semarang, 31 desember 2019 - e-renggar.kemkes.go.id · kesehatan nasional. dalam pelimpahan...
TRANSCRIPT
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat
dan karunia Nya maka Laporan Kegiatan APBN Satker 04 Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2019 dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Laporan Pelaksanaan Kagiatan sebagai bagian dari Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah merupakan salah satu cara untuk mewujudkan tata kepemerintahan
yang baik (good governance),mendorong peningkatanpelayanan publik dan mencegah
praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Hal ini sekaligus bentuk laporan
akuntabilitas kepada masyarakat umumnya dan Pegawai Negeri Sipil pada khususnya
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mempunyai komitmen dan tekad yang kuat
untuk melaksanakan kinerja organisasi yang berorientasi pada hasil yang berupa output
maupun outcomes
Di sisi yang lain laporan ini juga disusun untuk memberikan gambaran tentang
tingkat keberhasilan kinerja beserta permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan tugas
dalam pengelolaan pelayanan kesehatan sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja.
Sebagai media akuntabilitas kinerja, melalui laporan ini dapat diketahui tingkat
efektivitas dan efesiensi kinerja Satker 04 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun
2019 melalui pelaksanaan kegiatan dengan mendasarkan pada Rencana Kerja Tahunan
2019, Perjanjian Kinerja Tahun 2019 dan Rencana Stratejik 2013-2019 serta Rencana
Kerja (RENJA) Tahun 2019 yang telah ditetapkan.
Semoga Laporan Kegiatan Satker 04 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah ini
selain sebagai media pertanggungjawaban atas mandat yang diemban dan kinerja yang
telah ditetapkan, dapat menjadi sarana evaluasi atas pencapaian kinerja serta memberi
umpan balik bagi upaya perbaikan kinerja pada masa yang akan datang.
Semarang, 31 Desember 2019
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHUALUAN
A. LATAR BELAKANG ……………………………………………….. 1
B. TUJUAN
A. UMUM ……………………………………………………………
B. KHUSUS …………………………………………………………
5
5
C. SASARAN PENILAIAN KINERJA TAHUN 2019 ………………… 7
BAB II HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
A. PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI TAHUN 2019 8
B. PERMASALAHAN …………………………………………………. 12
C. REALISASI ANGGARAN …………………………………………. 13
D. CAPAIAN OUTPUT SESUAI DENGAN PERJANJIAN KINERJA
TAHUN 2019 ………………………………………………………..
14
BAB III PENUTUP 16
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHUALUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan
oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemerintah daerah, memegang peranan penting dalam pembangunan di wilayahnya
termasuk bidang kesehatan dengan berbagai tantangan dan peluang yang ada.
Pembangunan kesehatan di Jawa Tengah harus selaras dengan pembangunan
kesehatan Nasional. Dalam pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah daerah termasuk dalam hal pembangunan kesehatan sebagai upaya
mendukung pencapaian indikator pembangunan kesehatan nasional, Kementerian
Kesehatan melalui dana dekonsentrasi memberikan kewenangan kepada Gubernur
Jawa Tengah sebagai wakil Pemerintah Daerah melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang mendukung pembangunan kesehatan nasional.
Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya
kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui
peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan
peningkatan pembiayaan kesehatan. Peningkatan kebutuhan pelayanan kesehatan
di fasilitas pelayanan kesehatan harus dibarengi dengan peningkatan mutu layanan
dengan penerapan standar penyeleggaraan pelayanan. Diharapkan melalui
standarisasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat terpenuhi upaya
peningkatan mutu pelayanan, pemenuhan fasilitas, prasarana dan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang secara keseluruhan akan mendukung terlaksananya patient
safety.
Di Jawa Tengah, fasilitas pelayanan kesehatan terdiri dari rumah sakit 288
RS, 878 puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lain (laboratorium, klinik) 786
fasyankes. Upaya peningkatan mutu bagi fasilitas pelayanan kesehatan melalui
akreditasi. Jumlah puskesmas yang sudah terakreditasi 874. Kategori kelulusan
akreditasi : Dasar 91 puskesmas, Madya: 474 puskesmas, Utama 270 puskesmas,
Paripurna 39 puskesmas. Rumah sakit yang sudah lulus akreditasi 275 RS. Ketegori
kelulusan : Paripurna 139 RS, Utama 44 RS, madya 28 RS, Dasar 10 RS, Perdana
54 RS. Jumlah laboratorium kesehatan daerah milik kab/kota 35, jumlah laboratorium
kesehatan milik provinsi 1, jumlah laboratorium klinik swasta 155, jumlah patologi
2
anatomi swasta 6. Laboratorium kesehatan (pemerintah dan swasta yang sudah
akreditasi 31 labkes, dengan kategori kelulusan : Lulus penuh 30, Lulus bersyarat 1
Pemenuhan sarana dan prasarana fasilitas penyedia pelayanan kesehatan
sangat penting. Pengelolaan fasilitas kesehatan di rumah sakit, puskesmas dan
fasilitas pelayanan lainnya mencakup aspek pengelolaan dan teknis. Aspek
pengelolaan meliputi perencanaan, pengadaan, instalasi, pengujian dan penerimaan.
