sekolah tinggi teologi amanat agung pendampingan …

23
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN PASTORAL KAUM LANJUT USIA PENDERITA PENYAKIT TERMINAL SKRIPSI Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teologi Oleh Imanuel Agusvinus Tapilaha 1011311106 Jakarta 2017

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

PENDAMPINGAN PASTORAL KAUM LANJUT USIA PENDERITA PENYAKIT TERMINAL

SKRIPSI

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung

Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teologi

Oleh Imanuel Agusvinus Tapilaha

1011311106

Jakarta 2017

Page 2: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG JAKARTA Ketua Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENDAMPINGAN PASTORAL KAUM LANJUT USIA PENDERITA PENYAKIT TERMINAL dinyatakan lulus setelah diuji oleh Tim Dosen Penguji pada tanggal 4 Agustus 2017. Dosen Penguji Tandan Tangan 1. Johannes Lie Han Ing, M.Th. ________________________________________ 2. Irwan Hidajat, S.Th., M.Pd. ________________________________________ 3. Ir. Johan Djuandy, Th.M. ________________________________________

Jakarta, 4 Agustus 2017 Andreas Himawan, D.Th. Ketua

Page 3: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sebenarnya

bahwa skripsi yang berjudul PENDAMPINGAN PASTORAL KAUM LANJUT USIA

PENDERITA PENYAKIT TERMINAL, sepenuhnya adalah karya tulis saya sendiri dan

bebas plagiarisme.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa saya telah melakukan tindakan

plagiarisme dalam penulisan skripsi ini, saya akan bertanggung jawab dan siap

menerima sanksi apapun yang dijatuhkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Amanat

Agung.

Jakarta, 4 Agustus 2017

Imanuel Agusvinus Tapilaha

NIM: 1011311106

Page 4: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

i

ABSTRAK

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

JAKARTA

(A) Imanuel Agusvinus Tapilaha (1011311106)

(B) PENDAMPINGAN PASTORAL KAUM LANJUT USIA PENDERITA PENYAKIT TERMINAL

(C) viii + 121 hlm; 2017

(D) Teologi/Kependetaan

(E) Skripsi ini membahas tentang pelayanan pendampingan pastoral kaum

lansia penderita penyakit terminal. Penderita mengalami permasalahan

spiritual dalam menghadapi penderitaan karena penyakitnya. Hidup

spiritualitas penderita menjadi bagian integral dalam menjalani hidup

sehari-hari. Untuk mengatasi permasalahan penderita maka diperlukan

pelayanan pendampingan pastoral bagi mereka. Pelayanan pendampingan

pastoral yang dilaksanakan oleh Gereja melalui tenaga para rohaniwan dan

kelompok pendamping. Penderita perlu memiliki kesadaran sakramental

untuk melewati hari-hari yang penuh penderitaan sehingga mampu

menghadapi permasalahannya. Melalui pelayanan pendampingan pastoral

yang dilakukan oleh Gereja akan memberikan kekuatan dan dorongan bagi

penderita untuk dapat menerima kondisi penderitaannya dengan rasa

syukur. Para lansia penderita penyakit terminal memiliki semangat juang

kembali serta dapat menjadi berkat bagi sesama.

(F) BIBLIOGRAFI 47 (1969-2015)

(G) Johannes Lie Han Ing, M.Th

Page 5: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

ii

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

DAFTAR ISI ii

BAB SATU: PENDAHULUAN 1

Latar Belakang Permasalahan 1

Pokok Permasalahan 7

Tujuan Penulisan 8

Pembatasan Penulisan 8

Metode Penulisan 10

Sistematika Penulisan 11

BAB DUA: DASAR TEOLOGIS MENGENAI PENYAKIT DAN PENDAMPINGAN PASTORAL KEPADA PENDERITA PENYAKIT TERMINAL 13

Pandangan Alkitab tentang Realita Penyakit 15

Penyakit Merupakan Konsekuensi dari Keberdosaan Pada Manusia 18 Penyakit Bisa Merupakan Akibat dari Kesalahan Manusia 20

