seleksi dan karakterisasi enzim protease …digilib.unila.ac.id/27882/3/skripsi tanpa bab...

52
SELEKSI DAN KARAKTERISASI ENZIM PROTEASE BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) DARI BEKASAM IKAN PATIN (Pangasius sp.) (Skripsi) Oleh Hafiz Auzar FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Upload: lynga

Post on 06-Mar-2018

265 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

ii

SELEKSI DAN KARAKTERISASI ENZIM PROTEASE BAKTERI ASAMLAKTAT (BAL) DARI BEKASAM IKAN PATIN (Pangasius sp.)

(Skripsi)

Oleh

Hafiz Auzar

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

iii

ABSTRAK

SELEKSI DAN KARAKTERISASI ENZIM PROTEASE BAKTERI ASAMLAKTAT (BAL) DARI BEKASAM IKAN PATIN (Pangasius sp.)

Oleh

Hafiz Auzar

Bekasam merupakan produk fermentasi dengan bahan dasar berupa ikan.Pembuatan bekasam umumnya masih memanfaatkan fermentasi spontan tanpaadanya penambahan starter bakteri. Proses fermentasi bekasam dilakukan olehbakteri asam laktat (BAL) dengan lama fermentasi selama 3-7 hari. Selama prosesfermentasi bekasam, BAL menghasilkan berbagai jenis enzim untukmendegradasi substratnya, salah satunya enzim protease. Penelitian ini bertujuanuntuk mendapatkan isolat BAL dari bekasam ikan patin yang memilikikemampuan proteolitik dan mengetahui kemampuan proteolitik BAL berdasarkanaktivitas protease secara kualitatif dan kuantitatif serta karakterisirik enzim yangdihasilkan. Data dianalisis secara deskriptif dengan menampilkan data dalambentuk tabel dan gambar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 8 isolatBAL proteolitik dari bekasam ikan patin, yaitu BP1, BP2, BP3. BP4, BP5, BP6,BP7 dan BP8. Keenam isolat, yaitu BP2, BP4, BP5, BP6, BP7 dan BP8dilakukan uji indeks proteolitik. Hasil uji menunjukkan bahwa isolat BP7memiliki nilai IP tertinggi sebesar 4,80. Hasil uji kualitiatif menunjukkan bahwaenzim protease dari isolat BP2 memiliki pH optimum 8 dan suhu optimum 40 oCsebesar 0,57 U/ml. Aktivitas enzim protease meningkat dengan penambahanlogam Fe3+, Mg2+ dan Mn2+ (5 mM), sedangkan penambahan logam Fe3+, Mg2+

dan Mn2+ (1 mM), Ca2+, Cu2+ dan EDTA ( 1 mM dan 5 mM) menurunkanaktivitas enzim protese.

Kata kunci : Bekasam, BAL, Proteolitik, Uji Kualitatif, Uji Kuantitatif

iv

SELEKSI DAN KARAKTERISASI ENZIM PROTEASE BAKTERI ASAMLAKTAT (BAL) DARI BEKASAM IKAN PATIN (Pangasius sp.)

Oleh

Hafiz Auzar

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA SAINS

Pada

Jurusan BiologiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 8 Oktober 1994 di sebuah desa kecil yang bernama

sungai batang, tepatnya disekitaran danau Maninjau. Penulis merupakan anak

keenam dari enam bersaudara oleh pasangan Bapak Auzar dan Ibu Iryana.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Tunas Harapan,

Maninjau. Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 11 Duo Sidang

pada tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama di SMPN 15 Padang pada tahun

2006, dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 8 Padang pada tahun 2009. Pada

tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen dalam

Praktikum Mikrobiologi Umum dan Mikrobiologi Lingkungan. Selain itu penulis

juga aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) sebagai

anggota Bidang SAINTEK.

Penulis Melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bujung Buring,

Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji pada bulan Januari-Maret 2016 dan

melaksanakan Kerja Praktik di Balai Uji Standar Karantina Ikan Pengendalian

viii

Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BUSKIPM) Jakarta Timur pada bulan Juli-

Agustus 2016 dengan judul “Identifikasi Bakteri Hama Penyakit Ikan (HPI)

Pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Balai Uji Standar Karantina

Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BUSKIPM)

Jakarta Timur”

ix

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWTyang telah memberikan rahmat dan nikmat ksehatan,

kekuatan dan kesempatan dalam penyelesaian penulisanskripsi ini.

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :

Ayah dan ibu yang senantiasa menjagaku melaui setiapdoa disujudnya, menjadi penyemangat dan alasan

terbesar kesuksesan hidupku serta sumber dari segalakasih sayang.

Kakak, ni Rini, Nina, Abang dan Uda serta seluruhkeluargaku tersayang yang senantiasa mendukung dan

memberikan semangat.

Bapak dan ibu dosen utamanya pembimbingku yang takpernah lelah dan selalu sabar dalam membimbing dan

memberikan ilmu.

Teman-temankuAtas pengalaman, dukungan, dan bantuannya selama

masa studi

Serta Almamaterku tercintaUniversitas Lampung

x

Motto

Merantaulah...

Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.Tinggalkan negerimu dan hidup asing di negeri orang. Kau akan dapatkanpengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan (kerabat dan kawan).

Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan.Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang. Singa jika

tak tinggalkan sarang, tak akan dapat mangsa.Anak panah jika tak tinggalkan busur, tak akan kena sasaran.

Jika matahari di orbitnya tak bergerak dan terus berdiam,tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang. Biji emas tak ada

bedanya dengan tanah biasa di tempatnya (sebelum ditambang).Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.

Jika gaharu itu keluar dari hutan, ia menjadi parfum yang tinggi nilainya.Jika biji memisahkan diri dari tanah, barulah ia dihargai sebagai emas

murni.

Merantaulah…

Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.Tinggalkan negerimu dan hidup asing di negeri orang (Al-Imam Asy-

Syafi’i).

xi

SANWACANA

Dengan mengucap Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapakan kepada Allah

SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmatNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “SELEKSI DAN KARAKTERISASI

ENZIM PROTEASE BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) DARI BEKASAM

IKAN PATIN (Pangasius sp.)”. Penelitian ini merupakan bagian dari proyek

penelitian mandiri bapak Dr. Sumardi, M.Si. Dalam menyelesaikan skripsi ini,

penulis menyadari bahwa banyak sekali bantuan yang penulis dapatkan dari

berbagai pihak. Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan

rasa terimakasih kepada :

1. Ibu dan Ayah tercinta yang telah menjaga, mendidik, menyayangi,

menasehati serta senantiasa mendoakan penulis.

2. Kakak, Ni Rini, Nina, Abang dan Uda yang selalu memberikan dukungan dan

semangat dalam perkuliahan.

3. Bapak Dr. Sumardi, M.Si., selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam melakukan penelitian hingga menyelasaikan

skripsi ini.

4. Ibu Dra. C.N. Ekowati, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberi

nasehat, saran, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi ini.

xii

5. Bapak Ir. Salman Farisi, M.Si.,selaku pembahas yang telah banyak

memberikan kritik dan koreksi pada penulis skripsi ini.

6. Bapak Drs. Hendri Busman, M.Biomed selaku pembimbing akademik yang

telah memberikan arahan dalam perkuliahan

7. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA

Universitas Lampung.

8. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D sekalu Dekan FMIPA Universitas

Lampung.

9. Bapak ibu Dosen jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung, karyawan

dan staff serta laboran di Jurusan Biologi.

10. Teman-teman terdekatku selama perkuliahan Purwo Kuncoro, Nur Rohman,

Muhammad Pazry, Rio Riski Ananda, , Hendra Verry Setiawan, Rizani

Oktanisyah P, Nadia Eka Yulian, Nuraeni Prija Agustin, Iffa Affiqa dan

Silvia Andriani.