Sedangkan aspek teknis merupakan kegiatan lanjutan dari aspek pengelolaan,
meliputi pengoperasian, pelatihan, pemeliharaan dan penghapusan. Keseluruhan
aspek pengelolaan sarana dan prasarana fasyankes ini bermanfaat untuk
keselamatan pasien, ketepatan dan efektivitas pembiayaan. Tetapi tidak semua
fasilitas pelayanan terutama pelayanan primer seperti puskesmas, klinik, dll memiliki
unit pengelola ataupun pemelihara. Untuk memenuhi kebutuhan akan pengelolaan
pemeliharaan bagi fasyankes yang belum mempunyai kemampuan dalam
pengelolaan SPA, perlu dibentuk Regional Maintenance Center (RMC). RMC
sebagai Sistem Rujukan SPA di Fasyankes diharapkan dapat meningkatkan
pelayanan pengelolaan pemeliharan alat , sehingga dapat menjangkau ke fasilitas
pelayanan kesehatan khususnya puskesmas dan RS Pratama, ataupun bergerak. Di
Jawa Tengah,belum ada unit RMC yang terbentuk di kabupaten/kota.
Peningkatan kebutuhan penyelenggara pelayanan kesehatan dalam hal ini
rumah sakit, akan diikuti dengan meningkatnya kebutuhan tenaga kesehatan,
khususnya dokter. Institusi pendidikan selaku produsen tenaga dokter dituntut untuk
ikut berperan dalam menyukseskan diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN). Pendidikan kedokteran diharapkan mampu menghasilkan tenaga
dokter yang cukup baik secara kuantitas dan kualitas. Kuantitas yang cukup dan
kualitas yang baik dari tenaga dokter dihasilkan dari sistem pendidikan yang baik.
Dalam sistem pendidikan kedokteran diperlukan rumah sakit sebagai tempat
pendidikan. Fungsi Rumah Sakit Pendidikan dalam proses pendidikan profesi
kedokteran merupakan jejaring institusi pendidikan kedokteran yang digunakan
sebagai wahana pembelajaran klinik guna mencapai kompetensi berdasarkan
Standar Pendidikan Profesi Kedokteran. Sejalan dengan diberlakukannya Undang-
Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, maka seluruh proses
pelayanan, pendidikan dan penelitian bidang kedokteran di rumah sakit pendidikan
perlu diatur dan ditata ulang agar pelaksanaannya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Sebagai konsekuensi adanya ketentuan tersebut, maka
seluruh rumah sakit yang menjalankan fungsinya sebagai rumah sakit pendidikan
harus dibina dan didorong agar mampu memenuhi standar sebagai rumah sakit
pendidikan.
3
Di Jawa Tengah sampai dengan akhir triwulan I terdapat 273 RS, dan yang
telah ditetapkan sebagai RS Pendidikan baru sebanyak 9 RS. Sementara untuk
institusi pendidikan kedokteran terdapat 7 FK dengan pengelolaan 4 dibawah
pengelolaan DIKTI/Pemerintah Pusat dan 4 Perguruan Tinggi Swasta (PTS).
Pendidikan kedokteran gigi terdapat 4 FKG yang terdiri dari 1 milik DIKTI/Pemerintah
Pusat dan 3 PTS.
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi besar dan
supermarketnya bencana di Indonesia. Dalam PP No 2 tahun 2018 tentang standar
pelayanan minimal (SPM), bahwa SPM Provinsi adalah pelayanan kesehatan bagi
penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan atau berpotensi bencana
dan pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi KLB.. Dalam pencapaian
SPM dan pelayanan emergensi sehari-hari, diperlukan suatu sistem
penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT). SPGDT/PSC 119 sebagai respon
cepat terhadap kasus – kasus emergensi merupakan koordinasi berbagai unit kerja
(multi sektor) dan didukung berbagai kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi)
untuk menyelenggarakan pelayanan terpadu bagi penderita gawat darurat dalam
keadaan sehari- hari/bencana. Di Jawa Tengah yang terdiri dari 35 kabuapten/kota,
telah terbentuk SPGDT/PSC 119 di 34 kabupaten/kota.
