sekolah guru belajar corona€¦ · irma nurul fatimah kgb depok smp lazuardi al-falah gis...

80
Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Upload: others

Post on 18-May-2020

32 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona2

Terbit setiap dua bulan sekali, surat kabar ini menampilkan praktik baik pembelajaran dan pendidikan untuk menularkan kegemaran belajar pada komunitas guru. Isi tidak sepenuhnya mewakili pandangan redaksi.

berandaTentang Surat Kabar Guru Belajar

Dewan redaksi

Najelaa ShihabBukik SetiawanRizqy Rahmat HaniM. Abdurrahman BM. Rizky Satria

Email dan sosial media

[email protected] Guru Cikal@kampusgurucikal@kampusgurucikal

Yang kita percaya, pendidikan itu utamaYang kita percaya, pendidikan itu hak semuaYang kita percaya, pendidikan itu perlu merdeka belajar, berkolaborasi dan berkaryaYang kita percaya, #belajartanpabatasYang kita percaya #mengajartanpabatasYang kita percaya #selaluadapilihan

Virus Corona memang telah menduniaVirus Corona mengancam kesehatan kitaVirus Corona membatasi sekolah dan sebagian kegiatannya

Tapi akan kah kita biarkan Virus Corona menghentikan proses belajar anak-anak kita?

Tinggal di rumah, bukan berarti menyerah,untuk memberikan kesempatan belajar bagi murid, guru dan orangtua!

Ayo #SekolahLawanCorona!Padukan 3 kekuatan: keahlian, komunitas dan teknologi

Keahlian guru dan orangtuaKekuatan jejaring komunitasKecanggihan teknologi belajar.

#KerjaBarenganLawanCorona dan #SekolahLawanCorona adalah kolaborasi antara Kampus Guru Cikal, Komunitas Guru Belajar, Sekolah.mu, Keluarga Kita dan Semua Murid Semua Guru.

SekolahLawanCoronaGuru Belajar

Surat Kabar

3 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

kontributor

M. Rizky SatriaKGB Tangerang SelatanSekolah Cikal

pen

yun

tin

g

@rizky_satria Rizky Satria

KristijoriniKGB SurakartaTK Kr. Widya Wacana Pasar Legi

pen

yun

tin

g

@kristijorini Kristiyorini Wibowo

Umi KalsumKGB BandungAurora

pen

yun

tin

g

@kak_umi

Ratno Kumar JayaKGB PemalangSMK Muhammadiyah Kota Pekalongan

pen

yun

tin

g

@ratno_kumar Ratno Kumar Jaya

Rizqy Rahmat HaniKGB PekalonganKampus Guru Cikal

pen

yun

tin

g

@rizqyrahmat Rizqy Rahmat Hani

Yusuf Muamar KhadafiKGB TegalSMPNU 01 BERBASIS PESANTRENBOJONG TEGAL

des

ain

erg

rafi

s

@ymkhadafi MuamarKhadafi

Lukman HakimKGB PekalonganSMA Islam Kota Pekalongan

des

ain

erg

rafi

s

Virandy PutraKGB BelitungSMAN 1 Sijuk

des

ain

erg

rafi

s

@virandhyp Virandy Putra

M. Niamil HidaKGB PekalonganMI Kranji 01

des

ain

erg

rafi

s

niamilhida M Niamil Hida

des

ain

erg

rafi

s

@ukluk_hakim LukmanHakim

Rizqy Rahmat HaniKGB PekalonganKampus Guru Cikal

@rizqyrahmat Rizqy Rahmat Hani

Irma Nurul FatimahKGB DepokSMP Lazuardi Al-Falah GIS

pen

yun

tin

g

@irmalulsie

Ina LinaKGB SurabayaPaud Hidayah Surabaya

des

ain

erg

rafi

s

@veenuz027 Lina Ina

Wilma A.I.S KailolaKGB Jakarta PusatSekolah.mu

des

ain

erg

rafi

s

@wilmakailola

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona4

Perubahan cepat dalam kehidupan manusia karena virus corona, mustahil tak memengaruhi pendidikan anak-anak kita dan layanan sekolahnya. Semua proses belajar-mengajar yang terjadi secara formal di lembaga, dipaksa berubah total menjadi pembelajaran jarak jauh di rumah. Krisis “jangka pendek” saat ini dilalui oleh puluhan juta murid, guru dan orangtua dengan susah payah. Sebagian bertransisi dan beradaptasi dengan rasa berdaya, mencoba belajar dan mengajar tanpa batas diantara wabah. Sebagian yang lain, tanpa akses yang terjangkau, tanpa kualitas yang tersedia dan pada akhirnya menjadi korban jangka panjang dari wabah corona, krisis belajar yang akan memperkuat kesenjangan pendidikan sampai bertahun-tahun ke depan.