11. Teman terbaikku Artika Bunga Maharani, terima kasih.

12. Teman-teman seperjuangan Biologi angkatan 2013 dan Microholic ’13 atas

kebersamaanya selama di lab Mikrobiologi

13. Almamater tercinta Universitas Lampung.

Bandar Lampung, 8 Agustus 2017

Penulis

Hafiz Auzar

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .................................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... v

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vi

SANWACANA ............................................................................................ xi

DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvii

I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3

C. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

D. Kerangka Pikir ............................................................................... 4

E. Hipotesis ........................................................................................ 6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Ikan Patin (Pangasius sp.) ............................................. 7

1. Habitat Ikan Patin ..................................................................... 7

2. Morfologi Ikan Patin ................................................................. 7

3. Klasifikasi Ikan Patin ................................................................ 8

4. Kandungan Gizi Ikan Patin ....................................................... 9

B. Bekasam ........................................................................................ 9

1. Pengertian Bekasam .................................................................. 9

2. Pembuatan Bekasam .............................................................. 10

3. Kandungan Bekasam .............................................................. 11

4. Bahan Pembuatan Bekasam .................................................... 11

xiv

C. Bakteri Asam Laktat (BAL) ........................................................ 12

1. Karakteristik BAL ................................................................... 12

2. Jenis BAL ............................................................................... 13

3. Peranan BAL ........................................................................... 13

4. Hasil Fermentasi BAL ............................................................ 14

D. Enzim Protease ............................................................................ 14

1. Pengertian Enzim Protease ..................................................... 14

2. Pemanfaatan Enzim Protease .................................................. 15

3. Jenis Enzim Protease .............................................................. 16

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim .................. 17

1. Suhu ........................................................................................ 17

2. pH ............................................................................................ 18

3. Aktivator dan Inhibitor ........................................................... 19

III. METODE KERJA

A. Waktu dan Tempat .................................................................... 20

B. Alat dan Bahan .......................................................................... 20

C. Metode Penelitian ...................................................................... 21

D. Analisis Data ............................................................................. 21

E. Cara Kerja ................................................................................. 22

1. Pembuatan Bekasam .......................................................... 22

2. Isolasi dan Seleksi BAL Proteolitik ................................... 22

3. Pemurnian Isolat BAL Proteolitik ...................................... 23

4. Karakteristik BAL Proteolitik ............................................ 23

5. Peremajaan Isolat BAl Proteolitik ...................................... 23

6. Penentuan Indeks Proteolitik.............................................. 24

7. Karakterisasi Terbatas Aktivitas Enzim Protease .............. 25

7.1 Pembuatan Starter Isolat BAL .................................... 25

7.2 Produksi Enzim Protease ............................................ 25

7.3 Penentuan pH Optimum Aktivitas Enzim Protease .... 26

7.4 Penentuan Suhu Optimum Aktivitas Enzim Protease . 27

7.5 Penentuan Pengaruh Ion-ion Logam terhadap Aktivitas

Enzim Protease ............................................................ 27

F. Diagram Alir ............................................................................. 29

xv

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ........................................................................ 30

1. Isolat BAL Proteolitik dari Bekasam Ikan Patin ................ 30

2. Daya Hidup dan Indeks Proteolitik BAL ........................... 32

3. Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim Protease ............. 33

4. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease .......... 34

5. Pengaruh Ion-ion Logam.................................................... 35

B. Pembahasan ............................................................................... 36

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan.................................................................................... 47

B. Saran .......................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 48

LAMPIRAN ................................................................................................ 54

A. Isolasi dan Karakterisasi BAL Proteolitik Bekasam Ikan Patin 55

B. Hasil Uji Aktivitas Enzim protease Secara Kualitatif ............... 58

C. Karakterisasi Enzim Protease (pH, suhu dan ion-ion logam) ... 58

D. Pembuatan Pereaksi Enzim Protease......................................... 60

E. Pembuatan Inhibitor EDTA dan Ion-ion Logam....................... 61

F. Bekasam Ikan Patin, Isolasi dan Karakterisasi BAL................. 62

G. Uji Kuantitatif Aktivitas Enzim Protease .................................. 66

xvi

DAFTAR TABEL

HalamanTabel 1. Golongan Enzim Protease ............................................................. 16

Tabel 2. Metode Pengujian Aktivitas Enzim Protease................................ 28

Tabel 3. Hasil Karakterisasi BAL Proteolitik ............................................. 31

Tabel 4. Daya Hidup dan Indeks Proteolitik BAL ...................................... 32

Tabel 5. Hasil Isolasi BAL Proteolitik Hari Ke 3 Fermentasi .................... 55

Tabel 6. Hasil Isolasi BAL Proteolitik Hari Ke 5 Fermentasi .................... 55

Tabel 7. Hasil Isolasi BAL Proteolitik Hari Ke 7 Fermentasi .................... 55

Tabel 8. Karakterisasi BAL Proteolitik Hari Ke 3 fermentasi .................... 56

Tabel 9. Karakterisasi BAL Proteolitik Hari Ke 5 Fermentasi ................... 56

Tabel 10.Karakterisasi BAL Proteolitik Hari Ke 7 Fermentasi ................... 56

Tabel 11.BAL Proteolitik Bekasam Ikan Patin............................................ 57

Tabel 12.Hasil Uji Indeks Proteolitik........................................................... 58

Tabel 13. Hasil Uji Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Protease......... 58

Tabel 14. Hasil Uji Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim Protease ..... 58

Tabel 15. Hasil Uji Pengaruh Ion-ion Logam terhadap Aktivitas Enzim

Protease (1 mM) .......................................................................... 59

Tabel 16. Hasil Uji Pengaruh Ion-ion Logam terhadap Aktivitas Enzim

Protease (5 mM) .......................................................................... 59

xvii

DAFTAR GAMBAR

HalamanGambar 1. Morfologi Ikan Patin .................................................................... 8

Gambar 2. Hubungan Aktivitas Enzim dengan Suhu .................................. 17

Gambar 3. Hubungan Kecepatan Reaksi dengan pH ................................... 18

Gambar 4. Penentuan Indeks Proteolitik BAL............................................. 24

Gambar 5. Diagram Alir Penelitian ............................................................. 29

Gambar 6. Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim Protease .................... 33

Gambar 7. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease.................. 34

Gambar 8. Pengaruh Ion-ion Logam Terhadap Aktivitas Enzim Protease . 35

Gambar 9. Bekasam Ikan Patin Hari Ke 3, 5 dan 7 Fermentasi................... 62

Gambar 10. Isolasi BAL Proteolitik Hari Ke 3 Fermentasi ........................ 62

Gambar 11. Isolasi BAL Proteolitik Hari Ke 5 Fermentasi ......................... 63

Gambar 12. Isolasi BAL Proteolitik Hari Ke 7 Fermentasi ......................... 63

Gambar 13. Pewarnaan Gram Isolat BP2 ................................................... 64

Gambar 14. Pewarnaan Spora Isolat BP2 ................................................... 64

Gambar 15. Uji Katalase Isolat BP2 ............................................................ 65

Gambar 16. Uji Motilitas Isolat BP2 .......................................................... .65

Gambar 17. Uji Indeks Proteolitik Isolat BP2 ............................................ 66

Gambar 18. Uji Aktivitas Enzim Protease Isolat BP2 ................................ 66

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fermentasi merupakan salah satu cara untuk mengawetkan makanan.

Makanan yang difermentasi memiliki banyak kelebihan, yaitu lebih tahan

lama, mudah untuk dicerna, mengandung mikronutrisi seperti vitamin dan

kofaktor, menghasilkan probiotik dan prebiotik (Tanasupawat dan

Visessanguan, 2008). Salah satu contoh makanan fermentasi adalah

bekasam. Menurut Desniar (2012), bekasam merupakan produk fermentasi

dengan bahan dasar berupa ikan.

Pembuatan bekasam umumnya masih memanfaatkan fermentasi spontan

tanpa adanya penambahan starter bakteri. Ikan yang digunakan untuk

membuat bekasam umumnya adalah ikan air tawar dengan penambahan

garam dan nasi. Garam berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri

yang intoleran garam sedangkan nasi sebagai sumber karbohidrat. Proses

fermentasi pada bekasam dilakukan oleh bakteri asam laktat (BAL)

dengan lama fermentasi selama 3-7 hari. Beberapa penelitian yang telah

dilakukan menunjukkan BAL dari bekasam merupakan bakteri yang

memiliki bentuk batang atau bulat, tidak menghasilkan spora, bersifat

Gram positif, tidak motil dan katalase negatif (Desniar, 2012).

2

Selama proses fermentasi bekasam, BAL menghasilkan berbagai jenis

enzim untuk mendegradasi substratnya, salah satunya enzim protease.