Penyakit Merupakan Peristiwa yang Terjadi atas Izin Allah 22

Raja Hizkia 23

Dampak Permasalahan Spiritualitas terhadap Penderita Penyakit Terminal 26 Pendampingan Pastoral menurut Alkitab 28

Pendampingan Pastoral sebagai Tugas Panggilan Allah 30

Peran Gereja dalam Praktik Pendampingan Pastoral 34

Aspek Koinonia dalam Praktik Pendampingan Pastoral 35

Page 6: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

iii

Aspek Diakonia dalam Praktik Pendampingan Pastoral 38

BAB TIGA: PERMASALAHAN-PERMASALAHAN YANG TERJADI DALAM PERJALANAN HIDUP KAUM LANSIA PENDERITA PENYAKIT TERMINAL 41

Permasalahan-permasalahan yang Terjadi dari Berbagai Perspektif 45

Gangguan Kesehatan Fisik 46

Gangguan Kecemasan 48

Permasalahan-Permasalahan yang Sering Terjadi saat Menderita Penyakit Terminal 51

Permasalahan yang Datang dari Dalam Diri Penderita 52

Masalah Penolakan 52

Masalah Kebosanan 54

Masalah Keyakinan/Rohani 55

Masalah Kesiapan dalam Menghadapi Kematian 58

Permasalahan yang Datang dari Luar Diri Penderita 60

Masalah Relasi Keluarga 60

Masalah Sosial 62

Masalah Pekerjaan 63

Pengalaman Menderita Penyakit Terminal sebagai Bentuk Pengajaran bagi Penderita Penyakit Terminal 64

Pelajaran Nasihat 64

Pelajaran Keteladanan 66

Pelajaran Pertumbuhan Iman 67

Page 7: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

iv

BAB EMPAT: STRATEGI PENDAMPINGAN PASTORAL BAGI KAUM LANSIA PENDERITA PENYAKIT TERMINAL 70

Perkembangan Pelayanan Pendampingan Pastoral dari Era Kristen Primitif hingga Era Post Kristen 71 Peran Rohaniwan dalam Pendampingan terhadap Kaum Lansia Penderita Penyakit Terminal 76

Beres dengan Allah 78

Beres dengan Diri Sendiri 80

Beres dengan Keluarga/Sesama 82

Peran Kelompok Pendamping dalam Praktik Pendampingan Pastoral 84

Masalah Kebosanan 86

Masalah Ketakutan 87

Kegagalan dalam Pendampingan Pastoral terhadap Permasalahan Spiritual dalam Hubungannya dengan Tuhan 88

BAB LIMA: PENUTUP 91

Kesimpulan 91

Refleksi Pembelajaran 93

BIBLIOGRAFI 95

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA SAMPEL 1-5 (S1-S5) 99

Page 8: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

1

BAB SATU

PENDAHULUAN

Latar Belakang Permasalahan

Setiap manusia memiliki berbagai dinamika hidup yang berbeda-beda.

Dinamika tersebut dibentuk oleh berbagai pengalaman dalam perjalanan hidupnya.

Pengalaman hidup setiap insan memiliki suka duka yang berbeda pula. Manusia

memiliki kecenderungan menolak pengalaman yang buruk. Seperti halnya

penderitaan yang disebabkan oleh karena penyakit tertentu. Salah satunya penyakit

terminal yang dapat dialami oleh siapapun, mulai pada masa kanak-kanak hingga

menginjak usia dewasa, termasuk pada tahapan lanjut usia (lansia/old age1).

