sel dari sistem imun

21
Sel dari Sistem Imun Limfosit merupakan sel inti dari system imun, bertanggung jawab atas adaptasi im berkontribusi kepada diversitas, spesifisitas, ingatan dan pengenalan sen sendiri. Tipe laindarisel darah putihmempunyai perananpenting, menyerang dan menghancurkan mikroorganisme, sel penyaji antigen, dan mensekresikan sitokin. Sel Limfoid Jumlah limfosit terdiri 20% - 40% sel darah putih di tubuh dan 99% sel limfa. ( Terdapat kurang lebih 10 11 (tergantung besar tubuh dan usia) limfosit di tubuh Limfosit ini terus menerus bersirkulasi di dalam darah dan limfa serta dapat ber dalam ruang jaringan dan 0organ limfoid, lalu berintegrasi dengan sistem imun. Limfosit dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu sel B, sel T dan sel ( Natural Killer Cells) – on the basis of function and cell membrane component pembunuh alami ( NK cells ) bentuknya besar, suatu granular limfosit yang tidak dijaba sebagai penanda lapisan teratas seperti sel B atau sel T. Sel B dan sel T limfos kecil, motil, sel nonphagositik yang tidak dapat dihilangkan secara morfologi. L T yang tidak berinteraksi dengan antigen merupakan sel istirahat di dalam siklus 0 . Dikenal sebagai limfosit kecil, sel ini hanya berukuran 6µm dalam diam sitoplasma mereka hampir tidak bisa dilihat di sekitar nucleus. Limfosi kromatin yang padat, sedikit mitokondria, dan perkembangan reticulum end apparatus golgi yang buruk. Limfosit normalnya mempunyai masa hidup yan Interaksi limfosit kecil dengan antigen, dalam adanya sitokin tertentu dibahas s menyebabkan sel ini memasuki siklus sel dengan perubahan dari G 0 ke G 1 dan kemudian menjadi S,G 2 dan M (gambar 2-7a). Dengan perubahan tersebut mereka melewati siklus pembesaran limfosit menjadi 15µm (diameter) sel blast yang disebut limfoblast. S –sel ini mempunya sitoplasma yang lebih tinggi / baik.: rasio nuclei dan kesempurnaan org lebih daripada limfosit kecil. (gambar 2-7b) Limfoblast berproliferasi dan akhirnya berdiferensiasi ke sel ekeftor at efektor berfungsi dalam berbagai macam cara menghilangkan antigen. Sel- sel ini mempunyai jangka waktu hidup yang pendek , umumnya berkisar antara beb sampai beberapa minggu.

Upload: ditta-puspa-anggraini

Post on 21-Jul-2015

398 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Sel dari Sistem Imun Limfosit merupakan sel inti dari system imun, bertanggung jawab atas adaptasi imunitas dan berkontribusi kepada diversitas, spesifisitas, ingatan dan pengenalan sendiri atau tidak sendiri. Tipe lain dari sel darah putih mempunyai peranan penting, menyerang dan menghancurkan mikroorganisme, sel penyaji antigen, dan mensekresikan sitokin. Sel Limfoid Jumlah limfosit terdiri 20% - 40% sel darah putih di tubuh dan 99% sel limfa. ( tabel 2.4). Terdapat kurang lebih 1011 (tergantung besar tubuh dan usia) limfosit di tubuh manusia. Limfosit ini terus menerus bersirkulasi di dalam darah dan limfa serta dapat bermigrasi ke dalam ruang jaringan dan 0organ limfoid, lalu berintegrasi dengan sistem imun. Limfosit dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu sel B, sel T dan sel pembunuh alami (Natural Killer Cells) on the basis of function and cell membrane components. Sel pembunuh alami (NK cells) bentuknya besar, suatu granular limfosit yang tidak dijabarkan sebagai penanda lapisan teratas seperti sel B atau sel T. Sel B dan sel T limfosit bentuknya kecil, motil, sel nonphagositik yang tidak dapat dihilangkan secara morfologi. Limfosit B dan T yang tidak berinteraksi dengan antigen merupakan sel istirahat di dalam siklus sel fase G0. Dikenal sebagai limfosit kecil, sel ini hanya berukuran 6m dalam diameternya. Bentuk sitoplasma mereka hampir tidak bisa dilihat di sekitar nucleus. Limfosit kecil mempunyai kromatin yang padat, sedikit mitokondria, dan perkembangan reticulum endoplasma dan apparatus golgi yang buruk. Limfosit normalnya mempunyai masa hidup yang pendek. Interaksi limfosit kecil dengan antigen, dalam adanya sitokin tertentu dibahas selanjutnya, menyebabkan sel ini memasuki siklus sel dengan perubahan dari G0 ke G1 dan kemudian menjadi S,G2 dan M (gambar 2-7a). Dengan perubahan tersebut mereka melewati siklus sel, pembesaran limfosit menjadi 15m (diameter) sel blast yang disebut limfoblast. Sel sel ini mempunya sitoplasma yang lebih tinggi / baik.: rasio nuclei dan kesempurnaan organellar lebih daripada limfosit kecil. (gambar 2-7b) Limfoblast berproliferasi dan akhirnya berdiferensiasi ke sel ekeftor atau sel memori. Sel efektor berfungsi dalam berbagai macam cara menghilangkan antigen. Sel- sel ini mempunyai jangka waktu hidup yang pendek , umumnya berkisar antara beberapa hari sampai beberapa minggu.