Keberadan enzim selama proses fermentasi bekasam akan mengubah rasa,

tekstur, aroma dan akan meningkatkan nilai gizi (Suri, 2013). Menurut

Kwok dan De Vos (1994), beberapa strain BAL mempunyai kemampuan

proteolitik sehingga memungkinkan bakteri ini tumbuh pada substrat yang

kaya protein. Kemampuan proteolitik BAL diperoleh karena bakteri ini

dapat menghasilkan enzim protease. Protease merupakan enzim yang

berperan untuk menghirolisis ikatan peptida pada protein sehingga

dihasilkan senyawa-senyawa yang lebih sederhana seperti paptida kecil

dan asam amino.

Hasil isolasi yang dilakukan oleh Vichaslip (2008) dari makanan

fermentasi sejenis bekasam yang berasal dari Thailand, yaitu pla-ra

ditemukan beberapa jenis BAL yang memliliki aktivitas proteolitik, yaitu

Pediococcus, Lactobacillus spp., L. plantarum dan L. brevis. Kemampuan

proteolitik BAL berbeda-beda tergantung dari level genus dan strain pada

spesies yang sama. Pada bekasam ikan bandeng ditemukan BAL yang

memiliki kemampuan proteolitik sebesar 62,26 % (33 dari 53 isolat BAL),

ikan tuna 43,63 % (24 dar 55 isolat BAL) dan pada bekasam ikan nila

ditemukan BAL dengan kemampuan proteolitik sebesar 64,2% (27 dari 42

isolat BAL) (Wikandari et.al, 2012).

3

Perbedaan jenis ikan dalam pembuatan bekasam dapat menyebabkan

perbedaan jenis BAL yang berperan dalam fermentasi bekasam sehingga

kemampuan proteolitiknya juga berbeda. Hal ini disebabkan kandungan

protein pada setiap jenis ikan berbeda. Penelitian yang dilakuakan

Widowati et.al (2011) pada fermentasi bekasam ikan patin menganalisis

kadar air, pH, total asam, total bakteri dan total bakteri penghasil asam.

Sejauh ini informasi tentang BAL yang memiliki kemampuan proteolitik

dalam fermentasi bekasam ikan patin belum jelas. Oleh karena itu, perlu

dilakukan penelitian ini untuk mendapatkan BAL dari bekasam ikan patin

yang memiliki kemampuan proteolitik berdasarkan nilai indeks proteolitik

dan aktivitas enzim protease yang meliputi pengaruh pH, suhu dan ion-ion

logam.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendapatkan isolat BAL dari bekasam ikan Patin yang memiliki

kemampuan proteolitik.

2. Mengetahui kemampuan proteolitik BAL berdasarkan nilai indeks

proteolitik.

3. Mengetahui karakter aktivitas enzim protease BAL dari bekasam ikan

patin yang meliputi pH optimum, suhu optimum dan pengaruh ion-ion

logam.

4

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai isolat BAL dari bekasam ikan Patin yang memiliki kemapuan

proteolitik sehingga dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk

memproduksi enzim protease.

D. Kerangka Pikir

Bekasam merupakan makanan fermentasi dengan bahan dasar berupa ikan.

Umumnya pembuatan bekasam berlangsung secara spontan tanpa adanya

penambahan starter bakteri. Munculnya BAL pada bekasam disebabkan

adanya proses penggaraman. Garam memiliki tekanan osmotik yang tinggi

sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang intoleran garam.

Bakteri yang toleran garam akan tumbuh dan menghasilkan asam selama

proses fermentasi. Bakteri yang toleran pada garam diantaranya adalah

BAL. Bakteri ini juga tahan terhadap lingkungan asam.

BAL mampu menghasilkan berbgai jenis enzim salah satunya adalah

enzim protease. Menurut Elfahri (2012), aktivitas tertinggi enzim protease

BAL adalah pada jam ke 12 pada suhu 37 oC. Penelitian yang dilakukan

oleh Putranto (2006) salah satu jenis BAL, yaitu Lactobacillus plantarum

memiliki aktivitas enzim protease tertinggi pada jam ke-18 sebesar 0,752

U/ml.

5

Hasil penelitian Desniar (2012), menunjukkan bahwa aktivitas protease

tertinggi L. palntarum terjadi pada jam ke-16. Perbedaan lamanya waktu

aktivitas enzim protease diduga karena adanya perbedaan perlakuan saat

inkubasi.

Jenis ikan yang digunakan dalam fermetasi bekasam menyebabkan BAL

yang dihasilkan memiliki kemampuan proteolitik yang berbeda. Hal ini

disebabkan perbedaan kandungan protein pada setiap jenis ikan. Selain itu

jenis BAL juga menentukan kemapuan proteolitiknya. Menurut

Saravanakumar (2010), aktivitas enzim protease dipengaruhi beberapa

parameter, yaitu sumber karbon, sumber nitrogen, pH, suhu, konsentrasi

substrat dan waktu inkubasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Kurniati (2015), menunjukkan bahwa aktivitas proteolitik tertinggi BAL

dari jenis L. plantarum terjadi pada konsentrasi glukosa 6%, pepton 6%,

pH 6 dan pada jam ke- 12 inkubasi.

Menurut penelitian Vishalsip (2008), pada makanan fermentasi sejenis

bekasam, yaitu plara dengan bahan dasar ikan kembung ditemukan BAL

dari genus Lactobacillus yang memiliki nilai indeks proteolitik sebesar

2.71 sedangkan Pediococcus memiliki indeks proteolitik sebesar 1.66.

6

Pada bekasam ikan bandeng ditemukan 33 isolat BAL proteolitik

sedangkan pada bekasam ikan nila ditemukan 27 isolat BAL proteolitik.

Hal ini diduga karena ikan bandeng memiliki kandungan protein lebih

besar, yaitu ±20% sedangkan ikan nila memiliki kandungan protein ±17

%. Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki kandungan

protein cukup tinggi, yaitu 16-20%. Ini menunjukkan bahwa BAL yang

memiliki kemampuan proteolitik dapat ditemukan pada bekasam ikan

patin.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

1. BAL dari bekasam ikan patin mampu menghasilkan enzim protease.

2. BAL dari bekasam ikan patin memiliki nilai indeks proteolitik yang

berbeda-beda.

3. Aktivitas enzim protease BAL dari bekasam ikan patin dipengaruhi

oleh pH, suhu dan ion-ion logam.

20

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai dengan bulan

April 2017 di Laborartorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu oven, inkubator, shaker

incubator, laminar air flow cabinet, autoclave, hot palte magnetic stirrrer,

centrifuge, spektrofotometer, mikroskop, water bath, cawan petri, tabung

reaksi, erlenmeyer, gelas ukur, mikropipet, mikrotip, botol aquadest,

kuvet, vortex mixer, alumunium foil dan jarum ose.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu bekasam ikan

Patin (Pangasius sp.), Skim Milk Agar (SMA), MRSA, MRS Broth,

Trichloroacetic Acis (TCA), Na2CO3, folin ciocalteau, buffer fosfat,

alkohol 70%, aquadest, garam fisiologis, ion logam MgSO4, MnSO4,

CaCl2, FeCl3, CuSO4, inhibitor EDTA dan kasein hammerstein.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Ikan Patin

1. Ikan patin (Pangasius sp.) berasal dari sungai Mekong di Vietnam

sampai sungai Chao Praya di Thailand. Keberadaan ikan patin di

Indonesia merupakan hasil introduksi pada tahun 1975 di Bogor. Ikan

patin merupakan ikan air tawar yang tergolong catfish, yaitu ikan yang

memiliki kumis atau antenna. Ikan patin biasanya hidup di sungai

terutama di liang-liang tepi sungai dan merupakan hewan yang aktif

pada malam hari atau nocturnal. Kepala ikan patin berbentuk relatif

kecil dengan dua pasang antenna pada sudut mulutnya. Antenna pada

ikan patin berfungsi untuk petunjuk arah atau radar saat berenang serta

sebagai alat peraba. Tubuh ikan patin berbentuk memanjang dengan

warna putih perak dan kebiru-biruan pada bagian punggung serta tidak

memiliki sisik. Ikan patin dewasa dapat mencapai ukuran panjang 120

cm (Khairuman, 2002).

2. Ikan patin memiliki sirip pada bagian punggung berbentuk jari-jari

lunak sebanyak 6-7 buah. Pada bagian perut terdapat sirip yang terdiri

dari 6 jari-jari lunak dan memiliki sirip anal yang tersusun dari 30-33

jari-jari lunak.