Penutupan sekolah dan pembelajaran jarak jauh dari rumah berlangsung di 191 negara dan memengaruhi 1.54 Milliar murid di dunia, menyebabkan banyak ketidakpastian dalam penyelenggaraan pendidikan. Berbagai isu utama harus diselesaikan; resiko kesehatan dan keamanan murid dan keluarga, guru dan tenaga kependidikan, penyediaan akses instruksional pendidikan (di lembaga formal maupun non formal), kedua hal ini sudah mulai menjadi perhatian, namun kondisi pelaksanaannya masih jauh dari harapan. Dua isu utama lainnya berkait penjaminanmutu pelaksanaan pembelajaran dan penilaian, juga potensi masalah SDM dan operasional tampaknya sama sekali belum sempat terjamah.

Bencana dan wabah, datang dengan prioritas yang berbeda, dan sering kali tidak berpihak pada anak yang tak berdaya. Tantangan sesungguhnya untuk kita semua, pendidik yang merdeka dan orangtua yang penuh cinta adalah apakah kita bisa segera berpihak pada kepentingan semua dan setiap anak, memastikan mereka mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas. Ekosistem pendidikan manapun di dunia, tidak siap menghadapi krisis ini, karenanya transisi dan adaptasi adalah proses yang pasti perlu terus kita jalani, tidak saja di minggu-minggu ini tetapi sampai 1 hingga 6 bahkan 12 bulan mendatang. Semua dan setiap anak Indonesia, membutuhkan dukungan dan intervensi efektif, kebijakan yang kuat dan terarah agar tidak ada kerugian struktural pda ekosistem dalam jangka panjang. Mari menetapkan target yang tinggi pada kita sebagai pendidik di negeri ini, proses pendidikan setelah wabah dan masuk sekolah bisa kembali ke titik awal dengan momentum yang tepat. Yang dibutuhkan adalah komitmen bersama dan strategi yang mumpuni, bahwa resiko jangka menengah dan panjang yang sudah teridentifikasi akan bisa kita atasi.

SEKOLAHLAWANCORONANajelaa Shihab

5 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona6

Banyak contoh kerja barengan lawan corona yang sudah ditunjukkan oleh begitu banyak pemangku kepentingan pendidikan. Di Kampus Guru Cikal dan Komunitas Guru Belajar, berbagai kolaborasi dengan Sekolah.mu dalam gerakan Sekolah Lawan Corona, begitu banyak praktik baik telah berhasil ditunjukkan dalam jangka waktu relatif pendek. Modal kemerdekaan belajar yang ditumbuhkan bertahun-tahun dalam jaringan, keahlian profesional dalam menerapkan 5M dalam pembelajaran, yang dilengkapi dengan teknologi belajar, menghasilkan solusi-solusi dalam jangka pendek yang insya Allah menjadi bagian dari sejarah perubahan yang terjadi pada pendidikan kita karena corona. Kemerdekaan berkarya, saling mendukung pemenuhan kebutuhan murid dimanapun ia bersekolah di seluruh Nusantara, ditunjukkan oleh berbagai program belajar-mengajar yang dibuat bersama lewat platform ataupun proses belajar LIVE di sosial media.

Kemerdekaan berkolaborasi, saling percaya bahwa ada proses kurasi dan tanggungjawab profesi untuk menggunakan hasil perencanaan, pembelajaran dan penilaian bersama sebagai bagian dari pembelajaran murid-murid kita. Saya selalu bangga berada dari jaringan ini, tetapi diantara kabar buruk maupun kekhawatiran tentang virus corona dan penyakit covid 19, menjadi bagian kecil dari mereka yang memilih ambil peran, mempraktikkan prinsip kerja barengan dengan standard yang selalu tinggi, adalah salah satu hikmah yang akan selalu saya syukuri. Membaca tulisan-tulisan di surat kabar guru belajar kali ini, saya yakin teman-teman akan merasakan harapan yang sama - pengalaman Corona dan melaluinya dengan kekuatan bersama, akan jadi modal penting transformasi pendidikan Indonesia.