Sel plasma (suatu sel antibody yang mengsekresi sel efektor dari turunan sel B) mempunyai satu sitoplasma khas yang terdiri dari reticulum endoplasma yang berlimpah (untuk mendukung ratio tinggi mereka dari sintesa protein) dirancang dalam lapisan konsentrik dan juga banyak badan golgi (lihat gambar 2-1). Sel afektor dari turunan sel T temasuk sitokin, mengsekresikan sel T helper (sel TH) dan limfosit sitotoksik T. Beberapa dari turunan sel B dan sel T limfoblast berdiferensiasi menjadi sel sel memori. Kehadiran kelompok sel ini bertanggung jawab pada imunitas jangka panjang ke banyak pathogen. Sel memori terlihat seperti sel limfosit kecil tetapi dapat dikenal dari kehadiran sel atau tidak adanya dari beberapa molekul membrane sel. Turunan yang berbeda atau tahap pendewasaan dari limfosit dapat dikenali dari pajanan mereka terhadap membrane molekul dari antibody monoclonal tertentu (antibody yang spesifik untuk setiap satu epitope dari antigen; lihat bab 4 untuk deksripsi antibody monoclonal). Seluruh antibodi monoclonal yang bereaksi terhadap berbagai macam membran molecular dikelompokkan bersama sebagai kelompok diferensiasi. Setiap antibodi monoclonal baru yang mengenali membrane molekul leukosit dianalisa untuk melihat apakah akan falls within a recognized CD designation; jika tidak, akan memberikan desain baru dari kelompok diferensiasi yang merefkleksikan satu membrane molekul baru. Meskipun asal nomenklatur kelompok diferensiasi yaitu hasil perkembangan terhadap membrane molekul leukosit manusia, membrane molekul homologus dari spesies lain contohnya tikus secara umum mengacu pada desain kelompok diferensiasi yang sama. Tabel 2-5 menampilkan beberapa molekul kelompok diferensiasi yang umum ditemukan pada limfosit manusia. Bagaimanapun juga, hal ini hanyalah merupakan daftar parsial bagian dari 200 penanda kelompok diferensiasi yang telah dijelaskan. Suatu daftar atau data lengkap dan penjabaran dari penanda kelompok diferensiasi yang terkenal ada dalam appendiks buku ini. Karakteristik dan fungsi umum dari limfosit B dan limfosit T dijelaskan dalam bab 1 dan ditinjau ulang kembali pada sesi berikutnya. Inti sel dari sistem imun ini akan diperiksa lebih rinci pada bab selanjutnya. Limfosit B Paragraf 1 pending sampai mature B. Sel B dewasa secara definitive dibedakan dari limfosit lain dari sintesis mereka dan tampilan molekul membrane pengikat immunoglobulin (antibodi) dimana berperan sebagai reseptor untuk antigen. Setiap 1.5x105 molekul antibodi