8

3. Selain itu ikan patin juga memliki sirip pada bagian dada sebanyak 12-

13 jari-jari lunak dan satu jari-jari keras sebagai patil (Khairuman,

2002)

Berikut ini adalah gambar morfologi ikan Patin (Pangasius sp.)

Gambar 1. Morfologi ikan Patin (Zarkasih, 2014).

Menurut Hernowo (2001), klasifikasi ikan Patin adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Bangsa : Ostoriophisi

Suku : Schilbeidae

Marga : Pangasius

Jenis : Pangasius sp.

9

4. Ikan Patin merupkan salah satu ikan yang memiliki kandungan protein

cukup tinggi, yaitu 16%-20%. Selain itu ikan Patin juga memiliki

kandungan air sebesar 56,79%, abu 2,5%-4,5%, lemak 5,85%,

karbohidrat 0,5%-1,5%, vitamin A 50.000 IU/g, vitamin D 20-200.000

IU/g, asam amino esensial 10%, asam amino non esensial 10% dan

kolesterol 70 mg/g (Muhamad dan Mohamad, 2012). Ikan Patin dapat

hidup pada kisaran pH antar 5-9, kandungan oksigen (O2) terlarut 3-6

ppm dan (CO2) 9-20 ppm. Ikan Patin hidup pada suhu optimum 28-30

oC (Khairuman dan Dodi, 2000).

B. Bekasam

1. Bekasam merupakan makanan fermentasi yang berasal dari ikan.

Bekasam banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa Tengah dan

Kalimantan dengan nama yang berbeda-beda. Bekasam merupakan

salah satu cara pengawetan ikan yang memanfaatkan nasi sebagai

sumber karbohidrat dan garam dengan proses fermentasi selama

beberapa hari. Fermentasi pada bekasam akan mengubah 95% glukosa

menjadi asam laktat (Hidayati, 2102). Ikan yang sering digunakan

untuk membuat bekasam adalah jenis ikan air tawar. Pembuatan

bekasam di daerah Kalimantan Selatan menggunakan jenis ikan air

tawar, seperti ikan sepat siam, gabus, sepat rawa dan betok. Selama

proses fermentasi ditambhakan garam sekitar 15-20% dan

ditambahkan samu atau beras ginseng sebanyak 15%. Bekasam

difermentasi selama lebih kurang satu minggu (Adawyah, 2007).

10

Bekasam juga ditemukan di berbagai negara lainnya dengan nama

yang berbeda. Burong isda, Bangus merupakan nama bekasam di

Philipina, heshiko dan nakazuke (Jepang) dan pla-ra, pla-chom, som-

fak (Thailand). Ikan hasil fermentasi bekasam akan memiliki aroma

yang khas, rasa asin, asam dan tekstur ikan lebih kenyal (Wikandari,

2012).

2. Menurut Irianto (2008), pembuatan bekasam diawali dengan

pemotongan dan pembersihan isi perut ikan, penggaraman dan

penambahan sumber karbohidrat. Ikan segar dipotong kemudian

dibersihkan sisiknya, insang dan isi perutnya. Ikan yang telah bersih

selanjutnya dicuci dengan air bersih. Setelah dicuci bersih ikan

direndam dalam larutan air garam 16-20% dari bobot segar ikan

selama 24-48 jam. Perendaman dengan larutan garam berfungsi untuk

mencegah terjadinya pembusukan sehingga tidak boleh ada kontak

langsung antara ikan dengan udara luar dan larutan garam harus

merendam secara sempurna. Ikan yang telah digarami kemudian dicuci

dengan air bersih lalu ditiriskan. Setelah larutan garam ditiriskan

selanjutnya ditambahkan sumber karbohidrat beupa campuran nasi dan

tape ketan masing-masing 50% dan 25% berat ikan segar. Ikan

kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang tertutup rapat. Proses

fermentasi biasanya dilakukan selama satu minngu atau lebih

tergantung citarasa bekasam yang diinginkan.

11

3. Selama proses fermentasi bekasam dari hari ke 1 sampai 11 terjadi

peningkatan kadar air dan total asam sebalikanya terjadi penurunan

kadar protein, nilai pH, kadar abu, kadar lemak dan total volatile base

(TVB). Pada hari ketujuh fermentasi penurunan kadar abu dan

pningkatan kadar air dianggap konstan karena tidak terlihat perubahan

yang signifikan. Sebaliknya kadar protein menurun dari 10,2%

menjadi 7,8%, pH menurun dari 5,22 menjadi 3,68, kadar lemak

menurun dari 4,2% menjadi 0,7%, pati menurun dari 6,12% menjadi

3,23%, TVB meningkat dari 0,12% menjadi 0,15% dan total asam

meningkat dari 0,2% menjadi 0,55% (Yahya, 1997).

4. Garam merupakan salah satu bahan yang ditambahkan dalam proses

fermentasi bekasam. Menurut Purwaningsih (2011), penambahan

garam berfungsi untuk pemberi cita rasa bekasam dan juga berperan

dalam seleksi mikroba golongan lipolitik dan proteolitk. Selama proses

fermentasi protein akan dipecah oleh enzim proteolitik yang dihasilkan

BAL menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana (Thariq, 2014).

Selama proses fermentasi bekasam garam akan menyebabkan kadar air

berkurang sehingga menghambat pertumbuhan bakteri tertentu. Garam

akan menyebabkan kondisi fermentasi lebih terkontrol sehingga hanya

mikroorganisme halofilik yang mampu menghasilkan enzim

proteolitik yang dapat bertahan hidup. Enzim proteolitik akan

memecah protein menjadi asam amino khususnya asam glutamat yang

12

berperan dalam pembentukan rasa gurih pada makanan (Estiasih,

2009).

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam fermentasi

bekasam. Karbohidrat akan dipecah menjadi molekul sederhana seperti

glukosa oleh enzim amilase. Selanjutnya glukosa dipecah menjadi

senyawa-senyawa lain tergantung jenis fermentasi. (Sastra, 2008).

Menurut Setiadi (2001), penambahan sumber karbohidrat pada

fermentasi bekasam dilakukan karena dapat dimanfaatkan sebagai

sumber energi bagi pertumbuhan bakteri terutama BAL. BAL akan

mengubah karbohidrat menjadi asam laktat sehingga terjadi penurunan

pH dan menciptakan suasana asam yang dapat menghambat

pertumbuhan mikroba yang tidak tahan pH rendah.

C. Bakteri Asam Laktat (BAL)

1. Bakteri asam laktat (BAL) merupakan golongan bakteri yang dapat

menghasilkan asam laktat sebabgai produk akhir fermentasi. BAL

memiliki cici-ciri, yaitu berbentuk batang atau kokus, tidak motil, tidak

dapat menghasilkan spora, katalase negatif, gram positif, tahan

terhadap kondisi asam dan bersifat anarob fakultatif (Hutkins, 2006).

BAL umumnya bersifat mesofilik namun ada beberapa jenis yang

dapat tumbuh pada suhu 4 oC. BAL memiliki pH pertumbuhan 4,0-4,5

namun beberapa galur tahan pada pH 3,2 dan pH di atas 9,0

(Bamforth, 2005).

13

2. Menurut Salminen (2004) terdapat beberapa jenis BAL, yaitu :

1. Lactobacillus lactis, L. achidophilus, L. bulgaricus, L. plantarum

dan L. delbrueckii.

Bakteri dari genus Lactobacillus banyak ditemukan pada sayuran,

berbentuk batang, sering berbentuk pasangan atau rantai dan gram

positif.

2. Leuconostoc mesenteroides dan L. dextranicum

Bakteri dari genus Leuconostoc umumnya ditemukan pada fermentasi

sayuran, sari buah dan anggur. Leuconostoc berbentuk bulat, tersusun

berpasangan seperti rantai dan gram positif.

3. Streptococcus thermophilus, S. lactis, S. cremoris.

Bakteri ini umumnya ditemukan pada fermentasi susu, berbentuk bulat

yang tersusun seperti rantai dan gram positif.

4. Pediococcus cerevisae

Bakteri ini biasanya ditemukan pada fermentasi sayuran dan daging,

gram positif, berbentuk bulat berpasangan dua-dua atau empat-empat

(tetrads).

3. BAL merupakan golongan bakteri yang mampu menghasilkan asam

laktat, antimikroba, hidogen peroksida dan hasil metabolisme lainnya.