Jika ditinjau melalui bertambahnya usia seseorang ketika memasuki masa

lansia maka semua orang berpotensi mengalami berbagai penurunan. Penurunan

yang terjadi pada lansia bukan saja secara fisik dan psikis, tetapi juga pada aspek

spiritualnya. Ketika memasuki tahapan lansia juga memiliki kerentanan terhadap

gangguan berbagai penyakit. Terlebih, pada saat para lansia menderita penyakit

terminal dapat menjadi sebuah pengalaman penderitaan baginya. Dalam hal ini,

penyakit terminal menjadi perhatian tersendiri bagi bidang ilmu kedokteran untuk

dapat menemukan upaya-upaya pelayanan medis yang baik, serta dapat memberi

1. Definisi penjelasan mengenai usia lanjut menurut Sarlito W. Sarwono adalah usia yang

sudah melewati batas usia rata-rata harapan hidup. Masing-masing daerah memiliki batas usia lanjut yang berbeda, di Indonesia usia harapan hidupnya 62 tahun dianggap manusia lanjut (lansia). Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, ed. Eko A. Meinarno (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 84.

Page 9: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

2

dukungan mental maupun spiritual sehingga dapat membantu para klien dalam

menghadapi penderitaan karena penyakit terminal.

Secara etimologi, berdasarkan pengertian medical dictionary bahwa penyakit

terminal memiliki arti, “an advanced stage of a disease with an unfavorable prognosis

and no known cure.”2 Pada umumnya para penderita penyakit terminal memiliki

respon menolak (responding with denial)3 terhadap penyakit tersebut. Penderita

harus menghadapi sebuah pengalaman yang sulit untuk diterima dengan keadaan

kondisi kesehatan penderita yang semakin memburuk karena penyakitnya tidak

bisa disembuhkan lagi, hingga menunggu ajal tiba. Dalam hal ini, penderita bukan

hanya menghadapi kondisi tekanan karena sakit-penyakitnya, akan tetapi penderita

juga harus menghadapi persiapan kematiannya.

Pengalaman-pengalaman penderitaan yang dirasakan dapat menimbulkan

permasalahan-permasalahan yang semakin menekan di dalam diri si penderita.

Munculnya rasa kekuatiran, bahkan keputus-asaan, penyakit terminal menjadi

penyakit yang terus mengintimidasi hidupnya. Kecenderungan untuk menjalani

hidup berserah pada nasib dan hidup yang tidak teratur.

Sebagaimana menurut Hardywinoto dan Toni Setiabudhi dalam tulisannya

bahwa pada masa lansia terjadi berbagai perubahan gaya hidup disebabkan oleh

banyak hal, antara lain:

Kemampuan yang semakin menurun akibat dari penyakit yang dideritanya, hingga hidup dalam ketergantungan pada keluarga maupun negara,

2. The Free Dictionary, “Mosby's Medical Dictionary, 9th edition, 2009: Elsevier,” Mosby’s

Medical Dictionary, http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/terminal+illness, diakses tanggal 20 Oktober 2016.

3. Ruth Lewshenia dan Stephen Sorenson, Encounter With Terminal Illness (Michigan: Zondervan Publishing House, 1980), 44.

Page 10: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

3

perubahan peran lansia dalam keluarga dan bertindak bukan sebagai kepala keluarga lagi. Dan pada akhirnya pilihan yang dilakukan bagi para lansia adalah terpaksa hidup dalam kesendirian yaitu di sebuah panti Wredha, dan lain sebagainya.4 Berbagai realita hidup di atas yang dihadapi oleh para lansia yang dapat

berpotensi terjadinya tekanan secara personal bagi para lansia. Hal itu dikarenakan

penderitaan-penderitaan yang menekan dirinya disebabkan oleh penyakitnya,

dapat menjadi seperti tumbuhan parasit terus menerus dapat mempengaruhi hidup

si penderita baik secara fisik, mental, dan spiritualnya semakin merosot.

Henry P. Aritonang menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Terminal

Illnes; Membongkar Rahasia Kehidupan Kekal dari Balik Kematian, prognosis

terhadap pasien penyakit terminal dapat berpengaruh pada aspek psikis bahkan

aspek spiritual penderita bisa semakin merosot.5 Hidup spiritual merupakan sentral

dari hidup para lansia, oleh karenanya perlu perhatian dalam perjalanan hidup para

lansia. Jika hidup spiritual mereka diabaikan maka dapat mengalami kemunduran

disebabkan oleh tekanan penderitaan yang secara kontinu dialaminya. Dan aspek

spiritual penderita yang terus mengalami penurunan menyebabkan kehidupan

spiritualitas penderita pun menjadi tidak sehat.

