selasa, 7 september 2010 | media indonesia jangan … filemunas, hariyadi b sukamdani. “namun,...

1
KAMAR Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dituntut untuk mendorong pertumbuh- an ekonomi daerah. Hal itu menjadi fokus musyawarah nasional (munas) pada 24-25 September selain pemilihan Ketua Umum Kadin Indonesia periode 2010-2015. “Sejumlah kendala masih menghadang pertumbuhan ekonomi daerah. Padahal se- lama ini ekonomi daerah di- pandang memiliki potensi besar untuk membangkitkan ekonomi nasional,” ujar Ketua Umum Pergantian Antar Wak- tu Kadin Indonesia Adi Putra Tahir di Jakarta, kemarin. Menurutnya, beberapa ken- dala pembangunan daerah di antaranya terkait dengan kejelasan aturan investasi di daerah dan sinkronisasinya dengan aturan di pusat. “Itu sebabnya kami sepakat untuk menjadikan fungsi dan peran Kadin dalam pembangunan daerah sebagai tema munas kali ini,” papar Adi. Sementara itu, terkait de- ngan pemilihan kandidat ketua umum, beberapa nama disebut telah mencalonkan diri dan sudah berkampanye ke daerah. Itu diakui ketua penyelenggara munas, Hariyadi B Sukamdani. “Namun, pendaftaran akan di- tutup selambat-lambatnya tu- juh hari sebelum waktu pelak- sanaan munas atau tanggal 17 September 2010,” ujarnya. Berdasarkan aturan, jumlah suara pemilih kandidat ketua umum sebanyak 129. Kadin provinsi memiliki tiga suara sehingga akan ada 99 suara dari 33 perwakilan Kadin provinsi. “Selain itu, seluruh asosiasi dan anggota luar biasa Kadin Indonesia juga akan menunjuk perwakilan di antara mereka sebanyak 30 suara,” ujar Hari- yadi. Selain Adi Putra, nama lain yang digadang-gadang seba- gai kandidat ialah pengusaha Suryo B Sulisto, Sandiaga S Uno, Chris Kanter, Sharif C Sutardjo, dan Rachmat Gobel. Nama-nama itu, jika maju, akan bersaing pada 25 Septem- ber 2010 untuk menjadi ketua. Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi me- nyampaikan agar Ketua Umum Kadin Indonesia yang baru harus dekat dengan pemerin- tah dan partai politik. Namun dia tidak boleh menjadi antek dari pemerintah dan partai politik. “Saya pikir siapa pun dia, harus dekat dengan pemerin- tah dan partai politik. Namun mereka bukan antek dari pe- merintah dan partai politik,” tutur Sofjan beberapa waktu lalu. (Jaz/*/E-6) Kadin Fokus ke Ekonomi Daerah ANTARA/ANDIKA WAHYU STOK BBM DITAMBAH: Petugas memeriksa gerbong kereta khusus pengangkut BBM di Depot Pertamina Tegal, Jateng, kemarin. Pertamina Region Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menambah jumlah pasokan bensin dan solar sebesar 25% guna menjamin amannya pasokan bahan bakar minyak selama Lebaran. 14 | Ekonomi Nasional SELASA, 7 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Jangan Remehkan Uang Receh K EBUTUHAN akan uang pecahan lo- gam tidak bisa di- anggap remeh. Am- bil contoh di sektor ritel, para pelaku usaha ritel setidaknya membutuhkan uang pecahan logam sekitar 1% dari total nilai penjualan atau omzet mereka untuk mendukung kegiatan transaksi penjualan. Jadi bila berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Ke- mendag) yang menyebutkan omzet pengusaha ritel dalam satu tahun tidak kurang dari Rp85 triliun, bahkan tahun ini sampai Rp100 triliun. “Selama setahun tersebut minimal mereka butuh uang receh sebesar Rp850 miliar,” kata Sekretaris Jenderal Ke- mendag Ardiansyah Parman dalam diskusi tentang pen- tingnya uang koin di Jakarta, pekan lalu. Tapi, harus diakui, kebutuh- an sebesar itu tidak mudah dipenuhi karena ada masalah dalam perputaran uang logam. Menurut Kepala Bagian Per- edaran Uang Bank Indonesia Ery Setiawan, dalam kesem- patan yang sama, perputaran receh itu kerap terhambat kare- na selama ini koin yang sudah dikeluarkan ke masyarakat tidak banyak yang kembali ke bank. Akibatnya, pelaku usaha ritel kesulitan mendapatkan koin sehingga sering terpaksa mengganti uang kembalian sisa belanja konsumen dengan permen atau barang lain. Ketua Harian Asosiasi Pengu- saha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta menambahkan, selain kesulitan mendapatkan pecahan uang logam sesuai dengan kebutuhan, pelaku usaha ritel harus mengeluarkan biaya ekstra untuk mendapat- kan pecahan koin pada bank tertentu. “Biayanya cukup besar, bisa 1%-1,5% dari nilai uang yang kita butuhkan,” katanya. Fakta itu yang kemudian membuat Kemendag bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) dan para pengusaha ritel yang tergabung dalam Aprindo pada Juli 2010 lalu menyosial- isasikan gerakan peduli koin nasional melalui penyediaan dan penukaran koin di gerai ritel. Uang beredar BI memang masih mengang- gap penting keberadaan uang pecahan logam. Terbukti, dari total uang beredar hingga 3 September 2010 yang mencapai Rp311 triliun, sekitar Rp28 trili- un adalah uang pecahan kecil yang bisa dimanfaatkan para pengusaha ritel. Sementara itu, uang pecah- an besar masih mendominasi peredaran uang dengan Rp283 triliun. Dari sisi jumlah uang keluar (outflow) per bulan, BI telah mengucurkan uang dari kas mereka per 3 September 2010 sebesar Rp40 triliun. “Jumlah tersebut terdiri uang pecahan besar, yakni pecahan Rp20.000, Rp50.000, dan Rp100.000 men- capai Rp35 triliun, dan uang pecahan kecil (UPK) Rp5 tril- iun,” kata Deputi Direktur Pengadaan Uang BI Adnan Juanda kepada Media Indonesia, kemarin. Dengan demikian, kata Adnan, proyeksi BI atas uang keluar selama Ramadan 2010 telah terealisasi sebesar 80% dari total proyeksi sebesar Rp50 triliun. “Outow di bulan-bulan biasa rata-rata mencapai Rp20 triliun-Rp25 triliun. Artinya pada Ramadan outflow naik sekitar dua kali lipat.” Kepala Biro Hubungan Masyarakat BI Difi Ahmad Johansyah menambahkan, khusus untuk pelayanan BI langsung ke masyarakat mela- lui kas keliling, loket bersama, dan lainnya, outflow uang di wilayah Jabodetabek saat ini tercatat telah mencapai Rp90 miliar selama Ramadan. (Ant/E-3) [email protected] Perputaran uang receh kerap terhambat karena koin yang sudah dikeluarkan ke masyarakat tidak banyak kembali ke bank. Andreas Timothy Selama setahun tersebut minimal mereka butuh uang receh sebesar Rp850 miliar.” Ardiansyah Parman Sekjen Kementerian Perdagangan