BAL juga bermanfaat bagi kesehatan, diantaranya dapat menurunkan

kolesterol, menghambat tumor, memperbaiki daya cerna laktosa,

mengendalikan bakteri patogen dalam saluran pencernaan,

14

antikarsinogenik, antimutagenik, produksi vitamin B, dan dapat

mencegah sembelit (Bachrudin et al., 2000). Menurut Diop et al.

(2007), BAL dalam industri pangan berperan dalam mengawetkan

kualitas nutrisi bahan baku dan menghambat pertumbuhan bakteri

patogen dan pembusuk.

4. Menurut Suardana (2007) BAL dapat dibedakan menjadi 2 kelompok

berdasarkan hasil fermentasinya, yaitu:

1. BAL homofermentatif, yaitu BAL yang hanya menghasilkan asam

laktat sebgai produk akhir fermentasi. Contohnya yaitu

Pediococcus, Streptococus, dan beberapa Lactobacillus.

2. BAL heterofermentatif, yaitu BAL yang menghasilkan beberapa

jenis produk akhir fermentasi seperti asam laktat, etanol, asam

asetat dan CO2. Contohnya yaitu Leuconostoc, dan beberapa

spesies Lactobacillus.

D. Enzim Protease

1. Enzim merupakan katalisator yang berfungsi untuk meningkatkan

suatu reaksi kimia. Suatu reaksi yang menggunakan enzim akan

berlangsung 103-108 kali lipat lebih cepat dibandingkan tanpa enzim.

Enzim dapat merubah 100-1000 molekul substrat menjadi produk tiap

detiknya. Enzim memiliki sisi aktif tempat terikatnya substrat. Substrat

15

yang terikat akan membentuk kompleks enzim substrat kemudian akan

dihasilkan produk. Kemampuan katalik enzim dapat hilang akibat

denaturasi. Denatutasi merupakan kondisi putusnya struktur tiga

dimensi enzim. Penyebab terjadinya denaturasi, yaitu suhu tinggi, ion

logam berat, asam dan basa kuat dan adanya pelarut organik

(Campbell dan Farrell 2006).

2. Enzim protease merupakan enzim golongan hidrolase yang mampu

memecah protein menjadi molekul-molekul sederhana seperti asam

amino dan oligopeptida pendek. Enzim ini diperlukan oleh semua

makhluk hidu karena bersifat esensial dalam metabolisme protein

(Poliana, 200). Enzim protease merupakan enzim yang memiliki

banyak manfaat dalam bidang industri, baik industri pangan maupun

nonpangan. Beberapa industri pangan yang menggunakan protease,

contohnya industri susu, roti dan bir. Enzim dalam industri pangan

bermanfaat untuk mengkonversi bahan baku menjadi bahan yang lebih

mudah diolah dan lebih aman. Sedangkan dalam bidang nonpangan

enzim protease dimanfaatkan untuk industri kulit, pembuatab detergen

dan pakan ternak (Sawat dan Nagendran 2014).

Menuurut Poernomo (2004), pemilihan bakteri dalam memproduksi

enzim protease memiliki beberapa keunggulan, yaitu biaya produksi

enzim relatif lebih murah, skala dalam produksi enzim mudah

ditingkatkan, kondisi produksi tidak tergantung musim dan waktu dan

16

bakteri lebih mudah tumbuh dengan pertumbuhan yang lebih cepat

dibandingkan organisme lainnya.

3. Enzim protease terdiri dari beberapa golongan yang dapat diisolasi dari

hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Berikut ini adalah golongan

enzim protease dan sumbernya menurut Motyan et.al (2013) :

Tabel 1. Golongan Enzim Protease

*Enzim protease golongan eksopeptidase

Golongan Protease Jenis Protease Sumber

Tripsin Hewan

Kimotripsin Hewan

Enterokinase Hewan

Endoproteinase Mikroorganisme

Protease Serin Elastase Hewan

Substilin Mikroorganisme

Protease K Mikroorganisme

Trombin Hewan

Faktor Xa Hewan

WNV Protease Mikroorganisme

Bromelin Tumbuhan

Papain Tumbuhan

Protease sistein Fisin (ficain) Tumbuhan

Rhinovirus 3C Mikroorganisme

TEV protease Mikroorganisme

TVWV protease Mikroorganisme

Endoproteinase Mikroorganisme

Termolisin Mikroorganisme

Metaloprotease Kolagenase Mikroorganisme

Dispase Mikroorganisme

Protease aspartat Pepsin Hewan

Katepsin D Hewan

Protease serin* Karboksipeptidase Y Mikroorganisme

Protease sistein* Katepsin D Hewan

DAPase Hewan

Metaloprotease* Karboksipeptidase A Hewan

Karboksipeptidase B Hewan

17

E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim

1. Suhu

Aktivitas suatu enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Enzim

memerlukan sejumlah panas tertentu agar dapat aktif. Peningkatan

suhu akan menyebabkan aktivitas enzim juga meningkat hingga titik

optimum tercapai. Aktivitas enzim akan meningkat sebanyak dua kali

lipat seiring peningkatan suhu sebsesar 10 0C di atas suhu minimum.

Aktivitas enzim akan terus menigkat hingga tercapai titik optimum.

Akan tetapi peningkatan suhu melebihi titik optimum akan

menyebabkan aktivitas enzim mengalami penurunan (Pratiwi, 2008).

Suhu maksimum akan menyebabkan enzim mengalami denaturasi.

Denaturasi terjadi karena struktur protein terbuka dan gugus non polar

yang berada di dalam molekul menjadi terbuka keluar. Hal ini

menyebabkan kelarutan protein di dalam air menjadi turun, sehingga

aktivitas enzim juga mengalami penurunan (Lehninger, 2005).

Hubungan antara aktivitas enzim dengan suhu ditunjukkan dalam

Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan aktivitas enzim dengan suhu (Poedjiadi, 1994)

18

2. pH

Enzim memiliki konstanta disosiasi pada gugus asam maupun basa

sehingga disebut amfolitik. Sifat amfolitik enzim ini terjadi terutama

pada gugus terminal amino dan gugus residu terminal karboksilnya.

Enzim mengalami perubahan kereaktifan disebabkan pengaruh pH

lingkungan. Kenaikan dan penurunan pH akan mempengaruhi

efektivitas enzim dalam membentuk kompleks enzim-substrat.

Peningkatan pH di atas titik optimum akan menyebabkan enzim

mengalami denaturasi sehingga mengakibatkan menurunnya aktivitas

enzim (Winarno, 1989).

Hubungan kecepatan reaksi dengan pH ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan kecepatan reaksi dengan pH (Page, 1997).

19

3. Aktivator dan Inhibitor

Beberapa enzim memerlukan aktivator dalam reaksi katalisnya.

Aktivator adalah senyawa atau ion yang dapat meningkatkan

kecepatan reaksi enzimatis. Ion logam yang dapat bertindak sebagai

aktivator, diantaranya Ca, Mg, Zn dan Fe yang menginduksi aktivitas

enzim protease ( Emmanuelle, 2013).

Aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh senyawa penghambat enzim

(inhibitor). Inhibitor dapat bersaing dengan substrat untuk berikatan

dengan sisi aktif enzim sehingga dapat terjadi pengurangan laju reaksi.

Inhibitor biasanya menyerupai substrat normal dengan bentuk tiga

dimensinya. Karena persamaan ini, enzim dapat berikatan dengan

inhibitor (Pratiwi, 2008). Ion logam yang dapat menjadi inhibitor

enzim, yaitu Cd2+

dan Hg2+

dapat menghambat aktivitas protease

(Nailola dkk., 2008).

21

C. Metode Penelitian

Isolat BAL proteolitik diisolasi dari bekasam ikan patin melalui pengayaan

pada media selektif MRSA+ skim milk. Penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan dan mengetahui kemampuan proteolitik secara kualitatif dan

kuantitatif isolat BAL dari bekasam ikan patin serta mengaetahui

karakteristik enzim yang dihasilkan. Uji kualitatif ditentukan berdasarkan

indeks proteolitik melalui perbandingan antara diameter zona bening

dengan diameter koloni bakteri. Isolat terpilih kemudian dilanjutkan

dengan uji kuantitatif. Uji kuantitatif ditentukan berdasarkan aktivitas

enzim protease melalui metode Bergemeyer dan Grassl (1983) dengan

mengukur jumlah tirosin yang terbentuk. Jumlah tirosin yang terbentuk

diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 578 nm.