Ambulans merupakan unsur penting dalam pelayanan kepada pasien atau
korban. Sehingga bisa dikatakan pelayanan kesehatan / medis tidak bisa berjalan
dengan baik, ketika tidak ada ambulans yang memberi support dalam pelayanan
tersebut. Bahkan keberadaan ambulans bisa mempengaruhi respon time
penanganan GADAR di faskes. Ambulans yang sering dikenal adalah ambulans
transport dan ambulans GADAR. Pada kondisi tertentu, terdapat kerancuan antara
fungsi diantara kondisi tersebut, yaitu ambulans transport, GADAR dan juga kereta /
mobil jenazah. Kerancuan tersebut bisa terajdi karena keterbatasan fasilitas yang
ada, serta belum adanya registrasi ambulans di Kabupaten / Kota. Keberadaan
system register ambulans sangat membantu pemerintah dan masyarakat untuk
mengakses kebutuhan ambulans sesuai kondisi / kebutuhan. Di Jawa Tengah
system register ambulans belum ada.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat telah
berkiprah sejak tahun 1970, dan telah memberi kontribusi yang besar pada
pembangunan kesehatan di Indonesia. Puskesmas dalam menjalankan tugas
fungsinya tidak terlepas dari peran aktif keluarga dalam mendukung pembangunan
kesehatan. Dalam rangka meningkatkan fungsi Puskesmas dalam pembangunan
kesehatan Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program
4
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada dasarnya
merupakan integrasi pelaksanaan program-program kesehatan baik Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) maupun Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) secara
berkesinambungan, dengan target fokus kepada keluarga berdasarkan data dan
informasi dari Profil Kesehatan Keluarga. Pendekatan pelayanan yang
mengintegrasikan UKP dan UKM secara berkesinambungan, dengan target
keluarga, didasari data dan informasi dari profil kesehatan keluarga dan
memberikan intervensi awal bila ada masalah kesehatan terhadap 12 indikator
seperti yang terdapat pada Paket Informasi Kesehatan Keluarga (Pinkesga).
Saat ini di Jawa Tengah sebanyak 878 Puskesmas telah melaksanakan
program ini dengan jumlah keluarga yang telah dikunjungi sebanyak 7.181.208
kepala keluarga, dengan indeks keluarga sehat tingkat Provinsi 0.20 yang berarti
baru 20% keluarga yang terkunjungi masuk dalam kategori keluarga sehat.
Capaian 12 Indikator keluarga sehatan tingkat Provinsi yaitu Keluarga
mengikuti program Keluarga Berencana (KB) 44.71 %, Ibu melakukan persalinan di
fasilitas kesehatan 92.82 %, Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 96.33%, Bayi
mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif 83.31%, Balita mendapatkan pematauan
pertumbuhan 93.52 %, Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai
standar 39.40 %, Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur 21.04
%, Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan 37.38
%, Anggota keluarga tidak ada yang merokok 43.26%, Keluarga sudah menjadi
anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 50.54 %, Keluarga mempunyai akses
sarana air bersih 96.07 Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban
sehat 87.98%.
Setelah keluarga terkunjungi dan IKS serta cakupan 12 inkator diketahui maka
puskesmas harus melakukan intervensi lanjut agar permasalahan kesehatan yang
dialami individu, keluarga dan masyarakat dapat teratasi. Intervensi lanjut
dilaksanakan dengan pendekatan wilayah dan pendekatan program. Pendekatan
wilayah dengan memfokuskan upaya pada desa yang memiliki IKS paling rendah,
dan pendekatan program melalui kegiatan yang ada di Program sesuai dengan
masalah kesehatan yang dialami masyarakat.
Salah satu pendekatan program yang dapat dilakukan adalah dengan
pengembangan pelayanan kesehatan tradisional. Dari 878 Puskesmas yang ada di
Jawa Tengah sebanyak 452 Puskesmas yang telah melaksanakan Pelayanan
Kesehatan Tradisional. Puskesmas yang telak melaksanakan pelayanan kesehatan
tradisional di wilayah kerjanya berarti puskesmas tersebut telah memenuhi salah satu
5
kriteria di bawah ini: melaksanakan asuhan mandiri kesehatan tradisional ramuan
(pemanfaatan taman obat keluarga) dan keterampilan (akupresur untuk keluhan
ringan melaksanakan kegiatan pembinaan meliputi pengumpulan data kesehatan
tradisional, fasilitasi registrasi/perizinan dan bimbingan teknis serta pemantauan
pelayanan kesehatan tradisional, memiliki tenaga kesehatan sudah dilatih pelayanan
kesehatan tradisional (akupresur untuk perawat, bidan dan fisioterapi; akupunktur
untuk dokter).