Najelaa ShihabPendiri Sekolah Cikal, Kampus Guru Cikal, IniBudi.Org, Keluarga Kita, Islamedu, SekolahMu dan penggagas Pesta Pendidikan.

pen

ulis

@NajelaaShihab

‘‘“... menjadi bagian kecil dari mereka yang memilih ambil peran, mempraktikkan prinsip kerja barengan dengan standard yang selalu tinggi, adalah salah satu hikmah yang akan selalu saya syukuri”

Najelaa Shihab

7 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Awal Maret, murid Sekolah Cikal diliburkan. Sementara, kantor saya dibersihkan dan protokol kesehatan disiapkan dan diterapkan. Saya pun masuk kantor sudah harus melewati deteksi suhu tubuh. Masker masih jadi kewajiban buat yang sakit. Tanda peringatan dan pembersih tangan semprot dipasang di tempat strategis.

Saya masih rapat di sejumlah tempat dengan mengikuti protokol kesehatan. Situasi Jakarta sudah berubah. Orang-orang menggunakan masker dan berjarak. Lalu lintas di jalan raya berkurang, lalu lintas di media sosial bertambah.

Selang beberapa hari, kantor kami menetapkan kebijakan bekerja dari rumah. Ada kesempatan beberapa hari untuk mengambil peralatan dan dokumen yang dibutuhkan. Setelah itu, sepenuhnya saya dan tim KGC sepenuhnya bekerja dari rumah masing-masing.

Ada 4 orang yang sedang berada di luar daerah tetap diarahkan bertahan di daerahnya: Pekalongan, Lampung, Kebumen dan Bandung. Jadi per hari ini, tim Kampus Guru Cikal bekerja dari 6 daerah, ditambah 2 daerah yaitu Jakarta Selatan dan Tangerang Selatan.

Dalam situasi seperti itu, perhatian kami tertuju pada dari sekolah yang mulai diliburkan. Bagaimana para guru memandu pembelajaran jarak jauh? Bagaimana pengalaman belajar yang didapatkan para murid?

Pertemuan daring dilakukan dengan Komunitas Guru Belajar, Sekolah.mu, Keluarga Kita, Semua Murid Semua Guru dan PSPK. Lahirlah dua inisiatif kolaborasi yaitu #KerjaBarenganLawanCorona dan #SekolahLawanCorona. #KerjaBarenganLawanCorona lingkupnya lebih luas pada semua bidang dan pemangku kepentingan. Sementara #SekolahLawanCorona (SLC) lebih fokus pada membantu guru menyediakan pembelajaran jarak jauh yang berkualitas untuk muridnya. Kedua inisiatif tersebut diluncurkan pada Minggu 15 Maret 2020.

Temu Pendidik Mingguan diliburkan. Tim SLC menggelar Temu Pendidik Spesial berturut-turut, membagikan RPP pembelajaran jarak jauh setiap hari, dan tim KBLC mengadakan program kelas LIVE setiap hari. Lima hari setelah diluncurkan, kami menerbitkan Panduan Pembelajaran Jarak Jauh Bagi Guru di Situasi Wabah Virus

MESKI KONDISIDARURAT, TETAPMERDEKA BELAJAR

dari redaksi

Bukik SetiawanKetua Kampus Guru Cikal

pen

ulis

@bukik

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona8

Corona Dengan Cara Pembelajaran 5M. Kondisi genting, bergerak cepat menjadi penting.

Ditulis ringkas begini kesannya seolah prosesnya mudah. Pada kenyataannya, usulan ide, diskusi, penajaman ide, salah ketik, revisi lagi, kekeliruan dalam penayangan dan banyak proses lagi terjadi pada pola komunikasi yang dinamis, dari multi arah.