Karakterisasi terbatas enzim protease meliputi pengaruh pH, suhu dan ion-

ion logam.

D. Analisis Data

Data hasil uji kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh pada penelitian ini

dianalisis secara deskriptif.

22

E. Cara Kerja

1. Pembuatan Bekasam

Ikan patin segar ditimbang seberat ± 250 gram kemudian insangnya

dibuang dan dibersihkan isi perutnya. Setelah dibersihkan dilakukan

penggaraman dengan jumlah garam 10% bobot ikan. Selanjutnya

ditambahkan nasi dengan perbandingan ikan dan nasi 1:1 dan inkubasi

sampai 7 hari pada suhu ruang (Wikandari, 2012).

2. Isolasi dan Seleksi BAL Proteolitik dari Bekasam ikan Patin

Isolasi dilakukan dengan cara menghaluskan bekasam sebanyak 1

gram. Kemudian bekasam dimasukkan ke dalam tabung reaksi steril

yang telah berisi 9 ml larutan pengencer garam fisiologis 0,85%

sehingga diperoleh larutan pengenceran 10-1. Untuk pengenceran 10-2

diambil 1ml suspensi bekasam dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

yang berisi 9 ml ml larutan pengencer garam fisiologis lalu

dihomogenkan menggunakan vortex mixer. Pengenceran dilakukan

sampai 10-8 dengan cara yang sama (Candra, 2006).

Selanjutnya dipipet sebanyak 1ml suspensi dari pengenceran 10-6-10-8

dan diinokulasikan pada media MRSA yang telah ditambahkan susu

skim 1%, kemudian diinkubasi pada inkubator pada suhu 37 oC

23

selama 48 jam (Desniar, 2012). BAL proteolitik ditandai dengan

pembentukan zona bening disekitar koloni bakteri.

3. Pemurnian Isolat BAL Proteolitik

Koloni BAL proteolitik terpilih dimurnikan dengan metode goresan

pada medium MRSA miring di dalam tabung reaksi. Isolat kemudian

diinkubasi selama 1-2 hari pada suhu 37 oC.

4. Karakterisasi BAL Proteolitik

Karakterisasi BAL proteolitik dilakukan untuk membedakan anatara

isolat BAL terpilih. Karakter yang diamati adalah morfologi koloni,

morfologi sel (pewarnaan Gram dan pewarnaan spora) motilitas dan

uji katalase (Candra, 2006).

5. Peremajaan Isolat BAL Proteolitik

BAL proteolitik yang telah dikarakterisasi kemudian diremajakan pada

medium MRSA miring. Isolat diinkubasi di dalam inkubator selama 24

jam pada suhu 37 oC.

24

6. Penentuan Indeks Proteolitik

Isolat BAL diuji kemampuan proteolitik secara kualitatif

menggunakan metode Brown (2007), pada media Skim Milk Agar

(SMA). Isolat BAL berumur 24 jam diambil sebanyak 1 ose kemudian

di point plate ke dalam cawan petri yang berisi media Skim Milk Agar

(SMA). Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam.

Kemampuan proteolitik BAL ditunjukkan dengan terbentuknya zona

bening disekitar koloni (Kurniati, 2015 ). Perbandingan antara

diameter area zona bening dengan diameter koloni bakteri disebut

sebagai indeks proteolitik (Baehaki, 2011).

Rumus indeks proteolitik:

Keterangan:

a = diameter zona bening

b = diameter koloni (Setyaningsih, 2013).

Gambar 4. Penentuan Indeks Proteolitik BAL

25

7. Karakterisasi Terbatas Aktivitas Enzim Protease

7.1. Pembuatan Starter Isolat Bakteri Asam Laktat

Isolat BAL proteolitik berumur 24 jam pada media MRSA

miring diambil sebanyak 3 ose kemudian diinokulasikan ke

dalam erlenmeyer 250 ml yang berisi 50 ml media MRS

Broth + Skim milk 2%. Selanjutnya diinkubasi pada Shaker

Incubator dengan kecepatan 120 rpm selama 24 jam.

7.2. Produksi Enzim Protease

Enzim protease diproduksi dengan cara menginokulasikan

10% starter isolat proteolitik ke dalam 50 ml media MRS

Broth + Skim Milk. Isolat kemudian diinkubasi di atas

Shaker Incubator dengan kecepatan 120 rpm selama 24

jam. Setelah 24 jam, kultur dipindahkan ke dalam tabung

dan enzim dipanen dengan cara disentrifugasi selama 10

menit dengan kecepatan 4000 rpm. Supernatan yang

diperoleh merupakan ekstrak kasar enzim yang akan diukur

aktivitas proteasenya (Baehaki, 2011).

26

7.3. Penentuan pH Optimum Aktivitas Enzim Protease

Penentuan pH optimum aktivitas enzim protease

mengunakan berbagai macam buffer yang berbeda. Buffer

yang digunakan, yaitu buffer sitrat pH 4 dan 5, buffer posfat

pH 6 dan 7 dan buffer tris-HCl pH 8 dan 9. Penentuan

aktivitas enzim protease diiukur berdasarkan metode

Bergemeyer dan Grassl (1983). Pada uji ini dilakukan

karakterisasi pH, suhu dan pengaruh ion-ion logam.

Sebanyak 0.1 ml ekstrak kasar enzim ditambahkan pada

campuran yang berisi 0.5 ml bufer fosfat dengan substrat

kasein pH 7, 0.1 ml tirosin standar dan 0,1 ml aquadest.

Selanjutnya diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37 oC

Setelah 10 menit ditambahkan 0,5 ml TCA (0.1 M).

Larutan diinkubasi kembali selama 10 menit pada suhu 37

oC dan disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10

menit pada suhu 4 oC. Kemudian diambil 0.375 ml

supernatan dan ditambahkan 1.25 ml larutan Na2CO3 (0.4

M) dan 0.25 ml pereaksi Folin, selanjutnya diinkubasi

selama 20 menit pada suhu 37 oC dan absorbansinya diukur

pada panjang gelombang 578 nm. Satu unit aktivitas enzim

protease merupakan jumlah enzim yang dapat menghasilakn

1 mmol tirosin per menit pada kondisi pengukuran.

27

Aktivitas ptotease dihitung dalam satuan PU (Protease Unit)

per ml ekstrak enzim.

7.4. Penentuan Suhu Optimum Aktivitas Enzim Protease

Suhu optimum enzim diketahui melalui proses inkubasi

enzim dengan variasi suhu yang berbeda yaitu 35 oC, 37 oC,

40 oC, 45 oC, 50 oC, 55 oC, 60 oC dan 65 oC pada pH

optimum. Selanjutnya dilakukan pengukuran aktivitas

enzim dengan mengikuti metode Bergmeyer dan Grassl

(1983). Suhu yang menghasilkan aktivitas enzim tertinggi

menunjukkan suhu optimum.

7.5. Penentuan Pengaruh Ion-ion Logam TerhadapAktivitas Enzim Protease

Pada penelitian ini digunakan senyawa inhibitor asam etilen

diamintetraasetat (EDTA), sedangkan logam yang

digunakan, yaitu MgSO4, MnSO4, CaCl2, FeCl3 dan CuSO4

dengan konsentrasi 1 mM dan 5 mM. Uji ini dilakukan

dengan pH dan suhu optimum enzim protease yang telah

diketahui berdasarkan metode Bergmeyer dan Grassl

(1983).

28

Tabel 2. Metode Pengujian Aktivitas Enzim Protease

Aktivitas ptotease dihitung dalam satuan PU (Protease Unit) per ml

ekstrak enzim (Djajasukma, 1993).