Peraturan Pemerintah No 7 tahun 2008, telah mengatur penggunaan dana
dekonsentrasi. Mendasarkan hal tersebut, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
dengan Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan (satker 04) tahun 2019, kegiatan
yang dilaksanakan :
1. Kegiatan Dukungan Manajemen
2. Kegiatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
3. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Tradisional dan Komplementer
4. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Primer
5. Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Rujukan
6. Kegiatan Pembinaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
B. TUJUAN
1. UMUM
Meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas
bagi masyarakat
2. KHUSUS
a. Terselenggaranya mutu pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas
melalui monitoring, pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan Puskesmas
b. Terkelola ataupun terpeliharanya sarana prasarana dan alat (SPA) di
Fasyankes khususnya Fasyankes yang belum memiliki penanggung jawab
yang bertugas untuk mengelola ataupun memelihara sarana prasarana dan
alat (SPA) seperti Puskesmas, RS Pratama ataupun bergerak, dll.
c. Meningkatkan kemampuan teknis tenaga kesehatan di Puskesmas yang
bekerja sama dengan UTD dan RS terkait Program Kerja Sama.
d. Diperolehnya dukungan dan komitmen pelaksanaan PIS-PK dari Pemerintah
Daerah, Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota serta Puskesmas tahun 2020
e. Prosentase monitoring dan evaluasi yang terintegrasi kegiatan dalam
program pembinaan pelayanan kesehatan berjalan efektif
f. Terselenggaranya Rumah sakit rujukan yang memiiki pelayanan sesuai
standar
g. Diperolehnya Kabupaten/Kota dengan kesiapan akses layanan rujukan
6
h. Diperolehnya jumlah Kabupaten/kota memiliki minimal 1 puskesmas
menyelenggarakan kesehatan tradisional
i. Diperolehnya jumlah Kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas
tersertifikasi akreditasi
j. Diperolehnya jumlah Kab/Kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang
tersertifikasi akreditasi nasional
k. Diperolehnya jumlah Kab/Kota yang memiliki minimal 1 labkes yang
memenuhi syarat untuk dilakukan akreditasi
7
C. SASARAN PENILAIAN KINERJA TAHUN 2019
Perjanjian Kinerja Tahun 2019
NO Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Anggaran
1 Pembinaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Jumlah pembinaan puskesmas yang memenuhi sarana, prasarana dan alat (SPA) sesuai standar
70 Pusk
60.000.000
Jumlah Dinas Kesehatan Propinsi yang Mengembangkan Unit Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan Regional/Regional Maintenance Center
7 RMC
94.615.000
3 Pembinaan Pelayanan Kesehatan Primer
Jumlah puskesmas yang telah bekerjasama melalui dinas kesehatan dengan UTD dan RS
99 Pusk 325.768.000
Jumlah Puskesmas yang menerapkan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas)
194 Pusk 158.307.000
4 Pembinaan pelayanan Kesehatan Rujukan
Jumlah Kabupaten/Kota dengan kesiapan akses layanan rujukan
1 kab/kota 150.000.000
Jumlah rumah sakit rujukan yang memiliki pelayanan kesehatan rujukan sesuai standar
1 RS 345.327.000
5 Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas lainnya pada Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan
Jumlah layanan pembinaan program dan rencana kerja teknis lainnya
1 Layanan 250.881.000
6 Pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Jumlah penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional di Puskesmas
1 Pusk 84.282.000
7 Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
Jumlah Kecamatan dengan Puskesmas yang siap diakreditasi
1 Kecamatan
227.700.000
Jumlah kab/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional
1 Kab/kota 383.127.000
Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan lain yang siap diakreditasi
1 Fasyankes
166.334.000
8
BAB II
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
A. PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI TAHUN 2019
1. Kegiatan Pembinaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a. Pembinaan Puskesmas yang memenuhi sarana, prasarana dan alat (SPA)
sesuai standar
- Kegiatan berupa pertemuan yang bertujuan agar terselenggaranya mutu
pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas melalui monitoring,
pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan Puskesmas dan terbentuknya
jejaring atau unit kerja khusus dalam pengelolaan peralatan/perbekalan
kesehatan di Kab/Kota
- Peserta pertemuan sejumlah 80 orang yang terdiri dari pengelola
perbekalan / sarana alat kesehatan Kab/Kota, 1 petugas puskesmas
yang mengelola sarana prasarana alat kesehatan ditunjuk oleh Dinas
Kesehatan Kab/Kota, peserta provinsi (Lintas Program) = 10 orang
- Narasumber berasal dari Kementerian Kesehatan RI, Lintas Program
Dinas Kesehatan Provinsi, Organisasi Profesi dan Instansi Swasta yang
bergerak dalam pengadaan/pemeliharaan peralatan kesehatan.
b. Dinas Kesehatan Provinsi yang mengembangkan Unit Pemeliharaan
Fasilitas Kesehatan Regional/Regional Maintenance Center
- Kegiatan berupa pertemuan yang bertujuan terbentuknya Regional
Maintenance Center (RMC) Sebagai Sistem Rujukan SPA di Fasyankes
khususnya pada setiap wilayah dinas di daerah, agar terkelola ataupun
terpeliharanya sarana prasarana dan alat (SPA) di Fasyankes khususnya
Fasyankes yang belum memiliki penanggung jawab yang bertugas untuk
mengelola ataupun memelihara sarana prasarana dan alat (SPA) seperti
Puskesmas, RS Pratama ataupun bergerak, dll.
