semantik

104
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbahasa merupakan kegiatan manusia yang bersifat alamiah seperti halnya rutinitas lainnya yang dilakukan sehari-hari. Setiap orang mempunyai dan menggunakan bahasa dalam kegiatan bermasyarakat. Dengan bahasa, seseorang dapat menyampaikan pesan (informasi) atau makna kepada orang lain. Komunikasi yang efektif dapat terjalin jika pesan atau makna tersebut sampai kepada penerima informasi atau lawan bicara sesuai dengan konsep yang ada dalam pikiran pemberi informasi. Oleh karena itu, pengetahuan tentang makna informasi perlu dimiliki oleh setiap pelaku bahasa. Makna setiap informasi dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang. Secara spesifik, kajian makna tersebut dilakukan oleh ilmu semantik, semiotik, dan pragmatik. Dalam kajian ini, penulis hanya akan berfokus pada kajian makna yang dilakukan oleh ilmu semantik.

Upload: 8aso

Post on 31-Oct-2014

246 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

semantik bahasa menado

TRANSCRIPT

Page 1: semantik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbahasa merupakan kegiatan manusia yang bersifat alamiah seperti

halnya rutinitas lainnya yang dilakukan sehari-hari. Setiap orang mempunyai dan

menggunakan bahasa dalam kegiatan bermasyarakat. Dengan bahasa, seseorang

dapat menyampaikan pesan (informasi) atau makna kepada orang lain.

Komunikasi yang efektif dapat terjalin jika pesan atau makna tersebut sampai

kepada penerima informasi atau lawan bicara sesuai dengan konsep yang ada

dalam pikiran pemberi informasi. Oleh karena itu, pengetahuan tentang makna

informasi perlu dimiliki oleh setiap pelaku bahasa.

Makna setiap informasi dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang.

Secara spesifik, kajian makna tersebut dilakukan oleh ilmu semantik, semiotik,

dan pragmatik. Dalam kajian ini, penulis hanya akan berfokus pada kajian makna

yang dilakukan oleh ilmu semantik.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, bahasa Melayu Manado sebagai

salah satu bahasa regional di Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi warga

masyarakat provinsi Sulawesi Utara. Menurut ABG Rattu (2000:4), bahasa ini

sangat produktif bukan hanya di Sulawesi Utara bahkan sampai ke seluruh

pelosok tanah air. Di Sulawesi Utara sendiri bahasa ini telah menjadi lingua

franca masyarakat kota Manado dan sekitarnya termasuk masyarakat Minahasa,

Gorontalo, Bolaangmongondow, Sangihe Talaud dan Bitung. Meskipun beberapa

tahun yang lalu Gorontalo telah memisahkan diri dari Provinsi Sulawesi Utara,

Page 2: semantik

warga masyarakatnya masih menggunakan bahasa Melayu Manado sebagai alat

komunikasi di samping bahasa daerah lokal.

Bila dicermati secara mendalam, lanjut ABG Rattu (2000: 6), bahasa

Melayu Manado adalah bahasa campuran Melayu, Asing (Belanda, Portugis)

bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Bahkan, menurut pengamatan penulis,

bahasa ini juga dipengaruhi oleh bahasa Arab. Hal tersebut disebabkan oleh latar

belakang sejarah Sulawesi Utara yang yang penduduknya adalah kebanyakan

keturunan Belanda, Portugis, dan Arab.

Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat provinsi Sulawesi

Utara mengalami perkembangan kebudayaan yang pesat. Sikap mereka yang

antusias terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi

sikap berbahasa mereka sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan

makna dalam ungkapan-ungkapan yang biasa mereka gunakan. Di samping itu,

keheterogenan yang terjadi dalam masyarakat yang berasal dari berbagai etnik

turut pula mempengaruhi perkembangan bahasa Melayu Manado.

Bahasa Melayu Manado sebagai salah satu aset kebudayaan daerah

Sulawesi Utara perlu dikembangkan dan dilestarikan. Usaha pengembangan dan

pelestarian tersebut telah dilakukan oleh berbagai pihak baik instansi maupun

perorangan. Salah satu di antaranya adalah melalui penelitian tentang bahasa

Melayu Manado. Salah satu di antaranya adalah melalui penelitian tentang bahasa

Melayu Manado. Adapun penelitian yang pernah dilakukan sebagai berikut

1. Fungsi Bahasa Daerah dan Bahasa Melayu Manado di Minahasa

Khususnya pada Pemakai Bahasa Tonsea yang Sudah Berkeluarga ( Tallei,

1976)

2

Page 3: semantik

2. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Indonesia dan Bahasa Manado (M. Salea-

W., 1981)

3. Partikel Bahasa Melayu Manado (Lalamentik dan Martha Salea Warouw,

1985/1986)

4. Generasi Muda Kotamadya Manado dan Bahasa Indonesia Ragam Melayu

Manado, Suatu kajian Sosiolinguistik (Terok, dkk., 1997)

5. Fonologi Bahasa Melayu Manado (Geraldine Y.J. Manoppo, 1998/1999)

6. Tata Bahasa Melayu Manado (A.B.G. Rattu, 2000)

7. Korespondensi Antara Proto Melayu Polinesian (PMP) dengan Bahasa

Tonsea dan Bahasa Melayu Manado ( M. L. M. Pandean, 2000)

8. Kamus Dwibahasa Manado-Indonesia (Martha Salea Warouw, 2000)

9. Klausa Relatif Bahasa Melayu Manado Suatu Analisis Transformasi

Generatif (Nuraidar Agus dan Mulyanto: 2002)

10. Semantik Bahasa Melayu Manado. Manado (Asri M. Nur Hidayah dan

Armiati Rasyid. 2002).

Meskipun bahasa Melayu Manado telah seringkali dikaji, perhatian

terhadap segi semantiknya masih kurang dibanding dengan cabang linguistik

lainnya. Oleh karena itulah, penulis berinisiatif untuk mengkaji semantik bahasa

Melayu Manado khususnya tentang nomina bahasa Melayu Manado.

Penelitian ini berusaha mengungkapkan berbagai kehiponiman nomina

bahasa Melayu Manado. Hal tersebut didasarkan pada asumsi bahwa dalam

bahasa Melayu Manado terdapat sejumlah leksem kategori nomina yang secara

semantik mengandung ciri dan makna. Contoh kecil nomina bahasa Melayu

Manado, maitua ‘istri’ secara universal memiliki fitur semantik orang,

3

Page 4: semantik

perempuan, dewasa, dan kawin. Contoh lain bentor ‘becak bermotor’ fitur

semantiknya kendaraan, darat, roda tiga, penumpang orang dan barang.

Berdasarkan ciri dan makna yang dimiliki setiap nomina bahasa Melayu Manado

dikelompokkan sebagai tipe dan subtipe yang akhirnya membentuk hiponimi.

Berdasarkan uraian di atas, pengkajian Hiponimi Nomina Bahasa Melayu

Manado perlu dilakukan untuk menambah informasi dan referensi tentang bahasa

Melayu Manado dan sebagai gambaran penggunaannya bagi penutur dan petutur

yang belum memahaminya dengan baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi latar belakang di atas, masalah pokok yang dibahas

dalam penelitian ini adalah tipe-tipe makna nomina bahasa Melayu Manado.

Adapun rincian submasalahnya sebagai berikut

1. Bagaimana ciri dan bentuk nomina bahasa Melayu Manado?

2. Bagaimana klasifikasi hiponimi nomina bahasa Melayu?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini berusaha mengungkapkan ciri, bentuk, dan aneka makna

nomina bahasa Melayu Manado. Ciri dan bentuk nomina bahasa Melayu Manado

dibahas untuk mengetahui hierarki makna kata dan faktor pendukung perbedaan

makna dengan meninjau makna leksikal dan makna gramatikalnya. Untuk tujuan

tersebut, penulis berusaha

1. menentukan klasifikasi nomina bahasa Melayu Manado berdasarkan

kolokasinya

4

Page 5: semantik

2. menentukan hiponimi nomina bahasa Melayu Manado berdasarkan ciri

dan makna yang mendukungnya.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan referensi

tentang bahasa Melayu Manado dan memberikan gambaran tentang senarai tipe

makna nomina bahasa Melayu Manado baik kepada orang yang mempelajari

bahasa Melayu Manado maupun kepada peneliti lanjutan.

5

Page 6: semantik

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Konsep Dasar Semantik

Kata semantik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani semantikos

‘penting, berarti’, yang diturunkan dari kata semainem ‘memperlihatkan,

menyatakan’ yang berasal dari kata sema ‘tanda atau lambang’. Dalam kamus

David Crystal, A Dictionary of Linguistics and Phonetics, (1993:310) dijelaskan

bahwa semantik merupakan cabang linguistik yang khusus mengkaji makna

bahasa. Menurut Chaer (2002:2), semantik diartikan sebagai ilmu tentang makna

atau tentang arti. Menurut Hurford dan Heasley (1981:1), semantik adalah telaah

makna dalam bahasa. Menurut Dale, dkk. (dalam Ba’dulu, 2002:2), semantik

adalah telaah makna. Semantik melaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang

menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain, dan

pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Karena itu semantik mencakup

makna kata, perkembangan, dan perubahannya.

Dalam pengertian luas semantik, seperti dikemukakan oleh Edward (ed.)

semantik meliputi tiga pokok bahasan, yaitu sintaksis, semantik, dan pragmatik

(Ba’dulu, 2002:1)..

Sintaksis menelaah hubungan-hubungan formal antara tanda-tanda satu

sama lain; semantik menelaah hubungan tanda-tanda dengan objek-objek yang

merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut; pragmatik menelaah hubungan

tanda-tanda dengan para penafsir atau interpretator.

6

Page 7: semantik

Rumusan-rumusan di atas tidak memuaskan Charles Morris dan R.

Charnap (Ba’dulu, 2002:1). Morris membuat perubahan dan mendefinisikan

kembali pragmatik sebagai cabang semiotik yang menelaah asal-usul,

penggunaan, serta efek tanda-tanda (1946). Demikian juga Charnap membuat

batasan-batasan sebagai berikut.: Apabila suatu invenstigasi (penelitian), acuan

atau referensi explisit dibuat untuk pembicara, kepada pemakai bahasa, maka

ditempatkan pada bidang pragmatik, apabila diikhtisarkan dari pemakai bahasa

dan hanya menganalisis ungkapan-ungkapan dan penandaan-penandaannya, maka

sebenarnya telah berada pada bidang semantik. Apabila diikhtisarkan pada

penandaan-penandaan dan hanya menganalisis hubungan-hubungan antara

ungkapan-ungkapan, maka berada dalam bidang sintaksis. Kesluruhan ktiga

bidang ilmu ini disebut semiotik.

Dalam rumusan R.C. Stalnaker (1972) yang lebih sederhana dan mudah

dipahami, sintaksis menelaah kalimat, semantik menelaah propisisi,, dan

pragmatik menelaah perbuatan linguistik serta konteks tempatnya tampil atau

muncul.

Dalam pengertian sempit, semantik dibagi atas dua pokok bahasan, yaitu:

teori referensi (denotasi,ekstensi) dan teori makna (konotasi, entensi).

2. Makna dan Relasi Makna

Salah satu konsep dasar semantik adalah makna. Menurut Ullmann (2007:

65) makna merupakan istilah yang paling ambigu dan paling kontroversial dalam

teori ilmu bahasa. Para ahli membedakan makna leksikal dan makna struktural,

namun pemilihan istilah ini tidak menguntungkan, karena dengan demikian

seolah-olah secara implisit kosakata itu tidak mempunyai struktur. Selanjutnya,

7

Page 8: semantik

Ullmann (2007: 66) mengatakan bahwa ada dua aliran linguistik masa kini yaitu

pendekatan analitis atau referensial yang mencari esensi makna makna dengan

cara memecah-mecahkan makna menjadi komponen-komponen utama, dan

pendekatan operasional yang mempelajari kata dalam operasi penggunaannya,

yang kurang memperhatikan persoalan makna itu, tetapi lebih tertarik pada

persoalan bagaimana kata itu ”bekerja”.

Lainya halnya pandangan Hurford dan Heasley (1938: 28) tentang makna.

Menurut mereka makna suatu ungkapan adalah tempatnya dalam suatu sistem

hubungan semantik dengan ungkapan-ungkapan lain dalam bahasa yang

bersangkutan. Demikian juga Palmer (1984) menyatakan bahwa makna berkaitan

dengan sistem hubungan yang kompleks yang berlaku antara unsur-unsur

linguistik itu sendiri, umumnya berupa kata-kata; makna yang berkaitan hanya

hubungan-hubungan intra linguistik.

Makna suatu ungkapan dapat digambarkan sebagai keseluruhan sifat-sifat

dan relasi-relasi maknanya dengan ungkapan ungkapan lain. Ada tiga sifat makna

kalimat yang penting (Ba’dulu, 2002:16), yaitu analitis, sintesis, dan

kontradiktoris. Kalimat analitis adalah kalimat yang seharusnya benar, sebagai

akibat dari makna kata-kata di dalamnya. Kalimat ini menggambarkan persetujuan

atau kesepakatan yang tidak dinyatakan secara nyata oleh penutur bahasa tentang

makna kata-kata di dalamnya. Misalnya, Semua manusia yang hidup bernyawa.

Kalimat sintesis adalah suatu kalimat yang tidakk analitis, tetapi boleh jadi benar

atau salah, bergantung kepada cara dunia itu adanya Crystal (1993: 342)

menyatakan bahwa kalimat sintesis adalah kalimat yang kebenarannya dapat diuji

hanya dengan menggunakan kriteria-kriteria empiris.Misalnya Rendy berasal dari

8

Page 9: semantik

Indonesia. Kalimat kontradikstoris adalah kalimat yang seharusnya salah sebagai

akibat dari makna kata-kata di dalamnya (lawan dari kalimat analitis). Misalnya

Bumi itu berbentuk segi empat.