Meski prosesnya demikian, tetap takjub dengan sejumlah guru yang antusias untuk bergabung baik di Sekolah Lawan Corona maupun di Kerja Barengan Lawan Corona. Bayangkan, mereka sebagai guru pada dasarnya mempunyai kekhawatiran yang sama terhadap penularan virus corona dan kepusingan yang sama dalam menyiapkan pembelajaran jarak jauh untuk muridnya, tapi mereka masih saja ada energi untuk dadakan kerja barengan.

Untuk semua guru yang terlibat SLC dan KBLC, saya salut dan mengucapkan terima kasih karena memilih untuk berjuang bersama.

Sebagaimana tradisi merdeka belajar, tidak ada pelajaran tanpa refleksi atas aksi yang dilakukan. Meski setiap saat bisa dilakukan penyesuaian, tapi kami melakukan refleksi setiap minggu. Ada dua ide besar yang lahir. Pertama, Surat Kabar Guru Belajar Edisi Khusus Sekolah Lawan Corona yang berisi pengalaman guru dalam mempraktikkan pembelajaran jarak jauh. Kedua, penataan ulang program SLC agar lebih fokus dan intensif mendampingi guru.

Ide pertama telah hadir di hadapan Anda.

Percayalah, Anda bukan seorang diri yang pusing menghadapi pembelajaran jarak jauh, tapi Anda termasuk sedikit guru yang merdeka belajar, menghadapi kepusingan dengan belajar cara baru. Silahkan optimalkan pengalaman guru, tawaran program dan tautan beragam sumber belajar di Surat Kabar Guru Belajar ini.

Ide kedua, berupa program kelas pembelajaran jarak jauh bagi guru merdeka belajar yang rencananya akan diluncurkan pada pertengahan April.

Bekerja dan belajar di rumah bukan alasan menghentikan kemerdekaan belajar kita.

Ayo #SekolahLawanCorona!

Padukan 3 kekuatan: keahlian, komunitas dan teknologiKeahlian guru dan orangtuaKekuatan jejaring komunitasKecanggihan teknologi belajar

Tetap Merdeka Belajar!

Bukik Setiawan M

#KerjaBarenganLawanCorona dan #SekolahLawanCorona adalah kolaborasi antara Kampus Guru Cikal, Komunitas Guru Belajar, Sekolah.mu, Keluarga Kita dan Semua Murid Semua Guru.

9 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Praktik Baik Pembelajaran

LISZA MEGASARIKGB BinjaiSLB NEGERI BINJAI

pen

ulis

[email protected]

Belajar Hari, Tanggal, dan Angka di Rumah

untuk Murid Tuli

Saya Lisza Megasari, biasa dipanggil ibu Ega, guru kelas 2 SDLB - SLB Negeri Binjai, Sumatera Utara. Saya mengajar enam murid yang memiliki hambatan pendengaran atau biasa disebut tuli/ tunarungu. Sejak merebaknya wabah virus Corona/ Covid19, SLB Negeri Binjai diliburkan oleh Dinas Pendidikan. murid belajar di rumah, sedangkan guru mendapat jadwal piket untuk hadir ke sekolah seminggu sekali.

Sebelum libur diterapkan di seluruh Indonesia, Kampus Guru Cikal (KGC) dan Komunitas Guru Belajar (KGB) Nusantara sudah menginisiasi sebuah program pembelajaran jarak jauh blended learning melalui sebuah platform digital SekolahMu. Sebagai salah satu penggerak di KGB Binjai, saya memberanikan diri untuk menjadi pengajar di sesi Belajar Live! dari SekolahMu. Saya mengajar Sesi 4 selama tiga hari berturut-turut pada hari Rabu – Jumat, 18 – 20 Maret 2020. Awalnya sempat ragu. Apakah pembelajaran jarak jauh dapat dilakukan pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)? Apalagi untuk ABK tuli jenjang SD yang biasanya belum memiliki kemampuan berbahasa yang cukup. Mereka masih berada di tahap Perdati (Percakapan Dari Hati Ke Hati), tahap paling dasar dari penguasaan bahasa anak tuli berdasarkan Metode Maternal Reflektif (MMR). Karenanya, murid tuli SD pun belum terlalu optimal memahami bahasa isyarat, bila dibandingkan dengan murid tuli SMP atau SMA. Namun, berdasarkan konsep Education For All, anak-anak SD tuli kelas kecil juga berhak mendapatkan pendidikan seperti anak lainnya. Ketika dianggap sulit melakukan pembelajaran jarak jauh kepada mereka, kenapa tidak dicoba saja? Gagal sebelum berhasil adalah salah satu spirit kemerdekaan belajar.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona10