- Peserta pertemuan Dinas Kesehatan kabupaten/Kota, RS Provinsi Jawa
Tengah, RS Rujukan Regional, UPT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, lintas sector yang terkait sejumlah 59 orang
- Narasumber dari Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah
2. Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Primer
a. Pembinaan Puskesmas yang berkerjasama dengan UTD dan RS dalam
Pelayanan Darah untuk menurunkan AKI
Kegiatan berupa pertemuan yang terdiri dari :
9
1) Pelatihan Pengelolaan Program Kerjasama antara Puskesmas,UTD dan
RS dalam Pelayanan Darah untuk menurunkan AKI
- Kegiatan bertujuan untuk memperkuat Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang selama ini telah
dijalankan di Puskesmas dengan peningkatan kapasitas tenaga
kesehatan di Puskesmas untuk pengelolaan program, rekrutmen dan
seleksi donor
- Peserta pertemuan sejumlah 30 orang (dari Puskesmas, UTD/RS
dan Dinkes Kab/Kota)
- Narasumber/trainer tingkat Pusat, berasal dari Direktorat Pelayanan
Kesehatan Primer, Ditjen Pelayanan Kemenkes RI.
Narasumber/trainer tingkat Provinsi, telah dilatih oleh Kemenkes :
Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota, Unit Transfusi Darah
(PMI atau Rumah Sakit), BBPK/ Bapelkes.
2) Koordinasi dan Evaluasi Pelaksanaan Program Kerjasama antara
Puskesmas, UTD dan RS dalam Pelayanan Darah untuk menurunkan
AKI
- Kegiatan bertujuan untuk melakukan integrasi Program Kerja Sama
dengan P4K, melakukan monitoring dan evaluasi Program Kerja
Sama
- Peserta : 82 orang (dari Dinkes Kab/Kota, UTD dan Puskesmas), 20
orang LS/LP Provinsi.
b. Pembinaan Puskesmas dalam Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga
- Kegiatan berupa pertemuan yang bertujuan agar diperoleh gambaran
evaluasi pelaksanaan kegiatan PIS-PK tahun 2019 (hasil capaian
kegiatan, masalah serta upaya yang telah dilakukan termasuk upaya
percepatan pelaksanaan kunjungan keluarga dan pemanfaatan data
hasil kunjungan keluarga untuk digunakan dalam proses perencanaan
intervensi lanjut) dan diperolehnya dukungan dan komitmen
pelaksanaan PIS-PK dari Pemerintah Daerah, Dinas Provinsi dan
Kabupaten/Kota serta Puskesmas tahun 2020
- Peserta pertemuan sehumlah 80 orang yang terdiri dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota @ 2 orang yaitu Kepala Bidang Yankes dan Kasie
Pelayanan Kesehatan Primer dan Lintas Program Dinkes Provinsi 10
orang terdiri dari : Kesga Gizi, Promkes Pemberdayaan, Kesling Kesjaor,
P2P, P2 Surveilnas, P2PTM & Keswa, Pelayanan Kesehatan Rujukan,
Pelayanan Kesehatan Primer, Sub.Bag. Program, Manajemen Informasi)
10
3. Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Rujukan
a. Kabupaten/Kota dengan Kesiapan Akses Layanan Rujukan
1) Pertemuan Teknis Pengembangan SPGDT Pra Hospital
- Pertemuan bertujuan untuk meningkatkan peran SPGDT / PSC 119
dalam pelayanan GADAR di Kabupaten / Kota.