di atas membran sel B mempunyai ikatan kuat yang identik untuk antigen. Diantara molekul lain yang terpajan di atas membrane sel B ialah sebagai berikut : B220 (bentuk dari CD45) seringkali digunakan sebagai penanda untuk sel B dan precursor mereka. Bagaimanapun juga, tidak seperti antibodi lainnya, B220 tidak dipajakan secara unik oleh turunan Sel B. Molekul MHC tingkat 2 memperbolehkan sel B untuk berfungsi sebagai antigen presenting cell (APC) CR1 (CD35) dan CR2 (CD21) adalah reseptor untuk produk komplemen tertentu. FcRII (CD32) dan B7-2(CD86) adalah molekul yang berinteraksi dengan CD28 dan CTLA-4, molekul regulasi yang penting diatas permukaan beberapa tipe berbeda dari selt T, termasuk sel TH. CD40 ialah molekul yang berinteraksi dengan ligan CD40 dipermukaan sel T helper. Dalam banyak kasus, interaksi ini sifatnya kritis untuk kelangsungan antigen stimulasi sel B dan untuk perkembangan mereka terhadap antibodi penghasil sel plasma atau sel B memori. Interaksi antara antigen dan membran pengikat antibodi diatas sel B dewasa, sama dengan interaksi antara sel T dan makrofag, secara selektif menginduksi aktivasi dan diferensiasi dari klon sel B dalam spesifisitas yang sesuai. Dalam proses ini, sel B dibagi secara terus menerus dan membedakan lebih dari 4 5 hari, menghasilkan satu populasi dari sel plasma dan sel memori. Sel plasma yang mempunyai level lebih rendah dari membran pengikat antibodi dibandingkan sel B, mengurai dan menghasilkan antibodi. Seluruh klonal keturunan dari sel B mengsekresikan molekul antibodi dengan spesifisitas antigen pengikat yang sama. Terakhir, sel plasma adalah sel terakhir yang dibedakan, dan banyak yang mati dalam 1 sampai 2 minggu. Limfosit T Limfosit T mendapatkan nama mereka dari their site of maturation in the thymus. Seperti limfosit B, sel ini mempunyai reseptor membran untuk antigen. Meskipun antigen pengikat sel B secara struktural berbeda dari immunoglobulin, antigen ini membagikan beberapa bentuk yang umum dengan molekul immunoglobulin, khususnya dalam struktur pada antigen pengikatnya. Tidak seperti membrane pengikat antibodi seperti sel B, reseptor sel T tidak mengenali antigen bebas. Reseptor sel T mengenali hanya antigen yang terikat pada kelas

berbeda dari molekul tersendiri. Kebanyakan sel T mengenali antigen hanya ketika ikatan ke molekul sendiri dikode oleh gen melalui komplek histokompabilitas utama (MHC). Seperti yang dijelaskan pada bab 1, perbedaan fundamental antara humoral dan cabang mediasi sel dari sistem imum ialah ketika sel B mampu mengikat antigen larut dimana sel T dilarang untuk mengikat antigen yang terpapar pada selnya sendiri. Agar dikenali oleh kebanyakan sel T, antigen ini harus terpapar bersama dengan molekul MHC pada permukaan antigen presenting sel atau pada sel terinfeksi virus, sel kanker, dan grafts. Sistem sel T telah berkembang untuk mengeliminasi sel nya sendiri, which pose a threat ke fungsi normal tubuh. Seperti sel B, sel T menandakan sendiri molekul membrane. Seluruh bagian dari kelompok sel T menandakan reseptor sel T, polipeptida kompleks termasuk CD3, dan kebanyakan bisa dibedakan dengan kehadiran satu atau dua molekul membran lainnya, CD4 dan CD8. Sebagai tambahan, kebanyakan sel T dewasa menandakan membran molekul berikut ini: CD28, suatu reseptor untuk co-stimulus B7 dari molekul yang ada di sel B dan antigen presenting lainnya. CD45, suatu sinyal molekul transduksi.