Pada hari pertama dalam sesi Belajar Live!, saya memilih topik Hari, Tanggal dan Angka 1-20. Hari dan tanggal sebenarnya merupakan topik yang mendasar bagi anak. Setiap hari di seluruh Indonesia, setiap guru di jenjang kelas berapapun, akan bertanya kepada murid. Hari apa hari ini? Tanggal berapa hari ini? Lalu, biasanya hari dan tanggal akan dituliskan di sudut kiri papan tulis kelas. Bagi murid tuli, hari dan tanggal adalah kosakata yang abstrak, yang tidak bisa dilihat dan disentuh. Kosakata abstrak lebih sulit diajarkan kepada murid tuli dibandingkan kosakata konkrit yang bisa dilihat dan disentuh, seperti meja, kucing atau bunga.Dibutuhkan upaya kreatif dari guru untuk membuat murid merasakan hari dan tanggal dalam kehidupannya. Karena bila tidak kreatif, maka hari dan tanggal cenderung diajarkan lewat cara hafalan. Cara menghafal bukanlah cara yang tepat dalam mengajarkan murid pada umumnya, apalagi murid tuli. Dalam Metode Maternal Reflektif (MMR), yaitu metode khusus penguasaan bahasa anak tuli, tidak ada hafalan. MMR, yang merupakan metode yang berpusat pada penelitian ilmiah terhadap kondisi anak tuli, sadar betul bahwa daya ingat jangka panjang anak tuli akan lebih optimal bila mereka mengalami langsung. Alih-alih membuat mereka menghafal 10 alat transportasi, lebih baik ajak mereka naik kereta api, lalu latih mereka mengucapkannya. Alih-alih menghafal 10 nama hewan, lebih baik ajak seisi kelas berhenti sejenak melihat kucing

melompati pagar sekolah, atau kecoa mati terjepit pintu kelas. Tambahkan perasaan mereka di sana. Rasa senang naik kereta api, rasa terkejut melihat kucing melompat, rasa takut pada kecoa. Lalu bimbing murid untuk “Apa yang kau pikirkan dan rasakan, begini cara mengucapkannya”

Untuk mengajarkan hari dan tanggal, saya biasanya melakukannya dengan beberapa media. Mulai dari media kartu tempel “Nama Hari, Baju Guru & Baju murid” yang melibatkan murid menentukan hari apa hari ini lewat warna baju guru dan murid. Lewat media ini, saya juga menyelipkan pembelajaran tentang warna kepada murid. Ketika murid sudah menemukan hari, selanjutnya dia akan menempelkan kartu hari itu di papan “Ayo Pasang Hari Ini” yang terdapat di sudut kiri papan tulis. Selain kartu hari, papan ini juga terdiri atas kartu tanggal/ angka, kartu bulan, dan kartu tahun. Adalah hal yang sangat menarik dan menantang bila melibatkan murid mengganti kartu. Bukan hanya ketika mengganti kartu hari dan kartu tanggal/ angka setiap hari, tapi ketika mengganti kartu hari di setiap awal minggu (kartu Minggu kembali ke kartu Senin), kartu tanggal/ angka di setiap awal bulan (pergantian kartu 31 kembali ke kartu 1), kartu bulan di setiap awal bulan, dan kartu tahun di setiap awal tahun. Mata murid biasanya akan membulat, lalu dahi berkerut seakan bertanya kepada guru, “Mengapa diganti?”. Saat itulah momen yang amat pas untuk mengajaknya menuju kalender dan menunjukkan keberadaan 7 hari, 12

‘‘Gagal sebelum berhasil adalah salah satu spirit kemerdekaan belajar.” LISZA MEGASARI

11 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

bulan dan/ atau pergantian tahun.