- Peserta pertemuan dari Dinas Kesehatan Kab/Kota, PSC 119
Kab/Kota dan RS Rujukan Regional dan RS Provinsi sejumlah 78
orang
- Narasumber dari Kementerian Kesehatan RI dan Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah
2) Pertemuan Teknis Regsiter Ambulans
- Pertemuan bertujuan untuk mendapatkan / membangun system
registrasi ambulans sehingga data base ambulans diketahui oleh
Pemerintah (Dinas Kesehatan) sebagai dasar dalam optimalisasi
pelayanan kesehatan di daerah
- Peserta pertemuan sebanyak 45 orang, dari unsur – unsur : Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota, PMI, LSM / Masyarakat
- Narasumber dari Kementerian Kesehatan RI dan Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah
b. Rumah Sakit Rujukan yang Memiliki Pelayanan Kesehatan sesuai Standar
1) Pertemuan Teknis Standar RS Pendidikan
- Pertemuan bertujuan untuk membina dan mendorong seluruh rumah
sakit agar mampu memenuhi standar sebagai rumah sakit pendidikan
- Peserta pertemuan dari 14 RS yang digunakan untuk lahan praktek
pendidikan (Co ass) masing-masing 5 peserta
- Narasumber dari Kementerian Kesehatan (3 orang), Asosiasi Rumah
Sakit Pendidikan Indonesia (ARSPI), Asosiasi Institusi Pendidikan
Kedokteran Indonesia (AIPKI) dan narasumber local dari RS yang
telah ditetapkan sebagai RS Pendidikan di Jawa Tengah.
4. Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada
Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan
a. Layanan Pembinaan Program dan Rencana Kerja Teknis
1) Perencanaan dan monev Program Pelayanan Kesehatan
- Kegiatan berupa Pertemuan Penyusunan Portal Perencanaan
Terintegrasi dan Perencanaan Elektronik Program Yankes, ber tujuan
untuk sinkronisasi program pelayanan kesehatan antara Kemenkes,
Dinkes Provinsi dan Kab/Kota serta RS yang diikuti oleh Dinkes
11
Kab/Kota dan RS Pemerintah sejumlah 91 orang selama dua hari di
Provinsi
2) Konsultansi Perencanaan Program, Anggaran dan Informasi Evaluasi
Daerah ke Pusat, kegiatan berupa:
- Perjalanan dinas konsultasi ke pusat (Kemenkes) mengenai program
pelayanan kesehatan rujukan sebanyak 2 kali dalam satu tahun
- Monitoring dan evaluasi program yankes. Kegiatan ini bertujuan untuk
monitoring dan evaluasi implementasi program pelayanan kesehatan
di RS dan Kab/kota di Jawa Tengah dan akan dilakukan kepada 30
Kab terpilih
- Dukungan internal lainnya. Kegiatan dukungan internal lainnya
digunakan untuk layanan perkantoran satker 04 dalam waktu 12
bulan, yang terdiri dari Honor Operasional Satuan Kerja, Belanja
Barang untuk Persediaan Barang Konsumsi dan Belanja Perjalanan
Dinas Dalam Kota
5. Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional
a. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional dengan Pendekatan
Keluarga
Kegiatan berupa Penilaian Kelompok Asuhan Mandiri Untuk Mendukung
Program Kesehatan Keluarga.
Penilaian dilakukan terhadap 35 kab/kota yang terbagi dalam 2 kategori yaitu
perkotaan dan pedesaan.
6. Mutu dan Kareditasi Pelayanan Kesehatan
a. Kecamatan dengan Puskesmas yang siap di akreditasi
- Pertemuan bertujuan untuk menjaga mutu Tim Pendamping Akreditasi
Kab/Kota agar memiliki pengetahuan dan kompetensi teknis terstandar
sesuai dengan perkembangan kebijakan Kemenkes dan dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan
khususnya yang terkait dengan Akreditasi FKTP.
- Peserta pertemuan adalah pengelola program Dinas Kesehatan
Kab/Kota yang masuk dalam Tim Pembina Terpadu yang sudah
ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota yang belum terlatih
akreditasi puskesmas, Audit Internal, Tinjauan Manajemen,
Keselamatan Pasien dan Manajemen Resiko di 35 kab/kota sejumlah 70
orang.
- Narasumber dari Kementerian Kesehatan Ri dan Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah
b. Kabupaten/Kota dengan rumah sakit dengan yang siap di akreditasi
12
- Pertemuan bertujuan tersosialisasinya standar akreditasi nasional yang
baru (SNARS) edisi 1, sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan melalui akreditasi.
- Peserta berasal dari 35 Kab/Kota dengan masing-masing 2 orang, dan
56 RSUD Kab/Kota dengan masing-masing 2 orang yang selama ini
mengampu akreditasi RS. Jumlah peserta keseluruhan 189 orang
- Narasumber dalam kegiatan sosialisasi ini berasal dari Direktorat Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI dan KARS
c. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang siap di akreditasi
- Pertemuan bertujuan untuk sosialisasi terhadap Revisi Pedoman
Akreditasi Laboratorium Kesehatan yaitu Sosialisasi Standar Akreditasi
Laboratorium Versi 2016
- Peserta pertemuan adalah Laboratorium kesehatan masyarakat di 35
Kab/kota sejumlah
- Narasumber Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah
B. PERMASALAHAN
Permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan maupun
dengan pencapaian output :
Kegiatan Permasalahan
1. Pembinaan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
RMC :
- SDM dengan kualifikasi atem/ahli elektromedis
masih jarang dimiliki oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
- Secara pengorganisasian tugas dan fungsi RMC
melekat di salah satu seksi/bidang di Dinas
Kesehatan kabupaten / kota , sehingga
pembiayaan RMC masih menginduk di seksi
atau bidang tersebut.