Sel T yang menandakan membran molekul glikoprotein CD4 terbatas mengenali ikatan antigen ke molekul MHC kelas II, dimana sel T menandakan CD8, suatu membran glikoprotein dimerik , terbatas untuk mengenali antigen terikat ke molekul MHC kelas I. Jadi, pajanan CD4 dengan CD8 cocok terhadap pembatasan restriksi MHC dari sel T. Umumnya, ekspresi CD4 dan CD8 juga menguraikan dua fungsi utama bagian kelompok limfosit T. CD4+ sel T umumnya berfungsi sebagai sel TH dan terbatas pada kelas II; CD8+ sel T umumnya berfungsi sebagai sel sitotoksik T (Tc) dan terbatas pada kelas I. Jadi, rasio dari sel TH sampai sel TC dalam satu sampel dapat diperkirakan dengan pengujian nilai jumlah dari sel T CD4+ dan sel T CD8+. Rasio ini diperkirakan 2:1 dalam darah perifer manusia normal., tapi mungkin dapat secara signifikan dirubah oleh penyakit immunodefisiensi, penyakit autoimun, dan penyakit lain. Klasifikasi dari CD4+ kelas II - sel terbatas sebagai sel TH dan CD+ kelas I sel terbatas sebagai sel TC tidak absolut. Beberapa sel CD4+ dapat menjadi sel pembunuh. Beberapa sel Tcjuga telah menunjukkan sekresi satu varietas dari sitokin dan membuat suatu pengaruh pada sel lain dibandingkan terhadap yang pengaruh oleh sel TH. perbedaan antara sel TH dan sel TC tidak selalu jelas; dapat menjadi ambigu pada aktivitas fungsional.

Namun, karena ambiguitas merupakan pengecualian dan bukan suatu peraturan, penyamarataan dari sel T helper sebagai CD4+ dan kelas II terbatas dan dari sel T sitotoksis sebagai CD8+ dan kelas I terbatas diasumsikan seluruhnya dalam tulisan ini, kecuali sebaliknya dispesifikasikan. Sel TH aktif dengan mengenali suatu antigen kelas II MHC kompleks dari suatu antigen presenting sel. Setelah pengaktifan, sel TH mulai membagi dan memberikan reaksi untuk klon dari sel efektor, setiap detail untuk antigen yang sama- kelas II MHC Kompleks. Sel TH ini mensekresikan berbagai macam sitokin, dimana perannya sentral dalam aktivasi sel B, sel T, dan sel lain yang berpartisipasi dalam respon imun. Perubahan pola dari sitokin yang diproduksi oleh sel TH dapat merubah tipe respon imun yang mengembangkan diantara leukosit lain. Respon TH1 menghasilkan satu profil sitokin yang mendukung proses inflamasi dan aktivitas kebanyakan beberapa macam sel T dan makrofag, dimana TH2 merespon aktivitas utama sel B dan respon imun ketika mereka berinteraksi dengan satu anigen kelas I MHC kompleks diatas permukaan dari satu sel yang berubah (contohnya sel terinfeksi virus atau sel tumor) dalam kehadiran dari sitokin yang cocok. Aktivasi ini, dihasilkan dalam proliferasi, menyebabkan sel TC untuk berdiferensiasi kepada sel efektor disebut limfosit T sitotoksik (CTL). Dalam contrast kepada sel TH, kebanyakan CTLs mengsekresikan sedikit sitokin. Malah, CTLs membutuhkan kemampuan untuk mengenali dan mengeliminasi sel sendiri yang berubah. Subpopulasi lain dari limfosit T disebut sel T suppressor (Ts) telah ditetapkan. Jelas bahwa beberapa sel T membantu supresi sel humoral dan sel cabang mediasi dari sistem imun, tetapi isolasi aslinya dan klon dari sel normal Ts berkonstitusi fungsi subpopulasi fungsional dari sel T. Beberapa ahli imunologi percaya bahwa supresi dimediasi oleh sel T diobservasi dalam beberapa sistem merupakan konsekuensi dari aktivitas TH atau TC subpopulasi dimana hasil akhirnya mengejutkan. Sel pembunuh alami Sel pembunuh alami pertama kali dijelaskan tahun 1976, saat itu diperlihatkan bahwa tubuh terdiri dari suatu populasi kecil dari limfosit granular besar yang memperlihatkan aktivitas sitotoksik melawan suatu sel tumor berdiameter besar dalam kehadiran dari setiap proses imunisasi sebelumnya dengan tumor. Sel NK menunjukkan peranan penting host melawan keduanya baik sel tumor dan sel terinfeksi dengan beberapa, walaupun tidak semua, dengan virus. Sel ini, dimana dikonstitusikan 5% - 10% dari limfosit dalam darah perifer manusia,