Sifat-sifat makna kalimat juga bergantung pada sifat-sifat makna dari, dan

relasi-relasi makna antara kata-kata yang dikandungnya. Relasi makna antara

predikat-predikat laki-laki dan manusia dikenal sebagai hiponimi. Relasi makna

antara laki-laki dan wanita adalah antonimi. Struktur makna suuatu bahasa

menyerupai suatu jaringan, di mana makna-makna dari semua unusr, secara

langsung atau tidak langsung, berhubungan dengan makna-makan dari semua

unsur lainnya.

Sehubungan dengan rumusan masalah kajian ini, dalam pembahasan

selanjutnya, akan dikaji lebih jauh tentang relasi makna khususnya yang berkaitan

dengan hiponimi.

Pada dasarnya yang dimaksud dengan relasi makna adalah hubungan

semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang

lain. Satuan bahasa tersebut dapat berupa kata, frasa, maupun kalimat. Relasi

semantik tersebut menurut Hurford dan Heasley (1983: 101-129) dapat

menyatakan sinonimi, parafrasa, hiponimi, entailment, antonimi, dan ambiguitas.

Hiponimi sebagai salah satu bentuk relasi makna (seperti dikemukakan di

atas) bermakna ketercakupan makna. Menurut Chaer (2003: 305) hiponimi adalah

hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang makna tercakup dalam

makna bentuk ujaran yang lain. Misalnya kata merpati tercakup dalam kata

burung.merpati adalah burung tetapi tidak semua burung adalah merpati. Ada

jenis burung lainnya yang merupakan cakupannya.

9

Page 10: semantik

Sejalan dengan pendapat di atas, Hurford dan Heasley (1983:105)

mendefinisikan hiponimi sebagai suatu relasi makna antara predikat-predikat

(kadang-kadang frasa-frasa panjang) sedemikian rupa sehingga arti sebuah

predikat (frasa) termasuk ke dalam arti predikat lain. Contoh arti kata red tercakup

di dalam arti scarlet. Red adalah istilah superordinat, sacrlet adalah hiponim dari

red.

Relasi hiponimi bersifat searah, bukan dua arah, sebab kalau merpati

sebagai hiponim dari burung, burung adalah hipernim atau superordinat dari

merpati. Dalam istilah Verhaar ( 2004:396), kehiponiman dalam pasangan kata

adalah hubungan antara yang lebih kecil (secara ekstensional) dan yang lebih

besar (secara ekstensional pula). Misalnya kursi adalah hiponim terhadap perabot.

3. Tipe Semantik Nomina

Untuk mengkaji ciri dan bentuk serta makna hiponimi nomina bahasa

Melayu Manado, berikut ini gambaran singkat tentang nomina tipe nomina secara

umum.

Secara umum nomina didefinisikan sebagai kata yang mengacu pada

manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian (Alwi,dkk., 2000:213).

Lebih khusus lagi Abdul Chaer (2002: 153—154) mengelompokkan nomina

dalam berbagai tipe makna yang mengacu pada orang (nama diri, perkerabatan,

nama pengganti, jabatan, nama gelar, dan nama pangkat), institusi, binatang,

tumbuhan (pohon, buah-buahan, dan tanaman), bunga-bungaan, peralatan (alat

masak, alat makan, alat pertukangan, alat pertanian, alat perikanan, alat rumah

tangga, alat tulis menulis, dan alat olahraga), makanan dan minuman, geografi,

dan bahan baku.

10

Page 11: semantik

Kridalaksana (1990: 66) menggambarkan ciri morfologis dan sintaksis

nomina. Secara umum disimpulkannya bahwa nomina memiliki ciri yaitu (1)

bentuk nomina ada dua macam yaitu nomina bentuk dasar dan nomina turunan

(mengalami proses afiksasi, perulangan, dan pemajemukan), (2) nomina

berpotensi didahului oleh partikel dari. Hasan Alwi, dkk. (2000: 213)

menambahkan bahwa nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak,kata

pengingkarnya adalah kata bukan.

Tipe makna nomina kata bahasa Melayu Manado dapat dibedakan

berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya

antara makna leksikal dan gramatikalnya. Ada tidaknya referen, nilai rasa, dan

ketepatan makna. Selain itu sudut pandang lain yang dapat digunakan makna

asosiatif, kolokatif, infleksif, idiomatik, dan sebagainya.

Untuk menelusuri makna nomina bahasa Melayu Manado, penulis melihat

dari segi leksikal dan segi gramatikalnya. Makna leksikal nomina bahasa Melayu

Manado didasarkan pada makna leksem nomina yang sesuai dengan referennya

dan makna gramatikalnya muncul sebagai akibat terjadinya proses gramatika

seperti afiksasi, reduplikasi, dan proses penggabungan kata sifat dengan kelas kata

lainnya.

Untuk menemukan makna hiponimi nomina bahasa Melayu Manado,

peneliti mengkajinya berdasarkan tipe semantik nomina secara umum, seperti

yang dikemukakan oleh Abdul Chaer (2002: 148-154) tentang Kategori Nominal.

Kategori nominal yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Tipe I, subtipe I-b yang berciri makna utama [+ B, + O, + Nama

Perkerabatan] atau tipe orang dengan subtipe perkerabatan;

11

Page 12: semantik

2) Tipe VII yang berciri utama [ + B, + Peralatan (Al) ], mencakup

a. Subtipe VII-a yang berciri makna utama [ + B, + Al, + Masak]

b. Subtipe VII-b yang berciri makna utama [ + B, + Al, + Makan dan

minum (Mk)]

c. Subtipe VII-c yang berciri makna utama [ + B, + Al, + Pertukangan

(Tk)], dan

d. Subtipe VII-g yang berciri makna utama [ + B, + Al, + Rumah tangga

(perlengkapan kamar].

B. Kerangka Pikir

Relasi Makna (Hiponimi

)

SEMANTIK

12

LEKSIKALGRAMATIKAL

Ciridan bentuk Nomina BMM

Tipe Semantik Nomina BMM

HIPONIMI BAHASA MELAYU MANADO

Page 13: semantik

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pendekatan deskriptif kualitatif,

yaitu mencatat dan menggambarkan data yang berkaitan dengan hiponimi nomina

bahasa Melayu Manado.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan variabel tunggal yaitu nomina bahasa

Melayu Manado.

C. Sumber Data

Data yang dijadikan sumber penyusunan laporan penelitian ini mencakup

data lisan dan data tertulis. Data lisan dapat ditemukan, baik melalui pertuturan

sehari-sehari maupun siaran radio yang berbahasa Melayu Manado. Data tertulis

diambil dari hasil-hasil penelitian bahasa Melayu Manado, Kamus Dwi Bahasa

Melayu Manado-Indonesia, naskah cerpen remaja yang berbahasa Melayu

Manado, dan naskah-naskah bahasa Melayu Manado lainnya.

Untuk mendapatkan data lisan, peneliti menentukan sampel penelitian

adalah penutur bahasa Melayu Manado yang berdomisili di kota Manado dan

sekitarnya, mengingat luasnya pemakaian Bahasa Melayu Manado yang telah

menjadi lingua franca di Provinsi Sulawesi Utara. Kota Manado dan sekitarnya

dianggap reprefsentatif sebagai sumber data penelitian karena pemakaian bahasa

Melayu Manado di setiap wilayah adalah sama. Penutur yang dipilih sebagai

informan adalah mereka yang berumur 25—50 tahun, tidak rusak alat ucap, dan

13

Page 14: semantik

berpendidikan minimal tamat sekolah dasar. Penentuan umur tersebut didasarkan

pada anggapan bahwa manusia pada usia tersebut dianggap cukup dewasa dan

masih sehat. Begitu juga orang yang telah berpendidikan sekolah dasar dianggap

sudah berbahasa Indonesia. Seperti yang disarankan oleh Nida (1949: 190) dalam

penentuan informan adalah:

1. Umur. Informan sebaiknya di atas enambelas tahun. Dengan pengecualian yang sangat jarang seseorang yang lebih muda dari ini tidak mempunyai cukup pengalaman bahasa untuk persyaratan seorang informan. Orang yang lebih tua sering menjadi informan yang terbaik karena pengalaman yang banyak dan lebih mengatur ukuran-ukuran kerja yang dilingkupi.

2. Kelamin. Laki-laki biasanya punya kontak sosial yang lebih luas serta pengalaman kesukuan yang besar. Sebagai suatu kelompok, mereka umumnya punya genggaman yang lebih baik dari bahasa perdagangan yang dapat mengkonstitusikan bahasa di dalam pendekatan dwibahasa

3. Inteligensi. Tanda-tanda mental sangat penting bagi seorang informan.4. Pengetahuan bahasa menengah. Suatu pengetahuan bahasa menengah

yang memadai memiliki nilai yang berbeda, walaupun kurang begitu setelah analis memajukan titik dimana penyelidikan dapat dibawa pada kerangka kerja penutur asli.

5. Personalitas komunikatif. Semakin asli komunikasi penutur asli, semakin menolonglah ia.

6. Kelompok sosial yang dapat diterima. Di dalam beberapa suku hanya orang-orang dari kelompok tertentu yang dianggap memenuhi syarat untuk mengajarkan suatu bahasa asing. Disarankan untuk mencakupi tradisi ini di dalam permulaan penyelidikan. Di dalam daerah-daerah tertentu jenis kelamin penyelidik menentukan pilihan informan, sungguh itu dianggap tidak lazim orang-orang yang berbeda jenis kelamin bersama-sama pada keadaan studi bahasa.

Untuk penentuan sumber data dalam wilayah penelitian yang sangat luas

dan jumlah penutur bahasa Melayu Manado sangat banyak, peneliti mencari

sumber data di sekitar kota Manado dengan menggunakan teknik snowball

sampling, yaitu sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama

menjadi besar. Hal itu dilakukan karena jumlah sumber data yang sedikit belum

mampu memberikan informasi yang memuaskan sehingga harus mencari orang

lain yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sumber

14

Page 15: semantik

data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama

menjadi besar (Sugiyono, 2005: 53-54).

Dalam penelitian ini, peneliti mencari sumber data sebelum memasuki

lapangan dan selama penelitian berlangsung dengan memilih orang tertentu yang

dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan; selanjutnya berdasarkan

informasi dari sumber data sebelumnya itu, ditetapkan sumber data yang lain

dengan pertimbangan dapat memberikan informasi lebih lengkap. Dalam istilah

Lincoln dan Guba dikenal dengan istilah serial selection of sample unit atau

dalam kata-kata Bogdan dan Biklen dinamakan snowball sampling technique

(Sugiyono, 2005: 55). Pencarian narasumber ini dilakukan hingga yang

dibutuhkan dianggap telah memadai dan data yang didapat telah jenuh sehingga

tidak perlu tambahan informasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik sebagai berikut.

a. Penelitian pustaka yaitu mengumpulkan bahan tertulis yang relevan

dengan masalah yang dikaji

b. Penelitian lapangan berupa pencarian data dalam masyarakat dengan cara:

1) observasi dengan partisipasi langsung, yaitu mengamati,

memperhatikan, dan menyimak secara langsung kalimat-kalimat yang

dituturkan dalam bahasa Melayu Manado dalam kehidupan sehari-hari

untuk menjaring nomina yang tidak tertulis dalam data tertulis

2) elisitasi, yaitu teknik yang digunakan dengan memberikan pertanyaan

langsung dan terarah kepada sumber informasi untuk memperoleh

ujaran atau klausa yang bertalian dengan masalah yang diteliti

15

Page 16: semantik

3) wawancara, yaitu teknik yang digunakan untuk memperoleh

keterangan lebih lanjut mengenai nomina bahasa Melayu Manado

seraya peneliti mencatat hal-hal yang timbul atau muncul dengan

spontan yang dapat digunakan untuk melengkapi data yang terkumpul.

E. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dan terklasifikasi, data yang ada dianalisis untuk

mendapatkan makna leksem nomina yang terdapat dalam Bahasa Melayu

Manado. Teknik yang digunakan adalah teknik parafrasa, teknik perluasan, teknik

analisis komponen dan teknik kolokasi.

Teknik parafrasa digunakan untuk menentukan tipe-tipe makna nomina

yang ada. Teknik perluasan digunakan untuk menentukan tipe sebuah kata yang

bersangkutan memperlihatkan kemungkinan beberapa tipe. Teknik analisis

komponen digunakan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan makna kata

yang tergolong dalam wilayah yang sama. Selanjutnya, teknik kolokasi digunakan

untuk mencari perbedaan makna kata sehubungan dengan perbedaan kolokasinya.

16

Page 17: semantik

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Ciri dan Bentuk Nomina Bahasa Melayu Manado

1. Ciri Nomina Bahasa Melayu Manado

Kelompok kata nomina merupakan salah satu kelompok kata yang sering

tumpang tindih dengan kelompok kata lainnya. Hal ini disebabkan oleh batasan

antara kelas kata lain tidak tegas dan terjadinya perpindahan kelas sehingga

terkadang kata nomina bertumpah tindih dengan adjektiva. Oleh karena itu,

diperlukan sistem penanda ciri suatu jenis kata nomina yang mampu memberikan

gambaran atau prediksi yang lebih tepat. Untuk menguji suatu kata apakah

tergolong ke dalam kelas kata nomina, verba, adjektiva, atau adverbial, kelompok

kata tersebut diuji dengan melihat prilaku morfologis, perilaku sintaksis, dan

perilaku semantisnya.

Sehubungan dengan penjelasan di atas, ciri nomina bahasa Melayu

Manado adalah

a. Secara morfologis, nomina bahasa Melayu Manado dibentuk dengan prefiks pa-

+verba/adjektiva, prefik pa-+ verba/adjektiva, prefiks pan-+ verba/adjektiva,

prefiks pang-+ verba/adjektiva, sufiks –ang, dan konfiks ka-an.

Contohnya:

(1) paroko ‘perokok’ (4) panjaha ‘orang yang jahat’

(2) pambae ‘orang baik’ (5) pampukul ‘alat untuk Memukul’

(3) pamalo ‘pemalu’ (6) kalaparan ‘kelaparan’

(7) masakang ‘masakan’

17

Page 18: semantik

lebih lanjut masalah ini akan dibahas pada pembahasan nomina turunan

bahasa Melayu Manado.

b. Secara sintaksis, nomina bahasa Melayu Manado biasanya berfungsi sebagai

subyek dan objek dalam klausa. Selain itu, dingkarkan dengan kata bukang

‘bukan’, dapat diikuti langsung oleh adjektiva, dan mempunyai potensi untuk

didahului oleh preposisi di, ka ‘ke’, dari, pa ‘kepada’. Ciri khas tersebut dapat

dilihat pada beberapa contoh berikut.