2. Pembinaan Pelayanan
Kesehatan Primer
Kegiatan berupa pelatihan bagi pengelola program,
tidak sesuai dengan RKO karena adanya perubahan
sistem akreditasi pelatihan dari PPSDM Kesehatan
Kemenkes sehingga pengurusan akreditasi pelatihan
lebih lama akibatnya pelaksanaan pelatihan mundur
3. Pembinaan Pelayanan
Kesehatan Rujukan
-
4. Dukungan Manajemen
dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya pada
Program Pembinaan
Pelayanan Kesehatan
Pertemuan portal perencanaan terintegrasi dan
perencanaan berbasis elektronik tidak sesuai
dengan RKO karena aplikasi usulan DAK (PBE) pada
bulan pertengan Maret dalam tahap louncing,
sehingga pertemuan di daerah menyesuaikan
jadwalnya.
13
5. Pembinaan Pelayanan
Kesehatan Tradisional
Tidak semua kabupaten/kota mengajukan
puskesmas untuk dilakukan penilaian.
6. Mutu dan Kareditasi
Pelayanan Kesehatan
- Kegiatan pertemuan lokakarya mutu dan
akreditasi puskesmas bagi pemegang program di
dinas kesehatan kab/kota tidak sesuai dengan
RKO karena belum ada Juknis Dekon 2019 terkait
akreditasi bagi puskesmas sehingga menunggu
arahan dari Kemenkes untuk melaksanakan
pertemuan tersebut
- Pelaksanaan pertemuan sosialisasi standar akreditasi dan mutu pelayanan kesehatan di RS tidak sesuai dengan RKO karena pelaksanaan menyesuaikan jadwal narsum dari pusat/kemkes yg sebagian besar adalah surveyor
- akreditasi RS merupakan kewenangan dari KARS, sedangkan pertemuan merupakan sosialisasi standar akreditasi. Pembinaan Pemerintah Daerah baru di ranah manajerial saja
C. REALISASI ANGGARAN
Realisasi anggaran dana dekonsentrasi tahun 2019 pada Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut :
NO Kegiatan Jumlah Anggaran
Realisasi Anggaran
Prosentase
1 Pembinaan Puskesmas yang Memenuhi Sarana, Prasarana dan Alat (SPA) sesuai Standar
60.000.000
59.570.000
99,28
2 Dinas Kesehatan Propinsi yang Mengembangkan Unit Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan Regional/Regional Maintenance Center
94.615.000 87.441.200 92,42
3 Pembinaan Puskesmas yang Bekerjasama dengan UTD dan RS dalam Pelayanan Darah untuk Menurunkan AKI
325.768.000 307.151.200 94,29
4 Pembinaan Puskesmas dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
158.307.000 155.485.400 98,22
5 Kabupaten/Kota dengan kesiapan akses layanan rujukan
150.000.000 148.248.000 98,83
6 Rumah sakit rujukan yang memiliki pelayanan sesuai standar
345.327.000 333.687.400 96,63
7 Layanan Pembinaan Program dan Rencana Kerja Teknis
250.881.000 225.895.211 90,04
14
8 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional di Puskesmas
84.282.000 69.120.000 82,01
9 Kecamatan dengan Puskesmas yang Siap Diakreditasi
227.700.000 225.203.009 98,9
10 Kabupaten/Kota dengan Rumah Sakit yang Siap Diakreditasi
383.127.000 344.436.000 89,9
11 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain Yang Siap Diakreditasi
166.334.000 161.694.000 97,21
TOTAL 2.246.341.000 2.117.931.420 94,28
D. CAPAIAN OUTPUT SESUAI DENGAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019
Capaian Output sesuai dengan Perjanjian Kinerja tahun 2019 adalah
sebagai berikut :
NO Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Capaian
1. Puskesmas yang memenuhi sarana, prasarana dan alat kesehatan (SPA) sesuai standar
Jumlah pembinaan puskesmas yang memenuhi sarana, prasarana dan alat (SPA) sesuai standar
70 puskesmas
100%
2. Dinas Kesehatan Provinsi yang mengembangkan unit pemeliharaan fasilitas kesehatan regional
Jumlah Dinas Kesehatan Propinsi yang Mengembangkan Unit Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan Regional/Regional Maintenance Center
7 RMC 100%
Puskesmas yang bekerjasama dengan UTD dan RS dalam pelayanan darah untuk menurunkan AKI