Murid juga diajak mengenal konsep hari ini, besok, dan kemarin lewat papan “Ayo Pasang Hari Ini, Besok & Kemarin”. Ada proses pemahaman literasi dan numerasi di sini. murid tuli akan diajak untuk berpikir mengenai hari apa tanggal berapa sebelum dan sesudah hari ini. Bila sebuah hari sudah kosong di papan “Nama Hari” karena sudah ditempelkan di papan “Ayo Pasang Hari Ini”, maka murid cukup mengamati hari di atas dan di bawah kartu kosong itu. Begitu juga, di papan kartu tanggal/ angka. murid cukup mengamati angka di samping kanan dan kiri kartu yang kosong. Momen ini melatih kemampuan logis murid untuk mengenal bilangan lebih besar dan lebih kecil, juga urutan logis suatu bilangan.

Untuk memahami angka, alih-alih meminta murid tuli untuk menghafal urutan angka 1-20, saya lebih memilih mengajak murid merasakan kegunaan angka dalam kehidupannya, yaitu lewat tanggal. Selain mengajarkan angka 18 dengan menghadirkan 18 benda untuk dihitung, saya juga mengajak murid merasakan kehadiran angka 18 di tanggal 18 setiap bulannya. Setiap hari, tanggal akan berganti dan murid diajak merasakan keberadaan urutan angka yang berganti setiap hari.

Dalam memahami angka, dikenal istilah membilang dan menghitung. Membilang adalah ketika seorang anak menyebutkan urutan angka 1 – 10 dengan tepat. Sedangkan berhitung adalah ketika seorang anak menyebutkan jumlah benda. Sering terjadi miskonsepsi bahwa membilang dianggap sama dengan berhitung. Padahal keduanya berbeda. Pada anak mendengar, membilang bukanlah hal yang sulit. Biasanya mayoritas anak mendengar akan masuk TK/ SD dengan kemampuan membilang yang sempurna, sehingga guru dapat lanjut mengajarkan bagaimana berhitung. Sedangkan anak tuli biasanya masuk sekolah tanpa kemampuan membilang yang baik. Padahal membilang adalah prasyarat dari menghitung. Kita tidak bisa menghitung 5+3 bila tidak berurutan membilang/ menyebutkan nama bilangan satu-dua hingga delapan, bukan? Saya biasanya melatih kemampuan membilang ini dengan menggunakan kartu “Angka & Nama Bilangan”. Berdasarkan konsep Komunikasi Total (Komtal) pada pembelajaran bahasa anak tuli (Bicara, Menulis, Membaca, Berisyarat, Mendengar/

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona12

Membaca Ujaran), maka nama bilangan diberikan kepada murid tuli lengkap dengan tulisan, cara membaca, isyarat, dan membaca ujaran (dahulu disebut baca bibir).

Seluruh proses yang disebutkan di atas, yang biasanya dilakukan murid setiap hari di kelas, saya tuangkan dalam video mengajar pertama saya di sesi Belajar Live! SekolahMu dengan link https://youtu.be/FUl182L2iCg Link video ini saya share ke grup whatsapp (wa) kelas saya. Sebelum wabah Covid19, kelas kami memang sudah memiliki grup wa sehingga tidak perlu membuat grup lagi.

Para orangtua memberikan apresiasi besar terhadap video itu. “Ifa senang sekali melihat bu Ega di youtube”, ujar Mama Ifa di chat grup, “Berkali-kali ditontonnya, Bu”. “Kami sudah subscribe youtube bu Ega ya. Alif yang minta”, ujar Mama Alif.“Diupayakan untuk nonton bersama anak kita ya Bu. Lalu mohon dibuat kartu-kartu yang ada di video itu. Setiap hari, latih kartunya bersama anak, seperti di video itu”, saran saya kepada para orangtua.

Saya meminta orangtua untuk membuat kartu bersama anak. Proses membuat kartu, menggunting, melipat dan mewarnai kartu

ini bisa mempererat hubungan orangtua dan anak. Anak diizinkan secara mandiri menentukan ukuran dan warna kartu. Ketika saya meminta orangtua berefleksi tentang proses pembuatan kartu, mayoritas berkata bahwa malah anak-anak tuli mereka yang memberitahu orangtua bagaimana membuat kartu yang benar. Hal ini terjadi karena memang seluruh media di kelas saya merupakan hasil karya bersama murid. murid tahu benar bagaimana kartu-kartu tersebut dibuat. Begitu pula ketika orangtua membimbing cara menggunakan kartu. Menurut orangtua, anak-anak tuli mereka yang malah bersemangat mengajarkan tahapan penggunaan kartu kepada orangtuanya.