1) Fungsi nomina sebagai subjek.

(8) Tu parao so brangkat ka Bunaken so amper siang . S P K

‘itu perahu sudah berangkat ke Bunaken sudah hampir siang’

Perahu itu telah berangkat ke Bunaken pagi-pagi sekali

(9) Ta pe baju fars kaka da pinjang. S K P

‘saya punya baju ungu kakak ada pinjam’

Baju ungu saya dipinjam oleh kakak.

2) Fungsi nomina sebagai objek dapat dilihat pada kalimat berikut.

(10) Kita so babili slop for oma S P O K

‘saya sudah membeli sendal untuk nenek’

Saya sudah membeli sendal untuk nenek.

(11) Torang ja babakar milu di kobong.

S P O K

‘kami biasa membakar jagung di kebun’

Kami biasa membakar jagung di kobong.

18

Page 19: semantik

3) Nomina bahasa Melayu Manado diingkarkan dengan kata bukang

(12) Bukang tinutuan kita dabawa akang for ngana.

‘bukan bubur Manado saya ada bawakan untuk kamu’

Bukan bubur Manado yang saya bawakan untukmu.

(13) Dia kwa bukang ta pe paitua mār ta pe ana’ basudara.

‘dia bukan saya punya suami tetapi saya punya anak bersaudara’

Ia bukan suami saya tetapi saudara sepupu saya.

4) Diikuti oleh adjektiva pada frasa

(14) Cici, buang jo tu nasi amis deng de pe tampa! N A

‘Cici, buang saja itu nasi basi dengan dia punya tempat’

Cici, buang saja nasi basi itu bersama tempat!

(15) Tu kalapa kir ī ng papa so jual pa Om Piet.

N A

‘itu kelapa kering ayah sudah jual ke Pak Piet’

Ayah sudah menjual kelapa kering itu kepada Pak Piet.

5) Nomina bahasa Melayu Manado didahului preposisi di, ka ‘ke’, dari, pa

‘pada, kepada’.

(16) Tanta Nely da kase tidor Tio di koi.

‘ibu Nely kasih tidur Tio di ranjang’

Ibu Nely menidurkan Tio di ranjang.

(17) Kita da antar ade’ ka skola.

‘saya ada antar adik ke sekolah’

Saya mengantar adik ke sekolah’

(18) Dorang babeking tu kukis dari sagu.

‘mereka membuat itu kue dari sagu’

Mereka membuat kue itu dari sagu.

(19) Kita pe grel skali pa Opan pe kalakuang.

‘saya sangat jengkel sekali pada Opan punya kelakuan.

Saya sangat jengkel sekali pada kelakuan Opan.

19

Page 20: semantik

Berdasarkan beberapa contoh kalimat di atas, leksem parao ‘perahu dan

frasa ta pe baju fars ‘baju ungu saya’ yang berfungsi sebagai subjek (8) dan (9),

leksem slop ‘sendal’ dan leksem milu ‘jagung’ yang berfungsi sebagai objek (10)

dan (11), frasa tinutuan ‘bubur Manado’ dan ta pe paitua ‘suami saya’ yang

didahului oleh partikel bukang (12) dan (13), nasi ‘nasi’ dan kalapa ‘kelapa’ yang

diikuti oleh kata sifat atau adjektiva pada frasa (14) dan (15), dan leksem koi

‘ranjang’, skola ‘sekolah’, sagu ‘sagu’, dan frasa Opan pe kalakuang ‘kelakuan

Opan’ yang diikuti oleh preposisi di, ka ‘ke’ dari, pa ‘pada, kepada’ (16) — (19)

dikategorikan sebagai nomina.

2. Bentuk Nomina Bahasa Melayu Manado

Jika dilihat dari segi bentuknya, nomina dapat dibedakan atas lima macam,

yaitu nomina dasar, nomina turunan, nomina reduplikatif, dan nomina majemuk,

dan nomina idiomatik.

a. Nomina Dasar

Nomina dasar adalah nomina yang tidak mendapat imbuhan. Nomina

bentuk dasar ini ada yang terdiri dari satu suku kata, dua suku kata, tiga suku kata,

empat suku kata, dan enam suku kata

1) Nomina Bersuku Kata Satu

Yang dimaksud dengan nomina dasar bersuku kata satu adalah nomina

yang hanya terdiri atas satu suku kata.

/bes/ ‘bis’ /bas/ ‘tukang’

/spray/ ‘seprei’ /spir/ ‘otot’

/frak/ ‘ongkos’ /lin/ ‘pita’

/slop/ ‘sendal’

20

Page 21: semantik

2) Nomina Dasar Bersuku Kata Dua

Berdasarkan data yang terkumpul, kata dasar nomin adalam bahasa

Melayu Manado yang bersuku kata

/blang-ket/ ‘selimut’ /e-is / ‘es’

/fa-ra/ ‘tahi lalat’ /ga-y/ ‘cacing’

/ko-y/ ‘ranjang’ /o-pa/ ‘kakek’

/o-ma/ ‘nenek’ /se-ho/ ‘aren’

/tes-ta/ dahi /tu-sa’/ ‘kucing’

/sun-tung/ ‘cumi-cumi’ /kin-tal/ ‘halaman rumah’ .

Nomina bersuku kata dua jumlahnya sangat banyak.

3) Nomina Dasar Bersuku Kata Tiga

Berdasakan data yang terkumpul, nomina yang bersuku kata tiga sangat

banyak

Contohnya:

/do-di-ka/ ‘tungku’

/do-du-tu/ ‘alu’

/do-do-ku/ ‘jembatan’

/go-ma-la/ ‘mata kail’

/go-ra-ka/ ‘jahe’

/go-no-fu/ ‘ijuk’

/ka-ni-kir/ ‘kelereng’

/so-si-ru/ ‘nyiru’

/pa-ne-ti/ ‘peniti’

/kas-ka-do/ ‘kudis’

21

Page 22: semantik

/ba-ka-sang/ ‘telur ikan yang digarami’.

/tam-pu-rung/ ‘tempurung’

/gar-gan-tang/ ‘kerongkongan’

4) Nomina Dasar Bersuku Kata Empat

Berdasarkan data yang terkumpul, kata dasar nomina dalam bahasa

Melayu Manado yang bersuku kata empat sangat sedikit.

/ba-la-ka-ma/ ‘kemangi’

/po-po-lu-lu/ ‘belut’

/tu-tu-ru-ga/ ‘ kura-kura’

/ko-lo-ti-di/ ‘cacing’

/ti-nu-tu-an/ ‘bubur Manado’

/ten-teng-ko-rang/ ‘kentung-kentung’

/ka-li-mu-mu/ ‘ketombe’

5) Nomina Dasar Bersuku Kata Lima

Berdasarkan data yang terkumpul, kata dasar nomina dalam bahasa

Melayu Manado yang bersuku kata lima sangat sedikit, di antaranya adalah

/ba-ra-ma-ku-su/ ‘serai’

b. Nomina Turunan

Nomina turunan adalah nomina bentukan yang telah mendapat imbuhan

(afiks). Afiks pembentuk nomina bahasa Melayu Manado adalah prefiks dan

konfiks. Nomina bahasa Melayu Manado dibentuk dengan prefiks pa-+verba,

prefik pa-+adjektiva, prefiks pan-+adjektiva, prefiks pang-+verba, dan konfiks

ka-an, sufiks –an. Berikut penjelasannya.

22

Page 23: semantik

1) Nomina yang dibentuk dari prefiks pa-+ verba, pan-+verba, pam-+ verba, dan

pang- + verba

Contoh:

paroko ‘perokok’

papancuri ‘pencuri’

pantipu ‘penipu’

pampukul ‘pemukul, alat untuk memukul’

pamprob ‘penyumbat’

pangkase ‘pengasih’

2) Nomina yang dibentuk dari prefiks pa-+ adjektiva, pan-+ adjektiva, pam-+

adjektiva, dan pang- + adjektiva

pamara ‘pemarah’

pamalo ‘pemalu’

panako ‘penakut’

panjaha ‘penjahat’

pambae ‘orang baik’

pangkotor ‘orang yang jorok’

3) Nomina yang dibentuk dari sufiks –ang

masakang ‘masakan'

minumang ‘minuman’

tulisang ‘tulisan’

Nomina jenis ini merupakan serapan dari bahasa Indonesia.

4)Nomina yang dibentuk dari konfiks ka—ang

kalaparang ‘kelaparan’

23

Page 24: semantik

katinggiang ‘ketinggian’

kahidopang ‘kehidupan’

kalakuang ‘kelakuan’

c. Nomina Reduplikatif

Nomina reduplikatif adalah nomina yang dihasilkan oleh reduplikasi

bentuk, baik yang berbentuk dasar maupun bentuk turunan baik dengan variasi

fonem atau tidak. Dalam bahasa Melayu Manado, reduplikasi nomina dibagi atas

empat bentuk, yaitu (1) reduplikasi utuh, (2) reduplikasi parsial, (3) reduplikasi

semu, dan (4) reduplikasi tak beraturan.

1) Reduplikasi utuh

Reduplikasi utuh adalah pengulangan seluruh bentuk tunggal atau pun

bentuk kompleks. Pengulangan ini mengubah kelas kata nomina menjadi

adjektiva dan bermakna ini menyerupai benda yang diulang. Misalnya:

mulu-mulu ‘sifat orang yang suka banyak mulut atau sering

menceritakan kejelekan orang lain’

tanta-tanta ‘sifat seperti perempuan dewasa atau seperti bibi atau

seperti ibu’

opa-opa ‘sifat seperti seorang kakek’

oma-oma ‘sifat seperti seorang nenek’

2) Reduplikasi Parsial

Reduplikasi parsial adalah pengulangan sebagian bentuk kata baik

pengulangan bentuk dasarnya maupun pengulangan berimbuhan. Imbuhan

24

Page 25: semantik

(prefiks) pembentuk reduplikasi nomina adalah prefiks pa- yang bermakna

kegiatan yang sudah menjadi hobi atau pekerjaan. Contoh

pancuri papancuri ‘pencuri’

pandusta papandusta ‘pendusta’

3) Reduplikasi Semu

Reduplikasi semu adalah bentuk dasar bila tak direduplikasi tak bermakna

sama dengan bentuk reduplikasinya. Contohnya.

/buku/ /buku-buku/ ‘lutut’

/dabu/ /dabu-dabu/ ‘lombok; sambal’

/diki/ /diki-diki/ ‘tongkat’

/donga/ /dong-donga/ ‘rahang’

/gidi/ /gidi-gidi/ ‘liur’

/pala/ /pala-pala/ ‘paha’

/kile/ /kile-kile/ ‘ketiak’

/kore/ /kore-kore/ ‘alat untuk mengorek’

/pila/ /pila-pila/ ‘sayap’

/pongo/ /pongo-pongo/ ‘pipi’

/poki/ /poki-poki/ ‘terung’

/sema/ /sema-sema/ ‘sayap perahu’

/kusu/ /kusu-kusu/ ‘alang-alang’

4) Reduplikasi tak Beraturan

Bentuk ini menurut Gleason, yang dikutif oleh A.B.G. Rattu, (2000, )

tergolong bentuk reduplikasi secara kebetulan.

/dodutu/ /tuturuga/ ’penyu’

25

Page 26: semantik

d. Nomina Majemuk

Untuk keperluan pembahasan selanjutnya dan untuk menghindari

kekacauan pemahaman, perlu dibedakan antara nomina majemuk, nomina idiom,

dan frasa nominal. Nomina majemuk adalah gabungan kata yang masih dapat

ditelusuri secara langsung makna setiap komponen. Misalnya ana’ mantu

‘menantu’ dapat ditelusuri maknanya dari kata ana’ ‘anak’ dan mantu ‘menantu’.

Sedangkan nomina idiom adalah gabungan kata yang memunculkan makna baru

yang tidak dapat secara langsung ditelusuri maknanya berdasarkan komponen.

Misalnya, mulu rica-rica ‘cerewet; judes’. Makna ‘judes’ ini tidak dapat ditelusuri

secara langsung hanya dengan melihat kata mulu ‘mulut’ dan rica-rica ‘cabai-

cabai’. Dan frasa nominal adalah frase yang berinduk pada nomina dan salah satu

konstituennya mempunyai prilaku sintaksis yang sama dengan seluruh konstruksi

itu. Misalnya peda panjang ‘parang panjang’.

Selain itu, kriteria lain nomina majemuk adalah urutan komponennya

seolah-olah menjadi satu sehingga tidak dapat ditukar tempatnya. Misalnya ana’

sunggu ‘anak kandung’ adalah nomina majemuk dan Jhon pe ana’ ‘anak Jhon’

adalah frasa nominal biasa.

Berikut ini beberapa contoh nomina majemuk.

laki bini ‘suami istri’

mulu rica-rica ‘cerewet, judes’

ana’basudara ‘sepupu’

ana’ mantu ‘menantu’

mama mantu ‘ibu mertua’

hukum tua ‘kepala kampung/desa’

26

Page 27: semantik

hukum kadua ‘camat’

kuda ban ‘kuda pacuan’

nasi jaha ‘lemang’

B. Hiponimi Nomina Bahasa Melayu Manado

1. Nomina yang Menyatakan Makna Kekerabatan

Nomina yang termasuk tipe kekerabatan adalah leksem yang menyatakan

hubungan kekeluargaan dengan pertalian darah atau pertalian perkawinan. Dalam

Kamus Besar bahasa Indonesia, makna kerabat adalah yang dekat (pertalian

keluarga; sedarah sedaging). Nomina bahasa Melayu Manado yang menyatakan

makna kekerabatan adalah kosakata yang bertalian dengan keluarga, sedarah

sedaging, dari keturunan yang sama. Yang termasuk kekerabatan dalam penelitian

ini adalah (1) ibu (2) bapak (3) anak (4) suami (5) istri (6) kakek, (7) nenek,

(8) mertua, dan (9) menantu.

a. Mama ‘ibu’

Mama ‘ibu’ adalah istilah kekerabatan bagi wanita yang telah melahirkan

seseorang atau orang tua perempuan. Perhatikan contoh berikut.