Kehidupan spiritual yang sehat sesungguhnya merupakan bagian dari fakta

yang dinginkan oleh setiap umat Kristen. Untuk mengalami itu, umat perlu

memperhatikan kehidupan rohani mereka supaya tetap terpelihara dengan baik

dan terus bertumbuh dalam membangun relasi antara pribadi umat dengan Allah.

4. Hardywinoto dan Toni Setiabudhi, Panduan Gerontologi: Tinjauan dari Berbagai Aspek

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), 19-20. 5. Henry P. Aritonang, Terminal Illness: Membongkar Rahasia Kehidupan Kekal dari Balik

Kematian (Jakarta: Yayasan Effod Ministry, 2015), 3.

Page 11: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

4

Allah sebagai Pencipta segala makhluk, Sang Empunya hidup ini memiliki sifat yang

absolut untuk mengatur semua makhluk ciptaan-Nya. Hubungan antara orang

percaya dengan Allah yang semakin baik memberikan jaminan bagi dirinya mampu

menghadapi setiap kesulitan yang terjadi dalam hidup orang percaya.

Para lansia penderita penyakit terminal membutuhkan dukungan secara

spiritual dengan tujuan beroleh kekuatan dalam menjalani hidupnya, serta tidak

mudah mengeluh dalam melewati hari-hari sekalipun penuh dengan penderitaan.

“Wujud daripada hidup spiritual merupakan kekuatan yang memampukan mereka

untuk bertahan dan maju terus, dalam menghadapi hidup dengan bersemangat dan

antusias.”6 Penderita dapat menikmati hidup dengan penuh ketenangan, siap dalam

melewati hari-hari menjelang ajalnya. Hal itu dapat menjadi fakta kehidupan yang

tentu diharapkan oleh penderita. Jika para penderita penyakit terminal tidak

mendapatkan penanganan secara intensif baik secara fisik, psikis dan spiritualnya

maka dapat mengakibatkan melemahnya daya juang dalam menghadapi hidup yang

penuh penderitaan yang disebabkan oleh penyakitnya.

Kaum lansia yang menderita penyakit terminal sangat membutuhkan untuk

mendapatkan pelayanan pastoral. Pelayanan pastoral yang dilakukan berupa

praktik pendampingan pastoral, sehingga dalam menghadapi hidup seperti

menunggu ajal tiba tidak lagi menjadi bayangan yang menakutkan bagi mereka.

Pendampingan pastoral menjadi bagian yang penting bagi para lansia supaya

kompleksitas permasalahan dirinya akan terminimalisir melalui kehadiran dan

penanganan dalam praktik pendampingan pastoral.

6. Jakoep Ezra, Success Through Character (Yogjakarta: ANDI Offset, 2006), 50.

Page 12: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

5

Pada prinsipnya praktik pendampingan pastoral dilakukan demi pencapaian

tujuan-tujuan operasional yang hendak dicapai dalam memberikan pertolongan

kepada orang lain.7 Melalui praktik pendampingan pastoral terhadap kaum lansia

bagi penderita penyakit terminal maka bukan saja mereka mendapatkan tuntunan

imannya kepada Tuhan, tetapi juga memperoleh dorongan semangat juang dalam

hidupnya. Kesiapan dalam menghadapi masa-masa akhir hidupnya dan dapat

menjadi berkat bagi kehidupan sekitarnya.

Di samping itu, praktik pendampingan pastoral diharapkan dapat

meminimalisir adanya stereotip8 negatif terhadap para lansia yaitu adanya

anggapan sebagai komunitas yang tidak dapat berbuat apa-apa (kondisi disabilitas),

hidupnya hanya bergantung pada sosial masyarakat dan keluarga, atau menjadi

beban hidup bagi orang lain, dan banyak sebutan lain yang ditujukan pada kaum

lansia sehingga menempatkan kaum lansia menjadi bagian marginalitas. Pengabaian

terhadap pelayanan praktik pendampingan pastoral dapat memberi dampak

terhadap para lansia penderita penyakit terminal akan mengalami kemerosotan

secara spiritual, psikis, hingga berpengaruh pada fisiknya yang semakin menurun.