PU = X

Keterangan :

PU : Unit Aktivitas Protease (Unit/ml)

Asb : Nilai Absorbansi Sampel

Ast : Nilai Absorbansi Standard

Abl : Nilai Absorbansi Blanko

T : Waktu

Blanko

(ml)

Standars

(ml)

Sampel

(ml)Kasein 2 mM dalam bufferFosfst (0.01) M pH 7EnzimTirosin standardAquadest

0.5

--

0.1

0.5

-0,1-

0.5

0.1--

Inkubasi pada 37 oC selama 10 menitTCA (0,1 M)EnzimAquadest

0.50.1-

0.50.1-

0.5-

0.1

Inkubasi pada 37 oC selama 10 menitSentrifugasi 10000 rpm selama 10 menit pada suhu 4 oCSupernatanNa2CO3 (0,4M)Pereaksi Folin (1:2)

0.3751.250.25

0.3751.250.25

0.3751.250.25

Diamkan selama 20 menit pada suhu 37 oCBaca absorbansinya pada panjang gelombang 578 nm

29

F. Diagram Alir

Diagram alir penelitian adalah sebagai berikut.

Gambar 5. Diagram Alir Penelitian

Pemurnian Isolat BAL Proteolitik

Karakterisasi BAL Proteolitik

Peremajaan Isolat BAL Proteolitik

Uji Kemampuan Proteolitik

Penentuan Indeks Proteolitik (IP) Penentuan Aktivitas Enzimprotease

- Pembuatan Starter BAL- Produksi Enzim Protease- Penentuan Pengaruh pH,

Suhu dan Ion-ion Logam

Isolasi dan Seleksi BAL Proteolitik

Pembuatan Bekasam Ikan Patin

47

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan :

1. BAL dari Bekasam Ikan Patin mampu menghasilkan enzim protease.

2. Enam isolat BAL dari bekasam ikan patin memiliki nilai indeks

proteolitik yang berbeda-beda.

3. Aktivitas tertinggi enzim protease isolat BP2 terjadi pada pH 8 dan

suhu 40 oC sebesar 0,57 U/ml. Logam Fe3+, Mg2+ dan Mn2+ (5 mM)

digolongkan kedalam aktivator enzim protease, sedangkan logam Fe3+,

Mg2+ dan Mn2+ (1 mM), Ca2+, Cu2+ dan EDTA ( 1 mM dan 5 mM)

digolongkan kedalam inhibitor enzim protease.

B. Saran

Disarankan dilakukan pengujian lanjutan dengan pemurnian enzim

protease terlebih dahulu, sehingga diperoleh karakter pH, suhu, pengaruh

inhibitor dan ion-ion logam yang lebih tepat.

48

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Anggrahini, D.N.D. 2016. Produksi, Pemekatan dan Karakterisasi Enzim Proteasedari Lactobacillus plantarum SK(5). Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Atlas, M., R. Bartha. 1997. Microbial Ecology : Fourth Edition. Addison WesleyLongman. USA.

Axelsson L. 2004. Lactic acid bacteria: classification and physiology. Di dalamSalminen S, Wright SV, Ouwehand A, editor. Lactic Acid Bacteria.Microbiological and Functional Aspects Third edition, Revised andExpanded. New York: Marcel Dekker, Inc. hlm 19-68.

Bachrudin, Z., Astuti, dan Y.S. Dewi. 2000. Isolasi dan seleksi mikroba penghasillaktat dan aplikasinya pada fermentasi. Limbah Industri Tahu. ProsidingSeminar Nasional Industri Enzim dan Bioteknologi. Mikrobiologi Enzimdan Bioteknologi.

Baehaki, A., Suhartono, M.T., Palupi, N.S., dan Nuhayati, T., 2004, Karakterisasiprotease dari bakteri patogen Staphylococcus aureus dan Klebsiella sp.ProsidingSeminar Nasional dan Kongres PATPI, ISBN: 979-99965-0-3,281 – 287.

Baehaki, A., T. Nurhayati, dan M.T. Suhartono. 2005. Karakteristik Protease DariBakteri Patogen Saphylococcus epidermidis. Buletin Teknologi Hasil

Pertanian. Vol. VIII Nomor 2.

Baehaki, A., Suhartono, M.T, Palupi N.S dan Nurhayati, T. 2008. Purufikasi danKarakterisasi Protease dari Bakteri Patogen Pseudomonas aeruginosa.Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. XIX No. 1 Th. 2008.

Baehaki, A., Rinti dan A. Budiman. 2011. Isolasi Dan Karakterisasi Protease DariBakteri Tanah Rawa Indralaya, Sumatera Selatan. Jurnal Akta Agrosia EdisiKhusus No. 2 : 172-175.

Bamforth CW. 2005. Food, Fermentation and Micro-organisms. Iowa:University of California. Blackwell Science Ltd. hlm 31-33.

Beg, Q.K., dan Gupta, R., 2003, Purification and Characterization of AnOxidation-stable, Thioldependent Serine Alkaline Protease from Bacillusmojavensis, Enzyme and Microbial Technology, 32(2), 294 – 304.

49

Bergmeyer, H.U. and M. Grassl. 1983. Methods of Enzymatic Analysis Vol 2.Verlag Chenie. Weinheim.

Brown, A.E. 2007. Laboratory Manual In General Microbiology. Mc Graw Hill.New York.

Campbell MK, Farell SO. 2006. Biochemistry. Ed ke-5. Weinheim (US):Yhomson Learning Inc.

Candra, J.I. 2006. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Dari ProdukBekasam Ikan Bandeng (Chanos chanos). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Desniar. 2012. Karakterisasi Bakteri Asam Laktat dari Produk Fermentasi Ikan(Bekasam). Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dewi, K.W. 2006. Pemurnian dan Pencirian Protease dari Isolat Bakteri W-1 yangDihasilkan Oleh Tauco Hitam. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Djajasukma. 1993. Isolasi Enzim Protease Dari Mucor javanicus. Pros. SeminarHasil Litbang SDH.

Diop MB, Dubois-Dauphin R, Tine E, Ngom A, Destain J, Thonart P. 2007.Bacteriocin producers from traditional food products. Biotechnol Agron SocEnviron. 11(4): 275–281.

Elfahri K. 2012. Release of bioactive peptides from milk proteins byLactobacillus spesies [tesis]. Melbourne (US): Victoria University.

Emmanuelle, Amanda. 2013. Integrated Process Production and Extraction of theFibrinolytic Protease from Bacillus sp. UFPEDA 485. BiochemBiotechnol (2013) 170:1676–1688.

Fathimah, A.N dan Wardani A.K. 2014. Ekstraksi dan Karakterisasi EnzimProtease dari Daun Kelor (Moringa olifera Lamk.). Jurnal TeknologiPertanian Vol. 15 No. 3.

Fatoni, A., Zusfhair dan Lestari, P. 2008. Isolasi dan Karakterisasi ProteaseEkstraseluler dari Bakteri dalam Limbah Cair Tahu. Jurnal NatureIndonesia. 10(2): 83-88.

Femi-Ola TO, Oladakun DO. 2012. Partial purification and characterization of athermostable alkaline protease from Lactobacillus brevis. Mal J Microbiol.8: 1-5.

Fithri, Choirunnisa,. Joni, Kusnadi. dan R. Chrisnasari. 2008. Viabilitas danDeteksi Subletal Bakteri Probiotik pada Susu Kedelai Fermentasi InstanMetode Pengeringan Beku (Kajian Jenis Isolat dan Konsentrasi Sukrosasebagai Krioprotektan). Jurnal Tek.Pertanian, Vol. 9 No. 1. 40-51.

Hames BD, Hooper NM. 2000. Biochemistry: The Instant Notes 2nd ed.Hongkong: Springer-Verlag. p83-84.

50

Hernowo. 2001. Pembenihan Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta.

Huang G, Ying T, Huo P, Jiang J. 2006. Purification and characterization of aprotease from thermophilic Bacillus strain HS08. Biotechnology. 5:2433-2438.

Hutkins RW. 2006. Microbiology and Technology of Fermented Foods. Lowa:IFT Press. Blackwell Publishing Ltd. hlm 3-49.

Hidayati, L., Chisbiyah, L.A., Kiranawati, T.M. 2012. Evaluasi MutuOrganoleptik Bekasam Ikan Wader. Jurnal TIBBS Vol. 3 No. 1: 44-51.

Irianto HE. 2008. Produk ikan fermentasi tradisional Indonesia. Balai Besar RisetPengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Badan RisetKelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta

Khairuman. 2002. Budidaya Patin Secara Intensif. PT. Agromedia Pustaka.Jakarta

Khairuman dan Dodi, S. 2000. Budidaya Patin Secara Intensif. Agromedia Pustaka.Jakarta.

Kosim, M., dan Putra, S.R., 2010, Pengaruh Suhu Pada Protease Dari Bacillussubtilis, Prosiding Skripsi Semester Genap 2009-2010, Jurusan KimiaFMIPA ITS, Surabaya.

