonesiapada era otonomi daerah.

Jika kita klasifikasikan pelaksanaan pemerin-tahan kolaboratif di Indonesia pada era otonomidaerah berdasarkan pada skala kolaborasi yangdibuat oleh John Wanna sebagaimana telahdiuraikan diatas maka pelaksanaan pemerintahankolaboratif di Indonesia masuk dalam skalamenengah bawah, dengan indikator sudah adaupaya untuk melibatkan masyarakat dalam prosesperencanaan pembangunan, namun pelaksanaan-nya masih sangat rendah atau dapat kita katakanabahwa hanya sekedar “berkonsultasi” denganmasyarakat, perencanaan pembangunan daerahmasih banyak dikuasai oleh elit-elit tertentu saja.

Salah satu aspek penting dalam prosesperumusan kebijakan adalah partisipasi masya-rakat, tuntutan akan hak masyarakat untukberpartisipasi lebih luas semakin menguat. Hal inidilakukan karena semakin tingginya kesadaranmasyarakat akan kebutuhan dan kepentinganterhadap permasalahan menyangkut kehidupanbermasyarakat maupun bernegara.

Pentingnya keterlibatan masyarakat di dalampenyusunan perencanaan pembangunan sangatditekankan dalam Undang-Undang Nomor 25Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pem-bangunan Nasional. Pendekatan partisipatifmasyarakat terdapat pada 4 (empat) pasalUndang-Undang ini yaitu pada Pasal 2, Pasal 5,Pasal 6 dan Pasal 7. Sistem perencanaan yangdiatur dalam UU 25/2004 dan aturan pelak-sanaannya menerapkan kombinasi pendekatanantara top-down ( atas-bawah) dan bottom-up(bawah-atas), yang lebih menekankan cara-cara

aspiratif dan partisipatif.Perencanaan pembangunan yang ditujukan

untuk kepentingan masyarakat tidak akan berhasiltanpa peran serta masyarakat didalam pembuatanperencanaan tersebut Menyadari akan pentingnyaperan serta masyarakarakat, pemerintah mengha-ruskan didalam pembuatan perencanaan pem-bangunan baik pusat maupun daerah dilakukanmusyawarah secara berjenjang dari tingkat bawah(bottom up). Proses tersebut diawali denganMusrenbang desa, Musrenbang kecamatan,Musrenbang Kabupaten dan Musrenbang Provinsihingga Musrenbang Nasional.

Didalam penentuan kebijakan pembangunandaerah, aspirasi masyarakat dapat dilakukanmelalui tiga jalur yaitu :1. Jalur Musrenbang dimana masyarakat dapat

menayulurkan aspirasinya secara langsungsesuai dengan tingkatannnya.

2. Jalur Politik atau melalui partai politik yangdilakukan oleh anggota dewan dalam masareses.

3. Jalur birokrasi yang dapat langsung disampai-kan melalui SKPD maupun kepala daerah.

Jalur musrenbang dapat dikatakan sebagai jalurutama didalam menyalurkan aspirasi dan peranserta masyarakat didalam penentuan perencanaanpembangunan. Melalui jalur inilah mayoritasaspirasi masyarakat disalurkan sebagai masukkanbagi proses perencanaan pembangunan selan-jutnya.

Walaupun dikatakan sebagai jalur utamaaspirasi masyarakat, aspirasi yang disampaikandijalur ini juga dapat dikatakan sebagai jalur yangpaling lemah pada proses perumusan agenda danusulan kegiatan. Masyarakat tidak banyak tahuseberapa besar peluang usulannya yang ditampungdan ditindaklanjuti dalam proses pembangunanatau seberapa besar persentase kegiatan-kegiatanyang tertuang didalam dokumen perencanaan yangberasal dari aspirasi musrenbang. Inilah problemutama partisipasi masyarakat yang dihadapi dalamproses kebijakan penentuan perencanaan pem-bangunan daerah di Indonesia.

Jika dilihat lebih lanjut maka penyebablemahnya aspirasi masyarakat tersebut dapat

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Page 30: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN21

digolongkan menjadi dua kelompok yaitu :1. Internal, yang dimaksud adalah kondisi didalam

sistem birokrasi pemerintah.2. Eksternal, yang dimaksud adalah kondisi diluar

sistem birokrasi pemerintah yaitu masyarakatumum.

Faktor internal pemerintah yang menyebabkanpartisipasi masyarakat belum efektif di dalamsistem perencanaan pembangunan yaitu :

Pertama, Sistem Perencanaan Pembangunanyang disusun dengan jadual yang ketat mengaki-batkan masyarakat tidak mempunyai cukup waktuuntuk menyampaikan seluruh aspirasinya.Sebagaicontoh musrenbang provinsi yang menghadirkanpemangku kepentingan yang berjumlah ratusanorang hanya dilaksanakan dalam satu hari.Kondisitersebut tidak memberikan waktu yang cukup bagimasyarakat untuk menyampaikan seluruh aspi-rasinya.

Kedua, pola pikir aparat birokrasi yang masihberanggapan bahwa mereka yang paling tahu danpaling bisa membuat perencanaan pembangunan.Perubahan paradigma pembangunan dari topdown ke bottom up masih belum sepenuhnyadapat diimplementasikan, masih terdapat anggapanbirokrat bahwa mereka adalah pihak yangmemahami perencanaan pembangunan, haltersebut kemudian menyebabkan pelaksanaanperencanaan pembangunan dengan paradigmabottom up “setengah hati”.

Selanjutnya adalah masih terdapat aparaturpemerintah di tingkat yang paling bawah sepertidesa/kelurahan bahkan kecamatan tidak mem-peroleh informasi yang cukup tentang program-program kabupaten/ kota. Ada dua kemungkinanpenyebab hal tersebut terjadi yaitu karena merekatidak memperoleh informasi yang cukup darikabupaten /kota atau mereka sendiri tidak ingintahu perencanaan pembangunan daerah yangtertuang didalam dokumen-dokumen perancanaanpembangunan. Hal tersebut dapat dilihat denganminimnya kecamatan atau kelurahan yangmempunyai buku atau dokumen RPJP daerah atauRPJM daerah.

Ketiga, masih besarnya dominasi program-program pemerintah kabupaten, provinsi atau

pemerintah pusat (Top down) didalam menentukankebijakan, program dan kegiatan didalamperencanaan pembangunan.Besarnya dominasitersebut menyebabkan aspirasi-aspirasi masya-rakat (Bottom up) mentah pada tahapan penentuanagenda dan usulan kebjakan.

Keempat, terpisahnya jalur perencanaankegiatan dan keuangan menyebabkan aksesmasyarakat untuk menentukan anggaran menjadisangat terbatas.Masyarakat selama ini hanyamempunyai peran didalam perencanaan kegiatanmelalui jalur musrenbang namun tidak mempunyaiakses yang cukup dalam perencanaan keuanganmelalui jalur KUA dan PPAS.

Kelima, belum ada sistem tentang pemantauanaspirasi masyarakat untuk sampai pada usulanrencana penganggaran.Selama ini tidak pernah adaprosentase yang jelas tentang jumlah program ataukegiatan yang berasal dari aspirasi masyarakat,program pemerintah maupun aspirasi melaluidewan.

Selain faktor internal, terdapat faktor eksternalyang turut menyebabkan lemahnya partisipasimasyarakat dalam perencanaan pembangunandaerah, yaitu :

Pertama, masih rendahnya kapasitas dankapabilitas masyarakat untuk mengikuti prosesperencanaan pembangunan daerah. Pada berbagaikesempatan musrenbang di berbagai tingkatan yangdilaksanakan,seringkali kita menemukan bahwausulan-usalan mereka terlalu mikro dan lebihbanyak pada pembangunan fisik saja misal dalammusrenbang tingkat kabupaten masyarakat masihmengusulkan perbaikan selokan desa, tembokmakam rehab balai desa dan lain sebagainya.

Kedua, hambatan kultur. Selama masa pemerin-tahan orde lama dan orde baru, masyarakat kitadalam konteks pembangunan begitu tergantungdengan pemerintah, masyarakat hanya diposisikansebagai objek pembangunan, masyarakat hanyabisa menerima apapun yang direncanakan olehpemerintah.

Ketiga, rendahnya kualitas dan kuantitas LSM,Civil Society dan lembaga non pemerintahlainnya.Peran sebagai fasilitator bagi masyarakatmembuat posisi LSM, civil society dan lembaganon pemerintah menjadi instrumen penting dalam

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Page 31: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN22

partisipasi masyarakat, namun dalam realitasnyaperan lembaga-lembaga tersebut belum berjalansecara efektif.

Proses perencanaannya secara normatif telahtersistem dengan suatu mekanisme yang meli-batkan partisipasi publik secara luas. Kebijakanperumusan anggaran dimulai dari usulan/aspirasimasyarakat yang dihimpun atau dirangkum dalamMusyawarah Perencanaan Pembangunan (Mus-renbang) diharapkan melahirkan kebijakananggaran yang pro-rakyat.

Usulan tersebut disampaikan melalui perangkatpemerintah yang dihimpun dari masyarakat secaraberjenjang mulai dari kelurahan, kecamatan,kabupaten kota sampai Provinsi. Forum Musren-bang ini biasanya dimulai dari Maret hingga April,mulai dari kabupaten- kota ke Provinsi danNasional. Masyarakat diundang untuk menghadiriforum Musrenbang dari berbagai kalangan dankelompok, seperti akademisi (dosen/mahasiswa),LSM, organisasi kepemudaan, organisasi massa,paguyuban, forum RT/RW dan tokoh masyarakat.

Forum Musrenbang merupakan wahanapartisipasi publik secara nyata atas apa yang akandirencanakan pemerintah daerah atau kepaladaerah dalam setiap tahun anggaran. Partisipasipublik dalam musrenbang diatur dalam UU Nomor25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaanpembangunan nasional.Dalam perspektif peren-canaan pembangunan nasional, perencanaananggaran dalam APBD haruslah dilihat dalam satukesatuan secara komprehensif dari mulai RencanaKerja Pemerintah (RKP) dengan Rencana KerjaPemerintah Daerah (RKPD). Dibutuhkan sinkronisasi antara RKPD dan Kebijakan UmumAnggaran (KUA) dan Prioritas Plafon AnggaranSementara (PPAS) dan antara KUA – PPAS danRAPBD menjadi satu kesatuan atau kristalisasi dariseluruh RKA-SKPD.

Sistem perencanaan pembangunan nasionalmenegaskan kebijakan politik anggaran di daerahharus berada dalam bingkai negara kesatuanrepublik indonesia. Tujuannya adalah agar terjadisinkronisasi dan harmonisasi pembangunan yangsaling mendukung dari pusat hingga daerahotonom.Artinya, kebijakan politik anggaran daerahtidak boleh bertentangan atau bertabrakan dengan

kepentingan nasional. Dalam pembahasanselanjutnya akan dijelaskan faktanya partisipasimasyarakat dan pemerintah dalam agendaperencanaan pembangunan masih sangat lemah.Untuk lebih lanjut akan dibahas pada sub bab-sub bab berikut.

2. Partisipasi Masyarakat dan Pemerintahdalam Agenda Kebijakan PembangunanPerbatasan Kepri

a. Partisipasi Kehadiran Kelompok Kepen-tingan, NGO, danLSMSalah satu aspek penting dalam proses

perumusan kebijakan adalah partisipasi masya-rakat, tuntutan akan hak masyarakat untukberpartisipasi lebih luas semakin menguat. Hal inidilakukan karena semakin tingginya kesadaranmasyarakat akan kebutuhan dan kepentinganterhadap permasalahan menyangkut kehidupanbermasyarakat maupun bernegara.

Didalam kaitannya dengan proses pem-bangunan nasional untuk perencanaan pem-bangunan yang dituangkan didalam tahapanRencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP),Rencana Pembangunan Jangka Menengah(RPJM), Rencana kerja Pembangunan (RKP) danAPBN/D merupakan bagian dari sebuah kebijakanpublik yang dikuatkan dengan Undang-Undangatau Perda. Produk-produk dokumen peren-canaan tersebut merupakan bagian dari kebijakanpublik sebab implikasi dari produk-produkperencanaan tersebut adalah masyarakat karenapada hakekatnya pembangunan dilaksanakanuntuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Hal tersebut sesuai dengan intisari dari kebijakanpublik yang telah disebutkan diatas, bahwaDokumen-dokumen perencanaan pembangunanmenetapkan tindakan-tindakan pemerintah dimasadatang, mempunyai visi, misi dan tujuan yang jelasserta senantiasa ditujukan untuk kepentinganseluruh anggota masyarakat.

Kemudian melihat mirisnya partisipasi stake-holder dalam membangun daerah perbatasan,seperti pernyataan dari M.Iqbal Kasubag Umumdari BAPPEDA Provinsi Kepri :

“Partisipasi masyarakat dan stakeholderslain dalam perencanaan pembangunan masih

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Page 32: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN23

sangat lemah sehingga kadang terjadikesalahan sasaran dalam hal pembangunan,ditambah kurangnya koordinasi antarlembaga pemerintah dan antara pemerintahDesa, Kecamatan, Kabupaten/Kota denganProvinsi. Ada 3 anggota DPR RI daerahpemilihan Kepri, tidak satupun yang hadir.Sedangkan anggota DPD RI, hanya Hari-pinto Tanuwijaya yang terlihat hadir, dan RiaSaptarika yang datang terlambat. Sementaradari 45 anggota DPRD Kepri, yang hadirsesuai absen, hanya 22 orang, 23 oranglainnya tidak hadir. Sedangkan dari 7Kepaladaerah Kabupaten/Kota di Kepri hanya 5kepala daerah yang hadir, sementara BupatiNatuna dan Anambas tidak tampak hadir.”( 29 Mei 2015 di Kantor BAPPEDAProvinsi Kepri).

Bagaimana isu-isu terkait masalah perbatasanakan naik ke agenda pemerintahan kalau koordinsiinternal pemerintah saja masih lemah ditambahdengan lemahnya partisipasi masyarakat akan haltersebut.

Penulis menarik kesimpulan dari hasil wawan-cara dengan beberapa LSM, NGO serta akade-misi di Provinsi Kepri dalam perhatiannya terhadappembangunan perbatasan juga masih sangatrendah, mereka mengatakan tidak ikut hadir dalamagenda-agenda kebijakan pemerintah karenasering tidak tahu dan mendadak dilaksakan.Seperti yang di Ungkapkan Fajjar Bayu PutraPungkasan selaku Ketua NGO KomunitasMahasiswa Perbatasan Kepri yang mengatakan :

“Kami selalu antusias terhadap mem-bangun perbatasan, akan tetapi setiapagenda kebijakan pembangunan kami selaluterbentur dengan perkuliahan dan agendakegiatan lain, undangan yang disampaikanjuga sering terkesan mendadak sehinggakami sulit untuk mengatur waktu agar bisaikut berpartisipasi”(01 April 2015 diSekretariat KMP-Kepri)

Kemudian kurangnya partisipasi dalam peren-canaan pembangunan seperti musrembang terkaitperencanaan pembangunan dapat ditarik persen-tase dari daftar hadir pada gambar berikut :

Sumber : Hasil Wawancara dan Absensi Undangan Musrembang Tahun 2014Gambar 3 : Persentase partisipasi masyarakat dan stakeholder lain dalam perencanaan

Pembanguan.

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Page 33: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN24

Bukan hanya itu, selain partisipasi masyarakatyang rendah NGO, LSM dan Akademisi di Pro-vinsi Kepri juga tidak terlalu berperan aktif dalampartisipasi agenda kebijakan pembangunanperbatasan, seperti yang di ungkapkan Wahyu DwiHidayat selaku Sekretaris Umum NGO Komu-nitas Mahasiswa Perbatasan Kepri yang meng-atakan:

“Partisipasi NGO, LSM dan Akademisimemang sangat lemah dalam agendakebijakan pemerintah dalam hal membangundaerah perbatasan, bukan itu saja masa-lahnya jumlah NGO dan LSM yang berge-rak dibidang perbatasan juga tidak terlalubanyak, sehingga nampak jelas perhatianuntuk daerah perbatasan sangat rendah.”(01April 2015 di Sekretariat KMP-Kepri)

Faktor eksternal yang turut menyebabkanlemahnya partisipasi masyarakat dalam peren-canaan pembangunan daerah, yaitu rendahnyakualitas dan kuantitas LSM, Civil Society danlembaga non pemerintah lainnya. Peran sebagaifasilitator bagi masyarakat membuat posisi LSM,civil society dan lembaga non pemerintah menjadiinstrumen penting dalam partisipasi masyarakat,namun dalam realitasnya peran lembaga-lembagatersebut belum berjalan secara efektif.

b. Partisipasi Kehadiran Anggota DPRDKomisi Pembangunandalam AgendaKebijakan Pembangunan PerbatasanKepri.Bukan hanya partisipasi dari kelompok

kepentingan dan masyarakat, untuk DPRD KomisiIII bagian Pembangunan juga sangat berperanpenting. Dalam hal ini partisipasi anggota DPRDKomisi III bidang pembangunan sudah cukupbaik, dalam agenda musrembang Provinsi kepritahun 2015 dari 45 anggota DPRD Kepri, yanghadir sesuai absen, hanya 22 orang, 23 oranglainnya tidak hadir. Kinerja dan partisipasi anggotaDPRD, baik itu dalam rapat kerja Komisi dan turunlangsung ke masyarakat untuk melihat danmenyerap aspirasi masyarakat sangat berpengaruh.

Hasil-hasil reses yang dilakukan oleh anggotaDPRD yang dihimpun melalui konstituen yang

datang berkunjung langsung juga mengalami nasibtragis tidak terakomodasi dalam perencanaanpembangunan.Setiap kali hasil reses tidak terwujudatau tidak masuk dalam perencanaan anggaran,maka, konstituen atau warga mempertanyakankredibilitas Dewan yang melakukan reses setiapempat bulan sekali.

Dalam prakteknya, sering kali aspirasi publikyang sudah dibuat sedemikian rupa hilang entahkemana.Meski proposal sudah dibuat sedemikianrupa warga harus mengurut dada karena usulannyatidak terakomodasi dalam anggaran. Salah satufaktornya adalah ketika kepala daerah mem-berikan kepercayaan kepada SKPD terkait, yaitu,Badan Perencanaan Pembangunan Daerah(Bappeda), dalam merencanakan anggaran, dokumen aspirasi publik tidak ter-collect danterakomodasi dengan baik.

Pola seperti itu, sudah dapat dipastikan,perencanaan anggaran pembangunan tidak lagimempertimbangkan aspek kebutuhan dan prioritaspembangunan yang akan dilakukan masing-masingSKPD, melainkan berdasarkan pola rutinitasdengan prinsip bagaimana menghabiskan anggarandalam satu tahun dengan budget yang ada.

Pernyataan dari Tawarich,B.Sc selaku anggotaKomisi III DPRD Provinsi Kepri yakni :

“Partisipasi kawan-kawan di komisi IIIsaya rasa sudah cukup aktif dalam rapatkerja Komisi dan antar komisi.Begitu pulateman-teman dan saya sering mendiskusikanhasil reses dan kami sampaikan ke peme-rintah dalam menjalankan kebijakan-kebijakannya.Kami juga sering memanggilKadis - Kadis di pemerintahan terkaitmasalah yang dihadapi masyarakat sesuaibidang mereka masing-masing. Hanya sajaterkadang ada hal-hal lain yang harus kamiprioritaskan.” (26 Mei 2015 di KantorDPRD Provinsi Kepri)

Kemudian, Permasalahan dalam penangananwilayah perbatasan ini juga berasal dari :1. Persepsi tentang pembangunan perbatasan

masih berbeda.2. Penanganan masih parsial, bersifat sektoral dan

belum integritasi.

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Page 34: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN25

3. Koordinasi belum berjalan dengan baik, baikantara sektoral, tingkat pusat maupun antarpemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

4. Komitmen dan anggaran pembangunan perba-tasan di daerah relatif masih minim.

Hal ini diungkapkan oleh Saproni ketua komisiIII DPRD Provinsi Kepri bidang pembangunan.Beliau juga menegaskan bahwa :

“Pemerintah Provinsi Kepri sudahberupaya semaksimal mungkin dalammeningkatkan kualitas pembangunanwilayah perbatasan, fokus pembangunanyang dulunya ke arah pendekatan keamanan(Scurity approach) tidak membuahkanhasil, keamanan di laut juga di tunjang denganpemahaman masyarakatnya sendiri, bukti-nya kepri mengalami kecolongan akibatmasalah ilegal fishing diperkirakan meng-alami kerugian sekitar setara dengan jumlah1 (satu) tahun APBD Kepri, sehingga seka-rang pemerintah lebih menekankan pem-bangunan perbatasan dengan pende-katanKesejahteraan (Prosperity approach).” (16Juni 2015 di Kantor DPRD Provinsi Kepri)

Dari hasil Keseluruhan Pembangunan danProgram yang mengarah ke perbatasan yangtertera pada APBD Provinsi Kepri T.A. 2015diantaranya adalah sebagai berikut :a) Dari 100 % alokasi dana untuk pendidikan

hanya 17,5 % yang mengarah ke perbatasandan 82,5 % tidak ke perbatasan.

b) Dari 100 % alokasi dana untuk Kesehatanhanya 9,5 % yang mengarah ke perbatasan dan90,5 % tidak ke perbatasan.

c) Dari 100 % alokasi dana untuk PembangunanInfrastruktur Jalan dan Fasilitas Umum Lainnyahanya 17,3 % yang mengarah ke perbatasandan 82,7 % tidak ke perbatasan

d) Dari 100 % alokasi dana untuk Perhubunganhanya 6,5 % yang mengarah ke perbatasan dan93,5 % tidak ke perbatasan

Dari hasil penghitungan persentase di atas dapatdi simpulkan bahwa masih sangat kurang sekali

perhatian pemerintah terhadap pembangunanperbatasan di Provinsi Kepri.Pada masalah iniharusnya semua stakeholder berperan lebih dalammembangun kawasan perbatasan.

E. Kesimpulana. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan

pembangunan daerah di Indonesia masihrendah, hal ini disebabkan oleh faktor internaldan faktor eksternal.

b. Pelaksanaan Pemerintahan Kolaboratif diIndonesia pada era otonomi daerah masih belummaksimal dan hanya menempati posisi me-nengah bawah, hal ini merujuk pada hasil analisistentang partisipasi masyarakat dalam peren-canaan pembangunan daerah dimana sudah adasebuah forum yang diinisiasi oleh pemerintahdalam proses perencanaan pembangunan yaituforum Musrenbang, namun forum itu masihsebatas digunakan untuk “berkonsultasi”dengan stakeholders lainnya.

c. Pembangunan Perbatasan Kepri berpengaruhdari unsur politik dan dalam pandangan dantujuan yang akan dicapai masih memilikipersepsi tentang pembangunan perbatasan yangmasih berbeda, tingkat partisipasi masyarakat,NGO, Akademisi dan LSM masih relatifrendah, penanganan masih parsial, bersifatsektoral dan belum integritasi, koordinasi belumberjalan dengan baik, baik antara sektoral,tingkat pusat maupun antar pemerintah pusatdengan pemerintah daerah, komitmen dananggaran pembangunan perbatasan di daerahrelatif masih minim, kemudianadanya perbedaanarah kebijakan antara Legislatif dan Eksekutifdalam pemerintahan Provinsi Kepri. Penjelasandiatas menunjukkan masih kurangnya koor-dinasi antara BAPPEDA dan Komisi III dalamhal pembangunan perbatasan. Untuk koordinasiantara BNPPD Kepri dan Pemeritah ProvinsiKepri juga masih bersifat usulan sederhanayang belum menyentuh ke masalah krusialpembangunan perbatasan seperti dibidangkesehatan, pendidikan dan transportasi sertainfrastruktur lainnya, akan tetapi malah hanyake arah program-program kegiatan saja.

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Page 35: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN26

Abe, Alexander. 2002. Perencanaan DaerahPartisipatif. Solo : Pondok.

Adi, Isbandi Rukminto.2001. Pemikiran-Pemikiran dalam PembangunanKesejahteraan Sosial.Jakarta:FE UI.

Ansell, Chris & Gash, Alison. 2007.Collaborative Governance in Theory andPractice. Journal of Public AdministrationResearch and Theory

Badan Nasional Pengelola Perbatasan, GarandDsign Pengelolaan Batas Wilayah Negaradan Kawasan Perbatasan Tahun 2011-2015. Jakarta: BNPP RI, 2011, Seri BNPP01S-)111).

Conyers, Diana. 1994. Perencanaan Social diDunia Ketiga. Yogyakarta: UGM Press

Cooper, L Terry. 2008. Collaborative PublicGovernance: Implications For CivicEngagement

Deviyanti, Dea. 2013. Studi Tentang PartisipasiMasyarakat dalam Pembangunan diKelurahan Karang Jati KecamatanBalikpapan Tengah. Jurnal AdministrasiNegara. Vol 1 hal 380-394

Dian, Sad U. 2003. Otonomi Daerah: Evaluasidan Proyeksi. Jakarta: Yayasan HarkatBangsa

Susanti. 2009. Pengaruh PartisipasiMasyarakat Terhadap Proses Musya-warah Perencanaan Pembangunan diKecamatan Kapuas Kabupaten Sang-gau. Jurnal Ilmu Administrasi Vol VI. No 3

Dunn, William N. 1999. Pengantar AnalisisKebijakan Publik (edisi kedua).Yogyakarta: UGM Press

Hasibuan, Malayu.1993. Manajemen SumberDaya Manusia.Jakarta:Bumi Aksara

Indrajat, Hilmawan dkk. 2012. PartisipasiMayarakat Dalam Proses Pembangunandi Kecamatan Kemiling. Lampung: FisipUnila

Juliantara, Dadang. 2002. Pembaruan Desa:Bertumpu Pada Apa yang Terbawa.Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama

John Wanna,2009. Policy in Action. Sydney:UNSW Press

Lubis Asri. 2009. Upaya MeningkatkanPartisipasi Masyarakat DalamPembangunan. Jurnal Tabularasa PPSUnimed Vol 6 No 2

Mubyarto. 1984. Strategi PembangunanPerdesaan.Yogyakarta:P3PK UGM

Muslim, Aziz. 2003. Konsep Dasar DanPendekatan Pengembangan Masyara-kat. Yogyakarta: Jurnal PMI. Vol 1 No. 1

——. 2007. Pendekatan Partisipatif Dalampemberdayaan Masyarakat. JurnalAplikasi Ilmu-Ilmu Agama Vol VIII, No 2

Rihandoyo. 2010. Aktualisasi Peran SertaMasyarakat Dalam PerencanaanPembangunan Daerah. Semarang: Undip

Riyadi dan Bratakusumah, Deddy. 2004.Perencanaan Pembangunan Daerah:Strategi Menggali Potensi danMewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama

Siagian, Sondang.1989. Administrasi Pem-bangunan, Konsep, dan Strateginya.Jakarta: Bumi Aksara

Teguh, Ambar S. 2004. Kemitraan Dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: GavaMedia

Tjokromidjojo, Bintoro. 1995. PengantarAdministrasi Pembangunan. Jakarta :LP3ES

Undang-Undang No 24 Tahun 2004 TentangSistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Undang-Undang No 32 Tahun 2004 TentangPemerintahan Daerah

Daftar Pustaka

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Page 36: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN27

KONSTRUKSI HUKUM SISTEMPEMERINTAHAN KEMARITIMAN

Oleh:Emy Hajar Abra1

AbstrakPerbincangan hangat dalam ranah keilmuan, khususnya dalam bidang hukum, danlebih spesifik pada hukum tata negara yakni terkait sistem pemerintahan kemaritiman.Kemaritiman adalah wilayah satu kesatuan Negara republik Indonesia, yang jikaingin dipisahkan maka terjadilah pemisahan tersebut oleh sistem pemerintahan daerahdengan gaya otonomi daerah dalam menjalankan sistem pemerintahannya. Kiniwacana kemaritiman muncul ketika pemerintah menilai bahwa wilayah kemaritimanberdampak tidak hanya secara ekonomi semata, namun administrasi danketatanegaraan, juga memerlukan perhatian khusus. Dalam hal pemaknaan, banyakkalangan yang menyamakan antara kepulauan dan kemaritiman, yakni sesuatu yangterkait dengan wilayah laut. Jika yang digunakan kemaritiman adalah kepulauan makaboleh jadi seluruh wilayah Negara republik Indonesia adalah bagian dari padanya,sedangkan secara bahasa difahami bahwa maritim adalah berkenaan dengan laut;berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di laut. Kemudian berbicaramengenai tata pemerintahan kemaritiman tidaklah mungkin menata wilayahkemaritiman tanpa melihat regulasi vertical dan tata kelola pemerintahan secarahorizontal. Dalam Undang Undang Pemerintahan Daerah dikenal urusan pemerintahanabsolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Sedangkandalam hal urusan pengelolaan zona maritim yang termasuk didalamnya, kelautan,angkutan laut, pelabuhan dan lainnya adalah dikelola oleh pemerintahan daerah denganmemperhatikan batasan-batasan tertentu. Artinya bahwa Negara telah memberikankewenangan pengaturan kemaritiman menjadi wewenang pemerintahan daerah.Namun jika kemaritiman dijadikan obyek dalam penataan sebuah Negara, makatentulah hal tersebut menjadi tanggung jawab pemerintanh pusat, kecuali menjadikanNegara maritim dengan memperhatikan hak dan kewajiban didaerah. Apapun itu,kemaritiman adalah persoalan lama yang baru dimunculkan, sehingga dalam hukumtata Negara yang perlu diperhatikan adalah, apakah regulasi dalam menjadikanIndonesia sebagai Negara maritime telah hadir, setidak-tidaknya dalam hal konsepagar tidak terjadi tumpang tindih regulasi dan instansi yang justru merugikanmasyarakat.

Kata kunci: Sistem Pemerintahan, Daerah Kemaritiman

1 Dosen Fakultas Hukum Universitas Riau Kepulauan. Email [email protected]

Page 37: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN28

A. Pendahuluana. Latar Belakang

Dewasa ini pembahasan mengenai kemaritimanmenjadi pembicaraan hangat yang sering diajukandalam wacana ilmiah, artinya bahwa daerahkemaritiman kini menjadi fokus tersendiri yangpatut diangkat dalam penataan sistem kenegaraandalam lingkup Negara yang luas seperti Indonesia.Daerah kemaritiman dalam pemahaman yangsederhana dipahami sebagai wilayah kelautan yangbersentuhan langsung dengan perairan luas yangberdampak ekonomi atau dalam bahasa lainwilayah atau daerah kelautan dalam hal per-dagangan.

Dalam kesatuan wilayah Negara republikIndonesia, telah difahami bahwa Negara Indonesiaadalah Negara dengan bentuk kesatuan yang terdiridari beberapa provinsi, dan provinsi yang dibagiatas beberapa kabupaten dan kota. Negarakesatuan Indonesia adalah wilayah yang sebagianbesarnya adalah laut, artinya bahwa banyakwilayah atau provinsi di Indonesia yang secaralangsung dan tidak langsung bersentuhan denganwilayah perairan.

Daerah yang bersentuhan langsung denganlautan tentunya tidak bisa disamakan dengandaerah yang tidak bersentuhan langsung denganlautan, hal ini dikarenakan bahwa, daerah yangbersentuhan langsung dengan lautan tersebuttentunya menjadikan batas wilayahnya sebagaimata pencaharian pokok warga masyarakatsetempat atau dengan kata lain daerah perairantersebut dapat menjadikan pusat perputaranekonomi pada daerahnya. Maka wilayah perairantersebut tentu adalah bagian sensitif perairanIndonesia, karena berdampak pada meningkatatau tidaknya perekonomian daerah tersebut.

Oleh karena itu Negara kesatuan Indonesiaharus lebih berfikir tentang bagaimana bentukpemerintahan yang tepat bagi daerah kemaritiman,karena daerah kemaritiman bisa saja menjadi pusatekonomi wailayah itu sendiri atau bahkan bisa jugamenjadi wilayah berdampak signifikan padaekonomi Negara. Hal itu dikarenakan bahwawilayah tersebut berdampingan langsung denganwilayah lain atau bahkan Negara lain, sehinggatidak mungkin segala sistem dan administrasi

pemerintahannya dipersamakan dengan daerah-daerah lain pada umumnya, yang keadaanyaberbeda secara teritorial dan ekonomi, sepertihalnya daerah kemaritiman.

Seperti yang telah difahami bahwa, UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Peme-rintahan Daerah telah lama menjalankan sistempemerintahan daerah dengan otonomi daerahuntuk menjalankan roda pemerintahannya, olehkarena itu daerah tersebut haruslah tunduk padaundang undang yang berlaku bagi semua wilayahNKRI. Walau demikian Indonesia dengan adanyaundang undang pemerintahan daerah harusnyasecara spesifik mampu menjelaskan dan membe-rikan regulasi baru mengenai kemaritiman.

Tujuan dari kejelasan Negara untuk membe-rikan aturan main yang lebih jelas pada wilayahkemaritiman terkait dengan kekhususan daerahtersebut yang secara langsung berkaitan denganwilayah atau Negara tetangga karena daerahtersebut memberikan sumbangsih yang sifnifikanpada perekonomian daerah bahkan Negara padaumumnya.

Walaupun dalam undang undang pemerintahandaerah telah dijelaskan mengenai pembagiankewenangan antara pusat dan daerah, yakni;pembagian absolute, konkuren dan tugas pem-bantuan. Namun, kelemahan ini terjadi padakekosongan atas peraturan perundang undanganyang lebih spesifik terkait aturan hukum ataswilayah kemaritiman. Maka patut menjadiperhatian akademisi bagaimana kemudiankonstruksi hukum atas pemerintahan kemaritianyang mampu lebih adil dan bermanfaat bagimasyarakat luas. Terlebih lagi dalam hal ini agarkemaritiman tidak menjadi wacana nasional namuntidak diikuti oleh regulasi yang mendukungnya.

b. PermasalahanBatasan permasalahan dalam penulisan ini

adalah: Bagaimana konstruksi Hukum SistemPemerintahan Kemaritiman?. Adapun permasa-lahan dalam penulisan ini yaitu pemerintahanIndonesia, dalam membahas mengenai kemari-timan pada asasnya belum memiliki konstruksihukum yang jelas, hal ini bisa dilihat dari tidakadanya regulasi khusus mengenai kemaritiman.

KONSTRUKSI HUKUM SISTEM PEMERINTAHAN KEMARITIMAN

Page 38: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN29

Oleh karenanya dibutuhkan sebuah konstruksihukum tersendiri khususnya tentang kemaritiman.

c. Tujuan PenelitianDari rumusan masalah diatas, maka tujuan

penulisan yang ingin dicapai adalah untukmengetahui konstruksi hukum sistem pemerintahankemaritiman?

d. Metode PenelitianAdapun metode penelitian yang penulis gunakan

dalam penelitian ini adalah:1. Paradigma Penelitian

Paradigma selalu mengalami pergeseran,perubahan, perpindahan bahkan lompatan.Paradigma lama perlahan-lahan ditinggalkankarena munculnya paradigm baru, teori lama gagalmenjawab berbagai persoalan dan kemudiandifalsifikasi oleh teori baru. Paradigma sebagaikepercayaan dasar, senantiasa berkaitan denganprinsip paling fundamental, karena paradigmamewakili pandangan dunia yang menentukan bagipemakainya, sifat dunia tempat individu didalamnyadan rentang hubungan yang dimungkikan dengandunia tersebut dan bagian-bagiannya.2Ilmu memilikiparadigmanya masing-masing, terkadang kitamenemukan ilmuan yang memegang teguhparadigma tertentu, bahkan mereka sangat kakudan tertutup, yang mengakibatkan merekaterperangkap kedalam parit-parit pengetahuan.Beberapa ilmuan dan peneliti menggunakanparadigma lebih terbuka, kelompok ini dapatdikatakan bukan merupakan penganut dari single/mono paradigma dalam penelitian, namun masukkedalam kategori penganut multiple paradigma.3

Paradigma konstruktivisme memandang hukumbersifat plural dan plastis. Dikatakan plural karenahukum itu diekspresikan kedalam berbagai simbol,

bahasa dan wacana. Sifat plastis hukum diartikansebagai sifat dan ciri hukum yang dapat dibentuksesuai dengan kebutuhan manusia. Dan paradigmakonstruktivisme ini mengalir teori-teori hukum yanglebih bersifat empiris. Roscoe Pound munculdengan konsep “sociological jurisprudence”,yang kemudian disusul oleh Karl Liewllyn danJerome Frank dengan “realistic jurisprudence”(legal realism).4

Dalam penelitian ini penulis menggunakanparadigma konstruktivisme sebagai paradigmadalam penelitian, hal ini dikarenakan bahwaparadigma konstruktivisme lebih tepat dalammerangkai bagaimana bangunan antara ideologidan partai politik dalam tatanan bernegara.

2. Pendekatan PenelitianDalam penelitian ini pendekatan yang digunakan

adalah Pendekatan doktrinal.5Model pendekatanPenelitian ini menggunakan beberapa pendekatanyakni:a. Pendekatan perundang-undangan (statute

approach)b. Pendekatan historis (historical approach)c. Pendekatan konseptual (conceptual approach)

Pendekatan undang-undang dilakukan denganmenela’ah semua undang undang dan regulasi yangbersangkut paut dengan isu hukum yang sedangditangani. Pendekatan histori dilakukan denganmenela’ah latar belakang apa yang dipelajari danperkembangan pengaturan mengenai isu yangdihadapi, telaah demikian diperlukan oleh penelitimenakala peneliti memang ingin mengungkapkanfilosofi dan pola pikir yang melahirkan sesuatu yangsedang dipelajari.6

Pendekatan konseptual adalah pendekatanyang beranjak dari pandangan-pandangan dan

2 Anthon F. Susanto, Penelitian Hukum Transformative-Partisipatoris, Setara Press, Malang, 2015, Hlm 1073 Ibid4 Teguh Prasetyo, Filsafat, Teori dan Ilmu Hokum (Pemikiran Menuju Masyarakat Yang Berkeadilan Dan Bermartabat), Pt

Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hlm 3255 Pendekatan Doktrinal Dapat Menggunakan Beberapa Model Pendekatan, Yaitu: (1) Pedekatan Perundang-Undangan (Statue

Approach); (2) Pendekatan Kasus (Case Approach); (3) Pendekatan Historis. (Historical Approach); (4) PendekatanPerbandingan Hukum Negara Lain (Comparative Approach); dan (5) Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach).Lihat: Buku Pedoman, Panduan Penyusunan Disertasi, Panduan Penyusunan Dalil, Panduan Penulisan Artikel Ilmiah,Unissula, 2014, Hlm. 22-23.

6 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Kencana, Jakarta, 2014, Hlm 133

KONSTRUKSI HUKUM SISTEM PEMERINTAHAN KEMARITIMAN

Page 39: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN30

doktrin-doktrin yang berkembang didalam ilmuhukum, dengan mempelajari pandangan-pan-dangan dan doktrin-doktrin didalam ilmu hukumpeneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkanpengertian-pengertian hukum, konsep hukum,asas-asas hukum yang relevan dengan isu yangdihadapai.7

3. Sumber DataSumber data dalam penelitian ini adalah data

sekunder, Adapun data sekunder dalam penelitianini terdiri dari:a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum

yang mengikat, terdiri dari:1) UUD 19452) Undang Undang Nomor 23 tahun 2014

tentang pemerintahan daerahb. Bahan hukum sekunder merupakan bahan

hukum yang memberikan penjelasan mengenaibahan hukum primer:1) Hasil-hasil penelitian2) Buku-buku

c. Bahan hukum tersier yakni bahan hukum yangmemberikan petunjuk maupun penjelasanterhadap bahan hukum primer dan sekunderseperti:1) Kamus2) Ensiklopedia8

3) Internet

4. Teknik Pengumpulan DataJenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitiannormatif adalah penelitian hukum yang dilakukandengan cara meneliti bahan pustaka atau datasekunder. Maka teknik pengumpulan data yangdilakukan adalah dengan menggunakan teknikkepustakaan atau dokumen, yakni mengkaji danmenela’ah bahan-bahan pustaka atau studidokumen terhadap bahan-bahan hukum yangterdiri dari; bahan hukum primer, sekunder dan

bahan hukum tersier yang sesuai dengan bidangpenelitian disertasi ini.

5. Analisis DataLangkah terakhir dalam melakukan penelitian

adalah analisis data. Analisis dapat dirumuskansebagai suatu proses penguraian secara sistematisdan konsisten terhadap gejala-gejala tertentu.9Penguraian sistematis terhadap gejala atau datayang telah diperoleh baik melalui pendekatankepustakaan yang akan dilakukan dengan caradeskriptif kualitatif. Data yang terkumpul dari hasilpenelitian ini dianalisa secara deskriptif kualitatif,yaitu data-data yang diperoleh dalam penelitiantersebut digambarkan dan ditata secara sistematisdalam wujud uraian-uraian kalimat yang diambilmaknanya sebagai pernyatan atau kesimpulan.10

Deskriptif analitis adalah penelitian yang disampingmemberikan gambaran secara rinci, menuliskandan melaporkan suatu obyek atau suatu peristiwajuga akan mengambil kesimpulan umum darimasalah yang dibahas.11

B. Kerangka TeoriDalam berbagai literatur politik, hukum dan teori

kenegaraan pada zaman sekarang, terminologikedaulatan berasal dari kata sovereignty (bahasainggris), souverainete (bahasa prancis), sovranus(bahasa italia). Istilah-istilah asing tersebutditurunkan dari kata supranus yang berarti yangtertinggi (supreme).1. Teori Kedaulatan Hukum.

Berkaitan dengan kedaulatan, dalam sejarahpemikiran hukum, politik dan kenegaraan. Dikenaladanya lima teori atau ajaran tentang kedaulatan,yakni; teori kedaulatan tuhan, kedaulatan raja,kedaulatan Negara, kedaulatan rakyat dankedaulatan hukum. Dalam penelitian ini teorikedaulatan yang digunakan adalah teori kedaulatanhukum. Pendukung dari teori kedaulatan hukumadalah Leon Duguit dan Krabbe. Duguit mengata-

7 Ibid, Hlm 133-1368 Ronny Hanityo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghlmia Indonesia, Jakarta, 1998, Hlm.349 Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Rajawali. Jakarta, 1982, Hlm. 37.1 0 Rony Hanitijio Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum Dan Juri Metri, Ghlmia, Jakarta,1998, Hlm 821 1 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2005, Hlm 32‘

KONSTRUKSI HUKUM SISTEM PEMERINTAHAN KEMARITIMAN

Page 40: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN31

kan bahwa hukum merupakan penjelmaankemauan Negara. Akan tetapi, Negara sendiritunduk pada hukum yang dibuatnya. MenurutKrabbe hukum bukanlah penjelmaan kemauanNegara seperti yang di ungkapkan oleh Duguit.Hukum itu tidak timbul dari kehendak Negara,melainkan tumbuh sendiri berdasarkan kesadaranhukum masyarakat. Hukum terlepas dari kehen-dak Negara dan hukum adalah suatu kepribadiantersendiri.12

2. Teori Hukum ProgresifGagasan Hukum Progresif muncul karena

prihatin terhadap kualitas penegakan hukum diIndonesia terutama sejak terjadinya reformasi padapertengah tahun 1997. Jika fungsi hukumdimaksudkan untuk turut serta memecahkanpersoalan kemasyarakatan secara ideal, maka yangdialami dan terjadi Indonesia sekarang ini adalahsangat bertolak belakang dengan cita-cita idealtersebut.13Untuk mencari solusi dari kegagalanpenerapan analytical jurisprudence, HukumProgresif memiliki asumsi dasar hubungan antarahukum dengan manusia. Progresivisme bertolakdari pandangan kemanusiaan, bahwa manusiapada dasarnya adalah baik, memiliki sifat-sifatkasih sayang serta kepedulian terhadap sesama.Dengan demikian, asumsi dasar Hukum Progresifdimulai dari hakikat dasar hukum adalah untukmanusia. Hukum tidak hadir untuk dirinya sendirisebagaimana yang digagas oleh ilmu hukum positiftetapi untuk manusia dalam rangka mencapaikesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Posisiyang demikian mengantarkan satu predisposisibahwa hukum itu selalu berada pada status ‘lawin the making’ (hukum yang selalu berprosesuntuk menjadi).14

Hukum Progresif juga berbagi paham denganLegal Realism dan Freirechtslehre. Meminjamistilah Nonet dan Selznick, Hukum Progresif

memiliki tipe responsif. Dalam tipe yang demikianitu, hukum selalu dikaitkan pada tujuan-tujuan diluar narasi tekstual hukum itu sendiri. Atausebagaimana disebutkan oleh Mulyana dan PaulS.Baut bahwa hukum responsive mencobamengatasi kepicikan (prokialisme) dalammoralitas masyarakat serta mendorong pen-dekatan yang berorientasi pada masalah yangsecara social terintegrasi.15Teori hukum progresifyang dicetuskan Satjipto Rahardjo ini mengaskanbahwa hukum adalah untuk manusia, dan bukansebaliknya. Hukum itu bukan hanya bangunanperaturan, melainkan juga bangunan ide, kultur,dan cita-cita.16

C. PembahasanDekalarasi Djuanda pada tahun 1957 yang

menegaskan konsepsi Wawasan Nusantaramemberikan kita anugerah yang luar biasa baik itulaut, darat maupun udara. Sebagai NegaraKepulauan terbesar di dunia, Indonesia memilikiwilayah laut seluas 5,8 juta km2 yang terdiri dariwilayah teritorial sebesar 3,2 juta km persegi danwilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI)2,7 juta km2. Selain itu, terdapat 17.504 pulau diIndonesia dengan garis pantai sepanjang 95.181km. Disamping itu, secara geografis Indonesiaterletak di antara dua benua, Asia dan Australiadan dua samudra, Hindia dan Pasifik yangmerupakan kawasan paling dinamis dalampercaturan dunia baik secara ekonomis dan politis.Keunikan letak geografis tersebut menempatkanIndonesia memiliki ketergantungan yang tinggiterhadap sektor kelautan, dan sangat logis jikaekonomi kelautan dijadikan tumpuan bagipembangunan ekonomi nasional.17

1. Definisi kemaritimanDefinisi kemaritiman ataupun maritim seringkali

didapati menempatkan objek yang berbeda-beda.

1 2 Nomensen Sinamo, Ilmu Negara, Permata Aksara, Jakarta, 2011, Hlm 1561 3 Satjipto Rahardjo,”Hukum Progresif: Hukum Yang Membebaskan. Jurnal Hukum Progresif“. Program Doktor Ilmu Hukum

Univ. Diponegoro, Vol. 1/No. 1/April 2005. H. 3-5.1 4 Ibid, Hlm. 16.1 5 Ibid.1 6 Satjipto Rahardjo, Teori Progresif, Http//Sergie-Zainovsky.Blogspot.Com/, Diakses Pada Tanggal 12 November 2014.1 7 Http://Www.Ppk-Kp3k.Kkp.Go.Id/Ver2/News/Read/115/Membangun-Kelautan-Untuk-Mengembalikan-Kejayaan-Sebagai-

Negara-Maritim.Html, Diakses Pada Tanggal 24 Agustus 2016

KONSTRUKSI HUKUM SISTEM PEMERINTAHAN KEMARITIMAN

Page 41: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN32

Bahkan seringkali masyarakat menyamakan antarakemaritiman dan kepulauan. Dalam Kamus BesarBahasa Indonesia dikatakan bahwa definisiMaritim/ ma·ri·tim/ a berkenaan dengan laut;berhubungan dengan pelayaran dan perdagangandi laut. Kemaritiman/ ke·ma·ri·tim·an/ n hal-hal yangmenyangkut masalah maritim.18"Kelautan dankemaritiman itu beda. Laut itu ada di bawah (air)dan maritim itu ada di atas (air). Maritim adalahbagian dari kegiatan laut.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,pengertian laut adalah kumpulan air asin (dalamjumlah yang banyak dan luas) yang menggenangidan membagi daratan atas benua atau pulau,sedangkan kelautan hanya dijelaskan sebagai“perihal yang berhubungan dengan laut”, apabilakita merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indo-nesia, berhubungan berarti bersangkutan (dengan);ada sangkut pautnya (dengan); bertalian (dengan);berkaitan (dengan): atau bertemu (dengan);mengadakan hubungan (dengan): atau bersambungdengan.19 Dari uraian pengertian ini jelas bahwaistilah kelautan lebih cenderung melihat kelautandan laut sebagai bentuk fisiknya, sebagai physicalentity atau physical property. Kelautan dalam artiluas mungkin saja dapat diartikan sebagai segalasesuatu yang mempunyai kepentingan dengan lautsebagai hamparan air asin yang sangat luas yangmenutupi permukaan bumi. Maritim, dalam KamusBesar Bahasa Indonesia diartikan sebagaiberkenaan dengan laut; berhubungan denganpelayaran dan perdagangan di laut. Dalam bahasaInggris, kata yang digunakan untuk menunjukkansifat atau kualitas yang menyatakan penguasaanterhadap laut adalah seapower.

Jika melihat dalam sistem pemerintahanIndonesia terdapat Kementerian KoordinatorBidang Kemaritiman yang mempunyai tugasmenyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, danpengendalian urusan Kementerian dalam penye-

lenggaraan pemerintahan di bidang kemaritimandan sumber daya. Dalam melaksanakan tugas,Kementerian Koordinator Bidang Kemaritimanmenyelenggarakan fungsi:20

1. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan,penetapan, dan pelaksanaan kebijakanKementerian/Lembaga yang terkait dengan isudi bidang kemaritiman;

2. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kemen-terian/Lembaga yang terkait dengan isu dibidang kemaritiman;

3. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, danpemberian dukungan administrasi kepadaseluruh unsur organisasi di lingkungan Kemen-terian Koordinator Bidang Kemaritiman;

4. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan peng-uatan negara maritim dan pengelolaan sumberdaya maritim;

5. Koordinasi kebijakan pembangunan sarana danprasarana kemaritiman;

6. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yangmenjadi tanggung jawab KementerianKoordinator Bidang Kemaritiman;

7. Pengawasan atas pelaksanaan tugas dilingkungan Kementerian Koordinator BidangKemaritiman.

2. Konsep Negara kesatuanMenurut L.J. Van. Apeldrorn suatu Negara

disebut sebagai Negara kesatuan apabila ke-kuasaa hanya dipegang oleh pemerintah pusat,sementara provinsi-provinsi menerima kekuasaandari pemerintah pusat, provinsi itu tidak memilikihak mandiri.21Negara kesatuan dapat dibedakandalam dua bentuk: (1) Negara kesatuan dengansystem sentralisasi, dan (2) Negara kesatuandengan system desentralisasi. Dalam Negarakesatuan dengan system sentalisisasi segala sesuatudalam Negara langsung diatur dan diurus olehpemerintahan pusat dan daerah-daerah hanya

1 8 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Edisi Keempat, Depatemen Pendidikan Nasional, Gramedia, PustakaUtama, Jakarta, 2008

1 9 Ibid2 0 Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Kementerian_Koordinator_Bidang_Kemaritiman_Republik_Indonesia#Tugas_Dan_Fungsi,

Diakses Pada Tanggal 23 Agustus 20162 1 Simorangkir, Bonar, Et Al, Otonom atau Federalism Dampaknya Terhadap Perekonomian, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,

2000, Hlm 14

KONSTRUKSI HUKUM SISTEM PEMERINTAHAN KEMARITIMAN

Page 42: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN33

tinggal melaksanakan segala hal yang telahdiinstruksikan oleh pemerintah pusat. Sementaraitu, dalam Negara kesatuan dengan systemdesentralisasi, kepala-kepala daerah diberikankesempatan dan kekuasaan untuk mengatur danmengurus rumah tangganya sendiri (otonomidaerah) yang dinamakan dengan (daerah oto-nom).22

Menurut Sri Soemantri, adanya pelimpahanwewenang dari pemerintah pusat kepada daerah-daerah otonom bukanlah hal itu ditetapkan dalamkonstitusi, akan tetapi karena masalah itu adalahmerupakan hakikat daripada Negara kesatuan.23

Menurut C.F. Strong Negara kesatuan ialahbentuk Negara dimana wewenang legislatif tertinggidipusatkan dalam satu badan legislatif nasional ataupusat. Kekuasaaan terletak pada pemerintahanpusat dan tidak pada pemerintahan daerah.Pemerintahan pusat mempunyai wewenang untukmenyerahkan sebagian kekuasannya kepadadaerah berdasarkan hak otonomi (Negarakesatuan dengan system desentralisasi), tetapipada tahap terakhir kekuasaan tertinggi tetapditangan pemerintah pusat. Jadi kedaulatannya baikkedaulatan kedalam maupun kedaulatan keluar,sepenuhnya terletak pada pemerintah pusat.Dengan demikian, yang menjadi hakikat Negarakesatuan ialah bahwa kedaulatannya tidak terbagiatau dengan perkataan lain kekuasaaan pemerintahpusat tidak dibatasi, oleh karena konstitusi Negarakesatuan tidak mengakui badan legislatif lain, selainbadan legislitif pusat. Jadi, adanya kewenanganuntuk membuat peraturan bagi daerahnya sendiriitu tidaklah berarti bahwa pemerintah daerah ituberdaulat, sebab pengawasan dan kekuasaantertinggi masih tetap terletak ditangan pemerintahpusat.

3. Konstruksi Hukum Sistem PemerintahanKemaritimanPada tahun 1980an muncul gagasan Zona

Ekonomi Eksklusif (ZEE), yang memberikankedaulatan kepada Negara kepulauan untuk

menggarap sumber daya maritimnya. Dalam pasal33 ayat (3) UUD 1945 disebutkan bahwa, “bumi,air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakanuntuk kemakmuran rakyat”. Bunyi konstitusitersebut adalah dasar daripada segala aturanhukum khususnya tentang penguasaan atas bumi,air dan kekayaan alam yang berlaku di Indonesia,dengan demikian bahwa segala yang ada padabumi, air dan kekayaan alam sejatinya digunakanhanya bertujuan demi rakyat dan demi kemak-muran rakyat semata.

Kemudian dijelaskan pula pada pasal 1 ayat 2bahwa bentuk Negara Indonesia adalah Negarakesatuan. Maka dalam hal Negara kesatuan,kekuasaan penuh berada dibawah naungan satupemerintahan, satu kewenangan yakni padapemerintahan pusat semata tanpa terpecahkewenangannya pada beberapa Negara bagian.Hanya saja dalam menjalankan bentuk Negarakesatuan Indonesia menggunakan dua teori, yakni:sentalisasi yang pernah dilakukan pada dua masaperiode berurutan, yakni masa Soekarno danSoeharto. Walaupun pada akhirnya sentralisasidirasa tidaklah mampu memberikan keadilan dankesejahteraan, oleh karenanya sentralisasi tidakmampu merangkul kebutuhan seluruh rakyatIndonesia.

Maka digantilah teori dalam menjalankan rodaNegara kesatuan tersebut dengan asas desen-tralisasi, yakni pelimpahan kewenangan dari pusatkepada daerah dengan prinsip otonomi daerah,bahwa diberikannya hak dan wewenang kepadadaerah untuk mengurus urusan rumah tangganyasendiri.

Undang undang pemerintahan daerah lahir daripandangan bahwa negara Indonesia (NKRI)mempunyai wilayah (kepulauan) yang sangat luas,lautan lebih luas dari daratan. Maka tidak mungkindikelola dengan baik melalui system pemerintahanyang sentralistik. Karena itu, diperlukan desen-tralisasi kekuasaan. Penerapan otonomi daerahsendiri bertujuan agar dapat langusung menyentuh

2 2 Fahmi Amrusyi, Otonomi dalam Negara Kesatuan, dalam Abdurahman, Beberapa Pemikiran Tentang Otonomi Daerah,Media Sarana Press, Jakarta, 1987, Hlm 56

2 3 Sri Soemantri, Poengantar Perbandingan Antar Hokum Tata Negara, Rajawali, Jakarta, 1981, Hlm 52

KONSTRUKSI HUKUM SISTEM PEMERINTAHAN KEMARITIMAN

Page 43: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN34

pada masyarakat diberbagai belahan daerahterjauh sekalipun dalam wilayah indonesia.Kemudian dengan berikannya peraturan berkaitandengan pemerintahan daerah dari tahun 1945hingga kini semata-mata bertujuan agar setiapdaerah diberikan keleluasaannya menjalankan rodapemerintahan daerah melihat kekayaan daerah itusendiri. Sebagaimana UU No.22/1999 tentangpemerintahan Daerah dan telah diperbaharuidengan UU No.32/2004 dan diperbaharui kembalidengan UU No. 23/2014 tentang pemerintahandaerah, maka Undang Undang ini merupakantonggak baru dalam sistem pemerintahan Indonesiayang oleh banyak kalangann dinilai lebih mem-perhatikan sistem otonomi daerah.

Pakar Hukum Laut Hasjim Djalal mengemu-kakan bahwa negara maritim tidak sama dengannegara kepulauan. Negara maritim adalah negarayang mampu memanfaatkan laut, walaupun negaratersebut mungkin tidak punya banyak laut, tetapimempunyai kemampuan teknologi, ilmu pengeta-huan, peralatan, dan lain-lain untuk mengelola danmemanfaatkan laut tersebut, baik ruangnyamaupun kekayaan alamnya dan letaknya yangstrategis. Oleh karena itu, banyak negarakepulauan atau negara pulau yang tidak atau belummenjadi negara maritim karena belum mampumemanfaatkan laut yang sudah berada di dalamkekuasaannya. Sebaliknya, banyak negara yangtidak mempunyai laut atau lautnya sangat sedikit.Jika Indonesia ingin menjadi poros maritim dunia,terlebih dahulu Indonesia harus berupaya menjadinegara maritim.

Maka dalam karya ilmiah ini penulis memberi-kan analisa yuridis atas konstruksi hukumpemerintahan kemaritiman sebagai berikut:1) Konstruksi hukum pemerintahan kemaritiminterlebih dahulu dipetakan, apakah kemaritimandalam bentuk Negara maritim yang tanggungjawabnya berada di pusat, atau menjadikanwilayah-wilayah Indonesia menjadi daerah khususkemaritiman seperti daerah khusus pada umumnya.Karena sebagaimana pembahasan diatas, bahwatidak semua Negara atau daerah yang memiliki laut

dapat memanfaatkan kelautannya untuk perda-gangan atau perekonomian wilayahnya. Namunjika mengikuti Misi yang dibangun oleh PresidenJoko Widodo yang ingin membawa Indonesiasebagai pusat maritim dunia.24Maka negaralahyang secara sederhana difahami bahwa seluruhwilayah Negara kesatuan Indonesia menjadi porosmaritim tersebut. Tentunya hal tersebut tidakmudah dapat difahami, karena tidak semua wilayahIndonesia memanfaatkan perairan-nya sebagaiperekonomian daerah. Mengenai pembagianurusan pemerintahan sebenarnya telah ada regulasiyang mengaturnya yakni Undang Undang Peme-rintahn Daerah, bahwa kewenangan atas laut danperikanan diberikan kepada daerah dengan melihatpotensi daerah masing-masing. Dalam Pasal 9Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 TentangPemerintahan Daerah dikatakan bahwa klasifikasiurusan pemerintahan dibagi menjadi:a) Urusan pemerintahan terdiri atas urusan

pemerintahan absolut, urusan pemerintahankonkuren, dan urusan pemerintahan umum,

b) Urusan pemerintahan absolut sebagaimanadimaksud pada ayat 1 adalah urusan peme-rintahan yang sepenuhnya menjadi kewenanganpemerintahan pusat,

c) Urusan pemerinathan konkuren sebagaimanadimaksud pada ayat 1 adalah urusan pemerin-tahan yang dibagi antara pemerintah pusat dandaerah provinsi dan daerah kabupaten/kota,

d) Urusan pemerintahn konkuren yang diserahkanke daerah menjadi dasar pelaksanaan otonomidaerah,

e) Urusan pemerintahan umum sebagiamanadimaksud pada ayat 1 adalah urusan peme-rintahan yang menjadi kewenangan Presidensebagai kepala pemerintahan.

Dalam hal kemaritiman maka yang dapatdijadikan acuan atas pembagian urusan tersebutmasuk dalam kategori urusan pemerintahan pilihan,yang mana oleh undang unndag pemerintahandaerah bahwa; kelautan dan perikanan, pariwisata,pertanian, kehutanan, energy dan sumber daya

2 4 Http://Www.Mongabay.Co.Id/2015/06/09/Perlu-Uu-Khusus-Kemaritiman-Untuk-Jadikan-Indonesia-Negara-Maritim/,Diakses Pada Tanggal 25 Agustus 2016

KONSTRUKSI HUKUM SISTEM PEMERINTAHAN KEMARITIMAN

Page 44: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN35

mineral, perdagangan, perindustrian dan trans-migrasi adalah menjadi urusan daerah itu sendiridengan melihat potensi pada daerah masing-masing. Sedangkan dalam hal kewenangan daerahProvinsi dilaut dalam undang undnag pemerintahandaerah ditegaskan bahwa kewenangan daerahprovinsi diberikan pada eksplorasi, eksploitasi,konservasi, pengelolaan kekayaan laut diluarminyak dan gas bumi, pengaturan administratif,pengaturan tata ruang, ikut serta dalam memeliharakeamanan di laut dan ikut serta dalam mem-pertahankan kedaulatan Negara.

Maka jika membangun Indonesia menjadiNegara maritim yang dilakukan adalah membangunkonsep Negara maritim itu sendiri. Pilihannya,pertama; Negara maritim harus melihat pulanorma-norma hukum yang telah dibawah lamadibawa oleh konsep pemerintahan daerah, bahwatidaklah tepat menjadikan Negara maritim tanpamelihat pembagian urusan yang telah dipatakanoleh undang undang pemerintahan daerah. Makaketika Negara maritim dibentuk telah siapkahseluruh wilayah atau daerah –daerah Indonesiamenjadi poros kemaritiman, hal ini harus melihatkemampuan/ potensi daerah itu masing-masing.Kedua; bentuk kewenangan, dalam undang undangpemerintahan daerah kewenangan tersebut beradadi daerah masing-masing, namun jika Negaramaritim meletakkan tanggungjawab kewenanganitu pada pusat, apakah mampu bernilai keadilan?,hal ini tentunya menghindari kewenangan pusatyang berlebihan agar tidak terjadi lagi konfliksebagaimana sentalistik pernah terjadi.

2) Dalam hal konstruksi hukum atas daerahkemaritiman, maka dibutuhkan sebuah systemhukum yang oleh teori Lawrence Friedmandikatakan bahwa didalam system hukum itu dihunioleh tiga unsur, yakni: struktur, substansi danbudaya hukum.25Dari sistem hukum tersebut,maka analisa yuridis terhadap konstruksi hukumdalam sistem pemerintahan kemaritiman sebagaiberikut:a) Struktur hukum, dalam hal ini adalah bagian yang

memberi bentuk dan batasan terhadap keselu-ruhan. Bagian yang memberi bentuk tersebutadalah institusi-institusi penegakan hukum.Dilihat dari struktur hukum Negara Indonesiamengenai kemaritiman, maka secara jelasdiketahui bahwa Indonesia belum memilikilembaga yang secara khusus menanganiperkara terkait kemaritiman, hal ini dikarenakanregulasi terkait kemaritiman belum juga ada,walaupun konsep dari pemerintahan telah nyatamengatakan Indonesia menjadi Negara maritim,namun kekosongan hukum atas kemaritimanperlu menjadi perhatian khusus.

b) Substansi adalah aturan, norma dan perilakunyata manusia yang berada dalam sistem itu.Substansi bukan hanya aturan yang ada dalamundang-undang namun mencangkup pulahukum yang hidup (living law). Sejauh iniTindak pidana yang terjadi di laut sepanjangsejarah belumlah mampu memberi bukti bahwapenegakkan hukum adalah baik, namunsebaliknya penegakkan tersebut masih dapatdikategorikan lemah. Permasalahan teritorial,illegal fishing, dan pelanggaran lain masih belummampu terselesaikan dengan baik hinggasekarang. Walaupun peraturan terkait kelautanada, namun dirasa norma hukum tersebut belummemiliki efek jera. Sebagaimana pembahasanpada struktur hukum bahwa dalam hal Negaramaritim, tentunya dibutuhkan regulasi tersendiridalam menangani perkara yang terkait dengankemaritiman. Oleh karenanya akan menjadi halyang “ganjil” ketika harapan menjadi Negaramaritim telah didegungkan, namun kekosonganhukum yang dijadikan landasan hukum kema-ritiman justru tidak ada.

c) Selanjutnya budaya hukum merupakan suasanapikiran sosial dan kekuatan sosial yangmenentukan bagaimana hukum digunakan,dihindari atau disalahgunakan. Tanpa adanyabudaya hukum, maka sistem hukum itu tidakberdaya, seperti ikan mati yang terkapardikeranjang dan bukan seperti ikan hidup yangberenang dilaut.26 Pembahasan mengenai

2 5 Sidarta, Moralitas Profesi Hukum: Suatu Tawaran Kerangka Berfikir, Refika Aditama, Bandung, 2006, Hlm 752 6 Ibid

KONSTRUKSI HUKUM SISTEM PEMERINTAHAN KEMARITIMAN

Page 45: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN36

budaya hukum ini memiliki perhatian tersendiri,bahwa pemahaman masyarakat mengenaihukum kelautan adalah penting, namunkenyataannya masyarakat terbiasa bekerjadilaut dengan pemahaman budaya merekasendiri, tanpa lebih banyak memahami norma-norma hukum yang ada, seperti pada penang-kapan ikan menggunakan hal-hal yang dilarangdalam hukum kelautan, sedangkan dalamhukum kebiasaan masyarakat telah melakukan-nya sejak lama. Sebelum melangkah lebih jauhalangkah bijaknya pemerintah lebih memberikanedukasi khusus pada masyarakat, agar dapatsejalan antar tujuan pemerintah dengan masya-rakat. Karena kesadaran masyarakat dalam hu-kum adalah tonggak penting penegakkan hu-kum. Hal ini adalah tanggung jawab pemerintah.

D. Penutup1. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkanbahwa, konsep pemerintahan kemaritiman adalahwacana Negara yang patut direalisasikan. NegaraIndonesia memiliki wilayah laut yang luas, sehinggalaut dapat dijadikan masyarakat sebagai saranapeningkatan ekonomi daerah masing-masing.Selain itu konsep kemaritiman yang ingin dibangundalam Negara kesatuan belumlah memiliki konsepyang jelas, hal ini tentunya berkaitan dengan tidakadanya regulasi yang mengaturnya, walaupunbegitu dalam undang undang pemerintahan daerahtelah dijelaskan, bahwa kewenangan kelautan

berada pada kewenangan daerah dengan melihatpotensi daerah masing-masing. Namun jika yangdibangun kemaritiman dalam hal ini adalah NegaraIndonesia secara keseluruhan, maka pembagiankewenangan antara pusat dan daerah harusdiperjelas, karena biar bagaimanapun tidak semuadaerah perairan Indonesia dapat menjadikanwilayah kelautannya sebagai poros kemaritiman.Kelemahan kekosongan hukum dapat menjadipermasalahan sendiri karena konsep kemaritimansebenarnya adalah harapan yang tidak hanya adapada pemerintah semata, namun juga olehmasyarakat luas yang mengharapakan keluatandaerah mereka dapat dijadikan sebagai wilayahperairan perdagangan yang berdampak padaekonomi yang bermanfaat bagi daerah masing-masing dan Negara pada umunya.

2. SaranMaka dari pembahasan dan kesimpulan diatas,

saran yang diajukan kepada pemerintah adalah,pertama; yakni berkaitan dengan kepastian hukum,bahwa wacana kemaritiman yang dibawa olehpemerintah, sedapat mungkin segera diikuti olehlandasan peraturan perundang-undangan yangbaik. Kedua; Dalam hal legislatif membuatkebijakan patut memperhatikan nilai-nilai yangberlaku dalam pembuatan peraturan perundag-undangan, yakni memperhatikan asas keadilan,kepastian hukum dan kemanfaatan, serta diha-rapkan tidak terjadinya tumpang tindih denganperaturan perundang-undangan yang lainnya.

KONSTRUKSI HUKUM SISTEM PEMERINTAHAN KEMARITIMAN

Page 46: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN37

Anthon F. Susanto, Penelitian Hukum Transfor-mative-Partisipatoris, Setara Press,Malang, 2015

Fahmi Amrusyi, Otonomi dalam NegaraKesatuan, dalam Abdurahman, Bebera-pa Pemikiran Tentang Otonomi Daerah,Media Sarana Press, Jakarta, 1987

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa,Edisi Keempat, Depatemen PendidikanNasional, Gramedia, Pustaka Utama,Jakarta, 2008

Nomensen Sinamo, Ilmu Negara, PermataAksara, Jakarta, 2011

Teguh Prasetyo, Filsafat, Teori dan Ilmu Hokum(Pemikiran Menuju Masyarakat YangBerkeadilan Dan Bermartabat), Pt RajaGrafindo Persada, Jakarta

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum EdisiRevisi, Kencana, Jakarta, 2014

Ronny Hanityo Soemitro, Metodologi PenelitianHukum dan Jurimetri, Ghlmia Indonesia,Jakarta, 1998

Rony Hanitijio Soemitro, Metodologi PenelitianHukum Dan Juri Metri, Ghlmia, Jakarta,1998

Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum danKepatuhan Hukum, Rajawali. Jakarta,1982

Soerjono Soekanto, Pengantar PenelitianHukum, UI Press, Jakarta, 2005

Satjipto Rahardjo,”Hukum Progresif: HukumYang Membebaskan. Jurnal HukumProgresif”. Program Doktor Ilmu HukumUniv. Diponegoro, Vol. 1/No. 1/April 2005

Satjipto Rahardjo, Teori Progresif, Http//Sergie-Zainovsky.Blogspot.Com/, Diakses PadaTanggal 12 November 2014

Simorangkir, Bonar, Et Al, Otonom atauFederalism Dampaknya TerhadapPerekonomian, Pustaka Sinar Harapan,Jakarta, 2000

Sri Soemantri, Poengantar Perbandingan AntarHokum Tata Negara, Rajawali, Jakarta,1981

Sidarta, Moralitas Profesi Hukum: SuatuTawaran Kerangka Berfikir, RefikaAditama, Bandung, 2006

Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Kementerian_Koordinator_Bidang_Kemaritiman_Republik_Indonesia #Tugas_Dan_Fungsi,Diakses Pada Tanggal 23 Agustus 2016

Http://Www.Ppk-Kp3k.Kkp.Go.Id/Ver2/News/Read/115/Membangun-Kelautan-Untuk-Mengembalikan-Kejayaan-Sebagai-Negara-Maritim.Html, Diakses PadaTanggal 24 Agustus 2016

Http://Www.Mongabay.Co.Id/2015/06/09/Perlu-Uu-Khusus-Kemaritiman-Untuk-Jadikan-Indonesia-Negara-Maritim/, Diakses PadaTanggal 25 Agustus 2016

Daftar Pustaka

KONSTRUKSI HUKUM SISTEM PEMERINTAHAN KEMARITIMAN

Page 47: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN38

ANALISIS PROBLEMATIKA TINDAK PIDANAPERIKANAN DI INDONESIA

Oleh :Endri1

menjadikan bangsa Indonesia kaya akan sumberdaya di laut dan sekaligus menjadikan bangsaIndonesia salah satu negara kepulauan terbesar.

Berdasarkan hal di atas juga dipertegas dalamketentuan Pasal 25A Undang-Undang DasarTahun 1945 amandemen ke-IV menyatakanbahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesiaadalah sebuah negara kepulauan yang berciriNusantara dengan wilayah dan batas-batas danhak-haknya ditetapkan dengan undang-undang”.3Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadikonstitusi bangsa Indonesia dengan tegasmenyatakan bahwa negara Indonesia merupakannegara kepulauan yang harus dijaga dan dipelihara.Amanat dalam Undang-Undang Dasar tersebut

AbstrakLaut Indonesia memiliki sumber daya perikanan yang harus dilindungi dandilestarikanoleh pemerintah dari beberapa masalah-masalah yang bisa mengancam kerusakansumber daya ikan. Problematika yang ada dalam tindak pidana perikanan bahwamasih lemahnya pengaturan penegakan hukum dibidang perikanan dan bahkanberbenturan aturan yang satu dengan aturan yang lain. Praktik peradilan perikananyang cendrung putusannya terlalu ringan sehingga tidak membuat takut pelaku ataumasyarakat melakukan tindak pidana perikanan. Dari aspek kewenangan dalampenegakan hukum khususnya dalam hal penangkapan, penyitaan, penyelidikan danpenyidikan terdapat beberapa institusi yang berbeda untuk memproses satupermasalahan perikanan, sehingga diperlukan harmonisasi dan diintegrasikan.

Kata Kunci : Problematika, Pidana, Perikanan

A. Latar BelakangNegara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

merupakan negara kepulauan (Archipelagic State)terbesar di dunia dengan 17.499 pulau dan luasperairan laut yang mencapai 5,8 juta km² dan garispantai sepanjang ± 81.000 km. Sebagai negarakepulauan yang sering disebut zamrud di kha-tulistiwa, Indonesia memiliki konfigurasi unik dansekaligus amat menantang di samping mempunyaiposisi silang yang strategi antara dua benua dandua samudra. Sehingga dengan posisi geografisdemikian menyebabkan laut wilayah Indonesiamenjadi alur laut yang sangat penting bagi lalulintas pelayaran nasional maupun internasional.2Dengan lebih luasnya laut dibandingkan daratan

1 Dosen Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH)2 Jurnal Kajian Lemhanas RI, Penataan Pengamanan Wilayah Maritim Guna Memelihara Stabilitas dalam Rangka Menjaga

Kedaultan NKRI,, Edisi 14, Desember 2012.3 Lihat Pasal 25A Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945

Page 48: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN39

diturunkan baik dalam dalam peraturan perun-dang-undangan nasional seperti undang-undangperikanan dan undang-undang kelautan, maupunperaturan internasional melalui ratifikasi.

Antara lain peraturan internasional, misalnyaCode of Conduct for Responsile Fisheres(CCRF) dan Konvensi PBB tentang Hukum Laut1982 atau United Nations Convention on theLaw of the Sea (UNCLOS) 1982 (diratifikasidengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985)menjadikan penambahan teritorial luas lautanIndonesia sejauh 12 mil.

Di balik keberhasilan Indonesia yang telahmemperjuangkan lebar laut teritorial sejauh 12 mildan perjuangan yang terpenting diterimanyakonsep wawasan nusantara menjadi negarakepulauan oleh dunia internasional adalahtersimpannya tanggung jawab besar dalammemanfaatkan perairan Indonesia (perairanpedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial)dan kekayaan sumber daya alam di dalamnyadengan seoptimal mungkin dijaga bagi kemak-muran dan kesejahteraan rakyat Indonesia.Tanggung jawab besar yang diemban oleh NKRIini untuk menjadikan negara ini menjadi negarabesar yang memberikan kesejahteraan bagimasyarakat Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.Pemerintah Indonesia mempunyai peranan yangmaha penting untuk menjaga Indonesia.4 Peme-rintah punya tangjungjawab yang cukup beratdalam mengelolah sumber daya laut untukpertumbuhan ekonomi dan mensejahterakanmasyarakat, terlebih lagi biaya pengelolaanberbagai sumber daya alam yang ada di laut cukuptinggi untuk menunjang pertubunhan ekonomibangsa. Pemerintah harus sadar akan pentingnyamelindungi sumber daya laut yang kurangdiperhatikan, karena selama ini terlihat lebihmengutamakan perlindungan sumber daya di

darat.Selanjantunya pemerintah diharuskan bisa

mengelolah sumber daya perikanan, hal itu sesuaidengan asas dalam pengelolaan perikanan.Menurut Gatot Supramono5, yang dimaksuddengan asas manfaat adalah asas yang menunjuk-kan bahwa pengelolaan perikanan harus mampumemberikan keuntungan dan manfaat yangsebesar-besarnya bagi peningkatan kemakmurandan kesejahteraan rakyat. Asas ini menekankanpada hasil pengelolaan yang memberikan keun-tungan dan sekaligus bermanfaat. Oleh karena ituharus ada keuntungannya dahulu baru diman-faatkan hasilnya.

Di sisi lain ancaman terhadap laut semakinmeningkat, yang berasal dari berbagai hal yangmembahayakan, mulai dari perompakan ataupembajakan, tindak pidana di laut, penangkapanikan secara tidak berkelanjutan.6 Khususnyapenangkapan ikan yang dilakukan dengan caramelawan hukum (illegal fishing) baik yangdilakukan oleh orang-perorangan maupun yangdilakukan oleh korporasi telah semakin meningkatdan sangat memprihatinkan. Berbagai modusoperandi yang dilakukan oleh kapal-kapal nasionalmaupun asing untuk mendapatkan ikan secaramelawan hukum (illegal fishing) diwilayahyurisdiksi laut Indonesia. Hal ini jelas bertentangandengan hukum nasional maupun hukum interna-sional. Dalam hukum nasional merupakankejahatan yang diancam dengan sanksi pidanasebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor45 tentang Perubahan Atas Undang-undangNomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan dandalam hukum internasional juga telah dijelaskandasar-dasar pengaturan, serta hak dan kewajibandari yurisdiksi suatu negara yang berdaulat sepertidiatur dalam UNCLOS 1982.

Pada tanggal 11 Desember 1982 UNCLOS1982, menetapkan asas-asas dasar untuk

4 Laporan Akhir Evaluasi Kebijakan dalam Rangka Implementasi Hukum Laut Internasional (UNCLOS1982) di Indonesia,Departemen Kelautan dan Perikanan, Sekretaris Jenderal, Jakarta, Satuan Kerja Dewan Kelautan Indonesia Tahun Anggaran2008, hlm. 10

5 Gatot Supramono, Hukum Acara Pidana dan Hukum Pidana di Bidang Perikanan, Rineka Cipta, Jakarta, 2011, hlm. 176 Etty R. Agoes, Penguatan Hukum Internasional Kelautan, Guru Besar Hukum Internasional (purn) Universitas Padjadjaran,

Makalah disampaikan pada Workshop tentang “Membangun Sinergitas Potensi Ekonomi, Lingkungan, Hukum, Budaya danLeamanan untuk Meneguhkan Negara Maritim yang Bermartabat”, di Medan Universitas Sumatera Utara, , 5-6 Maret 2015

ANALISIS PROBLEMATIKA TINDAKAN PIDANA PERIKANAN DI INDONESIA

Page 49: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN40

penataan kelautan. Tidak dapat disangkal lagibahwa UNCLOS 1982 ini merupakan suatuperjanjian internasional sebagai hasil dari negosiasiantar lebih dari seratus negara, yang mengaturmateri yang begitu luas dan kompleks. Secara rinciUNCLOS 1982 menetapkan hak dan kewajiban,kedaulatan, hak-hak berdaulat dan yurisdiksinegara-negara dalam pemanfaatan dan pengelo-laan laut.7 Dengan demikian, berdasarkanketentuan internasional tersebut negara Indonesiamempunyai hak untuk menegakan hukum diwilayahyurisdiksinya, khususnya bagi pelaku tindak pidanaperikanan (illegal fishing)sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Seyogyanya dengan adanya dasar hukum yangjelas, baik pengaturan nasional maupun pengaturansecara international diharapkan dapat menang-gulangi dan menindak pelaku tindak pidanaperikanan serta dapat melindungi sumber dayaperikanan dari acaman kepunahan. Parktikdilapangan justru sebaliknya yaitu terdapatmasalah-masalah yang hal itu dapat dilihat darimaraknya tindak pidana perikanan dan menjadikeprihatinan sebagai negara kepulauan yangmemiliki potensi perikanan yang besar.

B. PermasalahanBertitik tolak dari latar belakang yang telah

dikemukan di atas, maka permasalahan pokokpada tulisan ini yaitu bagaimana problematika dansolusinya dalam tindak pidana perikanan diIndonesia?

C. PembahasanTindak pidana perikanan (illegal fishing)yaitu

kegiatan penangkapan ikan yang pada prinsipnyayaitu a. Yang dilakukan oleh orang atau kapal asingpada suatu perairan yang menjadi yurisdiksi suatunegara tanpa izin dari negara tersebut ataubertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Yang bertentangandengan peraturan nasional yang berlaku ataukewajiban internasional; dan c. Yang dilakukan oleh

kapal yang mengibarkan bendera suatu negarayang menjadi anggota organisasi pengelolaanperikanan regional tetapi beroperasi tidak sesuaidengan ketentuan pelestarian dan pengelolaan yangditerapkan oleh organisasi tersebut atau ketentuanhukum internasional yang berlaku.8

Melihat potensi sumber daya kelautan danperikanan yang begitu besar, maka tantanganberupa maraknya kegiatan Illegal, Unreportedand Unregulated (IUU) Fishing yang berdam-pak merugikan negara dan mengancam kelestariansumber daya kelautan dan perikanan. Disampingitu, terdapat permasalahan yang dihadapi yangmenjadi strategyc issue untuk dilakukan upayatindak lanjut, antara lain9 :a. Masih rendahnya produktivitas dan daya saing

usaha kelautan dan perikanan yang disebabkanstruktur armada yang masih didominasi olehkapal berukuran kecil, belum terintegrasinyasistem produksi hulu dan hilir, dan masihterbatasnya sarana dan prasarana yangdibangun. Dalam pengembangan perikananbudidaya, masih dihadapkan pada permasa-lahan implementasi kebijakan tata ruang,terbatasnya prasarana saluran irigasi, terba-tasnya ketersediaan dan distribusi induk danbenih unggul, mahalnya harga pakan, danserangan hama dan penyakit ikan/udang sertaadanya pencemaran yang mempengaruhikualitas lingkungan perikanan budidaya.Indonesia juga masih menghadapi beberapakondisi yang belum sepenuhnya dapat men-dukung untuk memenuhi persyaratan mutuproduk ekspor hasil perikanan yang semakinketat dari negara pengimpor, seperti Uni Eropa.Disamping itu, aspek yang mempengaruhilemahnya daya saing dan produktivitas yangsangat mendasar adalah aspek kualitas SDMdan kelembagaannya. Dimana jumlah SDMyang bergantung pada kegiatan usaha kelautandan perikanan sangat besar dan denganpengetahuan, penguasaan teknologi dankemampuan serta infrastuktur untuk akses

7 Ibid.8 Mukhtar, Mengenal Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing),<http://mukhtar- api.blogspot.com/2008/06/

mengenal-illegal-unreported-dan.html>[diakses pada 10/5/2015].9 Laporan Kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2014, hlm. 19-20

ANALISIS PROBLEMATIKA TINDAKAN PIDANA PERIKANAN DI INDONESIA

Page 50: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN41

informasi yang minim dan tidak merata diseluruh wilayah Indonesia.

b. Dalam rangka pengembangan usaha, perma-salahan yang dihadapi adalah masih belumdiperolehnya dukungan permodalan usaha dariperbankan dan lembaga keuangan lainnya.Dalam kaitan ini, nelayan/pembudidaya ikanmasih kesulitan mengakses kredit karena tidakdapat memenuhi persyaratan perbankan.

c. Aktivitas pemanfaatan sumber daya kelautandan perikanan yang berada di daratan maupunsepanjang pesisir pantai dan di lautan, tidakluput dari tantangan alam dan potensi bencanaalam yang dapat terjadi. Bencana alamseringkali menimbulkan berbagai kerusakanmulai dari tingkat ringan hingga berat yangmerusakan sarana dan prasarana kelautan danperikanan, perumahan penduduk hingga korbanjiwa, yang memerlukan upaya mitigasi yanglebih baik.

d. Beberapa permasalahan lain diantaranya adalahadanya degradasi lingkungan perairan, masihadanya penggunaan alat tangkap yang tidakramah lingkungan, adanya species tertentu yangbelum dilindungi, eksploitasi sumberdaya ikanyang berlebihan di Wilayah PengelolaanPerikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI), produksi hasil perikanan belum dapatdimanfaatkan oleh Unit Pengolahan Ikan secaramaksimal, dan PNBP perikanan yang masihrendah.

Selain sebagaimana dikemukakan di atasterdapat juga beberapa isu dalam penangkapanikan yang dilakukan secara melawan hukum. Isu-isu tersebut diantaranya adanya gejala penang-kapan ikan yang berlebih, pencurian ikan, dantindakan illegal fishing lainnya yang tidak hanyamenimbulkan kerugian bagi negara, tetapi jugamengancam kepentingan nelayan dan pembudidaya-ikan, iklim industri, dan usaha perikanannasional. Permasalahan tersebut harus diselesaikandengan sungguh-sungguh, sehingga penegakan

hukum di bidang perikanan menjadi sangat pentingdan strategis dalam rangka menunjang pem-bangunan perikanan secara terkendali danberkelanjutan.10

Perikanan itu sendiri sebagaimana terdapatdalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004tentang Perikanan sebagaimana dirubah denganUndang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentangPerikanan, dijelaskan bahwa semua kegiatan yangberhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatansumber daya ikan dan lingkungannya mulai daripraproduksi, produksi, pengolahan sampai denganpemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistembisnis perikanan.11 Sedangkan penangkapan ikanadalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairanyang tidak dalam keadaan dibudidayakan denganalat atau cara apa pun, termasuk kegiatan yangmenggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah,dan/atau mengawetkannya. Penangkapan ikan ituharus sesuai dengan peraturan perundang-undangan, terutama undang-undang perikanan.

Sebagaimana dijelaskan latar belakangperubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun2004 tentang Perikanan menjadi Undang-undangNomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanandisebabkan beberapa faktor, hal ini dapat dilihatsebagai berikut12:1. Mengenai pengawasan dan penegakan hukum

menyangkut masalah mekanisme koordinasiantarinstansi penyidik dalam penangananpenyidikan tindak pidana di bidang perikanan,penerapan sanksi (pidana atau denda), hukumacara, terutama mengenai penentuan bataswaktu pemeriksaan perkara, dan fasilitas dalampenegakan hukum di bidang perikanan,termasuk kemungkinan penerapan tindakanhukum berupa penenggelaman kapal asing yangberoperasi di wilayah pengelolaan perikananNegara Republik Indonesia.

2. Masalah pengelolaan perikanan antara lainkepelabuhanan perikanan, konservasi, per-izinan, dan kesyahbandaran.

1 0 Lihat Penjelasan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan1 1 Lihat Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan1 2 Lihat Penjelasan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan

ANALISIS PROBLEMATIKA TINDAKAN PIDANA PERIKANAN DI INDONESIA

Page 51: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN42

3. Diperlukan perluasan yurisdiksi pengadilanperikanan sehingga mencakup seluruh wilayahpengelolaan perikanan Negara RepublikIndonesia.

Namun yang menarik dari perubahan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanankhususnya yang terdapat dalam Pasal 69, yangseakan bertentangan dengan beberapa undang-undang lain. Adapun bunyi Pasal 69 sebagaiberikut:1. Kapal pengawas perikanan berfungsi melaksa-

nakan pengawasan dan penegakan hukum dibidang perikanan dalam wilayah pengelolaanperikanan Negara Republik Indonesia.

2. Kapal pengawas perikanan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), dapat dilengkapidengan senjata api.

3. Kapal pengawas perikanan dapat menghen-tikan, memeriksa, membawa, dan menahankapal yang diduga atau patut diduga melakukanpelanggaran di wilayah pengelolaan perikananNegara Republik Indonesia ke pelabuhanterdekat untuk pemrosesan lebih lanjut.

4. Dalam melaksanakan fungsi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) penyidik dan/ataupengawas perikanan dapat melakukan tindakankhusus berupa pembakaran dan/atau peneng-gelaman kapal perikanan yang berbendera asingberdasarkan bukti permulaan yang cukup.

Terlihat masalah yuridis dalam rumusan pasaldi atas, khususnya Pasal 69 ayat (4), yang intinnyabahwa penyidik dan/atau pengawasan perikanandapat melakukan pembakaran dan/atau peneng-gelaman hanya dengan bukti permulaan yangcukup. Disana terlihat diterapkan crime controlmodel yang pada dasarnya jangan sampai orangyang diduga melakukan tindak pidana perikananlolos dari jearatan hukum. Hal ini apabiladihubungkan dengan asas hukum acara pidana jelasbertentangan dengan asas praduga tidak bersalah(presumption of innocence) dan due proess oflawyang pada prinsipnya jangan sampai meng-

hukum orang tidak bersalah sehingga penegakanhukum pidana harus dilakukan secara selektif danpenuh kehati-hatian. Pertentangan dengan asas-asas dalam hukum acara pidana yaitu terlihat padabagian Penjelasan Umum angka 3 huruf c KitabUndang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)menjelaskan bahwa:

“Setiap orang yang disangka, ditangkap,ditahan, dituntut dan dihadapkan di mukasidang pengadilan, wajib dianggap tidakbersalah sampai adanya putusan pengadilanyang menyatakan kesalahannya dan mem-peroleh kekuatan hukum tetap.”13

Selanjut asas praduga tidak bersalah ini terdapatjuga dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 48tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yangmenyatakan bahwa:

“Setiap orang yang disangka, ditangkap,ditahan, dituntut, atau dihadapkan di depanpengadilan wajib dianggap tidak bersalahsebelum ada putusan pengadilan yangmenyatakan kesalahannya dan telah mem-peroleh kekuatan hukum tetap.”

Rumusan dalam Pasal 69 ayat (4)Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan,dapat mengancam hak-hak tersangka atauterdakwa karena cukup dengan bukti permulaanyang cukup sudah bisa menenggelamkan dan ataumembakar kapal pelaku illegal fishing sekalipunpelakunya itu adalah kapal-kapal asing. Perbuatanseperti itu cendrung sewenang-wenang, apalagidalam penjelasan Pasal 69 ayat (4) dijelaskanbahwa:

“Yang dimaksud dengan “bukti permu-laan yang cukup” adalah bukti permulaanuntuk menduga adanya tindak pidanadibidang perikanan oleh kapal perikananberbendera asing, misalnya kapal perikananberbendera asing tidak memiliki SIPI danSIKPI, serta nyata-nyata menangkap dan/atau mengangkut ikan ketika memasukiwilayah pengelolaan perikanan Negara

1 3 Lihat Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukuum Acara Pidana.

ANALISIS PROBLEMATIKA TINDAKAN PIDANA PERIKANAN DI INDONESIA

Page 52: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN43

Republik Indonesia. Ketentuan ini menun-jukkan bahwa tindakan khusus tersebuttidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang, tetapi hanya dilakukan apabilapenyidik dan/atau pengawas perikananyakinbahwa kapal perikanan berbendera asingtersebut betul-betul melakukan tindakpidana di bidang perikanan.”

Selain masalah yuridis sebagaimana dike-mukakan di atas, terdapat juga masalah praktikperadilan perikanan Indonesia yang cenderungmemberikan sanksi terlalu ringan. Dilihat darikerugian negara tidak sebanding dengan sanksiyang diberikan, misalnya pelaku Illegal Fishingmerusak lingkungan, memusnakan sumberdayaikan, apabila pelakunya warga negara asing jelasmerupakan pelanggaran kedaulatan dan sebagai-nya. Fenomena penjatuhan pidana denda tanpamemberikan pidana penjara pada pelaku,kalaupun diputuskan pidana penjara namunsanksinya terlalu rendah, sehingga tujuan pemi-danaan kurang tercapai yaitu salah satunyamemberikan efek jera bagi pelaku. Penjatuhanpidana denda tanpa ada pidana penjara bagipelaku ataupun sebailknya dijatuhkan pidanapenjara namun terlalu rendah terlihat dari beberapaputusan pengadilan berikut ini:1. Putusan Mahkamah Agung Nomor 158 K/

PID.SUS/2014. Pelakunya bernama Mr.PHAM DAT warga negara Vietnam, pu-tusannya sebagai berikut14:Kronologis perkara:Bermula pada tanggal yang Terdakwa (Mr.PHAM DAT, WNA Vietnam. Pen) tidak ingatbulan Februari tahun 2012 TerdakwaselakuNakhoda Kapal KM. BV 5440 TS berbenderaVietnam, berangkat bersama-sama denganKapal KM BV 5309 TS (Kapal Utama yangpada saat penangkapan melarikan diri)berangkat dari Vietnam dengan menggunakanbendera Vietnam menuju ke perairan Vietnamkemudian mereka langsung menujuwilayahperairan Indonesia dengan tujuan menangkap

ikan. Bahwa setelah sampai diperairanIndonesia Terdakwa sebagai Nahkoda KapalBV 5440 TS menggunakan alat penangkapikan berupa jaring pair trawl yang ditarik olehdua kapan dimana Kapal KM5309 Ts sebagaiKapal Utama melempar jaring kelaut dan salahsatu ujung tali padajaring trawl dilemparkankekapal bantu yaitu KM BV 5440 TS yangdinakhodai olehTerdakwa selanjutnya jaringtrawl ditarik secara bersama-sama dengankecepatan yang sama oleh kedua buah kapaltersebut kemudian jaring ditarik/dinaikkan danikan diambil dikumpulkan di Kapal KM BV5309 TS.Adapun putusannya sebagai berikut:1. Terdakwa Mr. PHAM DAT terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukantindak pidana perikanan yaitu: “Dengansengaja di Wilayah Pengelolaan PerikananRepublik Indonesia melakukan usahaperikanan dibidang penangkapan ikan yangtidak memiliki SIUP (Surat Izin UsahaPerikanan), DAN mengoperasikan kapalpenangkap ikan berbendera Asing mela-kukan penangkapan ikan di Zona EkonomiEksklusif (ZEEI) yang tidak memiliki SIPI(Surat Izin Penangkapan Ikan), DANdengan sengaja memiliki, menguasai,membawa dan menggunakan alat penang-kapan ikan yang mengganggu dan merusakkeberlanjutan sumber daya ikan di kapalpenangkap ikan di WilayahPengelolaanPerikanan Negara Republik Indonesia;

2. Menjatuhkan denda sebesar Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah);

3. Menetapkan barang bukti berupa :a. Uang hasil lelang 1 (satu) unit kapal

penangkap ikan KM. BV 5440 TSsebesar Rp 26.433.000,00 (dua puluhenam juta empat ratus tiga puluh tiga riburupiah) setelah dipotong pajak, dirampasuntuk Negara ;

b. 1 (satu) unit alat tangkap trawl, dirampasuntuk dimusnahkan.

1 4 Lihat Putusan Mahkamah Agung Nomor 158 K/PID.SUS/2014

ANALISIS PROBLEMATIKA TINDAKAN PIDANA PERIKANAN DI INDONESIA

Page 53: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN44

2. Putusan Mahkamah Agung Nomor 80 PK/Pid.Sus/2014 pelakunya bernama KEE CHINWOOI alias AHUN warga negara Perak,Malaysia yang putusannya sebagai berikut15:

Bahwa Terdakwa KEE CHIN WOOI aliasAHUN sebagai Nakhoda Kapal pada hariJum’at tanggal 15 Juni 2012 sekira pukul 07.30Wib, atau setidak-tidaknya pada waktu laindalam bulan Juni 2012 atau setidak-tidaknyapada waktu lain dalam tahun 2012, bertempatdi Wilayah Perairan Rokan Hilir KecamatanPasir Limau Kapas pada posisi 02° 40' 460"LU dan 100° 40' 400"BT atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang masih termasukdi dalam Daerah Hukum Pengadilan NegeriRokan Hilir, dengan sengaja di wilayahpengelolaan perikanan di Republik Indonesiamelakukan usaha perikanan dibidang penang-kapan, pembudidayaan, pengangkutan, peng-gelolaan, dan pemasaran ikan yang tidakmemiliki SIUP sebagaimana dimaksud dalampasal26 ayat (1), perbuatan tersebut dilakukanTerdakwa dengan cara sebagai berikut :

Kabupaten Rokan Hilir menangkap kapalTerdakwa, setelah dilakukan pemeriksaan diatas kapal Terdakwa, ternyata Terdakwamelakukan penangkapan ikan di wilayahperairan Indonesia tidak dilengkapi dengan suratizin atau dokumen dan di atas kapal Terdakwaditemukan alat tangkap Trawl Net (PukatHarimau) untuk melakukan penangkapan ikandi wilayah perairan Rokan Hilir Indonesia, yangmana jenis alat tangkap tersebut dilarangpenggunaannya di wilayah Perairan Indonesia.setelah diperiksa kemudian Terdakwa bersamakapal digiring ke pelabuhan Rokan Hilir untukdiproses lebih lanjut.1. Menyatakan Terdakwa KEE CHING

WOOI alias AHUN telah terbukti secarasahdan meyakinkan bersalah melakukan tindakpidana “dengan sengaja di wilayah pengelo-laan perikanan republik indonesia melakukanusaha perikanan di bidang penangkapanikan yang tidak memiliki SIUP”;

2. Menyatakan Terdakwa KEE CHINGWOOI alias AHUN telah terbukti secarasah dan meyakinkan bersalah melakukantindak pidana “memiliki dan mengoperasikankapal penangkap ikan berbendera asingyang melakukan penangkapan ikan di zeeyang tidak memiliki SIPI”;

3. Menyatakan Terdakwa KEE CHINGWOOI alias AHUN telah terbukti secaradan meyakinkan bersalah melakukan tindakpidana “dengan sengaja menggunakan alatpenangkap ikan yang mengganggu danmerusak keberlanjutan sumber daya ikan dikapal penangkap ikan di wilayah pengelo-laan perikanan Negara Republik Indonesia;

4. Menjatuhkan pidana terhadap TerdakwaKEE CHING WOOI alias AHUN tersebutoleh karena itu dengan pidana penjaraselama 3 (tiga) tahun dan 6 (enam) bulandan pidana denda sebesar Rp2.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), denganketentuan apabila denda tersebut tidakdibayar, maka diganti dengan pidanakurungan selama 4 (empat) bulan;

5. Menetapkan masa penangkapan dan masapenahanan yang telah dijalani oleh Terdakwadikurangkan seluruhnya dari pidana, yangdijatuhkan;

6. Menetapkan agar Terdakwa tetap beradadalam tahanan;

7. Menetapkan barang bukti berupa :- 1 (satu) unit Kapal Nelayan PKFA 7949

Malaysia 44 GT;- 1 (satu) buah Dokumen Lesen Vesel;- 1 (satu) unit GPS Satelit merk Koden

type CVS -118MK II;- 1 (satu) unit GPS Satelit merk Koden

type GTD-2000;- 1 (satu) unit Orari merk Kenwood type

PK-980;- 1 (satu) unit Orari merk Virage;

Dirampas untuk Negara;• 2 (dua ) set Alat Tangkap Trawl Net/

Pukat Harimau;• lkan campuran lebih kurang + 750 kg;

1 5 Lihat Putusan Mahkamah Agung Nomor 80 PK/Pid.Sus/2014

ANALISIS PROBLEMATIKA TINDAKAN PIDANA PERIKANAN DI INDONESIA

Page 54: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN45

• Udang ± 20 kg;Dirampas untuk dimusnahkan;

8. Membebani Terdakwa untuk membayarbiaya perkara sebesar Rp5.000,00 (limaribu rupiah);

3. Putusan Mahkamah Agung Nomor 168 K/Pid.Sus/2014. Pelakunya bernama Mr. NGUYENVAN BE warga negara Vietnam. Yang pu-tusannya sebagai berikut16:Kronologis perkara:

Bermula dari Terdakwa Mr. NGUYENVAN BE selaku nakhoda KM BV 0870TSberangkat dari pelabuhan Ba Ria Vung TauVietnam, menuju di perairan Indonesia dengantujuan untuk menangkap ikan di wilayahperairan Indonesia, dan setelah sampai diperairan Indonesia kemudian Terdakwa selakunakhoda KM BV 0870 TS bersama-samadengan Mr.BUI HAN HANH yang meru-pakan nakhoda KM BV 0071 TS(dilakukanpenuntutan secara terpisah) melakukanpenangkapan ikan dengan menggunakan alatpenangkapan ikan berupa trawl denganspesifikasi panjang jaring(kantong dan badanjaring) 20-30 m (dua puluh sampai tiga puluhmeter), lebar mulut jaring 20 (dua puluh) meter,dan panjang tali dari mulut jaring ke kapal 400(empat ratus) meter dan terdapat rantai besiyang diletakkan pada sepanjang tali ris bawahjaring pair trawl dengan berat rantai besi lebihkurang 100 (seratus) kg .

Adapun putusannya bagi pelaku adalahberikut:1. Menyatakan Terdakwa Mr. NGUYEN

VAN BE terbukti secara sah dan meya-kinkan bersalah melakukan tindak pidanaperikanan yaitu: “Turut serta melakukanpenangkapan ikan di wilayah pengelolaanperikanan Republik Indonesia di ZonaEkonomi Eksklusip Indonesia tidak memilikiSurat Ijin Usaha Penangkapan (SIUP) danmelakukan pengoperasian kapal penangkapikan berbendera asing melakukan penang-kapan ikan di Zona Ekonomi Eksklusip

Indonesia tidak memiliki Surat Ijin Penang-kapan Ikan (SIPI) dan memiliki, menguasai,membawa dan menggunakan alat penang-kap ikan yang mengganggu dan merusakkeberlanjutan sumber daya ikan”;

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa Mr.NGUYEN VAN BE oleh karena itu denganPIDANA DENDA sebesar Rp1.500.000.000,00 ( satu milyar lima ratusjuta rupiah);

3. Menetapkan barang bukti berupa;· Uang hasil lelang Kapal KM BV 0870

TS Rp 48.000.000,- (empat puluhdelapan juta rupiah), Seluruhnya diram-pas untuk Negara;

· 1 (satu) unit Tali Warp Jaring Trawl danikan campur sebanyak 150 kg, seluruh-nya dirampas untuk dimusnahkan;

4. Membebankan kepada Terdakwa Mr.NGUYEN VAN BE untuk membayar biayaperkara sebesar Rp.5.000,00 (lima riburupiah);

4. Putusan Mahkamah Agung Nomor 1960 K/PID.SUS/2013. Pelakunya bernama NELSONPANJAITAN BIN MANOKKON PAN-JAITAN warga negara Indonesia, putusanyasebagai berikut17:

Bahwa ia Terdakwa NELSON PAN-JAITAN Bin MANOKKON PANJAITANsebagai Nakhoda KM PANBERS GT. 6Nomor 1198/PHB/S.7 pada hari Jumat tanggal17Mei 2013 sekitar pukul 11.00 WIB atausetidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulanMei2013 bertempat di wilayah perairan PulauJamur Kabupaten Rokan Hilir ProvinsiRiauIndonesia pada posisi 02> 59’129"U-100>36"500"T atau setidak-tidaknya padasuatu tempat yang masih termasuk dalamdaerah hukum pengadilan negeri Rokan Hilir,yang memilikidan/atau mengoperasikan kapalpenangkap ikan berbendera Indonesia,melakukan penangkapan ikan di wilayahpengelolaan perikanan RI dan/atau di laut lepas,yang tidak memiliki SIPI (surat izin penang-

1 6 Lihat Putusan Mahkamah Agung Nomor 168 K/Pid. Sus/20141 7 Lihat Putusan Mahkamah Agung Nomor 1960 K/PID.SUS/2013

ANALISIS PROBLEMATIKA TINDAKAN PIDANA PERIKANAN DI INDONESIA

Page 55: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN46

kapan ikan) sebagaimana dimaksud dalamPasal 27 ayat (1) perbuatan tersebut dilakukanoleh Terdakwa sebagai berikut :Adapun putusannya sebagai berikut:1. Menyatakan Terdakwa NELSON PAN-

JAITAN Bin MANOKKON PANJAI-TAN telah terbukti secara sah dan meya-kinkan bersalah melakukan tindak pidana“Mengoperasikan kapal penangkap ikanberbendera Indonesia yang melakukanpenangkapan ikan di wilayah pengelolaanperikanan Republik Indonesia dengan tidakmemiliki SIPI;

2. Menjatuhkan pidana terhadap TerdakwaNELSON PANJAITAN Bin MANOK-KON PANJAITAN tersebut oleh karenaitu dengan pidana penjara selama 6 (enam)bulan;

3. Menjatuhkan pidana denda kepada Terdak-wa sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluhjuta rupiah), dengan ketentuan apabila dendatersebut tidak dibayar, maka diganti denganpidana kurungan selama 1 (satu) bulan;

4. Menetapkan masa penangkapan danpenahanan yang telah dijalani Terdakwadikurangkan seluruhnya dari pidana yangdijatuhkan

5. Memerintahkan Terdakwa tetap ditahan ;6. Menyatakan barang bukti berupa

a. (satu) unit KM. Panbers GT 6 Nomor1198/PHB/S.7 ;

b. 1 (satu) lembar pas kecil kapal penang-kap ikan ;

c. 1 (satu) lembar Sertifikat kelaikan danpengawakan kapal penangkap ikan,(sudah habis masa berlakunya);

d. 1 (satu) lembar data perlengkapan untuksertifikat kelaikan dan pengawakan kapalpenangkap ikan ;

e. 1 (satu) lembar Surat Izin Usaha Penang-kapan Ikan (SIUP) (sudah habis masaberlakunya) ;

f. 1 (satu) lembar Surat Keterangan LayakTangkap (SKTL) (sudah habis masaberlakunya) ;

g. 1 (satu) lembar Surat Izin Penangkapan

Ikan (SIPI) (sudah habis masa ber-lakunya) ;

h. 1 (satu) lembar Surat KeteranganKecakapan (SKK) an.Nelson Panjaitan

i. (satu) set alat tangkap ikan jenis BottomGillnet;Dikembalikan kepada pemiliknya.Uang sejumlah Rp2.469.600,00 hasillelang ikan hasil tangkapan Terdakwadirampas untuk negara.

7. Membebani Terdakwa membayar biayaperkara sebesar Rp5.000,00 (lima riburupiah);

Berdasarkan kasus di atas terlihat bahwapidana bagi pelaku illegal fishing cendrung terlaluringan sehingga hal bisa berdampak tidak baikdalam praktik penegakan hukum kita. Kon-sekuensinya masih terjadi kejahatan illegal fishingdi beberapa daerah, walaupun sudah diberlakukanUndang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentangPerikanan sejak tahun 2004 dan, Undang-undangNomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan sudahdiberlakukan hampir 7 (tahun) hingga sekarang,namun dirasakan belum mampu menanggulangikejahatan illegal fishing di Indonesia dan masihmarak terjadi kejahatan illegal fishing di berbagaidaerah yang memiliki sumber daya perikanan.

Hal lain yang sangat menarik adalah terdapatbeberapa instansi/badan/lembaga penegak hukumdi laut khususnya penegkan hukum illegal fishing.Instansi yang pempunyai kewenangan penegakanhukum dilaut cukup beragam, antara lain TentaraNasional Indonesia Angakan Laut (TNI AL), BeaCukai, Polisi Air (Polair), Kementerian Perhu-bungan (Kemenhub), Kementerian Kelautan danPerikanan (KKP), Badan Keamanan Laut(Bakamla) dan Satgas Illegal Fishing dansebagainya.

TNI AL misalnya menjaga pertahanan negaradi laut, termasuk juga penangkapan pelaku IllegalFishing. Polair menjaga keamanan dan ketertibanlaut, sementara KKP juga mempunyai mekanismesendiri dalam penanganan kasus-kasus IllegalFishing. Dengan demikian, seakan penegakanhukum khususnya terhadap Illegal Fishing tidakdilakukan secara integral, berjalan sendiri-sendiri

ANALISIS PROBLEMATIKA TINDAKAN PIDANA PERIKANAN DI INDONESIA

Page 56: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN47

dan kelihatannya terjadi tumpangtindih karenamasing-masing para instasi tersebut sama-samapunya kewenangan walaupun ada batasan-batasansesuai dengan perundang-undangan. Para penegakhukum di laut mempunyai tugas dan fungsi masing-masing terhadap penegakan hukum kejahatanIllegal Fishing, hal ini bisa berakibat kurangefektif baik pencegahan maupun penindankanapabila kurang terkoordinasi satu dengan yang lain.

Misalnya Badan Keamanan Laut (Bakamla)dibentuk berdasarkan Peraturan Persiden (Pepres)Nomor 178 Tahun 2014 tentang Badan KeamananLaut, yang mempunyai fungsi sebagai berikut:a. menyusun kebijakan nasional di bidang

keamanan dan keselamatan di wilayah perairanIndonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia;

b. menyelenggarakan sistem peringatan dinikeamanan dan keselamatan di wilayah perairanIndonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia;

c. melaksanakan penjagaan, pengawasan,pencegahan, dan penindakan pelanggaranhukum di wilayah perairan Indonesia danwilayah yurisdiksi Indonesia;

d. menyinergikan dan memonitor pelaksanaanpatroli perairan oleh instansi terkait;

e. memberikan dukungan teknis dan operasionalkepada instansi terkait;

f. memberikan bantuan pencarian dan pertolongandi wilayah perairan Indonesia dan wilayahyurisdiksi Indonesia; dan melaksanakan tugaslain dalam sistem pertahanan nasional.

Sedangkan kewenangan Badan KeamananLaut adalah:1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai-

mana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3,Bakamla berwenang:a. melakukan pengejaran seketika;b. memberhentikan, memeriksa, menangkap,

membawa, dan menyerahkan kapal keinstansi terkait yang berwenang untukpelaksanaan proses hukum lebih lanjut; dan

c. mengintegrasikan sistem informasi keamanandan keselamatan di wilayah perairanIndonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia.

2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilaksanakan secara terintegrasi dan terpadu

dalam satu kesatuan komando dan kendali.

Terakhir pemerintah juga mengeluarkanPeraturan Presiden (Pepres) tentang SatgasPemberantasan Illegal Fishing. Pepres No. 115Tahun 2015 tentang Satuan Tugas PemberantasanPenangkapan Ikan Secara Ilegal (Illegal Fishing).Hal ini juga untuk menanggulangi kejahatan IllegalFishing yang terjadi di Indonesia yang tugasnyaantara lain untuk:a. Satgas bertugas mengembangkan dan melak-

sanakan operasi penegakan hukum dalamupaya pemberantasan penangkapan ikan secarailegal di wilayah laut yurisdiksi Indonesia secaraefektif dan efisien dengan mengoptimalkanpemanfaatan personil dan peralatan operasi,meliputi kapal, pesawat udara, dan teknologilainnya yang dimiliki oleh KemebterianKelautan dan Perikanan, Tentara NasionalIndonesia Angkatan Laut, Kepolisian NegaraRepublik Indonesia, Kejaksaan Agung Re-publik Indonesia, Badan Keamanan Laut,Satuan Kerja Khusus Pelaksana KegiatanUsaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, PT.Pertamina dan institusi terkait lainnya;

b. Tugas Satgas sebagaimana dimaksud dalamPeraturan Presiden ini juga meliputi kegiatanperikanan yang tidak dilaporkan (unreportedfishing).

Berdasarkan sebagaimana dikemukan di atassudah dilakukan upaya oleh pemerintah dalambentuk proses legislasi, hal ini diwujudkan mulaidari merubah Undang-Undang Nomor 31 Tahun2004 tentang Perikanan menjadi Undang-undangNomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan gunaefektifitas penegakan hukum Illegal Fishing,pembentukan Badan Keamanan Laut dan terakhirpembentukan Satuan Tugas Illegal Fishing danberbagai upaya lainya. Namun upaya tersebutbelum berdampak signifikan dan masih terjadikasus-kasus illegal fishing laut Indonesia.Pemberitaan penangkapan kapal-kapal illegalfishing dan diiringi dengan proses penegakanhukum kepada para pelakunya antara lainyaseperti penenggelaman kapal masih menghiasidipemberitaan nasional baik media cetak maupun

ANALISIS PROBLEMATIKA TINDAKAN PIDANA PERIKANAN DI INDONESIA

Page 57: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN48

elektronik. Gejala tersebut perlukan pemikiranyang komprehensif guna menanggulangi kejahatantersebut. Apalagi salah satu agenda pemerintahIndonesia sekarang adalah menjadikan bangsaIndonesia mejadi poros maritim dunia danmenjadikan sumber daya yang ada di laut sebagaipenopang ekonomi nasional. Laut merupakanruang perairan di muka bumi yang meng-hubungkan daratan dengan daratan dan bentuk-bentuk alamiah lainnya, yang merupakan kesatuangeografis dan ekologis beserta segenap unsurterkait, dan yang batas dan sistemnya ditentukanoleh peraturan perundang-undangan dan hukuminternasional.18

Selanjutnya dalam “Penyusunan KembaliRancangan (Redesign)) Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Pelayaran” oleh DewanKelautan Indonesia, Kementerian Kelautan danPerikanan, pada tahun 2012. Dalam pengantarnyadisebutkan bahwa sebagai negara kepulauan sudahselayaknya Indonesia memiliki armada laut yangsangat kuat, bukan hanya armada militer, melainkanjuga armada-armada/kapal-kapal niaga yang kuatyang mampu bersaing dengan kapal niaga asing.Namun, pada kenyataannya Indonesia belumbanyak memiliki armada-armada kapal yang bisamendukung keberadaan sebagai negara kepulauan,apalagi sebagai negara maritim.19 Penguatanarmada yang kuat, baik Kementerian Kelautan danPerikanan, Tentara Nasional Indonesia AngkatanLaut dan peningkatan sumber daya manusia baikmeningkatkan pesonil penegak hukum, sepertiPenyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) maupunpeningkatan pengetahuan hakim perikananmerupakan usaha penanggulangan kejahatanillegal fishing yang perlu dilakukan olehpemerintah.

Berdasarkan problematikan dalam tindakpidana perikanan sebagaimana dikemukakan diatas harus disikapi dengan baik agar ditemukanjalan keluar dalam menyelesaikan persoalan tindakpidana perikanan ini. Berkiut solusi yang akandikemukakan berikut ini:

1. Dari aspek substansi dalam pengaturan dalambidang perikanan.Dalam substansi undang-undang perlu sesuaikan/revisi Undang-undangNomor 45 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentangPerikanan agar dimasukan minimal khusussanksi pidana penjara ataupun denda. Tujuanyaagar para hakim pengadilan perikanan mem-punyai pedoman dalam menjatuhkan sanksipidana kepada para pelaku pidana perikanan.Dengan adanya minimal khusus hakim peradilanperikanan tidak boleh melebihi sanksi pidanaminimal yang disyaratkan undang-undang,karena selama ini ada kecendrungan bahwapidana yang dijatuhkan terlalu ringan sehinggatidak tercapai tujuan pemidanaan yang salahsatunya efek jera baik bagi pelaku maupununtuk menakut-nakuti masyarakat.

2. Dari aspek aparatur yang mempunyai kewe-nangan menegakan hukum terhadap pelakutindak pidana perikanan seyogyanya diinte-grasinkan atau disatukan menjadi satu kesatuansistem/komando yang seakan terjadi tumpangtindih dalam penegakan hukum tindak pidanaperikanan.

3. Dari aspek sarana dan prasarana juga perludiperhatikan, setidaknya dengan gagasan porosmatitim dunia yang disampaikan pemerintah jugadiikuti dengan tersedianya angaran yang cukupuntuk mendukung keperluan yang dibutuhkanoleh penegakan hukum khususnya terhadaptindak pidana perikanan. Misalnya kemampuankapal dan peralatan yang dibutuhkannya,karena jangan sampai terjadi kapal yangdigunakan aparat untuk mengejar pelaku tindakpidana perikanan ternyata kecepatan kalah jauhdari kapal ikan yang akan ditangkap, dan inibisa dengan mudah pelaku tindak pidanaperikanan melarikan diri.

4. Dari aspek kemanfaatan, kepentingan masya-rakat nelayan juga prlu diperhatikan. MenurutMarhaeni Ria Siombo20 mengemukakan bahwakepentingan yang perlu diatur oleh pemerintah

1 8 Lihat Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan.1 9 Lihat “Penyusunan Kembali Rancangan (Redesign) Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Pelayaran”, Dewan Kelautan

Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, 20122 0 Marhaeni Ria Siombo, Hukum Perikanan Nasional dan Internasional, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010, hlm.24

ANALISIS PROBLEMATIKA TINDAKAN PIDANA PERIKANAN DI INDONESIA

Page 58: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN49

adalah ketersediaan sumber daya ikan dankewajiban pemerintah untuk meningkatkankesejahteraan masyarakat nelayan. Laut danisinya merupakan sumber nafkah hidup nelayan.Hukum perikanan mengatur perilaku manusiadalam memanfaatkan sumber daya ikan agarketersediaannyasecara kualitas dan kuantitasselalu stabil.

D. PenutupPemerintah harus sadar akan pentingnya

melindungi sumber daya laut yang selama inicedrung kurang diperhatikan sehingga marakterjadi tindak pidana perikanan. Termasukberbagai masalah dalam tindak pidana perikanan.Masalah tersebut yaitu masalah yuridis dalamrumusan pasal undang-undang perikanan yangintinnya bahwa penyidik dan/atau pengawasanperikanan dapat melakukan pembakaran dan/ataupenenggelaman hanya dengan bukti permulaanyang cukup. Ini berbeda dengan prinsip hukumacara pidana yaitu asas praduga tidak bersalah(presumption of innocence) dan due proess oflaw yang pada prinsipnya jangan sampaimenghukum orang tidak bersalah. Pelaksanaannyaperlu dilakukan sangat hati-hati agar tidak

melanggar hak-hak tersangka/terdakwa.Masalah lainya dalam praktik peradilan

perikanan Indonesia yang cenderung memberikansanksi terlalu ringan. Fenomena penjatuhan pidanadenda tanpa memberikan pidana penjara padapelaku, kalaupun diputuskan pidana penjaranamun sanksinya terlalu rendah, sehingga tujuanpemidanaan kurang tercapai yaitu salah satunyamemberikan efek jera bagi pelaku. Solusi masalahtersebut perlunya penyempurnaan undang-undangdibidang perikanan dimasukan minimal khusussanksi pidana penjara ataupun denda. Ini bertujuanuntuk mebatasi hakim memberikan putusan yangselama ini cendrung relatif ringan.Persoalan lainkewenangan instansi penegakan hukum dilautcukup beragam, antara lain Tentara NasionalIndonesia Angakan Laut (TNI AL), Bea Cukai,Polisi Air (Polair), Kementerian Perhubungan(Kemenhub), Kementerian Kelautan danPerikanan (KKP), Badan Keamanan Laut(Bakamla) dan Satgas Illegal Fishing dansebagainya.Dari aspek kewenangan dalampenegakan hukum ini diperlukan harmonisasi danterintegrasi serta tersedianya angaran yang cukupuntuk mendukung keperluan yang dibutuhkan olehinstansi tersebut dalam menjalankan tugasnya.

ANALISIS PROBLEMATIKA TINDAKAN PIDANA PERIKANAN DI INDONESIA

Page 59: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN50

Etty R. Agoes, Penguatan Hukum InternasionalKelautan, Guru Besar Hukum Internasional(purn) Universitas Padjadjaran, Makalahdisampaikan pada Workshop tentang“Membangun Sinergitas Potensi Ekonomi,Lingkungan, Hukum, Budaya dan Leamananuntuk Meneguhkan Negara Maritim yangBermartabat”, di Medan UniversitasSumatera Utara, , 5-6 Maret 2015

Jurnal Kajian Lemhanas RI, PenataanPengamanan Wilayah Maritim GunaMemelihara Stabilitas dalam RangkaMenjaga Kedaultan NKRI,, Edisi 14,Desember 2012.

Gatot Supramono, Hukum Acara Pidana danHukum Pidana di Bidang Perikanan,Rineka Cipta, Jakarta, 2011.

Marhaeni Ria Siombo, Hukum PerikananNasional dan Internasional, GramediaPustaka Utama, Jakarta, 2010

Mukhtar, Mengenal Illegal, Unreported,Unregulated Fishing (IUU Fishing),<http://mukhtar- api.blogspot.com/2008/06/mengenal- i l legal-unreported-dan.html>[diakses pada 10/5/2015].

Penyusunan Kembali Rancangan (Redesign)Peraturan Perundang-Undangan di BidangPelayaran, Dewan Kelautan Indonesia,

Daftar Pustaka

Kementerian Kelautan dan PerikananIndonesia, 2012

Laporan Akhir Evaluasi Kebijakan dalam RangkaImplementasi Hukum Laut Internasional(UNCLOS1982) di Indonesia, Departe-men Kelautan dan Perikanan, SekretarisJenderal, Jakarta, Satuan Kerja DewanKelautan Indonesia Tahun Anggaran 2008

Laporan Kinerja Kementerian Kelautan danPerikanan Tahun 2014

Undang-Undang Dasar Negara KesatuanRepublik Indonesia Tahun 1945

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentangKitab Undang-undang Hukuum AcaraPidana

Undang-undang Nomor 45 tentang PerubahanAtas Undang-undang Nomor 31 Tahun2004 tentang Perikanan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentangKelautan

Putusan Mahkamah Agung Nomor 158 K/PID.SUS/2014

Putusan Mahkamah Agung Nomor 80 PK/Pid.Sus/2014

Putusan Mahkamah Agung Nomor 168 K/Pid.Sus/2014

Putusan Mahkamah Agung Nomor 1960 K/PID.SUS/2013

ANALISIS PROBLEMATIKA TINDAKAN PIDANA PERIKANAN DI INDONESIA

Page 60: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN51

SINERGI PENGELOLAAN KELAUATAN ANTARAPEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

SEBAGAI PENGUATAN POROS MARITIM INDONESIA

Oleh :Agus Prihartono PS & Fatkhul Muin

Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang-BantenJalan Raya Jakarta KM. 4 Pakupatan Serang Banten

Email : [email protected]@untirta.ac.id

AbstractIn this study, analyze viewpoints on management of marine Indonesia as amaritime shaft by the central government and local governments. The centralgovernment as part of the policy holders in the marine sector, the centralgovernment has great authority, but in the era of regional autonomy theauthority, divided by regions proportionally to create synergies in themanagement of the marine field. As the main basis in the development that isequitable to all Indonesian people, then the regional autonomy, the basicconception in its development is the transformation of authority, dividedproportionally between governance arrangements that exist, thereby buildinggood governance. In the maritime field, one local government authority ismanaging marine resources shared with the central government, it was basedon Article 14 of Law No. 23 Year 2014 on Regional Government, that“Implementation of Government Affairs in forestry, marine, and energy andmineral resources are shared between central and local government theprovince”. Upon the occurrence of Djuanda Declaration, which significantlyexpressed either de facto or de jure, that Indonesia is a country with theprinciple of an archipelago (Archipelagic State), so that the bottom watersbetween the islands was a territory of the Republic of Indonesia (RI) and not afree zone. With the Djuanda Declaration which recognizes regions of Indonesiaas an archipelago, the synergistic role between the government and the localgovernment is required to manage areas of the island which is basically a seaarea belonging to Indonesia. The recognition of Indonesia as an archipelagiccountry, then from the next Djuanda Declaration promulgated into law No.4 /PRP / 1960 on Indonesian waters. So the impact on the area of the Republicof Indonesia multiple of 2.5 times that of 2,027,087 km² be 5.19325 millionkm². By calculating the straight line 196 (straight baselines) from the point ofthe outer islands, creating a virtual line along the border around RI 8069.8nautical miles. Increased sea area of Indonesia, would require public servicemodel that is well integrated in the maritime field, the problem of maritimeterritory as the seas off in Indonesia, is the reach and capability of thegovernment to manage the marine owned optimally. Spacious sea increased

Page 61: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN52

following Juanda Declaration, it must be balanced by supporting themanagement of marine Indonesia. To create all that, it is necessary to optimallyplanning and implementation as well as the utilization of marine managementin the field of marine Indonesia. The purpose of this study was to explore themarine management in Indonesia from the perspective of authority possessedby the Indonesian government in proportion in the governance arrangementsin Indonesia. In this study, using a doctrinal approach to the normative researchmethod as the basis for analysis.

Keywords: Management, Maritime and Djuanda Declaration

A. Pendahuluana. Latar Belakang

Era reformasi telah memberikan perubahanterhadap sistem pengelolaan atau managementNegara, dimana selama ini orientasi pengelolaanNegara bersifat sentralistik atau segala kebijakanlebih terfokus kepada pemerintah pusat, makasejak lahirnya priode reformasi, paradigmapengelolan Negara menggunakan sistem otonomidaerah dan keseimbangan pengelolaan negaraantara pemerintah pusat dan pemerintah daerahdengan dasar pembagian urusan yang bersifat riilseperti dalam ketentuan Lampiran II Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang PemerintahanDaerah, sehingga orientasi pembangunan daributton up dibandingkan dengan top down.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, palingtidak desentralisasi melibatkan empat dimensi,yaitu: kolektif/eksterior, kolektif/interior, individual/eksterior, dan individual/interior, dengan penjelasansebagai berikut:1. Kolektif/eksterior harus dilakukan dengan

bentuk prosedur institusional dan legal;2. Kolektif/interior berhadapan dengan budaya

masyarakat, yakni seperangkat nilai dan asumsiyang sering tidak terucapkan atau tidak terakuitapi memainkan peran yang sangat pentingdalam hubungan manusia;

3. Dimensi individual/eksterior harus dilakukandengan perilaku individu yang bisa diamatidalam beragam institusi kemasyarakatan,apakah itu pemerintah, sektor privat, ataumasyarakat madani;

4. Dimensi individual/interior berhadapan denganpola pikir, pandangan, model mental, emosi, dan

intuisi individu dalam institusi.( MuhammadNoor, 2012 : 46).

Konsep desentralisasi tidak terlepas dari peranpenting seluruh steak holder. Sebagai Negarayang menganut desentralisasi dalam pengelolaanNegara dan sebagai Negara maritim yangmerupakan hasil Deklarasi Djuanda, makapengelolaan sumber daya laut dan pemberdayaanmasyarakat dalam pengelolaan sumber daya lautdiperlukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.

Secara umum bahwa, prinsip-prinsip dalamDeklarasi Djuanda ini kemudian dikukuhkandengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1960,yang isinya sebagai berikut :1. Untuk kesatuan bangsa, integritas wilayah, dan

kesatuan ekonominya ditarik garis-garispangkal lurus yang menghubungkan titik-titikterluar dari kepulauan terluar;

2. Termasuk dasar laut dan tanah bawahnyamaupun ruang udara di atasnya dengan segalakekayaan alam yang terkandung di dalamnya;

3. Jalur laut wilayah laut territorial selebar 12 mildiukur dari garis-garis lurusnya;

4. Hak lintas damai kapal asing melalui perairannusantara (archipelagic water) dijamin tidakmerugikan kepentingan negara pantai, baikkeamanan maupun ketertibannya.( Ernawati,2015 : 4).

Dalam Deklarasi Djuanda menyatakan bahwaIndonesia menganut prinsip- prinsip negarakepulauan (Archipelagic State), sehingga laut-lautantar pulau pun merupakan wilayah RepublikIndonesia, dan bukan kawasan bebas dan dari

SINERGI PENGELOLAAN KELAUTAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

Page 62: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN53

situlah negara Indonesia disebut negara kepulauan.Deklarasi itu mendapat tentangan dari beberapanegara, namun pemerintah Indonesia meresmikandeklarasi itu menjadi UU No. 4/PRP/1960 tentangPerairan Indonesia. Wilayah Negara RI yangsemula luasnya 2.027.087 km2 (daratan)bertambah luas lebih kurang menjadi 5.193.250km2 (terdiri atas daratan dan lautan). Ini berartibertambah kira-kira 3.106.163 km2 atau kita-kira145%.Manfaat dari Deklarasi Djuanda iniberlanjut kepada bertambah besarnya perairan lautIndonesia,disamping itu juga perairan laut indonesiayang kaya akan hasil laut menjadikan negaraIndonesia sebagai negara yang kaya akan hasillaut.Sesuai data Konferensi Hukum Laut yang barutelah ditandatangani oleh 130 negara dalamUNCLOS III (Konferensi Hukum Laut) di telukMontenegro, Kingston, Jamaica, pada tanggal 6 -10 Desember 1982, yang memutuskan beberapaketentuan untuk wilayah kelautan di Indonesia:1. Batas laut territorial selebar 12 mil.2. Batas zona bersebelahan adalah 24 mil. 3. Batas

ZEE adalah 200 mil. 4. Batas landas benua lebihdari 200 mil.( Ernawati, 2015: 5).

Deklarasi Djuanda itu bertujuan untuk men-jawab batas laut Indonesia. Kebijakan politik luarnegari Indonesia.dibahas dalam deklarasi ini.Djuanda ini selalu di bawah dalam foruminternasional, misalnya dalam UNCLOS (UnitedNations Conference On The Law Of The Sea).Untuk memperkuat posisi Deklarasi ini, makapemerintah menaikkan statusnya menjadi undang-undang tentang perairan. Tujuan di keluarkannyaDeklarasi Djuanda ini ialah membatasi kapan asingkeluar masuk dalam wilayah Indonesia, serta untukmenyatukan wilayah yang terpencar dalam gugusanpulau. Dengan adanya Deklarasi Djuanda ini,kekayaan alam Indonesia dapat di jaga dari tanganasing, dan di manfaatkan oleh masyarakatIndonesia sendiri. Deklarasi Djuanda membawadampak luar biasa bagi negara Indonesia, ituterlihat dari aspek Wilayah, batas laut territorialselebar 12 mil, batas zona bersebelahan adalah24 mil, batas Zee adalah 200 mil, batas landasbenua lebih dari 200 mil. (Febta Pratama Aman,2013: 80).

Dengan adanya Deklarasi Djuanda yang telahmenjadi peraturan perundang-undangan, makaIndonesia baik secara de facto dan de jure adalahNegara yang bercirikan kepulauan. Sebagai neagrakepulauan, maka pengelolaan sumber dayakelautan harus dilaksanakan secara sinergidianatara susunan-susunan pemerintah yangberorientasi kepada kesejahteraan rakyat,sebagaimana amanat Pasal 33 UUD NRI 1945,dimana seluruh sumber daya alama dikelola olehNegara dan tujuannnya adalah untuk menciptakankemakmuran bagi rakyat, sehingga tercapainyatujuan Negara yang termaktub dalam Aline Ke-IV Pembukaan UUD NRI 1945, bahwa dua halpokok sebagai landasan filsafati Indonesiamerdeka, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsadan mensejahterkan rakyat.

b. PermasalahanDeklarasi Djuanda telah menempatkan Indone-

sia sebagai Negara kepulauan dan pengakuanwilayah-wilayah batas laut Indonesia, dengan haltersebut maka kewajiban negara untuk menjagadan memanfatkan wilayah laut Indonesia yangmerupakan amanat konstitusi/UUD NRI 1945,bahwa sumber daya alam harus dikelola olehNegara untuk kesejahteraan rakyat. Dalampengelolaan sumber daya laut, maka diperlukankerjasama seluruh steak holder, baik pemerin-tahan dan pemerintah daerah agar sebagai wilayahmaritim, wilayah Indonesia dapat dimanfaatkansecara maksimal. Berdasarkan UU No. 23 Tahun2014 Tentang Pemerintah Daerah, dimana adanyaperan pemerintah daerah dalam bidang kelautanIndonesia sesuai dengan pembagian urusan-masing-masing. Dalam kajian ini, ada 2 (dua)pokok yang menjadi akar permasalahan, sebagaiberikut:1. Bagaimana bentuk sinergi pembangunan

kemaritiman berdasarkan pembeagian urusanantara Pemerintah dan Pemerintah Daerah?

2. Bagaimana memperkuat partisipasi masyarakatdalam pengelolaan kemaritiman Indonesia?

c. TujuanDalam kajian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisi bentuk sinergi pembangunan

SINERGI PENGELOLAAN KELAUTAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

Page 63: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN54

kemaritiman berdasarkan pembagian urusanantara pemerintah dan pemerintah daerah.

2. Menganalisis bentuk partisipasi masyarakatdalam pengelolaan kemaritiman Indonesia

d. Metode PenelitianDalam persepektif keilmuan, maka metode

penelitian merupakan bagian yang penting, dimanadianalisis dari tiga sudut pandang, yaitu aspekontology (objek), epistimologi (metode) danaksiologi (manfaat). Penelitian ini menggunakanmetode pendekatan yuridis normatif, dimanamenganalisis data sekunder yang berupa bahan-bahan hukum sekunder dengan memahami hukumsebagai norma hukum positif dalam sistem hukumyang berlaku.

Sumber Data Penelitian ini termasuk penelitianhukum normatif, maka jenis data yang digunakanadalah data sekunder. Data sekunder yaitu datayang diperoleh dari penelitian kepustakaan,literature dan peraturan perundang-undangan yangberlaku, antara lain;a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum: yaitu

peraturan perundang-undangan, yang terdiridari:1. Undang-Undang Dasar NRI 1945.2. Deklarasi Djuanda3. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014

Tentang Pemerintahan Daerahb. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang

memberikan penjelasan tentang bahan hukumprimer; yaitu berupa internet, teori dan literaturyang berkaitan dengan permasalahan.

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu yang memberikanpenjelasan lebih mendalam mengenai bahanhukum primer maupun bahan hukum sekunderantara lain: Ensiklopedia, kamus hukum,Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) danjurnal-jurnal yang berkaitan.

B. Kerangka TeoriAsas desentralisasi menghendaki adanya

pelimpahan kewenangan pemerintah pusat kepadapemerintah daerah yang bersifat riil. Untuk secarabertingkat dengan alat perlengkapan sendirimengurus kepentingan rumah tangga sendiri atasinisiatif dan beban biaya sendiri sejauh tidak

menyimpang dari kebijaksanaan pemerintah pusat.Desentralisasi sebagai bentuk penyerahan urusanpemerintahan dari pemerintah pusat kepadapemerintah daerah, senantiasa dianut di dalampenyelenggaraan pemerintahan daerah. Tujuandiberikannya Tugas Pembantuan adalah untuk lebihmeningkatkan efektivitas dan efisiensi penye-lenggaraan pembangunan serta pelayanan umumkepada masyarakat. (Ryan Monoarfa, 2013: 114).Dengan adanya desentralisasi, maka penguatanpartisipasi susunan-susunan pemerintahan dapatdilaksanakan secara maksimal oleh pemerintah danpemrintah daerah.

Konsepsi dasar dalam otonomi daerahmembangun kemampuan pemerintah daerah dalammenyelenggarakan pemerintahan daerah secaramandiri, oleh karena itu dalam asas desentralisasipada teori dan prakteknya lebih memberikankemandirian dan kebebasan kepada masyarakatdaerah di dalam proses perencanaan danpengambilan keputusan, terutama mengaturtentang kepentingan masyarakat di daerah. Asasdesentralisasi memiliki beberapa keuntunganseperti pemusatan dan penumpukan kekuasaandapat dihindari, disamping itu desentralisasimerupakan perwujudan demokrasi karenamengikutsertakan masyarakat dalam peme-rintahan. (Ryan Monoarfa, 2013: 114). Partisipasimasyarakat dalam otonomi daerah sebagai upayauntuk memperkuat penyelenggaraan otonomidaerah yang berbasis kepada civil society(masyarakat madani).

Dalam mengelolah SDA, koordinasi antarsektor tidak hanya menyangkut kesepakatandalam suatu kerja bersama yang operasionalsifatnya tetapi juga koordinasi dalam pembuatanaturan. Dua hal ini memang tidak serta mertamenjamin terjadinya sinkronisasi antar berbagailembaga yang memproduksi peraturan dankebijakan mengenai SDA, tetapi secara normatifkoordinasi dalam penyusunan peraturan perun-dangan akan menghasilkan peraturan perundang-undangan yang sistematis dan tidak bertubrukansatu sama lain. Dalam kaitannya dengan otonomidaerah, (Bernadinus Steni, 2006: 4). Peraturanperundang-undangan juga yang dibentuk harusmencirikan sinergi antara seluruh steak holder,

SINERGI PENGELOLAAN KELAUTAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

Page 64: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN55

sehingga orientasi terhadap pengelolaan sumberdaya alam dapat dikelolaan secara maksimaltermasuk dalam sumber daya dalam bidangkelauatan.

Implementasi otonomi daerah terhadappengelolaan sumber daya, maka diperlukan adanyaoutcomes desentralisasi, dimana terdiri dari duaaspek, yaitu peningkatan partisipasi masyarakatdan fektivitas pelaksanaan koordinasi. Peningkatanpartisipasi masyarakat berkaitan dengandiserahkannya sebagian besar urusan pemerintahandi daerah, diharapkan masyarakat bisa mengambilbagian (partisipasi aktif) mulai dari perencanaan,pelaksanaan, sampai pada pengawasan danpemeliharaan hasil pembangunan. Secara apriori,konsep partisipasi yang dikehendaki olehdesentralisasi dalam otonomi daerahkelihatannyaterlampau muluk untuk bisa direalisasikan. Sebab,selama ini (peran pemerintah terlampau dominan)yang menempatkan masyarakat tidak lebih sebagaiobjek pembangunan atau pihak yang hanyapenonton.( Muhammad Mujtaba Habibi, 2015 :119). Maka dalam konteks pengelolaan pemerintadaerah, paling tidak ada tiga simpul hubungansebagai berikut:

Masyarakat

Swasta Pemerintah

Oleh karena itu, dalam hal pengelolaan bidangkelautan, dimana laut adalah ruang perairan di mukabumi yang menghubungkan daratan dengan daratandan bentuk-bentuk alamiah lainnya, yang meru-pakan kesatuan geografis dan ekologis besertasegenap unsur terkait, dan yang batas dansistemnya ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan hukum internasional. Kelautanadalah hal yang berhubungan dengan laut dan/ataukegiatan di wilayah laut yang meliputi dasar lautdan tanah di bawahnya, kolom air dan permukaanlaut, termasuk wilayah pesisir dan pulau-pulaukecil. (Hadi Supratikta, 2015: 13), maka peran

serta ketiganya diperlukan, dimana masyarakat,swasta dan pemerintahan baik pemerintah pusatdan pemerintah daerah sesuai dengan kewe-nangannya dan bersinergi mambangun wilayahkelauatan untuk kesejahteraan masyarakat.

C. Pembahasana. Sinergi Pembangunan Kemaritiman Ber-

dasarkan Pembeagian Urusan AntaraPemerintah dan Pemerintah DaerahPara pakar Ilmu Negara berupaya mendu-

dukan pemerintahan daerah secara filosofisterutama terkait dengan tujuan hidup bernegara,kedudukan dan peran pemerintah daerah dalamkonstelasi kenegaraan dan konstitusional, sertanilai-nilai prinsip yang perlu dikembangkan dalampola hubungan antara pusat dan daerah. (DharmaSetyawan Salam, 2004: 59). Pola hubungan antarapemerintah pusat dan daerah, pada dasarnya dapatdimaknai bukan hanya pembagian urusan semataantara pemerintahan pusat dan daerah, tetapi harusdimaknai dalam kerangka kerja yang bersifatsinergis antara pemerintah pusat dan pemerintahdaerah dengan memperhatikan kewenanganmasing-masing dalam penyelenggaraan peme-rintahan. Peran pemerintah dan pemerintah daerahyang salah satunya menjadi bagian pembagianurusan bagi wilayah-wilayah daerah kepulauan danmemiliki kelauatan, maka pengelolaan kelautandapat diselenggarakan secara sinergis antarapemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Indonesia sebagai Negara yang menjalankansistem pemerintahan yang bersusun, dimanaadanya pemerintah daerah dengan mendasarkankepada otonomi daerah, maka penguatan otonomidaerah adalah kemampuan pemerintah daerahdalam menjalankan urusannya sendiri sesuaidengan Pasal 18 UUD NRI 1945. Pemerintahdaerah menjalankan urusannya sendiri dalambatas-batas kewenangan yang dimiliki sesuaidengan pembagian urusan. Dengan semakinmencuatnya paradigma pembangunan kelautanserta dilaksanakannya otonomi daerah, makasemakin terbaca beberapa persoalan serius yangmenjadi isu-isu strategis dalam pengelolaansumberdaya pesisir dan laut ini, yaitu:1. Kondisi sumberdaya pesisir dan laut yang

SINERGI PENGELOLAAN KELAUTAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

Page 65: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN56

bersifat common property (milik bersama)dengan akses yang bersifat quasi open access.Istilah common property ini lebih mengarahpada kepemilikan yang berada di bawahkontrol pemerintah atau lebih mengarah padasifat sumberdaya yang merupakan publicdomain, sehingga sifat sumberdaya tersebutbukanlah tidak ada pemiliknya. Ini berartisumberdaya tersebut tidak terdefinisikan dalamhal kepemilikannya sehingga menimbulkangejala yang disebut dengan dissipated resourcerent, yaitu hilangnya rente sumberdaya yangsemestinya diperoleh dari pengelolaan yangoptimal. Dengan adanya sifat sumberdaya yangquasi open access tersebut, maka tindakansalah satu pihak yang merugikan pihak lain tidakdapat terkoreksi oleh pasar (market failure).Hal ini menimbulkan ketidak efisienan ekonomikarena semua pihak akan berusaha mengeks-ploitasi sumberdaya sebesar-besarnya, jikatidak maka pihak lain yang akan mendapatkeuntungan. Kondisi seperti inilah yang terjadisaat ini. Dengan didukung oleh teknologi,pihak-pihak yang lebih kuat dan mampumengeksploitasi sumberdaya secara berlebihansehingga terjadi hukum rimba (siapa yang kuat,dia yang menang) dan daya produksi alamiahmenjadi terganggu.

2. Adanya degradasi lingkungan pesisir dan laut.Pada awal tahun 80-an, banyak pihak yangtersentak setelah menyaksikan kebijakanpembangunan yang hanya mengejar pertum-buhan ekonomi dan produktivitas ternyata telahmenimbulkan kerusakan yang serius terhadaplingkungan. Program modernisasi perikancontohya, yang bertujuan menigkatkan produk-si hasil tangkapan nelayan menggunakanteknologi penangkapan yang semakin moderntidak disertai dengan sosialisasi pemahamanyang baik terhadap lingkungan kelautan. Halini berakibat fatal terhadap kelestarianlingkungan karena terjadi ekploitasi sumber-daya secara maksimal tanpa memperhatikanpotensi lestari yang ada. Degradasi lingkunganpesisir dan laut yangmanjdi ancaman bagikelangsungan hidup masyarakat pesisir dannelayan akibat faktor-faktor lain masih berlanjut

hingga saat ini seperti misalnya pencemaranlingkungan perairan akibat limbah industri danrumah tangga. Selain merusak potensisumberdaya perairan, degradasi lingkungan inijuga berakibat buruk bagi kesehatan dankelangsungan hidup manusia, terutama masya-rakat pesisir.

3. Kemiskinan dan kesejahteraan nelayan.Perikanan di Indonesia melibatkan banyakstakeholders. Yang paling vital adalah nelayankecil yang merupakan lapisan yang palingbanyak jumlahnya. Mereka hidup dalamkemiskinan dan tekanan-tekanan sosialekonomi yangberakar pada faktor-faktorkompleks yang saling terkait. Faktor-faktortersebut dapat diklasifikasikan sebagai faktoralamiah dan non alamiah. Faktor alamiahberkaitan dengan fluktuasi musim dan strukturalamiah sumberdaya ekonomi desa. Sedang-kan faktor non alamiah berhubungan denganketerbatasn daya jangkau teknologi, ketim-pangan dalam sistem bagi hasil, tidak adanyajaminan sosial tenaga kerja yang pasti,lemahnya jaringan pemasaran, tidak berfung-sinya koperasi nelayan yang ada, serta dampaknegatif kebijakan modernisasi perikanan yangada. Perubahan sosial ekonomi di desa-desapesisir atau desa nelayan telah memperjelasgaris stratifikasi sosial masyarakatnya. Nelayanburuh telah memberikan kontribusinya terhadapakumulasi kekayaan ekonomi pada sebagiankecil masyarakatnya yang memiliki alat produksiserta pihak yang menguasai modal dan pasar.Kemiskinan, kesenjangan sosial, dan tekanankehidupan yang melanda tumah tangga nelayanburuh tidak memungkinkan anggota keluarga-nya terlibat aktif dalam tanggung jawab sosialdi luar permasalahan kehidupan yang substan-sial bagi mereka. Faktor yang demikian seringmenjadi alasan bagi pihak lain untuk menilaisecara negatif perilaku sosial masyarakatnelayan. Persepsi seperti ini hanya melestarikankesenjangan hubungan sosial dalam relasi politikantara pemerintah dan masyarakat nelayan.Dalam jangka panjang, hal ini tidak mengun-tungkan untuk mendorong perwujudan partisi-pasi masyarakat dalam pembangunan. Untuk

SINERGI PENGELOLAAN KELAUTAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

Page 66: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN57

itu diperlukan reorientasi model kepemimpinandan sasaran perencanaan pembangunan agarlebih kontekstual dan partisipatif.

4. Akses pemanfaatan teknologi yang terbatas.Semakin tingginya persaingan dalam peman-faatan sumberdaya laut dan pesisir, menuntutmasyarakat untuk memaksimalkan produksimereka. Salah satu cara yang digunakan adalahdengan penggunaan teknologi. Keterbatasanpengetahuan dan kemampuan dalam peng-gunaan teknologi ini menjadi salah satu kendaladan pemicu adanya eksploitasi sumberdayayang merusak potensi lestari dan berdampaknegatif bagi lingkungan. Salah satu contohnyaadalah penggunaan bom ikan dan potasiumsianida untuk menangkap jenis-jenis ikandengan nilai ekonomis tinggi di habitat terumbukarang telah merusak dan menimbulkanpencemaran lingkungan yang parah. Contohlain adalah adanya kesenjangan penggunaanteknologi antara nelayan besar dan tradisionalyang berakibat pada makin terdesaknyanelayan tradisional dalam persaingan peman-faatan sumberdaya laut, sehingga banyak yangberalih profesi menjadi buruh nelayan atauburuh bangunan.

5. Peraturan dan kebijakan yang kurang kondusif.Dengan lahirnya aturan main yang menyangkuthak kepemilikan sumberdaya pada tingkatlokal, secara tidak langsung akan memberikanhak kepemilikan (property rights) kepadapemerintah daerah. Pemerintah daerah dapatmengelola sumberdaya pesisir dan laut secaralebih rasional mengingat ketersediaan sumber-daya serta terdegradasinya sumberdaya akanmenentukan tingkat kemakmuran masyarakatdi daerah yang bersangkutan. Kebijakanpembangunan perikanan yang dijalankanseharusnya tidak hanya mengejar kepentinganekonomi (khususnya peningkatan devisa negaradari ekspor hasil laut), tetapi juga diimbangisecara proporsional dengan komitmen menjagakelestarian sumberdaya perikanan yang ada.Disamping itu, harus pula ada komitmen yangtinggi dan konsisten dalam menegakkanperaturan hukum yang berlaku agar dapatmenghindari terjadinya konflik-konflik sosial

dan ekonomi. Kearifan lokal harus dapatdiakomodir sebagai salah satu pranata hukumyang dapat memperkecil terjadinya konflikantar nelayan. Salah satu bentuk akomodasikearifan lokal ini adalah melalui penyusunan tataruang wilayah pesisir. Hingga saat ini masihbelum banyak daerah dan kawasan pesisir yangmemilikinya sehingga belum memiliki kesamaanmisi dari berbagai pengaturan dan kebijakanyang dibuat untuk pengelolaan sumberdayatersebut.(Arifin Rudyanto, 2004 : 3-5).

Perkembangan paradigam pembangunanwilayah pesisir dan laut, maka harus merujukkepada ketentuan Pasal 27 UU No. 23 Tahun2014 Tentang Pemerintaha Daerah :(1)Daerah provinsi diberi kewenangan untuk

mengelola sumber daya alam di laut yangada di wilayahnya.

(2)Kewenangan Daerah provinsi untukmengelola sumber daya alam di lautsebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi: a. eksplorasi, eksploitasi, konser-vasi, dan pengelolaan kekayaan laut di luarminyak dan gas bumi; b. pengaturanadministratif; c. pengaturan tata ruang; d.ikut serta dalam memelihara keamanan dilaut; dan e. ikut serta dalam memperta-hankan kedaulatan negara.

(3)Kewenangan Daerah provinsi untukmengelola sumber daya alam di lautsebagaimana dimaksud pada ayat (1) palingjauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garispantai ke arah laut lepas dan/atau ke arahperairan kepulauan.

(4)Apabila wilayah laut antardua Daerahprovinsi kurang dari 24 (dua puluh empat)mil, kewenangan untuk mengelola sumberdaya alam di laut dibagi sama jarak ataudiukur sesuai dengan prinsip garis tengahdari wilayah antardua Daerah provinsitersebut.

(5)Ketentuan sebagaimana dimaksud padaayat (3) dan ayat (4) tidak berlaku terhadappenangkapan ikan oleh nelayan kecil.

Peran yang dimiliki oleh pemerintah daerah

SINERGI PENGELOLAAN KELAUTAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

Page 67: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN58

provinsi dalam pengelolaan bidang kelauatanmemiliki cakupan yang bersifat luas, dimanapemerintah daerah dapat mengeksplorasi wilayahlauat yang berada dalam batas kewenangannyaselain daripada minyak dan gas bumi, bahkan Pasal28 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2014, menyebutkanbahwa Daerah Provinsi yang Berciri Kepulauanmempunyai kewenangan scara tegas mengelolasumber daya alam di laut. Selain mempunyaikewenangan Daerah Provinsi yang BerciriKepulauan mendapat penugasan dari PemerintahPusat untuk melaksanakan kewenangan Peme-rintah Pusat di bidang kelautan berdasarkan asasTugas Pembantuan. Penugasan sedapat dilaksana-kan setelah Pemerintah Daerah Provinsi yangBerciri Kepulauan memenuhi norma, standar,prosedur, dan kriteria yang ditetapkan olehPemerintah Pusat.

Sebagai bentuk sinergi antara pemerintah pusatdan pemerintah daerah, maka dapat dilihat dariPasal 29 UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemda,dimana untuk mendukung penyelenggaraanpemerintahan di Daerah Provinsi yang BerciriKepulauan, Pemerintah Pusat dalam menyusunperencanaan pembangunan dan menetapkankebijakan DAU dan DAK harus memperhatikanDaerah Provinsi yang Berciri Kepulauan. Pene-tapan kebijakan DAU dilakukan dengan caramenghitung luas lautan yang menjadi kewenanganDaerah Provinsi yang Berciri

Kepulauan dalam pengelolaan sumber dayaalam di wilayah laut. Penetapan kebijakan DAK,dimana Pemerintah Pusat harus memperhitungkanpengembangan Daerah Provinsi yang BerciriKepulauan sebagai kegiatan dalam rangkapencapaian prioritas nasional berdasarkankewilayahan. Berdasarkan alokasi DAU danDAK, Daerah Provinsi yang Berciri Kepulauanmenyusun strategi percepatan pembangunanDaerah meliputi prioritas pembangunan danpengelolaan sumber daya alam di laut, percepatanpembangunan ekonomi, pembangunan sosialbudaya, pengembangan sumber daya manusia,pembangunan hukum adat terkait pengelolaan laut,dan partisipasi masyarakat dalam pembangunanDaerah Provinsi yang Berciri Kepulauan.