Selain berbagai alasan di atas, didapati juga kurangnya penanganan dari

pihak gereja, rohaniwan, maupun kaum awam (umat) yang terpanggil, dapat

melakukan praktik pendampingan pastoral terhadap para lansia penderita penyakit

terminal. Jika demikian, maka para penderita bisa mengalami hari-hari yang

7. Aart van Beek, Pendampingan Pastoral (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 13. 8. Swade dan Tavris menjelaskan bahwa stereotip adalah ringkasan kesan terhadap

sekelompok orang di mana semua anggota dalam kelompok dilihat memiliki sifat-sifat yang sama, dalam hal ini dilihat secara negatif. Carole Wade dan Carol Tavris, Psikologi, edisi kesembilan, Jilid 1 (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), 312.

Page 13: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

6

menjenuhkan baginya. Hal itu, disebabkan adanya kondisi krisis yang terus

menekan dan dihadapi oleh para lansia seperti karena adanya faktor

ketidakberdayaan maupun ketidakbermaknaan diri pada usia lanjut.9 Minimnya

praktik pendampingan pastoral yang dilakukan oleh Gereja, bahwa Gereja bukan

saja melakukan kunjungan sesaat, berdoa bagi penderita saat bersifat urgent, akan

tetapi, Gereja perlu memberikan pelayanan pastoral secara intensif melalui praktik

pendampingan pastoral.

Menurut Singgih D. Gunarsa dalam menangani para lansia yang terus

mengalami pengikisan eksistensi diri (existential deficits) perlu melakukan

“pendekatan spiritual sehingga kesadaran mereka lebih diarahkan pada hal-hal

yang terarah pada kegiatan-kegiatan keagamaan tertentu secara lebih taat, yang

dikenal sebagai kesadaran sakramental (sacramental awareness).”10 Aktifitas

keagamaan dapat menjadi bagian dari pelayanan pastoral bagi para lansia penderita

penyakit terminal, yang dapat dilakukan dalam komunitas sebagai seorang Kristen.

Dari penjelasan di atas, maka menjadi perhatian dan kerinduan bagi penulis

untuk melakukan studi penelitian melalui praktik wawancara terhadap para sampel

dan juga melakukan penelitian literatur-literatur kepustakaan yang berkaitan erat

dengan judul penulisan skripsi ini. Dalam tulisan ini, terkait pula dalam praktik

penanganan yang dilaksanakan dengan menggunakan penemuan ilmu psikologis

yang terintegrasi dengan kekristenan dalam melakukan penanganan terhadap para

penderita penyakit terminal.

9. Singgih D. Gunarsa, Bunga Rampai Psikologi Perkembangan dari Anak sampai Usia Lanjut

(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 412. 10. Gunarsa, Bunga Rampai Psikologi Perkembangan dari Anak sampai Usia Lanjut, 412.

Page 14: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

7

Pokok Permasalahan

Berdasarkan penulisan latar belakang permasalahan, maka perlu upaya

untuk menemukan pendekatan yang lebih efektif dalam pelaksanaan praktik

pendampingan pastoral terhadap para lansia penderita penyakit terminal. Hal itu

dianggap perlu bagi penulis untuk melakukan penelitiannya dikarenakan beberapa

pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Kaum lansia penderita penyakit terminal menghadapi permasalahan

spiritual dan psikis yang terkait dengan penderitaan karena penyakitnya.

Namun penanganan untuk hal tersebut terasa kurang, penanganan dari sisi

medis dirasa cukup untuk menangani masalah mereka.