tidak mengekspresikan molekul membran dan reseptor yang membedakan keturunan sel B dan sel T. meskipun sel NK tidak mempunyai reseptor sel T atau immunoglobulin yang bergabung dalam membran plasma mereka, merek adapat mengenali sel target potensial dalam dua cara berbeda. Dalam beberapa kasus, sel NK memperkejakan sel NK reseptor untuk membedakan , khususnya dalam satu reduksi dalam tampilan molekul kelas I MHC dan profil tidak biasa dari permukaan antigen diperlihatkan oleh beberapa sel tumor dan sel yang terinfeksi oleh virus. Cara lain dimana sel NK mengenali sel target potensial terhantung fakta bahwa beberapa sel tumor dan sel terinfeksi virus memperlihatkan antigen melawan sistem imun yang telah membuat suatu respon antibodi, sehingga antitumor dan antibodi antivirus terikat dengan permukaan mereka. Karena sel NK mengekspresikan CD16, suatu membran reseptor untuk karboksil, suatu molekul terakhir IgG disebut region Fc mereka dapat menempel pada antibodi dan menghancurkan sel target. Sistem fagosit mononuclear terdiri dari monosit yang bersirkulasi di darah dan makrofag dalam jaringan (gambar 2-8). Selama proses hematopoiesis dalam sumsum tulang belakang, sel granulosit monosit progenitor berdiferensiasi menjadi promonosit , meninggalkan sumsum tulang belakang dan memasuki aliran darah dimana mereka berdiferensiasi menjadi monosit dewasa. Monosit bersirkulasi di peredarah darah selama 8 jam. Selagi mereka membesar, mereka bermigrasi ke jaringan dan berdiferensiasi ke jaringan makrofag spesifik atau seperti yang didiferensiasikan selanjutnya ke sel dendrit. Diferensiasi dari monosit ke jaringan makrofag melibatkan sejumlah perubahan; sel membesar menjadi lima kali lipat, organel intraselular meningkat dalam jumlah dan kompleksitas, dan membutuhkan peningkatan kemampuan fagosit, menghasilkan kadar tinggi dari enzim hidrofilik, dan mulai mensekresikan berbagai macam faktor-faktor larut. Makrofag disebar ke seluruh tubuh. Beberapa mengambil tempat di berbagai macam jaringan, menjadi makrofag yang pasti, dimana yang lain tetap menjadi motil dan disebut juga dengan makrofag bebas. Makrofag bebas bergerak oleh pergerakan amoeboid melalui jaringan. Sel seperti makrofag memberikan fungsi yang sama di dalam jaringan berbeda dan dinamakan tergantung lokasi mereka : 1. alveolar makrofag di paru 2. histiosit di jaringan ikat 3. sel kupffer di hati

4. sel mesangial di dalam ginjal 5. sel mikrogial di otak 6. osteoklas di tulang Meskipun normalnya dalam keadaan istirahat makrofag diaktivasi di berbagai stimulus dalam aliran respon imun. Fagosit dari antigen particular menyediakan aktivasi awal stimulus. Bagaimanapun juga, aktivasi makrofag dapat ditingkatkan oleh sitokin disekresikan oleh sel TH teraktivasi, oleh mediator respon inflamasi dan oleh komponen dinding sel bakteri. Satu dari aktivasi paling potensial oleh makrofag ialah interferon gamma (IFN-) disekresikan oleh sel TH teraktivasi. Makrofag aktif lebih efektif daripada makrofag yang beristirahat dalam mengeliminasi pathogen potensial, karena mereka menunjukkan aktivitas fagosit yang lebih besar, meningkatkan kemampuan membunuh mikroba yang tertelan, meningkatkan sekresi dari mediator inflamasi dan meningkatkan kemampuan untuk mengaktivasi sel T. sebagai tambaham, makrofag teraktivasi (bukan yang beristirahat) mensekresikan berbagai macam protein sitotoksik, yang membantu mereka mengeliminasi pathogen luas, termasuk sel terinfeksi virus, sel tumor dan bakteri intraseluler. Makrofag teraktivasi juga menunjukkan level tinggi dari molekul MHC kelas II, memperbolehkan mereka berfungsi lebih efektif sebagai sel antigen presenting. Jadi, makrofag dan sel TH memfasilitasi setiap aktivasi lain selama respon imun berjalan. Fagositosis Makrofag mampu menelan dan mencerna antigen eksogen, seperti seluruh mikroorganisme dan partikel tidak larut, dan zat endogen seperti terluka / sel host mati, sel debris, dan faktor pembekuan aktivasi. Di dalam alur pertama fagositosis, makrofag tertarik dan bergerak oleh berbagai macam substansi tergenerasi dalam respon imun. Proses ini disebut chemotaksis. Alur selanjutnya ialah menyokong antigen ke membran sel makrofag. Antigen komplek, seperti seluruh sel bakteri atau partikel virus, tetap menyokong dan siap di fagositosis. Penyokongan menginduksi protrusi membran, disebut pseudopodias yang tetap meluas sekitar material tertempel. Persatuan dari pseudopubra membungkus material antara struktur membran terikat disebut juga fagosomonas,yang memasuki jaras endositik (gambar 2-9b). dalam jaras ini, fagososm bergerak menuju sel interior, dimana fagosom menyatu dengan lisosom untuk membentuk phagolisosom. Lisosom terdiri dari lisozyme dan satu macam