(20) Ngana da lia so tu adé’ pé mama?

‘kamu ada lihat itu anak punya ibu?’

Apakah Anda melihat ibu anak itu?

(21) Kita pé mama so dua hari cuma makang milu.

‘saya punya ibu sudah dua hari hanya makan jagung’

Ibu saya sudah dua hari hanya makan jagung.

Kata mama ‘ibu’ seringkali disingkat menjadi mam ‘ibu’ dan digunakan

untuk menyapa mama ‘ibu’ secara langsung. Misalnya dalam kalimat berikut.

27

Page 28: semantik

(22) Mam, mari jo torang pigi ka stasion!

‘bu, mari saja ta pérgi ke stasiun!’

Bu, ayo ta pérgi ke stasiun!

Selain kata mama ‘ibu’, kata ajūs ‘ibu’ dan kata mai ‘induk; ibu’ juga seri

digunakan untuk makna ibu. Kata mama nilai rasanya lebih halus dan lebih sopan

daripada istilah yang lainnya. Kata ajūs adalah bentuk acuan dari ‘ibu’. Pada

dasarnya kata ajūs adalah bentuk maskulin dan berasal dari bahasa Arab عجوز

‘orang yang lemah’. Selain itu, dalam bahasa gaul bermakna ibu yang digunakan

oleh segelintir orang dan dalam perkembangannya sering dipelesetkan dengan

singkatan dari ‘ajudan setan’. Sedangkan, kata mai bermakna ‘ibu’ dalam

pengertian kasar dan seringkali dipakai untuk memaki.

Berikut ini adalah contohnya.

(23) Kalo ajūs dapa riki pa ngoni pa kita pé kamar, ajūs so mo mara akang pa

kita.

‘kalau ibu menangkap basah pada kalian di saya punya kamar, ibu sudah

akan marah kepada saya’

Jika ibu menangkap basah kalian di kamarku, saya akan dimarahinya.

(24) Mémang ngana pé kalakuang rupa ngana pé mai!

‘Memang kamu punya kelakuan seperti kelakuan kamu punya ibu’

Kelakuan kamu memang tidak berbeda dengan kelakuan ibumu!

Kata mama dapat bergabung dengan kata lain dan mengalami pergeseran

makna leksikal ke makna gramatikal. Misalnya mama angkat ‘ibu angkat’ adalah

wanita yang mengambil dan memelihara anak orang lain; mama mangaku, mama

sunggu ‘ibu kandung’ adalah ibu yang melahirkan (ibu sendiri), dan mama sarāni

‘ibu permandian’ adalah wanita yang bertindak sebagai pelindung pada waktu

upacara pembaptisan (Katolik).

Berikut ini adalah contoh dalam kalimat.

28

Page 29: semantik

(25) Dia jadi mama angkat dari anam anak.

‘dia jadi ibu angkat dari enam anak’

Ia menjadi ibu angkat dari enam anak.

(26) Dé pé mama sunggu so nyanda ada.

‘dia punya ibu sungguh sudah tidak ada’

Ibu kandungnya sudah tiada.

(27) Kita ta pé tamang da minta jadi mama sarani pa dé pé ana’.

‘saya saya punya teman ada minta jadi ibu baptis kepada dia punya anak’

Saya diminta menjadi ibu permandian anak teman saya;

Selanjutnya, untuk menyatakan makna ibu jari dan induk ayam, biasa

digunakan istilah jaré mai ‘ibu jari’ dan ayang mai ‘induk ayam’. Perhatikan

contoh kalimat berikut ini.

(28) Dé pé jaré mai tagépé di oto pé pintu.

‘dia punya jari ibu térjépit di mobil punya pintu’

Ibu jarinya terjepit di pintu mobil.

(29) Torang pé ayang mai tatindis déng oto.

‘kami punya ayam induk tertindis dengan mobil’

Induk ayam kami tergilas mobil.

b. Papa ‘ayah’

Kata papa atau pap bermakna ‘bapak, ayah’ atau sapaan untuk orang tua

kandung laki-laki; bapak; panggilan kepada orang tua kandung laki-laki.

Perhatikan contoh berikut.

(30) Kita pé tako skali pa kita pé papa.

‘saya sangat takut sekali kepada saya punya ayah’

Saya sangat takut pada ayah saya.

(31) Kita pé papa pé férlamēn da anfāl kong ta pé papa tafalao sampé skarang.

‘saya punya ayah punya penyakit stroke kambuh kemudian saya punya

ayah pingsan sampai sekarang’

29

Page 30: semantik

Penyakit stroke ayahku kambuh dan beliau pingsan sampai sekarang.

Kata pap ‘ayah’ merupakan sapaan singkat dari kata papa dan digunakan

untuk menyapa papa ‘ayah’ secara langsung tetapi tidak lazim digunakan. Berikut

contoh kalimatnya.

(32) Torang makang di ruma jo néh, Pap!

‘kita makan di rumah saja ya, Yah’

Makan di rumah saja ya, Yah!.

Selain kata papa ‘ayah’, kata sébé ‘ayah’ dan kata pai ‘ayah’ juga

seringkali digunakan untuk makna ayah. Kuantitas kata papa lebih sering

digunakan dan nilai rasanya lebih halus dan lebih sopan daripada istilah yang

lainnya. Kata sébé adalah bentuk acuan dari ‘ayah’. Sama halnya dengan kata

ajūs, kata sébé pun berasal dari bahasa Arab شيبا ‘orang tua renta’. Selain itu,

dalam bahasa gaul bermakna ‘ayah’ yang digunakan oleh segelintir orang

khususnya kalangan anak muda dan dalam perkembangannya sering dipelesetkan

dengan singkatan dari ‘setan besar’. Sedangkan, kata pai bermakna ‘ayah;

bapak’ dalam pengertian kasar dan seringkali dipakai untuk memaki.

Berikut ini contoh dalam kalimat.

(33) Torang suka pasiar pa ngana pé ruma mār ngana pé sébé kua’ pé stréng.

‘kami suka berkunjung ke kamu punya rumah tetapi kamu punya ayah

sangat pemarah sekali’

Kami mau berkunjung ke rumahmu, tetapi ayahmu sangat pemarah.

(34) Ngana pé pai pé lémong ini so! Kong ngana mo ambé-ambé dé pé bua?

‘kamu punya ayah punya jeruk inikah! Terus kamu mau ambil-ambil dia

punya buah?’

Apakah pohon jeruk ini milik bapakmu? Sehingga dengan seenaknya

kamu petik buahnya?

30

Page 31: semantik

Seperti halnya kata mama, kata papa ‘ayah; bapak’ dapat bergabung

dengan kata lain dan mengalami pergeseran makna leksikal ke makna gramatikal.

Misalnya, papa angkat “ayah angkat dan papa sarani ‘ayah permandian’. Kata

papa angkat ‘ayah angkat’ adalah orang tua laki-laki yg bukan orang tua kandung,

tetapi secara resmi menurut prosedur adat atau hukum diakui sebagai ayah karena

mengambil dan menganggap seseorang sebagai anaknya sendiri dengan segala

hak dan kewajiban yg berhubungan dengan kedudukan itu.

Berikut ini contoh dalam kalimat.

(35) Kita nintau kalo Frans pé papa angkat so maninggal kalamāring.

‘saya tidak tahu kalau Frans punya ayah angkat sudah meninggal kemarin’

Saya tidak tahu bahwa ayah angkat Frans meninggal dunia kemarin.

Kata papa sarāni ‘ayah permandian’ adalah pria yg bertindak sebagai

pelindung pada waktu upacara permandian, dan kadang-kadang juga dalam

kehidupan selanjutnya. Perhatikan contoh berikut

(36) Ta pé papa sarāni salalu békéng ta pé hari jadi.

‘saya punya ayah baptis selalu membuat saya punya hari ulang tahun’

Ayah permandian saya selalu merayakan ulang tahun saya.

c. Ana’ ‘anak’

Ana’ ‘anak’ adalah keturunan kedua atau buah perkawinan antara suami

dan istri. Dalam bahasa Melayu Manado, kata ana’ lazim digunakan untuk semua

usia anak. Kata ana’ kadang disingkat dengan na’ ‘nak’. Papa ‘ayah’ dan mama

‘ibu’ menyapa anaknya dengan ana’ atau na’ ‘anak atau nak’ atau dengan

menyebut nama anaknya secara langsung. Sebaliknya, si anak menyapa orang

tuanya dengan mama dan papa atau mam dan pap, bahkan ada yang menyapa

dengan kata mami’ ibu’ dan papi’ ‘ayah’, dan ajūs dan sébé.

31

Page 32: semantik

Perhatikan contoh penggunaan kata ana’ ‘anak’ dalam kalimat berikut.

(37) So lima taong torang da kawéng mār bulung ada ana’.

‘sudah lima tahun kami kawin tapi belum ada anak’

Sudah lima tahun kami menikah tetapi belum mempunyai anak.

(38) Bémbéng akang tu karanjang kamari, Na’!

‘jinjingkan itu keranjang kemari, Nak!’

Tolong jinjing keranjang itu kemari, Nak!

Selain kata ana’ ‘anak’, kata adé’ ‘anak’ dan gai ‘anak’ juga sering

digunakan untuk makna anak. Kata adé’ bermakna panggilan kesayangan untuk

anak, biasanya digunakan untuk bayi dan anak kecil, tetapi sebagian orang masih

tetap menggunakannya meskipun anaknya sudah besar. Kata gai juga bermakna

anak tetapi nilai rasanya lebih kasar dan hanya digunakan antar teman dan kenalan

akrab atau apabila yang bedrsangkutan tidak bersama dalam percakapan.

Berikut contoh kalimatnya.

(39) Jang tidor di lanté, Dé! Mo maso’ anging ngana.

‘jangan tidur di lantai, Nak! Mau masuk angin kamu’

Jangan tidur di lantai, Nak! Nanti masuk angin.

(40) Kasiang tu adé’ kang? Dé pé mama da mati pas dé pé lahir.

Kasihan itu bayi ya? Dia punya ibu ada mati pas dia punya lahir’

Kasihan bayi itu, ya? Ibunya meninggal ketika dia lahir.

(41) So brapa ngana pé gai?

‘sudah berapa kamu punya anak?’

Sudah berapa anakmu?

Kata ana’ ‘anak’ juga bisa bergabung dengan kata yang lain sehingga

menyebabkan terjadinya pergeseran makna secara gramatikal. Misalnya kata ana’

sandiri ‘anak tunggal’ dan ana’ angkat ‘anak angkat’.

Perhatikan conto berikut!

(42) Biar léi Dian anak sandiri pa dé pé kaluarga Dian nyanda suka béking

diri.

32

Page 33: semantik

‘biar lagi Dian anak tunggal di keluarganya Dian tidak suka membuat diri’

Meskipun anak tunggal di keluarganya, Dian tidak suka bertingkah

macam-macam.

(43) Kita dapa déngar ta pé papa dacumu-cumu kalo kita cuma ana’ angkat.

‘saya dapat dengar saya punya ayah menyebut-nyebut kalau saya hanya

anak angkat’

Saya mendengar ayah menyebut-nyebut bahwa saya hanya anak angkat.

Di samping itu, gabungan kata ana’ dengan kata lain dapat bermakna

konotasi. Misalnya pada frasa ana’ émas ‘anak emas’, ana’ luar ‘anak haram;

anak di luar nikah’, ana’ bua ‘anak buah’. Contohnya tampak dalam kalimat.

(44) Kita nyanda tako pangana biar léi ngana bos pé ana’ émas.

‘saya tidak takut sama kamu meskipun kamu bos punya anak emas’

‘Meskipun kamu anak emas bos, saya tidak takut kepadamu.

(45) Dorang so tau ngana ada ana’ luar .

‘mereka sudah tahu kamu ada anak haram’

Mereka sudah mengetahui bahwa kamu memiliki anak haram.

(46) Cuma dia no orang Minahasa kita pé ana bua pa ta pé kantor.

‘cuma dia orang Minahasa saya punya anak buah di saya punya kantor’

Hanya dia anak buah saya di kantor yang berasal dari Minahasa.

d. Laki ‘ suami’

Laki ‘suami’ adalah pria yang menjadi pasangan resmi seorang wanita

(istri). Dalam bahasa Melayu Manado, kata laki ‘suami’ bersinonim dengan kata

paitua ‘suami’. Makna kata laki ‘suami’ lebih sempit daripada makna kata paitua

‘suami’. Kata laki bermakna pria pasangan resmi wanita yang telah diikat oleh

tali perkawinan. Sedangkan kata paitua bisa bermakna ‘suami’, ‘laki-laki tua’,

dan ‘pacar (laki-laki)’.

Makna kata laki dan paitua dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(47) Dé pé laki pé koncudu kua nyanda ada dé pé dua.

33

Page 34: semantik

‘dia punya suami punya sifat kikir tidak ada dia punya dua’

Sifat kikir suaminya tidak ada duanya.

(48) Ta pé paitua jaga antar pa kita déng oto.

‘saya punya suami selalu mengantar saya dengan mobil’

Saya selalu diantar suami dengan mobil.

(49) Ngana da lia so tu paitua di huk sana?

‘kamu ada lihat itu laki-laki tua di sudut sana?’

Apakah kamu melihat laki-laki tua itu di sudut sana?

(50) Martha pé paitua pambajulus skali.

‘Martha punya pacar tukang cemburu sekali’

Pacar Martha sangat pencemburu.