2. Pendampingan pastoral secara holistik yang juga menyentuh permasalahan

spiritual dan psikis yang dihadapi oleh lansia penderita penyakit terminal

belum terlaksana. Karena itu, diperlukan adanya pendampingan pastoral

yang menyentuh aspek spiritual dan psikis lansia penderita penyakit

terminal.

3. Pelaksanaan praktik pelayanan pendampingan pastoral terhadap kaum

lansia penderita penyakit terminal masih belum dilakukan dengan efektif

dan sistimatis. Oleh sebab itu, dibutuhkan penanganan yang efektif dan

sistematis supaya para penderita dapat tertolong serta memiliki ketenangan

dalam menghadapi masalahnya.

Page 15: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

8

Tujuan Penulisan

Melihat pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Memaparkan adanya permasalahan spiritual dan psikis pada lansia

penderita penyakit terminal yang perlu diperhatikan dapat menimbulkan

permasalahan-permasalahan baru bagi penderita dan menstimulir

munculnya anggapan stereotip negatif bagi kaum lansia.

2. Menjelaskan pentingnya penanganan permasalahan spiritual dan psikis para

lansia melalui praktik pendampingan pastoral yang holistik bagi lansia

karena pengabaian terhadap penderita dapat berdampak kepada

melemahnya daya juang penderita.

3. Merancangkan suatu strategi pendampingan pastoral yang efektif, sistematis,

dan teologis sehingga dalam melewati masa akhir hidup para lansia akan

berpotensi optimal serta dapat berguna dan menjadi berkat dalam

komunitas di mana mereka berada.

Page 16: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

9

Pembatasan Penulisan

Dalam studi ini penulis memandang penting untuk membuat suatu batasan

penelitian dan penulisan. Oleh sebab itu, penelitian ini dibatasi:

Pertama, pada permasalahan yang terjadi dalam hidup para lansia penderita

penyakit terminal (mendekati usia 60 tahun ke atas)11 dan penderita berada dalam

lingkup keluarga Kristen.

Kedua, di antara sekian banyak penyakit terminal, penelitian penulis dibatasi

kepada para lansia penderita salah satu penyakit terminal yaitu menderita penyakit

ginjal kronis12 dalam kurun waktu satu tahun terakhir, penderita sedang menjalani

proses hemodialisis13 untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

11. Definisi batasan usia menurut penjelasan Sarlito W. Sarwono bagi masyarakat di

Indonesia. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, 84. Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2014 yang mengalami keluhan masalah kesehatan terletak pada usia 60-89 tahun dengan jumlah sebanyak 25,05 persen di Indonesia. Katalog BPS: 4104001, Statistik Penduduk Lanjut Usia Tahun 2014 (Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2015), viii-ix.

12. Penyakit ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang dialami selama 3 bulan atau lebih dengan definisi sebagai abnormalitas struktural atau fungsional ginjal. Penyakit ginjal kronik dapat sampai ke tingkat cuci darah secara bertahap namun progresif dan bersifat irreversibel, jadi bila pasien ini memerlukan cuci darah berarti kerusakan ginjal sudah berlangsung lama dan biasanya memerlukan cuci darah seumur hidup. Http://www.husada.co.id/index.php/promo-kegiatan/tips-kesehatan/142-mengenal-cuci-darah-hemodialisis, (diakses 28 Februari 2017). Istilah kronis menunjukkan kondisi berjangkit terus-menerus berlangsung dalam waktu yang lama hingga menahun perihal penyakit yang tidak dapat sembuh. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kelima, s.v. ”kronis.”

13. Hemodialisis adalah suatu tindakan membersihkan racun dalam tubuh, karena ginjal tidak mampu lagi membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh. Indro Chayadi Saleh, Rumah Sakit Husada, “Mengenal Cuci Darah (Hemodialisis),” http://www.husada.co.id/index.php/promo-kegiatan/tips-kesehatan/142-mengenal-cuci-darah-hemodialisis, (diakses 28 Februari 2017).