Wilayah-wilayah Indonesia yang bercirikan

kepulauan dan memiliki sumber daya kelauatan,maka potensi yang dimiliki harus dikelola secaramaksimal oleh pemerintah daerah. Dana AlokasiUmum dan Dana Alokasi Khusus yang disediakanpemerintah sebagai amanat dari UU No. 23 Tahun2014 Tentang Pemerintah Daerah, dalam rangkauntuk mendorong pemerintah daerah agar mampumengelola sumber daya laut yang dimiliki olehdaerah.

b. Memperkuat Partisipasi MasyarakatDalam Pengelolaan KemaritimanIndonesia dalam Kerangka DesentralisasiPembangunan harus menerapkan prinsip-

prinsip desentralisasi, bergerak dari bawah(bottom up), mengikutsertakan masyarakatsecara aktif (participatory), dilaksanakan dari danbersama masyarakat (from and with people)Selama masa Orde Baru, harapan yang besar daripemerintah daerah untuk dapat membangundaerah berdasarkan kemampuan dan kehendakdaerah sendiri dari tahun ke tahun tidak pernahmenjadi kenyataan, yang terjadi adalah keter-gantungan fiskal dan subsidi serta bantuanpemerintah pusat sebagai wujud ketidakberdayaanpendapatan asli daerah (PAD) dalam membiayaibelanja daerah. Hal ini disebabkan karenapemerintah pusat terlalu dominan terhadap daerah.Pola pendekatan yang sentralistik dan kesera-gaman yang selama ini dikembangkan pemerintahpusat telah mematikan inisiatif dan kreativitasdaerah dalam melakukan pembangunan. Peme-rintah daerah kurang diberi keleluasaan (localdiscreation) untuk menentukan kebijakandaerahnya sendiri. Kewenangan yang selama inidiberikan kepada daerah tidak disertai denganpemberian infrastruktur yang memadai, penyiapansumber daya manusia yang profesional, danpembiayaan yang adil. Akibatnya, yang terjadibukannya tercipta kemandirian daerah, akan tetapijustru ketergantungan daerah terhadap pemerintahpusat. (Fathurrahman Fadil, 2013: 251-252).Penguatan pemerintah daerah dalam menentukankebijakan akan mempermudah pemerintah daerahdalam rangka membangun pemberdayaan masya-rakat.

Pengelolaan zona maritim merupakan urusan

SINERGI PENGELOLAAN KELAUTAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

Page 68: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN59

pemerintah yang dibagi dengan urusan PemerintahDaerah dengan desentralisasi. Kemudian penger-tian maritim sendiri berdasarkan KBBI merupakanhal yang berkaitan dengan pelayaran danperdagangan di laut. UU No. 23 Tahun 2014Tentang Pemerintah Daerah, menyatakan urusankelautan dan perikanan merupakan urusanpemerintah pilihan yang menjadi tugas pilihanPemerintah Daerah berkenaan dengan keadaangeografis daerah yang bersangkutan. Berkaitanpula dengan politik luar negeri, pertahanan,dankeamanan yang termasuk dalam urusan pemerin-tahan absolut (oleh Pusat). Penentuan bataswilayah laut Indonesia dengan negara tetanggamerupakan bidang politik luar negeri yang diurusoleh Pusat. Pertahanan dan kemanan wilayah lautIndonesia juga diurus oleh Pemerintah Pusat.Urusan pengelolaan zona maritim yang termasukdi dalamnya angkutan, pelabuhan, galangan kapal,dan sebagainya dan perikanan dikelola olehPemerintah Daerah, namun dalam pelaksanaannyaterdapat batasan-batasan tertentu, seperti jarakdan hasil usaha. (Hadi Supratikta, 2015: 13).Pembatasan ini pada dasarnya sebagai upayamembagi urusan untuk menciptakan sinergi dalampengelolaan sumber daya laut di Indonesia.

Perkembangan desentralisasi yang menitikbe-ratkan kemampuan dari pemerintah daerah untukmengurus rumah tangganya sendiri merupakanpintu menuju terciptanya regulated andsustainable fisheries. Hal ini dikarenakan, yaitu:1. Konsep desentralisasi memberikan peluang

partisipasi bagi seluruh stakeholder masyarakatperikanan, khususnya masyarakat nelayan.Partisipasi tersebut merupakan bentuk tanggungjawab masyarakat terhadap masa depansumberdaya ikan sebagai lahan mencari nafkah.Adanya keterlibatan masyarakat nelayan dariperencanaan hingga pengawasan merupakanlangkah efektif dan efisien guna mewujudkanprinsip-prinsip pembangunan yang berke-lanjutan dan berwawasan lingkungan sebagaituntutan masyarakat internasional melalui Codeof Conduct for Responsible Fisheries(CCRF) oleh FAO pada tahun 1995. Danapabila terjadi pelanggaran prinsip-prinsiptersebut, maka Indonesia dituduh melakukan

unregulated fishing yang kemudian membuatrawan dalam perdagangan internasional yangtertuang dalam ketetapan Undang-undangInternatioanl Plan of Action (IPOA) tentangIUU (Illegal, Unregulated, Unreported)fishing.

2. Adanya UU No. 23 Tahun 2014 TentangPemerintahan Daerah, merupakan kekuatanhukum yang mengakui eksistensi institusi lokalyang ada dibeberapa daerah dalam mengelolasumberdaya ikan. Bagi daerah yang memilikiinstitusi lokal tidak perlu menyusun modelpengelolaan sumberdaya, sebaliknya tinggalmelengkapi yang sudah ada di masyarakat,sehingga model community based manage-ment (CBM) yang dulunya diterapkan olehmasyarakat lokal dapat disempurnakan menjadimodel Co-management yang lebih kompleks.

3. Secara ekonomi, penerapan UU No. 23 Tahun2014 Tentang Pemerintahan Daerah, mencip-takan efisiensi dan efektivitas penangkapan ikan.Hal ini dikarenakan terbentuknya zonasipenangkapan yang adil antara nelayan kecildengan nelayan besar atau industri penang-kapan, sehingga konflik sosial (social friction)dapat diminimalisir.

4. Perlu dipahami bahwa desentralisasi pengelo-laan sumberdaya kelautan dan perikananmerupakan wujud demokratisasi, karenakesempatan berpartisipasi nelayan lokal dalammengelola sumberdaya sangat terbuka lebar,suatu kesempatan yang sangat langka di erasentralistis. Selain itu, dekatnya jarak antarapengambil keputusan (decision maker) dengannelayan lokal memudahkan dalam prosesmenyalurkan aspirasi dan kontrol sosial dalamsuatu kebijakan yang ditetapkan. (AkhmadSolihin dan Arif Satria, 2007 : 69).

Dengan adanya desentralisasi mendorongpengelolaan sumber daya kelautan yang lebihmaksimal. Selain itu, pengelolaan sumber dayakelauatan yang dilakukan secara sinergis olehpemerintah daerah dan pemerintah pusat, makadiperlukan partisipasi dari masyarakat dalammenentukan kebijakan dalam pengelolaankelauatan, karena substansi dari adanya pengelo-

SINERGI PENGELOLAAN KELAUTAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

Page 69: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN60

laan kelauatan adalah menciptakan kesejahteraanmasyarakat dengan memperhatikan localwisdom.

Salah satu persyaratan agar ada ketertibansosial dalam proses pengambilan kebijakan publikdengan melibatkan peran serta kekuatan politikmasyarakat adalah terjadinya penguatan masya-rakat warga (civil society). Dalam pengertian yangluas munculnya masyarakat warga ini ditandaidengan civility, yaitu ketertiban sosial yang terjadibukan karena paksaan dari the power holdertetapi karena kebutuhan masyarakat luas.Penguatan masyarakat warga merupakan faktoryang mutlak dalam proses pengambilan kebijakan

publik yang melibatkan segenap lapisan sosial.(Syakwan Lubis, 2007: 73). Dimensi partisipasimasyarakat dalam pengambilan kebijakan tidakhanya membangun formalitas kewajiban peme-rintah dan pemerintah daerah, tetapi beroreantasikepada kepentingan masyarakat untuk men-ciptakan kesejahteraan masyarakat sebagai amanatdari cita-cita konstitusi/UUD NRI 1945, untukmeciptakan kesejahteraan masyarakat.

Paling tidak kerangka dasar dalam membangunpartisipasi public secara umum dapat diterapkandalam pengelolaan sumber daya laut olehpemerintah dan pemerintah daerah, sebagaiberikut:

Tabel I:Kerangka Dasar Model Partisipasi Publik dalamPengambilan Kebijakan Pemerintahan Daerah.

SINERGI PENGELOLAAN KELAUTAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

Page 70: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN61

Dengan pemerintah dan pemerintah daerahmelakukan identifikasi masalah yang ada dimasyarakat, melalui berbagai macam kajian yangbersifat holistic, maka pemerintah/pemerintahdaerah membangun keterlibatan sosial secara aktifbaik masyarakat atau pihak swasta untuk terlibatdalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Hal iniharus juga dilaksanakan dalam bidang kelauatan.Dari persepektif normative, Pasal 33 UUD NRI1945 menyatakan bahwa seluruh sumber dayaalam dikuasai oleh Negara, artinya Negara memilikikebijakan, termasuk dalam pengelolaan sumberdaya kelautan, baik oleh pemerintah dan peme-rintah daerah.

Sebagai Negara kepulauan yang telah diakuimelalui Deklarasi Djuanda, pengelolaan sumberdaya laut yang dilaksanakan secara sinergis antarapemerintah dan pemerintah daerah perlu mem-perhatikan lapisan-lapisan sosial masyarakat,sehingga kebijakan yang dibangun oleh pemerintahdan pemerintah daerah dalam bidang kelautan akanmelahirkan kesejahteraan bagi masyarakat(welfare society).

D. Penutupa. Kesimpulan

Secara umum, dalam kajian ini ada 2 (dua) yangmenjadi kesimpulan, sebagai berikut:1. Deklarasi Djuanda telah menempatkan Indo-

nesia sebagai Negara kepulauan yang membe-rikan implikasi terhadap kepemilikan Negaraterhadap kelautan sebagai sumber daya alam

yang dimiliki oleh Negara dan harus dikelolasecara sinergis antara pemerintah dan peme-rintah daerah. Pembagian urusan antarapemerintah dan pemerintah daerah terutamabagi wilayah bercirikan kepulauan untukmengelola sumber daya lautnya sesuai denganbatas kewenangannya sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerin-tah Daerah, dan alokasi Dana Alokasi Umum(DAU) dan Dana Alokasi Khsusu (DAK) sebagaiupaya untuk meningkatkan pengelolaan sumberdaya laut merupakan bentuk sinergi yang harusdilaksanakan oleh pemerintah dan pemerintahdaerah dengan orintasi menciptkan kesejahteraankepada masyarakat (welfare society).

2. Kebijakan dalam bidang kelautan, diperlukanpartisipasi lapisan sosial atau seteak holder.Partisiasi lapisan sosial diartikan masyarakat danswasta yang berpartisipasi dalam mengelolakeluatan Indonesia, sehingga kebijakan yangdibangun oleh pemerintah tidak merugikanberbagai pihak, baik masyarakat dan swasta.

b. SaranOtonomi daerah sebagai pangkal dari pem-

bagian urusan antara pemerintah pusat dan daerah,maka konsep pembagain urusan ini tidak bolehmendikotomi kewenangan, tetapi membangunsinergi diantara susunan-susunan pemerintah,sehingga potensi sumber daya laut yang dimilikioleh Indonesia dapat dikelola dengan baik untukkesejahteraan masyarakat.

SINERGI PENGELOLAAN KELAUTAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

Page 71: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN62

Akhmad Solihin dan Arif Satria, Hak Ulayat Lautdi Era Otonomi Daerah sebagai SolusiPengelolaan Perikanan Berkelanjutan:Kasus Awig-awig di Lombok Barat,Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi,Komunikasi, dan Ekologi Manusia , Vol. 01,No. 01, 2007.

Arifin Rudyanto, Kerangka Kerjasama DalamPengelolaan Sumberdaya Pesisir DanLaut, Jakarta: Bapennas, Disampaikan padaSosialisasi Nasional Program MFCDP, 22September 2004.

Bernadinus Steni, Desentralisasi, KoordinasiDan Partisipasi Masyarakat DalamPengelolaan Sumberdaya Alam PascaOtonomi Daerah, Jakarta: Perkumpulanuntuk Pembaharuan Hukum BerbasisMasyarakat dan Ekologis (HuMa). 2006.

Darman Setyawan Salam, Otonomi Daerah,Dalam Persepktif Lingkungan, Nilai danSumber Daya Alam, Edisi Revisi,Djembatan, Jakarta, 2004.

Hadi Supratikta, et.al. Laporan AkhirPengkajian Hukum Tentang PembagianKewenangan Pusat Dan Daerah DalamPengelolaan Laut, Pusat Penelitian DanPengembangan Sistem Hukum NasionalBadan Pembinaan Hukum Nasional

Kementerian Hukum Dan Hak AsasiManusia R.I. 2015.

Fathurrahman Fadil, Partisipasi MasyarakatDalam Musyawarah Perencanaan Pem-bangunan Di Kelurahan KotabaruTengah, Jurnal Ilmu Politik dan Peme-rintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013.

Febta Pratama Aman, Kebijakan Politik LuarNegeri Indonesia Masa Kabinet Djuanda1957-1959, Jurnal Socia, Jurnal Ilmu-IlmuSosial, Vol. 10, No. 1, Mei 2013.

Muhammad Mujtaba Habibi, AnalisisPelaksanaan Desentralisasi DalamOtonomi Daerah Kota/Kabupaten, JurnalPendidikan Pancasila dan Kewargane-garaan, Universitas Negeri Malang, Vol. 28,Nomor 2, Agustus 2015.

Muhammad Noor, Memahami DesentralisasiIndonesia, Interpena, Yogyakarta, 2012.

Ryan Monoarfa, Partisipasi Publik DalamPembentukan Peraturan Daerah, JurnalLex Administratum, Vol.I, No.2 April-Jun2013.

Syakwan Lubis, Partisipasi Masyarakat dalamKebijakan Publik, Jurnal Demokrasi Vol.VI No. 1 Th. 2007.

Daftar Kepustakaan

SINERGI PENGELOLAAN KELAUTAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

Page 72: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN63

PEMBANGUNAN BERBASISMASYARAKAT KEPULAUAN(Perspektif Sosiologi Ekonomi)

Oleh :Suyito & Rendra Setyadiharja

Dosen Program Studi Sosiologi STISIPOL Raja Haji Tanjungpinang, email: [email protected] Program Studi Ilmu Pemerintahan STISIPOL Raja Haji Tanjungpinang, email:

[email protected]

AbstractDevelopment is a thing that must be done by a State. Development must be inaccordance with the characteristics of the people in a particular region. Mostof Indonesia is maritime region, so that the development undertaken by theGovernment of the Republic of Indonesia must comply with maritime culturewhich is owned by the majority of our society. Development in maritimecommunities must be suitable with maritime communities themselves. The studyis intended to analyze the needs of maritime communities so that developmentis carried out in accordance with the needs of the community. This study usesthe concept of Participatory Rural Appraisal (PRA). The study will producethe concept of problem-based development program that maritime communitiesthemselves, where the construction will be done in accordance with the priorityissues are analyzed from the analysis of PRA

Keywords: Development, Maritime communities, PRA

1. Latar BelakangPembangunan atau development sering mudah

sekali diucapkan oleh kita hari ini padahal untukmengimplementasikan sangat tergantung darikemampuan daerah. Apalagi potensi didaerahsangat banyak, sehingga perlu diolah denganmelibatkan masyarakat didaerah. Isyu develop-mentalisme itu memang sudah dari dulu dihem-buskan oleh Negara kapitalisme seperti amerika,setelah pasca perang dingin dengan unisovyet.Amerika ingin menghadang ideology sosialismemenyebar ke dunia ketiga seperti Indonesia ini.Jadi usaha membendung ideologi tersebut, amerikamendukung ideology development menjadi viruspositif untuk pembangunan dunia ketiga. Baiksecara ekonomi, politik, ideology dan lain-lain.Padahal ideology pembangunan ala amerika ini

hanya untuk melanggengkan struktur dan systemekonomi eksploitatif atau struktur sosial yang tidakadil. Kemudian para elit secara modal simbolikakan menjadi kaya dan gaya hidup juga berubah.Itulah sekelumit cerita tentang pembangunanbercirikan kapitalisme dengan segala strategi dantaktik ideology mereka. Kita tidak mungkin menirugaya Negara kapitalisme, karena mereka sudahsiap dari dulu. Pertumbuhan ekonomi selalumenjadi mazab Negara kapitalisme. Dengan mazabfiscal atau neoklasik dan Adam Smith.

Pertumbuhan ekonomi selalu berbicara tentanginvestasi dimaksimalkan, ekspor ditingkatkandengan cepat, impor kalau bisa dikurangi sedikitmungkin dan tabungan masyarakat diperbanyak.Tetapi pada praxis dilapangan ternyata pertum-buhan ekonomi justru tidak membuahkan efek

Page 73: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN64

terhadap penurunan angka kemiskinan, tersedianyalapangan pekerjaan bagi masyarakat dan meningkatangka pengangguran. Ini berarti pertumbuhanekonomi tidak berkualitas dan bisa jadi disebabkantidak merata. Sebab mazab pemerataan ala Todarojarang dipakai oleh Negara kapitalisme. Sementaramazab fiscal dan mazab moneter sudah semakinstadium empat kalau dilihat dari penyakit cancer.Tetapi Negara berkembang seperti Indonesia inidengan ideology pancasila rupanya terseret-seretjuga dalam kubangan ideology kapitalisme.Padahal menurut bung Karno bapak revolusiNegara ini mengatakan bahwa Pancasila itu jikasila-silanya diperas makan akan terjadi gotong-royong. Ekonomi gotong royong adalah koperasi,jadi benar sekali kata Bung Hatta sebagai wakilpresiden saat itu. tetapi kembali lagi kalau koperasitidak dibangun dengan semangat pancasila, justruakan terperangkap juga dengan ideology kapita-lisme. Sangat miris terjadi. Itu realitas terjadidinegara ini, apalagi didaerah. Dengan semangatotonomi daerah justru harus mampu membangunekonomi masyarakat. Bukan dengan konflikekonomi itu dibangun, sebab pada tataran elit ituterjadi. Masyarakat hari ini perlu uluran tanganpenguasa untuk cepat melakukan perubahandibidang ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Agenda perubahan itu disesuaikan denganvisi-misi saat janji kampanye dulu, sehinggapenguasa tidak kehilangan momentum di tatanansosial hari ini.

Tatanan sosial perlu diberikan injeksi untuk bisaberdaya dengan potensi asset sosial. Asset sosialseperti tanah dan modal sosial dimasyarakat harusbisa ditumbuhkembangkan agar pemberdayaanbisa terjadi. Sebab tujuan dari pemberdayaanadalah mengeluarkan manusia dari belenggukemiskinan. Bukan saja kemiskinan kultural, tetapistructural juga terjadi didalam tatanan sosialdidaerah. Karena fundamentalisme ekonomididaerah juga dikuasai oleh para kapitalisme local.Fundamentalisme ekonomi juga bergerak dengantetap bergandeng tangan dengan para penguasadidaerah. Akses ekonomi didaerah selalu bagimasyarakat kepulauan selalu kalah dengan parakomprador local. Patron klien didaerah juga sangatmarak terjadi, akibat tidak hadirnya pemerintah

dalam membenahi ekonomi mikro di tatanan sosial.Sekarang perlu kesigapan pemerintah denganjajaran didaerah untuk memikirkan bagaimanapemberdayaan ekonomi didaerah, ditengah-tengah daerah lagi mengalami defisit.

Pemerintah harus bisa mendorong perekono-mian masyarakat tentu saja tidak hanya retorikabelaka, tetapi juga harus memberikan resepmujarab bagi berhasil guna pembangunan ekonomididaerah. Dibirokrasi ada lembaga-lembagatertentu sebagai leading sector untuk pertanian,perikanan, perkebunan, perindustrian danperdagangan. Pemerintah harus jadi sosialis padasaat sekarang ini, agar presensi atau kehadiranditengah-tengah public memberikan solusi dengancepat dalam menghadapi krisis deficit anggaransekarang ini. Tetapi kenapa pasar diserahkan padamekanisme pasar, kemudian peran daerah sangatminim dalam membatasi monopoli ekonomi olehpara pengusaha. Mekanisme pasar selalu akanmemihak kepada pemodal besar dalam meme-nangkan pertarungan. Untuk itu perlu tanganpemerintah dalam mengelola tatanan ekonomididaerah dengan berkeadilan dan bertujuankemaslahatan masyarakat secara umum.

Sebab selama ini pendekatan program pem-bangunan yang dilaksanakan kepada masyarakatkepulauan masih banyak yang kurang tepat,sehingga tidak bisa dirasakan oleh masyarakatlangsung. Apalagi masih terlihat pembangunan itudari atas ke bawah, tanpa memperhatikan kondisisosial dan budaya masyarakat daerah setempat,serta tidak melibatkan masyarakat setempat dalamperencanaan, pelaksanaan dan pengawasanpembangunan tersebut.

2. PEMBAHASANa. Pengertian Pembangunan

Menurut Rahardjo (2013:5) Kata pem-bangunan Mempunyai arti yang lebih luas dari katapertumbuhan. Kemudian istilah pembangunan yangbiasa digunakan dalam bahasa Indonesia, dewasaini telah semakin berkembang sebagai terjemahandari beragam istilah asing, sehingga terkadangmengandung kerancuan pengertian. Pembangunandalam kehidupan sehari-hari, dapat digunakansebagai terjemahan atau padanan istilah: deve-

PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT KEPULAUAN

Page 74: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN65

lopment, growth and change, moderniation, ataubahkan juga progress (Rahardjo, 2013:6).

Rahardjo dalam (Hadad, 1980) meskipunmaksud, tujuan, dan makna yang terkandungdalam satu istilah yang sama yaitu “pembangunan”,kesemuanya akan selalu merujuk pada sesuatuyang memiliki arah positif, lebih baik dan lebihbermanfaat bagi kehidupan manusia secaraindividual maupun bagi masyarakatnya.

Mengenai tentang istilah pembangunan itusendiri, Riyaji (1980) mengungkapkan adanyaberagam rumusan yang dikemukakan oleh banyakpihak, namun kesemuanya itu mengarah padasuatu kesepakatan bahwa: Pembangunan adalahsuatu usaha atau proses perubahan, demitercapainya tingkat kesejahteraan atau mutu-hidupsuatu masyarakat (dan individu-individu didalamnya) yang berkehendak dan melaksanakanpembangunan itu.

b. Pendekatan Pembangunan Bottom-UpPembangunan masa lalu (katakanlah pada masa

Orde Baru) menggunakan pendekatan Top-down(dari atas ke bawah). Perencanaan pembangunantop-down yang berarti rencana. Pembangunanwilayah pesisir dibuat oleh pemerintah pusat. Yangdibutuhkan wilayah pesisir adalah dermaga kayuperahu penangkap ikan, yang diberikan adalahtraktor pertanian. Yang diminta berbeda denganyang diberikan, sehingga pembangunan tidakberhasil atau gagal. Banyak contoh kegagalanlainnya, yang dibutuhkan genset untuk melayanikebutuhan , yang diberikan adalah sumur bor, jelastidak sesuai kebutuhan. Pemborosan pembiayaanpembangunan meliputi berbagai proyek pem-bangunan untuk berbagai daerah, sehinggapemborosan pembiayaan pembangunan yangterjadi mencapai jumlah yang sangat besar.

Maka dapat dikatakan pendekatan pem-bangunan top-down lebih banyak kelemahannyadibandingkan kemanfaatannya (Raharjo Adi-sasmita, 2013). Kemudian menurut suparjan dansuyatno (2003:7) mengatakan pendekatansentralistik akhirnya membawa implikasi kedalambeberapa aspek, yaitu: pertama, pendekatan top-down berimplikasi pada terjadinya uniformitasdalam setiap kehidupan. Hal ini menyebabkan

termarginalisasinya kearifan local pada masyarakatkepulauan dalam setiap pembangunan. Kedua,campur tangan pemerintah yang cukup besar dalamsetiap aspek kehidupan, mengakibatkan keter-gantungan masyarakat kepulauan terhadappemerintah, dan tidak mandiri. Ketiga, dampakyang paling dirasakan oleh masyarakat akibatimplementasi pendekatan sentralistik adalahmunculnya ketimpangan sosial dalam masyarakat.antara masyarakat perkotaan dan masyarakatpesisir di kepulauan. Perencanaan pembangunanyang sentralistis bukan saja memiliki implikasi yangsangat kompleks, namun juga sulit dilaksanakansecara tepat dan terbukti tidak dapat memenuhikebutuhan masyarakat bawah dan mempercepatpertumbuhan ekonomi daerah kepulauan.

Pendekatan pembangunan top-down telahdigantikan oleh pendekatan pembangunan bottom-up (perencanaan dari bawah ke atas). Pemerintahmenyadari kegagalan pendekatan pembangunantop down. Menurut Adisasmita (2013:97)perencanaan pembangunan dimulai denganmembuat usulan proyek pembangunan yangdibutuhkan oleh masing-masing desa melaluirembug di masyarakat kepulauan. Dalam rembugdesa yang membahas pengusulan proyek-proyekpembangunan di desa yang dibutuhkan masyarakatsetempat, yang dihadiri semua unsur masyarakat(seperti kepala desa, staf aparat desa, pemukamasyarakat, ulama, guru, pengusaha, karangtaruna, wanita dan lain sebagainya).

Sebaliknya menurut Theresia dkk dalambukunya pembangunan berbasis masyarakat(2013:31-32) mengatakan model pembangunandari bawah merupakan strategi pembangunansosial yang dikembangkan oleh Billups (1990),Rubin & Babbie (1993), Midgley (1993), danDavid (1993), yang meliputi: a. mengembangkanpartisipasi masyarakat kepulauan yang kom-prehensif, b. pengembangan motivasi masyarakatlocal di kepulauan, c. perluasan kesempatanbelajar bagi masyarakat kepulauan, d. peningkatanpengelolaan sumber daya local, e. reflikasipembangunan manusia, f. peningkatan komunikasidan pertukaran, g. lokalisasi akses keuangan.

Dalam praktiknya pembangunan dari bawahkeatas digunakan untuk program pembangunan

PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT KEPULAUAN

Page 75: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN66

yang memiliki tujuan untuk: a. mempengaruhiperubahan dalam masyarakat warga persepsitentang bagaimana meningkatkan taraf hidup, b.menciptakan masyarakat yang berorientasi perila-ku dasar pada perubahan komunitas warga persep-si, c. meningkatkan standard hidup di antara mayo-ritas warga. Model dari bawah dimaksudkan un-tuk menciptakan kemitraan antara warga masya-rakat dengan melihat kebutuhan dari masyarakat.

c. Pendekatan pembangunan masyarakatkepulauan dengan Partisipatory RuralAppraisal.Pendekatan pembangunan Participatory Rural

Appraisal (PRA) atau perencanaan pembangunanpedesaan secara partisipatif adalah melakukansurvey dan penelitian secara hidup membaurbersama-sama masyarakat pedesaan atau pesisirkepulauan yang diteliti selama waktu yang relativelama (yaitu 3-4 bulan). Selain untuk mengumpulkandata dan informasi yang diperlukan untukpenyusunan rencana pembangunan pedesaan ataumasyarakat kepulauan, dimaksudkan untukmengetahui roh dan jiwa masyarakat yang dapatdiperoleh dengan hidup membaur bersama-samadengan masyarakat di kepulauan. Dengan hidupbersama-sama masyarakat di kepulauan, dapatdilakukan interaksi secara personal dan moral,bergaul lebih dekat, sehingga dapat diketahuimengenai seberapa kuat aspirasi dan motivasimasyarakat untuk melaksanakan pembangunan.Kemudian kalau dimasyarakat kepulauan kitaakan mengetahui nilai-nilai tradisional dan petuah-petuah nenek moyang yang bernilai tinggi, yangdijadikan sebagai pedoman hidup yang berintikanpada kejujuran, bekerja keras, saling tolong-menolong, loyalitas kepada pimpinan, hidup rukundan damai, menaati peraturan, tidak merusaklingkungan, hidup mandiri dan bernuansa agamis.

Dengan memasukkan roh, jiwa, nilai-nilaitradisional, aspirasi dan motivasi, serta partisipasimasyarakat kepulauan sebagai modal utamapembangunan, diharapkan menjadi kekuatan yangmenggerakkan pembangunan di suatu masyarakatkepulauan.

Kemudian menurut Suparlan dan Suyatno(2003:72-75) Partisipatory Rural Appraisal atau

PRA telah disebutkan sebagai pendekatan danmetode untuk mempelajari kondisi dan kehidupan,dari dengan dan oleh masyarakat desa. DalamPRA, masyarakat dilibatkan sebagai subyek yangmampu berpikir dan melakukan suatu tindakan.Tujuan ideal yang ingin dicapai dengan aplikasiPRA adalah pemberdayaan masyarakat setempat,sehingga hasil jangka panjangnya adalah ter-wujudnya kelembagaan dan tindakan masyarakatlocal yang berkelanjutan.

Prinsip yang dipakai dalam Partisipatory RuralAppraisal atau (PRA) adalah belajar darimasyarakat desa secara keseluruhan, kalauobjeknya dimasyarakat kepulauan maka harusdipelajari secara total tentang pengetahuan fisik,teknis, dan sosial secara local. Kemudian belajarsecara progresif melalui ekplorasi terencana danpemakaian metode yang fleksibel. Menyeim-bangkan bias dan tidak tergesa-gesa, mendengardan tidak menggurui masyarakat yang ada dikepulauan, komunikasi yang dibangun harusbersifat kekeluargaan di desa pesisir kepulauan.

Orientasi praktis PRA menurut Suparlan danSuyatno (2003) dimaksudkan untuk memecahkanmasalah dan mengembangkan, untuk itu harusdidasarkan pada informasi yang relevan. Dengankata lain, perkiraan yang tepat akan lebih baik darikesimpulan yang bisa salah.

Dalam buku Berbuat Bersama dan BerperanSetara Acuan Penerapan Participatory RuralAppraisal untuk konsorsium pengembangandataran tinggi Nusa Tenggara (1996) Tehnik-Tehnik PRA itu sebagai berikut: a. tehnikpenelusuran sejarah desa, b. tehnik pembuatanbagan kecenderungan dan perubahan, c. tehnikpembuatan kalender musim, d. tehnik pembuatanpeta desa, e. tehnik penelusuran lokasi desa, f.pengorganisasian maslah, g. pembuatan baganperangkat, h. dan menyusun rencana kegiatan.a. Penelusuran Alur Sejarah Lokasi atau PASL

adalah teknik yang secara khusus dirancanguntuk mengungkap kembali sejarah masyarakatyang ada dikepulauan dengan memaparkankembali kejadian-kejadian penting yang pernahdialami pada masa lalu.Tujuannya adalah:Mengenali dan mengetahui topik-topik pentingyang terjadi pada masa lalu.Memahami

PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT KEPULAUAN

Page 76: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN67

keadaan masyarakat masa kini denganmengetahui latar belakangnya di masa laluseperti kejadian, peristiwa penting dalamkehidupan masyarakat kepulauan.

b. Penyusunan Kalender Musim, yakni alat untukmemfasilitasi kegiatan penggalian informasitentang keadaan dan permasalahan yangberulang dalam suatu kurun waktu tertentu(musiman) dalam kehidupan masyarakat.(Musim dalam hal ini bersifat luas misalnyamusim melaut , musim ikan , kemarau, paceklik,peristiwa sosial, seperti pesta adat, perkawinan,merantau, dll).Tujuannya adalah:Untuk mengetahui polakehidupan masyarakat dan kegiatan-kegiatan,masalah dan hal yang berulang dalam kurunwaktu tertentu.Mengkaji pola pemanfaatanwaktu untuk mengetahui saat mereka sibukbekerja, kegiatan sosial, mempunyai waktuluang.Memahami keadaan desa masyarakatkepulauan dan mencari fokus kegiatan masya-rakat. Dapat digunakan untuk mendiskusikanpenawaran perubahan.

c. Pemetaan, adalah alat yang digunakan untukpembuatan peta yang menggambarkan ataumelukiskan keadaan wilayah atau lokasitersebut beserta lingkungannya.Tujuan umumatau utamanya adalah bersama-sama masyara-kat mengenali keadaan didesa kepulauan danmasyarakatnya sendiri melalui peta tersebut.Mendapatkan informasi mengenai keadaansebuah wilayah baik bersifat umum maupunrinci.Mengenali tata batas suatu wilayah tertentumisalnya daerah kawasan hutan, kebun, dll.

d. Penelusuran Lokasi (Transek), adalah alat yangdigunakan untuk memfasilitasi kegiatanpenggalian informasi tentang potensi yang adadi masyarakat kepulauan melalui pengamatanlangsung ke lapangan dengan cara berjalanmenelusuri lokasi dan dituangkan ke dalambagan atau gambar.

e. Pengorganisasian masalah, adalah tahapan yangdipergunakan untuk mengorganisir berbagaimasalah yang ada di masyarakat kepulauandengan melakukan identifikasi selama kegiatanpenggalian dan pengkajian informasi dariteknik-teknik lainnya. Masalah yang telah

tersusun disuatu desa dimasyarakat kepulauandalam tabel dan sudah mendapat skala prioritasmenjadi dasar dalam pembuatan perencanaan.

f. Pembuatan Bagan Peringkat (Analisa Pilihan),adalah teknik untuk menganalisa sejumlah topicmasalah disebuah desa masyarakat kepulauanyang sudah teridentifikasi dengan mengkajinyadan menilainya dari berbagai aspek dengankriteria-kriteria tertentu.

g. Penyusunan Rencana Kegiatan, adalah peru-musan tindakan nyata yang akan dilaksanakandalam jangka waktu tertentu yang dibuat dalambentuk tulisan sebagai pedoman.

3. KESIMPULAN.Pembangunan berbasis masyarakat kepulauan

dengan metode bottom-up akan mendapatkandengan mudah masalah-masalah apa saja yangdibutuhkan di masyarakat.sebab Selama ini denganpembangunan top-down justru tidak mampumenyelesaikan masalah-masalah di masyarakatkepulauan. Dengan top-down yang mendominasipembangunan terlalu lama, di geser menjadipembangunan bottom up justru masih menyisakanbanyaknya masyarakat di daerah kepulauan belummandiri untuk bisa menerima pembangunan secaratotal. Tetapi dengan adanya paradigma pem-bangunan bottom-up di daerah kepulauan tentusaja akan memberikan ruang yang begitu besarkepada daerah untuk menyiapkan pembangunanyang skalanya prioritas di masyarakat.

Dulu sewaktu masih dominannya pembangunandari atas, masyarakat tidak diberikan ruang gerakuntuk berbuat. Tetapi sekarang dengan pem-bangunan dari bawah, ada terobosan denganmunculnya istilah rembug desa yang dihadiri olehpara pemuka masyarakat, agama, tokoh pemuda,dan lain sebagainya. semuanya hadir dalam rembugdesa masyarakat kepulauan dalam menentukankebutuhan pembangunan di masyarakat. kepaladesa, staff kepala desa, masyarakat dan tokohpemuda dan agama memberikan usulan proyekkepada pemerintah berdasarkan prioritas dimasyarakat kepulauan. Kemudian dalam wujuddimasyarakat kepulauan pembangunan bawahkeatas bisa mempengaruhi perubahan dalammasyarakat tentang peningkatan taraf hidupdimasyarakat kemudian bisa memuat akrab antar

PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT KEPULAUAN

Page 77: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN68

masyarakat dan pemerintah.Kemudian dalam pendekatan Participatory Rural

Appraisal Masyarakat di Kepualauan mempunyaipengetahuan dan pengalaman yang banyak. JikaPengetahuan tersebut diorganisir secara baik akansangat memperkuat masyarakat itu sendiri. Kelom-pok-kelompok di masyarakat kepulauan dapatmengambil inisiatif untuk melaksanakan sesuatu padasaat lembaga masyarakat mengerahkannya melaluiPRA, sehingga tidak harus bergantung pada pihakluar. Masyarakat di kepualaun setempat mampumembuat rencana dan melaksanakannya dimanainisiatif merupakan sarana atau alat yang mem-punyai kekuatan untuk menarik bantuan dari luar.Dalam melakukan partisipasi di masyarakat secara

langsung dengan metode PRA dapat dilakukandengan tehnik-tehnik penelusuran sejarah dimasyarakat kepulauan, tehnik kalender musim dila-kukan dengan menginventarisir berbagai musimyang ada dimasyarakat kepulauan, selanjutnyamelakukan pemetaan di daerah tempat yang akandilakukan pembangunan. Kemudian selanjutnyamelakukan transek atau penelusuran potensi-potensi yang ada di dalam masyarakat kepulauantersebut, barulah dilakukan pengorganisasianmasalah atau mengumpulkan berbagai masalahyang ada didaerah tersebut, baru dilakukanperangkingan masalah. Sehingga bisa akan mudahmelakukan pembangunan dengan berbasis masalahdi masyarakat kepulauan disetiap daerah.

PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT KEPULAUAN

Page 78: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN69

PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT KEPULAUAN

Adisasmito, Rahardjo, 2013, PembangunanEkonomi Maritim, Graha Ilmu,Yogyakarta.

Korten, D.C. dan Sjahrir. (ed). 1993.Pembangunan berdimensi Kerakyatan.Yayasan Obor Indonesia dan Pustaka SinarHarapan, Jakarta.

Mardikanto, T, 2010. Konsep-konsepPemberdayaan Masyarakat, UNS Press,Surakarta.

Daftar Pustaka

Theresia dkk, 2014. Pembangunan BerbasisMasyarakat. Alfabeta Bandung. Suparjandan Suyatno. 2003. PengembanganMasyarakat. Aditya Media, Yogyakarta.

Tjokrowinoto, 2001. Pembangunan, Dilemadan Tantangan. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

Nasdian, 2014. Pengembangan Masyarakat.Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta.

Soetomo, 2013. Strategi-Strategi PembangunanMasyarakat. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Page 79: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN70

COMMUNITY DEVELOPMENT DENGANINTERNALISASI NILAI BUDAYA MARITIM DI

PROVINSI KEPULAUAN RIAU UNTUK MEMPERKUATPROVINSI BERBASIS KEMARITIMAN

Oleh:Suhardi Mukhlis

Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan STISIPOL Raja Haji TanjungpinangRendra Setyadiharja

Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan STISIPOL Raja Haji Tanjungpinang, email:[email protected]

AbstractPoros maritime development paradigm is one that is needed by the region-based maritime like Kepulauan Riau Province. With the development paradigmis expected that development in the area of maritime-based will feel morefairly and in accordance with the character of the maritime areas of developmentas compared with the uniform continental paradigm. Maritime culture is theculture of native Indonesia, to which Indonesia is a state of the islands. Themost essential thing is the region’s maritime community must permeate backto the culture. Strengthening maritime cultural values will further strengthenthe spirit of development in the maritime area. By returning to know the identityof maritime then will the better the quality of human resources is to understandthe attitudes and values. This research is a conceptual birth to the concept ofcommunity development with the internalisation of the values of maritimeculture, especially for people in the Kepulauan Riau Province. By integratingthe concept of maritime culture and the concept of community development,this research will produce a concept for strengthening communities in RiauIslands province whose output is consciousness has the maritime area, andthen will be born the spirit of maintaining the maritime area with all thecharacteristics of the area that later would reinforce Kepulauan Riau Provinceas a maritime-based province.

Keywords : Culture, Maritime, Community Development

I. PENDAHULUANGagasan Presiden Joko Widodo dalam

Nawacita menjadikan pembangunan di daerah-daerah dan desa akan lebih terarah. Pembangunandi daerah akan lebih diperkuat dengan paradigmapembangunan “dari pinggir ke tengah” atau dengankata lain “dari pesisir ke kota”. Dengan demikian

konsep pembanguan di wilayah akan lebihdifokuskan, tidak hanya membangun dengankonsep menyamaratakan dengan konsep con-tinental seperti yang selama ini dirasakan olehmasyarakat di daerah. Pembangunan seolah hanyamengikuti pola pembangunan wilayah pusatsementara karakteristik pembangunan di wilayah

Page 80: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN71

atau daerah tertentu kurang menjadi perhatian.Sehingga daerah-daerah dengan karakteristiktertentu mengalami kesenjangan dalam halpembangunan. Baik itu pembangunan sumber dayamanusia dan juga sarana prasarana fisik lainnya.

Salah satunya adalah provinsi yang berbasismaritim, atau dengan istilah lain provinsi kepulauan.Provinsi maritim atau provinsi kepulauan selamaini mengalami masalah dalam hal pembangunan.Mulai dari tidak meratanya wilayah pembangunanantara satu pulau dengan pulau lainnya, terbatasnyaakses pendidikan dan kesehatan, dan kurangberkembangnya wilayah yang berada jauh di ujungnegeri atau di wilayah perbatasan khususnya pantaiterluar wilayah Indonesia seperti wilayah Kepu-lauan Natuna di Provinsi Kepulauan Riau. Selainitu perkembangan sumber daya manusianya jugatidak secepat dan sekualitas wilayah di wilayahpusat. Dengan lahirnya konsep pembangunan yangkita kenal dengan poros maritim, maka akanmenjadi suatu peluang untuk melakukan perbaikanpembangunan pada daerah-daerah berbasismaritim.

Namun persoalan yang kemudian timbul adalahsudah sekian lama mentalitas masyarakat dan jugaaparat pemerintah di wilayah maritim pun ikutmenjadi continental selayaknya masyarakat yangada di wilayah pusat. Mentalitas konsumtif, lebihbersikap pasif dan menerima tanpa filtrasi terhadapglobalisasi dalam menghadapi perubahan akanmembahayakan wilayah maritim tersebut yangkemudian akan menggerus budaya lokal ataukearifan lokal yang justru menjadi penguatpembangunan di daerah wilayah maritim. Terge-rusnya budaya maritim pada pola pikir padamasyarakat dan pemerintah di provinsi maritimakan membuat pembangunan juga akan terhambatdan justru pembangunan yang dilakukan malahmenghancurkan karakteristik wilayah tersebut.Pembangunan yang diharapkan akan mengha-silkan pembangunan berbasis kedaerah, pem-bangunan yang lebih mengakomidir kepentingandaerah maritim justru akan cepat menggerusbudaya dan kearifan lokal apabila paradigmakemaritiman telah hilang dari pola pikir masyarakatdan pemerintahnya.

Oleh karena itu, sebelum dilakukannya

pembangunan secara fisik maka yang perludiperkuat adalah sumber daya manusia yangmemang memahami konteks kemaritiman diwilayah maritim. Pemerintah dan masyarakat diwilayah maritim harus kembali sadar akan jati dirimereka sebagai masyarakat maritim dan harusmemahami bahwa mulai dari lautlah mereka akanmeraih sebuah kejayaan. Maka kebijakan porosmaritim yang diciptakan oleh pemerintah pusatharus juga didukung oleh internalisasi nilai-nilaibudaya maritim pada tubuh pemerintah di daerahsehingga kebijakan pembangunan dengan porosmaritim akan lebih mudah diterima dan dijalan olehpemerintah daerah dan masyarakat di daerah sertapembangunan di wilayah maritimakan maju danberkembang pesat tanpa menghilangkan unsurkearifan lokal yang akan menguatkan pem-bangunan itu sendiri.

Provinsi Kepulauan Riau adalah salah satuprovinsi berbasis maritim yang akan menjadi satubagian yang tak terpisahkan dari kebijakan porosmaritim yang telah dicetuskan oleh pemerintahpusat. Dimana provinsi Kepulauan Riau dengankebijakan ini menghadapi suatu paradigmapembangunan yang akan lebih disesuaikan dengankarakteristik kedaerahan. Tentunya untukmelakukan pembangunan di Provinsi KepulauanRiau, pemerintah dan masyarakat harus memahamibenar kondisi sosio kultural daerah tersebut.Sehingga pembangunan yang dilakukan justru tidakmenghancurkan sosio kultural masyarakat itusendiri. Kebijakan pemerintah pusat dengan porosmaritim harus disambut dengan pemahaman yangholistik terhadap konsep daerah maritim itu sendirioleh masyarakat, swasta dan juga pemerintah.Masyarakat dan pemerintah Provinsi KepulauanRiau harus sadar untuk kembali meraih kejayaandari laut. Sehingga pembangunan akan berjalansesuai dengan harapan. Jika tidak demikian, makabagaimana pun kebijakan yang dicetuskan olehpemerintah pusat untuk wilayah maritim tidak akanjuga memperbaiki kondisi wilayah maritim.

Dengan momentum suksesi pemerintah daerahdi Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 9Desember 2015 silam, merupakan sebuahmomentum yang tepat untuk merubah paradigmamasyarakat dalam pembangunan Provinsi Kepu-

COMMUNITY DEVELOPMENT DENGAN INTERNALIASASI NILAI BUDAYA MARITIM DI KEPRI

Page 81: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN72

lauan Riau kedepankhususnya pada kontekscommunity development di Provinsi KepulauanRiau untuk lebih memahami nilai-nilai budayakemaritiman lebih holistikyang kemudian dijadikansemangat dalam rangka membangun masa depanprovinsi berbasis maritim ini.

Oleh karena itu, Penelitian ini merupakanpenelitian konseptual dengan pendekatan kualitatifdan dengan metode pengumpulan data denganmetode tinjauan literatur pada kitab-kitab Melayudan data sekunder lainnya yang kemudianmelahirkan konsep community developmentdengan internalisasi nilai-nilai budaya maritimkhususnya bagi masyarakat di Provinsi KepulauanRiau. Dengan memadukan konsep budaya maritimdan konsep community development makapenelitian ini akan menghasilkan sebuah konsepuntuk penguatan masyarakat di Provinsi KepulauanRiau yang outputnya adalah kesadaran memilikiwilayah maritim, dan kemudian akan lahirlahsemangat mempertahankan wilayah maritimtersebut dengan segala karakteristik daerah yangkemudian akan memperkuat Provinsi KepulauanRiau sebagai provinsi berbasis kemaritiman.

II. KERANGKA TEORITISII.1 Konsep Budaya Maritim

Secara sederhana budaya maritim, merupakansebuah bentuk aktualisasi dari sebuah kebudayaan.Oleh karena itu memang tak bisa dilepaskan daridefinisi kebudayan terlebih dahulu sebelum kitajauh membahas apa yang dimaksud denganbudaya maritim. Menurut Supartono (2001)menyatakan bahwa kebudayaan merupakan katayang berasal dari kata budhi (tunggal) ataubudhaya (majemuk) yang diartikan sebagai hasilpemikiran atau akal manusia. Selanjutnya menurutKoentjaraningrat (Supartono, 2001) menyatakanbahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasandan karya manusia yang harus dibiasakan denganbelajar serta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.Kebudayaan juga merupakan manifestasi darikehidupan setiap orang dan kehidupan setiapkelompok orang (Peursen dalam Supartono,2001).

Kebudayaan itu memiliki wujud sebagaimana

dikatakan oleh Koentjaraningrat (Supartono,2001) yaitu:1. Sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,

nilai-nilai, norma-norma peraturan dan seba-gainya,

2. Sebagai suatu kompleks aktivitas kelakukanberpola dari manusia dalam masyarakat,

3. Sebagai benda hasil-hasil karya manusia.

Kebudayaan juga yang menjadikan manusiamenciptakan perbedaan antara konsep “kita” dan“mereka” yang kemudian membentuk sebuahidentitas. (Lamont: Turner, 2001). Dimanaselanjunya Lamont (Turner, 2001) menjelaskanbahwa dengan identitas kebudayaan masyarakatakan bertindak beberapa hal yaitu menetapkanbatas-batas simbolik, bersikap kolektif berda-sarkan identitas nasional, bersikap pribadi,ketidaksamaan, dan resistensi, dan kemudianpembatasan dan rasisme (Lamont dalam Turner,2001). Masyarakat dengan kebudayaan akanmenetapkan batas simbolik dimana menetapkangaris antara orang, kelompok dan membedakandengan lainnya. Perbedaan itu dapat diungkapkanmelalui ketabuan, identitas budaya, sikap danpraktik-praktik, dan lebih umumnya melalui polasuka dan tidak suka. (Lamont dan Molnar dalamTurner, 2001), selanjutnya masyarakat akanbersikap kolektif sesuai dengan karakter nasionaldimana masyarakat akan memilah antara “kita”dan “mereka”, bersikap kolektif atas nama “kita”dan memperkuat identitas budaya atas nama “kita”(Crozier, Inkeles, dan Lamont dalam Turner,2001).Dengan identitas ini masyarakat digerakkanatas nama kebudayaan atau kultural (Narwoko danSuyanto, 2004). Kebudayaan itu akan diperkuatdengan sebuah proses yang disebut denganinternalisasi, dimana Narwoko dan Suyanto (2004)menjelaskan internalisasi adalah sebuah prosesyang dikerjakan oleh pihak yang tengah menerimaproses sosialisasi, dan sosialisasi selanjutnyamenurut Narwoko dan Suyanto (2004) adalahproses dimana individu masyarakat belajarmengetahui dan memahami tingkah pekerti yangharus dilakukan, dan yang tak harus dilakukan.Jadi untuk menjadikan nilai-nilai budaya ituterinternalisasi dalam masyarakat, maka masya-

COMMUNITY DEVELOPMENT DENGAN INTERNALIASASI NILAI BUDAYA MARITIM DI KEPRI

Page 82: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN73

rakat harus melalui proses yang disebut dengansosialisasi yang kemudian akan menginternalisasikebudayaan itu menjadi sebuah identitas yang akanmenguatkan konsep “kita”.

Setelah masyarakat memahami konsep “kita”maka pendapat lain untuk penguatan nilai budayaberdasarkan konsep Mukhlis (2013) yaitu harustahu diri terhadap peranan dan jabatan, sadar akandiri dimana harus tercipta kesadaran indrawi,rasional, spiritual dan juga tauhid, tahu dan sadarakan kenikmatan dan keuntungan yang telahdiperoleh yang kemudian diaktualisasi dengansikap merendahkan diri, pemalu atau penyegan,suka damai atau toleran, sederhana, periang,mempertahankan harga diri, dan memiliki hargadiri akan kebudayaan itu yang diaktualisasi dalambentuk akal budi dan berilmu, budi pekerti yanghalus, komunikasi yang baik, dan baik dalampengambilan keputusan.

Kebudayaan maritim merupakan salah satubagian yang termasuk dalam kebudayaan. Karenakebudayaan maritim berasal dari hasil pemikiranyang berasal dari masyarakat yang hidup di wilayahperairan dan pesisir pantai. Kebudayaan maritimdapat juga dikatakan sebagai kebudayaankelautan. Baiquni (2014) menyebutnya sebagaiparadigma kepulauan (archiphelago paradigm)yang kemudian diterjemahkan yaitu cara pandangsuatu teori atau praksis yang mendasarkan padakemajemukan masyarakat, keragaman ekosistem,dan kompleksitas wilayah kepulauan. SelanjutnyaBaiquni (2014) menjelaskan bahwa paradigmakepulauan terkait dengan inspirasi atau ilham untukmenemukan jati diri teori, konteks historis,pergumulan persoalan pembangunan dan prak-sisnya, serta mengajukan kerangka paradigmabaru. Paradigma kepulauan diletakkan dalamkonteks wilayah kepulauan yang dapat dilacak darisejarah peradaban nusantara, pasang surutperkembangan peradaban nusantara selaludinamis dengan pusat-pusat kekuangan yangbergeser dan berubah dari satu pulau ke pulau yanglainnya (Baiquni, 2014).

Budaya maritim jika dalam konsep Wijaya(2015) adalah budaya bahari maka dapatdijabarkan bahwa budaya bahari itu seperti adalahteknologi pelayaran mengarungi samudera raya,

tanpakompas magnetik atau elektronik sepertisekarang. Keberanian dankecakapan puncak sangnakhoda adalah keberanian dan keterampilanmengarungi lautan dan mengemudikan kapal ditengah badai dan topandengan selamat keseberang. Ia harus pandai membaca isyaratalam,membaca tanda-tanda zaman. Keberaniandan kecakapan itu didukungoleh keluhuran budidan kearifan jiwa, dengan menjunjung tinggikaidah-kaidah keselarasan dengan alam: etikabahari, rerambu samudera. Jikapetaka tak terdugatiba, dan kapal tertimpa bencana, yang terlebihdahuludiselamatkan adalah kaum terlemah, bayidan perempuan, orang sakitdan penumpang, awakkapal kemudian, terakhir sang nakhoda, itupun jikaadakesempatan. Jika tidak, ialah juru selamat, iamartir, ialah tumbal, ialahkorban, ialah pahlawan,ialah syuhada. Dengan berdasarkan konsep Wijayadi atas, maka dapat disimpulkan bahwa budayabahari itu adalah budaya yang mengedepankankeberanian, kecakapan, keterampilan menghadapiberbagai masalah, budaya yang pandai membacatanda kehidupan, tanda-tanda zaman, dengankeluhuran budi dan kearifan jiwa dan budayamelayani dan mendahulukan rakyat dan kaum yanglemah baik dalam kondisi yang baik ataupundarurat, dan budaya rela berkorban demikepentingan umum.

II.2 Konsep Community DevelopmentPembangunan sumber daya manusia juga akan

berkaitan dengan community developmentdimana pengertian pembangunan sumber dayamanusia jika dikaitkan dengan proses communitydevelopment adalah sebuah proses peningkatankemampuan dan efektivitas dari sebuah masya-rakat, meningkatkan kualitas hidup masyarakat,meningkatkan kemampuan masyarakat untukberpartisipasi dalam pengambilan keputusan untukmeraih keputusan hidup yang lebih panjang(ICMM, 2002).

Dalam melakukan community developmentmaka hal yang harus diperkuat terlebih dahuluadalah melakukan penguatan modal sosial(Anderson dan Miligan dalam Fulbright, Andersondan Aupos, 2006). Selanjutnya Anderson danMiligan dalam Fulbright, Anderson dan Aupos

COMMUNITY DEVELOPMENT DENGAN INTERNALIASASI NILAI BUDAYA MARITIM DI KEPRI

Page 83: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN74

(2006) menjelaskan bahwa modal sosial adalahproses yang spesifik antara masyarakat danorganisasi yang bekerja saling berkolaborasi dalamsatu atmosfir kejujuran, yang mengarahkanmasyarakat untuk mencapai sebuah tujuan yaitumanfaat yang saling menguntungkan. Modal sosialbukan merepsentasikan kegiatan individu,melainkan adalah sebuah interaksi sosial yangmeningkatkan dan mendukung interaksi antarmasyarakat (Anderson dan Miligan dalamFulbright, Anderson dan Aupos, 2006).

Kemudian Anderson dan Miligan dalamFulbright, Anderson dan Aupos (2006) menjelas-kan bahwa ada strategi yang harus dilakukan untukmembangun modal sosial dalam rangka com-munity development yaitu:1. Kepercayaan sosial dan interaksi,2. Partisipasi politik dalam menyalurkan aspirasi

politik,3. Kepemimpinan publik dan keterlibatan dalam

kelompok, klub-klub, diskusi lokal terkaitpersoalan masyarakat,

4. Memberikan sumbangan kepada kelompok-kelompok tertentu,

5. Keterlibatan berdasarkan keikhlasan dan penuhtanggung jawab sebagai anggota, partisipan,pendonor dan relawan,

6. Kesamaan keterlibatan dalam komunitas yangberbeda.

Jika kita berbicara konsep communitydevelopment maka masyarakat hidup dalamorganisasi yang disebut dengan organisasimasyarakat. Sebagai anggota masyarakat danuntuk meningkatkan kemampuan hidup masyara-kat, maka perlu diketahui motivasi dan kebutuhanmasing-masing masyarakat di dalam organisasinyaagar dapat melakukan peningkatan kualitashidupnya (Lianto, 2013). Maka dalam membentukmodal sosial dalam community developmentdapat juga melihat teori kebutuhan Maslow(Lianto, 2013) yaitu:1. Kebutuhan Fisiologis, yaitu kebutuhan masya-

rakat yang mendasar yaitu rasa lapar, haus,tempat berteduh, seks, tidur dan kebutuhanjasmani lainnya,

2. Kebutuhan akan rasa aman, yaitu kebutuhan

masyarakat terkait keselamatan dan perlin-dungan terhadap kerugian fisik dan emosional,

3. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan masyarakatterkait kebutuhan untuk rasa memiliki dandimiliki, kasih sayang, diterima dengan baik danpersahabatan,

4. Kebutuhan akan penghargaan, yaitu kebutuhanmasyarakat terkait penghormatan secaraindividu yaitu harga diri, prestasi dan otonomi,dan sebagai makhluk sosial yaitu, status,pengakuan dan perhatian,

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu kebutuhanmasyarakat untuk menjadi diri sepenuhkemampuannya sendiri dan menjadi apa sajamenurut kemampuannya.

III. HASIL DAN PEMBAHASANIII.1 Community Development dengan

Peningkatan Sikap Mengenal Dirisebagai Masyarakat BerbudayaMaritim

Pertanyaannya pertama sekali yang diajukanadalah, mengapa kita harus mengenal diri sebagaimasyarakat berbudaya maritim, atau apakahmasyarakat Provinsi Kepulauan Riau belummengenal siapa dirinya. Sehingga provinsi berbasismaritim ini tidak mampu dibangun dengan optimal.Atau kurangnya rasa tahu akan diri yang menye-babkan lemahnya potensi masyarakat di ProvinsiKepulauan Riau ini.

Masyarakat Provinsi Kepulauan Riau sebagianbesar adalah berbudaya Melayu, padahal dalamkonsep pengembangan jati diri Melayu sudahdiajarkan dalam Gurindam Dua Belas karya RajaAli Haji yang berbunyi “Barangsiapa mengenaldiri, maka tahulah ia Tuhan yang Bahari”.Namun ajaran Gurindam Dua Belas ini banyakyang tidak diketahui maknanya oleh masyarakatKepulauan Riau, sehingga tak mengenal siapa dandimana mereka bermastautin dan kemudian sikapapa yang harus mereka lakukan. Raja Ali Hajisudah mengingatkan dalam Gurindam Dua Belastersebut, bahwa dengan mengenal diri maka kitaakan mengenal siapa pencipta kita yang sifatNyajuga bahari. Maksud Raja Ali Haji tersebut adalahketika masyarakat mengenal akan diri maka kitaakan mengetahui bahwa kita merupakan seorang

COMMUNITY DEVELOPMENT DENGAN INTERNALIASASI NILAI BUDAYA MARITIM DI KEPRI

Page 84: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN75

hamba yang diciptakan oleh Tuhan dengan segalakenikmatan yang telah Tuhan berikan kepada kita.Dengan kenikmatan itu kita akan senantiasabersyukur dengan cara menggunakan segalapotensi yang ada demi kemajuan dan perkem-bangan kehidupan baik secara individu ataupununtuk masyarakat secara luas. Tuhan yangmenciptakan kita juga memiliki sifat yang baharisebagaimana konsep Wijaya (2015) yangmenyatakan bahwa sifat bahari itu adalah sikappemurah, penyayang, mengedepankan kepentinganorang lain dari kepentingan pribadi dan relaberkorban. Sifat Tuhan yang Bahari seperti MahaPengasih dan Maha Penyayang, Maha Pemurah,Maha Pemberi akan dapat juga diaplikasikan olehkita sebagai manusia dan juga sebagai masyarakat.Dengan syarat kita mengenal akan diri kita sebagaimakhluk Tuhan dan segala kenikmatan dan potensiyang telah diberikan.

Konsep mengenal diri juga merupakan sebuahproses penguatan identitas budaya menurut Lamont(Turner, 2001) mengatakan dengan kuatnyaidentitas diri maka sebuah komunitas akanmembatasi mana yang “kita” dan mana yang“mereka”. Konsep “kita” akan menguatkanidentitas budaya jika mengenal diri siapa yangdimaksud “kita” tersebut. Konsep “kita” akanmembentuk suatu semangat untuk bersatu,bertindak kolektif dalam atmosfir kejujuran, yangakan mengarahkan masyarakat pada suatu tujuansosial yang saling menguntungkan (Anderson danMiligan dalam Fulbright, Anderson dan Aupos,2006).

Dalam sebuah buku juga Tenas Effendi (2006)mengatakan bahwa konsep tahu diri dapat dilihatdari nasihat berikut.

Yang dikatakan tahu diri,tahu hak dan kewajiban,tahu hutang serta beban,tahu adat jadi pegangan,tahu syarat jadi sandaran,tahu sunnah jadi pedoman,tahu pusaka jadi warisan,tahu ico dengan pakaian,tahu adab dengan sopan,tahu dimana tempat makan,tahu dimana tempat berjalan,

tahu hidup berkesudahan,tahu mati berkekalan,

Berdasarkan nasihat dari Tenas Effendi tersebutdapat diketahui bahwa ketika kita ingin mengenaldiri kita sebagai masyarakat berbudaya maritim,kita harus mengenal apa hak dan kewajiban kitadi Provinsi berbasis maritim ini. Hak dan kewajibanberkenaan dengan apa yang harus dilakukan atauapa kontribusi kita di Provinsi Kepulauan Riau ini.Untuk menciptakan sebuah kontribusi yang berartikita harus mengenal siapa dan dimana kita berjalandan bertapak.

Untuk mengenal diri sebagai masyarakatberbudaya maritim, maka hal yang pertamadilakukan adalah pola pikir masyarakat haruslahmerupakan pola pikir yang berbasis maritim, ataujika kita mengunakan istilah Baiquni (2014) yaituparadigma kepulauan. Konsep “kita” harusdiperkuat dengan penguatan paradigma terlebihdahulu yang kemudian akan memperkuat identitasdan dengan kuatnya identitas akan memperkuatcommunity development yang akan mengarah-kan masyarakat pada tujuan luhur yang diharapkanyang dalam konteks ini adalah provinsi berbasismaritim yang kuat. Penguatan paradigma kepulauanpertama menurut Baiquni (2014) adalah menyadaribahwa kita merupakan suatu jalinan wilayahkepulauan. Dengan menyadari ini, kita akanmemahami bahwa kita bertempat dan berjalan diwilayah yang berbasis kelautan dan kepulauan.Tentunya pola pikir kita tidak akan sama denganpola pikir yang sifatnya continental.

Menyadari sebagai masyarakat yang hidupdalam jalinan wilayah kepulauan tentunya kita harusmengenal dan mengetahui bahwa masyarakatProvinsi Kepulauan Riau hidup di wilayah yangterbentang dalam bentuk gugusan pulau-pulau,hidup dalam wilayah yang lebih dominan wilayahlaut dibanding wilayah daratannya, kemudianwilayah kelautan yang memiliki banyak sumberdaya kelautan yang besar seperti ikan, terumbukarang, pemandangan laut yang terbaik dan harusjuga mengetahui bahwa Provinsi Kepulauan Riaumemiliki posisi strategis yang saling berhadapandengan Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnamdan bahwa juga Cina. Dengan mengenali diri kita

COMMUNITY DEVELOPMENT DENGAN INTERNALIASASI NILAI BUDAYA MARITIM DI KEPRI

Page 85: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN76

sebagai masyarakat maritim dengan segala potensitersebut kita akan mampu menguatkan identitas“kita” dihadapan bangsa lain, dan dengan demikiankita mampu memperjuangkan mana yang hak danmana yang kewajiban kita kepada Negara.Dengan mengenali diri sebagai masyarakat maritimkita juga harus sadar akan status dan peran, sadarstatus sebagai masyarakat maritim yang kemudianmenjalankan peran kita sebagai masyarakatmaritim dengan melakukan pengelolaan sumberdaya maritim dengan optimal.

Tanpa mengenal diri sebagai masyarakatmaritim yang hidup di wilayah kepulauan, yangmemiliki sumber daya alam bawah laut yang luarbiasa, yang memiliki posisi strategis, makamasyarakat Provinsi Kepulauan Riau akan teruslarut dalam pembangunan yang bersifat con-tinental yang selama ini menjadi paradigmapembangunan di Indonesia. Dengan paradigmayang seolah menyamaratakan pembangunandengan wilayah pusat, maka masyarakat Kepu-lauan Riau tidak akan pernah tahu untuk mengop-timalkan potensi kelautan yang justru luar biasajika memang pembangunan dilakukan denganberbasis maritim.

Namun dengan adanya poros maritim denganparadigma pembangunan “dari pesisir ke kota”,maka wilayah kepulauan akan mendapatkan suatukesempatan untuk membangun sebagaimanamestinya dengan karakter wilayah kepulauan demipenguatasn provinsi berbasis maritim. Untukmenghadapi kebijakan poros maritim, makacommunity development terlebih dahulu yangharus diperkuat agar masyarakat dapat terlibatdengan modal sosialnya menuju tujuan yangmasyarakat tersebut harapkan. Dengan penguatansikap mengenal diri sebagai masyarakat maritim,akan menguak kembali kesadaran masyarakatKepulauan Riau, bahwa indentitas “kita” sebagaimasyarakat maritim adalah memiliki gugusankepulauan dengan potensi laut yang luar biasa, danposisi yang sangat strategis yang mampu mem-perkuat pembangunan Provinsi Kepulauan Riaudemi mencapai masyarakat yang sejahtera. Denganmenyadari dua hal ini, kita akan mengetahui danmampu mengoptimalkan apa yang seharusnyaterjadi dalam pembangunan di Provinsi Kepulauan

Riau. Pembangunan Provinsi Kepulauan Riauharus dibangun berbasis kemaritiman, pem-bangunan potensi kelautan, pembangunan potensibawah laut, pengembangan pariwisata, pem-bangunan produksi sumber daya keluatan dan takhanya itu, dengan mengenal identitas sebagaimasyarakat martitim, maka akan mampu memper-juangkan daerah maritim dan mempertahankanwilayah teritorial, dengan demikian usaha untukmencaplok wilayah kelautan yang akan mengusikkedaulatan wilayah maritim akan dipertahankanbukan saja dipertahankan oleh TNI sebagaikepanjangan tangan pemerintah, namun kedaulatanitu akan dipertahankan oleh seluruh masyarakatyang telah mengenal bahwa mereka hidup diprovinsi berbasis maritim yang harus dipertahankansegala potensinya.

III.2 Community Development denganPeningkatan Kesadaran Diri sebagaiMasyarakat Berbudaya MaritimProses community development selanjut-

nya setelah melakukan peningkatan sikap mengenaldiri yaitu peningkatan kesadaran diri. Setelahmasyarakat Provinsi Kepulauan Riau mengenalakan identitasnya sebagai masyarakat berbudayamaritim yang hidup pada gugusan pulau-pulaudengan segala potensi bawah dan atas laut yangluar biasa, maka proses selanjutnya adalahmenciptakan kesadaran bahwa semua itu telahmenjadi sebuah modal bagi kehidupan yang harusterus dikembangkan. Jika dalam proses pengenal-an diri dimulai dari perubahan paradigma padamasyarakat. Maka pada proses peningkatankesadaran ini adalah menyadari akan perjalanansejarah yang telah membawa kita kepada suatuidentitas budaya sebagai bangsa yang berbudayamaritim.

Secara sederhana, kita semua mengetahui danpernah mendengar kata-kata dari sebuah lagu yaitu“nenek moyangku seorang pelaut, gemarmengarungi luas samudera, menerjang ombaktiada takut, menepuh badai sudah biasa. Laguini terkesan sederhana bagi kita semua, atau hanyasebuah lagu anak-anak yang kita dengar padawaktu kita kecil. Namun bagi masyarakat yanghidup dan berbudaya maritm. Lagu ini memiliki

COMMUNITY DEVELOPMENT DENGAN INTERNALIASASI NILAI BUDAYA MARITIM DI KEPRI

Page 86: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN77

makna filosofis yang mendalam yang kemudianakan menguak rasa kesadaran diri sebagaimasyarakat yang memiliki identitas sebagai bangsabahari.

Untuk menguak rasa kesadaran tersebut, makapertama harus kita buka kembali lembaran sejarahyang menyatakan bahwa kita pernah jaya di laut,yang kemudian melahirkan semboyan jalasvevajayamahe yang artinya dilaut kita jaya. Ber-dasarkan catatan sejarah yang pernah kita ketahuibersama, bahwa pada bangsa kita pernah berdirikerajaan maritim yang besar dan gemilang dansalah satu bukti bahwa kita pernah jaya dari laut,yaitu Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melaka.

Berdasarkan catatan seorang pengelana yangpernah berkunjung ke Sriwijaya yang bernama I-Tsing, Sriwijaya merupakan kerajaan yangberperadaban tinggi, lebih kurang 1000 pendetayang menuntut ilmu dan belajar di Sriwijaya, dankemudian pada kurun waktu 955 M, Mas’udimenuliskan bahwa Sriwijaya merupakan sebuahkerajaan besar dengan hasil bumi, kapur barus,kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana dan pala(Jalasena, 2012).

Selain Kerajaan Sriwijaya masih ada KerajaanMalaka yang merupakan Kerajaan Maritim yangmerupakan sebuah kerajaan Melayu yang gemilahpada kurun waktu 1400-1511 M. Dimana wilayahkekuasaannya membentang luas tidak hanyasemenanjung Malaya termasuk Riau bahkanhampir seluruh Pulau Sumatera, Pattani Thailand,Brunei, Sarawak, Kalimantan sebelah Barat,namun juga menjalin kerja sama dengan KerajaanMajapahit di Tanah Jawa. Pada zaman itupembangunan ekonomi sudah dijalankan denganberbasis kemaritiman yaitu perdagangan dengannegara-negara lainnya. Mempertimbangkanwilayah Malaka sangat strategis, dan KerajaanMalaka memanfaatkan dengan menciptakanpembangunan ekonomi berbasis maritim yaitumelakukan cukai yang dikenakan kepada kapal-kapal dagang yang melewati selat Malaka,pelabuhan dan aktivitas dagang pada saat itu samaseperti pelabuhan transito di Singapura saat ini.Selain itu Kerajaan Melaka juga melakukanperkongsian dagang dengan pedagang Persia,Arab, India, dan China (Dahlan, 2014).

Berdasarkan buku Sejarah Melayu (Dahlan,2014) juga mengatakan bahwa Melaka merupa-kan sentral perdagangan berbasis maritim tigajurusan yaitu ke dan dari India, China, dankawasan lainnya di Asia Tenggara. Selain itu jugatempat berdagang rempah-rempah bangsa yangberasal dari Maluku, Sulawesi, Jawa, Borneo,Sumatera, Sulawesi, dan Sulu Mindanou Filipina,dan bahkan juga secara berantai sampai jugabarang-barang dagangan tersebut ke Eropa(Dahlan, 2014).

Perdagangan berbasis maritim ini merupakanaktualisasi dari sebuah proses pengenalan dankesadaran akan jati diri sebagai bangsa yang hidupberbudaya maritim. Sehingga segala potensi saatitu dapat dijalankan dengan optimal. Dua catatansejarah singkat tadi berusaha menguak kembalikesadaran diri masyarakat Provinsi KepulauanRiau sebagai masyarakat berbudaya maritim. Jikakita bayangkan hari ini, apakah kita sudah sadarakan potensi-potensi kelautan dan kebaharian yangProvinsi Kepulauan Riau miliki. Kebijakan porosmaritim tentunya tidak akan berjalan denganoptimal jika masyrakat yang hidup dalam kawasanberbasis maritim tidak mengetahui dan sadar akansegala potensi yang dimilikinya. Sehingga akanragu dan akan terkesan gamang untuk mengeks-plorasi segala potensi dan kekuatan yang dimiliki.Untuk menghadapi poros maritim yang dicetuskanoleh pemerintah pusat maka ada beberapa usahakesadaran yang harus ditingkatkan sebagaimanadijelaskan oleh Marsetio (2014) yaitu:1. Kesadaran persatuan dan kesatuan yang kokoh

antara wilayah kepulauan yang ada padaprovinsi berbasis maritim,

2. Kesadaran generasi muda yang berwawasanmaritim, karakter dan jiwa bahari yang kokoh,

3. Kesadaran kepemimpinan nasional dan daerahyang harus fokus pada sektor kelautan,

4. Kesadaran pentingnya pendidikan yangberbasis kelautan,

5. Kesadaran menjaga lingkungan hidup dalamaspek lingkungan kelautan,

6. Kesadaran untuk membangun industri berbasismaritim,

7. Kesadaran untuk berinovasi dan mencaridomain bisnis berbasis maritim.

COMMUNITY DEVELOPMENT DENGAN INTERNALIASASI NILAI BUDAYA MARITIM DI KEPRI

Page 87: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN78

Tujuh langkah itu merupakan langkah untukmenguak kesadaran yang harus diciptakan dalamrangka community development untuk memper-kuat provinsi berbasis maritim. Selain itu perlu jugapenguatan jiwa kebaharian yang sebagaimanadikatakan oleh Wijaya (2015) yaitu keberaniandankecakapan puncak sang nakhoda adalahkeberanian dan keterampilanmengarungi lautandan mengemudikan kapal di tengah badai dantopandengan selamat ke seberang. Ia harus pandaimembaca isyarat alam,membaca tanda-tandazaman. Keberanian dan kecakapan itu didukungoleh keluhuran budi dan kearifan jiwa, denganmenjunjung tinggi kaidah-kaidah keselarasandengan alam: etika bahari, rerambu samudera.Jikapetaka tak terduga tiba, dan kapal tertimpabencana, yang terlebih dahuludiselamatkan adalahkaum terlemah, bayi dan perempuan, orangsakitdan penumpang, awak kapal kemudian,terakhir sang nakhoda, itupun jika adakesempatan.Jika tidak, ialah juru selamat, ia martir, ialah tumbal,ialahkorban, ialah pahlawan, ialah syuhada. Sikapyang perlu disadari sesuai dengan jiwa kebahariandi atas adalah, keberanian dan keterampilanmembaca isyarat alam dengan memahami danmenyadari potensi yang dimiliki oleh ProvinsiKepulauan Riau, kemudian mampu membacatanda-tanda zaman, artinya mampu mengelolapotensi bisnis dan input-input yang mampumendatangkan keuntungan bagi pembangunansecara umum dan masyarakat secara khusus,namun harus didasari oleh keluhuran, kejujuran dankearifan sehingga proses modal sosial akansemakin kuat dan proses community deve-lopment dapat tercapai, dan sikap melayani,mendahulukan kepentingan umum dibandingkepentingan golongan atau pribadi.

Dengan peningkatan kesadaran akan hal-hal diatas, maka identitas provinsi Kepulauan Riausebagai provinsi berbasis maritim akan semakinkuat, yang didukung oleh kesadaran masya-rakatnya sebagai masyarakat yang hidup berbu-daya maritim.

III.3 Community Development denganPeningkatan Rasa Kesadaran akan

Keuntungan sebagai MasyarakatBerbudaya Maritim

Community Development juga tak dapatdiperkuat jika rasa akan keuntungan atau yang kitasebut dengan rasa syukur tidak ada. Rasa syukurini yang akan mengimbangi rasa tahu akan mengenaldiri dan juga kesadaran diri. Jika kenal dan sadartanpa rasa syukur akan lahirlah sebuah sikap yangarogan, sombong bahkan jika dikaitkan denganpembangunan berbasis maritim akan lahirlahmasyarakat dan pemimpin yang otoriter danindividualistis, yang justru akan merusak budayadan identitas itu sendiri. Rasa kesadaran keun-tungan atau dengan kata lain rasa syukur itu adalahterkait dengan segala potensi yang telah kita milikibaik secara budaya, potensi kelautan dan sumberdaya lainnya. Rasa syukur kita terhadap hal-halini akan menyebabkan pengelolaan potensi dansumber daya keluatan akan optimal dan tepat, danmemperkecil tindak korup dan destruktif yang akanmenghasilkan tindakan yang melanggar hukumseperti illegal fishing, pengeboman terumbukarang, pukat harimau, eksploitasi hasil laut ilegaldan lain sebagainya. Aplikasi rasa syukur ini adalahterciptanya pengelolaan segala potensi keluatandengan tepat. Lalu apa saja yang harus kita syukuridalam konteks budaya maritim yang dimiliki olehProvinsi Kepulauan Riau secara khusus danIndonesia secara umum ?

Rasa syukur kita adalah terkait dengan wilayahgeografis kita sebagai negara kepulauan yangkemudian menjadikan kita negara kepulauanterbesar di dunia. Dimana secara geografis kitaterletak di antara benua Asia dan Benua Australia.Kemudian bangsa Indonesia memiliki wilayahperairan seluas 2.7 juta kilometer persegi atau 70%dari luas NKRI. Dengan demikian Indonesiamerupakan sebuah negara Maritim dan bukanlahnegara agraris, karena daratan yang tersisa hanya30% atau hanya berkisar 1,9 juta kilometerpersegi. Maka Indonesia harus menyadari bahwalaut sebagai media pemersatu dan juga sebagaimedia penghubung antara satu wilayah atau bahkannegara lainnya. Sehingga dengan demikian sudahselayaknya jika paradigma pembangunan yangdilakukan adalah berbasis maritim atau kelautanbukan berbasis kontinental sebagaimana selama

COMMUNITY DEVELOPMENT DENGAN INTERNALIASASI NILAI BUDAYA MARITIM DI KEPRI

Page 88: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN79

ini terjadi. Sudah seharusnya Indonesia fokus akanpembangunan kelautan dimana kedaulatanIndonesia juga salah satunya berasal dari laut. Jikatak menyadari hal ini, maka kedaulatan kita darisisi keluatan bisa terampas oleh negara lain sepertiPulau Simpadan dan Ligitan. Begitu juga ProvinsiKepulauan Riau. Wilayah provinsi Kepulauan Riaujuga lebih didominasi oleh wilayah lautan, danmerupakan wilayah yang tersusun dari gugusanpulau-pulau yang juga berbatasan langsung denganSingapura, Malaysia, Thailand, Vietnam dan jugaCina. Sudah selayaknya juga dengan kondisiseperti ini, Pemerintah dan masyarakat ProvinsiKepulauan Riau menyadari bahwa laut adalahsumber kehidupan dan pemersatu sekaligus jatidiri. Dengan rasa syukur terhadap geografis yangtelah diberikan kepada Provinsi Kepulauan Riau,maka sudah selayaknya kita bertindak danberperilaku sesuai dengan apa yang telah diberikankepada kita, yaitu berbasis kemaritiman.

Rasa syukur dengan keadaan geografis ini dapatdiaktualisasi dengan banyak cara, beberapacaranya antara lain,pertama adalah memanfaatkanpelabuhan sebagai media perhubungan, transpor-tasi dan juga bisnis. Hal inilah yang menyebabkanKerajaan Sriwijaya dan Malaka mencapai puncakkegemilangan dengan cara tepat memanfaatkanpelabuhan dan kondisi geografis yang telahdiberikan. Oleh karena itu pemerintah lewat porosmaritim harus menjadikan pelabuhan sebagai titikawal pembangunan. Kemudian hal ini harusdidukung oleh pemerintah daerah yang kemudianmelibatkan masyarakat dalam proses pem-bangunan. Masyarakat yang telah terbentuk rasapengenalan diri dan kesadaran diri sebagaimasyarakat maritim harus memperkuat modalsosial untuk mencapai sebuah tujuan yaitukesejahteraan dan pembangunan yang optimal diprovinsi berbasis maritim. Masyarakat harus ikutberpartisipasi dalam pengelolaan pembangunanyang memang harus dimulai dari pelabuhan.Pelabuhan bukan saja media komunikasi atauangkutan antar pulau, akan tetapi juga media bisnisyang berbasis kelautan, sehingga pelabuhan dagangharus diciptakan dan dibangun. Atau menetapkancukai terhadap kapal-kapal dagang yang lewat diperairan Kepulauan Riau. Termasuk bisnis potensi

laut yang ada harus juga dikelola dengan baik olehmasyarakat tempatan sebelum dimanfaatkan ataudiambil oleh pihak lainnya. Dari pelabuhanlah, kitamampu mengawasi laut-laut kita, menjagakedaulatan kita di batas garis pantai terluar, makasudah selayaknya pembangunan memang dimulaidari pesisir.

Cara kedua dalam mengaplikasikan rasasyukur kita terhadap wilayah maritim yang telahdiberikan kepada kita adalah membuka jalurperdagangan bebas yang melibatkan berbagainegara lain di dunia. Setelah pelabuhan dioptimaldengan baik, maka pintu masuk sumber ekonomiharus juga dimulai dari laut, dengan melakukan ataumembuka perdagangan bebas. Pelabuhan-pelabuhan peti kemas harus dibangun dalamrangka memperkuat ekspor impor barang kedalam dan keluar negeri. Namun harus diperkuatdengan cukai sehingga daerah mendapatkankeuntungan yang signifikan. Hal inilah yangdilakukan oleh Kerajaan Sriwijaya dan Malakapada zamannya. Dalam konteks ini penguatanlembaga free trade zone harus fokus dan sepenuhhati. Agar pengelolaan pelabuhan dapat dilakukandengan optimal.

Cara ketiga dalam mengaplikasikan rasasyukur kita terhadap wilayah maritim yang telahdiberikan kepada kita adalah memperluas fungsipelabuhan yaitu dengan cara penyediaan tempatberlabuh yang aman dan nyaman bagi kapal-kapalyang ingin beristirahat, perbaikan atau menunggutempat sandar, penyediaan pelabuhan bongkarmuat yang efisien, penyediaan galangan kapal yangmumpuni, penyediaan pengisian bahan bakar danair tawar yang kompetitif, mewajibkan penggunaankapal pandu bagi kapal yang akan melintasi jalursempit, penyediaan keperluan awak kapal sepertitempat rekreasi, wisata dan pusat pembelanjaan,penyediaan akses informasi yang cepat danmanajemen pelabuhan.

Dari penjelasan di atas, maka pelabuhanmenjadi salah satu objek yang harus disadari akanmendatangkan banyak keuntungan bagi daerahdan community development harus diperkuatdengan cara menyadarkan masyarakat bahwapelabuhan merupakan pintu masuk sekaligus awalserta sebuah potensi dari pembangunan wilayah

COMMUNITY DEVELOPMENT DENGAN INTERNALIASASI NILAI BUDAYA MARITIM DI KEPRI

Page 89: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN80

maritim. Oleh karena itu jika kebijakan porosmaritim ingin berjalan dengan optimal makapelabuhan menjadi salah satu objek pembangunanyang harus diperhatikan sehingga perdaganganbebas, dan pengelolaan sumber kelautan dapatberjalan dan akan mendatangkan keuntungan bagiprovinsi berbasis maritim. Pembangunan wilayahkelautan memang harus dimulai dari mengopti-malkan pelabuhan sebagai pintu gerbang untukmasuk ke wilayah berbasis maritim. Dengandemikian pelabuhan bukan lagi pintu keluar ataupintu belakang yang justru tidak diperhatikan yangkemudian melahirkan kejahatan dilautan, sepertipenyeludupan, illegal fishing, pengebomanterumbu karang dan pukat harimau. Agar kejahatandi laut ini hilang maka sudah sepantasnya pelabuhanmenjadi pintu depan dalam konteks pembangunandi daerah khususnya berbasis maritim.

III.4 Community Development denganPembentukan Harga Diri atau Marwahsebagai Masyarakat BerbudayaMaritim

Dalam proses community development,setelah masyarakat dikuatkan dalam aspekpengenalan harga diri, kesadaran diri dankemudian kesadaran akan keuntungan sebagaibangsa yang berbudaya maritim, maka aspekselanjutnya yang akan mengintegrasikan ketigaaspek tadi adalah pembentukan harga diri ataumarwah sebagai masyarakat yang berbudayamaritim. Mengapa pembentukan harga diri ataumarwah perlu dibentuk untuk memperkuatcommunity development, harga diri atau marwahmerupakan sebuah kebutuhan individu ataumasyarakat dalam sebuah organisasi ataukomunitasnya. Harga diri atau marwah jikaberdasarkan teori Maslow (Lianto, 2013) adalahsebuah kebutuhan akan penghargaan dimanamasyarakat berbudaya maritim ingin diketahui dandihargai oleh pihak lainnya. Selain itu jugamerupakan sebuah kebutuhan yang sifatnyaaktualisasi diri, dimana masyarakat berbudayamaritim ingin diketahui oleh orang lain, diakuisepenuhnya dengan karakteristik dan kemam-puannya. Dengan penghargaan diri dan aktualisasidiri, masyarakat di provinsi berbasis maritim ingin

daerahnya diakui, dihargai, dihormati dan diyakinikeberadaannya.

Sebagaimana masyarakat di Provinsi Kepu-lauan Riau, selama ini merasa selalu dipinggirkan,selalu tidak dipedulikan oleh pemerintah pusat, dankadang Provinsi Kepulauan Riau masih dianggapProvinsi Riau yang sebenarnya telah lebih kurang13 tahun berpisah. Namun pemerintah pusatmasing mengganggap Provinsi Kepulauan Riauadalah Provinsi Riau. Hal ini akan mengusikkedaulatan berupa pengakuan dari pihak lainsebagai sebuah provinsi maritim. Bahkan seringjuga wilayah perairan Kepulauan Natuna danKepulauan Anambas dianggap tidak memilikiwilayah padahal disinilah kedaulatan bangsaIndonesia jika dipandang dari garis pantai danpantai terluar. Selain itu, terkadang pemerintahpusat selalu ego dengan pembangunan yangbersifat kontinental yang cenderung menyama-ratakan pembangunan wilayah kepulauan samadengan wilayah pusat yang semua akses, saranadan prasarana tersedia, tanpa melihat bagaimanasebenarnya kondisi wilayah kepulauan.

Hal-hal inilah yang terkadang mengusik jiwa danidentitas masyarakat di Provinsi Kepulauan Riausebagai masyarakat di provinsi berbasis maritim,karena bagaimana pun kebutuhan penghargaandan aktualisasi diri sangat dibutuhkan dalam rangkapenguatan wilayah maritim yang di dalam wilayahtersebut juga terdapat batasan kedaulatan RepublikIndonesia. Namun terkadang tak dapat disalahkanpihak pemerintah pusat, mungkin selama inimasyarakat Kepulauan Riau kurang mengenal dirimereka sebagai bangsa maritim yang berimbaspada tidak mengenalnya potensi dan sumber dayayang dimiliki. Kemudian juga kurangnya kesadaranakan kesejarahan yang dimiliki oleh bangsamaritim, dimana hal tersebut merupakan sebuahkearifan lokal bangsa maritim itu sendiri. Tanpamengenal sejarah bangsa maritim, maka masya-rakat maritim tidak akan pernah tahu akanpotensinya sebagai bangsa maritim, ataupundengan kata lain mengenal sejarah namun takpernah menangkap sebuah kesadaran untuk belajardari sejarah maka sama saja kita hanya men-jadikan sejarah sebagai sebuah kenangan indahyang tak akan pernah terulang kembali. Jika ini

COMMUNITY DEVELOPMENT DENGAN INTERNALIASASI NILAI BUDAYA MARITIM DI KEPRI

Page 90: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN81

terjadi maka kita juga akan sulit mengenal siapa“kita” dalam konsep Lamont (Turner, 2001) yangmerupakan identitas. Kemudian hal yang perludiperkuat adalah rasa kesadaran akan keuntunganatau rasa syukur yang akan membuat kita bertindakmengoptimalkan sumber daya yang telah kitaperoleh dari Tuhan baik secara geografis dangeopolitik, dan kurangnya rasa syukur initerkadang kita tidak bertindak untuk mengop-timalkan sumber daya tersebut, melainkan kitamengelolanya dengan salah atau bahkan disia-siakan sehingga segala sumber daya itu tidakmemberikan manfaat apapun bagi masyarakatmaritim tersebut.

Harga diri atau marwah akan terbentuk ketikatiga aspek tadi dilengkapi dan terinternalisasi.Harga diri atau marwah sebagai bangsa maritimakan kuat jika kita mengenal diri sebagai bangsaberbudaya maritim yang hidup dalam gugusanpulau dengan segala potensi sumber daya kelautanyang luar biasa, kemudian kita menyadari dirisebagai bangsa yang berbudaya maritim denganmengambil pelajaran dari sejarah bangsa maritimyang hidup di masa silam yang kemudian akanmenjadikan kita sadar dan bertindak untukmengoptimalkan segala potensi yang telahdiberikan kepada kita. Selanjutnya kita mensyukurisebagai rasa sadar akan keuntungan yang kita milikisebagai daerah maritim yang dengan rasa syukuritu masyarakat dan pemerintah akan bersinergidalam melakukan pembangunan pada segalapotensi seperti pelabuhan, sumber daya kelautan,kedaulatan daerah perbatasan, pariwisata, danposisi strategis.

Kebijakan poros maritim yang diciptakan olehpemerintah pusat menjadi suatu kesempatan emasbagi masyarakat maritim untuk memiliki danmembentuk harga diri dan marwah yang kemudianakan lahir semangat memperkuat provinsiKepulauan Riau ini sebagai provinsi maritim, selainitu akan mampu memudahkan pemerintah RepublikIndonesia untuk memelihara kedaulatan maritiimkhususnya di wilayah yang berada di daerahperbatasan, seperti Kabupaten Anambas danKabupaten Natuna.

Dengan pembentukan serta penguatan harga diridan marwah sebagai masyarakat maritim, maka

kita akan sadar dan akan terus memperkuat sertamenegakkan kedaulatan bangsa maritim “kita”sebagai sebuah identitas bangsa maritim yangberbudaya maritim sebagaimana konsep yangdirumuskan oleh Rektor IPB (2015) yaitupertama kita adalah bangsa maritim yang memilikipotensi geo-fisik yaitu letak yang sangat strategisantara beberapa wilayah negara asing sepertiMalaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnamdan Cina, dengan posisi letak yang sangat strategiskita akan mampu mengetahui dan memperkuatkedaulatan bangsa, ekonomi, politik dan wilayahagar kita tak mudah dipengaruhi namun justrumendapatkan keuntungan bagi wilayah maritimyang kita miliki, kedua, kita adalah bangsa maritimyang memiliki geo-politik dan geo-strategis yaituposisi strategis yang memiliki nilai politik yang tinggidari aspek ekonomi regional dan internasional danpertahanan kawasan maupun internasional, dengandemikian kita akan melakukan diplomasi politikdan ekonomi dengan tepat dan cermat sehinggadiplomasi tersebut memang menguntungkan bagiwilayah regional dan juga nasional,ketiga, kitaadalah bangsa maritim yang memiliki geo-kulturalyang kuat dan khas dari sisi pengelolaan sumberdaya yang berbasis kebaharian, etnis yangberbudaya maritim, dan teknologi yang khas yangbertahan sejak zaman nenek moyang sampaisekarang dalam koridor budaya maritim, denganhal ini maka masyarakat maritim akan menjagaidentitas kulturalnya sehingga tak mudah di-pengaruhi oleh kultural bangsa lain terutama yangsifatnya destruktif, keempat, kita adalah bangsamaritim yang memiliki geo-ekonomi yang sangatluar biasa seperti yang dapat diperbaharui sepertiperikanan dan kelautan, tidak dapat diperbaharui,seperti pertambangan dan sumber daya alam,fungsi perhubungan laut seperti transportasi laut,dan jasa lingkungan seperti pariwisata. Denganmenyadari hal ini masyarakat maritim akanmengelola dengan optimal segala potensi geo-ekonomi tersebut, dan terakhir adalah kita adalahbangsa maritim yang memiliki ideologi sebagaibangsa maritim yang berparadigma kelautan dankebaharian, berwawasan nusantara yang berbasiskelautan yang akan memperkuat jati diri sebagaimasyarakat yang berbasis maritim.

COMMUNITY DEVELOPMENT DENGAN INTERNALIASASI NILAI BUDAYA MARITIM DI KEPRI

Page 91: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN82

Dengan penguatan harga diri dan marwahsebagai masyarakat berbudaya maritim dalam limaaspek tadi, maka proses community develop-ment akan berjalan optimalsehingga melahirkansemangat kebaharian sebagai masyarakat maritimyang akan terus mempertahankan, memperkuat,dan menegakkan kedaulatan wilayah maritim khu-susnya di Provinsi Kepulauan Riau sebagai provinsiyang berbasis maritim yang kuat dan tangguh dalamlingkup regional dan juga nasional bahkaninternasional dalam rangka mendukung kebijakanporos maritim yang juga akan mem-perkuatkedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

IV. PENUTUPMembangun community development dengan

penguatan nilai-nilai budaya maritim harus dimulaidengan membangun suatu sikap mengenal akandiri sebagai masyarakat yang berbudaya maritim.Dengan mengenal diri maka masyarakat akansadar dan akan bertindak dengan tindakan yangsesuai dengan statusnya sebagai masyarakatmaritim kemudian diaktualisasi dalam peran-peranstrategis sebagai masyarakat yang terlibat dalammemperkuat provinsi Kepulauan Riau sebagaiprovinsi berbasis maritim. Kemudian diikuti denganmemiliki kesadaran akan diri sebagai masyarakatmaritim yang memperoleh kejayaan di lautanseperti sebuah semboyan jalasveva jayamaheatau pun mengingat kembali bahwa nenek moyangkita dahulu adalah bangsa pelaut yang meraihkejayaan dan kegemilangan di lautan yang

dibuktikan dengan perjalanan sejarah pada masasilam. Sikap yang selanjutnya adalah kita sadarakan segala potensi yang telah diberikan Tuhansebagai bonus geografis pada Provinsi KepulauanRiau yang memiliki potensi kelautan baik bawahlaut, atas laut dan juga segala potensi kebaharianyang juga terdapat di daratannya. Dengan rasasadar dan syukur akan potensi tersebut maka kitaakan melakukan pengelolaan secara optimalsehingga mendatangkan manfaat bagi kesejahte-raan masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau.Selanjutnya hal terakhir yang harus dibentuk adalahpembentukan harga diri dan marwah yang kuatsehingga kedaulatan kita sebagai bangsa maritimtidak dapat diusik oleh bangsa lain. Atau kita akanterus menegakkan kedaulatan sebagai bangsamaritim yang memiliki segala potensi yang mampumenguntungkan banyak pihak baik secara regionaldan juga nasional. Dengan empat tingkatan prosestersebut maka community development dapatdijalankan dengan baik dan dengan catatankeempat tingkatan proses penguatan nilai tersebutharus menjadi konsensus yang akan memperkuatmodal sosial dalam mencapai tujuan bersama yanglebih baik dan sejahtera khususnya di ProvinsiKepulauan Riau yang diharapkan juga menjadiprovinsi maritim yang kuat, tangguh dan ber-marwah. Dengan momentum kebijakan porosmaritim, maka sudah selayaknya empat prosesinternalisasi budaya maritim kita perkuat demimemperkuat Provinsi Kepulauan Riau sebagaiprovinsi maritim.

COMMUNITY DEVELOPMENT DENGAN INTERNALIASASI NILAI BUDAYA MARITIM DI KEPRI

Page 92: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN83

Baiquni. (2014). Pusat-Pusat PertumbuhanEkonomi Berbasis Maritim. Makalahdisampaikan pada Kongres MaritimIndonesia pada 23-24 September 2014 diUniversitas Gajah Mada Yogyakarta

Dahlan, Ahmad. (2014). Sejarah Melayu.Jakarta. Kepustakaan Populer Gramedia

Effendi, Tenas. (2006). Tunjuk Ajar Melayu.Yogyakarta. Balai Kajian dan Pengem-bangan Budaya Melayu

Fulbright, Karen. Anderson. Aupos, Patricia.(2006). Communitie Change: Theories,Practice and Evidence. Washington. TheAspen Institute

ICMM. (2002). Community DevelopmentToolkit. London. ICMM

Jalasena. (2012). Jalan Terjal Menuju Kemer-dekaan Maritim. Jurnal. Edisi No.08Agustus Tahun II 2012.

Lianto. (2013). Aktualisasi Hirarki TeoriKebutuhan Abraham Maslow BagiPeningkatan Kinerja Individu DalamOrganisasi. Jurnal Online.

Marsetio. (2014). Manajemen Stategis NegaraMaritim dalam Perspektif Ekonomi danPertahanan. Makalah. Disampaikan pada

orasi ilmiah di Jakarta pada Tanggal 20November 2014

Mukhlis, Suhardi. (2013). Transformasi NilaiBudaya Melayu Dalam Sikap Masya-rakat, Kepemimpinan Pemerintahan,dan Etos Kerja Pelayanan Publik Apa-ratus Pemerintah Provinsi KepulauanRiau. Disertasi. Johor. Universitas TeknologiMalaysia

Narwoko. Dwi, Suyanto, Bagong. (2004).Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.Jakarta. Prenadamedia Group.

Rektor IPB. (2015). Menegakkan KedaulatanIndonesia sebagai Negara Maritim,Beberapa Catatan IPB. Makalahdisampaikan pada Konvensi Kampus XIForum Rektor Indonesia di Medan 23Januari 2015 .

Supartono. (2001). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta.Ghalia Indonesia.

Turner. Jonathan. H. (2001). Handbook ofSociological Theory. Newyork. Springer.

Wijaya, Mendra (2015). Kybernologi IlmuPemerintahan Baru. Diakses dariwww.id.scribd.compada tanggal 26Desember 2015

COMMUNITY DEVELOPMENT DENGAN INTERNALIASASI NILAI BUDAYA MARITIM DI KEPRI

Daftar Pustaka

Page 93: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN84

TANGGUNG JAWAB BADAN NASIONAL PENEMPATANDAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA(BNP2TKI) TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA

DI LUAR NEGERI DALAM PERSPEKTIFHAK ASASI MANUSIA

Oleh :Thamrin S1

AbstractThe job and the choice of the jobconstitutesthe right of every citizen includingto work overseas. One of responsibility of government against labor overseasis to protect and to enforce of the human right. This research aimed to theresponsibility of (BNP2TKI) and its coordination with related institute. Thisresearch constitutes normative legal research by case approach andanalyzelegislation by qualitative analyses.The form of responsibility of BNP2TKI against the placement of IndonesianLabor overseas based on the written agreement between The Government ofRepublic of Indonesia and the Government of the user of Indonesia Laboroverseas or related Entrepreneur of the destination State. Receiving placementof labor overseas (BNP2TKI) must do coordination with stakeholder in orderto supervise and also to solve dispute faced by Indonesian labor appropriatewith Article 5, 6, 7, 94 and Act 39/2004 so that the protection of human rightof Indonesia Labor can be uphold.

Keywords : Protection, Human Right, Indonesia Labor, Government’s,Responsibility.

1 Dosen PNS DPK Kopertis Wilayah X Padang Email : [email protected]

A. PENDAHULUANSalah satu untuk mewujudkan masyarakat

sejahtera adalah memiliki pekerjaan. Makna danarti pentingnya pekerjaan Pasal 27 Ayat (2) UUD1945, menyatakan “Tiap-tiap warga negaraberhak atas pekerjaan dan penghidupan yanglayak bagi kemanusiaan”.

Pasal 38 Ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999(HAM), menyebutkan “setiap orang berhakdengan bebas memilih pekerjaan yang disukainyadan berhak pula atas syarat-syarat ketena-gakerjaan yang adil”. Sedangkan Pemerintah wajib

dan bertanggung jawab menghormati, melindungi,menegakkan, dan memajukan Hak Asasi Manusia(HAM).

Dasar yuridis pembelaan terhadap HAM, Pasal28D Ayat (2) menegaskan bahwa “setiap orangberhak untuk bekerja serta mendapat imbalan danperlakuan yang adil dan layak dalam hubungankerja”. Kemudian Pasal 28I Ayat (4) menyatakanpula bahwa “Perlindungan, pemajuan, penegakandan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggungjawab negara terutama pemerintah”. Kenya-taannya negara belum mampu memenuhi hak dasar

Page 94: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN85

tersebut sepenuhnya karena kompleksnyapermasalahan di bidang ketenagakerjaan.

Angka kemiskin mencapai 28.000.000. jiwapada tahun 2014. Serta angka pengangguran padabulan Februari 2015 diperkirakan mencapai 7,4juta jiwa. Pengangguran dapat menimbulkanberbagai dampak, baik sosial politik, maupunkeamanan. Kemiskinan menyebabkan masyara-kat rela mengorbankan apa saja demi kelangsunganhidup diri dan keluarganya. Mempertaruhkantenaga dengan menerima imbalan/upah yang tidaksepadan dengan tenaga yang dikeluarkan. Paraburuh tani di desa bekerja sepanjang hari, tetapimereka menerima upah yang sangat kecil2.

Konsepsi dasar yang diamanatkan UUD1945, maka setiap warga negara mempunyaikedudukan yang sama (equality), tanpa adanyaperbedaan-perbedaan yang mendasar. Sekalipunwarga negara yang bekerja di luar negeri sebagaiTenaga Kerja Indonesia (TKI). Sebagai warganegara, mereka tetap mempunyai hak untukmendapatkan perlindungan hak konstitusionalnya.Bentuk perlindungan tersebut antara lain,perlindungan terhadap pelaksanaan apa yang telahdisepakati dalam perjanjian kerja, mendapatkanupah, asuransi, perlakuan yang adil dan tidak adaperlakuan eksploitasi dari majikan.

Solusi terhadap permasalahan ketenagakerjaan,salah satu program pemerintah adalah melakukanPengirimanan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) keluar negeri. Program tersebut akan dapatmengatasi pengangguran yang juga bagian darikewajiban pemerintah untuk dapat memberikankesempatan kepada angkatan kerja yang sedangmencari pekerjaan untuk mendapatkan pe-kerjaan.

Untuk meminimalisir pelanggaran Hak AsasiManusia dalam penempatan Tenaga KerjaIndonesia di luar negeri, sangat ditentukantanggung jawab pemerintah untuk meningkatkanperlindungan hukum terhadap hak-hak Tenaga

Kerja Indonesia (TKI), yaitui tanggung jawabsebelum Tenaga Kerja Indonesia (TKI) diberang-katan/penempatan, selama masa kerja di negaratujuan dan masa purna kerja.

Tingginya animo Tenaga Kerja Indonesia untukbekerja di luar negeri, pemerintah seharusnyajuga meningkatkan pelayanan untuk melindungikepentingan Tenaga Kerja Indonesia dalam rangkamewujudkan pemenuhan hak-hak dasarnya, sertaperlindungan Hak Asasi Manusia (HAM), sesuaidengan amanat UU No. 39 Tahun 1999, tentangHak Asasi Manausia (HAM)3.

Pada negara miskin dan berkembang4, feno-mena menunjukkan bahwa kesulitan ekonomi,sempitnya lapangan kerja dan upah yang rendahmendorong penduduk untuk mengadu nasib kenegara yang lebih maju ekonominya, walaupunberbekal kemauan, tekad, tenaga, dan keleng-kapan dokumen seadanya.

Sebagai tanggung jawab pemerintah terhadappenempatan Tenaga Kerja Indonesia di LuarNegeri. Pemerintah bertugas mengatur, membina,melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraanpenempatan dan perlindungan Tenaga KerjaIndonesia diluar negeri. Dalam melaksanakan tugastersebut, maka pemerintah dapat melimpahkansebagai wewenangnya dan/atau tugas perbantuankepada pemerintah daerah sesuai denganperaturan perundang-undangan5.

Di samping itu pemerintah berkewajibanmengawasi pelaksanaan penempatan calon TenagaKerja Indonesia, serta berkewajiban membentukdan mengembangkan sistem informasi penempatancalon Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri, danberkewajiban melakukan upaya diplomatik untukmenjamin pemenuhan hak dan perlindunganTenaga Kerja Indonesia secara optimal di negaratujuan6.

Dari pertimbangan filsafati ditetapkannyaUndang-undang No. 39 tahun 2004, tentangpenempatan dan perlindungan Tenaga Kerja

2 Lalu Husni, Hukum Penempatan Hukum Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Program Pasca Sarjana,Universitas Brawijaya, Malang, 2010, hlm. 2 – 3.

3 Pasal 9 Ayat (1) UU No. 39 1999, “Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan tarafkehidupannya”.

4 Lalu Husni, Hukum Penempatan…,Op. Cit, hlm. 7 dan 8.5 Pasal 5 Undang-UndangNo. 39 Tahun 2004, Tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri, Pasal 5.6 Ibid, Pasal 5, 6, dan 7.

TANGGUNGJAWAB BNP2TKI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA

Page 95: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN86

Indonesia di luar negeri, untuk menunjukkankeseriusan dan komitmennya pemerintah untukmemberikan perlindungan kepada Tenaga KerjaIndonesia yang bekerja di luar negeri, atas dasarpenghormatan dan perlindungan Hak AsasiManusia (HAM).

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 tahun1999, tentang Hak Asasi Manusia, bahwa “HakAsasi Manusia seperangkat hak yang melekatpada hakikat dan keberadaan manusia sebagaimakhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakananugerah-Nya yang wajib dihormati, dijungjungtinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,pemerintah dan setiap orang demi kehormatanserta perlindungan harkat dan martabat manusia”.

Begitu pentingnya perlindungan Hak asasiManusia dalam negara hukum, maka dalamkonsideran menimbang huruf d Undang-UndangNomor 39 Tahun 2004, menegaskan bahwa“Negara wajib menjamin dan melindungi hak asasiwarga negaranya yang bekerja baik di dalammaupun di luar negeri berdasarkan prinsippersamaan hak, demokrasi, keadilan sosial,kesejahteraan dan keadilan gender, anti diskri-minasi, dan anti perdagangn manusia”. Berda-sarkan pertimbangan ini jelaslah bahwa perlin-dungan terhadap hak asasi tenaga kerja Indonesiamenjadi alasan ditetapkannya beberapa asas/prinsip yang akan dijadikan landasan dalamperumusan norma penempatan dan perlindunganTenaga Kerja Indonesia.

Munculnya berbagai kasus yang dialami TenagaKerja Indonesia di luar negeri, membuktikanbahwa masih lemahnya tanggung jawab BadanNasional Penempatan dan Perlindungan TenagaKerja Indonesia (BNP2TKI) untuk memberikanperlindungan terhadap tenaga Kerja Indonesia diLuar Negeri.

B. METODE PENELITIANIdentifikasi masalah yang ditelusuri dalam

penelitian ini, adalah “Tanggung Jawab BadanNasional Penempatan dan Perlindungan TenagaKerja Indonesia (BNP2TKI) Terhadap TenagaKerja Indonesia di Luar Negeri Dalam Perspektif

Hak Asasi Manusia”, maka Jenis penelitian yangdoigunakan adalah Penelitian Hukum Normatif,dengan pendekatan perundang-undangan (thestaute approach), serta pendekatan kasus (caseapproach) yang dialami Tenaga Kerja Indonesiadi luar negeri melalui dokumentasi

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yangberusaha mencari fakta dengan memberikaninterpretasi yang tepat terhadap data, dan teoriyang mendasari tujuan negara hukum dihubungkandengan perlindungan hak asasi manusia. Di sisi lainmencari penjelasan tentang tanggung jawab negaraterhadap warga negara yang bekerja di di luarnegeri. Hal ini dimaksudkan untuk membuatdeskripsi atau gambaran dan fakta-fakta mengenaipersoalan-persolan tanggung jawab BadanNasional Penempatan dan Perlindungan TenagaKerja Indonesia (BNP2TKI) di luar negeri.Penelitian ini berupaya untuk mendapatkan solusiyang tepat tentang tangung jawab Badan NasionalPenempatan dan Perlindungan Tenaga KerjaIndonesia (BNP2TKI) di luar negeri dalamperspektif Hak Asasi Manusia (HAM). Sehinggatenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeriharus mendapatkan perlindungan hukum terhadapHak Asasi Manusia yang menjadi tanggung jawabnegara.

Metode analisis terhadap penelitian ini dengancara menggunakan teori atau konsep dan peraturanperundang-undangan, kemudian dianalisis dengancara kualitatif untuk memperoleh penjelasanterhadap permasalahan yang dikemukakan dalampenelitian ini.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANTanggung jawab Pemerintah terhadap Penem-

patan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia(TKI) di luar negeri, Pasal 5 UU No. 39 Tahun2004, menjelaskan bahwa pemerintah bertugasmengatur, membina, melaksanakan dan mengawasipenyelenggaraan, penempatan dan perlindunganTenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri,dalam pelaksanaan tugas tersebut pemerintah pusatdapat melimpahkan tugas perbantuan kepadaPemerintah Daerah7.

TANGGUNGJAWAB BNP2TKI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA

7 Lihat Pasal 5 UU No. 39 Tahun 2004, tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri.

Page 96: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN87

Dalam rangka perlindungan Tenaga KerjaIndonesia (TKI), maka pemerintah bertanggungjawab untuk melakukan pembinaan terhadapsegala kegiatan yang berkenaan dengan penye-lenggaraan penempatan dan perlindungan TenagaKerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Dalampembinaan tersebut dapat melibatkan PelaksanaPenempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta(PPTKIS), organisasi dan /atau masyrakat, yangdilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi8.

Tanggung jawab pemerintah berdasarkan Pasal6 Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 mengaturbahwa “Pemerintah bertanggung jawab untukmeningkatkan upaya perlindungan Tenaga KerjaIndonesia di luar negeri”. Ruang lingkup tanggungjawab pemerintah tersebut dalam Pasal 7 Undang-Undang No. 39 Tahun 2004. Menyebutkan bahwa“Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabsebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal6 pemerintah berkewajiban:a. Menjamin terpenuhinya hak-hak calon Tenaga

Kerja Indonesia (TKI) dan Tenaga KerjaIndonesia (TKI), baik yang bersangkutanberangkat melalui Pelaksana PenempatanTenaga Kerja Indonesia (PPTKI), maupunyang berangkat secara mandiri.

b. Mengawasai pelaksanaan penempatan calonTenaga Kerja Indonesia (TKI).

c. Membentuk dan mengembangkan sisteminformasi penempatan calon Tenaga KerjaIndonesia (TKI) di luar negeri.

d. Melakukan upaya diplomatik untuk menjaminpemenuhan hak dan perlindungan Tenaga KerjaIndonesia (TKI) secara optimal di negaratujuan.

e. Memberikan perlindungan kepada TenagaKerja Indonesia (TKI) selama masa sebe-lumnya pemberangkatan, masa penempatan,dan masa purna penempatan.

Tanggung jawab pemerintah terhadap pelak-sanaan penempatan Tenaga Kerja Indonesia

(TKI) di luar negeri. Harus didasari oleh perjanjiansecara tertulis antara Pemerintah dengan peme-rintah negara pengguna Tenaga Kerja Indonesia(TKI), atau pengguna berbadan hukum di negaratujuan. Sedangkan perusahaan yang akan menjadiPelaksana Penempatan Tenaga Kerja IndonesiaSwasta (PPTKIS) wajib mendapat izin tertulisberupa Surat Izin Pelaksana Penempatan TenagaKerja Indonesia (SIPPTKI) dari Menteri TenagaKerja9.

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)yang bekerja di luar negeri tidak cukup denganperangkat hukum nasional, karena yuridiksinyaterbatas pada territorial negara, karena itu perandan tanggung jawab pemerintah menjadi sangatpenting melalui fungsi diplomatik. Lalu Husni10

menjelaskan bahwa fungsi diplomatik dengannegara penerima Tenaga Kerja Indonesia (TKI)menjadi penting dalam rangka pelaksanaantanggung jawab pemerintah terhadap Tenaga KerjaIndonesia (TKI) di luar negeri. Melalui fungsidiplomatik untuk membuat bilateral agreementatau multilateral agreement.

Untuk memberikan perlindungan terhadapTenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, makapemerintah bertanggung jawab untuk melakukanpembinaan dengan membentuk sistem danjaringan informasi yang terpadu mengenai pasarkerja luar negeri yang dapat diakses secara meluasoleh masyarakat. Pembinaan dalam bidangSumber Daya Manusia (SDM) dapat dilakukandengan meningkatkan kualitas keahlian dan/atauketrampilan kerja calon Tenaga Kerja Indonesia(TKI)/Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akanditempatkan di luar negeri, termasuk kualitaskemampuan berkomunikasi dalam bahasa asing.Di sampaing itu mengembangkan pelatihan kerjayang sesuai dengan standar dan persyaratan yangditetapkan11.

Tanggung jawab pemerintah dalam bidangperlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)dilakukan dengan12:

8 Ibid, Pasal 86.9 Ibid. Pasal 10, 11, dan 12.1 0 Lalu Husni, Hukum Penempatan …, Op. Cit, hlm. 241.1 1 Ibid, Pasal 88 dan 89.1 2 Ibid, Pasal 90.

TANGGUNGJAWAB BNP2TKI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA

Page 97: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN88

a. Memberikan bimbingan dan advokasi bagiTenaga Kerja Indonesia (TKI) mulai dari prapenempatan, masa penempatan dan purnapenempatan.

b. Memfasilitasi penyelesaian perselisihan atausengketa calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI)/Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan peng-guna dan/atau Pelaksana Penempatan TenagaKerja Indonesia (PPTKI).

c. Menyusun dan mengumumkan daftar mitrausaha dan pengguna bermasalah secara berkalasesuai dengan peraturan perundang-undangan.

d. Melakukan kerja sama internasional dalamrangka perlindungan Tenaga Kerja Indonesia(TKI) sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Di samping itu tanggung jawab pemerintahterhadap pengawasan pelaksanaan penempatanTenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri dapatdilakukan dengan13. Pengawasan terhadappenyelenggaraan penempatana dan perlindunganTenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeridilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawabdi bidang ketenagakerjaan pada Pemerintah,Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pengawasan terhadap penyelenggaraanpenempatan dan perlindungan Tenaga KerjaIndonesia (TKI) di luar negeri dilaksanakan olehPerwakilan Republik Indonesia di negara tujuan.Instansi yang bertanggung jawab di bidangketenagakerjaan pada Pemerintah Provinsi danPemerintah Kabupaten/Kota wajib melaporkanhasil pelaksanaan pengawasan terhadap pelaksanapenempatan dan perlindungan Tenaga KerjaIndonesia (TKI) di luar negeri yang ada didaerahnya sesuai dengan tugas, fungsi, danwewenangnya kepada Menteri.

Pelaksanaan penempatan dan perlindunganTenaga Kerja Indonesia di luar negeri merupakantanggung jawab bersama dan melibatkan instansi

pemerintah terkait, sehingga Badan NasionalPenempatan dan Perlindungan Tenaga kerjaIndonesia dalam melaksanakan kebijakanpenempatan dan perlindungan Tenaga kerjaIndonesia beranggotakan wakil-wakil instansiterkait14.

Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Presiden No.81 Tahun 2006, Badan Nasional Penempatan danPerlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2-TKI), dalam melaksanakan fungsinya dapatmenyelenggarakan tugas yaitu:a. Melakukan penempatan atas dasar perjanjian

secara tertulis antara pemerintah denganpemerintah negara pengguna Tenaga KerjaIndonesia atau pengguna berbadan hukum dinegara tujuan penempatan.

b. Memberikan pelayanan, mengkoordinasikandan melakukan pengawasan mengenai, doku-men Pembekalan Akhir Pemberangkatan(PAP), penyelesaian masalah, sumber-sumberpembiayaan, pemberangkatan sampai pemu-langan, peningkatan kualitas calon TenagaKerja Indonesia, informasi, kualitas pelak-sanaan penempatan Tenaga Kerja Indonesiadan peningkatan kesejahteraan Tenaga KerjaIndonesia dan keluarganya.

Pemerintah Daerah bersama Pemerintahbertanggung jawab15 mengurus kepulangan TenagaKerja Indonesia (TKI), sampai ke daerah asalnya,dalam hal terjadi perang, bencana alam, wabahpenyakit dan deportasi. Dan apabila Tenaga KerjaIndonesia (TKI) meninggal dunia di negera tempatkerjanya, maka jenazahnya harus dipulangkan ketempat asalnya dengan cara yang layak, sertamenanggung semua biaya yang diperlukan,termasuk biaya penguburan sesuai dengan tata caraagama Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang ber-sangkutan. Dan mengurus pemakaman di negaratujuan penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)atas persetujuan pihak keluarga Tenaga Kerja

TANGGUNGJAWAB BNP2TKI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA

1 3 Ibid Pasal 92.1 4 Instansi Terkait yaitu: Kementerian Luar Negeri, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrsi, Kementerian Dalam Negeri,

Kementerian Perhubungan, Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan,Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam kaitan pelayanan Keimigrasian, Kepolisian (Mabes Polri) maupunSekretaris Negara.

1 5 Ibid, Pasal 73 Ayat (3)

Page 98: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN89

Indonesia (TKI) atau sesuai dengan ketentuanyang berlaku di negara yang bersangkutan.

Instansi yang bertanggung jawab di bidangketenagakerjaan pada pemerintah provinsi danpemerintah kabupaten/kota wajib melaporkanhasil pelaksanaan pengawasana terhadap pelak-sanaan penempatan dan perlindungan TenagaKerja Indonesia (TKI) di luar negeri yang ada didaerahnya sesuai tugas, fungsi dan wewenangnyakepada Menteri16.

Tanggung jawab Pemerintah Kabupten/Kotaterhadap Penempatan dan Perlindungan TenagaKerja Indonesia (TKI) di luar negeri, sama halnyadengan tanggung jawab Pemerintah Propinsi untukmengatur, membina dan mengawasi penyeleng-garaan penempatan dan perlindungan TenagaKerja Indonesia (TKI) di luar negeri, sebagai tugasperbantuan dari Pemerintah Pusat ke PemerintahKabupaten/Kota. Pemerintah Kabupaten/Kotasebagaimana Pasal 36 Ayat (1) Undang-UndangNo. 39 Tahun 2004, mengatur tentang tanggungjawab untuk melaksanakan pendaftaran peneri-maan angkatan kerja yang berminat bekerja di luarnegeri.

Apabila pencari kerja telah dinyatakanmemenuhi persyaratan administrasi dalam prosesperekrutan, maka Pelaksana Penempatan TenagaKerja Indonesia Swasta (PPTKIS) membuat danmenandatangani perjanjian penempatan dengancalon Tenaga Kerja Indonesia (TKI), dengandiketahui oleh instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan kabupaten/kota. Sedang-kan perjanjian kerja yang merupakan syaratterjadinya hubungan kerja antara pengguna danTenaga Kerja Indonesia (TKI). Maka perjanjiankerja dimaksud harus ditandatangani di hadapanpejabat instansi yang bertanggung jawab dibidangketenagakerjaan17.

Bentuk tanggung jawab Pemerintah Kabupa-ten/Kota dalam hal penyelesaian masalah antaraTenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan PelaksanaPenempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta(PPTKIS) mengenai pelaksanaan perjanjian

penempatan, sama halnya dengan bentuk tanggungjawab pemerintah provinsi dalam bidang kete-nagakerjaan.

Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negerimemiliki tanggung jawab besar dalam masapenempatan tenaga Kerja Indoneia di luar negeri.Sebab sebagai perwakilan dari suatu negera, makaPerwakilan Republik Indonesia di Luar Negeriharus memperhatikan hukum nasional RepublikIndonesia, di samping hukum negara tujuan TenagaKerja Indonesia (TKI), dan hukum internasional.

Bentuk tanggung jawab Perwakilan RepublikIndonesia di luar negeri terhadap Tenaga KerjaIndonesia (TKI) di luar negeri antara lain:a. Melakukan penilaian terhadap Mitra Usaha

dan pengguna Tenaga Kerja Indonesia (TKI),baik pengguna perseorangan maupun MitraUsaha yang bebadan hukum.

b. Perwakilan Republik Indonesia bersamaPemerintah harus mengurus kepulangan TenagaKerja Indonesia (TKI) sampai ke daerahasalnya.

c. Memperoleh informasi dari Pelaksana Penem-pataan Tenaga Kerja Indonesia Swasta(PPTKIS), tentang keberangkatan dankepulangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)18.

d. Bertanggung jawab untuk memberikan perlin-dungan terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI)di luar negeri bersama Atase Ketenagakerjaanpada perwakilan Republik Indonesia di negaratujuan.

Tanggung jawab Pelaksana PenempatanTenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) untukmelaksanakan pengiriman Tenaga Kerja Indonesia(TKI) ke luar negeri merupakan dua variable yangtidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luarnegeri termasuk salah satu masalah krusial dalamsistem ketenagakerjaan di Indonesia, karenapenerimaan devisa negara yang sangat besar daripengiriman dan penempatan Tenaga KerjaIndonesia (TKI) ke luar negeri. Peraturan

1 6 Ibid, Pasal 85 Ayat (2) dan Pasal Pasal 93 Ayat (1).1 7 Ibid, Pasal 38 Ayat (2) dan Pasal 55 Ayat (3).1 8 Ibid, Pasal 9 UU No. 39 tahun 2004.

TANGGUNGJAWAB BNP2TKI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA

Page 99: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN90

perundang-undangan yang memberikan perlin-dungan terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI).Selama masa pra penempatan, selama penem-patan dan purna penempatan, merupakantanggung jawab Pelaksana Penempatan TenagaKerja Indonesia Swasta (PPTKIS).

D. SIMPULAN DAN REKOMENDASISimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan sebe-lumnya, maka penulis mengambil beberapakesimpulan sebagai berikut:1. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), bertang-gung jawab secara teknis dalam prosespersyaratan penempatan dan perlindungan TKIdi luar negeri, sesuai dengan amanat UU No.39 Tahun 2004, bahwa penempatan TKI di luarnegeri merupakan suatu upaya untuk mewu-judkan hak dan kesempatan yang sama bagitenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan danpenghasilan yang layak, yang pelaksanaannyadilakukan dengan tetap memperhatikan harkat,martabat, dan Hak Asasi Manusia (HAM).Terjadinya pelanggaran HAM terhadap TenagaKerja Indonesia di luar negeri, dapat dise-babkan karena tidak terlasksananya sebagiantanggung jawab BNP2TKI terhadap peng-awasan TKI terutama mengenai kelengkapandokumen, pembekalan akhir pemberangkatan(PAP), penyelesaian masalah yang dihadapiTKI, pelayanan pemberangkatan sampaipemulangan TKI yang tidak sesuai denganperaturan perundang-undangan, tidak efektip-nya upaya meningkatkan kulitas calon TKI,tidak memberikan informasi yang akurat tentangpelaksanaan penempatan TKI, sehinggatanggung jawab Pemerintah (BNP2TKI), untukdapat meningkatkan kesejahteraan TenagaKerja Indonesia dan keluarganya belumberhasil dengan baik.

2. Koordinasi Badan Nasional Penempatan DanPerlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2-TKI) dalam rangka perlindungan Hak AsasiManusia terhadap Tenaga Kerja Indonesia,terdiri dari Kementerian Tenaga Kerja Re-publik Indonesia, Pemerintah Propinsi,

Pemerintah Kabupaten/Kota, Kedutaan BesarRepublik Indonesia/Kementerian Luar Negeridan PPTKIS.a. Kementerian Tenaga Kerja dengan BNP2-

TKI tidak menunjukkan koordinasi yangdapat memberikan perlindungan terhadapTKI di luar negeri, karena UU No. 39 Tahun2004 dan Peraturan Pemerintah No. 81tahun 2006, BNP2TKI wewenangnyaterhadap penempatan TKI di luar negerihanya bertanggung jawab secara teknisterhadap melaksanakan penempatan TKIdi luar negeri. Sedangkan KementerianTenaga Kerja adalah organ pemerintah yangmengeluarkan regulasi dan policy terhadappenempatan TKI di luar negeri. Hal ini akansulit untuk dilakukan penegakan hukum olehBNP2TKI terutama bagi PPTKIS yangmelakukan pelanggaran peraturan perun-dangan-undangan.

b. Koordinasi Pemerintah Propinsi danKabupaten/Kota, memilki kewenangan atautugas perbantuan dari pemerintah pusatdalam mengatur, membina, melaksanakandan mengawasi penyelenggaraan penem-patan dan perlindungan TKI di luar negeri,melalui Balai Pelayanan Penempatan danperlindungan Tenaga Kerja Indonesia(BP3TKI), untuk memberikan kemudahandalam pelayanan pemrosesan seluruhdokumen penempatan, perlindungan danpenyelesaian masalah TKI secara terkoor-dinasi dan terintegrasi di wilayah kerjanyamasing-masing.

c. Kedutaan Besar Republik Indonesia Sebagaiperwakilan pemerintah di luar negeri,memiliki peranan yang sangat pentingterhadap perlindungan Hak Asasi Manusiabagi TKI di luar negeri, karena KBRI (ataseTenaga Kerja) mempunyai tugas danwewenang penilaian terhadap mitra usahadan pengguna TKI, menyetujui job order,perjanjian kerjasama penempatan dankewenangan perjanjian kerja, menguruspemulangan, memperoleh informasi dariPPTKIS tentang keadaan TKI, melakukanpengawasan, serta melakukan penyidikan

TANGGUNGJAWAB BNP2TKI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA

Page 100: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN91

tindak pidana bagi setiap Tenaga KerjaIndonesia di luar negeri.

SaranDari uraian, pembahasan dan kesimpulan di atas.

Maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:1. Untuk dapat terlaksananya tanggung jawab

Badan Nasional Penempatan Dan PerlindunganTenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), makaPresiden Republik Indonesia perlu mempe-baharui regulasi mengenai kedudukan, tugas,kewenangan dan tanggung jawabnya. Meng-ingat BNP2TKI sesuai dengan UU No. 39Tahun 2004 yang bertangung jawab kepadaPresiden. Sedangkan regulasi dan policenyaberada di tangan Kementerian Tenaga Kerja.Sehingga terkesan bahwa BNP2TKI hanyasebagai pelaksana teknis penempatan TKI diluar negeri. Sehingga apabila terjadi pelang-garan Hak Asasi Manusia oleh PelaksanaPenempatan TKI di luar negeri. BNP2TKItidak dapat memproses dan mengambilkeputusan secara langsung. Sehingga biro-krasinya harus melalui Menteri Tenaga Kerja.

Akhirnya sanksi terhadap pelanggaran HakAsasi Manusia sulit untuk direalisasikan.

2. Dalam rangka perlindungan Hak Asasi Manusiaterhadap pelaksanaan Penempatan TenagaKerja Indonesia di luar negeri, yang melibatkaninstansi terkait, baik Pemerintah Pusat maupunpemerintah Daerah Propinsi dan PemerintahKabupaten/Kota. Untuk itu KementerianTenaga Kerja bersama BNP2TKI terhadappelaksanaan penempatan TKI di luar negeri,selalu melaksanakan pengawasan yang lebihketat agar koordinasi yang terpadu, -, sertakomunikasi yang cepat dan tepat dapatterlaksana dengan baik. Sehingga diharapkansetiap pelanggaran HAM terhadap TenagaKerja Indonesia, baik pada masa pra penem-patan, masa penempatan, maupun purnapenempatan dapat diatasi. Baik pelanggaranHAM oleh PPTKIS, maupun oleh penggunadi luar negeri. Dari banyak kasus pelanggaranHAM yang dialami TKI di berbagai negara.Sebagian kasus diakibatkan karena koordinasiantara instansi terkait terhadap penanganan TKIkurang efektif.

TANGGUNGJAWAB BNP2TKI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA

Page 101: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN92

1. BukuAbdussalam, Hukum Ketenagakerjaan (Hukum

Perburuhan), PTIK, Jakarta, 2015.Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal

Theory) dan Teori Peradilan (JudicialPrudence) Termasuk InterpretasiUndang-Undang (Legisprudence),Kharisma Putra Utama, Jakarta, 2013.

Agusmidah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia ,Dinamika dan teori, Chalia Indonesia,Bogor, 2010.

A. Masyhur Effendi, Perkembangan DimensiHak Asasi Manusia, Ghalia Indonesia,Bogor, 2005.

———— dan Taufani S.Evandri, HAM dalamDinamika/ Dimensi Hukum, Politik,Ekonomi, dan Sosial, Ghalia Indonesia,Jakarta, 2010.

Any Suryani, Tanggung Jawab Negara Terha-dap Korban Perdagangan Orang danHak Asasi Manusia, Pustka Bangsa,Mataram, 2014.

Bagir Manan, Dimensi-Dimensi Hukum HakAsasi Manusia, (PSKN FH UNPAD),Bandung, 2009.

Bahder Johan Nasution, Negara Hukum danHak asasi Manusia, Mandar Maju,Bandung, Tahun 2012.

Bani Situmorang, Kompendium Hukum BidangKetenagakerjaan, BPHN KementerianHukum dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta,2012.

Bani Situmorang, Tanggung Jawab LembagaPengerah Tenaga Kerja (PPTKIS)Dalam Pemenuhan Hak-Hak tenagaKerja, BPHN Kementerian Hukum danHak Asasi Manusia RI, Jakarta, 2013.

Ellydar Chaidir, Demokrasi HAM dan NegaraHukum, UIR Press, Pekanbaru, 2008.

Fathor Rahman, Menghakimi TKI MenguraiBenang Kusut Perlindungan TKI, Pensil-324, Jakarta, 2011.

Hans Kelsen, Teori Hukum Murni Dasar-DasarIlmu Hukum Normatif, Nusa Media,Bandung, 2014.

Hans Kelsen, Pengantar teori Hukum, NusaMedia, Bandung, 2012.

Henry Campbell Balck, Black’s Law Dictionary,ninth Edition, West Publishing Co, United\States of America, 2009.

Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara DalamHukum Internasional, Raja GrafindoPersada, Bandung, 2011.

Imam Kabul, Paradigma Pembangunan Hukumdi Indonesia, Kurnia Kalam, Yogyakarta,2005.

Indriadi Thanos, Penegakan Hukum IndonesiaSebuah Analisa Deskriptif, Bina NiagaJaya, Jakarta, 2008.

Ismantoro Dwi Yuwoyono, Hak dan KewajibanHukum Tenaga Kerja Indonesia (TKI)di Luar Negeri, Pustaka Yustisia,Yokyakarta, 2011.

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum TataNegara, Raja Grafindo Persada, Jakarta,2015.

Jimly Asshiddiqie dan Hafid Abbas, Hak AsasiManusia dsalam UUD 1945 denganPerubahan UUD 1945 tahun 2002,Kencana, Jakarta, 2015.

Joeni Arianto Kurniawan, Mohammad KoesnoeDalam Pengembaraan Gagasan HukumIndonesia, Epistema Institute, Jakarta,2013.

John Rawls, A Theoru Of Justice (TeoriKeadilan) Dasar-dasar Pilsfat Politikuntuk Mewujudkan Kesejahteraan Sosialdalam Negara, Pustaka Pelajar,Yogjakarta, 2011.

Joni Bambang, Hukum Ketenagakerjaan, PustakaSetia, Bandung, 2013.

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Pene-litian Hukum Normatif, Bayu MediaPublishing, Malang, 2013.

Lalu Husni, Hukum Penempatan dan Perlin-dungan Tenaga Kerja Indonesia, ProgramPasca Sarjana, Universitas Brawijaya,Malang, 2010.

Mahmud F Rakasima dkk, Seratus TKI Sukses,BNP2TKI, Jakarta, 2009.

DAFTAR PUSTAKA

TANGGUNGJAWAB BNP2TKI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA

Page 102: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN93

——, Saratus TKI Sukses, BNP2TKI, Jakarta,2012.

——, Saratus TKI Sukses, BNP2TKI, Jakarta,2013.

Majda El Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalamKonstitusi IndonesiaDari UUD 1945Sampai dengan Perubahan UUD 1945Tahun 2002, Kencana Prenada MediaGroup, Jakarta, 2005.

Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-KonsepHukum Dalam Pembangunan, Alumni,Bandung, 2006.

Mochtar Kusumaatmadja dan Sidharta, Peng-antar Ilmu Hukum Suatu PengenalanPertama Ruang Lingkup BerlakunyaIlmu Hukum, Alumni, Bandung, 2009.

Muschsan, Sistem Pnegawasan TerhadapPerbuatan Aparat Pemerintah danPeradilan tata Usaha Negara diIndonesia, Liberty, Yogyakarta, 1992.

Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, ChaliaIndonesia, Bogor, 2007.

——, Teori-Teori Besar (Grand Theory) dalamHukum, Kencana, Jakarta, 2013.

——, Teori Negara Hukum Modern(Rechtstaat), PT Refika Aditama, Jakarta,2011.

Nurul Qamar, Hak Asasi Manusia dalam NegaraHukum Demokrasi (Human Rights inDemocratiche Rechtsstaat), SinarGrafika, Jakarta, 2014.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,Kencana, Jakarta, 2010.

Roberto M. Unger, Teori Hukum Kritis PosisiHukum dalam Masyarakat Modern,Nusa Media, Bandung, 2012.

Salim HS. dan Erlies Septiana Nurbani, Pene-rapan Teori Hukum Pada PenelitianTesis dan Disertasi, Rajagrafindo Persada,Jakarta, 2013.

Satjipto Rahardjo, Teori Hukum Strategi TertibManusia Lintas Ruang dan Generasi,Genta Publishing, Yogjakarta, 2013.

——, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,2014.

Soedarjadi, Hukum Ketenagakerjaan diIndonesia Panduan Bagi Pengusaha

Pekerja dan Calon Pekerja, PustakaYustisia, Yogyakarta, 2008.

Soehino, Hak Asasi Manusia PerkembanganPengaturan Dan Pelaksanaan Hak AsasiManusia Di Indonesia, BPFE, Yogyakarta,2013.

Soerjono Soekanto, Pengantar penelitianHukum, UI Press, Jakarta, 1981.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, PenelitianHukum Normatif, Suatu TinjauanSingkat, Rajawali Pers, Jakarta, 1990.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktik, Rineka Cipta,Jakarta, 2006.

Sulistyowati Irianto dan Sidharta, MetodePenelitian Hukum Konstelasi danRefleksi, Yayasan obor Indonesia, Jakarta,2009.

Suratman dan Philips Dillah, Metode PenelitianHukum, Alfabeta, Bandung, 2013.

Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah,Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum Pemi-kiran Menuju Masyarakat Yang Berke-adilan dan Bermartabat, RajaGrafindo,Jakarta, 2014.

Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum TataNegara Indonesia Pasca AmandemenUUD 1945, Kencana, Jakarta, 2011.

Titon Slamet Kurnia, Interpretasi Hak-Hak AsasiManusia Oleh Mahkamah KonstitusiRepublik Indonesia, CV. Mandar Maju,Bandung, 2015.

Umar Said Sugiarto, Pengantar Hukum Indo-nesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2014.

Wiryono Projodikoro, Asas-asas Hukum tataNegara Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta,1970.

Yudha Bhakti, Penemuan Hukum Nasional danInternasional, Fikahati Anesta, Bandung, 2012.

2. Peraturan Perundang-UndanganUndang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, tentang

KetenagakerjaanUndang-Undang No. 39 Tahun 2004, tentang

Penempatan dan Perlindungan TenagaKerja Indonesia di Luar Negeri.

TANGGUNGJAWAB BNP2TKI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA

Page 103: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN94

TANGGUNGJAWAB BNP2TKI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA

Undang-Undang No. 39 Tahun 1999, tentang HakAsasi Manusia

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81

Tahun 2006, Badan Nasional Penem-patan dan Perlindungan Tenaga KerjaIndonesia.

Page 104: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN95

REORGANISASI SEBAGAI BAGIANRESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI BAYANGAN

DI PERBATASAN ANTAR NEGARADI KAWASAN EKONOMI KHUSUS BATAM

Oleh :Florianus Yudhi Priyo Amboro1

AbstractBatam is the city of industry with many economic dynamic conditions, hence itinside has many needs to be transactioned. Sometimes the problems occuredwhen the supply to the project owner was not being paid, and so raising theeconomic problem also legal problem. In connection with the shadow companywith the project owner in Indonesia, sometimes the payment was not directlyconduct to that shadow company, but be paid to the holding company whichforeign company and domicile in abroad, because the invoice was issued bythat holding company, although the project was signed by the shadow company.This phenomenon become legal problem with no comprehensif settlement. Ifthere is a need to force the company to be going concern, the litigation optionaccording to Indonesian Law is the suspension of payment as regulated on ActNo. 37 Year 2004. Eventhough, it will need some modifications in order tofulfill the sense of justice to the creditors also the debtor in the perspective oflegal protection.The goal of this research is to examine the concept of Reorganization in orderto be the solution of debt restructuring for the shadow company in the borderamong the states in Special Economic Zone of Batam. The research type isnormative research with comparative law method. Because of its nature,secondary data which was acquired from the library study becomes the maindata to answer all the research question that occured. The Researcher usequalitative approach with deductive thought and be compared with the Lawof United States to explore the legal aspect.The result of this research is the Indonesian Law is possible to accept the newconcept related to the debt dispute settlement in Special Economic Zone ofBatam, as in line with the philosophy, the goal and material of the law fromprevailing Indonesian law. Based on that reason, the concept from the result ofcomparative law could be the guideline to be the law reform. According to thecomparative law study, can be found that: First, the time for debtor andcreditors to have a reconcilement is more appropriate if using what exactlystipulated on Act No. 37 Year 2004, that is 45 days and can be extended notmore than 270 days; Second, to boost the settlement, it will need the clarity of

1 Dosen Fakultas Hukum Universitas Internasional Batam

Page 105: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN96

A. Pendahuluan1. Latar Belakang

Pulau Batam yang ditetapkan menjadi kotasejak tahun 1999, pada mulanya merupakan salahsatu kecamatan dalam wilayah KabupatenKepulauan Riau. Wilayah yang kini luasnya 415km2 (41.500 Ha) ini, dalam perkembangannyaselama 30 tahun terakhir telah mengukuhkanBatam menjadi kawasan industri terkemuka.Populasi penduduk Kota Batam sangat di-pengaruhi oleh pengembangan Pulau Batamtersebut. Pada tahun 1973, pulau ini hanya dihunioleh sekitar 6.000 penduduk. Sepuluh tahunkemudian, jumlahnya telah berkembang menjadi43.000. Perkembangan ekonomi yang memangdirencanakan oleh pemerintah telah mengundangbanyak orang bermigrasi ke Pulau Batam dan padabulan Desember 2006 secara resmi tercatat jumlahpenduduknya sebanyak 713.960 jiwa. Dataterakhir penduduk Kota Batam berdasarkan hasilsensus penduduk tahun 2010 mencapai 944.285jiwa. Bahkan Batam merupakan kota yangmempunyai angka kelahiran bayi yang tidakterkendali, mengingat peningkatan jumlah pen-duduk yang cukup signifikan setiap tahunnya2.

the concilement plan as stipulated on Chapter 11 US Bankruptcy Code; Third,the thinking to devide the burden of the concilement plan to the creditors orrelated parties in the process of the suspension of payment. Fourth, giving thefree of act for debtor to conduct the proper business as it should be, and this isthe continued essential toward the preparation to reach the concilement plan.Fifth, it should be differently regulated between individual, corporation, andsmall and medium enterprise as a debtor; Sixth, the absolute existent ofCreditor Committee institution which is needed on the suspension of payment;Seventh, the possibility to everyone to have a way by law to the justice andgetting the just and legal protection as meant by Chapter 11 US BankruptcyCode.The conclusion is the Reorganization according to Chapter 11 US BankruptcyCode could be the proof of learning and also become the best solution for thismoment to give the good settlement between debtor and its creditors towardthe debt matters, especially toward the problem which was faced by the creditorsin connection with the debtor that be the shadow company.

Keywords : Reorganization, The Suspension of Payment

Batam terletak di lokasi yang sangat strategis dantercakup di dalam wilayah Sijori (Singapore, Johordan Riau) yang juga dikenal sebagai Segitiga EmasAsia, serta di jalur pelayaran internasional yangstrategis. Batam menjadi daya tarik tersendiri bagipara investor, pasar tenaga kerja, dan wisatawan.Kota Batam terletak antara 0º.25’29" – 1º.15’00"Lintang Utara dan 103º.34’35" – 104º.26’04"Bujur Timur, dengan batas wilayah :- Sebelah Utara berbatasan dengan Negara

Singapura / Malaysia- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan

Senayang- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan

Karimun dan Moro Kabupaten Karimun- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan

Bintan Utara

Pengembangan Batam sebagai kota industridimulai sejak diterbitkannya Kepres No. 74 Tahun1971, yang dalam intinya adalah pengembanganPulau Batam terutama sebagai tempat investasi.Sejak diundangkannya Peraturan PemerintahPengganti Undang-Undang (Perpu) No. 1 Tahun2007 yang selanjutnya menjadi Undang-Undang

2 Badan Pusat Statistik Kota Batam, Batam Dalam Angka 2015, No. Publikasi 21.71.15.01

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 106: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN97

No. 44 Tahun 2007, menjadi payung utama bagiBatam untuk dinobatkan menjadi Free TradeZone (FTZ) atau Kawasan Perdagangan Bebasdan Pelabuhan Bebas, dan secara resmi sejakditerbitkannya Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas danPelabuhan Bebas Batam. FTZ adalah suatukawasan yang berada dalam wilayah hukumNegara Kesatuan Republik Indonesia yangterpisah dari daerah pabean sehingga bebas daripengenaan bea masuk, pajak pertambahan nilai,pajak penjualan atas barang mewah, dan cukai3.Dalam perjalanan waktunya, ternyata PemerintahPusat menginginkan Batam tidak hanya sekedarmenjadi FTZ tetapi lebih dari itu menjadi KawasanEkonomi Khusus (KEK)4.

Dalam penjelasannya, pemerintah pusatmengemukakan dua alasan mengapa Batam ingindijadikan sebagai KEK, baik eksternal daninternal. Alasan eksternal adalah terjadinyapenurunan daya saing di kawasan regional. KonsepFTZ telah ditinggalkan oleh negara-negara dikawasan regional Asia Timur dan Asia Tenggara.Sedangkan secara internal, penurunan daya saingdisebabkan beberapa hal, mulai dari dualismepengelolaan wilayah antara pemerintah kota danBadan Pengelola Batam, dualisme tanggungjawabvertikal BP Batam ke Dewasan Kawasan danMenteri Keuangan, ledakan penduduk hinggamaraknya penyelundupan. Dualisme pengelolaanwilayah ini menyebabkan Batam tidak kompetitifkarena perizinan menjadi lamban, tumpang tindihpengelolaan tanah, kepastian hukum bagi investorhingga penyediaan infrastruktur yang belummemenuhi standar internasional.5

Sebagai kota industri yang penuh dengandinamika ekonomi, maka Batam diliputi dengansegala transaksi untuk mendukung kebutuhan-kebutuhan industri tersebut. Terkadang perma-salahan yang muncul di dalam setiap pemenuhan

kebutuhan industri tersebut adalah permasalahantidak dibayarkannya pasokan barang dan/atau jasake korporasi pemilik proyek, sehingga menim-bulkan permasalahan ekonomi sekaligus hukum.Secara ekonomi, korporasi-korporasi tersebutterganggu alur dananya karena tidak adanyapembayaran yang semestinya. Hal ini tampak didalam kasus PT. Drydocks Nanindah yang belummelakukan pembayaran kepada subkontraktornyayang saat itu selanjutnya bertindak sebagai kreditor,sehingga tercapai kesepakatan perdamaian,meskipun pada akhirnya PT. Drydocks Nanindahselanjutnya melanggar kesepakatan tersebut.Bahkan PT. Drydocks Nanindah secara diam-diam berniat menjual aset-asetnya, bukan untukkepentingan kreditornya.6 Mudahnya akses daridan menuju Batam dari negara tetangga, menja-dikan Batam sebagai wilayah yang sangat menarikbagi korporasi asing untuk melaksanakan proyekdi wilayah Batam dengan atas nama korporasibayangan yang dibentuk olehnya.

Mungkin permasalahan di atas dapat disele-saikan dengan mekanisme keperdataan danmekanisme kepailitan dan PKPU, akan tetapi jikapermasalahan di atas melibatkan korporasi asingyang membentuk badan hukum Indonesia untukmelaksanakan proyek, terutama berlokasi diBatam, terdapat kemungkinan meninggalkanpermasalahan tersendiri. Kecenderungan yangterjadi, dan hal ini sangat berpotensi terjadi, adalahkorporasi asing sebagai pemberi modal korporasiIndonesia, atau membentuk korporasi di Indonesia,untuk melaksanakan proyek di wilayah hukumIndonesia, akan tetapi segala permodalan dikontrolsecara ketat oleh korporasi induknya. Selanjutnyauntuk mempermudah pemahaman, Penelitimenggunakan istilah korporasi bayangan untukmenyebutkan model korporasi yang disebutkan diatas. Hal ini dapat dilihat dalam skema sederhanasebagai berikut:

3 Pasal 1 angka 1 Perpu No. 1 Tahun 2000 yang telah ditetapkan menjadi Undang-Undang No. 36 Tahun 2000.4 http://kek.ekon.go.id/batam-dari-kawasan-perdagangan-bebas-dan-pelabuhan-bebas-menjadi-kawasan-ekonomi-khusus/,

diunduh tanggal 10 Agustus 2016.5 http://kek.ekon.go.id, Op. Cit.6 http://humasotoritabatam.blogspot.co.id/2011/02/gawat-drydocks-berniat-hengkang-dari.html, diunduh tanggal 9 Agustus

2016.

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 107: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN98

Dengan demikian, yang terjadi adalah minimnyaaset yang dipunyai oleh korporasi bayangantersebut, karena semua fasilitas dipinjamkan olehkorporasi induknya, atau kemungkinan yang lainadalah dilakukan sewa menyewa, baik denganpihak korporasi induk maupun dengan pihak lain.Patut disadari bahwa jika terjadi transaksi yangmelibatkan korporasi bayangan ini, tentu ketentuanPasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata tidakdapat dilakukan, jika korporasi bayangan tersebutmempunyai hubungan utang dengan pihak lain.Pasal 1131 KUHPerdata menyebutkan : “Segalakebendaan si berutang, baik yang bergerakmaupun yang tak bergerak, baik yang sudahada maupun yang baru akan ada dikemudianhari, menjadi tanggungan untuk segalaperikatannya perseorangan”. Pasal 1132KUHPerdata menyebutkan : “Kebendaantersebut menjadi jaminan bersama-sama bagisemua orang yang mengutangkan padanya;pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurutbesar-kecilnya piutang masing-masing, kecualiapabila diantara para berpiutang itu adaalasan-alasan yang sah untuk didahulukan”.

Dengan kata lain, setiap perusahaan maupunindividu yang terlibat transaksi perdagangandengan korporasi bayangan ini, maka setiappiutangnya tidak dapat dijamin dengan aset yangdimiliki oleh korporasi bayangan dimaksud.

Di dalam hubungan hukum antara korporasibayangan dengan pemilik proyek di Indonesia,terkadang pembayaran-pembayarannya tidakdilakukan langsung kepada korporasi bayangantersebut, melainkan dibayarkan kepada indukperusahaannya yang notabene adalah korporasiasing, karena tagihan atau invoice dikeluarkan olehinduk perusahaan tersebut, meskipun penan-datangan proyek adalah anak perusahaannya.Bahkan di dalam penagihan-penagihan parapemasok kepada korporasi bayangan tersebutditujukan kepada induk perusahaan, supaya nantidibayarkan oleh induk perusahaan yang notabeneadalah korporasi asing dan berdomisili di wilayahhukum negara lain.

Permasalahan seperti di atas, tidak sajamenghambat korporasi-korporasi di Batam untukberkembang, tetapi secara tidak langsung dapatmenghambat pertumbuhan ekonomi di wilayahFTZ yang nantinya akan menjadi KEK. Menurut

Gambar 1. Skema Korporasi Bayangan

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 108: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN99

Abdul Maqin7, pertumbuhan ekonomi suatu negaradipengaruhi oleh akumulasi modal, berupa investasipada tanah, peralatan, prasarana dan sarana sertasumber daya manusia. Selain itu juga sumber dayaalam, sumber daya manusia, kemajuan teknologi,akses terhadap informasi, keinginan untukmelakukan inovasi dan mengembangkan diri sertabudaya kerja. Dengan demikian, jika permodalansebagai salah satu komponen penting di dalampertumbuhan ekonomi terganggu, maka per-tumbuhan ekonomi pun akan terhambat.

Untuk menyelesaikan permasalahan di atas,hukum dengan mekanisme keperdataan maupunkepailitan juga tidak dapat memberikan penyele-saian yang menyeluruh baik bagi debitor, yaitukorporasi bayangan, maupun bagi kreditornya.Mekanisme keperdataan dan kepailitan mengan-dalkan aset debitor sebagai bagian dari jaminansegala utang debitornya, karena bagaimanapunjuga jika putusan pengadilan telah berkekuatanhukum tetap, maka kewajiban pembayaran utangakan dijamin oleh segala aset debitor. Begitu jugadengan proses kepailitan, jika debitor gagalmenyampaikan rencana perdamaian kepadakreditornya ataupun rencana perdamaian yangdiajukan ditolak oleh kreditornya, maka asetdebitor menjadi jaminan terhadap pelaksanaanpembayaran utang kepada kreditornya. Sedang-kan dalam posisi sebagaimana dijelaskan di atas,aset korporasi bayangan sebagai debitor tidaklahmencukupi untuk membayar segala utang-utangnya, mengingat sebagian besar aset yangdigunakan untuk melaksanakan proyek merupakanaset induk perusahaannya ataupun aset pihak laindengan sistem sewa menyewa.

Fenomena ini menjadi permasalahan hukumyang tidak ada ujung penyelesaian secarakomprehensif. Jika ingin memaksa pelaksanaanperusahaan untuk tetap going concern di dalampermasalahan utang piutang, maka pilihan litigasimenurut Hukum Indonesia yang dapat dilakukanadalah Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

(PKPU) sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, selain pilihan nonlitigasi seperti negosiasi, mediasi, konsiliasi danarbitrase. Dalam pelaksanaannya, PKPU mem-punyai beberapa kelemahan yang perlu diperba-harui, mengingat filosofi PKPU adalah untuktercapainya perdamaian, bukan untuk meng-hindarkan likuidasi atau pembubaran perusahaan.Konsep yang berbeda ditawarkan oleh Reorga-nisasi yang diatur dalam United States BankrutpcyCode Title 11 Chapter 11, yangmana memaksadebitor untuk tetap going concern denganmelangsungkan jalannya perusahaan sebagaimanamestinya dan nantinya dapat membayar utang-utang kepada kreditornya, karena tujuan dariReorganisasi adalah menghindarkan likuidasi8.Mengingat cara pikir konsep tersebut, makaPeneliti tertarik menguji pendekatan Reorganisasi,sebagaimana konsep yang diatur di dalam UnitedStates Bankruptcy Code Title 11 Chapter 11,untuk dapat digunakan di dalam setiap penyele-saian permasalahan utang piutang khususnyaterhadap korporasi bayangan yang berada diperbatasan antar negara.

2. Rumusan Masalah PenelitianSesuai dengan paparan latar belakang di atas,

maka perlu disampaikan rumusan masalahpenelitian ini, yang nantinya sekaligus menjadi ruanglingkup dan ruang batasan terhadap penelitian ini.Adapun rumusan masalah penelitian tersebutadalah “Apakah Reorganisasi dapat menjadisolusi restrukturisasi utang korporasibayangan di perbatasan antar negara diKawasan Ekonomi Khusus Batam?”.

3. TujuanTujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji

konsep Reorganisasi dalam rangka menjadi solusirestrukturisasi utang korporasi bayangan diperbatasan antar negara di Kawasan EkonomiKhusus Batam.

7 Abdul Maqin, Pengaruh Kondisi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat, Jurnal Trikonomika Volume10, No. 1, Juni 2011, ISSN 1411-514X, Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan, Bandung, hlm 10-18.

8 Henry R. Cheeseman, 2001, Business Law, Prentice-Hall Inc., Upper Saddle River, New Jersey, USA.

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 109: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN100

4. Metode PenelitianSebagaimana merupakan judul dari penelitian

ini, maka sesuai dengan tujuan yang telahditetapkan sebelumnya, dan sesuai dengan ruanglingkup dalam rumusan masalah di atas, makaPeneliti berencana melakukan tahapan penelitianyang terbagi menjadi tahap persiapan, tahappenelitian, dan tahap pelaporan.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian hukumnormatif yang menggunakan metode perbandinganhukum. Oleh karena sifatnya, data sekunder yangdiperoleh dari studi kepustakaan menjadi modalutama untuk dapat menjawab segala pertanyaanpenelitian yang timbul. Penelitian ini banyakdilakukan di domisili Peneliti berada, yaitu di KotaBatam.