Kurniati, N. 2015. Produksi Enzim Protease Dari Bakteri Asam Laktat Asal Bekasam.Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kwok, J. De Vos W.M. 1994. The Proteolytic System of Lactic Acid Bacteria. In :Genetics and Biotechnology of Lactic Acid Bacteria. Ed Gasson abd DeVos. 1994. Balckie Academic & Profesional. Glasgow.

Lehninger, A.L. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga. Jakarta.

Motyan JA, Toth F, Tozser J. 2013. Research application of proteolytic enzymesin molecular biology. Biomolecules. 3: 923-942.

Muhamad NA, Mohamad J. 2012. Fatty Acids Composition of selected Malaysianfishes. Sains Malaysiana 41(1):81–94.

Murniyati dan Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan Ikan.Kanius. Yogyakarta.

Murti, T.W., dan T. Hidayat. 2009. Pengaruh Pemakaian Kultur Tiga MacamBakteri Asam Laktat dan Pemeraman Terhadap Komposisi Kimia danFlavour Keju. Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture.

Murtini JT. 1992. Bekasam Ikan Mas. Kumpulan Hasil-hasil Penelitian PascaPanen Perikanan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan

51

Nailola, E dan Nunuk W. 2008. Semi Purifikasi dan Karakterisasi Enzim ProteaseBacillus sp.. Jurnal Bidang Mikrobiologi LIPI. 13(51-56).

Page, D.S. 1997. Prinsip-Prinsip Biokimia. Erlangga. Jakarta.

Poedjiadi, A.1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta.UI-Press. 155, 158-160.

Poernomo, A. T., dan Purwanto, D.A., 2003. Uji Aktifitas Crude EnzimProteolitik Bacillus subtilis FNCC 0059 Hasil Fermentasi Curah. MajalahFarmasi Airlangga, 3: 103–107.

Poliana J dan Mac CAP. 2007. Industrial enzymes: structure, function, andapplications. Dordrecht: Springer Hal: 24.

Pramono, Y. B., Rahayu, E. S., Saparno dan Utami, T. 2007. TheMicrobiologycal, Physical, and Chemical Changes of Petis Liquid duringDry Spontaneous Fermentation. [J.Indon.Trop.Anim.Agric. 32 [4] Dec2007]. Universitas Diponegoro, Semarang.

Pratiwi, S.T.2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga. Yogyakarta.

Purwaningsih, S, Garwan, R dan Santoso, J. 2011. Karakteristik OrganoleptikBakasang Jeroan Cakalang (Katsuwonus pelamis, Lin) sebagai PanganTradisional Maluku Utara. [Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 13–17]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Putranto, WS. 2006. Purifikasi dan karakterisasi protease yang dihasilkanLactobacillus acidophilus dalam fermentasi susu sapi perah. SeminarNasional Bioteknologi “Capturing opportunities through biotechnology”;2006 November 15-16; Cibinong, Indonesia. Cibinong (ID): PusatPenelitian Bioteknologi.

Rahayu WP, Ma’oen S, Suliantari, Fardiaz S. 1992. Teknologi FermentasiProduk Perikanan. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.Institut Pertanian Bogor

Rahmani, Yunianta dan Martati, E. 2007. Pengaruh Penggaraman Basah terhadapKarakteristik Produk Ikan Asin Gabus (Ophiocephalus striatus). [JurnalTeknologi Pertanian, Vol.8 No.3]. Teknologi Hasil Pertanian, UniversitasBrawijaya, Malang.

Ross RP, Morgan S, Hill C. 2002. Preservation and fermentation: past, presentand future. Int J Food Microbiol 79:3-16.

Said I.M. dan Ningrum E.M. 2009. Karakterisasi dan purifikasi protease bakteriBacillus sp. dan jamur Aspergillus sp. serta aplikasinya sebagai soakingagent pada proses penyamakan kulit kambing (Abstrak). Hibah PenelitianKerjasama (Hibah Pekerti) : LP2M, UNHAS. Makasar.

Salminen, S., A.V. Wright, dan A. Ouwehand. 2004. Lactic Acid BacteriaMicrobiological and functional Aspects. Marcel Dekker, Inc, New York.

52

Sastra, W. 2008. Fermentasi Rusip. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saravanakumar K, Baskaran R, Kubendran TR. 2010. Acoustic andthermodynamic properties of binary liquid mixtures of acetophenone andbenzene. J Appl Sci. 10: 1616-1621.

Setiadi, A.N. 2001. Mempelajari Penggunaan Cairan Pikel ketimun sebagaiSumber Bakteri Asam Laktat pada Pembuatan Bekasam Ikan Tawes.[Skripsi]. IPB. Bogor.

Setyanigsih, I., Nurhayati,T., Aremhas, U. 2013. Pengaruh Media KultivasiChaetoceros gracilis Terhadap Kandungan Kimiawi dan Potensi InhibitorProtease. J.Teknol. dan Industri Pangan 24(2). Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Sharmin S, Hossain T, Anwar MN. 2004. Proteolytic activity of a Lactobacillusspesies isolated from rumen. Pakist J Biol Sci. 7: 2105-2108.

Suardana, W. 2007. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat dari CairanRumen Sapi Bali sebagai Kandidat Biopreservatif. J. Veter. 8(4) : 155-159.

Suri WL, Syukur S, Jamsari. 2013. Optimization of protease activity from lacticacid bacteria (LAB) Pediococcus pentosaceus isolated from soursopfermentation (Annona muricata L.). J Kimia Unand. 2:1.

Tanasupawat S, Visessanguan W. 2008. Thai fermented foods: microorganismsand their health benefits. Dalam: Farnworth ER, editor. Handbook ofFermented Functional Foods. Edisi. ke-2. Boca Raton: CRC Press Taylor& Francis Group. hlm 495-512.

Thariq, A.S., Swastawati, F. dan Surti, T.2014.Pengaruh Perbedaan KonsentrasiGaram padaPeda Ikan Kembung (Rastrelliger neglectus) terhadapKandungan Asam Glutamat Pemberi Rasa Gurih (UMAMI). JurnalPengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. Vol. 3 No. 3: 104-111.

Vichasilp C, Sangjindavon M, Wiliapun P. 2008. The use of selected lactic acidbacteria isolates for accelaration of fermented fish (Pla-ra) process.Kasetsart Univ Fish Res Bull. 32(3) :17-25.

Wanenoor. 2011. Sentral Dogma Biologi, Pengertian Gen, DNA, RNA, EkspresiGen, serta Transkripsi DNA. http://wanenoor.blogspot.com/2011/11/sentral-dogma-biologi-pengertian-gen.html. Diakses tanggal 15 April 2017.

Wardani AK, Nindita LO. 2012. Purifikasi dan karakterisasi protease dari bakterihasil isolasi dari whey tahu. J Teknol Pertan. 13: 149-156.

Widowati, T.W, Taufik M, dan Wijaya A. 2011. Pengaruh Pra Fermentasi GaramTerhadap Karakteristik Kimiawi Dan Mikrobiologis Bekasam Ikan Patin.Prosisding Semirata BKS Barat Bidang Ilmu Pertanian.

53

Wikandari PR, Suparmo, Marsono Y, Rahayu ES. 2012. Karakterisasi bakteriasam laktat proteolitik pada bekasam. J Natur Indones. 14(2):120-125.

Winarno, F.G. 1986. Enzim Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta. Halaman 155.

Yahya D, Wibowo P, Darmadji. 1997. Karakteristik bakteri asam laktat danperubahan kimia pada fermentasi "bekasam" ikan mujair (Tilapiamossambica). Berkala Penelitian Pasca Sarjana. X(1): 105-118.

Yanti. 2003. Pemurnian dan karakterisasi protease cacing tanah Lumbricusrubellus yang bersifat fibrinolitik [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana,Institut Pertanian Bogor.

Yuningsih, S. 2006. Isolasi dan Pencirian Protease dari Bakteri Isolat Nato.Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Zelvina, O. 2009. Analisis Pendapatan Usaha Pembenihan dan Pemasaran BenihIkan Patin di Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Zarkasih, M.H. 2014. Pengaruh Pemberian Cacing Sutera (Tubifex sp.) dan KeongSawah (Pila ampullacea) Terhadap Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius sp.)Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.