Page 17: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

10

Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian yang

bersifat kualitatif.14 Penelitian kualitatif dengan menggunakan landasan teoritis

berdasarkan riset kepustakaan dari sumber-sumber literatur, buku-buku pelayanan

pastoral, ensiklopedi, jurnal, serta sumber-sumber yang sahih dapat menjadi dasar

penelitian.

Penulis juga mengadakan penelitian lapangan pada subyek penelitian kecil,

dengan teknik penelitian terhadap sampling yang bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana adanya kesesuaian antara landasan teori dengan realita di lapangan

sesuai paradigma penelitian.15 Dalam tulisan ini penulis akan menganalisa

gangguan-gangguan spiritual dan psikis yang terjadi berdasarkan hasil riset melalui

wawancara terhadap para lansia penderita penyakit terminal. Penulis menggunakan

pendekatan melalui pengumpulan data-data yang bersumber dari penelitian

terhadap fenomena yang dialami oleh subjek penelitian, seperti perilaku, tindakan,

kondisi perasaannya, relasi dalam komunitas keluarga, masyarakat, maupun gereja

lokal. Kemudian penulis akan mendiskripsikan ke dalam bentuk kata-kata dan

bahasa.

14. Penelitian kualitatif dengan cara menggunakan metode pengumpulan data melalui

wawancara dan observasi, dengan melakukan secara mendalam, ditandai oleh keterbukaan, keterlibatan emosional, dan kepercayaan antara pewancara dengan orang yang diwawancarai. Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif-Termasuk Riset Teologi dan Keagamaan (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004), 228.

15. Menurut Moleong, pendekatan kualitatif fokus pada pengalaman yang berkaitan dengan kesadaran konseptual para subyek yang ditelitinya sehingga peneliti dapat memahami apa dan bagaimana suatu pengertian yang berhubungan erat dengan sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi revisi (Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, 2006), 36.

Page 18: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

11

Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam penulisan skripsi ini akan disusun dalam lima bab,

sebagai berikut:

Bab satu, merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang

permasalahan, pokok permasalahan, tujuan penulisan, pembatasan penulisan,

metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab dua, penulis akan menjelaskan latar belakang teologis terkait

permasalahan spiritual yang dihadapi oleh kaum lansia penderita penyakit terminal,

serta dasar-dasar teologis dalam melaksanakan praktik pendampingan pastoral bagi

penderita. Penjelasan berbagai terminologi kata, dan contoh-contoh masalah yang

terjadi di dalam tokoh-tokoh Alkitab.

Bab tiga, membahas mengenai permasalahan yang terjadi dalam perjalanan

hidup tahapan lansia berhubungan dengan fenomena yang terjadi dalam komunitas,

keluarga, masyarakat, dan gereja lokal. Penggunaan dasar Alkitabiah dalam

melakukan pendampingan pastoral yang terintegrasi dengan teori psikologi akan

menjadi acuan langkah-langkah dalam praktik pendampingan pastoral bagi

penderita.

Bab empat, penulis akan mengusulkan strategi pendampingan pastoral yang

efektif, sistematis dan bermanfaat bagi pertumbuhan rohaninya. Penderita memiliki

iman yang teguh serta kesiapan dalam menghadapi kematian. Diantaranya:

keterlibatan peran rohaniwan, komunitas Gereja, dan kelompok pendamping,

melalui konseling khusus.

Page 19: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

12

Bab lima, merupakan bagian akhir penulisan yang akan ditutup dengan

sebuah kesimpulan dan refleksi pembelajaran.

Page 20: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

91

BAB LIMA

PENUTUP

Kesimpulan

Melalui penulisan skripsi ini penulis memperoleh pembelajaran yang

berharga dalam menjalani pelayanan. Setelah melakukan penelitian melalui praktik

wawancara terhadap para sampel yang menderita penyakit terminal, penulis

memperoleh pemahaman banyak hal dalam melaksanakan pelayanan praktik

pendampingan pastoral terhadap mereka. Oleh karena itu, penulis memberikan

beberapa kesimpulan di bawah ini:

1. Permasalahan spiritual yang dihadapi kaum lansia penderita penyakit

terminal sangat membutuhkan pelayanan pendampingan pastoral supaya

mereka mampu menerima situasi kondisi penderitaan yang dihadapinya

dengan rasa syukur kepada Tuhan.