enzim hidrolitik lain yang mencerna material. Zat yang dicerna di fagolisosom lalu dieliminasi dalam proses yang disebut exositosis (gambar 2-9b) Membran makrofag mempunyai reseptor untuk berbagai kelas dari antibodi. Jika satu antigen (contohnya bakteri) yang dilapisi dengan antibodi yang cocok, komplek antigen dan antibodi terikat dengan reseptor antibodi di atas membran makrofag lebih siap daripada antigen tersendiri dan fagosit ditingkatkan. Dalam satu penelitian, sebagai contoh, rasio fagositosis antigen 4000 kali lebih tinggi di antibodi spesifik ke antigen dibandingkan kehadirannya. Jadi, fungsi antibodi sebagai opsomn, suatu molekul yaitu mengikat kepada kedua antigen dan makrofag dan ditingkatkan fagositosisnya. Suatu proses oleh antigen particular yang diberikan lebih rentan ke fagositosis yang disebut juga opsonisasi. Antibodi dan sitotoksik aktivasi Suatu jumlah dari substansi antimikrobal dan sitotoksis diproduksi dengan aktivasi makrofag dapat menghancurkan mikroorganisme fagositosis. Banyak mediator dari sitotoksisitas tersebut ialah bentuk reaktif dari oksigen. Oksigen dependent killing mechanism Fagosit teraktivasi menghasilkan suatu jumlah oksigen reaktif intermediate (ROIs) dan nitrogen reaktif intermediate yang mempunyai aktifitas antimikrobal potensial. Selama fagositosis, suatu proses metabolic yang dikenal sebagai respiratory burst terjadi di dalam aktivasi makrofag. Hasil proses ini berada dalam aktivasi membran pengikat oksidasi yang mengkatalase reduksi dari oksigen menjadi superoksida anion. Oksigen intermediate reaktif yang secara ektrim bersifat racun ke mikroorganisme tercerna. Superoksida anion juga menghasilkan agen oksidasi kuat lainnya, termasuk hidroksil radikol dan hydrogen peroksida. Ketika penggabungan lisosom dengan fagosomonas, aktivitas dari myeloperoksida menghasilkan hipoklorit dari hydrogen peroksida dan ion klorida. Hipoklorit, agen aktif fari pemutih alat-alat rumah tangga, bersifat racun terhadap mikroba tertelan. Ketika makrofag diaktivasi dengan komponen dinding sel bakteri seperti lipopolisakarida (LPS) atau dalam kasus mikobakteria muramil dipeptida (MDP) bersama dengan sel T, derivate stiokin (IFN), mereka mulai untuk mengekspresikan level tinggi sintesa nitrir oksida, satu enzim yang mengoksidasi L-arginin ke hasil L-citrulline dan nitrit oksida (NO), suatu gas :