Upload: vunhi

Post on 06-Jun-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KAMAR Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dituntut untuk mendorong pertumbuh-an ekonomi daerah. Hal itu menjadi fokus musyawarah nasional (munas) pada 24-25 September selain pemilihan Ketua Umum Kadin Indonesia periode 2010-2015.

“Sejumlah kendala masih menghadang pertumbuhan ekonomi daerah. Padahal se-lama ini ekonomi daerah di-pandang memiliki potensi besar untuk membangkitkan ekonomi nasional,” ujar Ketua Umum Pergantian Antar Wak-tu Kadin Indonesia Adi Putra Tahir di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, beberapa ken-

dala pembangunan daerah di antaranya terkait dengan kejelasan aturan investasi di daerah dan sinkronisasinya dengan aturan di pusat. “Itu sebabnya kami sepakat untuk menjadikan fungsi dan peran Kadin dalam pembangunan daerah sebagai tema munas kali ini,” papar Adi.

Sementara itu, terkait de-ngan pemilihan kandidat ketua umum, beberapa nama disebut telah mencalonkan diri dan sudah berkampanye ke daerah. Itu diakui ketua penyelenggara munas, Hariyadi B Sukamdani. “Namun, pendaftaran akan di-tutup selambat-lambatnya tu-juh hari sebelum waktu pelak-

sanaan munas atau tanggal 17 September 2010,” ujarnya.

Berdasarkan aturan, jumlah suara pemilih kandidat ketua umum sebanyak 129. Kadin provinsi memiliki tiga suara sehingga akan ada 99 suara dari 33 perwakilan Kadin provinsi. “Selain itu, seluruh asosiasi dan anggota luar biasa Kadin Indonesia juga akan menunjuk perwakilan di antara mereka sebanyak 30 suara,” ujar Hari-yadi.

Selain Adi Putra, nama lain yang digadang-gadang seba-gai kandidat ialah pengusaha Suryo B Sulisto, Sandiaga S Uno, Chris Kanter, Sharif C Sutardjo, dan Rachmat Gobel.

Nama-nama itu, jika maju, akan bersaing pada 25 Septem-ber 2010 untuk menjadi ketua.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi me-nyampaikan agar Ketua Umum Kadin Indonesia yang baru harus dekat dengan pemerin-tah dan partai politik. Namun dia tidak boleh menjadi antek dari pemerintah dan partai politik.