Jenis data dalam penelitian ini meliputi datasekunder. Data sekunder adalah data yang palingbanyak digunakan di dalam penelitian ini. Sumberdata yang dipergunakan berasal dari sumber datasekunder. Untuk sumber data sekunder terdiri darisumber bahan hukum primer terutama berpusatpada perundang-undangan yang berlaku diIndonesia dan Amerika Serikat serta PutusanPengadilan, khususnya berkaitan dengan PKPUdan Reorganisasi dalam kepailitan. Dalam hal inisetidaknya bisa ditentukan bahwa bahan hukumprimer penelitian ini adalah Undang-Undang No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PenundaanKewajiban Pembayaran Utang dan Chapter 11Title 11 US Bankruptcy Code. Bahan hukumsekunder meliputi risalah perundang-undangan,pendapat para ahli hukum, hasil-hasil penelitian dankegiatan ilmiah lainnya, yang mengarah pada PKPUserta Reorganisasi dalam kepailitan. Bahan hukumtersier terdiri dari kamus-kamus seperti kamushukum, kamus bahasa Inggris, dan kamus bahasaIndonesia. Dalam rangka untuk mendapatkan datasekunder ditempuh melalui studi kepustakaan.

Setelah mendapatkan data-data yang diperlu-kan, data tersebut kemudian dikumpulkan dandianalisa berdasarkan metode yang digunakan olehPeneliti, yang lebih menggunakan pendekatankualitatif yang diperbandingkan dengan hukumAmerika Serikat untuk dapat menggali aspekyuridisnya, selanjutnya dikaitkan dengan perma-salahan penelitian. Di dalam penelitian ini, data-

data yang diperoleh di lokasi penelitian kemudiandisajikan dengan pendekatan kualitatif. Peng-analisaan data dilakukan secara kualitatif dengancara pikir deduktif. Dalam perjalanan analisanya,penelitian ini juga menggunakan metode perban-dingan hukum. Metode perbandingan hukumdigunakan untuk dapat melakukan perbandinganantara konsep PKPU menurut Hukum Indonesiadan konsep Reorganisasi menurut Hukum AmerikaSerikat. Memperbandingkan dua hukum atau lebihserta mempelajari perbedaan menyangkut isutertentu adalah berbicara mengenai solusi-solusiyang terbaik dari yang diperbandingkan tersebut.

Berkaitan dengan penyajian data dan analisadata di atas, secara sederhana dapat diberikanpenjelasan bahwa data sekunder yang diperoleh,dipilih dan disusun secara sistematis, kemudiandianalisa dalam bentuk uraian untuk mencapaikejelasan masalah yang dibahas, sehingga Penelitidapat menganalisa perbandingan teori hukumdengan prakteknya serta perbandingan antarahukum yang mengatur mengenai PKPU menurutHukum Indonesia dan Reorganisasi menurutHukum Amerika Serikat dan selanjutnya disusunsecara sistematis dalam bentuk penulisan penelitianini.

B. Kerangka Teori1. Tinjauan Mengenai Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang Berdasarkan Undang-Undang No. 37 Tahun 2004Kepailitan sebagai salah satu lembaga penyele-

saian permasalahan utang piutang, khususnya diIndonesia, pertama kali didasarkan denganperaturan produk hukum Belanda dalamStaatsblad 1905 No. 217 jo. Staatsblad 1906No. 348 tentang Faillissement Verordening, yangawalnya hanya diberlakukan terhadap pedagang.Kemudian pada tahun 1927 terjadi perubahanyang memberi hak kepada debitor mengajukanPKPU agar dapat melanjutkan pembayaranutangnya kepada kreditor secara penuh. Selanjut-nya pada tahun 1938 diadakan perubahan keduayang memungkinkan debitor yang memenuhi syaratmemohonkan PKPU sebagai pendahuluan darisuatu perdamaian paksa (dwang accoord). Halini dimaksudkan untuk memberikan kemungkinan

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 110: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN101

pembayaran yang lebih besar kepada kreditor yangmenyetujui perdamaian.9

Akan tetapi sejak krisis moneter pada tahun1997, pemerintah Indonesia pada akhirnyamengesahkan Peraturan Pemerintah PenggantiUndang-Undang No. 1 Tahun 1998 tentangPerubahan Atas Undang-Undang Tentang Kepai-litan, yang selanjutnya pada tanggal 22 April 1998peraturan pemerintah pengganti undang-undangtersebut diubah dalam bentuk Undang-UndangNo. 4 tahun 1998. Melihat kata “Perubahan AtasUndang-Undang Tentang Kepailitan” menimbulkankonsekuensi yuridis bahwa peraturan kepailitanBelanda yang dituangkan dalam Staatsblad 1905No. 217 jo. Staatsblad 1906 No. 348 masih tetapberlaku, hanya saja dilakukan perubahan danbeberapa penghapusan dalam pasal-pasalnyadengan Perpu No. 1 tahun 1998, yang kemudianditetapkan sebagai undang-undang. Saat ini HukumKepailitan Indonesia telah digantikan kedu-dukannya oleh Undang-Undang No. 37 Tahun2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewa-jiban Pembayaran Utang.

PKPU dalam bahasa Belanda disebut sur-seance van betaling dan dalam bahasa Inggrisdinamakan suspension of payment. PKPU sendiriberasal dari hukum Germania lama dan hanyadiberikan dalam hal luar biasa oleh pengadilan.Misalnya dalam keadaan perang, pengadilanmemberi izin kepada bank untuk menundapembayaran utangnya kepada para nasabah dalamjangka waktu tertentu menurut undang-undang.10

Pengaturan kepailitan menurut hukum Indonesiasaat ini pada prinsipnya terdiri dari kepailitan itusendiri, yang diatur di dalam Bab II Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, dan PenundaanKewajiban Pembayaran Utang (PKPU), yangdiatur di dalam Bab III Undang-Undang No. 37Tahun 2004. Khusus pengaturan PKPU ditetapkandi dalam Pasal 222 sampai dengan Pasal 294undang-undang dimaksud. Landasan utama bahwaPKPU dapat dijatuhkan terhadap debitor adalahberdasarkan pada ketentuan Pasal 222 Undang-Undang No. 37 tahun 2004 yang berbunyi :

Ayat (1) Penundaan Kewajiban PembayaranUtang diajukan oleh debitor yangmempunyai lebih dari 1 (satu) kreditoratau oleh kreditor.

Ayat (2) Debitor yang tidak dapat atau memper-kirakan tidak akan dapat melanjutkanmembayar utang-utangnya yang sudahjatuh waktu dan dapat ditagih, dapatmemohon penundaan kewajiban pem-bayaran utang, dengan maksud untukmengajukan rencana perdamaian yangmeliputi tawaran pembayaran sebagianatau seluruh utang kepada kreditor.

Ayat (3) Kreditor yang memperkirakan bahwadebitor tidak dapat melanjutkan mem-bayar utangnya yang sudah jatuh waktudan dapat ditagih, dapat memohon agarkepada debitor diberi penundaan kewa-jiban pembayaran utang, untuk memung-kinkan debitor mengajukan rencanaperdamaian yang meliputi tawaranpembayaran sebagian atau seluruh utangkepada kreditornya.

Dalam ketentuan PKPU menurut undang-undang sebelumnya, hanya debitor yang berhakuntuk mengajukan permohonan PKPU, karenaberkaitan dengan niat debitor untuk dapat melunasiutang-utangnya kepada kreditor. Akan tetapiberbeda dengan ketentuan baru tentang kepailitandan PKPU ini, yaitu yang dapat mengajukanpermohonan PKPU adalah debitor dan kreditor.Hal ini juga tampak di dalam ketentuan Pasal 225ayat (3) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 yangtidak ada di dalam ketentuan Undang-Undang No.4 Tahun 1998, karena Undang-Undang No. 4Tahun 1998 tidak mengenal permohonan PKPUyang diajukan oleh kreditor11.

Selain itu pula terdapat pengecualian apabiladebitor merupakan bank, yang dapat mengajukanpermohonan PKPU adalah Bank Indonesia;apabila debitor merupakan perusahaan efek,Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, yang

9 Syamsudin M. Sinaga, 2012, Hukum Kepailitan Indonesia, Tatanusa, Jakarta, hlm 256.1 0 Ibid., hlm 255-256.1 1 Ibid., hlm 207.

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 111: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN102

dapat mengajukan permohonan PKPU adalahBapepam; serta apabila debitor merupakanperusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, danapensiun, dan Badan Usaha Milik Negara yangbergerak di bidang kepentingan publik, yang dapatmengajukan permohonan PKPU adalah MenteriKeuangan.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang No.37 Tahun 2004, PKPU diajukan ke pengadilanniaga oleh debitor maupun kreditor yang harusmemenuhi syarat formal dan syarat substansial.Syarat formal berupa kelengkapan berkas perkara,termasuk kwitansi pembayaran ongkos perkara,sebelum perkara PKPU dicatat dalam bukuregister. Syarat substansial adalah syarat yangwajib dipenuhi dan dibuktikan oleh pemohonPKPU di dalam persidangan.12 Sedangkan syaratsubstansial dalam PKPU yaitu harus memenuhisyarat adanya utang, utang telah jatuh tempo dandapat ditagih, ada dua atau lebih kreditor dandebitor/kreditor tidak dapat atau memperkirakantidak akan dapat melanjutkan pembayaran utang-utangnya.13

Hal yang paling esensi di dalam proses PKPUadalah adanya rencana perdamaian yang diajukanoleh debitor, halmana didasarkan pada ketentuanPasal 222 ayat (2) dan (3) dan Pasal 265 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004. Dalam hal ini yangdapat mengajukan perdamaian adalah debitor.Hukum telah memberikan wewenang sekaligusbeban kepada debitor untuk dapat menyusunrencana perdamaian dengan sebaik-baiknya,dengan harapan rencana tersebut dapat disetujuioleh para kreditornya. Dalam prateknya, tidakbanyak debitor yang berhasil menyusun rencanaperdamaian yang pada akhirnya disetujui oleh parakreditornya. Dalam penyusunan rencana perda-maian memang sepatutnya dibutuhkan kemampuantertentu, sebagaimana menyusun sebuah rancanganbisnis. Selanjutnya apabila rencana perdamaianditolak oleh kreditor atau diterima tetapi kurangdari kuorum yang telah ditentukan, maka demihukum debitor menjadi jatuh pailit.

Rencana perdamaian ini diajukan kepada

kreditor pada saat sebelum adanya putusan PKPUSementara atau pada waktu rapat kreditordiadakan. Jika di dalam rapat kreditor rencanaperdamaian yang diajukan oleh debitor tidakditerima oleh kreditor dengan kuorum yangditentukan oleh undang-undang, maka debitormenjadi jatuh pailit, halmana ketentuan kuorumdiatur di dalam Pasal 281 ayat (1) Undang-UndangNo. 37 Tahun 2004.

Jika diperlukan, kreditor dapat menyepakatiPKPU Tetap berikut perpanjangannya denganmeminta PKPU Sementara menjadi PKPU Tetapdengan alasan-alasan yang masuk akal dan dapatdipertanggungjawabkan menurut hukum. Hal inidiperbolehkan oleh hukum berdasarkan Pasal 228Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 yang padaintinya menyatakan bahwa apabila rencanaperdamaian belum dapat disepakati atau jikakreditor belum dapat memberikan suaranyamengenai rencana perdamaian tersebut, sedang-kan dimungkinkan adanya pertimbangan bahwarencana perdamaian dapat disetujui dalam sidangselanjutnya, dan waktu PKPU Sementara telahhabis, maka dapat dimungkinkan adanya PKPUTetap, jika kreditor menghendaki dengan kuorumyang ditentukan oleh undang-undang. Adapunkuorum yang dibutuhkan oleh kreditor untukmeminta PKPU Tetap diatur di dalam Pasal 229ayat (1) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004.

Apabila dalam hal rencana perdamaian diterimaoleh kreditor sebagaimana kuorum tersebut dalamPasal 281 ayat (1) di atas, maka langkahselanjutnya adalah melakukan pengesahanperdamaian atau disebut homologasi. Dalam halini, Hakim Pengawas harus menyampaikan laporantertulis kepada Majelis Hakim yang memeriksa danmemutus perkara PKPU pada tanggal yang telahditentukan untuk keperluan pengesahan perda-maian. Pada tanggal tersebut, Pengurus danKreditor dapat menyampaikan alasan yangmenyebabkan ia menghendaki pengesahan ataupenolakan perdamaian. Majelis Hakim dapatmengundurkan dan menetapkan tanggal sidanguntuk pengesahan perdamaian yang harus

1 2 Syamsudin M. Sinaga, Op. Cit., hlm 256-260.1 3 Ibid., hlm 260-261.

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 112: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN103

diselenggarakan maksimal 14 hari setelah tanggalsidang. Majelis Hakim harus memberikan putusanmengenai pengesahan perdamaian disertai alasan-alasannya pada sidang tersebut. Perdamaian yangtelah disahkan mengikat semua kreditor, kecualikreditor yang tidak menyetujui perdamaian.Putusan pengesahan perdamaian yang telahmemperoleh kekuatan hukum tetap mengakibat-kan Berita Acara Rapat Perdamaian dapatdigunakan sebagai alas hak terhadap debitor. Alashak ini dapat dijalankan oleh semua kreditor yangtidak dibantah oleh debitor, terhadap debitor dansemua orang yang telah mengikatkan diri sebagaipenanggung untuk perdamaian tersebut.Pengesahan perdamaian ini berakibat padaberakhirnya PKPU.14

2. Konsep Reorganisasi Berdasarkan USBankruptcy CodeKepailitan dalam ranah hukum federal di

Amerika Serikat telah dikenal sejak tahun 1801.Meskipun demikian sejarah hukum kepailitan diAmerika Serikat dimulai dengan perdebatankonstitusional yang menginginkan kongres memilikikekuatan untuk membentuk suatu aturan yangseragam tentang kebangkrutan. Perdebatan inisudah dimulai sejak diadakannya ConstitutionalConvetion di Philadelphia pada tahun 1787.15

Dalam The Federalist Papers, seorang foundingfather dari Amerika Serikat, yaitu James Madisonmendiskusikan tentang apa yang disebut denganBankruptcy Clause sebagai kewenangan untukmenciptakan sebuah aturan hukum yang uniformmengenai kebangkrutan sangat erat hubungannyadengan aturan mengenai perekonomian dan akanmampu mencegah terjadinya begitu banyakpenipuan, dimana para pihak atau harta keka-yaannya dapat dibohongi atau dipindahkan kenegara bagian yang lain secara tidak patut.16

Selanjutnya, setelah diundangkan untuk pertama

kali pada tahun 1801, yang isinya mirip denganUndang-Undang Kebangkrutan Inggris saat itu,Undang-Undang Federal Amerika Serikat tersebutdiubah dan diganti antara lain pada tahun 1841,1867, 1878, 1898, 1938 (The Chandler Act),1978 dan 1984.17

Hukum Kepailitan yang saat ini banyakdigunakan adalah ketentuan di dalam BankruptcyReform Act of 1978 yang telah diubah dandikodifikasikan di dalam Title 11 of the UnitedStates Code. Hukum Kepailitan Amerika Serikatterdiri dari beberapa bagian (Chapter). Chapter7 mengatur mengenai likuidasi atau kepailitan inisendiri. Chapter 9 mengatur mengenai reorganisasibagi pemerintah daerah. Chapter 11 mengaturmengenai reorganisasi bisnis. Sedangkan Chapter12 mengatur mengenai reorganisasi bagi keluargapetani dan nelayan dalam kondisi tertentu danChapter 13 mengatur mengenai reorganisasiindividual dan terakhir Chapter 15 mengaturmengenai kepailitan yang melibatkan kewilayahanbeberapa negara bagian dan negara-negara.

Tujuan dari Hukum Kepailitan Amerika Serikatini lebih condong ke arah rehabilitasi debitorketimbang penghukumannya, dan yang dipenting-kan ialah pembebasan debitor dari depresi, olehkarenanya istilah alternatif dari bankruptcy ialahdebtor’s relief18. Hal senada juga diungkapkanoleh Henry R. Cheeseman19, bahwa tujuan utamadari Federal Bankruptcy Law adalah untukmembebaskan debitor dari beban utang-utangnya.Hukum memberikan debitor a fresh start denganmembebaskan debitor dari tanggungjawab legalatas utang-utangnya.

The House of Report of the OriginalCommittee Working on Chapter 11 menyatakantujuan dari reorganisasi perusahaan adalah untukmerestrukturisasi keuangan perusahaan, denganbegitu perusahaan dapat melanjutkan bisnisnya,menyediakan lapangan pekerjaan bagi para

1 4 Syamsudin M. Sinaga, Op. Cit., hlm 293-294.1 5 Adrian Sutedi, 2009, Hukum Kepailitan, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm 16.1 6 Doglas G. Baird, 1985, Cases, Problems and Materials on Bankruptcy, Little Brown and Company, Boston, USA, hlm 24.1 7 Lawrence M. Friedman, 1985, History of American Law, Simon & Schuster, Inc., New York, USA, hlm 549.1 8 Gunanto, 1995, Pembaharuan Hukum Kepailitan Indonesia Dalam Menghadapi Era Perdagangan Bebas (Globalisasi),

Makalah dalam Seminar tentang Hukum Kebangkrutan, diselengarakan oleh BPHN bersama ELIPS di Jakarta, 5 Maret 1995.1 9 Henry R. Cheeseman, 2001, Business Law, Prentice-Hall Inc., Upper Saddle River, New Jersey, USA.

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 113: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN104

karyawan, dan melunasi pembayaran kepada parakreditor. Secara ekonomi, akan lebih efisien lebihbaik melakukan reorganisasi daripada melikuidasiperusahaan, karena dengan reorganisasi akanmempertahankan pekerjaan dan aset perusahaan.20

Chapter 11 Title 11 USC mengatur tentangreorganization dimana debitor masih dapatmenjalankan bisnisnya, dengan kata lain untukmengajukan petition untuk Chapter 11, debitortidak perlu dalam keadaan insolvensi. DalamChapter 11, yang boleh mengajukan petitionadalah debitor perorangan dan para kreditornya,debitor partnership dan para kreditornya, debitorcorporation dan para kreditornya, debitor noncorporation (organisasi) dan para kreditornya,serta debitor perusahaan kereta api dan parakreditornya. Sehingga dapat dikatakan bahwaChapter 11 dapat diajukan dengan cara volunta-ry petition, apabila yang mengajukan petitionmenurut Chapter 11 adalah debitor, dan dengancara involuntary petition, apabila yang mengaju-kan petition menurut Chapter 11 adalah kreditor.21

Inti dari Chapter 11 terdapat dalam SubChapter II yaitu rencana perdamaian. Chapter 11secara khusus mengatur mengenai siapa saja yangdapat mengajukan rencana perdamaian, isi rencanaperdamaian, persetujuan kreditor atas rencanaperdamaian yang diajukan, dan persetujuanpengadilan atas rencana perdamaian. Debitormemiliki waktu selama 120 hari untuk mengajukanrencana perdamaian. Itulah yang disebut sebagaithe exclusive right dari debitor untuk mengajukanrencana perdamaian untuk masa 120 hari setelahkasus diajukan.22 Pada saat pengajuan rencanaperdamaian itu dan dalam masa perpanjanganwaktu yaitu selama 60 hari, tidak ada pihakmanapun yang diizinkan untuk mengajukanrencana perdamaian. Aturan mengenai rencanaperdamaian dikomunikasikan kepada seluruhkreditor dan pemegang saham yang berharap

dilakukannya pemilihan terhadap rencana perda-maian tersebut. Kelompok atau kelas para kreditoryang menerima rencana perdamaian hanya jika 2/3 jumlah anggotanya dan lebih dari ½ jumlah tagihandari kreditor dalam kelompok yang sama memilihmenerima rencana perdamaian.

Hal ini berarti seorang kreditor yang memilikitagihan dengan lebih dari 2/3 jumlah total tagihandalam kelompok dapat menyebabkan kelompokmenolak rencana perdamaian hanya dengan satusuara. Perubahan usulan rencana perdamaiansebelumnya dapat dilakukan oleh debitor. Setelahrencana perdamaian diajukan, penerapan pemerik-saan awal dilakukan. Pasal yang paling pentingberkaitan dengan rencana perdamaian adalahsetelah penetapan perdamaian, terutama akibatdari penetapan perdamaian. Ketentuan selanjutnyaadalah penetapan untuk melepaskan debitor daritiap utang, dengan beberapa pengecualian, yangada sebelum tanggap penetapan.23 Di bawahChapter 11, debitor biasanya melalui periodekonsolidasi dengan pengurangan utang danreorganisasi bisnis.24

Setelah rencana perdamaian diajukan dalamkerangka Reorganisasi, debitor biasanya tetapdapat mengelola harta kekayaannya. Wewenangpengadilan untuk menunjuk trustee hanyadilaksanakan ketika debitor tidak mampu lagimengurus perusahaannya. Dengan demikian,debitor tetap mengurus atau mengelola perusahaanselama reorganisasi berlangsung. Seorang debitoryang akan menjalankan perusahaan setelahpengajuan permohonan reorganisasi disebutdengan debtor in possession. United StatesBankruptcy Code mewajibkan penunjukantrustee berdasarkan permintaan para pihak yangberkepentingan jika terdapat penipuan atauketidakmampuan debtor in possession. Trusteedapat pula ditunjuk berdasarkan atas kepentingankreditor atau para pemegang saham.25

2 0 Siti Anisah, 2008, Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor Dalam Hukum Kepailitan di Indonesia, Total Media,Yogyakarta, hlm 442-443.2 1 Henry R. Cheeseman, 2001, Business Law, Prentice-Hall Inc., Upper Saddle River, New Jersey, USA.2 2 http://www.uscourts.gov/FederalCourts/Bankruptcy/BankruptcyBasics/Process.aspx, diunduh tanggal 1 Juli 20142 3 Siti Anisah, Op. Cit., hlm 444-446.2 4 http://www.uscourts.gov/FederalCourts/Bankruptcy/BankruptcyBasics/Process.aspx, diunduh tanggal 1 Juli 2014.2 5 Siti Anisah, Op. Cit., hlm 446.

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 114: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN105

Di dalam Chapter 11 juga dikenal istilah PanitiaKreditor. Panitia Kreditor berkonsultasi dengandebitor atau trustee mengenai administrasi;menyelidiki bisnis debitor dan keadaan keuangan;turut serta dalam membuat rumusan rencanaperdamaian dalam reorganisasi; membuat reko-mendasi; menunjuk trustee atau examiner danmelaksanakan tugas lainnya. United StatesBankruptcy Code juga memberikan wewenangkepada Panitia Kreditor untuk menyewa akuntan,pengacara, dan yang lainnya untuk mewakilimaupun membantu Panitia Kreditor dalammelaksanakan tugas-tugasnya. Panitia Kreditormemiliki pengaruh yang cukup signifikan dalamrencana perdamaian dalam reorganisasi walaupunkreditor berjaminan akan menerima sedikit atautidak sama sekali pembagian dalam likuidasi.Kreditor yang memiliki tagihan lemah dapatmelakukan pengambilan suara atas rencanaperdamaian yang diusulkan selama proseskonfirmasi. Kecuali setidak-tidaknya ½ jumlahkreditor dan 2/3 jumlah utang dari tiap kelompok,melakukan pemungutan suara untuk menyetu-juinya. Rencana perdamaian dalam reorganisasitidak dapat dilakukan konfirmasi kecuali denganprosedur pengesahan perdamaian dalam kepailitan.Walaupun Panitia Kreditor tidak dapat turutcampur dalam pengoperasian perusahaan debitor,akan tetapi Panitia Kreditor dapat mengambil suatulangkah ketika debitor gagal untuk menggunakanaset yang cukup potensial dari real estate.Bankruptcy Code memberikan kewenangan yangsubstansial kepada debtor in possession untukmenghindari jaminan harta debitor yang tidaksempurna, transfer yang didahulukan, danfraudulent conveyances.26

Sebagaimana disebutkan di atas, prinsip yangpenting di dalam reorganisasi adalah bahwadebitor dalam prosesnya harus mengajukanrencana reorganisasi yang meliputi semua aspekbisnis operasional perusahaan dan aset serta utang-utangnya, yangmana rencana ini nantinya akanmendapatkan persetujuan dari hakim dan kreditor.

Jika jumlah kreditor yang tidak setuju denganrencana tersebut, maka debitor pada akhirnyaharus melewati proses likuidasi berdasarkanChapter 7.27 Selain debitor, rencana tersebutdapat diajukan oleh trustee, kreditor, PanitiaKreditor dan pihak lain yang berkepentingan. Tidakpeduli siapa yang akan mengajukan rencanatersebut, dalam hal ini Panitia Kreditor memegangperanan dalam memformulasi rencana yangbersangkutan.28

C. Pembahasan1. Gambaran Penyelesaian Permasalahan

Utang Piutang di Kawasan EkonomiKhusus BatamPenyelesaian permasalahan utang piutang di

Batam, biasa dilakukan menggunakan jalannegosiasi, mengingat kelangsungan bisnis menjadiprioritas bagi pelaku usaha. Terkadang perma-salahan tersebut tidak hanya cukup selesai ditingkat negosiasi, tetapi juga membutuhkan pihakketiga yang bertindak sebagai pihak penengah ataumediator. Meskipun demikian, di Batam jarangpelaku usaha menggunakan jasa mediator swasta,melainkan menggunakan pihak tertentu yang di-percayai oleh kedua belah pihak yang bersengketa.

Jalan litigasi adalah cara penyelesaian yang jugabiasa digunakan oleh kedua belah pihak untukmenyelesaikan masalah utang piutang di Batam.Jika melihat angka statistika yang ditampilkan didalam website resmi Pengadilan Negeri Batam(www.pn-batam.go.id), didapatkan data bahwaangka gugatan perdata, baik berupa gugatanperbuatan melawan hukum maupun wanprestasiserta gugatan perceraian, sejumlah 292 perkaradi tahun 2015. Terdapat peningkatan dari tahun2014 yang hanya 268 perkara, dan tahun 2013yang hanya 251 perkara. Berbeda jauh ketikamelihat tahun-tahun sebelumnya, yaitu di tahun2010 dengan 185 perkara, tahun 2011 dengan188 perkara, dan tahun 2012 dengan195 perkara,halmana telah terjadi peningkatan perkara. Akantetapi perjalanan waktu penyelesaian melalui jalur

2 6 Ibid., hlm 459-462.2 7 Robert W. Emerson, J.D., 2004, Business Law, Barron’s Educational Series, Inc., Hauppauge, New York, USA.2 8 David G. Epstein, 1995, Bankruptcy and Other Debtor-Creditor Laws, West Publishing, Co., St. Paul Minn.

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 115: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN106

perdata akan memakan waktu bertahun-tahunmengingat dimungkinkannya upaya hukum bandingdan kasasi di dalam prosesnya, tanpa adanyabatasan waktu yang jelas.

Jalan litigasi dalam menyelesaikan permasalahanutang piutang juga tidak hanya terjadi melaluimekanisme perdata, tetapi juga mekanismekepailitan dan PKPU. Mekanisme kepailitan danPKPU mempunyai keuntungan karena adanyabatasan waktu di dalam prosesnya, meskipunterdapat beberapa hal yang tidak dinyatakanbatasan waktunya. Meskipun demikian, prosespenyelesaian utang piutang lebih diuntungkan darisisi kecepatan waktu penyelesaian dibandingkandengan penggunaan jalur perdata di PengadilanNegeri. Batam merupakan wilayah hukum dariPengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan,dalam hal ketika terjadi permohonan pernyataanpailit terhadap debitor yang berdomisili di Batam,maupun permohonan PKPU. Menurut data dariwebsite resmi Pengadilan Negeri Medan, di tahun2014 terdapat 7 perkara kepailitan, dan 15perkara PKPU. Dari data website resmi BadanPeradilan Umum Mahkamah Agung (www.badi-lum.mahkamahagung.go.id) didapatkan faktabahwa di tahun 2013 tidak ada perkara kepailitanmaupun PKPU yang diajukan di Pengadilan Niagapada Pengadilan Negeri Medan. Sedangkan ditahun 2012 terdapat 4 perkara kepailitan danPKPU, di tahun 2010 dan 2011 tidak ada perkarakepailitan dan PKPU yang diajukan. Hal di atasmenunjukkan sedikitnya animo korporasi maupunmasyarakat untuk menyelesaikan permasalahanutang piutang dengan jalur kepailitan dan PKPU.

Terlepas dari fakta di atas, Batam sesuai dengantujuannya dikembangkan untuk tempat investasi,hal yang sama dengan apa yang diinginkan olehPemerintah Pusat di dalam menetapkan Batamsebagai KEK ke depannya. Sesuai dengan Pasal2 Undang-Undang No. 39 Tahun 2009, KEKdikembangkan melalui penyiapan kawasan yangmemiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategidan berfungsi untuk menampung kegiatan industri,ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lain yang

memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya sainginternasional. Hal ini dilakukan untuk mempercepatpencapaian pembangunan ekonomi nasionaldengan peningkatan penanaman modal.29 Di dalamKEK diberikan fasilitas untuk dapat meningkatkandaya saing agar lebih diminati oleh penanam modal,dari fasilitas fiskal sampai pada fasilitas non fiskal.30

Dalam rangka memenuhi tujuan dari KEK yangdimaksud di atas, Batam sepatutnya mempunyaifasilitas penyelesaian sengketa yang memadai,khususnya terkait dengan utang piutang, mengingatsegala kegiatan industri pasti berhubungan denganutang piutang. Percepatan pembangunan ekonomitentu akan dapat dilakukan jika segala hal yangmenghambat pertumbuhan ekonomi dapatdisingkirkan, yang salah satunya adalah perma-salahan permodalan. Jika korporasi-korporasi didalam kegiatan ekonomi di wilayah Batamterhambat kegiatan ekonominya karena tidaklancarnya pembayaran piutangnya, maka tentu halini menjadi faktor penghambat peningkatanpertumbuhan ekonomi di wilayah Batam.

Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 memung-kinkan adanya pemberian fasilitas tertentu untukmempermudah bagi jalannya kegiatan ekonomi,terutama perlindungan bagi kreditor maupundebitor, selama sejalan dengan tujuan dari KEK.Hal ini tampak di dalam Penjelasan UmumUndang-Undang tersebut, yang menyebutkan“Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukanuntuk meningkatkan daya saing agar lebihdiminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebutterdiri atas fasilitas fiskal, yang berupaperpajakan, kepabeanan dan cukai, pajakdaerah dan retribusi daerah, dan fasilitas nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan,perizinan, kemimigrasian, investasi danketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemu-dahan lain yang dapat diberikan pada Zona didalam KEK, yang akan diatur oleh instansiberwenang sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan”.

Pengaturan khusus terkait dengan penyelesaianutang piutang di KEK dan lembaga khusus yang

2 9 Penjelasan Umum Undang-Undang No. 39 Tahun 20093 0 Ibid.

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 116: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN107

menanganinya merupakan salah satu bentukfasilitas yang dapat diusulkan di dalam penyelesaiansengketa di wilayah KEK. Hal seperti itu tidaklahdilarang oleh Undang-Undang No. 39 Tahun 2009,selama tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jikalaupun tidak dimung-kinkan pembentukan lembaga khusus, maka tetapdapat dilaksanakan sesuai dengan aturan yang ada,yaitu melalui mekanisme Pengadilan Niaga,meskipun demikian perlu pengaturan tertentu yangharus disesuaikan dengan filsofi tujuan dari KEK.Apalagi undang-undang yang terkait denganpenyelesaian utang piutang melalui kepailitan danPKPU, yaitu Undang-Undang No. 37 Tahun2004, memungkinkan penyelesaian masalah utangpiutang secara adil, cepat, terbuka dan efektifyangmana harus diakomodir oleh perangkat hukumyang mendukungnya31.

2. Perbedaan Konsep Penundaan KewajibanPembayaran Utang Menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 danReorganisasi Menurut Chapter 11 USBankruptcy CodeKonsep yang ditawarkan oleh PKPU dan

konsep yang ditawarkan oleh Reorganisasi dapatdilihat pada tujuan masing-masing pengaturantersebut. Tujuan dari PKPU terbaca secara implisitdi dalam Pasal 222 ayat (2) dan (3) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, yang pada intinyamengharapkan debitor mengajukan rencanaperdamaian dan berharap rencana perdamaiantersebut disepakati oleh kreditornya. Berbedadengan US Bankruptcy Code yang menentukantujuan dari reorganisasi berdasar Chapter 11 yaituuntuk menghindarkan debitor dilikuidasi. Hal inidiatur di dalam ketentuan yang menyebutkan “Thepurpose for contained operation of the businessis that this may bring in more money than acomplete liquidation” (tujuan dari esensiimplementasi bisnis adalah hal ini dimungkinkandapat membawa lebih banyak dana daripadalikuidasi secara penuh).32 PKPU terkesanmemanfaatkan sisi formil perundangan untuk

memaksa debitor membuat rencana perdamaiandengan harapan disetujui oleh kreditornya. PKPUtidak melihat dari sisi lain selain hanya pengharapandari sebuah rencana perdamaian yang disetujuikreditor tersebut. Lain halnya dengan Reorganisasi,yang masih memberikan kesempatan yang luasbagi debitor untuk berkreasi dengan rencanaperdamaiannya, sampai pada titik dimana rencanaperdamaian tersebut diterima oleh kreditornya.Bahkan di dalam prosesnya nanti, tidak hanyadebitor yang hanya membuat rencana perdamaian,tetapi siapapun yang terkait di dalam prosesreorganisasi dapat menyusun rencana perdamaian,demi terciptanya suasana penerimaan yang lebihkondusif diantara debitor dan kreditor. Hal ini justruyang dimaksud dengan kesempatan yang seluas-luasnya bagi debitor dalam Reorganisasi, yangberbeda dengan posisi debitor dalam PKPU.Dalam hal ini telah ada perbedaan filosofi pemikiranantara PKPU dan Reorganisasi, meskipun dalamprosesnya terkesan sama. Perbedaan filosofipemikiran ini nantinya akan membawa perbedaan-perbedaan lain yang cukup signifikan yang akandikaji di dalam penelitian ini.

Perbedaan antara PKPU dan Reorganisasitampak di dalam pihak-pihak yang dapat bertindaksebagai pemohon. Pemohon di dalam PKPUadalah debitor dan kreditor berdasarkan Pasal 222ayat (2) dan (3) jo. Pasal 224 Undang-UndangNo. 37 Tahun 2004. Selain itu, Pasal 223 jo. Pasal2 ayat (3), (4) dan (5) Undang-Undang No. 37Tahun 2004 memberikan batasan bagi debitorPerbankan, Perusahaan Efek, Bursa Efek,Lembaga Kliring dan Penjaminan, LembagaPenyimpanan dan Penyelesaian, PerusahaanAsuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiundan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang kepentingan publik. Apabila debitor yangakan diajukan PKPU adalah bank, pemohonnyaharuslah Bank Indonesia. Kedudukan ini bergeserketika Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang No. 21Tahun 2011 diundangkan dan sejak tanggal 31Desember 2013, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)mengambil alih tugas-tugas Bank Indonesia.

3 1 Penjelasan Umum Undang-Undang No. 37 Tahun 20043 2 Adrian Sutedi, Op. Cit., hlm 23.

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 117: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN108

Apabila debitor yang akan diajukan PKPU adalahPerusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliringdan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan danPenyelesaian, pemohonnya adalah Badan Peng-awas Pasar Modal (Bapepam). Bapepam sendiriberdasarkan Pasal 55 ayat (1) Undang-UndangNo. 21 Tahun 2011 telah digantikan kedu-dukannya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK),sejak tanggal 31 Desember 2012. Apabila debitoryang akan diajukan PKPU adalah PerusahaanAsuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiunatau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang publik, maka pemohonnya adalah MenteriKeuangan. Hal yang sama dengan Bapepam,bahwa OJK sejak tanggal 31 Desember 2012telah mengambilalih tugas dari Menteri Keuangandalam hal regulator dan pengawas perasuransiandan dana pensiun, halmana berdasarkan atas Pasal55 ayat(1) Undang-Undang No. 21 Tahun 2011.

Di dalam Reorganisasi, yang menjadi pemohonadalah perorangan dan para kreditornya, debitorpartnership dan para kreditornya, debitorcorporation dan para kreditornya, serta debitorperusahaan kereta api dan para kreditornya. Jadijelas bahwa selain oleh kreditornya (involuntarypetition), Reorganisasi dapat diajukan olehdebitornya (voluntary petition). Chapter 11membahasakan ketentuannya secara umum, yaitusetiap orang yang memenuhi syarat sebagai debitoruntuk dapat mengajukan permohonan berdasarkanChapter 7 juga dianggap memenuhi syarat untukdapat mengajukan permohonan Reorganisasiberdasarkan Chapter 11. Meskipun demikian,Chapter 11 mengatur pengecualiannya bagidebitor yang akan mengajukan permohonanberdasar Chapter 11 ini . Pengecualian yangpertama adalah yang menyangkut pialang saham(stock broker) dan pialang komoditas (com-modity broker), yaitu pialang saham dan pialangkomoditas yang menurut Bankruptcy Code bolehmengajukan permohonan pernyataan pailitberdasarkan Chapter 7 ditentukan tidak bolehmengajukan permohonan yang dimaksud dalamChapter 11. Chapter 7 sendiri mengatur bahwa

di dalam permohonan yang diajukan oleh debitor,siapa saja dapat mengajukan permohonan kecualiperusahaan kereta api dan bank serta perusahaanasuransi. Pengecualian kedua adalah menyangkutperusahaan kereta api, yaitu perusahaan kereta apiyang ditentukan boleh mengajukan permohonansebagaimana dimaksud dalam Chapter 11, dantidak boleh mengajukan permohonan sebagaimanadimaksud dalam Chapter 7.33 Hal ini berarti bahwadi Amerika Serikat, perusahaan seperti Perbankan,Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliringdan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan danPenyelesaian, Perusahaan Asuransi, PerusahaanReasuransi, Dana Pensiun dan Badan Usaha MilikNegara yang bergerak di bidang kepentinganpublik dapat mengajukan dirinya sendiri maupundiajukan oleh kreditornya di dalam prosesReorganisasi, meskipun tidak diajukan oleh institusinegara seperti bank sentral, badan pengawas pasarmodal, dan kementerian keuangan. Sedangkan diIndonesia, bahkan perusahaan perbankan danasuransi, tidak boleh mengajukan dirinya sendiridan diajukan oleh kreditornya ke dalam PKPU,kecuali diajukan oleh pihak yang berwenangmenurut ketentuan undang-undang, yaitu OJK.

Dalam prosesnya, debitor mempunyai waktuuntuk mengajukan rencana perdamaian. Waktudiantara PKPU dan Reorganisasi mempunyaiperbedaan yang signifikan, mengingat tujuandiantara keduanya juga tidaklah sama. Waktuuntuk mengajukan rencana perdamaian di dalamproses PKPU adalah 45 hari sejak diputus PKPUSementara berdasarkan pada Pasal 225 ayat (4)Undang-Undang No. 37 Tahun 2004. Meskipundemikian, jika PKPU masih belum mendapatkanputusannya, di dalam persidangan dimungkinkanbagi debitor untuk menyampaikan rencanaperdamaiannya. Apabila dalam waktu 45 harisebagaimana ditentukan belum ada rencanaperdamaian atau belum tercapai perdamaian,menurut Pasal 228 ayat (4) jo. Pasal 228 ayat (6)Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 PKPUSementara dapat diputuskan menjadi PKPUTetap, dalam rangka untuk membahas lebih

3 3 Sutan Remy Sjahdeini, 2010, Hukum Kepailitan: Memahami Undang-Undang No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan,Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, hlm 373-374.

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 118: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN109

mendalam lagi mengenai rencana perdamaianantara debitor dengan kreditornya. Penentuanmenjadi PKPU Tetap ini tetap memperhatikanwaktu maksimal yang telah ditentukan, yaitu 270hari termasuk perpanjangannya, dihitung sejakputusan PKPU Sementara diucapkan. Di dalamReorganisasi, debitor mempunyai waktu selama120 hari untuk mengajukan rencana perdamaiankepada kreditornya. Hal ini telah ditentukan didalam Section 1121(b). Selanjutnya menurutSection 1121(c) selama waktu tersebut, jikadebitor telah mengajukan rencana perdamaiannya,maka tidak ada pihak lain yang dapat mengajukanrencana perdamaian, sampai dengan masa 120 haridan dapat diperpanjang menjadi 180 hari. Artinyapihak lain, baik kreditor maupun trustee, barudapat mengajukan rencana perdamaian jikatrustee telah ditunjuk atau debitor tidak meng-ajukan rencana perdamaian dalam waktu tersebutbeserta perpanjangannya, atau rencana perda-maian yang diajukan oleh debitor ditolak olehkelompok tagihan atau kepentingan. Di dalamReorganisasi juga dikenal istilah the best interestsof creditors and the estates yangmana merupakanrancangan untuk check and balance untukmelindungi kepentingan kreditor. The bestinterests of creditors and the estates mewajibkansetiap pemegang hak tagihan menyetujui nilaiproperti yang sama dengan jumlah yang akanditerima kreditor berdasarkan Chapter 7 padasaat likuidasi perusahaan debitor.34 Section1112(b)(2) mengatur secara a contrario mengenaithe best interests of creditors and the estatestersebut atau disebut sebagai the best interest test,yang pada prinsipnya perlindungan bagi kreditorterhadap harta kekayaan debitor berkaitan dengansituasi yang janggal. Ruang lingkup perlindungan

tersebut dijelaskan lebih lanjut di dalam Section1112(b)(4) yang mengatur bahwa unsur penyebabsituasi tersebut adalah kerugian yang berlanjut ataupenyusutan dari harta kekayaan dan tidak adanyakepastian ke arah rehabilitasi bagi debitor35,kesalahan manajemen harta kekayaan debitor36,kegagalan untuk merawat asuransi terkait untukmenyikapi resiko harta kekayaan debitor37,penggunaan secara tidak sah jaminan tunai yangdapat merugikan kreditor38, kegagalan untuk patuhterhadap perintah pengadilan39, gagal dalammelaksanakan penyampaian laporan yang dimintaberdasarkan ketentuan40, debitor gagal untukmenghadiri pertemuan dengan kreditor ataupemeriksaan yang diperintahkan berdasarkan Rule2004 of the Federal Rules of BankruptcyProcedure tanpa adanya alasan yang tepat41,debitor gagal untuk menyediakan informasi ataumenghadiri pertemuan yang diminta oleh UStrustee atau the bankruptcy administrator jikaada42, debitor gagal untuk membayar pajak setelahperintah Reorganisasi dari pengadilan ataumenyampaikan pengembalian pajak yang telahjatuh waktu setelah tanggal perintah pengadilantersebut43, debitor gagal untuk menyampaikanpernyataan penyingkapan kerahasiaan, ataumenyampaikan atau melakukan konfirmasiterhadap rencana perdamaian dalam waktu yangditentukan dalam US Bankruptcy Code atau olehperintah pengadilan44, debitor gagal untukmembayar biaya atau harga yang diminta ber-dasarkan Chapter 123 Title 2845, kondisipenarikan kembali perintah konfirmasi atas suaturencana perdamaian berdasarkan Section 1144yangmana menyebutkan kewenangan pengadilanuntuk menarik kembali perintah konfirmasi atassebuah rencana perdamaian dan juga sekaligus

3 4 Siti Anisah, Op. Cit., hlm 470.3 5 Section 1112(b)(4)(A) US Bankruptcy Code3 6 Section 1112(b)(4)(B) US Bankruptcy Code3 7 Section 1112(b)(4)(C) US Bankruptcy Code3 8 Section 1112(b)(4)(D) US Bankruptcy Code3 9 Section 1112(b)(4)(E) US Bankruptcy Code4 0 Section 1112(b)(4)(F) US Bankruptcy Code4 1 Section 1112(b)(4)(G) US Bankruptcy Code4 2 Section 1112(b)(4)(H) US Bankruptcy Code4 3 Section 1112(b)(4)(I) US Bankruptcy Code4 4 Section 1112(b)(4)(J) US Bankruptcy Code4 5 Section 1112(b)(4)(K) US Bankruptcy Code

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 119: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN110

membatalkan pembebasan debitor dari Re-organisasi dikarenakan debitor melakukanpenipuan atau kecurangan46, debitor tidak mampumenjalankan rencana perdamaian yang telahdisetujui47, kegagalan materiil oleh debitor ter-hadap rencana perdamaian yang telah disetujui48,pembatalan terhadap rencana perdamaian yangtelah disetujui berdasarkan kondisi yang telahdiatur di dalam rencana perdamaian49, dankegagalan debitor untuk membayar kewajibanrumah tangga yang menjadi prioritas untukdibayarkan setelah permohonan Reorganisasidisampaikan50.

Pihak yang ditunjuk oleh Pengadilan untukmelakukan pengurusan terhadap proses PKPUdan Reorganisasi pun memiliki perbedaanpengaturan diantara keduanya. Menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, Pengurus sebagaipihak yang berwenang untuk melakukan peng-urusan di dalam proses PKPU ditunjuk sejakadanya putusan PKPU Sementara. Artinya sejakadanya permohonan, ada dimungkinkan namaPengurus sudah diketahui. Sedangkan di dalamReorganisasi, trustee sebagai pihak yangberwenang untuk melakukan pengurusan di dalamproses Reorganisasi baru akan ditunjuk dalamsebuah persidangan jika memang Pengadilanmemandang hal itu diperlukan selama penunjukkantersebut dilakukan setelah pengumuman adanyakasus Reorganisasi dan sebelum konfirmasi ataupersetujuan rencana perdamaian. Syarat ditun-juknya trustee adalah jika memang debitor tidakmampu lagi mengurus perusahaannya. Section1104(a)(1) dan (2) mewajibkan penunjukantrustee berdasarkan permintaan para pihak yangberkepentingan jika terdapat penipuan atauketidakmampuan debitor dan juga trustee dapatditunjuk berdasarkan atas kepentingan kreditoratau para pemegang saham. Jadi di dalamReorganisasi, trustee akan ditunjuk jika memangdiperlukan berdasarkan undang-undang, halmanaberbeda dengan PKPU yang menentukan

Pengurus sejak putusan PKPU Sementaradiucapkan. Alasan yang digunakan oleh Chapter11 mengenai hal ini adalah bahwa meskipundebitor dalam kondisi Reorganisasi atau disebutdebtor in possession, akan tetapi debitor tetapdapat mengelola harta kekayaannya. Hal initampak di dalam ketentuan Section 1107(a) yangsecara tegas menyatakan bahwa debtor inpossession mempunyai semua haknya, kecuali hakuntuk kompensasi berdasarkan Section 330 yangharus dilakukan oleh trustee, dan dapat menja-lankan fungsi dan tugasnya sebagaimana mestinya,kecuali tugas tertentu berdasarkan Section1106(a)(2), (3) dan (4) yangmana merupakantugas dari trustee. Bahkan tindakan penyitaansudah tidak dapat lagi dilakukan terhadap hartakekayaan debitor ini, atau disebut automatic stay.Debitor dapat menjalankan perusahaan sepertibiasanya, selama tidak melewati batas dan jikamemang pengadilan menghendaki seperti itu.Selain debitor, pihak yang dapat menjalankanbisnis pada prinsipnya diberikan hak kepadatrustee berdasarkan Section 1108, yangmana hakini bisa digunakan oleh trustee ataupun tidakdigunakan sama sekali. Batasan dalam menja-lankan bisnis tersebut ditentukan oleh Pengadilan,yangmana merupakan kewenangan Pengadilanuntuk melarang penggunaan aset debitor untukdijaminkan, kesepakatan pembayaran, transaksikredit yang dibuat diluar kebiasaan bisnisperusahaan dan sebagainya. Setidaknya kewe-nangan Pengadilan dalam hal pembatasan tersebutsangat tampak dalam ketentuan Section 1106(a)(3) yang menyebutkan kewajiban trustee dalammenjalankan bisnis debitor selama hal tersebuttidak ditetapkan lain oleh Pengadilan. Berbedadalam proses PKPU yang menentukan batasanuntuk mengelola bisnis perusahaan debitor ada ditangan Pengurus, halmana diatur di dalam Pasal240 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004. Dalamhal ini, Pengurus adalah pihak independen yangditunjuk oleh Pengadilan dan diberikan kewenangan

4 6 Section 1112(b)(4)(L) US Bankruptcy Code4 7 Section 1112(b)(4)(M) US Bankruptcy Code4 8 Section 1112(b)(4)(N) US Bankruptcy Code4 9 Section 1112(b)(4)(O) US Bankruptcy Code5 0 Section 1112(b)(4)(P) US Bankruptcy Code

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 120: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN111

untuk itu oleh undang-undang. Disebut sebagaipihak independen meskipun dari awal prosesnya,Pengurus dapat diajukan oleh pemohon PKPU.Landasan pikir di atas berada di dalam rumusanPasal 240 ayat (1) Undang-Undang No. 37 Tahun2004 yang berbunyi :

Selama penundaan kewajiban pem-bayaran utang, debitor tanpa persetujuanPengurus tidak dapat melakukan tindakankepengurusan atau kepemilikan atas seluruhatau sebagian hartanya.

Formulasi ketentuan di atas tidak dijelaskanmengenai definisi tindakan kepengurusan ataukepemilikan tersebut. Akan tetapi jika ditafsirkanberdasarkan pada kalimat tersebut, akan berakibatpada pemahaman bahwa debitor tetap dapatmenjalankan bisnisnya, akan tetapi jika tindakanbisnis debitor berkaitan dengan harta kekayaannyamaka harus mendapatkan persetujuan dariPengurus terlebih dahulu. Hal ini berarti debitordalam PKPU tidak diberikan kebebasan untukberkreasi dalam bisnis, karena masih terikattangannya untuk menjalankan kegiatan bisnisnya.Sedangkan telah menjadi pemahaman umumbahwa kegiatan bisnis tentu tidak akan terlepasdari keluar dan masuknya harta kekayaan dariperusahaan debitor itu sendiri. Hal ini yangmembedakan dengan Reorganisasi, yang masihmemberikan kebebasan kreasi bagi debtor inpossession, meskipun terkadang pembatasandilakukan oleh Pengadilan demi kepentingankreditor.

Perbedaan yang lain tampak di dalam perbe-daan tugas Panitia Kreditor atau Committee ofCreditor, meskipun diantara PKPU dan Reor-ganisasi sama-sama mengenal istilah PanitiaKreditor. Pasal 231 Undang-Undang No. 37Tahun 2004 mengatur mengenai Panitia Kreditormenurut PKPU yaitu, pertama mengenai kewa-jiban Pengadilan untuk mengangkat PanitiaKreditor jika permohonan PKPU meliputi utangyang bersifat rumit atau banyak kreditor, atau jikapengangkatan tersebut dikehendaki oleh kreditoryang mewakili paling sedikit ½ bagian dari seluruh

tagihan yang diakui. Kedua, mengenai kewajibanPengurus PKPU untuk meminta dan memper-timbangkan saran Panitia Kreditor. Berdasarkanketentuan tersebut, secara implisit menandakanbahwa yang menjadi tugas Panitia Kreditor adalahmemberikan saran kepada Pengurus dan jugamemberikan kepastian bagi kreditor mengingatkompleksitas utang ataupun banyaknya jumlahkreditor, dimana meminimalkan perbuatanmencurangi kreditor. Menurut ketentuan tersebut,eksistensi Panitia Kreditor bukanlah menjadi suatukewajiban kecuali ada kondisi kompleksitas utangatau banyaknya kreditor atau memang dikehendakiseparuh dari tagihan kreditor yang diakui danjikalau ada Panitia Kreditor harus melaluimekanisme pengadilan. Sedangkan menurutSection 1102(a)(1) US Bankruptcy Code, setelahdinyatakannya Reorganisasi, US Trustee harusmenunjuk Panitia Kreditor dari kreditor yangmemegang utang yang tidak berjamin. Di dalamSection 1102(a)(2) dikecualikan bagi debitor yangmempunyai usaha kecil, dalam hal ini pengadilandapat memerintahkan tidak adanya PanitiaKreditor. Selain Panitia Kreditor, ketentuan ini jugamengenal istilah panitia pemegang hak jaminan.Syarat untuk pihak yang dapat menjadi PanitiaKreditor diatur di dalam Section 1102(b)(1) yangmenentukan bahwa pihak tersebut harus dapatmemberikan pelayanan maksimal dan mempunyaitagihan yang terbesar sampai dengan urutanketujuh dari semua tagihan yang ada. Hal ini yangmembedakan dengan PKPU dimana PanitiaKreditor dapat eksis jika salah satunya adalahdisetujui oleh kreditor yang mempunyai minimal½ tagihan kreditor yang diakui. Section 1103(b)memberikan kewenangan bagi Panitia Kreditoruntuk menyewa pengacara atau ahli guna membantutugas-tugas Panitia Kreditor di dalam Reorganisasi.Section 1103(c) mengatur tugas-tugas PanitiaKreditor sebagai berikut :1) Memberikan saran kepada trustee atau debtor

in possession berkaitan dengan administrasiperkara.51

2) Melakukan penyelidikan terhadap perbuatan,aset, kewajiban, dan kondisi keuangan debitor,

5 1 Section 1103(c)(1) US Bankruptcy Code

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 121: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN112

operasional bisnis debitor dan kelanjutan daribisnis tersebut dan segala sesuatu yangberkaitan dengan perkara atau penyusunanrencana perdamaian52.

3) Ikut serta di dalam penyusunan rencanaperdamaian, memberikan saran di dalamnya,dan mendokumentasikan segala penerimaan danpenolakan dari rencana perdamaian tersebut.53

4) Meminta penunjukkan trustee atau penilaiberdasarkan Section 1104, yang mengaturmengenai penunjukkan trustee atau penilai54;dan

5) Melakukan pekerjaan lain berdasarkankepentingan dari kreditor55.

PKPU dan Reorganisasi mempunyai perbedaanpada definisi debitornya. Jika di dalam PKPU, yangdimaksud dengan debitor adalah orang yangmempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di mukapengadilan56, sedangkan di dalam Reorganisasi,yang dimaksud dengan debitor adalah debitorperorangan, debitor perusahaan dengan usahakecil, debitor perusahaan dengan usaha besar, dandebitor perusahaan kereta api. Di dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, debitor tidakdibedakan-bedakan kecuali hanya pada pihakyang dapat mengajukan permohonan PKPU,sebagaimana diatur di dalam Pasal 222 dan Pasal223 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, yangmengatur bahwa yang dapat mengajukan permo-honan PKPU adalah debitor dan kreditor, kecualijika debitornya adalah Bank, Perusahaan Efek,Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian,Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi,Dana Pensiun, dan Badan Usaha Milik Negarayang bergerak dibidang kepentingan publik, makayang dapat mengajukan permohonan PKPUadalah pihak-pihak yang telah dipilih oleh berdasarPasal 2 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 sebagaimana telah

dijelaskan sebelumnya. Di dalam Reorganisasi,terlihat jelas bahwa pengaturan US BankruptcyCode memberikan pembagian ketentuan ber-dasarkan porsi masing-masing yang tentu berbedaperlakuannya. Seperti di dalam ketentuan Section1115(a) yang mengatur mengenai harta kekayaanbagi debitor individual yang juga diatur lebih spesifikdalam Section 541. Hal lain juga terlihat di dalamSection 1116 yang memberikan pengaturanterhadap tugas dari trustee atau debtor inpossession pada kasus usaha kecil, yang jugatampak di dalam Section 1121(e) yang mengaturmengenai pengajuan rencana perdamaian di dalamkasus usaha kecil. Kategori yang sama tampak didalam pengaturan Section 1129(e) yang mengaturmengenai kewajiban pengadilan untuk menyetujuirencana perdamaian di dalam kasus usaha kecil.Khusus pengaturan Reorganisasi perusahaankereta api tampak di dalam Subchapter IV, dariSection 1161 sampai dengan Section 1174,halmana mempunyai kamar ketentuan sendiriseolah-olah perusahaan jenis ini adalah sangatpenting. Faktanya memang perusahaan kereta apidi Amerika Serikat telah membawa kemakmuranekonomi pada jaman dahulu, dengan menjaditransporter dan menghubungkan antara dunia baratdengan dunia timur di Amerika Serikat. Olehkarena alasan historis ini, maka sampai dengan saatini eksklusifitas perusahaan kereta api di dalamTitle 11 US Bankruptcy Code masih diperta-hankan, dan bahkan perusahaan kereta api tidakdapat langsung dilikuidasi menurut Chapter 7 USBankruptcy Code, melainkan harus melalui prosesReorganisasi berdasarkan Chapter 11 USBankruptcy Code.

3. Konsep Reorganisasi Dalam PenyelesaianUtang Piutang di Kawasan EkonomiKhusus BatamKEK diartikan secara yuridis sebagai kawasan

dengan batas tertentu dalam wilayah hukumNegara Kesatuan Republik Indonesia yang

5 2 Section 1103(c)(2) US Bankruptcy Code5 3 Section 1103(c)(3) US Bankruptcy Code5 4 Section 1103(c)(4) US Bankruptcy Code5 5 Section 1103(c)(5) US Bankruptcy Code5 6 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004.

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 122: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN113

ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsiperekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.57

Bahkan di dalam kawasan ini diberikan kemu-dahan-kemudahan yang di dalam bahasa undang-undang disebut “kemudahan dan keringanan dibidang perizinan usaha, kegiatan usaha,perindustrian, perdagangan, kepelabuhan, dankeimigrasian bagi orang asing pelaku bisnis,serta diberikan fasilitas keamanan”.58 Kemu-dahan dan fasilitas ini terutama bagi orang asing,maupun korporasi asing, tentu akan menarik,sehingga banyak investasi masuk ke kawasantersebut dan meningkatkan perekonomiansebagaimana tujuan dari KEK, yang secara implisittermuat di dalam konsiderans huruf b, yaitu“bahwa untuk mempercepat pengembanganekonomi di wilayah tertentu yang bersifatstrategis bagi pengembangan ekonomi nasio-nal dan untuk menjaga keseimbangan kema-juan suatu daerah dalam kesatuan ekonominasional, perlu dikembangkan KawasanEkonomi Khusus”.

Sesuai dengan tujuannya tersebut, makamekanisme penyelesaian sengketa bisnis yangberlarut-larut bukanlah merupakan solusi yangmendukung tujuan, sehingga perlu untuk dicarimekanisme penyelesaian lain yang sesuai.Mekanisme yang ada, dengan menggunakanmekanisme perdata, akan memakan waktu yanglama sampai dengan perkara tersebut mempunyaiputusan yang berkekuatan hukum tetap. Selain itu,mekanisme perdata membutuhkan dukungan asetdari debitor untuk dapat menjadi bagian darijaminan utang-utang debitor kepada kreditornya.Jika debitor disini adalah korporasi bayangan, yanghanya mempunyai sedikit aset dan sebagian besaraset dimiliki pihak induk perusahaannya ataupunpihak lain, sudah dapat dipastikan bahwa debitortidak akan dapat membayar secara patut kepadapara kreditornya.

Hal yang sama juga terjadi jika mekanismepenyelesaian sengketa bisnis yang berujung padautang piutang menggunakan jalur kepailitansebagaimana diatur di dalam Undang-Undang No.

37 Tahun 2004. Proses kepailitan juga membu-tuhkan aset debitor untuk dapat menjadi jaminanbagi pembayaran utang kepada kreditornya, jikanantinya debitor mempunyai dana yang cukupuntuk membayar utang-utangnya.

PKPU berdasarkan Undang-Undang No. 37Tahun 2004 merupakan mekanisme penundaansupaya debitor dapat mengajukan rencanaperdamaian kepada para kreditornya, sesuaidengan tujuan PKPU. Jadi ketika debitor tidakberitikad baik untuk tidak mengajukan rencanaperdamaian, atau tidak beritikad baik untukmengajukan rencana perdamaian yang mustahilditerima oleh para kreditornya, maka disaattersebut debitor dinyatakan pailit dan berlakulahketentuan kepailitan bagi dirinya. Artinya ujungnyapun akan sama, membutuhkan aset debitor untukdapat dijadikan jaminan pembayaran utang debitor.

Belajar dari pengalaman Reorganisasi yangdiatur di dalam Chapter 11, ternyata keberlang-sungan usaha yang menjadi titik perhatian dariketentuan ini, sehingga pada nantinya debitor yangmenjalani Reorganisasi dapat membayar utang-utangnya kepada para kreditor dan ketika sampaipada saat lunasnya, maka debitor dapat kembaliberusaha setelah bangkit dari keterpurukan, ataudisebut fresh start.

Hasil perbandingan di atas, terutama melihatpada perbedaan antara ketentuan PKPU denganReorganisasi, dapat dijadikan acuan untukmenciptakan forum penyelesaian sengketakhususnya terkait utang piutang yang ada di KEKyang berada di perbatasan antar negara, mengingatperbatasan antar negara mempunyai potensikemudahan untuk dijangkau oleh negara tetanggatersebut. Artinya disini Peneliti mengusulkanperubahan dari ketentuan PKPU disesuaikandengan ketentuan Reorganisasi, dan nantinyaketentuan hasil harmonisasi ini akan menjadiketentuan baru khusus bagi penyelesaian Re-organisasi di KEK perbatasan antar negara,utamanya di Batam.

Hal yang dijadikan acuan adalah tujuan dariPKPU yang seharusnya diubah sesuai dengan

5 7 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus5 8 Pasal 38 ayat (1) Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 123: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN114

tujuan dari Reorganisasi, sehingga memberikankesempatan seluas-luasnya bagi debitor untuktetap menjalankan bisnisnya dan pada akhirnyadapat membayar utang-utang kepada kreditornya.Selain itu, pemohon dari PKPU yang juga disesuaidengan pihak-pihak yang dapat memohon sesuaiketentuan Reorganisasi, kecuali terhadap perusa-haan perkeretaapian yang tidak perlu adapengecualian. Pengurus di dalam PKPU dapatdisesuaikan dengan ketentuan Trustee dalamReorganisasi yang tidak perlu ditunjuk kecualimemang diperlukan. Batasan pengelolaan hartakekayaan debitor seharusnya juga diawasi secaraketat oleh pengadilan, sehingga selama debitordalam masa penundaan tersebut, debitor hanyadapat melakukan usaha dengan tujuan untukmembayar utang-utangnya. Debitor juga diberikankebebasan yang seluas-luasnya kecuali apa yangdibatasi oleh pengadilan untuk dapat menjalankanusahanya, selama tidak merugikan kepentingankreditornya. Panitia kreditor juga diwajibkan untukdapat memberikan pengawasan melekat selaindari pengadilan, sehingga pelaksanaan PKPU versiReorganisasi menjadi lebih lancar berjalan. Lepasitu semua, selama berjalannya masa penundaan,maka debitor dipaksa untuk tetap menjalankanusahanya dalam pengawasan pengadilan, bahkanjika diperlukan pengadilan menunjuk manajemenindependen atau trustee, untuk menggantikankedudukan manajemen yang ada. Harapannyalepas dari masa penundaan, maka debitor dapatmengajukan rencana perdamaian kepada parakreditornya secara patut dan tercapailah ke-sepakatan dikemudian hari, sehingga tidakdiperlukan adanya likuidasi aset debitor. Selaindaripada itu, ketentuan PKPU dapat tetapdigunakan, meskipun terdapat beberapa bagiandari ketentuan PKPU tersebut yang diubah sesuaidengan konsep Reorganisasi. Disinilah letakpemaksaan oleh hukum, sehingga berjalanlahfungsi hukum sebagai rekayasa sosial.

D. Penutup1. Kesimpulan

Dalam penelitian ini, Peneliti menyimpulkanbahwa Hukum Indonesia, terutama Undang-Undang No. 39 Tahun 2009, memungkinkan

munculnya konsep baru terkait dengan penyele-saian utang piutang di KEK Batam, selama sejalandengan filosofi, tujuan dan hukum materiil dariKEK tersebut. Oleh karena itu konsep yangdihasilkan dari perbandingan hukum dapat menjadipedoman terhadap perubahan hukum. Di dalampenelitian ini, Peneliti menemukan perbedaan dariReorganisasi dan PKPU, dan menjadi konseppembaharuan Hukum Kepailitan Indonesia, khususterkait dengan PKPU, yang dapat diaplikasikandi KEK Batam. Konsep tersebut yaitu waktu bagidebitor dan kreditor untuk berdamai lebih sesuaimenggunakan waktu yang ditentukan olehUndang-Undang No. 37 Tahun 2004, yaitu 45hari, yang dapat diperpanjang untuk masa tidaklebih dari 270 hari sejak ditetapkan PKPUSementara, hal ini dikarenakan adanya tujuanPKPU yang menginginkan tercapainya perda-maian guna menghindarkan likuidasi. Waktu 45 harijika digunakan sebaik-baiknya dapat menjadiwaktu percobaan bagi debitor dan kreditor,sehingganya akan kelihatan itikad baik debitordalam membuat rencana perdamaian tersebut.Untuk mempercepat terjadinya perdamaian, tentusaja membutuhkan kejelasan rencana perdamaian.Ketentuan Chapter 11 US Bankruptcy Codemengenai isi rencana perdamaian merupakan solusiyang dapat digunakan. Selain itu, pemikiran untukmembagi beban rencana perdamaian kepadakreditor atau pihak lain terkait di dalam prosesPKPU, perlu ditambahkan di dalam HukumKepailitan Indonesia. Sebelumnya ditentukanbahwa pihak yang mengajukan rencana perda-maian hanyalah debitor. Untuk dapat membukajalan lebar menuju pencapaian perdamaian, makabeban tersebut dapat dibagikan kepada kreditoratau pihak lain terkait dimaksud. Pemberiankebebasan bagi debitor untuk melakukan kegiatanbisnisnya seharusnya menjadi esensi lanjutanterhadap persiapan tercapainya rencana perda-maian. Pembedaan pengaturan terhadap debitorindividu, debitor korporasi, dan debitor korporasiusaha kecil menjadi masukan yang cukup berartibagi Hukum Kepailitan Indonesia, mengingatsecara filosofis ketiganya mempunyai perbedaanyang signifikan. Eksistensi mutlak atas sebuahlembaga Panitia Kreditor sangat diperlukan bagi

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 124: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN115

PKPU. Panitia Kreditor ini, baik itu diinginkanoleh kreditor ataupun tidak, sepatutnya dapatmenjadi forum komunikasi antar kreditor dan jugakomunikasi antara kreditor, debitor, Pengurusserta Hakim Pengawas. Hal lain yang dapatdijadikan sebagai masukan bagi perubahan HukumKepailitan Indonesia adalah mengenai pengaturanpemohon dalam PKPU. Chapter 11 USBankruptcy Code memungkinkan bagi debitorbank dan asuransi untuk mengajukan Reorganisasiataupun diajukan Reorganisasi oleh kreditornya.Dalam konsep ini, semua pihak diberikan jalan olehhukum untuk mendapatkan keadilan dan perlin-dungan hukum.

Reorganisasi menurut Chapter 11 USBankruptcy Code menjadi bukti pembelajaransekaligus menjadi solusi yang terbaik saat ini untukmemberikan penyelesaian yang baik bagi debitordan kreditor terhadap permasalahan utang piutang.Sebagaimana juga dinyatakan dalam PenjelasanUmum Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, yangmenyebut bahwa untuk kepentingan dunia usahadalam menyelesaikan masalah utang piutang secara

adil, cepat, terbuka dan efektif sangat diperlukanperangkat hukum yang mendukungnya. Bertitiktolak dari pemikiran tersebut, maka sepatutnyahukum yang mendukung adalah hukum yang tidakmenghambat ke arah penyelesaian utang piutangyang adil, cepat, terbuka dan efektif.

2. Sarana. Peneliti berharap tujuan dari penelitian ini

tercapai, dan menjadikan hasil penelitian inisebagai konsep awal untuk sebuah pem-baharuan hukum, khususnya mengatur mengenaiPKPU di KEK, khususnya di wilayah Batam,yang juga didukung lembaga pelaksana PKPUyang profesional dan mandiri. Lembaga ini jugabisa menggunakan Pengadilan Niaga maupunperpanjangan tangannya yang sudah ada.

b. Peneliti berharap penelitian ini dapat dilanjutkandengan penelitian yang lebih komprehensif gunatercapainya konsep penuh Hukum KepailitanIndonesia, yang berbasis pada perkembanganmasyarakat Indonesia, sehingga pembuathukum tidak kehilangan jiwa bangsanya.

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 125: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN116

1. Buku dan JurnalAnisah, Siti, 2008, Perlindungan Kepentingan

Kreditor dan Debitor Dalam HukumKepailitan di Indonesia, Total Media,Yogyakarta.

Emerson, Robert W., J.D., 2004, Business Law,Barron’s Educational Series, Inc.,Hauppauge, New York, USA.

Epstein, David G., 1995, Bankruptcy and OtherDebtor-Creditor Laws, West Publishing,Co., St. Paul Minn

Badan Pusat Statistik Kota Batam, Batam DalamAngka 2015, No. Publikasi 21.71.15.01

Baird, Doglas G., 1985, Cases, Problems andMaterials on Bankruptcy, Little Brown andCompany, Boston, USA.

Cheeseman, Henry R., 2001, Business Law,Prentice-Hall Inc., Upper Saddle River,New Jersey, USA.

Friedman, Lawrence M., 1985, History ofAmerican Law, Simon & Schuster, Inc.,New York, USA.

Gunanto, 1995, Pembaharuan HukumKepailitan Indonesia Dalam MenghadapiEra Perdagangan Bebas (Globalisasi),Makalah dalam Seminar tentang HukumKebangkrutan, diselengarakan oleh BPHNbersama ELIPS di Jakarta, 5 Maret 1995.

Maqin, Abdul, Pengaruh Kondisi Infrastrukturterhadap Pertumbuhan Ekonomi di JawaBarat, Jurnal Trikonomika Volume 10, No.1, Juni 2011, ISSN 1411-514X, Fakultas

Ekonomi Universitas Pasundan, Bandung.Sinaga, Syamsudin M., 2012, Hukum Kepailitan

Indonesia, Tatanusa, Jakarta.Sjahdeini, Sutan Remy, 2010, Hukum Kepailitan:

Memahami Undang-Undang No.37Tahun 2004 tentang Kepailitan, PustakaUtama Grafiti, Jakarta.

Sutedi, Adrian, 2009, Hukum Kepailitan, GhaliaIndonesia, Bogor.

2. Peraturan Perundang-undanganUS Bankruptcy CodePerpu No. 1 Tahun 2000 yang telah ditetapkan

menjadi Undang-Undang No. 36 Tahun2000.

Undang-Undang No. 37 Tahun 2004Undang-Undang No. 39 Tahun 2009

3. Internethttp://www.uscourts.gov/FederalCourts/

B a n k r u p t c y / B a n k r u p t c y B a s i c s /Process.aspx, diunduh tanggal 1 Juli 2014

http://humasotoritabatam.blogspot.co.id/2011/02/gawat-drydocks-berniat-hengkang-dari.html, diunduh tanggal 9 Agustus 2016.

http://kek.ekon.go.id/batam-dari-kawasan-perdagangan-bebas-dan-pelabuhan-bebas-menjadi-kawasan-ekonomi-khusus/,diunduh tanggal 10 Agustus 2016.

www.badilum.mahkamahagung.go.idwww.pn-batam.go.idwww.pn-medankota.go.id

Daftar Pustaka

REORGANISASI SEBAGAI BAGIAN RESTRUKTURISASI UTANG KORPORASI

Page 126: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN117

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEDAULATANWILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENURUT KONSEP NEGARA KEPULAUAN DALAMUNITED NATION CONVENTION ON THE LAW OF THE

SEA (UNCLOS) 1982

Oleh :Fithriatus Shalihah

Fakultas Hukum Universitas Islam Riauemail : [email protected]

AbstrakRepublik Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan 770 suku bangsa,726 bahasa, dan 19 daerah hokum adat. Secara fisik antar suku budaya danbudaya lain karena seluruh perairan yang ada di nusantara adalah pemersatuyang mengintegrasikan ribuan pulau yang terpisah-pisah. Dalam prosesperkembangannya, tingkat integrasi dapat berbeda-beda baik secara geografismaupun secara politis, ekonomis, social dan cultural. Dengan diumumkannyaDeklarasi Juanda ke dunia internasional pada tanggal 13 Desember 1957 olehPerdana Menteri RI Djoeanda, patut disyukuri jika tidak karena pengumumantersebut maka wilayah Indonesia hanya 3 mil dari garis pantai sebuah pulaudan perairan di antara pulau merupakan perairan internasional. KonsepIndonesia sebagai Negara kepulauan ( Archipelagis State ) di akui dunia setelahUnited Nation Convention on The Law of The Sea ( UNCLOS) yang disahkanpada tanggal pada tanggal 10 Desember 1982, dan Indonesia telahmeratifikasinya dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 1985. PengakuanIndonesia sebagai Negara kepulauan tersebut merupakan anugerah besar bagibangsa Indonesia karena perairan yurisdiksi meliputi 2/3 dari seluruh luaswilayah Negara. Luas perairan menjadi satu kesatuan dengan daratan.Indonesia adalah Negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampaiMerauke. Batas wilayah laut Indonesia pada awal kemerdekaan hanya selebar3 mil laut dari garis pantai (Coastal Baseline) setiap pulau, yaitu perairanyang mengelilingi Kepulauan Indonesia bekas wilayah Hindia Belanda (Territoriale Zee en Maritime Kringen Ordonantie tahun 1939 dalam Soewitoet al 2000). Namun penetapan batas wilayah perairan laut tersebut, yangmerupakan aturan peninggalan Belanda, tidak sesuai lagi untuk memenuhikepentingan keselamatan dan keamanan Negara Republik Indonesia. Ataspertimbangan tersebut, maka lahirlah konsep Nusantara ( Archipelago) yangdituangkan dalam Deklarasi Juanda pada tanggal 13 Desember 1957. Sertawawasan nusantara adalah sebagai argument untuk mempersatukan pulau-pulau yang tersebar dari ujung Sumatera sampai Papua. Hanya dengan konseppenetapan batas wilayah laut sejauh 12 mil saja akan membuat adanya bagianlaut bebas di dalam pulau-pulau Indonesia yang dapat diinterpretasikan sebagai

Page 127: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN118

laut bebas. Dengan konsepsi Negara kepulauan maka kelemahan itu berhasilditutupi. Semua laut di antara pulau-pulau atau di tengah kepulauan Indonesiasudah tidak dihitung lagi sebagai laut internasional, tetapi sebagai lautpedalaman yang termasuk sebagai kawasan laut territorial dari suatu Negarakepulauan.

Keywords : Sovereignty, Archipelagic State, UNCLOS 1982

A. Latar BelakangMengingat adanya beberapa kelemahan atas

hukum yang mengatur mengenai laut (perairan) diwilayah Negara Republik Indonesia, yang masihmerupakan warisan atau produksi Pemerintahcolonial Hindia Belanda dahulu, dengan tolok ukurjarak 3 mil laut dari pantai tersebut, ternyata adajuga negara-negara lain yang menyimpanginya, yaitunegara-negara Skandinavia sejauh empat mil, danSpanyol sejauh enam mil dari pantai.1Karena itu,maka wajarlah apabila Pemerintah RepublikIndonesia mempunyai gagasan baru untukmerombak total dan kemudian mengembangkanke aspek-aspek selanjutnya.

Perombakan yang dimaksudkan di atas untukpetama kali dilaksanakan oleh Pemerintah RIdengan mengeluarkan pengumuman pada tanggal13 desember 1957, yaitu disebut dengan Deklarasi13 Desember 1957 atau kemudian lebih terkenaldengan deklarasi Juanda 1957, karena dibuat padawaktu pemerintahan dengan Perdana Menteri Ir.Djuanda.

Perjuangan bangsa Indonesia dalam mewujud-kan persatuan dan kesatuan bangsa yang utuh diseluruh wilayah nusantara, pertama kali dimuncul-kan dengan adanya “Deklarasi Juanda” padatanggal 13 Desember 1957 yang mendasariperjuangan bangsa Indonesia untuk menjadi rezimnegara Kepulauan (Archipelagic State) sebagaidasar dari konsepsi kewilayahan dalam rangkamewujudkan wawasan nusantara. DeklarasiJuanda merupakan pernyataan yang dikeluarkanoleh Pemerintah RI mengenai wilayah perairanIndonesia yang isinya antara lain menyatakanbahwa semua perairan di sekitar, diantara dan yangmenghubungkan pulau-pulau yang masuk daratan

NKRI adalah bagian-bagian yang tidak terpisah-kan dari wilayah yurisdiksi RI. Batas wilayah lautIndonesia pada awal kemerdekaan hanya selebar3 mil laut dari garis pantai ( Coastal Baseline)setiap pulau, yaitu perairan yang mengelilingiKepulauan Indonesia bekas wilayah HindiaBelanda ( Territoriale Zee en Maritime KringenOrdonantie tahun 1939 dalam Soewito et al2000).

Namun penetapan batas wilayah perairan lauttersebut, yang merupakan aturan peninggalanBelanda, tidak sesuai lagi untuk memenuhikepentingan keselamatan dan keamanan NegaraRepublik Indonesia. Sehingga tulisan ini inginmembahas sebuah permasalahan bagaimanaperlindungan hukum terhadap kedaulatan wilayahnegara Republik Indonesia menurut konsep negarakepulauan dalam United Nation Convention onThe law of The Sea (UNCLOS) 1982.

B. Perlindungan Hukum Terhadap Kedau-latan Wilayah Negara Republik IndonesiaMenurut Konsep Negara KepulauanDalam United Nation Convention On TheLaw Of The Sea (UNCLOS) 1982.Beberapa pertimbangan yang mendorong

pemerintah RI sebagai suatu negara kepulauan,sehingga mengeluarkan pernyataan mengenaiwilayah perairan Indonesia, adalah :a. Bahwa bentuk geografis Indonesia yang

berwujud negara kepulauan, yang terdiri atastiga belas ribu pulau-pulau, besar dan kecil yangtersebar di lautan;

b. Demi untuk kesatuan wilayah NKRI, agarsemua kepulauan dan perairan (selat) yang adadiantaranya merupakan kesatuan yang utuh, dan

1 Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Laut Internasional, Binacipta, Bandung, 1987, Hlm.31.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEDAULATAN WILAYAH NKRI MENURUT KONSEP NEGARA KEPULAUAN

Page 128: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN119

tidak dapat dipisahkan antara pulau yang satudengan lainnya, atau antara pulau denganperairannya.

c. Bahwa penetapan batas perairan wilayahsebagaimana menurut “Territoriale Zee enMaritieme Kringen Ordonantie 1939” yangdimuat di dalam Staatblad 1939 No. 442 pasal1 ayat (1) sudah tidak cocok lagi dengankepentingan Indonesia setelah merdeka.

d. Bahwa Indonesia setelah berdaulat sebagaisuatu negara yang merdeka mempunyai haksepenuhnya dan berkewajiban untuk mengatursegala sesuatunya, demi untuk keamanan dankeselamatan negara serta bangsanya.

Beberapa saat setelah pemerintah RepublikIndonesia mengumumkan deklarasi Juanda 1957,ada beberapa negara yang menyatakan tidak dapatmenyetujui klaim Indonesia atas perairan di antarakepulauannya; antara lain yaitu negara AmerikaSerikat, Australia, Inggris, Belanda, dan SelandiaBaru. Sedangkan yang menyatakan mendukunghanya negara-negara Uni Soviet dan RepublikRakyat China.2

Konsep Indonesia sebagai Negara kepulauan( Archipelagis State ) di akui dunia setelah UnitedNation Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) yang disahkan pada tanggal padatanggal 10 Desember 1982, dan Indonesia telahmeratifikasinya dengan Undang-Undang Nomor17 tahun 1985. Pengakuan Indonesia sebagaiNegara kepulauan tersebut merupakan anugerahbesar bagi bangsa Indonesia karena perairanyurisdiksi meliputi 2/3 dari seluruh luas wilayahNegara. Luas perairan menjadi satu kesatuandengan daratan. Indonesia adalah Negarakepulauan yang terbentang dari Sabang sampaiMerauke. Batas wilayah laut Indonesia pada awalkemerdekaan hanya selebar 3 mil laut dari garispantai ( Coastal Baseline) setiap pulau, yaituperairan yang mengelilingi Kepulauan Indonesiabekas wilayah Hindia Belanda ( Territoriale Zeeen Maritime Kringen Ordonantie tahun 1939dalam Soewito et al 2000).

Wilayah perairan yang demikian luas menjadibeban tanggungjawab yang besar dalam mengeloladan mengamankannya. Untuk mengamankan lautyang begitu luas, diperlukan kekuatan dankemampuan dibidang maritime yang besar, kuatdan modern. Untuk mengelola sumber daya yangterkandung di dalamnya seperti : ikan, koral,mineral, biota laut, dan lain-lain diperlukan sumberdaya manusia, peralatan dan teknologi kelautanyang modern serta dana yang sangat besar. Untukdua hal tersebut (pengamanan dan pengelolaan),diperlukan batas laut yang pasti dan tegas sebagaipagar negara nusantara Indonesia dalam rangkamelindungi, mengamankan dan menegakkankedaulatan sebagai negara kepulauan terbesar didunia. Penegakan kedaulatan dan pengamananwilayah perairan bangsa dapat dilakukan dandipertanggungjawabkan pada suatu negara yangbatas-batasnya sudah pasti (diakui oleh keduanegara yang berbatasan dan untuk laut lepas sesuaidengan UNCLOS 1982) dan telah dilaporkan diPBB untuk mendapatkan pengakuan Internasional.Semakin diperlukan pentingnya penentuan(penegasan) batas-batas laut.

Setelah perundingan intensif selama kurang lebih9 tahun berunding, pada tanggal 30 April 1982telah dapat disahkan naskah konvensi hokum lautbaru. Konvensi yang dikenal sebagai konvensiPBB tahun 1982 tentang Hukum Laut iniditandatangani pada tanggal 10 Desember 1982dan mulai berlaku pada tanggal 16 November1994. Konvensi yang terdiri dari 320 pasal dan 9Annex ini secara substantive memuat ketentuan-ketentuan baru yang membedakannya dengankonvensi 1958. Ketentuan tersebut antara lainmencakup tentang lebar laut wilayah 12 mil laut(laut territorial), Zona Ekonomi Eksklusif (200 millaut), landas kontinen, hak-hak bagi negara yangtidak berpantai, rezim negara kepulauan, konsepCommon Heritage of Mankind, pencegahanpencemaran di laut, selat untuk pelayaraninternasional, dasar laut di luar batas yurisdiksinasional, alih teknologi, penelitian ilmiah mengenailaut dan penyelesaian sengketa.

2 Ibid.,Hlm. 190.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEDAULATAN WILAYAH NKRI MENURUT KONSEP NEGARA KEPULAUAN

Page 129: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN120

Jika kembali kepada isi pokok deklarasi Juandabahwa segala perairan di sekitar,di antara dan yangmenghubungkan pulau-pulau yang termasukdaratan Negara Republik Indonesia tanpamemandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar dari wilayah daratan NegaraRepublik Indonesia, dan dengan demikianmerupakan bagian dari perairan nasional yangberada di bawah kedaulatan mutlak NegaraRepublik Indonesia, maka konsep ini padakonferensi hukum laut di Geneva tahun 1958belum berhasil mendapatkan pengakuan inter-nasional. Namun baru pada konferensi hukum lautke tujuh di Geneva tahun 1978 konsep iniditanggapi dengan baik oleh masyarakat interna-sional pada umumnya, dimana konsepsi tentangwawasan nusantara mendapat pengakuan dunia.Hasil perjuangan yang berat selama 21 tahunmengisyaratkan kepada bangsa Indonesia bahwavisi maritime seharusnya merupakan pilihan yangtepat dalam mewujudkan NKRI.

Melalui Konvensi Hukum Laut Internasional(UNCLOS) pada tahun 1982 yang hingga kinitelah diratifikasi lebih dari 142 negara, negara-negara kepulauan ( Archipelagic State) mem-peroleh hak mengelola Zona Ekonomi Eksklusif(ZEE), meskipun baru meratifikasinya. Hal itukemudian dituangkan dalam Undang-UndangNomor 17 tanggal 13 Desember 1945 tentangpengesahan UNCLOS. Penetapan ZEE mencapaijarak 200 mil laut, diukur dari garis dasar wilayahIndonesia ke arah laut lepas. Ketetapan tersebutkemudian dikukuhkan melalui Undang-UndangNomor 5 Tahun 1983 tentang ZEE Indonesia.Konsekuensi dari implementasi undang-undangtersebut adalah bahwa luas wilayah perairan lautIndonesia bertambah 2,7 juta km2, sehinggamenjadi sekitar 5,8 juta km.

Konvensi PBB tentang hukum laut 1982(UNCLOS 1982) melahirkan delapan zonasipengaturan ( regime) hukum laut yaitu : 1) PerairanPedalaman (Internal Waters), 2) PerairanKepulauan ( Archipelagic Waters ) termasuk ke

dalamnya selat yang digunakan untuk pelayaraninternasional, 3) Laut Teritorial ( TeritorialWaters), 5) Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusiveeconomic Zone), 6) Landas Continen ( Conti-nental Shelf), 7. Laut Lepas ( High Seas),8)Kawasan Dasar laut Internasional ( InternationalSea- Bed Area).

Konvensi Hukum Laut 1982 mengatur peman-faatan laut sesuai dengan status hukum dari kedelapan zonasi pengaturan tersebut. Negara-negara yang berbatasan dengan laut, termasukIndonesia memiliki kedaulatan penuh atas wilayahperairan pedalaman, perairan kepulauan dan lautteritorial, sedangkan untuk zona tambahan, zonaekonomi eksklusif dan landas kontinen, negaramemiliki hak-hak eksklusif, misalnya hak meman-faatkan sumber daya alam yang ada di zonatersebut. Sebaliknya, laut lepas merupakan zonayang tidak dapat dimiliki oleh negara manapun,sedangkan kawasan dasar laut internasionaldijadikan sebagai bagian warisan umat manusia.

Istilah wawasan nusantara sebenarnya barudikenal pada Seminar Pertanahan Keamanantahun 1966.3 Pada waktu itu, wawasan nusantaradipergunakan untuk mengembangkan kekuatanpertahanan dan keamanan yang terpadu, untukmenggantikan wawasan yang ada sebelumnya dansifatnya sektoral, yaitu :1. Wawasan Benua, yang diprakarsai oleh

Angkatan Darat;2. Wawasan bahari, yang diprakarsai oleh

Angkatan Laut;3. Wawasan Dirgantara, yang diprakarsai oleh

angkatan Udara.4

Ketiga wawasan tersebut masing-masingsebagai perwujudan konsep kekuatan ( powerconcept) sehingga menimbulkan adu kekuatan,yang dapat menimbulkan gejolak-gejolak atauketegangan-ketegangan dalam kehidupan politikbangsa dan negara, atau kemungkinan dapatmenimbulkan terjadinya instabilitas nasional dalamkehidupan masyarakat negara. Lain halnya

3 S. Toto Pandoyo, Wawasan Nusantara dan Implementasinya dalam UUD 1945 serta Pembangunan Nasional, Rineka Cipta,Jakarta, 1994, Hlm.30.

4 Ibid, Hlm.30.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEDAULATAN WILAYAH NKRI MENURUT KONSEP NEGARA KEPULAUAN

Page 130: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN121

wawasan nusantara yang dikembangkan menjadikebudayaan politik (political culture); danmerupakan milik bangsa dan negara Indonesia.

Dengan dikeluarkannya Undang-UndangNomor 4 Tahun Prp.1960 dan peraturan Peme-rintah Nomor 8 Tahun 1982, berarti tiga faktorpendukung untuk etap tegaknya negara kepulauanyaitu geografi, geopolitik, serta geostrategi,dijadikan wawasan.5 Jika melihat cara pengukuranyang ada sebelum konsep negara kepulauanmenjadi ketentuan baru dalam hukum lautinternasional, maka lebar laut wilayah diukur darigaris pangkal rendah yang akibatnya sebagianbesar pulau-pulau atau kelompok pulau-pulauakan mempunyai laut wilayahnya sendiri-sendiridan sebagai akibatnya di antara laut-laut wilayahtersebut terdapat pula bagian-bagian laut lepas.Walaupun di antara ribuan pulau-pulau tersebutmasih banyak terdapat pulau-pulau yang jaraknyasatu sama lain kurang dari 6 mil dan dengandemikian mempunyai kantong-kantong laut lepas.

Banyaknya laut-laut wilayah dengan kantong-kantong laut lepas dalam kepulauan Indonesiaakan menimbulkan banyak persoalan dan bahkandapat membahayakan keutuhan wilayah nasional.Dari segi keamanan, bentuk laut yang demikianakan menimbulkan banyak kesulitan dalammelakukan pengawasan. Dapat dibayangkanbetapa berat dan rumitnya tugas kapal-kapalperang atau kapal-kapal pengawas pantai untukmenjaga perairan Indonesia terhadap usaha-usahapenyelundupan, kegiatan-kegiatan subversif asingdan usaha-usaha pelanggaran hukum lainnya.

Dari segi pelayaran, yang merupakan urat nadibagi kehidupan rakyat Indonesia yang mendiamipulau-pulau yang betebaran sepanjang 3000 mil,adanya kantong-kantong laut lepas dengan rejimkebebasannya, semua negara dapat mengadakan

segala macam kegiatan dan bahkan juga pepe-rangan. Bisa dibayangkan jika perang yang terjadiadalah perang nuklir, maka sangat besar bencanayang menimpa penduduk dipulau-pulau yangberdekatan. Dampak lainnya juga akan mengenaikapal-kapal yang bukan merupakan kapal darimasing-masing negara yang sedang berperang,yang membawa bahan makanan dan sebagainyaakan terhenti dan mengancam keselamatan awakkapalnya.

Dari segi ekonomi, sistem perairan yang duluitu sangat merugikan Indonesia, karena negara-negara asing dengan kemajuan teknik penang-kapan ikan adapat menghabiskan sumber-sumberikan di lautsekitar pantai wilayah Indonesia. Justeruuntuk mengekploitasi kekayaan-kekayaan lautyang berdekatan dengan pantailah maka banyaknegara melebarkan laut wilayahnya apalagi setelahdiketahui bahwa didasar laut yang berdekatandengan pantainya kaya dengan sumber-sumbermineral di samping kekayaan laut itu sendiri denganberbagai jenis ikan seperti halnya Indonesia.

Dari segi politik ketentuan hukum laut yang lamasangat membahayakan keutuhan wilayah nasional.Selama perairan anatar pulau-pulau Indonesiamasih merasa diri terpisah-pisah satu samalainnya. Keadaan yang demikian akan membantuusaha-usajha gerakan separatis dan Indonesiamempnyai pengalaman yang cukup terhadapgerakan-gerakan demikian dan telah berkali-kalimembahayakan keutuhan wilayah dan kesatuannasional. Jadi nayatalah bahwa ketentuan–ketentuan yang lama dalam pengaturan wilayah lautIndonesia jika tetap dipakai akan sangat merugikankepentingan-kepentingan nasional Indonesia.

Berbagai cara telah dipertimbangkan untukmelindungi kepentingan-kepentingan Indonesiayang vital tersebut, antara lain dengan meluaskan

5 Dikatakan faktor geografi sebagai wawasan karena gambaran bumi Indonesia yang berujud negara Negara Kepulauan dijadikandasar pertimbangan, sedangkan faktor geopolitik ada pada Undang-Undang Nomor 4 Prp tahun 1960 itu sendiri, karenaundang-undang tersebut merupakan kebijaksanaan atau keputusan politik yang dikaitkan dengan keadaan bumi usantara,supayapula dan lautnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sedangkan faktor geostrategi dijadikan wawasannusantara karena Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1962 tersebut menentukan dengan cara bagaimana sebaiknya (strategi)pelaksanaan penyatuan antara pulau dengan lautnya, mengingat bahwa perairan nusantara tersebut sebelumnya ada yangmerupakan laut internasional, sehingga kapal asing bebas berlayar di sela-sela pulau-pulau tersebut. Di dalam hal bagaimanacara sebaiknya, ialah memberikan pengakuan dan jaminan atas adanya lalu lintas damai kapal asing di perairan nusantara,sehingga tidak mengundang tantangan, terutama dari luar (negara lain).

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEDAULATAN WILAYAH NKRI MENURUT KONSEP NEGARA KEPULAUAN

Page 131: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN122

lebar laut wilayahdan dengan mengadakan zonaperikanan. Tetapi cara-cara ini tidak memenuhikebutuhan-kebutuhan yang vital tersebut. Misalnyaperluasan laut dari 3 mil menjadi 12 mil, masih tetapakan menimbulkan kantong-kantong laut bebas dibeberapa bagian laut Indonesia yang penting, dankarena itu akan tetap menimbulkan masalah-masalah politis dan pertahanan keamanan nasionalyang rumit bagi Indonesia. Pelebaran laut wilayahsampai 200 mil, jelas akan menjamin kepentingankesatuan nasional yang vitas tersebut.6 Karena itusatu-satunya jalan yang paling tepat untuk menja-min kepentingan Indonesia tersebut adalah melaluikonsepsi archipelago atau wawasan nusantara.

Republik Indonesia merupakan NegaraKepulauan dengan 770 suku bangsa, 726 bahasa,dan 19 daerah hokum adat. Secara fisik antar sukubudaya dan budaya lain karena seluruh perairanyang ada di nusantara adalah pemersatu yangmengintegrasikan ribuan pulau yang terpisah-pisah.Dalam proses perkembangannya, tingkat integrasidapat berbeda-beda baik secara geografis maupunsecara politis, ekonomis, social dan kultural.Dengan diumumkannya Deklarasi Juanda ke duniainternasional pada tanggal 13 Desember 1957 olehPerdana Menteri RI Djoeanda, patut disyukuri,jika tidak karena pengumuman tersebut makawilayah Indonesia hanya 3 mil dari garis pantaisebuah pulau dan perairan di antara pulaumerupakan perairan internasional.

Penerimaan masyarakat internasional ataskonsep negara kepulauan telah ditetapkan dalamKonvensi ukum Laut PBB melaui United NationConvention on The Law of The Sea (UNCLOS)tahun 1982. Dengan dasar hukum ini, diakui bahwaluas Republik Indonesia mencapai 1,9 juta mil danterdiri dari 17.508 pulau. Kemudian dengan

berbekal konsep Wawasan Nusantara, laut diantara pulau termasuk dalam laut teritorialIndonesia yang disebut laut pedalaman.

C. PenutupKonsep Indonesia sebagai negara kepulauan (

archipelago state) diakui setelah disahkannyaUNCLOS yang diandatangani pada tanggal 10Desember 1982 dan Indonesia telah meratifika-sinya dengan undang-undang nomor 17 tahun1985. Pengakuan Indonesia sebagai negarakepulauan tersebut merupakan anugerah terbesarbagi bangsa Indonesia karena perairan yurisdiksinasional RI bertambah luas secara luar biasa, luaslaut Indonesia meliputi 2/3 dari seluruh luas wilayahnegara, dimana luas perairan mejadi satu kesatuandengan daratan.

Dengan diterimanya deklarasi Juanda sebagaipedoman pengaturan negara kepulauan dalamhukum laut internasional maka sudah seharusnyapemerintah dapat terus melakukan pembaharuanhukum yang lebih baik lagi agar Negara KesatuanRepublik Indonesia tetap memiliki eksistensi sbagainegara maritim yang bermartabat. HilangnyaSipadan dan Ligitan serta hilangnya pulau-pulaudi selat Malaka, akibat pengerukan pasir dan jugamasalah-masalah pulau terdepan yang rentandijarah oleh pihak luar, maka sudah selayaknyademi menghargai perjuangan Juanda dan paranegarawan Negri ini yang sangat serius memper-juangkan konsep negara kepulauan dimasa lalu,para elit sipil dan militer agar selalu mengede-pankan kinerjanya agar supaya wilayah teritorialNKRI tidak hilang kembali seperti kasus sebelum-nya. Adalah tanggungjawab semua anak bangsaini untuk menjiwai semangat deklarasi bersejarahtersebut.

6 Hasjim Djalal, Perjuangan ndonesia Di Bidang Hukum Laut, Binacipta, Bandung, 1989.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEDAULATAN WILAYAH NKRI MENURUT KONSEP NEGARA KEPULAUAN

Page 132: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN123

Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Laut Interna-sional, Binacipta, Bandung, 1987

S. Toto Pandoyo, Wawasan Nusantara danImplementasinya dalam UUD 1945 sertaPembangunan Nasional, Rineka Cipta,Jakarta, 1994.

Daftar Kepustakaan

Hasjim Djalal, Perjuangan ndonesia Di BidangHukum Laut, Binacipta, Bandung, 1989.

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa TentangHukum Laut Tahun 1982.

Undang-Undang Nomor 17 tahun 1985 TentangPengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut 1982.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEDAULATAN WILAYAH NKRI MENURUT KONSEP NEGARA KEPULAUAN

Page 133: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN124

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAANLINGKUNGAN HIDUP PADA KABUPATEN/KOTA DI

WILAYAH PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh :Endah Pujiastuti

&Dewi Tuti Muryati

Fakultas Hukum Universitas Semarang Jl. Sukarno Hatta, Semarang.Email : [email protected]. [email protected].

AbstractRepublic of Indonesia Government have issued various policy to giveenvironment protection and environment management. Policy takes to be goneupon on philosophy, good environment and healthy environment is basic rightsand constitutional rights for Indonesia Citizen. In the context region autonomy,regency government / city can do an action from judicial formality aspect withestablishes policy for implementation of federal policy, but signal de factotend only perform federal policy. Based on that condition, this research, talkabout policy of environment protection and environment management onregency/city at Central Java. Method approach is juridis normative approach.Sample is gone upon on purposive sampling methods. Secondary data andprimary data is collected from library study and interview, then analysed withqualitative analysis methods. Result of research, Regency / City Governmentused Federal policy as umbrella to establish policy of environment protectionand environment management. Signifikan Policy of Regency/City Governmentto give protection and environment management haven’t seem. Necessary policyinnovation that visioner, holistik, and elastic with sees and follow societydeveloping for meeting basic rights and konstitusional right for IndonesiaCitizen on good and healthy environment.

Key word: Environment, Policy, Protection, and Management.

A. Latar BelakangPemerintah Republik Indonesia telah

mengeluarkan kebijakan penataan lingkungan yaituUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 32Tahun 2009 tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup. Untuk pelaksanaan Undang-Undang tersebut ditetapkan Peraturan PemerintahRepublik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentangIjin Lingkungan. Penetapan ini sejalan dengan apayang tercantum dalam konsideran menimbang

dalam Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 27 Tahun 2012 bahwa untuk melaksana-kan ketentuan Pasal 33, Pasal 41, dan Pasal 56Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32Tahun 2009 tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup, perlu menetapkan PeraturanPemerintah tentang Izin Lingkungan”. PenerbitanIzin Lingkungan ini bertujuan untuk memberikanperlindungan terhadap lingkungan hidup yanglestari dan berkelanjutan, meningkatkan pengen-

Page 134: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN125

dalian usaha dan/atau kegiatan yang berdampaknegatif pada lingkungan hidup, memberikankejelasan prosedur, mekanisme dan koordinasiantarinstansi dalam penyelenggaraan perizinanuntuk usaha dan/atau kegiatan, dan memberikankepastian hukum dalam usaha dan/atau kegiatan.

Selanjutnya dalam konteks pelaksanaanperaturan perundang-undangan, Menteri NegaraLingkungan Hidup Republik Indonesia mengeluar-kan Peraturan Menteri Negara Lingkungan HidupRepublik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 tentangPedoman Penyusunan Dokumen LingkunganHidup dan Peraturan Menteri Lingkungan HidupRepublik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 tentangPedoman Penerapan Sanksi Administratif diBidang Perlindungan dan Pengelolaan LingkunganHidup. Dokumen sebagaimana diatur dalamPeraturan Menteri Negara Lingkungan HidupRepublik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 tentangPedoman Penyusunan Dokumen LingkunganHidup meliputi dokumen Analisis MengenaiDampak Lingkungan (Amdal), formulir UpayaPengelolaan Lingkungan Hidup-Upaya Peman-tauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL), dan SuratPernyataan Kesanggupan Pengelolaan danPemantauan Lingkungan Hidup (SPPL). Sedang-kan dalam Peraturan Menteri Lingkungan HidupRepublik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 tentangPedoman Penerapan Sanksi Administratif diBidang Perlindungan dan Pengelolaan LingkunganHidup diatur mengenai jenis pelanggaran sertapenegakan hukum administratif di bidang perlin-dungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Peraturan perundang-undangan bidang perlin-dungan dan pengelolaan lingkungan hidup tersebutpada dasarnya ditetapkan dalam koridor pelaksa-naan pembangunan berkelanjutan di bidanglingkungan hidup agar dapat memberikan manfaatyang maksimal tidak hanya untuk generasi sekarangnamun juga generasi yang akan datang. Dari sisikebijakan, pengaturan perlindungan dan pengelo-laan lingkungan hidup memerlukan suatu sistemyang terpadu. Konsekuensinya, diperlukankebijakan yang selaras dari tingkat pusat sampaidi tingkat daerah. Dalam konteks ini, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup selain memberikan kewenanganyang luas kepada Menteri untuk melaksanakanseluruh kewenangan pemerintah di bidangperlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,juga memberikan kewenangan yang sangat luaskepada pemerintah daerah dalam melakukanperlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup didaerahnya masing-masing. Dengan demikiandiharapkan pemerintah daerah menetapkankebijakan-kebijakan berbasis kearifan lokal dankearifan lingkungan di wilayahnya masing-masingdalam bingkai kebijakan nasional perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup.

B. PermasalahanKebijakan nasional bidang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup memerlukansokongan kebijakan-kebijakan di tingkat daerahagar tujuan kebijakan nasional perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup dapat terwujud. Olehkarena itu pemerintah daerah diharapkanmenetapkan kebijakan-kebijakan di daerahnyamasing-masing yang setala dengan kebijakanpemerintah pusat dengan tetap melihat padakearifan lokal masing-masing daerah. Berpijakpada kondisi inilah perlu kiranya dicermatibagaimana pemerintah daerah menjalankanfungsinya sebagai penentu kebijakan di tingkatdaerah dalam rangka memberikan perlindungandan pengelolaan lingkungan hidup.

C. TujuanPenelitian ini bertujuan untuk mengkaji

kebijakan pemerintah daerah khususnya kebijakandi bidang perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup pada kabupaten/kota di wilayah ProvinsiJawa Tengah. Kajian meliputi produk kebijakandari masing-masing pemerintah daerah kabupaten/kota dan substansi kebijakan.

D. MetodeMetode pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode pendekatan yuridisnormatif yang memandang hukum sebagaibangunan sistem norma (Mukti Fajar dan YuliantoAchmad, 2010 : 34). Penelitian ini dilakukan di 3(tiga) lokasi kabupaten/kota di wilayah Provinsi

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KABUPATEN/KOTA

Page 135: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN126

Jawa Tengah. Ketiga lokasi kabupaten / kotatersebut adalah Kota Semarang, Kota Pekalongan,dan Kabupaten Kudus. Pemilihan 3 (tiga) lokasipenelitian sebagai sampel didasarkan atas metodepenentuan secara pourposive sampling. Pengum-pulan data (data sekunder dan data primer)dilakukan melalui studi kepustakaan dan wawan-cara. Data yang dikumpulkan tersebut kemudiandianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif inidimaksudkan untuk mengemukakan hasil pene-litian dan hasil sinkronisasi yang diuraikan dalambentuk rumusan-rumusan dan uraian-uraian.

E. Kerangka TeoriNorma hukum mulai dari yang tertinggi sampai

yang terendah merupakan satu kesatuan dalamsuatu susunan yang teratur (samenhangendeeenheid) dan logis (logishce stufenbau), tidak adapertentangan atau kontradiksi. Demikianlah yangdiungkapkan Hans Kelsen dalam stufen-bautheori. Semua norma hukum tersebutmerupakan satu kesatuan dengan strukturpiramida. Norma-norma itu berjenjang-jenjangdan berlapis-lapis dalam suatu hierarkhi tatasusunan perundang-undangan dimana norma yanglebih rendah berlaku, bersumber, dan berdasarpada norma yang lebih tinggi; norma yang lebihtinggi berlaku, bersumber dan berdasar padanorma yang lebih tinggi lagi, dan demikianseterusnya hingga norma itu tidak dapat lagiditelusuri lebih lanjut dan bersifat suatu hipotesis,fiktif dan presupposed, yaitu norma dasar(grundnorm) yang telah ditetapkan lebih dulu olehmasyarakat sebagai gantungan bagi norma-normayang ada dibawahnya. (Hans Kelsen dalamTundjung Herning Sitabuana, 2011 : 70 -71). Jadimenurut Kelsen, sistem hukum memperoleh maknanormatifnya hanya dari kaidah-kaidah lain (yanglebih tinggi), karena berpegang teguh padapemisahan (kantian) antara sein dan sollen. Tatahukum adalah sustu sistem hierarkhikal dari kaidah-kaidah. Pada keseluruhan itu terdapat grundnormsebagai landasannya, yang memiliki maknametodikal. (B. Arief Sidharta, 2007 : 43)

Sejalan dengan pengungkapan Hans Kelsen,Hans Nawiasky dalam bukunya AllgemeineRechtsledre als System der Rechtlichen

Grundbegrifffe menyatakan bahwa susunannorma adalah : (1) staatsfundamentalnorm-Norma fundamental negara; (20 staatsgrundge-setz – aturan dasar negara; (3) formell gesetz –undang-undang formal; dan (4) verordnung &autonome satzung – aturan pelaksana dan aturanotonom. Staatsfundamentalnorm merupakannorma dasar pembentukan konstitusi (staatsver-fassung) dari suatu negara. Posisi hukum daristaatsfundamentalnorm adalah sebagai syaratberlakunya konstitusi dan ia ada terlebih dahuludari konstitusi suatu negara. Demikian ungkapanNawiasky yang sering disebut dengan die theorivom stufenordnung der rechtsnormen.(JimlyAsshiddiqie dan Ali Safa’at, 2012 : 154-155)

Pemerintah Indonesia melalui Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undanganPasal 5 menentukan bahwa dalam membentukperaturan perundang-undangan harus dilakukanberdasarkan pada asas pembentukan peraturanperundang-undangan yang baik, yang meliputi: (a)kejelasan tujuan; (b) kelembagaan atau pejabatpembentuk yang tepat; (c) kesesuaian antara jenis,hierarki, dan materi muatan; (d) dapat dilaksa-nakan; (e) kedayagunaan dan kehasilgunaan; (f)kejelasan rumusan; dan (g) keterbukaan. Selan-jutnya pada Pasal 7 ayat (1) Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undanganditentukan mengenai jenis dan hierarki peraturanperundang-undangan yang terdiri atas:a. Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;c. Undang-Undang / Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang;d. Peraturan Pemerintah;e. Peraturan Presiden;f. Peraturan Daerah Provinsi; dang. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Pada ayat (2) pasal yang sama diatur bahwakekuatan hukum peraturan perundang-undangansesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksudpada Pasal 7 ayat (1).

Konsekuensi dari adanya hierarkhi dalam

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KABUPATEN/KOTA

Page 136: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN127

peraturan perundang-undangan ini adalah :1. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang

lebih tinggi kedudukannya mempunyai kedu-dukan yang lebih tinggi pula;

2. Undang-undang yang lebih rendah tidak bolehbertentangan dengan undang-undang yang lebihtinggi tingkatannya;

3. Undang-undang yang lebih tinggi tidak dapatdirubah/dihapus oleh undang-undang/peraturanyang lebih rendah kedudukannya; kecuali dalamsuatu hal peraturan yang lebih rendah dapatmeniadakan peraturan/undang-undang yanglebih tinggi, jika ada yang disebut dengan istilahBelanda “delegatie van wetgevende be-voegdheid”; pemberian kekuasaan terutamatentanag kewenangan perundang-undangan.(Hartono Hadisoeprapto dalam MokhammadNajih dan Soimin, 2014; 68).

Dengan demikian maka keseluruhan norma/kaidah hukum/peraturan perundang-undangan/hukum positif harus merupakan kesatuan yangharmonis dari tingkat pusat sampai daerah terutamakeharmonisan secara materiil.

F. PembahasanUndang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 telah menentukan danmemberikan amanat kepada negara, pemerintah,dan seluruh pemangku kepentingan untukmelakukan perlindungan dan pengelolaan ling-kungan hidup dalam konteks pelaksanaanpembangunan berkelanjutan. Dalam konteks inilahmaka Pemerintah menetapkan kebijakan denganharapan agar lingkungan hidup dapat tetap menjadisumber dan penunjang hidup bagi masyarakat

Indonesia. Kebijakan Pemerintah sebagaimanadimaksud tertuang dalam Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Kebijakan perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup ini merupakan kebijakan nasional,maka sebagai suatu sistem yang terpadu kebijakannasional perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup ini harus dilaksanakan secara taat asas dankonsekuen dari pusat sampai ke daerah.

Dari sisi lain, sejalan dengan dilaksanakannyaotonomi daerah, Pemerintah Pusat memberikewenangan yang sangat luas kepada PemerintahDaerah dalam melakukan perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup di daerah masing-masing yang tidak diatur dalam Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.Oleh karena itu, maka perlu kesinambungan dalamsegala aspek dari Pemerintah Pusat dan Peme-rintah Daerah agar kebijakan perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup bisa terlaksana danterwujud hasilnya.

Berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan,Pemerintah Kabupaten dan Kota tempat penelitianini dilakukan menerbitkan kebijakan sebagai bentukpelaksanaan dari Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidupsesuai dengan kebutuhan daerahnya masing-masing. Kebijakan tersebut tertuang dalam bentukperaturan daerah peraturan bupati/walikota.Peraturan perundang-undangan yang diterbitkanoleh pemerintah kabupaten/kota terkait denganperlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupdapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KABUPATEN/KOTA

Page 137: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN128

Tabel 1Peraturan Perundang-undangan Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

pada Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Jawa Tengah

NO JENIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

TENTANG

Kota Semarang

1 Perda Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2004

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang

2 Perda Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2004

Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRH) Kota Semarang

3 Perda Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2006

Pengendalian Lingkungan Hidup

4 Perda Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2009

Bangunan Gedung

5 Perda Kota Semarang Nomor 7 Tahun 2010

Penataan Ruang Terbuka Hijau

6 Perda Kota Semarang Nomor 20 Tahun 2011

Ijin Gangguan

7 Perda Kota Semarang Nomor 23 Tahun 2011

Pengelolaan Wilayah Pesisir

8 Perda Kota Semarang Nomor 2 Tahun 2013

Pengelolaan Air Tanah

Kota Pekalongan

1 Perda Kota Pekalongan Nomor 3 Tahun 2010

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

2 Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 6 Tahun 2010

Surat Izin Usaha Perdagangan, Tanda Daftar Perusahaan dan Tanda Daftar Gudang

3 Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 6 Tahun 2011

Pengelolaan Air Tanah di Kota Pekalongan

4 Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 15 Tahun 2011

Penyelenggaraan dan Retribusi Izin Gangguan

5 Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 35 Tahun 2011

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

6 Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 8 Tahun 2012

Penanaman Modal

7 Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 16 Tahun 2012

Pengelolaan Sampah

8 Peraturan Walikota Pekalongan Nomor : 24 A Tahun 2011

Pelestarian Pohon Di Ruang Terbuka Hijau (RTH)

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KABUPATEN/KOTA

Page 138: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN129

Dari Tabel 1 terlihat bahwa ketiga pemerintahkabupaten/kota yaitu Pemerintah Daerah KotaSemarang, Pemerintah Daerah Kota Pekalongan,dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kudusmemiliki kebijakan dalam bentuk peraturan daerahtentang perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup. Penamaan peraturan daerah khususnyatentang perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup tidak sama. Pemerintah Daerah KotaSemarang menetapkan dalam Peraturan DaerahKota Semarang Nomor 13 Tahun 2006 tentangPengendalian Lingkungan Hidup, PemerintahDaerah Kota Pekalongan menetapkan dalamPeraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 3Tahun 2010 tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup, dan Pemerintah DaerahKabupaten Kudus melalui Peraturan DaerahKabupaten Kudus Nomor 6 Tahun 2014 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.Disamping peraturan daerah tersebut pada ketigakabupaten/kota juga memiliki peraturan bupati/walikota yang substansi pengaturannya terkaitdengan tentang perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupmerupakan upaya sistematis dan terpadu yangdilakukan untuk melestarikan fungsi lingkunganhidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputiperencanaan, pemanfaatan, pengendalian,

pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum(Sekretariat Negara, 2009 : Pasal 1 Angka 2).Pengendalian lingkungan hidup di Kota Semarangdidasarkan pada 9 (sembilan) asas, yaitu asastanggungjawab Pemerintah Daerah; asas pem-bangunan berkelanjutan; asas manfaat; asasdemokrasi lingkungan yang terdiri dari transparansi,akuntabilitas, dan partisipasi; asas pencegahanpencemaran; asas pencemar membayar; asasketerpaduan; asas kehati-hatian; dan asas keadilanlingkungan.

Pemerintah Daerah Kota Pekalongan dalammenetapkan kebijakan perlindungan dan pengelo-laan lingkungan hidup berdasarkan pada 13 (tigabelas) asas. Asas-asas tersebut adalah asastanggungjawab Pemerintah Daerah; asas pem-bangunan berkelanjutan; asas manfaat; asaskeserasian dan keseimbangan; asas demokrasilingkungan yang terdiri dari transparansi, akunta-bilitas, dan partisipasi; asas pencegahan pence-maran dan/atau kerusakan lingkungan hidup; asaspencemar membayar; asas ekoregion; asaskeanekaragaman hayati; asas keterpaduan; asaskehati-hatian; asas kearifan lokal; dan asas keadilanlingkungan. Sedangkan Pemerintah DaerahKabupaten Kudus mendasarkan pada 14 (empatbelas) asas, yaitu asas tanggung jawab PemerintahDaerah; asas kelestarian dan keberlanjutan; asaskeserasian dan keseimbangan; asas keterpaduan;asas manfaat; asas kehati-hatian; asas keadilan;

Kabupaten Kudus 1 Perda Kabupaten Kudus

Nomor 6 Tahun 2010 Pencabutan Beberapa Perda tentang Retribusi Daerah selain yang Diatur dalam UU RI Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah

2 Perda Kabupaten Kudus Nomor 6 Tahun 2014

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

3 Perbup Kabupaten Kudus Nomor 20Tahun 2014

Izin Lingkungan

4 Perbup Kabupaten Kudus Nomor 6 Tahun 2015

Pendelegasian Penandatanganan Izin PPLH kepada Kepala Kantor LH

5 Keputusan Kepala Kantor Lingkungan Hidup nomor 660.1/601/22.02

SOP Pelaksanaan Pemberian Izin Air Limbah

Sumber : Data sekunder setelah diolah.

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KABUPATEN/KOTA

Page 139: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN130

asas ekoregion; asas keanekaragaman hayati; asaspencemar membayar; asas partisipatif; asaskearifan lokal; asas tata kelola pemerintahan yangbaik; dan asas otonomi daerah.

Pada Pasal 3 Peraturan Daerah KabupatenKudus Nomor Nomor 6 Tahun 2014 tentangPengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,ditentukan tentang tujuan perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Kudusadalah :a. melindungi wilayah Daerah dari pencemaran

dan/atau kerusakan lingkungan hidup;b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan

kehidupan manusia;c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk

hidup dan kelestarian ekosistem;d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;e. mencapai keserasian, keselarasan, dan

keseimbangan lingkungan hidup;f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa

kini dan generasi masa depan;g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas

lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasimanusia;

h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alamsecara bijaksana;

i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; danj. mengantisipasi isu lingkungan global.

Sedangkan Pemerintah Daerah Kota Sema-rang dan Pemerintah Daerah Kota Pekalonganmenetapkan tujuan dari perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup adalah untukmewujudkan lingkungan hidup daerah yang baikdan sehat. Sasaran pengendalian lingkungan hidupKota Semarang adalah :a. terwujudnya Daerah yang Aman, Tertib, Lancar,

Asri dan Sehat (ATLAS) dalam menunjangfungsinya sebagai Kota Metropolitan yangReligius Berbasis Perdagangan dan Jasa;

b. terwujudnya pelestarian dan pengembanganfungsi lingkungan hidup agar tetap bermanfaatbagi kelangsungan dan peningkatan kualitashidup;

c. terwujudnya perlindungan dan peningkatankualitas kawasan konservasi dalam menunjangpembangunan berkelanjutan;

d. terwujudnya upaya pencegahan dan pemulihanatau subtitusi terhadap dampak pencemarandan/atau kerusakan lingkungan hidup;

e. terwujudnya upaya pengaturan mekanismepemulihan pencemaran dan/atau kerusakanlingkungan hidup; dan

f. terciptanya kesadaran dan komitmen yang tinggibagi kalangan pemerintah, dunia usaha, industri,dan masyarakat untuk berpartisipasi dalamupaya pelestarian lingkungan hidup.

Adapun sasaran perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup Kota Pekalongan yaitu :a. terwujudnya Daerah yang Bersih, Aman, Tertib,

Indah dan Komunikatif (BATIK) dalammewujudkan fungsinya sebagai Kota Batik yangreligius berbasis kebaharian, perdagangan, danjasa;

b. terwujudnya pelestarian dan pengembanganfungsi lingkungan hidup agar tetap bermanfaatbagi kelangsungan dan peningkatan kualitashidup;

c. terwujudnya perlindungan dan peningkatankualitas kawasan konservasi dalam menunjangpembangunan berkelanjutan;

d. terwujudnya upaya pencegahan dan pemulihanatau subtitusi terhadap dampak pencemarandan/atau kerusakan lingkungan hidup;

e. terwujudnya upaya pengaturan mekanismepemulihan pencemaran dan/atau kerusakanlingkungan hidup; dan

f. terciptanya kesadaran dan komitmen yang tinggibagi kalangan pemerintah, dunia usaha, industri,dan masyarakat untuk berpartisipasi dalamupaya pelestarian lingkungan hidup.

Pemerintah Kabupaten/kota menyusun danmelaksanakan kebijakan perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup secara terpadu dankonsisten serta dilandasi dengan komitmen tinggi.Jadi penyusunan kebijakan pengendalian ling-kungan hidup tidak hanya dilihat secara sektoraldan parsial/sepenggal-sepenggal. Perumusankebijakan perlindungan dan pengelolaan ling-kungan hidup dilaksanakan oleh Bupati/Walikotayang dalam pelaksanaannya Bupati/Walikotamembentuk instansi yang bertanggungjawab di

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KABUPATEN/KOTA

Page 140: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN131

bidang lingkungan hidup. Adapun kebijakanperlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupmeliputi:a. pengendalian pencemaran air, udara, dan tanah;

Pencemaran udara dapat bersumber darisumber bergerak yaitu kendaraan bermotor,dan sumber tidak bergerak, misalnya industri.

b. pengendalian kerusakan lahan, pesisir, dan laut;Kabupaten/Kota pada daerah bawah yaitupesisir dan laut telah mengalami pencemarandan kerusakan sedemikian rupa sehinggapencemaran dan/atau kerusakan yang sudahterjadi perlu dikendalikan. Hal ini berkaitan puladengan potensi perikanan Kabupaten/Kota .

c. pengendalian kerusakan keanekaragamanhayati;Pengendalian kerusakan keanekaragamanhayati dilakukan pada 3 komponen yaitukeanekaragaman genetik (genetic diversity),keanekaragaman spesies (spesies diversity),dan keanekaragaman ekosistem (ekosystemdiversity). Progam yang dilaksanakan sesuaiPeraturan Perundangan-undangan.

d. pengendalian kerusakan benda-benda cagarbudaya;Kabupaten/Kota memiliki benda-benda cagarbudaya yang memiliki nilai sejarah dan ilmupengetahuan perlu dijaga kelestariannyamengingat benda-benda cagar budaya inimengalami kerusakan dan/atau tindakanperusakan yang sengaja dilakukan olehmanusia. Sebetulnya benda-benda cagarbudaya ini adalah salah satu potensi wisata, danpendidikan Kabupaten/Kota.

e. penetapan ruang terbuka hijau;Penetapan ruang terbuka hijau menjadi bagianyang tidak terpisahkan dalam perencanaan tataruang yang diatur di dalam Peraturan Daerahmengingat kondisi topografi Kabupaten/Kotayang terdiri dataran rendah. Penetapan inidimaksudkan agar penbangunan tetap terken-dali dan tidak memberi dampak negatif padalingkungan hidup.

f. perlindungan dan pengembangan ruang terbukahijau;Ruang terbuka hijau berfungsi sebagai paru-paru kota dan menyimpan air sehingga perlu

dilindungi dan dikembangkan.g. perlindungan sumber air dan daerah pengaliran

sungai;Sumber air sebagai kebutuhan air harus dijagakelestariannya agar tidak rusak dan tercemar.

h. pengelolaan sampah; dani. perlindungan dan pengembangan nilai-nilai

budaya kearifan lokal dalam pengendalianlingkungan hidup.

Nilai-nilai kearifan budaya lokal adalah budayaatau adat-istiadat yang dijunjung tinggi olehmasyarakat setempat, misalnya: upacara “bersihdesa”, “larungan”, arsitektur rumah adat, kesenianlokal, pola hidup yang berguru pada lingkungan,dan sebagainya.

Secara garis besar pada ketiga kabupaten/kota(Kota Semarang, Kota Pekalongan, dan Kabu-paten Kudus) substansi pengaturan dalamperaturan daerah memiliki kesamaan baik denganperaturan yang lebih tinggi (dalam hal ini dilihat dariUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 32Tahun 2009 tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup) maupun dengan sesamaperaturan daerah (dalam hal ini Peraturan DaerahKota Semarang Nomor 13 Tahun 2006 tentangPengendalian Lingkungan Hidup, PeraturanDaerah Kota Pekalongan Nomor 3 Tahun 2010tentang Perlindungan dan Pengelolaan LingkunganHidup, dan Peraturan Daerah Kabupaten KudusNomor 6 Tahun 2014 tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup).

Dilihat dari sisi sinkronisasi peraturan perun-dang-undangan, dengan mendasarkan padastufenbautheori dan die theori vom stufenor-dnung der rechtsnormen, maka terlihat disini tidakada pertentangan antara ketiga peraturan daerahtersebut dengan undang-undang yang lebih tinggi.Terdapat sinkronisasi vertikal antara PeraturanDaerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2006tentang Pengendalian Lingkungan Hidup, Peme-rintah Daerah Kota Pekalongan menetapkan dalamPeraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 3Tahun 2010 tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup, dan Pemerintah DaerahKabupaten Kudus melalui Peraturan DaerahKabupaten Kudus Nomor 6 Tahun 2014 tentang

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KABUPATEN/KOTA

Page 141: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN132

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidupdengan Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup.

Sejalan dengan hal tersebut, apabila dilihat daripengaturan hierarkhi perundang-undangansebagaimana diatur dalam Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undanganmaka peraturan daerah terkait dengan perlin-dungan dan pengelolaan lingkungan hidup telahmemenuhi syarat sinkronisasi vertikal. Apabiladilihat dari taraf sinkronisasi horizontal antaraPeraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13Tahun 2006 tentang Pengendalian LingkunganHidup, Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor3 Tahun 2010 tentang Perlindungan dan Pengelo-laan Lingkungan Hidup, dan Peraturan DaerahKabupaten Kudus Nomor 6 Tahun 2014 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hiduptidak terlihat adanya pergesekan.

Dari sisi substansi perumusan kebijakan terlihatbahwa belum nampak terobosan kebijakanPemerintah Kabupaten/Kota yang signifikan untukmemberikan perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup. Terdapat kemiripan perumusandalam klausul kebijakan antara pemerintah daerahyang satu dengan yang lain.

G. PenutupG.1. Kesimpulan

Berdasar hasil penelitian, maka disimpulkan :1. Kebijakan Pemerintah Kabupaten / Kota di

wilayah Provinsi Jawa Tengah bidang perlin-dungan dan pengelolaan lingkungan merujukUndang-Undang Republik Indonesia Nomor32 Tahun 2009 tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam rangkapelaksanaan undang-undang tersebut sejalandengan konsep otonomi daerah, PemerintahKabupaten dan Kota tempat penelitian inidilakukan menerbitkan kebijakan sebagaibentuk pelaksanaan dari Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ling-kungan Hidup sesuai dengan kebutuhandaerahnya masing-masing. Kebijakan tersebuttertuang dalam bentuk peraturan daerah.Pemerintah Daerah Kota Semarang menuang-kan dalam Peraturan Daerah Kota SemarangNomor 13 Tahun 2006 tentang PengendalianLingkungan Hidup, Pemerintah Daerah KotaPekalongan melalui Peraturan Daerah KotaPekalongan Nomor 3 Tahun 2010 tentangPerlindungan dan Pengelolaan LingkunganHidup, dan Pemerintah Daerah KabupatenKudus dalam Peraturan Daerah KabupatenKudus Nomor 6 Tahun 2014 tentang Perlin-dungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Kebijakan perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup yang dikeluarkan oleh Peme-rintah Daerah Kota Semarang, PemerintahDaerah Kota Pekalongan, dan Pemerintah DaerahKabupaten Kudus memenuhi taraf sinkronisasivertikal maupun sinkronisasi horizontal.

3. Belum nampak terobosan kebijakan Pemerin-tah Kabupaten/Kota yang signifikan untukmemberikan perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup dan terdapat kemiripan dalamperumusan klausul kebijakan.

G.2. SaranSeiring dengan perkembangan zaman, perma-

salahan lingkungan hiduppun akan menghadapitantangan yang lebih berat. Oleh karena itudiperlukan inovasi-inovasi kebijakan yang visioner,holistik, dan elastis agar perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup dapat memberikannilai kemanfaatan yang tinggi untuk generasisekarang dan generasi yang akan datang sekaligusuntuk memenuhi hak asasi dan hak konstitusionalsetiap Warga Negara Indonesia atas lingkunganhidup yang baik dan sehat. Kebersamaan antarapemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan agareksplorasi kebijakan yang mengaras pada nilaikearifan lokal dapat terelabolasi.

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KABUPATEN/KOTA

Page 142: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN133

BukuAsshiddiqie, Jimly dan M. Ali Safa,at. Teori Hans

Kelsen tentang Hukum. (Cetakan Ketiga),Konstitusi Press (Konpress), 2012.

Faishal, Achmad. Hukum Lingkungan – Peng-aturan Limbah dan Paradigma IndustriHijau, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2016.

Fajar, Mukti. dan Yulianto Achmad, DualismePenelitian Hukum Normatif dan Empiris,Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010.

Kelsen, Hans. Teori Hukum Murni-Dasar-dasarIlmu Hukum Normatif. (Cetakan VIII)Nusamedia, Bandung, 2011.

Najih, Mokhammad dan Soimin. PengantarHukum Indonesia, Setara Press, Malang,2014.

Rahardjo, Satjipto. Masalah Penegakan Hukum– Suatu Kajian Sosiologis. Sinar Baru,Bandung 1984.

Sidharta, B. Arief. Mauwissen tentang Pengem-banan Hukum, Ilmu Hukum, TeoriHukum, dan Filsafat Hukum. (CetakanPertama). Refika Aditama, Bandung, 2007.

Sitabuana, Tundjung Herning. PenyelesaianMasalah Diskriminasi Terhadap Etnis Cina(Studi tentang Perkembangan PolitikHukum di Bidang KewarganegaraanRepublik Indonesia. Ringkasan Disertasi.PDIH Undip, Semarang, 2011.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan danPengembangan Bahasa. Kamus BesarBahasa Indonesia. (Cetakan keempat).Balai Pustaka Departemen Pendidikan danKebudayaan, Jakarta, 1993.

Warassih, Esmi. dkk. Penelitian HukumInterdisipliner – Suatu Pengantar MenujuSosio-legal. Thafamedia, Yogyakarta,2016.

Wibawa, Samodra. Kebijakan Publik- Prosesdan Analisis. Intermedia, Jakarta, 1994.

Peraturan Perundang-undanganSekretariat Daerah Kabupaten Kudus. Peraturan

Daerah Kabupaten Kudus Nomor 6Tahun 2015 tentang Perlindungan dan

Daftar Pustaka

Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lem-baran Daerah Kabupaten Kudus Tahun2015 Nomor 6 dan Tambahan LembaranPemerintah Daerah Kabupaten KudusNomor 186, 2015.

Sekretariat Daerah Kota Pekalongan. PeraturanDaerah Kota Pekalongan Nomor 3Tahun 2010 tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup. Lem-baran Daerah Kota Pekalongan Tahun2010 Nomor 10, 2010.

Sekretariat Daerah Kota Semarang. PeraturanDaerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun2006 tentang Pengendalian LingkunganHidup. Lembaran Daerah Kota SemarangTahun 2007 Nomor 2 Seri E dan Tam-bahan Lembaran Pemerintah Daerah KotaSemarang Tahun 2007 Nomor 2, 2006.

Sekretariat Negara Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32Tahun 2009 tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup. Lem-baran Negara Republik Indonesia Tahun2009 Nomor 140 dan Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5059,2009.

______. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 12 Tahun 2011 tentang Pemben-tukan Peraturan Perundang-undangan.Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2011 Nomor 82 dan TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5234, 2009.

______. Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentangIjin Lingkungan. Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48dan Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5285, 2012.

______. Peraturan Menteri Negara Lingkung-an Hidup Republik Indonesia Nomor 16Tahun 2012 tentang Pedoman Penyu-sunan Dokumen Lingkungan Hidup.Berita Negara Republik Indonesia Tahun2012 Nomor 990, 2012.

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KABUPATEN/KOTA

Page 143: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN134

______. Peraturan Menteri Lingkungan HidupRepublik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013tentang Pedoman Penerapan SanksiAdministratif di Bidang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup. BeritaNegara Republik Indonesia Tahun 2013Nomor 314, 2013.

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KABUPATEN/KOTA

Page 144: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN135

PENGUATAN IDEOLOGI PANCASILA DI KAWASANPERBATASAN (PEMBANGUNAN KARAKTERSUMBER DAYA MANUSIA SEBAGAI GARDA

TERDEPAN KEDAULATAN BANGSA DI KAWASANPERBATASAN PROPINSI KEPULAUAN RIAU)

Oleh :Wahjoe Pangestoeti

([email protected])Rudi Subiyakto

([email protected])Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali

AbstrakWilayah perbatasan di Kepulauan Riau pada dasarnya memiliki potensi sumber dayaalam yang luar biasa. Pemanfaatannya akan sangat tergantung oleh kualitas sumberdaya manusia yang ada. Pembangunan karakter perlu dibangun untuk mendukungusaha- peningkatan jiwa kesatuan dan kebangsaan. Upaya membangun karaktermerupakan proses yang sifatnya terus menerus karena selain membentuk danmembina, perlu penyempurnaan. Hal ini erat kaitannya dengan nilai yang inginditanamkan. Berkaca dari berbagai kasus yang pernah terjadi di tanah air, tidakhanya gerakan-gerakan separatis yang mengancam kesatuan dan ketahanan bangsa,konflik antar etnis bahkan antar agama juga dapat mengikis nilai-nilai kesatuan bangsa.Inilah yang masih harus terus diupayakan terhadap masyarakat di wilayah perbatasan, pulau-pulau terluar dan yang jauh dari pusat pemerintahan. Jika karakter sudahterbentuk, maka segala bentuk ancaman dari luar tidak akan mempengaruhiketahanan dan kesatuan bangsa. Tantangan dalam strategi pembangunan karakteradalah peningkatan pengetahuan masyarakat Adapun dalam implementasipenguatan kapasitas adalah melalui asistensi pihak lain yang kompeten di bidangsosial buaya , media skill dan upaya-upaya penyerataan akses dasar dalam seluruhbidang kehidupan dapat juga menjadi dasar penguat . Aspek teknis yang sangatesensial untuk ditingkatkan kualitasnya pada masyarakat perbatasan adalah penerapanteknologi bagi nelayan dalam mendukung aktivitas-aktivitas mencari ikan. Pergeseranparadigma pembangunan wilayah perbatasan yang tidak lagi dilihat sebagai halaman/wilayah belakang sebuah negara. Pengalihan halaman belakang menjadi halamanmuka berarti menuntut pengembangan ekonomi kawasan perbatasan denganpengalokasian sumberdaya nasional untuk mengatasi rendahnya tingkat ekonomi kawasan perbatasan. Pada konteks inilah, pembangunan ekonomi lokal danpengembangan sumberdaya manusia menjadi keharusan bagi pengembangan danpengelolaan wilayah perbatasan. Hal yang kerap terjadi adalah negara tetangga

Page 145: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN136

memanfaatkan kondisi-kondisi tidak sejahtera ini untuk memberikan bantuan yangbersifat karitatif, dan tidak jarang dari masyarakat perbatasan yang pada akhirnyamenjadi seolah-olah memihak kepada negara tetangga. Hal inilah yang harus dicegahmelalui komitmen Indonesia terhadap peningkatan kualitas masyarakat melalui strategipembangunan karakter.

Kata Kunci: Pembangunan Karakter, Revitalisasi Pancasila

A. Pembangunan Karakter BangsaUpaya membangun karakter warga negara

pada dasarnya adalah proses pewarisan nilai-nilai,cita-cita, dan tujuan nasional yang tertera dalamkonstitusi nagara serta pesan para pendiri Negara(the founding fathers). Tujuannya, sebagaimanapesan UUD 1945, adalah untuk mewujudkanwarga negara yang cerdas, partisipatif, danbertanggungjawab dalam mengisi kehidupanberbangsa dan bernegara guna mencapai kebe-saran dan kejayaan dalam suasana kemerdekaan.

Setiap bangsa dan negara mengakui pentingnyapembangunan karakter bangsa (National Cha-racter Building) dalam rangka memelihara danmempertahankan eksistensi sebagai suatu negara-bangsa (nation-state). Di Indonesia, upayapembangunan karakter bangsa ini telah menjadimasalah serius sejak Proklamasi KemerdekaanRepublik Indonesia karena suatu kenyataan bahwakondisi bangsa Indonesia saat itu menghadapimasalah multi dimensi (ekonomi, politik, budaya,hankam, ideologi, dsb). Solusi dalam menghadapimasalah di atas menurut Feith (1962:27-28) adalahdengan memperkuat rasa kebangsaan bagi seluruhwarga Negara Indonesia (Indonesian Nasio-nalism).

Tujuan utama dari pembangunan karakterbangsa adalah untukmenumbuhkan karakterwarga Negara baik karakter privat sepertitanggung jawab moral, disiplin diri dan pengetahuanterhadap harkat dan martabat manusia dari setiapindividu; maupun karakter publik,misalnyakepedulian sebagai warga Negara, kesopanan,mengindahkan aturan main (rule of law), berpikirkritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi

dan berkompromi (Winataputra dan Budimansyah,2007:192)

B. Karakteristik WilayahKarakteristik daerah perbatasan yang berada

pada Provinsi Kepulauan Riau pada umumnyamerupakan pulau-pulau kecil dan berbataskanperairan dan lautan. Pintu masuk lintas batas antaraIndonesia-Singapura dan Indonesia-Malaysia.Dengan letak geografis yang strategis ( antara LautCina Selatan, Selat Malaka dengan Selat Karimata)serta didukung potensi alam yang sangat potensial,Provinsi Kepulauan Riau dimungkinkan untukmenjadi salah satu pusat pertumbuhnan ekonomiIndonesia terutama dengan perkembanganpenerapan Free Trade Zone dan KawasanEkonomi Khusus melalui kerjasama denganPemerintah Singapura untuk wilayah Batam, Bintandan Karimun. Kedudukan pulau-pulau kecil terluaryang berada di wilayah Provinsi Kepulauan Riauterutama yang berada pada wilayah strategis akansangat menentukan alternatif model pengelolaandaerah perbatasan mengingat karakteristik wilayahyang berbeda antara satu dengan yang lain.

Sebagai daerah yang memiliki berbagai macamdaya alam meliputi : bidang pertanian, perikanan,perkebunan, pertambangan dan lain sebagainya.Wilayah Kepulauan Riau memiliki potensiekonomi yang tinggi karena sebagian dariKabupatennya memiliki potensi hasil tambangseperti bauksit dan timah, sementara di bawahlautnya terdapat minyak dan gas.

Cadangan minyak bumi mencapai 298,81million meter barrel oil (MMBO) sementaracadangan gas alam sebanyak 55,3 trilion square

PENGUATAN IDEOLOGI PANCASILA DI KAWASAN PERBATASAN

Page 146: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN137

cubic feet (TSCF) terdapat di Kabupaten Natuna.Bauksit dengan total cadangan 15,800,000 tonterdapat di Pulau Bintan dan Tanjung Pinangsementara granit dengan total cadangan mencapai858.384.000 M3 terdapat di Karimun dan Bintansama halnya dengan pasir darat dengan totalcadangan mencapai 39.826.400 ton .Kekayaanalam tersebut menjadi tidak banyak bermanfaatjika tidak dapat dioptimalkan pemanfaatannyauntuk kesejahteraan rakyat terutama yang tinggaldi wilayah perbatasan yang kaya namun secarainfrastruktur masih tertinggal.

Posisi wilayah perbatasan yang strategis karenaberada pada perbatasan antar negara merupakantitik tumbuh bagi perekonomian regional maupunnasional terutama bagi wilayah Provinsi KepulauanRiau yang memiliki potensi sebagai pusatpertumbuhan ekonomi dengan pemanfaatan letakwilayahnya yang strategis. Perlu dilakukan suatuakselerasi terhadap proses pembangunan wilayahperbatasan melalui perencanaan yang matang danterarah. Namun seringkali yang terjadi permasa-lahan yang timbul pada wilayah perbatasanmengalami stagnasi dan kebuntuan. Hal tersebutdisebabkan antara lain :1. Wilayah perbatasan jauh dari Pusat Pemerin-

tahan. Lokasi jangkauan wilayah KabupatenNatuna, Anambas dan Karimun denganibukota masing-masing yakni Ranai, Tarempadan Tanjung Balai serta ditambah denganjauhnya posisi ibukota Provinsi yakni Tanjung-pinang menyebabkan rentang kendali (span ofcontrol) dan pengawasan pemerintah terhadapwilayah perbatasan sangat lemah.

2. Segmen batas wilayah darat dan wilayah lautpulau-pulau kecil dan terluar yang sudahditetapkan garis batas, sudah dilakukanpengukuran dan diberi patok batas juga belumditetapkan secara hukum. Ketegasan garisbatas tersebut penting untuk menentukanlandasan yuridis pengelolaan suatu wilayahperbatasan terutama bagi wilayah wilayah yangberbatasan langsung dengan negara tetanggasebagaimana halnya Kabupaten Natuna,Kabupaten Anambas dan Karimun serta KotaBatam.

3. Lemahnya hukum dan peraturan perundang-

undangan perbatasan. Hal ini tidak lepas daribelum absahnya (legal) garis batas negarakarena peraturan perundang-undangan terse-but, salah satu rujukan utamanya adalah garisbatas negara yang sudah tetap / absah belumada. Selain itu bahwa aturan-aturan baku darisegi legislasi dalam penetapan status legal formalsuatu wilayah perbatasan belum optimal.Diperlukan konsolidasi dan koordinasi bersamauntuk melakukan akselerasi terhadap statuslegal formal wilayah perbatasan Sebagai ilustrasibahwa saat ini Dewan Perwakilan Daerah(DPD RI ) juga melakukan percepatanterhadap upaya penanggulangan berbagaipermasalahan perbatasan dengan membentukPansus Perbatasan

4. Keterbatasan kemampuan dan kekuatanaparatur keamanan perbatasan menyebabkanlemahnya pencegahan, penangkalan danpemberantasan aktifitas pelanggaran batas dankejahatan yang terjadi di daerah perbatasan.Observasi dan pendalaman wawancara denganaparat keamanan TNI AD / AL pada wilayahkajian Anambas dan Natuna menunjukkansarana dan prasarana keamanan baik di darat,laut maupun udara sebagai pintu masukpenjagaan keamanan masih sangat minim.

5. Medan yang berat dan jauh serta sulitnyaaksesibilitas kawasan perbatasan dari pusatpusat pemerintahan dan pemukiman penduduk,memberikan peluang yang besar terjadinyaborder crimes seperti illegal logging/mining/fishing, human traficking, penyelundupansenjata/narkoba/miras/sembako, illegallimmigration, perompakan (piracy) dan lain-lainyang menunjukkan angka yang cukup tinggiterutama di wilayah Kabupaten Karimun sertaKabupaten Natuna dan Anambas khususnyauntuk illegal fishing.

6. Kevakuman aktifitas di kawasan perbatasan.Penduduk perbatasan yang sangat jarangmenyebabkan rendahnya aktifitas pendudukbahkan pada kawasan pedalaman perbatsanlaut yang letaknya sangat jauh dari pulau-pulauberpenduduk sama sekali tidak ada aktifitas.

7. Kondisi masyarakat di kawasan perbatasanterutama di pulau terluar berpenghuni pada

PENGUATAN IDEOLOGI PANCASILA DI KAWASAN PERBATASAN

Page 147: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN138

umumnya masih miskin, tertinggal dengantingkat pendidikan dan kesehatan yang masihminim. Rendahnya SDM yang tersedian salahsatunya disebabkan oleh keterbatasan kesem-patan sehingga tercipta kesenjangan (gap)antara SDM tempatan dengan SDM pendatang(yang bekerja di perusahaan-perusahaankonsorsium migas di Kabupaten Anambas danNatuna).

8. Rendahnya kesadaran geografi maritim,sehingga masyarakat kita tidak memilikikebanggaan atas wilayah perairan yang luas dankaya sumber daya. (lihat pembahasantentang potensi Kelautan dan PerikananKabupaten Anambas dan Natuna ).

9. Tidak ada anggaran pembangunan yang khususuntuk masyarakat perbatasan, baik daripemerintah daerah terutama untuk pemerintahkabupaten pemekaran yang baru sepertiKabupaten Anambas, bahkan KabupatenKarimun yang telah lebih dulu menjadiKabupaten. Anggaran dari pemerintah pusatmasih bersifat sektoral dan dikelola olehmasing-masing departemen sehingga sedikitsekali manfaatnya bagi wilayah perbatasan.Pendekatan kesejahteraan masyarakat hendak-nya menjadi arah dari pengelolaan daerahperbatasan dengan pendekaran keamanannegara yang juga harus dikedepankan. Alokasianggaran pembangunan hendaknya berorientasipada sasaran yang bersifat permanen dandalam konteks pemberdayaan, aksesibilitaspendidikan maupun lapangan pekerjaan bukanpemberian uang secara langsung (BLT) ataubersifat sementara.

10.Permasalahan pengelolaan daerah perbatasanyang masih tumpang tindih dan belum sinkronsatu sama lain baik menyangkut kelembagaan ,program maupun kejelasan wewenang. Isu danpermasalahan keterisoliran daerah perbatasanterhadap akses pembangunan sehingga mem-perkecil kesenjangan pembangunan.

Wilayah perbatasan di Kepulauan Riau padadasarnya memiliki potensi sumber daya alam yangluar biasa. Pemanfaatannya akan sangat tergantungoleh kualitas sumber daya manusia yang ada.

Pembangunan karakter perlu dibangun untukmendukung usaha- peningkatan jiwa kesatuan dankebangsaan.

Upaya membangun karakter merupakan prosesyang sifatnya terus menerus karena selainmembentuk dan membina, perlu penyempurnaan.Hal ini erat kaitannya dengan nilai yang inginditanamkan. Berkaca dari berbagai kasus yangpernah terjadi di tanah air, tidak hanya gerakan-gerakan separatis yang mengancam kesatuan danketahanan bangsa, konflik antar etnis bahkan antaragama juga dapat mengikis nilai-nilai kesatuanbangsa. Inilah yang masih harus terus diupayakanterhadap masyarakat di wilayah perbatasan, pulau-pulau terluar dan yang jauh dari pusatpemerintahan. Jika karakter sudah terbentuk, makasegala bentuk ancaman dari luar tidak akanmempengaruhi ketahanan dan kesatuan bangsa.

Tantangan dalam strategi pembangunankarakter adalah peningkatan pengetahuanmasyarakat Adapun dalam implementasi peng-uatan kapasitas adalah melalui asistensi pihak lainyang kompeten di bidang sosial buaya, media skilldan upaya-upaya penyerataan akses dasar dalamseluruh bidang kehidupan dapat juga menjadi dasarpenguat. Aspek teknis yang sangat esensial untukditingkatkan kualitasnya pada masyarakatperbatasan adalah penerapan teknologi baginelayan dalam mendukung aktivitas-aktivitasmencari ikan.

Pergeseran paradigma pembangunan wilayahperbatasan yang tidak lagi dilihat sebagai halaman/wilayah belakang sebuah negara. Pengalihanhalaman belakang menjadi halaman muka berartimenuntut pengembangan ekonomi kawasanperbatasan dengan pengalokasian sumberdayanasional untuk mengatasi rendahnya tingkatekonomi kawasan perbatasan. Pada konteksinilah, pembangunan ekonomi lokal dan pengem-bangan sumberdaya manusia menjadi keharusanbagi pengembangan dan pengelolaan wilayahperbatasan.

Hal yang kerap terjadi adalah negara tetanggamemanfaatkan kondisi-kondisi tidak sejahtera iniuntuk memberikan bantuan yang bersifat karitatif,dan tidak jarang dari masyarakat perbatasan yangpada akhirnya menjadi seolah-olah memihak

PENGUATAN IDEOLOGI PANCASILA DI KAWASAN PERBATASAN

Page 148: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN139

kepada negara tetangga. Hal inilah yang harusdicegah melalui komitmen Indonesia terhadappeningkatan kualitas masyarakat melalui strategipembangunan karakter.

C. Karakteristik Sosial Budaya MasyarakatPerbatasan

a) Sebaran penduduk yang tidak merata dikawasan perbatasan laut dan banyak pulau-pulau terluar yang tidak berpenghuni sehinggaaspek penjagaan wilayah tidak mengedepankansense of belonging oleh masyarakat setempat.

b) Asset dan potensi kearifan lokal berbasiskansosial dan budaya setempat yang diabaikandalam konsep pembangunan wilayah per-batasan secara khusus dan pembangunanregional secara umum

c) Kualitas sumber daya manusia yang masihrendah terutama dari segi pendidikan sangatmengemuka pada wilayah kajian Kabupatenpemekaran seperti Kabupaten Karimun,Kabupaten Natuna terutama KabupatenAnambas

d) Mata pencaharian yang masih sangat terbataspada mata pencarian tradisional yang turuntemurun. Terbatasnya lapangan kerja yangdiakibatkan oleh keterbatasan kualifikasi latarbelakang pendidikan, pengalaman, kompetensi/skill dan kendala psikologis lainnya . Orientasimata pencaharian masih bersifat tradisional dantidak bersifat enterpreneurship

e) Rendahnya aktifitas aktifitas perekonomianyang berpengaruh terhadap pendapatan hasilusaha Pendapatan (hasil usaha) yang diperolehsebagian besar untuk memenuhi kebutuhanprimer keluarga (kebutuhan pokok).

f) Sistem perdagangan antar penduduk dikawasan perbatasan masih bersifat tradisional,karena belum memadainya infrastrukturperekonomian (seperti bank dan pasar ) sertaproduktifutas dan sumber daya perekonomianyang belum tergali secara optimal

g) Alokasi dana pembangunan kawasan perba-tasan hingga kini relatif masih kecil sehingga haltersebut menjadi kendala tidak saja terhadappersoalan infrastruktur/fasilitas dan sarananamun juga kendala terhadap program pem-

bangunan non-fisik lainnyah) Aktivitas perdagangan ilegal dan penyeludupan

di kawasan perbatasan cukup tinggi. Sebagaiilustrasi kasus-kasus illegal fishing hingga kinimasih terus berlangsung dengan kuantitas dankualitas tangkapan yang terus meningkat secaratajam.

i) Nilai tambahan produk terutama yang berasaldari sumberdaya alam, masih sangat kecil.Sedangkan nilai tambah dalam bentuk indutripengolahannya belum dioptimalisasikansehingga nilai ekonomisnya tidak maksimal

.

D. Isu Dan Permasalahan PembangunanPerbatasanAdapun isu dan pemasalahn yang terkait dengan

pembangunan perbatasan di Provinsi KepulauanRiau, antara lain :

Hingga saat ini, pembangunan kawasanperbatasan Kepulauan Riau masih tertinggalbila dibandingkan dengan pembangunan diwilayah lain. Jika dibandingkan dengannegara tetangga Singapura dan Malaysia,kesenjangan terlihat dengan jelas padaberbagai aspek, baik aspek infratruktur,sosial, maupun ekonomi. Ditinjau dari aspekkeamanan (security) kondisi ini sangatlahrawan, karena wilayah perbatasan Kepu-lauan Riau merupakan wilayah strategis yangmudah terinflitrasi secara langsung maupuntidak langsung oleh negara lain, baik secarapolitik, ekonomi, sosial, maupun kultural.

Secara jelas isu dan permasalahan yang terkaitdengan pembangunan kawasan perbatasanKepulauan Riau dijelaskan sebagai berikut : yaitumasalah yang bersifat khusus yang dihadapi di 19pulau terluar Propinsi Kepulauan Riau dan secaraumum dihadapi oleh wilayah Kabupaten lokasikajian, yakni Kabupaten Anambas, Natuna danKarimun :1. Bentangan kawasan perbatasan sangat luas,

Akibatnya rentang kendali dan penangananperbatasan menghadapi tantangan dan kendalayang cukup berat, baik sumber daya, danamaupun manusia.

PENGUATAN IDEOLOGI PANCASILA DI KAWASAN PERBATASAN

Page 149: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN140

2. Masih kurangnya pengelolaan potensi dansumber daya alam baik oleh negara maupunswasta. Keberadaan kontraktor productionsharing yang berlokasi di Kabupaten Natunadan Anambas seyogyanya harus memberikankontribusi terhadap pendapatan asli daerah daridana bagi hasil migas ( lihat pembahasan potensimigas )

3. Penanganan perbatasan tidak maksimal danmasih bersifat parsial dan ad hoc. Salah satunyaadalah penanganan perbatasan di bidangpertahanan dan keamanan Perkembanganterhadap dibentuknya Satgas Bakorkamlasebagai koordinasi antar instansi dalampenanganan masalah keamanan wilayahperbatasan provinsi Kepulauan Riau denganketerlibatan Bea & Cukai, Polisi, TNI AL,serta Pengawas Sumber Daya Kelautan danPerikanan . Koordinasi termasuk pengintegra-sian sistim peralatan.

4. Kurangnya koordinasi antara instansi-instansiterkait baik di tingkat daerah dan pusat.Penyelerasan kegiatan pengelolaan perbatasanbaik dari segi anggaran maupun nomencla-turenya. Perlu dilakukan koordinasi terintegrasimelalui lintas sektoral dan lintas vertikal ditingkat Kabupaten hingga ke level provinsi danpusat. Ditambah lagi perbedaan persepsi antaraPemerintah pusat dengan pemerintah daerahtentang kewenangan serta keterbatasanpengelolaan wilayah perbatasan yang berskalainternasional mengingat letak strategis provinsiKepulauan Riau yang berdekatan dengannegara tetangga seperti Malaysia dan Singapuraseringkali menjadi tumpang tindih karenakurangnya koordinasi antara stakeholder.