L-arginin + O2 + NADPH NO + L-Citrulline + NADP Nitrit oksida mempunyai aktivitas antimikrobal potensial, juga bisa dikombinasikan dengan superoksida anion ke oksidasi menjadi lebih potensial dibandingkan substansi antimicrobial lainnya. Penelitian terbaru menyatakan banyak aktivitas antimikrobal di makrofag melawan bakteri , fungi, cacing parasit, dan protozoa mengacu pada nitrit oksida dan substansi turunannya. Oksigen, mekanisme pembunuh independen Makrofag teraktivasi juga mensintesa lisosom dan berbagai enzim hidrolitik dimana kegiatan degenerative tidak memerlukan O2. Sebagai tambahan, makrofag teraktivasi menghasilkan satu kelompok antimikrobal dan sitotoksik peptide yang umumnya diketahui sebagai defensis. Molekul molekul ini merupakan residu sistein peptide kationik yang mengandng 29 35 residu asam amino. Setiap peptide yang terkandung 6 macam sisten membentuk satu molekul sirkular yang distabilisasikan oleh ikatan disulfide intra molecular. Peptide deferensin tersirkulasi ini telah menunjukkan bentuk sel saluran permeabel ion dalam membran sel bacterial. Defensins dapat membunuh berbagai macam bakteri, termasuk staphylococcus aureus, streptococcus pneumonia, escherichia coli, pseudomonas aeruginosa dan haemophilus influenza. Makrofag yang aktif juga mengsekresikan faktor nekrolisis tumor (TNF-) , suatu sitokin yang mempunyai banyak macam pengaruh dan sitotoksis pada sel tumor. Antigen processing dan presentasi Meskipun kebanyakan antigen dicerna oleh makrofag, penelitian dengan antigen radiolabeled menunjukkan bahwa adanya antigen peptide pada membran makrofag. Seperti di dalam gambar 2-9b, antigen fagosit mencerna melalui jaras proses endositik ke peptide yang berhubungan dengan molekul MHC kelas II yang kemudian berpindah ke membran makrofag. Ativasi makrofag menginduksi peningkatan ekspresi kedua kelas II Molekul MHC dan ko-stimulus B7 dari molekul membran, kemudian makrofag memberikan lebih efektif dari aktivasi sel TH . proses ini dan tampilan antigen, pemeriksaan lengkap dai bab &, kritis ke aktivasi sel TH, pusat dari perkembangan kedua sel humoral dan respon imun sel mediasi.

Faktor sekresi Jumlah dari pusat protein penting pada perkembangan respon imun disekresikan oleh aktivasi makrofag. Hal ini termasuk kumpulan sitokin seperti interleukin 1 (IL-1) , TNF- , dan interleukin 6 (IL-6), yang mendukung respon inflamasi. Khususnya, setiap dari agen ini mempunyai jenis dari pengaruhnya. Sebagai contoh, IL-1 mengaktifkan limfosit, dan IL-1, IL-6, dan TNF- meningkatkan demam dengan mempengaruhi pusat termoregulasi di hipotalamus. Aktivasi makrofag mensekresi jenis dari faktor faktor yang terlibat dalam perkembangan respon inflamasi. Protein yang complement merupakan kelompok protein yang cocok dalam mengeliminasi pathogen asing dan dalam meningkatkan reaksi inflamasi berikutnya. Tempat utama sintesis protein complement berada di hati, meskipun protein ini juga diproduksi oleh makrofag. Enzim hidrolitik terkandung dalam lisosom makrofag juga bisa disekresikan ketika sel itu aktif. Penumpukan enzim ini dalam jaringan mendukung ke arah respon inflamasi dan dapat, dalam beberapa kasus, mendukung ekstensivitas kerusakan jaringan. Makrofag aktif juga mensekresikan faktor faktor larut , seperti TNF-, yang dapat membunuh berbagai macam sel. Sekresi dari faktor sitotoksis ini telah menunjukkan dektruksi tumor oleh

makrofag. Akhirnya, seperti yang telah dijelaskn sebelumnya, aktivasi makrofag mensekresikan jumlah sitokin yang menstimulasi dalam proses hematopoiesis. Sel granulosit Granulosit diklasifikasikan menjadi neutrofil, eosinofil , atau basofil ada morfologi dasar sel dan karakteristik pewarnaan sitoplasmik (gambar 2-10) . neutrofil mempunyai nucleus multilobus dan sitoplasma granulosit yang mewarnai baik kedua asam atau basa, sering kali dipanggil PMN untuk nucleus multilobus. Eosinofil mampunyai nujleus bilobus dan sitoplasms bergranulasi pada pewarnaa dengan nucleus dan pewarnaan asalm eosin merah. Basofil mempunyai nucleus berlobus dan sitoplasma bergranulosit berat yang diwarnai dengan methylene blue. Kedua neutrofil dan eosinofil adalah fagosit, dimana basofi tidak termasuk. Neutrofil, mendukung 50%-70% dari sirkulasi sel darah putih, lebih banyak dibandingkan eosinofil (1%-3%) atau basofil (