2. Kompleksitas permasalahan yang terjadi pada lansia penderita penyakit

terminal perlu diselesaikan secara tuntas sehingga para penderita dapat

beraktivitas dalam hidup dengan penuh semangat sekalipun harus melewati

berbagai penderitaan.

3. Pelayanan pendampingan pastoral dapat dilakukan oleh Gereja melalui

tenaga rohaniwan dan kelompok pendukung dengan memiliki kecermatan

dalam menganalisa permasalahan penderita penyakit terminal sehingga

Page 21: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

92

dapat menemukan solusi yang tepat dalam menangani permasalahan

penderita.

4. Dalam analisa permasalahan penderita penyakit terminal dapat

menggunakan teori Elizabeth Kubler-Ross yang mengacu pada kelima

tahapan yaitu penolakan (denial), marah (anger), menawar (bargaining),

depresi (depression), dan menerima (acceptance). Dalam pelaksanaan praktik

pendampingan pastoral dilakukan dengan memperhatikan teori Kubler-Ross

di atas dengan membandingkan keempat fungsi pendampingan yaitu

membimbing (guiding), menyembuhkan (healing), menopang (sustaining),

dan mendamaikan (reconciling).

5. Gereja dapat melaksanakan pelayanan pendampingan pastoral melalui

berbagai macam cara, seperti: pelayanan kunjungan, berdoa, ibadah padang,

dan pendekatan personal melalui percakapan pastoral dengan para

penderita penyakit pastoral.

6. Melihat kompleksitas pelaksanaan praktik pendampingan pastoral pada

penderita penyakit terminal, maka Gereja perlu memperhatikan dengan

tepat bentuk praktik-praktik pendampingan yang dilakukan. Gereja perlu

memiliki persiapan dengan baik dengan membekali para rohaniwan dan

umat yang terpanggil dalam pelayanan pendampingan bagi penderita

penyakit terminal.

Page 22: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

93

Refleksi Pembelajaran

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis memperoleh berkat yang

bermanfaat dalam pelayanan. Penulis menyadari dalam melakukan praktik

wawancara terhadap kaum lansia penderita penyakit terminal membutuhkan

kesabaran dan hikmat dari Tuhan yang. Beberapa pembelajaran berharga berguna

dalam pelayanan di Gereja, antara lain:

1. Penulis menyadari bahwa pelayanan pendampingan pastoral merupakan

sebuah proses yang tidak mudah untuk dilakukan karena tidak hanya

membutuhkan skill melainkan harus memiliki passion sehingga dapat

menjalaninya dengan sepenuh hati.

2. Penulis dapat memahami betapa kompleks permasalahan para lansia

penderita penyakit terminal, dibutuhkan sikap empati yang dalam untuk

melakukan praktik wawancara dengan mereka.

3. Penulis mendapat pemahaman penting tentang penderita penyakit terminal

melalui penelitian yang dilakukan, dan penulis diperhadapkan pada

tantangan pelayanan karena banyak lansia dalam komunitas di Gereja Tuhan

sekarang ini yang menderita penyakit terminal.

4. Penulis menyadari masih banyak hal yang masih harus dipelajari dan diteliti

secara mendalam berkaitan dengan kasus penderita penyakit terminal pada

lansia, karena keterbatasan penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Oleh

karena itu, penulis perlu melakukan pembelajaran lebih lagi untuk

Page 23: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG PENDAMPINGAN …

94

mendapatkan kekayaan pemahaman dalam pelayanan pendampingan bagi

penderita penyakit terminal.

5. Penulis menyadari tanpa pertolongan Tuhan dalam penelitian ini, tidak akan

mampu mengerjakannya, karena anugerah Tuhan yang menopang sehingga

penulis bisa menyelesaikan tulisan ini, sekalipun masih banyak

kekurangannya.