1) Ketertinggalan Ekonomi Kawasan Perba-tasan Kepulauan Riau Yang Menyebab-kan Tingginya Tingkat KesenjanganWilayah Bila Dibandingkan DenganKawasan Perbatasan Negara TetanggaPerekonomian kawasan perbatasan KepulauanRiau mengalami ketertinggalan dibandingkandengan kawasan perbatasan negara tetangga,sehingga menyebabkan tingginya tingkat

kesenjangan pembangunan antara wilayah inidengan kawasan perbatasan negara tetanggatersebut. Penyebab ketertinggalan ini adalahtingkat perhatian pemerintah baik pemerintahpusat maupun pemerintah daerah yang kurangterhadap kawasan perbatasan. Kebijakanpembangunan selama ini masih menganggapkawasan perbatasan antan sebagai kawasan“belakang” dan bukan “halaman depan” NegaraKesatuan Republik Indonesia. Sebagaiakibatnya, pembangunan di kawasan perba-tasan Kepulauan Riau kurang mendapatprioritas di dalam perencanaan pembangunan.Jika dibandingkan dengan kawasan perbatasannegara tetangga baik Singapura maupunMalaysia, maka terlihat sekali adanya ketim-pangan ekonomi yang luar biasa. Kawasanperbatasan Kepulauan Riau terutama Kabu-paten Natuna dan Anambas yang memiliki SDAminyak dan gas seharusnya merupakankawasan yang maju dan sejahtera, namunkenyataannya menjadi sangat tertinggal.Padahal jika dicermati, terjadi aktivitas ekonomiyang cukup tinggi khususnya yang terkaitdengan pertambangan dan perikanan

2) Terbatasnya Sarana Dan Prasarana DasarSerta Transportasi Dan TelekomunikasiDi Kawasan Perbatasan Provinsi Kepu-lauan Riau Yang Menyebabkan WilayahIni Memiliki Aksesibilitas Yang RendahDan Terisolasi Dari Wilayah Sekitarnya.Terbatasnya infrastruktur seperti sarana danprasarana dasar seperti sarana dan prasaranapemukiman, jaringan air bersih, listrik, saranadan prasarana transportasi, telekomunikasi, danlainnya menyebabkan wilayah ini memilikiaksesibilitas yang rendah dan terisolasi dariwilayah sekitarnya. Terbatasnya sarana danprasarana dasar serta trasportasi dan teleko-munikasi di kawasan perbatasan KepulauanRiau yang menyebabkan wilayah ini memilikiaksesibilitas yang rendah dan terisolasi daridaerah sekitarnya. Pembangunan di wilayahKepri baru bersifat sekedarnya belum mem-perhatikan maksimalisasi potensi potensisumber daya yang ada.

PENGUATAN IDEOLOGI PANCASILA DI KAWASAN PERBATASAN

Page 150: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN141

3) Pemekaran Wilayah Yang Tidak DiikutiDengan Kesiapan Aparatnya. Seiring dengan kebijakan desentralisasi, telahterjadi banyak pemekaran wilayah, baikkabupaten maupun kecamatan yang berada diprovinsi Kepulauan Riau Selain yang sudahdilakukan, banyak pula rencana pemekaranyang masih menjadi isu, tetapi pemekaran initidak dibarengi dengan kesiapan aparat maupunmasyarakatnya. Sehingga harapan bahwadengan adanya kabupaten baru, wilayah ini bisamandiri dan bisa menjalankan fungsinya sebagaidaerah otonom, ternyata dalam kenyataannyasulit diharapkan. Wilayah pemekaran ini masihsangat mengharapkan bantuan dari pemerintahpusat, sehingga tetap saja menjadi beban bagipemerintah pusat. Pemekaran wilayah yangtidak diikuti dengan kesiapan aparatnya.Pemekaran Kabupaten Anambas misalnyahingga saat ini masih diwarnai dengan kesulitanuntuk menempatkan SDM yang memilikikompetensi yang sesuai di dalam tata kepeme-rintahan

4) Degradasi Sumberdaya Alam Yang Ber-dampak Pada Kerusakan Ekosistem AlamDan Hilangnya Keanekaragaman Hayati.Degradasi sumberdaya alam merupakandampak negatif kegiatan pembangunan padaperiode yang lalu, hilangnya keanekaragamanhayati dan potensi hilangnya sumber penda-patan daerah untuk anak dan cucu pendudukdi wilayah ini pada masa yang akan datang.Persoalan yang paling mengemuka adalahmaraknya illegal fishing kemudian eksploitasipenangkapan ikan dengan peralatan yangmerusak lingkungan dan mematikan habitatserta ekosistem seperti pukat harimau,pengeboman ikan dan lain-lain. Terjadikejahatan transnasional yakni perdagangankayu illegal dan barang lainnya secara keselu-ruhan berdampak pada kerusakan lingkungan

5) Lunturnya Rasa Nasionalisme Dan Ren-dahnya Kesadaran Politik MasyarakatPerbatasan Kepulauan Riau AkibatSulitnya Jangkauan Pembinaan.

Adanya fenomena lunturnya rasa nasionalismedan rendahnya kesadaran politik di wilayahperbatasan lebih disebabkan perlakukanpemerintah yang tidak adil selama ini, sulitnyajangkauan pembinaan oleh pemerintah danadanya peluang ekonomi lebih parahnyapermasalahan yang terjadi selama ini tidak teratasikarena masyarakat perbatasan masih banyak yangtidak mengetahui bagaimana menyalurkan keluhanmereka kepada pemerintah.

6) Rendahnya tingkat kesadaran hukum danterbatasnya pos-pos perbatasan menye-babkan pelanggaran lintas batas dantindakan kriminal lainnya (illegal fishingdan potensi transnasional crime)Rendahnya tingkat kesadaran dan pemahamanterhadap hukum dan perundangan yang berlaku,kurangnya fasilitas pendukung pertahanan dankeamanan, dan kurang tegasnya pelaksanaanhukum dan perundangan tersebut menyebab-kan jumlah pelanggar lintas batas dan tindakankriminal lainnya semakin meningkat di kawasanperbatasan provinsi Kepulauan Riau termasukkegiatan illegal fishing.Ditambah lagi jumlah pos perbatasan yangsangat kecil dan jumlah aparat yang tidaksebanding dengan panjangnya garis perbatasanserta masih lemahnya koordinasi antar instansidi kawasan perbatasan (TNI, Polri, Bea Cukai,Imigrasi, dll) menimbulkan kesulitan peng-awasan terhadap pelintas batas ilegal, illegaltrading, dan kegiatan illegal fishing.

7) Globalisasi Ekonomi Dan PerdaganganBebas Menyebabkan Produk-ProdukKawasan Perbatasan Kepulauan RiauTidak Mampu Bersaing Dengan Produk-Produk Wilayah Lainnya.Seperti diketahui, bahwa kawasan perbatasanKepulauan Riau merupakan daerah yang belumberkembang terutama kegiatan ekonomi yangmelibatkan masyarakat setempat. Hal ini selaindisebabkan produknya yang memiliki dayasaing yang rendah juga dukungan sarana danprasarana yang sangat terbatas, yang meng-akibatkan sulitnya pemasaran produk-produk

PENGUATAN IDEOLOGI PANCASILA DI KAWASAN PERBATASAN

Page 151: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN142

yang dihasilkan wilayah ini. Bila globalisasiekonomi dan perdagangan bebas telah diberla-kukan, dan tidak ada lagi proteksi untukproduk-produk masyarakat perbatasanKepulauan Riau akan menjadi sebuahmasalah yang perlu dipikirkan.

8) Tingkat Kesehatan, Pendidikan DanKetrampilan Penduduk Di KawasanPerbatasan Kepulauan Riau UmumnyaMasih Rendah.Kualitas sumberdaya manusia di kawasanperbatasan Kepulauan Riau masih rendahdilihat dari tingkat kesehatan, pendidikanmaupun ketrampilan masyarakatnya. Masihkurangnya jumlah rumah sakit, sarana kese-hatan, dokter serta tenaga medis untuk melayanimasyarakat tingkat pendidikan dan ketram-pilan penduduk di kawasan perbatasan yangumumnya masih rendah yakni 70,90 %penduduk usia kerja hanya berpendidikan SDserta tingkat pendidikan penduduk yang rendahtersebut menggambarkan realitas yang terjadidi kawasan ini.

Permasalahan yang dihadapi oleh kawasanperbatasan Provinsi Kepulauan Riau secara umumdapat dibagi dalam level lokal, dan level nasionalyang diantaranya :a. Pada level lokal permasalahan yang dihadapi

adalah:1. Keterisolasian2. Keterbelakangan3. Kemiskinan4. Mahalnya harga barang dan jasa5. Keterbatasan prasarana dan sarana pelaya-

nan publik (infrastruktur)6. Rendahnya kualitas SDM pada umumnya7. Penyebaran penduduk yang tidak merata

b. Pada level nasional:Sedangkan pada level nasional, pembangunan

perbatasan dihadapkan pada masalah:1. Kebijakan pemerintah yang kurang berpi-

hak kepada pembangunan daerah per-batasan

2. Tapal batas negara.

3. Penyelundupan tenaga kerja Indonesia4. Masih kurangnya personel, anggaran,

prasarana dan sarana, serta kesejahteraananggota TNI/POLRI

5. Terjadinya perdagangan lintas batas illegalyang menimbulkan potensi transnasionalcrime, seperti perdagangan narkoba,penyelundupan dan sebagainya

6. Kurangnya akses dan media komunikasi daninformasi dalam negeri

7. Terjadinya proses pemudaran (degradasi)wawasan kebangsaan

8. Illegal loging dan Illegal fishing oleh negaratetangga

9. Belum optimalnya koordinasi lintas sektoraldan lintas wilayah dalam penanganan wilayahperbatasan

E. Revitalisasi PancasilaBangsa Indonesia harus kembali mengembang-

kan nilai-nilai ideal Pancasila sebagai pandanganhidup. Terlepas dari adanya rasa traumatik bangsaIndonesia atas indoktrinasi rezim Orde baruterhadap tafsir Pancasila, sudah waktunya bangsaini merevitalisasi Pancasila dalam kehidupanberbangsa dan bernegara. Jika tidak, ruangkosong ideologi itu akan diperebutkan oleh berbagai elemen untuk memaksakan kehen-daknya dengan memberangus kebersamaan yangsekian lama dibangun.

Revitalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehi-dupan bermasyarakat, harus mampu menekanpemahaman tentang radikalisme dan sepratismeyang diiringi dengan tindak kekerasan danperpecahan. Hal ini karena nilai-nilai Pancasiladapat menjaga kerukunan umat beragama dankesatuan berbangsa dan bernegara.

Itu semua hanya bisa tercipta kalau semuakomponen bangsa ini meletakkan kembaliPancasila sebagai ideologi satu-satunya, sumbernilai kehidupan bersama sebagai bangsa, tidakhanya sebatas ucapan di bibir, tapi dalam praktikkehidupan sehari-hari.

Paling pertama dan terdepan, pemerintah harusmenegakkan hukum dan HAM secara konsisten.Harus dipastikan bahwa negeri ini memang tidakakan menoleransi setiap bentuk kekerasan dan

PENGUATAN IDEOLOGI PANCASILA DI KAWASAN PERBATASAN

Page 152: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN143

upaya perpecahan yang dilakukan oleh kelompokmana pun dengan mengatasnamakan agama dankepentingan kelompok tertentu.

Indonesia juga tidak akan membiarkanradikalisme agama dan upaya memisahkan diri dariNKRI. Selain itu, pemerintah juga harus melak-sanakan program pembangunan yang terdistribusisecara adil. Jangan sampai ada wilayah diIndonesia yang masih tertinggal jauh denganwilayah lainnya, khususnya bagi daerah perba-tasan. Langkah-langkah ini bisa ditempuhpemerintah untuk kembali menumbuhkan sikaptoleransi dan cinta kepada tanah air.

Kedua, negeri ini harus memastikan bahwatidak ada kelompok yang terdiskriminasi, dan kaumminoritas selalu terlindungi sebagai warga yangsama dalam negara Pancasila ini. Pastikan jugabahwa mereka yang melanggar hak-hak orang lain

harus diganjar hukuman yang setimpal. Tokohagama dan bangsa, tanpa terkecuali, juga harusmemiliki sikap dan tekad yang sama dalammenjunjung tinggi kehidupan bersama di tengahperbedaan. Oleh karena itu, untuk mencegahmerebaknya konflik dan kekerasan, perlu kiranyadilakukan internalisasi nilai-nilai Pancasila dalamkehidupan masyarakat di Indonesia, salah satunyamelalui pengenalan dan penghayatan nilai-nilaiPancasila dalam pendidikan.

Ketiga, revitaslisasi terkait dengan implementasiprinsip Good governance. Ketiga actor yaknipemerintah (state), swasta (private sector), danmasyarakat (civil sector), bersinergi secarakonstruktif menciptakan pemerintahan yang lebihbaik. Dengan demikian tidak ada lagi isuperpecahan antara pemerintah pusat denganpemerintah daerah.

PENGUATAN IDEOLOGI PANCASILA DI KAWASAN PERBATASAN

Page 153: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN144

Budimansyah, Dasim. (2008). “RevitalisasiPembelajaran Pendidikan Kewarganeg-araan Melalui Praktik Belajar Kewarga-negaraan (Project Citizen)”, Jurnal ActaCivicus, Vol.1 No.2.

Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Negara(Buku Utama), 2007. Badan PerencanaanPembangunan Nasional, Jakarta.

Daftar Pustaka

Sapriya & Rahman Mulyawan, PembangunanKarakter Bangsa Di Wilayah PerbatasanAntar Negara Indonesia Dengan TimorLeste.

Pusat Kajian Kebijakan Strategis UMRAH,Model Pengelolaan Wilayah PerbatasanPropinsi Kep.Riau, 2011.

PENGUATAN IDEOLOGI PANCASILA DI KAWASAN PERBATASAN

Page 154: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN145

ANALISIS KEBIJAKAN PERATURAN MENTERIKELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 2 TAHUN 2015

TENTANG LARANGAN PENGGUNAAN ALATPENANGKAP IKAN PUKAT HELA DAN PUKAT TARIK

DI KOTA TANJUNGPINANG

Oleh :Nur. A. Dwi Putri

Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP [email protected]

1. PENDAHULUANa. Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan terbesar di duniayang memiliki panjang pantai terpanjang kedua didunia, Indonesia harusnya jaya dilautan.Untukmewujudkan cita-cita besar tersebut maka arahdan gerak pembangunannya tidak boleh lagimemunggungi laut, samudera, selat dan teluk, tapisebaliknya harus menjadikan dan memanfaatkanlautan dengan sumberdayanya sebagai mesin

AbstrakMenteri kelautan dan perikanan telah mengundangkan peraturan menteri nomor 2/PERMEN-KP/2015 tentang larangan penggunaan alat penangkapan ikan pukathela dan pukat tarik di wilayah pengelolaan perikanan negara Republik Indonesiapada tanggal 9 Januari 2015.Peraturan yang sudah berjalan kurang hamper 2 tahunini telah menimbulkan pro dan kontra dalam pelaksanaannya.Seluruh masyarakatperikanan terutama nelayan merasakan beragam dampak dengan terbitnya permenini.Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan mengenai sebuah analisa dari mengapakebijakan ini dikeluarkan sampai dengan pelaksanaan dari kebijakan peraturanmenteri nomor 2/PERMEN-KP/2015 tentang larangan penggunaan alat penangkapanikan pukat hela dan pukat tarik.Penelitian dilakukan dengan wawancara mendalamkepada pihak-pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan, dan juga studikepustakaan untuk mempertajam analisis yang dilakukan.Hasil dari penelitian inimenggambarkan bahwa tujuan dari pada permen ini adalah baik yaitu untukmelestarikan sumber daya laut yang ada namun dalam pelaksanaannya berdampakburuk terutama bagi nelayan diakibatkan singkatnya waktu yang diberikan olehpemerintah untuk nelayan menyesuaikan diri dan juga berkaitaan dengan pola hidupnelayan yang masih banyak bergantung dengan pengepul atau toke ikan.

Kata kunci: Analisis Kebijakan, Larangan Penggunaan Alat PenangkapanIkan Pukat Hela Dan Pukat Tarik

penggerak penting perekonomian, kemajuan dankesejahteraan bangsa.

Indonesia sangat kaya akan sumberdayaperikanan, namun sumber daya tersebut akan habisapabila keberlanjutannya tidak dijaga, atauperlakuan dan pengelolaan yang eksploitatif,merusak dan tidak mengindahkan aspek-aspekkeberlanjutan. Oleh karena itu kementerianperikanan dan kelautan mengeluarkan kebijakanyang mendapatkan reaksi cukup ramai dari

Page 155: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN146

masyarakat yaitu Peraturan menteri Kelautan danPerikanan No.2 Tahun 2015 tentang pelaranganpenggunaan alat penangkap ikan pukat hela danpukat tarik.

Adapun jenis pukat yang dilarang sesuai denganperaturan menteri ini adalah sebagai berikut :1. Alat penangkapan ikan pukat hela (trawls),

sebagaiman dimaksud dalam pasal 2, terdiridari :a. Pukat Hela dasarb. Pukat hela pertengahanc. Pukat hela kembar kembar berpapand. Pukat Dorong

2. Pukat hela dasar (Bottom trawls) sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri dari :a. Pukat hela dasar berpalang (Beam trawls),b. Pukat hela dasar berpapan (Otter trawls;)c. Pukat hela dasar dua kapal (pair trawls)d. Nephrops trawls, dane. Pukat hela dasar udang (Shrimp trawls,

berupa pukat udang)3. Pukat hela pertengahan (midwater trawls),

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,terdiri dari :a. Pukat hela pertengahan berpapan (Otter

trawls), berupa pukat ikan;b. Pukat hela pertengahan dua kapal (Pair

trawls) ; danc. Pukat hela pertengahan udang (Shrimp

trawls)4. Pada pasal 4 ayat (1) Alat penagkapan ikan

pukat tarik (seine nets) sebagaimana dimaksudpada pasal 2 terdiri dari :a. Pukat tarik pantai (beach seines); danb. Pukat tarik berkapal (boat or vessel seines)

yang terdiri dari :1. Dogol (Danish Seines)2. Scottish Seines3. Pair seines4. Paying5. Cantrang6. Lamparan dasar.

Resistensi muncul dari berbagai kalanganterutama masyarakat yang terkena dampaklangsung akibat pemberlakuan kebijakan tersebutseperti juga halnya yang terjadi dikepulauan Riau

dimana masyarakat nelayan lingga menolaklarangan penggunanaan pukat tarik dan alattangkap jenis hamparan dasar sesuai denganpermen, pasalnya alat tangkap perikanan tersebutsudah digunakan nelayan tradisional sejak 30 tahunyang lalu ( Tanjungpinang pos, 7 februari 2015).Selain itu Himpunan nelayan nasionalis kapal ikanIndonesia Propinsi Kepulauan Riau (HNNKIIKepri) menyatakan 10.000 orang nelayanterancam tidak bisa melaut setelah permen kelautandan perikanan Republik Indonesia No.2 Tahun2015 diberlakukan dikarenakan kapan-kapal ikanyang biasa digunakan nelayan akan berhentiberoperasi bila masa berlaku SIPI (Surat izinpenangkapan ikan) habis. Apabila SIPI sudahhabis masa berlakunya maka nelayan harusmengganti alat tangkap yang biasa digunakandengan alat tangkap yang ramah lingkungan namunhal ini menimbulkan persoalan baru yaitu berkaitandengan modal karena apabila mengganti alattangkap maka bentuk kapal, ukuran kapal danmesin kapal secara teknik juga harus berubah(Antara kepri, 6 Maret 2015).

Dengan cukup banyaknya resistensi yangditimbulkan dari kebijakan ini, maka penelititertarik untuk menganalisis kebijakan darikementerian kelautan dan perikanan no.2 tahun2015 ini, dengan mengambil lokasi penelitian diKota Tanjungpinang provinsi kepulauan riau.Adapun alasan penulis memilih lokasi penelitian diKota tanjungpinang adalah karena kota Tan-jungpinang adalah ibu kota propinsi yang sangatbergantung pada pasokan dari nelayan dalammengkonsumsi ikan sebagai makanan sehari-haripenduduk. Hal ini tampak dari banyaknyamasyarakat terutama ibu-ibu yang mengeluhkannaiknya harga ikan dipasaran akibat minimnyapasokan ikan.

B. Rumusan MasalahRumusan masalah dari penelitian ini adalah

menganalisis kebijakan peraturan menteri keluatandan perikanan no.2 tahun 2015 tentang pelang-garan penggunaan alat tangkap pukat hela danpukat tarik sehingga dapat mengetahui dampakdari kebijakan tersebut dan solusi alternatif untukmenangani dampak yang ditimbulkan.

ANALISIS KEBIJAKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 2 TAHUN 2015

Page 156: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN147

C. Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeta-

hui dampak dari kebijakan peraturan menterikelautan dan perikanan no.2 tahun 2015 sertasolusi alternatif untuk menangani dampak yangditimbulkan dari kebijakan tersebut.

D. Metode PenelitianDalam menganalisis kebijakan peraturan menteri

kelautan dan perikanan No.2 PERMEN-KP/2015, maka penelitian ini menggunakan pende-katan kualitatif. Metode yang digunakan adalahwawancara, observasi, studi dokumentasi sertaanalisis data.

2. KERANGKA TEORIa. Analisis Kebijakan

Kebijakan adalah setiap keputusan yang dibuatoleh negara, sebagai strategi untuk merealisasikantujuan dari negara.Kebijakan public adalah strategiuntuk mengantar masyarakat pada masa awal,memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk

menuju kepada masyarakat yang dicita-citakan.(Nugroho 2013 : 7).Kebijakan dikatakan sebagaisuatu program yang diarahkan untuk mencapaitujuan-tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek yangtelah ditetapkan.

Analisis kebijakan diambil dari berbagai macamdisiplin ilmu dengan tujuan memberikan informasiyang bersifat : Deskriptif, evaluative, dan/atauperspektif. Analisis kebijakan menjawab tigamacam pertanyaan (Nugroho 2014: 271)1. Nilai yang pencapaiannya merupakan tolak

ukur utama untuk menilai apakah suatu masalahsudah teratasi?

2. Fakta yang keberadaannya dapat membatasiatau meningkatkan pencapaian nilai-nilai

3. Tindakan yang penerapannya dapat mengha-silkan pencapaian nilai-nilai.Untuk menjawabnya, analisis kebijakan dapat

menggunakan salah satu atau kombinasi dariketiga pendekatan analisis ini : Empiris, valuatif danatau normative. Ketiga pendekatan tersebutdipaparkan dalam table berikut ini.

Pendekatan Pertanyaan Utama Tipe Informasi Empiris Adakah dan akankah ada

(Fakta) Deskriptif dan prespektif

Valuatif Apa manfaatnya (Nilai) Evaluatif Normatif Apakah yang harus

diperbuat (Aksi) Prespektif

Analisis kebijakan sangat diperlukan untukmengetahui kebijakan apa yang cocok dalamproses perumusan kebijakan yang akan dibuatsehingga kebijakan tersebut sesuai dengan masalahyang sedang dihadapi. Selain itu analisis kebijakandapat membantu dalam penerapan suatu kebijakanyang telah ditetapkan. Dengan demikian analisisdapat di awal penerapan suatu kebijakan ataupundi akhir penerapan kebijakan.

Setidaknya ada 6 faktor yang menjadi penentuberhasil atau tidaknya suatu proses penerapankebijakan, adapun factor-faktor tersebut adalah(Erwan agus 2012 : 85)1. Kualitas kebijakan itu sendiri (Kualitas disini

menyangkut banyak hal, seperti : Kejelasantujuan, kejelasan implementator atau penang-

gungjawab implementasi, dan lainnya. Lebihdari itu, kualitas suatu kebijakan akan sangatditentukan oleh proses perumusan kebijakanitu sendiri. Suatu kebijakan yang dirumuskansecara demokratis akan sangat memberikanpeluang dihasilkannya kebijakan yang ber-kualitas. Dengan demikian, sebagaimanadianjurkan oleh Peter dan Linda deLeon sangatpenting untuk merumuskan kebijakan melaluiproses yang demokratis agar implementasi lebihmudah untuk dilaksanakannya.

2. Kecukupan input kebijakan. Suatu kebijakanatau program tidak akan dapat mencapai tujuanatau sasaran tanpa dukungan anggaran yangmemadai. Besarnya anggaran yang dialokasikanterhadap suatu kebijakan atau program

ANALISIS KEBIJAKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 2 TAHUN 2015

Page 157: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN148

menunjukkan seberapa besar political willpemerintah terhadap persoalan yang akandipecahkan oleh kebijakan tersebut. Secarahipotesis dapat dikatakan bahwa semakin besaranggaran yang dialokasikan oleh pemerintahterhadap suatu kebijakan maka semakin besarpula peluang keberhasilan implementasikebijakan tersebut, sebab pemerintah jugamemiliki komitmen yang kuat agar impementasikebijakan tersebut dapat berhasil.

3. Ketepatan instrument yang dipakai untukmencapai tujuan kebijakan (Pelayanan, subsidi,hibah, dan lainnya). Dengan analogi suatupenyakit, maka untuk menyembuhkannyadiperlukan obat yang tepat. Demikian jugapersoalan public yang ingin dipecahkan olehsuatu kebijakan juga memerlukan instrumentyang tepat. Intrumen tersebut dapat berupapelayanan public gratis atau dengan memberikanhibah barang-barang tertentu. Tentunya setiappersoalan akan membutuhkan bentuk instru-ment yang berbeda-beda.

4. Kapasitas Implementator (Struktur organisasi,dukungan SDM, koordinasi, pengawasan, dansebagainya). Struktur organisasi yang terlaluhirarkis tentu akan menghambat prosesimplementasi.

5. Karakteristik dan dukungan kelompok sasaran.Karakteristik kelompok sasaran tersebut akansangat berpengaruh terhadap dukungankelompok sasaran terhadap proses imple-mentasi.

6. Kondisi lingkungan geografi, social, ekonomidan politik dimana implementasi tersebutdilakukan. Kebijakan yang berkualitas tidakakan berhasil ketika diimplementasikan dalamsituasi dan kondisi lingkungan yang tidakkondusif terhadap upaya pencapaia tujuankebijakan.

3. PEMBAHASANa. Peraturan Menteri kelautan dan

perikanan No.2/2015 tentang pelaranganpenggunaan alat penangkap ikan pukathela dan pukat tarikAlat penangkapan ikan pukat hela (Trawls) dan

pukat tarik (Saine Nets) merupakan alat tangkap

ikan yang tidak selektif serta tidak dibenarkanberoperasi diseluruh wilayah pengelolaan perika-nan republic Indonesia (WPPNRI) berdasarkanperaturan menteri kelautan dan perikanan nomor2 tahun 2015 tentang larangan penggunaan alatpenangkapan ikan pukat hela (Trawls) dan pukattarik (Saine nets) di WPPNRI. Adapaun wilayahyang termasuk dalam wilayah pengeloaanperikanan republik Indonesia berdasarkanperaturan menteri nomor 1/MEN/2009 tentangwilayah pengelolaan perikanan republik Indonesiaadalah :1. WPP-RI 571 meliputi perairan selat malaka dan

laut Andaman2. WPP-RI 572 meliputi perairan samudera hindia

sebelah barat Sumatra dan selat sunda;3. WPP-RI 573 meliputi perairan samudera hindia

sebelah selatan jawa hingga sebelah selatannusa tenggara, laut sawu, dan laut timor bagianbarat;

4. WPP-RI 711 meliputi 711 meliputi perairanselat karimata, laut natuna, dan laut cina selatan;

5. WPP-RI 712 meliputi perairan laut jawa6. WPP-RI 713 meliputi perairan selat makasar,

Teluk bone, laut flores, dan laut bali;7. WPP-RI 714 meliputi perairan teluk tolo dan

laut banda;8. WPP-RI 715 meliputi perairan teluk tomini, laut

Maluku, laut Halmahera, laut seram dan telukberau

9. WPP-RI 716 meliputi perairan laut Sulawesidan sebelah utara pulau Halmahera

10.WPP-RI 717 meliputi perairan teluk cen-drawasih dan samudera pasifik

11.WPP-RI 718 meliputi perairan laut aru, lautarafuru dan laut timor bagian timur.

Pukat hela merupakan kelompok alat penang-kapan ikan terbuat dari jaring berkantong yangdilengkapi dengan atau tanpa alat pembuka mulutjarring dan pengoperasiannya dengan cara diheladisisi atau dibelakang kapal yang sedang melaju(SNI 7277.5 :2008). Alat pembuka mulut jaringdapat terbuat dari bahan besi, kayu atau lainnya.Pengoperasian alat penangkapan ikan pukat hela(Trawls) dilakukan dengan cara menghela pukatdisisi atau dibelakang kapal yang sedang melaju.

ANALISIS KEBIJAKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 2 TAHUN 2015

Page 158: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN149

Pengoperasiannya dilakukan pada kolom maupundasar perairan, umumnya untuk menangkap ikanpelagis maupun ikan demersal termasuk udang dancrustacean lainnya tergantung jenis pukat hela yangdigunakan.

Sedangkan Pukat tarik (Seine net) kelompokalat penangkapan ikan berkantong (cod-end)tanpa alat pembuka mulut jaring, pengoperasiannyadengan cara melingkari gerombolan (Schooling)ikan dan menariknya ke kapal yang sedangberhenti/berlabuh jangkar atau ke darat/pantaimelalui kedua bagian sayap dan tali selambar (SNI7277.6 : 2008). Pengoperasian pukat tarikdilakukan dengan cara melingkari gerombolan ikanpelagis atau ikan demersal dengan menggunakankapal atau tanpa kapal. Pukat ditarik ke arah kapalyang sedang berhenti atau berlabuh jangkar atauke darat/pantai melalui tali selambar di keduabagian sayapnya. Pengoperasiannya dilakukanpada permukaan, kolom maupun dasar perairan.(www.pusluh.kkp.go.id).

Kegiatan pengelolaan perikanan dilakukanberdasarkan asas manfaat, keadilan, kemitraan,pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensidan kelestarian yang berkelanjutan.Salah satutujuan penting dari pengelolaan perikanan adalahmeningkatkan taraf hidup nelayan kecil.Dalam UUPerikanan juga ditekankan tentang pengelolaanperikanan yang optimal, berkelanjutan, danterjamin kelestarian sumber daya ikan, denganmempertimbangkan hukum adat dan /atau kearifanlocal, dan memperhatikan peran serta masyarakat.

Dalam konteks pengelolaan,sebagaimana pasal7 UU perikanan, Menteri menetapkan jenis,jumlah, ukuran alat penangkapan ikan;jenis,jumlahukuran dan penempatan alat bantu penangkapanikan; dan daerah, jalur, dan waktu atau musimpenangkapan ikan; dimana setiap orang wajibmemenuhi ketentuan tersebut. DiIndonesia dengantegas dilarang penggunaan alat penangkapan ikanyang dilarang (Pasal 9 huruf c). Menurut penjelasanpasal 9 UU Perikanan disebutkan : “ Pelaranganpenggunaan alat penangkap ikan dan/atau alatbantu penangkapan ikan diperlukan untukmenghindari adanya penangkapan ikan dengan

menggunakan peralatan yang dapat merugikankelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya.Hal itu dilakukan mengingat wilayah pengelolaanperikanan republic Indonesia sangat rentanterhadap penggunaan alat penangkapan ikan yangtidak sesuai dengan ciri khas alam, serta kenyataanterdapatnya berbagai jenis sumber daya ikan diIndonesia yang sangat bervariasi , menghindaritertangkapnya jenis ikan yang bukan menjadi targetpenangkapan.

Sejak tahun 1980, pemerintah mengeluarkanKeppres nomor 39 tahun 1980 tentang pelaranganTrawl. Keluarnya keppres ini dengan sendirinya“mengharamkan” penggunaan pukat trawl diIndonesia. Dalam kepres tersebut diatur mengenaipenghapusan kegiatan penangkapan ikan denganmenggunakan jaring trawl secara bertahap, yakniterhitung 1 juli 1980 sampai 1 juli 1981, kapalperikanan yang mempergunakan jaring trawldikurangi jumlahnya. Dalam keppres juga diaturbahwa ketentuan mengenai perincian jaring trawldiatur dengan keputusan menteri pertanian.

Menurut pihak DKP Larangan penggunaanpukat hela dan pukat tarik ini sebenarnya berasaldari kesepakatan nelayan dengan para stakeholderpada tahu 2009, namun karena tidak adapenegasan yang cukup lama dari pihak kemen-terian kelautan dan perikanan maka pemilik kapaljuga tidak menaati kesepakatan tersebut, sehinggaperaturan akan laranganan penggunaan alatpenangkapan pukat hela dan pukat tarik initerkesan berlangsung dengan tergesa-gesa.

Sehingga dalam pelaksanaannya banyakmenimbulkan pro dan kontra yang langsungditanggapi oleh pihak kementerian dengan memberikan tenggang waktu untuk masa transisi yaitu lebihkurang 4- 9 bulan. Selama masa transisi tersebutmaka peraturan yang berlaku adalah kembali kepadaperaturan menteri nomor 2 tahun 2011, dimanapenggunaan alat tangkap cantrang diperbolehkanuntuk kapal dibawah 30 gross ton, yang perizinannyadibawah wewenang pemda. Untuk tahap awal daripenerapan kebijakan ini menimbulkan beberapadampak langsung atau dampak jangka pendekterutama bagi masyarakat nelayan.

ANALISIS KEBIJAKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 2 TAHUN 2015

Page 159: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN150

b. Dampak yang ditimbulkan dari penerapankebijakan peraturan menteri no.2.tahun2015 tentang pelarangan penggunaan alattangkap pukat hela dan pukat tarik.Tanjungpinang adalah merupakan ibu kota

propinsi kepulauan riau yang memiliki luas wilayahsebesar 252.601 Km2, dimana sekitar 95 % nyamerupakan lautan dan hanya sekitar 5 %merupakan wilayah darat. Menurut data yangdidapatkan dari dinas kelautan dan perikananjumlah nelayan di kota tanjungpinang tahun 2015adalah 4.621 orang. Nelayan di kota tanjung-pinang menggunakan alat tangkap yang beragamjenisnya seperti jaring insang mencapai 21%,pancing 25 %, dan jaring angkat 13 %. Sedangkanpukat hela dan pukat tarik dahulunya digunakansebesar 29 % sisanya adalah yang menggunakanalat tangkap perangkap yang hanya mencapai12% totalnya.

Berdasarkan hasil obeservasi dan wawancaradengan diterapkannya permen ini menimbulkanbeberapa dampak seperti dibawah ini :1. Penghasilan nelayan menurun

Sebelum adanya peraturan ini nelayan dapatmenangkap ikan sampai dengan 20 kg seharidengan perkiraan pendapatan Rp.400.000-560.000 per harinya namun setelah perturanini diberlakukan nelayan hanya bisa menangkap7 kg seharinya dengan perkiraan pendapatanRp. 180.000-200.000. dengan menurunkanhasil tangkapan para nelayan tentunya ber-pengaruh terhadap harga jual dipasaran sepertiikan selar segar yang harganya Rp.28.000/kgmenjadi Rp.45.000-48.000/kg yang akhirnyamembuat daya beli masyarakat menurun, ikantidak laku karena masyarakat beralih meng-konsumsi ayam dari pada ikan dan nelayan punmengalami kerugian.

2. Nelayan tidak dapat melaut dan menganggurAkibat dari penerapan peraturan ini banyaknelayan yang akhirnya harus memutuskan untuktidak melaut akibat tidak cukup modal untukmengganti alat tangkap yang ramah lingkunganyang diizinkan oleh kementerian.Untuk meng-ganti alat tangkap yang ramah lingkungan sepertipursein adalah sekitar Rp.350 juta yangtentunya masyarakat nelayan tidak sanggup

untuk membelinya.Untuk mengatasi dampak ini pihak dinas

kelautan dan perikanan sudah menerapkanbeberapa solusi yaitu dengan memberikanbantuan-bantuan kepada nelayan namunbantuan seperti pemberian jaring dalam ukurankecil dan bubuh kepiting namun sayangnyabantuan ini belum sepenuhnya berdampak padapeningkatan pendapatan masyarakat nelayanseperti saat mereka menggunakan pukat. Selainitu pihak kementerian kelautan dan perikananjuga sudah bekerjasama dengan OJK dalamprogram jangkau, sinergi, guideline dalammengeluarkan kartu jaring, dimana kartu jaringini diepruntukkan bagi masyarakat sectorkelautan dan perikanan. Kartu jaring diterbitkanoleh bank pendukung dengan tujuan hubungannelayan dengan bank semakin mesra. Namunsayangnya banyak nelayan yang tidak mauuntuk memanfaatkan kebijakan ini dikarenakanmereka tidak mengetahui prose-durnya apauntuk mendapatkannya.

Alasan lainnya yang membuat nelayan tidakmelaut adalah ketergantungan nelayan dengantoke atau pengumpul ikan, banyak nelayan yangbekerja dengan toke sebagai nelayan buruh daritoke atau anak buah kapal namun akibat tokemerugi karena kebijakan ini maka banyak tokeyang akhirnya melepaskan nelayan buruhnyasehingga nelayan kehilangan pekerjaan akibatketidakberdayaan mereka. Ditambah lagidengan karakteristik social-ekonomi masyara-kat nelayan pesisir yang masih dalam kelompokmarjinal. Adapun karakteristik dari masyarakatnelayan pesisir seperti berikut ini:a. Pengetahuan tentang teknik penangkapan

ikan diperoleh secara turun temurunberdasarkan pengalaman empiris. Sehinggapengetahuan atau teknologi-tekologi baruyang muncul seperti penggunaan GPS belumakrab dengan para nelayan.

b. Dari sisi struktur social adalah struktur socialyang terbentuk dalam hubungan produksipada usaha perikanan, perikanan tangkapmaupun budidaya dicirikan dengan kuatnyaikatan patron-klien contonya adalahhubungan yang saling membutuhkan dan

ANALISIS KEBIJAKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 2 TAHUN 2015

Page 160: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN151

melengkapi satu dengan lain antara juragandan nelayan buruh.

c. Tingkat pendidikan masih rendah sehinggaapabila ada bantuan dari pemerintah makatahapan sosialisasi yang diberikan kepadanelayan tidak bisa dilakukan sekali atau 2kali karena nelayan membutuhkan waktuuntuk memahaminya.

3. Peraturan menteri kelautan dan perikanantentang pelarangan penggunaan alat penang-kapan ikan pukat hela dan pukat tarik jugamemberikan dampak positif bagi keberlang-sungan biota laut sehingga ketersedian sumberdaya ikan tetap terjaga. Perlu diketahui bahwadari hasil kajian world wide fund fo nature (wwf)Indonesia (www.wwf.or.id) menyebutkanbahwa hanya sekitar 18-40% hasil tangkapantrawl dan cantrang yang bernilai ekonomis dandapat dikonsumsi, 60-80% adalah tangkapansampingan atau tidak dimanfaat, sehinggasebagian besar hasi tangkapan tersebut dibuangke laut dalam keadaan mati.Penggunaan Trawldengan mengeruk dasar perairan merusakhabitat serta penggunaan mata jaring yang keciljuga menyebabkan tertangkapnya berbagaijenis biota yang masih anakan atau belummatang gonad. Pemborosan sumberdaya initelah terjadi terus menerus sejak alat tangkapini dipergunakan secara luas pada tahun 1960.

Hasil tangkapan trawl dan cantrang tidakselektif dengan komposisi hasil tangkapan yangmenangkap semua ukuran ikan, udang, kepiting,serta biota lainnya. Biota-biota yang belummatang gonad dan memijah yang ikut ter-tangkap tidak dapat berkembang biak meng-hasilkan individu baru. Kondisi ini menyebabkandeflasi stok atau pengurangan sumber dayaikan, hasil tangkapan akan semakin berkurang.Selain itu biota yang dibuang akan mengacau-kan data perikanan karena tidak tercatat sebagaihasil produksi perikanan. Analisis stok sumberdaya perikanan pun menjadi kurang akuratsehingga menyebabkan tidak sesuainyakebijakan pengelolaan dan kenyataan kondisisumber daya perikanan.Dengan menurunnyasumber daya ikan diperairan juga akanmenyebabkan lokasi penangkapan nelayan akan

ikut berpindah dan menjauh, serta biayaoperasional penangkapan semakin tinggi.

c. Solusi alternatifuntuk menangani dampakyang ditimbulkan dari peraturan menterikelautan dan perikanan no.2 tahun 2015 ten-tang pelarangan penggunaan alat penang-kapan ikan pukat hela dan pukat tarik.Dengan timbulnya dampak negatif bagi nelayan

akibat munculnya kebijakan ini, maka pemerintahbaik pemerintah pusat maupun pemerintah daerahharus segera menangani dampak tersebut jika tidakingin dampak negative lainnya muncul. Adapun so-lusi alternatif yang penulis tawarkan guna mena-ngani dampak kebijakan ini adalah sebagai berikut:1. Adanya penambahan tenggang waktu dalam

pelaksanaan kebijakan ini. Bagaimanapundalam sebuah kebijakan baru dibutuhkanwaktu transisi dalam prosesnya. Tenggangwaktu yang diberikan pihak pemerintah dalamhal ini kementerian kelautan dan perikanan yaitu4-9 bulan di nilai nelayan terlalu singkat.Menurut para nelayan paling tidak dibutuhkanwaktu antara 1-2 tahun sampai dengan nelayanbisa beradapsi dengan kebijakan tersebutmengingat pukat hela dan pukat tarik ini adalahalat tangkap yang nelayan gunakan dalam kurunwaktu yang cukup lama. Nelayan juga mem-butuhkan waktu untuk memkirkan modal gunamembeli alat tangkap baru yang ramahlingkungan.

2. Perlu kiranya dalam tahap sosialisasi pihakpemerintah dan nelayan turun langsung gunamelihat dampak nyata dari penggunaan pukathela dan pukat tarik. Hal ini perlu dilakukanmengingat banyak nelayan yang merasa bahwapukat yang mereka gunakan tidak merusakekosistem. Sehingga antara pemerintah dannelayan memiliki persamaan persepsi tentangalat tangkap ikan yang merusak lingkungan.

3. Harus ada koordinasi antara satuan kerjapengawasan sumberdaya kelautan dan perika-nan Kementerian kelautan dan perikanandengan pihak polisi air republik Indonesia danjuga pihak TNI angkatan laut dalam mengawasikapal-kapal sedang melakukan penangkapanikan mengingat masih banyak kapal yang masih

ANALISIS KEBIJAKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 2 TAHUN 2015

Page 161: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN152

menggunakan pukat hela dan pukat tarik akibatlambannya pengurusan izin, selain itu jugabanyak kapal yang memalsukan ukuran kapalyang seharusnya 80 GT menjadi 30 GT karenadalam peraturan ini yang diutamakan pelarangankapal menggunakan pukat hela dan pukat tarikadalah kapal dengan ukuran diatas 30 GTdimana pengurusan izin dari pada kapal dibawah 30 GT tersebut ada dipemeritah daerah.

4. Pihak Bank harus jemput bola ke para nelayan.Turun langsung kemasyarakat nelayan, ikutmensosialisasikan bagaimana mendapatkanpinjaman, hal ini perlu dilakukan karena masihbanyak nelayan yang enggan mengurus ke bankkarena mereka merasa akan sulit berhubungandengan bank karena mereka tidak memilikiagunan sebagai jaminan untuk memperolehkredit.

5. Pemerintah harus bekerjasama dengan pihakuniversitas untuk bersama-sama menemukanalat tangkap yang ramah lingkungan, harga yangterjangkau dan mendapatkan hasil tangkapanyang sama dengan menggunakan pukat hela dantarik. Hal ini perlu dilakukan karena sampai saatini alat tangkap yang diberikan pemerintah untuknelayan belum ada yang hasilnya samatangkapannya menyamai saat mereka meng-gunakan pukat hela atau pukat tarik.

4. KesimpulanDengan dikeluarkannya peraturan menteri

kelautan dan perikanan no.2 tahun 2015 tentanglarangan penggunaan alat penangkapan ikanberupa pukat hela dan pukat tarik menimbulkanbeberapa dampak yang buruk bagi nelayan yaitupertama, pendapatan nelayan menurun dan keduanelayan tidak dapat melaut dan menganggur.Namun walaupun dalam jangka pendek inikebijakan permen tersebut menimbulkan dampakyang buruk bagi nelayan permen ini dalam jangkapanjang juga menimbulkan dampak yang baik bagikeberlangsungan hidup biota laut yang tentunyaakan memperbaiki stok sumber daya perikananyang sudah over fishing. Namun membutuhkanwaktu yang cukup lama untuk kita bisa memulih-kan kembali lingkungan laut yang sudah rusakakibat penggunaan alat tangkap ini sehinggadinamika kebijakan permen ini banyak menim-bulkan pro dan kontra di kalangan masyarakatnelayan khususnya akibat ketidakgesaanperaturan-peraturan sebelumnya.

Oleh karena itu dalam masa transisi yang penuhdengan konflik ini peran pemerintah baik pusatmaupun daerah sangat diperlukan.Mulai daritambahan tenggang waktu dalam penerapankebijakan sampai dengan perlunya kerjasamadengan pihak bank agar dampak ini dapatterselesaikan dengan baik.Dibutuhkan kerjasamadengan seluruh stakeholder dan masyarakatnelayan agar kita kembali jaya dengan hasil lautyang melimpah dan kesejahteraan nelayan dapatmeningkat.

ANALISIS KEBIJAKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 2 TAHUN 2015

Page 162: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN153

Erwan agus purwanto, Dyah Ratih Sulistyastuti,2012, Implementasi Kebijakan public(Konsep dan Aplikasinya di Indonesia),Yogyakarta : Gava Media

Nugroho, Riant.,2013, Metode PenelitianKebijakan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Nugroho, Riant., 2014, Public Policy (teori,manajemen, dinamika, analisis, konver-gensi, dan kimia kebijakan), Jakarta : PT.Elex Media Komputindo.

Tanjungpinang pos,2015. Nelayan tolak laranganpakai pukat tarik. Http://www.tanjungpinangpos.co. id/2015/112649/nelayan-tolak-larangan-pakai-pukat-tarik/.Diakses tanggal 31 agustus 2016 pukul 17.5

Antara kepri, 2015. HNNKII Kepri : Nasib10.000 Nelayan terancam. Http://m.antarakepri.com/berita/32463/hnnkii-kepri-nasib-10000-nelayan-terancam/.Diakses tanggal 1 september 2016 pukul16.00

Daftar Pustaka

www.wwf.or.id,2015.Trawl dan cantrang,keuntungan yang bunting.

Warta Penyuluhan,2015. Mengapa pukat hela(Trawls) dan pukat tarik ( Seine nets)Dilarang beroperasi diperairan kabupatenlangkat. Http://pusluh.kkp.go.id/arsip/c/2184/?category_id=. Diakses tanggal 1september pukul 18.28

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45tahun 2009 Tentang Perubahan atasUndang-Undang Nomor 31 Tahun 2004Tentang Perikanan.

Peraturan menteri kelautan dan perikanan republikIndonesia nomor 2 tahun 2015 Tentanglarangan penggunaan alat penangkapan ikanpukat hela (Trawls) dan pukat tarik (Seinenets) diwilayah pengelolaan perikanannegara republik Indonesia

Peraturan menteri kelautan dan perikanan republikIndonesia nomor per.01/MEN/2009Tentang Wilayah pengeloaan perikananRepublik Indonesia.

ANALISIS KEBIJAKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 2 TAHUN 2015

Page 163: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN154

DINAMIKA DISTRIBUSI BBMDI DAERAH KEPULAUAN

Oleh :Adji Suradji Muhammad

Eka SuswainiUniversitas Maritim Raja Ali Haji

A. PendahuluanPembukaan Undang-undang Dasar 1945,

tepatnya padaalinea ke-empat telah mengama-natkan bahwa Pemerintah Indonesia dibentuk

AbstrakDaerah kepulauan memiliki banyak tantangan di bandingkan dengan daerah daratan.Mulai dari sulitnya akses untuk menghubungkan antar daerah/pulau, komunikasiyang terkendala hingga pada soal pendistribusian barang-barang yang menjadikebutuhan pokok sehari-hari. Berbagai kendala tersebut tentu akan menghambataktifitas sehari-hari. Penyikapan dan penyiapan atas situasi dan kondisi tersebutsangat diperlukan agar aktifitas sehari-hari masyarakat yang tinggal di daerahkepulauan dapat terpenuhi dengan baik tanpa harus berkelebihan. Bahan BakarMinyak yang selanjutnya disebut BBM menjadi bahan utama untuk menggerakkanroda perekonomian baik yang ada di daratan maupun di daerah kepuluan. Hampirdapat dipastikan bahwa untuk memindahkan barang maupun orang, dewasa inimenggunakan kendaraan. Pemindahan barang dan orang di daratan pada umumnyamenggunakan kendaraan bermotor seperti sepeda motor, mobil dan lain-lain.Sedangkan untuk di lautan/perairan pada umumnya menggunakan kapal denganberbagai ukuran/GT. Guna dapat menggerakkan kendaraan tersebut (laut dan darat)tentu dibutuhkan energi yang mampu memberikan dorongan. BBM merupakan pilihanyang saat ini paling realistis mengingat sudah disediakan oleh pemerintah melaluipertamina. Namun sangat disayangkan untuk di Kabupaten Kepulauan Anambashingga saat ini belum ada satupun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau biasadi kenal SPBU. Belum tersedianya SPBU tersebut tentu menjadi salah satu persoalankarena masyarakat tidak bisa dengan mudah mengakses sumber utama dalammemperoleh BBM. Hal ini di perparah dengan kondisi alam Anambas yang apabilamenghadapi musim utara gelombang yang tinggi sehingga banyak kapal besar(tongkang) tidak berlayar sehingga pasokan BBM akan terkendala. Oleh sebab itudiperlukan kajian yang mendalam untuk mengurai benang kusut pendistribusian BBMdi daerah kepulauan khususnya Kabupaten Kepulauan Anambas.

Kata Kunci: Distribusi, BBM, Kepulauan.

dalam upaya “melindungi segenap bangsaIndonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia danuntuk memajukan kesejahteraan umum”. Untukmewujudkan cita-cita luhur tersebut pemerintah

Page 164: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN155

membentuk pemerintahan di daerah. Hal inisebagaimana yang tertuang dalam Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 TentangPerubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.Sehubungan dengan upaya mencapai cita-citatersebut, pemerintah mendelegasikan sebagianurusanya kepada pemerintah daerah yang disebutdengan tugas pembantuan. Tugas pembantuansebagaimana Pasal 1 Ketentuan umum UU 9/2015ayat 11 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan“Tugas pembantuan adalah penugasan daripemerintahPusat kepada daerah otonom untukmelaksanakan sebagianurusan pemerintahan yangmenjadi kewenanganPemerintah pusat atau daripemerintah daerah provinsi kepada daerahkabupaten/kota untuk melaksanakansebagianurusan pemerintahan yang menjadi kewenangandaerah provinsi”.

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas(KKA) merupakan salah satu kabupaten yang adadi Provinsi Kepulauan Riau. KKA dibentuk melaluiUndang-undang No.33 tahun 2008 tentangpembentukan Kabupaten Kepulauan Anambasyang berada diwilayah Provinsi Kepulauan Riau.Dengan dibentuknya KKA diharapkan cita-citanasional yang tertuang dalam Pembukaan UUD1945 dapat dipercepat ke-terwujud-anya. Terkaitdengan upaya mewujudkan “kesejahteraan umum”tersebut pemerintah memiliki kewenangan untukmemberikan layanan publik, baik dalam bentuklayanan jasa maupun dalam bentuk layananbarang.

Bahan Bakar Minyak yang selanjutnya disebutBBM merupakan salah satu komoditas layananpemerintah kepada masyarakat yang dijalankanoleh PT.Pertamina. Dalam menjalankan perantersebut PT. Pertamina tidak hanya berperanmemproduksi BBM, tetapi PT.Pertamina jugamemiliki peran mendistribusikanya kepadamasyarakat. Dalam melakukan distribusi BBM, PTPertamina memberikan ijin kepada masyarakatuntuk membangun SPBU (Stasiun Pengisian BahanBakar Umum) atau yang lebih familiar dengansebutan “pom bensin”.

Perusahaan Daerah Kabupaten KepulauanAnambas yang selanjutnya disebut PERUSDA

Anambas Sejahtera, merupakan satu-satunyaperusahaan daerah yang dibentuk oleh PemerintahKabupaten Kepulauan Anambas berdasarkanPeraturan Daerah No 2 tahun 2012. PembentukanPerusda Anambas Sejahtera memiliki dua misiutama, pertama meningkatkan Pendapatan AsliDaerah (PAD), dan kedua, ikut berpartisipasidalam pembangunan perekonomian daerah dannasional. Dua misi utama tersebut dapat dijalankansekaligus yaitu dengan melakukan bisnis penjualanBBM di wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas.Keterlibatan Perusda Anambas Sejahtera dalammelakukan bisnis BBM bukanlah tanpa alasan.Disamping untuk menjalankan kedua misi tersebut,Perusda juga dapat memberikan jaminan kepadamasyarakat akan ketersediaan BBM yang selamaini menjadi bahan “langka” di Anambas. Bahkanada adegium yang berkembang di masyarakat“lebih mudah beli motor daripada beli bensin”.Adegium ini menunjukkan bahwa ketersediaan/pasokanmaupun distribusi BBM di KabupatenKepulauan Anambas mengalami situasi yang tidakmenentu (tidak stabil) dari waktu ke waktu.

B. PermasalahanPermasalahan yang muncul akibat ketidaksta-

bilan pasokan dan pendistribusian BBM diKabupaten Kepulauan Anambas adalah rasaketidaktenangan masyarakat. Rasa ketidaktenangan tersebut akhirnya berakibat pada punicbuying yang ditandai dengan pembelian BBMyang “berlebih” atau “melebih kapasitas ken-daraan”.

C. Maksud dan TujuanMaksud dilakukannya kajian ini adalah untuk

merumuskan bagaimana sistem pendistribusianBBM yang tepat, tepat waktu, tepat sasaran dantepat jumlah. Sedangkan tujuan dilakukanya kajianini adalah untuk membantu pemerintah daerahdalam memberikan rasa tenang kepada masya-rakat (khususnya pemilik kendaraan) akanketersediaan BBM.

D. Metodologi Kajian1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam mengaki

DINAMIKA DISTRIBUSI BBM DI DAERAH KEPULAUAN

Page 165: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN156

Dinamika Distribusi BBM di Daerah Kepulauanini adalah deskriptif kualitatif. Mengacu padaSekaran (2000:125-127) dan Nazir (2003: 54),sebuah studi deskriptif dilaksanakan untuk menilaidan menggambarkan karakteristik dari variabel-variabel yang diamati dalam sebuah situasi. Lebihlanjut Sugiono (2002:17) mengatakan bahwametode kualitatif adalah prosedur penelitian yangmenghasilkan data deskriptif berupa kata-katatertulis atau lisan dari orang-orang dan perilakuyang diamati dengan menggunakan instrumenpenelitian.

Lain dari pada itu, Irawan (2006: 5) meng-istilahkan penelitian kualitatif dengan naturalinquiry (karena konteksnya yang natural bukanartifisial) atau interpretative inquiry (karenabanyak melibatkan faktor-faktor subyektif baikdari informan, subjek penelitian, atau peneliti itusendiri). Penggunaan metode deskriptif dankualitatif mengharuskan dilakukan dua tahapan,yaitu menggambarkan fakta lapangan (deskriptif)dan selanjutnya menganalisis secara kualitatif,apakah dengan natural inquiry maupun denganinterpretative inquiry.

Fakta-fakta lapangan digambarkan dalam tigavariabel penelitian yang mengacu pada modelMazmanian dan Sabatier (1983), yaitu variabelberat ringannya masalah ditangani, isi kebijakandan variabel lingkungan kebijakan. Analisa kualitatifdilakukan atas fakta empirik yang diperoleh yangdipadukan denga pendapat informan.

2. Sumber DataMengingat bahwa penelitian kualitatif mengan-

dalkan natural inquiry maupun dengan interpre-tative inquiry, maka sumber data utama dalamkajian ini adalah hasi-hasil kajian terdahulu yangdi perkuat dengan hasil observasi peneliti.Setidaknya ada 2 (dua) alasan utama yang penelitijadikan argumen sehingga penelitian ini menggu-nakan pendekatan kepustakaan (literaturereview). Menurut Zed (2008,2-3), terdapatbeberapa alasan mengapa para peneliti inginmembatasi penelitiannya pada studi pustaka/teks:

Pertama, karena persoalan penelitian tersebuthanya bisa dijawab lewat penelitian teks/pustakadan sebaliknya tidak mungkin mengaharapkan

datanya dari riset lapangan. Studi sejarahumumnya, termasuk sejarah kedokteran, sejarahsensus, sejarah pemikiran, atau sejarah ekonomi,tidak bisa lain kecuali dengan mengandalkan risetpustaka. Namun begitu, sejumlah disiplin tetentuseperti studi Islam atau sastra adakalanya jugaberurusan dengan riset pustaka.

Kedua, data pustaka tetap ada untuk menja-wab persoalan penelitiannya. Bukankah perpus-takaan merupakan “tambang emas” yang sangatkaya untuk riset ilmiyah! Lagi pula, informasi ataudata empiric yang telah dikumpulkan orang lain,baik berupa laporan hasil penelitian, atau laporan-laporan resmi, buku-buku yang tersimpan diperpustakaan tetap dapat digunakan oleh perisetkepustakaan. Dalam kasus tertentu data lapangandiperkirakan tidak cukup signifikan untukmenjawab pertanyaan peneliti yang akan dilakukan.

Mengingat bahwa studi terkait dengan poladistribusi BBM di daerah Kepulauan Anambastelah dilakukan penelitian sebelumnya, makapenelitian terkait dengan dinamika distribusi BBMdi daerah Kepulauan telah sesuai dengan alasanyang disampaikan Zed di atas. Disamping alasan-alasan tersebut di atas, Suharsimi Arikunto (2003,76-77) juga memberikan argumen manfaat penelitimenggunakan pendekatan penelitian kepustakaan.Berikut beberapa manfaat yang diperoleh dalampendekatan kepustakaan:1. Peneliti akan mengetahui dengan pasti apakah

permasalahan yang dipilih untuk dipecahkanmelalui penelitian betul-betul belum pernahditeliti oleh orang yang terdahulu. Agar adasemacam antisipatif, apa yang ia lakukan bukansekedar meneliti tanpa arti.

2. Dengan mengadakan kajian literatur, penelitidapat mengetahui masalah-masalah lain yangmungkin ternyata lebih menarik dibandingkandengan masalah yang telah dipilih terdahulu.

3. Dengan mengetahui banyak hal yang tercantumdi dalam literatur (dan ini merupakan yangterpenting bagi pelaksanaan penelitiannya),peneliti akan dapat lancar dalam menyelesaikanpekerjaannya. Dalam tonggak-tonggak tertentudari langkahnya meneliti, peneliti memangdiharuskan untuk mengacu pada pengetahuan,dalil, konsep, atau ketentuan yang sudah ada.

DINAMIKA DISTRIBUSI BBM DI DAERAH KEPULAUAN

Page 166: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN157

4. Sehubungan dengan manfaat nomor 3, yaknikeharusan peneliti mengacu pada pengetahuan,dalil, konsep, atau ketentuan yang sudah ada,maka kedudukan peneliti sebagai ilmuanmenjadi mantap, kokoh, tegar, karena dalamkegiatannya tersebut ia telah bekerja denganbaik, telah menggunakan aturan-aturanakademik yang berlaku. Karena menurutArikunto sendiri, penelitian merupakan kegiatanakademik. Peneliti adalah ilmuan, jadi harusbersifat terbuka dan bertanggungjawab atasapa yang di lakukan.

3. Teknik AnalisisTeknik analisis yang digunakan dalam mengkaji

dinamina distribusi BBM di daerah Kepulauan iniyaitu dengan menggunakan pendekatan modelMazmanian dan Sabatier. Dalam melakukan analisamodel ini, terdapat dua variabel utama yaituvariabel dependendan variabel independen.Variabel dependen adalah mudah atau tidakmudahnya masalah dikendalikan. Sedangkanvariabelisi kebijakan berfungsi sebagaivariabelintervening sementara variabel lingkungankebijakan merupakan variabel non kebijakan yangmempengaruhi proses implementasi.

E. Kerangka Teori1. Distribusi BBM

Istilah distribusi sering juga dikenal denganistilahlogistik. Logistik didefinisikan sebagai sebuahdistribusi material dan produk dalam hal kuantitasserta tempat yang tepat. Dalam melakukandistribusi barang mengacu pada hubungan yangada diantara titik produksi dan pelanggan terakhir.Dalam melakukan distribusi sering terdiri daribeberapa jenis kegiatan mulai dari persediaan yangharus dikelola. Tujuan utama dari manajemenpersediaan adalah memperoleh persediaan dalamtempat yang tepat, pada waktu yang tepat,spesifikasi kualitas yang tepat, serta pada ongkosyang memadai. Tujuan ini untuk mencapai tingkatpelayanan pelanggan (customer servicelevel)yangdiinginkan pada tingkat ongkosyang ditetapkan.

2. Dinamika SistemDinamika sistem merupakan metode pemo-

delan yang berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang dinamika waktu maupundinamika kondisi. Dinamika waktu yaitu pola-polatingkah laku yang dibangkitkan oleh sistemitudengan perubahan waktu. Sedangkan dinamikakondisi merupakan pola-pola yang disebabkankarena situasi dan kondisi yang disebabkan karenageografis. Asumsi utama dalam paradigmadinamika sistem adalah bahwa dinamika yangpersistent pada setiap sistem yang kompleksbersumber dari struktur kausal yang membentuksistem. Hal inilah yang menyebabkan model-modelsistem dinamis diklasifikasikan ke dalam modelmatematik kausal.

Metode dinamika sistem berkaitan denganpertanyaan perilaku perubahan waktu dan kondisidari sistem yang kompleks. Model tersebut berisifaktor-faktor, sumber-sumber informasi danjaringan aliran informasi yang menghubungkankeduanya. Metode sistem dinamis mengacu padasistem tertutup (closed system) atau sistem yangmempunyai umpan balik (feedback system).Struktur yang terbentuk dari umpan balikmenghubungkan sebuah keluaran pada suatuperiode tertentu dengan masukan pada periodeyang akan datang. Sistem umpan balik yang adapada akhirnya memiliki kemampuan untukmengendalikan dirinya sendiri dalam mencapaitujuan tertentu. Umpan balik yang menjadikerangka dasar dinamika sistem tersebut meru-pakan rangkaian tertutup yang menghubungkanmasing-masing komponen yang terkait dalamsistem nyata secara menyeluruh. Model sistemdinamis ditujukan untuk memahami karakteristikdan perilaku mekanisme proses internal yangterjadi pada sistem tertentu.

3. Implementasi KebijakanImplementasi kebijakan adalah satu bagian

penting dalam studi kajian kebijakan publik.Mengacu pendapat dari Van Meter dan Van Horne(Agustino, 2006: 161), yang dimaksud denganimplementasi kebijakan adalah tindakan-tindakanyang dilakukan baik oleh individu-individu ataupejabat-pejabat atau kelompok-kelompokpemerintah atau swasta yang diarahkan padatercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan

DINAMIKA DISTRIBUSI BBM DI DAERAH KEPULAUAN

Page 167: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN158

dalam keputusan kebijaksanaan. SelanjutnyaGrindle (Akib, 2010: 2), memperjelas maksud dariimplementasi kebijakan adalah sebagai prosesumum tindakan administratif yang dapat ditelitipada tingkat program tertentu. Proses imple-mentasi baru akan dimulai apabila tujuan dansasaran telah ditetapkan, program kegiatan telahtersusun dan dana telah siap dan disalurkan untukmencapai sasaran.

Lebih lanjut Mazmanian dan Sabatier (Agustino(2006: 161) memberikan definisi implementasikebijakan sebagai pelaksanaan keputusankebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yangpenting atau keputusan-keputusan badanperadilan. Dalam merumuskan kebijakan publik,lazimnya kegiatan tersebut mengidentifikasikanmasalah yang ingin diatasi, menyebutkan secarategas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, danberbagai cara untuk menstrukturkan atau mengaturproses implementasinya.

Keberhasilan dari sebuah kebijakan sangatditentukan oleh bagaimana model implementasiyang digunakan oleh pembuat kebijakan danimplementator. Model implementasi kebijakanmenurut Mazmanian dan Sabatier (Purwanto danSulistyastuti, 2012: 40) dan juga sebagaimana yangdikemukakan oleh Nugroho (2006: 129),mencakup empat variabel: pertama, variabelindependen, yaitu mudah tidaknya masalahdikendalikan; kedua, variabel intervening, yaituvariabel kemampuan kebijakan untuk men-strukturkan proses implementasi; dan ketiga,variabel di luar kebijakan yang mempengaruhiproses implementasi, dan keempat variabeldependen, yaitu 5 tahapan dalam proses imple-mentasi.

Selanjutnya terdapat unsur-unsur dari masing-masing variabel yang dapat mempengaruhiimpelemntasi kebijakan. Diantara unsur tersebutadalah sebagai berikut:1) Tractability of the problem (tingkat kesulitan

masalah), meliputi: kesulitan Teknis, keragamanperilaku, rasio kelompok target terhadappenduduk, dan perubahan perilaku yangdikehendaki.

2) Ability of statute to structure implementa-tion (isi kebijakan), meliputi: kejelasan dankonsistensi tujuan, teori kasualitas, ketepatanalokasi sumber dana, keterpaduan hirarkidalam dan antar lembaga pelaksana, aturanbadan pelaksana, kesepakatan penjabatterhadap tujuan, dan akses pihak luar.

3) Non statutory variables affecting implemen-tations (variabel lingkungan kebijakan)meliputi: kondisi sosial ekonomi dan teknologi,dukungan publik, sikap dan sumber-sumberyang dimiliki kelompok masyarakat, dankomitmen dan leadership pelaksana.

4) Proses implementasi, meliputi: delivery out put,kepatuhan, efek kebijakan, dampak kebijakan,dan revisi kebijakan.

F. Hasil dan Diskusi1. Kondisi Geografis Kabupaten Kepulauan

AnambasKabupaten Kepulauan Anambas (KKA)

merupakan daerah yang memiliki kondisi geografis“lain” dari pada yang lain khususnya diantaraKabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau.Secara geografis Kabupaten Kepulauan Anambasterletak antara 2º10’0"- 3º40’0"LU s/d 105º15’0"-106º45’0" BT (Sumber: UU No 33 Tahun 2008).Sebagai wilayah kepulauan, Kabupaten Kepu-lauan Anambas memiliki karakteristik yangberbeda dengan wilayah lainnya, hal ini dika-renakan sebagian besar wilayahnya terdiri darilautan dan pulau-pulau yang tersebar di PerairanLaut Natuna dan Laut Cina Selatan. Secaraadministrasi wilayah Kabupaten KepulauanAnambas terdiri dari pulau-pulau besar dan kecilserta pulau yang berbatasan dengan negara asing.

Berikut batas wilayah Kabupaten KepulauanAnambas; Sebelah Utara berbatasan dengan LautCina Selatan, Sebelah Selatan berbatasan denganKepulauan Tembelan Kabupaten Bintan, SebelahBarat berbatasan dengan Laut Cina Selatan danSebelah Timur berbatasan dengan Laut Natuna(Kabupaten Natuna). Berikut peta posisi Ka-bupaten Kepulauan Anambas mengacu padaRencana Tata Ruang Kabupaten KepulauanAnambas tahun 2007.

DINAMIKA DISTRIBUSI BBM DI DAERAH KEPULAUAN

Page 168: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN159

Gambar Peta Kabupaten Kepulauan Anambas

(Sumber : RTRL Kabupaten Natuna, 2007).

Dari hasil verifikasi penamaan pulau yangdilakukan oleh Direktorat Jenderal PemerintahanUmum Departemen Dalam Negeri, KabupatenKepulauan Anambas mempunyai 238 buah pulau,termasuk di dalamnya 5 pulau terluar yangberbatasan langsung dengan negara tetangga.Antara pulau satu dengan pulau lainya dihu-bungkan oleh perairan/lautan. Pulau-pulau besardiantaranya adalah Pulau Siantan, Pulau Matak,Pulau Mubur, dan Pulau Jemaja.

Disamping KKA memiliki tantangan geografis,KKA juga memiliki tantangan alam tersediri.Keadaan alam yang ada di Kabupaten KepulauanAnambas berdasarkan pada satuan fisiografisterdiri atas;

a. Penggunungan Lintang dengan Ketinggian610 m.

b. Penggunungan Datuk dengan Ketinggian510 m.

c. Penggunungan Tukung dengan Ketinggian477 m.

d. Penggunungan Selasih dengan Ketinggian387 m (Sumber : Natuna Dalam Angka,2006 dan 2007).

Selanjutnya jika dilihat dari topografi, wilayahdaratan yang ada di masing-masing Kecamatan diKabupaten Kepulauan Anambas sebagian besarberbukit dan pegunungan terjal yang disusun oleh

batuan metamorf. Umumnya batuan-batuan yangtersingkap merupakan batuan metamorf yangberunsur partier, batuan lainnya antara lain adalahbatuan sedimen, endapan alluvial, trias, permo-karbon, sekis, granit, diorerm, hiporit dan erufsikwarter. Ketinggian Wilayah cukup bervariasiyakni berkisar 3-610 meter dari permukaan laut(Sumber : Natuna dalam Angka, 2007). Se-dangkan struktur tanah yang terdapat di wilayahKabupaten Kepulauan Anambas merupakan tanahmineral, umumnya terdiri dari jenis tanah podsolik,latosol dan alluvial. Tanah tersebut terbentuk daribahan induk metamorf, batuan beku basa, batuansediman dan endapan pantai, rawa, aliran sungaiyang berasal dari bahan organik (Sumber : RTRWKab Natuna, 2007).

Tantangan lainya adalah iklim/cuaca atauklimatologi. Kondisi iklim di Kabupaten Kepu-lauan Anambas sangat dipengaruhi oleh perubahanarah angin. Musim kemarau biasanya terjadi padabulan Maret hingga bulan Mei, ketika angin bertiupdari arah Utara. Sedangkan musim hujan terjadipada bulan September hingga Februari, ketikaangin bertiup dari arah Timur dan Selatan. Curahhujan rata-rata dalam satu tahun per jam berkisar± 14.5 mm/h dengan kelembaban udara sekitar47.25 % dan temperatur berkisar 30 oC.

Berdasarkan arah angin musim di wilayahKabupaten Kepulauan Anambas dibagi dalam 4periode yaitu periode Januari – Maret yaitu bertiupangin Utara dan Timur laut dengan tingkat curahhujan sedang dengan temperatur udara sedang.Periode April – Juni angin bertiup dari Timur Laut/Tenggara dengan intensitas hujan sedikit dengantemperatur udara agak panas (lebih kurang 32°C).Periode Juli – September angin bertiup daritenggara dengan intensitas hujan turun agak banyakdengan temperatur udara agak panas (lebih kurang32°C). Periode Oktober – Desember anginbertiup dari barat/utara dengan intensitas hujanbanyak turun pada bulan September, Oktober danNovember, temperatur udara agak dingin (lebihkurang 28.9°C) dan lembab pada malam harinya.

2. Kondisi Existing distribusi BBM diKabupaten Kepulauan AnambasSejak Kabupaten termuda di Provinsi Kepu-

DINAMIKA DISTRIBUSI BBM DI DAERAH KEPULAUAN

Page 169: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN160

lauan Riau ini terbentuk, Kabupaten KepulauanAnambas belum memiliki Stasiun Pengisian BahanBakar Umum (SPBU). Masyarakat yang tinggaldi Kabupaten Kepulauan Anambas saat inimendapatkan suplay point BBM dari TerminalBBM yang berada di Kabupaten Natuna. SuplayBBM dari Kab. Natuna ini melalui 4 (empat)lembaga penyalur yaitu 3 (tiga) APMS (AgenPremium dan Minyak Solar) dan 1 (satu) AMT(Agen Minyak Tanah). Keberadaan lembagapenyalur ini disebabkan Kabupaten KepulauanAnamba shingga saat ini belum memiliki SPBU.

Menurut Kepala Bagian Ekonomi SekretariatDaerah Kab. Kepulauan Anambas, berikutmekanisme distribusi BBM khususnya dalam jenisPremium masih tergabung dengan KabupatenNatuna. Berikut alur pendistribusian Premium diKabupaten Kepulauan Anambas;1. Agen melakukan Delivery Order (DO) ke

Pertamina.2. Mendapatkan persetujuan dari Pertamina.3. Agen menghubungi Pangkalan di Kabupaten

Kepulauan Anambas.4. Pangkalan mengambil/mengangkut minyak

tanah dari Depot Selat Lampa, kemudiandisalurkan ke-konsumen/masyarakat.

5. Pembagian lokasi berdasarkan data penggunayang diajukan oleh Kecamatan dan terdaftardipangkalan.

6. Pengambilan minyak tanah di pangkalanmenggunakan kartu kendali yang dikeluarkanKecamatan.

Gambar 2 Alur Distribusi BBM di KKA

(Sumber: Bidang Ekonomi Kabupaten KepulauanAnambas)

Kondisi Kabupaten Kepulauan Anambas yangtidak memiliki SPBU mengakibatkan penjualanbensin dilakukan melalui eceran. Disampingpenjualannya melalui agen-agen kecil (eceran),ketersediaanya juga terbatas (tidak tersedia setiaphari). Secara umum berdasarkan kajian yangdilakukan oleh Pusat Kajian Kebijakan PublikUMRAH tahun 2013, terdapat 3 (tiga) model poladistribusi BBM jenis bensin kepada konsumen ataumasyarakat.1) Pertama melalui pangkalan. Model ini

“mengharuskan” masyarakat/konsumen men-datangi pangkalan yang sedang buka. Dika-renakan jumlah bensin yang dijual terbatas,maka mengakibatkan masyarakat berbondong-bondong mendatangi pangkalan yang sedangbuka.

2) Kedua yaitu agen menyerahkan BBM/bensinsecara merata melalui RT/RW. Pembagian inididasarkan pada jumlah KK (Kepala Keluarga)yang ada di wilayah masing-masing.

3) Ketiga diberlakukan khusus. Pemberlakuan“khusus”ini hanya kepada pemilik kendaraanbaik kendaraan roda dua, roda empat,kendaraan berat maupun kepada pemilikkendaraan air (speed boat, pompong) dll.

3. Pembahasan dan Diskusia) Berat-ringanya Masalah

Bahan Bakar Minyak atau BBM merupakankebutuhan dasar bagi warga masyarakat dewasaini. Aktifitas apapun, terlebih aktifitas ekonomihampir dapat dipastikan tergantung pada BBM.Apalagi jika aktifitas tersebut membutuhkan modatransportasi baik darat, laut maupun udara.Keberadaan BBM menjadi sangat vital gunamenunjang aktifitas tersebut. Meskipun BBMmenjadi bagian vital dalam aktifitas sosial ekonomi,namun keberadaanya menjadi langka khususnyadi Anambas. Hal ini disebabkan karena kondisigeografis Anambas yang berbentuk kepulauan(238 pulau). Banyaknya pulau-pulau (besar dankecil) inilah yang kemudia menyebabkan domisilimasyarakatnya tidak terkonsentrasi pada satu ataubeberapa pulau besar saja.

Dengan demikian maka dapat dipastikanbahwa keberadaan dan ketersediaan BBM di

DINAMIKA DISTRIBUSI BBM DI DAERAH KEPULAUAN

Page 170: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN161

Kabupaten Kepulauan Anambas menjadi barang“langka”. Selain jumlah (quota) yang dibatasi olehPertamina, pendistribusianya pun mengalamiberbagai persoalan. Mulai persoalan teknis hinggapada persoalan geografis persoalan teknis adalahterkait dengan mekanisme penyaluran ataupendistribusian. Dari tiga pola atau model yangselama ini berlaku di Anambas yaitu Pertamamelalui pangkalan. Kedua yaitu agen menyerahkanBBM/bensin secara merata melalui ketua RT/RW.Pembagian ini didasarkan pada jumlah KK(Kepala Keluarga) yang ada di wilayah masing-masing. Setelah agen menyerahkan pembagianmerata “bagito” kepada Ketua RT/RW berda-sarkan jumlah KK sebanyak 1 ton setiap bulannya,selanjutnya Ketua RT/RW membagi kepada setiapKK sebanyak 10 liter bensin dengan harga Rp.7.000 perliter. Ketiga pendistri busianya diberla-kukan khusus. Pemberlakuan “khusus” ini hanyakepada pemilik kendaraan, baik kendaraan rodadua, roda empat, kendaraan berat maupun kepadapemilik kendaraan air (speed boat, pompong) dll.

Dari ketiga pola tersebut masing-masingmemiliki kelemahan dan kelebihan. Pola pertamayaitu melalui pangkalan memiliki kelebihan dankelemahan. Kelebihanya adalah bahwa pangkalantidak perlu menjaga berlama-lama karena begitupangkalan dibuka (jual), maka masyarakat sudahmengantri sehingga BBM cepet habis. Sedangkankelemahanya adalah dimungkinanya “main mata”antara penjual dengan masyarakat yang memilikikedekatan dengan penjual sehingga besarkemungkinan terjadi jual-beli di “belakang”.Disamping itu pembeli (masyarakat) bisa membeliBBM berulang kali dengan membewa sertaanggota keluarganya dengan terlebih dahulumembawa botol untuk selanjutnya disimpanditempat/dirumah masing-masing.

Pola kedua yaitu dengan menyerahkan pendis-tribusian kepada perangkat Ketua RT dan KetuaRW. Sama halnya dengan pola yang pertama, polaini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.Kelebihanya bahwa Ketua RT/RW tahu persiskebutuhan rata-rata pemilik kendaraan sehinggaia bisa membagi sesuai dengan kebutuhan.Kelebihan berikutnya adalah posisi Ketua RT/RWmenjadi “lebih kuat” bukan hanya sebagai

perangkat pemerintah paling rendah, tetepi secaraeknomi dianggap memiliki pengaruh. Kelemahandari pola kedua ini adalah bahwa sangat mungkinterjadinya jual beli “gelap” karena Ketua RT/RWsangat mungkin mendahulukan sanak kerabatnya.Pola ketiga adalah dengan menjual langsungkepada pemilik kendaraan. Penjualan dengan polaseperti ini relatif lebih “aman” dari permainankarena masing-masing pembeli membawa sertakendaraan mereka. Namun perlu disadari bahwaaktifitas setiap orang berbeda-beda sehinggakebutuhan akan BBM juga pasti berbeda-beda.Apalagi jumlah kendaraan masing-masing KKpasti berbeda-beda.

b) Isi KebijakanIsi atau konten dalam membuat kebijakan

adalah menjadi fokus utama dalam perumusankebijakan. Agar isi kebijakan dapat diterima olehsemua pihak atau paling tidak sebagian besar pihak,maka diperlukan kejelasan. Kejelasan tersebutbisa menyangkut dengan kejelasan kriteria pembelimaupun kejelasan harga jual BBM. Untuk BBMjenis bensin atau Premiun, harga per botolminuman mineral ukuran 1600 ml adalah sehargaRp. 18.000,-. Namun harga ini bisa lebih mahaljika pembeli tidak mau meng-antri untuk menda-patkanya. Tentu harga BBM di KabupatenAnambas jauh lebih tinggi dibandingkan denganharga yang ditentukan oleh pemerintah. Sekedaruntuk diketahui bahwa harga BBM di Anambastidak ada istilah harga “subsidi” maupun BBM non-subsidi.

Pada umumnya masyarakat di KabupatenKepulauan Anambas tidak begitu mempersoalkanharga jual BBM sejauh ketersediaanya dijamin olehpemerintah (Pertamina). Yang menjadi persoalanutama saat ini adalah bahwa pasokan sangatterbatas dan sering tidak mencukupi. Olehkarenanya perlu kiranya Pemerintah Daerahmemastikan bahwa pasokan BBM tersedia dancukup untuk menunjang aktifitas khususnyaaktifitas ekonomi masyarakat.

c) Lingkungan KebijakanMengingat bahwa kondisi geografis Kepulauan

Anambas yang berbentuk kepulauan, maka tentu

DINAMIKA DISTRIBUSI BBM DI DAERAH KEPULAUAN

Page 171: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN162

lingkungan geografis harus menjadi pertimbanganutama. Selain lingkungan geografis, jumlahdemografi berikut sebaranya juga harus diper-hatikan kususnya dalam melakukan distribusiBBM. Dengan didasarkan pada dua pendekatantersebut (geografis dan demografis), maka Pemdabisa melakukan inovasi dengan melibatkan pihakketiga untuk mengatur pendistribusian BBM agartidak menimbulkan keresahan ditengah-tengahmasyarakat.

Pemanfatan teknologi dalam memperlancarproses distribusi BBM dapat dipertimbangkan olehpemerintah daerah agar azas keadilan dantransparansi dapat diterapkan. Dengan demikianmaka tidak terjadi saling tuding. Saling tudingbahwa si A punya banyak simpanan BBM, si Bpunya kedekatan dengan agen dan tudingan-tudingan lainya masih sering terdengar ditengah-tengah masyarakat Anambas.

Pemenfaatan teknologi seperti halnya untukpendistribusian bantuan pemerintah bagi anak-anaksekolah dengan membuat Kartu Indonesia Pintardapat menjadi referensi pendistribusian BBM.Membuat aplikasi-aplikasi sederhana dalammelakukan distribusi BBM juga dapat dipertim-bangkan agar keadilan dann transparansi distribusiBBM dapat dipertanggungjawabkan.

d) Proses ImplemantasiSebuah kebijakan harus diimplementasikan

agar apa yang menjadi tujuan kebijakan dapatdirasakan manfaatnya. Keberadaan BBM akansangat membantu dalam meningkatkan produk-tifitas ekonomi masyarakat. Dengan ketersediaanBBM yang cukup maka roda perekonomian akandapat berputar dan masyarakat akan menerimahasil “lebih” dari aktifitas tersebut.

Keterlibatan pemerintah daerah melalui BadanUsaha Miliki Daerah dapat membantu dalammemastikan ketersediaan pasokan BBM. Disam-ping membantu ketersediaan pasokan, keberadaanBUMD juga memberikan dampak berupa rasa“tenang” sehingga masyarakat terhindar dari rasacemas akan keterbatasan pasokan BBM. Denganikut andilnya BUMD juga disinyalir mampumemberikan stimulus baru dalam rumusankebijakan khususnya untuk memperoleh ijin dari

Pertamina dalam membangun Stasiun PengisianBahan Bakar Umum (SPBU) di KabupatenKepulauan Anambas.

G. Penutup1. Kesimpulan

BBM menjadi salah satu kebutuhan dasar bagimasyarakat dewasa ini disamping kebutuhanprimer lainya. Posisi dan peran BBM dalammendukungaktifitas masyarakat sangatlah vital.Hampir dapat dipastikan bahwa untuk memin-dahkan barang dan orang memerlukan BBMsebagai bahan bakar untukk menggerakkanya.Mengingat betapa pentingnya peran BBM dalamkehidupan mansuai maka keberadaanya harusmenjadi perhatian serius bagi seluruh stake holderkhususnya Pemerintah.

Begitu strategisnya peran dan fungsi BBMdalam menggerakkan roda perekonomian dansekaligus arus barang danorang. Oleh sebab itupeneliti berkesimpulan:1. Pemerintah Daerah hendaknya turut ambil

bagian dalam menjaga stabalitas ketersediaanBBM khususnya di wilayahnya.

2. Badan Usaha Milik Daerah dapat diarahkanuntuk mengelola BBM sehingga peran swasta(agen) dapat di kontrol dalam penjualanya.

3. Pemanfaatan teknoologi sederhana dapatdilakukan untuk memastikan bahwa distribusiBBM benar-benar tepat sasaran dan tepatjumlah.

2. SaranAda beberapa saran yang dapat peneliti berikan

agar distribusi BBM dapat berjalan sebagaimanayang diharapkan. Beberapa hal yang dapat penelitirekomendasikan antara lain adalah sebagai berikut;1. Melibatkan Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD) untuk dapat terlibat dalam mengelolaBBM di Kabupaten Kepulauan Anambas

2. Dalam hal distribusi BBM, pemanfaatanteknologi sederhana adalah salah satu upayauntuk memastikan agar distribusi tepat sasarandan tepat jumlah.

3. Membuat standar harga mengingat tidakadanya pemisah antara BBM subsidi denganBBM non-subsidi.

DINAMIKA DISTRIBUSI BBM DI DAERAH KEPULAUAN

Page 172: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN163

Agustino, Leo. 2006. Politik Dan KebijakanPublik. Bandung: Penerbit AIPI.

Akib, Haedar. 2010. “Kebijakan: Apa, Mengapadan Bagaimana”. Jurnal Administrasi Publik,Volume 1 Nomor 1. Pascasarja UNM.

Arikunto, Suharsimi. 2003. ManajemenPenelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Forrester, J.W. 1961. Industrial dynamics.Massachussets: Pegasus Communications.

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatifdan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.Depok: Dia Fisip UI.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta:

Daftar Pustaka

Ghalia Indonesia.Sekaran, Uma. 2000. Research Methods For

Business: A Skill Building Approach. NewYork: John Willey & Sons.

Sugiono. 2002. Metode Penelitian Adminis-tratif. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suswaini, Eka dan Muhammad, A.Suradji, 2015.Mengukur Konsumsi BBM dan PolaDistribusinya di Daerah Kepulauan,Surabaya, Semesta Anugrah Press &Publishing.

Zed, Mestika. 2008. Metode Penelitian Kepus-takaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

DINAMIKA DISTRIBUSI BBM DI DAERAH KEPULAUAN

Page 173: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN164

A. Pendahuluan1. Latar Belakang

Mengacu pada Penjelasan Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014 tentangKelautan1 (UU No. 32-2014) akan ditemukanpermasalahan hukum karena hingga saat ini,Indonesia belum memiliki undang-undang yangsecara khusus mengatur zona tambahan.2 Peng-aturan khusus zona tambahan ini selain normaimperatif yang dikehendaki oleh Law of The SeaTreaty 1982 (LOST 1982) juga mengukuhkanIndonesia sebagai negara kepulauan yang dilewati

PENEGAKAN HUKUM DI ZONA TAMBAHAN

Oleh :Tomy Michael

Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

AbstractSpecifically there are no regulations legislation about zone additional inindonesia that will cause emptiness norm. Arrangement zone additional veryimportant because reference The Letter of the Act Number 32 of 2014concerning Maritime, contiguous zone is part jurisdiction Indonesia. Legislationabout contiguous zone Indonesia also a follow-up of ratification UNCLOS1982 and to prevent a crime committed other countries in the Indonesian waters.A conclusion that obtained is law maintenance in contiguous zone Indonesiawas not optimal because of the absence legislation about contiguous zone inIdonesia .Suggestions obtained namely to immediately establish legislationabout contiguous zone in Indonesia, during not the establishment of thelegislation about contiguous zone in Indonesia the government must reviewall agreement with the is bordered on contiguous zone in Indonesia.

Keywords: Contiguous Zone, Law Enforcement, Legislation.

dua benua dan dua samudera. Mengacu padaLOST 1982, ketika diratifikasi melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun1985 tentang Pengesahan United NationsConvention On The Law Of The Sea (KonvensiPerserikatan Bangsa-Bangsa Tentang HukumLaut) (UU No. 17-1985) maka muncul pengin-tegrasian ketentuan-ketentuan hukum lautinternasional kedalam peraturan perundang-undangan nasional; penerapan ketentuan-ketentuantersebut melalui administrasi pemerintahan;penetapan kebijakan pengelolaan laut secara

1 Potensi sumber daya alam di wilayah Laut mengandung sumber daya hayati ataupun nonhayati yang sangat bermanfaat bagikelangsungan hidup masyarakat. Potensi tersebut dapat diperoleh dari dasar Laut dan tanah di bawahnya, kolom air danpermukaan Laut, termasuk wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, sangat logis jika ekonomi Kelautan dijadikan tumpuan bagipembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu, Laut Indonesia harus dikelola, dijaga, dimanfaatkan, dan dilestarikan olehmasyarakat Indonesia sesuai dengan yang diamanatkan dalam Pasal 33 Undang Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945. Selain kekayaan yang ada, keunggulan komparatif yang dimiliki perlu dijabarkan menjadi kekayaan yangkomparatif. Dalam perjalanannya negara Indonesia mengalami 3 (tiga) momen yang menjadi pilar dalam memperkukuhkeberadaan Indonesia menjadi suatu negara yang merdeka dan negara yang didasarkan atas Kepulauan sehingga diakui olehdunia, yaitu:

Page 174: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN165

terintegrasi; dan kerja sama dengan negara-negaralain dalam pelaksanaannya.3

Dengan adanya kekosongan norma, makapenegakan hukum di zona tambahan Indonesiatidak akan menciptakan suatu kebaruan dalamkehidupan berbangsa dan bernegara. Zonatambahan Indonesia merupakan yurisdiksinegara Indonesia karena terdapat penegakanhukum dalam bidang bea cukai, fiskal, imigrasidan karantina didalamnya yang terkaitkesehatan.

2. PermasalahanApakah kekosongan norma menjadi penyebab

tidak optimalnya penegakan hukum di zonatambahan Indonesia?

3. Tujuan PenelitianUntuk menjelaskan dan melakukan analisa

terhadap korelasi kekosongan norma dengan

penegakan hukum di zona tambahan Indonesia

4. Metode Penelitiana. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitianhukum yang memiliki arti pengkajian ilmu hukumuntuk memperoleh pengetahuan yang benar gunamenjawab suatu masalah.4 Penelitian hukum yangdirencanakan dalam karya ini adalah penelitianhukum normatif karena rumusan permasalahanyang bersifat praktis.

b. Metode PendekatanPendekatan yang digunakan adalah pendekatan

perundang-undangan yakni peraturan tertulis yangdibentuk lembaga negara atau pejabat yangberwenang dan mengikat secara umum,5 danpendekatan konseptual yakni pendekatanmengenai konsep hukum yang berasal dari sistemhukum tertentu yang tidak bersifat universal6.

1. Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang menyatakan kesatuan kejiwaan kebangsaan Indonesia;2. Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 yang menyatakan bahwa rakyat Indonesia telah menjadi satu

bangsa yang ingin hidup dalam satu kesatuan kenegaraan; dan3. Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957 yang menyatakan bahwa Indonesia mulai memperjuangkan kesatuan

kewilayahan dan pengakuan secara de jure yang tertuang dalam Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang HukumLaut 1982 (United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS 1982) dan yang diratifikasi oleh Indonesia melaluiUndang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention On The Law Of The Sea (KonvensiPerserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut).

2 Mengacu pada Pasal 8 UU No. 32-2014 bahwa:(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia berhak menetapkan Zona Tambahan Indonesia hingga jarak 24 mil laut dari garis

pangkal.(2) Di Zona Tambahan Indonesia berhak untuk:

a. mencegah pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan tentang bea cukai, fiskal, imigrasi, atau saniter didalam wilayah atau laut teritorialnya; dan

b. menghukum pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada huruf ayang dilakukan di dalam wilayah atau laut teritorialnya.

(3) Penetapan dan pengelolaan Zona Tambahan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun undang-undang yang mengatur secara umum tentang zonatambahan adalah :1. Ordonansi LT dan Lingkungan Maritim 1939;2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan UU No.

16-1992);3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1995 Tentang Kepabeanan UU No. 17-2006);4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31

Tahun 2004 Tentang Perikanan (UU No. 45-2009);5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan UU No. 36-2009); dan6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian UU No. 6-2011).

3 Etty R. Agoes, “Implementasi Nasional Konvensi Hukum Laut 1982,” Lokakarya tentang Hukum Laut Internasional “SatuDasawarsa Pemberlakuan Konvensi Hukum Laut 1982 : Evaluasi Implementasi Nasional dan Tantangan ke Depan, “HotelHyatt-Regency, Yogyakarta, 13-15 Desember 2004.

4 Moh Fadli, Disertasi: Perkembangan Peraturan Delegasi Di Indonesia, Universitas Padjadjaran, Bandung, 2012, hlm. 10.5 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2010, hlm. 96.6 Ibid, hlm. 119.

PENEGAKAN HUKUM DI ZONA TAMBAHAN

Page 175: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN166

c. Sumber dan Jenis Bahan HukumSumber dan jenis bahan hukum yang digunakan

dalam karya ini yaitu:1. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum

yang bersifat autoritatif artinya mempunyaiotoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dariperaturan perundang-undangan, catatan resmiatau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.7

2. Bahan hukum sekunder meliputi pendapat parapakar yang tertuang dalam berbagai literaturseperti jurnal, buku, artikel dan makalah.8

3. Bahan hukum tersier meliputi Kamus BesarBahasa Indonesia dan kamus Black’s LawDictionary Ninth Edition 2009.

d. Teknik Pengumpulan Bahan HukumBahan hukum dikumpulkan melalui studi

pustaka dan dokumen yaitu dengan mengum-pulkan bahan-bahan yang relevan dengan pokokpermasalahan yang dikaji. Kemudian bahan-bahantersebut dipahami secara mendalam.

e. Teknik Analisa Bahan HukumTeknik analisa bahan hukum yang digunakan

adalah analisa deduktif. Analisa deduktif memilikiarti berpangkal dari prinsip-prinsip dasar,kemudian peneliti menghadirkan objek yanghendak diteliti9 yaitu menjelaskan hal-hal yangbersifat umum menuju hal-hal yang bersifat khususuntuk menarik suatu kesimpulan yang dapatmemberikan jawaban dalam karya ini.

B. Kerangka Teori1. Teori Penegakan Hukum

Dalam konstelasi negara modern, hukum dapatdifungsikan sebagai sarana rekayasa sosial.10

Roscoe Pound menekankan arti pentingnya hukumsebagai sarana rekayasa sosial ini, terutama melalui

mekanisme penyelesaian kasus oleh badan-badanperadilan yang akan menghasilkan jurisprudensi.Konteks sosial teori ini adalah masyarakat danbadan peradilan di Amerika Serikat. Dalamkonteks keindonesiaan, fungsi hukum demikian itu,oleh Mochtar Kusumaatmadja diartikan sebagaisarana pendorong pembaruan masyarakat.11

Sebagai sarana untuk mendorong pembaruanmasyarakat, penekanannya terletak pada pem-bentukan peraturan perundang-undangan olehlembaga legislatif, yang dimaksudkan untukmenggagas konstruksi masyarakat baru yang ingindiwujudkan di masa depan melalui pemberlakuanperaturan perundang-undangan itu.

Penegakan hukum, sebagaimana dirumuskansecara sederhana oleh Satjipto Rahardjo,merupakan suatu proses untuk mewujudkankeinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan.12

Keinginan-keinginan hukum yang dimaksudkan disini yaitu yang merupakan pikiran-pikiran badanpembentuk undang-undang yang dirumuskandalam peraturan-peraturan hukum itu. Perumusanpikiran pembuat hukum yang dituangkan dalamperaturan hukum, turut menentukan bagaimanapenegakan hukum itu dijalankan. Dengan demikianpada gilirannya, proses penegakan hukum itumemuncak pada pelaksanaannya oleh para pejabatpenegak hukum itu sendiri. Dari keadaan ini,dengan nada ekstrim dapat dikatakan bahwakeberhasilan ataupun kegagalan para penegakhukum dalam melaksanakan tugasnya sebetulnyasudah dimulai sejak peraturan hukum yang harusdijalankan itu dibuat.13

Proses penegakan hukum, dalam pandanganSoerjono Soekanto,14 dipengaruhi oleh lima faktor.Pertama, faktor hukum atau peraturan perundang-undangan. Kedua, faktor aparat penegakhukumnya, yakni pihak-pihak yang terlibat dalamproses pembuatan dan penerapan hukumnya, yang

7 Ibid, hlm. 141.8 Ibid, hlm. 155.9 Ibid, hlm. 42.1 0 Lili Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat Hukum, Alumni, Bandung, 1992, hlm. 43.1 1 Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi Hukum Dalam Masyarakat Yang Sedang Membangun, BPHN-Binacipta, Jakarta, 1978,

hlm. 11.1 2 Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung, 1983, hlm. 24.1 3 Ibid, hlm. 25.1 4 Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, BPHN & Binacipta, Jakarta, 1983, hlm. 15.

PENEGAKAN HUKUM DI ZONA TAMBAHAN

Page 176: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN167

berkaitan dengan masalah mentalitas. Ketiga,faktor sarana atau fasilitas yang mendukung prosespenegakan hukum. Keempat, faktor masyarakat,yakni lingkungan sosial di mana hukum tersebutberlaku atau diterapkan, berhubungan dengankesadaran dan kepatuhan hukum yang merefleksidalam perilaku masyarakat. Kelima, faktorkebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasa yangdidasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulanhidup.

Pada sisi lain, Jerome Frank15 berbicara faktoryang turut terlibat dalam proses penegakan hukum.Beberapa faktor ini selain faktor kaidah-kaidahhukumnya, juga meliputi prasangka politik,ekonomi, moral serta simpati dan antipati pribadi.

Lawrence M Friedman melihat bahwa keber-hasilan penegakan hukum selalu menyaratkanberfungsinya semua komponen sistem hukum.Sistem hukum dalam pandangan Friedman terdiridari tiga komponen, yakni komponen strukturhukum, komponen substansi hukum dan kom-ponen budaya hukum. Struktur hukum merupakanbatang tubuh, kerangka, bentuk abadi dari suatusistem. Substansi hukum aturan-aturan dan norma-norma actual yang dipergunakan oleh lembaga-lembaga, kenyataan, bentuk perilaku dari parapelaku yang diamati di dalam sistem. Adapun kulturatau budaya hukum merupakan gagasan-gagasan,sikap-sikap, keyakinan-keyakinan, harapan-harapan dan pendapat tentang hukum.16

Penegakan hukum sebagai bagian dari legalsystem tidak dapat dipisahkan dengan substansihukum dan budaya hukum. Penegakan hukumtersebut akan nampak sempurna sesuai denganharapan masyarakat apabila komponen strukturhukum berjalan secara optimal.

Pengaruh perubahan masyarakat sangatmempengaruhi terhadap hukum (resprositashukum dengan masyarakat).17 Adanya keterkaitanatau sifat resprositas antara hukum dan masyarakatjuga dapat berlaku sebaliknya. Salah satu hubunganhukum dengan masyarakat adalah sistem pene-gakan hukum, di mana hukum bekerja sehingga

berpengaruh terhadap perilaku sosial masyarakat.Penegakan hukum pidana memiliki suatu sistempenegakan hukum atau criminal law enforcementsebagai bagian integral dari criminal policy atauupaya/kebijakan penanggulangan kejahatan.Dalam pennggulangan kejahatan ini diperlukan 2(dua) sarana, yaitu menggunakan sarana penal ataupenegakan hukum dengan pidana dan menggu-nakan sarana non-penal yang artinya penegakanhukum tanpa menggunakan penjatuhan sanksipidana.

2. Teori Tujuan HukumBerbicara mengenai tujuan hukum, sama

sulitnya dengan membicarakan tentang pendefi-nisian hukum, karena kedua-duanya mempunyaiobjek kajian yang sama yaitu membahas tentanghukum itu sendiri. Atas dasar tersebut dimanahukum merupakan suatu hal yang penting dalammengatur dan menciptakan ketertiban dalammasyarakat kiranya dapat teratasi, sehingga dapatdikatakan bahwa hukum merupakan sekumpulanperaturan mengenai tingkah laku dalam masyarakatyang harus ditaati untuk mencapai suatu tujuan.

Hukum merupakan cermin yang memantulkankepentingan masyarakat. Dalam meresponskepentingan masyarakat, hukum tidak selalu hanyamenyediakan perangkatnya persis seperti apa yangterjadi dalam masyarakat, tetapi hukum harusmemberi bentuk kepada masyarakat ke arahtujuan pembangunan masyarakat itu sendiri.Hukum adalah sesuatu yang hidup, bersifat dinamisdan memungkinkan bahwa hukum itu menjalankanfungsinya sebagai sarana pembaruan masyarakatmaupun sebagai suatu sarana pengendalian sosial.Manakala suatu masyarakat dapat menentukanhukumnya sendiri dan mengikatkan dirinyaterhadap hukum tersebut, itulah yang dinamakanmasyarakat hukum.

Hukum memiliki fungsi sebagai pelindungkepentingan manusia dalam masyarakat, dalamtujuan tersebut hukum mempunyai sasaran yanghendak dicapai, dimana hukum bertugas membagi

1 5 Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta, 1991, hlm. 122.1 6 Lawrence M Friedman, Law and Society An Introduction, Prentice Hall Inc, New Jersey, 1977, hlm. 6-7.1 7 Siswanto Sunarso, Wawasan Penegakan Hukum di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hlm. 112.

PENEGAKAN HUKUM DI ZONA TAMBAHAN

Page 177: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN168

hak dan kewajiban antara perorangan di dalammasyarakat, membagi wewenang dan mengaturcara memecahkan masalah hukum serta meme-lihara kepastian hukum itu sendiri. Contoh yangpaling konkrit dalam melihat tujuan hukum itusendiri banyak terlihat dari putusan-putusan hakim,seorang hakim yang menjatuhkan vonis denganperberatan maupun diperingannya suatu hukumandapat kita lihat apakah hukum merupakan suatupembalasan terhadap perbuatan orang yangdilarang oleh undang-undang, ataupun untukmencapai suatu kemanfaatan yang dapat dirasakanoleh terpidana sebagai efek jera dan ketertibanumum. Namun disini tentunya banyak menim-bulkan reaksi dari masyarakat, karena suatu yangdianggap adil oleh seorang hakim, belum tentudianggap adil oleh yang lain. Sehingga, tercapainyasuatu keadilan adalah relatif bagi orang yangmemandangnya.

Beranjak dari hal tersebut, berbagai pakar dibidang hukum maupun di bidang ilmu sosial lainnyamengemukakan pandangannya masing-masingtentang tujuan hukum itu sendiri berdasarkan sudutpandang mereka masing-masing.

Apabila dicermati apa saja yang merupakanperwujudan dari tujuan hukum, ini sama sulitnyadengan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaanlain yang menyangkut hakikat hukum, sepertiapakah hukum itu, apakah ilmu hukum itu,Berbagai pakar di bidang hukum maupun bidangilmu sosial lainnya, mengemukakan pandangannyamasing-masing tentang tujuan hukum, sesuaidengan titik tolak serta sudut pandang mereka,diantaranya:18

a. Wirjono Prodjodikoro, dalam bukunya“Perbuatan Melanggar Hukum” mengemu-kakan tujuan hukum adalah mengadakankeselamatan, kebahagiaan dan tata tertib dalammasyarakat.

b. Subekti, dalam bukunya “Dasar-dasar Hukum

an Pengadilan” mengemukakan hukum itumengabdi pada tujuan negara yang intinya ialahmendatangkan kemakmuran dan kebahagiaanrakyatnya, dengan cara menyelenggarakan“keadilan” dan “ketertiban”.

c. Apeldoorn dalam bukunya “Inleiden tot destudie van het Nederlandse recht” menyatakanbahwa tujuan hukum adalah mengatur tata tertibdalam masyarakat secara damai dan adil.

d. Aristoteles, dalam bukunya “Rhetorica”,mencetuskan teorinya bahwa, tujuan hukummenghendaki semata-mata dan isi dari padahukum ditentukan oleh kesadaran etis mengenaiapa yang dikatakan adil dan apa yang tidakadil.19

e. Jeremy Bentham, dalam bukunya “Introductionto the morals and legislation” mengatakanbahwa hukum bertujuan semata-mata apa yangberfaedah bagi orang.

f. Van Kan berpendapat bahwa hukum bertujuanmenjaga kepentingan tiap-tiap manusia supayakepentingan-kepentingan itu tidak dapatdiganggu.

g. Rusli Effendy mengemukakan bahwa tujuanhukum dapat dapat dikaji melalui tiga sudutpandang, yaitu:1) Dari sudut pandang ilmu hukum normatif,

tujuan hukum dititik beratkan pada segikepastian hukum.

2) Dari sudut pandang filsafat hukum, makatujuan hukum dititikberatkan pada segikeadilan.

3) Dari sudut pandang sosiologi hukum, makatujuan hukum dititikberatkan pada segikemanfaatan.

C. Pembahasan1. Hakikat Zona Tambahan Indonesia

Laut20 dapat dipahami melalui prinsip rescommunis yaitu laut milik semua, tidak dapat

1 8 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm. 56-57.1 9 Khusus pada huruf d, penulis tetap memasukkan agar sesuai dengan daftar kepustakaan yang digunakan tetapi apabila

mengacu pada pemikiran Socrates yang ditulis oleh Plato dalam bukunya berjudul Republik maka keadilan menurut Socratesbersifat awang-awang. Sementara Socrates dalam bukunya berjudul “Politik (La Politica)” maka keadilan berupa ide yangdapat dilaksanakan. Sebagai literatur lengkap dapat dilihat dalam daftar kepustakaan. Penulis mengajukan perbandinganpenggunaan daftar kepustakaan untuk meminimalisasi hakikat keadilan sebenarnya menurut ketiga tokoh hukum alamtersebut.

2 0 Menurut Colombos, ada beberapa bagian dari laut yang secara universal diakui sebagai kepanjangan wilayah teritorial dimana

PENEGAKAN HUKUM DI ZONA TAMBAHAN

Page 178: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN169

menjadi milik masing-masing negara dan res nuliusyaitu laut tidak ada yang memiliki, dapat diambildan dimiliki masing-masing negara. Dari sini munculmare liberium (laut bersifat cair/laut tidak takterbatas hanya pantai/sungai yang dapat dimiliki)dan mare clausum (setiap negara berhak memilikilautan masing-masing) sehingga muncul lautteritorial.21

Hal tersebut telah tersirat pada Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 43Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (UU No. 43-2008) dijelaskan bahwa salah satu unsur negarayang merupakan satu kesatuan wilayah daratan,perairan pedalaman, perairan kepulauan dan lautteritorial beserta dasar laut dan tanah di bawahnya,serta ruang udara di atasnya, termasuk seluruhsumber kekayaan di dalamnya merupakan bagiandari wilayah Indonesia. Selain itu, wilayah perairanadalah perairan pedalaman, perairan kepulauan,dan laut teritorial dan wilayah yurisdiksi adalahwilayah di luar wilayah negara yang terdiri atas zonaekonomi eksklusif, landas kontinen, dan zonatambahan22.

Di dalam ketiganya ini, Indonesia memiliki hakberdaulat dan kewenangannya diatur dalamperaturan perundang-undangan dan hukuminternasional. Penjelasan tersebut tidak samadengan Pasal 1 Montevideo Convention On The

Rights And Duties Of States yang menyatakanbahwa “The state as a person of international lawshould possess the following qualifications: a) apermanent population; b) a defined territory; c)government; and d) capacity to enter into relationswith the other states” hal ini dikarenakankedaulatan dalam hukum laut lebih menjadikanfaktor wilayah (laut) sebagai hal penting dalamsuatu negara.

Yurisdiksi secara gramatikal berasal dari bahasaInggris “jurisdiction” yang merupakan derivasi daribahasa Latin “yuris” berarti “kepunyaan berdas-arkan hukum” dan “dictio” berarti “ucapan/sabda/sebutan”. Jadi yurisdiksi adalah hak, kekuasaanatau kewenangan berdasarkan hukum. Di dalampengertian yang luas, yurisdiksi negara adalahkekuasaan atau kewenangan dari suatu negarauntuk menetapkan dan memaksakan hukum yangdibuat oleh negara itu sendiri serta di luar batas-batas wilayah negaranya. Oleh karena itu terkaityurisdiksi maka zona tambahan Indonesia sebagaiperpanjangan dari laut teritorial yang dimulai darigaris pangkal.

Zona tambahan Indonesia sebagai zona transisiantara laut wilayah dan laut bebas berfungsi untukmengurangi kontras antara laut wilayah yang tundukpada kedaulatan negara pantai dengan laut bebasberlaku prinsip freedom of the sea.23 Terdapat

didalamnya diakui sebagai yurisdiksi negara pantai. Pembentukan zona-zona maritim tersebut bergantung pada pertimbangan-pertimbangan yang berbeda. Akan tetapi, alasan pembenar adanya perluasan kedaulatan negara di luar batas daratnya selalusama yaitu:a. Keamanan negara memerlukan pemilikan secara eksklusif atas pantainya;b. Untuk tujuan mengefektifkan perdagangan, fiskal, dan kepentingan politik, setiap negara harus mampu mengawasi semua

kapal yang masuk, meninggalkan atau sedang berhenti di perairan teritorialnya;c. Pemanfaatan dan perolehan secara eksklusif atas hasil-hasil dari laut dan perairan teritorial diperlukan untuk eksistensi

dan kesejahteraan bangsa yang bersangkutan, lebih lanjut dalam Nur Yanto, Memahami Hukum Laut Indonesia, MitraWacana Media, Jakarta, 2014, hlm. 22.

2 1 Konferensi Den Haag 1930 tentang Laut Teritorial dimana lau teritorial memiliki panjang 3-4 mil plus jalur tambahan. Namunsesudah perang dunia II muncul Proklamasi Truman (AS-1945) tentang landas kontinen dimana Amerika Serikat mengklaimpenguasaan sumber daya alam dasar laut (landasan kontinen) dan tanah dibawahnya yang berbatasan dengan AmerikaSerikat. Pemikiran ini diikuti seluruh negara pada akhirnya.

2 2 Cikal bakal konsep zona tambahan dapat ditelususi mulai dari penerapan “Hovering Act“ Inggris di abad ke-18. Peraturanperundangan tersebut mengatur bahwa Inggris dapat menerapkan yurisdiksinya atas hal-hal yang terkait masalah kepabeananhingga 300 leagues (900 mil laut) diukur dari pinggir pantai. Klaim tersebut diterapkan jauh sebelum pengaturan laut wilayahselebar 12 mil laut menjadi praktek negara-negara di dunia. Konsep zona tambahan sebagaimana dicetuskan dalam HoveringAct tersebut kemudian berkembang di abad ke-19, sejumlah negara menerapkan yurisdiksinya melampaui perairan lautwilayahnya untuk tujuan melindungi pendapatannya terhadap kejahatan penyelundupan dan kesehatan masyarakat terhadapmerebaknya penyakit menular. Konsep zona tambahan sebagai rejim khusus dalam hukum internasional muncul pertama kalipada The Hague Conference 1930. Baik dalam preparatory work maupun pada saat konferensi, konsep zona tambahancenderung ditujukan bagi negara untuk melakukan langkah penegakan hukum dari pada sekadar bersifat pengaturan. Negara-negara pada saat itu juga memiliki kesamaan persepsi bahwa perairan zona tambahan merupakan bagian dari laut bebas.

2 3 Dina Sunyowati dan Enny Narwati, Buku Ajar Hukum Laut, Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP), Surabaya,

PENEGAKAN HUKUM DI ZONA TAMBAHAN

Page 179: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN170

keunikan dari zona tambahan yaitu tergantung darinegara pantai dimana ketika zona eksklusif telahditetapkan maka hal tersebut membawa kon-sekuensi hukum bahwa zona tambahan bagian darizona ekonomi eksklusif. Sehingga yang diterapkandalam zona ekonomi eksklusif juga diterapkandalam zona tambahan. Terdapat dua hak dalamzona tambahan yaitu bersifat pencegahan dan yangsifatnya memperluas kewenangan (melakukanpengejaran seketika).

Namun hakikat zona tambahan sebagai awalmula pencegahan dan perluasan kewenangan dilaut Indonesia membuat zona tambahan Indonesiamenjadi res nulius semu. Indonesia tidak dapatmenjadikan zona tambahan sebagai wilayahyurisdiksinya.

2. Penegakan Hukum Dalam Zona TambahanIndonesiaKetika terjadi pelanggaran peraturan perun-

dang-undangan dalam bidang bea cukai, fiskal,imigrasi dan saniter di zona tambahan Indonesia

maka pemerintah mengacu pada peraturanperundang-undangan24 yang tidak memiliki payunghukum yang jelas. Hal demikian menyalahi asaslex specialis derogat legi generalis dimana aturanhukum yang khusus akan menggesampingkanaturan hukum yang umum. Terdapat beberapaprinsip yang harus diperhatikan dalam asas lexspecialis derogat legi generalis yaitu ketentuan-ketentuan yang didapati dalam aturan hukum umumtetap berlaku, kecuali yang diatur khusus dalamaturan hukum khusus tersebut; ketentuan-ketentuan lex specialis harus sederajat denganketentuan-ketentuan lex generalis (undang-undang dengan undang-undang) dan ketentuan-ketentuan lex specialis harus berada dalamlingkungan hukum (rezim) yang sama dengan lexgeneralis. Di dalam kajian ilmu perundang-undangan yang di Indonesia secara normatifmengacu pada Undang-Undang Republik In-donesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pem-bentukan Peraturan Perundang-Undangan (UUNo. 12-2011) maka peraturan perundang-

2013, hlm. 73. Penulis tidak sepakat dengan penggunaan istilah laut bebas karena dalam Naskah Konvensi PerserikatanBangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut yang diterjemahkan secara berkelompok oleh Mochtar Kusumaatmadja menggunakannomenklatur laut lepas. Penulis juga menggunakan Naskah Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Lautterjemahan Universitas Sam Ratulangi juga menggunakan nomenklatur laut lepas.

2 4 Pengaturan zona tambahan di Indonesia tersebar dalam peraturan perundang-undangan:a. Ordonansi Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim 1939;b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (UU No. 16-

1992);c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1995 Tentang Kepabeanan (UU No. 17-2006);d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

2004 Tentang Perikanan (UU No. 45-2009);e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan UU No. 36-2009);f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian *UU No. 6-2011); dang. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (UU No. 32-2014).Mengacu pada pemikiran Gerald Aditya Bunga bahwa jika melihat dari rumusan yurisdiksi negara pantai atas zonatambahannya yang ditetapkan oleh Pasal 33 LOST 1982 dan Pasal 8 ayat (2) UU No. 32-2014 maka terdapat kelemahanyaitu:1. Indonesia hanya memiliki yurisdiksi penindakan hukum di dalam zona tambahannya. Rumusan kedua aturan tersebut

hanya memberikan negara pantai kewenangan untuk melakukan tindakan pencegahan dan penindakan saja; Locus delicti-nya pun terbatas hanya kepada pelanggaran peraturan perundang-undangan bea cukai, fiskal, imigrasi atau saniter di dalamwilayah atau laut teritorialnya, jadi tidak menjangkau tindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan tersebut yangterjadi di zona tambahan itu sendiri. Harus dipahami juga bahwa peraturan perundang-undangan Indonesia dalam bidangbea cukai, fiskal, imigrasi dan saniter hanya berlaku dalam wilayah yang tunduk pada kedaulatan penuhnya saja yaknibatas terluarnya tidak lebih dari 12 mil laut. Oleh karena itu diperlukan suatu pengaturan yang juga mencakup denganpenindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan dalam bidang bea cukai, fiskal, imigrasi dan saniter di zona tambahanjuga, lebih lanjut dalam Gerald Aditya Bunga, Pembentukan Undang Undang Tentang Zona Tambahan Sebagai LangkahPerlindungan Wilayah Laut Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum “SELAT” Universitas Maritim Raja Ali Haji, Volume 2, Nomor2, Edisi 4, Mei 2015, hlm. 7.

PENEGAKAN HUKUM DI ZONA TAMBAHAN

Page 180: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN171

undangan25 tersebut bertentangan dengan teoriberjenjang milik Hans Kelsen.

Dimulai dari LOST 1982, UU No. 17-1985dan UU No. 32-2014 maka rancangan undang-undang tentang zona tambahan harus telahdiundangkan26 setelah Indonesia melakukanratifikasi UU No. 17-1985. Hal ini menjadipermasalahan hukum ketika UU No. 32-2014diundangkan maka derivasi undang-undangtersebut haruslah mengacu pada UU No. 32-2014dan tidak mengacu pada LOST 1982. Per-tentangan norma ini menimbulkan kekaburannorma sehingga tujuan hukum tertinggi yaitukeadilan hukum tidak akan tercapai.27

D. Penutup1. Kesimpulan

Kekosongan norma bukanlah menjadi penye-bab utama tidak optimalnya penegakan hukum dizona tambahan Indonesia tetapi lebih mengarahpada adanya politik hukum.28

2. SaranBerdasarkan Naskah Akademik Rancangan

Undang Undang Tentang Zona Tambahansebetulnya terdapat penyebab tetapi penulismengubahnya menjadi saran yaitu:a. Penegakan hukum hanya akan efektif dan efisien

apabila dilakukan melalui koordinasi secaraintens antar instansi dibawah Kementerian LuarNegeri. Instansi yang harus dilibatkan meliputiTNI Angkatan Laut, Ditjen Bea Cukai,Kementerian Hukum dan HAM (DitjenImigrasi), Kementerian Kelautan dan Perikanan(Karantina Ikan), Kementerian Pertanian(Karantina Hewan dan Tumbuhan) danKementerian Kesehatan (Karantina Kese-hatan). Dalam melakukan koordinasi perludiperjelas tugas, fungsi dan kewenanganmasing-masing, karena tugas dan fungsi masing-masing instansi berbeda cukup signifikan.Koordinasi juga diperlukan antara pejabatpenegak hukum kementerian terkait dengan

2 5

a. Ordonansi Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim 1939;b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (UU No. 16-

1992);c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1995 Tentang Kepabeanan (UU No. 17-2006);d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

2004 Tentang Perikanan (UU No. 45-2009);e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan UU No. 36-2009);f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (UU No. 6-2011); dang. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (UU No. 32-2014).

2 6 Prosesnya adalah perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan dan penetapan, pengundangan.Kata “penetapan”yang dimaksud merujuk pada “delimitation” yang terdapat dalam Pasal 15 (penetapan laut teritorial), Pasal 74 (penetapanbatas zona ekonomi eksklusif), Pasal 83 (penetapan batas landas kontinen) LOST 1982. Dapat disimpulkan bahwa penetapanberarti cara yang digunakan oleh negara yang saling berbatasan untuk menetapkan batas zona-zona lautnya yang meliputilaut teritorial, zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen, lebih lanjut dalam Indien Winarwati, Konsep Negara Kepulauan,Setara Press, Malang, 2016, hlm. 7.

2 7 Penulis mengutip penjelasan terkait pentingnya undang-undang landas kontinen dalam Naskah Akademik Rancangan UndangUndang Tentang Zona Tambahan bahwa “Zona tambahan memerlukan pengaturan secara rinci sebab pengaturan dalamkonvensi hukum laut international (UNCLOS 1982) sangat minim (hanya 1 pasal) dan penjabarannya diserahkan kepadamasing-masing Negara pantai”, hlm. 6. Sedangkan penyebab utama belum adanya undang-undang landas kontinen adalah“masalah penetapan batas terluar dan pemanfaatan zona maritim untuk pelaksanaan kedaulatan, hak berdaulat dan yurisdiksikhusus di laut tampaknya belum memperoleh perhatian pemerintah yang cukup untuk dijadikan sebagai prioritas dalamProgram Legislasi Nasional (PROLEGNAS)”, hlm. 3.Kata “penetapan” yang dimaksud merujuk pada “delimitation” yang terdapat dalam Pasal 15 (penetapan laut teritorial),Pasal 74 (penetapan batas zona ekonomi eksklusif), Pasal 83 (penetapan batas landas kontinen) LOST 1982. Dapatdisimpulkan bahwa penetapan berarti cara yang digunakan oleh negara yang saling berbatasan untuk menetapkan batas zona-zona lautnya yang meliputi laut teritorial, zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen, lebih lanjut dalam Indien Winarwati,Konsep Negara Kepulauan, Setara Press, Malang, 2016, hlm. 7.

2 8 Penulis mengacu pada Naskah Akademik Rancangan Undang Undang Tentang Zona Tambahan, hlm. 3.

PENEGAKAN HUKUM DI ZONA TAMBAHAN

Page 181: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN172

BAKAMLA dan TNI AL.b. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Penegakan

Hukum Ditingkatkan baik meliputi armadakapal, baik kapal patroli maupun kapal peranguntuk mengawasi, mencegah, dan menindakpelanggaran di Zona Tambahan, serta mengejarpelaku tindak pidana yang lari dari LautTeritorial ke Laut bebas.

c. Peningkatan Sumber Daya Manusia di kemen-terian yang menangani pelanggaran di lautseperti bea-cukai, keimigrasian, fiskal dan

kesehatan (orang, hewan atau tumbuhan).Sedangkan saran pemikiran dari penulis yaitu

segera mengundangkan Rancangan Undang-Undang Tentang Zona Tambahan Indonesiamenjadi Undang-Undang agar tercipta harmonisasiperaturan perundang-undangan yang baik sehinggaratifikasi dari LOST 1982 dapat berjalan dengansempurna. Rancangan Undang-Undang TentangZona Tambahan Indonesia harus menjadi bagianProlegnas Prioritas 2016 Dewan PerwakilanRakyat Republik Indonesia.

PENEGAKAN HUKUM DI ZONA TAMBAHAN

Page 182: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN173

Aristoteles, Politik, Bentang Budaya, Jogjakarta,2004.

_____, Politik (La Politica), Visi-media, Jakarta,2008.

_____, The World’s Great Classics, Grolier, NewYork.

_____, The Athenian Constitution, PenguinBooks, England.

Dina Sunyowati dan Enny Narwati, Buku AjarHukum Laut, Pusat Penerbitan danPercetakan Unair (AUP), Surabaya, 2013.

Etty R. Agoes, “Implementasi Nasional KonvensiHukum Laut 1982,” Lokakarya tentangHukum Laut Internasional “Satu Dasa-warsa Pemberlakuan Konvensi HukumLaut 1982 : Evaluasi ImplementasiNasional dan Tantangan ke Depan,“Hotel Hyatt-Regency, Yogyakarta, 13-15Desember 2004.

Gerald Aditya Bunga, Pembentukan UndangUndang Tentang Zona Tambahan Seba-gai Langkah Perlindungan Wilayah LautIndonesia, Jurnal Ilmu Hukum “SELAT”Universitas Maritim Raja Ali Haji, Volume2, Nomor 2, Edisi 4, Mei 2015.

Indien Winarwati, Konsep Negara Kepulauan,Setara Press, Malang, 2016.

Lawrence M Friedman, Law and Society AnIntroduction, Prentice Hall Inc, NewJersey, 1977.

Lili Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat Hukum,Alumni, Bandung, 1992.

Moh Fadli, Disertasi: Perkembangan PeraturanDelegasi Di Indonesia, UniversitasPadjadjaran, Bandung, 2012.

Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi HukumDalam Masyarakat Yang Sedang

Membangun, BPHN-Binacipta, Jakarta,1978.

_____, Naskah Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut, Departe-men Luar Negeri Direktorat PerjanjianInternasional, Jakarta, 1983.

Naskah Akademik Rancangan Undang UndangTentang Zona Tambahan Pusat Peren-canaan Pembangunan Hukum NasionalBadan Pembinaan Hukum Nasional Ke-menterian Hukum Dan Hak Asasi ManusiaTahun Pusat Perencanaan PembangunanHukum Nasional Badan Pembinaan HukumNasional Kementerian Hukum Dan HakAsasi Manusia Tahun 2014.

Nur Yanto, Memahami Hukum Laut Indonesia,Mitra Wacana Media, Jakarta, 2014.

Plato, The Great Dialogues Of Plato, PenguinBooks Canada Limited, Canada, 1984.

_____, Republik, Bentang Budaya, Jogjakarta,2002.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,Kencana, Jakarta, 2010.

R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1996.

Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum,Sinar Baru, Bandung, 1983.

Siswanto Sunarso, Wawasan PenegakanHukum di Indonesia, PT. Citra AdityaBakti, Bandung, 2005.

Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, BPHN& Binacipta, Jakarta, 1983.

Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Kanisius,Yogyakarta, 1991.

Universitas Sam Ratulangi, Naskah KonvensiPerserikatan Bangsa-Bangsa TentangHukum Laut.

Daftar Kepustakaan

PENEGAKAN HUKUM DI ZONA TAMBAHAN

Page 183: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN174

PEMBERDAYAAN KEKAYAAN LAUT: SOLUSIPEMENUHAN HAK PENGHIDUPAN YANG LAYAK

PADA SUKU LAUT DI PULAU GARA BATAM PROVINSIKEPULAUAN RIAU

Oleh :

Winsherly Tan & Winda FitriUniversitas Internasional Batam

AbstractBatam was one of the cities that located in Riau Island Province. Batam wassurrounded by ocean and there were among 300 small islands in it. People orcitizen who lived in the island often been called as “Sea Tribes” which were agroup that lived in the islands and estuary. One of the islands was Gara Islandwhich located in Kasu subdivision, Belakang Padang district, Batam City, RiauIsland province. However, the problem was Gara Island was surrounded byShipyard Industrial Company. The impact from that Shipyard companies wasocean environment around Gara Island becoming polluted and affected theocean’s ecosystems. This caused a bad impact for citizen’s livelihood as afisherman. Problems of this research were first, What is the problems that facedby sea tribes in Gara Island in terms of right to decent a livelihood? Second,What is the exact solution in order to fulfilling the right of decent livelihood onsea tribes in Gara Island? This research was using conceptual and juridicalframeworks. The juridical framework that was used in this research are LawNo. 39 of 1999, Law No. 32 of 2009, Batam Regional Regulation No. 2 of 2012on Corporate Social Responsibility, in the other hand for theoretical frameworkthat been adopted was Effectiveness Theory by Soerjono Soekanto. Thisresearch used sociological method as the types. The technique of collecting thedata consist of primary data which came from the interview’s result on publicfigure and sea tribes in Gara Island and also observation on Gara Island,while secondary data came from library study. Therefore, data analysis methodin this research was called qualitative descriptive. Based on the research result,sea tribe who the one who were actually could survive their livelihood with themarine wealth, precisely having a dilemma. There were some problems thatfaced on behalf of fulfilling the right of wealth living for sea tribes in GaraIsland which is environment pollution caused by industrial made the citizensgot just a little fish to sold. This made some of the sea tribes have to changedtheir job became scavenger of second ocean stuffs and there was a case whereGara Island citizens stole some irons from industrial company so they couldsold it back. Responding this case, there were some problem solving that offeredsuch as first, CSR (Corporate Social Responsibility) which were given byindustrial company should be directed to fix the living environment. Second,

Page 184: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN175

A. Latar BelakangKota Batam adalah salah satu daerah yang

terletak di Provinsi Kepulauan Riau. Secarageografis, letak Kota Batam sangat strategiskarena terletak di jalur pelayaran dunia inter-nasional, Kota Batam berbatasan langsung denganSingapura dan Malaysia.1 Pulau Batam menjadisebuah kota administratif (1983), total dariperekonomian Batam, 71,60% nya adalahmerupakan kegiatan Industri Pengolahan. Untukmendukung hal itu semua, Batam berusahamemperluas lahan untuk pengembangan in-dustrinya.2

Penetapan Kota Batam sebagai kawasanindustri tercantum jelas dalam Keputusan PresidenNomor 41 Tahun 1978 yang disempurnakandengan dikeluarkannya Keputusan PresidenNomor 94 Tahun 1998. Penyempurnaan fungsisebagai daerah industri yang diperluas hinggameliputi Wilayah Barelang ini dimaksudkan untukmenangkap peluang investasi yang lebih besar danuntuk memperlancar usaha pengembanganindustri.3

Salah satu industri yang cukup berkembangpesat di Kota Batam adalah industri galangan kapal(Shipyard). Saat ini di Kota Batam terdapat 110industri galangan kapal besar yang mampumemproduksi berbagai jenis kapal.4

Data dari sumber menunjukkan bahwa pertum-buhan jumlah industri galangan kapal mening-

Government should do some regularly evaluate and direct monitoring in casestudy location to see the condition of Gara Island. Third, need cooperationbetween LSM to help sea tribes in terms of give some training and empowerthe sea marine wealth.

Keywords : Marine, Rights, Sea Tribes, Gara Island

kat setiap tahunnya, dengan rincian sebagaiberikut:5

Tabel 1. Jumlah Shipyard di Kota Batam

Sumber: Kementrian Perindustrian

Keberdaan shipyard ini tentunya membawabeberapa dampak yaitu dampak postif dan negatif.Dampak positifnya adalah dapat menunjangperekonomian Kota Batam dan salah satu dampaknegatifnya adalah terjadinya pencemaran ling-kungan, khususnya pencemaran pada lingkunganlaut. Hal ini sangat diresahkan oleh suku laut yangtinggal di beberapa pulau kecil di sekitar KotaBatam, salah satu kasusnya adalah suku laut diPulau Gara. Pulau Gara merupakan sebuah pulaukecil yang terpisah dari Pulau Batam sebagai pulauinduk. Pulau Gara merupakan salah satu Pulau diKecamatan Belakang Padang Kota BatamProvinsi Kepulauan Riau. Haba menyatakanbahwa terdapat 5 (lima) karateristik dari pulau-pulau kecil, yaitu “luasnya kurang dari 10.000 km2,terpisah dari pulau induk (mainland island).6

No Tahun Jumlah Shipyard

1 2015 70 Unit

2 2016 110 unit

1 Pemerintah Kota Batam, “Gambaran Umum Kondisi Daerah, http://regional.coremap.or.id/downloads/GAMBARAN_UMUM_KONDISI_DAERAH_1171591504.pdf, diunduh 23 Agustus 2016.

2 Pemerintahan Kota Batam, “Profil Kabupaten/Kota Batam”, http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/kep_riau/batam.pdf,diunduh 29 Agustus 2016.

3 PU-Net, “Batam Sejak 1968 Hingga Era Otonomi Daerah”, http://www.pu.go.id/isustrategis/view/6, diakses 3 September 2016.4 Batam News, “Jokowi Kaget Melihat Ratusan Galangan Kapal di Batam”, http://batamnews.co.id/berita-4828-jokowi-

kaget-melihat-ratusan-galangan-kapal-di-batam.html, diunduh 29 Agustus 2016.5 Kementrian Perindustrian, “Galangan Kapal Tumbuh 15%”, http://www.kemenperin.go.id/artikel/2908/Galangan-Kapal-

Tumbuh-, diundah 29 Agustus 2016.6 R. Siburian, et.al, Konservasi Mangrove dan Kesejahteraan Masyarakat, Editor Robert Siburian dan John Baha, Yayasan

Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2016, hlm.17.

SOLUSI PEMENUHAN HAK PENGHIDUPAN YANG LAYAK PADA SUKU LAUT DI PULAU GARA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Page 185: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN176

Kemudian, mayoritas matapencaharian suku lauttersebut adalah sebagai nelayan. Para nelayan yangberasal dari Gara Kasu mulai merasakan dampakdari aktivitas pengerukan laut PT Pioner Shipyard,Tanjung Uncang yang merusak terumbu karangperairan tersebut.7

Berdasarkan sumber dari Dinas Kependudukandan Catatan Sipil Kota Batam menyatakan datajumlah penduduk menurut pekerjaan di Kecamatanbelakang Padang adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaandi Kecamatan Belakang Padang

Dari data di atas menyatakan bahwa pekerjaanNelayan/Perikanan yang diminati oleh pendudukdi belakang padang mencapai hingga 3257 orangdari total 24.137 orang. Dahulunya Pulau Garayang masuk dalam kecamatan Kasu, penduduknyabermatapencaharian sebagai nelayan/perikanan.Namun saat ini sudah berkurang dikarenakanpencemaran laut akibat perusahan shipyard yangmenyebabkan banyaknya ikan mati sehinggapenghasilan penduduk untuk menangkap ikansemakin berkurang. Jumlah nelayan di Pulau Garasekarang hanya sekitar 17 orang. Dahulunyanelayan di Pulau Gara bisa menangkap ikan sampai3 kg perhari, tetapi saat ini hanya 1 kg saja perhariuntuk dijual dan nelayan merasa hal ini tidak cukupuntuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Permasalahan ini tidak selaras dengan bebe-rapa peraturan undang-undang yaitu pertama,UUD 1945 dalam pasal 28H ayat (1). Kedua,Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 TentangHak Asasi Manusia dalam Pasal 3. Ketiga,Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 TentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidupdalam pasal 13 ayat (1) dan Pasal 69. Keempat,Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 TentangPerseroan Terbatas dalam Pasal 74 ayat (1).Kelima, Peraturan Daerah Kota Batam Nomor2 Tahun 2012 Tentang Tanggungjawab SosialPerusahaan dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (5).

Namun, kenyataannya saat ini sumber dayaalam di Pulau Gara terutama kebersihan lingkunganlaut masih jauh dari harapan masyarakat suku lautdi Pulau Gara untuk pemenuhan kehidupan yanglayak. Dan pencemaran yang dilakukan terhadaplingkungan laut ini telah melanggar peraturanperundanga-undangan yang berlaku. Oleh sebabitu peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut danmerangkumnya dalam sebuah penelitian yangberjudul: “PEMBERDAYAAN KEKAYAANLAUT: SOLUSI PEMENUHAN HAK PENG-HIDUPAN YANG LAYAK PADA SUKU LAUTDI PULAU GARA BATAM PROVINSI KE-PULAUAN RIAU”

No Pekerjaan Jumlah

1 Belum/Tidak bekerja 5367

2 Mengurus Rumah Tangga 5864

3 Pelajar/Mahasiswa 4584

4 Pensiunan 102

5 Pegawai Negeri Sipil 351

6 TNI/POLRI 19

7 Perdagangan 20

8 Petani/Pekebun 47

9 Pertenakan 18

10 Nelayan/Perikanan 3257

11 Karyawan Swasta 1330

12 Karyawan BUMN 58

13 Karyawan Honorer 103

14 Buruh Harian Lepas 997

15 Buruh Tani/Perkebunan 24

16 Buruh Nelayan/Perikanan 34

17 Pembantu Rumah Tangga 20

18 Guru 118

19 Pelaut 29

20 Wiraswasta 1737

21 Pekerjaan Lainnya 58

Total 24137

Sumber: Dinas Kependudukan dan CatatanSipil Kota Batam

7 Batam Today.com, “Nelayan Keluhkan Aktivitas Keruk Laut PT Pioner Shipyard”, http://regional.coremap.or.id/batam/berita/article.php?id=1330, diakses 29 Agustus 2016.

SOLUSI PEMENUHAN HAK PENGHIDUPAN YANG LAYAK PADA SUKU LAUT DI PULAU GARA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Page 186: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN177

B. Permasalahan1. Apakah permasalahan dalam pemenuhan hak

penghidupan yang layak pada Suku Laut diPulau Gara?

2. Apakah solusi dalam memenuhi hak penghi-dupan yang layak pada Suku Laut di Pulau Gara?

C. Tujuan Penelitian1. Untuk menganalisis permasalahan dalam

pemenuhan hak penghidupan yang layak padaSuku Laut di Pulau Gara

2. Untuk memberikan solusi yang tepat dalammemenuhi hak penghidupan yang layak padaSuku Laut di Pulau Gara

D. Metode PenelitianPenulis melakukan penelitian terhadap objek

penelitian dengan menggunakan jenis penelitianhukum sosiologis, dimana hukum dikonsepkansebagai pranata sosial yang secara riil dikaitkandengan variable-variable sosial yang ada.8

Objek penelitian dengan penelitian hukum so-siologis menggunakan data sekunder. Data sekun-der yang digunakan dalam karya tulis ini terdiri dari: 9a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang

mengikat, seperti peraturan perundang-undangan, yaitu:10

1) Undang-Undang Dasar 1945;2) Undang-Undang Nomor. 39 Tahun 1999

Tentang Hak Asasi Manusia3) Undang-Undnag Nomor. 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup

4) Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2Tahun 2012 Tentang Tanggungjawab Sosial

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukumyang mendukung dan memperkuat bahanhukum primer dengan memberikan penjelasanmengenai bahan hukum primer yang adasehingga dapat dilakukan analisa dan pema-haman yang lebih mendalam, yaitu:

1) Buku-buku Hukum;2) Jurnal-jurnal Hukum;3) Karya Tulis Hukum atau Pandangan Ahli

Hukum yang termuat dalam media masa.4) Internet.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yangmerupakan pelengkap yang sifatnya mem-berikan petunjuk atau penjelasan tambahanterhadap bahan hukum primer dan sekunder.Bahan hukum tersier yang terdapat dalampenelitian misalnya kamus hukum, kamus besarbahasa Indonesia.11

Sedangkan data primer dalam penelitian ini terdiripencatatan sumber data utama melalui pengamatanatau observasi dan wawancara merupakan hasil usahagabungan dari kegiatan melihat, mendengar danbertanya yang dilakukan secara sadar, terarah dansenantiasa bertujuan memperoleh informasi yangdiperlukan, yang diperoleh secara langsung dariresponden yaitu Tokoh Masyarakat Pulau Gara.

Kemudian, Teknik Pengumpulan Data danBahan Hukum yang digunakan pada penelitian kaliini adalah: Wawancara pada ketua RT Pulau Gara,tokoh agama, dan masyarakat di Pulau Gara,sertamelakukan observasi langsung pada lingkungan PulauGara. Oleh sebab itu, maka metode analisis dalampenelitian ini disebut kualitatif deskriptif.

E. Landasan Konseptual dan Operasional1. Definisi Pengelolaan Kekayaan Laut

Menurut Peraturan Menteri dalam NegeriNomor 30 tahun 2010 tentang Pedoman Pengelo-laan Sumber Daya di Wilayah Laut, dalam Pasal1 ayat (1) dijelaskan bahwa Pengelolaan sumberdaya laut adalah segala upaya mengoptimalkanmanfaat sumber daya laut. Pasal 1 ayat (2)dijelaskan bahwa Sumber daya laut adalah unsurhayati, non hayati yang terdapat di wilayah lautdan dapat digunakan untuk meningkatkankesejahteraan manusia.12 Menurut Pasal 21 ayat

8 Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm. 13.9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1986, hlm. 12.1 0 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005, hlm. 141.1 1 Ibid., hlm 56.1 2 Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 30 tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sumber Daya di

Wilayah Laut.

SOLUSI PEMENUHAN HAK PENGHIDUPAN YANG LAYAK PADA SUKU LAUT DI PULAU GARA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Page 187: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN178

(2) bahwa Pengelolaan kekayaan laut hanya dapatdilakukan di kawasan:13 pemanfaatan umum,konservasi; dan alur laut.

2. Definisi Hak Asasi ManusiaMenurut Jack Donnely, hak asasi manusia

adalah hak-hak yang dimiliki manusiasemata-matakarena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukankarena diberikan kepadanya oleh masya-rakat atauberdasarkan hukum positif, melainkan semata-mataberdasarkan martabatnya sebagai manusia.

Sementara Meriam Budiardjo, berpendapatbahwa hak asasi manusia adalah hak yang dimilikimanusia yang telah diperoleh dan dibawanyabersamaan dengan kelahirannya di dalam kehi-dupan masyarakat. Dianggap bahwa beberapahak itu dimilikinya tanpa perbedaan atas dasarbangsa, ras, agama, kelamin dan karena itu bersifatuniversal.14

3. Definisi Penghidupan yang LayakSalah satu hak asasi manusia adalah hak untuk

mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yanglayak. Hal ini telah dengan tegas dan jelas tertulispada Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan danpenghidupan yang layak bagi kemanusiaan.15

Istilah “kelayakan standar hidup” belumdiberikan definisi yg tepat dalam aturan-aturaninternasional yang relevan. Namun maknanyasampai batas tertentu dapat dipahami melalui kata-kata lanjutannya. Terdapat dalam ketentuansebagai berikut: 16

i. Pasal 25 DUHAM, kelayakan standar hidupberarti adalah layak untuk kesehatan dankesejahteraan diri dan keluarganya, termasuk

pangan, sandang, perumahan, perawatan medisdan pelayanan sosial yg diperlukan.

ii. Pasal 27 Konvensi Hak Anak: “standar hidupyang layak untuk perkembangan fisik, mental,spiritual, moral dan perkembangan sosial anak.”

iii. Menurut Kovenan Hak Ekosob Hak ataspenghidupan yang layak merupakan bagiandari hak ekonomi, sosial, budaya yaitu terdiriatas:17 Hak atas pekerjaan, Hak atas kondisikerja yang adil dan menguntungkan, Hak untukberserikat, Hak atas jaminan social, Hak untukberkeluarga dan perlindungan bagi anak danremaja, Hak atas standar penghidupan yanglayak (Pasal 11), Hak atas kesehatan, Hakatas pendidikan, Hak atas budaya.

4. Definisi Suku lautOrang laut atau suku laut adalah kelompok

masyarakat yang mempunyai kebudayaan bahariyang semurni-murninya. Kondisi kekinian, oranglaut banyak yang hidup menetap. Ini berkembangdari konsep awal kategori orang laut.18

Menurut Adrian B Lapian (1986 dan 2009),orang laut adalah suku bangsa yang bertempattinggal di perahu dan hidup mengembara diPerairan Provinsi Kepulauan Riau sekitarnya, danpantai Johor Selatan.19 Dan menurut Vivienne Wee(1993) berpendapat orang laut adalah keturunanraja-raja Melayu. Ini berdasarkan analisisnya padanaskah Sulalatus Salatin.20

F. Landasan Yuridis1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999

Tentang Hak Asasi ManusiaSetiap orang mempunyai hak sebagai manusia.

Salah satu hak yang harus dimiliki oleh manusia

1 3 Pasal 21 ayat (1) Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 30 tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sumber Daya diWilayah Laut.

1 4 Hannita, “Pentingnya Peran Hak Asasi Bagi Setiap Warga Negara Indonesia”, http://hannitacambridge.blogspot.co.id/2012/06/pentingnya-peran-hak-asasi-bagi-setiap.html, diakses 29 Agustus 2016.

1 5 Pasal 27 ayat (2) UUD 19451 6 Sri Palupi, “Hak Atas Standar Penghidupan Layak dalam Perspektif HAM”, Peneliti Institute for Ecosoc Rights, https://

ciliwungmerdeka.org/wp-content/uploads/2015/11/03-Hak-Atas-Penghidupan-Layak.pdf, diundah pada 5 September 2016.1 7 Ibid1 8 Dediarman, “Orang Laut di Kepulauan Riau, Artikel Kementerian Pendidikan dan Kebudayan Direktorat Jenderal

Kebudayaan”, Jakarta, 2016. http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/2016/06/14/orang-laut-kepulauan-riau/, diakses7 September 2016.

1 9 Ibid2 0 Ibid

SOLUSI PEMENUHAN HAK PENGHIDUPAN YANG LAYAK PADA SUKU LAUT DI PULAU GARA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Page 188: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN179

adalah hak untuk mendapatkan lingkungan yangseha. Negara atau masyarakat tetap berkewajibanmenjaga kelestarian lingkungan hidup sertamencegah dan menanggulangi penceramaran danpengerusakan lingungan hidup.21

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009Tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan HidupPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yangdilakukan untuk melestarikan fungsi lingkunganhidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputiperencanaan, pemanfaatan, pengendalian,pemeliharaan, pengawasan, dan penegakanhukum.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupbertujuan:22 Melindungi wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia dari pencemaran dan/ataukerusakan lingkungan hidup; menjamin kesela-matan, kesehatan, dan kehidupan manusia;menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidupdan kelestarian ekosistem menjaga kelestarianfungsi lingkungan hidup dan lainnya.

Dalam Pasal 19 ayat (1) dijelaskan bahwaUntuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidupdan keselamatan masyarakat, setiap perencanaantata ruang wilayah wajib didasarkan pada KLHS.Dan diperjelas kembali dalam Pasal 19 ayat (2)bahwa Perencanaan tata ruang wilayah sebagai-mana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan denganmemperhatikan daya dukung dan daya tamping.23

Dalam Pasal 53 ayat (1) dijelaskan bahwaSetiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup wajib melakukanpenanggulangan pencemaran dan/atau kerus akanlingkungan hidup.

3. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2Tahun 2012 Tentang Tanggungjawab SosialPerusahaanDalam Peraturan Daerah Kota Batam Nomor

2 Tahun 2012 Tentang Tanggungjawab SosialPasal 1 ayat (5) menjelaskan bahwa PerusahaanTanggungjawab Sosial Perusahaan (yang selanjut-nya disingkat TSP) adalah tanggungjawab yangmelekat pada setiap perusahaan penanamanmodal untuk tetap menciptakan hubungan yangserasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan,nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.24

Tujuan umum TSP adalah untuk meningkatkankualitas kehidupan dan kelestarian lingkungan yangbermanfaat bagi perusahaan sendiri, masyarakatsekitar, maupun masyarakat pada umumnya.25

Tujuan khusus TSP Perusahaan meliputi:Terwujudnya pedoman yang jelas tentang TSPtermasuk lingkungan perusahaan beserta pihak-pihak yang menjadi pelakunya; Terpenuhinyapenyelenggaraan TSP yang terkoordinasi sesuaidengan peraturan perundang-undangan yangberlaku; Terwujudnya kepastian hukum bagiperusahaan dalam melaksanakan TSP secaraterpadu dan berdaya guna; Melindungi perusahaandari pungutan yang dilakukan oleh pihak-pihak yangtidak berwenang dan lainnya.26

Dalam melaksanakan TSP, perusahaan wajibMenetapkan komitmen bahwa TSP adalah bagianyang tidak terpisahkan dalam kebijakan mana-jemen maupun program pengembangan perusa-haan di dalam peraturan perusahaan. DanMenyusun rancangan dan melaksanakan kegiatanTSP sesuai dengan prinsip-prinsip tanggungjawabsocial perusahaan dengan memperhatikanperencanaan pembangunan Kota Batam danperaturan perundangan yang berlaku.27

2 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia2 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup2 3 Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup2 4 Pasal 1 Ayat (5) Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan2 5 Pasal 4 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan2 6 Pasal 5 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan2 7 Pasal 9 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan

SOLUSI PEMENUHAN HAK PENGHIDUPAN YANG LAYAK PADA SUKU LAUT DI PULAU GARA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Page 189: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN180

G. Landasan Teoritis1. Teori Efektifitas Hukum oleh Soerjono

SoekantoUntuk mengetahui sejauh mana efektifitas dari

hukum, maka pertama-tama yang harus dilakukanadalah mengukur sejauh mana aturan hukum ituditaati atau tidak ditaati. Menurut SoerjonoSoekanto, suatu sikap tindak atau perilaku hukumdianggap efektif apabila sikap tindak atau perilakupihak lain menuju pada tujuan yang dikehendaki,atau apabila pihak lain tersebut mematuhi hukum.28

Teori efektifitas hukum menurut SoerjonoSoekanto adalah bahwa efektif atau tidaknya suatuhukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor, yaitu :29

a) Faktor hukumnya sendiri (undang-undang);b) Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak

yang membentuk maupun menerapkan hukum;c) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung

penegakan hukum;d) Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana

hukum tersebut berlaku atau diterapkan;e) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya,

cipta dan rasa yang didasarkan pada karsamanusia di dalam pergaulan hidup.

Ditinjau dari Teori Efektifitas hukum diatasbahwa suatu aturan dapat dikatakan efektif atauberjalan di masyarakat jika aturan atau lembagahukum tersebut mencapai tujuan yang dikehendakipara pihak ataupun para pihak tersebut mematuhiseluruh subtansi hukum tersebut.

H. Pemabahasan1. Permasalahan Dalam Pemenuhan Hak

Penghidupan yang Layak Pada Suku Lautdi Pulau Gara.Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak

yang melekat pada hakikat dan keberadaanmanusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esadan merupakan anugerah-Nya yang wajib

dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi olehnegara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demikehormatan serta perlindungan harkat danmartabat manusia. Hal ini diamanatkan dalamUndang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang HakAsasi Manusia. Setiap manusia wajib mendapat-kan perlindungan atas hak nya. Salah satu hak yangmelekat pada diri setiap manusia adalah hak untukmedapatkan penghidupan yang layak.

Hak dalam memperoleh penghidupan yanglayak diatur dalam pasal 27 (2) Undang-UndangDasar 1945 berbunyi “Tiap-tiap warga negaraberhak atas pekerjaan dan penghidupan yanglayak bagi kemanusiaan”.30 Kemudian, secaraeksplisit juga diatur dalam Pasal 11-16 UU No.39 Tahun 1999 tentang hak pengembangan diri.31

Hak asasi manusia ini melekat pada setiap dirimanusia tanpa terkecuali juga melakat padamasyarakat suku laut di Pulau Gara. Di pulau inimenetap 65 kepala keluarga dengan 280 jiwayang keseluruhannya adalah Suku Laut. Suku inimerupakan penduduk asli Kota Batam yang telahmenempati Kota Batam sejak zaman kerajaanTumasik (sekarang Singapura) sejak awal abadke-14.32

Mayoritas matapencaharian suku laut tersebutadalah sebagai nelayan. Laut merupakan tempatmereka untuk mengais rezeki. Namun, perma-salahan yang terjadi adalah dikarenakan semakinberkembangnya perusahan industri di Kota Batammembawa beberapa dampak negatif, salah satuyaadalah pencemaran lingkungan laut. Shipyardadalah salah satu industry yang memberikandampak negatif, khususnya pada Pulau Gara.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancaradengan ketua RT (Rukun Tetangga) Pulau Gara,menjelaskan bahwa :1. Hasil tangkapan ikan di laut sebagai nelayan,

mencapai 3 Kg per-hari. Namun untuk saat inihanya mencapai 1 kg per-hari. Hal ini dikare-

2 8 Soerjono Soekanto, Efektifitas Hukum dan Peranan Sanksi, Remadja Karya CV, Jakarta, 1985, hlm.1.2 9 Ray Pratama Siadari, “Teori Efektifitas, Hukum”, https://www.academia.edu/9568999/Teori_Efektifitas_Hukum, diakses21 Februari 2016.3 0 Pasal 27 (2) Undang-Undang Dasar 19453 1 Pasal 11-16 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia3 2 Pemerintah Kota Batam, “Bank Data Pemerintahan Kota Batam”, http://data.batamkota.go.id/bankdata/home/pemerintahan/

profilkota, diunduh 5 September 2016.

SOLUSI PEMENUHAN HAK PENGHIDUPAN YANG LAYAK PADA SUKU LAUT DI PULAU GARA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Page 190: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN181

nakan banyak ikan dan tanaman laut yang matiakibat pencemaran lingukungan yang di-akibatkan perusahan shipyard.

2. Saat ini (tahun 2016) terjadi kasus salah satumasyarakat di Pulau Gara mencuri besi yangterdapat di salah satu perusahaan shipyard yangletaknya dekat dengan Pulau Gara.

3. CSR yang diberikan dari perusahan shipyardkepada masyarakat Pulau Gara berupa dana.Namun, dana tersebut belum mampu mem-perbaiki kehidupan masyarakat Pulau Gara.