“Saya pikir siapa pun dia, harus dekat dengan pemerin-tah dan partai politik. Namun mereka bukan antek dari pe-merintah dan partai politik,” tutur Sofjan beberapa waktu lalu. (Jaz/*/E-6)

Kadin Fokus ke Ekonomi Daerah

ANTARA/ANDIKA WAHYU

STOK BBM DITAMBAH: Petugas memeriksa gerbong kereta khusus pengangkut BBM di Depot Pertamina Tegal, Jateng, kemarin. Pertamina Region Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menambah jumlah pasokan bensin dan solar sebesar 25% guna menjamin amannya pasokan bahan bakar minyak selama Lebaran.

14 | Ekonomi Nasional SELASA, 7 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Jangan Remehkan Uang Receh

KEBUTUHAN akan uang pecahan lo-gam tidak bisa di-anggap remeh. Am-

bil contoh di sektor ritel, para pelaku usaha ritel setidaknya membutuhkan uang pecahan logam sekitar 1% dari total nilai penjualan atau omzet mereka untuk mendukung kegiatan transaksi penjualan.

Jadi bila berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Ke-mendag) yang menyebutkan omzet pengusaha ritel dalam satu tahun tidak kurang dari Rp85 triliun, bahkan tahun ini sampai Rp100 triliun.

“Selama setahun tersebut minimal mere ka butuh uang receh sebesar Rp850 miliar,” kata Sekretaris Jenderal Ke-mendag Ardiansyah Parman dalam diskusi tentang pen-tingnya uang koin di Jakarta, pekan lalu.

Tapi, harus diakui, kebutuh-an sebesar itu tidak mudah dipenuhi karena ada masalah dalam perputaran uang lo gam.

Menurut Kepala Bagian Per-edaran Uang Bank Indonesia Ery Setiawan, dalam kesem-patan yang sama, perputaran receh itu kerap terhambat kare-

na selama ini koin yang sudah dikeluarkan ke masyarakat tidak banyak yang kembali ke bank.

Akibatnya, pelaku usaha ritel kesulitan mendapatkan koin sehingga sering terpaksa mengganti uang kembalian sisa belanja konsumen dengan permen atau barang lain.

Ketua Harian Asosiasi Pengu-saha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta menambahkan, selain kesulitan mendapatkan pecahan uang logam sesuai dengan kebutuhan, pelaku usaha ritel harus mengeluarkan biaya ekstra untuk mendapat-kan pecahan koin pada bank tertentu. “Biayanya cukup

besar, bisa 1%-1,5% dari nilai uang yang kita butuhkan,” katanya.

Fakta itu yang kemudian membuat Kemendag bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) dan para pengusaha ritel yang tergabung dalam Aprindo pada Juli 2010 lalu menyosial-isasikan gerakan peduli koin nasional melalui penyediaan dan penukaran koin di gerai ritel.

Uang beredarBI memang masih mengang-

gap penting keberadaan uang pecahan logam. Terbukti, dari total uang beredar hingga 3 September 2010 yang mencapai Rp311 triliun, sekitar Rp28 trili-un adalah uang pecahan kecil yang bisa dimanfaatkan para pengusaha ritel.

Sementara itu, uang pecah-an besar masih mendominasi peredaran uang dengan Rp283 triliun.

Dari sisi jumlah uang keluar (outflow) per bulan, BI telah mengucurkan uang dari kas mereka per 3 September 2010 sebesar Rp40 triliun. “Jumlah tersebut terdiri uang pecahan besar, yakni pecahan Rp20.000, Rp50.000, dan Rp100.000 men-capai Rp35 triliun, dan uang pecahan kecil (UPK) Rp5 tril-iun,” kata Deputi Direktur Pengadaan Uang BI Adnan Juanda kepada Media Indonesia, kemarin.

Dengan demikian, kata Adnan, proyeksi BI atas uang keluar selama Ramadan 2010 telah terealisasi sebesar 80% dari total proyeksi sebesar Rp50 triliun. “Outfl ow di bulan-bulan biasa rata-rata mencapai Rp20 triliun-Rp25 triliun. Artinya pada Ramadan outflow naik sekitar dua kali lipat.”

Kepala Biro Hubungan Masyarakat BI Difi Ahmad Johansyah menambahkan, khusus untuk pelayanan BI langsung ke masyarakat mela-lui kas keliling, loket bersama, dan lainnya, outflow uang di wilayah Jabodetabek saat ini tercatat telah mencapai Rp90 miliar selama Ramadan. (Ant/E-3)

[email protected]

Perputaran uang receh kerap terhambat karena koin yang sudah dikeluarkan ke masyarakat tidak banyak kembali ke bank.

Andreas Timothy

Selama setahun tersebut minimal mere ka butuh uang receh sebesar Rp850 miliar.”

Ardiansyah ParmanSekjen Kementerian Perdagangan