Pada kalimat (48) dan (50) makna kata paitua bisa berarti ‘suami’ dan

‘pacar’. Dengan demikian, kedua makna tersebut dapat dipahami bergantung siapa

yang mengungkapkannya, apakah sudah menikah atau belum dengan laki-laki

yang dibicarakan.

e. Bini ‘istri’

Kata bini bermakna istri, yaitu wanita yang telah menikah atau bersuami

dengan seorang laki-laki secara resmi. Dalam bahasa Melayu Manado, kata bini

bersinonim dengan maitua ‘istri’. Kata bini berpasangan dengan kata laki dan kata

maitua berpasangan dengan kata paitua. Dengan demikian makna maitua juga

lebih luas daripada kata bini. Kata bini hanya bermakna wanita yang telah

menikah secara resmi sedangkan kata maitua selain bermakna ‘istri’ juga

bermakna ‘perempuan tua’ dan ‘pacar (perempuan)’ .

Dalam contoh kalimat berikut dapat dibedakan makna-makna tersebut.

(51) Om Taufik déng dé pé bini da datang pata pé hari jadi.

‘pak Taufik bersama dia punya istri datang di saya punya hari ulng tahun’

Pak Taufik datang bersama istrinya di pesta hari ulang tahunku.

34

Page 35: semantik

(52) Kiapa ngana pé maitua nyanda iko’ ibadah?

‘kenapa kamu punya istrimu tidak ikut kebaktian?’

Mengapa istrimu tidak mengikuti kebaktian?

(53) Tu maitua itu yang jaga bajual kukis di Pasar Ampa Lima.

‘itu perempuan tua itu yang biasa menjual kue di Pasar Empat Lima’

Perempuan tua itu selalu menjual kue di Pasar Empat Lima.

(54) Kita mo bauni félém déng maitua di Studio 21 ni soré.

‘saya mau menonton film dengan pacar di Studio 21 ini sore’

Saya akan menonton film bersama pacar di Studio 21 sore ini.

Makna kata maitua ‘istri’ dan ‘pacar’ hanya dapat dibedakan dengan

melihat konteks pembicara atau penulis apakah dia sebagai laki-laki yang sudah

menikah atau belum menikah dengan wanita yang dimaksud.

Dalam percakapan sehari-hari, baik maitua ‘istri’ ataupun paitua ‘suami’

dapat menyapa pasangan masing-masing dengan nama pasangannya.

Misalnya dalam kalimat berikut.

(55) Firman! Kita da batunggu pangana déng adé di mol skarang néh!.

‘Firman! Saya ada menunggu kamu dan anak di mol sekarang ya’

Firman! Saya sedang menunggu kamu dan anak kita di mal sekarang.

f. Opa ‘kakek’

Dalam bahasa Melayu Manado sapaan yang digunakan oleh seseorang

untuk bapak dari kedua orang tuanya adalah opa ‘kakek’. Kata opa ‘kakek’

bersinonim dengan kata tété ‘kakek’ atau bapak dari ayah atau bapak dari ibu.

Seorang cucu dapat memanggil kakeknya dengan kedua kata sapaan ini.

Berikut ini contoh dalam kalimat.

(56) Opa jaga bawa manggustang sabang opa pigi pa torang.

‘kakek biasa bawa manggis setiap datang ke kami’

Setiap datang ke rumah kami, kakek selalu membawa manggis.

(57) Ta pé tété déng dé pé tété saudara sunggu.

35

Page 36: semantik

‘saya punya kakek dan dia punya kakek saudara kandung’

Kakekku dan kakeknya bersaudara kandung.

Kata sapaan opa ‘kakek’ dan tété ‘kakek’ digunakan juga untuk menyapa

laki-laki tua yang sebaya dengan kakek.

Seperti pada contoh dalam kalimat berikut.

(58) Kita jaga lia tu opa bajual milu bakar di Pasar Ampa Lima.

‘saya biasa lihat kakek itu menjual jagung bakar di Pasar Empat Lima’

Saya sering melihat kakek itu menjual jagung bakar di Pasar Empat Lima.

(59) Tété dari mana?

‘kakek dari mana?’

Kakek dari mana?

Pada umumnya di wilayah Minahasa lebih cenderung memakai kata opa

daripada kata tété. Hal tersebut disebabkan oleh sebagian penduduk Minahasa

adalah keturunan Belanda yang pada umumnya beragama Kristen dan memiliki

pergaulan luas, sedangkan kata tété biasanya digunakan oleh sebagian orang

pedalaman yang kehidupannya belum modern. Akan tetapi, di tempat lain

misalnya, di kota Manado, kata tété biasanya digunakan oleh penutur muslim dan

kata opa dipakai oleh penutur yang beragama Kristen.

g. Oma ‘nenek’

Kata oma ‘nenek’ digunakan sebagai kata sapaan untuk ibu dari ayah atau

ibu. Selain kata oma, kata néné ‘nenek’ juga sering digunakan untuk menyapa

pengganti kata oma. Seperti halnya kata opa, kata oma atau kata néné sering

dipakai untuk menyapa perempuan yang telah tua.

Perhatikan contoh-contoh berikut!

(60) Kita jaga déngar oma bavéto akang pa papa adé’.

‘saya biasa dengar nenek memarahi kepada paman’

Sering saya dengar nenek memarahi paman’

36

Page 37: semantik

(61) Pigi jo déng néné’, Élma!

‘pergi saja dengan nenek , Elma!’

Pergi saja bersama nenek, Elma!

h. Cucung ‘cucu’

Cucu/cucung ‘cucu’ adalah keturunan ketiga atau anak dari anak. Opa/tété

‘kakek’ dan oma/néné ‘nenek’ menyapa cucunya dengan ana’ atau adé’ ‘anak

atau nak’ atau dengan menyebut nama cucunya secara langsung. Sebaliknya, si

cucu menyapa ayah/ibu orang tuanya dengan oma/néné dan opa/tété.

Perhatikan contoh berikut!

(62) Biar léi kita masi kalihatang muda mār ta pé cucung so ampa.

‘biar lagi saya masih kelihatan muda tetapi saya punya cucu sudah empat’

Meskipun saya masih kelihatan muda tetapi cucu saya sudah empat.

Kata cucu ‘cucu’ juga bisa bergabung dengan kata yang lain sehingga

menyebabkan terjadinya pergeseran makna secara gramatikal. Misalnya kata cucu

basudara ‘saudara sepupu’. Perhatikan contoh berikut!

(63) Kita nintau kalo kita ada cucu basudara di Manado.

‘saya tidak tahu kalau saya ada saudara sepupu di Manado’

Saya tidak tahu jika memiliki saudara sepupu di Manado.

i. Mama mantu ‘ibu mertua’

Dalam bahasa Melayu Manado, ibu suami atau ibu istri disebut mama

mantu. Akan tetapi, dalam percakapan antara menantu dan ibu mertua, menantu

tetap menyapa mama kepada ibu mertuanya dan ibu mertua menyapa anak

terhadap menantunya.

(64) Kita nimmau tinggal déng mama mantu.

‘saya tidak mau tinggal dengan ibu mertua’

Saya tidak mau tinggal bersama ibu mertua.

37

Page 38: semantik

j. Papa mantu ‘ayah mertua’

Papa mantu adalah nomina kekerabatan yang mengacu kepada ayah suami

atau ayah istri kita. Dalam bahasa Melayu Manado, papa mantu ‘ayah mertua’

biasa disapa menantunya dengan papa atau papi bergantung kebiasaan anak dari

papa mantu tersebut.

Berikut contoh dalam kalimat.

(65) Ta pé papa mantu pé suka skali makang tinutuang

‘saya punya ayah mertua sangat suka sekali makan bubur Manado’

Ayah mertua saya sangat suka makan bubur Manado.

k. Anak mantu ‘menantu’

Dalam bahasa Melayu Manado, sapaan kekerabatan untuk menantu

adalah anak mantu, baik laki-laki maupun perempuan. Untuk membedakannya

harus diikuti dengan kata pembeda jenis kelamin. Menantu laki-laki disapa anak

mantu laki-laki dan menantu perempuan disapa anak mantu parampuang.

Contohnya tampak pada kalimat berikut.

(66) Kita da baku tulung déng ta pé anak mantu baangka tu pasér.

‘saya sedang baku bantu dengan saya punya menantu mengangkat itu

pasir’

Saya sedang membantu menantu saya mengangkat pasir itu.

(67) Cuma kita sasaja dé pé anak mantu parampuang.

‘cuma saya saja dia punya menantu perempuan’

Hanya saya sendiri menantu perempuannya.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar hiponimi nomina perkerabatan

dan Tabel 1 berikut.

38

Page 39: semantik

Perkerabatan

mama papa ana laki bini opa oma cucu papa mama ana mantu mantu mantu

TABEL 1

CIRI SEMANTIS HIPONIMI NOMINA

YANG MENYATAKAN MAKNA KEKERABATAN

Ciri semantis

Kosakata

Jenis Kelamin Status Maturitas

Laki-laki Perempuan Kawin Tidak Kawin

Dewasa Anak-anak

Mama ‘ibu’ - + + - + -

papa ‘ayah’ + - + - + -

Ana’ ‘anak’ + + - + - +

laki 'suami’ + - + - + -

Bini ‘istri’ - + + - + -

Opa ‘kakek’ + - + - + -

oma ‘nenek’ - + + - + -

Cucu ‘cucu’ + + - + - +

papa mantu ‘ayah mertua’

+ - + - + -

mama mantu ‘ibu mertua’

- + + - + -

Ana' mantu ‘menantu’

+ + + - + -

2. Nomina yang Menyatakan Makna Alat

Nomina alat adalah nomina yang mengacu ke alat atau benda yang

digunakan untuk melakukan sesuatu atau untuk mencapai sesuatu. Nomina tipe ini

39

Page 40: semantik

dirinci menjadi beberapa tipe bawahan berdasarkan bentuk, jenis, dan kolokasi

yang diacu oleh kata-kata yang menyatakan alat tersebut. Di antara nomina bahasa

Melayu Manado yang menyatakan makna alat adalah: (1) alat makan dan minum,

(2) alat memasak, (3), perlengkapan kamar, dan (4) alat pertukangan.

a. Alat makan/minum

1) Piring ‘piring’

Piring ‘piring’ adalah salah satu alat makan yang penting. Bentuknya

bundar, pipih, dan sedikit cekung (atau ceper), terbuat porselen, seng, plastik, dan

batu. Piring berfungsi untuk meletakkan nasi, lauk pauk, dan kue. Kata piring

mempunyai tipe bawahan seperti piring makang ‘piring makan’, piring kacili

‘piring kecil’, Piring kukis ‘piring ceper’ untuk kue, piring balapis ‘piring untuk

kue klaper tar’, piring kopi ‘ piring kecil yang digunakan sebagai alas cangkir’.

Piring dapat berkolokasi dengan beberapa makanan, seperti kukis ‘kue’,

nasi, dan ikang ‘lauk pauk’

Penggunaan kata piring dalam kalimat dapat dilihat pada contoh berikut.

(68) Mi, bli akang for kita piring balapis di Goldén!

‘Mi, belikan untuk saya piring berlapis di Golden’

Mi, tolong belikan piring berlapis di Golden.

(69) Dé’, sadia jo piring déng lépér di méja!

‘Nak, sedia saja piring dengan sendok di meja!

Nak siapkan piring dan sendok di atas meja.

2) Baskom ‘mangkuk’

Baskom ‘mangkuk’ adalah tempat makanan yanng berkuah. Bentuknya

tidak bertelinga, cekung, bundar, bagian permukaannya lebih luas daripada

bagian alasnya, terbuat dari porselen, plastik, kaca, dan batu.

40

Page 41: semantik

Baskom ‘mangkuk’ berkolokasi dengan sup, sayor ‘sayur’, buah ségar ‘es

buah’

Contoh:

(70) Tu baskom kacili for tampa sup brénébon Tanta Unggu dapinjang.

‘itu mangkuk kecil tempat sup brenebon Ibu Unggu ada pinjam’

Mangkuk kecil tempat sup brenebon itu dipinjam Ibu Unggu.

3) Tampa nasi ‘tempat nasi’

Tampa nasi ‘tempat nasi’ merupakan alat makan, yakni wadah yang

dipakai untuk menyimpan atau menaruh nasi. Bentuk tampa nasi bundar, cekung,

bagian permukaannya lebih luas daripada bagian bawahnya, bertelinga, dan

wadahn\ya berlubang-lubang. Wadah ini terbuat dari aluminium, plastik, porselen,

atau bahan lain.

Contoh:

(71) Torang cuma basadia akang satu tampa nasi for ngoni.

‘kami cuma menyiapkan satu tempat nasi untuk kalian’

Kami hanya menyediakan satu tempat nasi untuk kalian.

4) Tampa cuci tangang ‘kobokan’

Tampa cuci tangang ‘kobokan’ adalah tempat air untuk mencuci jari

tangan sebelum dan sesudah makan. Tampa cuci tangang ini terbuat porselen,

plastik, dan bahan lain. Tampa cuci tangang hanya berkolokasi dengan tangang

‘tangan’.

Berikut contoh dalam kalimat:

(72) Cik, bolé kita minta tampa cuci tangang?

‘Bu, boleh saya minta tempat cuci tangan?’

Bolehkah saya meminta kobokan, Bu?

5) Lépér ‘sendok’

41

Page 42: semantik

Lépér ‘sendok’ adalah alat yang digunakan sebagai pengganti tangan

dalam mengambil makanan (seperti nasi), bentuknya bulat, cekung, dan

bertangkai.

(73) Dia nyanda biasa makang déng lépér.

‘dia tidak biasa makan dengan sendok’

Ia tidak biasa makan dengan memakai sendok.

Lépér ‘sendok’ merupakan superordinat yang mempunyai hiponim lépér

makang ‘sendok makan’, lépér kukis ‘sendok kue’, lépér gula ‘sendok gula’, dan

lépér té’ ‘sendok teh’.

Lépér ‘sendok’ dapat berkolokasi dengan beberapa macam makanan

seperti nasi, tinutuan ‘bubur Manado’, gohu ‘asinan’, sayor ‘sayur’, dan minuman

seperti kopi, té’ manis ‘air teh’, té’ puti ‘air putih’ serta buah ségar ‘es buah’.

Seperti halnya bahasa lain, dalam bahasa Melayu Manado untuk

membedakan benda yang sejenis dari segi besar dan kecilnya diberikan ciri

pembeda dengan menggunakan kata sifat basār ‘besar’ atau kacili ‘kecil’.