4. Belum pernah ada pengawasan dan penyidikanlangsung dari pihak pemeritah mengenai kondisiPulau Gara saat ini.

2. Solusi Dalam Memenuhi Hak Penghi-dupan yang Layak Pada Suku Laut PulauGaraIndonesia telah memiliki pijakan welfare state

sejak disusunnya UUD 1945 sebagai konstitusibangsa. Hal ini dipertegas dalam Pasal 33 (3) UUD1945 yag berbunyi :33

“Bumi, air dan kekayaan alam yangterkandung didalamnya dikuasai olehNegara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Pasal ini merupakan salah satu wujud yangmenyatakan bahwa negara Indonesia menganutkonsep welfare state/ negara kesejahteraan.Definisi Kesejahteraan dalam konsep duniamodern adalah sebuah kondisi dimana seorangdapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itukebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal,air minum yang bersih serta kesempatan untukmelanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaanyang memadai yang dapat menunjang kualitashidupnya sehingga memiliki status sosial yangmengantarkan pada status sosial yang samaterhadap sesama warga lainnya . Jika mengacupada HAM, maka definisi kesejahteraan kuranglebih berbunyi bahwa setiap laki laki ataupun

perempuan, pemuda dan anak kecil memiliki hakuntuk hidup layak baik dari segi kesehatan,makanan, minuman, perumahan, dan jasa sosial,jika tidak maka hal tersebut telah melanggarHAM.34

Berlandaskan dasar hukum tersebut, makadapat diketahui bahwa salah satu indikator negarakesejahteraan adalah masyarakat telah memilikipenghidupan yang layak tanpa terkecuali.Memperoleh penghidupan yang layak merupakansalah satu hak yang harus diperoleh oleh manusia.Pihak yang mempunyai tanggungjawab dalammemberikan perlindungan dan pemenuhan hak iniadalah negara, sebagaimana yang tercantum dalamPasal 2 UU No. 39 Tahun 1999 yang berbunyi:

“Negara Republik Indonesia meng-akui dan menjunjung tinggi hak asasimanusia dan kebebasan dasar manusiasebagai hak yang secara kodrati melekatpada dan tidak terpisahkan dari manusia,yang harus dilindungi, dihormati, danditegakkan demi peningkatan martabatkemanusiaan, kesejahteraan, kebaha-giaan, dan kecerdasan serta keadilan.”

Dalam hal memenuhi hak penghidupan yanglayak pada suku laut pulau gara, solusi yang palingtepat adalah dengan memberdayakan kekayaanlaut yang ada di Pulau Gara. Laut merupakansumber pangan yang melimpah yang dapatdimanfaatkan untuk keseimbangan kehidupanmakhluk. aneka jenis hewan laut dan tumbuhanyang tumbuh berkembang didalamnya, memberipuluang besar bagi manusia untuk mengambilmanfaat dari kekayaan laut tersebut, denganmemanfaatkan ikan, air, tumbuhan laut sertaminyak bumi yang ada didasar laut.35

Pembangunan masyarakat pesisir di Indonesiamulai mendapat perhatian yang khusus melalui“Kebijakan dan Strategi Pembangunan WilayahMaritim untuk Mencapai Ketahanan Nasional”.Dalam upaya mewujudkan kebijakan dan strategi

3 3 Pasal 33 ayat (3) UUD 19453 4 Muhammad Mahatir, “Konsep Kesejahteraan”, http://mahathir71.blogspot.co.id/2011/12/konsep-kesejahteraan_16.html,

diakses 5 September 2016.3 5 Kekayaan Laut, “Kekayaan Alam Laut”, http://blogikanlaut.blogspot.co.id/, diakses 5 September 2016.

SOLUSI PEMENUHAN HAK PENGHIDUPAN YANG LAYAK PADA SUKU LAUT DI PULAU GARA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Page 191: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN182

tersebut, Menteri Koordinator Bidang Kema-ritiman Rizal Ramli menyatakan bahwa terdapat5 (lima) pilar untuk membangun poros maritim,yaitu:36

a. Pertama mengubah budaya yang saat ini masihbergantung di darat bergeser ke lautan.

b. Memanfaatkan sumber daya alam yang berasaldari laut untuk meningkatkan kesejahteraan.

c. Konektifitas antar wilayah.d. Diplomasi maritim.e. Ketahanan maritim.

Berdasarkan pendapat dari Menteri Koor-dinator Bidang Kemaritiman, dapat diketahuibahwa sangatlah penting dalam memanfaatkansumber daya alam yang berasal dari laut untukmeningkatkan kesejahteraan. Namaun, solusi inidapat tercapai, harus dapat dilihat dari beberapafaktor.

Jika mengacu pada teori Efektifitas OlehSoerjono Soekanto, terdapat 5 faktor dalammengukur efektifitas hukum. 5 faktor ini juga datadijadikan acuan dalam mensukseskan solusi yangditawarkan oleh peneliti yaitu sebagai berikut : 37

a) Faktor hukum. Ditinjau dari segi hukum, sudahterdapat seperangkat aturan terkait yaitupertama, UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HakAsasi Manusia yang menjelaskan bahwa setiapmanusia mempunyai hak untuk mendapatkanpenghidupan yang layak. Kedua, secaraspesifik, terdapat pula UU No. 32 Tahun 2009Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ling-kungan Hidup yang menegaskan bahwa adalahsebuah kewajiban dalam melestarikan ling-kungan hidup. Ketiga, Peraturan Daerah No.2 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab SosialPerusahaan.

b) Faktor penegak hukum. Ditinjau dari segipenegakan hukum, perlu adanya pemantauandari pemerintah terkait dengan implementasiCSR yang diberikan oleh perusahan-perusahanshipyard di Kota Batam, khususnya untukperusahan shipyard yang letaknya dekat dengan

Pulau Gara. Kemudian, CSR yang diberikanoleh perushan Shipyard tersebut ke Pulau Garaselalu dalam bentuk dana saja, yang belummampu meningkatkan kehidupan masyarakatPulau Gara.

c) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukungpenegakan hukum. Dari segi ini, masih lemahsarana atau fasilitas yang mendukung adanyapenegakan hukum.

d) Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimanahukum tersebut berlaku atau diterapkan. Jikadari faktor masyarakat, mayoritas masyarakatadalah nelayan yang memberdayakan kekayaanlaut untuk mencukupi kebutuhan hidup keluargamereka.

e) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya,cipta dan rasa yang didasarkan pada karsamanusia di dalam pergaulan hidup. Jika dari segikebudayaan, budaya masyarakat di Pulau Garamasih primitive, dalam arti mereka bermatapencaharian sebagai nelayan yang menangkapikan, namun kurang aktif dan kreatif dalammencari kebutuhan hidup yang lebih layakdengan memanfaatkan kekayaan laut, selaindaripada hanya memancing ikan untuk dijual.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapatdisimpulkan bahwa salah satu solusi yang palingtepat dalam memenuhi hak untuk mendapatkanpenghidupan yang layak bagi masyarakat PulauGara adalah dengan memberdayakan kekayaanlaut yang ada. Hal ini sejalan pula dengan amanatdalam UU tentang lingkungan hidup yangmenyatakan bahwa perlu melestarikan lingkunganhidup, sesuai pula dengan budaya masyarakatnyayang mayoritas adalah nelayan.

I. Penutup1. Kesimpulan

a) Pulau Gara adalah salah satu Pulau di KotaBatam, yang masih memerlukan perhatiandari pemerintah dalam banyak hal, salahsatunya adalah kehidupan masyarakat Pulau

3 6 Liputan 6, http://bisnis.liputan6.com/read/2532151/5-jurus-rizal-ramli-bangun-poros-maritim, diunduh 5 September 2016.3 7 Ray Pratama Siadari, “Teori Efektifitas, Hukum”, https://www.academia.edu/9568999/Teori_Efektifitas_Hukum, diakses

21 Februari 2016.

SOLUSI PEMENUHAN HAK PENGHIDUPAN YANG LAYAK PADA SUKU LAUT DI PULAU GARA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Page 192: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN183

Gara. Masih banyak masyarakat disanayang masih sulit untuk memenuhi kebutuhanhidupnya sendiri. Terdapat masalah yangdihadapi yaitu pemasukan masyarakatsebagai nelayan menurun semenjak keha-diran perusahan shipyard yang mengotorilingkungan laut.

b) Berdasarkan permasalahan yang dihadapitersebut, maka terdapat solusi yang dita-warkan yaitu masyarakat perlu member-dayakan kekayaan laut dalam meningkatkanpenghidupan mereka.

2. SaranBerdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa

permaslahan yang dihadapi oleh masyarakat PulauGara dalam meningkatkan penghidupan mereka.Salah satu solusi yang peneliti tawarkan adalahdengan memberdayakan kekayaan laut. Caramemberdayakannya tentu tidak mudah. Berikutsaran yang ditawarkan :1. Saran Untuk Pemerintah

a) Pemerintah dapat secara berkala (1 kalidalam 3 bulan) melakukan pemantauan danmembuat laporan perkembangan darimasyarakat Pulau Gara. Hal yang perludipantau adalah kelayakan hidup mereka.

b) Berdasarkan hasil pemantauan tersbut,pemerintah dpat mengambil langkah dalammengajarkan masyarakat tersebut dalam halmemberdayakan kekayaan laut. Contohnya:pemerintah kota dapat bekerjasama denganLSM (Lemabaga Swadaya Masyarakat)dalam memberikan pelatihan pada masya-rakat Pulau Gara tentangcara membuatkerupuk ikan yang dimana kerupuk tersbutdapat djual kembali dengan harga yang lebihmahal, pelatihan membuat keterlampilan daribahan laut untuk dijual sebagai sovenier khasBatam, dan lain sebagainya.

c) Pemerintah juga perlu memantau imple-mentasi CSR dari perusahan shipyard kePulau Gara

2. Saran untuk Perusahan Shipyard Kota Batama) Perusahan tersebut perlu mengefektifkan

implementasikan CSR, tidak hanya dalampemberian dana saja. Mengacu pada Pasal4 PERDA Kota Batam Tentang Tanggung-jawab Sosial yang berbunyi:

“Tujuan umum TSP adalah untuk me-ningkatkan kualitas kehidupan dan ke-lestarian lingkungan yang bermanfaat bagiperusahaan sendiri, masyarakat sekitar,maupun masyarakat pada umumnya.”

Dalam hal ini, bentuk CSR yang seharusnyadiberikan oleh perusahan dapat dalam bentukdana yang dialokasikan untuk membentuk“Program Pemberdayaan Maysrakat” yangdimana perusahan dapat melatih masayarakatdalam memanfaatkan kekayaan laut danmemperbaiki kondisi laut yang tercemar akibatindustri, dalam meningkatkan penghidupanmereka sampai tercipta kemandirian padamasyarakat. Hal ini sejalan dengan Pasal 12yang berbunyi :

“Program Pemberdayaan Masyara-kat sebagaimana dimaksud dalam Pasal11 ayat (1) huruf a adalah suatu upayauntuk memulihkan dan/atau mening-katkan keberdayaan masyarakat agarmampu berbuat sesuai dengan harkatdan martabat sehingga tercipta keman-dirian masyarakat dalam melaksanakanhak-hak dan tanggungjawabnya sebagaiwarga negara.”

b) Perusahan shipyard perlu berupaya menjagalingkungan laut dengan cara buangan limbahperlu teknik pengolahan limbah sesuai batasyang ditentukan sebelum dialirkan ke laut.

SOLUSI PEMENUHAN HAK PENGHIDUPAN YANG LAYAK PADA SUKU LAUT DI PULAU GARA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Page 193: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN184

Buku / ArtikelMarzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum,

Kencana, Jakarta, 2005.Pemerintah Kota Batam, “Gambaran Umum

Kondisi Daerah, http://regional.coremap.o r . i d / d o w n l o a d s /GAMBARAN_UMUM_KONDISI_DAERAH_1171591504.pdf, diunduh 23Agustus 2016.

Pemerintahan Kota Batam, “Profil Kabupaten/Kota Batam”, http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/kep_riau/batam.pdf,diunduh 29 Agustus 2016.

Pemerintah Kota Batam, “Bank Data Peme-rintahan Kota Batam”, http://data.batamkota.go.id/bankdata/home/pemerintahan/profilkota, diunduh 5September 2016.

R. Siburian, et.al, Konservasi Mangrove danKesejahteraan Masyarakat, Editor RobertSiburian dan John Baha, Yayasan PustakaObor Indonesia, Jakarta, 2016.

Soekanto, Soerjono, Efektifitas Hukum danPeranan Sanksi, Remadja Karya CV,Jakarta, 1985.

Soekanto, Soerjono, Pengantar PenelitianHukum, UI-Press, Jakarta, 1986.

Sri Palupi, “Hak Atas Standar Penghidupan Layakdalam Perspektif HAM”, Peneliti Institutefor Ecosoc Rights, https://ciliwungmerdeka.org/wp-content/uploads/2015/11 / 0 3 - H a k - A t a s - P e n g h i d u p a n -Layak.pdf, diundah pada 5 September2016.

Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika,Jakarta, 2006.

Peraturan Perundang-undanganUndang-Undang Dasar 1945Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang

Hak Asasi ManusiaUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan LingkunganHidup

Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 30 tahun2010 tentang Pedoman PengelolaanSumber Daya di Wilayah Laut.

Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun2012 Tentang Tanggungjawab SosialPerusahaan

Internet/artikelBatam News, “Jokowi Kaget Melihat Ratusan

Galangan Kapal di Batam”, http://batamnews.co.id/berita-4828-jokowi-kaget-melihat-ratusan-galangan-kapal-di-batam.html, diakses 29 Agustus 2016.

Batam Today.com, “Nelayan Keluhkan AktivitasKeruk Laut PT Pioner Shipyard”, http://regional.coremap.or.id/batam/berita/article.php?id=1330, diakses 29 Agustus2016.

Dediarman, “Orang Laut di Kepulauan Riau,Artikel Kementerian Pendidikan danKebudayan Direktorat Jenderal Kebuda-yaan”, Jakarta, 2016. http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/2016/06/14/orang-laut-kepulauan-riau/, diakses 7September 2016.

Hannita, “Pentingnya Peran Hak Asasi Bagi SetiapWarga Negara Indonesia”, http://hannitacambridge.blogspot.co.id/2012/06/pentingnya-peran-hak-asasi-bagi-setiap.html, diakses 29 Agustus 2016.

Kementrian Perindustrian, “Galangan KapalTumbuh 15%”, http://www.kemenperin.go.id/artikel/2908/Galangan-Kapal-Tumbuh-, diakses 29 Agustus 2016.

Kekayaan Laut, “Kekayaan Alam Laut”, http://blogikanlaut.blogspot.co.id/, diakses 5September 2016.

Liputan 6, http://bisnis.liputan6.com/read/2532151/5-jurus-rizal-ramli-bangun-poros-maritim, diakses 5 September 2016.

Muhammad Mahatir, “Konsep Kesejahteraan”,http://mahathir71.blogspot.co.id/2011/12/konsep-kesejahteraan_16.html ,diakses 5 September 2016.

Daftar Pustaka

SOLUSI PEMENUHAN HAK PENGHIDUPAN YANG LAYAK PADA SUKU LAUT DI PULAU GARA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Page 194: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN185

PU-Net, “Batam Sejak 1968 Hingga Era OtonomiDaerah”, http://www.pu.go.id/isustrategis/view/6, diakses 3 September 2016.RayPratama Siadari, “Teori Efektifitas, Hukum”,

https://www.academia.edu/9568999/Teori_Efektifitas_Hukum, diakses 21Februari 2016.

LAMPIRAN

SOLUSI PEMENUHAN HAK PENGHIDUPAN YANG LAYAK PADA SUKU LAUT DI PULAU GARA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Page 195: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN186

PERAN KPPU DALAM PENEGAKAN HUKUMTERHADAP PRAKTEK MONOPOLI DAN

PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHATDI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Oleh :Muhammad Fajar Hidayat

Program Studi Ilmu Hukum Universitas Maritim Raja Ali Haji(UMRAH) Tanjungpinang Jl. Raya Dompak, Pulau Dompak, Tanjungpinang

AbstrakProvinsi Kepulauan Riau yang terdiri dari 7 Kabupaten/Kota (Kota Batam, KotaTanjungpinang, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga,Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas) merupakan salah satuProvinsi di Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga sepertiSingapura dan Malaysia. Sebagai Provinsi yang terletak di daerah perbatasan tentunyamempunyai nilai ekonomi ya ng tinggi dan potensi bisnis yang besar bagi para pelakuusaha. Hal inilah yang mendorong banyaknya pelaku usaha di Indonesia yang berbisnisdi Provinsi Kepulauan Riau. Banyaknya praktek monopoli dan persaingan usahatidak sehat pada masa orde baru, mendorong dibentuknya sebuah lembaga yangbernama Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sebagaimana amanah dariUU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan UsahaTidak Sehat. Dalam menjalankan tugasnya, ternyata Komisi yang dibentuk ini belumbisa berjalan secara maksimal dan masih banyak menemui kendala-kendala dalampenegakan hukumnya. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaituuntuk mengetahui peran KPPU dalam penegakan hukum terhadap praktek monopolidan persaingan usaha tidak sehat dan untuk mengetahui faktor-faktor penghambatperan KPPU dalam penegakan hukum terhadap praktek monopoli dan persainganusaha tidak sehat di Provinsi Kepulauan Riau. Penulis menggunakan metode penelitianhukum normatif dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini adalah peran KPPU dalampenegakan hukum terhadap praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehatselama ini lebih banyak bersifat menunggu laporan daripada melakukan penelitianatau investigasi terhadap pelaku usaha yang diduga melakukan praktek monopolidan persaingan usaha tidak sehat. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah peranKPPU dalam penegakan hukum terhadap praktek monopoli dan persaingan usahatidak sehat di Provinsi Kepulauan Riau belum berjalan efektif.

Kata Kunci : KPPU, Penegakan Hukum, Monopoli dan Persaingan UsahaTidak Sehat.

Page 196: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN187

A. Latar BelakangProvinsi Kepulauan Riau yang terdiri dari 7

Kabupaten/Kota (Kota Batam, Kota Tanjung-pinang, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun,Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna danKabupaten Kepulauan Anambas) merupakan salahsatu Provinsi di Indonesia yang berbatasanlangsung dengan negara tetangga seperti Singapuradan Malaysia. Sebagai Provinsi yang terletak didaerah perbatasan tentunya mempunyai nilaiekonomi yang tinggi dan potensi bisnis yang besarbagi para pelaku usaha. Hal inilah yang mendorongbanyaknya pelaku usaha di Indonesia yangberbisnis di Provinsi Kepulauan Riau.

Dalam kegiatan bisnis bisa dipastikan bahwaakan selalu ada yang namanya persaingan(competition) di antara pelaku usaha. Pelakuusaha akan berusaha menciptakan, mengemas,serta memasarkan produk yang dimiliki baikbarang atau jasa sebaik mungkin agar diminati dandibeli oleh konsumen. Persaingan dalam usahadapat berimplikasi positif dan dapat menjadi negatifapabila dijalankan dengan perilaku negatif dansistem ekonomi yang menyebabkan tidak kom-petitif.

Dari sisi manfaat, persaingan dalam dunia usahaadalah cara yang efektif untuk mencapai penda-yagunaan sumber daya secara optimal. Denganadanya rivalitas akan cenderung menekan ongkos-ongkos produksi sehingga harga menjadi lebihrendah serta kualitasnya semakin meningkat.Bahkan lebih dari itu persaingan dapat menjadilandasan fundamental bagi kinerja di atas rata-ratauntuk jangka panjang dan dinamakannya keung-gulan bersaing yang lestari (sustainable com-petitive advantage) yang dapat diperoleh melaluitiga strategi generik, yakni keunggulan biaya,diferensiasi, dan fokus biaya.1

Banyaknya praktek monopoli dan persainganusaha tidak sehat pada masa orde baru, men-dorong dibentuknya sebuah lembaga yang bernamaKomisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)sebagaimana amanah dari UU No. 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Per-saingan Usaha Tidak Sehat. Dalam menjalankantugasnya, ternyata Komisi yang dibentuk ini belumbisa berjalan secara maksimal dan masih banyakmenemui kendala-kendala dalam penegakanhukumnya. Hal inilah yang membuat penulis tertarikuntuk mengangkat persoalan ini menjadi sebuahartikel yang berjudul “Peran KPPU DalamPenegakan Hukum Terhadap Praktek Monopolidan Persaingan Usaha Tidak Sehat di ProvinsiKepulauan Riau”.

B. PermasalahanBerdasarkan latar belakang di atas, maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu :1. Bagaimanakah peran KPPU dalam penegakan

hukum terhadap praktek monopoli danpersaingan usaha tidak sehat di ProvinsiKepulauan Riau ?

2. Apa sajakah faktor-faktor yang menghambatperan KPPU dalam penegakan hukum terha-dap praktek monopoli dan persaingan usahatidak sehat di Provinsi Kepulauan Riau ?

C. TujuanAdapun tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui peran KPPU dalam pene-gakan hukum terhadap praktek monopoli danpersaingan usaha tidak sehat di ProvinsiKepulauan Riau.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang meng-hambat peran KPPU dalam penegakan hukumterhadap praktek monopoli dan persainganusaha tidak sehat di Provinsi Kepulauan Riau.

D. Metode Penelitian1) Jenis Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitianhukum normatif. Penelitian hukum normatif adalahpenelitian hukum yang meletakkan hukum sebagaisebuah bangunan sistem norma.2 Sistem normayang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma,kaidah dari peraturan perundang-undangan,

1 Johny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha: Filosofi, Teori, dan Implikasi Penerapannya di Indonesia, Malang: Bayu Media,2006, hlm.102-103.

2 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010, hlm.34.

PERAN KPPU DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Page 197: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN188

putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin(ajaran).3 Peter Mahmud Marzuki menjelaskanpenelitian hukum normatif adalah suatu prosesuntuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukumuntuk menjawab permasalahan hukum yangdihadapi.4 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudjimemberikan pendapat penelitian hukum normatifadalah penelitian hukum yang dilakukan dengancara meneliti bahan pustaka atau data sekunderbelaka.5

2) Sumber dataData yang dipergunakan dalam penelitian ini

berupa data sekunder atau data kepustakaan.Sumber data diperoleh dari6 :a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum

yang mengikat, terdiri dari :1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPerdata).2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli danPersaingan Usaha Tidak Sehat.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu yang memberikanpenjelasan mengenai bahan hukum primer,terdiri dari buku-buku ilmiah yang terkaitdengan masalah yang diteliti dan pendapat dariahli.

c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan yangmemberikan petunjuk maupun penjelasanterhadap bahan hukum primer dan sekunder,dalam penelitian ini penulis menggunakanKamus Umum Bahasa Indonesia, KamusBahasa Inggris-Indonesia dan Kamus Hukum.

3) Teknik Pengumpulan DataUntuk memperoleh data yang dipergunakan

dalam penelitian ini maka pengumpulan bahanhukum dilakukan dengan studi kepustakaan.

4) Analisis dataData sekunder yang dipilih melalui studi

kepustakaan, kemudian disusun secara sistematissehingga diperoleh gambaran yang menyeluruhmengenai kaidah hukum, asas hukum, dansistematik hukum. Bahan hukum atau data yangbersifat deskriptif, maka analisisnya kualitatif yangmenekankan pada penalaran.

E. Kerangka TeoriBerbicara mengenai penegakan hukum tentunya

tidak akan bisa dilepaskan dari sebuah teori yangsangat fenomenal sebagaimana dikemukakan olehLawrence M. Friedman. Menurut Friedman,efektif dan berhasil tidaknya penegakan hukumtergantung tiga unsur sistem hukum, yakni strukturhukum (struktur of law), substansi hukum(substance of the law) dan budaya hukum (legalculture). Struktur hukum menyangkut aparatpenegak hukum, substansi hukum meliputiperangkat perundang-undangan dan budayahukum merupakan hukum yang hidup (living law)yang dianut dalam suatu masyarakat.

Tentang struktur hukum, Friedman menjelaskan“To begin with, the legal sytem has the structureof a legal system consist of elements of thiskind: the number and size of courts; theirjurisdiction …Strukture also means how thelegislature is organized …what procedures thepolice department follow, and so on. Strukture,in way, is a kind of crosss section of the legalsystem…a kind of still photograph, with freezesthe action”.7

Struktur dari sistem hukum terdiri atas unsurberikut ini yaitu jumlah dan ukuran pengadilan,yurisdiksinya (termasuk jenis kasus yang berwe-nang mereka periksa), dan tata cara naik bandingdari pengadilan ke pengadilan lainnya. Struktur jugaberarti bagaimana badan legislatif ditata, apa yangboleh dan tidak boleh dilakukan oleh presiden,prosedur ada yang diikuti oleh kepolisian dansebagainya. Jadi struktur (legal struktur) terdiridari lembaga hukum yang ada dimaksudkan untukmenjalankan perangkat hukum yang ada.

3 Ibid.4 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2005, hlm.35.5 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, hlm.13.6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hlm.52.7 Lawrence M. Friedman, Legal System, A Social Science Perspective, New York: Russel Sage Foundations, 1984, hlm.5-6.

PERAN KPPU DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Page 198: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN189

Struktur adalah Pola yang menunjukkan tentangbagaimana hukum dijalankan menurut ketentuan-ketentuan formalnya. Struktur ini menunjukkanbagaimana pengadilan, pembuat hukum dan badanserta proses hukum itu berjalan dan dijalankan.Sebagai contoh, di Indonesia misalnya jika kitaberbicara tentang struktur sistem hukum Indonesia,maka termasuk di dalamnya struktur institusi-institusi penegakan hukum seperti kepolisian,kejaksaan dan pengadilan.

Substansi hukum menurut Friedman adalah“Another aspect of the legal system is itssubstance. By this is meant the actual rules,norm, and behavioral patterns of people insidethe system …the stress here is on living law,not just rules in law books”.8 Aspek lain darisistem hukum adalah substansinya. Yang dimaksuddengan substansinya adalah aturan, norma, danpola perilaku nyata manusia yang berada dalamsistem itu. Jadi substansi hukum menyangkutperaturan perundang-undangan yang berlaku yangmemiliki kekuatan yang mengikat dan menjadipedoman bagi aparat penegak hukum.

Mengenai budaya hukum, Friedman berpen-dapat “The third component of legal system,of legal culture. By this we mean people’sattitudes toward law and legal system theirbelief …in other word, is the climinate of socialthought and social force wicch determines howlaw is used, avoided, or abused”.9 Kultur hukummenyangkut budaya hukum yang merupakan sikapmanusia (termasuk budaya hukum aparat penegakhukumnya) terhadap hukum dan sistem hukum.Sebaik apapun penataan struktur hukum untukmenjalankan aturan hukum yang ditetapkan dansebaik apapun kualitas substansi hukum yangdibuat tanpa didukung budaya hukum oleh orang-orang yang terlibat dalam sistem dan masyarakatmaka penegakan hukum tidak akan berjalansecara efektif.

Hukum sebagai alat untuk mengubah masyara-kat atau rekayasa sosial atau yang lebih dikenaldengan law as a tool of social engineering, tidak

lain hanya merupakan ide-ide yang ingin diwu-judkan oleh hukum itu. Untuk menjamin terca-painya fungsi hukum sebagai rekayasa masyarakatke arah yang lebih baik, maka bukan hanyadibutuhkan ketersediaan hukum dalam arti kaidahatau peraturan, melainkan juga adanya jaminanatas perwujudan kaidah hukum tersebut ke dalampraktek hukum, atau dengan kata lain, jaminanakan adanya penegakan hukum (law enforce-ment) yang baik. Jadi bekerjanya hukum bukanhanya merupakan fungsi perundang-undangannyabelaka, malainkan aktifitas birokrasi pelak-sananya.

Hal yang sama juga pernah disampaikan olehSoerjono Soekanto pada saat menyampaikanpidato pengukuhan sebagai Guru Besar tetapdalam Sosiologi Hukum pada Fakultas HukumUniversitas Indonesia. Menurut Soerjono Soe-kanto, faktor-faktor yang mempengaruhi pene-gakan hukum ada 5 yaitu10 :1. Faktor hukumnya sendiri, yang di dalam tulisan

ini akan dibatasi pada UU saja.2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak

yang membentuk maupun menerapkan hukum.3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung

penegakan hukum.4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana

hukum tersebut berlaku atau diterapkan.5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya,

cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsamanusia di dalam perhaulan hidup.

Kelima faktor tersebut saling berkaitan denganeratnya, oleh karena merupakan esensi daripenegakan hukum, juga merupakan tolak ukurdaripada efektifitas penegakan hukum.11

Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukumsudah dimulai pada saat peraturan hukumnya dibuatatau diciptakan. Penegakan hukum adalah suatuproses untuk mewujudkan keinginan-keinginanhukum menjadi kenyataan. Keinginan-keinginanhukum adalah pikiran-pikiran badan pembuatundang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-

8 Ibid.9 Ibid.1 0 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, hlm.8.1 1 Ibid.

PERAN KPPU DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Page 199: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN190

peraturan hukum. Proses penegakan hukummenjangkau pula sampai kepada pembuatanhukum. Perumusan pikiran pembuat hukum yangdituangkan dalam peraturan hukum akan turutmenentukan bagaimana penegakan hukum itudijalankan. Dalam kenyataan, proses penegakanhukum memuncak pada pelaksanaannya oleh parapejabat penegak hukum.12

F. Pembahasan1. Peran KPPU Dalam Penegakan Hukum

Terhadap Praktek Monopoli dan PersainganUsaha Tidak Sehat di Provinsi Kepulauan Riau

Dalam menjalankan tugasnya, KomisiPengawas Persaingan Usaha (KPPU) dibantuoleh Kantor Perwakilan Daerah (KPD). UntukProvinsi Kepulauan Riau, Provinsi Riau, ProvinsiJambi dan Provinsi Bangka Belitung merupakanwilayah kerja dari KPD Batam. Oleh sebabitu, dalam penelitian ini penulis akan fokuskanterhadap apa yang sudah dilakukan KPPUKPD Batam dalam penegakan hukum terhadappraktek monopoli dan persaingan usaha tidaksehat di Provinsi Kepulauan Riau.

Sebelum penulis mengupas lebih jauh terkaitperan KPPU KPD Batam tersebut, maka adabaiknya dalam hal ini diuraikan terlebih dahuluapa yang menjadi tugas dan wewenang KPPUmenurut UU No. 5 Tahun 1999 tentangLarangan Praktek Monopoli dan PersainganUsaha Tidak Sehat yaitu sebagai berikut :

Pasal 35Tugas Komisi meliputi :a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian

yang dapat mengakibatkan terjadinyapraktek monopoli dan atau persainganusaha tidak sehat sebagaimana diatur dalamPasal 4 sampai dengan Pasal 16;

b. Melakukan penilaian terhadap kegiatanusaha dan atau tindakan pelaku usaha yangdapat mengakibatkan terjadinya praktekmonopoli dan atau persaingan usaha tidaksehat sebagaimana diatur dalam Pasal 17sampai dengan Pasal 24;

c. Melakukan penilaian terhadap ada atautidak adanya penyalahgunaan posisi do-minan yang dapat mengakibatkan terjadinyapraktek monopoli dan atau persainganusaha tidak sehat sebagaimana diatur dalamPasal 25 sampai dengan Pasal 28;

d. Mengambil tindakan sesuai dengan wewe-nang Komisi sebagaimana diatur dalamPasal 36;

e. Memberikan saran dan pertimbanganterhadap kebijakan Pemerintah yangberkaitan dengan praktek monopoli danatau persaingan usaha tidak sehat;

f. Menyusun pedoman dan atau publikasi yangberkaitan dengan undang-undang ini;

g. Memberikan laporan secara berkala atashasil kerja Komisi kepada Presiden danDewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 36Wewenang Komisi meliputi :a. Menerima laporan dari masyarakat dan atau

dari pelaku usaha tentang dugaan terjadinyapraktek monopoli dan atau persainganusaha tidak sehat;

b. Melakukan penelitian tentang dugaanadanya kegiatan usaha dan atau tindakanpelaku usaha yang dapat mengakibatkanterjadinya praktek monopoli dan ataupersaingan usaha tidak sehat;

c. Melakukan penyelidikan dan atau pemerik-saan terhadap kasus dugaan praktekmonopoli dan atau persaingan usaha tidaksehat yang dilaporkan oleh masyarakat atauoleh pelaku usaha atau yang ditemukan olehKomisi sebagai hasil dari penelitiannya;

d. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan ataupemeriksaan tentang ada atau tidak adanyapraktek monopoli dan atau persainganusaha tidak sehat;

e. Memanggil pelaku usaha yang diduga telahmelakukan pelanggaran terhadap ketentuanundang-undang ini;

f. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksiahli, dan setiap orang yang dianggap

1 2 Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta: Genta Publishing, 2009, hlm.24

PERAN KPPU DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Page 200: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN191

mengetahui pelanggaran terhadap ketentuanundang-undang ini;

g. Meminta bantuan penyidik untukmenghadirkan pelaku usaha, saksi, saksiahli, atau setiap orang sebagaimanadimaksud huruf e dan huruf f, yang tidakbersedia memenuhi panggilan Komisi;

h. Meminta keterangan dari instansi Pemerintahdalam kaitannya dengan penyelidikan danatau pemeriksaan terhadap pelaku usahayang melanggar ketentuan undang-undangini;

i. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilaisurat, dokumen, atau alat bukti lain gunapenyelidikan dan atau pemeriksaan;

j. Memutuskan dan menetapkan ada atautidak adanya kerugian di pihak pelaku usahalain atau masyarakat;

k. Memberitahukan putusan Komisi kepadapelaku usaha yang diduga melakukanpraktek monopoli dan atau persainganusaha tidak sehat;

l. Menjatuhkan sanksi berupa tindakanadministratif kepada pelaku usaha yangmelanggar ketentuan undang-undang ini.

Agar tidak ada penafsiran lain terkait definisipelaku usaha maka dalam hal ini penulismerujuk pada Pasal 1 angka 5 UU No. 5 Tahun1999 tentang Larangan Praktek Monopoli danPersaingan Usaha Tidak Sehat menyatakanbahwa pelaku usaha adalah setiap orangperorangan atau badan usaha, baik yangberbentuk badan hukum atau bukan badanhukum yang didirikan dan berkedudukan ataumelakukan kegiatan dalam wilayah hukumnegara Republik Indonesia, baik sendiri maupunbersama-sama melalui perjanjian, menyeleng-garakan berbagai kegiatan usaha dalam bidangekonomi.

Sebagaimana diatur dalam Pasal 38 ayat 1dan 2 UU Nomor 5 Tahun 1999 tentangLarangan Praktek Monopoli dan PersainganUsaha Tidak Sehat dapatlah diketahui bahwasetiap orang yang mengetahui telah terjadi ataupatut diduga telah terjadi pelanggaran terhadapundang-undang ini dapat melaporkan secara

tertulis kepada Komisi dengan keterangan yangjelas tentang telah terjadinya pelanggaran,dengan menyertakan identitas pelapor (Pasal38 ayat 1) dan pihak yang dirugikan sebagaiakibat terjadinya pelanggaran terhadap undang-undang ini dapat melaporkan secara tertuliskepada Komisi dengan keterangan yanglengkap dan jelas tentang telah terjadinyapelanggaran serta kerugian yang ditimbulkan,dengan menyertakan identitas pelapor (Pasal38 ayat 2). Berdasarkan dua ayat tersebutmaka jelaslah bahwa KPPU dapat melakukanpenegakan hukum terhadap pelaku usahaapabila adanya laporan dari orang yangmengetahui telah terjadi atau patut diduga telahterjadi dan pihak yang dirugikan sebagai akibatterjadinya pelanggaran terhadap UU tersebut.

Tidak hanya itu saja, berdasarkan Pasal 40ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999 tentang LaranganPraktek Monopoli dan Persaingan Usaha TidakSehat juga ditegaskan bahwa Komisi dapatmelakukan pemeriksaan terhadap pelaku usahaapabila ada dugaan terjadi pelanggaran undang-undang ini walaupun tanpa adanya laporan.Tentunya, dasar dugaan Komisi itu berdasarkanpada penelitian yang sudah dilakukan secarakomprehensif, baik itu dari segi aspek hukummaupun aspek ekonominya serta dikuatkandengan minimal 2 alat bukti yang sah. Jadi,jelaslah sudah bahwa peran KPPU dalampenegakan hukum terhadap praktek monopolidan persaingan usaha tidak sehat dapat dimulaisetelah adanya laporan maupun tanpa adanyalaporan. Namun sangat disayangkan, selama iniKPPU KPD Batam lebih banyak bersifatmenunggu laporan daripada melakukanpenelitian atau investigasi terhadap pelaku usahayang diduga melakukan praktek monopoli danpersaingan usaha tidak sehat. Hal ini dapatdilihat dari berbagai kasus yang terjadi diProvinsi Kepulauan Riau hampir semua berawaldari adanya laporan. Seharusnya KPPU KPDBatam lebih banyak lagi melakukan penelitianatau investigasi terhadap pelaku usaha yangdiduga melakukan praktek monopoli danpersaingan usaha tidak sehat mengingat masihbanyaknya orang atau pelaku usaha di Provinsi

PERAN KPPU DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Page 201: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN192

Kepulauan Riau yang tidak memahami hukumpersaingan usaha sehingga sulit apabila hanyamengharapkan dari orang atau pelaku usahauntuk membuat laporan tersebut.

Salah satu contoh kasus peran KPPU dalampenegakan hukum terhadap praktek monopolidan persaingan usaha tidak sehat di ProvinsiKepulauan Riau dapat dilihat pada kasuspengelolaan air bersih di Batam oleh PT. AdhyaTirta Batam (PT. ATB).13 Isi perjanjian konsesiantara Otorita Batam (OB) dan PT. ATBmenyatakan bahwa PT. ATB memiliki hakeksklusif untuk mengelola air baku danmemasok kepada konsumen di Pulau Batam.Berdasarkan isi perjanjian konsesi antara OBdengan PT. ATB mengakibatkan PT. ATBsebagai pelaku usaha tunggal yang menguasaiproduksi atas pengelolaan air baku di wadukyang dimiliki oleh OB dan pemasaran air bersihtunggal kepada konsumen di Pulau Batam. Halini mengakibatkan pelaku usaha patut didugamelakukan penguasaan atas produksi danpemasaran barang yang mengakibatkan pelakuusaha lain, yakni PT. Batamindo dan PT. PetekaKarya Tirta mendapat perlakuan diskriminasikarena tidak memiliki kesempatan yang samadalam pasar untuk mengambil air baku yangdisediakan di waduk OB. Hal ini menyebabkanPT. ATB berada dalam posisi dominan.

Apa yang telah dilakukan PT. ATB tersebut,menurut Majelis Hakim yang menanganiperkara ini patut diduga telah melanggar Pasal17 terkait monopoli, Pasal 19 huruf d terkaitpenguasaan pasar dalam hal melakukanpraktek diskriminasi terhadap pelaku usaha laindan Pasal 25 ayat 1 terkait posisi dominan.Penerapan prinsip hukum terhadap putusanyang dijatuhkan oleh KPPU kepada PT. ATBmenggunakan adanya prinsip hukum Rule ofReason. Hal ini terlihat jelas dari adanya alasanMajelis Hakim dengan mem-pertimbangkan isiperjanjian konsesi antara OB dan PT. ATBmengenai kegiatan pelaku usaha, praktikdiskriminasi dan posisi dominan dalam menen-tukan pelanggaran terhadap Pasal 17, Pasal 19

huruf d, dan pasal 25 ayat 1 huruf a UU No. 5Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Mono-poli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Namun,menurut penulis sepertinya majelis hakimkurang cermat dengan tidak mempertim-bangkan adanya dugaan pelanggaran terhadapPasal 19 huruf c UU No. 5 Tahun 1999 tentangLarangan Praktek Monopoli dan PersainganUsaha Tidak Sehat karena tindakan PT. ATByang menghentikan pemasangan sambunganmeteran air bersih merupakan tindakan yangmengarah kepada pembatasan peredaran danatau penjualan air bersih kepada konsumen PT.ATB.

2. Faktor-faktor Penghambat Peran KPPUDalam Penegakan Hukum Terhadap PraktekMonopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehatdi Provinsi Kepulauan Riau

Apabila mengacu pada teori Friedmanterkait penegakan hukum, maka faktor-faktorpenghambat peran KPPU dalam penegakanhukum terhadap praktek monopoli danpersaingan usaha tidak sehat di ProvinsiKepulauan Riau dapat dibagi menjadi 3 yaitu :1) Struktur hukum (struktur of law)

Apabila struktur hukum itu menyangkutaparat penegak hukum, maka strukturhukum yang dimaksudkan di sini adalahKPPU pada umumnya dan KPPU KPDBatam pada khususnya. Sebagai sebuahlembaga yang ditugaskan khusus untukmelakukan penegakan hukum (law enfor-cement) terhadap pelaku usaha yangmelakukan praktek monopoli dan per-saingan usaha tidak sehat, KPPU bertang-gungjawab penuh untuk melaksanakan UUNo. 5 Tahun 1999 tentang Larangan PraktekMonopoli dan Persaingan Usaha TidakSehat. Berdasarkan Putusan KPPU terha-dap beberapa kasus yang terjadi di ProvinsiKepulauan Riau dapatlah diketahui bahwaselama ini KPPU KPD Batam lebih banyakmenunggu laporan dari orang atau pelakuusaha daripada melakukan penelitian atau

1 3 Putusan Perkara KPPU Nomor 11/KPPU-L/2008 Mengenai Pengelolaan Air Bersih di Pulau Batam.

PERAN KPPU DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Page 202: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN193

investigasi sendiri. Hal tersebut dapatdibuktikan dengan melihat data pada tahun2015, KPPU KPD Batam hanya menerima3 laporan terkait pelaku usaha yang didugamelakukan praktek monopoli dan per-saingan usaha tidak sehat di ProvinsiKepulauan Riau.14 Selain itu, wilayah kerjaKPPU KPD Batam begitu luas karenamencakup 4 Provinsi yaitu Provinsi Kepu-lauan Riau, Provinsi Riau, Provinsi Jambi danProvinsi Bangka Belitung sementara SumberDaya Manusia (SDM) dan anggaran masihterbatas atau belum memadai. Dalammelaksanakan tugasnya, kewenanganKPPU ini sangat terbatas. KPPU tidak bisamenggeledah orang layaknya KPK danapabila memanggil orang hanya sebatasundangan saja, tidak ada upaya penjem-putan paksa. Hal inilah yang membuatKPPU KPD Batam belum cukup efektifdalam melakukan penegakan hukum (lawenforcement) terhadap pelaku usaha yangdiduga melakukan praktek monopoli danpersaingan usaha tidak sehat.

2) Substansi hukum (substance of the law)Apabila substansi hukum meliputi perangkatperundang-undangan, maka substansihukum yang dimaksudkan di sini adalah UUNo. 5 Tahun 1999 tentang Larangan PraktekMonopoli dan Persaingan Usaha TidakSehat. Setelah 16 tahun diberlakukanternyata UU tersebut sering menemuipermasalahan ketika akan diimplemen-tasikan. Berikut ini adalah beberapa pasalyang saya kira perlu direvisi yaitu :a. Pasal 41 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999

menyatakan bahwa pelaku usaha danatau pihak lain yang diperiksa wajibmenyerahkan alat bukti yang diperlukandalam penyelidikan dan atau pemerik-saan. Lantas, bagaimana kalau sean-dainya ada pelaku usaha atau pihak lainyang tidak mau untuk menyerahkan alatbukti yang diperlukan dalam penye-lidikan dan atau pemeriksaan tersebut,

apa konsekuensi hukum bagi mereka ?b. Pasal 41 ayat 2 UU No. 5 Tahun 1999

menyatakan bahwa pelaku usaha dilarangmenolak diperiksa, menolak mem-berikan informasi yang diperlukan dalampenyelidikan dan pemeriksaan, ataumenghambat proses penyelidikan danatau pemeriksaan. Dalam Pasal 41 ayat3 UU No. 5 Tahun 1999 dinyatakanbahwa pelanggaran terhadap ketentuanayat (2), oleh Komisi diserahkan kepadapenyidik untuk dilakukan penyidikansesuai dengan ketentuan yang berlaku.Lantas, muncul pertanyaan kembali yaituapabila situasi tersebut terjadi, adakahakibat hukum yang ditentukan dalampenjelasan ayat ke 3 tersebut karenayang diserahkan oleh Komisi padapenyidik bukan hanya perbuatan atautindak pidana sebagaimana dimaksudayat (2), tetapi juga termasuk pokokperkara yang sedang diselidiki dandiperiksa oleh Komisi.

Menurut hemat saya, pemaksaanpelaksanaan kewajiban melalui penyidiktidak berakibat melancarkan pemerik-saan oleh Komisi. Akan tetapi, berakibatpenyerahan pokok perkara yang sedangdiselidiki kepada penyidik ke luar darijangkauan Komisi. Penanganan selan-jutnya oleh penyidik dan peradilan umumkemungkinan besar berarti tidak dapatdilakukan lagi tindakan administratifkarena tidak lagi ditangani oleh Komisidan terbatas pada pidana pokok danpidana tambahan, sedangkan tidaksemua pelanggaran ketentuan UUtersebut yang dapat dikenakan pidanapokok. Misalnya, Pasal 1-3, Pasal 10-13, dan Pasal 29. Mungkin ini adalahsuatu kesalahan atau mungkin memangdemikian dikehendaki oleh sang pembuatUndang-Undang (DPR) ?

Oleh karena itu, saya menyarankanPasal 41 perlu adanya tambahan pada

1 4 rri.co.id, terakhir kali diakses tanggal 17 Agustus 2016 jam 17:00 WIB.

PERAN KPPU DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Page 203: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN194

ayat (4) yang menyatakan bahwa apabilaKomisi menyerahkan perkara ini kepadapenyidik namun perbuatan pelaku usahatidak dapat dijerat dengan pidana pokokdan pidana tambahan maka Komisidapat memberikan sanksi administratifsesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.

c. Pasal 46 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999menyebutkan bahwa apabila tidakterdapat keberatan, putusan Komisisebagaimana dimaksud dalam Pasal 43ayat (3) telah mempunyai kekuatanhukum yang tetap. Sementara menurutPasal 46 ayat 2 UU No. 5 Tahun 1999disebutkan bahwa putusan Komisisebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dimintakan penetapan eksekusi kepadaPengadilan Negeri. Lantas, timbulpermasalahan karena ketentuan tentangtata cara eksekusi berakhir di Pasal 46ayat (2) saja tanpa ketentuan lebih lanjuthukum acara apa yang akan diberla-kukan, petunjuk lebih lanjut siapa yangakan menjalankan eksekusi tersebut danmelalui sarana pelaksanaan yang sepertiapa ?

Oleh karena itulah, saya menyarankanPasal 46 perlu direvisi dengan tambahanpada ayat (3) yang menyebutkan bahwahukum acara yang berlaku di Komisiadalah hukum acara perdata kecualiditentukan lain oleh undang-undang dantambahan pada ayat (4) yang menya-takan bahwa putusan Komisi yang sudahdimintakan penetapan eksekusi kepadaPengadilan Negeri dilaksanakan menurutaturan yang biasa dijalankan pada suatuputusan perdata. Jadi, dengan adanyatambahan pada ayat (3) dan (4) Pasal46 UU No. 5 Tahun 1999 maka akanjelas menurut aturan acara apa dan siapayang melaksanakannya sehingga tidakmenimbulkan permasalahan di kemudianhari.

d. Berdasarkan ketentuan Pasal 47 UUNo. 5 Tahun 1999, wewenang untuk

menjatuhkan sanksi berupa tindakanadministratif oleh Komisi tersebut dibagimenjadi :1. Perintah untuk menghentikan sesuatu,

dan2. Penetapan pembatalan sesuatu,

sesuai dengan sifat ketentuan yangdilanggar.

Menurut hemat saya, Komisi bukanhanya tidak dibekali dengan ketentuanefektif untuk melaksanakan tindakanadministratif tersebut secara paksa, tetapijuga tidak ada sanksi efektif terhadap tidakdipenuhi isi tindakan administratif olehKomisi. Hal inilah yang membuat PutusanKomisi seolah-olah tidak mempunyai akibathokum dan terkesan seperti macan di ataskertas karena tidak dapat dilaksanakansecara paksa terhadap pelaku usaha danberhubung tidak ada sanksi efektif apabilaKomisi tidak memenuhi isi tindakan ad-ministratif maka Komisi terkesan lepastangan setelah memutus perkara di persi-dangan tanpa bertanggung jawab untukmelaksanakan hasil putusan tersebut.

Oleh karena itu, saya menyarankan Pasal47 (1) UU No. 5 Tahun 1999 perlu adanyatambahan pada ayat (3) yang menyatakanbahwa sanksi administratif yang diputuskanoleh Komisi dapat dilaksanakan secarapaksa terhadap pihak yang kalah dipersidangan dan tambahan pada ayat (4)yang menyatakan bahwa apabila Komisitidak melaksanakan putusannya yang berupasanksi administratif selambat-lambatnya 90hari (3 bulan) maka demi hukum sanksiadministratif tersebut dianggap tidak pernahada.e. Pasal 47 ayat 2 huruf g menyatakan

bahwa pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satumilyar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp25.000.000.000,00 (dua puluh limamilyar rupiah) perlu direvisi karenaapabila kerugian yang ditimbulkan itujumlahnya bisa sampai trilyunan tentu

PERAN KPPU DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Page 204: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN195

negara akan sangat dirugikan sekalidengan ambang batas maksimalpengenaan denda yang hanya sebesarRp. 25.000.000.000,00 (dua puluh limamilyar rupiah). Sebut saja, kasus mono-poli yang dilakukan oleh PT. Temasekdimana keuntungan yang diperoleh daritindakan monopoli tersebut mencapailebih kurang 7 trilyun. Oleh karena itu,ketentuan tersebut perlu direvisi dengantambahan apabila keuntungan yangdiperoleh pelaku usaha atas praktekmonopoli dan persaingan usaha tidaksehat di atas 100 milyar rupiah makadenda yang ditetapkan akan dikenakanminimal 10 % dari keuntungan yangdiperoleh pelaku usaha tersebut.

3) Budaya hukum (legal culture)Apabila budaya hukum merupakan

hukum yang hidup (living law) yang dianutdalam suatu masyarakat, maka budayahukum yang dimaksudkan di sini adalahbudaya hukum masyarakat Indonesia padaumumnya dan masyarakat Provinsi Kepu-lauan Riau pada khususnya. Budaya hukummasyarakat Provinsi Kepulauan Riau padaprinsipnya tidak jauh berbeda denganbudaya hukum masyarakat Indonesia yangmenurut hemat penulis sebagian besarlevelnya masih sebatas takut kepada hukum,bukan taat kepada hukum. Takut kepadahukum di sini apabila diambil contohsederhana itu samalah kiranya sepertiseseorang yang memakai helm dan mema-tuhi aturan lalu lintas karena takut ditilangoleh polisi. Apabila dikaitkan dengan takutkepada hukum sebagaimana uraian di atas,maka pelaku usaha yang melakukanpraktek monopoli dan persaingan usahatidak sehat takut apabila KPPU KPDBatam melakukan pemeriksaan atau pe-manggilan, sehingga dihentikanlah sementarapraktek monopoli dan persaingan usahatidak sehat tersebut namun apabila KPPUKPD Batam tidak tahu atau tidak melakukanpemeriksaan dan pemanggilan terhadappelaku usaha tersebut maka bisa dipastikan

bahwa pelaku usaha itu akan menjalankanroda bisnisnya sebagaimana biasanya.

G. PenutupBerdasarkan uraian dan pembahasan seperti

tersebut di atas, dapat dikemukakan kesimpulandan saran sebagai berikut :1. Kesimpulan

a. Peran KPPU dalam penegakan hukumterhadap praktek monopoli dan persainganusaha tidak sehat di Provinsi KepulauanRiau belum berjalan efektif dikarenakanhampir semua kasus yang ditangani olehKPPU berasal dari adanya laporan dariorang atau pelaku usaha. Jarang kasus itumuncul ke permukaan karena adanyapenelitian atau investigasi yang dilakukansendiri oleh KPPU KPD Batam.

b. Ada 3 faktor-faktor penghambat peranKPPU dalam penegakan hukum terhadappraktek monopoli dan persaingan usahatidak sehat di Provinsi Kepulauan Riau yaituwilayah kerja KPPU KPD Batam yangbegitu luas karena mencakup 4 Provinsi yaituProvinsi Kepulauan Riau, Provinsi Riau,Provinsi Jambi dan Provinsi Bangka Belitungsementara Sumber Daya Manusia (SDM)dan anggaran masih terbatas serta dalammelaksanakan tugasnya, kewenanganKPPU ini juga sangat terbatas. KPPU tidakbisa menggeledah orang layaknya KPK danapabila memanggil orang hanya sebatasundangan saja, tidak ada upayapenjemputan paksa.

2. Sarana. Seharusnya KPPU KPD Batam lebih aktif

lagi dalam melakukan penelitian atauinvestigasi terhadap pelaku usaha yangdiduga melakukan praktek monopoli danpersaingan usaha tidak sehat. Agar palingtidak berimbang antara laporan dari orangatau pelaku usaha dengan penelitian atauinvestigasi yang dilakukan KPPU KPDBatam dalam melakukan penegakan hukum.

b. Perlu adanya revisi terhadap UU No. 5Tahun 1999 tentang Larangan PraktekMonopoli dan Persaingan Usaha Tidak

PERAN KPPU DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Page 205: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN196

Sehat agar peran KPPU dalam penegakanhukum terhadap praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat dapat berjalanlebih baik lagi daripada kondisi saat ini.

PERAN KPPU DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Page 206: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN197

1. Buku-bukuJohny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha:

Filosofi, Teori, dan Implikasi Pene-rapannya di Indonesia, Malang: BayuMedia, 2006.

Lawrence M. Friedman, Legal System, A SocialScience Perspective, New York: RusselSage Foundations, 1984.

Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, DualismePenelitian Hukum Normatif dan Empiris,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Mustafa Kamal Rokan, Hukum PersainganUsaha (Teori dan Praktiknya di Indo-nesia), Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,Jakarta: Kencana, 2005.

Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum, SuatuTinjauan Sosiologis, Yogyakarta: GentaPublishing, 2009.

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yangMempengaruhi Penegakan Hukum,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, PenelitianHukum Normatif, Jakarta: Rajawali Pers,2011.

Soerjono Soekanto, Pengantar PenelitianHukum, Jakarta: UI Press, 1986.

Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, Jakarta:Sinar Grafika, 2009.

2. Peraturan Perundang-undanganR. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-

undang Hukum Perdata (Burger-lijke Wetboek Terjemahan), Jakarta:Pradnya Paramita, 2007.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentangLarangan Praktek Monopoli dan PersainganUsaha Tidak Sehat.

3. Putusan KPPUPutusan Perkara KPPU Nomor 11/KPPU-L/2008

4. Data Elektronikrri.co.id, terakhir kali diakses tanggal 17 Agustus

2016 jam 17:00 WIB.

Daftar Pustaka

PERAN KPPU DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Page 207: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN198

1. LATAR BELAKANGDalam beberapa tahun sebelumnya, masalah

sengketa perbatasan antara kedua negara yaituIndonesia dan Malaysia masih dalam pembicaraandan perundingan oleh kedua belah pihak. Indonesiadan Malaysia memiliki masalah dalam hal sengketawilayah di wilayah perbatasan kedua negara.Sengketa wilayah di daerah perbatasan tersebutbaik di wilayah daratan maupun wilayah laut. Darisekian banyak sengketa perbatasan terutama diwilayah Kalimantan (Borneo). Puncak darisengketa perbatasan antara Indonesia danMalaysia adalah sengketa pulau Sipadan-Ligitanyang telah diputuskan oleh Mahkamah Inter-nasional. Malaysia akhirnya memiliki kedua pulautersebut. Sengketa pulau yang masih dalam mejaperundingan antara Indonesia dan Malaysia adalahpulau Ambalat di wilayah Kalimantan. Isu-isuperbatasan oleh kedua negara selalu menjadimasalah yang harus dapat diselesaikan melaluimeja perundingan (bilateral). Dialog oleh kedua

SENGKETA PERBATASAN DAN OTONOMI DAERAH

Oleh :Hasrul Sani Siregar

Boundary Disputes and Regional Autonomy

AbstractThis paper is written based on the author’s article on Riau Pos newspapers ontittle boundary disputes and regional autonomy on Indonesian and Malaysianrelationships. Many matter between Indonesian and Malaysian especially inBorneo Island (Kalimantan Island) for example (e.g) Ambalat Island. SinceSipadan-Ligitan Island lost from Indonesia in International Court of Justice,Netherlands. My questions now, are we losing more islands after Sipadan-Ligitan disputes? The case of Sipadan and Ligitan is always cited whenevercases concerning sovereignty over islands are raised. Indonesia, with thousandsof islands, is likely to face similar issues concerning island claims and evensovereignty disputes in the future. How are we required to anticipate thesepotential issues in the future?. The discussion is focused on the boundarydisputes and regional autonomy as a win win solution.

Keywords : Boundary disputes, regional autonomy, Ambalat Island andSipadan-Ligitan Island.

negara harus dapat diselesaikan yang hingga saatini masih terus mengalami pasang surut.

Terakhir hubungan kedua negara Indonesia danMalaysia mengalami persoalan yang disebabkanoleh adanya iklan dari sebuah produk elektronikluar negeri yang berada di Malaysia. Sebuahperusahaan asing di Malaysia menggunakan kalimattak pantas dalam iklan produk elektroniknya.Sebuah kalimat dinilai menyudutkan Tenaga KerjaIndonesia (TKI). Kalimat yang dinilai tidak pantasitu bertuliskan “Fire Your Indonesia Maid Now!”(Pecat pembantu rumah tangga Indonesiasekarang!). Iklan itu mengajak calon konsumennyauntuk menggunakan produk Irobot untukmembersihkan lantai dan kolam renang, tanpamenggunakan tenaga kerja Indonesia (TKI) diMalaysia. Hal yang demikian telah memicu proteskeras dari pihak Indonesia dan meminta untukditarik. Kemenlu akan mempertimbangkan untukmelakukan gugatan hukum terhadap perusahaanIrobot.

Page 208: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN199

2. PERMASALAHANHubungan antara Indonesia dan Malaysia terus

mengalami pasang surut, namun demikian hubungannegara serumpun tersebut dapat diselesaikandengan mengedepankan hubungan yang salingmenghormati atas kedaulatan masing-masingnegara. Dalam masalah nelayan Malaysia yangmemasuki wilayah kedaulatan Indonesia, peme-rintah Malaysia meminta nelayannya untuk tidakmenangkap ikan di perairan Indonesia secarailegal. Tentunya, Malaysia menghormati kedaulatanwilayah Indonesia dan begitu juga Indonesiamenghormati kedaulatan Malaysia untuk kasusTKI yang memasuki wilayah Malaysia secarailegal. Tentu hubungan antara Indonesia danMalaysia yang mengalami pasang surut tersebuttidak terlepas dari kedekatan dan hubungan sosial-budaya yang telah lama terjadi diantara keduanegara. Jika terjadi persoalan di antara keduanegara, tentu harus diselesaikan dengan mengede-pankan hubungan yang saling menghormati ataskedaulatan masing-masing negara. Tidak mungkinkedua negara yang memiliki kedekatan wilayahdan memiliki kesamaan dalam aspek sosial budayatersebut tidak pernah berbenturan.

Pasang surut hubungan Indonesia dan Malaysiatidak dapat dilepaskan dari perbedaan sudutpandang dan kepemilikan data diantara keduanegara. Dalam hal sengketa wilayah dan kepe-milikan pulau Sipadan-Ligitan di Pulau Borneo(Kalimantan), kedua negara tidak dapat menye-lesaikannya melalui meja perundingan bilateral.Atas kesepakatan bersama, kedua negarabersepakat membawa masalah Sipadan-Ligitanmelalui meja Mahkamah Internasional. Tentuhasilnya sudah diketahui yang mana MahkamahInternasional memenangkan Malaysia ataskepemilikan kedua pulau tersebut, Sipadan-Ligitan.Persoalan kepemilikan pulau Sipadan-Ligitan merupakan puncak “perseteruan” keduanegara khususnya dalam hal sengketa kepemilikanpulau Sipadan-Ligitan. Isu masalah kepemilikankedua pulau Sipadan-Ligitan tersebut akhirnyadapat diselesaikan di meja Mahkamah Inter-nasional di Belanda.

Sebagaimana diketahui, Mahkamah Inter-nasional memenangkan Malaysia atas kepemilikan

pulau Sipadan-Ligitan. Salah satu alasan yangmemenangkan Malaysia atas kepemilikan pulauSipadan-Ligitan adalah Indonesia tidak memilikikeinginan yang serius untuk mengelola kedua pulautersebut (didasarkan atas pertimbanan efekti-vitas). Malaysia secara terus menerus mengeloladan menjaga ekosistem dan lingkungan di pulauSipadan-Ligitan tersebut. Pertimbangan ekosistemdan lingkungan yang dilakukan Malaysia di PulauSipadan-Ligitan menjadi salah satu pertim-banganhakim Mahkamah Internasional yang meme-nangkan Malaysia atas kedua pulau tersebut.Penyelesaian di Mahkamah Internasional sudahmenjadi kesepakatan oleh kedua belah pihak. Olehkedua negara telah menerima hasil dari MahkamahInternasional tersebut.Indonesia menghormatikeputusan yang telah diambil oleh MahkamahInternasional yang menjadi salah satu organisasidalam Perserikatan bangsa-bangsa (PBB).

3. TUJUANDalam makalah ini tujuan yang ingin dicapai

adalah masalah konflik perbatasan khususnyaantara Indonesia dan Malaysia. Perlu adanyaperundingan diantara kedua negara dalammenyelesaikan konflik perbatasan baik daratanmaupun maritim (laut). Bagi Indonesia, kehilanganSipadan-Ligitan bukan berarti menjadi masalahyang harus terus disesali. Yang pentig ke depannyamasalah-masalah perbatasan perlu dirundingkanmelalui meja perundingan. Masalah Ambalat tentubelum lagi selesai dan memerlukan perhatian yangsungguh sungguh khususnya Indonesia. MasalahSipadan-Ligitan akan menjadi pembelajaran yangsangat penting untuk terus menjaga kedaulatanIndonesia terutama wilayah kepulauan yang tidaksaja berbatasan langsung dengan Malaysia, namunjuga dengan negara-negara lainnya yang memilikiperbatasan laut dengan Indonesia.

Sengketa pulau Ambalat dan Ambalat Timurjuga harus menjadi prioritas utama dalampemerintahan Presiden Joko Widodo dan JusufKalla. Perundingan secara bilateral antaraIndonesia dan Malaysia mengenai pulau tersebutperlu diintensifkan lag imengingat isu tersebut akanmenjadi isu yang perlu penanganan yang serius.Isu pulau Ambalat dan Ambalat Timur ini pernah

SENGKETA PERBATASAN DAN OTONOMI DAERAH

Page 209: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN200

dilakukan di masa pemerintahan SBY-Boediono,namun belum menemukan kesepakatan diantarakedua negara. Isu Ambalat dan Ambalat Timur iniharus menjadi perhatian utama dalam hal perun-dingan dengan Malaysia. Pemerintahan PresidenJoko Widodo dan Jusuf Kalla harus segeramungkin untuk diselesaikan mengingat masalahtersebut belum terselesaikan di bawah peme-rintahan SBY-Boediono.

Terakhir isu pemancangan patok di KawasanTanjung Datuk, Kecamatan Paloh, KalimantanBarat oleh Malaysia, membuat Indonesia protesdan prihatin akan masalah tersebut. Melalui jalurbilateral dan meja perundingan di Bandung, JawaBarat, akhirnya Malaysia bersedia menarik patokyang telah di pasang di Tanjung Datu tersebut.Kehadiran Perdana Menteri Malaysia, Najib TunRazak dalam pelantikan Presiden Joko Widododan Jusuf Kalla membuktikan bahwa kedua negaramemiliki hubungan yang sangat baik, walaupundalam beberapa hal terjadi perselisihan. Dalamkunjungan balasan Presiden Joko Widodokebeberapa negara ASEAN, termasuk keMalaysia membuktikan bahwa kedua negara tentumemiliki komitmen yang tinggi untuk terusmelakukan kerjasama dan perundingan dapat halmenyelesaikan setiap persoalan yang terjadi.Penguatan wilayah maritim dan kepulauanIndonesia yang menjadi salah satu poin dalampidato Presiden Joko Widodo setelah diangkatmenjadi Presiden Republik Indonesia, tentunyamenjadi prioritas untuk ditingkatkan.

Peningkatan infrastruktur di wilayah perbatasandan kepulauan menjadi hal yang utama. Wilayahperbatasan dan pulau-pulau terluar Indonesiatentunya menjadi wilayah terdepan yang manaIndonesia sudah diakui oleh dunia internasionalsebagai Negara Kepulauan (Archipelagic State).Sebagai negara Kepulauan yang memiliki wilayahyang cukup luas dan berpotensi menjadi sengketadengan negara-negara lainnya, Indonesia perlumemperkuat infrastruktur dan segala potensi yangada di dalamnya untuk mendukung hal tersebutKalau itu tidak dikelola secara baik dan profe-sional, akan berdampak kepada hilangnya pulau-pulau yang lainnya. Hal tersebut jangan terulangkembali sebagaimana halnya pulauSipadan-

Ligitan.Perdana Menteri Malaysia, Najib TunRazak

berharap perundingan-perundingan yang selamaini dilakukanakan dapat diselesaikan melaluiperundingan bilateral yang saling menguntungkandan terus melakukan dialog. Tidak hanya sengketapulau-pulau di perbatasan kedua negara, masalahsosial budaya juga menjadi perhatian dalamhubungan kedua negara kedepannya. Konse-kuensinya, Indonesia dan Malaysia terus menjagakomitmen dalam memelihara persahabatan yangselama ini sudah dibangun.

Untuk menyebut beberapa wilayah pemekarandi wilayah perbatasan seperti halnya pemekaranProvinsi Kalimantan Utara. Pembentukan ProvinsiKalimantan Utara merupakan pemekaran dariProvinsi Kalimantan Timur. Provinsi KalimantanUtara ini merupakan Provinsi yang berbatasanlangsung dengan negara bagian Sarawak, diMalaysia Timur dan Negara Brunai Darussalam.Provinsi Kalimantan Utara menjadi pintu gerbangterdepan NKRI dengan negara-negara tetanggaseperti Malaysia, Brunai Darussalam, Singapura,Timor Leste dan Papua Nugini. PembentukanProvinsi Kalimantan Utara merupakan salah satutujuan untuk menjaga Negara Kesatuan RepublikIndonesia (NKRI) dan meningkatkan kesejah-teraan rakyat di wilayah tersebut.

Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara yangke-34 sebagai Provinsi baru di Indonesiamerupakan hal yang dianggap penting, apabiladilihat dari posisinya sebagai daerah perbatasandengan negara tetangga yaitu Malaysia di wilayahtimur dan Brunei Darussalam. Empat kabupatendan satu kota yang menjadi bagian dari pem-bentukan Provinsi Kalimantan Utara. ProvinsiKalimantan Timur sudah selayaknya dimekarkandisebabkan oleh faktor wilayah yang luas danberbatasan langsung dengan Malaysia di timur danBrunai Darussalam. Beban yang berat yangdiemban oleh Provinsi Kalimantan Timur untukmengurus wilayah perbatasan sudah tidak optimallagi. Oleh karenanya, sudah sangat tepat dan layakadanya pemekaran Provinsi Kalimantan Timurmenjadi Provinsi Kalimantan Utara.

Dengan pembentukan Provinsi KalimantanUtara kiranya dapat mengelola wilayah perbatasan

SENGKETA PERBATASAN DAN OTONOMI DAERAH

Page 210: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN201

yang sangat luas tersebut. Beban yang selama inidilakukan oleh Provinsi Kalimantan Timurkhususnya dalam pembangunan di wilayahperbatasan akan semakin ringan untuk dilak-sanakan. Diperlukan DOB khususnya yang adadi wilayah perbatasan untuk selalu mengelolawilayah yang berbatasan langsung dengan negaratetangga. Masih dalam ingatan kita, akibatpemerintah kurang serius mengelola pulau-pulauterluar seperti halnya pulau Sipadan-Ligitan,akibatnya ke-2 pulau tersebut lepas dari Indonesiayang dimenangkan oleh Malaysia. Masalahnyasederhananaya saja, Malaysia secara terus menerusmembangun ke-2 pulau tersebut dengan serius danberkesinambungan. Salah satu putusan MahkamahInternasional yang memenangkan Malaysia adalahkeseriusan Malaysia untuk memelihara danmenjaga ekosistem di ke-2 pulau tersebut,sebaliknya pemerintah Indonesia kurang seriusuntuk menjaga dan membangun ke-2 pulautersebut.

Oleh karenanya untuk kedepannya wilayah-wilayah perbatasan harus menjadi prioritas untukselalu dijaga dan di bangun. Pemekaran daerahkhususnya pembentukan DOB di wilayah per-batasan merupakan solusi untuk dapat fokusmenjaga wilayah-wialyah Indonesia yang ber-batasan langsung dengan negara-negara tetanggatersebut. Jadi urgensinya terhadap pembentukanProvinsi Kalimantan Utara terletak dari posisiwilayahnya yang berbatasan langsung dengannegara tetangga. Selama ini daerah perbatasanhanya dilihat setengah-setengah. Sudah waktunyadaerah-daerah yang terletak di wilayah perbatasanyang telah menjadi usulan DOB di prioritaskandalam hal menjaga integritas dan wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dari 91 usulan DOB yang akan dibahas DPRdan Pemerintah, Kecamatan Sebatik di ProvinsiKalimantan Utara yang akan menjadi Kota atauKabupaten Sebatik tentunya harus menjadiprioritas utama untuk segera mungkin menjadiDaerah Otonomi Baru (DOB) yang sudah disetujuioleh Pemerintah untuk dibahas. Daerah Sebatikharus dimekarkan menjadi Kota atau Kabupatenterpisah dari Kabupaten Nunukan. Berkaca daripembentukan Provinsi Kalimantan Utara yang

berada di wilayah perbatasan, Kota atauKabupaten Sebatik seyogyanya layak pula untuksegera menjadi DOB dengan memperhatikankondisi wilayah dan letaknya yang strategis diwilayah perbatasa. Daerah-daerah seperti ini perlumendapat prioritas untuk segera dimekarkanmenjadi DOB.

Pemekaran daerah tentunya menjadi salah satusolusi untuk meningkatkan kualitas hidup masya-rakat di wilayah perbatasan. Daerah Sebatikmerupakan daerah yang langsung berbatasandengan negara Malaysia. Ketergantungan denganwilayah di Malaysia secara perlahan lahan harusdapat dihilangkan, salah satunya dengan carapemekaran daerah. Kondisi masyarakat Sebatiksangat memprihatinkan jika berbanding dengandaerah di Malaysia. Dikhawatirkan jiwa nasio-nalisme terhadap NKRI masyarakat Sebatik akansemakin rendah. Oleh sebab itu, perbaikanekonomi dan pendidikan merupakan salah satusolusi dalam meningkatkan rasa nasionalisme.

Pertanyaan yang sangat mendasar dalam halpemekaran daerah yang lebih difokuskan di daerahperbatasan adalah seberapa urgensinya mem-prioritaskan pemekaran daerah di wilayahperbatasan dan pulau terluar Indonesia. Pertama;memperkecil ketergantungan dengan wilayah diperbatasan dengan Negara tetangga. kedua;mempercepat pembangunan di wilayah tersebutdengan tidak lagi tergantung dengan wilayah indukyang memiliki banyak kendala salah satunyarentang kendali yaitu jarak dan waktu tempuh kekabupaten induk. Ketiga; memperkuat jiwanasionalisme di daerah yang berbatasan denganNegara tetangga khususnya dengan wilayah diMalaysia. Semangat NKRI harus terus diperkuatdiwilayah perbatasan yang sangat rentan terhadapterkikisnya rasa nasionalisme bagi masyarakatdiwilayah perbatasan.

4. KESIMPULANSelama ini, pemerintah masih kurang fokus dan

kurang serius untuk memperhatikan wilayah-wilayah perbatasan. Momen adanya pemekarandaerah khususnya di wilayah perbatasan harusmenjadi prioritas utama yang harus didahulukan,sebab wilayah tersebut merupakan wilayah yang

SENGKETA PERBATASAN DAN OTONOMI DAERAH

Page 211: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN202

terdepan untuk dipengaruhi dan diperebutkan.Oleh karenanya, pemekaran daerah di wilayahperbatasan harus menjadi prioritas, agar kekha-watiran selama ini dapat dihilangkan akanpengaruh-pengaruh dari luar tersebut. Sangatironis memang, jika daerah-daerah di Indonesiayang berbatasan langsung dengan negara-negaratetangga tersebut kurang diperhatikan olehpemerintah, dan masyarakat di perbatasan lebihmemilih untuk berhubungan dan berdagang denganwilayah di negara tetangga tersebut.

Sudah lama kita menyaksikan dan merasakanbahwa, masyarakat di wilayah perbatasan lebihsenang berhubungan dengan wilayah seberang,ketimbang berhubungan dengan daerah induknya.Kemudahan jarak dan kedekatan wilayahmerupakan salah satu faktor pendukung masya-rakat melakukan hal yang demikian. Tidak pulabisa kita salahkan kepada masyarakan akan halyang demikian. Kurangnya infrastruktur yang layakdan langkanya kebutuhan pokok masyarakat diwilayah perbatasan menyebabkan masyarakat diwilayah tersaebut lebih senang dan mudah

berhubungan dengan wilayah tetangga. Oleh sebabitu pula, harus menjadi perhatian pemerintah, DPRdan DPD untuk selalu dan fokus terhadappemekaran daerah yang menjadi prioritas untukdidahulukan.

Selama ini DPR beranggapan bahwa, adanyausulan pemekaran daerah adalah menampung danmenyikapi aspirasi masyarakat di daerah yangmenginginkan daerahnya dimekarkan khususnyadi daerah perbatasan. Dalam pandangan DPRpula, kesepakatan Moratorium antara Pemerintahdan DPR tidak menghentikan aspirasi masyarakatdi daerah untuk menyampaikan aspirasi merekadalam pemekaran daerah dan tidak dapat menolakaspirasi masyarakat di daerah. Namun seyogya-nya, setiap aspirasi yang masuk dalam halpemekaran daerah harus memprioritaskan daerah-daerah yang betul untuk dimekarkan denganmemperhatikan kelayakan dan keseriusan daerahtersebut dan tidak hanya meloloskan tanpa adanyakajian yang komprehensif terhadap dampakadanya pemekaran daerah itu sendiri. Prioritasutamanya di daerah perbatasan.

SENGKETA PERBATASAN DAN OTONOMI DAERAH

Page 212: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN203

Buku:Winarna Surya Adisubrata. Otonomi Daerah di Era

Reformasi. AMP YKPN. Yogyakarta.1987.

Hasrul Sani Siregar. Krisis Kebangsaan : DariKonflik Politik Hingga KemacetanEkonomi. UNRI Press. Pekanbaru. 2003

David. P. Forsythe. Hak Hak Asasi Manusia.Angkasa. Bandung. 1993

Hasrul Sani Siregar. Menuju ASEAN Community2015. UR Press. Pekanbaru. 2012.

Artikel :Hasrul Sani Siregar. Pasang Surut Hubungan

Daftar Pustaka

Indonesia-Malaysia. Haluan Kepri. Batam.6 maret 2015.

Hasrul Sani Siregar. Sengketa Blok Ambalat. RiauPos. Pekanbaru. 21 Januari 2006

Hasrul Sani Siregar. Blok Ambalat : KlaimMalaysia Lemah. Riau Pos. Pekanbaru. 25Maret 2005.

Hasrul Sani Siregar. Refleksi 13 Tahun OtonomiDaerah. Riau Pos. Pekanbaru. 14 Januari2014.

Hasrul Sani Siregar. Grand Design Pemekaran.Riau Pos. Pekanbaru. 27 Februari 2014.

Hasrul Sani Siregar. Nasib Daerah Otonomi Baru.Riau Pos. Pekanbaru. 1 Februari 2016.

SENGKETA PERBATASAN DAN OTONOMI DAERAH

Page 213: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN204

Oleh :Suparto

Fakultas Hukum Universitas Islam RiauJl. Kaharuddin Nasution 113 Marpoyan Damai Pekanbaru 28284

E-mail : [email protected]

AbstractInternational Law has set the ratification procedure in a conference whichwas held at the City of Wina in 1969. The conference produce a conventionnamed Vienna Convention on the Law of Treatie, which still becomes theguideline for International Treaty Law in various countries. Given theimportance of the ratification of the international treaty, Indonesia has issuesstipulation about international agreement which comprises the legalization ofinternational treaties, including the usage of ratification as a juridical basis.The recognition of an international treaty in the national legal system showsthat Article 11 of 1945 Constitution - a legal basis for the creation of aninternational treaty - is being held. The purpose of the study is to examine thedevelopment of National Law on international treaties since IndonesianIndependence Day until today, the process of international treaty ratificationaccording Law No. 24 of 2000, and the prospect of judicial review to the Lawor Presidential Regulation that are products of international treatiesratifications. Research method being used is normative juridical approach bymeans of literature study. From some of the constitutions that were implementedin Indonesia, started from 1945 Constitution, RIS, 1950 TemporaryConstitution, until Amended 1945 Constitution, all of them comprise an articleon international treaty, while the implementation guidelines are stipulated inthe Presidential Letter No. 2826/HK/1960 and Law No. 24 of 2000 oninternational treaty. In practice, international treaty is considered as havinglegal effect only after an exchange of ratification document/charter by therelated parties, then the parties submit it to the depository. So it is not after thePresidential Regulation or the Law -products of international treatiesratifications – are being stipulated.Because of the chances of judicial reviewon Presidential Regulation or Law that are products of the ratifications is open,to prevent problems in the future, for example the cancelation of thoseregulations, a judicial review is needed to be conducted to those two kind oflegal products before they are being ratified.

Keywords: International Treaty, Ratification, Judicial Review

PROSES RATIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONALDAN PROSPEK DILAKUKAN PENGUJIAN DI

PERADILAN (JUDICIAL REVIEW)

Page 214: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN205

A. PendahuluanPerjanjian Internasional memiliki peranan

penting dalam mengatur hidup dan hubungan antarNegara dalam masyarakat Internasional. Dalamdunia yang ditandai saling ketergantungan pada eraglobal ini, tidak ada satu Negara pun yang tidakmempunyai perjanjian dengan Negara lain dantidak diatur dalam perjanjian internasional. Haltersebut didorong oleh perkembangan pergaulanInternasional, baik yang bersifat Bilateral maupunMultilateral (global). Perkembangan tersebutantara lain disebabkan oleh karena semakinmeningkatnya teknologi komunikasi dan informasiyang berdampak pada percepatan arus globalisasimasyarakat dunia. [Mauna, 2000:82]

Hukum Perjanjian Internasional dewasa ini telahmengalami perkembangan yang pesat seiringdengan perkembangan hukum internasional.Hubungan Internasional akibat globalisasi telahditandai dengan perubahan-perubahan mendasar,antara lain munculnya subyek-subyek baru non-negara disertai dengan meningkatnya interaksi yangintensif antara subyek-subyek baru tersebut.Perubahan mendasar tersebut bersamaan dengankarakter pergaulan internasional yang semakintidak mengenal batas Negara, sehingga hukumperjanjian internasional berperan penting menjadiinstrumen utama pelaksanaan hubungan inter-nasional antar Negara. Pembuatan perjanjianinternasional (treaty) yang mengatur berbagaiaspek kehidupan manusia baik secara khususmaupun umum (universal) merupakan salah satusarana yang efektif dan efisien dalam mengatasipersoalan yang timbul sekaligus guna menjaminkesejahteraan dan kedamaian untuk manusia.

Hukum Internasional telah mengatur ketentuangratifikasi dalam sebuah konferensi yang diadakandikota Wina pada tahun 1969. Konferensi tersebutmenghasilkan sebuah konfensi yang dinamakanVienna Convention On The Law Of Treaties,yang hingga saat ini menjadi pedoman hukumperjanjian internasional diberbagainegara.Mengingat betapa pentingnya ratifikasi perjanjianinternasional, maka di Indonesia telah dibuat aturantentang perjanjian internasional yang memuatpengesahan perjanjian internasional termasukdidalamnya ketentuan ratifikasi sebagai landasan

hukum. Pemberian tempat perjanjian internasionaldalam sistem hukum nasional merupakan salah satupencerminan penegakan konstitusi yaitu Pasal11UUD 1945 sebagai dasar hukum pembuatanperjanjian internasional.

Landasan hukum ketentuan ratifikasi perjanjianinternasional di Indonesia pada saat ini terdapatdalam Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasionalyang berbunyi “pengesahan perjanjian internasionalsebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukandengan Undang-Undang atau Keputusan Pre-siden”. Terbitnya Undang-Undang ini merupakanlanjutan dari surat Presiden Republik IndonesiaNomor 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960tentang Pembuatan Perjanjian-Perjanjian denganNegara Lain.

Salah satu permasalahan yang timbul mengenaitatacara ratifikasi terhadap berbagai perjanjianinternasional dilihat dari pandangan yuridis selamaini karena ketentuan hukum nasional belummemadai. Dasar hukum mengenai tatacarameratifikasi yang selama ini ada, tidak memberikanprosedur yang jelas dan baku. Bahkan dalam UUD1945 kata ratifikasi itu sendiri tidak terdapat.[Kusumaatmadja & Agus, 2003: 103]

Permasalah lain yang dapat saja timbul adalahdilakukannya pengujian ke Lembaga Peradilanoleh pihak-pihak yang merasa dirugikan olehadanya Undang-Undang atau Peraturan Presidenhasil ratifikasi tersebut. Dalammakalah ini akandiurai mengenai perkembangan hukum Nasionaltentang perjanjian internasional, pengesahanperjanjian internasional menurut UU Nomor 24Tahun 2000 dan prospek pengujian (JudicialReview) terhadap Undang-Undang atau PeraturanPresiden hasil ratifikasi perjanjian Internasional.

B. Proses Ratifikasi Perjanjian InternasionalDan Prospek Dilakukan Pengujian (Ju-dicial Review)

B.1. Perkembangan Hukum Nasional Ten-tang Perjanjian Internasional

Sejak kemerdekaan, hukum Indonesia telahmengatur secara umum tentang perjanjianinternasional. Ke 3 Undang-Undang Dasar (UUD)yang pernah berlaku di Indonesia, baik UUD 45,

PROSES RATIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL DAN PROSPEK DILAKUKAN PENGUJIAN DI PERADILAN (JUDICIAL REVIEW)

Page 215: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN206

Konstitusi RIS 49 dan UUDS 1950 membuatpasal tentang perjanjian Internasional. Namundinamika perkembangan ketatanegaraan Indonesiayang demikian pesat tampaknya tidak terlalumemberi dampak bagi perkembangan hukumnasional tentang perjanjian internasional. Hal inimungkin disebabkan karena hukum internasionalbelum merupakan kebutuhan hukum dalam sekalaprioritas pembangunan hukum di Indonesia. Padamasa Orde Baru di tengah-tengah kekuasaanEksekutif yang sangat dominan, nyaris tidak adapersoalan atau perdebatan tentang status perjanjianinternasional di Indoesia. [Agusman, 2010:7]

Walaupun Indonesia telah terlibat membuatperjanjian internasional sejak awal kemerdekaan,perkembangan hukum Nasional Indonesia tentangperjanjian internasional masih mengacu hanya padaPasal 11 UUD 1945 dan praktek kebiasaanketatanegaraan sampai akhirnya dilahirkanUndang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentangPerjanjian Internasional.

UUD 1945 memuat satu pasal (Pasal 11)tentang perjanjian internasional yang berbunyisebagai berikut:

“Presiden dengan persetujuan DewanPerwakilan Rakyat menyatakan perang,membuat perdamaian dan perjanjian dengannegara lain”

Pasal 11 ini memang secara khusus mengaturtentang perjanjian Internasional, namun menem-patkannya setingkat dengan kekuasaan Presidenlainnya dalam bidang hubungan Luar Negeri, yaitumenyatakan Perang dan membuat Perdamaian.Pengaturan ini sangat singkat dan tidak dimaksud-kan untuk mengatur tentang perjanjian internasionalitu sendiri melainkan hanya mengidentifikasikewenangan Presiden sebagai Kepala Negaradalam membuat Perjanjian Internasional sertaperanan DPR. Itulah sebabnya banyak perma-salahan yang belum terjawab tentang pasal ini yaituantara lain tentang defenisi perjanjian, arti hukumdari persetujuan DPR, bentuk persetujuan DPRdan apakah DPR diberikan kewenangan untukmenggunakan hak inisiatifnya mengajukanRancangan Undang-Undang terkait denganperjanjian internasional karena selama ini

datangnya selalu dari pihak pemerintah.Pada tahun 1949, Indonesia menggunakan

Konstitusi RIS sebagai hasil dari Konferensi MejaBundar. Pada bagian 5 (Perhubungan Luar-Negeri) Konstitusi RIS, memuat satu pasal tentangperjanjian internasional yaitu Pasal 175 yangberbunyi sebagai berikut:(1)Presiden mengadakan dan mensahkan segala

perjanjian ( Traktat) dan persetujuan laindengan Negara-Negara lain. Kecuali jikaditentukan lain dengan Undang-UndangFederal, persetujuan atau perjanjian lain tidakdi sahkan melainkan jika sudah disetujui denganUndang-undang.

(2)Masuk dalam dan memutuskan perjanjian danpersetujuan lain hanya dilakukan oleh Presidendengan kuasa Undang-Undang Federal.

Konstitusi RIS lebih merupakan desain dankeinginan Belanda, maka tidak dapat dipungkiribahwa rumusan pasal ini sangat dipengaruhi olehKonstitusi Belanda pada waktu itu khususnyasifatnya yang sangat parlementer. Sekalipunmengatur lebih rinci dibandingkan UUD 1945,Konstitusi RIS tetap tidak dimaksudkan untukmengatur tentang bagaimana membuat danmengesahkan perjanjian internasional melainkanhanya menguraikan tentang kekuasaan Presidendibidang hubungan Luar Negeri.Selama berlaku-nya Konstitusi RIS (1949-1950) sekalipun priodeini sangat singkat serta situasi nasional Indonesiapada periode itu yang masih disibukkan olehpersoalan politik pasca penyerahan kedaulatanoleh Belanda melalui Konferensi Meja Bundar,tercatat setidaknya ada 1 (satu) perjanjianInternasional yang dibuat oleh RIS, yaitu“Additional Protocol to the Trade Agreementamong RIS, Netherlands and Italy”. Perjanjianini tidak melalui mekanisme pengesahan/ratifikasisesuai dengan Pasal 175 Konstitusi RIS, dan tidakditemukan informasi tentang alasan yang men-dasarinya. Pada tahun 1950, Indonesia member-lakukan UUDS 1950 yang juga memuat pasaltentang perjanjian internasional yaitu Pasal 120yang rumusannya sama dengan Konstitusi RIS.Selama berlakunya UUDS ini, tercatat sekitar 150perjanjian internasional yang di buat oleh

PROSES RATIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL DAN PROSPEK DILAKUKAN PENGUJIAN DI PERADILAN (JUDICIAL REVIEW)

Page 216: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN207

Indonesia. Permasalahan terkait yang menonjolpada periode ini adalah tindakan Indonesia yangmembatalkan perjanjian internasional pada tahun1956 melalui UU Nomor 13 Tahun 1956Indonesia untuk pertama kali melakukan pem-batalan perjanjian (dalam hal ini perjanjianKonferensi Meja Bundar) melalui hukum perjanjianinternasional yaitu antara lain dengan menggunakanPasal 120 UUDS 1950 dan penarikan pendaftarandari Sekretariat Jendral PBB.[Agusman, 2010: 8]

Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarnomengeluarkan Dekrit untuk kembali kepada UUD1945, dengan demikian maka pengaturan tentangperjanjian internasional kembali mengacu padaPasal 11 UUD 1945. Setahun setelah berlakunyaUUD 1945 Presiden mengeluarkan Surat Nomor2826/HK/ 1960 tertanggal 22 Agustus 1960kepada ketua Dewan Perwakilan Rakyat. Dalamsurat tersebut Presiden Soekarno antara lainmenafsirkan bahwa perjanjian Internasional yangmembutuhkan persetujuan DPR berdasarkanPasal 11 UUD 1945 tidak mencakup seluruhperjanjian internasional tetapi hanya perjanjian-perjanjian yang bersifat penting saja. Yakni yangmateri muatannya mengandung hal-hal yangberkaitan dengan politik yang lazimnya dikehendakiberbentuk traktat (treaty). Untuk menjaminkelancaran hubungan antara Pemerintah denganDPR berdasarkan Pasal 11 UUD 1945, makapemerintah hanya akan menyampaikan “per-janjian-perjanjian yang bersifat penting saja, yaknimateri yang muatannya mengandung hal-hal yangberkaitan dengan politik yang lazimnya dikehendakiberbentuk traktat (treaty). Sedangkan perjanjian-perjanjian lain (agreement) akan disampaikankepada DPR sebagai semacam pemberitahuansaja.

Menurut surat Presiden tersebut maka perjan-jian internasional yang harus disampaikan kepadaDPR untuk mendapatkan persetujuan adalah yangmengandung materi sebagai berikut:1) Hal-hal politik yang dapat mempengaruhi

haluan politik Luar Negeri seperti halnyaperjanjian-perjanjian persahabatan, perjanjian-perjanjian persekutuan (aliansi) dan per-janjian-perjanjian tentang perubahan wilayahatau penetapan tapal batas.

2) Ikatan-ikatan yang sedemikian rupa sifatnyasehingga mempengaruhi haluan politik LuarNegeri.

3) Hal-hal yang menurut UUD atau berdasarkansistem perundang-undangan kita harus diaturdengan Undang-Undang, seperti masalahKewarganegaraan.

Pada tahun 2000 hukum nasional Indonesiaterkait dengan perjanjian internasional mengalamiperkembangan yang cukup berarti hal ini ditandaidengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 24Tahun 2000 Tentang Perjanjian Internasional.Undang-Undang ini membuka lembaran barutentang status perjanjian Internasional dalam sistemhukum Nasional RI. Lahirnya Undang-undang inijuga diwarnai oleh periode transisi dari peme-rintahan Orde Baru ke Era Reformasi, sehinggadapat dipastikan bahwa suasana kebatinan yangmendasari pembuatan Undang-Undang ini adalahdalam rangka reformasi hukum pada umumnyaserta untuk menciptakan kepastian hukum dalamproses pembuatan perjanjian internasional.[Agusman, 2010:9]

Menurut penjelasan Undang-Undang Nomor24 Tahun 2000 salah satu latar belakangditerbitkannya Undang-Undang tersebut adalahkarena praktek selama ini telah terjadi berbagaipenyimpangan dalam melaksanakan surat PresidenNomor 2826/HK/1960 sehingga perlu digantidengan Undang-Undang Perjanjian Internasional,namun tidak ada penjelasan lebih rinci apa sajahal-hal yang telah menyimpang tersebut. Denganadanya Undang-Undang ini setidak-tidaknya telahmenjadi modal penting yang mengklarifikasiketidak jelasan Pasal 11 UUD 1945. Pengertian“membuat perjanjian” telah diartikan oleh Undang-Undang sebagai rangkaian keseluruhan prosespembuatan perjanjian, sedangkan peran DPRditempatkan sebagai pemberi persetujuan hanyadalam rangka Indonesia melakukan Ratifikasiterhadap suatu perjanjian yang mensyaratkanprosedur Ratifikasi.

Dalam perkembangan selanjutnya, masalahperjanjian internasional juga menjadi agenda dalamperubahan (amandemen) ketiga UUD 1945 yangdiputuskan pada tahun 2001 pada perubahan

PROSES RATIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL DAN PROSPEK DILAKUKAN PENGUJIAN DI PERADILAN (JUDICIAL REVIEW)

Page 217: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN208

ketiga tersebut, Pasal 11 mendapat tambahan 2ayat, yaitu ayat (2) dan ayat (3), sehingga pasal inisecara lengkap berbunyi sebagai berikut:(1)Presiden dengan persetujuan Dewan Perwa-

kilan Rakyat menyatakan Perang, membuatPerdamaian dan Perjanjian dengan Negara lain.

(2)Presiden dalam membuat perjanjian inter-nasional lainnya yang menimbulkan akibat luasdan mendasar bagi kehidupan rakyat yangterkait dengan beban keuangan Negara danatau mengharuskan perubahan atau pem-bentukan Undang-Undang harus denganpersetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(3)Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjianinternasional diatur dengan Undang-Undang.

B.2. Proses Ratifikasi Perjanjian Interna-sional Menurut Undang-Undang Nomor24 Tahun 2000 Tentang PerjanjianInternasional.

Undang-Undang No.24 Tahun 2000 tentangPerjanjian Internasional pada hakikatnya adalahmerupakan kristalisasi dan praktek kebiasaanketatanegaraan. Sehingga proses yang terkaitdengan pengesahan, khususnya kriteria perjanjianyang perlu mendapat pesetujuan DPR, lebihbanyak mengadopsi dari praktek yang sudahberjalan seperti yang diatur pada surat Pesiden No.2826/HK/1960.[Sefriani, 2009: 27]

Pasal 9 UU No. 24 Tahun 2000 menyatakanbahwa pengesahan dilakukan sepanjang diper-syaratkan oleh perjanjian internasional tersebut,pasal ini telah memberikan klarifikasi terhadappasal 11 UUD 1945 tentang “persetujuan DPR”.Pasal 9 telah mengartikan istilah “persetujuan DPR”dalam arti serta kriteria yang semakin terbatasdalam kaitanya dengan perjanjian Internasionalyang harus disetujui oleh DPR. Jika surat PresidenNo. 2826/HK/1960 membuat kriteria hanyaperjanjian yang penting saja yang mendapatpersetujuan DPR, maka undang-undang inimenambah kriteria baru yaitu sepanjang disya-ratkan oleh perjanjian tesebut untuk diratifikasi.Dengan demikian, undang-undang ini secaranormatif telah membuat konstruksi hukum baruyang hanya memberi peran konstitusional kepada

DPR untuk memberikan persetujuan terhadapperjanjian yang akan diratifikasi saja dan bukanterhadap perjanjian yang tidak mensyaratkanadanya ratifikasi. Atau dengan kata lain DPR tidakdiberi kewenangan (tidak berwenang) untukmelakukan persetujuan awal. [Agusman, 2010: 9]

Pasal 9 secara normatif merupakan elemen barukarena sekalipun dalam praktek sudah diakukannamun secara normatif undang-undang ini semakinmenegaskan bahwa hanya perjanjian yangmensyaratkan pengesahan/ratifikasi saja yang perlumandapatkan persetujuan DPR. Selanjutnya pasal10 mengatur bahwa “pengesahan” perjanjianInternasional dilakukan melalui undang-undangapabila berkenaan dengan:a. Masalah politik, Perdamaian, Pertahanan dan

Keamanan Negara;b. Perubahan wilayah atau penetapan batas

wilayah Negara RI;c. Kedaulatan dan hak berdaulat Negara;d. Hak Asasi Manusia dan Lingkungan Hidup;e. Pembentukan kaidah hukum baru;f. Pinjaman dan/atau hibah Luar Negeri.

Selanjutnya pasal 11 Undang-Undang Nomor24 Tahun 2000 mengatur sebagai berikut:a. Pengesahan perjanjian internasional yang

materinya tidak termasuk materi sebagaimanadimaksud Pasal 10 dilakukan dengan Kepu-tusan Presiden.

b. Pemerintah RI menyampaikan salinan setiapKeputusan Presiden yang mengesahkan satuperjanjian Internasional kepada DPR untuk dievaluasi.

Jenis-jenis perjanjia Internasional yang disahkandengan Peraturan Presiden (dulunya KeputusanPresiden) adalah perjanjian Induk yang menyang-kut kerjasama dibidang Ilmu Pengetahuan danTeknologi, Ekonomi, Perdagangan, Pelayaran,Niaga, Penghindaran Pajak Berganda, KerjasamaPerlindungan Penanaman Modal, Kebudayaandan Pendidikan serta perjanjian-perjanjian yangbersifat teknis.

Meskipun sudah ada pembagian terkait denganmateri-materi mana yang perlu di ratifikasi olehPresiden dalam bentuk Peraturan Presiden dan

PROSES RATIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL DAN PROSPEK DILAKUKAN PENGUJIAN DI PERADILAN (JUDICIAL REVIEW)

Page 218: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN209

materi yang memerlukan pengesahan oleh DPR,namun tetap dimungkinkan adanya perbedaanpendapat antara pemerintah dengan DPR apakahsuatu perjanjian harus di ratifikasi dengan Undang-Undang atau cukup dengan Peraturan Presiden,sampai saat ini memang belum ada catatansengketa antara instansi tentang kewenanganpengesahan ini dan biasanya perbedaan inidiselesaikan melalui kesepakatan Interkementeriandengan memperhatikan pandangan hukum dariKementerian Luar Negeri. Namun demikiandikemudian hari tetap ada peluang terjadiperbedaan persepsi antara DPR dan Pemerintahterkait dengan kewenangan untuk melakukanratifikasi dan apabila hal ini terjadi maka harusdiselesaikan di Mahkamah Konstitusi.

Berdasarkan aturan Pasal 10 dan 11 Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentang PerjanjianInternasional, penentuan instrumen pengesahan(Undang-Undang atau Keputusan Presiden) suatuperjanjian Internasional tidak di dasarkan padabentuk dan nama (nomenclature) perjanjian,namun didasarkan atas materi yang diatur didalamperjanjian tersebut. Skema pengesahan/ratifikasiperjanjian Internasional menurut menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 adalah sebagaiberikut:

Konsekuensi dituangkannya pengesahankedalam format undang-undang adalah adanyahak konstitusionalnya DPR sebagai hak PembuatUndang-Undang, sehingga pertanyaannya adalahapakah DPR dapat menggunakan inisiatifnya untukmembuat Undang-Undang Pengesahan PerjanjianInternasional. Kalau dilihat Pasal 11 UUD 1945,maka mekanisme pembuatan Undang-Undanguntuk suatu pengesahan perjanjian Internasionalharus melalui inisiatif pemerintah dan menjadi tidaklogis jika dilakukan melalui inisiatif DPR. Hal inijuga memiliki dasar konstitusional yang kuat dariperspektif hukum ketatanegaraan yaitu bahwaberdasarkan sistem pembagian kekuasaan,hubungan Luar Negeri termasuk membuatperjanjian Internasional masuk dalam ranahkekuasaan eksekutif dan bahkan sebagai salah satukekuasaan eksekutif yang eksklusif.

Setelah prosedur pengesahan internaldiselesaikan maka selanjutnya dilakukan prosedurpengesahan perjanjian dalam arti yang sebenarnyayaitu perbuatan hukum Internasional untukmengikatkan diri pada perjanjian itu. Perbuatanini dilakukan dalam bentuk penyampaian instrumenratifikasi kepada depository, mempertukarkannyadengan Negara mitra atau menyampaikannotifikasi kepada kepada pihak Negara mitrabahwa Indonesia telah memenuhi persyarataninternal bagi berlakunya perjanjian dimaksud.Instrumen ratifikasi adalah dokumen yang disegelyang ditandatangani oleh Mentri Luar Negeri.

Pemerintah Indonesia telah banyak melakukanratifikasi perjanjian internasional baik yangberbentuk Undang-Undang maupun KeputusanPresiden. Sebagai contoh adalah ratifikasiperjanjian dibidang maritim dan lingkungan lautyang dapat dilihat pada Tabel berikut:

PROSES RATIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL DAN PROSPEK DILAKUKAN PENGUJIAN DI PERADILAN (JUDICIAL REVIEW)

Pengesahan dalam bentuk Undang-

Undang (DPR+Presiden)

Perlindungan dan Penanda Tantangan

oleh Delegasi Indonesia

Ratifikasi oleh Presiden dalam Format Piagam

Ratifikasi

Perngesahan dalam bentuk Peraturan

Presiden (Perpres)

Page 219: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN210

PROSES RATIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL DAN PROSPEK DILAKUKAN PENGUJIAN DI PERADILAN (JUDICIAL REVIEW)

Table 1. Ratifikasi Indonesia Terhadap Perjanjian Internasional Bidang Lingkungan Laut/Maritim

Page 220: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN211

SUMBER: Pramudianto, A.1998. Ratifikasi Perjanjian Internasional Bidang lingkunganHidup (Belum diterbitkan)

PROSES RATIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL DAN PROSPEK DILAKUKAN PENGUJIAN DI PERADILAN (JUDICIAL REVIEW)

B.3. Prospek Pengujian (Judicial Review)Terhadap Undang-Undang DanPeraturan Presiden Hasil RatifikasiPerjanjian Internasional

Setelah dilakukannya amandemen terhadapUUD 1945 maka pada saat ini ada 2 lembagaNegara Kekuasaan Kehakiman yang mempunyaikewenangan untuk melakukan pengujian atauJudicialReview terhadap peraturan perundangandi Indonesia yaitu Mahkamah Agung dan Mah-kamah Konstitusi. Adapun landasan Konsti-tusionalnya adalah Pasal 24A ayat (1) UUD 1945yang berbunyi:

“Mahkamah Agung berwenang mengadilipada tingkat kasasi, menguji PeraturanPerundang-Undangan dibawah Undang-Undang terhadap Undang-Undang danmempunyai wewenang lainnya yang diberi-kan oleh Undang-Undang”.

Selain itu juga pada Pasal 24C ayat (1) yangberbunyi:

“Mahkamah Konstitusi berwenangmengadili pada tingkat pertama dan terakhiryang putusannya bersifat final untuk mengujiUndang-Undang terhadap Undang-UndangDasar, memutus sengketa kewenangan lem-

baga negara yang kewenangannya diberikanoleh Undang-Undang Dasar, memutuspembubaran Partai Politik dan memutusPerselisihan tentang hasil Pemilihan Umum”.

Jadi peraturan Presiden (Perpres) termasukperaturan Presiden hasil Ratifikasi perjanjianInternasional jika dianggap bertentangan denganUndang-Undang dapat diajukan pengujian atauJudicial Review ke Mahkamah Agung. Demikianjuga dengan Undang-Undang hasil Ratifikasiperjanjian internasional, kalau dianggap berten-tangan dengan Undang-Undang Dasar (UUD1945) maka dapat diajukan pengujian keMahkamah Konstitusi.

Permasalahannya adalah bagaimana jika adaPeraturan Presiden atau Undang-Undang hasilRatifikasi Perjanjian Internasional yang telahberlaku dan mengikat para pihak dilakukanpengujian (Judicial Review) karena dianggapbertentangan dengan Undang-Undang atauUndang-Undang Dasar ke Mahkamah Agung atauMahkamah Konstitusi dan kemudian dibatalkan.Ini akan menjadi dilema dan persoalan serius bagipemerintah Indonesia, karena disatu sisi bagai-manapun putusan pengadilan harus ditaati karenabersifat mengikat. Disisi lain kalau hal ini dijalankan

Page 221: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN212

maka pemerintah Indonesia dianggap Negara yangtidak mematuhi perjanjian internasional yang telahdisepakati dan disahkan bersama.

Untuk mengantisipasi hal tersebut makakedepan perlu diatur bahwa untuk pengujianterhadap Peraturan Presiden atau Undang-Undanghasil Ratifikasi perjanjian internasional peng-ujiannya bersifat pra (sebelum disahkan) atauJudicial Preview, artinya Peraturan Presiden atauUndang-Undang hasil Ratifikasi perjanjianinternasional sebelum dilakukan pengesahan harusdilakukan pengujian di Mahkamah Agung atauMahkamah Konstitusi, jika kedua lembaga NegaraKekuasaan Kehakiman itu menganggap tidak adamasalah dengan kedua produk hukum tersebutmaka dapat dilanjutkan untuk dilakukan pengesah-an oleh Presiden (Peraturan Presiden), Presidendengan DPR (Undang-Undang), sehingga tidakakan muncul persoalan terkait dengan pengujiandibelakang hari. Pola seperti ini atau Judicial Pre-view sudah banyak dianut oleh Negara-Negaradi dunia salah satu contohnya adalah Prancis.

C. PENUTUPC.1. Kesimpulan

Dari beberapa Konstitusi yang pernah dite-rapkan di Indonesia mulai dari UUD 1945,Konstitusi RIS, UUDS 1950 Sampai ke UUD1945 hasil amandemen, semuanya memuat pasal

tentang perjanjian internasional sedangkan untukaturan pelaksanaannya diatur dengan suratPresiden No. 2826/HK/1960 dan Undang-undangNo. 24 Tahun 2000 tentang perjanjian inter-nasional. Perjanjian internasional yang telahdisepakati bersama harus diratifikasi dalam bentukPeraturan Presiden atau Undang-Undang. Olehkarena ke dua produk hukum tersebut merupakanbagian dari Peraturan Perundang-undangan makadapat dilakukan pengujian ke lembaga Peradilan(Judicial Revew).Dalam prakteknya perjanjianinternasional baru berlaku ketika telah dilakukantukar menukar dokumen atau piagam Ratifikasikepada para pihak serta menyampaikannya kepadadepository, jadi bukan pada saat Peraturan Presidenatau Undang-undang hasil Ratifikasi perjanjianinternasional tersebut diundangkan.

C.2. SARANKarena peluang dilakukannya pengujian atau

Judicial Review terhadap Peraturan Presiden atauUndang-Undang Ratifikasi perjanjian internasionalsangat terbuka, agar tidak menimbulkan perma-salahan dikemudian hari akibat misalnya Undang-Undang atau Peraturan Presiden dibatalkan olehMahkamah Konstitusi atau Mahkamah Agung,maka perlu dilakukan pengujian terhadap ke duaproduk hukum tersebut sebelum disahkan atauJudicial Preview.

PROSES RATIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL DAN PROSPEK DILAKUKAN PENGUJIAN DI PERADILAN (JUDICIAL REVIEW)

Page 222: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN213

PROSES RATIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL DAN PROSPEK DILAKUKAN PENGUJIAN DI PERADILAN (JUDICIAL REVIEW)

A. BukuBoer Mauna, Hukum Internasional; Pengertian;

Peranan dan fungsi dalam Era DinamikaGlobal, Alumni Bandung, 2011.

Damos D. Agusman, Hukum Perjanjian Inter-nasional; Kajian Teori dan Praktek diIndonesia, Refika Aditama, Bandung,2010.

Mochtar Kusumaatmadja & Etty R. Agoes,Pengantar Hukum Inrenasional, Alumni,Bandung, 2003.

Sefriani, Hukum Internasional Suatu Pengantar,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012.

B. Peraturan Perundang-undanganUndang-Undang Dasar 1945Konstitusi RIS 1949Undang-Undang Dasar Sementara 1950Undang-Undang Dasar 1945 (Sesudah

Amandemen)Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 Tentang

Perjanjian Internasional.

Surat Presiden Nomor 2816/HK/1960 TentangPembuatan Perjanjian-Perjanjian DenganNegara Lain

Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2005 TentangTata Cara Mempersiapkan RancanganUndang-Undang, Rancangan PeraturanPengganti Undang-Undang, RancanganPeraturan Pemerintah, dan RancanganPeraturan Presiden.

Internethttps://blog,staff.Ui.edu weblog/Perjanjian

Internasional Dibidang Lingkungan Lautyang Telah Diratifikasi Indonesia.(Andreas Pramudianto), diakses 7September 2016.

https://portalgaruda,ilkom,unsri.ac.id/PraktikRatifikasi Perjanjian Internasional(Karmila Hippy) Jurnal Lex AdministratumVol. 1 No. 2, 2013 diakses 7 September2016.

Daftar Pustaka

Page 223: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN214

PendahuluanKualitas pelayanan sudah sejak lama menjadi

perhatian para peneliti dan praktisi (Gronroos,1984). Dalam konteks organisasi bisnis, kualitaspelayanan menjadi determinan utama dalammemenangkan kompetisi. Lingkungan bisnis yangsarat dengan persaingan menuntut setiap perusa-haan untuk memenuhi kebutuhan dan harapanpelanggan secara total (Zeithaml, 2002; Dick,2007). Dapat dikatakan bahwa organisasi yangbisa eksis adalah organisasi yang mampumemberikan pelayanan prima dan mampumemenuhi kebutuhan pelanggan dengan sebaik-baiknya (excellent service). Sedangkan dalamkonteks organisasi sektor publik, kualitaspelayanan publik tidak terlalu memiliki korelasi

JAUH PANGGANG DARI API:KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN JASA

PELABUHAN DI INDONESIA

Oleh :Wayu Eko Yudiatmaja, Alfiandri, dan Rahmat Hidayat

Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Kepulauan Riau

Email: [email protected]

AbstractThis study analyze the gap between expected and perceived service by shippassengers at the Sri Bayintan Harbour, Kijang, Riau Archipelago. To test theservice gap, researchers used Parasuraman, Zeithaml & Berry (1988) ServQualvariables, involve tangibles, reliability, responsiveness, assurance, and empathy.Postulate built by researchers is a gap between the expected service and theservice received by ship passengers in the port of Sri Bayintan. This study wasconducted using a survey by distributing questionnaires to 98 passengers.ServQual formula (Q = P-E) was used to test the hypothesis of this study.From the test results ServQual is revealed that there are significant differencesbetween the expected and the perceived service by ship passengers in the portof Sri Bayintan. In particular, the findings of this study show that passengersare not satisfied with the services provided by PT Pelindo I as the operator ofthe Sri Bayintan Harbour.

Key words: Quality gap, service, harbour

dengan eksistensi organisasi publik karenapemerintah tidak bergantung secara langsungkepada masyarakat pengguna jasa (Murray, 1975;Rainey, Backoff & Levine, 1976; Lachman, 1985;Rainey & Bozeman, 2000; Boyne, 2002; Moulton& Wise, 2010).

Dewasa ini pemerintah semakin dituntut untuksenantiasa meningkatkan kualitas pelayanan (Shah,2005; Hartley & Skelcher, 2008; Yudiatmaja,2011). Dalam literatur administrasi publik, terdapattiga perspektif teori arus utama (mainstream) yangdapat dijadikan basis untuk menganalisis kualitaspelayanan, yaitu paradigma administrasi publikklasik (old public administration), manajemenpublik baru (new public management), danpelayanan publik baru (new public service).

Page 224: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN215

Dalam perspektif administrasi publik klasik,negara dapat menerapkan sistem dan standarprosedur yang kaku (rigid) untuk mengejar efisiensidalam penyediaan pelayanan publik (Taylor, 1923;White, 1926; Willoughby, 1927). Dalam pan-dangan paradigma manajemen publik baru,pemerintah dapat menerapkan mekanisme pasar(market mechanism) dalam memberikan pelaya-nan kepada masyarakat. Fokusnya adalahpelayanan yang berorientasi pasar (marketorientation) dan kepuasan pelanggan (customersatisfaction), bukan pada standar dan aturan(Osborne & Gaebler, 1992; Ferlie, et. al. 1996;Osborne & Plastrik, 1997; Kettl, 2000). Berbedadengan manajemen publik baru yang lebihberorientasi kepada kepentingan pasar, dalamparadigma manajemen pelayanan publik barupemerintah dianjurkan untuk fokus pada peme-nuhan kebutuhan warga negara (citizenship)(Denhardt & Denhardt, 2007).

Kualitas pelayanan kini memainkan perananpenting dalam banyak industri jasa karenamerupakan pembeda yang paling efektif bagisejumlah produk. Maka tidak mengherankan jikasaat ini banyak perusahaan yang dulu bersaingberdasarkan harga yang murah atau teknologi yangcanggih, kini mengembangkan strategi bisnismereka berdasarkan kualitas pelayanan yangdapat memuaskan konsumennya. Sebuah pela-yanan dapat dikatakan berkualitas apabila harapandari pengguna barang dan jasa telah terpenuhiseluruhnya oleh organisasi penyedia pelayanan.Oleh karena itu, kualitas pelayanan dapat dilihatdengan menganalisis perbandingan antara pela-yanan yang diperoleh (perceived service) danpelayanan yang diharapkan (expected service)(Parasuraman, Zeithaml & Berry, 1985, 1988,1991, 1993; Zeithaml, Parasuraman & Berry,1990; Berry, Parasuraman & Zeithaml, 1994;Brysland & Curry, 2001).

Fokus tulisan ini membahas kualitas pelayananjasa pelabuhan yang dikelola PT PelayaranIndonesia (Pelindo) I, Pelabuhan Sri Bayintan,Kijang, Kepulauan Riau. Dipilihnya Pelabuhan SriBayintan sebagai objek studi ini karena beberapaalasan penting. Pertama, Pelabuhan Sri Bayintanmerupakan penyelenggara perhubungan laut di

Provinsi Kepulauan Riau yang mempunyai peranyang sangat penting bagi jalur trasportasi laut untukmasyarakat. Hal ini disebabkan Pelabuhan SriBayintan selalu melakukan aktivitas penyeberanganpenumpang dengan kapal-kapal berukuran besarmilik PT Pelni setiap minggunya secara rutin.Kedua, Pelabuhan Sri Bayintan melayani penum-pang yang cukup banyak menuju ke pelbagaidaerah, baik di dalam Provinsi Kepulauan Riau(Anambas, Natuna, Tambelan) maupun antarprovinsi di Indonesia, seperti Kalimantan Barat,Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur.

Tabel 1. Data Jumlah PenumpangPelabuhan Sri Bayintan (2010-2015)

Sumber : Data Arus Penumpang PT Pelindo I

Penelitian ini memberikan sumbangan terhadapliteratur manajemen pelayanan publik karenamencoba membahas kesenjangan kualitaspelayanan pada sektor publik di Indonesia, lebihspesifik lagi pada sektor jasa pelabuhan, yangbelum banyak dikaji oleh para peneliti. Dalamperspektif organisasi bisnis, sudah banyak kajianyang dilakukan para ahli mengenai perbandinganantara pelayanan yang diharapkan denganpelayanan yang diterima oleh konsumen (Pa-rasuraman, Zeithaml & Berry, 1985, 1988; Brown,Churchill Jr. & Peter, 1993; Najjar & Bishu,2006). Dalam konteks organisasi sektor publikpada negara lain pun, juga sudah ada beberapastudi yang mencoba membahas kualitas pelayanandilihat dari perbandingan pelayanan yang diterima

Tahun Jumlah

Penumpang

2010 61.496

2011 62.419

2012 54.271

2013 60.106

2014 68.087

2015 65.461

JAUH PANGGANG DARI API: KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN JASA PELABUHAN DI INDONESIA

Page 225: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN216

dan diharapkan (McKoy, 2004; Agus, Barker &Kandampully, 2007; Ansah, 2008; Rhee & Rha,2009). Namun, studi ini tetap penting mengingatorganisasi sektor publik di Indonesia memilikilingkungan dan dinamika yang berbeda diban-dingkan objek-objek studi para peneliti terdahulu.

Permasalahan yang ingin dijawab oleh penelitianini adalah bagaimana kualitas pelayanan jasaterminal penumpang Pelabuhan Sri Bayintan dilihatdari perbandingan pelayanan yang diterima(perceived service) dan pelayanan yang diha-rapkan (expected service). Penelitian ini bertujuanmendeskripsikan nilai pelayanan yang diterima dannilai harapan penumpang terhadap pelayanan yangseharusnya diberikan oleh PT Pelindo I selakuoperator Pelabuhan Sri Bayintan dilihat dari aspekkehandalan (reliability), daya tanggap (respon-siveness), jaminan (assurance), empati (em-pathy), dan bukti fisik (tangibles). Selanjutnya,penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisiskepuasan penumpang terhadap pelayanan jasaterminal penumpang Pelabuhan Sri Bayintan.

Pendekatan kuantitatif dengan metode surveidigunakan sebagai alat untuk menjawab perma-salahan penelitian ini. Data dikumpulkan denganmenggunakan kuesioner yang disusun denganmengacu kepada item ServQual yang dirumuskanoleh Parasuraman, Zeithaml & Berry (1988) yangmeliputi perbandingan antara jasa yang diharapkan(expected service) dan jasa yang dirasakan(perceived service) konsumen. Dimensi ServQualterdiri dari; dimensi kehandalan (5 item), dayatanggap (5 item), jaminan (5 item), empati (5 item),dan bukti fisik (5 item). Skala yang dipakai sebagaialat ukur adalah skala likert yang terdiri dari 5subskala, yaitu sangat baik (5), baik (4), cukupbaik (3), kurang baik (2), dan buruk (1). Populasipenelitian ini adalah seluruh penumpang yangmenggunakan jasa Pelabuhan Sri Bayintan. Sampelpenelitian diperoleh dengan menggunakan rumusSlovin (Tejada & Punzalan, 2012) dan dengantingkat kesalahan 10% (pd”0.01). Dari teknikpenarikan sampel tersebut diperoleh sampelsebanyak 98 orang yang diambil secara propor-sional dari penumpang KM Doralonda (34 orang),KM Lawit (32 orang), dan KM Bukit Raya (32orang).

Analisis data dalam penelitian ini dilakukandalam beberapa tahap. Sebelum menguji hipotesispenelitian, terlebih dahulu akan dihitung kesen-jangan (gap) pelayanan dengan rumus G = P(Mean Persepsi) – E (Mean Ekspektasi). Untukmenginterpretasikan nilai dari setiap kategoripelayanan digunakan interval kelas, dengan range;(1) 98-177 (buruk), (2) 178-257 (kurang baik),(3) 258-337 (sedang atau cukup), (4) 338-417(baik), (5) 418-497 (sangat baik). Setelah itu,dilakukan uji hipotesis penelitian ini dengan formula;jika x ES-PS = 0 maka H1 ditolak, namun jika xES-PS ‘“ 0 maka H1 diterima. Pada bagian akhir,akan dianalisis kualitas (Q) pelayanan denganmembagi jumlah mean persepsi setiap dimensidengan jumlah mean ekspektasi setiap dimensi.Hipotesis 2 (H2) diterima jika Q > 0, tetapi jikaQ = 0 atau Q < 0 maka H2 ditolak.

Kerangka TeoriMenurut Ferlie & Shortell (2001) ada empat

level dalam meningkatkan kualitas pelayanan, yaitulevel individu, kelompok, organisasi (institusi), danlingkungan organisasi. Pada tingkatan organisasi,pengembangan kualitas pelayanan dapat dilakukandengan beberapa strategi, yang meliputi pemberianjaminan kualitas (quality assurance) kepadapelanggan, peningkatan kualitas pelayanan secaraberkelanjutan, menerapkan prinsip manajemenkualitas total (total quality management),pengembangan organisasi dan budaya pelayanan,serta transfer pengetahuan dan teknologi diantarainstitusi pelayanan. Sedangkan, Edvardsson(1998) mengkonstatasikan bahwa kualitaspelayanan dapat ditingkatkan dengan memperbaikiluaran atau produk pelayanan dan prosespelayanan yang diberikan kepada konsumen.Dalam konteks ini, dibutuhkan perbaikan dua arahdari aspek output dan proses pelayanan sebagaiprasyarat pelayanan yang berkualitas.

Kualitas pelayanan didefinisikan secaraberagam oleh para ahli. Menurut Crosby (1979)kualitas pelayanan mengacu kepada kesesuaianantara pelayanan yang diberikan dengan kualitasyang dijanjikan kepada pelanggan. Dalam konteksproduksi pelayanan barang dan jasa, Garvin(1983) mengungkapkan bahwa kualitas pelayanan

JAUH PANGGANG DARI API: KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN JASA PELABUHAN DI INDONESIA

Page 226: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN217

merupakan pelayanan yang mampu meminimalisirkegagalan internal (pra-produksi) dan kegagalaneksternal (pascaproduksi). Berry, Parasuraman &Zeithaml (1994) mendefinisikan kualitas pelayanansebagai kesesuaian antara pelayanan yangdiberikan dengan spesifikasi dan kebutuhanpelanggan. Menurut Grönroos (1983) kualitaspelayanan menyangkut persoalan teknis danfungsional. Secara teknis kualitas pelayananmenyangkut apa yang diperoleh oleh pelanggan,sedangkan secara fungsional kualitas pelayananadalah bagaimana proses pelayanan yang diterimaoleh pelanggan. Dalam hal ini, pelayanan tidakhanya dilihat dari teknis pemberian pelayananbarang dan jasa kepada konsumen, tetapi jugaseluruh proses pelayanan, yang meliputi sistem,prosedur, dan standar yang dirancang olehorganisasi penyedia pelayanan. Kualitas pelayanantidak hanya menyangkut output dari pelayanan itusendiri, tetapi juga input dan proses dari setiapaktivitas dalam pelayanan tersebut. Hal inisebagaimana yang diungkapkan Grönroos (2006:323) berikut ini:

“[…] a process that consist of a setof activities which take place in inte-ractions between a customer and people,goods and other physical resources,systems and/or infrastructures repre-senting the service provider and possiblyinvolving other customers, which aims atassisting the customer’s everyday prac-tices”.

ServQual merupakan salah satu metode untukmengukur kualitas pelayanan. Model ini pertamakali diperkenalkan oleh Parasuraman, Zeithaml &Berry (1985) untuk mengukur kualitas pelayananpada perusahaan-perusahaan jasa marketing diAmerika Serikat. Dari hasil studinya tersebut, padaawalnya Parasuraman, Zeithaml & Berry (1985)merumuskan 10 variabel yang menjadi determinankualitas pelayanan, yang terdiri dari kehandalan,responsivitas, kompetensi, akses, kesopanan,komunikasi, kredibilitas, keamanan, pengetahuan,dan bukti fisik. Kemudian, Parasuraman, Zeithaml& Berry (1988) menyederhanakan dimensiServQual menjadi 5 variabel, yaitu kehandalan,

daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik.Menurut Parasuraman, Zeithaml & Berry (1988)kualitas pelayanan dapat dilihat dengan mem-bandingkan antara pelayanan yang diterima(perceived quality) dan kualitas objektif(objective quality).

Model ServQual yang dikembangkan olehParasuraman, Zeithaml & Berry (1985) telahbanyak diuji coba pada organisasi bisnis.Belakangan, model ini juga diadopsi untuk mengujikualitas pelayanan pada organisasi sektor publik.Model ini dinyatakan fit dan proper untukorganisasi sektor publik (Donnelly, et. al., 1995;Wisniewski & Donnelly, 1996; Orwig, Pearson& Cochran, 1997; Rowley, 1998; Brysland &Curry, 2001; Wisniewski, 2001; Curry & Sinclair,2002; Perez, et. al., 2007). Model ServQual dapatdiadopsi untuk melihat kesenjangan (gap)pelayanan dilihat dari aspek pelayanan yangdiharapkan (expected service) dan pelayananyang dipersepsikan (perceived service) masya-rakat pengguna jasa. Model ServQual juga dapatdigunakan untuk menganalisis kualitas pelayananpada organisasi sektor publik.

Menurut Parasuraman, Zeithaml & Berry(1988) kualitas pelayanan dipengaruhi olehvariabel kehandalan, daya tanggap, jaminan,empati, dan bukti fisik. Pada organisasi bisnis,studi-studi sebelumnya menunjukkan bahwaterdapat perbedaan antara pelayanan yangdiharapkan dengan pelayanan yang dipersepsikankonsumen (Parasuraman, Zeithaml & Berry, 1988,1991; Yousapronpaiboon, 2000; Malhotra, et. al.,2005; Pinar & Eser, 2008). Studi yang dilakukanpada organisasi sektor publik juga menunjukkanterjadinya kesenjangan antara pelayanan yangdiharapkan dan pelayanan yang dipersepsikan olehmasyarakat pengguna jasa (Donnelly, et. al., 1995;Wisniewski & Donnelly, 1996; Orwig, Pearson& Cochran, 1997; Agus, Barker & Kandampully,2007). Sementara itu, beberapa studi padaorganisasi sektor publik di negara-negara majuditemukan bahwa kualitas pelayanan organisasipemerintah masih berada pada level yang rendah(Clements, 2001; Kim, 2003; Giannoccaro, et.al., 2008). Hal ini yang menyebabkan ketidak-puasan masyarakat terhadap pelayanan yang

JAUH PANGGANG DARI API: KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN JASA PELABUHAN DI INDONESIA

Page 227: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN218

diberikan oleh organisasi sektor publik. Beberapastudi di negara-negara berkembang juga menun-jukkan rendahnya kualitas pelayanan publik(Widihastuti, 2003; Jakka, 2004; Abd. Rashid,2008; Hariastuti & Ardiansyah 2013). Oleh karenaitu, hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskansebagai berikut:H1 Terdapat kesenjangan antara harapan

penumpang dengan pelayanan yang diterimapenumpang

H2 Penumpang tidak puas dengan pelayananyang diberikan oleh PT Pelindo I selakupengelola terminal penumpang Pelabuhan Sri

Bayintan Kijang

Kerangka konseptual penelitian ini dikem-bangkan dari Parasuraman, Zeithaml & Berry(1985) dengan beberapa modifikasi. Kualitaspelayanan merupakan perbandingan antarapelayanan yang diharapkan (expected service)dan pelayanan yang dipersepsikan atau diterimaoleh penumpang (perceived service). Pelayananyang diharapkan dan dipersepsikan tersebut sangatdipengaruhi oleh variabel kehandalan, dayatanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik.

Variabel Kualitas Pelayanan

1. Kehandalan 2. Daya tanggap 3. Jaminan 4. Empati 5. Bukti fisik

Pelayanan yang Diharapkan

Pelayanan yang Diterima

Kualitas Pelayanan

Gambar 1. Kerangka Konseptual PenelitianVariabel Kualitas Pelayanan

JAUH PANGGANG DARI API: KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN JASA PELABUHAN DI INDONESIA

Page 228: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN219

PembahasanDilihat dari aspek pelayanan yang diterima,

sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2, diketahuibahwa rata-rata nilai pelayanan yang diterimapenumpang kapal pada Pelabuhan Sri Bayintanadalah 241. Mengacu kepada interval kelas, dataini menunjukkan bahwa pelayanan yang diterimapenumpang termasuk berada pada kategori kurangbaik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasemua dimensi pelayanan, yang meliputi kehandalan(249), daya tanggap (237), jaminan (233), empati(244), dan bukti fisik (243) mendapatkan penilaiankurang baik dari penumpang kapal. Artinya, PTPelindo I selaku pengelola pelabuhan Sri Bayintan,Kijang belum memberikan pelayanan sesuaidengan kebutuhan masyarakat pengguna jasa.

Tabel 2. Pelayanan yang Diterima

Ditinjau dari pelayanan yang diharapkan,penumpang kapal menaruh harapan yang sangattinggi terhadap pelayanan yang seharusnya merekadapatkan. Dilihat dari dimensi daya tanggap,jaminan, empati, dan bukti fisik, nilai setiap dimensiini berada di atas angka 418. Dengan menggunakaninterval kelas, dapat diketahui bahwa pada dimensidaya tanggap (421), jaminan (419), empati (433),dan bukti fisik (433) yang berarti bahwa

penumpang mengharapkan pelayanan yang sangatberkualitas atau sangat baik. Hanya pada dimensikehandalan, penumpang menaruh harapanpelayanan yang akan diterimanya berada padakategori baik karena nilai dimensi ini 411 ataudibawah 418. Namun, rata-rata nilai pelayananyang diharapkan adalah 423. Artinya, secarakeseluruhan penumpang berharap pelayanan yangseharusnya mereka terima adalah pelayanan yangberkualitas sangat baik.

Tabel 3. Pelayanan yang Diharapkan

Grafik 1. mengilustrasikan perbandinganpelayanan yang diterima dengan pelayanan yangdiharapkan pengguna jasa. Berdasarkan grafiktersebut dapat diketahui bahwa terdapat per-bedaan nilai antara pelayanan yang diterima denganpelayanan yang diharapkan. Dilihat dari semuadimensi, seperti kehandalan, daya tanggap,jaminan, empati, dan bukti fisik, data penelitian inimenunjukkan kesenjangan antara pelayanan yangditerima dan pelayanan yang diharapkan. Grafikdi bawah ini menunjukkan bahwa nilai pelayananyang diterima lebih kecil dari pelayanan yangdiharapkan oleh penumpang. Artinya, PT PelindoI selaku operator Pelabuhan Sri Bayintan belummampu memberikan pelayanan sesuai denganharapan dan kebutuhan masyarakat pengguna jasa.

Dimensi Nilai

Kehandalan 249

Daya Tanggap 237

Jaminan 233

Empati 244

Bukti Fisik 243

Mean 241

Dimensi Nilai

Kehandalan 411

Daya Tanggap 421

Jaminan 419

Empati 433

Bukti Fisik 433

Mean 423

JAUH PANGGANG DARI API: KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN JASA PELABUHAN DI INDONESIA

Page 229: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN220

Tabel 4. menggambarkan nilai kesenjanganpelayanan yang diterima dan diharapkan. Berda-sarkan data pada tabel 4 dapat diketahui bahwapada setiap dimensi pelayanan memiliki nilaikesenjangan negatif, bahkan dimensi kehandalanmemiliki nilai kesenjangan sebesar -162 yangberarti bahwa kehandalan pelayanan berada padakategori buruk. Sedangkan rata-rata nilaikesenjangan pelayanan yang diharapkan danditerima yaitu sebesar -182.2 dimana hal inimenunjukkan bahwa kualitas pelayanan yangdiberikan oleh PT Pelindo I adalah kurang baik.Sesuai dengan uji hipotesis penelitian ini, maka H1diterima karena x ES-PS ‘“ 0. Artinya, H1

penelitian ini terbukti bahwa terdapat perbedaanantara pelayanan yang diharapkan denganpelayanan yang diperoleh pelanggan.

Tabel 4. Nilai Kesenjangan

Grafik 1. Perbandingan Pelayanan yang Diterimadan Pelayanan yang Diharapkan

249 237 233 244 243

411 421 419 433 433

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

Kehandalan (reliability)

Daya Tanggap (Responsiveness)

Jaminan (Assurance)

Empati (Empathy)

Bukti Fisik (tangible)

Pelayanan yang Diterima Pelayanan Yang Diharapkan

Catatan: Mean pelayanan yang diterima = 241 & mean pelayanan yang diharapkan= 423

JAUH PANGGANG DARI API: KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN JASA PELABUHAN DI INDONESIA

Page 230: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN221

Dilihat dari nilai rata-rata (mean) kualitaspelayanan terminal penumpang Pelabuhan SriBayintan, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5diketahui bahwa nilai kualitas pelayanan yaitu0.569. Dengan demikian H2 diterima karena Q(kualitas) > 0, artinya penumpang tidak puasdengan dengan pelayanan yang diberikan oleh PTPelindo I selaku pengelola terminal penumpangPelabuhan Sri Bayintan Kijang.

Tabel 5. Kualitas Pelayanan PelabuhanSri Bayintan

Penelitian ini mengkonfirmasi hasil kajianParasuraman, Zeithaml & Berry (1985; 1988)pada organisasi jasa marketing yang menemukanbahwa pelayanan yang diperoleh konsumen tidaksesuai dengan pelayanan yang diharapkan. Hasilpenelitian ini mendukung temuan Widihastuti(2003) yang menemukan bahwa terdapat kesen-jangan antara pelayanan yang diterima denganpelayanan yang diharapkan pada organisasi sosialdi Surakarta. Nilai kesenjangan tersebut adalah –0.657 yang berarti terdapat gap antara pelayananyang diharapkan dan pelayanan yang diper-sepsikan. Penelitian ini juga sejalan dengan temuanHariastuti & Ardiansyah (2013) yang menelitikualitas pelayanan pada terminal penumpang diPelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Hariastuti &Ardiansyah (2013) juga menemukan bahwadimensi pelayanan Pelabuhan Tanjung PerakSurabaya, seperti bentuk fisik, kehandalan, dayatanggap, jaminan, dan empati, semuanya bernilainegatif. Rata-rata nilai kualitas pelayanan terminalpenumpang Pelabuhan Tanjung Perak Surabayaadalah -0.03746. Ini berarti harapan pelangganmasih lebih tinggi dibandingkan dengan pelayananyang diterima.

Temuan penelitian ini berbeda dengan kajian

Soamole (2013) yang membahas tentang kualitaspelayanan di Pelabuhan Regional Sanana. Denganmenganalisis Importance Performance Analysis(IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI),Soamole (2013) menemukan bahwa indekskepuasan rata-rata pengguna jasa PelabuhanRegional Sanana sebesar 54.74 persen atautermasuk dalam kategori cukup. Hasil penelitianini juga berbeda dengan temuan Andhika &Meirinawati (2015) yang menganalisis secarakualitatif kualitas pelayanan jasa terminalpenumpang Gapura Surya Nusantara pada PTPelindo III Cabang Tanjung Perak Surabaya.Andhika & Meirinawati (2015) menyimpulkanbahwa kualitas pelayanan jasa terminal penumpangGapura Surya Nusantara sudah baik dilihat daridimensi kehandalan, ketanggapan, jaminan,empati, dan wujud fisik pelayanan.

PenutupPenelitian ini menemukan bahwa pelayanan

yang diharapkan oleh penumpang kapal diPelabuhan Sri Bayintan tidak sebanding denganpelayanan yang mereka terima. Fakta ini menun-jukkan bahwa pelayanan jasa terminal pelabuhanpenumpang Pelabuhan Sri Bayintan masih belumoptimal atau kurang baik. Penelitian ini mem-buktikan dan mendukung teori Parasuraman,Zeithaml & Berry (1985; 1988) tentang gapkualitas pelayanan yang berpotensi menjadi sumbermasalah dan berpengaruh terhadap kualitaspelayanan jasa. Salah satunya adalah gap antarajasa yang dipersepsikan dan jasa yang diharapkan.Gap ini menyatakan bahwa pelayanan yangdipersepsikan atau diterima oleh konsumen tidakkonsisten dengan pelayanan yang diharapkan.

Dari perspektif teoritik, studi ini memberikansumbangan bagi bidang kajian manajemenpelayanan publik, utamanya pada teori mengenaigap (kesenjangan) pelayanan jasa pelabuhan diIndonesia. Dimana studi mengenai hal ini masihsangat jarang dikaji oleh para peneliti. Namun, studiini memiliki batasan pada jumlah sampel yangcukup kecil, hanya menguji satu variabel yaitukualitas pelayanan, dan hanya menggunakanmetode survei. Studi ini perlu dikembangkan olehpeneliti berikutnya dengan memperluas cakupan

JAUH PANGGANG DARI API: KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN JASA PELABUHAN DI INDONESIA

Page 231: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN222

sampel, menguji kualitas pelayanan denganberbagai variabel lain, seperti kepuasan penum-pang, dan menggunakan metode campuran(kuantitatif dan kualitatif) sehingga hasil pene-litiannya menjadi semakin akurat.

Hasil penelitian ini dapat menjadi rekomendasibagi PT Pelindo I selaku operator Pelabuhan SriBayintan untuk mengembangkan sistem pelayananyang berkualitas dan berorientasi pada kebutuhanmasyarakat pengguna jasa. Dalam rangka

meningkatkan kualitas pelayanan, PT Pelindo Idapat menyederhanakan prosedur pelayanan,memberikan jaminan keamanan dengan caramenambah personel keamanan dan memasangCCTV, menyelesaikan setiap keluhan penumpangdengan cara membuka loket customer service,menambah pendingin ruangan terminal, mem-perbaiki toilet, dan menambah sarana hiburanseperti televisi atau bahan bacaan di dalam terminalpenumpang.

JAUH PANGGANG DARI API: KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN JASA PELABUHAN DI INDONESIA

Page 232: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN223

Abd. Rashid, M. H. 2008. Measuring andAchieving Quality Customer Service: AStudy on Public Sector in Malaysia. Thesisin the Rochester Institute of Technology.

Agus, A., Barker, S. & Kandampully, J. 2007.An Exploratory Study of Service Quality inthe Malaysian Public Service Sector.International Journal of Quality &Reliability Management 24(2): 177-190.

Andhika, S. N. & Meirinawati. 2015. KualitasPelayanan Jasa Terminal Penumpang GapuraSurya Nusantara pada PT Pelindo III(Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya.Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan10(1): 1-20.

Ansah, E. E. 2008. Investigating the Role ofService Interactions in Perceptions ofService Quality: The Case of the GhanaianPublic Sector. Dissertation in GraduateSchool of the State University of NewJersey.

Berry, L. L., Parasuraman, A. & Zeithaml, V. A.1994. Improving Service Quality in America:Lessons Learned. Academy of Mana-gement Executive 8(2): 32-52.

Boyne, G. A. 2002. Public and Private Mana-gement: What’s the Difference?. Journal ofManagement Studies 39(1): 97-122.

Brown, T. J., Churchill Jr., G. A. & Peter, J. P.1993. Improving the Measurement ofService Quality. Journal of Retailing69(1): 127-139.

Brysland, A. & Curry, A. 2001. ServiceImprovements in Public Services UsingSERVQUAL. Managing Service Quality11(6): 389-401.

Clements, M. E. 2001. Local Telephone Quality-of-Service: The Impact of Regulation andCompetition. Dissertation in the GraduateSchool of the Ohio State University.

Crosby, P. B. 1979. Quality is Free: The Art ofMaking Quality Certain. New York: NewAmerican Library.

Curry, A. & Sinclair, E. 2002. Assessing theQuality of Physiotherapy Services Using

SERVQUAL. International Journal ofHealth Care Quality Assurance 15(5):197-205.

Denhardt, R. B. & Denhardt, J. V. 2007. The NewPublic Service: Serving, Not Steering,Expanded Edition. Armonk, NY: M.E.Sharpe.

Dick, A. A. 2007. Market Size, Service Qualityand Competition in Banking. Journal ofMoney, Credit and Banking 39(1): 49-81.

Donnelly, M. et. al. 1995. Measuring ServiceQuality in Local Government: TheSERVQUAL Approach. InternationalJournal of Public Sector Management8(7): 15-20.

Ferlie, E. et. al. 1996. New Public Managementin Action. Oxford: Oxford University Press.

Ferlie, E. B. & Shortell, S. M. 2001. Improvingthe Quality of Health Care in the UnitedKingdom and the United States: AFramework for Change. The MilbankQuarterly 79(2): 281-315.

Garvin, D. A. 1983. Quality on the Line. HarvardBusiness Review 61(5): 65-73.

Giannoccaro, R. et. al. 2008. Measuring CitizenSatisfaction with Aspects of Public Servicesfrom a Local Authority and DeterminingTheir Importance: A Case Study. PublicOrganization Review 8(1): 1-15.

Grönroos, C. 1983. Innovative MarketingStrategies and Organization Structure forService Firms in L. L. Berry, L. Shostack& G. D. Upah (Eds). EmergingPerspectives on Service Marketing.Chicago, IL: American MarketingAssociation.

Grönroos, C. 1984. A Service Quality Model andits Marketing Implications. EuropeanJournal of Marketing 18(4): 36-44.

Grönroos, C. 2006. Adopting a Service Logic forMarketing. Marketing Theory 6(3): 317-333.

Hariastuti, N. L. P. & Ardiansyah, D. R. 2013.Peningkatan Kualitas Layanan kepadaPelanggan di Terminal Penumpang

Daftar Kepustakaan

JAUH PANGGANG DARI API: KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN JASA PELABUHAN DI INDONESIA

Page 233: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN224

Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. JurnalIlmiah Teknik Industri 12(2): 192-200.

Hartley, J. & Skelcher, C. 2008. The Agenda forPublic Service Improvement in J. Hartley,et. al. (Eds) Managing to Improve PublicServices. Cambridge: CambridgeUniversity Press.

Jakka, A. A. 2004. Client-Quality Dimensions:Empirical Evidence from the Public Sectorof the United Arab Emirates. PublicOrganization Review 4(3): 239-257.

Kettl, D. F. 2000. The Global PublicManagement Revolution. Washington DC:Brookings Institution.

Kim, Y. 2003. Measuring and Assessing InternetService Quality at Public Libraries.Dissertation in the University of Wisconsin-Madison.

Lachman, R. 1985. Public and Private SectorDifferences: CEO’s Perceptions of TheirRole Environments. Academy ofManagement Journal 28(3): 671-680.

Malhotra, N. K. et. al. 2005. Dimensions ofService Quality in Developed andDeveloping Economies: Multi-countryCross-cultural Comparisons. InternationalMarketing Review 22(3): 256-278.

McKoy, D. V. 2004. The New PublicManagement in Jamaica: ExecutiveAgencies and Service Quality Delivery inPublic Sector Reforms. Dissertation in theNova Southeastern University.

Moulton, S. & Wise, C. 2010. Shifting Boundariesbetween Public and Private Sectors:Implication from the Economic Crisis.Public Administration Review 70(3): 349-360.

Murray, M. A. 1975. Comparing Public andPrivate Management: An Exploratory Essay.Public Administration Review 35(4): 364-371.

Najjar, L. & Bishu, R. R. 2006. Service Quality:A Case Study of a Bank. QualityManagement Journal 13(3): 35-44.

Orwig, R. A., Pearson, J. & Cochran, D. 1997.An Empirical Investigation into the Validityof SERVQUAL in the Public Sector. Public

Administration Quarterly 21(1): 54-68.Osborne, D. & Gaebler, T. 1992. Reinventing

Government: How the EntrepreneurialSpirit is Transforming the Public Sector.Reading, MA: Addison-Wesley.

Osborne, D. & Plastrik, P. 1997. BanishingBureaucracy: The Five Strategies forReinventing Government. Reading, MA:Addison-Wesley.

Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Berry, L. L.1985. A Conceptual Model of ServiceQuality and Its Implications for FutureResearch. Journal of Marketing 49(4):41-50.

Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Berry, L. L.1988. SERVQUAL: A Multiple-Item Scalefor Measuring Consumer Perceptions ofService Quality. Journal of Retailing64(1): 12-40.

Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Berry, L. L.1991. Refinement and Reassessment of theSERVQUAL Scale. Journal of Retailing67(4): 420-450.

Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Berry, L. L.1993. More on Improving Service QualityMeasurement. Journal of Retailing 69(1):140-147.

Perez, M. S. et. al. 2007. Effects of ServiceQuality Dimensions on BehaviouralPurchase Intentions: A Study in Public-Sector Transport. Managing ServiceQuality 17(2): 134-151.

Pinar, M. & Eser, Z. 2008. Examining the BankService Quality from Personnel Point ofView: The Comparisons of State, Privateand Foreign Banks in Turkey. BusinessReview 10(2): 27-33.

Rainey, H. G. & Bozeman, B. 2000. ComparingPublic and Private Organizations: EmpiricalResearch and the Power of the A Priori.Journal of Public AdministrationResearch and Theory 10(2): 447-469.

Rainey, H. G., Backoff, R. W. & Levine, C. H.1976. Comparing Public and PrivateOrganizations. Public AdministrationReview 36(2): 233-244.

Rhee, Seung-Kyu & Rha, June-Young. 2009.

JAUH PANGGANG DARI API: KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN JASA PELABUHAN DI INDONESIA

Page 234: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN225

Public Service Quality and CustomerSatisfaction: Exploring the Attributes ofService Quality in the Public Sector. ServiceIndustries Journal 29(11): 1491-1512.

Rowley, J. 1998. Quality Measurement in thePublic Sector: Some Perspectives from theService Quality Literature. Total QualityManagement 9(2-3): 321-333.

Shah, A. (Ed). 2005. Public Services Delivery.Washington DC: The World Bank.

Soamole, B. & Susanto, B. 2013. Analisis PersepsiPenumpang terhadap Kualitas PelayananAngkutan Laut di Pelabuhan RegionalSanana Kab. Kepulauan Sula, PropinsiMaluku Utara. Jurnal Teknik Sipil 12(3):202-209.

Taylor, F. W. 1923. Scientific Management.New York: Harper and Row.

Tejada, J. J. & Punzalan, J. R. B. 2012. On theMisuse of Slovin’s Formula. The PhilippineStatistician 61(1): 129-136.

White, L. D. 1926. Introduction to the Study ofPublic Administration. New York:Macmillan.

Widihastuti, I. 2003. Evaluasi Kualitas PelayananOrganisasi Sosial dengan PenerapanMetode SERVQUAL di Kota Surakarta:Studi pada Organisasi Sosial yangMemberikan Pelayanan Kesejahteraan

Sosial. Tesis pada Program PascasarjanaUniversitas Diponegoro.

Willoughby, W. F. 1927. Principles of PublicAdministration. Baltimore: Johns HopkinsUniversity Press.

Wisniewski, M. 2001. Using SERVQUAL toAssess Customer Satisfaction with PublicSector Services. Managing ServiceQuality 11(6): 380-388.

Wisniewski, M. & Donnelly, M. 1996. MeasuringService Quality in the Public Sector: ThePotential for SERVQUAL. Total QualityManagement 7(4): 357-366.

Yousapronpaiboon, K. 2000. An EmpiricalInvestigation of Service Quality Indicatorsof Foreign Versus Thai Bank Customers inthe Thai Banking Industry. Dissertation inNova Southeastern University.

Yudiatmaja, W. E. 2011. Dinamika AdministrasiNegara Kontemporer: Konsep dan Isu.Yogyakarta: Capiya.

Zeithaml, V. A. 2002. Service Excellence inElectronic Channels. Managing ServiceQuality 12(3): 135-138.

Zeithaml, V. A., Parasuraman, A. & Berry, L. L.1990. Delivering Quality Service:Balancing Customer Perceptions andExpectations. New York: The Free Press.

JAUH PANGGANG DARI API: KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN JASA PELABUHAN DI INDONESIA

Page 235: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN226

PERANAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENJAGAKEDAULATAN DAN KEARIFAN LAUT

Oleh :Rachmad Safa’at dan Dwi Yono1

Fakultas Hukum Universitas BrawijayaJl. MT. Haryono 69 Malang

1. PendahuluanLaut yang mengelilingi wilayah daratan

Indonesia mempunyai banyak potensi kekayaansumber daya alam, dari ikan hingga minyak bumi,

sehingga menjadikan berharganya lautan, potensihasil tangkap ikan di laut pun jumlahnya sangatbesar, bahkan bisa mencapai kerugian hingga Rp.3.000 Triliyun2 yang hanya berasal dari penang-

1 Penulis Pertama adalah Dosen Fakultas Hukum Univesitas Brawijaya, yang juga sebagai Dekan FH UB, penulis keduaadalah Mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, korespondensi melalu [email protected]

2 “Kerugian Akbibat Illegal Fishing mencapai Rp. 3.000 Trillyun” dalam kompas online, diakses pada 5 Septermber 2016<http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/06/23/123334126/Menteri.Susi.Kerugian.Akibat.Illegal.Fishing.Capai.Rp.3.000.Triliun>

AbstractThe existence of indigenous peoples in coastal areas have a significant role inmaintaining environmental wisdom and also the territorial sovereignty of theState, the existence of indigenous peoples in Indonesia existence much earlierthan the existence of the State of Indonesia itself, but its existence has not yetbeen fully recognized by the constitution. The Constitution gives limitedrecognition will be the enactment of customary law in Indonesia, indigenouspeoples have a role in maintaining the sovereignty of the State’s existingcommunity-related border regions, so that should receive attention by the Statein their daily lives. Justice needs to be obtained indigenous peoples so thatsocial justice can be realized for the prosperity and integrity of the nation ofIndonesia. In this study aims to see the realization of social justice for indigenouspeoples, with a normative legal research methods with the philosophicalapproach to analyze this paper uses theory social justice according to Islam, toexplore the values of justice of Islam in the life of the nation. In this studysuggest that the State is still neglected in the fulfillment of social justice ofindigenous peoples in Indonesia related to the existence and role of indigenouspeoples in maintaining the ecological balance and the sovereignty of the nationon the state border. Government ignorant of this has profound implications forthe sovereignty of the territory will lead Indonesia annexed the territory ofother countries.

Keywords: Pancasila, Local Wisdom, Social Justice, Indigenous People

Page 236: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN227

kapan ikan secara illegal, kerugian yang mencapaiangka di atas jumlah Aanggaran Pendapatan danBelanjan Negara (APBN) 2016 menunjukansector perikanan mempunyai hasil yang cukupbesar, belum lagi dari sector lainnya.

Wilayah Indonesia yang luas lautannya lebihluas dari pada daratannya, dan terdiri dari pulau-pulau maka menjadikan Indonesia sebagai Negarakepualauan yang jumlahnya mencapai 13.000pulau besar dan kecil, Indonesia dengan luas total7.827.087 Km2 merupakan zamrud khatulistiwakarena faktor kekayaan sumber daya alam yangberlimpah, khususnya di wilayah laut dan pesisiryang luasnya mencapai ¾ wilayah Indonesia (5,8juta Km2 ). Secara fisik, kekayaan tersebut dapatdilihat dari jumlah pulaunya 17.504 pulau yangmerupakan yang terbanyak di dunia. Panjang garispantai 81.000 Km merupakan terpanjang keduadi dunia setelah Kanada. Luas wilayah perairan5,8 juta Km2 tersebut, terdiri dari Zona EkonomiEkslusif 2,7 juta Km2, perairan kepulauan 2,8 jutaKm2, dan Wilayah laut 0,3 juta Km2.3

Potensi yang cukup banyak ini tidak terkeloladengan maksimal dan pengelolaannya pun denganteknologi modern yang menjadikan terjadinyakerukan lingkungan dan ekosistem, pengelolaansecara modern pun tidak memberikan keadilan bagimasyarakat tradisional dan masyarakat adat yanghidup di daerah sekitar perairan maupun di pulau-pulau kecil yang ada di wilayah Indonesia,Sehingga kepualaun Indonesia atau wilayahIndonesia atas kekayaannya di di atas, permukaanmaupun di dalam adalah menjadi milk Indonesiadan kawasan pesisir yang mengitari Indonesiamengandung potensi ekonomi (pembangun dankesejahteraan) yang sangat besar dan beraneka-ragam. Kondisi geografis ini dilngkapi dengan letakIndonesia pada posisi geopolitis yang strategisyakni lautan Pasific dan Lautan Hindia yangmerupakan kawasan paling dinamis dalam aruspercaturan politik, pertahanan, dan keamanandunia, selain itu keberadaan hasil laut yang begitubesar karena ekosistem yang bagus menjadikankekayaan laut Indonesia menjadi luar biasa untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Kondisigeo-ekonomi dan geo-politik tersebut menjadikansektor kelautan sebagai sektor penting dalamPembangunan nasional.

Kekayaan sumber daya alam yang cukup besarkarena didukung oleh adanya ekosistem yangsaling mempengaruhi, meliputi terumbu karang,padang laut (sea grass), rumput laut (sea weeds)dan hutan bakau (mangrove). Sumber daya hayatilaut pada kawasan ini memiliki potensi keragamandan nilai ekonomis yang tinggi seperti kerapu,napoleon, ikan hias, kuda laut, kerang mutiara,kima raksasa (tridacna gigas) dan teripang.

Kekayaan laut di Indonesia yang sangatberlimpah ini menjadikan komoditas yang dilihatdari sudut pandang ekonomi adalah sangatmenguntungkan untuk dikelola, baik yang ada dipesisir ataupun di dalam laut. Pengelolaan untukmengeksplorasi hasil sumber daya laut ini berubahmenjadi eksploitasi ketika dilakukan secara besar-besaran dan tidak terkontrol.

Dalam memanfaatkan dan mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan perlu diperhatikandaya dukung dan kemampuan asimilasi wilayahlaut, pesisir dan daratan dalam hubungan ekologis,ekonomis dan sosial. Kesinambungan ketersediaansumber daya ini merupakan kunci dalam peman-faatan dan pengelolan sumber daya keluatan danperikanan.

Ekspolrasi dalam mengambil hasil sumber dayalaut yang ada sejak masa lampau memperhatikankeberadaan ekosistem dan lingkungan dandilakukan juga untuk mendapatkan keuntungan,yang mengambilnya dengan melakukan cara-carayang ramah lingkungan dan dengan cara tertentuatau dikenal sebagai kearifan lokal. Namun denganperkembangan jaman dan orientasi ekonomi,eksplorasi laut dilakukan secara besar-besarantanpa memperhatikan lingkungan.