Keenam murid saya memiliki pencapaian yang berbeda. Anton, Ifa, dan Zaid (ketiganya memiliki hambatan pendengaran/ tuli saja) sudah memahami konsep hari dan tanggal. Mereka bahkan sudah mulai mengenal konsep bulan. Pada orangtua mereka, saya meminta agar papan Ayo Pasang Hari ini tetap dilakukan setiap hari, namun penekanannya adalah kepada pengucapan nama hari, tanggal dan bulan dengan tepat. Zaid sudah menguasai membilang 1-20. Untuknya, saya mohon kepada orangtuanya untuk mulai fokus pada menulis nama bilangan. Sedangkan untuk

‘‘“Saya mengamati pembelajaran jarak jauh ini memberikan kesempatan pada orangtua untuk lebih banyak menghabiskan waktu bersama ABK mereka. “ LISZA MEGASARI

13 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Anton dan Ifa yang masih menguasai membilang 1-10, saya berpesan agar lanjut dilatih membilang 11-20. Boleh diajarkan menulis, namun jangan terlalu fokus pada menulis.

Rei dan Alif (keduanya tuli dan memiliki hambatan konsentrasi/ ADHD) belum memahami konsep hari dan tanggal. Untuk mereka, saya berpesan agar orangtua lebih fokus kepada penggunaan kartu saja. Walaupun anak tetap dilatih mengucapkan, namun jangan difokuskan, karena khawatir akan membebani anak. Mereka masih menguasai angka 1-5, sehingga jangan dahulu diajari angka 6-20. Hal yang sama juga saya pesankan kepada orangtua Umi, salah seorang murid saya yang selain tuli, juga memiliki hambatan penglihatan/ mata kiri low vision, dan hambatan IQ/ slow learner. Bahkan untuk Umi, angka boleh diturunkan menjadi hanya 1-3 saja. Saya memberitahu orangtua mengenai asesmen awal anak ini lewat chat pribadi/ japri atau lewat telepon. Di grup, saya hanya menyampaikan bimbingan umum. Hal ini agar setiap orangtua dan anak terlindungi privasinya. Orangtua juga diarahkan mengirimkan hasil pembelajaran via japri kepada saya, tidak lewat grup, agar menghindari nuansa kompetisi.

Saya mengajak orangtua untuk berefleksi setiap tiga hari sekali di grup. Orangtua boleh memilih waktu yang pas untuk berefleksi, karena saya tidak menetapkan jam khusus. Setiap tiga hari, orangtua boleh komen di grup pada jam berapapun, dan saya sebisa mungkin akan membalas komen itu. Refleksi dilakukan bukan sekedar memberitahukan sejauh apa perkembangan anak, namun juga mengajak orangtua mengungkapkan apa hal yang menyenangkan dan hal yang menyulitkan selama pembelajaran jarak jauh. Juga mengajak mereka menyampaikan apa yang akan mereka perbaiki dalam pembelajaran berikutnya.

Saya mengamati pembelajaran jarak jauh ini memberikan kesempatan pada orangtua untuk lebih banyak menghabiskan waktu bersama ABK mereka. pembelajaran bermakna juga terjadi, karena lewat pembelajaran ini, saya mengajak orangtua untuk memberikan terapi wicara di rumah kepada anak-anak mereka dengan MMR, dan bukan memaksa murid bicara dengan cara menghafal seperti cara lama.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona14

15 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Praktik Baik Pembelajaran

Dina Marta AulianingrumKGB PekalonganSMK Negeri 1 Kedungwuni

pen

ulis

[email protected]

Merdeka Belajar dengan Ajak Murid

Memilih Tantangan

Seperti yang sudah diketahui bersama bahwa wabah virus corona atau yang sering didengar dengan nama covid-19 sudah menyebar di berbagai negara, tidak terkecuali Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan

pemerintah dengan sangat cepat untuk mencegah penyebaran virus yang semakin meluas. Efek dari adanya virus ini sangat berpengaruh di semua sektor kehidupan, salah satunya di dunia pendidikan. Sesuai arahan dari pemerintah bahwa kegiatan belajar mengajar di sekolah untuk sementara waktu ditiadakan, serta dianjurkan untuk melakukan kegiatan pembelajaran jarak jauh.