Misalnya pada kata sendok, lépér basār ‘sendok nasi’, lépér sayor ‘sendok sayur’.

Meskipun demikian, ada leksem lain yang sering digunakan untuk istilah sendok

nasi dan sendok sayur yaitu sondo (pembahasannya pada bagian selanjutnya).

6) Sondo ‘sendok’

Selain kata lépér yang bermakna sendok, leksem lain yang sering

digunakan untuk makna yang sama adalah leksem sondo’ ‘sendok’. Perbedaan

mendasar dengan leksem lépér ‘sendok’ adalah leksem lépér’sendok’ dapat

dipakai makan atau minum sedangkan leksem sondo ‘sendok’ tidak dipakai

makan hanya mengacu pada alat untuk menyendok nasi, sayur, atau sup atau alat

untuk menuangkan makanan ke piring atau ke wadah lain, atau sendok besar yang

42

Page 43: semantik

biasa dipakai untuk menyendok dari belanga. Nomina sondo’ ‘sendok’ berbentuk

bulat, cekung, dan bertangkai panjang yang terbuat dari aluminium, plastik, dan

kayu.

Berdasarkan kolokasinya, sondo ‘sendok’ ini berhubungan dengan nasi,

tinutuan ‘bubur Manado’ dan makanan yang berkuah seperti sayor ‘sayur’ dan

sup.

Berikut contoh dalam kalimat.

(74) Tanta Sul ada paké sondo waktu angka tu sayor dari blangang goréng;

‘bu Sul ada pakai sendok waktu angkat itu sayor dari belanga goreng’

Bu Sul menggunakan sendok sayur ketika mengangkat sayur dari wajan.

7) Forok ‘garpu’

Forok ‘sendok garpu’ mengacu ke alat makan yang biasanya berpasangan

dengan sendok. Bentuk forok ‘garpu’ ujungnya seperti jari-jari tangan, runcing,

dan tajam untuk mencocok lauk, puding, dan jenis kue besar lainnya.

Berdasarkan kolokasinya, forok ‘garpu’ ini berhubungan dengan benda-

benda seperti ikang ‘lauk’ misalnya daging dan ikan, podéng ‘puding’, kéik ‘kue

besar’, dan lain-lain.

Berikut contoh dalam kalimat.

(75) Dé’, ngana makang jo tu podéng déng forok.

‘Nak, kamu makan saja itu puding dengan garpu’

Nak, makan puding itu dengan garpu saja.

8) Gélas ‘gelas’

Dalam percakapan sehari-hari, ada penutur bahasa Melayu Manado yang

mengucapkan gélas ada pula yang mengucapkan glas dengan menghilangkan

vokal /é/.

43

Page 44: semantik

Gélas atau glas ‘gelas’ adalah alat untuk minum, berbentuk tabung, terbuat

dari kaca, porselen, plastik, dan aluminium.

Leksem gélas ‘gelas’ berkolokasi dengan benda cair seperti aér minung

‘air minum’, susu, té’ manis ‘air teh’, té’ puti ‘air putih’, kopi, atau makanan yang

berkuah seperti cendol, buah ségar ‘es buah’.

Berikut contoh dalam kalimat.

(76) Mario stou yang béking pica tu gélas.

‘Mario barangkali yang bikin pecah itu gelas’

Barangkali Mario yang memecahkan gelas itu.

(77) Kita so ambé akang satu glas té’ puti for mama.

‘saya sudah ambilkan satu gelas air putih untuk mama.

Saya telah mengambilkan satu gelas air putih untuk ibu.

9) Cangkir ‘cangkir’

Cangkir adalah alat minum teh atau kopi. Bentuknya seperti mangkuk

kecil yang bertelinga. Alat ini berfungsi sebagai alat minum tetapi hanya

berkolokasi dengan teh, kopi, dan susu. Lain halnya dengan glas ‘gelas’ yang

secara umum dipakai sebagai alat minum, bisa dipakai untuk minum air biasa atau

jenis minuman lainnya.

(78) Kita bulung sadia akang satu cangkir kopi for paitua.

‘saya belum sediakan satu cangkir kopi untuk suami’

Saya belum menyediakan secangkir kopi untuk suamiku.

10) Mangku’ ‘gelas bertelinga’

Mangku’ ‘gelas bertelinga’ adalah alat untuk minum, bentuknya

menyerupai mok atau cangkir besar, seperti tabung, terbuat dari kaca, porselen,

plastik, dan aluminium. Leksem mangku’ berkolokasi dengan air biasa, teh, kopi,

44

Page 45: semantik

dan jenis minuman lainnya. Dengan demikian, alat ini sama fungsinya dengan

gelas biasa hanya bentuknya yang berbeda.

Berikut contoh dalam kalimat.

(79) Kiapa so kita nimbolé paké tu mangku’?

‘mengapa saya tidak boleh pakai itu gelas?’

Mengapa saya tidak boleh memakai gelas itu?

11) Cérét ‘cerek’

Cérét ‘cerek’ adalah tempat air minum yang bercerat (memiliki corong

kecil untuk untuk menuang air), atau alat untuk menjerang air. Cérét ‘cerek’

terbuat dari tembaga, porselen, plastik, dan bahan lainnya.

Leksem cérét ‘cerek’ bersinonim dengan kétél ‘cerek’, yaitu tempat air

minum. Bedanya terletak pada bentuk pegangan cerek tersebut. Nomina cérét

pegangannya berada di atas, sedangkan pegangan kétél terletak di samping.

Kedua leksem ini hanya berkolokasi dengan benda-benda cair, seperti te’

putih, te’ manis, dan kopi.

Berikut contoh dalam kalimat.

(80) Isi akang déng té’ manis tu cérét kong bawa kamari!

‘isikan dengan teh itu cerek lalu bawa kemari!’

Tolong isi cerek itu dengan teh lalu bawa kemari!

(81) Tu aér di kétél so babifi.

‘itu air di ketel sudah bersemut’

Air di ketel itu bersemut.

45

Page 46: semantik

Untuk lebih jelasnya, gambar hiponimi nomina alat makan dan minum dan

Tabel 2 berikut.

Alat Makan dan Minum

piring baskom tampa tampa lépér sondo forok glas cangkir mangku ceret nasi cuci tangang

46

Page 47: semantik

47

Page 48: semantik

b. Nomina yang menyatakan alat memasak

Kelompok nomina yang termasuk ke dalam medan makna ini, antara lain

adalah blangang ‘periuk’, pan ‘panci’, blangang goréng ‘wajan’, tampa bakar-

bakar ikan ‘alat pemanggang ikan’, tampa kukus ‘dandang’, dodika ‘tungku’,

porno ‘tungku dari tanah liat’.

1) Blangang ‘periuk’

Blangang ‘periuk’ termasuk alat memasak yang terbuat dari tanah atau

logam. Bentuknya bulat, tidak bertelinga tetapi memiliki pegangan pada bagian

permukaannya. Blangang ‘periuk’ berkolokasi dengan makanan pokok seperti

nasi, milu ‘jagung’, sayor ‘sayur’, pisang, dan batata’ ‘ubi jalar’. Nomina

blangang ‘periuk’ erat hubungannya dengan dodika ‘tungku’.

Berikut contoh dalam kalimat.

(82) Kita so buang tu nasi satu blangang lantarang so amis.

‘saya sudah buang itu nasi satu periuk karena sudah basi’

Karena sudah basi, nasi satu periuk itu sudah saya buang.

(83) Kita nyanda dapa lia dia datéru tu aér di blangang.

‘saya tidak dapat lihat dia menjerang air di periuk’

Saya tidak melihat dia menjerang air di periuk.

2) Pan ‘panci’

Pan ‘panci’ adalah peranti masak terbuat dari logam (aluminium, baja,

dsb) bertelinga pada kedua sisinya, berbentuk silinder atau mengecil pada bagian

bawahnya. Seperti halnya blangang ‘periuk’, pan ‘panci’ berkolokasi dengan

makanan seperti nasi, milu ‘jagung’, batata’ ‘ubi jalar’, kantang ‘kentang’, sayor

‘sayur’, ikang ‘lauk’,dan aér minung ‘air minum’.

Berikut contoh kalimatnya.

(84) Cik Yéni jaga barubus milu déng pan basār.

48

Page 49: semantik

‘Bu Yeni biasa merebus jagung dengan panci besar’

Bu Yeni selalu merebus jagung di panci besar.

(85) Inga néh! Ta pé pan ini dia cuma for téru akang aér.

‘ingat yah! Saya punya panci ini hanya untuk menjerang air’

Ingat yah! Panci saya ini hanya untuk menjerang air.

3) Blangang goréng ‘wajan’

Blangang goréng ‘wajan’ termasuk salah satu alat memasak. Blangang

goréng terbuat dari besi atau aluminium. Bentuknya bulat, agak cekung, pada

kedua sisinya bertelinga, dan ada yang memakai tangkai.

Blangang goréng ‘wajan’ berkolokasi dengan sesuatu yang digoreng

seperti ikang ‘ikan’, pisang, batata’ ‘ubi jalar’, kantang ‘kentang’, atau kukis

‘kue’. Selain itu, alat ini juga digunakan untuk menanak nasi sebelum dikukus di

dandang, mengolah lauk, membuat sayur, dan menyangrai sesuatu seperti kacang,

merica, dan lain-lain.

Berikut contoh dalam kalimat.

(86) Goréng jo tu ayang di blangang goréng kong tumis déng rica!

‘goreng saja itu ayam di wajan lalu tumis dengan cabai!’

Goreng saja ayam itu di wajan lalu tumis dengan cabai!

(87) Téru akang tu nasi di blangang goréng!

‘tanakkan itu nasi di wajan!’

Tolong tanak nasi itu di wajan!

4) Sondo goréng ‘sendok wajan’

Sondo goréng ‘sendok wajan’ juga merupakan alat memasak. Leksem ini

berkolokasi dengan sesuatu yang digoreng dan sesuatu yang dimasak di blangang

goréng ‘wajan’. Bentuknya dan jenisnya bermacam-macam ada yang bulat dan

49

Page 50: semantik

pipih, ada yang pipih dan cekung, dan tangkainya terbuat dari aluminium dan ada

juga yang terbuat dari kayu. Perhatikan contoh berikut!

(88) Balé akang tu ikang paké sondo goréng!

‘balikkan itu ikan dengan sendok wajan’

Tolong balik ikan itu dengan sendok wajan!

(89) Napa tu sondo goréng cuma mopaké for bagoyang nasi di blangang

goréng.

‘ini sendok wajan cuma dipakai mengaduk nasi di wajan’

Sendok wajan ini hanya dipakai untuk mengaduk nasi di wajan.

5) Tampa bakar-bakar ikang ‘alat pemanggang ikan’

Tampa bakar-bakar ikang ‘alat pemanggang ikan’ juga salah satu alat

masak di atas bara api. Bentuk alat ini berupa jalinan kawat besar atau besi dan

jenisnya bermacam-macam. Ada yang berbentuk bulat, memiliki kaki, memiliki

tempat pegangan agar tidak panas, dan bagian bawahnya tertutup untuk tempat

bara api. Ada yang berbentuk empat persegi panjang, dengan atau tanpa kaki dan

bagian bawahnya juga tertutup. Ada yang berbentuk segi empat dengan atau tanpa

kaki, memiliki tempat pegangan dan kedua bagiannya bisa dilipat/dijepit agar

ikannya tidak mudah lepas dan gampang dibolak-balik, dan bagian bawahnya

terbuka.

Tampa bakar-bakar ikang hanya berkolokasi dengan sesuatu yang

dimakan dari hasil pemanggangan seperti ikang ‘ikan’, ayang ‘ayam’, dan daging

‘daging’.

Berikut contoh dalam kalimat.

(90) Bakar jo tu ikang skarang déri tu tampa bakar-bakar ikang kita so panas.

‘bakar saja itu akan sekarang karena itu alat pemanggang ikang sudah

panas’

Silakan bakar ikang itu sekarang karena alat pemanggangnya sudah panas.

50

Page 51: semantik

6) Dandang ‘dandang’

Dandang ‘dandang’ adalah alat masak berupa periuk besar untuk

mengukus nasi atau wadah terbuka atau tertutup untuk menguapkan zat cair atau

membangkitkan uap air, atau alat memasak dengan uap air yang mendidih. Kata

dandang ‘dandang’ ini biasanya dibuat dari tembaga dan aluminium. Bentuknya

bulat, bertelinga pada kedua sisinya, dan berbentuk silinder.

Leksem dandang berkolokasi dengan sesuatu yang dikukus seperti nasi,

kue, dan lain-lain.

Berikut contoh dalam kalimat.

(91) Tu nasi di dandang masi manta.

‘itu nasi di dandang masih mentah’

Nasi di dandang itu masih mentah.

Nomina dandang bersinonim lésa-lésa ‘kukusan’. Lésa-lésa juga dipakai

untuk mengukus makanan. Akan tetapi, lésa-lésa bentuknya berupa kerucut

dibuat dari aluminium dan tembaga. Lésa-lésa hanya berkolokasi dengan kue

seperti kolombéng polotéh ‘kue mekar/bolu kukus’.

(92) Ta pé oma dataru tu lésa-lésa di blangang goréng.

‘saya punya nenek menaruh itu kukusan di wajan’

Nenek saya menaruh kukusan itu di wajan.

7) Ofén ‘oven’

Ofén ‘oven’ adalah alat yang berbentuk segi empat dan digunakan untuk

memanggang kue atau roti.

Contoh:

(93) Kita cuma momaké satu ofén for mopanggang tu kukis.

‘saya cuma memakai satu oven untuk memangggang itu kue’

Saya hanya menggunakan satu oven untuk memanggang kue itu.