Cara eksplorasi ini juga meminggirkan masya-rakat adat dalam mengelola dan mengambil hasillaut serta hak-hak masyarakat adat, sehinggamasyarakat adat yang adanya jauh lebih duluterpinggirkan oleh perkembangan jaman. Kebera-

PERANAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENJAGA KEDAULATAN DAN KEARIFAN LAUT

3 Fredy Numbery dalam Ruchyat Deni, Bahari Nusantara Untuk Kesejahteraan Masyarakat dan Ketahanan Nasional, TheMedia of Social nd Cultural Communication (MSCC), Jakarta, 2009, hlm.3

Page 237: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN228

daan bangsa Indonesia sebagai negara maritim dannenek moyang pelaut kini mulai tergerus.

Keberadaan masyarakat pesisir dan jugakerajaan yang berkembang dengan kebuda-yaannya dalam hal ini pengelolaan laut harus diakuiadanya, demikian juga dengan masyarakat adatyang ada. Keberadaan yang sudah ada tersebutmempunyai teknik dan cara yang ramah dalammelestarikan lingkungan dengan hukum yangbrkembang pada masing-masing kerajaan di pesisirdan masyarakat adat di pesisir.

Keberadaan kerajaan yang ada di nusantaradapat kita lihat dan pelajari dari manuskrip, prasastiataupun yang masih terlihat eksistensinya.Keberadaan kerajaan-kerajaan di Nusantara,terlihat eksistensinya dari masa kekuasaanya diNusantara yang mencapai ratusan tahun, bahkanada yang mencapa seribu tahun atau satu millenium,yaitu Kerajaan Sriwijaya (abad IV-1406 M).4

Selain keberadaan masyarakat kerajaannusantara, keberadaan masyarakat adat merupa-kan bagian yang tidak dapat terpisahkan darikebaradaan bangsa Indonesia, kebaradaanmasyarakat adat yang masih tumbuh dan berkem-bang pada masyarakat Indonesia merupakancatatan tersendiri dalam bangsa Indonesia.

Hukum yang kebaradaannya tumbuh, terciptaoleh masyarakat atau kelompok masyarakat itusendiri untuk mengatur dan menciptakan tertibmasyarakat atau sistem dalam masyarakat itusendiri, sehingga tercipta tatanan yang baik danterjaga dalam menjalankan aktivitas sehari-hari,baik antar individu maupun dengan alam yangselaras dan harmonis.

Nyoman Nurjaya Guru Besar Ilmu HukumFakultas Hukum Brawijaya dalam Sekapur sirih,dalam Rekonstruksi Politik Hukum Pangan DariKetahanan Pangan ke Kedaulatan Pangan,menuliskan bahwa Temuan dari studi-studiantropologis mengenai kehidupan masyarakat asli(indigeneous people) di Asia, yang dalam konteks

Indonesia disebut masyarakat adat (adatcommunities), membukatikan bahwa masyarakatasli memiliki kapasitas budaya (cultural capacity)untuk membangun dan memajukan dirinya sendiri,tanpa perlu banyak diintervensi oleh pemerintahsuatu negara. Secara spesifik dalam pengelolaansumber daya alam dan lingkungan hidup, merekatelah memiliki modal budaya (cultural capital),seperti sistem pengetahuan dan teknologi, sistemekonomi, organisasi sosial sistem religi, adat istiadatdan tradisi –termasuk pranata hukum rakyat (folklaw/customary law) yang mencerminkan kearifanlingkungan (ecological wisdom) masyarakat asli.5

Kebaradaan adat tersebut merupakan hukum,yang kemudian hingga saat ini disebut dan diberitambahan hukum di depan adat, sehingga menjadihukum adat dalam penyebutannya. Dikenal ataudisebut sebagai hukum adat kali pertama inidilakukan oleh Snouck Hurgronje, orang pertamayang menggunakan istilah adatrecht, untukmenunjukkan adat die rechtsgevolgen hebben(adat yang memiliki akibat hukum) yang berbedaadat dan kebiasaan. Hal ini dikemukakan dalamDe Atjehers jilid I, halaman 16, 357, 386 danjilid II halaman 304.6 sehingga dalam kehidupankita sehari-hari mengenal hukum adat dan adatyang pada dasarnya adalah satu hal yang sama.

Pada masa perjalanan sejarah pemerintahHindia Belanda di Indonesia terdapat dualismehukum yang menyangkut Hukum Agraria barat,dan di pihak lain berlaku hukum Agraria Adat.7Baik yang tertulis maupun tidak tertulis, dalamsejarah kerajaan yang pernah ada di Indonesia,terdapat kerajaan Majapahit yang terekam dalamsuatu kitab yang berjudul Negarakrtagama, telahmenunjukkan hukum “negara” pada masa itu sudahtertulis, hal ini dapat kita kaji dalam KitabNegarakretagama pada pupuh LXXIII memberi-tahukan, bahwa dalam soal pengadilan DyahHayam Wuruk Sri Rajasanagara tidak bertindakserampangan, tetapi mengikuti undang-undang,

PERANAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENJAGA KEDAULATAN DAN KEARIFAN LAUT

4 H. Max Mulyadi Supangkat, Cakrawala Indonesia, Restu Agung, Jakarta , 2005, hlm. 149. Lihat M. Yamin, TatanegaraMajapahit, Yayasan Prapanca, Djakarta, 1962, hlm 226

5 Rachmat Syafaat, Rekonstruksi Politik Hukum Pangan Dari Ketahanan Pangan Ke Kedaulatan Pangan, UB Press,Malang, 2013, hlm. xxxiii

6 Dewi Wulandari, Hukum Adat Indonesia Suatu Pengantar, PT. Refika Aditama, Bandung, 2009, hlm. 1647 Muchsin, Imam Koeswahyono, Soimin, Hukum Agraria Indonesia Dalam Perspektif Sejarah, PT. Refika Aditama, Bandung,

2010, hlm. 13

Page 238: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN229

sehingga adil segala keputusan yang diambilnya,membuat puas para pihak.8

Keberadaan adat atau hukum adat ini lahbanyak menarik masyarakat barat untuk meneliti-nya, baik digunakan untuk ilmu pengetahuanataupun cela untuk masuk menjajah wilayah diIndonesia di masa itu, sehingga banyak orang-orang Belanda yang datang untuk menggali tentangkeberadaan masyarakat adat tertuang dalam Pasal18B Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) yangkeberadaannya setelah adanya perubahan kedua,yang dalam pasal tersebut disebutkan negaramengakui dan menghormati kesatuan-kesatuanmasyarakat hukum adat beserta hak-haktradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuaidengan perkembangan masyarakat.

Keberadaan masyarakat adat dan kerajaanyang ada di Indonesia adalah dinamika yangmenarik dalam sistem ketatanegaraan Indonesia,keberadaan yang telah diperdebatkan dalampembahasan BPUPKI dalam menyiapkan kemer-dekaan dan pembuatan konstitusi negara Indonesiayang merdeka, sehingga mempengaruhi perde-batan bentuk negara.

Keberadaan masyarakat adat ini menunjukkanbahwa dengan segala kemampuannya melestari-kan ekosistemnya layk dipertahankan dandilestarikan dan dijaga agar tidak menjadi musnahakibat perkembangan jaman dan arus modernisasi,sehingga perlu kita melihat bagaimana masyarakatadat perlu diakui dalam pengelolaan sumber dayapesisir dan kelautan. Untuk itu dalam tulisan iniyang akan menjadi pembahasan adalah Bagai-mana peranan masyarkat adat dalam penge-lolaan sumber daya pesisir dan kedudukan-nyadalam perundang-undangan yang berlaku?.

2. Metode PenelitianTulisan ini adalah berasal dari penelitian hukum

normatif yang menganalisa dari data hukum untukdianalisa dan dijabarkan dalam tulisan ini. Jenispenelitian dan pendekatan yang yang digunakandalam penelitian ini ialah yuridis normatif.

Penelitian secara yuridis ialah penelitian yang akanmenjadikan hukum sebagai dasar untuk meng-analisis. Pada penelitian ini, penulis menggunakankeberadaan masyarakat hukum adat dalam negaradan peraturan yang terkait untuk menjaminkeberadaan masyarakat hukum adat yangdikaitkan dengan peraturan perundang-undangannasional dan Konstitusi Negara Republik Indo-nesia. Sedangkan penelitian secara normatif,menurut Soerjono Soekanto, Penelitian hukumnormatif adalah penelitian yang dilakukan denganmeneliti bahan pustaka dan bahan hukum.9

Sehingga penelitian ini mengarah kepada normadasar yang diberi bentuk konkret dalam norma-norma yang ditentukan dalam bidang-bidangtertentu.

Metode pendekatan yang digunakan dalampenelitian ini adalah pendekatan perundang -undangan (statute approach), dan pendekatanhistoris (Historical Approach). Pendekatanperundang - undangan (statute approach)dilakukan dengan menelaah semua regulasi atauperaturan perundang - undangan yang terkaitdengan isu hukum yang diteliti.10 PendekatanHistoris (Historical Approach) ini membantupeneliti untuk memahami filosofi aturan dari waktuke waktu dan untuk dapat memahami perubahan danperkembangan filosofi yang melandasi aturan tersebut.

3. Kajian Teori dan PustakaDalam suatu penulisan diperlukan pisau yang

mengalisa permasalahan sehingga dapat dikupasdalam pembahasan untuk menemukan jawabandari permasalahan yang telah dirumuskan dalamrumusan masalah, dalam penelitian ini, teori yangdigunakan adalah teori Negara hukum dankeadilan sosial.

Dalam suatu negara keberadaan hukummerupakan salah satu instrumen yang diperlukandalam suatu negara, negara yang berdasarkanhukum sebagai instrumen perlindungan daninstrumen dalam memberikan keadilan bagimasyarakatnya. Secara embriotik, gagasan dankonsep negara hukum telah dikemukakan oleh

PERANAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENJAGA KEDAULATAN DAN KEARIFAN LAUT

8 Slametmulyana, Nagarakretagama dan tafsir Sejarah, Bhratara karya Aksara, Jakarta, 1979, hlm . 1829 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers, Jakarta, 1985, hlm. 181 0 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta 2005, hlm. 95

Page 239: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN230

Plato, dalam tulisannya yang diberi judul Nomoiyang dibuat diusia senjanya. Dalam tulisanpertamanya, Politeia dan Politicos belummemunculkan konsep atau gagasan “negarahukum”. Dalam Nomoi Plato mengemukakanbahwa penyelenggaraan negara yang baikdidasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik.11

Pemikiran tentang negara telah pula diletakkandasar-dasarnya oleh seorang pemikir Islam, yaituIbnu Khaldun, yang pemikiran dan otoritasnyadikenal dan terkenal di kalangan para sarjanaBarat.12 Ibnu Khaldun telah menentukan suatutipologi negara dengan menggunakan tolak ukurkekuasaan. Pada dasarnya menggambarkankeberadaan manusia, yaitu keberadaan alamiahdan keadaan peradaban.13 Dalam keadaan terakhirinilah manusia mengenal negara hukum.

Negara hukum yang sudah dikenal oleh umatIslam dalam bernegara merupakan dasar untukmenjalankan syariat Islam dan kehidupanbernegara yang tertib aman, dan nyaman sehinggaberjalan suatu tertib pemerintahan dan bernegara.Dimana prinsip-prinsip umum yang dimililiki olehnomokrasi Islam adalah sebgai berikut:a. Prinsip kekuasaan sebagai amanahb. Prinsip Musyawarah (musyawarat)c. Prinsip keadiland. Prinsip Persamaane. Prinsip pengakuan dan perlindungan setiap

hak-hak asasi manusiaf. Prinsip peradilan bebasg. Prinsip perdamaianh. Prinsip Kesejahteraani. Prinsip ketaatan rakyat14

Pemikiran negara hukum di barat dimulai sejakPlato dengan konsepnya “bahwa penyelenggaraannegara yang baik ialah dengan berdasarkanpengaturan (hukum) yang baik dengan istilahNomoi”. Kemudian ide tentang negara hukum atau

rechsstaat mulai populer kembali pada abad ke-17 sebagai akibat dari situasi sosial politik di Eropayang didominir oleh absloutisme.

Dua orang sarjana Barat yang berjasadalampemikiran negara hukum yaitu Immanuel Kant danFriderich Julius Stahl telah menggunakan buahpikiran mereka. Kant memahami negara hukumsebagai Nachtwaker staat atau Nachtwachter-staat (negara penjaga malam) yang tugasnyamenjamin ketertiban dan keamanan masyarakat.Gagasan negara hukum menurut konsep Kant inidinamakan negera hukum liberal.15

Dalam kosepsi Negra hukum menurut Stahltentang negara hukum ditandai oleh empat unsurpokok, yaitu (1) pengakuan dan perlindunganterhadap hak-hak asasi manusia; (2) Negaradidasarkan pada teori trias politica; (3)pemerintahan berdasarkan perundang-undangan(wetmatig bestuur); (4) ada peradilan administrasinegara yang bertugas menangani kasus perbuatanmelanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatigeoverheidsdaad). Gagasan negara hukum berasaldari Stahl ini dinamakan negara hukum formil,karena lebih menekankan pada suatu pemerintahanyang berdasarkan undang-undang.16

Sedangkan menurut Scheltema, unsur-unsurnegara rechstaat adalah (1) Kepastian Hukum;(2) persamaan; (3) demokrasi; dan (4) pemerin-tahan yang melayani kepentingan umum.17

Di dalam penjelasan UUD 1945 disebutkanbahwa “Indonesia ialah negara berdasar atashukum (rechtsstaat) dan negara Indonesiaberdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidakberdasarkan atas kekuasaan belaka (machts-staat). Dari penjelasan tersebut muncul kata atauistilah “rechtsstaat” sehingga menimbulkanpertanyaan Indonesia negara hukum yang sepertiapa? Identik dengan mana bentuk dari negarahukum Indonesia.

PERANAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENJAGA KEDAULATAN DAN KEARIFAN LAUT

1 1 Tahir Azhary, Negara Hukum, Jakarta, Bulan Bintang, 1992, hlm. 661 2 Baca Muhammad Thahir Azhari, Op.,Cit.,hlm 841 3 Muhammad Tahir Azahari mengutip S. Ahmed Waqar Husaini, Sistem Pembinaan Masyarakat Islam, Ibid., hlm.851 4 Ibid.,1 5 Sudargo Gautama, Pengertian Tentang Negara Hukum, Alumni, Bandung, 1973, hlm.71 6 Ibid., hlm. 131 7 Lihat Mohammad Tahir Azhary, Op., Cit., hlm. 90 mengutip M. Scheltema, De Rechstaat dalam J.WM.Engels, et.al., De

Rechstaat Herdaacht, W.E.J. Tjeenk Willink-Zwole, 1989, hlm 15-22

Page 240: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN231

Oemar Senoadji berpoendapat bahwa negaraHukum Indonesia memiliki ciri-ciri khas Indonesia.Karena Pancasila harus diangkat sebagai dasardan pokok sumber hukum, maka Negara HukumIndonesia pula dapat dinamakan Negara HukumPancasila. Salah satu ciri pokok Negara HukumPancasila ialah adanya jaminan terhadap freedomof relogion atau kebebasan beragama.18

Padmo Wahyono menelaah Negara HukumPancasila dengan bertitik pangkal dari asaskekeluargan yang tercantum dalam UUD 1945.Dalam asas kekeluargaan maka yang diutamakanadalah “rakyat banyak, namun harkat dan martabatmanusia tetap dihargai”. Pasal 33 UUD 1945mencerminkan secara khas asas kekeluargaan ini,dalam pasal ini ada suatu penjelasan bahwa yangpenting ialah kemakmuran masyarakat dan bukankemakmuran orang seorang, namun orang seorangsejauh tidak mengenai hajat hidup orang banyak.Maka konsep negara hukum Pancasila harus dilihatdari sudut asas kekeluargan itu. Untuk dapatmemahami bagaimana konsep Negra HukumPancasila, perlu ditelaah bagaimana KonsepNegara Hukum Pancasila, perlu ditelaah bagai-mana pengertian negara dan pengertian hukumdilihat dari segi asas kekeluargaan itu. PadmoWahyono memahami hukum adalah suatu alat atauwahana untuk menyelenggarakan kehidupannegara atau ketertiban, dan menyelenggarakankesejahteraan sosial. Pengertian ini tercermin darirumusan penjelasan UUD 1945 yang berbunyi:19

“Undang-undang dasar hanya me-muat aturan-aturan pokok, hanyamemuat garis-garis besar sebagai ins-truksi kepada Pemerintah Pusat dan lain-lain penyelenggaraan negara untukmenjalankan penyelenggaran kehidupannegara, kesejahteraan sosial”

Dengan demikian hukum adalah wahana untukmencapai keadaan yang “Tata Tentrem KertaRaharja” dan bukan hanya sekedar untuk

kamtibmas (rust en orde) saja. Kecuali itu, Padmomenjelaskan juga bahwa dalam UUD 1945terdapat suatu penjelasan bahwa Bangsa Indonesiajuga mengakui kehadiran atau eksistensi hukumtidak tertulis selain hukum yang tertulis. Sehu-bungan dengan fungsi hukum, Padmo menegaskanada tiga fungsi hukum dilihat dari “cara pandangberdasarkan atas asas kekeluargaan” yaitu: (1)menegakkan demokrasi sesuai dengan rumusantujuh pokok sistem pemerintahan negara dalampenjelasan UUD 1945; (2) mewujudkan keadilansosial sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945, dan(3) menegakkan peri kemanusiaan yang dida-sarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa dandilaksanakan secara adil dan beradab. PadmoWahyono menamakan fungsi Hukum Indonesiaadalah suatu pengayoman, karena itu berbedadengan cara pandang liberal yang melambangkanhukum sebagai Dewi Yustitia yang memegangpedang dan timbangan dengan mata tertutup,sehingga memperlihatkan suatu citra bahwakeadilan yang tertinggi ialah suatu ketidakadilanyang paling besar. Hukum Indonesia dilambangkanoleh “pohon pengayoman”.20

Penggunaan Teori Keadilan Sosial menurutIslam dari Sayid Qutb dipilih dari beberapa teorikeadilan lainnya, didasari dari firman Allah dalamAl Quran yang artinya :

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itupergi semuanya (ke medan perang).Mengapa tidak pergi dari tiap-tiapgolongan di antara mereka beberapaorang untuk memperdalam pengetahuanmereka tentang agama dan untuk mem-beri peringatan kepada kaumnya apabilamereka telah kembali kepadanya, supayamereka itu dapat menjaga dirinya.”21

Dalam konsep ataupun teori keadilan sosialpenulis menggunakan teori yang berasal dari tokohIslam sehingga menggunakan analisis pendekatankeadilan sosial menurut Islam, dalam hal ini

PERANAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENJAGA KEDAULATAN DAN KEARIFAN LAUT

1 8 Oemar Senoadji, Op., Cit., hlm. 351 9 Padmo Wahyono, Membudayakan Undang-Undang Dasar 1945, Penerbit Ind. Hill., Jakarta, 1990, hlm. 352 0 Ibid., hlm. 5-62 1 Lihat QS. At Taubah ayat 122

Page 241: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN232

menggunakan teori keadilan Sosial dari SayyidQutb22 yang dimuat dalam kitabnya yang berjudulAl-‘Adalah al-Ijtima’iyyah fi’l-Islam (Ke-adilan Sosial dalam Islam) melalui buku yang telahdialih bahasakan yang berjudul Keadilan Sosialdalam Islam.

Keadilan sosial yang dimaksud dalam tesis iniadalah keadilan yang berlaku untuk masyarakat,sosial dalam artian kehidupan, kehidupan yangtelah ada untuk diberikan keadilan sesuai keadaanyang ada.

Sayyid Qutb berpandangan bawah keadilnsosial yang dipelopori Barat adalah berdasarkanpemikiran yang sekuler, yang menempatkan agamauntuk pendidikan dalam “penyucian” jiwa bagipemeluknya, dan hukum yang diciptakan yangsifatnya sementara dan sekular sebagai penatamasyarakat dan mengkoordinasikan kehidupan.Sedangkan dalam Islam tidak demikian, menurutQutb:

“...kita tidak mempunyai dasar untukmengukuhkan permusuhan antara Islamdan perjuangan untuk keadilan sosial,seperti permusuhan yang ada antaraKristen dan Komunisme. Karena Islamtelah menyiapkan prinsip-prinsip dasarkeadilan sosial dan mengukuhkan klaimorang miskin pada kekayaan orangkaya; ia menyediakan prinsip keadilanbagi kekuasaan dan uang, sehingga tidakada perlunya untuk membius pemikiranmanusia dan mengajak mereka untukmeninggalkan hak-hak bumi merekauntuk tujuan harapan mereka di akhirat.(Al-Adalah).23

Penulis mengambil teori keadilan sosial menurutIslam karena dalam melakukan pendekatankeadilan sosial menurut Islam mempunyai karakterkhusus, yaitu kesatuan yang harmoni. Islammemandang manusia sebagai kesatuan harmoni

dari sebagaian dari harmoni yang lebih luas darialam raya di bawa arahan penciptaanNya.Keadilan menurut Islam menyeimbangkankapasitas dan keterbatasan manusia, individu,kelompok, masalah ekonomi dan spiritual danvariasi-variasi dalam kemampuan individu. Iaberpihak pada kesamaan kesempatan danmendorong kompetisi. Ia menjamin kehidupanminimum bagi setiap orang dan menentangkemewahan, tetapi tidak mengaharapkan ke-samaan kekayaan.24

Berbeda dengan pendekatan keadilan menurutpara pemikir barat Jown Rawl dalam bukunya ATheory of Justice yang dalam buku terjemahandalam Bahasa Indonesia adalah Teori Keadilanyang berpendapat bahwa prinsip keadilan adalahbertolak dari dua hal yakin prinsip kebebasan danprinsip ketidaksamaan sosial. Dimana prinsipkebebasan menyatakan bahwa setiap orangmempunyai kebebasan terbesar, sebesar kebe-basan yang sama bagi semua orang, sepanjang iatidak menyakiti orang lain. Prinsip kedua adalahkeadilan ketidaksamaan sosial dan ekonomi meskidiatur sedemikian rupa sehingga dapat diharapkanmemberi keuntungan semua orang dan semuaposisi dan jabatan terbuka bagi semua orang.25

4. PembahasanPeranan masyarakat adat dalam pengelolaan

sumber daya pesisir dan kelautan juga mempunyaiperan dalam menjaga kedaulatan, kedaulatan dankejayaan lautan khususnya yang berbatasanlangsung dengan wlayah Negara lainnya. Perananmasyakarat adat mempunyai peranan yang penting,di luar peranan Negara.

Pembangunan Indonesia yang merupakantujuan dari adanya negara ini adalah memakmurkandan mensejahterakan rakyatnya, sehingga mutlakdiperlukan. Akan tetapi pembangunan yang adaterkadang justru tidak memihak terhadapkemakmuran dan kesejahteraan rakyat itu sendiri.

PERANAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENJAGA KEDAULATAN DAN KEARIFAN LAUT

2 2 Dalam beberapa literatir, ada yang menuliskan namanya dengan Sayyid Quthub.2 3 Taufiq Rahman, dalam tulisannya Teori Keadilan Sayyid Qutb diakses <http://insistnet.com/teori-keadilan-sosial-sayyid-

qutb/>2 4 Ibid.,2 5 Baca Tulisan Jazim Hamidi, Moch. Adi Sugiarto, Muhammad Ihsan, Membedah Teori-Teori Hukum Kontemporer, (UB

Press, Malang, 2013), hlm 196-197

Page 242: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN233

Sesuai bentuk yang telah disepakati bahwaIndonesia merupakan negara hukum, sehinggakebijakan yang dilakukan pemerintah berdasarkanperundang-undangan yang merupakan hasil daripolitik hukum, sedangkan bentuk perundang-undangan tersebut adalah bentuk politik perun-dang-undangan.

Satjipto Rahardjo menyebutkan eksistensinegara hukum (rechstsstaat) Republik Indonesiasebagaimana tersirat dalam pembukaan UUD1945 adalah mengarah kepada kebahagiaanmanusia in casu rakyat Indonesia. Oleh karenaitu menjadi tugas negara dalam hal ini pemerintahadalah mengimplementasikan amanat alinea keduadan keempat Pembukaan UUD 1945 dalamperaturan perundangan-undangan. Pemerintahharus cermat melihat pesan moral dibalik UUD1945.26

Pembangunan mempunyai masa yang berbeda,dan ini pengaruh dari politik hukum pada masapemerintahan yang berkuasa. Tujuan pem-bangunan pemerintahan Indonesia sejak tahun1950-an berorientasi pada pembangunan sektorpertanian, seperti yang ditulis oleh Rachmad Safa’atmengenai fase pembangunan pedesaan dari eratahun 1950-an yang dimulai dengan penekananpembangunan komunitas pertumbuhan usaha tanikecil, menginjak 1960-an pertumbuhan usaha keciltani yang dilanjutkan upaya pembangunanpedesaan terintegrasi yakni melalui kebijakantransfer teknologi, mekanisasi dan penyuluhanpertanian, 1970-an menuju liberalisasi pasar dan1980-an penyusaian struktural dan pasar bebas.27

Pada tahun 1985 Indonesia berhasil swasembadapangan dan mendapat penghargaan dari FAO dankemudian awal 1990-an pemerintah Indonesiaberusaha menjadi negara industri hingga ber-akhirnya rejim Pemerintahan Soeharto.

Politik kekuasaan berganti dan pada eraPresiden Abdurachman Wachid pembangunan

sektor kelautan mulai dilakukan hal ini terwujudkandengan adanya kementerian kelautan danperikanan kali pertama yang digagas oleh PresidenAbdurachman Wachid. Presiden AbdurrahmanWahid dengan Keputusan Presiden No.355/MTahun 1999 tanggal 26 Oktober 1999 dalamKabinet Periode 1999-2004 mengangkat Ir.Sarwono Kusumaatmaja sebagai Menteri Eksplo-rasi Laut, yang kemudian dari Kepres No. 355/M Tahun 1999. Selanjutnya pengangkatan tersebutdiikuti dengan pembentukan Departemen Eksplo-rasi Laut (DEL) beserta rincian tugas dan fungsinyamelalui Keputusan Presiden Nomor 136 Tahun1999 tanggal 10 November 1999 tentangKedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi,dan Tata Kerja Departemen. Ternyata penggunaannomenklatur DEL tidak berlangsung lama karenaberdasarkan usulan DPR dan berbagai pihak, telahdilakukan perubahan penyebutan dari MenteriEksplorasi Laut menjadi Menteri Eksplorasi Lautdan Perikanan berdasarkan Keputusan PresidenNomor 145 Tahun 1999 tanggal 1 Desember1999. Perubahan ini ditindaklanjuti denganpenggantian nomenklatur DEL menjadi Depar-temen Eksplorasi Laut dan Perikanan (DELP)melalui Keputusan Presiden Nomor 147 Tahun1999 tanggal 1 Desember 1999. PemerintahanAbdurahman Wachid memulai memperhatikansector kelautan dengan kebijakannya membentukdeparteman kelautan, dan saat ini kembalipemerintah memperhatikan sector kelautan, dankeinginan Presiden Jokowi menjadikan Indonesiasebagai poros maritim.28

Kedudukan Indonesia dan potensi Indonesiadengan lautanya dan letak geografis serta kekayaanalam dari kelautannya merupakan hal yang bisamenjadikan kebangkitan ekonomi di sectorkelautan, tentunya dengan keadilan yang adil.

Indonesia sebagai negara kepulauan didekla-rasikan pada konvensi Hukum Laut Internasional

PERANAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENJAGA KEDAULATAN DAN KEARIFAN LAUT

2 6 Lihat Rachmad Safa’at Log., cit Rekonstruksi Politik... mengutip Satjipto Rahadjo, Mendudukan Undang-UndangDasar, Suatu Pembahasan Dari Optik Ilmu Hukum Umum, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2007

2 7 Ibid., hlm. 1502 8 Setneg RI, “Pidato di Sidang IMO, Presiden Jokowi Komitmen Jadikan Indonesia Poros Maritim Dunia” < http://

setkab.go.id/pidato-di-sidang-imo-presiden-jokowi-komitmen-jadikan-indonesia-poros-maritim-dunia/> diakses pada 27Agustus 2016

Page 243: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN234

yang kemudian dituangkan dalam UU No 17 Tahun1985 tentang Konvensi Hukum Laut Internasional.Pentingnya pengelolaan wilayah pesisir karenadalam wilayah pesisir terdapat banyak sumberdaya atau pusat biodiversity laut tropis terkaya didunia.

Pembangunan wilayah pesisir mencerminkanadanya politik hukum pemerintahan untukmelakukan pengelolaan melalui pendekatanPengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (IntegratedCoastad Management) dengan tujuan untukpenguatan dan pengharmonisasian pembangunanwilayah pesisir di tingkatan pemerintahan maupunberbagai sektor lain di tingkat legislasi, sehinggapembangunan sektor ekonomi dengan pelestarianwilayah pesisir memperhatikan karakteristik dankeunikan setiap wilayah. Pengelolaan danperlindungan terhadap hak-hak masyarakatwilayah pesisir maupun hak masyakat adat.Pemerintah dalam Peraturan Presiden Nomor 73Tahun 2015 tentang Pelaksanaan KoordinasiPengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau KecilTingkat Nasional yang bertujuan untuk meng-koordinasikan pengelolaan wilayah pesisir.

Politik hukum pada pembangunan wilayahpesisir masih berbasiskan pembangunan sektorekonomi yang diutamakan hingga produk hukumyang dihasilkan sebagai bentuk politik perundang-undangan yakni UU No 27 Tahun 2007 mengalamirevisi yang kemudian semangat pembangunan yangada pada perubahan UU No 27 Tahun 2007menjadi pembangunan yang berbasiskan pem-banguan wilayah pesisir terpadu dengan adanyaUU No. 1 Tahun 2014 salah satunya adalah bentukpengakuan hak masyarakat tradisional danmasyakat adat yang kepentingannya di perhatikan.

Bentuk pengaturan pengelolaan wilayah pesisirdan pulau-pulau kecil diatur dalam bentuk undang-undang yang juga tertuang dalam Undang-UndangNomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah, dalam hal pengaturan pengelolaan,khususnya mengenai wilayah atau batas wilayahpengelolaan wilayah, pengaturannya juga terdapatpada undang-undang pemerintahan daerah yangmengatur batas wilayah dan kewenangan pengelo-laannya. Pada Bab V tentang Kewenangan DaerahProvinsi dilaut dan daerah Provinsi yang berciri

kepulauan, di Pasal 27 ayat (1) sampai ayat (5)mengatur pengelolaan, tata ruang maupunadministratif. Akan tetapi pada Pasal 27 ayat (5)adalah pengecualian pengaturan nelayan kecildalam penangkapan ikan.

Pengaturan dalam bentuk perundang-undanganadalah sesuai dengan ciri dari negara hukummodern yang menjadikan hukum tertulis sebagaidasar, dan sebagai pijakan dalam menjalankankekuasaannya, seperti yang tertuang dalamkonstitusi negara. Dimana dalam negara hukummodern bahwa negara bergerak berdasarkan atauberlandaskan hukum yang baik, adil dan berkema-nusiaan. Seperti disebutkan dalam tulisan FranzMagnis Suseno, ciri negara hukum yang secaraetis dan relevan adalah adalah kekuasaandijalankan sesuai dengan hukum positif yangberlaku, kegiatan negara berada dibawa kontrolkekuasaan kehakiman yang efektif dan berda-sarkan undang-undang dasar yang menjamin hak-hak asasi manusia dan menurut pembagiankekuasaan. Dalam negara hukum bahwa alat-alatnegara mempergunakan kekuasaan merekaberdasarkan hukum.

Pengaturan ini juga untuk melindungi hak asasimanusia dan dalam pembuatan perundang-undangan juga tidak boleh bertentangan denganhak asasi ataupun hak konstitusi warga negara,sehingga hukum yang terbentuk adalah hukum yangbenar-benar untuk melindungi warga negaranya.

Revisi UU No 27 Tahun 2007 yang kini menjadiUU No 1 Tahun 2014 menjadi hal menarik karenapada UU No 27 Tahun 2007 beberapa pasal yangada di dalamnya keberadaannya mematikan haknelayan tradisional dan tidak melindungi hak-hakmasyarakat adat. Meskipun dalam pengetaruranteknisnya masih memerlukan peraturan pemerintahdalam mengaturnya, dan dalam hal peraturanpemerintah tentang pengatiran dan pengelolaanwilayah pesisir masih belum dibentuk, masih dalamtahap pembahasan.

Negara dituntut menciptakan hukum yang adildan mensejahterakan rakyatnya dengan kepastianhukum yang dapat diterapkan. Dalam konsepsiIslam, hukum yang baik, selain responsif harusmemberikan keadilan, karena ruh dari hukumadalah keadilan, seperti dalam penggalan Al

PERANAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENJAGA KEDAULATAN DAN KEARIFAN LAUT

Page 244: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN235

Qur’an surat An Nisa ayat 5829 wa idzaahakamtum bainan naasi an tahkumuu bil ‘adl(i)yang artinya “Dan apabila kamu menetapkanhukum di antara manusia supaya kamu menetapkandengan adil” dengan berlaku adil maka penetapanhukum baik putusan hakim maupun. Dalam ayatini didahului amanah agar tersampaikan, dalammemberikan keadilan dan membuat hukumterdapat amanah di dalamnya, yakni memberikankepastian, keadilan, perlindungan yang melekat didalamnya. Untuk itu pembuat hukum hendaklahmempunyai pengetahuan dalam membuatperaturan perundang-undangan, agar subtansi daripasal demi pasal memberikan perlindungan dankepastian bagi masyakarat. Dalam berbagaiperaturan perundang-undangan penyebutan istilah“masyarakat hukum adat” banyak dipakai istilah“masyarakat hukum adat”, misalnya pada UU No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU No. 41 Tahun 1999, UU No.18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, UU No. 32Tahun 2009 tentang Pengelolaan LingkunganHidup, UU No. 1 Tahun 2014 tentang PerubahanUU No. 27 Tahun 2007 tentang PengelolaanPesisir dan Pulau-pulau Kecil30 dan beberapaundang-undang lainnya serta sejumlah peraturanpelaksana dari undang-undang.

Peter Burns31 mengulas Sejarah istilah “hukumadat” (adatrecht) dikemukakan dan digagas olehMadzab Leiden, mereka cenderung mengiden-tifikasikan adat sebagai hukum (recht). Gagasanyang dipelopori oleh Cornelis Van Vollenhovenmemahami adat dan hukum adat (adatrecht)sebagai manifestasi dari pandangan hidup khasIndonesia yang asing bagi cara berfikir orangEropa-khususnya Belanda. Dalam kemajemukandalam bernegara itulah, masyarakat adat boleh

dikatakan adalah masyarakat minoritas diIndonesia perlu mendapat jaminan hak kons-titusionalnya dalam kehidupan berbangsa danbernegara. Indonesia telah mengatur dalam pasal-pasal yang ada di dalam UUD NRI Tahun 1945,yakni Pasal 18B ayat (2) yang mengakui kebera-daan masyarakat adat. Masyarakat hukum adatdisebut sebagai masyarakat atau kelompokmasyarakat minoritas, bukan karena dilihat darijumlah (quantity) tetapi dikarenakan kondisimasyarakat hukum adat yang memiliki ideologi,sistem sosial budaya dan sistem politik yang khasdan bersifat lokal-spesifik, yang dibangun baikmelalui kesamaan wilayah hidup bersama secaraturun temurun (basis teritorial) maupun kesamaannenek-moyang/leluhur (hubungan darah), atauperpaduan keduanya.32 Keberadaan masyarakatadat ini dalam beberapa peraturan perundang-undangan disebut keberadaannya dan pengakuan-nya, yang lebih banyak disebutkan dalam ketentuanumum.

Kajian mengenai keberadaan hukum adatsudah ada sejak masa kolonial yang di antaranyatelah dikaji oleh ilmuwan berkebangsaan Belandaseperti Snouck Hurgronje, Cornelis Van Vollen-hoven, Ter Haar dan Van Dijk, yang pada masaitu penelitian hukum adat difokuskan pada hukumadat yang menjadi landasan tatanan sosialmasyarakat pribumi. Pada masa tersebut konsep-konsep kunci tentang masyarakat adat muncul,misalnya konsep tentang hukum adat (adatrecht)dan adat rechtgemeenchappen dari Van Vollen-hoven yang kemudian dipadankan dengan“masyarakat hukum adat”. Demikian jugamengenai hak ulayat atau disebut konsepbeschikkingsrecht yang kemudian diulas olehTermorshuizen, beschikkingsrecht atau hak

PERANAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENJAGA KEDAULATAN DAN KEARIFAN LAUT

2 9 Lihat AL Quran dan terjemahan Surat An Nisa ayat 583 0 Sebelumnua pada UU No 27 Tahun 2007 tidak menyebut masyarakat hukum adat, melainkan masyarakat adat yang didalam

Ketentuan Umum Pasal 1 angka 33, Masyarakat adat adalah kelompok masyarakat pesisir yang secara turun-temurunbermukim di wilayah geografis tertentu karena ada ikatan pada asal-usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan sumberdaya pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial dan hukum.bandingkan dengan definisi Pengertian Masyarakat Hukum Adat pada huruf 33 Pasal 1 Ketentuan Umum UU No 27 tahun2007

3 1 Lihat Peter Burns dalam Tulisannya Adat, Yang Mendahului Semua Hukum pada Jamies S. Davidson, David Henley,Sandra Moniaga (ed), Adat Dalam Politik Indonesia, Yayasan Pustaka Obor Indonesia; KITLV-Jakarta, Jakarta, 2010, hlm77

3 2 Lihat Prakata Sekretaris AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara)dalam ICRAF, AMAN & FPP, Satu Yang KamiTuntut: Pengakuan, Bogor, ICRAF, AMAN, FPP, 2003, hlm.iii

Page 245: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN236

ulayat yang kemudian dikenal sebagai hakmenguasai, mengelola dan memanfaatkan tanah.33

Dalam hal kelautan, Indonesia yang didominasiluas wilayahnya oleh lautan menjadikan banyaknyapotensi dari sektor kelautan dari sisi ekonomi yangjuga memberikan hajat hidup untuk masyarakatyang ada dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Berangkat dari Pasal 18B ayat (2) yangmenyebutkan “Negara mengakui dan menghormatikesatuan-kesatuan masyarakat hukum adatbeserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masihhidup dan sesuai dengan perkembangan masya-rakat dan prinsip Negara Kesatuan RepublikIndonesia, yang diatur dalam undang-undang.”Pasal 28I ayat (3) menyatakan “Identitas budayadan hak masyarakt tradisional dihormati selarasdengan perkembangan zaman dan peradaban.”

Berangkat pada pasal di atas, menunjukkanbahwa konstitusi mengatur dan melindungikeberadaan dan keberagaman masyarakat adatyang ada, sehingga keberadaannya diakui olehkonstitusi dalam kehidupan berbangsa danbernegara. Diakui keberadaannya untuk bertem-pat tinggal, hidup dan sistem kehidupannya baikadat-istiadat atau kebiasan atau tata cara dalammenjalani kehidupannya, mensejahterakan dalamkeberlangsungan hidup dalam wilayahnya,sehingga masyarakat adat mempunyai domisili danbertempat tinggal sesuai teritorialnya untukkeberlangsungan masyarakat adat itu sendiri.Sehingga pengakuan dari konstitusi menjadi dasarhukum untuk keberadaan dan keberlangsungannyadan perlakuan khusus untuk masyarakat adat, baiknantinya yang timbul yakni berupa hukum adat dankeberlakuannya dalam tatanan hukum nasional.

Masyarakat adat juga dijamin dalam perlin-dungan hukum juga tertuang dalam Pasal 28D ayat(1) yang menyebutkan “Setiap orang berhak ataspengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastianhukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Keberadaan masyarakat adatidentik dengan keberadaan hukum tidak tertulisnya(unwriten law) dalam kehidupannya. Negara

sendiri mempunyai hukum yang berlaku untukseluruh wilayahnya dan masyarakatnya yangkeberadaan hukum pemerintah tertuang dalamsuatu perundang-undangan yang tertulis, berbedadengan masyarakat adat yang bersifat tradisionalyang pada awalnya tidak mengenal sistem tulisansehingga menjadikan hukumnya adalah kebiasaanbukan secara tertulis, namun demikian juga adabeberapa masyarakat adat yang menulis hukumnyaatau peraturannya, namun hal ini tidak banyak.Keberlakuan hukum adat kiranya menjadikanharmoni dan selaras bersama hukum nasional,melalui Pasal 28D ayat (1) menjadikan dasar hakasasi masyarakat adat dalam memberlakukanhukum adatnya masing-masing dengan menjagaagar hukum nasional tidak menindas hukum adatdan hukum adat tidak bertentangan dengan nilai-nilai konstitusional peraturan perundang-undangandari Negara.

Hampir seluruh undang-undang yang menyentuhhukum adat, terdapat frase kata “sepanjang tidakbertentangan dengan kepentingan nasional danperaturan perundang-undangan” dan “sepanjangtelah dikukuhkan dengan peraturan daerahsetempat”. Dalam kalimat tersebut mempunyaimakna yang sangat dalam dan juga implikasi darifrase tersebut dalam pelaksanaannya menyulitkanpengakuan hukum adat, hak ulayat. Dapatdipastikan bahwa apabila hukum adat, hak ulayatberhadapan dengan hukum pemerintah, hukumadat ataupun hak ulayat akan dikalahkan. Dalamberbagai forum ilmiah Satjipto Rahardjo mengata-kan kondisi ini seperti “memasukkan kambingkedalam kandang singa”34, melalui cara demikianini politik perundang-undangan yang mengenaimasyakarat hukum adat dilakukan sehingga terjadi“pengabaian” dalam pemenuhan keadilan sosialkepada masyarakat adat. Baik dalam bentukkeadilan lingkungan, ekonomi, pendidikan, politikdan budaya.

Pemenuhan keadilan bagi masyarkat adat padadasarnya sama dengan pemberian hak kepadaseluruh masyarakat, hanya yang membedakan hak

PERANAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENJAGA KEDAULATAN DAN KEARIFAN LAUT

3 3 Lihat Yance Arizona (ed), Anatara Teks dan Konteks: Dinamika Pengakuan Hukum Terhadap hak Masyarakat Adat atasSumber Daya Alam Di Indonesia, Huma, Jakarta 2010, hlm. 8

34 Ibid,. Hlm 197-198

Page 246: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN237

yang dimiliki masyarakat adat adalah entitaskebudayaan yang masyarakat adat miliki yangharus dijaga keberlangsungannya.

Jika tidak ada pengakuan oleh pemerintahdaerah, maka keberadaan masyarakat adatdianggap tidak ada, dan menciptakan peluangkonflik antara masyarak hukum adat dan negara.Sehingga perlu kearifan dan keseriusan pemerintah,baik pusat dan daerah untuk mengakui keberadaanmasyarakat adat.

Dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-Undangn No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan yang telahdiubah dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun2009 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor31 Tahun 2004 tentang perikanan, disebutkan“Pengelolaan perikanan untuk kepentinganpenangkapan ikan dan pembudidayaan ikan harusmempertimbangkan hukum adat dan/atau kearifanlokal serta memperhatikan peran serta masya-rakat.” Dalam penjelasannya disebutkan “Hukumadat dan/atau kearifan lokal yang dijadikanpertimbangan dalam pengelolaan perikanan adalahyang tidak bertentangan dengan hukum nasional.”

Hak asasi masyarakat adat selain dilindungi olehkonstitusi, juga diakui oleh ILO hal ini dapat kitajumpai dalam ILO Convention 169 tentangIndigenous Peoples and Tribal Peoples inIndependent Countries dan juga dalam UniversalDeclaration on the Rights of Indeneous Peoples(UNDRIP). Dalam pearturan perundang-un-dangan UU No. 39 Tahun 1999 disebutkan dalamPasal 5 ayat (3); dan Pasal 6 ayat (1) (2) yangmenyebutkan pelindungan untuk masyarakat adat.

Peranan Masyarakat AdatPermasalahan penataan pemilikan dan peng-

uasaan hak atas sumber tanah bersumber padaPasal 33 ayat (3) UUD Tahun 1945, bahwa bumidan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan digunakanuntuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.35

Dalam disertasinya, A. Sodiki menyebutkanmenurut pasal tersebut, negara mempunyai perananpenting dalam hal menguasai36 dan memper-gunakan bumi dan air dan kekayaan yangterkandung di dalamnya secara maksimal. Dalamhal ini dibicarakan tugas dan wewenang negaramemajukan kesejahteraan rakyat yang secarateoritik negara menganut konsep negara kesejah-teraan (welfare state).37

Dalam negara kesejahteraan, individu danmasyarakat adat diakui hak-haknya sekalipunterbatas atas bumi air serta kekayaan di dalamnya.Sebagaian masyarakat Indonesia yang berada diwilayah pesisir, kepemilikan dan tempat tinggalyang ditempati masyarakat adat merupakan bagiandari Pasal 27 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 danmenjaga keberlangsungan masyarakat adat sepertiyang tertuang dalam Pasal 28I ayat (3) UUD NRITahun 1945.

Di lingkungan masyarakat pesisir, nelayantradisional adalah kelompok yang paling men-derita, miskin dan seringkali merupakan korbanproses marginalisasi akibat kebijakan modernisasiperikanan. Secara umum, yang disebut nelayantradisional adalah nelayan yang memanfaatkansumber daya perikanan dengan peralatan tradi-sional, modal usaha yang kecil, dan organisasi yangrelatif sederhana. Dalam kehidupan sehari-hari,nelayan tradisional lebih berorientasi padapemenuhan kebutuhan sendiri (subsistence).Dalam arti hasil alokasi tangkapan yang dijual lebihbanyak digunakan untuk memenuhi kebutuhanpokok sehari-hari, khususnya pangan, dan bukanuntuk diinvestasikan kembali untuk pengembanganskala usaha.38

Keadaan masyarakat nelayan tradisionalmaupun masyarakat adat di wilayah pesisir ataudi desa-desa pantai umumnya memiliki kesejah-teraan hidup yang rendah dan tak menentu.Keadaan kesulitan dalam memenuhi kebutuhanhidup sehari-hari dan kemiskinan di desa-desa

3 5 Lihat Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 19453 6 Mengenai pengertian dan pemaknaan kata “Menguasai”akan dibahas selanjutnya3 7 Lihat A. Sodiki, Penataan Kepemilikan Hak Atas Tanah Di Daerah Malang Perkebunan Kabupaten Malang, Diserteasi

Program Doktor, Pasca Sarjana Universitas Airlangga, 1994, hlm. 15-163 8 Bagong Suyanto, “Anatomi Kemiskinan dan Strategi Penanganannya”, Intrans, Malang 2013, hlm 59-60

PERANAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENJAGA KEDAULATAN DAN KEARIFAN LAUT

Page 247: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN238

pantai telah menjadikan penduduk di kawasan inimenanggung beban kehidupan yang berat.39

Masyarakat adat di wilayah pesisir ataupun pulau-pulau kecil pun mengalami nasib yang sama yakni“keterasingan” masyarakat dalam menikmati hasilpembangunan yang berkeadilan, dalam halpengelolaan sumber daya pesisir dan laut pundemikian, banyaknya investor asing yang datangdan menjadikan mereka terusir dari daerahnya.Perkembangan pembangunan hendaklah ber-wawasan pembangunan berbasis lingkungan yangberkelanjutan, dalam hal ini pembangunan dalamsektor lingkungan kemaritiman.

Kerusakan ekosistem pesisir menjadikan salahsatu faktor terjadinya kemiskinan dan kesenjanganekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan,sehingga banyak ditemui nelayan tradisional dannelayan dari masyarakat adat kesulitan mencariikan karena faktor kerusakan lingkungan.

Laut merupakan salah satu tempat yang sangatstategis, dalam buku yang berjudul Ocean Politicsin Southeast Asia tulisan Peter Polomka padatahun 1978, kajiannya menitikberatkan padamasalah kelautan yang berkembang dalamKonferensi Hukum Laut Internasional ke III,khususnya perkembangan di Asia Tenggara, yangmenurutnya laut menjadi pusat perhatian negara-negara bangsa (nation states) dan perusahaantransnasional untuk memperoleh kekayaan,kekuasaan dan prestise. Laut menjadi isu dasardalam saling ketergantungan antarnegara, sertastabilitas dan kemakmuran global dalam jangkapanjang, karena eksploitasi lautan oleh beberapapihak menimbulkan masalah kontemporer sepertipolitik, hukum, ekonomi, lingkungan dan tek-nologi.40

Akibat dari kelautan yang menjadi perhatiannegara-negara bangsa, maka kelautan berhu-hungan dengan perbatasan antar negara, dan jugamulti negara yang berbatasan dengan laut dimanabatas diukur dari wilayah pesisir atau daratanterluar yang kaitannya dengan perbatasan darat

juga. Perlunya pengaturan dan perjanjian inter-nasional yang diratifikasi oleh negara agar menjadibagian perlindungan bagi rakyatnya dalammengakses lautan untuk dieskploitasi, khususnyamasyarakat adat pesisir maupun nelayan tra-disional. Dalam UNCLOS 1982 hak-hak nelayantradisional diakui keberadaannya, sehingga ada“perlakuan khusus” untuk nelayan tradisional.41

Keberadaan UNCLOS 1982 yang mengaturmengenai keberadaan traditional fishing rightmenjadikan rujukan pemerintah membuat peng-aturan dalam mengaplikasikan hak tersebut. HakPenangkapan Ikan Tradisional (traditionalFishing Right) yang dalam perkembangannyamasih terdapat perbedaan pengertian, yakni adayang menginterpretasikan Tradisional FishingRight sebagai hak penangkapan ikan tradisionaldan ada pula yang menginter-pretasikannyadengan hak tradisional atas perikanan.

Hasyim Djalal berpendapat yang mengatakanbahwa concept of tradisional fishing rigt shouldbe clearly distinguised from the concept oftraditional rigt to fish. Tradisional right to fishatau hak tradisional atas perikanan dilaksanakandi laut lepas berdasarkan kebebasan di laut lepasyang telah diatur dalam rezim hukum laut lepas.Sedangkan tradisional fishing right didasarkanpada bagian laut yang berada di bawah yurisdiksinegara pantai, yaitu pada perairan kepulauan danpada ZEE.42

Perlindungan nelayan tradisional (adat) perludilakukan terkait yang terkait langsung dengankeberadaan hak tradisional penangkapan ikan ini,dan yang bersentuhan langsung dengan perbatasandengan negara lain, seperti yang telah terjadipenangkapan nelayan tradisional masyarakat NTToleh pemerintah Australia, seperti yang diungkapdalam tulisan Ira Wati dan Oentong Wahjoe,terkait ditangkapnya 49 nelayan Indonesia yangberasal dari Ndao, Flores pada 2005 dan 230orang yang ditangkap oleh kapal patroli Australiadi wilayah perairan kepulauan karang Ashmore

PERANAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENJAGA KEDAULATAN DAN KEARIFAN LAUT

3 9 Ibid., hlm 484 0 Lihat Syamsumar Dam, Politik Kelautan, Bumi Aksara, Jakarta, 2010, hlm. 1-24 1 Lihat Pasal 51 dan 53 ayat (3) UNCLOS 1982 mengenai hak nelayan tradisional4 2 Lihat, Irawati, Oentoeng Wahjoe, Tanggung Jawab Negara dalam Melindungi Hak Nelayan Tradisional Indonesia di

Perairan Australia, Jurnal Mimbar: Volume XXVII, No. 1, Juni 2011, Universitas Islam Bandung, hlm. 13

Page 248: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN239

pada 2007 dan ditahan di pusat penahanan(detention center) Darwin, dan terjadi kembalidi tahun 2008. Seperti yang diketahui bahwanelayan tradisional ataupun masyarakat adat pesisiryang menjadi nelayan telah melakukan penang-kapan jauh sebelum terbentuknya pemerintahanAustralia, dan hak nelayan tradisional diakui olehUNCLOS 1982 yang kemudian Indonesia jugamempunyai hak melakukan penangkapan ikan dibagian tertentu di perairan Australia, hal ini tertuangdalam memorandum of Understanding bert-ween the Goverment of Australia and theGoverment of the Republic of IndonesiaRegarding of operation of Indonesia Tradi-tional Fisherment in the area of the AustraliaExclusive Fishing zone and Continental Shelf(MoU Box 1974) yang dalam perkembangannyapada 2 Maret 1989 sepakat melakukan perjanjianterkait pelaksanaan Agreed Miniutes of MeetingBetween Official of Indonesia and Australia onFisheries 1989 yang tertuang dalam Annex.43

Keberadaan suku-suku laut atapun masyarakatadat pesisir yang menjadi nelayan dengan peluangmelampaui batas negara karena asal usul dari haknelayan tradisional, maka negara harus membe-rikan perlindungan hukum, HAM dan kearifanlokal. Undang-undang yang bersinggungan denganini adalah perjanjian bilateral mengenai batasnegara, yang mengatur berbagai batas negaraIndonesia dengan negara lain yang terdapatteritorial laut oleh nelayan tradisional dalammenangkap ikan dengan melakukan perjanjianyang diratifikasi. Sehingga ada kepastian hukumdalam perlindungan masyarakat adat sesuai pasal28D ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 sebagaibagaian perlindungan hukum, Pasal 28D ayat (2)UUD NRI tahun 1945 untuk bekerja danmendapat hasilnya44 serta ketentuan yang tertuangdalam Pasal 27 ayat (2)45 yang menjamin tiap-tiapwarga negara mendapat pekerjaan dan peng-hidupan yang layak, baik itu yang dilakukan oleh

masyarakat adat maupun nelayan lokal yangmerupakan subjek warga negara.

Nelayan tradisional ataupun nelayan darimasyarakat adat di Indonesia yang hidupnyasebagai “manusia perahu” atau masyarakat adatyang nomaden seperti suku Bajo perlunyaperlindungan hukum disaat masyarakat Suku Bajoyang hidupnya di wilayah perairan yang biasamelaut hingga melewati perbatasan negara, jikamelewati batas negara tetangga tentunya melanggaryuridiksi negara lain dan dimungkinkan untukditangkap seperti terjadinya penangkapan nelayanpembudidaya rumput laut yang ditangkap oleh PolisiDiraja Malaysia di perbatasan Nunukan, Kali-mantan46 akibat batas wilayah laut merupakanbatas wilayah “semu” yang tidak nampak tandanya,dan nelayan adat ataupun nelayan tradisional yangsecara turun temurun melakukan penangkpan ikanyang di wilayah yang bisa melewati batas negaralain, dan kasus semacam ini perlu adanyakehadiran negara dalam melindungi warganegaranya, agar tidak serta merta ditangkapmaupun diusir.

Perlindungan hukum dalam konteks hubunganbilateral antar negara dalam perlindungan untukmasyarakat adat yang berada di laut, hal ini sesuaidengan kaidah hukum Laut Internasional yang telahdisepakati banyak negara, termasuk oleh Indo-nesia dan negara yang berbatasan langsung dilaut.47 Hingga saat ini Indonesia membuatperjanjian mengenai perlindungan nelayan adatatau tradisional hanya dengan Australia untukmelindungi masyarakat adat atau nelayan tradi-sional agar tidak serta merta ditindak sesuai hukumdi laut teritorial ataupun ditangkap. Perjanjian inimencakup wilayah yang secara tradisional ataupunturun temurun menjadi tempat menangkap ataupunmeng-eksploitasi laut secara tradisional.

Masih terbatasnya perjanjian bilateral untukmelindungi masyarakat adat atau nelayan tradi-sional ini menunjukkan lemahnya perlindungan

4 3 Ibid.,4 4 Dalam Pasal 28D ayat (2) menyebutkan sebagai”bekerja” dan mendapat “imbalan” yang merupakan apa yang didapatkan,

baik dari usaha sebagai nelayan maupun sebagai buruh.4 5 Lihat Pasal 27 ayat (2) UUD NRI Tahun 19454 6 Baca Nelayan Rumput Laut Terancam Hukuman di Malaysia <http://www.beritasatu.com/nasional/250888-nelayan-rumput-

laut-terancam-hukuman-di-malaysia.html>4 7 Lihat Pasal 51 dan Pasal 62 ayat (2) UNCLOS 1985 mengenai Hak Penangkapan Ikan Tradisional (Traditional Fishing Right)

PERANAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENJAGA KEDAULATAN DAN KEARIFAN LAUT

Page 249: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN240

hukum, yang terkesan diabaikan dalam melindungihak-hak masyarakat tradisional. Lemahnyaperlindungan ini menjadikan pengaruh dalammemberikan kesejahteraan pada masyarakatlemah atau minoritas, perlindungan dari negaraterkait juga dengan penegakan HAM yang dimilikioleh masyarakat nelayan tradisional dan nelayanadat yang memenuhi pencarian nafkah denganmelaut secara turun temurun yang hingga melewatibatas negara lain.

Dalam Al Quran surat Al A’Raf disebutkan“Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinyadan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut(tidak akan diterima) dan harapan (akandikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amatdekat kepada orang-orang yang berbuatbaik”48 kerusakan di bumi dilakukan olehmanusia itu sendiri, diayat lain Allah Ta’alaberfirman Telah nampak kerusakan di daratdan di laut disebabkan karena perbuatantangan manusia, supaya Allah merasakankepada mereka sebahagian dari (akibat)perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)49 untuk itulah negara berperanaktif dalam membuat regulasi. Karena negaramenguasai kekayaan dan sumber daya di negaraini, sedangkan konsepsi menguasain dalam artiBahwa mengenai konsep Penguasaan Negara didalam pertimbangan hukum putusan MahkamahKonstitusi perkara Undang-Undang Minyak danGas, Undang-Undang Ketenagalistrikan, danUndang-Undang Sumber Daya Alam, menafsirkanmengenai “Hak Menguasai Negara/HMN” bukandalam makna negara memiliki, tetapi dalampengertian bahwa negara merumuskan kebijakan(beleid), melakukan pengaturan (regelendaad),melakukan pengurusan (bestuurdaad), mela-kukan pengelolaan (beheersdaad), dan mela-kukan pengawasan (toezichthoudendaad);Dengan demikian, makna penguasaan negaraterhadap cabang-cabang produksi yang pentingdan menguasai hajat hidup orang banyak, sertaterhadap sumber daya alam, tidak menafikan

kemungkinan perorangan atau swasta berperanasalkan lima peranan negara/pemerintah sebagai-mana disebut di atas masih tetap dipenuhi dansepanjang pemerintah dan pemerintah daerahmemang tidak atau belum mampu melak-sanakannya.

Bahwa meskipun kelima peranan negara/pemerintah tersebut di atas telah terpenuhi, harustetap diingat bahwa tujuan dari penguasaan negaraadalah sebesar-besarnya untuk kemakmuranrakyat. Sehingga harus dapat dipastikan/dijaminbahwa lahirnya suatu undang-undang yangbersinggungan dengan kewajiban negara untukmensejahterakan rakyat terkait dengan cabang-cabang produksi maupun sumber daya alam tidakmenimbulkan kesalahan fatal di dalam pelak-sanaannya.50

Dari uraian yang ada di atas menunjukkan bahwaperlu pengaturan yang menyeluruh dan memberikanperlindungan hukum kepada masyarakat dalampengelolaan dan menjaga kedaulatan wilayah Indo-nesia, agar tidak sampai menajadi alasan pengakuanNegara asing untuk memiliki wilayah NKRI.

5. PenutupDari urain yang telah dipaparkan diatas, dapat

penulis simpulkan bahwa dalam pengelolaankelautan dan pesisir, berdasarkan hukum adat,Negara belum mengakui sepenuhnya, darikonstitusi hingga produk perundang-undanganbelum memihak kepada masyarakat adat,masyarakat adat mempunyai peranan garis depanpengelolaan dan kedaulatan lingkungan secarageografis maupun ekologis yang dapat membantupemerintah menjaga wilayahnya, sayangnya masihlemahnya perundang-undangan dan regulasi yangterkait.

Sebagai rekomendasi, pemerintah pusat danpembuat undang-undang harus tegas memberikanpengakuan dan keistimewaan kepada masyarakatadat dan perlindungan hukum dalam mengelolapesisir dan laut dengan cara adat dan tidak merusakdengan kebijakan “pembangunan” yang justrumengancam keberlangsungan masyarakat adat.

PERANAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENJAGA KEDAULATAN DAN KEARIFAN LAUT

4 8 Lihat QS Al a’Raf 7 ayat 564 9 Lihat QS Ar-Rum ayat 415 0 Lihat Putusan MK Nomor 3/PUU-VIII/2010

Page 250: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN241

Buku-bukuAMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusan-

tara)dalam ICRAF, AMAN & FPP, SatuYang Kami Tuntut: Pengakuan, Bogor,ICRAF, AMAN, FPP, 2003.

Bagong Suyanto, “Anatomi Kemiskinan danStrategi Penanganannya”, Malang:Intrans, 2013.

Dewi Wulandari, Hukum Adat Indonesia SuatuPengantar, Bandung: PT. Refika Aditama,2009.

Fredy Numbery dalam Ruchyat Deni, BahariNusantara Untuk KesejahteraanMasyarakat dan Ketahanan Nasional,Jakarta: The Media of Social and CulturalCommunication (MSCC), 2009.

H. Max Mulyadi Supangkat, CakrawalaIndonesia, Restu Agung, Jakarta,2005Jazim Hamidi, Moch. Adi Sugiarto,Muhammad Ihsan, Membedah Teori-TeoriHukum Kontemporer, Malang: UB Press,2013.

Jamies S. Davidson, David Henley, SandraMoniaga (ed), Adat Dalam PolitikIndonesia, Yayasan Pustaka OborIndonesia; KITLV-Jakarta, Jakarta, 2010.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,Kencana, Jakarta 2005.

Rachmat Syafaat, Rekonstruksi Politik HukumPangan Dari Ketahanan Pangan KeKedaulatan Pangan, UB Press, Malang,2013.

Tahir Azhary, Negara Hukum, Jakarta, BulanBintang, 1992.

Muchsin, Imam Koeswahyono, Soimin, HukumAgraria Indonesia Dalam PerspektifSejarah, Bandung: PT. Refika Aditama,Bandung, 2010.

Padmo Wahyono, Membudayakan Undang-Undang Dasar 1945, Penerbit Ind. Hill.,Jakarta, 1990.

Satjipto Rahadjo, Mendudukan Undang-Undang Dasar, Suatu Pembahasan DariOptik Ilmu Hukum Umum, Badan Pener-bit Universitas Diponegoro, Semarang, 2007.

Syamsumar Dam, Politik Kelautan, Jakarta:Bumi Aksara, 2010.

S. Ahmed Waqar Husaini, Sistem PembinaanMasyarakat Islam, Bandung: PenerbitBulan Bintang.

Slamet mulyana, Nagarakretagama dan tafsirSejarah, Jakarta: Bhratara karyaAksara,1979.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, PenelitianHukum Normatif, Jakarta: Rajawali Pers,1985.

Sudargo Gautama, Pengertian Tentang NegaraHukum, Bandung: Alumni, 1973.

Yance Arizona (ed), Anatara Teks dan Konteks:Dinamika Pengakuan Hukum Terhadaphak Masyarakat Adat atas Sumber DayaAlam Di Indonesia, Jakarta : Huma, 2010.

Disertasi dan jurnalA.Sodiki, Penataan Kepemilikan Hak Atas

Tanah Di Daerah Malang PerkebunanKabupaten Malang, Diserteasi ProgramDoktor, Pasca Sarjana UniversitasAirlangga, 1994

Irawati, Oentoeng Wahjoe, Tanggung JawabNegara dalam Melindungi Hak NelayanTradisional Indonesia di PerairanAustralia, Jurnal Mimbar: Volume XXVII,No. 1, Juni 2011, Universitas Islam Bandung

Internet dan Artikel“Kerugian Akbibat Illegal Fishing mencapai Rp.

3.000 Trillyun” dalam kompas online,diakses pada 5 Septermber 2016 <http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/06/23/123334126/Menteri.Susi.Kerugian.Akibat.Illegal.Fishing.Capai.Rp.3.000.Triliun>

Taufiq Rahman, dalam tulisannya Teori KeadilanSayyid Qutb diakses http://insistnet.com/teori-keadilan-sosial-sayyid-qutb/

Setneg RI, “Pidato di Sidang IMO, PresidenJokowi Komitmen Jadikan IndonesiaPoros Maritim Dunia” < http://setkab.go.id/pidato-di-sidang-imo-presiden-jokowi-komitmen-jadikan-

PERANAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENJAGA KEDAULATAN DAN KEARIFAN LAUT

Daftar Pustaka

Page 251: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN242

indonesia-poros-maritim-dunia/> diaksespada 27 Agustus 2016

Baca Nelayan Rumput Laut Terancam Hukumandi Malaysia <http://www.beritasatu.com/nasional/250888-nelayan-rumput-laut-terancam-hukuman-di-malaysia.html>

Peraturan Perundang-undang, Putusan MKdan Perjanjian InternasionalUNCLOS 1982

PERANAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENJAGA KEDAULATAN DAN KEARIFAN LAUT

Putusan MK Nomor 3/PUU-VIII/2010UU No. 27 Tahun 2007UU No. 1 Tahun 2014

Kitab SuciQS. At Taubah ayat 122QS. Surat An NisaQS Ar-RumQS Al a’Raf

Page 252: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN243

JARINGAN SOSIAL PEKERJA MIGRAN INDONESIA KE LUAR NEGERI

Oleh :Suryaningsih

Jurusan Sosiologi Universitas Maritim Raja Ali HajiTanjungpinang Jl. Raya Dompak- Tanjungpinang

[email protected]

AbstrakPersoalan tenaga kerja Indonesia keluar negeri tidak pernah habisnya menjadiperhatian banyak pihak. Persoalan ini tidak hanya berkaitan dengan semrawutnyapengiriman tenaga kerja Indonesia keluar negeri, namun juga terkait dengan awalmula kesempatan untuk dapat bekerja keluar negeri. Hal ini berkenaan denganjaringan sosial yang dimiliki tenaga kerja Indonesia untuk dapat sampai keluarnegeri.banyak Dari hasil penelitian Muhadjir dapat disebutkan bahwa maraknyapencaloan dalam kegiatan pemberangkatan tenaga kerja diluar negeri didukung olehcalon tenaga kerja itu sendiri. Akibat dari maraknya kegiatan pencaloan ini makaberbagai tindak kekerasan menjadi marak terjadi. Para pencari kerja yangmenganggap mencari kerja dengan melalui calo akan lebih mudah ternyata tidakdemikian adanya.Bagaimana jaringan sosial yang dimiliki sehingga calon tenaga kerjaIndonesia memilih daerah diluar daerah asal sebagai daerah transit keluar negerimeskipun didaerah asal mereka juga terdapat jasa pengiriman tenaga kerja. Sertaapa hambatan-hambatan yang dihadapi calon tenaga kerja Indonedia mulai daridaerah asal hingga tiba didaerah transit. Penelitian dilakukan di Tanjungpinang, karenaTanjungpinang merupakan pintu keluar masuk tenaga kerja Indonesia ke luar negeri.Informan penelitian diambil dari calon tenaga kerja Indonesia asal Flores, Lombokdan Madura, baik yang akan berangkat melalui jalur legal maupun ilegal. Pengumpulandata dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam. Hasil analisa dianalisasecara kualitatif dan disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menemukan bahwakeberangkatan calon tenaga kerja Indonesia ke Tanjungpinang kaitannya denganjaringan sosial yang dimiliki terkait dengan pemilihan jalur keberangkatan yangdipergunakan oleh calon twnga kerja Indonesia. Ada 3 jalur yang dipergunakancalon TKW hingga tiba di Tanjungpinang yaitu Jalur resmi yaitu melalui perusahaanjasa pengiriman tenaga kerja Indonesia, ikut teman atau kerabat yang telah mengetahuijalur ke luar negeri, pergi sendiri karena telah pernah bekerja ke luar negeri. Hambatanyang paling dirasakan oleh calon twnaga kerja Indonesia adalah hambatan birokrasi,terutama sekali berkenaan dengan pendidikan yang dimiliki oleh calon tenaga kerjaIndonesia. Dengan pendidikan yang terbatas calon tenaga kerja Indonesia memilikiakses yang rendah terhadap informasi kerja dan kontrak kerja yang akan merekajalani. Umumnya tenaga kerja Indonesia tidak memahami isi kontrak kerja yangmereka sepakati. Hal ini disebabkan karena ketidakingintahuan mereka akankesepakatan kerja yang akan dijalani serta ketidakpahaman mereka aka nisi kontrak

Page 253: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN244

1. Latarbelakang MasalahMasalah Globalisasi dapat dikatakan sebagai

proses integrasi disertai dengan ekspansi pasar(barang dan uang) yang didalamnya mengandungbanyak implikasi bagi kehidupan manusia (Khordalam Tadjuddin, 2003:141). Terlepas dari segalapenafsiran, menurut Giddens (Idem:143), glo-balisasi ditenggarai sebagai sebuah proses yangkompleks. Implikasi globalisasi tidak sama untuktiap negara dan masyarakat meskipun adakecenderungan memiliki kemiripan. Letakgeografis dan daya resistensi suatu negara danmasyarakat agaknya dapat mempengaruhiimplikasi globalisasi. Karenanya, derajat keter-pengaruhan globalisasi antar negara dan masya-rakat juga bisa berbeda (Idem:144).

Terhadap sektor ketenagakerjaan bagi Indo-nesia, dampak globalisasi semakin menunjukkanadanya dampak yang membuat Indoneisa semakintertekan. Daya saing dunia Internasional menuntuttenga kerja mempunyai skill tetapi disatu pihaktenaga kerja Indonesia merupakan tenaga kerjatidak trampil. Ini disebabkan tenaga kerjaIndonesia adalah tenaga kerja dengan latar-belakang pendidikan menengah kebawah.Akibatnya tenaga kerja Indonesia tidak mampuuntuk bersaing di dunia Internasional. Dalampasaran kerja orang Indonesia hanya mampumengisi posisi-posisi yang terbawah.

Dalam era industrialisasi dan perdaganganbebas, kebutuhan akan adanya sumberdayamanusia yang berkualitas menjadi sangat penting.Indonesia sebagai negara yang melibatkan diridipentas pasar global. Mau tidak mau harus segaradapat mengantisipasi masalah nasional terutamamasalah produktifitas angkatan kerja.

Indonesia sebagai salah satu negara yang turutambil bagian dalam skenario perdagangan pasarbebas, telah memanfaatkan banyak peluang. Tidaksaja memperluas ekspor barang dan jasa tapi jugaekspor berbagai jasa tenaga kerja atau TKI

kerja yang disodorkan kepada mereka. Hal-hal ini akhirnya membuat tenaga kerjaselalu berada pada posisi yang dirugikan.

Kata kunci : Jaringan Sosial, Pekerja Migran

(tenaga kerja Indonesia). Melimpahnya angkatankerja Indonesia merupakan keunggulan yang dapatdiberdayakan untuk memanfaatkan prosesliberalisasi. Pengiriman jasa tenaga kerja Indonesiakeluar negeri selain dapat mengurangi angkapengangguran juga memberi devisa bagi Negara.Menurut Drajat (2004:49), selama tahun 1994-1999 Pemerintah Indonesia menargetkan akanmengirim TKI lebih kurang 1,25 juta orang dandevisa yang dihasilkan ditargetkan mencapai US$3 milyar.

Hingga saat ini, menjadi tenaga kerja yangbekerja dinegara asing tetap menjadi daya tariktersendiri bagi suatu kelompok masyarakattertentu, walaupun itu hanya menjadi tenagapembantu rumah tangga bagi kaum wanita.Walaupun berbagai kasus kekerasan terhadappembantu rumah tangga sering terjadi dan menjadibahan berita hangat yang melibatkan hubungan duaNegara, baik itu tindak kekerasan seks maupuntindak penganiayaan Tetapi tetap saja tidakmenyurutkan niat para pekerja wanita Indonesiauntuk dapat bekerja diluar negeri.

Para tenaga kerja ini ada yang melalui jalur legaldan ada yang melalui jalur ilegal. Bagi para calontenaga kerja baik yang melalui jalur legal maupunjalur ilegal tersebut, sebelum diberangkatkan kenegara tujuan akan ditempatkan dirumah-rumahpenampungan. Dari sumber-sumber berita seringdidengar perlakuan-perlakuan dan perilaku-perilaku dari para penampung dilokasi penam-pungan yang bersifat tidak berperikemanusiaan.Namun ini juga tidak menyurutkan niat para calontenaga kerja wanita tersebut untuk mencari uangkenegara asing. Menurut hasil penelitian Muhadjir(2005:253) yang menyebutkan bahwa “adabermacam-macam metode yang digunakan olehpencari kerja Indonesia dalam mencari pekerjaaandi luar negeri.

Beberapa pencari kerja menggunakan saluranresmi yang disediakan Pemerintah, yaitu melalui

JARINGAN SOSIAL PEKERJA MIGRAN INDONESIA KE LUAR NEGERI

Page 254: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN245

agen rekrutmen yang secara resmi ditunjukpemerintah, atau PJTKI. Calon pekerja lainmencari kerja melalui cara lain, yaitu denganperantara yang tidak resmi yang dikenal dengancalo. Saluran tidak resmi merupakan cara palingmudah supaya dapat pergi keluar negeri. Karenatidak perlu melalui jalur birokrasi agen resmi. Dankebanyakan pencari kerja asal Indonesia lebih sukamenggunakan jasa calo dan dianggap paling mudahuntuk mendapatkan kerja diluar negeri”.

Dari hasil penelitian Muhadjir tersebut dapatdisebutkan bahwa maraknya pencaloan dalamkegiatan pemberangkatan tenaga kerja diluar negerididukung oleh calon tenaga kerja itu sendiri. Akibatdari maraknya kegiatan pencaloan ini makaberbagai tindak kekerasan menjadi marak terjadi.Para pencari kerja yang menganggap mencari kerjadengan melalui calo akan lebih mudah ternyatatidak demikian adanya. Bagi calon TKW yangbernasib baik, bisa saja tanpa perlu lama beradadipusat penampungan mereka akan segeradiberangkatkan kenegara tujuan. Tetapi bagimereka yang mesti tinggal lama dipusat penam-pungan pasti akan meresakan bagaimana rasanyaberada dipusat penampungan. Sampai berapalama individu tersebut mesti berada dipusatpenampungan tidak ditentukan oleh individu yangbersangkutan, tergantung dari permintaan penyalurtenaga kerja Negara tujuan. Dan biasanya juga,Negara tujuan tidak dapat ditentukan oleh individuyang ingin bekerja diluar negeri tersebut, tetapitergantung dari kebutuhan akan tenaga kerjaNegara pengguna. Berbagai macam jalur dipergu-nakan oleh calon tenaga kerja wanita yang beradadidaerah transit di Kota Tanjungpinang untuk dapatbekerja di luar negeri.

Berdasarkan dari latarbelakang diatas tertarikuntuk dilakukan penelitian tentang jaringan sosialtenaga kerja wanita Indonesia yang sedang beradadidaerah transit di Kota Tanjungpinang, denganpertanyaan penelitian sebagai berikut :1. Apa jaringan sosial yang dimiliki calon tenaga

kerja migran memilih Tanjungpinang sebagaidaerah transit keluar negeri

2. Apa hambatan-hambatan yang dihadapi calonpekerja migran mulai dari daerah asal hinggatiba didaerah transit.

3. Apa pandangan tentang perusahaan jasapengiriman Tenaga Kerja keluar negeri

4. Apa informasi yang miliki untuk menjadi tenagakerja diluar negeri

2. Tujuan PenelitianBerdasarkan atas perumusan masalah di atas,

maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :1. Mendeskripsikan jaringan sosial yang dimiliki

calon pekerja migran Indonesia sehinggamemilih daerah diluar daerah asal merekasebagai tempat transit sebelum berangkat kenegara tujuan kerja

2. Mendeskripsikan hambatan-hambatan yangdihadapi calon pekerja Migran Indonesia mulaisejak dari daerah asal hingga tiba didaerahtransit.

3. Mendeskripsikan informasi yang dimiliki calonpekerja migran Indonesia tentang bekerja diluar negeri.

3. Manfaat Penelitian1. Dari hasil Penelitian ini diharapkan dapat

memberi masukan kepada Dinas tenaga kerjaKota Tanjungpinang khususnya dalam rangkapenyusunan kebijakan bagi pengelolaan danproses keberangkatan calon pekerja migranIndonesia

2. Sebagai informasi bagi penelitian lanjutan yangtertarik untuk melakukan penelitian tentangtenaga calon pekerja migran Indonesia.

4. Tinjauan Pustaka4.1. Jaringan Sosial Pekerja Migran

Migrasi Internasional pekerja merupakan suatubentuk mobilitas penduduk yang melampaui batas-batas wilayah Negara dan budaya. Bentukmobilitas ini berkembang sejajar dengan perkem-bangan bentuk-bentuk hubungan yang terjadiantara Negara-negara dalam arti luas. Dengan katalain, bentuk-bentuk migrasi internasional pekerja,baik dilihat secara diakronik maupun sinkroniksangat erat berkaitan dengan bentuk ataupun polahubungan antarnegara dari masa ke masa (Zlotnikdalam Haris, 2003:11). migrasi menurut Lee(Mantra,1999:4), dapat dilihat sebagai suatuproduk dari perbedaan tingkat upah antara satu

JARINGAN SOSIAL PEKERJA MIGRAN INDONESIA KE LUAR NEGERI

Page 255: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN246

daerah dengan daerah lainnya. Dengan kerangkaini maka faktor utama yang melatarbelakngi migrasitenaga kerja kesuatu daerah tujuan adalah factormakro atau kontekstual yang seringkali dilihatsebagai factor daya tarik dan daya dorong (pushdan full factor). Secara teoritis, factor-faktor makrodalam bentuk daya tarik dan daya dorong tersebutterdiri dari berbagai variable, misalnya pasarantenaga kerja yang terbatas didaerah asal dan yangcukup didaerah tujuan, perbedaan tingkat upahdikedua daerah tersebut, pemilikan tanah didaerahasal, ikatan kesukuan dan kekeluargaan, hubungantransportasi antar daerah tujuan dan daerah asal,akses terhadap berbagai fasilitas didaerah tujuan,pengaruh faktor politik didaerah asal, iklim sertaprogram-program pemerintah.

Menurut Titus (Mantra, 1999:4) faktor tarikdan faktor dorong untuk terjadinya migrasi dayatarik yang positif yang terdiri dari kesempatankerja, besarnya penghasilan dan gemerlapan kota.Sedangkan daya dorong negative terdiri dariledakan penduduk dipedesaan, ekosistem yangtidak stabil, rendahnya pendidikan dan fungsi-fungsilembaga social serta ketidakpuasan politik.Bahkan menurut Mitchel (Mantra,1999:4)kekuatan yang berperan sebagai pendorong dankekuatan sebagai penarik migrant untuk berpindah,merupakan factor penting yang mempengaruhiproses migrasi.

Lebih lanjut menurut Lee (Mantra,1999:5),faktor kemiskinan yang diakibatkan oleh kondisilingkungan yang tidak mendukung untuk aktivitasekonomi yang memadai juga menjadi penyebabterjadinya arus migrasi keluar dalam jumlah besar.Dengan kata lain dapat pula dikatakan bahwafactor needs dan stress yang besar didaerah asalmendorong migran potensial untuk meninggalkandaerah asalnya kedaerah-daerah lain yangdianggap mampu memenuhi kebutuhannya.

Findley (Mantra,1999:5), menyatakan bahwaperbaikan system transportasi dan infrastrukturberpengaruh terhadap migrasi keluar. Sedangkanmenurut Naim (Mantra,1999:5), menyebutkanbahwa norma-norma masyarakat dan informasitentang pekerjaan juga diketemukan berpengaruhterhadap keputusan penduduk untuk pindah,sirkulasi atau tinggal.

Menurut hasil penelitian Mantra dan Molo(Mantra,1999:5), tidak saja sistem transportasidan infrastruktur tetapi juga bantuan sanak saudaradidaerah asal dan tujuan memberikan tempatpenginapan sementara, mencarikan pekerjaanbahkan sampai pinjaman uang mendorong untukterjadinya migrasi. Hal ini senada dengan pendapatMabogunje (Mantra,2006:184) yang menye-butkan bahwa kontribusi dari migran terdahulu dikota sangat besar dalam membantu migran baruyang berasal dari desa atau daerah yang samadengan mereka, terutama pada tahap-tahap awaldari mekanisme penyesuaian diri di daerah tujuan.Para migran baru tidak hanya sekedar ditampungdi rumah migran lama, tetapi juga dicukupikebutuhan makan dan dibantu untuk mendapatkanpekerjaan sesuai dengan kemampuan dan relasiyang dimiliki. Hal ini menyebabkan lapanganpekerjaan tertentu di suatu kota atau daerah seringdidominasi oleh migran yang berasal dari desa ataudaerah tertentu. Dan biasanya proses mencaripekerjaan itu berkisar antarrelasi migran sedaerahjuga.

Fenomena migrasi bukanlah hal yang baru baikdi dunia maupun di Indonesia. Untuk di Indonesia,pada saat ini, fenomena migrasi terjadi lebihdidorong karena kebutuhan ekonomi. Persoalanlapangan pekerjaan yang tidak tersedia menjadidaya dorong utama untuk terjadinya migrasi yangberlandaskan ekonomi tersebut. Mobilitas ini selaindidorong dengan semakin sulitnya mendapatkanpekerjaan didalam negeri juga karena adanyaiming-iming yang selalu ditemukan didalammasyaraka tentang mudahnya mendapatkanpekerjaan diluat negeri dan gaji yang lebih besarbila dibandingkan dengan bekerja didalam negeri.Karena adanya berbagai iming-iming tersebutmembuat daya tarik bekerja keluar negeri saat inisemakin menarik sebagian besar warganegaraterutama yang berasal dari daerah pedesaan.Mobilitas ini tidak saja dilakukan oleh kaum pria,kaum wanita juga melakukan mobilitas keluarnegeri tersebut.

Adapun daerah yang menjadi tujuan mobilitastersebut yaitu kawasan Asia Pasifik, Eropa, TimurTengan dan Afrika dan jumlah TKI terbesarterdapat di Malaysia (Lanti, 45: 1998). Menurut

JARINGAN SOSIAL PEKERJA MIGRAN INDONESIA KE LUAR NEGERI

Page 256: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN247

hasil penelitian Bagus Mantra (1: 1999) arusmobilisasi tenaga kerja dari Indonesia ke Malaysiaterjadi sejak sebelum perang dunia II. Arus inimenyusut pada waktu perang dunia ke II dankonfrontasi. Sejak tahun 1910, pemerintahKolonial dalam usaha mengeksploitasi sumber dayaalam di Semenanjung Malaysia, Sabah danSarawak membangun perkebunan, pertambangan,kota-kota industri dan pelabuhan. Dalam rangkapembangunan tersebut, Pemerintah Kolonialkekurangan tenaga kerja dan juga etos pekerjalokal yang yang sangat rendah mengakibatkanpada masa itu Pemerintah Kolonial melaksanakansistem pintu terbuka. Mulai saat itu mengalirlahtenaga kerja dari wilayah-wilayah Cina Selatan,Filipina, India dan sebagian dari Indonesia datangke Malaysia.

Ravenstein berpendapat bahwa mobilitas tenagakerja Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut:1. Pada mulanya para pelaku mobilitas memilih

daerah tujuan dimana teman atau sanak saudarabertempat tinggal di daerah tersebut.

2. Pada masa penyesuaian diri di Kota, paramigran terdahulu membantu mereka dalammenyediakan tempat penginapan, membantumencari pekerjaan dan membantu bilakekurangan uang dan lain-lain.

Sesuai dengan pendapat Ravenstein diatasdapat disebutkan bahwa arah migrasi atau daerahtujuan kerja tergantung kepada sumber informasiserta sanak saudara yang telah lebih dahulu beradadidaerah tujuan kerja. Selain itu juga, denganadanya bantuan dari sanak saudara didaerah tujuankerja, maka akan mendorong untuk terjadinyamigrasi karena adanya jaminan sebelum mem-peroleh pekerjaan. Dalam hal ini hubungankekerabatan memegang peranan penting untukterjadinya proses migrasi atau mobilitas penduduk.Durkheim menyebutnya dengan Gemeinschaft,yaitu karena adanya hubungan kekerabatan, baikitu gemeinschaft of mind, gemeinschaft of bloodmaupun gemeinschaft of locality (Smith,2005:30).

4.2. Pekerja MigranMenurut ILO pekerja migran merupakan

seseorang yang bermigrasi atau telah bermigrasi

dari sebuah negara ke negara lain dengan gambaranuntuk dipekerjakan oleh orang lain selain diriyasendiri, termasuk siapapun yang diterima secarareguler sebagai seorang migran untuk pekerjaan.ASEAN sebagai bagian dari negara-negara yangberanggotakan negara-negara di kawasan Aseantelah membuat kesepakatan berkaitan denganpekerja migran di kawasan ASEAN. Kesepa-katan ini dituangkan dalam bentuk ASEANDeclaration on the Promotion and the Protectionof the Rights of Migrant Workers. Ada beberapakesepakatan yang telah dibuat melalui deklarasitersebut yaitu :a) Negara pengirim dan negara penerima pekerja

migran memajukan potensi dan martabatpekerja migran dengan bersumber padaperaturan, regulasi dan kebijakan negara-negaraanggota ASEAN

b) Negara pengirim dan negara penerima, denganalasan kemanusiaan, bekerjasama menyele-saikan kasus-kasus pekerja migran, termasukkasus pekerja migran tanpa dokumen resmi(undocomented)

c) Negara pengirim dan negara penerima menya-dari pentingnya hak-hak fundamental danmartabat pekerja migran dan keluarganya tanpamengesampingkan aplikasi peraturan, regulasidan kebijakan dari negara penerima.

Berdasarkan hasil konvensi PBB pasal 22 tahun1990 dinyatakan bahwa:1. Buruh migran dan anggota keluarganya tidak

boleh menjadi sasaran upaya pengusiran ataupengeluaran kolektif, Setiap kasus pengusiranharus diperiksa dan diputuskan satu persatu

2. Buruh migran dan anggota keluarganya hanyadapat dikeluarkan dari wilayah suatu negaradidasarkan atas suatu keputusan yang diambiloleh pejabat yang berwenang sesuai hukum.

Pada tanggal 13 Januari 2007 dalam rangkaperlindungan terhadap pekerja migran dikawasan ASEAN, dibuat deklarasi yang dikenaldengan Cebu Declaration on The Protection andPro-motion Of The Rights Of Migran Workers.Namun deklarasi ini tidak terus didorong untukdiimple-mentasikan sebagai sebuah kebijakan

JARINGAN SOSIAL PEKERJA MIGRAN INDONESIA KE LUAR NEGERI

Page 257: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN248

proteksi buruh migran secara regionaldikawasan ASEAN. Ini terjadi karena tidak adakomitmen Politik dari segenap petinggi ASEANdan juga proses monitoring dan evaluasi darimasyarakat sipil.

Berkaitan dengan pekrja Migran di kawasanASEAN, pada tanggal 20 November 2007ditandatangani ASEAN Charter yang berisi antaralain berkaitan dengan inisiatif membuat ASEANsebagai kawasan yang demokratis dan menghargaiHAM, meski realitas menunjukkan hal yangberbeda. Selain itu juga tercipta komitmen politikanggota ASEAN untuk proteksi Hak AsasiManusia berkaitan dengan buruh migran. Adapunrekomendasi yang dicapai dalam komitemntersebut yaitu :a) Terbentuknya mekanisme migrasi yang aman,

mudah dan murah merupakan hak masyarakatdan kewajiban Pemerintah.

b) Memperkuat koordinasi dan pengawasanperbatasan serta penegakan hukum diantara 2negara.

c) Menyamakan perspekktif dalam menanganimasalah ilegal workers yang berbasis padastandar HAM dan perburuhan internasional

d) Memperkuat kerjasama antara negara diASEAN dalam perlindunganburuh migran

e) Pemerintah harus bertanggungjawab ataspersoalan deportasi, karena deportasi bukansolusi dalam menangani masalah ilegal migranworkers

Dikawasan ASEAN, hanya Philiphina yangmempunyai komitmen politik yang konkrit untukproteksi buruh migran, karena hanya Philiphinayang telah meratifikasi konvensi internasional untukperlindungan buruh migran, sementara Indonesiadan Cambodia baru sign pada bulan September2004. Dan dikawasan ASEAN, baru Indonesia,Philiphina dan Cambodia yang telah meratifikasiILO Core Convention.5. Metode Penelitian5.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kota Tan-jungpinang dengan melakukan penjajakan dipusat-pusat penampungan calon TKW baiklokasi penampungan legal maupun ilegal.

Penentuan lokasi-lokasi penampungan calonTKW dilakukan dengan cara meminta informasikepada seorang, kemudian melalui orangpertama akan membe-ritahu tempat yang bisadikunjungi lebih lanjut atau yang biasa di sebutmetode snowball. Selain dipusat-pusatpenampungan, kegiatan pengumpulan data jugadilakukan kepada calon tenaga Kerja Mandiriyaitu tenaga kerja yang tidak bergantung kepadajasa pengirim tenaga kerja.

5.2. Jenis penelitianJenis penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah penelitian deskriptif. Sebagaimanapenelitian deskriptif, penelitian ini hanya berusahamenggambarkan suatu gejala. Menurut Vreden-berg, bahwa penelitian deskriptif merupakan suatupenelitian yang berusaha melukiskan realitas yangkompleks sedemikian rupa sehingga relevasnisosiologisnya tercapai ( J. Vredenberg 1983:34).Dengan kata lain penelitian deskriptif merupakansuatu pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi suatu gejala atau kejadian-kejadian, tidakperlu mencari atau menerangkan saling hubungan,mentest hipotesa, membuat ramalan atau menda-patkan implikasi.

Sejalan dengan pernyataan Hadari bahwapenelitian deskriptif hanya berusaha mengam-barkan/melukiskan keadaan subyek/obyekpenelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya(2005:63). Berdasarkan pada pendapat Hadaritersebut, maka kegiatan mendeskripsikan datapenelitian dilakukan dengan cara menggambarkanjaringan sosial pekerja Migran Indonesia sertaalasan memilih Tanjungpinang atau Pulau Bintansebagai daerah transit serta hambatan-hambatanyang dialami calon pekerja migran Indonesia baikitu semasa didaerah asal hingga akhirnya tiba didaerah transit, serta pengetahuan mereka tentangdaerah tujuan kerja.5.3. Tehnik analisa data

Tehnik analisa data yang dipergunakan dalampenelitian ini adalah analisa kualitatif. Dimanapenelitian ini tidak mencari hubungan antar variabel,tetapi hanya melihat satuan-satuan gejala ataufenomena yang ada dalam kehidupan manusia.

JARINGAN SOSIAL PEKERJA MIGRAN INDONESIA KE LUAR NEGERI

Page 258: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN249

Metode ini dipergunakan untuk mendapatkan datayang mendalam dan berusaha untuk mengung-kapkan realitas sosial masyarakat. pengungkapandata dibuat dalam bentuk uraian-uraian dari hasilolahan data dari kegiatan pengumpulan data.

5.4. Informan PenelitianPenemuan informan dilakukan dengan sistem

snowball dan Penggunaan sistem purposif, karenacalon pekerja migran tersebut tidak bisa ditentukanberapa lama mereka akan berada di Pulau Bintan.Pendekatan dengan informan penelitian dilakukanbeberapa kali kunjungan. Snowball dilakukan untukmenemukan informan melalui orang-orang yangterlibat dan pernah berhubungan dengan calo ataupengusaha PJTKI serta ahli keluarga calon pekerjamigran yang kemungkinan berasal dari kawasanPulau Bintan.

Informan penelitian lain yang diwawancaraidalam rangka menyempurnakan data penelitianadalah informan yang berasal dari petugas DinasTenaga kerja Kota Tanjungpinang. Petugas dariDinas Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang diambildari petugas yang berkaitan dengan persoalanTenaga kerja Wanita. Pengambilan informasimelalui petugas atau pegawai Dinas Tenaga KerjaKota Tanjungpinang dilakukan di kantorDISNAKER Kota Tanjungpinang. Bantuanpegawai DISNAKER juga dipergunakan untukbisa masuk ke PJTKI. Selain itu juga pengusahadan pengurus PJTKI yang ada di Tanjungpinangdimintai informasi dalam rangka mendukung data.

5.5. Tehnik dan Alat Pengumpulan DataDalam rangka memenuhi tujuan penelitian

diperlukan data-data penelitian. maka dalampenelitian ini dipergunakan tehnik pengumpulandata dengan cara:5.5.1. Tehnik wawancara mendalam (indepth

interview).Wawancara mendalam dilakukan dengan cara

melakukan pendekatan kepada informan pene-litian. Pedoman wawancara dibuat berdasarkanindikator penelitian dan kemudian dirumuskanpertanyaan-pertanyaaan penelitian yang mengarahkepada kegunaan untuk terjawabnya permas-alahan penelitian

5.5.2. Studi DokumenterCara mengumpulkan data bahan-bahan tertulis

yang berhubungan baik dari sumber dokumenmaupun Koran, majalah dan arsip.

6. Analisis Data Jaringan Sosial pekerjaMigran Indonesia di Luar Negeri(Kasus: Daerah Transit Kota Tanjung-pinang)Mobilitas penduduk dari desa kekota pada

awalnya terbatas pada proses bepergian mening-galkan daerah asal menuju kota-kota di Indonesia,kemudian berubah melewati batas-batas negara(Abdullah,2002:12). Mobilitas kemudian memilikivariasi tidak hanya terbatas pada proses bepergianmeninggalkan daerah asal meuju kota-kota diIndonesia. Hal ini terjadi disebabkan berbagaikebijakan dalam negeri yang memberi keleluasaanproses migrasi internasional seperti prosespemilikan paspor dan perizinan untuk bekerjakeluar negeri. Namun terlepas dari keleluasaanyang diberikan pemerintah Indonesia dalam prosespengurusan membuat keleluasaan itu dimanfaatkanoleh calon tenaga kerja yang ingin melakukanmobilitas keluar negeri. Menurut hasil penelitianWicaksono (2002:109) tenaga kerja Indonesiayang akan bekerja keluar negeri lebih banyak yangmenyenangi jalur ilegal. Hal ini didorong karenabeberapa hal yaitu persoalan birokrasi, seperti1. Desain pelayanan program2. Sosialisasi3. Kinerja institusi penyelenggara4. Kebijakan dinegara penerima5. Kejelasan aturan main6. Law enforcemen7. Latarbelakang lingkungan sosial calon tenaga

kerja8. Akses informasi

Untuk mengetahui bagaimana jaringan sosialyang dimiliki tenaga kerja wanita Indonesia yangsedang transit di Tanjungpinang hingga akhirnyamereka bisa tiba di berbagai penampungan yangada di Tanjungpinang serta alasan apa yangmembuat mereka memilih jalur tersebut akandijelaskan dibawah ini.

JARINGAN SOSIAL PEKERJA MIGRAN INDONESIA KE LUAR NEGERI

Page 259: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN250

A. Proses Rekrutmen Calon Tenaga KerjaKeluar NegeriDari hasil temuan dilapangan ditemukan bahwa

Proses rekrutmen calon tenaga kerja wanita yangsedang transit di Tanjungpinang melalui beberapajalur:1. Jalur resmi yaitu melalui PJTKI2. Ikut teman atau kerabat yang telah mengetahui

jalur ke luar negeri3. Pergi sendiri karena telah pernah bekerja ke

luar negeri.

Dari ke 3 jalur tersebut dapat dijelaskan sebagaiberikut:1. Jalur resmi melalui PJTKI

Perusahaan jasa pengiriman tenga kerja di

Tanjungpinang atau disingkat dengan PJTKI terdiriatas 2 jenis yaitu PJTKI legal dan ilegal. AdapunPJTKI Legal merupakan PJTKI yang terdaftar diDinas Sosial Pemerintah Kota Tanjungpinang danPemerintah Kabupaten Bintan. Sedangkan PJTKIilegal merupakan PJTKI yang tidak terdaftar dilembaga Pemerintahan, namun berkegiatanmengirimkan tenaga kerja keluar negeri. Pemilihancalon tenaga kerja terhadap sebuah jasa peng-iriman tenaga kerja diawali dari promosi yangdilakukan oleh petugas lapangan yang diberi surattugas dari sebuah perusahaan jasa pengirimantenaga kerja. Dengan berbekal surat tugas, seorangpetugas lapangan yang kemudian dikenal dengan“PL” melakukan pelacakan kedesa-desa untukmerekrut calon tenaga kerja. Biasanya petugasyang dijadikan PL kesebuah desa merupakanpenduduk yang berasal dari desa setempat. Inidimungkinkan untuk mempermudah prosesperekrutan calon tenaga kerja. Karena dengandemikian penduduk setempat merasa telahmengenal dekat dengan PL tersebut. Bahkandari keterangan informan penelitian menye-

butkan informasi tentang bekerja keluar negerimereka peroleh melalui saudra mereka.Sebenarnya yang mereka sebut dengan saudaratersebut hanyalah orang yang mempunyaihubungan teritorial dengan mereka.

Sebuah PJTKI resmi dan PJTKI-PJTKIyang bekerjasama dengan PJTKI resmi yangterdaftar di Dinas Tenaga Kerja dalam merekruttenaga kerja migran memiliki suatu jaringankhusus didaerah-daerah yang dijadikan sasaranuntuk perekrutan tenaga kerja migrant. Biasanyaagen yang ditempatkan didaerah-daerahsasarantenaga kerja migran tersebut akan ditempatkanorang-orang yang memang berasal dari daerahtersebut. jaringan tersebut dapat digambarkansebagai berikut:

Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwaperusahaan-perusahaan jasa pengiriman tenagakerja dalam merekrut calon tenaga kerja memilikisponsor atau petugas-petugas yang beradadidaerah-daerah. Melalui sponsor, kemudiansponsor mengembangkan diri lagi denganmembentuk jaringan baru yang disebut denganpetugas lapangan atau lebih dikenal dengansebutan “PL”. Petugas-petugas lapangan iniditempatkan didaerah-daera atau didesa-desayang dijadikan sasaran perekrutan calon tenagakerja. Dalam menjalankan tugasnya setiap PL dansponsor akan dibekali dengan surat tugas yangdikeluarkan oleh PJTKI yang mempekerjakanmereka. Setelah PL menemukan calon tenagakerja, maka calon tenaga kerja tersebut akandiserahkan kepada sponsor yang telah menunggudi lokasi-lokasi yang telah disepakati bersamaantara PL dan sponsor dan kemudian dijadikansebagi pos-pos pertemuan mereka. Lokasi yangbiasanya dijadikan sebagai tempat pertemuanantara sponsor dan PL adalaha pelabuha laut bilaberbatasan dengan laut atau terminal bila hanya

Sumber: Data Primer, 2011

JARINGAN SOSIAL PEKERJA MIGRAN INDONESIA KE LUAR NEGERI

PJTKI → Sponsor Petugas Lapangan → Calon Tenaga Kerja

↓ Agensi (berada di negara Tujuan Kerja)

Page 260: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN251

berbatasan antar daerah. Untuk calon tenaga kerjayang berasal dari wilayah Indonesia Timur, makadari daerah asal, mereka akan dipertemukandengan sponsor di pellabuhan Tanjung Perak untukkemudian akhirnya mereka akan dibawa keTanjungpinang melalui jalur laut.

Walaupun calon tenaga kerja bersumber daripetugas lapangan yang dimiliki masing-masingsponsor dan diberi surat tugas dari PJTKI, namunantara PJTKI dan PL bisa tidak saling kenalmengenal dan tidak pernah saling berhubungan.

Bila telah terjadi penyerahan calon tenagakerja dari PL kepada sponsor, pada saat itusponsor akan menyerahkan sejumlah biayapengganti biaya transportasi calon tenaga kerjaserta sejumlah upah kepada PL. Penyerahan calontenaga kerja kepada sponsor oleh PL tidakotomatis calon tenaga kerja tersebut akan dibawaoleh sponsor ke Tanjungpinang. Ada sebagiansponsor yang akan membawa calon tenaga kerjake Tanjungpinang kemudian membawa danmenyerahkannya ke PJTKI yang telah memberimereka surat tugas. Dan ada sebagian yang hanyamembekali calon tenaga kerja dengan tiket sertaalamat PJTKI yang harus mereka hubungi atautemui bila telah tiba di Tanjungpinang. Selain itujuga ada PJTKI yang mengirim petugas merekauntuk menjemput calon tenaga kerja merekadilokasi-lokasi yang telah disepakati antarasponsor dan perwakilan PJTKI yang dikirimketempat penjemputan. Pada pertemuan antaraperwakilan PJTKI dan sponsor, ketika itu jugaakan diserahkan sejumlah dana yang telahdikeluarkan oleh sponsor serta uang lelah kepadasponsor.

Dari informasi yang ditemui dilapangan adapuntenaga kerja migran yang mempergunakan jalurresmi ini terutamanya adalah calon TKW asalLombok dan Flores. Setibanya mereka diTanjungpinang, mereka akan ditempatkandipenampungan-penampungan yang dimiliki olehPJTKI. Tetapi tidak tertutup kemungkinan, tenagakerja migran tersebut akan ditempatkan dirumah-rumah penduduk yang membutuhkan tenaga kerjasebagai pembantu rumah tangga. Penempatantenaga kerja migran tersebut dirumah pendudukdengan alasan mereka harus magang dulu sebelum

berangkat keluar negeri. Keberangkatan keluarnegeri biasanya tergantung dari telah selesainyapaspor dan permit kerja calon tenaga kerja danpermintaan dari pihak agensi dinegara tujuan kerja.Berarti keberangkatan tenaga kerja migrankenegara tujuan kerja tidak bisa dipastikanakankah cepat atau lamabat ia akan meninggalkanasrama penampungan.

Bagi tenaga kerja migran yang berada diasramapenampungan PJTKI yang benar-benar resmi,maka caln TKW tersebut akan dibekali denganketrampilan untuk bisa menjadi nilai tambah bagitenaga kerja migran tersebut. Ketrampilan tersebutselain ketrampilan bahasa, pengenalan alat-alatelektronik juga kepada tenaga kerja migran akandiperkenalkan bebarapa jenis maskan China.Karena kemungkinan tenaga kerja migran tersebutakan ditempatkan dengan majikan beretnis China.

2. Ikut teman atau kerabat yang telahmengetahui jalur ke luar NegeriJalur tidak resmi atau karena ikut teman atau

kerabat yang telah mengetahui jalur keluar negerimerupakan jalur yang selalu dipergunakan olehtenaga kerja migran asal Madura. Jadi calon TKWasal Madura berbeda dengan pengalaman yangdialami oleh tenaga kerja migran asal Lombok danTKW asal Flores. Bila tenaga kerja migran asalLombok dan Flores direkrut oleh “PL-PL”, yangmerupakan orang sekampung mereka, makatenaga kerja migran asal Madura tidak pernahmengenal PL. Sebagaimana disebutkan bahwatenaga kerja migran asal Madura ingin bekerjakeluar negeri karena telah ada pekerjaan yangmenunggu mereka bukan dengan ketidakpastianakan pekerjaan. Bahkan jensi pekerjaan yang akanmereka geluti juga telah mereka ketahui hinggabesarnya gaji yang akan mereka terima. Kerabatatau suami mereka telah berada di negara tujuankerja dan telah mencarikan kerja untuk mereka.Bahkan pekerjaan yang akan digeluti oleh tenagakerja migran tersebut bisa jadi bukan pekerjaanyang dicarikan tetapi majikan kerabat mereka yangmeminta tenaga kerja tambahan. Apalagi biladiantara tenaga kerja Indonesia yang telah beradadiluar negeri tersebut menunjukkan citra kerja yangbaik, hal ini membuat majikan mereka tertarik

JARINGAN SOSIAL PEKERJA MIGRAN INDONESIA KE LUAR NEGERI

Page 261: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN252

untuk mencarikan tenaga kerja yang berasal daridaerah asal mereka. Biasanya jenis pekerjaan ayngakan digeluti oleh tenaga kerja migran asal Maduraini adalah pekerjaan di pperkebunan atau sebagaitukang masak diarea perkebunan. Umumnyadaerah tujuan kerja tenaga kerja migran asalMadura adalah Malaysia.

Dalam hal ini keberangkatan mereka hinggaakhirnya harus transit di Tanjungpinang terjadihanya sekedar mengikuti orang yang telahdipercayai oleh anggota keluarga mereka yang jugamenurut istilah orang Madura dengan “masihkeluarga mereka”. Sama seperti untuk tenaga kerjamigran asal Lombok dan Flores sebutan keluargaakan diberikan kepada orang yang masihmempunyai hubungan teritorial dengan mereka danbukan karena hubungan genealogis semata. Jadi“PL” bagi calon tenaga kerja migran asal Madurahanyalah orang yang akan membawa merekakedaerah tujuan kerja.

Faktor yang membuat “calo” tenaga kerjamigran asal Madura memilih Tanjungpinang sebagaidaerah transit tenaga kerja migran asal Maduradilatarbelakangi oleh kemudahan dan murahnyabiaya yang harus mereka keluarkan untukpembuatan paspor. Ditinjau dari segi angkutanuntuk sampai kenegeri seberang, menurut merekajuga relatif murah bila dibandingkan dengankeberangkatan langsung dari daerah asal merekapembuatan paspor di Tanjungpinang menjadihitungan termurah oleh para calo dan calon Tenagakerja yang akan bekerja keluar negeri dilatar-belakangi oleh ditiadakannya biaya fiskal yangseharusnya mereka keluarkan bila ingin menujunegeri seberang dengan mempergunakan pasporkeluaran wilayah Kepulauan Riau.

Pengurusan paspor di Tanjungpinang tidakditangani oleh calo yang membawa mereka dariMadura, tetapi melalui calo tersendiri yangbertugas mengurus paspor bagi pendatang dari luarTanjungpinang yang tidak memiliki surat–suratsebagai penduduk Tanjungpinang. Biasanya biayayang akan dikeluarkan untuk membuat pasportenaga kerja migran akan berbeda denganpembuatan paspor hijau biasa. Hal ini ditambahlagi pengurusan paspor tersebut tidak dilakukansendiri oleh calon TKW dan mereka tidak memiliki

surat-surat yang haus dipenuhi sebagai persyaratanuntuk pembuatan paspor.

3. Pergi sendiri karena telah pernah bekerjake luar negeriJaringan sosial terakhir yang ditemui dilapangan

yang dipergunakan oleh tenaga kerja migran yangtransit di Tanjungpinang adalah mereka datangsendiri ke Tanjungpinang karena mereka telahpernah bekerja keluar negeri sehingga mereka taujalur-jalur mana yang harus mereka lalui.Keberadaan tenaga kerja migran dengan jalur initerjadi karena mereka akan kembali datangbekerja kenegara tujuan setelah mereka meng-habiskan waktu libur mereka didaerah asal.

Jalur ini dipergunakan tidak terbatas pada asaldaerah tertentu tenaga kerja migran tetapi darisetiap daerah asal tenaga kerja migran yang pernahpergi keluar negeri kemungkinan akan memper-gunakan jalur ini. Ini terjadi karena mereka padaumumnya telah punya pengalaman dengan jalur-jalur yang haurs dilalui dan juga siapa yang perlumereka hubungi bila memerlukan sesuatu hal. Selainhanya sebagai tempat transit sebelum berangkatke negara tujuan kerja, keberadaan mereka diTanjungpinang juga berkaitan dengan pengurusanpaspor. Bagi tenaga kerja migran yang memper-gunakan jalur ini, mereka telah mempunyai majikanyang akan siap mengambil tenaga kerja migrantersebut untuk bekerja kembali dengan mereka.Hanya kadang-kadang setibanya mereka diTanjungpinang, majikan belum membutuh tenagakerja mereka disebabkan ditempat majikan masihtersedia tenaga kerja. Maka tenaga kerja migranini akan bekerja sebagai pembantu rumahtanggapada keluarga-keluarga di Tanjungpinang yangmembutuhkan tenaga kerja pembantu rumahtangga dengan sistem penggajian harian. Ataukemungkinan yang lain yang akan dilakukan olehtenaga kerja migran ini adalah menumpang dirumahkerabat mereka yang ada di Tanjungpinang.Bahkan ada sebagian calon TKW yang datangkembali kepada perusahaan atau calo yang pernahmengirim mereka keluar negeri pada awalterdahulu.

Kadang-kadang tenaga kerja migran yang akanbekerja kembali kenegara tujuan kerja, akan

JARINGAN SOSIAL PEKERJA MIGRAN INDONESIA KE LUAR NEGERI

Page 262: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN253

membawa teman dari daerah asal mereka.Keberanian mereka membawa teman dari daerahasal sebenarnya bukan tanpa alasan tertentu.Keberanian ini didukung dengan permintaan darimajikan atau bahkan mungkin teman majikanmereka untuk mencarikan tenaga kerja tambahan.Keengganan paara majikan di luar negeri(Singapura dan Malaysia) untuk merekrut tenagakerja lewat agensi disebabkan karena para majikanenggan berurusan dengan persoalan administrasidan persyaratan-persyaratan yang harus merekapenuhi. Seperti harus menyediakan uang jaminankepada agensi bagi tenaga kerja yang mereka ambilserta harus mebayar pajak kepada Pemerintah.Jadi bila majikan langsung berurusan dengan calontenaga kerja, maka mereka akan terlepas darisegala beban biaya yang cukup besar tersebut.Selain itu juga tanpa melalui agensi penyalur tenagakerja, maka tenaga kerja akan dapat menerimagaji mereka dengan penuh tanpa ada pemotongan-pemotongan, seperti yang dilakukan oleh agensipenyalur tenaga kerja kepada tenaga kerja yangmereka salurkan.

Dari informasi yang diperoleh melalui peng-usaha PJTKI di Tanjungpinang, keenggananPJTKI lokal mengambil tenaga kerja migran daerahasal mereka, disebabkan karena takut mengalamihal-hal yang dapat merugikan mereka seperti tidakjadi berangkat karena hamil, karena selama dalammasa menunggu diberangkatkan tenaga kerjamigran tersebut masih bertemu dengan suamimereka atau tenaga kerja migran yang telahmenjanda rujuk kembali dengan suami mereka.Kerugian ini terjadi karena selama dalam masamenunggu dipenampungan, pengusaha PJTKI telahmengeluarkan biaya untuk konsumsi serta bahkanada tenaga kerja migran tersebut yang telahdibuatkan paspor. Selain itu juga PJTKI telahmeninggalkan sejumlah uang kepada keluargatenaga kerja migran yang akan mereka tinggalkan.

B. Pengetahuan tentang informasi Kerja dankontrak kerjaPengetahuan tentang informasi tentang jenis

pekerjaan yang akan dijalani seharusnya menjadihal penting yang harus dimiliki oleh calon tenagakerja. Tetapi pada kenyataanya calon tenaga kerja

tidak mengetahui jenis pekerjaan apa yang akanmereka geluti nantinya, bahkan negara tujuan kerjajuga yang akan mereka tuju mereka tidakmengetahuinya. Cuma secara garis besar merekadiberi gambaran kemungkinan jenis pekerjaan yangakan mereka jalani serta negara tujuan yang akanmereka tuju yaitu antara Singapura dan Malaysia.

Sewaktu mereka direkrut dari daerah asal,informasi kerja yang mereka miliki berasal daripetugas lapangan yang mendatangi mereka darirumah kerumah dengan segala imin-iming sertacontoh dari kerabat mereka yang telah berhasil.Penyampaian informasi tentang bekerja keluarnegeri oleh petugas lapangan tidak dibatasi kepadaorang-orang tertentu. Petugas lapangan akanmendatangi dan membujuk orang-orang yangdilihatnya agak mengalami kesulitan untukmemenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dandianggap punya keinginan untuk merubah nasibserta orang diangggap punya orientasi untuk keluardaerah.

Bagi sebagian informan yang ditemui dilapanganyang belum pernah bekerja diluar negeri, bekerjakeluar negeri bukan merupakan sesuatu hal yangbaru bagi mereka. Walaupun mereka belum pernahbekerja diluar negeri, tetapi pengalaman kerabatmeraka telah ada yang bekerja diluar negeri.Seperti kasus salah seorang informan asal Lombokyang menyebutkan bahwa sebenarnya suaminyasudah pernah bekerja keluar negeri beberapawaktu yang lalu, tetapi kepulangan suaminyaketanah air tanpa membawa hasil. Menurutpenuturan informan tersebut, hal itu terjadi karenasuaminya telah ditangkap di Malaysia, kemudiansuaminya dihukum dan dipulangkan ke Indonesia.Walaupun telah punya pengalaman pahit darisuaminya tentang bekerja diluar negeri, namunternyata kemiskinan yang dialami dan kekuatandaya tarik nilai mata uang asing tetap menjadikekuatan yang tidak dapat dipungkiri.

Berangkatnya seorang tenaga kerja migrankeluar negeri dengan agen yang akhirnya mem-bawa mereka Tanjungpinang berdasarkan kepadahubungan kekerabatan teritorial saja. Dan inikenapa mereka tidak mempergunakan jalur PJTKIyang berada didaerah asal mereka, ini disebabkankarena mereka umumnya tidak memiliki informasi

JARINGAN SOSIAL PEKERJA MIGRAN INDONESIA KE LUAR NEGERI

Page 263: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN254

tentang PJTKI yang ada didaerah mereka. DanPJTKI daerah, tidak bersikap aktif seperti yangdilakukan oleh PL yang mereka temui.

Ketika petugas lapangan menyampaikantentang informasi kerja diluar negeri, mereka akanmemberikan gambaran tentang beberapa haldiantaranya tentang kontrak kerja, besarnya gajiyang akan diterima, panjang waktu pemotongangaji yang akan diberlakukan kepada mereka.Selain itu juga PL akan memberikan pinjaman uangkepada keluarga yang akan ditinggalkan. Persoalankontrak kerja, gaji dan panjangnya waktupemotongan gaji biasanya hanya disampaikankepada calon TKW, tetapi calon TKW tidakpernah melihat kontrak kerja yang akan merekajalani. Setibanya di Tnajungpinang dan diserahkankepada PJTKI, disini PJTKI kembali menyam-paikan tentang kontrak kerja yang harus merekajalani.

Dari informasi petugas PJTKI, adapun masakontrak yang mereka jalani adalah selama 2 tahunmasa kerja dan itu bisa diperpanjang jika calontenaga kerja tersebut ingin memperpanjangnya.Mengenai besarnya gaji setiap PJTKI baik resmimaupun tidak resmi telah membuat kesepakatandengan pihak agensi di negara tujuan kerja. Untuknegara Singapura besarnya penghasilan yang akanditerima seorang tenaga kerja yang akan bekerjasebagai pembantu rumah tangga adalah sebesarS$350 dengan potongan gaji selama 8 bulan.Sedangkan untuk daerah tujuan kerja Malaysiaseorang tenaga kerja sebagai pembantu rumahtangga minimal mereka akan menerima gaji sebesarRM 400 dengan potongan gaji selama 5 bulan.Pemotongan gaji ini dilakukan langsung olehmajikan kepada tenaga kerja yang mereka ambiluntuk bekerja dengan mereka. Tetapi bagi tenagakerja yang bernasib baik, bisa saja majikan tidakmelakukan pemotongan terhadap gaji mereka.Pemotongan gaji yang dilakukan majikan adalahsebagai ongkos pengganti yang telah majikanserahkan kepada perusahaan penyalur tenagakerja dinegara tujuan kerja. Tetapi karena padaumumnya calon tenaga kerja tersebut padaumumnya berpendidikan sekolah dasar kebawah,maka selalunya mereka tidak membaca kontrakkerja yang harus mereka ketahui. Bahkan ada

diantara calon TKW tersebut yang tidak bisamembaca, akhirnya kontrak kerja tersebut menjadisia-sia saja. Calon TKW tersebut hanya diammendengarkan pengarahan yang diberikan olehpetugas di PJTKI dan kemudian menandatanganikontrak kerja yang diserahkan kepada mereka.Selain karena tidak bisa membaca, menurutinforman penelitian, mereka enggan untukmembaca kontrak kerja tersebut karena merekatidak memahami isi kontrak kerja tersebut.

Menurut informasi dari informan yang beradadi PJTKI resmi, kebarangkatan mereka untukbekerja keluar negeri tidak dikenakan biayaapapun, mereka cukup mempersiapkan diri sertamendapat izin dari pihak keluarga. Seluruhdokumen yang diperlukan dalam keberangkatanmereka juga tidak pernah mereka urus sendiri,semua hal tersebut akan dipersiapkan oleh PJTKIyang akan mengirim mereka kerja keluar negeri.

Persoalan yang dihadapi oleh calon TKW yangmempergunakan jalur resmi akan berbeda dengancalon TKW yang mempergunakan jalur ilegal. Bagicalon TKW jalur ilegal, mereka akan menghadapiberbagai persoalan yang berkaitan denganpungutan-pungutan baik itu yang dilakukan olehoknum-oknum pemerintah maupun oleh calo-caloyang menganggap mereka akan dapat mebantumemuluskan jalan menuju dunia kerja diluar negeri.Seperti pungutan yang harus dikeluarkan untukpengurusan paspor, maka biaya yang akandikeluarkan oleh calon TKW 3 kali lebih besarbahakn mungkin 4 kali lebih besar dari biaya resmiyang harus dikeluarkan.

Walaupun berbagai resiko tersebut akanmereka hadapi, tetapi calon TKW jalur ilegal lebihmenyenangi mempergunakan jalur ini. Menurutmereka jalur ini lebih mempermudah mereka, dannantinya setelah ditempat kerja mereka tidaka kandikenai pemotongan gaji oleh majikan. Selain. Itujuga setibanya didaerah tujuan kerja, mereka bisamemilih jenis pekerjaan yang akan mereka jalanidan mereka bisa tawar menawar dengan gaji yangakan mereka terima. Menurut hasil penelitianPSKK UGM tahun 1998 (Wicaksono,2002:111),tenaga kerja Indonesia lebih banyak yangmenyenangi jalur ilegal dari pada jalur legal. Halini disebabkan karena birokrasi yang mereka

JARINGAN SOSIAL PEKERJA MIGRAN INDONESIA KE LUAR NEGERI

Page 264: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN255

anggap terlalu merumitkan mereka.Bagi calon TKW yang melalui jalur ilegal

kemungkinan untuk memperoleh pelatihan jelastidak akan pernah mereka miliki, karena itu, jenispekerjaan yang akan mereka jalani nantinyamerupakan jensi pekerjaan yang bersifat pekerjaanrendahan. Bagi calon TKW yang melalui jalur ilegaltanpa perantaraan, biasanya mereka akanmempergunakan paspor turis. Dan kemungkinanjuga cara kejra yang akan mereka jalani adalahcara kerja yang bersifat migrasin sirkuler. Yaituapabila telah habis masa berlaku visa kunjunganmereka, mereka akan kembali sebentar keTanjungpinang untuk memperoleh visa kunjungantambahan dan begitu seterusnya. Kondisi ini bukantanpa dukungan dari majikan yang mempe-kerjakan mereka. Majikan mereka bahkanmemberi mereka waktu beberapa hari untuk keTanjungpinang agar bisa memperoleh visatambahan. Dukungan majikan kepada merekabukan tanpa alasan, ini dilakukan untuk kepen-tingan majikan itu sendiri. Seperti telah disebutkanbahwa ada majikan yang enggan untuk membayarpajak kepada Pemerintah mereka.

C. Hambatan-hambatan yang Dihadapi CalonTenaga Kerja MigranPermasalah lain yang mungkin akan dihadapi

oleh calon tenaga kerja migran mi adalah hal yangberkaitan dengan persoalan kultural dan struktural.Mungkinkah semua tenaga kerja migran tersebutmendapat restu dari pihak kelaurga utnuk beradajauh dari keluarga besar mereka. Terutama sekalibila dilihat dari persoalan mereka adalah seorang

perempuan yang mungkin saja rentan denganberbagai persoalan seperti kekerasan. Belum lagibisa saja kekhawatiran keluarga akan munculdengan mendengar dan melihat berita-berita yangselalu dialami oleh tenaga-tenaga kerja wanitaIndonesia yang telah bekerja diluar negeri. Selainitu juga bila tenaga kerja migran tersebutmerupakan anak perempuan satu-satunya dalamkelaurga mereka atau bahkan kemungkinanmereka hanya mempunyai saudara yang hanyakurang dari 3 orang.

Dari informan yang ditemui, hambatan-hambatan yang berkaitan dengan persoalan kulturaldan struktural bisa dikatakan tidak pernah merekaalami. Bahkan keberangkatan keluar negerimendapat dorongan dari pihak keluarga. Keluarga-keluarga didaerah asal melihat ada hal yang positifuntuk mencari peluang kerja hingga keluar negeri.Hal positif itu adalah dengan keberhasilan yangdiperlihatkan oleh tetangga-tetangga mereka yangtelah berhasil bekerja diluar negeri. Selain itu jugabisa bekerja kelaur negeri disebabkan karenamerupakan sesuatu hal yang membanggakan.

Hambatan yang tenaga kerja migran hadapiadalah pada persoalah penyesuaian bahasa dengandaerah tujuan, bila mereka akan bekerja diMalaysia, maka otomatis mereka harus minimalmenguasai bahasa Melayu dan bila ingin bekerjake Singapura, maka mereka harus sedikit-sedikitdapat berbahasa Inggris. Sedangkan selamaperjalanan, karena mereka dibawa oleh orang yangtelah mengetahui jalur yang harus dilalui, makamereka tidak menghadapi hal yang memberatkanmereka.

JARINGAN SOSIAL PEKERJA MIGRAN INDONESIA KE LUAR NEGERI

Page 265: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN256

Abdul Haris, Memburu Ringgit Membagi Kemis-kinan: Fakta di Balik Migrasi Orang SasakKe Malaysia, Pustaka Pelajar, Yogya-karta,2002

Abdul Haris, Kucuran Keringat dan DerapPembangunan (Jejak Migran DalamPembangunan Daerah), Pustaka Pelajar,Yogjakarta, 2003

Alan Gilbert dan Josef Gugler, Urbanisasi danKemiskinan di Dunia Ketiga, Tiara WacanaYogyakarta, 1996

Drajat Tri Kartono, DR., Orang Boyan Bawean:Perubahan Lokal dalam transformasiGlobal, Pustaka Cakra, Surakarta, 2004

Everret S. Lee, Teori Migrasi, Pusat PenelelitianKependudukan UGM, Yogjakarta, 2000

George Ritzer, Sosiologi Ilmu PerparadigmaGanda, PT Radja Grafindo Persada,Jakarta, 2004

Harmona Daulay, Pergeseran Pola Relasi Genderdi Keluarga Migran: Studi Kasus TKW diKecamatan Rawamarta Kab. KarawangJawa Barat, Galang Press, Yogjakarta,2001

Hadari Nawawi, H., Metode Penelitian BidangSosial, Gajah Mada University Press,Yogjakarta, 2005

Ida Bagus Mantra, Kasto dan Yeremias T. Keban,Migrasi Tenaga Kerja Indonesia ke Mala-ysia: Isu Kemanusisaan dan MasalahKebijakan (kasus di NTT, NTB danBawean, JATIM), Penelitian PerguruanTinggi T.A 98/99, Lembaga PenelitianUGM, 1999

Irman G. Lanti dan Hilmar Ruminski (ed), StrategiPemberdayaan dan Perlindungan TKIDalam Menghadapi Era Persaingan Global,Center For Information and DevelopmentStudies, Friedrich Ebert Stifung, 1998

Irwan Abdullah, Studi Mobilitas Penduduk AntaraMasa Lalu dan Masa Depan dalamMobilitas Penduduk Indonesia Tinjauan

Lintas Disiplin, Pusat Studi Kependudukandan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta, 2002

Jan Breman dan Gunawan Wiradi, Masa Cerahdan Masa Suram di Pedesaan Jawa,LP3ES,Jakarta, 2004

Julia Cleves Mosse, Gender dan Pembangunan,Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2004

Lyn Squire, Teori Migrasi: Kebijaksanaa,Kesempatan Kerja dinegara-negara SedangBerkembang,”Sebuah Survei masalah-masalah dan Bukti-bukti, UI Press, Jakarta,1986

Lexi J. Moleong, Prof., DR., MA., MetodePenelitian Kualitatif (edisi Revisi), RemadjaRosdakarya, Bandung, 2006

Martin Cadwaller, Migration and ResidentialMobility: Macro and Micro Approaches,The University of Wisconsin Press,Wisconsin, 1994

Muhadjir Darwin dkk, Bagai Telur di UjungTanduk: eksploitasi Seksual di KawasanAsia Tenggara dan Sekitarnya, Pusat StudiKependudukan dan Kebijakan UGM,Yogjakarta, 2005

———, Negara dan Perempuan: ReorientasiKebijakan Publik, Media Wacana,Yogjakarta, 2005

Susi Eja Yuarsi, Menjadi Tenaga Kerja Wanita Darikekerasan Domestik Kekerasan Publik:Mobilitas Penduduk Indonesia TinjauanLintas Disiplin, Pusat Studi Kependudukandan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta, 2002

Tadjuddin Noer Effendi, Sumber Daya ManusiaPeluang Kerja dan Kemiskinan, TiaraWacana, Yogjakarta, 1993

Tukiran dkk, Mobilitas Penduduk Indonesia:Tinjauan Lintas Disiplin, Pusat StudiKependudukan dan Kebijakan UGM ,Yogjakarta, 2002

Daftar Pustaka

JARINGAN SOSIAL PEKERJA MIGRAN INDONESIA KE LUAR NEGERI

Page 266: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN257

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TANAHMASYARAKAT PESISIR TERHADAP KEGIATAN

PERTAMBANGAN DITINJAU DARI HUKUM ADAT

Oleh :Hayatulismi dan Ulfia HasanahFakultas Hukum Universitas Riau

[email protected]

AbstractFacts show the management of mining far more priority to economic benefitsas much as possible, which on the other hand less attention to social andenvironmental aspects. Overlapping in the issuance of land titles granted tomining companies, a lot of damage due to mining activities are carried out,such as mining conducted by PT.Freeport, in the management of mineral relatedcustomary rights where managers often do not pay attention to the rights ofindigenous people exist on the use of customary land rights, indigenous peoples’customary rights holders are often disadvantaged by the use of customaryland rights in mineral mining, because they were never involved in makingpolicy. Almost all areas of Indonesian land dispute conflict customary rightsother than in Papua at NTT Data shows, in West Manggarai regency there are8 Mining Business License (IUP), Manggarai 23 IUP, East Manggarai 16 IUP,Ngada 11 IUP, TTU 82 IUP, East Sumba and Southwest Sumba each 2 IUP.“Mining does not generate benefits for society as it always promised andcampaigned for local governments. NTT communities remain poor despitedecades of mined land and land use issues related to local customary rights.So is the case, in Kalimantan, in Riau Province and in other areas in variousprovinces in Indonesia, in nearly all provinces in Indonesia related to conflictof customary rights land. Annexation of communal land of indigenous peoples,human rights abuses against local indigenous people, the destruction of thetraditional order, destruction and damage of mother earth, environmentaldestruction, the destruction of the joints of the people’s economy, and the denialof the existence of the Amungme, is the fact that the perceived population ofPapua’s central highlands, in Freeport where mining operations take place.The result of all forms of injustice, then came the pop-pop of violence byindigenous people around the area, especially Amungme and six other tribesaround Freeport.Even in the national land laws have been explained and has the protection ofindigenous people to the land of communal rights, but in fact this arrangementhas not been able to resolve a conflict that has been happening. AlthoughUndaag Agrarian Law has been set up on state land, but the land conflict hasnot obtained the solution, meaning the land law is considered inadequate inresolving land conflicts over the years. Therefore, through these authors review

Page 267: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN258

A. PENDAHULUANA.1. Latar Belakang

Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupa-kan bagian dari sumber daya alam yang dianuge-rahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan merupakankekayaan yang dikuasai oleh Negara.Wilayahpesisir dan pulau-pulau kecil memiliki keragamanpotensi sumber daya alam yang tinggi dan sangatpenting bagi pengembangan sosial, ekonomi,budaya, lingkungan dan penyangga kedaulatanbangsa.Oleh sebab itu maka pengelolaan wilayahpesisir dan pulau-pulau kecil tersebut perlupengaturan tersendiri, Undang-Undang Nomor 27Tahun 2007 mengatur tentang pengelolaan wilayahpesisir dan pulau-pulau kecil.

Pesisir merupakan wilayah yang sangat berartibagi kehidupan manusia di bumi, sebagai wilayahperalihan darat dan laut yang memiliki keunikanekosistem, dunia memiliki kepedulian terhadapwilayah ini. Kekhawatiran dunia akan kerusakanlingkungan pesisir dan laut sebagai akibat darikegiatan di daratan sangat tinggi. Sejalan denganmeningkatnya kekhawatiran ditingkat global, salahsatu contoh kegiatan yaitu kegiatan industrypertambangan,kegiatan pertambangan berdampaknegative terhadap lingkungan baik di darat maupundi pesisir dan laut.Industry pertambangan emas dantambang minyak, apalagi yang berskala besar,menggali dan mengolah batuan biji emas danmineral ikutannya (misalnya; merkuri, arsen,mangan, dsb) dari perut bumi untuk memperolehemas.Baik pada tahap persiapan instalasi pabrik

the principal laws in order to find a solution to the agrarian conflict overnatural resources related to land use that occurred during this so that the synergybetween the interests of the Government, the Company and the community.Which is the focus at this time is their land use pesesircommunities whose landbecame the mining area. This is because there are rules of society on theimplementation of land management of coastal communities into the miningarea.

Keyword : Community Land, Mining, Customary Law.

maupun tahap operasi pengolahan, kegiatan inimenghasilkan substansi yang dapat memberikandampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya.12

Dampak negatif dapat saja terjadi dalamberbagai media. Untuk media air, misalnya, dapatmenimbulkan berbagai substansi, sepertisedimentasi dan pengaliran air asam tambang yangberacun pada kadar tertentu (baik bersumber darilubang tambang yang terbuka dan/atau dari kolamtempat penimbunan tailing apabila tailing tersebutditimbun di darat dalam suatu kolam penyimpanan).Semua substansi tersebut akan keluar/dibuangmelalui suatu daerah aliran sungai (DAS) menujupesisir dan laut di mana sungai tersebut bermuara.Disamping terjadi sepanjang DAS, akumulasiakan substansi tersebut dapat terjadi dalamkomponen ekosistem di daerah pesisir dan lautdan pada kadar tertentu akan merusak ekosistemtersebut. Kerusakan ekosistem dan sumber dayapesisir dan laut tentu saja akan berdampak luaspada berbagai aspek yang berhubungan dengankehidupan manusia, karena manusia sangattergantung pada ekosistem dan sumber dayatersebut.

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesardi dunia, memiliki koleksi 17.480 pulau dansepertiga wilayah Indonesia merupakan pesisirdimana lebih dari sepertiga masyarakat menyan-darkan kehidupannya di wilayah pesisir.Akantetapi dalam perkembangannya, wilayah pesisirtidak menjadi perhatian dan pengawasan peme-rintah. Bias darat yang cukup besar dalam

1 www.kompasiana.com2 Ibid

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TANAH MASYARAKAT PESISIR TERHADAP KEGIATAN PERTAMBANGAN DITINJAU DARI HUKUM ADAT

Page 268: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN259

pengelolaan sumberdaya alam Indonesia telahmenyebabkan pengelolaan wilayah pesisirterbengkalai. Tanpa pengawasan dan konsep yangbaik berbagai kebijakan yang ada di wilayah pesisirterkesan sektoral dan kuat konflik kepentingan.

Mukri Friatna, pengkampanye EksekutifNasional WALHI mengatakan bahwa buktiketidakpedulian pemerintah terhadap penyela-matan pulau-pulau kecil, terlihat dengan semakinderasnya arus kekuatan modal yang mendaptkanizin dan beroperasi di sektor pertambangan. Pulau-pulau kecil menjadi sasaran empuk untukeksploitasi sektor pertambangan, terlihat dari kasusPulau Bangka, Sulawesi Utara.Di Pulau ini,masyarakat yang sebagain besar berprofesisebagai nelayan masih berjuang keras untukmengusir perusahaan tambang besi yang meng-ancam ekosistem laut yang merupakan sumbermata pencaharian mereka.

Dari catatan advokasi WALHI, banyak danmaraknya penguasaan wilayah pesisir olehkorporasi dipastikan telah dan akan menggangusumberdaya komunal masyarakat pesisir. Konflikakan bermunculan karena tidak adanya jaminankeselamatan, kesejahteraan dan produktivitasapabila sebuah investasi berkembang di wilayahpesisir.

Dan dengan dikeluarkannya Undang-undangNomor 27 Tahun 2007 tentang pengelolaanwilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yangmengatur tentang Hak Pengelolaan wilayah pesisirdan pulau-pulau kecil atau yang disebut denganHP3,terjadinya pengalihan kepemilikan danpenguasaan oleh Negara kepada perseorangan,kelompok masyarakat, atau badan hukum ataswilayah tertentu dari wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang dapat menutup akses bagi setiaporang atas wilayah yang diberikan HP-3.Tentunyatermasuk tanah yang menjadi hak ulayat masya-rakat pesisir tersebut.

Pemberian HP-3 dapat mengancam kebera-daan hak-hak masyarakat tradisional dan kearifanmasyarakat lokal atas wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, konsep HP-3 bertentangan dengan

konsep hak ulayat masyarakat adat dan haktradisional rakyat yang tidak bisa dibatasi karenadapat dinikmati secara turun temurun.A.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut diatas maka dalamhal ini yang menjadi rumusan masalahnya adalah :“Bagaimana perlindungan hukum bagi tanahmasyarakat pesisir terhadap kegiatanpertambangan di tinjau dari hukum adat?”

B. KERANGKA TEORIB.1. Sistem Hukum Pertanahan Dalam

Negara KesejahteraanB.1.1. Teori Negara Kesejahteraan

Negara kesejahteraan atau yang terkenaldengan istilah welfare state adalah konsepsiNegara hukum dalam arti materiil (luas/modern) ,yang bertugas menjaga keamanan dalam arti kataseluas-luasnya, yaitu keamanan sosial (socialsecurity) dan menyelenggarakan kesejahteraanumum, prinsip-prinsip hukum yang benar dan adilsehingga hak-hak asasi warga negaranya benar-benar terjamin dan terlindungi.

Ajaran Negara hukum materiil ini timbulmengingat kebutuhan rakyat untuk menyejah-terakan kehidupannya semakin mendesak dansemakin kompleks.3 Dalam Negara kesejahteraan(Negara Hukum Modern) Muchsan menyatakansebagai berikut:

“ Tujuan pokok Negara tidak terletakpada mempertahankan hukum (positif),tetapi pada tujuan mencapai keadilan sosial(sociale gerechtigheid) bagi semua wargaNegara. Oleh karena itu, jika perlu, Negaradapat bertindak di luar hukum untukmencapai keadilan sosial bagi seluruh wargaNegara.Alat administrasi Negara dalammelaksanakan fungsinya (bestuurszorg)diberi kebebasan untuk bertindak (freisermessen), tanpa harus melanggar asaslegalitas dan tidak bertindak sewenang-wenang.”4

Dengan kewenangan ini, maka tugas Negara

3 Ida Nurlinda, Prinsip-Prinsip Pembaruan Agraria, Rajawali Pers,Jakarta,2009,hal 144 Ibid, hal 15

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TANAH MASYARAKAT PESISIR TERHADAP KEGIATAN PERTAMBANGAN DITINJAU DARI HUKUM ADAT

Page 269: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN260

dalam Negara kesejahteraan adalah menjagakeamanan dalam arti kata yang luas, yaitukeamanan sosial di segala lapangan kehidupanmasyarakat.Konsep Negara kesejahteraanmenurut Bagir Manan adalah Negara ataupemerintah yang tidak semata-mata sebagaipenjaga keamanan atau ketertiban masyarakattetapi juga sebagai pemikul utama tanggung jawabdalam mewujudkan keadilan sosial, kesejahteraanumum, dan sebesar-besar untuk kemakmuranrakyat.Sejalan dengan pendapat Bagir MananSjahran Basah berpendapat bahwa tujuanpemerintah tidak semata-mata di bidang pemerin-tahan saja, melainkan juga harus melaksanakankesejahteraan sosial dalam rangka mencapai tujuanNegara melalui pembangunan nasional.

Kedua pendapat diatas, sejalan denganpendapat E. Utrecht yang menyatakan bahwaruang lingkup tugas Negara kesejahteraan adalahmenjaga keamanan dalam arti seluas-luasnyahingga sampai keamanan sosial di segala lapangankehidupan masyarakat.Pemerintah harus turut sertasecara aktif dalam pergaulan sosial sehinggakesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat dapat tetapterpelihara.

Konsep Negara hukum modern/material(Negara kesejahteraan) ini dianut Indonesia,dengan tujuan terwujudnya masyarakat adil danmakmur baik spiritual maupun materiil berdasarkanPancasila dan UUD 1945, sehingga disebutNegara hukum Pancasila.

Muhammad Yamin mengatakan bahwa NegaraRepublik Indonesia yang baru dibentuk merupakanNegara kesejahteraan baru, dengan menyebutkanbahwa: 5

“Kesejahteraan rakyat yang menjadidasar dan tujuan Negara Indonesia merdekaialah pada ringkasnya keadilan masyarakatatau keadilan sosial inilah Negara kese-jahteraan baru”.

Pada saat Indonesia didirikan, para pendiriNegara meneguhkan janji rakyat untuk mewujud-kan cita-cita bangsa yaitu kesejahteraan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia. Cita-cita tersebutdirumuskan dalam pembukaan Undang-undangdasar 1945 yaitu kewajiban pemerintah adalahmelindungi segenap bangsa dan seluruh tumpahdarah Indonesia, memajukan kesejahteraan umumdan mencerdaskan kehidupan bangsa. 6

Menururt Sri Soemantri Martosoewignjo, unsuratau ciri dasar dari Negara hukum yang ditemukandan diterapkan dalam proses penyelenggaraanpemerintahan di Indonesia adalah sebagai berikut:a. Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya harus berdasarkan atas hukumdan peraturan perundang-undangan

b. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasimanusia (warga Negara)

c. Adanya pembagian kekuasaan dalam Negarad. Adanya pengawasan dan badan-badan

peradilan (rechtsterlijke controle)

Sedikit berbeda dengan pendapat Sri Soe-mantri Martosoewignjo, Bagir Manan berpen-dapat ciri-ciri minimal dari suatu Negara hukumadalah sebagai berikut:a. Semua tindakan harus berdasarkan atas hukumb. Adanya ketentuan yang menjamin hak-hak

dasar dan hak-hak lainnyac. Adanya kelembagaan yang bebas untuk menilai

perbuatan penguasa terhadap masyarakat(badan Peradilan yang bebas)

d. Adanya pembagian kekuasaan.

Berdasarkan cir-ciri Negara hukum diatas,maka dalam kaitannya dengan masalah peng-uasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatansumber daya agraria dan juga sumber daya alammineral yang dapat mensejahterakan masyarakatsejalan dengan tujuan Negara Indonesia, ciri/unsurNegara hukum yang utama dibutuhkan adalahunsur semua tindakan stakeholders, terutamapemerintah, harus berdasarkan atas hukum danunsur/ciri adanya jaminan atas pelaksanaan hak-hak dasar manusia dan masyarakat termasuk kedalamnya masyarakat hukum adat, untuk mem-peroleh akses yang adil atas sumber daya agraria

5 Muhammad Yamin, Naskah Persiapan UUD 1945, Jilid 1,Siguntang,Jakarta,1971,hal.106.6 http/www.nasyiah.or.id

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TANAH MASYARAKAT PESISIR TERHADAP KEGIATAN PERTAMBANGAN DITINJAU DARI HUKUM ADAT

Page 270: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN261

dan sumber daya alam mineral, terutama yang adadi sekitar wilayahnya. 7

B.1.2.Teori KeadilanJohn Rawls dalam bukunya A Theor of Justice

(Teori Keadilan) mengatakan keadilan adalahkebajikan utama dalam institusi sosial, seba-gaimana kebenaran dalam sistem pemikiran. Suatuteori betapapun elegan dan ekonomisnya, harusditolak atau direvisi jika ia tidak benar, demikianjuga hukum dan institusi, tidak peduli betapapunefisien dan rapinya, harus direformasi ataudihapuskan jika tidak adil.8

Setiap orang memiliki kehormatan yangberdasar pada keadilan sehingga seluruh masya-rakat sekalipun tidak bisa membatalkannya. Atasdasar ini keadilan menolak jika lenyapnyakebebasan bagi sejumlah orang dapat dibenarkanoleh hal lebih besar yang didapatkan orang lain.Keadilan tidak membiarkan pengorbanan yangdipaksakan pada segelintir orang diperberat olehsebagian besar keuntungan yang dinikmati banyakorang.Karena itu, dalam masyarakat yang adilkebebasan warganegara dianggap mapan.Hak-hak yang dijamin oleh keadilan tidak tunduk padatawar menawar politik atau kalkulasi kepentingansosial.9

Satu-satunya hal yang mengijinkan kita untukmenerima teori yang salah adalah karena tidakadanya teori yang lebih baik, secara analogis,ketidakadilan bias dibiarkan hanya ketika ia butuhmenghindari ketidakadilan yang lebih besar.Sebagai kebajikan utama umat manusia, kebe-naran dan keadilan tidak bisa diganggu gugat.

Proposisi tersebut tampak menunjukkankeyakinan intuitif kita tentang keutamaan ke-adilan.Tak ayal proposisi tersebut diutarakanterlampau kuat. Dalam setiap kesempatan sayaingin mencari tahu apakah penegasan tersebut ataupenegasan yang sama adalah masuk akal,dan jikaya, bagaimana proposisi tersebut dapat dibenarkan.Demi tujuan ini,perlu kiranya untuk menyusun teori

keadilan dengan mempertimbangkan bagaimanapenegasan-penegasan tersebut ditafsirkan dandinilai. Saya bisa mulai dengan mempertimbangkanperan prinsip-prinsip keadilan. Mari kita asumsikanbahwa sebuah masyarakat adalah suatu asosiasimandiri dari orang-orang yang saling berinteraksisatu sama lain dengan megakui aturan main tertentusebagai pengikat dan sebagian besar anggotanyabertindak sesuai dengan aturan tersebut. Anggaplahaturan-aturan tersebut membentuk sistem kerjasama yang dirancang untuk menunjukkan kebaikanorang-orang yang terlibat di dalamnya. Kemudian,kendati masyarakat merupakan ikhtiar kooperatifdemi keuntungan bersama, ia biasanya ditandaidengan konflik dan juga identitas kepentingan.Identitas kepentingan ini dikarenakan kerja samasosial memungkinkan kehidupan yang lebih baikbagi semua orang dari pada jika masing-masinghidup sendirian. Adanya konflik kepentingandikarenakan orang-orang berbeda pandangandalam hal bagaimana pembagian keuntungan yangdihasilkan kerja sama mereka, sebab demimengejar tujuan mereka, setiap orang memilihbagian yang lebih besar ketimbang bagian yangsedikit. Seperangkat prinsip dibutuhkan untukmemilih diantara berbagai tatanan sosial yangmenentukan pembagian keuntungan tersebut danuntuk mendukung kesepakatan pembagian yanglayak. Prinsip – prinsip ini adalah prinsip keadilansosial, memberi jalan untuk memberikan hak-hakdan kewajiban di lembaga-lembaga dasarmasyarakat serta menentukan pembagian keun-tungan dan beban kerja sama sosial secara layak.

Sekarang katakanlah sebuah masyarakat tertatadengan baik ketika ia tidak hanya dirancang untukmeningkatkan kesejahteraan anggotanya namunketika ia juga secara efektif diatur oleh konsepsipublik mengenai keadilan. Yakni, masyarakatdimana (1) setiap orang menerima dan mengetahuibahwa orang lain menganut prinsip keadilan yangsama, serta (2) institusi-institusi sosial dasar yangada umumnya sejalan dengan prinsip-prinsip

7 Muchsan,Sistem Pengawasan Terhadap Pembuatan Aparat Pemerintah dan Peradilan Tata Usaha NegaraIndonesia,LP3ES,Jakarta,1994,hal.8.

8 John Rawls, A Theory of Justice: Teori Keadilan, Dasar-Dasar Filsafat Politik Untuk Mewujudkan Kesejahteraan SosialDalam NegaraTerjemahan Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo,Pustaka Pelajar, Yogyakarta,Cet 2,2011,hal 3-4.

9 Ibid

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TANAH MASYARAKAT PESISIR TERHADAP KEGIATAN PERTAMBANGAN DITINJAU DARI HUKUM ADAT

Page 271: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN262

tersebut. Dalam hal ini, kendati orang salingmengajukan tuntutan yang sangat besar, namunmereka mengakui sudut pandang bersama untukmengungkapkan pernyataan-pernyataan mereka.Jika kecenderungan orang-orang pada kepen-tingan diri sendiri memerlukan saling perhatian satusama lain, maka rasa keadilan publik memung-kinkan asosiasi bersama mereka. Di antaraindividu-individu dengan tujuan dan sasaran yangberbeda, sebuah konsepsi bersama mengenaikeadilan akan mengukuhkan ikatan kebersamaansosial, keinginan umum pada keadilan akanmembatasi pencapaian tujuan-tujuan lain. Kita bisamenganggap konsepsi publik mengenai keadilansebagai pembentuk kontrak fundamental dariasosiasi manusia yang tertata dengan baik.

Masyarakat yang ada tentu jarang yang tertatadengan baik dalam pengertian seperti itu, sebabapa yang adil dan tidak adil selalu masih dalamperdebatan. Orang tidak saling sepakat tentangprinsip mana yang mesti menentukan kerangkadasar asosiasi mereka.Namun kita masih bisamengatakan bahwa mereka semua punya konsepsitentang keadilan. Yakni, mereka memahamikebutuhan akan seperangkat prinsip untukmemberikan hak-hak dasar dan kewajiban-kewajiban dasar serta kebutuhan untuk menen-tukan bagaimana seharusnya keuntungan danbeban masyarakat didistribusikan. Jadi, tampakalamiah untuk berpikir tentang konsep keadilanyang berbeda dari berbagai konsepsi keadilanyang sama-sama dipunyai berbagai prinsip dankonsep. Mereka yang meyakini konsep keadilanyang berbeda bisa tetap sepakat bahwa institusi-institusi adalah adil ketika tidak ada pembedaansewenang-wenang antar orang dalam memberikanhak dan kewajiban dan ketika aturan menentukankeseimbangan yang pas antara klaim-klaim yangsaling berseberangan demi kemanfaatan kehidupansosial. Orang bisa sependapat dengan penjelasanmengenai institusi-institusi yang adil ini karenapandangan pembedaan sewenang-wenang dankeseimbangan yang layak, yang termasuk dalamkonsep keadilan, dibiarkan terbuka terhadappenafsiran sesuai dengan prinsip keadilan yangdiyakininya. Prinsip-prinsip memilih kesamaan danperbedaan mana yang relevan dalam menentukan

hak dan kewajiban serta menentukan pembagiankeuntungan seperti apa yang layak. Pembedaanantara konsep ini dengan berbagai konsepsimengenai keadilan tidak menyajikan pertanyaanpenting.Pembedaan ini sekedar membantumengidentifikasi peran prinsip-prinsip keadilansosial.

Sejumlah kesepakatan dalam konsepsi keadilanbukan satu-satunya prasyarat bagi komunitas umatmanusia. Terdapat pula problem-problem sosialyang mendasar, khususnya mengenai koordinasi,efisiensi,dan stabilitas. Jadi, rencana individualbutuh digabungkan bersama supaya aktivitasmereka saling berkesesuaian sehingga rencan-rencana tersebut bisa dilakukan tanpa dikece-wakannya harapan seseorang. Terlebih, pelak-sanaan rencana-rencana tersebut harus mengarahpada pencapaian tujuan sosial dengan cara yangefisien serta konsisten dengan keadilan. Danakhirnya, skema kerja sama sosial harus stabil,skema tersebut kurang lebih harus sesuai denganaturan dasarnya, dan ketika pelanggaran hukumterjadi, kekuatan-kekuatan yang menstabilkanharus ada untuk mencegah pelanggaran lebih lanjutdan mengembalikan tatanan semula. Sekarangtampak nyata bahwa ketiga problem ini terkaitdengan keadilan.Di tengah tidak adanya ukurantertentu tentang kesepakatan mengenai mana yangadil dan mana yang tidak, jelas lebih sulit bagi paraindividu untuk mengoordinasikan rencan-rencanamereka secara efisien dalam rangka menjaminbahwa tatanan yang saling menguntungkan tetapdipertahankan.Ketidakpercayaan dan kekece-waan merusak ikatan sosial, dan kecurigaan sertakebencian menggoda orang untuk bertindakdengan jalan yang tidak semestinya. Jadi, kendatiperan konsepsi keadilan adalah menunjukkan hak-hak dan kewajiban dasar serta menentukanpemetaan yang layak, hal ini memengaruhi problem-problem efisiensi, koordinasi dan stabilitas. Secaraumum kita tidak bisa menilai konsepsi keadilandengan peran distributifnya semata, betapapunbergunanya peran tersebut dalam mengidentifikasikonsep keadilan. Kita harus mempertimbangkankaitan yang lebih luas, sebab kendati keadilanpunya prioritas tertentu, menjadi kebajikan utamadari institusi, namun salah satu konsepsi tentang

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TANAH MASYARAKAT PESISIR TERHADAP KEGIATAN PERTAMBANGAN DITINJAU DARI HUKUM ADAT

Page 272: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN263

keadilan lebih disukai dibanding yang lain ketikakonsekuensinya yang lebih luas lebih dikehendaki.

Keadilan pancasila sebagaimana yang tertuangdalam sila kelima Pancasila yaitu keadilan sosialbagi seluruh rakyat Indonesia, adalah suatu prinsipbahwa didalam lapangan sosial dan ekonomi adakesamaan, disamping kesamaan politik.Didalamlapangan sosial dan ekonomi ada kebebasan dankekuasaan perseorangan dalam keseimbangandengan sifat manusia sebagai makhluk sosial untukmengusahakan dan memenuhi kebutuhan hidup,yang sesuai dengan sifat-sifat mutlak daripadamanusia sebagai individu. Karena bebas hidupberarti berhak untuk hidup dan berhak untuk hidupberarti menerima apa yang menjadi hak kebu-tuhannya, bukan karena hasil usahanya, akan tetapihak kebutuhan didalam arti yang mutlak daripadamanusia hak untuk hidup yang harus dilaksanakan,hanya tentu dapat dilaksanakan kalau dipenuhikebutuhan yang diperlukan untuk melangsungkanhidupnya, dan kebutuhan ini merupakan hak.