Jumlah puskesmas yang telah bekerjasama melalui dinas kesehatan dengan UTD dan RS
99 Puskesmas
100%
4. Meningkatnya mutu dan akses pelayanan keperawatan
Jumlah Puskesmas yang menerapkan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas)
194 puskesmas
100%
5. Kabupaten/Kota dengan kesiapan akses layanan rujukan
Jumlah Kabupaten/Kota dengan kesiapan akses layanan rujukan
1 Kab/Kota 100%
6. rumah sakit rujukan yang memiliki pelayanan kesehatan rujukan sesuai standar
Jumlah rumah sakit rujukan yang memiliki pelayanan kesehatan rujukan sesuai standar
1 RS 100%
15
7. Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program pelayanan kesehatan
Jumlah layanan pembinaan program dan rencana kerja teknis lainnya
1
Layanan
100%
8. Penyelenggaraan/pembinaan pelayanan kesehatan tradisional di Puskesmas
Jumlah penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional di Puskesmas
1 puskesmas
100%
9 Puskesmas yang siap diakreditasi
Jumlah Kecamatan dengan Puskesmas yang siap diakreditasi
1 kecamatan
100%
10 Rumah sakit yang siap diakrediatsi
Jumlah kab/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional
1
Kab/kota
100%
11 Fasilitas pelayanan kesehatan lain yang siap diakreditasi
Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan lain yang siap diakreditasi
1 fasyankes 100%
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Hasil capaian Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan (Satker 04) TA 2019,
realisasi fisik 100%, realisasi keuangan 94,28% dari total anggaran
Rp. 2.246.341.000,-
2. Hambatan / permasalahan
- Waktu pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan rencana kegiatan
operasional ( RKO) yang telah di tentukan di karenakan menyesuaikan
dengan perubahan kebijakan dan menyesuaikan jadwal narasumber pusat
jika kegiatan berupa pertemuan.
- Keterbatasan anggaran dari pemerintah daerah atau APBD dalam
menunjang program-program penting dari Kementerian Kesehatan,
mengingat penggunaan APBD masing-masing kabupaten/kota lebih
diarahkan untuk program-program prioritas dalam mengatasi masalah-
masalah di masing-masing daerah
B. SARAN DAN TINDAK LANJUT
1. Peningkatan peran Dinas Kesehatan Provinsi dalam pembinaan, monitoring,
evaluasi kepada dinas kesehatan kabupaten/kota, RS dan lain-lain sebagai
tindak lanjut dari hasil kegiatan / pertemuan
2. Pemerintah pusat memfasilitasi kebutuhan anggaran pemerintah daerah yang
mengajukan usulan anggaran yang berkaitan dengan program-program penting
dari Kementerian Kesehatan.
3. Alokasi dana dekonsentrasi dengan program dan kegiatan yang berkelanjutan
dan disesuaikan dengan kondisi di masing-masing provinsi.
1
LAMPIRAN
2
PERTEMUAN SOSIALISASI STANDAR AKREDITASI LABORATORIUM KESEHATAN
3
PERTEMUAN PORTAL PERENCANAAN TERINTEGRASI DAN PERENCANAAN BERBASIS ELEKTRONIK
4
PERTEMUAN KORDINASI TEKNIS RMC SEBAGAI SISTEM RUJUKAN PEMELIHARAAN SPA DI FASYANKES
5
PERTEMUAN TEKNIS KESELAMATAN PASIEN
6
PERTEMUAN TEKNIS REGISTER AMBULANCE
7
PERTEMUAN TEKNIS PENGEMBANGAN SPGDT PRA HOSPITAL DI RS
8
PERTEMUAN TEKNIS STANDAR RS PENDIDIKAN
9
LOKAKARYA MUTU DAN AKREDITASI PUSKESMAS
10
PERTEMUAN SOSIALISASI STANDAR AKREDITASI DAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RS
11
PERTEMUAN KOORDINASI DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KERJASAMA ANTARA PUSKESMAS, UTD DAN RS
DALAM PELAYANAN DARAH UNTUK MENURUNKAN AKI
12
PELATIHAN PENGELOLAAN PROGRAM KERJASAMA ANTARA PUSKESMAS, UTD DAN RS
DALAM PELAYANAN DARAH UNTUK MENURUNKAN AKI
13
PERTEMUAN KOORDINASI PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA
14
PERTEMUAN PENERAPAN ASPAK PADA PENYUSUNAN KEBUTUHAN SPA FASYANKES