51

Page 52: semantik

8) Dodika ‘tungku’

Dodika ‘tungku’ adalah batu dsb yang dipasang untuk perapian (dapur)

sebagai tempat tumpuan periuk ketika memasak. Nomina dodika bersinonim

dengan porno ‘tungku dari tanah liat’. Dodika juga bersinonim dengan konvor

‘kompor’. Ketiga-tiganya berfungsi sebagai alat memasak sesuatu. Perbedaannya

terletak pada bentuk dan bahan bakarnya. Dodika hanya terdiri dari tiga titik batu

yang dipasang sebagai tumpuan periuk, porno berupa tungku dari tanah liat, dan

konvor ‘kompor’ lebih modern karena terbuat dari aluminium. Dodika dan porno

menggunakan kayu bakar, tempurung atau bahan sejenis lain yang mudah terbakar

sebagai bahan bakarnya, sedangkan konvor menggunakan minyak tanah, gas, atau

listrik sebagai bahan bakar. Dari segi kepraktisannya, lebih banyak orang memilih

memasak di konvor daripada menggunakan dodika ataupun porno.

Berikut contoh dalam kalimat.

(94) Pa ta pé mama pé kampung, orang-orang momasa paké dodika.

‘di saya punya ibu punya kampung, orang memasak pakai tungku dari

batu’

Di kampung ibu saya, orang memasak di tungku batu’

(95) Tu blangang so mo lébé itang kalo ngana momasa di porno.

‘itu periuk sudah mau lebih hitam kalau kamu memasak di tungku (tanah

liat)’

Periuk itu akan semakin hitam jika kamu memasak di tungku’

(96) Torang so nimbolé momasa di konvor latarang dé pé minya so abis.

‘kita sudah tidak boleh memasak di kompor karena dia punya minyak

sudah habis’

Kita tidak bisa memasak di kompor karena minyak sudah habis.

Untuk lebih jelasnya lihat bagan hiponimi nomina alat memasak dan Tabel

3 berikut.

52

Page 53: semantik

Alat Memasak

Blangang pan blangang sondo tampa dandang ofen goreng goreng bakar-bakar

ikang

TABEL 3

CIRI SEMANTIS HIPONIMI NOMINA

YANG MENYATAKAN MAKNA ALAT MEMASAK

Ciri semantis

+

Kosakata

Cara Memasak Bahan

Me-masak

Meng-goreng

Mem-bakar

Mengu-kus

Tanah liat

Alumi- nium

Besi Kawat Batu

blangang ‘periuk’ + - - - + + - - -

pan ‘panci’ + - - + - + - - -

blangang goréng‘ ‘wajan’

+ + + - - + + - -

sondo goréng ‘sendok wajan’

+ + - - - - + - -

tampa bakar-bakar ikang ‘alat pemanggang ikan’

- - + - - - + + -

dandang ‘dandang’ + - - + - - + - -

ofén ‘oven’ - - + - - + + - -

dodika ‘tungku’ + + + + - - - - +

53

Page 54: semantik

c. Perlengkapan Kamar (Rumah tangga)

Kelompok nomina yang termasuk ke dalam medan makna ini, antara lain

adalah kursi ‘kursi’, méja ‘meja’, lamari ‘lemari’, koi ‘ranjang’, bolsak ‘kasur’,

bantal ‘bantal’, blangkét ‘selimut’, spréy ‘seprei’, hordéng ‘gorden’.

1) Kadéra ‘kursi’

Leksem kadéra ‘kursi’ adalah tempat duduk dan merupakan salah satu alat

yang biasanya dibutuhkan dalam kamar. Bentuk kadéra berkaki empat,

bersandaran, dan bahannya terbuat dari kayu, plastik, bambu, besi, dan busa.

Leksem ini berkolokasi dengan orang istrahat, orang berdandan, orang

belajar, dan aktivitas manusia lainnya yang membutuhkan tempat duduk.

Nomina kadéra bersinonim dengan bangku dan sofa. Bangku juga

merupakan tempat duduk tetapi tidak mempunyai sandaran, berkaki empat,

terbuat dari papan, bentuknya ada yang panjang dan ada yang pendek. Sofa adalah

kursi panjang bertangan dan bersandaran, biasanya berlapis karet dan busa yang

dibungkus kain beledu, kadang-kadang dipakai tidur.

Berikut contoh dalam kalimat.

(97) Kita so kasé baku tukar tu kadéra kayu pa kita pé kamar déng tu sofa di

ruang tamu.

‘saya sudah tukar itu kursi kayu di saya punya kamar dengan itu sofa di

ruang tamu’

Saya sudah menukarkan kursi kayu di kamar saya dengan sofa ruang tamu

itu.

(98) Ambé akang tu bangku di blakang, Is!

‘ambilkan itu bangku di belakang, Is!’

Is, tolong ambilkan bangku itu di belakang!

Selain kata kadéra, bangku, dan sofa, untuk menyatakan makna tempat

duduk penutur bahasa Melayu Manado juga sering menggunakan kata kursi.

Berikut contoh dalam kalimat.

(99) Ni kursi plastik so pata dé pé kaki

‘ini kursi sudah patah dia punya kaki’

Kursi plastik ini sudah patah kakinya.

54

Page 55: semantik

2) Méja ‘meja’

Leksem méja adalah perkakas rumah yang mempunyai bidang datar

sebagai daun mejanya dan berkaki sebagai penyangganya. Bentuknya bermacam-

macam sesuai dengan gunanya. Nomina ini biasanya juga dibutuhkan dalam

kamar. Fungsi meja jika diletakkan dalam kamar adalah sebagai tempat belajar,

berhias, atau tempat meletakkan barang-barang pribadi. Leksem meja terbuat dari

plastik, besi, kayu, tripleks, dan lain-lain.

(100) Taro akang tu méja blajar di séi tu koi!

‘taruhkan saja itu meja belajar di samping itu ranjang!’

Tolong taruh meja itu di samping ranjang!

3) Lamari ‘lemari’

Leksem lamari ‘lemari’ adalah peti besar tempat menyimpan sesuatu (spt

buku, pakaian). Nomina lamari terbuat dari kayu, plastik, besi, dan kaca.

Bentuknya bermacam-macam sesuai dengan fungsinya. Lemari yang diletakkan di

dalam kamar biasanya sebagai tempat pakaian. Ada yang mempunyai satu pintu

atau lebih dari satu yang dilengkapi dengan cermin di bagian dalam atau bagian

luar untuk berdandan. Ada juga yang bergandengan dengan meja rias, atau meja

belajar.

Nomina lamari berkolokasi dengan benda-benda lain seperti pakaian,

uang, alat kosmetik, dan alat tulis menulis.

Perhatikan contoh berikut!

(101) Biar léy kita so sambunyi akang tu doi di lamari, mār kita pé paitua

jaga dapa lia tu doi.

‘meskipun saya sudah sembunyikan itu uang di lemari, tetapi saya

punya suami selalu bisa melihat itu uang’

Meskipun uang itu sudah saya sembunyikan di lemari, suamiku tetap

dapat melihatnya.

(102) Ta pé lamari so fōl déng pakéang.

‘saya punya lemari sudah penuh dengan pakaian’

Lemari saya sudah penuh dengan pakaian.

55

Page 56: semantik

4) Koi ‘ranjang’

Leksem koi ‘ranjang’ merupakan salah satu perlengkapan kamar. Nomina

ini biasanya terbuat dari kayu dan besi, serta mempunyai kaki sebagai

penyanggah. Jenisnya bermacam-macam, ada yang besar dan ada pula yang kecil

bergantung ukuran luas suatu kamar atau selera pemilik kamar. Selain itu, jenis

koi ‘ranjang’ juga bergantung pada ukuran besar kecilnya kasur yang akan

digunakan.

Nomina koi berfungsi sebagai tempat tidur dan berkolokasi dengan bolsak

‘kasur’, bantal, blangkét ‘selimut’.

Berikut contoh dalam kalimat.

(103) Pa torang pé tampa kost so tasadia koi déng bolsak

‘di kami punya rumah kos telah tersedia ranjang dan kasur’

Di rumah kos kami telah tersedia ranjang dan kasur.

5) Bolsak ‘kasur’

Leksem bolsak ‘kasur’ adalah alas tidur yang terbuat dari kain atau plastik,

berisi kapuk, karet busa dan lain-lain. Jenis bolsak disesuaikan dengan jenis

ukuran koi ‘ranjang’. Biasanya berbentuk empat persegi panjang.

Perhatikan contoh berikut!

(104) Kita nimmau tidor di bolsak lantarang kita pé fugado skali.

‘saya tidak mau tidur di kasur karena saya sangat gerah sekali’

Saya tidak mau tidur di kasur karena sangat gerah.

(105) Hélé mo suru tu laéng, mo kasé birsi tu bolsak sasaja ngana nimmau.

‘jangankan mau di suruh itu lain, mau membersihkan itu kasur saja

kamu tidak mau’

Jangankan disuruh untuk mengerjakan yang lain, membersihkan kasur

saja kamu tidak mau.

56

Page 57: semantik

6) Bantal ‘bantal’

Bantal ‘bantal’ merupakan salah satu perlengkapan kamar tidur yang

berfungsi sebagai adalah alas kepala, alas duduk, sandaran punggung, dan

sebagainya yang dijahit seperti karung, diisi dengan kapuk dan busa. Bentuknya

bermacam-macam, ada yang bulat, panjang, persegi empat, bahkan ada yang

berupa binatang, dan lain-lain.

Nomina ini berkolokasi dengan dengan orang yang sedang tidur dan orang

yang sedang duduk.

Berdasarkan fungsinya bantal merupakan superordinat yang mempunyai

hiponim bantal kapala ‘bantal kepala’ atau bantal yang dipakai untuk alas kepala

ketika tidur, bantal kadéra ‘bantal kursi’ atau bantal yang dipakai sebagai

sandaran punggung, bantal dudu ‘bantal yang dipakai untuk alas duduk, dan

bantal polo’ ‘bantal guling’.

Perhatikan contoh kalimat berikut!

(106) Kita pé panta léhér rasa saki kalo paké tu bantal karās.

‘saya punya tengkuk rasa sakit kalau pakai itu bantal keras’

Tengkuk saya terasa sakit jika memakai bantal keras itu.

(107) Tu ana’ nimbolé tasono kalo nyanda ada bantal polo di séi pa dia.

‘itu anak tidak bisa tidur nyenyak kalau tidak ada bantal guling di

samping dia’

Anak itu tidak bisa tidur nyenyak jika tidak ada bantal guling di

sampingnya.

7) Blangkét ‘selimut’

Leksem blangkét ‘selimut’ adalah kain penutup tubuh (terutama dipakai

pada waktu tidur). Nomina ini terbuat dari kain tebal sehingga mampu

menghangatkan badan.

Berikut contoh dalam kalimat.

(108) Kalo torang tidor pa Désy pé ruma, torang musti paké blangkét tabāl.

‘kalau kita tidur di Desy punya ruma, kita harus pakai selimut tebal’

Kalau tidur di rumah Desy, kita harus memakai selimut tebal.

(109) Tu tanta da kasé paké blangkét dé pé ana’ pé badang.

57

Page 58: semantik

‘itu ibu ada menyelimuti dia punya anak punya badan’

Ibu itu menyelimuti tubuh anaknya.

8) Spréy ‘seprai’

Leksem spréy ‘seprai’ merupakan perlengkapan tidur yang berfungsi

sebagai alas tempat tidur, ditempatkan di atas kasur (tempat tidur, dipan). Nomina

ini terbuat dari kain yang dijahit hanya bagian pinggirnya, berbentuk persegi

panjang, dan bermotif. Leksem spréy hanya berkolokasi dengan kasur.

Berikut contoh dalam kalimat.

(110) Sabang dia pasang tu spréy biru pa tu bolsak, dia salalu baku kasé par

déng tu blangkét biru.

‘setiap dia pasang itu seprai biru di itu kasur, dia selalu memasangkan

dengan itu selimut biru’

Setiap kali memasang seprai biru di kasur itu, dia selalu

memasangkannya dengan selimut biru juga.

9) Hordéng ‘gorden’.

Leksem hordéng ‘gorden’ atau tirai merupakan salah satu nomina

perlengkapan kamar. Hordéng adalah kain penutup pintu, jendela, dan sebagainya.

Nomina ini terbuat dari kain

(111) Ngana pé pintu kamar musti pasang akang hordéng.

‘Kamu punya pintu kamar mesti dipasangi gorden’

Pintu kamar kamu harus dipasangi gorden.

Untuk lebih jelasnya lihat bagan hiponimi nomina peralatan rumah tangga dan

Tabel 4 berikut.

Peralatan Rumah Tangga (Perlengkapan kamar)

kadera meja lamari koi bolsak blangket bantal sprey hordeng

58

Page 59: semantik

TABEL 4

CIRI SEMANTIS HIPONIMI NOMINA YANG MENYATAKAN MAKNA ALAT/PERLENGKAPAN KAMAR

Ciri semantis

Kosakata

Fungsi Bahan

Tem

pat

dudu

k

Tem

pat

tidu

r

Tem

pat

berh

ias

Tem

pat

men

yim

pan

Pen

gala

s

Pen

utup

Bes

i

Bus

a

Kar

et

Kap

uk

Pla

stik

Kai

n

kadera ‘kursi’ + - - - - - + + + - + -

meja ‘meja’ - - - + - - + - - - + -

lamari ‘lemari’ - - + + - - - - - - + -

koi ‘ranjang’ + + - - - - + - - - - -

bolsak ‘kasur’ - + - - - - - - - + + -

bantal ‘bantal’ - - - - + - - + - + - -

blangkét ‘selimut’

- - - - + + - + - - - +

Spréy ‘seprai’ - - - - + + - - - - - +

hordeng ‘gorden’

- - - - - + - - - - - +

d. Alat pertukangan (tukang kayu)

Yang termasuk peralatan tukang kayu di antaranya adalah skap ‘ketam’,

gargaji ‘gergaji’, sinso ‘sensor kayu, gergaji mesin’, martélu ‘martil, palu-palu’,

tamako ‘kapak’, bor ‘bor’, paku ‘paku’, pahat, tang ‘tang’, obeng ‘obeng’ kartas

pasér ‘kertas penghalus’,

1) Skap ‘ketam’

Sekop ‘ketam’ merupakan salah satu perkakas yg digunakan oleh tukang

kayu untuk melicinkan kayu. Nomina ini berkolokasi dengan papang ‘papan’ dan

balak ‘balok’.