Sebagaimana yang kita ketahui terdapatnyaPancasila sebagai dasar filsafat Negara kita ialahPembukaan Undang-Undang Dasar 1945 didalamkalimatnya yang ke-empat. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 itu sebagai penjelmaannaskah proklamasi kemerdekaan kita memuatsegala cita-cita kebangsaan.Didalam kalimat yangkedua disebutkan bahwa “perjuangan pergerakankemerdekaan Indonesia telah sampailah kepadasaat yang berbahagia dengan selamat sentausamengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintugerbang kemerdekaan Negara Indonesia yangmerdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.Dari kata-kata yang terakhir “adil dan makmur”terlihatlah dengan lebih tegas lagi tujuan bangsakita dengan proklamasi kemerdekaan untukbernegara.

Dilain tempat didalam Pembukaan, yaitu kalimatyang ke-empat dinyatakan juga bahwa pemben-tukan Pemerintah Indonesia adalah pula untukmemajukan kesejahteraan umum, dengan adanyakeadilan sosial sebagai sila kelima dari dasar filsafatNegara kita, maka berarti bahwa didalam Negara

adil dan makmur dan kesejahteraan umum itu harusterjelma keadilan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia.

Kebijakan nasional di bidang pertanahantentang penguasaan dan penataan tanah olehNegara diarahkan pemanfaatannya untuk mewu-judkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia. Artinya penguasaan tanah oleh Negaraharus sesuai dengan tujuan pemanfaatannya danperlu memperhatikan kepentingan masyarakat luasserta tidak menimbulkan sengketa tanah.

Dalam hak-hak penguasaan, pemilikan,penggunaan dan pemanfaatan tanah dan sumberdaya alam, maka keadilan harus dipahami dalamkonteks keadilan substansial, atau sering jugadisebut keadilan sebagai fairness, didalampemahaman keadilan sebagai fairness mencakuptiga hal yaitu orang harus diperlakukan sama dalamhal atau kasus yang sama, hal yang baik harusmemperoleh penghargaan dan sebaliknya secaramoral setiap orang memperoleh dan memper-tahankan hak-hak dasarnya.10

Memahami keadilan substansial tidak lepas darikonsep penegakan hokum progresif yang dikemu-kan oleh Sajipto Rahardjo. Hokum progresifmenempatkan hokum sebagai kekuatan pembebasdari tipe, cara berpikir dan kaidah hokum yanglegalistic positivistic. Kekuatan hokum progresifsama sekali tidak menepis kehadiran hokumpositif, namun selalu menanykan Apakah hokumpositif tersebut memberikan keadilan kepadarakyat? Karena keadilan dan kebahagiaan rakyatberada diatas hokum.Hukum progresif lebihmengutamakan tujuan hokum daripada prosedur.Aturan prosedur hanya merupakan alat untukmencapai tujuan hokum.Hokum progresif men-junjung tinggi moralitas sebagai akar kehidupanmasyarakat.Hati nurani ditempatkan sebagaipenggerak, pendorong sekaligus pengendali dalammengimplementasikan hukum dalam kehidupanmasyarakat.Ia mengajarkan agar setiap prilakuhokum berada di atas kaidah hokum. Factormanusia dan kemanusiaan seperti kejujuran,empati dan toleransi lebih menentukan daripada

1 0 Maria Sumardjono,Transitional Justice atas Hak Sumber Daya Alam, artikel dalam keadilan dalam masa transisi,KomnasHAM,Jakarta,2001.hal.221.

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TANAH MASYARAKAT PESISIR TERHADAP KEGIATAN PERTAMBANGAN DITINJAU DARI HUKUM ADAT

Page 273: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN264

peraturan yang serba rigid.11

Dalam konteks ini, maka aturan prosedur tidakboleh membelenggu keadilan substansial, haldemikian kerap terjadi pada permasalahanagrarian dan sumber daya alam..ketentuan-ketentuan procedural yang terdapat padaperaturan perundnag-undnagan legalistic formalseringkali menjadi ketentuan yang rigid yang harusditetapkan tanpa mengindahkan ketentuan-ketentuan hokum adat dan kebiasaan, yang berlakupada suatu komunitas masyarakat yang mungkinsaja tidak sejalan atau bahkan bertentangan denganketentuan legalistic formal. Dalam kondisidemikian, keadilan substansial pada akhirnya harusdapat mengoreksi keadaan tersebut.Hal ini seringpula disebut sebagai keadilan korektif.Kondisi diatas selain diakibatkan oleh pemahaman penegakanhukum yang mengdepankan ketentuan legalsitikformal, juga diakibatkan oleh penerapan tujuanhukum yang berorientasipada keadilan distributivedan keadilan komutatif.12Dengan pemahamankeadilan korektif, diharapkan pengelolaan wilayahpesisir dan pulau-pulau kecil ini dapat diletakkanpada posisi yang seharusnya, di mana rakyatkhususnya rakyat setempat atau masyarakat adatmemperoleh jaminan kepastian hukum untukmemperoleh akses yang adil terhadap tanah dansumber daya alam.

C. PEMBAHASANC.1. Bentuk Perlindungan Hukum Bagi

Masyarakat PesisirC.1.1. Pengaturan melalui UU No. 27 Tahun

2007 tentang pengelolaan wilayahpesisir dan pulau-pulau kecil

Di dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun2007 pada pasal 1 ayat 2 dijelaskan yangdimaksud dengan wilayah pesisir adalah daerahperalihan antara ekosistem darat dan laut yangdipengaruhi oleh perubahan di darat dan dilaut.Dan di dalam ayat 18 dijelaskan mengenai HakPengusahaan Perairan Pesisir yang selanjutnyadisebut dengan HP-3 yaitu hak atas bagian-bagian

tertentu dari perairan pesisir untuk usaha kelautandan perikanan, serta usaha lain yang terkait denganpemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulaukecil yang mencakup atas permukaan laut dankolom air sampai dengan permukaan dasar lautpada batas keluasan tertentu.13

Di dalam Pasal 35 UU Nomr 27 tahun 2007tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil juga mengatur tentang beberapalarangan diantaranya adalahDilarang:a. Menambang terumbu karang yang menim-

bulkan kerusakan ekosistem terumbu karangb. Mengambil terumbu karang di kawasan

konservasic. Menggunakan bahan peledak, bahan beracun,

dan/atau bahan lain yang merusak ekosistemterumbu karang

d. Menggunakan peralatan, cara dan metode lainyang merusak ekosistem terumbu karang

e. Menggunakan cara dan metode yang merusakekosistem mangrove yang tidak sesuai dengankarateristik wilayah pesisir dan pulau-pulaukecil

f. Melakukan konservasi ekosistem mangrove dikawasan atau zona budidaya yang tidakmemperhitungkan keberlanjutan fungsi ekologispesisir dan pualau-pulau kecil

g. Menebang mangrove di kawasan konservasiuntuk kegiatan industry, pemukiman dan/ataukegiatan lain

h. Menggunakan cara dan metode yang merusaklamun

i. Melakukan penambangan pasir pada wilayahyang apabila secara teknis,ekologis social dan/atau budaya menimbulkan kerusakan lingkungandan/atau pencemaran lingkungan dan/ataumerugikan masyarakat sekitarnya

j. Melakukan penambangan minyak dan gas padawilayah yang apabila secara teknis, ekologis,social dan/atau budaya menimbulkan kerusakanlingkungan dan/atau pencemaran lingkungandan/atau merugikan masyarakat sekitarnya

k. Melakukan penambangan mineral pada wilayah

1 1 Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif, Kompas,Jakarta,2006,hal.117.1 2 Ida Nurlinda, Monograf Hukum Agraria,Reforma Agraria Untuk Kesejahteraan Rakyat dan Keadilan Agraria, Logoz

Publishing, Bandung,Hal.31.1 3 Pasal 1 UU Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan pualau-pulau kecil

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TANAH MASYARAKAT PESISIR TERHADAP KEGIATAN PERTAMBANGAN DITINJAU DARI HUKUM ADAT

Page 274: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN265

yang apabila secara teknis, ekologis,social dan/atau budaya menimbulkan kerusakan lingkungandan/atau pencemaran lingkungan dan/ataumerugikan masyarakat sekitarnya

l. Melakukan pembangunan fisik yang menim-bulkan kerusakan lingkungan dan/atau meru-gikan masyarakat sekitarnya

Namun pada faktanya permasalahan terkaitpengelolaan wilayah pesisir masih menimbulkanberbagai persoalan seperti kerusakan terumbukarang dan dampak negative akibat penambanganyang terjadi diwilayah pesisir.Yang juga meng-akibatkan terampasnya hak-hak masyarakat adatatas hak ulayat mereka secara turun temurun.

C.1.2. Pengujian Undang-Undang Peng-elolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau kecil (HP3)

Menurut Mahkamah Konstitusi UU Pengelo-laan Wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecilmenempatkan HP3 sebagai hak kebendaan. Halini tergambar pada ciri-ciri HP3 yang terkandungdalam undang-undang tersebut yaitu HP3 diberikandalam jangka waktu tertentu yaitu 20 tahun danterus dapat diperpanjang, diberikan dengan luastertentu, dapat beralih, dialihkan dan dijadikanjaminan utang dengan dibebankan hak tanggungan,diberikan sertifikat hak.14

Berdasarkan ciri-ciri tersebut pemberian HP3atas wilayah pesisir dan pulau-pulau kecilmengakibatkan adanya pengalihan kepemilikan danpenguasaan oleh Negara dalam bentuk singleownership dan close ownership kepada sese-orang, kelompok masyarakat atau badan hokumatas wilayah tertentu dari wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang dapat menutup akses bagi setiaporang atas wilayah yang diberi HP3. Akibatselanjutnya dari pemberian HP3 adalah adanyapengkaplingan wilayah peesisir dan pulau-pulaukecil diseluruh wilayah Indonesia kecuali padakawasan konservasi, suaka perikanan, alurpelayaran,kawasan pelabuhan dan pantai umum,sehingga Negara mengalihkan tanggungjawab,

penguasaan dan pengelolaan wilayah tersebutkepada pemilik HP3.15

Pemberian HP3 potensial mengancam posisimasyarakat adat dan nelayan tradisional yangmenggantungkan hidupnya secara turun temurundari sumber daya alam yang ada pada perairanpesisir dan pulau-pulau kecil, karena keterbatasanmereka untuk memperoleh HP3 dibanding denganpengusaha swasta yang memiliki segala-galanya.Ditambah lagi dengan tidak adanya perlakuankhusus bagi masyarakat adat serta masyarakattradisional untuk memperoleh HP3 sehinggaterancam kehilangan sumber daya yang menjadisumber kehidupannya.

Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa HP3bertentangan dengan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945karena mengurangi penguasaan Negara ataswilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. MahkamahKonstitusi mempersoalkan jenis hubungan hukumyang diwujudkan dalam bentuk hak untuk dapatdiperoleh oleh badan usaha,perseorangan maupunmasyarakat hokum adat. Semestinya menurutMahkamah Konstitusi hubungan hukum yangdipakai adalah pemberian izin, bukan pemberianhak.

C.2. Bentuk Perlindungan ditinjau dari hukumadat

C.2.1. Perlindungan terhadap hak masyara-kat adat

Tujuan penguasaan Negara menurut Pasal 33ayat (3) UUD 1945 adalah untuk sebesar-besarkemakmuran . oleh karena itu, sebesar-besarkemakmuran rakyat lah yang menjadi ukuranutama bagi Negara dalam menentukan pengurusan,pengaturan atau pengelolaan atas bumi, air dankekayaan alam yang terkandung di dalamnya.Disamping itu penguasaan oleh Negara atas bumi,air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya harus juga memperhatikan hak-hak yangtelah ada, baik hak individu maupun hak kolektifyang dimiiki masyarakat hukum adat (hak ulayat),hak masyarakat adat serta hak-hak kostitusionallainnya yang dimiliki oleh masyarakat dan dijamin

1 4 Yance Arizona,Konstitusionalisme Agraria,STPN PRESS, Yogyakarta,hal 2511 5 Ibid

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TANAH MASYARAKAT PESISIR TERHADAP KEGIATAN PERTAMBANGAN DITINJAU DARI HUKUM ADAT

Page 275: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN266

oleh konstitusi, misalnya hak akses untuk melintas,hak atas lingkungan yang sehat dan lain-lain.

Makhamah Konstitusi menyebutkan bahwapemberian HP3 juga mengancam keberadaan hak-hak masyarakat tradisonal dan kearifan local ataswilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, karenamenurut konsepsi undang-undang tersebutmasyarakat tradisional yang secara turun temurunmemiliki ha katas pemanfaatan perairan pesisirdan pulau-pulau kecil akan diberikan HP_3 dandapat menerima ganti rugi atas pemberian HP3kepada swasta berdasarkan kesepakatan musya-warah. Menurut Mahkamah Konstitusi konsepdemikian akan membatasi hak-hak tradisionalmasyrakat dalam batasan waktu tertentu menurutketentuan pemberian HP3 yaitu 20 tahun dan dapatdiperpanjang.

Konsep ini bertentangan dengan konsep hak-ulayat dan hak hak tradisional rakyat yang tidakbias dibatasi karena dapat dinikmati secara turuntemurun. Demikian juga mengenai konsep ganti rugikerugian terhadap masyarakat yang memiliki hak-hak tradisional atas wilayah pesisir dan pulau-pulaukecil, akan menghilangkan hak-hak tradisonalrakyat terhadap hak ulayat mereka yang mencakuptanah masyarakat pesisir tersebut yang seharusnyadinikmati secara trun temurun, karena denganpemberian ganti kerugian maka hak tersebut hanyadinikmati oleh masyarakat penerima ganti kerugianpada saat itu.hal itu juga bertentangan denganprinsip hak-hak tradisional yang berlaku secaraturun temurun yang menurut Mahkamah Konstitusibertentangan dengan jiwa Pasal 18B UUD 1945yang mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-haktradisionalnya, disamping itu dengan konsep HP3dapat menghilangkan kesempatan bagi masyarakatadat dan masyarakat tradisional yang meng-gantungkan kehidupannya pada wilayah pesisir danpulau-pulau kecil, sehingga bertentangan dengan

Pasal 28A UUD 1945.16"Setiap orang berhakuntuk hidup dan mempertahankan hidup dankehidupannya.

C.2.2. Hukum Adat Sebagai Dasar Berlaku-nya Hukum Tanah Nasional

Menurut Pasal 5 UUPA, hukum agrarian yangberlaku atas bumi, air dan ruang angkasa adalahhokum adat. Selanjutnya ketentuan tersebut me-netapkan syarat-syarat hokum adat yang menjadidasar hokum agrarian yaitu tidak bertentangandengan kepentingan nasional dan Negara yangberdasarkan atas persatuan bangsa, tidakbertentangan dengan peraturan-peraturan yangtercantum dalam UUPA dan tidak berten-tangandengan peraturan perundang-undangan lainnya.17

Mengacu pada ketentuan Pasal 5 UUPA diatas,maka secara hukum, kedudukan hukum adatberada pada posisi yang penting dalam tatanansistem hukum agraria nasional.Namun dikeluar-kannya HP3 tersebut telah mengakibatkanhilangnya hak-hak masyarakat adat terhadapwilayah mereka termasuk tanah yang menjadiwilayah ulayat mereka.

D. PENUTUPHP3 atau Hak Pengelolaan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil yang diatur dalam UU Nomor27 Tahun 2007 dianggap bertentangan denganUUD 1945,semestinya hubungan hukum yangdiberikan adalah pemberian izin bukan pemberianhak, karena dengan pemberian hak tersebut dapatmenghilangkan hak-hak masyarakat adat karenasudah menjadi hak pengelola sehingga tanahmasyarakat pesisir yang merupakan hak turuntemurun tidak dapat lagi dinikmati oleh masyarakatadat setempat karena potensi untuk dikuasai olehpemodalr menjadi besar akibat adanya pemberianHP3 tersebut. Masyarakat tidak lagi memiliki hakatas ulayat mereka.

1 6 Ibid1 7 Ida Nurlinda, Prinsip-Prinsip Pembaruan Agraria, Rajawali Pers,Jakarta,2009,hal.47.

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TANAH MASYARAKAT PESISIR TERHADAP KEGIATAN PERTAMBANGAN DITINJAU DARI HUKUM ADAT

Page 276: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN267

Ida Nurlinda, Prinsip-Prinsip PembaruanAgraria,Rajawali Pers,Jakarta,2009

Muhammad Yamin, Naskah Persiapan UUD1945, Jilid 1, Siguntang, Jakarta,1971

Muchsan,Sistem Pengawasan Terhadap Pem-buatan Aparat Pemerintah dan PeradilanTata Usaha Negara Indonesia, LP3ES,Jakarta,1994

John Rawls, A Theory of Justice: Teori Keadilan,Dasar-Dasar Filsafat Politik UntukMewujudkan Kesejahteraan SosialDalam NegaraTerjemahan Uzair Fauzandan Heru Prasetyo,Pustaka Pelajar,Yogyakarta,Cet 2,2011

Maria Sumardjono,Transitional Justice atasHak Sumber Daya Alam,artikel dalamkeadilan dalam masa transisi,KomnasHAM,Jakarta,2001

Daftar Pustaka

Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif,Kompas,Jakarta,2006,

Ida Nurlinda, Monograf Hukum Agraria,Reforma Agraria Untuk KesejahteraanRakyat dan Keadilan Agraria, LogozPublishing, Bandung

Yance Arizona, Konstitusionalisme Agraria,STPN Press, Yogyakarta,2014

Ida Nurlinda, Prinsip-Prinsip PembaruanAgraria, Rajawali Pers, Jakarta, 2009

www.kompasiana.comhttp/www.nasyiah.or.idUUD 1945Undang-Undang Pokok AgrariaUU Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan pualau-pulau kecil

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TANAH MASYARAKAT PESISIR TERHADAP KEGIATAN PERTAMBANGAN DITINJAU DARI HUKUM ADAT

Page 277: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN268

A. Latar BelakangIndonesia merupakan Negara Kepulauan

(Archipelago State) dengan letak yang sangatstrategis karena diapit oleh dua benua dan duasamudera, yangmembentang luas mulai dariSabang diujung Pulau Sumatera hingga Meraukedi Papua. Luasnya wilayah Indonesia meliputi17.502 pulau, termasuk didalamnya lima pulaubesar yang sudah sangat dikenal selama ini, sepertiPulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi danPapua, dengancakupan garis pantai mencapai81.900 km.1

Luasnya wilayah Indonesia tersebut menjadikanIndonesiaberbatasan dengan banyak negara,antara laindengan Australia, Timor Leste, PapuaNugini dan beberapa negara lainnya di benua Asiaseperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Batas-batas wilayah Indonesia dengan beberapa negaratersebut dipisahkan olehwilayah perbatasan darat

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DANPEMBANGUNAN WILAYAH PERBATASAN

Oleh :Admiral

Fakultas Hukum Universitas Islam [email protected]

AbstractThe ASEAN Economic Community is an impact of globalization that need alot of support from many things including from a construction of Indonesianborder area.The construction of Indonesian border area will be support anASEAN Economic Community if the construction it self are oriented to thepreparation of Indonesia for joint with the ASEAN Economic Community bya decision (policy) or regulation and empowerment of border area society.

Keyword : MEA, Border Area, Construction

dan laut.Wilayah perbatasan dalam hal ini merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari wilayahnegara. Dalam tataran ideal, wilayah perbatasanIndonesia merupakan beranda depan NegaraKesatuan Republik Indonesia, terutama terhadapnegara-negara tetangga yang berbatasan langsungdengan Indonesia.

Wilayah perbatasan bahkan merupakankawasan yang strategis karena secara geografismemiliki potensi sumber daya alam dan peluangpasar karena kedekatan jarak dengan negaratetangga, dan vital karena secara politik berkaitandengan kedaulatan negara, pertahanan dankeamanan, nasionalisme, ideologi, sosial, ekonomidan budaya.2

Hanya saja kondisi pada banyak wilayahperbatasan Indonesia hingga saat ini belummemperlihatkan ditempatkannya wilayah per-

1 Infobanknews.com sebagaimana dikutip Admiral, et.all, Revitalisasi Nilai Kesatuan Wilayah dalam Membangun NasionalismeMasyarakat Perbatasan, Artikel Sosialisasi Pemantapan Nilai-nilai Kebangsaan, Lemhannas, Pekanbaru, 2012, hlm. 1

2 Irwan Lahnisafitra, Kajian Pengembangan Wilayah pada Kawasan Perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak, Thesis, ProgramPascasarjana Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2005 sebagaimana dikutip Saru Arifin, Hukum Perbatasan Darat antarNegara, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hlm.5

Page 278: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN269

batasan tersebut sebagai beranda depan NegaraKesatuan Republik Indonesia, yang secarapragmatis terlihat justru wilayah perbatasan tersebuttidak ubahnya seperti halaman belakang.

Tidak sedikit dari wilayah perbatasan Indonesiayang masihterisolir denganwilayah-wilayah lainnya,begitu juga dengan ketersediaan sarana danprasarana yang masih terbatas, termasuk interaksisosial dan ekonomi masyarakat di wilayahperbatasan yang lebih tinggi dengan negara-negaratetangga oleh karena kemudahan aksessertaketersediaan sarana dan prasarana yang lebihmemadai.

Tataran ideal menjadikan wilayah perbatasanIndonesia sebagai beranda depan NegaraKesatuan Republik Indonesia, mesti diwujudkandengan berbagai kebijakan (policy), yangmemberikan perhatian dan dukungan penuhterhadap pembangunan wilayah perbatasan,layaknya pembangunan wilayah lainnya diIndonesia.

Pembangunan wilayah perbatasan tersebutdiharapkan mampu membuka keterisoliran wilayahperbatasan dengan wilayah-wilayah lainnya, yaknimelalui penyediaan sarana dan prasarana yanglebih memadai, yang tidak hanya dapat diman-faatkan oleh masyarakat di wilayah perbatasansemata, tetapi juga dapat mendukung interaksisosial dan ekonomi yang melibatkan warga negaradari negara-negara tetangga yang berbatasanlangsung dengan Indonesia.

Upaya mewujudkan wilayah perbatasanIndonesia sebagai beranda depan NegaraKesatuan Republik Indonesia, kiranya menjadilebih mendesak lagi dengan adanya ASEANEconomic Community atau yang lebih dikenaldengan Masyarakat Ekonomi ASEAN. AdanyaMasyarakat Ekonomi ASEAN akan mendorongsemakin meningkatnya interaksi sosial danekonomi,yang tidak hanya sekedar melibatkanwarga negara dari negara-negara tetangga yangberbatasan langsung dengan Indonesia tetapi juganegara-negara ASEAN lainnya yang tidakberbatasan langsung dengan Indonesia.

B. Masyarakat Ekonomi ASEANMasyarakat Ekonomi ASEAN merupakan

suatu upaya menjadikan ASEAN sebagai pasartunggal dan basis produksi (arus perdaganganbebas untuk sektor barang, jasa, investasi, pekerjaterampil dan modal),kawasan regional ekonomiyang berdaya saing tinggi (Regional CompetitionPolicy, IPRsAction Plan, InfrastructureDevelopment, ICT, Energy Cooperation,Taxation dan pengembangan UKM), kawasandengan pembangunan ekonomi yang merata melaluipengembangan UKM dan program-programInitiative for ASEAN Integration(IAI)danintegrasi penuh pada ekonomi global.3

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwaMasyarakat Ekonomi ASEAN bermaksudmendorong dibentuknya kawasan ekonomi yangkompetitif, dengan tujuan sebaran wilayahpembangunan ekonomi yang lebih merata danterintegrasi secara penuh dalam ekonomi globaldengan pasar dan basis produksi tunggal.

Masyarakat Ekonomi ASEAN dibentuksebagai dampak globalisasi ekonomi, yang men-dorong negara-negara di kawasan Asia Tenggaraterutama yang berada di bawah naungan ASEAN,bersatu menghadapi persaingan yang begitu kuat,temasuk dari negara-negara berkembang dantengah maju lainnya seperti India dan China.

Tuntutan pelaksanaan perdagangan bebas,menyebabkan arus barang dan jasa bebasmelewati batas negara dan tidak dihambat olehcampur tangan pemerintah, baik dalam bentuk tarifmaupun hambatan-hambatan lainnya.4

Banyak hal yang dapat dilakukan dalammewujudkan keberhasilan Masyarakat EkonomiASEAN, antara lain pengembangan sumber dayamanusia, pengkualifikasian profesi yang profe-sional, peningkatan pembangunan sarana danprasarana, pengembangan teknologi dan industriserta pemberdayaan peran swasta yang lebihoptimal.

Bagi Indonesia, Masyarakat Ekonomi ASEANmerupakan peluang untuk memperluas jangkauan

3 Lihat ASEAN Economic Community Blueprint4 Lihat Syahmin AK, Hukum Dagang Internasional, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, Hal. 22

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PEMBANGUNAN WILAYAH PERBATASAN

Page 279: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN270

pemasaran berbagai produk barang dan jasaIndonesia pada skala internasional, apalagiIndonesia memiliki banyak komoditas unggulanyang tidak hanya diminati pasar ASEAN tetapijuga dunia.Selain itu, Masyarakat EkonomiASEAN dapat dijadikan peluang bagi bebasmasuknya investasi maupun penyertaan modaluntuk membangun dan mengembangkan industrimaupun usaha, termasuk memperluas jangkauanpemasaran berbagai produk barang dan jasa sertapeluang kerja pada sektor tenaga terampil.5

Dukungan pemerintah dalam rangka mengha-dapi Masyarakat Ekonomi ASEAN salah satunyadapat dilihat melalui Instruksi Presiden RepublikIndonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pening-katan Daya Saing Nasional dalam rangkaMenghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, yangdilakukan melalui :1) Pengembangan industri nasional, melalui

pengembangan industri prioritas dalam rangkamemenuhi pasar ASEAN sekaligusindustridalam rangka mengamankan pasar dalamnegeri, pengembangan industri kecil danmenengah, pengembangan sumber dayamanusia dan penelitian serta penerapanStandar Nasional Indonesia

2) Pengembangan pertanian, melalui peningkataninvestasi langsung di sektor pertanian sekaligusakses pasarnya

3) Pengembangan kelautan dan perikanan,melalui penguatan kelembagaan, posisi, dayasaing kelautan dan perikanan serta penguatanpasar dalam negeri dan peningkatan ekspor

4) Pengembangan energi, melalui pengembangansub sektor ketenagalistrikan dan penguranganpenggunaan energi fosil, pengembangan subsektor energi baru, terbarukan dan konservasienergi serta peningkatan pasokan energi danlistrik

5) Pengembangan infrastruktur yang konektif6) Pengembangan sistem logistik nasional7) Pengembangan perbankan8) Pengembangan investasi, terutamayang

memberikan kepastian hukum dan kemudahanberusaha

9) Pengembangan usaha mikro, kecil danmenengah, melalui peningkatan daya saing darisisi pembiayaan, sekaligus eligibilitas dankapabilitasnya serta mendorong pember-dayaan sektor riil

10) Peningkatan tenaga kerja yang berdaya saing,kompeten dan produktif

11) Peningkatan kesehatan, melalui peningkatanketahanan pasar jamu dalam negeri

12) Pengembangan perdagangan, terutama dalamkaitannya dengan stabilitas dan penguatan pasardalam negeri, peningkatan ekspor dan kerjasamainternasional, pengkajian kebijakan perdagangandalam mendukung implementasi MasyarakatEkonomi ASEAN, pengembangan fasilitaspembiayaan ekspor, edukasi publik

13) Pengembangan kepariwisataan, melaluipengembangan destinasi wisata, dan eventpariwisata

14) Pengembangan kewirausahaan, melaluipengembangan wirausaha pemula, perluasanperan wirausaha muda dan pengembanganusaha berbasis temuan baru

C. Pembangunan Wilayah PerbatasanWilayah perbatasan memiliki peran yang sangat

penting dalam mendukung Masyarakat EkonomiASEAN, apalagi sebelum adanya MasyarakatEkonomi ASEAN, masyarakat di wilayahperbatasan telah lebih dahulu melakukan interaksisosial dan ekonominya dalam bentukperdaganganlintas batas.

Untuk mewujudkan pembangunan wilayahperbatasan yang mendukung Masyarakat EkonomiASEAN, maka pembangunan wilayah perbatasandimaksud tidak hanya diarahkan pada pem-bangunan fisik semata, namun juga memerlukandukungan kebijakan dan pemberdayaan masya-rakat, tujuannya adalah agar pembangunan wilayahperbatasan berlangsung optimal dan kom-prehensif.6

5 Lihat Admiral, Indonesia Menuju Pasar Bebas ASEAN Economic Community, Jurnal Selat, Universitas Maritim Raja AliHaji, Tanjung Pinang, 2015

6 Lihat Admiral, et.all, Revitalisasi ..., Op.cit, hlm. 3-5

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PEMBANGUNAN WILAYAH PERBATASAN

Page 280: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN271

1. Kebijakan (Policy)atau Regulasi yangBerorientasi pada Pembangunan WilayahPerbatasanPembangunan wilayah perbatasan yang

berorientasi pada Masyarakat Ekonomi ASEANharus dimulai dari adanya kebijakan (policy) atauregulasi yang berorientasi pada pembangunanwilayah perbatasan.

Kebijakan (policy) atau regulasi tersebut tidakhanya berkenaan dengan kebijakan perencanaanpembangunan semata, tetapi juga meliputipenganggaran (budgeting).Pembangunan wilayahperbatasan membutuhkan sekurang-kurangnyadukungan perencanaan dan anggaran yangdialokasikan secara khusus dan bertahap(multiyears)untuk membangun dan bahkanmengembangkan wilayah perbatasan.

Wilayah perbatasan tidak akan dapat menjadiberanda depan Negara Kesatuan RepublikIndonesia, apabila dukungan kebijakan (policy)atau regulasi hanya diarahkan pada pembangunandan pengembangan wilayah tertentu, sepertikawasan perkotaan dan pedesaan saja.

Jika pemerataan pembangunan dan pengem-bangan wilayah, termasuk terhadap wilayahperbatasan dilakukan dengan baik, meskidilakukan secara bertahap, maka akan memberi-kan dampak yang sangat luas, terutama bagikelangsungan kegiatan perekonomian masyarakatwilayah perbatasan, termasuk dalam mendukungMasyarakat Ekonomi ASEAN.

Adanya kebijakan (policy) atau regulasi yangberorientasi pada pembangunan wilayah perba-tasan ini, juga diharapkan akan menghilangkandikotomi pembangunan antara wilayah-wilayah ditanah air.

2. Penyediaan Sarana dan Prasarana Pem-bangunan Wilayah PerbatasanMasih kurangnya dukungan perencanaan dan

penganggaran pada banyak wilayah perbatasan,menyebabkan sulitnya ditemui ketersediaan saranadan prasarana sebagaimana tersedia pada wilayahlainnya, terutama wilayah perkotaan.

Ketidaktersediaan dan keterbatasan sarana danprasarana di banyak wilayah perbatasan, telahmenyebabkan sulitnya kegiatan ekonomi masyara-

kat wilayah perbatasan. Arus perpindahan barangdan orang dari dan ke wilayah perbatasan akantersendat dan cenderung lebih banyak mengarahke negara tetangga.

Lemahnya geliat kegiatan ekonomi ini akanberdampak pada berkurangnya jumlah uang yangberedar dimasyarakat, yang tentu akan berdam-pak pada rendahnya kesejahteraan masyarakatwilayah perbatasan.

Penyediaan sarana dan prasarana pem-bangunan seperti jalan dan jembatan, sertaketersediaan angkutan umum dan akses teleko-munikasi di wilayah perbatasan akan membukaketerisoliran masyarakat wilayah perbatasandengan wilayah-wilayah lainnya.

Kondisi yang berbeda justru dengan mudahdapat ditemui pada wilayah perbatasan negaratetangga. Jalan dan jembatan di wilayah perbatasannegara tetangga adalah dalam keadaan jauh lebihbaik, termasuk ketersediaan angkutan umum danakses telekomunikasi.

Kebanyakan suasana wilayah perbatasan disisinegara tetangga seperti kota, layaknya kota-kotadi luar wilayah perbatasan. Bahkan tidak sedikitdari masyarakat di wilayah perbatasan yang lebihmengetahui perkembangan informasi negaratetangga daripada perkembangan informasi yangterjadi di Indonesia.

Geliat ekonominya juga lebih baik akibatdukungan ketersediaan sarana dan prasaranapembangunan di wilayah perbatasan, sehinggamasyarakatnya terlihat lebih sejahtera.

3. Penyediaan Sarana Pendidikan dalamKaitannya dengan PemberdayaanMasyarakat Wilayah PerbatasanKurangnya dukungan perencanaan dan

pengalokasian anggaran pada wilayah perbatasan,berdampak pula pada ketersediaan saranapendidikan yang terbatas dan kurang memadaipada banyak wilayah perbatasan.

Padahal melalui penyediaan sarana pendidikan,selain dapat meningkatkan sumber daya manusiawilayah perbatasan yang lebih baik, juga akanberdampak positif pada tingginya daya saing untukmendapatkan lapangan pekerjaan, sesuai denganjenjang pendidikan dan keahlian yang dimiliki oleh

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PEMBANGUNAN WILAYAH PERBATASAN

Page 281: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN272

masyarakat wilayah perbatasan.

4. Dukungan Pemberdayaan Ekonomi dalamUpaya Meningkatkan KesejahteraanMasyarakat Wilayah PerbatasanPada banyak wilayah perbatasan, ekonomi

masyarakat cenderung belum berdaya optimal,selain karena keterbatasan modal (capital), halini juga disebabkan oleh multiplier effect darirendahnya tingkat pendidikan dan daya saingmasyarakat wilayah perbatasan.

Belum berdaya optimalnya pemberdayaanekonomi masyarakat wilayah perbatasan inikemudian menyebabkan masih rendahnya tingkatkesejahteraan masyarakat wilayah perbatasan.

Kebijakan (policy) atau regulasi sebagaimanapernah disinggung di atas kiranya dapat puladiarahkan kepada pemberian bantuan dalambentuk modal bagi usaha mikro, kecil danmenengah yang berbasis pada produk kerajinanrakyat yang menjadi komoditas andalan masya-rakat wilayah perbatasan. Komoditas ini biasanyamenjadi daya tarik bagi wisatawan, khususnyayang berasal dari negara tetangga.

Pemberdayaan ekonomi masyarakat wilayahperbatasan juga tidak hanya dapat diberikan dalambentuk bantuan modal bagi usaha mikro, kecil danmenengah semata, tetapi juga dapat diberikankepada industri-industri masyarakat wilayahperbatasan yang mendukung sektor pertanian,perkebunan, peternakan dan perikanan, yangdominan pada masing-masing wilayah perbatasan,seperti penyediaan industri pengolahan padi padawilayah perbatasan yang didominasi oleh wilayahpertanian, atau pabrik pengolahan CPO untukwilayah perbatasan yang didominasi oleh lahanperkebunan kelapa sawit, atau pabrik pengolahanhasil laut untuk wilayah perbatasan laut.

Selain dapat meningkatkan dan memperluaslapangan pekerjaan, keberadaan industri ini jugadiharapkan dapat meningkatkan kesejahteraanmasyarakat wilayah perbatasan.

5. Dukungan Pertahanan dan Keamanan diWilayah Perbatasan yang Lebih MemadaiTidak dapat dipungkiri bahwa luasnya wilayah

perbatasan Indonesia yang harus dijaga dandiawasi menjadi kendala tugas pertahanan dankeamanan wilayah perbatasan, apalagi tugas besartersebut juga dihadapkan pada keterbatasansarana dan prasarana, personil dan keterbatasanlainnya.

Pengawasan pertahanan dan pengamanan yanglemah akan berdampak pada kemungkinanpencaplokan wilayah perbatasan oleh negara-negara tetangga yang tentu saja akan merugikankepentingan strategis Indonesia sebagai sebuahnegara yang berdaulat. Selain itu pengawasanpertahanan dan pengamanan yang lemah, jugadapat menyebabkan tingginya intensitas penye-ludupan barang dari dan ke Indonesia melaluiwilayah perbatasan.

Perlunya pengamanan wilayah perbatasan,secara sosial dan ekonomis adalah dalam upayamemberikan perlindungan terhadap produk barangyang diperdagangkan, yakni merupakan produkbarang yang baik dan tidak melawan hukum.Pengamanan wilayah perbatasan juga dapatdifungsikan untuk meminimalisir berbagai peluangterjadinya tindak pidana seperti tindak pidanaperdagangan orang (traficking).

D. KesimpulanPembangunan wilayah perbatasan Indonesia

yang berorientasi pada Masyarakat EkonomiASEAN antara lain dapat dilakukan melaluidukungan kebijakan (policy) atau regulasi yangberorientasi pada pembangunan wilayah perba-tasan, penyediaan sarana dan prasarana pem-bangunan wilayah perbatasan, penyediaan saranapendidikan dalam kaitannya dengan pember-dayaan masyarakat wilayah perbatasan, dukunganpemberdayaan ekonomi dalam upaya mening-katkan kesejahteraan masyarakat wilayahperbatasan serta dukungan pertahanan dankeamanan di wilayah perbatasan yang lebihmemadai.

Jika hal ini dilakukan dengan baik dan sungguh-sungguh, maka bangsa Indonesia tidak hanya siapmembangun wilayah perbatasan yang mensejah-terakan masyarakatnya, tetapi juga siap mengha-dapi tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN.

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PEMBANGUNAN WILAYAH PERBATASAN

Page 282: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN273

Admiral, Indonesia Menuju Pasar BebasASEAN Economic Community, JurnalSelat, Universitas Maritim Raja Ali Haji,Tanjung Pinang, 2015

—————, et.all, Revitalisasi Nilai KesatuanWilayah dalam Membangun Nasionalisme

Masyarakat Perbatasan, Artikel Sosia-lisasi Pemantapan Nilai-nilai Kebangsaan,Lemhannas, Pekanbaru, 2012

Daftar Kepustakaan

Saru Arifin, Hukum Perbatasan Darat antarNegara, Sinar Grafika, Jakarta, 2014

Syahmin AK, Hukum Dagang Internasional,PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6Tahun 2014 tentang Peningkatan Daya SaingNasional dalam rangka MenghadapiMasyarakat Ekonomi ASEAN

ASEAN Economic Community Blueprint

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PEMBANGUNAN WILAYAH PERBATASAN

Page 283: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN274

FAKTOR –FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAANKEBIJAKAN FREE TRADE ZONE (FTZ) DI KAWASAN

KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

Oleh :Kustiawan

Dosen Ilmu Pemerintahan FISIP UMRAH

AbstrakKajian dalam penelitian ini mempokuskan pada KPBPB kawasan di Pulau Bintankhususnya pada kawasan yang ada di dalam wilayah Kota Tanjungpinanga yaitukawasan Senggarang dan Kawasan Dompak sesuai dengan Peraturan Pemerintahan(PP) Nomor 47 tahun 2007. Dalam PP tersebut lokasi FTZ Bintan terdiri darikawasan Bintan Utara terdapat 5 lokasi lain yang berupa enclave yaitu kawasanAnak Lobam, kawasan maritim Bintan Timur, kawasan Galang Batang, kawasanSenggarang dan kawasan Dompak. Berdasarkan paparan latar belakang di atas,maka penulis memaparkan permasalahan pokok dalam penelitian ini, yaitu:Bagaimana Pelaksanaan Kebijakan Free Trade Zone (FTZ) Di KawasanTanjungpinang Kepuluan Riau?. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian inidapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, Mendeskripsikan secara detailPelaksanaan Kebijakan Free Trade Zone (FTZ) Di Kawasan Kota TanjungpinangKepulauan Riau. Kedua, mengetahui kendala yang dihadapi dalam PelaksanaanKebijakan Free Trade Zone (FTZ) Di Kawasan Kota Tanjungpinang. Mengenaimetode yang akan dipakai dalam mencapai tujuan tersebut adalah penulismenggunakan metode wawancara dan tinjauan pustaka. Dalam metode wawancaradigunakan dengan cara mewawancarai sumber-sumber yang dianggap mengetahuisecara baik terhadap fokus penelitian ini. Informan Kunci yaitu Kepala anggotaBPK Tanjungpinang, Dewan Kawasan KEPRI, Kepala BPP KEPRI.Informan laindari KADIN Kota Tanjungpinang. Data Sekunder yaitu pelengkap yang terdiri dariPP nomor 47 Tahun 2007 tentang tentang Kawasan Perdagangan Bebas danPelabuhan Bebas Bintan, KEPPRES nomor 10 Tahun 2008 tentang dewan kawasanPBPB Bintan, PP nomor 1 Tahun 2000. Kesimpulan dari penelitian ini adalahpelaksanaan FTZ di Tanjungpinang belum menunjukkan hasil yang menggembirakan,belum ada kegiatan usaha atau industri di kedua wilayah yang telah ditetapkan yaitudi kawasan dompak dan kawasan senggarang. Hal itu disebabkan oleh beberapakendala yang dihadapi antara lain; Kepastian hukum dalam kepemilikan lahan, belumterbangunnya infrastruktur; jalan, pelabuhan, terbatasnya suplai listrik (wilayahTanjungpinang dan terbatas air bersih), belum terbangun sinergisitas antara BadanPengusahaan Kawasan, Pemerintah Kota Tanjungpinang dan pelaku Usaha,beberapa program kegiatan terhambat dan tidak bisa dikerjakan terutama dalamhal yang menyangkut kewenangan anggaran dan proses perizinan, kelembagaan BPTanjungpinang yang belum jelas.

Kata Kunci : KPBPB, BBK, FTZ, Implemenyasi Kebijakan.

Page 284: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN275

A. PendahuluanDalam skala regional Internasional, Kawasan

Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas(KPBPB) Batam, Bintan, Karimun terletak padajalur perlintasan pelayaran Internasional yangmelayari selat Malaka. Kawasan ini berhadapanlangsung dengan Negara tetangga Singapura danMalaysia (Johor Selatan). Selat Melaka beradadi antara dua daratan besar yaitu Pulau Sumateradan Semenanjung Malaysia. Panjang Selat Malakasekitar 805 km atau 500 mil dengan lebar 65 kmatau 40 mil di sisi selatan dan semakin ke utarasemakin melebar sekitar 250 km atau 155 mil(Cleary & Chuan, 2000). Sedangkan dalam skalaregional antar provinsi, berdekatan dengan KotaPekanbaru dan dilewati jalur PELNI. KPBPBBatam, Bintan, Karimun secara geografisadministratif berada di Provinsi Kepulauan Riau,dengan otonomi pemerintahan yang terlingkupiadalah Kota Batam, Kabupaten Bintan, KotaTanjung Pinang dan Kabupaten Karimun, namuntidak seluruh wilayah administrative tersebutditetapkan sebagai KPBPB.

Kawasan Perdagangan Bebas dan PelabuhanBebas (KPBPB) Batam, Bintan, Karimun (BBK)merupakan salah satu Kawasan Strategis Nasional(KSN) dan kandidat Kawasan Ekonomi Khusus(KEK) dalam bentuk KPBPB. Terkait denganpengembangan kawasan ini, telah terdapat suatuproses penandatanganan kesepakatan kerjasamaekonomi antara Pemerintah Indonesia denganPemerintah Singapura. Kesepakatan kerjasamatersebut kemudian ditindaklanjuti dengan adanyapenetapan lokasi pengembangan KPBPB melaluiPeraturan Pemerintah No.46/2007 untuk KPBPBBatam, PP No.47/2007 untuk KPBPB Bintan danPP No.48/2007 untuk KPBPB Karimun. Dalamrangka upaya operasionalisasi KPBPB Batam,Bintan, Karimun telah ditetapkan pula PeraturanPresiden No. 9, 10, dan 11 Tahun 2008 tentangDewan Kawasan KPBPB Batam, Bintan,Karimun sebagai bentuk kelembagaannya. Selainkebijakan-kebijakan tersebut diatas yang telahmenjadi komitmen Pemerintah Indonesia, makabila ditinjau dari aspek sistem perkotaan nasionaldan posisi geografisnya, kawasan BBK ini jugamemiliki potensi besar, antara lain: (Sumber: Kajian

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

Rencana Strategis FTZ BBK, 2007).Kajian dalam penelitian ini mempokuskan pada

KPBPB kawasan di Pulau Bintan khususnya padakawasan yang ada di dalam wilayah KotaTanjungpinanga yaitu kawasan Senggarang danKawasan Dompak sesuai dengan PeraturanPemerintahan nomor 47 tahun 2007. Landasanhukum penetapan Pulau Bintan sebagai kawasanFTZ telah ditetapkan dalam PP No.47 tahun 2007tentang Kawasan Perdagangan Bebas danPelabuhan Bebas Bintan. Dalam PP tersebut lokasiFTZ Bintan terdiri dari kawasan Bintan Utaradengan liputan wilayah hampir setengah pulauBintan. Disamping itu, terdapat 5 lokasi lain yangberupa enclave yaitu kawasan Anak Lobam,kawasan maritim Bintan Timur, kawasan GalangBatang, kawasan Senggarang dan kawasanDompak.

Pulau Bintan merupakan wilayah yang cukupsiap untuk menarik investasi. Keberadaan bondedzones di Bintan menyebabkan kawasan ini tidakasing lagi bagi investor yang ingin menanamkaninvestasinya di sektor industri manufaktur. Selainitu, Bintan selama ini juga telah menjadi lokasikunjungan wisatwan mancanegara, walaupun yangterbesar masih berasal dari Singapura. Ditinjau darisisi infrastruktur, sekalipun belum sebaik Batam,namun Bintan telah memiliki fasilitas pelabuhan lautdan pelabuhan udara. Dengan adanya pemekaranwilayah, maka Kota Tanjung Pinang menjadi suatuwilayah administratif yang berdiri sendiri. Namundemikian, dalam konteks KEK BBK, penyebutanBintan akan secara implisit diartikan sebagaikeseluruhan pulau Bintan.

Perkembangan keamanan dan politik diWilayah Selat Malaka khususnya di wilayah pulauBintan termasuk di dalamnya kawasan Senggarangdan Kawasan Dompak terjadi beberapa masalahyang patut dipikirkan karena beberapa kejadiantersebut diantaranya adalah: Pencurian ikan dikawasan Kepulauan Riau oleh nelayan asing(Malaysia, Thailand). Pelanggaran kedaulatanIndonesia oleh keamanan Malaysia (kasuspenangkapan aparat DKP Kepri oleh MarineMalaysia) Singapura memberi izin keamanan asinguntuk menjaga keamanan di Selat Melaka tanpakesepakatan dengan Indonesia dan Malaysia.

Page 285: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN276

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

Keamanan perbatasan Selat Malaka adalahmasalah kompleks (rumit) yang harus ditanganiseacra terpadu (hukum, ekonomi, diplomasi, danmiliter). Maka politik strategy perbatasan SelatMalaka dalam hal ini terutama dalam kawasan diTanjungpinang seperti Kawasan Senggarang danKawasan Dompak ditangani secara terpadu. SelatMelaka Dalam Kedudukan Strategik Kesela-matan Indonesia dan Malaysia: Unsur kedaulatan,unsur keterpaduan nasional (integrasi). DiplomasiIndonesia dan Malaysia Dalam Pengaturan SelatMelaka: Kepentingan dan cara pandang yang samathd Selat Melaka (Kemandirian Kekuatanbersenjata (kekuatan nyata). Pulau Bintan sendirimemiliki kandungan air yang dapat digunakansebagai cadangan bagi kebutuhan air KawasanBatam, Bintan dan Karimun.

Dengan luasnya wilayah perairan, makaKawasan BBK memiliki potensi untuk pengem-bangan industri maritim di Selat Malaka. Selain itupulau ini juga memiliki potensi perikanan tangkapyang cukup besar. Selat Melaka Dalam Kedu-dukan Strategik Keselamatan Indonesia danMalaysia: Unsur kedaulatan, Unsur keterpaduannasional (integrasi). Diplomasi Indonesia danMalaysia Dalam Pengaturan Selat Melaka:Kepentingan dan cara pandang yang sama thdSelat Melaka, Kemandirian Kekuatan bersenjata(kekuatan nyata): Aktif berkomunikasi kepemerintah Pusat tentang persoalan perbatasanlaut Selat Malaka, Jika perlu buat Perda tentangPengawasan, Pemanfaatan dan Kerjasama bidangKelautan dan Perikanan , Aktif berkoordinasidengan struktur keamanan (AL) dan struktur lainyang terkait (Bea Cukai , Polisi Perairan / caostguard) untuk pengamanan perbatasan laut.

Selama periode pengembangan 20 tahunkedepan, KEK BBK termasuk pulau Bintan(kawasan Senggarang dan Dompak) harusdiarahkan secara konsisten untuk dapat mencapai„positioning-nya dimasa mendatang, yaitu melaluitahapan pengembangan (staging) yang terbagikedalam empat tahapan, yaitu: (Sumber: KajianRTR Kawasan BBK, 2008)

1. Support function bagi SingapuraPada tahap awal perkembangannya, KEK

BBK akan berperan sebagai support functionbagi Singapura, meliputi: dukungan kegiatantranshipment, menyediakan lahan bagi pengem-bangan non-pollutant industrial estate danpariwisata, serta industri perkapalan (shipyard).Pada tahap ini pengembangan sektor industri akanlebih dominan dibandingkan sektor-sektor lainnya.

2. Mitra utama SingapuraPada tahap perkembangan ini, KEK BBK

berperan sebagai mitra bagi Singapura dan tetapmemberikan support bagi aktivitas perda-gangannya, namun diharapkan pada tahapan initelah ada beberapa pengelolaan secara bersamaterhadap beberapa sektor kegiatan FTZ di KEKBBK terkait pengalaman Singapura yang dinilaitelah berhasil dalam pengelolaan dan pengem-bangan sebuah kawasan perdagangan. Pada tahapini pengembangan sektor industri dan jasapariwisata masih dominan dan kian menguat,namun mulai terjadi shifting dari dominasi sektorindustri ke sektor jasa. Beberapa sektor dankegiatan FTZ yang dikembangkan pada tahap ini,meliputi: pengembangan industrial estate yangbersifat non pollutant, transhipment support,bungkering, oil and gas storage, industriperkapalan (shipyard) dan tourism support.

3. Kawasan yang memiliki beberapa sektorunggulPada perkembangan selanjutnya, KEK BBK

diorientasikan untuk lebih maju dari sebelumnya.Perkembangan sektor-sektor FTZ eksistingsemakin diperkuat melalui dukungan kebijakanindustri dan ketenagakerjaan yang semakin baik,mekanisme insentif, manajemen pengelolaankawasan yang profesional, diversifikasi pasarkomoditi ekspor, ekspansi negara tujuan eksporhasil industri di pasar Asia dan Eropa. Selain itu,pada tahap ini diupayakan terjadi peralihan fungsi-fungsi kegiatan perdagangan utama Singapuraterkait aktivitas perdagangan dan pengembanganfungsi-fungsi yang menjadi pendukungnya dalamlingkup internal BBK yang tetap sejalan dengankerangka pengembangan kawasan ekonomikhusus yang berdaya saing tinggi, meliputi:pengembangan industrial estate yang bersifat non

Page 286: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN277

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

pollutant, bungkering center, oil and gasstorage center, shipyard and floating dockyard,dan MICE center.

4. Kawasan unggulanPada periode selanjutnya, KEK BBK diorien-

tasikan menjadi kawasan yang unggul dan berdayasaing tinggi melalui pengurangan berbagai kendalayang menghambat arus barang dan jasa, termasukperaturan-peraturan daerah yang menghambat,serta dengan menyederhanakan prosedur kepa-beanan. Sektor-sektor FTZ yang ada semakindiperkuat dengan mendorong fungsi intermediasiperbankan agar memberi tekanan yang lebih besarpada kegiatan investasi dan produksi. Fungsi dankegiatan yang dikembangkan pada tahap ini,meliputi: pengembangan IT Hub, bungkeringcenter, oil and gas storage center, shipyard andfloating dockyard, dan MICE center.

Berkaitan dengan implementasi Kebijakan FTZdi Kota Tanjungpinang inilah, penulis tertarik untukmelakukan penelitian dengan judul AnalisisPelaksanaan Kebijakan Free Trade Zona(FTZ) di Kawasan Tanjungpinang Kepu-lauan Riau.

Ada beberapa faktor yang melatar belakangipenulis untuk melakukan penelitian ini, pertama,Penelitian ini mempokuskan pada lingkup KPBPBPulau Bintan khususnya wilayah kota Tanjung-pinang pada lokasi kawasan Senggarang danKawasan Dompak, yang merupakan pusatpemerintahan Provinsi Kepulauan Riau. Hal inimerupakan nilai strategis tersendiri karenadiharapakan peran pemerintahan daerah terutamapemerinathan Provinsi Kepaulaun Riau menjadisentral untuk Memelihara integrasi dan kedaulatanIndonesia dikawasan perbatasan laut SelatMalaka, Memanfaatkan peluang ekonomi globalyang berkembang di Selat Malaka.

Kedua, Kawasan Selat Malaka termasukKPBPB Pulau bintan yang termasuk kawasanSenggarang dan Dompak memiliki nilai stratejik:Aspek politik (kedaulatan dan keterpaduannasional), Aspek stratejik keselamatan (rawansasaran perompakan, teroris dan militai asing),Aspek ekonomi (kawasan pertumbuhan pentingdan jalur pelayaran dunia).

Ada beberapa faktor yang melatar belakangipenulis untuk melakukan penelitian ini, pertama,Penelitian ini mempokuskan pada lingkup KPBPBPulau Bintan khususnya wilayah kota Tanjung-pinang pada lokasi kawasan Senggarang danKawasan Dompak, yang merupakan pusatpemerintahan Provinsi Kepulauan Riau. Hal inimerupakan nilai strategis tersendiri karenadiharapakan peran pemerintahan daerah terutamapemerinathan Provinsi Kepaulaun Riau menjadisentral untuk Memelihara integrasi dan kedaulatanIndonesia dikawasan perbatasan laut SelatMalaka, Memanfaatkan peluang ekonomi globalyang berkembang di Selat Malaka.

Kedua, Kawasan Selat Malaka termasukKPBPB Pulau bintan yang termasuk kawasanSenggarang dan Dompak memiliki nilai stratejik:Aspek politik (kedaulatan dan keterpaduannasional), Aspek stratejik keselamatan (rawansasaran perompakan, teroris dan militai asing),Aspek ekonomi (kawasan pertumbuhan pentingdan jalur pelayaran dunia).

B. Tinjauan PustakaB.1. Kebijakan

Kebijakan pada dasarnya merupakan keten-tuan-ketentuan yang harus dijadikan pedoman,pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha dankegiatan dari aparatur pemerintah / pegawai.Menurut Abidin(Syafarudin 2008:75) menjelaskanKebijakan adalah keputusan pemerintah yangbersifat umum dan berlaku untuk seluruh anggotamasyarakat. Definisi lain dijelaskan oleh Gamagedan Pang (Syafarudin 2008:75) “Kebijakan adalahterdiri dari pernyataan tentang sasaran dan satuatau lebih pedoman yang luas untuk mencapaisasaran tersebut sehingga dapat dicapai yangdilaksanakan bersama dan memberikan kerangkakerja bagi pelaksanaan program.

Pendapat lain dikemukakan oleh Klein danMurphy (Syafarudin 2008:76) “Kebijakan berartiseperangkat tujuan-tujuan, prinsip-prinsip sertaperaturan-peraturan yang membimbing sesuatuorganisasi, kebijakan dengan demikian mencakupkeseluruhan petunjuk organisasi. Berdasarkanpendapat diatas menunjukan bahwa kebijakanberarti seperangkat tujuan-tujuan, prinsip-prinsip

Page 287: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN278

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

serta peraturan-peraturan yang membimbingsesuatu organisasi. Kebijakan dengan demikianmencakup keseluruhan petunjuk organisasi.Dengan kata lain, kebijakan adalah hasil keputusanmanajemen puncak yang dibuat dengan hati-hatiyang intinya berupa tujuan-tujuan, prinsip-prinsipdan aturan-aturan yang mengarahkan organisasimelangkah kemasa depan. Secara ringkasditegaskan bahwa hakikat kebijakan sebagaipetunjuk dalam organisasi.

Kebijakan publik mengandung tiga konotasiyaitu pemerintah, masyarakat, dan umum. MenurutSyafarudin (2008:78) kebijakan publik adalahkebijakan pemerintah yang dengan kewe-nangannya dapat memaksa masyarakat mema-tuhinya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disim-pulkan bahwa kebijakan public adalah hasilpengambilan keputusan oleh manajemen puncakbaik berupa tujuan, prinsip, maupun aturan yangberkaitan dengan hal-hal strategis untuk meng-arahkan manajer dan personel dalam menentukanmasa depan organisasi yang berimplikasi bagikehidupan masyarakat.

B.2. Implementasi KebijakanTugas pokok pemerintah adalah menciptakan

kebijakan melalui berbagai kebijakan publik.Kebijakan akan tercapai jika kebijakan yang dibuatdapat terimplementasikan atau dapat dilaksanakansecara baik. Keberhasilan implementasi suatukebijakan ditentukan oleh banyak variable ataufaktor, baik menyangkut isi kebijakan yangdiimplementasikan, pelaksanaan kebijakan,maupun lingkungan di mana kebijakan tersebutdiimplementasikan (kelompok sasaran).

Menurut Winarno (2007:144) Implementasidipandang secara luas mempunyai maknapelaksanaan undang-undang dimana berbagaiaktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerjabersama-sama menjalankan kebijakan dalamupaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan.Implementasi pada sisi yang lain merupakanfenomena yang kompleks yang mungkin dapatdipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran(output) maupun sebagai suatu dampak (out-come).

Sedangkan Nugroho (2003:158) mengemuka-kan bahwa implementasi kebijakan pada prin-sipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapatmencapai tujuannya. Dari kedua pendapat ahli iniyang perlu ditekankan adalah bahwa tahapimplementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelumtujuan-tujuan dan sasaran-sasaran ditetapkan ataudiidentifikasikan oleh keputusan-keputusankebijaksanaan.

Selanjutnya menurut Wahab (2001:108) bahwatahap dalam proses implementasi kebijakan yaitua. Keluaran Kebijakan (keputusan)b. Kepatuhan Kelompok Sasaran

1) Tidak melanggar aturan yang telah diga-riskan

2) Jika ada pelanggaran masih terbatas padapelanggaran yang terkena sangsi

3) Sikap mengatur keabsahan (legitimasi)perundang-undangan yang bersangkutan dantidak merasa dirugikan dari peraturantersebut.

c. Dampak nyata kebijakand. Persepsi terhadap dampake. Revisi kebijakan

Di sini kebijakan yang menyangkut banyakkepentingan yang berbeda akan lebih sulitdiimplementasikan dibanding yang menyangkutsedikit kepentingan. Oleh karenanya tinggi-rendahnya intensitas keterlibatan berbagai pihak(politisi, pengusaha, masyarakat, kelompoksasaran dan sebagainya) dalam implementasikebijakan akan berpengaruh terhadap efektivitasimplementasi kebijakan.

Edwards III berpendapat dalam modelimplementasi kebijakannya bahwa keberhasilanimplementasi kebijakan dipengaruhi oleh faktor,oleh karena itu ada beberapa faktor-faktor yangmempengaruhi implementasi kebijakan, sepertiyang dijelaskan oleh Edwards III (Subarsono2008: 90 ) yaitu :1. Komunikasi2. Sumber Daya3. Disposisi4. Struktur Birokrasi

Lebih jauh lagi Ripley dan Frangklin (dalam

Page 288: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN279

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

Winanrno 2007:145-146) mengatakan bahwa :Implemantasi mencakup banyak kegiatan :

1. Badan-badan pelaksana yang ditugasi olehundang-undang dengan tanggungjawab menja-lankan program harus mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan agar implementasiberjalan lancar.

2. Badan-badan pelaksana mengembangkanbahasa anggaran dasar menjadi arahan-arahankonkret, regulasi, serta rencana-reancana.

3. Badan-badan pelaksana harus mengorgani-sasikan kegiatan-kegiatan mereka denganmenciptakan unit-unit birokrasi dan rutinitasuntuk mengatasi beban kerja.

4. Badan-badan pelaksana memberikan keun-tungan kepada kelompok-kelompok target

B.3. Implementasi kebijakan publik modelGeorge C. Edward III

Dari beberapa faktor yang mempengaruhiimpelementasi kebijakan, aliran top down yangdikemukakan oleh George C Edward III yangfokus analisisnya berkisar pada masalah-masalahpencapaian tujuan formal kebijakan yang telahditentukan banyak dijadikan acuan pelaksanaankebijakan pemerintahan. Sebagai berikut :

George C. Edward model implementasikebijakan publiknya dengan Direct and Indirectimpact on Implementation. Dalam pendekatanyang diteoremakan oleh Edward III, terdapatempat variable yang sangat menentukan keber-hasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu :1) Komunikasi2) Sumberdaya3) Disposisi ( kecenderungan-kecenderungan)4) Struktur birokrasi.

B.4. Implementasi kebijakan model DonaldVan Metter dan Carl Van Horn

Model pendekatan top-down yang dirumuskanoleh Donald Van Metter dan Carl Van Horndisebut dengan A Model of policy imple-mentation.1. Ukuran dan tujuan kebijakan2. Sumber daya3. Karakteristik agen pelaksana4. Sikap/ kecenderungan ( disposition ) para

pelaksana5. Komunikasi antarorganisasi dan aktivitaspelaksana6. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik

B.5. Free Trade ZoneKonsep pembangunan yang mengarah pada

industrialisasi merupakan sebuah landasan strategibanyak negara didunia ini dalam pembangunannasional. Dengan konsep pembagian kerja danindustrialiasasi dirasa menjadi sektor yang sangatmenjanjikan dibanding mennggarap sektor yanglainnya. Industri mempunyai banyak keunggulandibandingkan dengan sektor pertanian, sepertimenghilangkan ketergantungan dengan alam,menyerap banyak tenaga kerja, menghasilkandevisa negara dan masih banyak lagi. Dalammenyikapi perkembangan global, regional dannasional maka pemerintah mengeluarkan UURepublik Indonesia Nomor 36 tahun 2000 tanggal21 desember 2000 Tentang Penetapan PPPengganti undang-undang (UU) nomor 1 tahun2000 Tentang kawasan perdagangan bebas danpelabuhan bebas (KPBPB) Menjadi UU.

Harapan dari undang-undang tersebut adalahdengan membentuk daerah-daerah perdagangandan pelabuhan bebas dapat mendorong kegiatanlalu lintas perdagangan internasional yangmendatangkan devisa bagi Negara serta dapatmemberi pengaruh dan manfaat besar bagiIndonesia, untuk dapat membuka lapangan kerjaseluas-luasnya, meningkatkan kepariwisataan danpenanaman modal baik asing maupun dalam negeri.Selanjutnya melalui UU Republik Indonesia nomor44 tahun 2007 tentang penetapan PP penggantiUU nomor 1 tahun 2007 tentang perubahan atasUU nomor 36 tahun 2000 tentang penetapan PPpengganti undang-undang nomor 1 tahun 2000tentang KPBPB menjadi undang-undang. UUtersebut diciptakan untuk merespons peluangataupun tantangan dalam perekonomian global.Dimana globalisasi ekonomi yang menuntutdikuranginya berbagai hambatan di bidangperdagangan selain merupakan kondisi yangmemberi peluang untuk mencapai pertumbuhanekonomi melalui peningkatan ekspor dan investasi,juga mengakibatkan menurunnya daya saing

Page 289: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN280

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

nasional sehingga menimbulkan dampak yangsangat serius terhadap perekonomian danperdagangan nasional serta meningkatnya angkapengangguran dan kemiskinan.

Selanjut turunan dari UU tersebut diatas ditindaklanjuti dengan penerbitan PP Republik IndonesiaNomor 47 Tahun 2007 Tentang KawasanPerdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Bintan.PP tersebut menjadi landasan hukum dalampembentukan daerah sebagai kawasan PerdanganBebas dan pelabuhan Bebas yang berapa dipulauBintan. Masih didalam PP tersebut juga dijelaskanbahwa di pulau bintan dibagi menjadi dua daerah,yang pertama di kabupaten Bintan dan yang keduadi Kota Tanjungpinang. Selanjutnya di KotaTanjungpinang ditentukan ada dua kawasan FTZ,yaitu kawasan yang berada di Senggarang dankawasan Dompak.

C. Metode PenelitianC.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan agar datayang terkumpul lebih representatif dan tepat guna,serta memberi gambaran sejelas mungkin mengenaibagaimana Pelaksanaan Kebijakan Free TradeZone (FTZ) Di Kawasan Kota TanjungpinangKepulauan Riau. penelitian ini memanfaatkanwawancara terbuka untuk menelaah dan mema-hami sikap, pandangan, perasaan dan perilakusekelompok orang. Metodologi berbagai jenispenelitian dipengaruhi oleh jenis dan kualitaspermasalahan yang dihadapi. Menurut Subana &Sudrajat, “Penelitian kualitatif umumnya tidakmemiliki metodologi penelitian yang ketat tetapilebih bergantung pada hasil eksplorasi” (Subana& Sudrajat, 2001:10).

C.2. Ruang Lingkup PenelitianPenelitian ini dilakukan di Kawasan Kota

Tanjungpinang yang mempokuskan pada KPBPBkawasan di Pulau Bintan khususnya pada kawasanyang ada di dalam wilayah Kota Tanjungpinangayaitu kawasan Senggarang dan Kawasan Dompaksesuai dengan Peraturan Pemerintahan Nomor 47tahun 2007 tentang tentang Kawasan PerdaganganBebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, Keppres

Nomor 10 Tahun 2008.

C.3. Metode AnalisisUntuk menganalisa data penelitian mengunakan

tahapan pengumpulan data, reduksi data, sajiandata, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi datadengan tehnik triangulasi. Langkah-langkah penulisdalam menganalisis data penelitian yang sudahterkumpul dilakukan dengan metode deskriptifkualitatif. Dalam penulisan ini menjadi datadeskriptif, data atau dokumen berupa PeraturanPemerintahan nomor 47 Tahun 2007 tentangtentang Kawasan Perdagangan Bebas danPelabuhan Bebas Bintan. Pertama-tama,melukiskan variabel, mengidentifikasi teori secarasistematis, penemuan pustaka, dan menganalisisdokumen yang meliputi informasi yang berkaitandengan fokus penelitian. Kedua, semua data yangdidapat dilakukan analisis secara kualitatif tanpamengunakan angka-angka atau model statistik,matematika, ekomotorik, dan model-modeltertentu seperti penghitungan eksakta lainnya.Sedangkan metode kualitatif lebih mengutamakanpenghayatan dari objek yang diteliti.

D. PembahasanD.1. Free Trade Zone

Konsep pembangunan yang mengarah padaindustrialisasi merupakan sebuah landasan strategibanyak negara didunia ini dalam pembangunannasional. Dengan konsep pembagian kerja danindustrialiasasi dirasa menjadi sektor yang sangatmenjanjikan dibanding mennggarap sektor yanglainnya. Industri mempunyai banyak keunggulandibandingkan dengan sektor pertanian, sepertimenghilangkan ketergantungan dengan alam,menyerap banyak tenaga kerja, menghasilkandevisa negara dan masih banyak lagi. Dalammenyikapi perkembangan global, regional dannasional maka pemerintah mengeluarkan UURepublik Indonesia Nomor 36 tahun 2000 tanggal21 desember 2000 Tentang Penetapan PPPengganti undang-undang (UU) nomor 1 tahun2000 Tentang kawasan perdagangan bebas danpelabuhan bebas (KPBPB) Menjadi UU.

Harapan dari undang-undang tersebut adalahdengan membentuk daerah-daerah perdagangan

Page 290: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN281

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

dan pelabuhan bebas dapat mendorong kegiatanlalu lintas perdagangan internasional yangmendatangkan devisa bagi Negara serta dapatmemberi pengaruh dan manfaat besar bagiIndonesia, untuk dapat membuka lapangan kerjaseluas-luasnya, meningkatkan kepariwisataan danpenanaman modal baik asing maupun dalam negeri.Selanjutnya melalui UU Republik Indonesia nomor44 tahun 2007 tentang penetapan PP penggantiUU nomor 1 tahun 2007 tentang perubahan atasUU nomor 36 tahun 2000 tentang penetapan PPpengganti undang-undang nomor 1 tahun 2000tentang KPBPB menjadi undang-undang. UUtersebut diciptakan untuk merespons peluangataupun tantangan dalam perekonomian global.Dimana globalisasi ekonomi yang menuntutdikuranginya berbagai hambatan di bidangperdagangan selain merupakan kondisi yangmemberi peluang untuk mencapai pertumbuhanekonomi melalui peningkatan ekspor dan investasi,juga mengakibatkan menurunnya daya saingnasional sehingga menimbulkan dampak yangsangat serius terhadap perekonomian danperdagangan nasional serta meningkatnya angkapengangguran dan kemiskinan.

Selanjut turunan dari UU tersebut diatas ditindaklanjuti dengan penerbitan PP Republik IndonesiaNomor 47 Tahun 2007 Tentang KawasanPerdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Bintan.PP tersebut menjadi landasan hukum dalampembentukan daerah sebagai kawasan PerdanganBebas dan pelabuhan Bebas yang berapa dipulauBintan. Masih didalam PP tersebut juga dijelaskanbahwa di pulau bintan dibagi menjadi dua daerah,yang pertama di kabupaten Bintan dan yang keduadi Kota Tanjungpinang. Selanjutnya di KotaTanjungpinang ditentukan ada dua kawasan FTZ,yaitu kawasan yang berada di Senggarang dankawasan Dompak.

Dengan ditetapkannya wilayah Kota Tanjung-pinang tersmasuk dalam KPBPB atau KawasanPerdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, FreeTrade Zone, Wilayah yang menjadi areal FTZtersebut adalah Dompak dan Senggarang. Luaswilayah FTZ Tanjungpinang adalah 2.633 Ha,meliputi Dompak 1.300 Ha dan Senggarang 1.333Ha. Untuk mengakomodasi sejumlah kegiatan

didalam kawasan FTZ Dompak, yang terbagikedalam tujuh zona dimana tiap-tiap zona memilikikarakteristik kegiatan yang berbeda-beda, yaituzona industri, pengolahan ekspor, logistik, jasakeuangan, techno park, pariwisata dan olahraga.(Sumber: Kajian Rencana Strategis FTZ BBK,2007).

Masih tersedianya lahan yang relativ luas untukpengembangan kegiatan kota. DitetapkannyaKota Tanjungpinang menjadi ibukota ProvinsiKepulauan Riau mendorong perkembangan kotaTanjungpinang sebagai orientasi bagi kawasansekitarnya terutama yang tergabung dalam ProvinsiKepulauan Riau. Dengan ditetapkannya KotaTanjungpinang sebagai sistem pusat pelayanankegiatan primer: Pusat kegiatan industri berorientasiekspor: kawasan industri Dompak seberang diKecamatan Bukit Bestari. Pusat kegiatanmancanegara dan Domestik: kawasan wisataSenggarang dan kawasan wisata Pulau Penyengatdi Kecamatan Tanjungpinang Kota. Pusat kegiatanperdagangan dan jasa: kawasan perdagangan danjasa Senggarang di Kecamatan TanjungpinangKota

D.2. Implementasi Kebijakan KawasanPerdagangan Bebas dan PelabuhanBebas

Free Trade Zone atau Kawasan PerdaganganBebas dan Pelabuhan Bebas adalah suatu kawasanyang berada di dalam wilayah hukum NKRI yangterpisah dari Pabean sehingga bebas daripengenaan biaya masuk, pajak pertambahan nilaidan pajak penjualan atas barang mewah sertacukai. Insentif merupakan kebijakan pemerintahdalam meningkatkan daya saing dengan negara laindalam menjadikan Indonesia sebagai negara tujuanutama investasi.

Sedangkan FTZ mempunyai fungsi sebagaitempat untuk mengembangkan usaha-usaha dibidang perdagangan jasa, industri, pertambangandan energi, transfortasi maritim dan perikanan, posdan telekomunikasi, perbankan, asuransi,pariwisata dan bidang-bidang lainnya. Aktivitasdalam kawasan Kegiatan di bidang Ekonomiseperti sektor perdagangan, maritim, industri,perhubungan, pariwisata, dan bidang lain yang

Page 291: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN282

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

ditetapkan dalam Undang-Undang pembentukanKPBPB.

Dengan berjalan FTZ maka akan menjadi

penyangga ekonomi dan sosial bagi negara. Karenadengan bergeraknya industrialisasi maka akanmenggerakkan kegiatan ekonomi lainya.

 

 

Kegunaan FTZ

Kerangka Dasar Hukum Kelembagaan FTZ

Page 292: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN283

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 47Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebasdan Pelabuhan Bebas Bintan Wilayah kotaTanjungpinang berada pada dua lokasi yaitukawasan industri dompak dan kawasan industri

senggarang. Peraturan Presiden No. 87 Tahun2011 tentang rencana tata ruang Kawasan Batam,Bintan, dan Karimun (RTR Kawasan BBK.Rencana Tata ruang Wilayah Kota TanjungpinangTahun 2014-2034

Gambar 1Kawasan ftz industri dompak

(Sumber : Laporan Perkembangan FTZ Tanjungpinang, Batam 16 juni 2014)

Secara geografis, kawasan industri Dompakberada pada 1040 24’ 36’’ BT, 00 58’ 50 LU - 1040

27’ 33’’ BT, 00 56’ 19’LU. Secara administrasi

kawasan FTZ Dompak berada di KelurahanDompak Kecamatan Bukit Bestari KotaTanjungpinang dengan luas kawasan ±1300 Ha.

Page 293: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN284

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

Rencana perluasan FTZ menyeluruh KotaTanjungpinang. Rekomendasi DPRD KotaTanjungpinang NO 68/DPRD/2014 dan reko-

mendasi Walikota Tanjungpiinang No 510/226/1.2.01/2014

(Sumber : Laporan Perkembangan FTZ Tanjungpinang, Batam 16 juni 2014)

Sedangkan secara geografis, kawasan industriSenggarang berada pada 1040 28’ 37’’ BT, 00 52’

24 LU - 1040 30’ 45’’ BT, 00 50’ 26’LU. Secaraadministrasi kawasan FTZ Senggarang berada diKelurahan Senggarang Kecamatan TanjungpinangKota, Kota Tanjungpinang dengan luas kawasan±1300 Ha.

D.3. Kawasan FTZ DompakKawasan FTZ Dompak akan dikembangkan

menjadi Kawasan Industri dan Kawasan FTZSenggarang akan dikembangkan menjadiKawasan Perdagangan dan Jasa. Kawasan FTZDompak memiliki potensi karena wilayahnyaterletak sangat strategis berada dijalur perairaninternasional dan mempunyai lahan yang bisadimanfaatkan untuk diinvestasikan dan digunakanuntuk membantu pertumbuhan ekonomi dankesejahteraan kawasan , dan merupakan kawasanyang mampu bersaing dengan kawasan lainnya.Kawasan FTZ Dompak termasuk awasanstrategis nasional karena diperkirakan mempunyaiprospek pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yangmemberikan kontribusi signifikan terhadappertumbuhan ekonomi lokal, dan Nasional.

Misi BP Kawasan Kota Tanjungpinang1. Mengembangkan kelembagaan yang kondusif

bagi pengembangan bisnis dan investasipengusahaan kawasan

2. Mengembangkan sektor-sektor pengusahaankawasan di bidang pelabuhan, industri,perdagangan dan pariwisata sebagai simpulyang terkait dengan jaringan pengusahaankawasan internasional

3. Mengembangkan infrastruktur yang berbasispenataan ruang, dan pertanahan yang berdayasaing internasional.

Visi BP Kawasan TanjungpinangKawasan yang profesional, kredibel, dan

berorientasi bisnis untuk mendukung terwujudnyaKawasan Perdagangan Bebas dan PelabuhanBebas yang bertaraf internasional”

Tujuan dan sasaran pengembangan kawasanFTZ:1. Mewujudkan investasi di Kawasan FTZ serta

meningkatan Investasi di Wilayah Tanjung-pinang

2. Menciptakan Pertumbuhan Ekonomi wilayah

Page 294: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN285

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

Kota Tanjungpinang dan Nasional3. Mewujudkan pembangunan Kawasan dan

mewujudkan pemerataan pembangunan4. Membuka daerah yang mempunyai potensi

sumber daya alam

Kawasan Dompak Darat, sangat diperlukanuntuk mengimplementasikan Peraturan Pemerintahnomor 47 tahun 2007 tentang Penetapan perda-gangan bebas dan pelabuhan bebas Bintan,dimana kawasan Dompak adalah bagian dari FTZBintan tersebut, yang terletak di Kota Tanjung-

pinang sebagai kawasan perdagangan bebas danpelabuhan bebas. Dompak merupakan kawasanyang diarahkan menjadi pusat perindustrian danperdagangan, serta jalur FTZ BBK sebagaipenghubung FTZ Bintan ke pusat pemerintahanProvinsi Kepulauan Riau yang terletak di PulauDompak, tentunya untuk membantu perkem-banganpembangunan perindustrian dan perda-gangandiwilayah tersebut. Sehingga besar harapan Dompaknantinya dapat menjadi kawasan yang maju tidakhanya dari segi perkembangan fisik saja, namunperkembangan pembangunan secara menyeluruh.

Page 295: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN286

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

Adapun Isu dan permasalahan yang berada dikawasan FTZ Dompak: Infrastruktur di kawasanDompak yang masih dalam tahap perencanaan,pengembangan dan pengerjaan FTZ DompakDarat belum bisa operasional, baik dari segi skalapeta juga dari substansi rencana umum yang ada.Pendataan penggunaan lahan Kawasan FTZ

Dompak saat ini merupakan langkah awal dalampenyusunan.

Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Kota Tanjung-pinang adalah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI),Pelabuhan Kelas D yang layanannya sekurang-kurangnya mencakup kegiatan usaha perikanan diwilyah perairan pedalaman dan perairan kepulauan.

Kawasan Industri Dompak

Rencana pengembangan dan pembangunan kawasan industri di wilayah FTZ dompak

Page 296: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN287

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

Maket Perencanaan Membangun Technopark

Page 297: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN288

D.4. Kawasan FTZ SenggarangSenggarang adalah merupakan salah satu

kelurahan di Kecamatan Tanjungpinang Kota,berdasarkan PP nomor 47 tahun 2007 secarageografis kawasan Senggarang berada 1040 24’36 BT 00 55’ LU - 1040 27’ 33’ BT 00 56’ 19 LU.Adapun luas peruntukan kawasan FTZ ± 1333Ha. Jarak Pulau Senggarang dari pelabuhan SriBintan Pura bisa ditempuh melalui jalur laut sekitar±20 menit, dan bisa melalui Bandara Raja HajiFisabilillah ±25 KM

Rencana Pengembangan Kawasan Perdagangan Dan Jasa FTZ Senggarang

Kawasan Senggarang selain sebagai pusatpemerintahan dan perkantoran juga sebagai dankawasan kota baru. Sebagai kota baru yang masihdidominasi oleh lahan kosong belum terbangun,kawasan Senggarang perlu mempunyai arahandalam pengem-bangan kota, baik dalam penataanruang, lingkungan dan fisik bangunan. Permukimantepi air yang didominasi oleh etnis Cina diSenggarang dengan ini dapat menjadi nilai tambahuntuk kepentingan wisata dan terintegrasi dengankawasan pemerintahan dalam kota baru Tanjung-

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

Page 298: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN289

Pelabuhan Tanjung Geliga

pinang. Senggarang mewakili image kota Tanjung-pinang, baik dalam skala kota, regional daninternasional. mengingat Tanjungpinang merupakangerbang kedatangan bagi wisatawan mancanegara.

Pelabuhan Tanjung Geliga juga dipersiapkansebagai pelabuhan baru yang akan dikembangkandengan konsep pengembangan yang lebih luasdiantaranya untuk mendukung pengembangankawasan pariwisata di Tanjungpinang dan lebih luasadalah untuk mendukung pengembangan kawasanPulau Bintan. Selain itu sesuai dengan visi dan misidari Badan Pengusahaan Kawasan PerdaganganBebas dan Pelabuhan Bebas Tanjungpinang,pelabuhan ini diharapkan dapat bertumbuh danberkembang menjadi pelabuhan multifungsi yaknisebagai pelabuhan penumpang (penyeberangan)juga pelabuhan yang terintegrasi dengan kawasanperdagangan perbelanjaan dan wisata.

D.5. Sosialisasi atau PromosiKepengurusan Badan Pengusahaan Kawasan

yang baru dibentuk mereka telah melakukanpromosi ke beberapa negara baik itu di ASIAmaupun di Eropa. Berkaitan dengan tugas BPKTPI dalam mewujudkan FTZ di wilayah Tan-jungpinang kegiatan yang telah di lakukan berkaitandengan promosi antara lain adalah:1. Seminar percepatan FTZ di Kota Tanjung-

pinang yang diadakan pada tanggal 11

Desember 2013.2. Promosi BPK Tanjungpinang di Moskow,

Rusia bersama dengan dewan kawasan, BPKBintan, dan BPK Karimun pada tanggal 22 –26 oktober 2013.

3. Promosi BPK Tanjungpinang di Seoul, Koreaselatan bersama dengan Dwan Kawasan, BPKBintan, dan BPK Karimun pada tanggal 20 –24 November 2013.

4. Promosi BPK Kota tanjungpinang di Osaka,Jepang bersama dewan kawasan, BPK Bintandan BPK Karimun pada tanggal 23 s/d 27desember 2013.

5. Perjalanan ke Singapura guna menjalinkerjasama promisi dengan PO BP Batam yangada di Singapura di laksanakan pada tanggal 2s/d 5 desember 2013.

6. Potensi investasi unggulan Kota Tanjungpinang

adalah bidang Industri : Industri Manufaktur,Industri Logistik. Bidang Perdagangan; PasarRegional, Pusat Perdagangan Bebas Cukai(Duty Free Mall). Bidang JASA Pergudangan;Wisata Alam (P. Penyengat, Sungai Carang,pulauTerkulai, Taman Rekreasi Hanaria, KotaPiring, Senggarang), Wisata budaya (PulauPenyengat), Wisata Kuliner, Wisata Belanja,Bandara Bandara Raja Ali Haji. BidangPelabuhan; Ferry Internasional Sri Bintan Pura,

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

Page 299: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN290

Kontainer Tanjung Moco, Pelabuhan TanjungGeliga, Jalan antar kawasan FTZ : 67 KM2,Jalan Internal Kawasan FTZ: 120 KM2.

D.6. Pola KoordinasiDalam mendukung pelaksanaan FTZ, ber-

kaitan dengan perizinan Badan PengusahaanKawasan Tanjungpinang bekerja sama dengandinas atau badan terkait seperti Badan PelayananPerizinan Terpadu Kota Tanjungpinang dalamproses pemberian izin. Fungsi dari BPK sendiriadalah mengkoordinir dan menetapkan Izin usahayang khususnya berada di dua kawasan FTZ, yaitukawasan Dompak dan kawasan Senggarang.

D.7. Investasi di FTZ Dompak danSenggarang

Beberapa Perusahaan yang mengajukanpermohonan izin dan masih dalam prosesperizinan yang dikoordinatori oleh BP2T danditerbitkan oleh BPK Tanjungpinang untuk menjadianggota FTZ. Namun mulai dari awal tahun 2014ada beberapa investor yang mengajukanpermohonan , yaitu Pertama, PT. Lobindo NusaPersada yang menggeluti bidang Usaha Smelterdengan nilai investasi 500 Milyar. Kedua, PT.Bintan Erlangga Eka Raharja bidang usahaMinuman beralkohol belum selesai perizinannya.Berikut nama-nama perusahaan yang sudahterdaftar dalam proses perizinan menjadi anggotaFTZ dan juga ada beberapa investor yang berminatmenginvestasikan modalnya dalam kawasan FTZTanjungpinang sebanyak 15 perusahaan.

Sumber; Badan Pengusahaan Kawasan Tanjungpinang, 2014.

No Nama Modal Tenaga Kerja 1 PT. Cahaya Jaya Cipta 100 Juta 19 2 PT. Tanjungpinang Makmur 10,1 Milyar - 3 PT. Pembangunan KEPRI 56 Milyar - 4 Serba Lancar 20,5 Juta 20 5 PT. Lobindo Nusa Persada 1,5 juta -

Pertama, Perusahaan yang sudah terdaftar setelah FTZ

Kedua, Beberapa investasi dikawasan Dompakdan Senggarang dari 605 dengan nilai investasi

Rp.1,279,789,743,610 , seperti yang tercantumdi tabel bawah ini:

No Nama perusahaan Nilai investasi/ Modal

Bidang usaha

1 Swargamaya inti abadi (PT) Rp. 4,000,000,000 Jasa (fee) atau kontrak 2 Sumber prima lestari, (PT) Rp. 200,000,000 Pertambangan bijih bauksit

3 Cakra indika, (PT) Rp. 100,000,000 Jasa biro perjalanan wisata 4 Bintan beton perkasa, (PT) Rp. 1,000,000,000 Industri barang dari semen

5 Tata motor perkasa, (CV) Rp. 500,000,000 Reparasi mobil 6 Jaya cipta graha abadi, (PT) Rp. 200,000,000 Konstruksi gedung tempat

tinggal

7 Graphika duta arya, (PT) Rp. 250,000,000 Konstruksi gedung tempat tinggal

8 Santong jaya, (PT) rp.3,000,000,000 Jasa pertambangan dan penggalian lainnya

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

Page 300: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN291

Jika melihat daftar tabel diatas, sebenarnyaminat investor untuk menanamkan modalnyadikawasan FTZ Dompak atau Senggarang relatiftinggi, akan tetapi minat yang tinggi belum diikurioleh perbaikan kelembagaan khususnya berkiatandengan masalah pelayanan perizinan. Dari kegiatanyang telah dilakukan sampai saat ini belum adainvestor yang memulai usahanya, hal tersebut dapatdilihat dari belum adanya investor yang melakukankegiatan industri dikawasan FTZ tersebut.Persoalan pemberian izin salah satu yang menjadipenghambat hal tersebut belum terealisasi.

Persoalan perizinan merupakan hal yang sangatmenjadi perhatian dari para investor dalampenanaman modal. Lambatnya pertumbuhanindustri di Indonesia terkhusus diwilayah FTZ jugadiakui oleh anggota DPRS Provinsi yang jugasebagai pelaku usaha, Rudy Chua juga meng-atakan hal senada. Dikatakannya, pertumbuhanekonomi Batam Bintan Karimun (BBK) pascaberlakunya undang-undang 44, justru terkesanmundur. “Kita jauh ketinggalan dibandingkannegara lainnya, seperti Iskandar Muda Malaysia,Vietnam. Apalagi jika dibandingkan denganpertumbuhan ekonomi di RRC. Masih jauhketinggalan,” ujar Rudy. (http://batampos.co.id/05-06-2014/ketua-kadin-kota-tanjungpinang-8-tahun-ftz-pinang-mati-suri/).

Berdasarkan wawancara dengan perwakilanKadin Kota Tanjungpinang dan salah satu anggotaBadan Kawasan, simpulkan bahwa masih adanyapersoalan tentang perizinan usaha, persoalan

9 Detha prima, (PT) Rp. 5,000,000,000 Jasa (fee) atau kontrak 10 Wii surya semesta, (PT) Rp. 2,000,000,000 Perdagangan eceran jam 11 Mega buana atena, (PT) Rp. 1,000,000,000 Jasa (fee) atau kontrak 12 Palindo (PT) Rp. 50,000,000,000 Dasar balas jasa (fee) atau

kontrak 13 Serba jaya bestari, (PT) Rp. 6,000,000,000 Jasa (fee) atau kontrak 14 Rempang sarana bahari,

(PT) Rp 1,500,000,000 Angkutan laut internasional

umum tramper untuk penumpang

15 Puji jaya mandiri (PT) Rp.200,000,000 Jasa (fee) atau kontrak

Sumber : Badan Pengusahaan Kawasan Tanjungpinang 2014

tersebut adalah pembagian kewenangan antarapemerintah daerah dan Badan PengusahaanKawasan TPI.

Berkaitan dengan pelaksanaan FTZ KotaTanjungpinang tidak berjalan sebagaimanamestinya. Dari hasil wawancara dengan perwakilanKadin Kota Tanjungpinang dapat disimpulkanbahwa, memang secara teori berjalannya kegiatanindustri disuatu wilayah maka secara tidak langsungakan mempengaruhi kegiatan ekonomi yanglainnya. Dengan berdirinya industri maka kegiatanekonomi lain seperti penyediaan jasa-jasa sepertitempat tinggal, transportasi, rumah makan,cleaning service ataupun jasa-jasa lain yangberkaitan langsung dengan kegiatan industritersebut, salah satunya adalah pelayanan ekspor-impor seperti pelabuhan.

Dari hasil wawancara diatas juga menyinggungsoal kepemimpinan, pelaksanan FTZ tidak jalankarena faktor kepemimpinan yang belum bisamengambil kebijakan afirmatif yang bisa menarikperusahaan besar untuk investor di Tanjungpinang.Pendapat tersebut dapat dipahami ketika faktorkepemimpinan dalam hal ini adalah Wali Kota.Selain walikota sebagai anggota dewan kawasandi Bintan, walikota juga sebagai kepala admi-nistratif dan politik di Kota Tanjungpinang. Dengankekuasaan dan kewenangan yang dipunyaiwalikota, paling tidak dapat menyeselesaikanpersoalan perizinan yang kalangan pengusahan nilaiterlalu berbelit. Melalui perbaikan birokrasi,persoalan pelayanan publik termasuk pelayanan

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

Page 301: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN292

perizinan tentunya akan memberikan kemudahanbagi masyarakat atau para pelaku usaha.

Selain itu hubungan pemerintah, swasta, danmasyarakat juga kurang bersinergis. Denganmelihat petikan wawancara dengan anggota Kadindiatas, mereka sebagai pelaku usaha merasakurang diperhatikan dan merasa kurang dilibatkandalam forum-forum atau pertemuan-pertemuanyang menghasilkan solusi yang dihadapi khususnyaberkaitan dengan kegiatan ekonomi.

Salian faktor Internal, faktor eksternal juga turutmempengaruhi geliat perekonomian di Kepri.Pemberian insentif berupa pembebasan pajakmelalui FTZ merupakan instrumen yang digunakanpemerintah dalam menarik investasi di Indonesia.Dengan pemberian insentif tersebut diharapkanakan menjadi faktor penarik bagi investor untukmenanamkan modalnya di Indonesia. Akan tetapipemberian insentif berupa pembabasan pajak tidakhanya dilakukan oleh pemerintah Indonesia,negara-negara lain juga melakukan hal sama.Negara-negara lain juga sama agresifnya denganIndonesia dalam menarik investasi, negara-negaraASEAN seperti Singapura, Malaysia, VietnamThailand dan juga China merupakan negara yangrelatif menjadi tujuan utama para investor dalammenanamkan modalnya. Selain itu, dengandisepakatinya perdagangan bebas ASEAN(AFTA) pada tahun 2015. Dengan berlakunyakesepatakan AFTA tersebut hal ini tentunya setiapnegara telah mempersiapkan segala hal yangmendukung pelaksanaan kesepakatan tersebut.Mulai dari kelembagaan, regulasi yang konsisten,perizinan yang mudah-murah dan cepat, kesiapaninfrastruktur tentunya hal tersebut telah diper-siapkan negara-negara ASEAN.

D.8. InfrastrukturDalam menciptakan kawasan industri, maka

diperlukan infrastruktur guna menopang segalaaktifitas kegiatan industri. Aktifitas industrimembutuhkan kawasan yang akses transportasi,apakah dalam bentuk jalan, jembatan maupunpelabuhan. Selain itu juga suatu kawasan industrimembutuhkan ketersediaan air dan listrik untukmendukung aktifitasnya. Akan tetapi dikawasanFTZ tanjungpinang berdasarkan observasi yang

peneliti dan wawancara dengan anggota DewanKawasan Kepulauan Riau bahwa, belum tersediainfrastruktur seperti tersebut diatas, baik dikawasandompak maupun senggarang.

Meskipun lokasi FTZ telah dipetakan, akantetapi belum berjalan dikarenkan status kepe-milikan lahan tersebut dimiliki oleh perorangan atauperusahaan dengan luas lahan yang relatif luas.selain itu juga yang menjadi persoalan adalah terjadimasalah status kepemilikan lahan yang tumpangtindih sehingga ketidakpastian hukum menjadi halyang dihindari oleh para pengusaha karenadikuatirkan mempunyai dampak yang beratkedepannya.

Persoalan lahan juga menjadi perhatian darikalangan pengusaha, menurut bobby (ketua KadinKota Tanjungpinang) ;

selama ini pemerintah selalu beralasanlahanlah yang menjadi kendala. “Sebenarnyalahan itu tidak jadi masalah,” ujarnya. Bobbymenyarankan untuk menjalin kerja samadengan para pemilik lahan tersebut. Sebab,lanjutnya, mustahil jika berharap melakukanpembebasan lahan. “Anggaran dari APBDtidak akan cukup. Butuh minimal Rp 800Miliar untuk membebaskan itu. Jadi lebihbaik bekerja sama sajalah,” ujarnya.

Bobby melanjutkan, pemerintah semesti-nya mendata lahan dan siapa saja pemiliklahan itu. Selanjutnya, kata dia, ajaklah parapemilik lahan itu berdiskusi. Pada prinsip-nya, pemilik lahan sangat setuju jikapemerintah memang ingin bekerja sama.“Tapi disini, pemerintah memang belummengambil langkah itu,” tuturnya. Ketiadaanlahan, kata Bobby, menyebabkan banyakinvestor yang kemudian urung berinvestasike Tanjungpinang. “Itu sangat disayangkansekali,” ujarnya.

Padahal, lanjutnya, jika saja pemerinta bisamenyediakan lahan 20 hektar saja, perindustriankecil bisa saja dibangun. “Dengan adanya industri,perekonomian di Tanjungpinang pasti terbantu.lapangan pekerjaan juga terbuka lebar,” tuturBooby. Untuk itu, ia mengharapkan peran aktifpemerintah dalam percepatan FTZ. http://

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

Page 302: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN293

batampos.co.id/05-06-2014/ketua-kadin-kota-tanjungpinang-8-tahun-ftz-pinang-mati-suri/).

Selain persoalan lahan, penentuan kawasan FTZyang sifatnya tidak menyeluruh atau enclave haltersebut akan menjadi hambatan tersediri daripelaksanaan kebijakan tersebut. Dengan kawasanyang masih enclave menjadi hambatan dalam arusdistribusi barang antar kawasan FTZ dengankawasan yang tidak masuk FTZ.

Berdasarkan petikan wawancara denganperwakilan Kadin dan anggota Badan Peng-usahaan kota Tanjungpinang, dapat disimpulkanbahwa, FTZ yang berada ditanjungpinang berbedadengan FTZ dibatam, dibatam FTZ diterapkansecara menyeluruh (pulau Batam). Sehinggapelaksanaan FTZ tidak terlalu sulit dalam halpengawasan terkait distribusi barang. Selain itumanfaat dari FTZ benar-benar dapat dirasakanmanfaatnya oleh masyarakat yang ada diBatamdengan harga barang-barang yang relatif lebihmurah karena tidak dikenai bea masuk. Berbedahalnya dengan Tanjungpinang jika memangnantinya telah berjalan dengan baik. ketikakawasan FTZ secara enclave maka akan munculkesulitan tersendiri dalam hal pengawasan barangyang keluar dan masuk. Disisi lain, kawasankawasan FTZ tersebut dekat dengan pusat kotayang padat dengan penduduk. Tentunya dengankondisi seperti ini membutuhkan pengawasan yangekstra untuk memastikan bahwa barang atau jasayang menikmati fasilitas bebas pajak memangbenar-benar terdistribusi pada kawasan FTZ.

E. PenutupE.1. Kesimpulan

Pelaksanaan FTZ di Tanjungpinang belummenunjukkan hasil yang menggembirakan, belumada kegiatan usaha atau industri di kedua wilayahyang telah ditetapkan yaitu di kawasan dompakdan kawasan senggarang. Faktor-faktor peng-hambat pelaksanaan FTZ disebabkan olehbeberapa hal;1. Kepastian hukum dalam kepemilikan lahan.2. Dengan kondisi masih enclave, Peraturan FTZ

masih banyak yang tumpang tindih dan banyakregulasi birokrasi mengatur arus barang dan jasayang justru bertentangan dengan prinsip FTZdan Permasalahan Status lahan di KawasanFTZ, mengenai SK MENHUT Yang menya-takan bahwa sebagian besar lahan diwilayahTanjungpinang khususnya kawasan FTZ adalahhutan lindung.

3. Belum terbangunnya infrastruktur; jalan,pelabuhan, terbatasnya suplai listrik (wilayahTanjungpinang dan terbatas air bersih. Sehingga,Sulitnya pengawasan keluar masuknya barangdari dan ke kawasan FTZ di Tanjungpinang.

4. Belum terbangun sinergisitas antara BadanPengusahaan Kawasan, Pemerintah KotaTanjungpinang dan pelaku Usaha.

5. Beberapa program kegiatan terhambat dantidak bisa dikerjakan terutama dalam hal yangmenyangkut kewenangan anggaran dan prosesperizinan.

6. Jika tinjau dari sisi tata ruang dan wilayah,penerapan FTZ Tanjungpinang yang enclaveakan menyulitkan dalam hal pembatasanwilayah. Dimana, harus ada batas wilayah yangjelas antara wilayah FTZ dan wilayah bukanFTZ.

7. Kelembagaan BP Tanjungpinang yang belumjelas, Ketidakjelasan status kelembagaan BPKTanjungpinang telah mengakibatkan sumberpendanaan baik dari sumber APBN, APBDmaupun kerja sama swasta menjadi terhambat.

E.2. Saran1. secepatnya menyelesaikan status lahan ka-

wasan dari status hutan lindung.2. Mengupayakan pembangunan infrastruktur,

baik mengandalkan ABPD maupun APBD danjuga kersama dengan swasta.

3. membangun sinergisitas antara Badan Peng-usahaan Kawasan, Pemerintah Kota Tanjung-pinang dan pelaku Usaha.

4. Menyederhanakan proses perizinan.5. Penataan Kelembagaan Badan Pengusahaan

Kawasan Tanjungpinang

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

Page 303: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN294

BukuAnderson, Benedict R.O’G, (1999), “ Indonesian

Nationalism Today and in the Future”.Indonesia, no. 67, April.

Rozali Abdullah, pelaksanaan Otonomi Luasdengan Pemilihan Kepala Derah secaraLangsung, PT Raja Grafindo, 2005

Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan Publik.Jakarta : Yayasan Pancur Siwah.

Cleary, Mark; Kim Chuan Goh, 2000. Environ-ment and development in the Straits ofMalacca. Routledge

Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar KebijakanPublik. Bandung : CV Alfabetha

Dunn, W William. 2000. Analisa kebijakan.Jakarta: PT. Bumi Aksara

Frederickson, Geogre H. 2003. AdministrasiNegara Baru. Jakarta : PT Pustaka LP3ES

Naim, Ngainun dan Sauqi Achmad. 2008.Pendidikan Multikultural konsep danaplikasinya. Jogjakarta : Ar- ruzz Media

Nugroho, Riant D. 2003. Kebijakan PublikFormulasi Implementasi dan Evaluasi.Jakarta : PT.Elex Media Komputindo

Subarsono. 2008. Analisis Kebijakan Publik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syafarudin. 2008. Efectivitas KebijakanPendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Wahab. Solichin Abdul. 1997. Analisis Kebijak-sanaan: dari Formula ke ImplementasiKebijaksanaan Negara. Jakarta: BumiAksara.

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik, Teoridan Proses. Jakarta: PT. Buku Kita.

Gerkey, Solvay and Anna Hornidge 2011, SciencePolicy For Devolopment, In Science, Techno-logy and Society Workshop, September 2011,University of Brunai Darussalam

Dokumen-DokumenUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah.Kajian Rencana Strategis FTZ BBK, 2007 dan

Kajian RTR Kawasan BBK, 2008Peraturan Pemerintahan No.47 tahun 2007 tentang

Kawasan Perdagangan Bebas danPelabuhan Bebas Bintan.

PP No. 46 tahun 2007 Kawasan PerdaganganBebas dan Pelabuhan Bebas Batam.

PP No.48 tahun 2007 tentang Kawasan Perda-gangan Bebas dan Pelabuhan BebasKarimun.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor10 Tahun 2008 Tentang Dewan KawasanPerdagangan Bebas dan Pelabuhan BebasBintan

Daftar Pustaka

FAKTOR–FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KEBIJAKAN FTZ DI KAWASAN KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

Page 304: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN295

SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKANPELARANGAN EKSPOR BAHAN BAKU TAMBANG

DAN MINERAL DIKAJI DARI ASPEK HUKUMINDONESIA

Oleh :Surizki Febrianto

Fakultas Hukum Universitas Islam Riau

A. PendahuluanMineral dan batubara yang terkandung dalam

wilayah hukum pertambangan Indonesia merupa-kan kekayaan alam tak terbarukan sebagai karuniaTuhan Yang Maha Esa yang mempunyai perananpenting dalam memenuhi hajat hidup orang banyak,karena itu pengelolaannya harus dikuasai oleh

AbstrakMineral dan batubara yang terkandung dalam wilayah hukum pertambanganIndonesia merupakan kekayaan alam tak terbarukan sebagai karunia TuhanYang Maha Esa yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi hajat hiduporang banyak, karena itu pengelolaannya harus dikuasai oleh Negara untukmemberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usahamencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan.Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangkapenelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang rneliputipenyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkanbahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasaioleh negara dan dipergunakan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat.Amanat UUD 1945 ini merupakan landasan pembangunan pertambangan danenergi untuk memanfaatkan potensi kekayaan sumber daya alam mineral danenergi yang dimiliki secara optimal dalam mendukung pembangunan nasionalyang berkelanjutan.Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam,yang memiliki sifat fisik dan kimia.tertentu serta susunan kristal teratur ataugabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalarn rangka pengusahaan mineralatau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi,studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang.

Kata Kunci : Tambangan, Mineral, Sumber Daya Alam, Aspek Hukum.

Negara untuk memberinilai tambah secara nyata.Oleh karena itu, pengelolaan tambang dan mineralharus memberi nilai tambah bagi perekonomiannasional.Untuk mencapai hal dimaksud, pengelo-laan pertambangan mineral harus berazazkankepada manfaat, keadilan dan keseimbangan sertakeberpihakan kepada kepentingan bangsa dan

Page 305: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN296

negara.Kegiatan usaha pertambangan mineral dan

batubara yang merupakan kegiatan usahapertambangan di luar panas bumi, minyak dan gasbumi serta air tanah mempunyai peranan pentingdalam memberikan nilai tambah secara nyatakepada pertumbuhan ekonomi nasional danpembangunan daerah secara berkelanjutan.

Sejalan dengan hal tersebut, pemerintahsenantiasa terus melakukan upaya-upaya untukmendorong para pelaku usaha agar terus berbenahdiri dan melakukan terobosan-terobosan sehinggadapat mendongkrak nilai tambah tambang danmineral Indonesia ke posisi yang dapat mense-jahterakan rakyat dan menentukan bagi per-dagangan tambang dan mineral dunia. Niat baikpemerintah dalam mendorong para pelaku usahauntuk peningkatan nilai tambah tambang danmineral dimaksud, sebagaimana tertuang didalamUndang-undang No. 4 Tahun 2009 tentangPertambangan Mineral dan Batubara (Minerba),dimana didalam UU tersebut telah mengaturtentang kewajiban pengolahan dan pemurniantambang dan mineral yang diberlakukan selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak UU dimaksuddiundangkan pada tanggal 12 Januari 2009sehingga pemberlakukan pengolahan dan pemur-nian tambang dan mineral jatuh pada bulan Januari2014. Sebagai akibat dari diundangkan UU No 4Tahun 2009 tersebut, secara nasional telah terjadipeningkatan ekspor bijih mineral secara besar-besaran dalam periode 3 tahun terakhir.

Dalam rangka pengendalian ekspor bijih mieraldan mendorong industry hilir, pemerintah telahmengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 23tahun 2010 yang telah diubah dengan PP No 24tahun 2012 tentang pelaksanaan kegiatan usahapertambangan Mineral dan Batubara. Selanjutnyadikeluarkan beberapa peraturan terkait sepertiPeraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 2012 yangkemudian disempurnakan dengan 2 PermenESDM No 11 tahun 2012 tentang PeningkatanNilai Tambah Mineral melalui kegiatan Pengelolaandan Pemurnian Mineral (smelter), dimana materi

pokok yang terkandung didalamnya menyebutkanbahwa perusahaan pertambangan dapat melaku-kan ekspor bijih (ores) mineral ke luar negerisebelum tahun 2004 apabila telah mendapatkanrekomendasi dari Menteri ESDM. Peraturanterkait lainya yang telah diterbitkan dalam rangkamenunjang pelaksanaan UU Minerba tersebut,adalah Permendag No 29 tahun 2012 tentangketentuan ekspor produk pertambangan danPermenkeu No. 75 Tahun 2012 tentang PenetapanBarang yang dikenakan Bea Keluar dan Tarif BeaKeluar.

Berkaitan dengan berbagai permasalahantersebut, dan berdasarkan Surat PermintaanKerjasama kajian tambang dan mineral dariDirektorat Eskpor Industri dan Pertambangan(Ditjen Daglu) Nomor: 1022/DAGLU.3.4/ND/8/2013 tertanggal 13 Agustus 2013, maka PusatKebijakan Perdagangan Luar Negeri akanmelakukan evaluasi terhadap dampak kebijakandimaksud, terutama yang berkaitan denganpelarangan ekspor dalam bentuk bijih (raw materialatau ores) atas komoditi Tambang dan Mineralyang akan diberlakukan pada bulan Januari 2014.

Hal ini sesuai dengan paparan CharlesHimawan yang mengatakan “peraturan-peraturanitu kadang-kadang demikian banyaknya sehinggamenimbulkan kekaburan akan hukum yangberlaku. Untuk memanfaatkan modal multinasionalsecara maksimal butuh kejernihan hukum.Selanjutnya dikemukakan, apabila hukum yangberwibawa berarti hukum yang ditaati orang, baikorang yang membuat hukum itu maupun orangterhadap siapa hukum itu ditujukan, akan terlihatdisini kaitan antara manusia dan hukum”.1

B. Peraturan serta Kebijakan KeberadaanTambang dan Mineral di IndonesiaPasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945

mengamanatkan bahwa bumi, air dankekayaanalam yang terkandung di dalamnya dikuasai olehnegara dan dipergunakan sebesar-besar untukkemakmuran rakyat. Amanat UUD 1945 inimerupakan landasan pembangunan pertambangan

1 Charles Himawan, Hukum Sebagai Panglima, Cet 1, Penerbit Kompas, Jakarta, 2003, Hal. 113-115.

SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKAN PELARANGAN EKSPOR BAHAN BAKU TAMBANG DAN MINERAL

Page 306: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN297

dan energi untuk memanfaatkan potensi kekayaansumberdaya alam mineral dan energi yang dimilikisecara optimal dalam mendukung pembangunannasional yang berkelanjutan.Tambang, mineral danbatubara yang terkandung dalam wilayah hukumpertambangan Indonesia merupakan kekayaanalam tak terbarukan sebagai karunia Tuhan YangMaha Esa yang mempunyai peranan penting dalammemenuhi hajat hidup orang banyak.Oleh karenaitu, pengelolaannya harus dikuasai oleh Negarauntuk memberi nilai tambah secara nyata bagiperekonomian nasional dalam usaha mencapaikemakmuran dan kesejahteraan rakyat secaraberkeadilan.

Pertambangan adalah suatu kegiatan pengam-bilan endapan bahan galian berharga dan bernilaiekonomis dari dalam kulit bumi, baik secaramekanis dan manual pada permukaan bumi,dibawah permukaan bumi air. PemerintahRepublik Indonesia melalui Peraturan PemerintahanNo 27 tahun 1980 membagi bahan galian menjadi3 golongan yaitu :1. Bahan galian strategis disebut bahan galian

golongan A terdiri dari : minyak bumi,bitumencair, lilin beku, gas alam, bitumen padat, aspal,antrasit, batu bara muda,uranium radium,thorium bahan galian radioaktif lainnya, nikel,kobalt, timah.

2. Bahan galian vital disebut pula sebagai bahangalian golongan B terdiri dari besi,molibden,khrom, wolfram, vanidium, titan, bauksit,tembaga, timbal, seng, emas,platina, perak, airraksa, arsen, antimon, bismut, ytrium, rhutenium,cerium, dan logamlogam langka lainnya,berilium, korundum, zirkon, kristal kuasa,kriolit, fluorspar, barit,yodium, brom, klhor,belerang.

3. Bahan galian non strategis dan non vital, disebutpula sebagai bahan galian golongan C.Terdiridari : nitral, nitrit, fosfat, garam batu (halit),asbes, talk, mika, grafit,magnesit,yarosit, leusit,tawas (alum), oker, batu permata, batu setengahpermata, pasir kuarsa,kaolin, feldspar, gipsum,bentonit, tanah diatomea, tanah serap (fullerearth), batuapung, trass, obsidian, marmer, batutulis, batu kapur, dolomit, kalsit, granit,andesit,basalt, trakhit, tanah liat, pasir,

sepanjang tidak mengandung unsur-unsurmineralgolongan A maupun golongan B dalamskala yang berarti dari segi ekonomi pertam-bangan.

Penggolongan bahan galian di atas tidak terlepasdari Undang-Undang Pokok Pertambangan 1967yang menegaskan bahwa penggolongan bahangalian didasarkan pada peranannya yang berbedaterhadap bangsa dan negara. Golongan A adalahmineral yang sangat penting bagi perekonomiannegara karena mendatangkan devisa yang relatifbesar.Golongan B adalah mineral yang menyangkuthajat hidup orang banyak, sedangkangolongan Cadalah mineral yang diperlukan untuk bahanindustri atau bangunan.

Saat ini kegiatan pertambangan yang lebihdikenal adalah pertambangan untuk komoditasmineral logam antara lain: emas, tembaga, nikel,bauksit dan batubara. Selain komoditas mineralutama dan batubara ini, komoditas batuan memilikiperan yang samapentingnya terutama dalammemberikan dukungan material untuk pem-bangunan infrastruktur antara lain: pendirian saranainfrastruktur jalan, pembangunan perumahan dangedung perkantoran. Terminologi bahan galiangolongan C yang sebelumnya diatur dalam UU No11 Tahun 1967 telah diubah berdasarkan UU No4 Tahun 2009, menjadi batuan, sehingga peng-gunaan istilah bahan galian golongan C sudah tidaktepat lagi dan diganti menjadi batuan. Kegiatanusaha pertambangan mineral dan batubara yangmerupakan kegiatan usaha pertambangan di luarpanas bumi, minyak dan gas bumi serta air tanahmempunyai peranan penting dalam memberikannilai tambah secara nyata kepada pertumbuhanekonomi nasional dan pembangunan daerahsecara berkelanjutan.

Sementara itu, berdasarkan kriteria komoditastambang mineral yang dapat ditingkatkan nilaitambahnya dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga)golongan, yaitumineral logam, mineral bukan logamdan batuan. Uraian masing-masing jenis komoditastambang mineral tersebut adalah sebagai berikut:1. Kelompok mineral logam merupakan jenis

komoditas tambang mineral logam antaralainberupa bijih: tembaga, emas, perak, timah,

SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKAN PELARANGAN EKSPOR BAHAN BAKU TAMBANG DAN MINERAL

Page 307: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN298

timbal dan seng, kromium,molibdenum,platinum group metal, bauksit, bijih besai, pasirbesi, nikel, kobalt,mangan dan antimon.

2. Kelompok mineral bukan logam terdiri dariberbagai jenis komoditi tambang mineralbukanlogam yang meliputi: kalsit (batu kapur/gamping), feldspar, kaolin, bentonit,zeolit, silica,zircon dan Intan.

3. Adapun kelompok batuan merupakan jeniskomoditas tambang batuan, antara lain:Toseki,Marmer, Onik, Perlit, Slate (batu sabak),Granit, Granodiorit, Gabro, Peridotit,Basalt,Opal, Kalsedon, Chert (rijang), Jasper,Krisoprase, Garnet, Giok, Agat danTopas.

Dalam menyongsong kebijakan pelaranganekspor barang mentah (raw material) tambangdan mineral pada bulan Januari tahun 2014,terdapat 15 (limabelas) perusahaan yang menyata-kan kesiapan dengan fasilitas pengolahan danpemurnian yang akan beroperasi pada tahun 2014.Dari ke 15 perusahaan tersebut, terdapatdiantaranya 6 perusahaan yang sudah memper-siapkan diri dengan progres fasilitas pengolahandan pemurnian tambang dan mineral mencapai100% untuk beroperasi pada tahun 2014. Darike 6 (enam) perusahaan tambang tersebut, antaralain PT. Delta Prima Steel dan PT. Meratur JayaIron Steel dengan hasil produksinya berupaSponge Iron, PT. Indo Ferro dengan hasilproduksi berupa Pig Iron, PT. Batutua TembagaRaya dengan hasil pengolahanya berupa CupperChatode, PT. Indotama Ferro Allays dan PT.Century Metalindo dengan hasil pengolahanberupa Silica Manganese. Sementara itu, ke 9perusahaan lainya progress fasilitas kesiapanpengolahan dan pemurnian untuk beroperasi padatahun 2014 masih dibawah 75%.2

Dalam tiga tahun terakhir setelah UU No. 4Tahun 2009 diterbitkan, secara nasionaladabeberapa jenis bijih tambang dan mineral yangrealisasinya mengalami peningkatan secara besar-besaran, diantaranya ekspor bijih nikel meningkatsebesar 800%, bijih besimeningkat 700%, dan bijih

bauksit meningkat 500%. Dalam rangka pengen-dalian ekspor bijih mineral dan mendorong industrihilir, maka pemerintah mengeluarkan beberapaperaturan terkait diantaranya, Peraturan MenteriESDM No 7 Tahun 2012 sebagaimana diubahdengan PerMen No. 11 tahun 2012, PeraturanMenteri Perdagangan No 29 tahun 2012 tentangKetentuan Ekspor Produk Pertambangan danPeraturan Menteri Keuangan No. 75 tahun 2012mengenai Penetapan Harga Ekspor UntukPenghitungan Bea Keluar. Pemerintah mengharus-kan bea keluar bagi 14 mineral tambang diantara-nya tembaga,emas, perak, timah, timbel, kromium,molibdenum, platinum, bauksit, bijih besi, pasirbesi,nikel, mangan, dan antimon dengan range beakeluar yang akan dipungut bervariasi mulai dari20% hingga 50% bergantung pada jenis mineral.

Peraturan Menteri ESDM No 7 Tahun 2012diterbitkan dalam rangka untuk mengamankanterlaksananya amanat Undang-undang No 4 Tahun2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu-bara, khususnya terkait dengan kewajibanpengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeripaling lambat tanggal 12 Januari 2014. KemudianPermen 07 Tahun 2012 tersebut diubah berda-sarkan Peraturan Menteri Energi dan SumberDaya Mineral RI No. 11 Tahun 2012 tertanggal16 Mei 2012 yang menyebutkan bahwa perusa-haan pertambangan dapat melakukan ekspor bijihatau ore mineral dalam hal ini nikel ke luar negerisebelum tahun 2014 apabila telah mendapatkanrekomendasi dari Menteri ESDM c.q DirekturJenderal.

Rekomendasi tersebut akan diberikan denganpersyaratan sebagai berikut:1. Status IUP Operasi Produksi dan IPR clear and

clean dalam arti bahwa setiap perusahaanpertambangan wajib memiliki IUP OperasiProduksi yang telah disetujui.

2. Perusahaan pertambangan harus melunasikewajiban pembayaran keuangan kepadanegara.

3. Perusahaan pertambangan wajib menyampai-kan rencana kerja dan atau kerja samadalam

2 Sumber: Badan Geologi, Kementerian ESDM

SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKAN PELARANGAN EKSPOR BAHAN BAKU TAMBANG DAN MINERAL

Page 308: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN299

pengelolaan dan atau pemurnian mineral didalam negeri.

4. Perusahaan pertambangan wajib menanda-tangani pakta integritas.

C. Perkembangan Industri PertambanganIndonesiaAda dua hal yang memungkinkan Indonesia

dapat berkembang menjadi Negara industrimaju.Pertama; Indonesia merupakan negara yangmemiliki kekayaan mineral terlengkap di dunia,walaupun bukan aktor utama dunia dalamkeseluruhan raw material, namun Indonesiamemiliki hampir sebagian besar sumber mineralpenting.Kedua, Indonesia memiliki sumber energiyang relatif besar dan beragam jenisnya, mulai dariminyak bumi, gas, batubara dan sumber-sumberenergi terbaharukan lainnya.

Namun demikian, hingga saat ini Indonesiabelum dapat mengembangkan industrinya denganbaik, dikarenakan hasil tambang mineral yangdiekploitasi di perut bumi Indonesia masih diekspor dalam bentuk raw material dengan nilaitambah yang sangat rendah. Di satu sisi memangdalam hal raw material dan perdagangan komo-ditas, Indonesia memegang posisi kunci.Tapisebagian besar perusahaan tambang telah mengikatkontrak penjualan hasil tambang dengan negara-negara maju, sehingga Indonesia tidak dapatmengendalikan harga komoditas tambangnya.

D. Kebijakan Terkait Dengan Tambang danMineralBertitik tolak dari dikeluarkanya Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2009 pada tanggal12Januari 2013 tentang Pertambangan Mineral danBatubara, dimana materi pokok yang terkandungdidalam UU ini mengatur penghiliran hasil tambangmineral dan batubara dan melarang ekspor bahanmentah hingga tahun 2014. Oleh karena itu, UUinimengamanahkan pembangunan smelter sehing-ga produksi tambang dalam negeri dapat diprosessebelum diekspor.Adapun tujuan daripada UUMinerba dimaksud, agar Indonesia bisa mera-sakan nilai tambah dari produk - produk tambangdan mineral sehingga dapat mendongkrak produkdomestik bruto dan menyerap tenaga kerja.

Berdasarkan amanat UU No. 4 Tahun 2009dimaksud, maka akan berlaku efektif pada Januari2014 untuk komoditas tambang mineral logam,mineral bukan logam dan batuan dalam bentukbahan mentah (raw material/ores).

Dalam rangka pelaksanaan berbagai pasaldidalam UU Minerba tersebut, kemudian peme-rintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP)No.23 Tahun 2010 tertanggal 1 Februari 2010tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertam-bangan Mineral dan Batubara,dimana didalamperaturan ini mengisyaratkan bahwa pemegang IzinUsaha Pertambangan (IUP) operasi produksi danIzin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Operasiproduksi harus mengutamakan kebutuhan mineraldan/atau batubara untuk kepentingan dalam negeri.Untuk itu, dalam menunjang pembangunan industridalam negeri perlu penataan kembali pemberianizin usaha pertambangan untuk mineral bukanlogam dan batuan. Selanjutnya dalam rangkamemberi kesempatan lebih besar kepada pesertaIndonesia untuk lebih berpartisipasi dalam kegiatanusaha pertambangan mineral dan batubara sertadalam rangka memberikan kepastian hukum bagipemegang Kontrak Karya dan Perjanjian KaryaPengusahaan Pertambangan Batubara yangbermaksud melakukan perpanjangan dalambentuk Izin Usaha Pertambangan, maka kemudianditerbitkan PP No. 24 tahun 2012 tertanggal 21Februari 2012 tentang Perubahan Atas PeraturanPemerintah Nomor 23 tahun 2010 tentangPelaksanaan Kegiatan Usaha PertambanganMineral dan Batubara.

Disamping itu, dalam rangka meningkatkanefektivitas pelaksanaan pengendalian ekspor bijihmineral dan mendorong industri hilir, makapemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturanseperti halnya Peraturan Menteri (Perman) ESDMNo 7 Tahun 2012 yang kemudian diubah denganPermen ESDM No 11 Tahun 2012 tentangPeningkatan Nilai Tambah Mineral melaluiKegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral.Peningkatan Nilai Tambah dan kewajibanpengolahan dengan batasan minimum pengolahan,hal ini dilakukan dengan Kegiatan Pengolahan danPemurnian Mineral antara lain meliputikegiatanpengolahan dan pemurnian mineral logam,

SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKAN PELARANGAN EKSPOR BAHAN BAKU TAMBANG DAN MINERAL

Page 309: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN300

pengolahan mineral bukan logam dan pengolahanbatuan, serta pengolahan dan pemurnian minerallogam tertentu, pengolahan mineral bukan logamtertentu, dan pengolahan batuan tertentu wajibmemenuhi batasan minimum pengolahan.

Sementara itu, dalam rangka miningkatkanefektivitas pelaksanaan pengaturan eksporbeberapa jenis produk pertambangan, makapemerintah melalui KementerianPerdagangan jugatelah menerbitkan Permendag No 29/M-AG/PER/5/2012 sebagaimana telah disempurnkandengan Permendag No. 52/M-AG/PER/8/2012tentang Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan,dimana peraturan ini mengatur hal-hal yangberkaitan dengan tata cara dan perizinan pelak-sanaan kegiatan ekspor berbagai jenis produkpertambangan dengan mempertimbangkan adanyakeharusan memenuhi batasan minimum pengola-han.

Selain hal tersebut, berdasarkan pertimbangan/usulan Menteri ESDM sebagaimanadisampaikanmelalui Surat Nomor 3038/30/MEM.B/2012perihal Kebijakan Pengendalian Penjualan Bijih(Raw Material atau Ore) Mineral ke luar negeriserta dalam rangka meningkatkan nilai tambah danketersediaan sumber daya mineral di dalam negeri,maka perlu mengatur mengenai pengenaan BeaKeluar terhadap barang ekspor berupa bijih (rawmaterial atau ore) mineral. Berkaitan dengan halitu, pada tanggal 16 Mei 2012 pemerintah melaluiKementerian Keuangan telah menerbitkanPermenkeu No.75/PMK.011/2012 yang kemu-dian disempurnakan dengan Permenkeu No 128/PMK.011/2013 tentang perubahan atas peraturanmenteri keuangan nomor 75/pmk.011/2012tentang penetapan barang ekspor yang dikenakanbea keluar dan tariff bea keluar, dimana materipokok didalam perubahan tersebut terkait denganpenjualan berbagai jenis bijih (raw material atauore) mineral ke luar negeri dikenakan tariff beakeluar ekspor sebesar 20%, terkecuali untukproduk Marmer dan Travertine dalam bentukbalok dengan ketebalan >4 cm dan produk Granitbalok dengan ketebalan > 4 cm dikenakan tarifbea keluar sebesar 10%.

Adapun tujuan dari kebijakan pengenaan beakeluar ekspor komoditas tambang dimaksud,

antara lain adalah untuk menjamin terpenuhinyakebutuhan didalam negeri, melindungi kelestariansumber daya alam, mengantisipasi kenaikan hargayang cukup drastis dari komoditi ekspor tertentudi pasaran internasional dan atau menjagakestabilan harga komoditi tertentu di dalam negeri.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulanbahwa meningkatkan produk bahangalian industridiperlukan proses pengolahan dengan kecermatantinggi yang pada akhirnya dapat meningkatkanmultiguna dari bahan galian tersebut sehinggapemasarannyapun menjadi lebih luas. Kecermatankerja diperlukan dalam semua tahap kegiatansehingga diperoleh banyak bahan galian yangberguna dan sedikit endapan pengotornyasehingga hasil yang didapatkan lebih maksimal yangsesuai dengan hasil pesanan konsumen.

Dengan adanya UU Minerba, semua jenis bijih/barang tambang dan mineral harus diolah dandimurnikan terlebih dahulu untuk mendapatkan nilaitambah baru kemudian boleh di ekspor.Pada Pasal102 UU minerba, Pemegang IUP dan IUPK wajibmeningkatkan nilai tambah sumber daya mineraldan/atau batubara dalam pelaksanaan penam-bangan, pengolahan dan pemurnian, sertapemanfaatan mineral dan batubara.Kewajiban inibaru direncanakan berlaku pada 2014. Melihatkebijakan pelarangan tersebut, baru akandiberlakukan pada tahun 2014, sebagian parapelaku usaha telah menaikkan produksi dan eskporsecara besar-besaran. Hal ini dilakukan, karenapada umumnya para pelaku usaha berpendapatbahwa untuk mendirikan pabrik pengolahan danpemurnian dibidang tambang dan mineral diperlu-kan biaya cukup tinggi, sehingga kesempatan padamasa transisi ini tampak dimanfaatkan oleh parapelaku usaha untuk memproduksi dan mengekporsecara besar-besaran karena dirasa biayaproduksi masih relative murah. Sebagaimana telahdiketahui bersama , bahwa pasar raw materialtambang dan mineralsebagian besar adalah untukekspor, akan tetapi ada juga yang dipasarkan didalam negeri bahkan untuk memenuhi kebutuhanakan bahan baku lebih lanjut sebagai industrydidalam negeri juga melakukan impor meskipunsebenarnya raw material awal berasal dari dalamnegeri juga.

SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKAN PELARANGAN EKSPOR BAHAN BAKU TAMBANG DAN MINERAL

Page 310: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN301

Bahwa dalam hal ini penulis juga melakukanwawancara dengan Direktur PT. Citra ProperasriMandiri adalah pemilik sah terhadap tanah/lahanberdasarkan SertifikatHakGuna Usaha (HGU)No.02 MantangBesar, SuratUkur No.0003MantangBesar/2001, tanggal 13-11-2001, Luas171,9034 Hayang terletakdikenal umum di PulauSiolong, Desa Mantang Besar, KecamatanMantang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau,3serta Kepala Dinas Pertambangan Dan EnergiKabupaten Bintan Kepulauan Riau,4 dan juga LegalConsultan PT. Gunung Sion berkedudukan diKabupaten Bintan Kepulauan Riau,5 dari ketiganarasumber tersebut pada intinya dimana tertkaitaturan serta kebijakan tersebut banyak hal yangharus dikaji terlebih dahulu sebelum menerapkanaturan serta undang-undang tersebut.

E. Dampak Kebijakan Pelarangan EksporTambang Dan MineralDi Indonesia, industri pertambangan mineral

logam dikuasai oleh investor asing dan BUMN,serta perusahaan swasta. Perusahaan-perusahaantersebut didirikan berdasarkan peraturan perun-dang-undangan Indonesia dalam bentuk badanhukum Indonesia.Dalam dokumen kontrak karyapertambangan, perusahaan pertambangan asingjuga diwajibkan melepaskan saham kepemilikan.

Hak penguasaan Negara sebagai konsepsampai saat ini belum mempunyai pengertian sertamakna yang jelas dan tegas yang dapat diterimaoleh semua pihak dalam hubungannya denganpengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alamnasional sehingga mengundang banyak penafsiranyang berimplikasi kepada inplementasinya.6

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentangPertambangan Mineral dan Batubara adalah bomwaktu untuk Indonesia.UU ini mengatur penghiliranhasil tambang mineral dan batubara dan melarangekspor bahan mentah tahun 2014. UU ini

mengamanahkan pembangunan smelter sehinggaproduksi tambang dalam negeri dapat diprosessebelum diekspor. Tujuan UU Minerba sangatlahmulia: agar Indonesia bisa merasakan nilai tambahdari produk- produk tambang, mendongkrakproduk domestik bruto, dan menyerap tenagakerja.

Berbeda dengan harapan awal, pasca-penetapan UU ini eksploitasi pertambangan justrumelonjak tajam.Pemilik tambang berlombamenambang sebanyak-banyaknya sebelumdilarang.Akibatnya, produksi sejumlah komoditastambang melonjak. Contohnya produksi bauksittahun 2009 sebanyak 783.000 mt, tahun 2011menjadi 17.634.000 mt, atau melonjak 2.150persen. Hal serupa terjadi pada komoditas orenikel, di mana produksi pada 2009 hanya5.802.000 wmt, tapi tahun 2011 sudah15.973.000, atau meningkat 175 persen.7

Pelaksanaan kebijakan pelarangan eksporbahan mentah sudah di depan mata, tetapiIndonesia masih belum memiliki smelter memadaiuntuk mengimbangi produksi tambang. Tercatatsetidaknya ada tiga komoditas yang akan defisitsmelter pada tahun 2014, yaitu tembaga, bauksit,dan nikel. Produksi bauksit nasional pada 2011mencapai 17,6 juta ton.8Saat ini, Indonesia belummemiliki smelter bauksit. Rencana pembangunansejumlah smelter bauksit, hingga 2014, hanyamampu menampung 7,1 juta ton. Gap antaraproduksi tambang dan kapasitas smelter 10,5 jutaton, dengan asumsi semua pembangunan smelterlancar.

Komoditas nikel mengalami hal serupa.Pertambangan nikel Indonesia menghasilkan 15,9juta ton nikel tahun 2011. Smelter nikel eksistingIndonesia memiliki kapasitas 9,03juta ton. Sampaidengan tahun 2014, diperkirakan akan adatambahan sejumlah smelter baru, dengan kapasitastotal 4,15 juta ton. Gap antara produksi tambang

3 Wawancara dengan Direktur PT. Citra Properasri Mandiri pada Januari 2016.4 Wawancara dengan Kepala Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Bintan Kepulauan Riau pada Tanggal 23 Januari

2013.5 Wawancara dengan Legal Consultan PT. Gunung Sion pada tanggal 21 Agustus 2014.6 Abrar Saleng, Hukum Pertambangan, UII Press, Jakarta, 2004, Hal 2.7 Data Kementerian ESDM Tahun 2012.8 Ibid.

SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKAN PELARANGAN EKSPOR BAHAN BAKU TAMBANG DAN MINERAL

Page 311: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN302

dan smelter pada tahun 2014 mencapai 2,72 jutaton.

Untuk komoditas tembaga, produksi tembaganasional tahun 2011 mencapai 20,2 juta ton,sedangkan smelter tembaga yang eksisting hanyamampu menampung 1 juta ton.9 Adapun rencanapembangunan sejumlah smelter tembaga hingga2014 hanya menambah kapasitas smelter menjadi1,2 juta ton. Setidaknya akan ada 18 juta tontembaga yang tidak dapat diolah.

F. Dampak lahirnya Undang-undang No. 4Tahun 2009 tentang PertambanganMineral dan Batubara (Minerba) SertaStrategi Jalan Keluar.Implikasi dari minimnya smelter adalah banyak

bahan mentah tambang yang tidakdapat dijual,pada akhirnya membuat pelaku tambangmengurangi kapasitas produksi atau bahkanmenutup usahanya. Hal ini akan berdampak padatiga hal. Pertama, berkurangnya penerimaannegara.Kedua, pengurangan tenaga kerja di sektortambang, dan ketiga, semakin tergerusnya neracaperdagangan.10

Pertama, pendapatan pemerintah dari sektorpertambangan dapat berupapenerimaan pajak(PPh), penerimaan bukan pajak (royalti tambang),dan deadrent (sewa lahan).Penerimaan royaltisektor minerba mencapai Rp 13 triliun per tahun,sedangkan pajak dari sektor tambang dan galianRp 55 triliun.11Penerimaan ini berpotensi anjlokjika produksi tambang minerba menurun.

Kedua, berkurangnya produksi tambang akanberimplikasi terhadap pengurangan tenaga kerja.Saat ini pekerja sektor pertambangan dan galianmencapai 1,6 juta pekerja.12 Angka tersebutmeningkat dibandingkan Januari 2009 yang hanya1,1 juta, atau ada peningkatan 40 persen. Kenaikanini disinyalir akibat peningkatan produksi tambangsecara drastis yang membutuhkan banyak tenagakerja.Dengan adanya larangan ekspor bahanmentah, para pekerja harus bersiap kehilangan

pekerjaan. Pengurangan tenaga kerja juga akanterjadi pada perusahaan pendukung kegiatantambang, seperti perkapalan dan alat berat.

Ketiga, sektor pertambangan nonmigas(termasuk minerba) menyumbang 16,28persenekspor nasional.13 Apabila ekspor bahan mentahmenurun akibat laranganekspor, neraca perda-gangan akan kian defisit. Hal ini akan berdampakterhadap kian lemahnya nilai tukar rupiah yangmendongkrak biaya impor. Tingginya biaya imporakanberpengaruh terhadap sejumlah produk yangmasih mengandalkan komponen impor. Undang-Undang Minerba sudah ditetapkan sejak 2009,tetapi hingga kini program penghiliran seperti jalandi tempat.Pemerintah belum berhasil menciptakaniklim usaha yang membuat investor tertarikmembangun industri smelter di Indonesia.Berdasarkan data dari Kementerian ESDM,perusahaan yang sudah dikatakan siap dalammenghadapi Undang-Undang Minerba ini hanyasebanyak 15 perusahaan.Sedangkan masih ada 97perusahaan yang belum ada progres yang berarti.

Permasalah yang sering dihadapi oleh perusa-haan dalam pembangunan smelteradalah birokrasidan tata ruang. Pertama, birokrasi dan regulasi diIndonesia seringmenghambat proses penghiliran.Perizinan yang rumit, pembebasan lahan, hinggatumpang tindih peraturan menjadi penghalangutama.Contohnya, aturan divestasitambangmenyebabkan pemilik tambang enggan mem-bangun smelter. Aturan divestasi tambangmemaksa pemilik tambang mendivestasikansahamnya kepada pemerintah(pemda, BUMN,BUMD) dalam waktu 10 tahun.Apabila tambangterintegrasi dengan smelter tentunya investor rugibesar apabila smelter yang bernilai investasi besarturut di divestasikan.

Kedua, tata ruang.Investasi sering terkendalaketidakjelasan tata ruang. Masih adatumpang tindihantara peta kehutanan, peta pertambangan, danrencana tata ruangwilayah.Tumpang tindih ini,misalnya dengan kawasan lain, menjadi penyebab

9 Ibid.1 0 Wawancara dengan Direktur PT. Citra Properasri Mandiri pada Januari 2016.1 1 Data Dari Kementerian Keuangan Tahun 2012.1 2 Data Dari Badan Pusat Statistik Tahun 20121 3 Data Dari Bank Indonesia Tahun 2012.

SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKAN PELARANGAN EKSPOR BAHAN BAKU TAMBANG DAN MINERAL

Page 312: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN303

ketidakpastian. Ketiga, ketersediaan infrastruktur.Smelter membutuhkan infrastrukturpenunjangseperti listrik untuk menjalankan pabrik, jalan untukmengangkut bahan mentahdan hasil olahan, danpelabuhan untuk mendistribusikan hasil produksismelter. Kebutuhan infrastruktur tersebut gagaldisediakan pemerintah. Masih banyak jalan rusak,pelabuhan yang tidak efisien, dan sulitnyamendapatkan akses listrik.

Selain dampak-dampak di atas, beberapapelaku usaha pertambangan jugamemperkirakanbahwa proyek smelter ini akan selesai pada tahun2017. Potensipenerimaan negara dari sektorpertambangan yang hilang diperkirakan mencapai7-8 miliardollar AS, dan sekitar 30.000 orang akankehilangan pekerjaan. Dana yang hilang tersebutsebenarnya dapat membangun pabrik “SpongeIron” (Sponge Iron adalah produk daripengolahanpasir besi maupun bijih besi) sebanyak 2000 unitdengan asumsi pembangunan pabrik dengankapasitas 100 ton/hari berkisar Rp 40 milyardengan lama pembangunan sekitar 6 bulan perpabrik. Jika seluruh pabrik didistribusikan keseluruh provinsi diIndonesia, maka setiap provinsiakan memiliki 60 unit pabrik pengolahan.

Kedua, jumlah tenaga kerja yang hilang akibatberhentinya sektor pertambangan sebanyak30.000 orang di seluruh Indonesia. Dengandibangunnya 2000 unit pabrik tersebut, maka akandiperlukan tenaga kerja langsung maupun tidaklangsung sebanyak100 orang/pabrik. Maka untukkeseluruhan akan dibutuhkan tenaga kerjasebanyak 200.000 orang, defisit 170.000 orangtenaga kerja. Ketiga, dengan adanya 2000 unitpabrik tersebut dengan kapasitas 100ton/hari/pabrik maka total akan dihasilkan sponge ironsebanyak 70 juta ton per tahun,sebanyak 10 jutaton untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeridengan harga berkisar400 dollar AS/ton, sisanyasebanyak 60 juta ton bisa diekspor ke luar negerikarena sudahmemenuhi syarat Peraturan MenteriESDM dengan asumsi harga 400 dollar AS/tonmaka akan didapat devisa sebesar 24 miliar dollarAS (Rp 240 Trilyun).

Pemerintah dan DPR hanya mempunyai duaopsi jalan keluar. Pertama, melakukan penundaandari pelaksanaan pelarangan ekspor bahan

mentah, yang berarti merevisi undang-undang.Kedua, menjalankan pelarangan ekspor danmenanggung segala biaya yang diakibatkannya.

Opsi pertama merupakan jalan aman yangminim konflik, tetapi menunjukkan ketidaktegasanpemerintah.Jika opsi ini dijalankan tentu harusdimulai dari pembahasan revisi Undang-UndangMinerba. Lalu, pemerintah harus member-lakukan bea keluar dan pajak yang besar bagiperusahaan yang melakukan ekspor bahanmentah sehingga menjadi disinsentif pengusahatambang. Dengan adanya disinsentif tersebutdiharapkan pengusaha tambang dapatmengeremtingkat produksinya hingga setidaknya men-dekati level pada tahun 2009, dan mulaiberinvestasi di bidang industri hilir. Selain itu,jika opsi ini dilakukan, pemerintah harusmengambil berbagai kebijakan yang mendukungmunculnya industri hilir. Dengan demikian, meskiada penundaan, industri smelter tetap dibangun.Kebijakan yang diambil dapat berupa pem-bangunan smelter yang berbasis wilayah.

Pemerintah menetapkan zona atau kawasanyang akan menjadi sentra industri hilir di beberapalokasi dan membangun infrastruktur penunjang.Lalu, pemerintah melalui BKPM dapat mena-warkan sentra-sentra tersebut kepada investor.Apabila opsi kedua diambil, Indonesia akanmenghadapi guncangan ekonomi cukup besar.Oleh sebab itu, pemerintah diharapkan menyiap-kan bantalan pengaman agar dampaknya dapatdiminimalkan. Bantalan tersebut dapat berupajaminan sosial dan pelatihan bagi karyawan yangterkena Pemutusan Hubungan Kerja.

Pilihan yang akan diambil sangat bergantungpada kepemimpinan dan integritas DPR danpemerintah. Penghiliran merupakan proyek besarbangsa Indonesia, yang sayangnya masih diker-jakan setengah hati.Pemerintah masih setengah hatidalam menyediakan regulasi dan infrastruktur yangmenunjang investor dalam membangun smelter.Sektor swasta masih setengah hati mengambil risikodan sedikit berkorban untuk membangun smelter.Proyek sebesar ini sudah selayaknya dilaksanakandengan sepenuh hati sehingga seluruh masyarakatIndonesia dapat merasakan dampak positif daripenghiliran ini.

SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKAN PELARANGAN EKSPOR BAHAN BAKU TAMBANG DAN MINERAL

Page 313: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN304

G. KesimpulanImplikasi dari minimnya smelter yangPertama,

pendapatan pemerintah dari sektor pertambangandapat berupa penerimaan pajak (PPh), pene-rimaan bukan pajak (royalti tambang), dandeadrent (sewa lahan).Penerimaan ini berpotensianjlok jika produksi tambang minerba menurun.Kedua, berkurangnya produksi tambang akanberimplikasi terhadap pengurangan tenaga kerja.Dengan adanya larangan ekspor bahan mentah,para pekerja harus bersiap kehilangan pekerjaan.Pengurangan tenaga kerja juga akan terjadi padaperusahaan pendukung kegiatan tambang, sepertiperkapalan dan alat berat.Ketiga, Apabila eksporbahan mentah menurun akibat larangan ekspor,neraca perdagangan akan kian defisit. Hal ini akanberdampak terhadap kian lemahnya nilai tukarrupiah yang mendongkrak biaya impor. Tingginyabiaya impor akan berpengaruh terhadap sejumlahproduk yang masih mengandalkan komponenimpor. Undang-Undang Minerba sudah ditetapkansejak 2009, tetapi hingga kini program penghiliranseperti jalan di tempat.Pemerintah belum berhasil

menciptakan iklim usaha yang membuat investortertarik membangun industri smelter di Indonesia.

Indonesia dapat berkembang menjadi Negaraindustri maju dikarenakan Indonesia merupakannegara yang memiliki kekayaan mineral terlengkapdi dunia, walaupun bukan aktor utama dunia dalamkeseluruhan raw material, namun Indonesia memilikihampir sebagian besar sumber mineral penting.Indonesia juga memiliki sumber energi yang relatifbesar dan beragam jenisnya, mulai dari minyak bumi,gas, batubara dan sumber-sumber energi terba-harukan lainnya. Namun demikian, hingga saat iniIndonesia belum dapat mengembangkan industrinyadengan baik, dikarenakan hasil tambang mineral yangdiekploitasi di perut bumi Indonesia masih di ekspordalam bentuk raw material dengan nilai tambah yangsangat rendah. Di satu sisi memang dalam hal rawmaterial dan perdagangan komoditas, Indonesiamemegang posisi kunci.Tapi sebagian besarperusahaan tambang telah mengikat kontrak penjualanhasil tambang dengan negara-negara maju, sehinggaIndonesia tidak dapat mengendalikan hargakomoditas tambangnya.

SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKAN PELARANGAN EKSPOR BAHAN BAKU TAMBANG DAN MINERAL

Page 314: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN305

A. Buku.Abrar Saleng, Hukum Pertambangan, UII Press,

Jakarta, 2004.Adrian Sutedi, Hukum Pertambangan, Sinar

Grafika, Jakarta, 2011.Charles Himawan, Hukum Sebagai Panglima,

Cet 1, Penerbit Kompas, Jakarta, 2003.Salim, H.S, Hukum Pertambangan Di Indonesia,

Raja Grafindo, Jakarta, 2006.Sutadi Pudjo Utomo, Prinsip-prinsip Dalam

Perjanjian Kerja Sama, BPMIGAS,Jakarta, 2005.

B. Peraturan Perundang-UndanganUndang-Undang Dasar (UUD) 1945.Undang-Undang No. 11 Tahun 1967 sebagaimana

telah diubah berdasarkan Undang-undangNo. 4 Tahun 2009 tentang PertambanganMineral dan Batubara (Minerba).

Daftar Pustaka

Peraturan Pemerintah (PP) No 23 tahun 2010yang telah diubah dengan PP No 24 tahun2012 tentang pelaksanaan kegiatan usahapertambangan Mineral dan Batubara.

Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 2012 yangkemudian disempurnakan dengan 2 PermenESDM No 11 tahun 2012 tentang Pening-katan Nilai Tambah Mineral melalui kegiatanPengelolaan dan Pemurnian Mineral(smelter).

Permendag Nomor 29 tahun 2012 tentangketentuan ekspor produk pertambangan danPeraturan Menteri Keuangan No. 75 Tahun2012 tentang Penetapan Barang yangdikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar.

SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKAN PELARANGAN EKSPOR BAHAN BAKU TAMBANG DAN MINERAL

Page 315: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN306

PROSES PERUMUSAN KEBIJAKAN DI DAERAH:STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 5TAHUN 2015 TENTANG ZAKAT

Oleh :Dede Rasid

Badan Pengelolaan Perbatasan Daerah Provinsi Kepulauan RiauEmail:[email protected]

Wayu Eko YudiatmajaJurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Kepulauan RiauEmail: [email protected]

A. PendahuluanSebagai Negara yang menganut sistem hukum

Eropa Kontinental, dengan sistem hukum yangberciri adanya berbagai ketentuan-ketentuanhukum dikodifikasi (dihimpun) secara sistematisyang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalampenerapannya. Ditambah dengan bentuk negarakesatuan, maka tiap-tiap kebijakan di Indonesiadapat dipastikan hukum positifnya berupa aturan

AbstractBoth Law No. 32 of 2004 and Law No. 23 of 2014 has divided local governmentaffairs, one of which is a matter for religious affairs which is absolutely ownedby the central government. Its mean that religious obligatory (zakat) whocategorized as religion affairs should be absolutely regulated by the centralgovernment. However, Meranti Islands Regency administration insteadformulated Local Law No. 5 of 2015 about Zakat. This raises the questionhow is the process of formulation of the Law of Meranti Islands Regency aboutZakat. This research was conducted using qualitative approach whereas theinformans through purposive sampling. The techniques of data collection tobe done with interviews and documentation. The results of this study showedthat less insightful academic exploration in the process of planning its regulation.Then, the process throughout formulation of local regulation about zakat havebeen accordance with the statutory provisions.

Keywords: Formulation, local law, zakat

tertulis dan berlaku universal di tiap daerah diIndonesia.

Selain itu untuk menyelenggarakan peme-rintahan daerah, tiap-tiap daerah juga mengko-difikasi suatu kebijakan dalam suatu aturan tertulis.Namun tentu saja kebijakan tersebut haruslahmengikuti aturan atau kebijakan dasarnya ataukebijakan yang lebih tinggi. Dalam konteks ini tentusaja pada awalnya yang dilihat apakah ada

Page 316: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN307

kewenangan untuk membentuk kewenangantersebut. Dengan demikian, maka setiap daerahdalam menyelenggarakan pemerintahan daerahpada dasarnya wajib mengikuti ketentuan tersebut.Baik itu urusan wajib maupun urusan pilihanataupun urusan yang bukan menjadi kewenangandaerah. Secara umum dapat diartikan bahwadalam menyelenggarakan pemerintahan daerah,daerah wajib mengikuti tiap-tiap materi muatanyang tertulis dalam Undang-Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Kabupaten Kepulauan Meranti pada 8 April2015 telah menetapkan Peraturan DaerahKabupaten Kepulauan Meranti Nomor 5 Tahun2015 tentang Zakat. Sebagai bagian dari NegaraKesatuan Republik Indonesia, KabupatenKepulauan Meranti wajib mengikuti hukum positifyang berlaku di Indonesia, dalam hal ini tentu sajadaerah Kabupaten Kepulauan Meranti wajibmenaati semua ketentuan dari Undang-UndangNomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah.

Kewenangan daerah untuk membentuk suatukebijakan yang baku dengan menjadikannya dalamperaturan daerah merupakan suatu kewenanganyang legal. Legalitas tersebut dapat dilihat padaPasal 18 ayat (6) UUD 1945, dimana disebutkanbahwa Pemerintahan daerah berhak menetapkanperaturan daerah dan peraturan-peraturan lainuntuk melaksanakan otonomi dan tugas pem-bantuan. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang,dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur danmengurus sendiri Urusan Pemerintahan dankepentingan masyarakat setempat dalam sistemNegara Kesatuan Republik Indonesia. SedangkanTugas Pembantuan adalah penugasan dariPemerintah Pusat kepada daerah otonom untukmelaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yangmenjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dariPemerintah Daerah provinsi kepada Daerahkabupaten/kota untuk melaksanakan sebagianUrusan Pemerintahan yang menjadi kewenanganDaerah provinsi.

Kemudian Pasal 17 ayat (1) Undang-UndangNomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah menyebutkan bahwa Daerah berhakmenetapkan kebijakan Daerah untuk menyeleng-

garakan urusan pemerintahan yang menjadikewenangan Daerah. Dari dua aturan ini setidaknyadapat disimpulkan bahwa daerah memang memilikikewenangan untuk membentuk suatu kebijakan,peraturan daerah dan produk hukum daerahlainnya. Akan tetapi hak tersebut dibatasi padakewenangan yang dimiliki Daerah. Selanjutnyajuga perlu diperhatikan bahwa Pasal 6 UUD 1945menyebutkan bahwa Pemerintah Pusat menetap-kan kebijakan sebagai dasar dalam menyeleng-garakan Urusan Pemerintahan. Kemudian padaPasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerahmenyatakan pula bahwa Daerah dalam menetap-kan kebijakan Daerah wajib berpedoman padanorma, standar, prosedur, dan kriteria yang telahditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Jadi kewe-nangan daerah untuk menetapkan kebijakandaerah guna menyelenggarakan urusan pemerin-tahan yang menjadi kewenangan daerah tetap sajaharus mengikuti kebijakan dasar yang telahditetapkan oleh pemerintah pusat. Dalam artianbahwa pemerintahan daerah tidak dapat menetap-kan kebijakan tanpa adanya kebijakan dasar daripemerintah pusat. Jika dikembalikan pada asal usulurusan pemerintahan tadi, maka akan didapatkanbahwa tidak adanya kewenangan daerah untukmenetapkan kebijakan tanpa adanya dasarkebijakan dari pemerintah pusat dikarenakankewenangan dan urusan pemerintahan yang dimilikidaerah pada dasarnya adalah kewenangan yangdimiliki oleh presiden sebagai pemegang kekuasaanpemerintahan Negara. Untuk itu maka peme-rintahan daerah harus bersandar pada kebijakandari pemegang kekuasaan pemerintahan Negaratersebut. Dimana kebijakan dasar tersebut berupanorma, standar, prosedur dan kriteria yang telahditetapkan oleh Pemerintah Pusat, yakni Presiden.

Legalitas daerah untuk membentuk PeraturanDaerah bukan hanya disebutkan pada Pasal 18ayat (6) UUD 1945, sebagai turunan pelaksanaanpemerintahan daerah, Pasal 236 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Peme-rintahan Daerah menyebutkan bahwa untukmenyelenggarakan Otonomi Daerah dan TugasPembantuan, Daerah membentuk Perda. Kemu-dian pada ayat (3) dikatakan pula bahwa Perda

PROSES PERUMUSAN KEBIJAKAN DI DAERAH: STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Page 317: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN308

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuatmateri muatan:a. Penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas

Pembantuan; danb. Penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan

perundang undangan yang lebih tinggi.

Perpaduan dari Pasal 18 ayat (6) UUD 1945dengan Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 236 ayat (3)Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah dapat ditarik pengertianbahwa daerah berhak menetapkan kebijakan,peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain,dimana kebijakan, peraturan daerah dan peratur-an-peraturan lain tersebut terbatas untuk melaksa-nakan otonomi dan tugas pembantuan saja.

Kemudian jika memperhatikan peraturanperundang-undangan yang berkaitan denganpengelolaan zakat, dimana peraturan pelaksanaansaat ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 14Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Nomor 23Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, makatidak ditemui adanya suatu ketentuan yangmemberikan kewenangan kepada daerah untukmengatur pengelolaan zakat. BerdasarkanPeraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014tentang Pelaksanaan UU Nomor 23 Tahun 2011tentang Pengelolaan Zakat, memang didapatibeberapa kewenangan Daerah terkait denganurusan Zakat, diantaranya adalah:1. Pasal 39, Mengusulkan pembentukan

BAZNAS Kabupaten;2. Pasal 40, Menerima pertanggungjawaban dari

BAZNAS Kabupaten meliputi pelaporanpelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah,dan dana sosial keagamaan lainnya sertapenggunaan dana anggaran pendapatan danbelanja daerah;

3. Pasal 43, Mengangkat dan memberhentikanPimpinan BAZNAS Kabupaten setelahmendapat pertimbangan dari BAZNAS;

4. Pasal 69, Membiayai biaya operasionalBAZNAS Kabupaten yang dibebankan padaanggaran pendapatan dan belanja daerahbersama-sama dengan biaya dari Hak Amil;dan

5. Pasal 74, Menerima tembusan laporan dari

Perwakilan LAZ terkait laporan pelaksanaanPengelolaan Zakat, infak, sedekah, dan danasosial keagamaan lainnya.

Melihat ketentuan diatas dapat diketahui bahwakewenangan daerah terkait dengan zakat sesuaidengan peraturan pelaksanaan zakat tersebut tidakmencakup pada kewenangan untuk membentukPeraturan Daerah yang terkait dengan zakat,melainkan hanya beberapa kewenangan yangseperti yang disebutkan diatas.

Beberapa ketentuan yang telah disebutkandiatas jika dikaitkan dengan fenomena ditetap-kannya Peraturan Daerah Kepulauan Merantitentang Zakat sekilas seperti terjadi kerancuan. Inidikarenakan zakat sendiri jika dilihat dari klasifikasiurusan pemerintahan sebagaimana disebutkandalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014tentang Pemerintahan Daerah, merupakan bagiandari urusan agama. Sehingga termasuk ke dalamklasifikasi urusan pemerintahan absolute, dimanaurusan pemerintahan ini mutlak merupakankewenangan pemerintah pusat dan hanya dapatdiselenggarakan oleh pemerintah pusat sendiri ataupemerintah pusat melimpahkan wewenang kepadaInstansi Vertikal yang ada di Daerah atau gubernursebagai wakil Pemerintah Pusat berdasarkan asasDekonsentrasi. Kemudian sebagaimana telahdijelaskan pula sebelumnya bahwa menurutUndang-Undang Dasar Negara Republik Indone-sia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,Peraturan Daerah yang berhak ditetapkan olehdaerah hanyalah untuk penyelenggaraan/ melak-sanakan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan.Kemudian disamping itu juga tidak ditemukanmateri muatan dalam Peraturan Pemerintah Nomor14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Nomor23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.yangmenyebutkan kewenangan bagi daerah untukmembentuk peraturan daerah terkait dengan zakat.

Dengan pentingnya keberadaan PeraturanDaerah sebagai kebijakan dan landasan hukumuntuk bertindak dan menetapkan kebijakanlanjutan di daerah, maka kewenangan daerah untukmembentuk Peraturan Daerah tentang Zakat iniperlu dikaji dari aspek kewenangannya. Maka

PROSES PERUMUSAN KEBIJAKAN DI DAERAH: STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Page 318: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN309

dalam peneliti ingin mengkaji lebih jauh, bagaimanaproses pembentukan Peraturan Daerah KabupatenKepulauan Meranti tentang Zakat. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mendeskripsikan prosespembentukan Peraturan Daerah KabupatenKepulauan Meranti tentang Zakat.

Metode penelitian ini adalah kualitatif-deskriptifyang berarti mendeskripsikan wewenang pemerin-tah daerah Kabupaten Kepulauan Meranti untukmembentuk Peraturan Daerah tentang Zakat.Informan dalam penelitian ini dipilih secarapurposive dari unsur Sekretariat Daerah Kabupa-ten Kepulauan Meranti, Sekretariat DPRDKabupaten Kepulauan Meranti, Kantor BAZNASKabupaten Kepulauan Meranti, Kantor Kemen-terian Agama Kabupaten Kepulauan Meranti danBiro Hukum dan HAM Sekretariat DaerahProvinsi Riau. Teknik pengumpulan data penelitianini melalui wawancara dan dokumentasi.

B. Kerangka TeoriDennis Kavanagh (Djaenuri, 2002: 20)

berpendapat bahwa ada dua model utama dalamhubungan antara pemerintah pusat dan pemerintahdaerah, dimana sudut tinjauannya dikaitkandengan kedudukan pemerintah daerah terhadappemerintah pusat, yaitu model pelaksana (agencymodel) dan model kemitraan (partnershipmodel).

Model pelaksana; dalam model ini pemerntahdaerah dipandang oleh pemerintah pusat hanyasebagai pelaksana belaka. Wewenang yangdimiliki oleh pemerintah daerah sangat terbatas.Seluruh kebijakan yang ditempuh oleh pemerintahpusat dibuat tanpa perlu mengikutsertakanpemerintah daerah dalam perumusannya. Peme-rintah daerah berkewajiban melaksanakankebijakan pemerintah pusat dengan kekuasaansangat kecil dan tanpa hak berinisiatif dalammelaksanakan kegiatan. Dengan menganut modelini pemerintah pusat sewaktu-waktu dapatmembebaskan pemerintah daerah serta dapatmencabut hak dan wewenangnya.

Model kemitraan; dalam model ini pemerintahdaerah memiliki suatu tingkat kebebasan tertentuuntuk melakukan pilihan-pilihan tindakan tertentu.Beberapa cirinya, antara lain pemerintah daerah

memiliki kekuasaan politik, keuangan, sumberdaya, dan juga memiliki kewenangan secara formaldan keseimbangan kekuasaan antara pusat dandaerah. Dalam model ini, pemerintah tidak lagidianggap sebagai mitra kerja. Walaupun demikian,hubungan kemitraan tersebut tidak dengan sertamerta member posisi duduk sama rendah berdirisama tinggi. Dalam paham hubungan kemitraan itu,pemerintah daerah tetap berada dalam posisisubordinasi terhadap pemerintah pusat. Pemerintahdaerah diakui memiliki legitimasi politik tersendiri,berwenang menguasai sumber daya yang terpisahdan mempunyai kewenangan tertentu di bidangperundang-undangan.

Joeniarto (Tutik, 2010: 242) mengemukakanbahwa dalam negara kesatuan semua urusannegara menjadi wewenang sepenuhnya daripemerintah (pusat)-nya. Kalau negara yangbersangkutan menggunakan asas desentraliasi, dimana di daerah-daerah dibentuk pemerintah lokalyang berhak mengatur dan mengurus rumah tanggasendiri kepadanya dapat diserahkan urusan-urusantertentu untuk diurus sebagai rumah tangganyasendiri.

Banyaknya perbincangan Hubungan antarapusat dan daerah menurut Jimly dikarenakanmasalah tersebut dalam praktiknya seringmenimbulkan upaya tarik-menarik kepentingan(spanning of interest) antara kedua satuanpemerintahan. Terlebih dalam negara kesatuan,upaya pemerintah pusat untuk selalu memegangkendali atas berbagai urusan pemerintahan sangatjelas sekali (Indah, 2014: 141).

Dalam penyelenggaraan desentralisasi, masalahkewenangan daerah merupakan satu aspek yangdominan untuk terselenggaranya pemerintahandaerah yang demokratis dan efisien. Kewenangandaerah juga dipandang sebagai satu aspek yangdapat mendorong masyarakat daerah untukberpartisipasi dalam penyelenggaraan -daerah,masyarakat memandang pemerintah daerahsebagai satu organisasi yang dekat dan memahamiakan kebutuhan masyarakat daerah. Oleh karenaitu, kewenangan daerah merupakan satu aspekdesentralisasi daerah yang harus dimiliki olehdaerah secara penuh (Djaenuri, 2002: 13).

Menurut Wolhoof, Negara Kesatuan dalam

PROSES PERUMUSAN KEBIJAKAN DI DAERAH: STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Page 319: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN310

desentralisasi, bahwa pada dasarnya seluruhkekuasaan dimiliki oleh pemerintah pusat, sehinggaperaturan peraturan sentrallah (undang-undang,peraturan pemerintah dan sebagainya) yangmenentukan bentuk dan susunan pemerintahdaerah-daerah otonom. Dalam hal ini pemerintahpusat tetap mengendalikan kekuasaan danpengawasan terhadap daerah otonom itu (Tutik,2010: 243).

Dalam praktik penyelenggaraan pemerintahandaerah di Indonesia, masalah kewenangan selalumenjadi bahan perdebatan atau menjadi salah satuunsur pokok yang berkembang dan dikedepankandalam kerangka pengembangan pemerintahandaerah ke depan. Hal ini bisa dilihat di setiapUndang-Undang yang mengatur tentangpemerintahan daerah sejak Indonesia merdekahingga sekarang, hampir di setiap perundanganpemerintahan daerah, masalah kewenangan daerahitu perumusannya selalu berubah dan berkembang,baik jenis maupun detail aspek-aspeknya;khususnya untuk kewenangan bidang urusanpemerintahan yang sulit diukur atau tidak bersifatfisik (Djaenuri, 2002: 13).

Secara umum, pembagian kekuasaan yangdianut oleh pemerintahan Negara-negara di duniadikenal dengan adanya pembagian kekuasaansecara vertical dan horizontal.kalau dipandangkekuasaan itu juga kewenangan, maka hakikatnyapembagian kekuasaan itu juga dipandang sebagaipembagian kewenangan, karena pengertiankewenangan tercakup dalam konsep kekuasaan.

Pembagian kekuasaan secara horizonotaladalah suatu pembagian kekuasaan pemerintahanNegara yang didistribusikan dan diserahkankepada tiga organ/ badan yang mempunyaikedudukan yang sama, yaitu kekuasaan eksekutifdiserahkan kepada pemerintah, kekuasaanlegislatif diserahkan pada parlemen, dan kekuasaanyudikatif diserahkan kepada badan peradilan.Sedangkan pembagian secara vertikal, yaitu suatupembagian kekuasaan antara pemerintah pusat danpemrintah yang rendah tingkatannya (pemerintahdaerah). Dalam istialah dari cara pembagiankekuasaan, yang pertama disebut capital divisionof power dan cara pembagian yang kedua disebutdengan areal division of power.

Ada beberapa ulasan tentang mengapadidistribusikannya kewenangan kepada daerah.Dianutnya pembagian kekuasaan secara vertikalmeliputi berikut ini:1) Kemampuan pemerintah berikut perangkatnya

yang ada di daerah terbatas.2) Wilayah Negara sangat luas. Terdiri atas lebih

17.000 pulau-pulau besar dan kecil.3) Pemerintah tidak mungkin mengetahui seluruh

dan segala macam kepentingan dan kebutuhanrakyat yang tersebar di seluruh pelosok Negara.

4) Hanya rakyat setempatlah yang mengetahuibagaimana cara yang sebaik-baiknya untukmemenuhi kebutuhan tersebut.

5) Dilihat dari segi Undang-Undang Dasar 1945pada Pasal 18 menjamin adanya daerah danwilayah.

6) Adanya sejumlah urusan pemerintahan yangbersifat kedaerahan dan memang lebih berdayaguna jika dilaksanakan oleh daerah.

7) Daerah mempunyai kemampuan dan perangkatdaerah yang cukup memadai untuk menyeleng-garakan urusan rumah tangganya, makadesentralisasi diaksanakan dalam penyeleng-garaan pemerintahan di daerah.

Nawawi (2013: 147-148) menyebutkan bahwasejumlah kalangan ilmuwan pemerintahan sepertiRondinelli mengidentifikasi sejumlah alasanmengapa desentraliasi perlu dilaksanakan padasebuah Negara yaitu antara lain: (1) dalam rangkapengingkatan efisiensi dan efektivitas penye-lenggaraan pemerintahan, (2) sebagai wahanapendidikan politik masyarakat di daerah; (3) dalamrangka memelihara keutuhan Negara kesatuanatau integrasi nasional; (4) untuk mewujudkandemokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahanyang dimulai dari daerah; (5) guna memberikanpeluang bagi masyarakat untuk membentuk karierdalam bidang politik dan pemerintahan; (6) sebagaiwahana yang diperlukan untuk memberikanpeluang bagi masyarakat untuk berpartisipasidalam proses perencanaan dan pelaksanaanpemerntahan; (7) sebagai sarana yang diperlukanuntuk mempercepat pembangunan di daerah, dan(8) guna mewujudkan pemerintahan yang bersihdan berwibawa, dan sebagainya.

PROSES PERUMUSAN KEBIJAKAN DI DAERAH: STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Page 320: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN311

C. PembahasanMekanisme pembentukan Perda tentang Zakat

tentunya sama halnya dengan mekanisme pem-bentukan Perda secara umum sesuai denganketentuan UU Nomor 23 tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah, UU Nomor 12 tahun 2011tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Permendagri Nomor 1 tahun 2014tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.Untuk diketahui bersama Perda tentang Zakat inimerupakan hak inisiatif DPRD.

Proses Perda tentang Zakat sama halnyadengan mekanisme pembentukan Perda tentangZakat itu sendiri. Berdasarkan PermendagriNomor 1 Tahun 2014 tentang PembentukanProduk Hukum Daerah, rancangan Perda dapatberasal dari Pemerintah Daerah dan DPRD.Rancangan Perda yang berasal dari DPRD dapatdiajukan oleh anggota DPRD, Komisi, GabunganKomisi, atau Balegda. Perda tentang Zakatmerupakan hak inisiatif DPRD, dan setiap prosesdalam pembentukan Perda ini senantiasa mengacupada ketentuan peraturan perundang-undanganyaitu UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pemben-tukan Peraturan Perundang-undangan danPermendagri Nomor 1 Tahun 2014 tentangPembentukan Produk Hukum Daerah.

DPRD yang mengajukan usulan Perda tentangZakat, diajukan/diusulkan pada tahun 2013,namun baru dibahas kemudian pada tahun 2015.Ini dikarenakan mempertimbangkan skala prioritas

dari tiap Ranperda yang telah diajukan. Ranperdatentang zakat di ajukan atas usulan DPRDKabupaten Kepulauan Meranti, oleh Komisi Cyang membidangi Kesejahteraan Sosial dan SDM.Kemudian DPRD Kabupaten Kepulauan Merantimembuat naskah akademis tentang zakat diKabupaten Kepulauan meranti, selanjutnya BadanLegislasi di DPRD Kabupaten Kepulauan Merantimenetapkan Ranperda tentang zakat untukdijadikan sebagai program legislasi daerah, lalupenetapan program legislasi daerah tentang zakatmelalui sidang paripurna DPRD KabupatenKepulauan Meranti, kemudian Badan LegislasiDPRD mengajukan Ranperda tentang Zakat diKabupaten Kepulauan Meranti, selanjutnyadibentuk Panitia Khusus (Pansus) C di DPRDKabupaten Kepulauan Meranti yang membahastentang Ranperda tentang zakat, lalu PanitiaKhusus (Pansus) C membahas Ranperda tentangzakat melalui mekanisme :1. Rapat dengar pendapat dengan Baznas, Kantor

Urusan Agama, dan Kabag Hukum2. Rapat internal Pansus C3. Konsultasi dan kunjungan kerja ke Kabupaten

Kampar (tanggal 29-31 Januari 2015),Kabupaten Indramyu (tanggal 04-07 Februari2015), dan ke bagian Hukum KementerianDalam Negeri (11-14 Februari 2015).

Dalam konsultasi dan kunjungan kerja tersebut,dilaksanakan oleh Pansus C yang terdiri dari:

No. Nama Jabatan 1 M. Taufikurrahman Kordinator Pansus C 2 Abdul Azis Ketua Pansus C 3 Hafizan Wakil Ketua Pansus C 4 Ardiansyah Anggota 5 Basiran Anggota 6 Ma’ruf Syafi’i Anggota 7 Asrofi Anggota 8 Hafizoh Anggota 9 Mundarseh Anggota

10 Yekti Handayani Anggota

Tabel 1. Pansus C DPRD Kab. Kepulaun Meranti

Sumber: Diolah dari data hasil wawancara

PROSES PERUMUSAN KEBIJAKAN DI DAERAH: STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Page 321: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN312

Saat konsultasi kepada Kementerian DalamNegeri, didapati bahwa pedoman BAZNASmemang merupakan kewenangan dari dariPemerintah Pusat, akan tetapi teknis operasioalnyadilakukan oleh Daerah. Lalu Pansus C pada Rapatinternal akhir Membuat kesimpulan dan keputusanakhir tentang Ranperda zakat yang akan ditetapkanmenjadi Perda Zakat, kemudian Ranperda zakatditetapkan menjadi Perda Zakat melalui sidangParipurna di DPRD Kabupaten Kepulauan Meranti.

Berdasarkan atas penjelasan diatas, makadapat dilihat bahwa proses pembentukan PeraturanDaerah tentang Zakat di Kabupaten KepulauanMeranti telah sesuai dengan ketentuan PeraturanPerundang-undangan sebagaimana yang telahdipaparkan pada pemarapan sebelumnya, disamping itu juga tetap memperhatikan kehati-hatian, dimana dengan melakukan perbandingandan kunjungan kerja serta konsultasi dengan pihakyang kompeten seperti Kementerian DalamNegeri.

Hanya saja dilihat dari isi naskah akademikPeraturan Daerah Kabupaten Kepulauan MerantiNo. 5 Tahun 2015 tentang Zakat terdapatbeberapa kelemahan. Dari keterangan landasanfilosofis, landasan sosiologis dan landasan yuridis,baik yang dikutip dari Laporan Akhir PenyusunanNaskah Akademik Rancangan Peraturan Daerahtentang Zakat, Kerjasama Sekretariat DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten KepulauanMeranti dengan Universitas Riau, 2013 maupundari penjelasan Bagian Hukum dan HAM sertaTim Ahli Pendamping Pansus C Sekretariat DPRDKab. Kepulauan Meranti, Budiman, S.E., M.M.tersebut, tidak ditemui penjelasan yang empiris danakademik terkait pentingnya pembentukanPeraturan Daerah tentang Zakat di KabupatenKepulauan Meranti.

D. PenutupPembentukan produk hukum daerah Kabu-

paten Kepulauan Meranti mencakup beberapatahapan, yaitu tahapan perencanaan, penyusunan,pembahasan, pengesahan atau penetapan,pengundangan, dan penyebarluasan, mengikutiPermedagri tentang Pembentukan Produk Hukum

Daerah.Landasan filosofis, sosiologis dan yuridis yang

termuat dalam Naskah Akedemik RancanganPeraturan Daerah tentang Zakat, tidak didapatiugensi pembentukan Perda ini. Pada landasanfilosofis tidak menyuratkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar sebagai cita dan falsafah bangsa.Landasan sosiologis tidak memaparkan kondisireal dan korelasi zakat terhadap fakta empiris diKabupaten Kepulauan Meranti, dan padalandasan yuridis tidak ditemui peraturan perun-dang-undangan yang memberikan kewenanganatau memerintahkan untuk membentuk Perdatentang Zakat. Akan tetapi pada kesimpulan justrudisampaikan bahwa Ranperda tersebut memilikiwewenang dan dasar hukum yang jelas.

Mekanisme pembentukan Perda tentang Zakatsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perda tentang Zakat ini merupakan hakinisiatif DPRD, diajukan/diusulkan pada tahun2013, selanjutnya Dibentuk Panitia Khusus(Pansus) C di DPRD Kabupaten KepulauanMeranti. Rapat internal akhir Membuat kesimpulandan keputusan akhir tentang Ranperda zakat yangakan ditetapkan menjadi Perda Zakat, kemudianRanperda zakat ditetapkan menjadi Perda Zakatmelalui sidang Paripurna di DPRD KabupatenKepulauan Meranti.

Peneliti merekomendasikan kepada PemerintahDaerah dan DPRD Kabupaten KepulauanMeranti, hendaknya pengkajian terhadap NaskahAkademik dari suatu Ranperda dimaksimalkan,dikarenakan Naskah Akademik merupakanargumentasi yang dapat menerima atau menolaksuatu Ranperda, dimana standar kesesuaiannyadari aspek akademis dan yuridis. Kemudian,disarankan juga kepada Pemerintah Daerah danDPRD Kabupaten Kepulauan Meranti, Timpenyusunan Rancangan Perda dan Tim Penyu-sunan Naskah Akademik Rancangan Perda diKabupaten Kepulauan Meranti, hendaknya jugamemuat kajian/aspek Pemerintahan Daerah dan/atau melibatkan yang Ahli pada bidang Peme-rintahan Daerah guna mendukung dan memper-kaya substansi dari Naskah Akademik danRanperda yang akan dibahas dan diputuskan.

PROSES PERUMUSAN KEBIJAKAN DI DAERAH: STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Page 322: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN313

Djaenuri, Aries. 2002. Hubungan KeuanganPusat–Daerah. Bogor: Ghalia Indonesia.

Indah. 2014. Hubungan Wewenang AntaraPemerintah Pusat dan Daerah dalam NegaraKesatuan Republik Indonesia. RechtideeJurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember2014.

Daftar Kepustakaan

Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan MerantiNomor 5 Tahun 2015 tentang Zakat

Tutik, Titik Triwulan. 2010. Konstruksi HukumTata Negara Indonesia Pasca-Amandemen UUD 1945. Jakarta: KencanaPrenada Group.

PROSES PERUMUSAN KEBIJAKAN DI DAERAH: STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Page 323: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN314

MEMBANGUN KEKUATAN MARITIM BERBASISPEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT)

DI KEPULAUAN RIAU

Oleh:Afrizal

Dosen Ilmu Pemerintahan Fisip UMRAH([email protected])

AbstrakSalah satu dari prioritas pembangunan nasional adalah menjadikan Indonesia sebagaiporos maritim global (PMG). Indonesia sebagai salah satu negara maritim harusbisa memanfaatkan kondisi tersebut untuk mewujudkan kepentingan nasional denganmemanfaatkan sektor kelautan sebagai kekuatan utama untuk kesejahteraanmasyarakat. Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu provinsi di Indonesiayang memiliki potensi kelautan yang sangat besar, sehingga untuk menjadikanIndonesia sebagai poros maritime global harus dimulai dari daerah. Membangunprovinsi kepulauan riau menjadi kekuatan maritime di Indonesia merupakan suatukeniscayaan dengan pembangunan manusia sebagai langkah utama yang dilakukanuntuk mencapai tujuan tersebut. Tulisan ini merupakan kajian analitisdenganmenggunakan teori pemberdayaan msyarakat dan partisipasi masyarakat.Pemberdayaan masyarakat baik dan tepat sasaran serta pelibatan masyarakat baikakan melahirkan keserasian antara tujuan yang diinginkan oleh pemerintah denganapa yang menjadi kebutuhan masyarakat, terutama dalam membangun kekuatanmaritim untuk kesejahteraan masyarakat di Provinsi Kepualaun Riau.

Kata Kunci : Kekuatan Maritime, Pemberdayaan Masyarakat, PartisipasiMasyarakat

A. Latar BelakangSalah satu prioritas pembangunan pemerintahan

saat ini di bawah presiden Joko Widodo adalahmenjadikan Indonesia sebagai Poros MaritimGlobal (PMG). Isu poros maritim merupakanupaya untuk menjadikan Indonesia sebagaikekuatan maritim di dunia dan juga merupakansuatu doktrin agenda pembangunan nasional yangmengorientasikan Indonesia untuk kembali kelaut,menjadikan laut sebagai kekuatan baru Indonesiayang selama ini cenderung diabaikan. Tujuanpembangunan ini sangat relevan dengan konidisiIndonesia sebagai negara kepulauan.

Dalam membangun kekuatan maritime ataudalam pencapaian tujuan dari poros maritim Globaldi Indonesia perlu langkah kongkrit, jelas terukurdan membumi. Maknanya konsep membangunkekuatan maritim tidak hanya menjadi isu-isudilevel elit saja tetapi harus mengakar sampaikepada masyarakat terutama masyarakat yangberada dipesisir atau yang bersentuhan langsungdengan laut.

Indonesia sebagai Negara kepulauan dariSabang sampai Merauke merupakan jajaranpulau-pulau yang laut sebagai perantaranya, diapitoleh samudera Hindia dan samudera pasifik dengan

Page 324: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN315

luas perairan menjadikan Negara Indonesiamemiliki kekayaan alam yang melimpah dari lautbaik apa yang terkandung di atas laut sebagaisarana transportasi strategis, di dalam laut berupaikan, rumput laut, batu karang maupun apa yangterkandung dibawah laut minyak, gas, logam muliadan sebagainya. Kondisi demikian menjadikanIndonesia sangat bisa memanfaatkan segalasesuatu yang bersumber dari laut untuk kesejah-teraan masyarakat.

Jika dilihat pada masa lampau sebelumbernama Indonesia yakni Nusantara, kita memilikiperadaban yang terkenal di muka bumi ini yangbisa menjadi kekuatan pemersatu nusantarayaknikerajaan Sriwijaya dan Majapahit yang merupa-kan kerajaan Maritim. Mereka berhasil menja-dikan lautan sebagai sarana dan sumber utamauntuk memajukan peradaban baik pada sektorperdagangan, sumber daya alam yang ada dilautmaupun militer dengan armada lautnya. Kondisiini menjadikan kerajaan Sriwijaya dan Majapahitsanggup menjelajahi dunia dengan armada lautnyayang kuat.

Kesuksesan masa lalu ini dikarenakan parapemimpin dan masayarakat pada masa itu sangatmemahami dengan potensi dan peluang yangdimiliki oleh nusantara. Tidak salah jika hari iniorintasi pembangunan Indonesia hari ini haruskembali pada kejayaan dibidang maritim baik darisektor perdagangan, sumber daya alam yang adadilaut maupun kekuatan militer untuk menjagaNusantara. Maka dibutuhkan suatu konsep yangjelas oleh pembuat kebijakan guna menjadikanIndonesia jaya dibidang kemaritiman atau bahkanmenjadi poros maritime global (PMG).

Kepulauan Riau merupakan salah satu provinsiyang ada di Indonesia yang memiliki luas wilayah95 persen lautan dan 5 persennya daratan. Kondisigeografis terdiri dari pulau-pulau besar dan kecilsejumlah 2.408 pulau ada di provinsi KepulauanRiau. Masyarakatnya sebagian besar tinggaldipesisir pantai dengan mata pencaharian nelayan.Sumber kekayaan laut seperti ikan, rumput laun,terumbu karang serta minyak dan gas juga terdapatdibawah laut.

Namun yang menjadi persoalan hari ini adalahkondisi perairan yang sangat luas dan sumber

kekayaan alam yang melimpah belum mampudimanfaatkan oleh masyarakat. Kemiskinan danrendahnya kualitas sumber daya manusia menjadipekerjaan rumah yang berat bagi pemangkukebijakan baik didaerah maupun tingkat pusatuntuk mengurai masalah tersebut. Pembangunanmanusia yang mengarah kepada konsep maritimmasih menjadi konsep diatas kertas, sangat sulituntuk dilakukan dalam tataran teknis.

Sehingga kondisi masyarakat yang maritimtetapi masih berfikir dan berpola hidup agraris baiksecara pemikiran maupun secara perbuatan,sehingga melahirkan aktifitas agraris di daerahmaritime seperti mata pencaharian dan lainsebagainya. Hal ini bisa dilihat dari tidakmampunya masyarakat untuk menajdikan lautsebagai sumber kehidupan utama. Memang inibukan semata-mata kesalahan masyarakat tetapiyang tidak kalah bertanggung jawab dalammengurai masalah ini adalah pemerintah yangkurang mendukung program-program pem-bangunan yang berbasis maritim.

Oleh karena itu konsep pembangunan berbasismaritime harus digagas kembali, kejayaan dari lautseperti kejayaan masa lalu harus dibangkitkankembali. Kekuatan maritim yang digagas olehpemerintah pusat harus disambut baik olehpemerintah daerah terutama pemerintah provinsiKepualau Riau. Pemahaman pentingnya mem-bangun kembali paradigma maritim harus turun dansampai kepada masyarakat secara baik, konsepmaritime harus mengakar dari pusat sampaimasyarakat yang tinggal di pesisir.

Sebaik apapun konsep pembangunan maritimyang dibuat oleh pemerintah pusat maupun daearahjika masyarakat tidak memiliki semangat yangsama dikarenakan lemahnya sumber daya manusiaakan berdampak tidak baik bagi tujuan pem-bangunan kekuatan maritime. Kebijakan peme-rintah tidak akan didukung atau direspon olehmasyarakat, atau bahkan karena keterbatasanpengetahuan dan pendidiakan masyarakatmenjadikan semua cita-cita mulia tersebut menjadisia-sia.Maka oleh karena itu untuk membangunkekuatan maritime di Kepulauan Riau sebagai salahsatu upaya untuk mewujudkan poros maritimeglobal harus diperhatikan pembangunan manusia-

MEMBANGUN KEKUATAN MARITIM BERBASIS PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT) DI KEPULAUAN RIAU

Page 325: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN316

nya yang meruoakan actor utama dari mewujudkantujuan tersebut. Pemberdayaan masyarakat yangbaik, partisipasi masyarakat yang baik merupakankunci sukses dalam mencapaian tujuan, yaknimembangun kekuatan maritime di Indonesia.

B. Rumusan MasalahDalam tulisan ini penulis mencoba untuk melihat

persoalan membangun kekuatan maritim dariaspek pembangunan sumber daya manusia(human development). Sebaik apapun konsepdan model yang dibuat tidak akan terlaksana tanpadidukung oleh daya manusia tempatan yangberkualitas. Maka perlu pemberdayaan danpelibatan atau partisipasi masyarakat untukmembangun kekuatan maritime tersebut. Olehkarena itu dalam kajian ini penulis ingin melihatbagaimana membangun kekuatan maritim padapembangunan sumberdaya manusia (Humandevelopment) yang berkulitas dalam mewujudkanKepulauan Riau sebagai kekuatan maritime untukmenuju masyarakat sejahtera.

C. Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah ingin mencari

model pembangunan maritim di Indonesiaumumnya dan secara khusus di Provinsi KepulaunRiau.

D. Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam tulisan ini adalah

studi pustaka yang mana menganalisis teori yangdihubungkan dengan fenomena lapangan.

E. Kerangka TeoriE.1. Kekuatan Maritim

Kekuatan maritime yang pilar utamanya adalahkesadaran maritime (maritime awareness) yangmelekat kuat pada budaya bangsa dan mem-pengaruhi system politik, system perekonomiansampai pada system keamanan. Para navalismmengenal ungkapan membangun satu kapal dapatdiselesaikan dalam satu tahun, namun membangunkesadaran dan budaya maritime membutuhkanwaktu tiga abad.

Kesadaran maritime (maritime awareness)bukan hanya sekedar slogan yang dikembangkan

tetapi harus menjadi suatu tindakan yang nyatamenjadi mindset yang terpatri kokoh padamasyarakat, terutama bagi perancang pem-bangunan nasional dibidang maritime. Kesadaranmaritime ini bukan sesuatu yang turun dari langit,dia harus diupayakan dengan langkah-langkahkonkrit dan intensif, jelas, terukur dan terprogramserta konsisten.

Ada tiga spectrum besar dalam dari maritimeuntuk memuwujudkan kepentingan nasional, yakni:pertama, laut sebagai sumber nafkah bagikehidupan , ada kekayaan fauna dan flora dalamlaut, kekayaan berbagai mineral strategic, sampaipada industry pariwisata. Kedua, laut sebagai lifeline yang menghubungkan antar pulau. Tidak bisadihindari laut merupakan life line yang bisamemenuhi kebutuhan armada sebagai saranatransportasi untuk menunjang ekonomi dunia.Ketiga, laut sebagai medium pertahanan.

Untuk membangun kekuatan maritim secarakongkrit suatu Negara membutuhkan empat haldalam membangun Negara maritime yang kuat,yaitu pertama, formula ocean policy yang jelasdan dipahami oleh semua pihak dan menjadipegangan dalam merancang peta kepentingannasional dilaut. Kedua, strategi keamananmaritime, pada prinsipnya mencangkup tiga halmendasar yaitu ends means, ways. Ketiga,konstruksi manajemen keamanan maritime yangmenjelaskan siapa berbuat apa dalam kapasitasapa didalam bingkai strategi keamanan maririm dankeempat adalah landasan hokum yang menjadidasar operasionalisasi kegiatan ekploitasi danpengaman potensi maritime.

E. 2. Permberdayaan MasyarakatKonsep pembangunan yang berbasis komunitas

atau masyarakat selalu searah dengan konseppemberdayaan. Pemberdayaan bemaksud mem-berikan sumber daya, kesempatan, pengetahuandan kemahiran kepada warga untuk meningkatkankemampuan seseorang dalam menentukan masadepannya sendiri dan terlibat dalam dan mem-pengaruhi kehidupan dari komunitasnya. (Ife,1995:182 dalam Syarifah).

Selanjutnya pemberdayaan juga dipengaruhioleh pemikiran Paulo Freire yang mengenalkan

MEMBANGUN KEKUATAN MARITIM BERBASIS PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT) DI KEPULAUAN RIAU

Page 326: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN317

istilah konsientisasi yang bermaksud suatu prosespemahaman dan penumbuhan kesadaran terhadapsituasi yang sedang terjadi berkaitan dengan isupolitik, ekonomi, maupun social. Menurutnya lagiseseorang berada dalam tahap konsientisasi jikaia sanggup menganalisa masalah mereka, meng-identifikasi sebab-sebabnya, menetapkan ke-utamaan dan memperoleh pengetahuan barusecara mandiri.

Oleh sebab itu pemberdayaan diartikan dandipahami sebagai kemampuan individu untukmengawal ekosistemnya. Kesadaran kritis dalamdiri seseorang dapat dicapai dengan cara melihatke dalam diri sendiri serta menggunakan apa yangdidengar, dilihat dan dialami untuk memahami apayang sedang terjadi dalam kehidupanya.Dilainpihak Latama (Syarifah; 48) menambahkan bahwapemberdayaan masyarakat komunitas dianggapbersifat komprehensif jika menampilkan limakarakteristik uatamanya seperti :Pertama, berasaskepentingan setempat, maknanya perancangandan pelaksanaan pemberdayaan dilakukandidaerah atau kawasan setempat dan melibatkansumber modal masyarakat setempat. Selain ituhasilnya juga dinikmati oleh masyarakat setempat,bukan hanya sebagai penonton pemerhati dari luarsystem tetapi justru melibatkan mereka dalampembangunan itu sendiri. Kedua, berorientasikepada peningkatan kesejahteraan. Kesejahteraanmerupakan harga mati dan perkara pokok yangdilakukan dalam pemberdayaan masyarakat,setiap kegiatan dan tindakan yng dibuat harusdiukur dari kesejahteraan yang didapatkan olehmasyarakat. Seandainya target dan ukuran darikegiatan pemberdayaan bukan kesejahteraanmasyarakat, maka program tersebut bukandikatakan pemberdayaan.

Ketiga berasas kemitraan, disini dimaksudkanadalah dalam melakukan pembangunan masya-rakat komunitas harus mengajak mitra-mitrastrategis yang sesuai dengan kebutuhan masyarakatsetempat. Karena dalam pemberdayaan ini suatupihak tidak bisa melaksanakan sendiri selain daripersoalan keahlian dan biaya yang juga sangatbesar, sehingga dibutuhkan kemitraan dalampelaksanaan program tersebut.

Keempat, bersifat holistic, pemberdayaan

komunitas mayarakat yang bersifat holisticmencakup semua aspek. Oleh karena itu setiapmodal masyarakat setempat harus diidentifikasidan diperkasakan, hal ini dilakukan untukmenghindarkan komunitas dari ketergantungan darisegala sesuatu. Untuk kasus tertentu masyarakatyang tinggal dipesisir pantai yang terlalu menggan-tungkan pada sector perikanan karena akanmengakibatkan degradasi sumber daya laut,penurunan produksi, penurunan pendapatan danpenurunan kesejahteraan. Kelima, berkelanjutan.Salah satu kunci keberhasilan dari pemberdayaanadalah keberlanjutan dari program pemberdayaanyang dibuat, karena banyak program pember-dayaan yang baik dan tepat sasaran menjadi tidakefektif dikarenakan program tersebut tidakdeprogram untuk kontineu.

Untuk mewujudkan suatu pemberdayaanmasyarakat yang baik bisa dilakukan dengan tigacara (Kartasasmita 1996:159-160) yakni :1) Mewujudkan suasana iklim yang membolehkan

potensi komunitas atau masyarakat berkem-bang (enabling). Maksudnya setiap manusiaatau komunitas telah mempunyai potensi,sehingga pada saat melaksanakan langkahpemberdayaan diusahakan agar mendorong danmembangkit kesadaran komunitas akanpentingnya membangunkan potensi-potensiyang telah dimiliki

2) Memperkuat potensi atau daya yang dimilikikomunitas (empowering). Langkah pemberda-yakan diusahakan melalui tindakan nyata sepertipendidikan, pelatihan, peningkatan kesehatan,pemberian modal, informasi, lapangan kerja,pasar, serta prasarana lainnya.

3) Melindungi komunitas (protection), inibermakna dalam pemberdayaan komunitasperlu diupayakan langkah-langkah yangmencegah persaingan secara tidak seimbangserta praktek ekploitasi yang kuat terhadapyang lemah. Usaha ini dilakukan melaluikeberpihakan dan adanya aturan atau kesepa-katan yang jelas dan tegas untuk melindungikelompok yang lemah atau yang belumdiperkasakan.

Menurut Jim Ife, pemberdayaan adalah

MEMBANGUN KEKUATAN MARITIM BERBASIS PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT) DI KEPULAUAN RIAU

Page 327: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN318

memberikan sumberdaya, kesempatan, pengeta-huan dan keterampilan kepada untuk meningkatkankemampuan mereka dalam menentukan masadepannya sendiri dan berpartisipasi dalam danmempengaruhi kehidupan dari masyarakat (Ife,Jim 1995;182 dalam Zubaedi). Sementara itu WoldBank mengartikan pemberdayaan sebagaiperluasan asset dan kemampuan masyarakatmiskin dalam menegosiasikan dengan mem-pengaruhi, mengontrol dan mengendalikantanggung jawab lembaga-lembaga yang mempeng-aruhi kehidupannya (Deepa Narayan dalamZubaedi).

Proses pemberdayaan masyarakat sebagai-mana digambarkan oleh United Nation (MangatasTampubolon dan Zubaedi:77) meliputi :1) Getting to know the local community.

Mengetahui karakteristik masyarakat setempat(lokal) yang akan diberdayakan, termasukperbedaan karakteristik yang membedakanmasyarakat desa yang satu dengan masyarakatlainnya. Mengetahui artinya untuk member-dayakan masyarakat diperlukan hubungantimbal balik Antara petugas dengan masya-rakat.

2) Gathering knowledge about the localcommunity. Mengumpulkan pengetahuanmenyangkut informasi mengenai masyarakatsetempat. Pengetahuan tersebut merupakaninformasi factual tentang distribusi pendudukmenurut umur, seks, pekerjaan, tingkatpendidikan, status social ekonomi, termasukpengetahuan tentang nilai sikap, ritual dancustom, jenis pengelompokan, serta factorkepemimpinan baik formal maupun informal.

3) Identifying the local leaders.Segala upayapemberdayaan masyarakat akan sia-sia jikatidak mendapat dukungan dari pimpinan dantokoh-tokoh masyarakat setempat. Makafactor kepemimpinan dan ketokohan localsangat diperhtungkan karena memiliki pengaruhyang kuat pada masyarakat local.

4) Stimulating the community to realize that itproblem. Masyarakat perlu pendekatanpersuasive agar mereka sadar bahwa merekapunya masalah yang perlu dipecahkan dankebutuhan yang perlu dipenuhi.

5) Helping people to discuss their problem.Memberdayakan masyrakat berarti merangsangmasyarakat untuk mendiskusikan masalahnyaserta merumuskan pemecahannya dalamsuasana kebersamaan.

6) Helping people ti identifying their mostpressing problems. Masyarakat perlu diber-dayakan agar bisa mengidentifikasi perma-salahan yang paling menekan.

7) Fostering self-confidence. Tujuan utamapemberdayaan masyarakat adalah membangunpercaya diri masyarakat, karena modal utamauntuk berswadaya.

8) Deciding on aprogram action. Masyarakatperlu diberdayakan dalam menetapkan suatuprogram yang akan dilakukan menurut skalaprioritas.

9) Recognition of strength and resources.Memberdayakan masyarakat yakni membuatmasyarakat mengerti bahwa mereka memilikikekuatan dan sumber daya yang dapatdimobilisasi untuk memecahkan persoalan danmemenuhi kebutuhan.

10)Helping people to continiu to work onsolving their problems. Merupakan kegiatanyang berkesinambungan. Masyarakat perludiberdayakan sehingga mempu memecahkanpersoalan secara berkelanjutan.

11)Increasing peoples ability for self-help. Salahsatu tujuan pemberdayaan masyarakat adalahtumbuhnya kemandirian masyarakat. Masya-rakat yang mampu adalah masyarakat yang bisamenolong diri sendiri.

E.3. Partisipasi MasyarakatPembangunan masyarakat harus benar-benar

menyentuh kepentingan masyarakat, maka dalamproses pembangunan masyarakat harus meng-utamakan partisipasi masyarakat. MenurutSutrisno (1995:208) mengemukakan bahwa :1) Partisipasi masyarakat dalam pembangunan

bukanlah mobilisasi rakyat dalam pembangunanbukanlah mobilisasi rakyat dalam pem-bangunan. Partisipasi masyarakat dalampembangunan adalah dalam kerjasama antararakyat dan pemerintah merancang, melaksa-nakan dan membiayai pembangunan.

MEMBANGUN KEKUATAN MARITIM BERBASIS PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT) DI KEPULAUAN RIAU

Page 328: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN319

2) Untuk membangunkan dan mewujudkanpartisipasi masyarakat dalam pembangunan harusdiciptakan suatu perubahan dan persepsi dalampemerintah terhadap pembangunan. Pembangunanharus dianggap suatu kewajiban moral bagi seluruhbangsa.Menurut Astein (1969) ada beberapa tingkatanpartisipasi masyarakat :1) Manipulation, adalah tingkatan parisipasi yang

paling rendah karena masyarakat hanya dipakainamanya saja sebagai anggota dalam berbagaibadan penasihat. Tidak ada peranan yangnyata, hanya dimanfaatkan oleh pihak yangberkuasa dengan memanfaatkan situasimasyarakat.

2) Theraphy, pada tingkatan ini masyarakatdiperlakukan seolah-olah seperti prosespenyembuhan pesakit penyakit mental dalamkelompok terapi. Masyarakat banyak terlibatdalam aktifitas, tetapi hanya ditujukan hanyauntuk mengubah pola piker masyarakat darimendapatkan masukan-masukan dan in-formasi.

3) Informing, merupakan tahap dalam pemberianinformasi kepada masyarakat tentang hak-hak,tanggung jawab dan berbagai pilihan. Biasanyahanya diberikan satu arah dari penguasa kerakyat tanpa ada kemungkinan umpan balik.Pada tingkat ini masyarakat diberi limpahankuasa untuk mempengaruhi rencana bagikepentingan komunitas dan biasanya dilakukanmelalui media, pengumuman, poster dantanggapan atas persoalan.

4) Concultation, yaitu mengundang pendapatmasyarakat setelah memberi informasi kepadamereka. Apabila perundingan tidak disertaidengan cara-cara yang lain maka tahapkejayaannya akan rendah , mengingat tidakadanya kepedulian ide-ide masyarakat. Padatahapan ini biasanya dilakukan dengan melaku-kan pertemuan dengan masyarakat, kajiantetntang pola piker masyarakat denganpendapat public.

5) Placation, pada tingkatan ini masyarakat sudahmulai memiliki pengaruh, meskipun dalambeberapa hal masih ditentukan oleh penguasa.Beberapa anggota masyarakat yang dianggap

mampu dimasukkan sebagai anggota dalambadan kerjasama. Masyarakat yang berpen-dapatan lebih rendah dapat menyampaikanpendapat namun sering tidak direspon karenaketerbatasan kuasa yang dimiliki atau karenajumlah mereka yang terlalu sedikit dbandingkandengan pemerintah.

6) Partnership, pada tahapan ini atas kesepa-katan bersama, kekuasaan dalam berbagai haldibagikan Antara masyarakat dengan penguasa.Disepakati juga pembagian tanggung jawabjawab dalam perancangan, pegendaliankeputusan, penyusunan kebijakan dan penye-lesaian berbagai permasalahan yang dihadapi

7) Delegated Power, masyarakat diberikankewenangan untuk melakukan dan membuatkeputusan pada rencana atau program tertentu.Mereka berhak menentukan program-programyang bermanfaat bagi mereka kemudianpemerintah harus memberikan kemudahan danfasilitas dengan tanpa adanya tekanan sehinggamasyarakat bebas untuk menentukan apa yangmereka inginkan.

8) Citizen control, pada tahapan ini masyarakatmemiliki kekuatan untuk menetapkan programatau institusi yang berkaitan dengan kepentinganmereka. Masyarakat memiliki kuasa penuhdibidang kebijakan, aspek-aspek administrasidan dapat mengadakan perundingan denganpihak-pihak luar yang hendak melakukanperubahan.

Menurut Ndraha (1990) menegaskan konsepmasyarakat mandiri dapat dioperasionalisasikanmenjadi beberapa petunjuk, yaitu pertama,kemampuan masyarakat untuk mengusahakan danmemelihara atau merawat segenap sumber, assetdan cara yang ada baik yang berbentuk fisikmaupun non fisik. Kedua, kemampuan masyarakatuntuk bangkit kembali dalam keadaan jatuh ataumundur sebagai akibat kegagalan dan kekeliruanyang pernah dialaminya. Ketiga, kemampuanmasyarakat untuk membangunkan atau mening-katkan sumber asset atau peralatan yang ada.Keempat, kemampuan masyarakat untuk meng-usahakan, untuk bangkit, mengembangkan diri danmemberi respon positif terhadap setiap perubahan

MEMBANGUN KEKUATAN MARITIM BERBASIS PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT) DI KEPULAUAN RIAU

Page 329: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN320

social yang berlangsung.Berkenaan dengan masyarakat yang sejahtera

bisa diwujudkan dengan menciptakan kondisimasyarakat yang inovatif, dinamik dan kreatifbergerak kedepan dan tercukupi keperluan lahirdan batin secara manusiawi yang tercermin atauditandai dengan peningkatan kualitas hidup yanglayak dan bermartabat dengan terpenuhinyakebutuhan makanan, pakaian dan perumahan.Berdasarkan konsep pemberdayaan partisipasidan mandiri inilah yang menjadi indikator untukmenganalisis objektif kajian pelaksanaan pem-bangunan poros maritime di masyarakat.

Pembangunan harus ditujukan pada pem-bangunan manusia. Membangun manusia kreatifsehingga mampu menyelesaikan persoalan manusia.Untuk membangun manusia kreatif terlebih dahuluyang harus dibangun adalah keamanan, kebahagiandan kebebasan dalam hidup. Makan untukmembangun manusia kreatif perlu diciptakan dulukeamanan, kebahagian dan kebebasan dari rasatakut.

F. PembahasanF.1. Membangun Sumberdaya Masyarakat

PesisirMemiliki kondisi geografis kepulauan yang

besar dengan potensi kelautan yang besar pulamenjadikan provinsi Kepulauan Riau dijadikansebagai salah satu poros kekuatan maitim ditanahair. Perbandingan luas lautan dan daratan 96%berbanding 4 % menjadi kekuatan yang luar biasajika mampu dimanfaatkan secara maksimal jugamenjadi petaka jika tidak mampu dikelola denganbaik. Mengembangkan potensi maritime yang adasehingga menjadi kekuatan untuk mencptakankesejahteraan masyarakat merupakan satu-satunya pilihan yang harus dilakukan oleh parapembuat kebijakan baik ditingkat pusat maupunditingkat daerah.

Konsep besar pembangunan maritime tidakhanya menjadi konsumsi kalangan tertentu tetapiharus menjadi isu bersama, pemahaman yang samasehingga konsep yang dibangun mengakar sampaike garis bawah. Sebagaimana kita ketahui bahwayang terlibat langsung terhadap suatu kebijakanatau pelaku utama dalam setiap kebijakan untuk

akyat adalaha rakyat itu sendiri. Oleh karena itupelibatan masyarakat atau komunitas terhadapsuatu kebijakan merupakan suatu harga mati yangtidak bisa ditawar lagi.

Sebagai salah satu wujud membangun sumber-daya manusia adalah dengan melibatkan danmemberdayakan masyarakat. Pemberdayaanbemaksud memberikan sumber daya, kesempatan,pengetahuan dan kemahiran kepada warga untukmeningkatkan kemampuan seseorang dalammenentukan masa depannya sendiri dan terlibatdalam dan mempengaruhi kehidupan darikomunitasnya. Masyarakat harus berperan aktifdan berkontribusi dalam mewujudkan tujuan yangingin dicapai, mereka tidak hanya memposisikandiri sebagai penonton tetapi tampil sebagai pelaku.Karena mereka paling mengerti kondisi geografisdan social masyarakat. Sehingga apa yangdiinginkan oleh pemerintah sama dengan yangdibutuhkan oleh masyarakat. Untuk menghindariprogram yang tidak tepat sasaran yang akanmengakibatkan pemborosan dalam anggaran danwaktu maka masyarakat harus diberi ruang untukdiberi kemampuan, kesempatan dan pengetahuandalam membangun kekauatan maritim di Kepu-lauan Riau.

Untuk mewujudkan suatu pemberdayaanmasyarakat yang baik bisa dilakukan dengan tigacara (Kartasasmita 1996:159-160) yakni :

F.2. Mewujudkan suasana iklim yang mem-bolehkan potensi komunitas atau masya-rakat berkembang (enabling).

Setiap manusia atau komunitas telah mem-punyai potensi, sehingga pada saat melaksanakanlangkah pemberdayaan diusahakan agar men-dorong dan membangkit kesadaran komunitasakan pentingnya membangunkan potensi-potensiyang telah dimiliki. Masyarakat kepulauan Riauterutama masyarakat yang tinggal di pesisir pantaisebenarnya memiliki potensi yang besar terutamadalam hal etos kerja. Dari generasi ke genarasimereka merupakan pelaut yang handal dantangguh, ini terbukti dengan pekerjaan nelayan yangditekuni merupakan pekerjaan utama untukmenghidupi rumah tangga mereka. Diketahui umumbahwa alat tangkap yang digunakan oleh para

MEMBANGUN KEKUATAN MARITIM BERBASIS PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT) DI KEPULAUAN RIAU

Page 330: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN321

nelayan merupakan alat tangkap tradisional tetapimereka sanggup menghadapi gelombang laut yangkadang-kadang bisa mencapai ketinggian 3 sampai4 meter.

Etos kerja yang tinggi tidak cukup tanpa diiringidengan peningkatan kesadaran untuk mengarahkanbagaimana potensi-potensi yang selama ini adapada diri masyarakat bisa ditumbuh kembangkankepada arah yang lebih baik. Masyarakat nelayanpesisir perlu diberikan kesadaran untuk bisamerubah pola hidup yang mereka alami selama initerutama dibidang nelayan yang mereka tekuni.Tidak kalah penting dari hanya sekedar mem-bangun kesadaran masyarakat pesisir adalahbagaimana pemerintah selaku pemangku kepen-tingan dan pembuat kebijakan untuk bisa memberiruang atau iklim yang baik guna mendukungterbangunnya kesadaran masyarakat untukmeningkatkan taraf hidupnya.

Pemerintah harus bisa memberikan gambarandan pemahaman kepada masyarakat bahwa matapencaharian sebagai nelayan merupakan profesiyang sangat mulya dan bermanfaat. Jika profesiini ditekuni secara serius akan memberikandampak yang positif bagi nelayan. Selama iniparadigma yang terbangun dimasyarakat nelayanadalah profesi yang mereka tekuni merupakanprofesi yang rendah dimata masyarakat, profesiini hanya ditekuni oleh orang yang tidak ber-pendidikan. Kalaupun anak-anak mereka sekolahdijurusan perikanan orientasinya bukan untukmenjadi nelayan tetapi menjadi birokrat. Padahaltenaga ahli dibidang perikanan jika diberikan ruangdan kesempatan untuk mengolah hasil perikananakan memberikan hasil yang baik bagi masyarakatnelayan.

Selama ini yang dihadapi oleh masyarakatterutama nelayan adalah tidak adaanya pening-katan taraf hidup, hasil tangkapan yang merekadapatkan tidak signifikan merubah taraf hidupmereka. Masyarakat tidak mampu merubah nilaidari hasil tangkapan untuk jauh lebih baik, hasiltangkapan selalu dijual dalam bentuk bahan bakusehingga dari gerasi ke generasi tidak mampumerubah kehidupan nelayan kepada yang lebihbaik.

Memberikan ruang dan iklim bagi masyarakat

untuk mengembangkan potensi terutama dibidangkelautan akan menjadi kekuatan dan modal bagiperwujudan kekuatan maritim. Menjadi persoalanbagaimana pemerintah memberikan hak kepadamasyarakat untuk memperoleh ruang-ruang daniklim agar mereka mampu membangun diri merekasendiri melalui potensi kelautan yang dimiliki olehmasyarakat Kepulauan Riau.

F.3. Memperkuat potensi atau daya yangdimiliki masyarakat (empowering).

Memiliki sumberdaya alam laut yang melimpahbaik didalam laut dan didsar laut tidaklah bergunadan tidak berarti jika tidak diiringi denganmemperkuat potensi dan daya dari masyarakat itusendiri. Untuk meningkatkan daya saing danpotensi yang dimiliki oleh masyarakat KepulauanRiau terutama dalam bidang yang ditekuni olehmasyarakat pesisir pemerintah pusat maupundaerah harus melakukan upaya-upaya pening-katan potensi dan daya saing seperti:a) Pendidikan, pendidikan merupakan hak dasar

yang dimiliki oleh setiap manusia. Negaramenjamin warga negaranya untuk mendapatkanpendidikan, terutama masyarakat yang ada dipesisir kepulauan di Indonesia. Mendapatkanpendidikan yang memadai bagi masyarakatakan berdampak besar terhadap pola piker dancara hidup masyarakat. Pendidikan formalmaupun non formal bagi masyarakat sangatmempengaruhi cara mereka menyikapi suatupersoalan hidup. Kebijakan yang baik daripemerintah diterima oleh manyarakat yang tidakberpendidikan dan berpengetahuan akanmenjadi suatu kebijakan yang mubazir. Olehkarena itu menjamin masyarakat agar mem-peroleh pendidikan yang layak untuk masya-rakat pesisir merupakan keniscayaan. Menye-diakan sarana pendidikan yang berkualitas baikformal maupun informal, tenaga pendidik yangberkualitas, akses informasi yang luas sertakesejahteraan masyarakat yang terlibat dalamdunia pendidikan juga harus dilakukan. Selamaini salah satu faktor kemiskinan dan rendahnyakualitas manusia dikarenakan rendahnyapendidikan masyarakat.

b) Pelatihan, selain memiliki kesadaran akan

MEMBANGUN KEKUATAN MARITIM BERBASIS PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT) DI KEPULAUAN RIAU

Page 331: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN322

pentingnya memanfaatkan sumberdaya alamdan pendidikan dasar yang baik masyarakatjuga perlu diberikan pelatihan-pelatihan danvokasi yang berhubungan dengan pekerjaannyasehari-hari. Masyarakat yang selama ini hanyamengetahui atau memiliki keahlian menangkapikan secara tradisional melalui pelatihan yangprofessional dan berkesinambungan diberikankeahlian menangkap ikan dengan menggunakanteknologi terkini. Pelatihan yang diberikan bukansekedar hanya untuk menangkap ikan tetapikeahlian dari hulu ke hilir, dari proses awalpenangkapan ikan sampai bagaimana caramengolah menjadi nilai jual yang lebh tinggisampai bagaimana cara memasarkan ikan.Pelatihan yang sifatnya tepat guna dan tepatsasaran serta adanya pendampingan dari tenagaahli akan memberikan efek dan dampak yangbaik bagi para nelayan. Maka dengan sendirinyapara nelayan di masyarakat pesisir akanmengalami perubahan yang signifikan dari segipenghasilan.

c) Peningkatan kesehatan, perhatian pemerintahyang tidak kalah penting dalam meningkatkankualitas hidup masyarakat nelayan atau pesisiradalah meningkatkan kualitas kesehatanmasyarakat. Kemiskinan dan kebodohan akanberimplikasi kepada kesehatan, kesehatanpribadi, kesehatan keluarga sampai padakesehatan lingkungan. Pola hidup sehat ini harusmendapatkan tempat yang istimewa, sebagai-mana kita ketahui kebiasaan hidup masyarakatyang tinggal dipesisir pantai membuang sampah,kotoran manusia dan sebagainya ke laut.Ditambah lagi berbagai jenis penyakit yangdengan mudah hinggap dan menular diling-kungan yang tidak bersih. Oeh karena itumembangun kesadaran akan pola hidup bersihdan lingkungan yang bersih harus digalakkanuntuk perbaikan kualitas hidup masyarakat.

d) Pemberian modal, salah satu yang menjadialasan klasik bagi masyarakat dalam mening-katkan usaha adalah minimnya modal yangdimiliki. Selama ini masyarakat pesisir dannelayan yang ada dikepulauan Riau tidakmemiliki modal yang cukup untuk meningkatkanomset usahanya. Modal yang dikeluarkan oleh

nelayan untuk membeli atau menyediakan jenistangkapan ikan seperti jenis tangkapan untukikan teri tegolong sangat tinggi. Tidak jarangpara nelayan menangkap ikan dengan meng-gunakan alat tangkapan para pemilik modalmereka hanya sebagai tenaga upahan dantenaga lepas. Banyaknya tangkapan ikan tidakakan terlalu berpengaruh bagi peningkatanekonomi nelayan. Maka dengan pemberianmodal untuk tangkapan ikan sedikit banyakakan memberi pengaruh bagi nelayan baik ituberupa bantuan kapal, jarring dan alat tangkaplainnya.

e) Lapangan kerja, masyarakat yang kuat danberkualitas adalah masyarakat yang mampumengurus dan menghidupi dirinya sendiri,menghidupi keluarganya sendiri. Keterbatasaninformasi dan lemahnya pendidikan menye-babkan kesadaran masyarakat untuk mendiridan berkarya menjadi terbatas. Pemerintahperlu membuka ruang dan iklim serta kesem-patan bagi masyarakat untuk bisa memilikipekerjaan serta mampu menghidupi rumahtangganya sendiri. Kondisi geografis kepulauanRiau yang memiliki sumberdaya alam dari sectorlaut memberikan peluang kesempatan bagimasyarakat setempat untuk bekerja. Men-dirikan pabrik-pabrik, industri perikanan,pengolahan ikan laut, budidaya rumput laut danmasih banyak peluang-peluang lain yang bisadilakukan oleh pemerintah. Mencari investordalam negeri mapun luar negeri untuk mena-namkan modalnya dibidang industri perikananakan menjadi angin segar bagi masyarakatuntuk memperoleh pekerjaan. Intinya penye-diaan lapangan kerja bagi masyarakat sangatdiperlukan karena meningkatkan taraf ekonomimasyarakat serta berdampak pada mening-katnya kualitas pendidikan dan kesehatan.

f) pasar, untuk menjamin hasil tangkapan ikanakan terjual dengan layak adalah merupakantanggung jawab pemerintah untuk menjaminnya.Sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakatnelayan bahwa hasil tangkapan merekabiasanya ditampung oleh hanya segelintir orangyang memiliki modal. Nelayan tidak mampumenjual sendiri atau langsung menjualnya

MEMBANGUN KEKUATAN MARITIM BERBASIS PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT) DI KEPULAUAN RIAU

Page 332: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN323

dipasar dan mengikuti harga yang ada dipa-saran. Mereka menjualnya ke penampung danharganya jauh dibawah harga pasar. Masalahini diakibatkan masyarakat terikat denganpemilik modal selain itu masyarakat tidakmemiliki sarana dan alat penyimpanan ikan yangbisa tahan lama untuk dijual ke pasar merekaharus melalui pihak ketiga. Oleh karenamembuat pusat-pusat pelelangan ikan atausejenisnya agar masyarakat terhindar darisegelintir pemilik modal yang menguasai pasar.Pasar yang mendukung dengan harga yangsesuaiakan memberikan dampak positif bagipeningkatan taraf hidup masyarakat. Masya-rakat nelayan tidak khawatir dengan penjualanikan hasil tangkapan mereka, pemerintahsetempat untuk bisa menjamin bahwa hasiltangkapan nelayan bisa terjual.

g) Sarana dan prasarana, untuk mendukungkualitas hidup masyarakat pesisir yang sebagianbesar mata pencaharian mereka nelayan makaperlu dibangun dan disipakan sarana danprasarana yang mendukung. Pelabuhan nelayanyang memadai sehingga mampu sebagai tempatpenyaluran dan pelalangan ikan, tranportasi lautyang mampu membawa hasil tangkapan ikanuntuk dijual kedaerah lain, penyediaan alatpengolahan ikan dari bahan baku menjadibarang yang memiliki nilai jual yang tinggi, alattangkapan ikan yang mampu menangkap ikandisegala musim. Pelabuhan laut untuk masya-rakat juga sangat diperlukan sebagai salah satupintu masuk bagi wisatawan local maupun asinguntuk berwisata dikawasan tersebut. Tidaksedikit kawasan pesisir juga memiliki keindahanalam dan menjadi daya Tarik wisata, sehinggadengan adanya pelabuhan laut yang baikmempermudah akses masuk dan keluarmasyarakat yang ada dikawasan pesisir.

F.4. Melindungi masyarakat yang ada diwilayah pesisir (protection)

Potensi alam dan ketersediaan tenaga kerjabagi masyarakat pesisir tentu tidak cukup adanyaupaya-upaya perlindungan terhadap masyarakat.Ini bermakna dalam pemberdayaan masyarakatperlu diupayakan langkah-langkah yang mencegah

persaingan secara tidak seimbang serta praktekekploitasi yang kuat terhadap yang lemah. Kitaketahui bersama bahwa masyarakat yang ber-profesi sebagai nelayan di Kepulauan Riau rata-rata nelayan tradisonal yang memiliki modal kecilsehingga tidak jarang dari mereka bekerja denganpihak ketiga sebagai pemilik modal, akibatnya hasiltangkapan mereka sudah dibeli oleh pemilik modaldengan harga yang telah ditentukan serta tidakmengikuti harga pasar.

Dampaknya hasil tangkapan tidak berbandinglurus dengan kesejahteraan nelayan. Karenaketerbatasan modal dan terikat hutang denganpemilik modal mereka para nelayan tidak mampuberusaha lebih untuk mendapatkan hasil tangkapanyang lebih baik dan menjualnya sendiri kepasar.Untuk mencegah pemain tunggal dan monopolipemilik modal perlua ada regulasi dan keber-pihakan para pembuat dan pemangku kebijakanterhadap masyarakat nelayan.Usaha ini dilakukanmelalui keberpihakan dan adanya aturan ataukesepakatan yang jelas dan tegas untuk melindungikelompok yang lemah atau yang belum diper-kasakan.

Untuk menjamin masyarakat nelayan terutamadalam memperoleh hasil laut perlu adanyakebjakan dari pemerintah baik itu peraturanpresiden, menteri dan seterusnya untuk membuatregulasi agar nelayan kecil dan tradisional yang telahlama dari generasi ke generasi menjadi nelayan bisamendapatkan bagian yang cukup untuk mening-katkan taraf hidupnya. Selain menjamin dalambentuk regulasi pemerintah juga harus bisamemastikan bahwa regulasi yang dibuat tersebutbenar-benar membela masyarakat nelayan bukanhanya sebuah teori diatas kertas saja.

Untuk mendukung mewujudkan kekuatanmaritime dengan melakukan pemberdayaanmasyarakat seperti yang dibahas diatas maka perlufaktor lain agar pemberdayaan yang diberikantepat dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhanmasyarakat kepulauan. Sebagaimana yangdigambarkan oleh United Nation (MangatasTampubolon dan Zubaedi:77) meliputi :1) Getting to know the local community.

Mengetahui karakteristik masyarakat setempat(lokal) yang akan diberdayakan, termasuk

MEMBANGUN KEKUATAN MARITIM BERBASIS PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT) DI KEPULAUAN RIAU

Page 333: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN324

perbedaan karakteristik yang membedakanmasyarakat desa yang satu dengan masyarakatlainnya. Mengetahui dan memahami karakte-ristik masyarakat kepulauan merupakan suatukeharusan bagi pemerintah apabila inginmelakukan pemberdayaan terhadap masya-rakat. Secara sosiologis karakter masyarakatpesisir berbeda dengan masyarakat agraris..Masyarakat kepulauan Riau yang tinggaldipesisir pantai mayoritas masyarakat nelayan,profesi yang telah ditekuni dari turun temurun.Karakteritik masyarakat pesisir mayoritasnelayan menghadapi sumber daya hingga saatini masih bersifat akses terbuka (open acces).Karakter seperti ini menyebabkan nelayanberpindanh-pindah untuk mendapat tangkapanyang lebih maksimal, konsekwensinya akanselalu mendapat tantangan besar. Makamasyarakat seperti ini akan memiliki karakteryang keras, tegas dan terbuka.Tidak heran jikamasyarakat melayu kepulauan sangat menerimapendatang ditambah lagi kondisi geografis yangmenjadikan mereka sebagai pintu masuk bagipendatang. Kondisi ini sangat memudahkanbagi pemerintah jika ingin membuat suatukebijakan khawatir tidak diterima olehmasyarakat. Tapi penting bagi pemerintah untukmemahami karakter dan kebutuhan masyarakatagar setiap kebijakan yang dibuat berkenaandengan masyarakat setempat dapat berjalandengan baik.

2) Gathering knowledge about the localcommunity. Mengumpulkan pengetahuanmenyangkut informasi mengenai masyarakatsetempat. Pengetahuan tersebut merupakaninformasi faktual tentang distribusi pendudukmenurut umur, seks, pekerjaan, tingkatpendidikan, status social ekonomi, termasukpengetahuan tentang nilai sikap, ritual dancustom, jenis pengelompokan, serta factorkepemimpinan baik formal maupun informal.Sebelum meluncurkan suatu program untukmasyarakat pesisir dan nelayan dalam rangkamembangun kekuatan maritim hendaknyapemerintah melakukan survey dan pendalamandata-data yang menyangkut masyarakat.

3) Identifying the local leaders.Segala upaya

pemberdayaan masyarakat akan sia-sia jikatidak mendapat dukungan dari pimpinan dantokoh-tokoh masyarakat setempat. Makafaktor kepemimpinan dan ketokohan lokalsangat diperhtungkan karena memiliki pengaruhyang kuat pada masyarakat lokal. Masyarakatmelayu Kepulauan Riau sangat menghargaiposisi tokoh didalam masyarakat baik tokohagama, adat dan pemuda. Apabila bisamerangkul tokoh kemungkinan sangat bisamerangkul semua masyarakat terutama tokohagama, bangsa Melayu sangat menghargaiorang yang berilmu.

4) Stimulating the community to realize that itproblem. Masyarakat perlu pendekatanpersuasif agar mereka sadar bahwa merekapunya masalah yang perlu dipecahkan dankebutuhan yang perlu dipenuhi. Masyarakatkepulauan Riau selain terbuka dengan siapapundan selalu menerima dengan ramah kepada parapendatang juga memiliki sikap pemalu dansensitif. Maka perlu pendekatan persuasif untukmenyelesaikan suatu persoalan.

Berdasarkan kajian diatas maka untuk memwu-judkan Kepualaun Riau sebagai kekuatan maritimedi tanah air dan umumnya menjadikan Indonesiasebagai poros maritime global maka pembangunanberbasis manusia menjadi suatu keharusan danwajib dilakukan agar pembangunan maritimeditanah air bisa menjadi kenyataan. Pembangunanyang bebasis manusia akan menjadi pilar utamadalam membangun kekuatan maritime yang dimulaidari masyarakat yang berada di kawasan pesisirkarena mereka orang yang paling pertamabersentuhan dengan maritime, setidaknya merekaharus memiliki kemandirian atau dengan istilahmasyarakat mandiri sebagaimana menurut Ndraha(1990) menegaskan konsep masyarakat mandiridapat dioperasionalisasikan menjadi beberapapetunjuk, yaitu;1) Kemampuan masyarakat untuk mengusahakan

dan memelihara atau merawat segenap sumber,asset dan cara yang ada baik yang berbentukfisik maupun non fisik. Konsep pembangunanyang baik serta diiringi dengan fasilitas yangmemadai tidak akan bertahan lama jika tidak

MEMBANGUN KEKUATAN MARITIM BERBASIS PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT) DI KEPULAUAN RIAU

Page 334: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN325

mendapat dukungan dari masyarakat terutamamasyarakat yang berkualitas. Program pening-katan kualitas hidup nelayan contohnya bantuandan fasilitas yang diberikan tiada artinya jikatidak bisa dimanfaatkan dan dijaga olehmasyarakat. Kemampuan masyarakat yangtidak hanya bergantung kepada pemerintahdalam meningkatkan taraf hidup merupakanmodal yang sangat mahal dimiliki oleh negaraini. Akibatnya program pemerintah baikpeningkatan sarana dan sebagainya akantermanfaatkan dengan baik oleh masyarakatketika masyarakat memiliki kemampuankemandirian yang sangat baik. Ini merupakantugas besar bagi pemerintah untuk mewujudkanmasyarakat kepulauan yang mandiri.

2) kemampuan masyarakat untuk bangkit kembalidalam keadaan jatuh atau mundur sebagaiakibat kegagalan dan kekeliruan yang pernahdialaminya. Etos kerja dan pantang mundursebenarnya sudah melekat pada diri masyarakatkepulauan hal ini bisa dilihat dari pekerjaan yangmereka tekuni menantang badai dan musim yangkadang tidak bersahabat. Sekarang bagaimanapemerintah daerah maupun pusat untukmembimbing dan mengarahkan sehinggamasyarakat mampu memaksimalkan potensiyang mereka miliki untuk menjadi lebih baik.

3) kemampuan masyarakat untuk membangunkanatau meningkatkan sumber asset atau peralatanyang ada. Program pemerintah harus meng-arahkan masyarakat untuk tidak selalu meng-gantungkan urusan kepada pemerintah, selaluberharap bantuan. Harus ada program yangsimultan sampai masyarakat mampu untukmenyediakan sumber asset sendiri denganpotensi alam yang ada.

4) kemampuan masyarakat untuk mengusahakan,untuk bangkit, mengembangkan diri danmemberi respon positif terhadap setiapperubahan sosial yang berlangsung.Mentalmasyarakat yang kuat merupakan modal utamadalam pembangunan, pembinaan yang berke-lanjutan serta pendampingan dalam menja-lankan program serta memiliki inovasi dalampekerjaan merupakan langkah baik untukmewujudkan masyarakat yang memiliki

ketahanan terhadap perubahan social. Merekaakan segera mencari alternatif dan solusi dalammenyelesaikan suatu persoalan sehingga tidakselalu menjadi beban pemerintah.

G. PenutupG.1. Simpulandan Rekomendasi Kebijakan

Membangun kekuatan maritime di KepulauanRiau sebagai salah satu pilar pembangunankekuatan maritime di Indonesia atau menjadikanIndonesia sebagai Poros Maritim Global (PMG)harus menjadi cita-cita bersama. Kita dengankekayaan alam yang melimpah terutama padasektor kelautan harus mampu memaksimalkan danmemanfaatkan potensi tersebut untuk kesejah-teraan masyarakat dan mencapai tujuan nasional.Untuk mewujudkan hal tersebut harus dimulai daripenyamaan pemahaman dan persepsi antarapembuat kebijakan dengan masyarakat yangsebagai objek dari kebijakan tersebut. Pemahamanyang sama dimulai dari bawah (masyarakat) akanmemiliki nilai tambah yang mana kebijakan tersebutakan disambut dan dilaksanakan dengan baik olehmasyarakat terutama masyarakat yang tinggal danberinteraksi sehari-hari dengan laut sepertimasyarakat nelayan, masyarakat pesisir danmasyarakat yang berdomisili di kawasan pantai.

Membangun kekuatan maritime berbasispembangunan manusia (human development)merupakan konsep yang sangat strategis terutamamanusia yang tinggal dan berinteraksi dengan lautseperti nelayan dan yang lainnya. Mengingatmereka merupakan actor utama dari membangunkekuatan maritime, mereka garda terdepan dalampembangunan maritime. Maka prioritas dalammembangun kekuatan maritime ini adalah masya-rakat atau manusia yang bersentuhan langsungdengan laut.

Pemberdayaan masyarakat nelayan yang benarserta tepat sasaran sesuai dengan apa yangdiinginkan oleh pemerintah dan apa yang dibu-tuhkan masyarakat menjadi tolok ukur keber-hasilan dalam membangun kekuatan maritime diKepulauan Riau. Pemberdayaan yang berke-lanjutan dan pelibatan masyarakat secara maksimalakan mempercepat proses pencapaian tujuantersebut.

MEMBANGUN KEKUATAN MARITIM BERBASIS PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT) DI KEPULAUAN RIAU

Page 335: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN326

Bagi pemerintah pusat harus memperhatikandan memprioritaskan pembangunan manusiakepada daerah-daerah di Indonesia yang memilikigeografis laut lebih luas dari daratan. Pemerintahpusat jangan hanya melihat Indonesia dengankacamata atau pespektif yang sama, banyak-

banyak daerah-daerah di Indonesia yang belumtersentuh dengan pembangunan artinya tidakmenjadi prioritas pembangunan. Oleh karena itupemimpin yang memahami wilayah dengan baikakan berdampak kepada prioritas pembangunanyang akan dilakukan.

MEMBANGUN KEKUATAN MARITIM BERBASIS PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT) DI KEPULAUAN RIAU

Page 336: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN327

BukuDjalal, Hasyim, 2010, Negara Kepulauan

Menuju Negara Maritim, Jakarta: Jaya.Rahminah, Ema. Syarifah, 2015, Model

Pembangunan Perbatasan BerbasisHuman Development dan HumanSecurity, Jakarta: Mitra Wacana Media

Satria, Arif, 2015, Pengantar SosiologiMasyarakat Pesisir, Jakarta: Buku Obor

Solekhan, Muhammad, 2014, PenyelenggaraanPemerintahan Desa Berbasis PartisipasiMasyarakat, Malang: Setara Press

Daftar Pustaka

Zubaedi, 2014, Pengembangan MasyarakatWacana & Praktek, Jakarta: Kencana

JurnalAfrizal. 2012. “Membangun Sumber Daya

Manusia Kawasan Perbatasan (PerspektifPemberdayaan Pemuda) di ProvinsiKepulauan Riau”. Jurnal Perbatasan, Vol.4, No. 4, hal 352-356

Lasabuda, Ridwan. 2013" Pembangunan WilayahPesisir dan Lautan Dalam PerspektifNegara Kepulauan Republik Indonesia”.Vol. 1, No. 2

MEMBANGUN KEKUATAN MARITIM BERBASIS PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT) DI KEPULAUAN RIAU

Page 337: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN328

PEMENUHAN HAK-HAK TENAGA KERJA INDONESIADI PENAMPUNGAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

TAHUN 2015(Studi Pada Penampungan TKI Di Kota Tanjungpinang)

Oleh:Oksep Adhayanto1

[email protected]

1.1 Latar BelakangProvinsi Kepulauan Riau yang memiliki letak

strategis dalam percaturan dunia internasionalberada sangat berdekatan dengan Negara tetanggaseperti Malaysia dan Singapura tidak hanyamembawa keuntungan tersendiri namun jugamemberikan dampak negatif yang salah satunyaadalah dengan ditetapkannya Provinsi Kepulauan

AbstractPoint deportations were deported through the Riau Islands can be done throughKarimun, Tanjungpinang and Batam. Deported migrant workers into separateissue faced by the managers of shelters Indonesian workers. Services obtainedby Indonesian workers deportees actually start they get from the harbor up toput in place temporary shelter and return back to their home areas. Theproblems that could be addressed in this study is how the government’s role inTanjungpinang in fulfilling the rights of Indonesian Workers who were in theshelter and constraints and what obstacles encountered in meeting the rightsof Indonesian Workers who were in the shelter in Tanjungpinang, Research bythe author this is the kind of survey research method is descriptive-analyticthat is by examining directly towards research supported by primary data andsecondary data. Associated with the government’s role in Tanjungpinang infulfilling the rights of migrant workers who were in the shelter and in factbased on the results of the research found already running properly. Related tothe rights acquired by migrant workers and over at the shelter, among otherseat and drink, bedding, health services, counseling and so forth have beencarried out. Constraints and obstacles in fulfillment of the rights of migrantworkers and that there dipenampungan while transit Tanjungpinang amongother budget-related handling of TKI B starting from arrival until departure inreception.

Keywords: Tanjungpinang, Shelter TKI, TKI-B

Riau sebagai salah satu titik pemulangan TKI yangdideportasi dari kedua Negara tersebut.

Selain itu juga, Provinsi Kepulauan Riau bukansaja sebagai titik pemulangan TKI, akan tetapi jugamenjadi titik strategis dalam pengiriman TKI keluar negeri baik legal maupun illegal.

Di satu sisi, TKI yang bekerja diluar negerimerupakan penyumbang terhadap devisa Negara

1 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Page 338: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN329

sehingga memiliki arti penting dalam prosespembangunan yang terjadi di Republik ini. Namun,disisi lainnya tidak semua TKI yang bekerja diluarnegeri memiliki izin resmi, tidak jarang juga banyakTKI yang berada diluar negeri yang mengalamipermasalahan pada Negara tujuan sehingga harusdideportasi kembali ke Indonesia.

Pada proses ini, TKI-TKI yang dideportasiuntuk kembali ke Indonesia terlebih dahuludipulangkan melalui pos-pos pemulangan yangterdekat. Dalam kasus TKI yang berada diMalaysia dan Singapura, pos pemulangan TKIyang dideportasi dapat melalui Provinsi KepulauanRiau karena lokasinya yang berdekatan denganNegara tetangga tersebut.

Titik pemulangan TKI yang dideportasi melaluipintu Provinsi Kepulauan Riau dapat dilakukanmelalui Kabupaten Karimun, Kota Tanjungpinangdan Kota Batam. Dapat dikatakan hampir setiapbulan titik-titik penampungan yang berada pada 3lokasi ini selalu menerima TKI yang di deportasisebelum dipulangkan ke daerah asal masing-masing.

Selanjutnya, kondisi TKI yang berada ditempat-tempat penampungan menjadi isu yangstrategis terhadap upaya perlindungan bagi TKIselama proses transisi sebelum dipulangkan ketempat asalnya. Kondisi penampungan yangmemiliki keterbatasan baik dari segi fasilitasmaupun sumberdaya pengelolanya tidak jarangmenjadi permasalahan dalam proses pemberiankenyamanan terhadap TKI.

Satu hal yang perlu menjadi catatan adalah paraTKI yang ada dipenampungan sementara tetapmemiliki hak untuk memperoleh kenyamanan atasfasilitas yang mereka terima dan hal itu tentunyamenjadi tanggungjawab pemerintah. Penyediaansarana dan prasarana yang memadai menjadi suatukeharusan yang dilakukan oleh pemerintah dalammelayani para TKI yang dideportasi. Perlakuanterhadap para TKI harus bersifat manusiawidengan tidak menyamakan para TKI tersebutdengan “tahanan”.

Tidak sampai hanya disitu, beban moral yangdihadapi oleh para TKI yang dideportasi menjadipersoalan tersendiri yang dihadapi para pengelolatempat-tempat penampungan TKI. Untuk itu juga,

perlu adanya pendampingan khusus bagi para TKIdalam memberikan ketenangan terhadap kondisikejiwaannya. Suasana lain tidak jarang pula terjadisaat TKI-TKI yang dideportasi dalam kondisihamil dan memiliki anak kecil.

Pelayanan yang didapat oleh TKI-TKI yangdideportasi sejatinya mulai mereka peroleh sejakdari pelabuhan sampai dengan ditempatkansementara ditempat penampungan dan pemulangankembali ke daerah asal mereka. Namun tidakjarang juga pada moment-moment tertentuketersediaan sarana dan prasarana tidak ber-banding lurus dengan jumlah TKI yang adasehingga menyebabkan ketidaknyamanan yangdiperoleh oleh TKI selama masa penampungan.

Penelitian ini dilakukan dalam upaya untukmelihat berjalan atau tidaknya hak-hak TKI yangberada di penampungan di Provinsi KepulauanRiau. Dengan menitik beratkan pada 3 lokasipenampungan yang ada.

1.2 Identifikasi MasalahDari penjelasan di atas dapat ditarik intisari

masalah yang ada dalam penelitian ini, yakni masihterdapatnya kekurangan yang ada pada tempatpenampungan Tenaga Kerja Indonesia yang adadi Provinsi Kepulauan Riau sehingga menye-babkan tidak terpenuhinya hak-hak Tenaga KerjaIndonesia yang berada di penampungan yang adadi Provinsi Kepulauan Riau.

1.3 Rumusan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah di atas,

berikut rumusan masalah yang dapat dikemukakandi dalam penelitian ini:a. Bagaimana peran pemerintah Kota Tanjung-

pinang dalam pemenuhan hak-hak TenagaKerja Indonesia yang ada di penampungan?

b. Kendala dan hambatan apa saja yang dihadapidalam pemenuhan hak-hak Tenaga KerjaIndonesia yang ada di penampungan di KotaTanjungpinang?

1.4 Tujuan PenelitianAdapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:a. Untuk mengetahui sejauhmana peran pemerin-

PEMENUHAN HAK-HAK TENAGA KERJA INDONESIA DI PENAMPUNGAN PROVINSI EPULAUAN RIAU TAHUN 2015

Page 339: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN330

tah Kota Tanjungpinang dalam pemenuhan hak-hak Tenaga Kerja Indonesia yang ada dipenampungan.

b. Untuk mengetahui Kendala dan hambatan apasaja yang dihadapi dalam pemenuhan hak-hakTenaga Kerja Indonesia yang ada di penam-pungan di Kota Tanjungpinang.

1.5 Ruang Lingkup PenelitianAgar penelitian ini menjadi lebih fokus didalam

pembahasannya maka perlu dibuat pembatasanpenelitian dalam bentuk penentuan ruang lingkuppenelitian.

Substansi akan penelitian ini adalah membahastentang pemenuhan hak-hak Tenaga Kerja Indo-nesia yang berada di penampungan yang ada diKota Tanjungpinang. Pembahasan selanjutnya ten-tu akan dikorelasikan dengan hak-hak asasi manu-sia sebagaimana yang diatur didalam konstitusi danperaturan perundang-undangan yang ada.

Ruang lingkup penelitian ini juga difokuskanpada instansi terkait seperti Dinas SosialKabupaten/Kota yang memiliki tempat penam-pungan, Disnakertrans kabupaten/kota yangmemiliki tempat penampungan.

1.6 Metodelogi Penelitian1.6.1 Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ini adalahtermasuk jenis Penelitian survey dengan metodeyang bersifat deskriptif–analitis yaitu dengan carameneliti secara langsung terhadap penelitian dengandidukung data primer dan data sekunder.

1.6.2 Lokasi PenelitianAdapun yang menjadi lokasi penelitian dalam

penelitian ini adalah penampungan TKI yang adadi Kota Tanjungpinang.

1.6.3 Alat Pengumpul Dataa. Wawancara

Yaitu data yang Penulis peroleh denganmelakukan wawancara langsung atauinterview yang ditujukan kepada dinas-

dinasi terkait yang ada di penampungan.b. Quisioner

Yaitu suatu daftar pertanyaan yang disusunterlebih dahulu oleh Penulis untuk disebarkankepada dinas-dinas terkait penanganan TKIB yang ada di penampungan.

1.7 Kerangka Teori1.7.1 Tenaga Kerja Indonesia

Fenomena keberadaan Tenaga Kerja Indonesia(TKI) di luar negeri bukanlah suatu hal yang baru.Jika dilihat dari catatan sejarah, kepergian wargaIndonesia untuk bekerja di luar negeri dimulai padaabad XIX. Hal ini berkaitan dengan kebijakanpemerintah kolonial Belanda yang menempatkanwarga Indonesia ke Suriname dan Kaledonia Baruuntuk menjadi kuli kontrak. Namun demikian,faktor geografis dan budaya yang berdekatandengan Malaysia juga telah mendorong kepergianwarga negara Indonesia secara sukarela ke negaratersebut sejak masa lampau2.

Pasal 1 bagian (1) Undang-Undang Nomor 39Tahun 2004 tentang Penempatan dan PerlindunganTenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, TKIadalah setiap warga negara Indonesia yangmemenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalamhubungan kerja untuk jangka waktu tertentudengan menerima upah.

Sementara itu dalam Pasal 1 Kep. Mana-kertrans Republik Indonesia No. Kep 104A/Men/2002 tentang penempatan TKI keluar negeridisebutkan bahwa TKI adalah baik laki-lakimaupun perempuan yang bekerja di luar negeridalam jangka waktu tertentu berdasarkanperjanjian kerja melalui prosedur penempatan TKI.

1.7.2 Hak-Hak Tenaga Kerja IndonesiaSalah satu masalah mendasar yang dihadapi

Indonesia disepanjang perjalanan menjadi bangsayang merdeka adalah masalah pengangguran,dimana pemerintah dengan berbagai upaya yangtelah dilakukan untuk mengurangi akan tingkatpengangguran. Upaya yang ditempuh pemerintahdalam persoalan pengganguran dari waktu ke

2 Indonesia Development Information Services (IDIS), Komplesitas Mekanisme Penempatan BMP Ke Luar Negeri: BeberapaPermasalahan dan Solusinya, Jakarta, 2007, hlm. 2.

PEMENUHAN HAK-HAK TENAGA KERJA INDONESIA DI PENAMPUNGAN PROVINSI EPULAUAN RIAU TAHUN 2015

Page 340: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN331

waktu ditempuh melalui berbagai pendekatanpembangunan bertumpu pada pertumbuhanekonomi (production contered development).Namun pada kenyataanya masalah ketenaga-kerjaan di Indonesia masih banyak yang belum bisadiatasi oleh pemerintah3, termasuk permasalahantenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri.

Persoalan Tenaga Kerja Indonesia yangbekerja di luar negeri merupakan persoalan yangberkaitan dengan hak asasi untuk memperta-hankan hidup dan hak untuk meningkatkan tarafhidup manusia. Secara filosofis, Tenaga KerjaIndonesia (TKI) atau Tenaga Kerja Wanita(TKW) itu muncul sejalan dengan hukum ekonomiyaitu permintaan dan penawaran. Di satu sisi adaNegara yang membutuhkan tenaga kerja (per-mintaan) di sisi lain ada ketersediaan tenaga kerjadi Negara lain (penawaran). Dari pertemuanantara permintaan dan penawaran inilah terjadinyakesepakatan akan adanya tenaga kerja asing yangdapat bekerja di suatu Negara. Untuk meng-hindarkan terjadinya tindakan yang melanggarhukum maka telah diatur dalam berbagai aturanmengenai perlindungan terhadap hak-hak pekerjaantar Negara ini (migrant worker)4.

Kewajiban negara untuk melindungi warganegara dan kepentingannya itu kini telah diterimadan telah berlaku sebagai prinsip universalsebagaimana tercermin dalam berbagai ketentuanhukum internasional, baik yang berupa hukumkebiasaan maupun hukum internasional tertulis,misalnya ketentuan Konvensi Wina 1961 tentangHubungan Diplomatik (Vienna Convention onDiplomatic Relation), yang telah diratifikasiPemerintah Indonesia dengan Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 1 Tahun 19825.

Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun2004, penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI bertujuan untuk:

1. memberdayakan dan mendayagunakan tenagakerja secara optimal dan manusiawi;

2. menjamin dan melindungi calon TKI/TKI sejakdi dalam negeri, di negara tujuan, sampaikembali ke tempat asal di Indonesia;

3. meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluar-ganya.Perlindungan TKI di dasarkan kepada UU No

No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan danPerlindungan Tenaga Kerja Indonesia di LuarNegeri. Berdasarkan Pasal 2 UU No No. 39Tahun 2004, Penempatan dan perlindungan calonTKI/TKI berasaskan kepada keterpaduan,persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial,kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi,serta anti perdagangan manusia

Pemerintah Indonesia baik pusat maupundaerah harus selalu siap apabila negara tetanggasetiap saat melakukan deportasi terhadap WNI.Kesiapan ini selalu dituntut karena upayapemerintah negara tetangga untuk mendeportasiWNI tidak akan berhenti sepanjang masih terdapatWNI ilegal di negara tetangga tersebut. Hal inididasarkan pada sejarah hubungan antara negaraIndonesia dengan negara-negara tetangga diwilayah perbatasan, dimana terjadi migrasipenduduk Indonesia ke negara-negara tetanggabaik secara legal maupun ilegal untuk berbagaitujuan. Salah satu peristiwa yang menjadi catatankhusus dalam hubungan bilateral antara Indonesiadengan Malaysia misalnya adalah peristiwaNunukan pada tahun 2002 yang dapat disebutsebagai tragedi tenaga kerja Indonesia yangbekerja di Malaysia6.

1.7.3 Pendeportasian Tenaga KerjaIndonesia

Walaupun sudah dianggap menjadi pahlawandevisa bagi negara dan keluarga, kepulangan TKI

3 Jannes Eudes Wawa, Ironi Pahlawan Devisa, Jakarta, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2005, hlm 39.4 Okky Cahyo Nugroho, Kajian Atas Pelanggaran HAM TKW Diluar Negeri, Studi Kasus Di Provinsi Sumatera Utara dan

Disadur Dari Hasil Penelitian Pusat Penelitian Hak-Hak Kelompok Khusus Tahun 2010, Jurnal HAM, Volume 3 Nomor 2Desember 2012, Jakarta, 2012, Hlm. 84.

5 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional, Laporan Pertanggungjawaban Hukum Tentang TanggungjawabLembaga Pengerah Tenaga Kerja (PPTKIS) Dalam Pemenuhan Hak-Hak Tenaga Kerja, Badan Pembinaan Hukum Nasional,Kementerian Hukum dan HAM RI, Jakarta, 2012, Hlm. 12.

6 Sabar, Peran Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Nunukan Dalam Menanangani Tenaga Kerja Indonesia(Studi Kasus TKI Yang Dideportasi Dari Malaysia), Jurnal Ilmu Pemerintahan, Universitas Mulawarman, 2015, hlm. 469.

PEMENUHAN HAK-HAK TENAGA KERJA INDONESIA DI PENAMPUNGAN PROVINSI EPULAUAN RIAU TAHUN 2015

Page 341: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN332

ke Indonesia tidaklah semeriah penyambutanseperti orang pulang haji, apa lagi mereka yangdipulangkan dengan cara deportasi. Selainkegembiraan, ratap tangis juga mewarnai kepu-langan buruh migran Indonesia ini. Bagi peme-rintah, terutama pemerintah daerah yang menjaditempat debarkasi puluhan ribu orang yangdideportasi, TKI hanya akan menjadi masalah.Pertambahan penduduk secara tiba-tiba dapatmemicu kerawanan sosial, ancaman kriminalitas,pelanggaran HAM dan lainnya7.

Selanjutnya, khusus TKI yang di deportasi keKota Tanjungpinang dapat dilihat pada tabelberikut ini:

Tabel 3.2Deportasi TKI ke Tanjungpinang

Sumber: Puslitfo BNP2TKI

Selanjutnya, bagi para TKI yang dideportasikerap selain mengalami depresi juga mengalamikondisi-kondisi yang tidak mengenakkan pada saatpemulangan ke daerah asalnya seperti mengalamipemerasan, pelecehan dan lain sebagainya. Untukitu, sistem pemulangan TKI harus dijalankansecara bertanggungjawab meliputi8:1. Peningkatan pengawasan terhadap kepulangan

TKI di border dan setiap debarkasi daritindakan oknum yang akan merugikan tenagakerja.

2. Melakukan pemantauan di border dan setiap

debarkasi terhadap tenaga kerja yang meng-alami kekerasan selama bekerja di luar negeri.

3. Memonitor dan mengevaluasi sistem perlin-dungan tenaga kerja di setiap embarkasi dandebarkasi.

4. Pencatatan kasus-kasus yang terjadi padatenaga kerja di setiap embarkasi dan de-barkasi.

5. Pelaporan tentang kondisi pelayanan tenagakerja di setiap embarkasi dan debarkasi.

6. Mengantar TKI ke daerah asal denganpengawasan aparat kepolisian.

Terkait dengan perlindungan bagi Tenaga KerjaIndonesia yang bekerja di luar negeri adalahdengan memberikan perlindungan yang dapatmenjangkau keberadaan TKI yang bekerja ke luarnegeri mulai9:1. Perlindungan hukum selama pengerahan,

sebelum dan selama pemberangkatan tenagakerja Indonesia

2. Perlindungan yang berhubungan denganpelaksanaan perjanjian kerja di luar negeri

3. Perlindungan hukum pekerja migran Indonesiasetelah perjanjian kerja berakhir.

1.8 Hasil Pembahasan1.8.1 Peran Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota Dalam PemenuhanHak-Hak Tenaga Kerja Indonesia yangada di Penampungan.

Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satutempat pemulangan TKI B, adapun pintu masukpemulangan TKI B di Provinsi Kepulauan Riauantara lain melalui Kota Batam dan KotaTanjungpinang. Berikut jumlah kedatangan TKI Bmelalui Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinangkurun waktu tahun 2014 sampai dengan Tahun2015.

No Tahun Jumlah

1. 2010 22.244

2. 2011 15.850

3. 2012 7.864

4. 2013 17.748

7 Ahmad Jamaan, Perlindungan Pasca Pemulangan TKI di Malaysia, Perpustakaan Universitas Riau, Pekanbaru, hlm. 58.8 Yenny As, Kelemahan Sistem Perlindungan Hukum Terhadap Buruh Migran Implikasinya dengan Terjadinya Trackffiking,

tt.9 HLM. P. Rajagukguk, Perlindungan Hukum Buruh Migran Indonesia, Majalah Arena Hukum No. 7 Tahun 1999.

PEMENUHAN HAK-HAK TENAGA KERJA INDONESIA DI PENAMPUNGAN PROVINSI EPULAUAN RIAU TAHUN 2015

Page 342: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN333

Berdasarkan tabel di atas jumlah TKI B yangmasuk melalui Pelabuhan Sri Bintan PuraTanjungpinang tahun 2014 berjumlah 12.398(belum termasuk bulan Juli sampai denganDesember 2014) dan tahun 2015 berjumlah14.485 (belum termasuk bulan November danDesember tahun 2015). Mengingat besarnyajumlah TKI B yang masuk ke Kota Tanjungpinangtentunya dapat menimbulkan masalah tersendirikhususnya masalah sosial jika tidak dikeloladengan baik.

Untuk itu, sejak tahun 2009, Pemerintah KotaTanjungpinang telah membentuk Satuan Tugas

guna menangani pemulangan TKI B yang melaluiPelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang melaluiKeputusan Walikota Tanjungpinang Nomor 244Tahun 2009 tentang Satuan Tugas (Satgas) PosKoordinasi (Posko) Penanganan TKI Bermasalah(TKI-B) dan Keluarganya yang Di DeportasiMalaysia Melalui Debarkasi Kota Tanjung-pinang10.

Selanjutnya, pada tahun 2010, PemerintahProvinsi Kepulauan Riau telah menerbitkan SuratKeputusan Gubernur Provinsi Kepulauan RiauNomor 27 Tahun 2010 Tentang Satuan Tugas(Satgas) Penanganan Pekerja Migran Bermasalah

No Bulan Tahun

Keterangan 2014 2015

1. Januari 2.365 1.561

2. Februari 2.297 1.112

3. Maret 2.237 - Tidak Ada Data

4. April 2.130 2.072

5. Mei 1.863 1.193

6. Juni 1.506 1.992

7. Juli - 1.993

8. Agustus - 1.284

9. September - 1.522

10. Oktober - 1.756

11. November - - Tidak Ada Data

12. Desember - - Tidak Ada Data

Jumlah 12.398 14.485

Jumlah KedatanganTKI B Di Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang

Tahun 2014-2015

Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber

1 0 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hak-Hak Sipil dan Politik, Peran Pemerintah Daerah Diwilayah Perbatasan DalamMelindungi Warga Negara Indonesia Yang Dideportasi, Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta, 2010, Hlm. 69.

PEMENUHAN HAK-HAK TENAGA KERJA INDONESIA DI PENAMPUNGAN PROVINSI EPULAUAN RIAU TAHUN 2015

Page 343: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN334

Sosial (PMBS) di Provinsi Kepulauan Riau.Instansi yang menjadi ketua dalam Satgas ini adalahDinas Sosial Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau.

Terkait dengan pelayanan yang diberikan kepadaTKI B yang berada dipenampungan sudah dijalankansesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku. Kendati,tempat penampungan Transito ini bukan dikhususkanguna untuk menampung TKI B”11.

Pada RPTC di Batam sesekali memangdijadikan tempat penampungan para TKI B yangakan dipulangkan ke daerah asalnya masing-masing. Namun dikarenakan Tanjungpinangsebagai salah satu tempat debarkasi pemulanganTKI B maka lebih banyak TKI B yang dipulangkanmelalui Kota Tanjungpinang”12.

Selanjutnya, sesuai aturan di Provinsi Kepu-lauan Riau terdapat 3 debarkasi pemulangan TKIB dari Malaysia, dan Kabupaten Karimun salahsatunya. Namun, pada kenyataannya pemulanganTKI B lebih banyak dilakukan melalui debarkasiTanjungpinang. Pada prinsipnya, kita (kabupaten

Karimun, pen) siap menerima pemulangan TKI Bdari debarkasi Karimun”13.

Berkaitan dengan sarana dan prasarana dipenampungan Transito dirasakan cukup memadaidimana terdapat mushala, kamar mandi, fasilitasolah raga dan lain sebagainya. Walaupun padawaktu-waktu tertentu tidak cukup memberikankenyamanan jika TKI B yang dideportasi danberada dipenampungan terlalu banyak. Namun halitu hanya terjadi beberapa hari menjelangpemulangan TKI B ke daerah asalnya masing-masing”14.

Berdasarkan penemuan dilapangan tidak semuaTKI B yang dideportasi langsung dipulangkan kedaerah asalnya, namun terlebih dahulu ditempatkandi Rumah Penampungan sementara untuk me-nunggu jadwal pemulangan ke daerahnya.Berdasarkan data di Rumah Penampungan TraumaCenter (RPTC) Kota Tanjungpinang dapat dilihatjumlah TKI B yang pernah singgah kurun waktu2014-2015 sebagaimana berikut ini:

1 1 Hasil wawancara dengan Petugas di Penampungan Transito Tanjungpinang, Tanggal 12 Oktober 2015.1 2 Hasil wawancara dengan Petugas di RPTC Batam, Tanggal 15 Oktober 2015.1 3 Hasil wawancara dengan Pegawai Dinas Sosial Kabupaten Karimun, Tanggal 15 Oktober 2015.1 4 Ibid.

PEMENUHAN HAK-HAK TENAGA KERJA INDONESIA DI PENAMPUNGAN PROVINSI EPULAUAN RIAU TAHUN 2015

Page 344: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN335

Berdasarkan tabel di atas, jumlah TKI B diRPTC Kota Tanjungpinang pada tahun 2014sebanyak 4.861 orang dan 899 orang pada tahun2015. Hal ini tentu harus mendapat perhatian seriusdari pemerintah agar hak-hak TKI B selamaberada di penampungan tidak terabaikan.

Hasil wawancara dengan Satgas pemulanganTKI B terkait dengan pemulangan TKI B,diupayakan selaras dengan jadwal kapal yangmenuju ke Jakarta dan selanjutnya menuju daerahasal masing-masing TKI B. Sehingga tidak perlulagi ditempatkan di penampungan sementara.

Terkait peran pemerintah Kota Tanjungpinangdalam pemenuhan hak-hak TKI B dipenampunganberdasarkan informasi yang diperoleh sudahdipenuhi mulai dari makan, minum, ruang tidur,

kamar mandi dan lainnya dengan bekerjasamadengan instansi lainnya yang terhimpun didalamSatgas penanganan TKI B kota Tanjungpinang”15.Dan kedepan setiap permasalahan yang timbulakibat pemulangan TKI B harus ditata sebaikmungkin agar hak-hak TKI B baik selama prosespemulangan maupun berada di penampungandapat terjamin”16.

Berkaitan koordinasi yang dilakukan antarinstansi dalam penanganan TKI B yang dipu-langkan dari Malaysia diperoleh informasi bahwa,khusus pemulangan TKI B di Tanjungpinang telahdilakukan koordinasi antar instansi terkait sepertiimigrasi, dinas sosial, dinas perhubungan dan lainsebagainya dalam rangka memperlancar pemu-langan TKI B ke daerah asalnya”17.

No Bulan 2014 2015 Ket

Wanita Anak Wanita Anak

1. Januari 465 20 316 10

2. Februari 475 47 195 9

3. Maret 374 48 348 21

4. April 426 35 - - Tidak Ada Data

5. Mei 325 25 - - Tidak Ada Data

6. Juni 312 25 - - Tidak Ada Data

7. Juli 603 45 - - Tidak Ada Data

8. Agustus 258 23 - - Tidak Ada Data

9. September 329 39 - - Tidak Ada Data

10. Oktober 328 28 - - Tidak Ada Data

11. November 290 28 - - Tidak Ada Data

12. Desember 290 23 - - Tidak Ada Data

Jumlah 4.475 386 859 40

Jumlah

Total 4.861 899

Jumlah Kedatangan TKI B Di RPTC Tanjungpinang Tahun 2014-2015

Sumber: RPTC Tanjungpinang Tahun 2015

1 5 Hasil wawancara dengan Petugas di Penampungan Transito Tanjungpinang, Tanggal 12 Oktober 2015.1 6 Hasil wawancara dengan Satgas Penanganan TKI B Tanjungpinang, Tanggal 15 Oktober 2015.1 7 Ibid.

PEMENUHAN HAK-HAK TENAGA KERJA INDONESIA DI PENAMPUNGAN PROVINSI EPULAUAN RIAU TAHUN 2015

Page 345: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN336

Berdasarkan informasi diatas, dapat dijelaskanbahwa pemerintah Provinsi Kepulauan Riau melaluiunit kerja di bawahnya seperti satgas penangananTKI B di Kota Tanjungpinang telah berjalan denganbaik sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.Dan tentunya perlu untuk ditingkatkan lagimengingat bukan tidak mungkin kedepan aruspemulangan TKI B khususnya yang berasal dariMalaysia masih tetap diberlakukan oleh PemerintahMalaysia.

1.8.2 Kendala dan hambatan yang dihadapidalam pemenuhan hak-hak TenagaKerja Indonesia yang ada di penam-pungan di Provinsi Kepulauan Riau.

Terkait dengan kendala dan hambatan dalammemenuhi hak-hak TKI B yang berada dipenampungan di Provinsi Kepulauan Riau, terdapatbeberapa hal yang menjadi kendala serius dandibutuhkan perhatian khusus guna membenahipersoalan tersebut antara lain permasalahananggaran, sumberdaya manusia, sarana danprasarana.

Salah satu kendala yang dihadapi dalammengurus TKI B yang berada di penampunganadalah ketika jumlah TKI yang datang banyaksehingga tidak memadai dengan kondisi sarana danprasarana yang dimiliki oleh penampungan Transito.Dan tidak jarang juga para TKI B melakukankomplain kepada petugas18.

Khusus petugas yang bertugas mengawasi TKIB yang berada dipenampungan Transito, selain daripetugas penampungan Transito sendiri, jugadibantu oleh Dinas Sosial Kota Tanjungpinang,Kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja KotaTanjungpinang. Karena jika mengandalkan petugasyang berasal dari Penampungan Transito terkadangtidak mencukupi”19.

Informasi di atas sejalan dengan hasil penelitianyang dilakukan oleh Deni Yudha Setiawan20,sebagaimana kutipannya berikut ini:

“Tanjungpinang merupakan salah satukota yang tingkat pemulangan para tenagakerja Indonesia bermasalah (TKI-B) yangdi deportasi dari Malaysia sangat tinggi.Dalam seminggu, jadwal pemulangan TKI-B tersebut bisa mencapai 3-4 hari. Misalnya,dalam pemulangan TKI-B minggu ini dijadwalkan mulai dari hari selasa-sabtu.Kepulangan para TKI-B yang dideportasidari Malaysia ke Tanjungpinang ini meli-batkan 5 (lima) satuan tugas (satgas)diantaranya Dinas Sosial dan Tenaga Kerjakota Tanjungpinang, Dinas Perhubungankota Tanjungpinang, Kepolisian KawasanPelabuhan, dan Kantor Kesehatan Pela-buhan Kelas II Tanjungpinang melalui pintumasuk pelabuhan Internasional sri bintanpura. Selanjutnya para TKI-B di tampungdi transito yang berada di jalan. D.I PanjaitanKm.8 Tanjungpinang.”

Selanjutnya, bagi para TKI B yang beradadipenampungan tidak jarang ada pihak-pihak yangmengakui sebagai keluarga dari TKI B danberkeinginan untuk menjemput TKI B tersebut.Namun sebagai petugas kita (petugas, pen) tidakmembenarkan hal tersebut karena kita khawatirTKI B tersebut akan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab”21.

Berdasarkan informasi yang diperoleh selamadi tempat penampungan, petugas berupaya untukmemberikan hak-hak para TKI B seperti makanminum, pelayanan kesehatan bagi ibu dan anakatau para TKI B yang sakit, pemberian informasiakan kepulangan mereka ke daerah asalnya tanpaada pembatasan hak-hak mereka”22.

Kedepan diharapkan semua pemulanganterhadap TKI B tidak lagi semata-mata meng-andalkan debarkasi Tanjungpinang namun jugamengaktifkan debarkasi lainnya seperti di Batamdan Karimun sehingga beban tersebut tidak

1 8 Hasil wawancara dengan Petugas di Penampungan Transito Tanjungpinang, Tanggal 12 Oktober 2015.1 9 Ibid.2 0 Deni Yudha Setiawan, Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKI-B) Di Tanjungpinang, Skripsi, Program Studi Sosiologi

Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, 2013.2 1 Hasil wawancara dengan Petugas di Penampungan Transito Tanjungpinang, Tanggal 12 Oktober 2015.2 2 Hasil wawancara dengan Petugas di Penampungan Transito Tanjungpinang, Tanggal 12 Oktober 2015.

PEMENUHAN HAK-HAK TENAGA KERJA INDONESIA DI PENAMPUNGAN PROVINSI EPULAUAN RIAU TAHUN 2015

Page 346: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN337

semata-mata ditanggung oleh Satgas PenangananTKI B Kota Tanjungpinang, mengingat beratnyauraian tugas yang mesti dijalankan dalammenangani TKI B”23.

Jika ditelusuri lebih jauh hanya kota Batam yangtelah memiliki penampungan sementara yakniRPTC, sedangkan Kabupaten Karimun sebagaisalah satu debarkasi tidak memiliki tempatpenampungan sementara. Yang menjadi kendaladalam penanganan TKI B di Kabupaten Karimunadalah Kabupaten Karimun tidak memiliki tempatpenampungan sementara sebagaimana Kota Batamdan Tanjungpinang”24

1.9 Kesimpulana. Terkait dengan peran pemerintah Kota

Tanjungpinang dalam pemenuhan hak-hak TKIB yang ada di penampungan sesungguhnyaberdasarkan hasil penelitian ditemukan sudahberjalan sebagaimana mestinya. Peran tersebutdilakukan melalui pembentukkan SatgasPenanganan TKI B di tingkat Provinsi danKabupaten Kota, khususnya Kota Tanjung-

pinang. Terkait dengan hak-hak yang diperoleholeh TKI B selama di penampungan antara lainmakan minum, tempat tidur, pelayanan kese-hatan, konseling dan lain sebagainya sudahdijalankan dengan baik.

b. Kendala dan hambatan apa saja yang dihadapidalam pemenuhan hak-hak TKI B yang adadipenampungan sementara transito atau RPTCkota Tanjungpinang. Kedala tersebut antara lainterkait dengan anggaran penanganan TKI Bmulai dari kedatangan, di penampungan sampaidengan kepulangan.

1.10 Rekomendasia. Perlu perhatian khusus terhadap TKI B di

penampungan jika kondisi jumlah TKI B yangdideportasi banyak.

b. Perlu peningkatan sarana prasarana baikdipenampungan atau pada proses pemulanganTKI B ke daerah asalnya seperti kendaraanbus.

c. Perlu pengaktifan lebih lanjut terkait debarkasidi Kabupaten Karimun dan Kota Batam.

2 3 Hasil wawancara dengan Satgas Penanganan TKI B Tanjungpinang, Tanggal 15 Oktober 2015.2 4 Hasil wawancara dengan Pegawai Dinas Sosial Kabupaten Karimun, Tanggal 15 Oktober 2015.

PEMENUHAN HAK-HAK TENAGA KERJA INDONESIA DI PENAMPUNGAN PROVINSI EPULAUAN RIAU TAHUN 2015

Page 347: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN338

A. Buku-bukuAhmad Jamaan, Perlindungan Pasca Pemu-

langan TKI di Malaysia, PerpustakaanUniversitas Riau, Pekanbaru, tt.

Deni Yudha Setiawan, Tenaga Kerja IndonesiaBermasalah (TKI-B) Di Tanjungpinang,Skripsi, Program Studi Sosiologi UniversitasMaritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang,2013.

HLM. P. Rajagukguk, Perlindungan HukumBuruh Migran Indonesia, Majalah ArenaHukum No. 7 Tahun 1999.

Indonesia Development Information Services(IDIS), Komplesitas Mekanisme Penem-patan BMP Ke Luar Negeri: BeberapaPermasalahan dan Solusinya, Jakarta,2007.

International Organization for Migration, MigrasiTenaga Kerja Dari Indonesia(GambaranUmum Migrasi Tenaga Kerja Indonesiadi Beberapa Negara Tujuan Di Asia danTimur Tengah), Jakarta, 2010.

Jannes Eudes Wawa, Ironi Pahlawan Devisa,Jakarta, PT Kompas Media Nusantara,Jakarta, 2005.

Okky Cahyo Nugroho, Kajian Atas Pelang-garan HAM TKW Diluar Negeri, StudiKasus Di Provinsi Sumatera Utara danDisadur Dari Hasil Penelitian PusatPenelitian Hak-Hak Kelompok KhususTahun 2010, Jurnal HAM, Volume 3Nomor 2 Desember 2012, Jakarta, 2012.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem HukumNasional, Laporan PertanggungjawabanHukum Tentang TanggungjawabLembaga Pengerah Tenaga Kerja(PPTKIS) Dalam Pemenuhan Hak-HakTenaga Kerja,Badan Pembinaan HukumNasional, Kementerian Hukum dan HAMRI, Jakarta, 2012.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hak-Hak Sipildan Politik, Peran Pemerintah DaerahDiwilayah Perbatasan Dalam Melin-dungi Warga Negara Indonesia YangDideportasi, Kementerian Hukum danHAM, Jakarta, 2010.

Rachmat Sa’fat, Buruh Perempuan: Perlin-dungan Hukum dan Hak Asasi Manusia,IKIP, Malang, 1998.

Sabar, Peran Dinas Sosial Tenaga Kerja danTransmigrasi Kabupaten NunukanDalam Menanangani Tenaga KerjaIndonesia (Studi Kasus TKI YangDideportasi Dari Malaysia), Jurnal IlmuPemerintahan, Universitas Mulawarman,2015.

B. Peraturan Perundang-UndanganUndang-Undang Dasar Negara Kesatuan

Republik Indonesia Tahun 1945.Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang

Penempatan dan Perlindungan TenagaKerja Indonesia di Luar Negeri.

Daftar Pustaka

PEMENUHAN HAK-HAK TENAGA KERJA INDONESIA DI PENAMPUNGAN PROVINSI EPULAUAN RIAU TAHUN 2015

Page 348: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN339

RESIPROSITAS NELAYAN TRADISIONAL PERBATASANDENGAN KELOMPOK NELAYAN ASING DI

KECAMATAN BUNGURAN UTARA PULAU NATUNA

Oleh :Nanik Rahmawati

Dosen Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Maritim Raja Ali Haji

AbstrakKepulauan Riau merupakan wilayah yang berbatasan dengan beberapa negara.Kekhas-an dari wilayah tersebut adalah, bahwa batas yang di miliki adalah bataslaut (perairan). Berbeda dengan wilayah perbatasan Indonesia yang pada umumnyahanya berbatas untuk wilayah daratannya saja, maka di wilayah Kepulauan Riaupada umumnya laut adalah pembatasnya. Kondisi tersebut kemudian memunculkanpola-pola kehidupan baru yang lahir di kehidupan masyarakat perbatasan. Natunasebagai salah satu daerah perbatasan, memiliki karakteristik sosial tersendiri jika dilihat dari aktifitas masyarakatnya. Aktifitas ekonomi masyarakat Natuna lebih didominasi oleh sektor perikanan. Umumnya adalah aktifitas nelayan tradisional yangmasih sangat bergantung pada laut sebagai sector utama dalam bidang ekonomimereka. Yang dalam kenyataannya, wilayah Natuna merupakan wilayah perbatasanyang cukup menggiurkan bagi datangnya nelayan asing beserta kapal-kapal tongkangyang siap beroperasi di wilayah perairan tersebut. Sistem dagang tradisional yangdilaksanakan dalam kegiatan ekonomi masyarakat setempat dengan kapal-kapalasing tersebut kemudian berlangsung setiap hari, sepanjang kebutuhan merekaterpenuhi. Hubungan timbale balik yang terjadi antara nelayan tradisional Natunadengan nelayan asing (baik Taiwan maupun Singapura), merupakan aktifitas sosialkkhas yang tidak mudah terhapus begitu saja. Hal ini karena hubungan yang terjalinbukan hanya hubungan ekonomi, tetapi lebih kepada hubungan timbal balik antaradua belah pihak yang saling menguntungkan. Resiprositas pada kehidupan masyarakatnelayan Natuna merupakan sebuah tatanan tersendiri di luar hokum dagang yangtelah diatur baik oleh hukum negara maupun hukum internasional. Systemperdagangan dengan menjual langsung hasil tangkapan kepada kapal asing yangdilakukan di tengah laut, terjadi secara terus menerus di tengah maraknya penertibankapal-kapal asing yang masuk ke perairan Indonesia. Ikatan-ikatan sosial yangterjalin lama membuat hubungan dagang menjadi hubungan yang sangat kompleks.Ikatan pribadi atas dasar kepercayaan antar bangsa, meskipun dengan bataskomunikasi karena terbatas oleh kemampuan bahasa masing-masing. Namun, tatanannilai dan norma yang terjalin diantara kedua kelompok mampu memberikankeuntungan pada masing-masing pihak, secara ekonomi maupun non ekonomi. Meskidi sisi lain akan di temui sebuah pelanggaran dari sebuah tatanan hukum normatifdari setiap aktifitas yang dilakukan. Resiprositas menunjukkan bahwa nilai-nilai dariberbagai jenis dapat dipandang sebagai media atau alat dalam sebuah transaksi

Page 349: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN340

A. Latar BelakangKepulauan Riau (Kepri) merupakan daerah

yang di dominasi oleh laut. Luas Wilayahnya adalah251.810 km, dengan luas wilayah lautan 241.215km (96%) dan daratan 10.595 km (4%). Sesuainamanya, maka secara geografis wilayah provinsiKepri terdiri dari wilayah laut, yang kemudianuntuk batas-batas wilayah satu dengan wilayahlainnya juga adalah batas laut. Kepri jugamerupakan wilayah perbatasan. Sebagai salah satuwilayah perbatasan yang ada di Indonesia, Keprimemiliki ciri khas. Jika wilayah lain di Indonesiayang berbatasan dengan negara lain memiliki batasdaratan seperti Kalimantan dengan Malaysia,ataupun Irian jaya dengan Papua Nugini, makaprovinsi tidak begitu dengan Kepri. Kepri denganSingapura di batasi oleh laut. Begitu juga antaraKepri dengan negara Malaysia. Antara dua negaratersebut, laut yang menjadi batas wilayahnya. Jikabatas daratan mudah di lihat dengan tanda tertentu,maka batas laut tidaklah demikian. Di lautan, batasteritorial tidak selamanya di tunjukkan denganberdirinya tower di tengah laut. Jika di daratterdapat pos penjagaan petugas keamanan dangapura, maka batas laut tidaklah demikian. Iahanya bisa di ketahui dengan penggunaan alattertentu, yang menyatakan batas teritorial negaramasing-masing. Hal itu juga telah di atur dan disepakati dalam aturan dan perundang-undangantentang batas teritorial negara. Bagian Utara Kepriberbatasan dengan Vietnam dan Kamboja. BagianSelatan berbatasan dengan provinsi Babel danJambi. Bagian Barat berbatasan dengan Singapura,Malaysia dan Riau, dan bagian Timur berbatasandengan Malaysia dan Kalimantan Barat.

Kabupaten Natuna merupakan kabupaten yangbertempat di bagian utara Provinsi Kepri. Natunamerupakan salah satu kabupaten kota di Kepriyang memiliki sumber daya laut yang sangatbanyak. Letaknya sangat strategis. Apalagi jika dikaitkan dengan peningkatan akses ke pasar global,

sosial, dimana Konsensus terhadap nilai tersebut berfungsin untuk memperluastransaksi yang melampaui kontak sosial yang bersifat langsung.

Kata Kunci : Resiprositas, Nelayan, Wilayah Perbatasan

maka Natuna adalah simpul transportasi lautInternasional (Bappeda Kepri, 2014). Beragamjenis ikan yang di hasilkan oleh laut Natuna,membuat Natuna menjadi di kenal oleh banyaknegara. Beberapa negara asing yang memilih untukmembeli ikan-ikan Natuna umumnya berasal dariCina, Vietnam, dan Kamboja. Isu letak strategisyang kemudian membuat hubungan dagang yangterjadi diantara keduanya menjadi hubungandagang yang belanjut dari tahun ke tahun.Umumnya yang di perdagangkan adalah hasil lautseperti Ikan. Napoleon dan Kerapu adalah jenisikan yang paling banyak di cari oleh negara-negaratersebut. Guna membeli ikan-ikan tersebut,umumnya kapal-kapal asing kemudian mendekatke wilayah-wilayah terdekat dengan tetapmemperhitungkan batas. Meski dalam kenya-taannya, ada saja armada/kapal yang melewatigaris batas wilayah teritorial Indonesia. Dansebagai wilayah perbatasan, pemerintah provinsiKepri memiliki beberapa program yang salahsatunya adalah program tentang peningkatankesadaran dan penegakan hukum dalam penda-yagunaan sumberdaya laut. Hal ini menyikapibeberapa fenomena yang hadir bahwa sumberdayalaut Natuna sangat menggiurkan bagi siapa saja,tak terkecuali pihak luar (negara asing). Salah satudaerah yang menjadi tujuan adalah perairanNatuna, di wilayah kecamatan Bunguran Utara.

Bunguran Utara Natuna, dengan sumber dayaalam yang kaya, secara umum masyarakatnyamemiliki karakteristik yang mirip dengan nelayanpulau Natuna lainnya. Secara sosiologis, karak-teristik masyarakat pesisir berbeda dengankarakteristik masyarakat agraris. Hal ini terjadikarena perbedaan sumber daya yang di hadapi.Nelayan Bunguran Utara Natuna umumnya adalahnelayan tradisional. Mereka umumnya adalahnelayan marginal yang sangat rentan terhadapsegala perubahan. Baik perubahan iklim maupunperubahan kebijakan, bahkan termasuk harga.

RESIPROSITAS NELAYAN TRADISIONAL PERBATASAN DENGAN KELOMPOK NELAYAN ASING DI KEC. BUNGURAN UTARA PULAU

Page 350: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN341

Rentan pula terhadap berbagai macam ancamanmakin menipisnya sumber daya. Sebagaimana diketahui, bahwa sumber daya perikanan sangatterbuka aksesnya. Karakteristik tersebut menye-babkan nelayan harus berpindah-pindah gunamendapatkan hasil yang maksimal. Maka, nelayanmemiliki resiko tinggi terhadap hal tersebut. Meski,di sisi lain nelayan menjadi pribadi-pribadi yangcenderung mandiri.

Dengan wilayah laut yang sangat luas dansumber daya laut yang begitu banyak, membuatnelayan sangat bergantung pada laut. Sistem oneday one fishing adalah sistem yang umumnyadilakukan oleh nelayan-nelayan tersebut. Merekamelaut dengan kapal-kapal dan alat tangkaptradisional hingga ke tengah laut, dan pulang padahari yang sama. Hasil yang di dapatkan umumnyaadalah untuk konsumsi keluarga atau sebagianlainnya di jual pada pengepul ikan yang tersebardi beberapa tempat di wilayah Bunguran Utara.

Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya,kondisi laut Natuna membuat banyak kapal dannelayan asing merapat mendekati laut Natuna.Dimana nelayan asing (Vietnam, Kamboja)kemudian banyak berinteraksi dengan masyarakat/nelayan lokal. Hubungan yang terjalin diantarakeduanya berawal dari hubungan dagang, dimanamasing-masing pihak ingin mendapatkan keun-tungan dari kegiatan tersebut. Nelayan asingumumnya ada dalam posisi sebagai pembeli hasillaut. Nelayan asing membeli hasil tangkapannelayan lokal Bunguran Utara. Tidak semua jenisikan di jual pada nelayan asing tersebut, namunjenis ikan tertentu saja seperti Kerapu danNapoleon. Hubungan dagang tersebut berlanjutterus menerus. Antara dua kelompok nelayan yangberbeda negara tersebut menjalin hubunganmelebihi hubungan dagang. Terdapat nilai dannorma yang di sepakati bersama, selain aturan jualbeli yang di sepakati. Hubungan sosial yang terjalinbegitu erat antara nelayan lokal dengan nelayanasing, serta resiprositas yang ada menjadi hal yangmenarik untuk di kaji secara Sosiologis. Mengingat,resiprositas tersebut kadang justru tidak sejalandengan aturan normatif yang di berlakukan dalamhubungan dagang antar negara dan yang terkaitdengan batas teritorial negara. Tulisan ini ingin

mengkaji bagaimana fenomena sosial tersebutmelembaga di wilayah perbatasan negara kesatuanRepublik Indonesia.

B. Metode PenelitianPenulis menggunakan pendekatan kualitatif

untuk memberikan penjelasan pada kajian ini.Observasi dilakukan terhadap aktifitas yangdilakukan oleh masyarakat di Bunguran Utara.Wawancara mendalam dilakukan dengan aktoryang terlibat. Data yang di kumpulkan antara lainadalah pernyataan nelayan tentang hubungandagang dengan nelayan asing, sistem kerjasama,hingga bagaimana hubungan erat bisa terjalindiantara kedua pihak. Termasuk, hal-hal yangberkaitan dengan hubungan timbal balik sepertitentang tujuan dan keuntungan yang di dapatkanpihak-pihak yang terlibat.

C. Tinjauan PustakaMasyarakat merupakan sekumpulan manusia

atau orang yang membentuk sebuah sistem sosial,dimana di dalamnya terdapat komunikasi satudengan yang lainnya serta memiliki tujuan-tujuantertentu. Upaya manusia untuk memenuhi kebu-tuhan dan tujuannya tersebut, dilakukan denganterjalinnya hubungan dengan manusia atau denganorang lain yang kerap dikenal dengan istilahinteraksi sosial. Interkasi dalam hubunganmasyarakat menyangkut hubungan timbal balik,baik antar individu, antar kelompok, maupunkelompok dengan kelompok. Hal tersebut terjadikarena manusia adalah makhluk sosial yangsenantiasa memiliki ketegantungan dengan oranglain.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering sekali ditemui bahwa untuk memenuhi kebutuuhanhidupnya, manusia memiliki tindakan-tindakanyang di dalamnya terdapat hubungan timbal balikyang saling menguntungkan dan bertujuan.Berangkat dari pemenuhan kebutuhan ekonomi,pertukarang dalam bentuk barang dan jasa, hinggapertukaran yang dilakukan dalam bentuk apa sajadengan hitungan dan imbalan-imbalan yangdianggap sepadan. Bahkan, pertukaran yangdilakukan bukan hanya untuk pemenuhan kebu-tuhan saja, melainkan juga dijadikan sebagai alat

RESIPROSITAS NELAYAN TRADISIONAL PERBATASAN DENGAN KELOMPOK NELAYAN ASING DI KEC. BUNGURAN UTARA PULAU

Page 351: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN342

untuk menciptakan hubungan-hubungan tertentu,yang kemudian melembaga, sehingga tercapailahtujuan yang di harapkan oleh kedua belah pihak.

Sebagaimana yang di kemukakan oleh GeorgeSimmel, bahwa dalam hubungan antara orang perorang, terdapat dorongan atau motivasi dalam diriseorang individu untuk senantiasa berkontakdengan individu lain adalah agar terpenuhinyakebutuhan dan tujuan tertentu. Interaksi yangdilakukan berlanjut pada timbal balik hingga pihak-pihak yang terlibat mendapatkan kepuasan tertentuatau keuntungan dari perilaku tersebut.

Peter M. Blau menjelaskan, pertukaran sosialyang melihat tingkah laku manusia kemudianmenggabungkannya dengan struktur masyarakatyang lebih luas (negara, organisasi, atau kelom-pok). Blau menyatakan bahwa dalam pertukaransosial, terdapat perilaku-perilaku yang akanmendatangkan imbalan. Bahwa pertukaran sosialmenurut Blau adalah terdapatnya orang-orangyang kemudian tertarik pada satu dengan lainnyakarena bermacam alasan. Dimana alasan tersebutmemungkinkan mereka untuk membentuk asosiasiatau organisasi sosial. Jika ikatan-ikatan sudahterbentuk, maka imbalan yang di berikan adalahupaya untuk mempertahankan serta menguatkanikatan-ikatan itu. Namun, ada kemungkinan lainyang sangat mungkin terjadi. Apabila imbalan yangdi terima tidaklah seimbang, maka akan memper-lemah ikatan sosial yang ada, bahkan bisamenghancurkan asosiasi.

Bila satu kelompok di dalam asosiasi membu-tuhkan sesuatu dari kelompok lain, tapi tidakmungkin mengembalikannya dalam jumlah yangseimbang, maka biasanya ada beberapa kemung-kinan yang terjadi seperti : memaksa orang lainuntuk menolongnya, mencari sumber lain sebagaibantuan untuk memenuhi kebutuhannya, bertahantanpa memperoleh yang di butuhkan, dan taklukpada orang-orang yang memberikan bantuan padamereka. (Raho, SVD, 2007).

Analisa resiprositas atau pertukaran sosialcocok di tingkat interpersonal. Diasumsikan bahwatransaksi dalam pertukaran sosial akan terjadiapabila kedua belah pihak dapat memperolehkeuntungan dari pertukaran tersebut. Dan bahwakesejahteraan masyarakat umumnya dapat dengan

baik di jamin bila individu di biarkan mengejarkeuntungan dan kepentingan pribadinya melaluipertukaran yang di sepakati secara pribadi.

Levi Straus menyatakan, bahwa pertukaransosial di bedakan menjadi dua, pertukaranlangsung dan pertukaran tidak langsung. Dalampertukaran langsung, anggota kelompok ataukedua belah pihak terlibat dalam transaksipertukaran langsung. Dalam pertukaran langsungjuga kedua belah pihak cenderung menekankankeseimbangan atau persamaan. Biasanya terdapatikatan emosional anatar pihak yang terkait. Namun,dalam pertukaran tidak langsung. Anggotakelompok biasanya menerkima sesuatu daripasangan lain yang ia berikan sesuatu yangberguna. Dan pertukaran tidak langsung menyum-bang pada integrasi dan solidaritas yang lebih kuatpada kelompok-kelompok yang lebih besardengan cara yang efektif. Pertukaran tidaklangsung dapat menghasilkan suatu tingkat integrasisosial yang lebih tinggi dalam keseluruhan sistem,daripada yang terjadi secara segmental padapertukaran langsung.

Terdapat hukum yang di patuhi bersama dalamterjalinnya pertukaran sosial (resiprositas). Dimanahukum dan sistem hukum yang ada senantiasaberhubungan dengan sistem hukum yang berlakudalam masyarakat setempat. Terdapat hukum yangdi akui bersama, dimana anggota masyarakatsenantiasa meyakini makna dan aturan yang adadalam kehidupan tersebut. (Satjipto, 2010).

D. PembahasanD.1. Karakteristik Sosial Masyarakat Pesisir

Bunguran Utara pulau NatunaNatuna adalah salah satu kabupaten di wilayah

provinsi Kepri yang masih memiliki pendudukbermatapencarian nelayan dan sebagian besarnyaadalah nelayan tradisional. Di KecamatanBunguran Utara salah satunya. Umumnya merekaadalah suku Melayu, meski juga di jumpaibeberapa yang mengaku adalah keturunan daribeberapa suku yang ada di Indonesia. Masyarakatumumnya tinggal di sepanjang pesisir pulau. Tidakheran jika pengetahuan masyarakat terkait denganlingkungan, mata pencaharian, teknologi sederhanayang dimiliki adalah hal-hal yang berkaitan dengan

RESIPROSITAS NELAYAN TRADISIONAL PERBATASAN DENGAN KELOMPOK NELAYAN ASING DI KEC. BUNGURAN UTARA PULAU

Page 352: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN343

keberadaan mereka sebagai nelayan.Pengetahuan mengenai gejala alam, terkait

dengan musim melaut dan hal lainnya terkait denganaktifitas yang berhubungan dengan laut mem-perlihatkan bahwa masyarakat setempat masihsangat bergantung pada alam, dalam hal ini lautsebagai yang utama. Pengetahuan masyarakatumumnya adalah pengetahuan yang di dapatkansecara turun temurun. Segala hal yang di ketahuioleh nenek moyang dan orang tua mereka padazaman dahulu, di tularkan dan dan diajarkan padagenerasi berikutnya. (CRITS-COREMAP, Natuna2014).

Secara sosiologis, karakteristik masyarakatpesisir berbeda dengan karakteristik masyarakatagraris. Hal ini terkait dengan perbedaankarakteristik sumber daya yang di hadapi.Masyarakat pesisir dalam hal ini nelayan, bersifatkhas. Meski, terlihat umum di wilayah perairanIndonesia. Umumnya mereka berpindah-pindahdalam mencari ikan. Berpindah-pindah tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan hasil maksimal,dengan resiko yang cukup tinggi tentunya. Nelayandi Bunguran Utara Natuna umumnya adalahnelayan tradisional, dengan alat tangkap tradi-sional, rentan resiko, dan sangat bergantungdengan alam. Nelayan setempat rentan terhadapcuaca. Begitu cuaca sedang tidak bagus untukmelaut,maka nelayan memilih untuk tidak melaut.Dengan begitu, maka terdapat satu hari dimanamereka tidak mendapatkan hasil laut. Dan, merekatidak mendapatkan penghasilan di hari itu. Jikasudah dalam keadaan seperti itu, nelayan Bungurankerap menggantungkan hidupnya dengan sistempinjam kepada tauke setempat.

Nelayan di Bunguran Utara Natuna, selain dicirikan dengan kepemilikan alat tangkat yang masihsangat tradisional dan minim, nelayan tradisionalBunguran Utara juga tergolong nelayan yangumumnya rntan terhadap segala perubahan. Dalamkehidupan sehari-hari, nelayan tradisional tersebutlebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhansendiri. Alokasi hasil tangkap yang di jual,digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Khususnyauntuk kebutuhan pangan keluarga. Bukan digunakan untuk kebutuhan atau modal usahaberikutnya. Maka, kebanyakan terikat dengan

sistem hutang piutang pada tauke.Sejak tahun 1990, nelayan-nelayan pulau

tersebut mencoba peruntungan lain. Setiap kapalasing (Vietnam, Kamboja, Hongkong) yangdatang, mereka mencoba menjual hasil tang-kapannya pada kapal asing. Berharap bahwa hargayang di berikan sedikit diatas harga yang biasanyamereka dapatkan. Penjualan tersebut dilakukanlewat pengepul di desa tersebut. Biasanya,terdapat satu atau dua orang yang memiliki modalsedikit lebih, dan mampu menjadi pengepul ikandari nelayan tradisional setempat. Dan berikutnyaikan-ikan tersebut di jual kepada kapal asing yangtengah merapat atau bahkan bersandar di pulautersebut.

Nelayan di Indonesia umumnya adalah nelayanyang memiliki ciri menyerupai tipe komunitas petanidan desa terisolasi. Mereka memiliki identitas yangkhas, jumlahnya terbatas, dan homogen (ArifSatria, 2015). Solidaritas yang mereka milikiumumnya adalah solidaritas mekanik. Hubungankekeluargaan diantara mereka terjalin sangat baik.Pada masyarakat dengan tipe seperti itu, belumberlaku hukum formal dalam mengatur kehidupan.Terdapat pola-pola normatif, serta sedikitketergantungan. Secara umum, nelayan BunguranUtara mirip seperti penggambaran nelayantradisonal pada umumnya. Masih memegang nilai-nilai normatif, termasuk dalam hubungan mereka.Identitas yang khas di tunjukkan dengan kese-harian yang di miliki.

D.2. Struktur Sosial Masyarakat PesisirBunguran Utara Kabupaten Natuna

Struktur sosial (Kornblum) merupakan polaperilaku berulang-ulang yang menciptakanhubungan antar individu dan antar kelompok dalammasyarakat (Satria, 2015). Dalam hal ini, struktursosial yang di maksudkan adalah struktur yangterbentuk dari hubungan jual beli antara nelayantradisional pulau Laut dengan nelayan asing yangmerapatkan kapalnya di wilayah perairan pulauNatuna.

Masyarakat kawasan pesisir menghadapimasalah-masalah sosial yang sangat komplek.Masalah-masalah tersebut saling terkait antara satudengan yang lain. Wilayah yang sulit diakses oleh

RESIPROSITAS NELAYAN TRADISIONAL PERBATASAN DENGAN KELOMPOK NELAYAN ASING DI KEC. BUNGURAN UTARA PULAU

Page 353: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN344

transportasi membuat nelayan-nelayan lokal tidakmampu menjual hasil tangkapan ke luar Natuna.Nelayan-nelayan lokal pada akhirnya membentuksistem sendiri dengan sistem jual beli dengannelayan lain yang lebih berdaya secara ekonomi.Cukup modal, dan biasanya mereka mampumenjadi pengepul. Nelayan-nelayan yang minimsumberdaya, alat tangkap yang masih tradisional,umumnya menjual hasil tangkapannya memaluipengepul ikan setempat. Untuk selanjutnya,pengepul yang akan menjual hasil tangkapannelayan tersebut kepada kapal-kapal asing yangmerapat ke wilayah perairan Bunguran Utara.

Patron klien menjadi salah satu ciri masyarakatBunguran Utara. Umumnya mereka bergantungpada satu orang tauke sebagai pengepul ikan-ikanhasil tangkapan mereka. Oleh pengepul, ikan-ikantersebut yang umumnya di jual pada nelayan asingyang kapal-kapalnya merapat mendekat diperairan pulau Natuna. Ikan yang di jual padakapal asing adalah Kerapu dan Napoleon. Cirihubungan nelayan dengan para tauke adalah:Hubungan antar pelaku yang menguasai sumberdaya tidak sama, hubungan khusus yang merupa-kan hubungan pribadi dan mengandung keakraban,serta hubungan yang di dasarkan atas salingmenguntungkan.

Sistem penjualan melalui pengepul untukselanjutnya menjual kembali pada kapal-kapalasing adalah sistem yang umumnya dilakukan olehnelayan perbatasan. Perlu di ketahui, bahwahubungan dagang antar negara yang dilakukan olehnelayan tradisional Bunguran Utara dengannelayan-nelayan asing telah menghasilkan hu-bungan yang sangat erat. Dimana hal ini adalahbagian dari struktur yang terbentuk dalamkehidupan sosial di Bunguran Utara.

D.3. Resiprositas Nelayan tradisional dengannelayan asing di Bunguran Utara Ka-bupaten Natuna

Nelayan tradisional adalah nelayan yangumumnya memiliki sumber daya terbatas. Memilikialat tangkap yang minim, masih tradisional, danumumnya memperoleh hasil laut yang minim danhanya di peruntukkan bagi kebutuhan ekonomikeluarga. Nelayan tradisional umumnya adalah

nelayan yang sangat menggantungkan hidupnyapada alam termasuk untuk pemenuhan kebutuhanhidup mereka.

Nelayan Bunguran Utara adalah nelayan yangterkategori nelayan tradisional. Alat tangkap yangdimiliki masih sangat sederhana. Umumnyamenggunakan sampan atau kapal kecil untukmencari ikan di laut. Nelayan menghadapi sumberdaya yang open access. Nelayan-nelayan tersebutmelakukan pencarian hasil tangkapan hingga kelokasi dengan jarak yang sangat jauh. Hal inidilakukan guna memaksimalkan hasil pencarian hariitu. Wilayah laut Bunguran Utara Natuna yangmemiliki potensi hasil laut yang cukup tinggi,menjadikan wilayah ini tidak hanya di jadikansebagai tempat mencari ikan bagi nelayantradisional, melainkan juga oleh nelayan asing.Beberapa kapal asing yang biasa masuk adalahkapal Vietnam, termasuk kapal Hongkong. Sepertipengakuan salah seorang nelayan :

“kami melaut dekat sini dah lame. Daridulu jaman nenek kami, kami dah melautdisini. Tapi dulu, tak jauh kami pegi. Kalauharus pegi cari ikan, tak seperti sekarangjauhnya. Pun, dari dulu kami dah tahu adakapal orang luar tu. Kami sering menjualikan sama orang tu”

Bahwa, nelayan Bunguran Utara Natuna telahlama menjalin hubungan dagang dengan nelayanasing. Kerjasama yang dilakukan umumnya adalakerjasama dalam perdagangan. Nelayan Natuna,seperti yang di jelaskan sebelumnya adalahnelayan tradisional yang minim akses. Sehingga,mereka membutuhkan ruang untuk bisa bagimereka menjual hasil tangkapan yang merekadapatkan hari itu. Selama ini, penjualan akan hasiltangkapan di jual melaluin pengepul ikan yang adadi wilayah tersebut. Mereka sering menyebutnyadengan sebutan tauke ikan. Ada beberapa jenisikan yang di jual, seperti Kerapu dan Napoleon.Dan, hanya jenis ikan besar yang biasanya di jualke pengepul ikan. Ikan kecil, umumnya di jualpada pengepul. Namun oleh pengepul, ikan jenislain biasanya di jual di sekitar pulau tersebut, danbiasanya di beli oleh masyarakat setempat.

Keberadaan nelayan asing memiliki fungsi lain.

RESIPROSITAS NELAYAN TRADISIONAL PERBATASAN DENGAN KELOMPOK NELAYAN ASING DI KEC. BUNGURAN UTARA PULAU

Page 354: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN345

Nelayan-nelayan tersebut adalah nelayan yangdatang menggunakan kapal dengan bendera negaratertentu. Memasuki wilayah perairan Natunakarena mengganggap bahwa pulau Natuna adalahpulau yang kaya, dan mampu memberikan manfaatdan keuntungan bagi mereka. Nelayan asing adalannelayan yang sengaja datanag untuk bisa men-dapatkan ikan sebanyak-banyaknya dari lautNatuna. Sepanjang keberadaan nelayan di pulautersebut, maka nelayan Vietnam maupun nelayanTiongkok biasanya menunggu hasil tangkapannelayan tradisional. Penjualan dilakukan melaluitauke sebagai perantara. Dengan alur penjualandari nelayan tradisional ke pengepul (tauke), taukeke nelayan asing.

Nelayan asing umumnya berada di kepulauanNatuna dalam kurun waktu tertentu. Bisa sampai2 minggu dalam setiap kali merapat. Seringnyakapal asing yang masuk dengan nelayan asing didalamnya, menjadikan ada hubungan dagang yangterjalin sangat erat antara nelayan Bunguran UtaraNatuna dengan nelayan asing tersebut. Hubunganyang awalnya adalah hubungan dagang, makalambat laun menjadi hubungan sosial yang memilikinilai dan norma tersendiri yang erat diantarakeduanya.

Menurut pengakuan salah seorang warga desaKelarik, yang keluarganya adalah nelayan, bahwaapa yang dilakukan ayah dan keluarganya adalahmenjalin hubungan yang baik dengan nelayan asingtersebut. Di luar hubungan dagang, nelayan lokalbanyak merasakan manfaat dari hadirnya kapalasing di perairan tersebut. Mereka bisa menjualikan lebih cepat karena kapalnya yang letaknyalebih dekat, tidak harus menyimpan terlalu lama,yang pada akhirnya akan menurunkan nilai jual.

Kesulitan yang dialami oleh nelayan lokalumumnya adalah masalah yang terkait denganpenjualan maupun pengawetan ikan ynag mem-butuhkan garam dan es batu. Nelayan BunguranUtara Natuna selama ini mendapatkan dua jenisbarang tersebut dengan harga yang sangat tinggi,karena keduanya umumnya di datangkan dariPontianak. Namun, dengan adanya kapal asingyang merapat, masyarakat setempat merasa bisamendapatkan garam dan es batu yang merekabutuhkan secara gratis. Garam dan es di berikan

oleh nelayan asing secara cuma-cuma kepadanelayan lokal sebagai bentuk terima kasih karenatelah menjual hasil tangkapan pada mereka. Selainitu, garam dan es batu yang di di berikan olehnelayan asing juga merupakan bentuk terima kasihatas penerimaan akan kehadiran sebagai pendatangyang selalu mendapatkan perlakuan baik darimasyarakat setempat. Hubungan timbal balik yangterjadi antara dua kelompok nelayan tersebutmerupakan hubungan sosial yang sudah lamaterjalin.

Sebagai wilayah perbatasan, Natuna senantiasadi hadapkan pada masalah batas teritorial. Terkaitdengan batas laut, maka yang seringkali terjadiadalah masuknya kapal-kapal dari negara lain yangmasuk melewati batas yang telah di tentukan.Menurut pengakuan dari beberapa nelayan,mereka kerap mendapati kapal dari Vietnam danHongkong masuk ke perairan Indonesia. Jikadalam hukum negara, masuknya kapal asing keperairan dalamnegeri adalah sebagai ancaman,maka bagi nelayan Bunguran Utara menganggapkeberadaan nelayan asing adalah hal yangmenguntungkan. Sebagai balasan atas kebaikannelayan lokal, nelayan asing sering memberikan esbatu dan garam. Bahkan, nelayan asing seringmemberikan ikan untuk di konsumsi. Selain ikanNapoleon dan Kerapu tentunya, karena dua jenisikan tersebut untuk di jual kembali di negara asal.Terdapat hubungan timbal balik yang sangat baik.Nilai-nilai kekeluargaan sangat baik terjalindiantara keduanya. Saling percaya bahwa tidakakan mungkin orang asinng tersebut akanmelakukan hal-hal yang tidak baik, sangat di yakinioleh nelayan lokal.

Menurut pengakuan salah seorang nelayanBunguran Utara yang lainnya, bahwa sudah sangatbiasa ketika ada kapal asing dengan awaknyamasuk ke perairan Natuna. Bahkan, berbaurdengan nelayan lokal. Kemudian merapatkankapalnya ke pulau tertentu untuk mengambil airbersih. Kadang, mengambil air bersih bersama-sama. Pada saat bersama-sama itu, sering diantaramereka kemudian bertukar cerita, bertukarmakanan. Bahkan, pengakuannya, masyarakatlokal sering mendapat ikan segar untuk di masak.

“mereka kalau merapat, suka bagi kami

RESIPROSITAS NELAYAN TRADISIONAL PERBATASAN DENGAN KELOMPOK NELAYAN ASING DI KEC. BUNGURAN UTARA PULAU

Page 355: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN346

orang ikan-ikan. Apalagi kalau mereka liatkami pegi melaut, dapat ikannnya juga tidakbanyak. Mereka biasanya membagi kamisatu kantong gitulah, cukop untuk lauk”.

Hubungan yang begitu erat diantara duakelompok yang terjadi di Bunguran Utara, menjadipenanda bahwa nilai-nilai yang terjalin erat diantaradua kelompok, melewati batas antar negara.Membentur batas teritorial, yang melarang warganegara asinng masuk ke perkampungan diIndonesia tanpa surat izin resmi. Mengingat, izin-izin kapal tersebut hanyalah izin sampai padawilayah perbatasan saja, bukan sampai masukdalam wilayah perairan Indonesia.

Pengakuan nelayan asing yang di sampaikanoleh nelayan lokal yang memahami komunikasidiantara keduanya, bahwa melalui ABK yangsedikit mampu berbahasa Indonesia menyatakanbahwasannya nelayan lokal sangat baik. Menerimakehadiran nelayan asing, mau bekerja sama. Dan,kadang untuk itu, mereka berkewajiban untukmembalas semua kebaikan-kebaikan tersebut.

Di sisi lain, masyarakat lokal sangat kuatmenggenggam nilai-nilai kehidupan. Mereka kerapberanggapan bahwa tamu yang datang harus dihormati. Nelayan asing yang datang adalah tamubagi mereka. Bahkan sebagian mengganggapsebagai tamu yang sangat baik karena mem-berikan manfaat. Manfaat yang mereka terimaseperti halnya kemudahan menjual hasil laut, sertapemberian-pemberian bantuan akan hal-hal yangsangat di butuhkan. Seperti es batu dan garam.Dan sebaliknya, nelayan bisa menjual ikan sepertiKerapu dan Napoleon hasil tangkapan nelayanlokal. Dengan menjual ikan Kerapu dan Napoleon,nelayan lokal bisa mendapatkan hasil yang lumayanbesar. Untuk ikan Napoleon, harga terendahadalah Rp. 200.000,-. Dan, untuk ukuran besarharganya mencapai jutaan rupiah.

Untuk ikan, umumnya ikan Kerapu danNapoleon yang di jual pada tauke untuk kemudiandi jual lagi pada nelayan asing. Namun, di luar duajenis ikan tersebut, ada saja ikan yang di jual hanyauntuk lingkungan pasar Bunguran Utara. Jenis ikanyang di jual di pasar dan kepada masyarakatadalah jenis ikan karang. Sepanjang nelayan asing

merapatkan kapalnya ke perairan Natuna,masyarakat Bunguran Utara umumnya tahu bahwakeberadaan kapal tersebut adalah terlarang karenamelewati batas territorial. Namun, karena ikatanyang baik dan resiprositas yang terjalin denganadanya kontak individu guna mencapai tujuantertentu, maka hubungan tersebut lebih darihubungan dagang. Namun sudah masuk dalamhubungan dengan segala bentuk motivasi gunatercapainya tujuan masing-masing pihak.

Peter M. Blau menjelaskan, pertukaran sosialyang melihat tingkah laku manusia kemudianmenggabungkannya dengan struktur masyarakatyang lebih luas (negara, organisasi, atau kelom-pok). Blau menyatakan bahwa dalam pertukaransosial, terdapat perilaku-perilaku yang akanmendatangkan imbalan. Bahwa pertukaran sosialmenurut Blau adalah terdapatnya orang-orangyang kemudian tertarik pada satu dengan lainnyakarena bermacam alasan. Dimana alasan tersebutmemungkinkan mereka untuk membentuk asosiasiatau organisasi sosial. Jika ikatan-ikatan sudahterbentuk, maka imbalan yang di berikan adalahupaya untuk mempertahankan serta menguatkanikatan-ikatan itu. Namun, ada kemungkinan lainyang sangat mungkin terjadi. Apabila imbalan yangdi terima tidaklah seimbang, maka akan mem-perlemah ikatan sosial yang ada, bahkan bisamenghancurkan asosiasi.

Dalam pertukaran sosial, atas dasar imbalanyang dianggap saling menguntungkan antara keduabelah pihak, maka resiprositas mampu berjalansepanjang tahun dalam kehidupan masyarakatBunguran. Nilai-nilai yang pada akhirnya terlem-baga melalui pola-pola perilaku dari masing-masing individu, mampu membuat sebuahhubungan yang memiliki ciri khas dalam kehidupanmasyarakat Bunguran. Bahwa imbalan yang diberikan maupun yang di terima (dalam bentukkebendaan) misalnya, adalah sebagai bagian dariusaha untuk memperkuat ikatan-ikatan diantaradua kelompok tersebut. Bahwa kebaikan danpenerimaan masyarakat lokal yang dianggap begitubaik, tanpa curiga dan tanpa pengusiran meskimelewati batas pencarian ikan, adalah sesuatu yangharus di apresiasi oleh kelompok lainnya (nelayanasing).

RESIPROSITAS NELAYAN TRADISIONAL PERBATASAN DENGAN KELOMPOK NELAYAN ASING DI KEC. BUNGURAN UTARA PULAU

Page 356: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN347

E. KesimpulanTelah lama nelayan Bunguran Utara Natuna

menjalin hubungan dagang dengan nelayan asing.Kerjasama yang dilakukan umumnya adalakerjasama dalam perdagangan. Nelayan Natuna,seperti yang di jelaskan sebelumnya adalahnelayan tradisional yang minim akses. Sehingga,mereka membutuhkan ruang untuk bisa bagimereka menjual hasil tangkapan yang merekadapatkan hari itu. Namun, dengan masuknyanelayan asing yang masuk ke wilayah BunguranUtara Natuna, maka hubungan dagang yang terjalindari waktu ke waktu berkembang menjadi hubung-an yang erat, melebihi hubungan dagang biasa.

Minimnya akses dan kemampuan yang dimilikioleh nelayan lokal, membuat nelayan lokalkemudian menemukan jalan cepat untuk menjualikan-ikan hasil tangkapan mereka pada nelayanasing. Di sisi lain, hubungan dagang tersebut sedikitdemi sedikit mengalamiperubahan menjadi

hubungan kekeluargaan yang erat. Nelayan lokalkerap menerima pemberian dari nelayan asingberupa es batu, garam, yang notabene adalah duabahan pengawet ikan, yang selama ini harusmereka beli, bahkan kadang sulit. namun,resiprositas diantara keduanya mampu menim-bulkan keuntungan-keuntungan untuk kedua belahpihak.

Di ketahui, bahwa hubungan tersebut menem-bus batas nilai-nilai territorial. Beberapa kapal yangmerapat membawa nelayan tersebut adalah kapalyang masuk dalam perairan Indonesia (Natuna),yang secara hukum tentu melanggar hukum negara.Namun, pola-pola perilaku yang terlembagakemudian membuat kehidupan masyarakatBunguran Utara tetap tenang, menjalankanhubungan dagang dan hubungan kekeluargaandengan nelayan asing. Tetap menjalankanhubungan-hubungan yang saling menguntungkandiantara kedua belah pihak.

RESIPROSITAS NELAYAN TRADISIONAL PERBATASAN DENGAN KELOMPOK NELAYAN ASING DI KEC. BUNGURAN UTARA PULAU

Page 357: SEMINAR NASIONAL PERBATASAN, KEMARITIMAN ......telah diserahkan kepada panitia dan disajikan dalam rangkaian sesi persentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, selanjutnya akan

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING

SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN348

Arif Satria, 2015, Pengantar SosiologiMasyarakat Pesisir, Fakultas EkologiManusia IPB & yayasan Obor Indonesia,Jakarta.

Anthony Giddens, 2010, Teori Strukturasi,Dasar-Dasar Pembentukan StrukturSosial Masyarakat, Pustaka Pelajar,Jakarta.

Bernard Raho, SVD, 2007, Teori SosiologiModern, Presentasi Pustaka Publisher,Jakarta.

Kusnadi, 2009, Keberdayaan Nelayan &

Daftar Pustaka

Dinamika Ekonomi Pesisir, PusatPenelitian Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Lembaga Penelitian UniversitaJember & Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.

Kurnadi Shahab, Drs, 2007, Sosiologi Pedesaan,Ar-Ruzz Media Grup, Jakarta.

Margareth M. Poloma, 2007, SosiologiKontemporer, Raja Grafindo Persada,Jakarta.

James S. Coleman, 2008, Dasar-Dasar TeoriSosial, Nusa Media, Bandung.

Yesmil Anwar & Adang, 2013, PengantarSosiologi Hukum, Grasindo, Jakarta

RESIPROSITAS NELAYAN TRADISIONAL PERBATASAN DENGAN KELOMPOK NELAYAN ASING DI KEC. BUNGURAN UTARA PULAU