59

Page 60: semantik

Berdasarkan jenisnya, ada sekop kayu ‘ketam kayu’ yaitu ketam yang

terbuat dari kayu dan besi yang dipakai dengan cara manual atau tanpa tenaga

listrik. Ada juga yang disebut sekop listrik ‘ketam listrik’ yaitu ketam terbuat dari

besi dan menggunakan tenaga listrik. Berdasarkan ukurannya, ada yang disebut

sekop kacili/pende ‘ketam kecil/pendek’, sekop sedang ‘ketam sedang’, dan sekop

panjang ‘ketam panjang’.

Contoh:

(112) Kita so sekop tu balak for mobeking tu lamari.

‘saya sudah ketam itu balok untuk membuat itu lemari’

Saya sudah mengetam balok untuk membuat lemari itu

(113) Tu bas kayu cuma da basekop tu balak satu-satu hari.

‘itu tukang kayu cuma mengetam itu balok sepanjang hari’

Tukang kayu itu hanya mengetam balok sepanjang hari.

(114) Pake jo tu sekop listrik spaya ngana pe karja capāt klār.

‘pakai saja itu ketam listrik supaya kamu punya kerja cepat selesai’

Pakai ketam listrik saja supaya pekerjaan kamu cepat selesai.

2) Gargaji ‘gergaji’

Gargaji ‘gergaji’ mengacu ke alat yang terbuat dari besi tipis dan bergigi

tajam yang berfungsi untuk memotong atau membelah kayu.

Selain berkolokasi dengan kayu, gargaji ‘gergaji’ juga dapat digunakan

untuk memodifikasi benda lain seperti bési ‘besi’, bulu ‘bambu’, dan pipa ‘pipa’.

Berdasarkan jenisnya gargaji mempunyai tipe bawahan, yaitu gargaji bési

‘gergaji besi’ dan gargaji kayu ‘gergaji kayu’. Berdasarkan ukuran dan fungsinya,

gergaji terbagi dua yaitu gargaji kacili ‘gergaji kecil’ yang berfungsi untuk

memotong atau membelah kayu kecil dan gargaji basār ‘gergaji besar’ yang

berfungsi untuk memotong kayu besar.

Berikut contoh dalam kalimat:

(115) Tu balak ja potong deng gargaji.

‘itu balok biasa dipotong dengan gergaji’

Balok itu biasanya dipotong dengan gergaji.

60

Page 61: semantik

3) Sinso ‘sensor kayu, gergaji mesin’

Sinso ‘sensor kayu, gergaji mesin’ mengacu ke alat pertukangan yang

terbuat dari rangkaian besi yang memakai mesin penggerak. Nomina sinso ‘sensor

kayu, gergaji mesin’ ini berfungsi untuk menebang pohon dan memotong atau

membelah kayu besar. Sinso ‘sensor kayu, gergaji mesin’ ini tidak bisa dipakai

untuk kayu kecil. Demikian pula sebaliknya, gergaji biasa tidak bisa digunakan

untuk memotong kayu besar.

Berikut contoh dalam kalimat.

(116) Tu kayu yang da rubu di jalang dapotong deng sinso.

‘itu kayu yang rubuh di jalan dipotong dengan gergaji mesin’

Kayu yang tumbang di tengah jalan itu dipotong dengan gergaji mesin.

4) Martelu ‘martil’

Martelu ‘martil’ mengacu pada alat pertukangan yang terbuat dari besi dan

bertangkai besi atau kayu yang dipakai untuk memukul benda keras seperti besi,

batu, dan lain-lain.

Berikut contoh dalam kalimat.

(117) Tu batu nyanda’ pica padahal kita so pukul deng martelu.

‘itu batu tidak pecah padahal saya sudah pukul dengan martil’

Batu itu tidak pecah padahal sudah saya pukul dengan martil.

Kata martelu ‘martil’ bersinonim dengan kata palu ‘palu-palu’. Palu

‘palu-palu’ juga mengacu pada alat pertukangan yang digunakan untuk memukul

paku dan sebagainya dan terbuat dari besi atau kayu serta mempunyai gagang.

Berdasarkan bentuknya, leksem yang dipakai untuk makna kata palu-palu

dalam bahasa Melayu Manado ada dua yaitu pertama, palu kambing ‘palu cakar’

yaitu palu yang dipakai mencabut paku dan memukul sesuatu, salah satu

bagiannya berbentuk cakar atau tanduk kambing. Kedua, palu konde ‘palu punca

bulat’ atau palu yang salah satu sisinya seperti konde yang berfungsi untuk

memukul benda keras seperti paku, dan dapat pula dipukulkan di meja untuk

menandai dibuka atau ditutupnya secara resmi suatu pertemuan (misalnya sidang

di pengadilan).

61

Page 62: semantik

Kedua istilah tersebut tidak lazim dipakai karena dalam konteks apa pun untuk

menyatakan makna palu-palu tetap digunakan leksem martelu.

5) Tamako ‘kapak’

Tamako ‘kapak’ mengacu pada alat yang terbuat dari logam, bermata, dan

bertangkai panjang yang dipakai untuk menebang pohon dan membelah kayu.

Berdasarkan jenisnya, tamako ada du macam yaitu tamako kacili ‘kapak kecil’

dan tamako basār ‘kapak besar’.

Berikut contoh dalam kalimat.

(118) Kita nyanda’ dapa lia Om Marten dabawa dé pé tamako.

‘saya tidak dapat melihat Pak Marten membawa dia punya kapak’

Saya tidak melihat Pak Marten membawa kapaknya.

6) Bor ‘bor’

Bor ‘bor’ mengacu ke alat pertukangan yang terbuat dari besi dipakai

untuk mengerek kayu (besi dan sebagainya) atau menggali lubang.

Berdasarkan jenis dan cara memakainya, kata bor memiliki hiponim bor

dada ‘bor yang ditopang di dada; engkol’, bor tangang ‘bor yang langsung

menggunakan tangan’, dan bor listrik ‘bor yang menggunakan tenaga listrik’.

Berikut contoh dalam kalimat:

(119) Tu kayu musti bor sblum tu garendel pintu dapasang.

‘itu kayu harus bor sebelum itu gerendel pintu dipasang’

Kayu itu harus dibor sebelum gerendel pintu itu dipasang.

7) Paku ‘paku’

Paku ‘paku’ mengacu ke alat pertukangan berupa benda bulat panjang

terbuat dari logam besi yang berkepala dan berujung runcing untuk melekatkan

satu benda dengan benda lain.

Menurut jenisnya, paku mempunyai hiponim paku payung ‘paku payung’,

paku tindis ‘paku tindis’, paku ulir ‘paku ulir’, dan paku beton ‘paku beton’.

(120) Papa ada pake martelu for mo kase maso tu paku di dinding.

‘ayah menggunakan palu untuk menancapkan itu paku di dinding’

Ayah menggunakan palu untuk menancapkan paku tu di dinding.

62

Page 63: semantik

8) Pahat ‘pahat’

Pahat ‘pahat’ mengacu ke alat pertukangan yang terbuat dari sebilah besi

yang tajam pada ujungnya untuk melubangi atau mengukir kayu.

(121) Ngana pahat sadiki tu balak kong sambung deng balak lei.

‘kamu pahat sedikit itu balok lalu sambung dengan balok lagi’

Pahat sedikit balok itu kemudian sambung dengan balok lainnya.

9) Kakatua ‘kakaktua’

Kakatua ‘kakaktua’ mengacu ke alat pertukangan yang terbuat dari besi,

ujungnya menyerupai patuh burung kakaktua, biasanya dipakai untuk mencabut

paku yang tertancap dalam-dalam serta dapat dipakai untuk menggunting seng.

Berdasarkan kolokasinya, kakatua hanya dapat berkolokasi dengan paku

dan seng.

(122) Tu paku nyanda’ bisa tacabu biar lei so pake kakatua.

‘itu paku tidak bisa tercabut biar lagi sudah pakai kakatua’

Paku itu tidak bisa tercabut meskipun sudah memakai kakaktua.

Untuk lebih jelasnya, ciri semantis nomina yang menyatakan makna alat

pertukangan dapat dilihat pada bagan hiponimi nomina peralatan tukang kayu dan

tabel 5 berikut.

Peralatan tukang kayu

skap gargaji sinso martelu tamako bor paku pahat kakatua

63

Page 64: semantik

TABEL 5

CIRI SEMANTIS HIPONIMI NOMINA YANG MENYATAKAN MAKNA PERALATAN TUKANG KAYU

Ciri semantis

Kosakata

Alat Kayu

Me-mutar

Memo-tong

Melicinkan/Meratakan

Mem-belah

Melu-bang

Me-malu Men-

cabutMele-katkan

Me-nebang

skap ‘ketam’ - - + - - - - - -

Gargaji ‘gergaji’

- + - + - - - - -

sinso ‘sensor kayu; gergaji mesin’

- + - + - - - - +

martelu ‘martil’ - - - - - + - - -

tamako ‘kapak’ - - - - - - - - +

bor ‘bor’ - - - - + - - - +

paku ‘paku’ - - - - - - - + -

Kakatua ‘kakatua’

- + - - - - + - -

64

Page 65: semantik

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Dari pembahasan Hiponimi Nomina Bahasa Melayu Manado dapat

disimpulkan beberapa hal yaitu:

1. Dalam bahasa Melayu Manado, pengaruh bahasa Indonesia pada kelas

kata nomina tampak sangat jelas. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa

kosakata nomina bahasa Melayu Manado digunakan adalah hasil serapan

dari bahasa Indonesia baik secara sebagian maupun secara utuh.

2. Ciri dan bentuk nomina bahasa Melayu Manado yang telah dijelaskan

memberikan kontribusi ragam makna yang sangat menunjang dalam

memahami hierarki makna kata dan faktor pendukung perbedaan makna

leksikal dan makna gramatikalnya sehingga memudahkan penipean

nomina bahasa Melayu Manado. Dengan mengetahui ciri dan bentuk

nomina bahasa Melayu Manado ini, kesalahpahaman dan kesalahkaprahan

terhadap penggunaan bahasa Melayu Manado dapat teratasi dengan baik.

3. Dalam memerikan lebih jauh makna hiponimi nomina bahasa Melayu

Manado penulis juga menemukan beberapa leksem yang sering muncul

dan memiliki kesamaan makna dengan leksem yang menjadi hiponim,

uraian inipun dilengkapi dengan analisis komponen makna.

65

Page 66: semantik

B. Saran

1. Penelitian ini menelaah aspek semantik khususnya hiponimi nomina

bahasa Melayu Manado. Penulis sadari bahwa penelitian ini belum

sepenuhnya menjangkau kajian secara mendalam tentang nomina bahasa

Melayu Manado yang disebabkan oleh keterbatasan waktu dan

kemampuan penulis. Sehubungan dengan itu, penelitian yang akan datang

diharapkan dapat menyempurnakan kajian ini dengan studi linguistik yang

lebih relevan.

2. Penulis yakin keberadaan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kajian

nomina bahasa Melayu Manado secara khusus maupun kajian tentang

bahasa Melayu Manado secara umum dalam rangka pengembangan bahasa

Melayu Manado pada masa yang akan datang.

66

Page 67: semantik

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, et.al. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

-------------. 2000. “Kebijakan Bahasa Daerah” dalam Bahasa Daerah dan Otonomi Daerah. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

Ba’dulu, Muis. 2002. Semantik. Makassar: Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

------------. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Corbeil, Jean-Claude dan Ariane Archambault. 1988. Kamus Visual. Dialihbahasakan oleh Slamet Soesono dari judul asli Visual Dictionary. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Crystal, David. 1993. A Dictionary of Lingusitics and Phonetics. Cambridge: Blackwell Publisher.

Hurford, James. Dan Brendan Heasley. 1983. Semantics: A Cousebook. Cambridge: cambridge University Press.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia

------------. 1990. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia

------------.1996. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Manoppo, Geraldine Y.J. 1998/1999. Fonologi Bahasa Melayu Manado. Manado: Proyek Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

Menayang, F. Jan. 2004. Kamus Melayu Manado-Indonesia Indonesia – Melayu Manado. Jakarta: IPCOS.

Nida, Eugene. 1949. Morphology: A Descriptive Analysis of Word. Ann Arbor: University of Michigan Press.

Palmer. 1984. Semantics. Cambridge: Cambridge University Press.

Rasyid, Armiati. 2005. Tipe Semantik Nomina Bahasa Melayu Manado. Proyek Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

67

Page 68: semantik

Rattu, A.B.G. 2000. Tata Bahasa Melayu Manado. Tondano: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Manado.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Tim Peneliti FBS IKIP Manado. 1998/1999. Tata Bahasa Melayu Manado. Tondano: Proyek Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

Tim Penerjemah Bahasa Manado. 2002. Pedoman Membaca dan Menulis Bahasa Manado. Tomohon: Pusat Penerjemahan Bahasa UKIT.

Tim Penyusun Kamus. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Ullmann, Stephen. 2007.Semantics, An Introduction to the Science of Meaning. Diadaptasi oleh Sumarsono dengan judul Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Warouw, Martha Salea. 1985. Kamus Manado Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

.

68

Page 69: semantik

Lampiran 1

Daftar Identitas Informan

No. Nama

Usi

a

Aga

ma

Jen

is

Kel

amin

Pekerjaan Alamat

1. Ismail 32 Islam L Pegawai Kairagi

2.

Stelnie

36 Kristen P Pegawai Perkamil

3. Elsye Hamarawa 45 Kristen PIbu rumah tangga

Malalayang

4. Utu Onsu, 45 Kristen L Guru Malalayang5. Agus Abdullah 29 Islam L Supir Malalayang6. Hayyub Manekes 54 Islam L Petani Malalayang,7. Anwar Juma 48 Islam L Fotografi Sindulang8. Wisnu Minggu 53 Islam L Supir Tuminting 9. Subang 31 Islam L Nelayan Tuminting 10. Zubair 40 Islam L Tukang ojek Tikala11. Bura 54 Islam L Wiraswasta Tikala

12.Marta Salea Warouw

60 Kristen P Dosen Malalayang

13. Feky Bawole 42 Islam L Wiraswasta Sindulang 14. Marike 28 Kristen P Pegawai Malalayang15. Agus 50 Kristen L Pegawai Teling16. Vicky 21 Kristen l - Teling

69