Semenjak mengetahui arahan tersebut, saya langsung berpikir cepat bagaimana menyusun pembelajar jarak jauh untuk murid. Saya teringat dengan WAG kelas yang dibuat oleh wali kelas untuk setiap kelasnya. WAG tersebut digunakan untuk memberikan berbagai informasi terkait kelas ataupun informasi dari sekolah. Tak sedikit guru yang memberikan tugas dalam bentuk soal melalui grup tersebut dengan menggunakan Quizizz atau Edmodo. Alhasil saya memilih menghubungi ketua kelas untuk meminta tolong agar dibuatkan grup mata pelajaran Bahasa Indonesia sesuai dengan mapel yang saya ampu, dikarenakan WAG tersebut tercampur dengan beberapa guru lainya.

Setelah dibuatkan WAG khusus mata pelajaran, saya menawarkan ke murid untuk membangun kesepakatan bersama terkait proses belajar yang nantinya akan dilakukan melalui jarak jauh. Pembahasa tersebut meliputi, mengenai platform belajar yang akan digunakan, sistem belajar yang seperti apa dan berapa durasi pembelajaranya.

Hasil diskusi dengan murid yaitu, mereka memilih platform belajar hanya dengan menggunakan WAG dikarenakan ternyata banyak murid yang sudah tidak bisa mendownload aplikasi baru. Kemudian mereka juga menginginkan adanya pembahasaan materi terlebih dahulu, bukan hanya langsung diberi tugas untuk mengerjakan soal. Lalu untuk durasi belajarnya mereka memilih malam hari selama 90 menit, dimulai pukul 18.30 WIB. Hal ini menjadi tantangan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona16

tersendiri bagi saya untuk mengemas pembelajaran jarak jauh yang menarik dan bermakna untuk murid. Otak saya langsung berputar dengan cepat, lalu saya menemukan ide untuk memberdayakan konteks tentang virus corona. Saya mengambil tema social distancing untuk materi belajar debat di kelas X.

Sebelum memulai pembelajaran, saya mengabsen murid untuk memastikan mereka online dijam tersebut dan mengikuti pembelajaran. Saya memulai pembelajar tersebut dengan memberikan pertanyaan reflektif ke murid secara bertahap dan mengajaknya berdiskusi. Dimulai dari mengapa saat ini pembelajaran di sekolah ditiadakan, bagaimana cara mencegah virus corona, apa itu social distancing dan apa saja bentuk dari social distancing. Saat itu murid begitu antusias untuk menjawabnya. Setelah semuanya berusaha menjawab, saya meluruskan jawaban dari mereka yang sekiranya masih kurang tepat. Selanjutnya saya menyampaikan ke murid bahwa saat ini kita sedang belajar materi debat, lalu saya meminta mereka untuk memberikan pendapat terkait social distancing itu perlu atau tidak ? dengan memberikan 3 sudut pandang pendapat ya yaitu pro, kontra

dan netral. Saya memberikan kesempatan kepada murid untuk menjawab selama 20 menit dan mereka berusaha dengan cepat untuk menjawabnya.

“Jawaban Pro : Saya setuju dengan adanya social distancing itu perlu karena dapat meminimalisir penularan virus corona.”

“Kontra : Saya tidak setuju dengan adanya social distancing karena dapat menghambat pekerjaan orang tua yang melakukan aktivitas di luar rumah, sehingga dikhawatirkan akan berdampak pada kebangkrutan dan tidak bisa memenuhi kehidupan sehari-hari.”

“Netral : Sebenarnya tergantung dengan individu yang menanggapinya tentang perihal social distancing itu sendiri.”

Melihat jawaban dari murid yang sangat bervariasi membuat saya terkagum, ini benar-benar diluar dugaan saya. Setelah itu, saya mengajak murid untuk melakukan refleksi bersama. Banyak dari mereka yang mengatakan tertarik dengan pembelajaran jarak jauh seperti ini karena tidak monoton, mereka juga belajar berpendapat dari berbagai sudut pandang mengenai social distancing.

17 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Setelah murid melakukan refleksi saya mengakhiri pembelajaran jarak jauh dan melanjutkannya lagi di pertemuan berikutnya.

Keesokan harinya, saya melanjutkan pembelajaran untuk pertemuan kedua. Seperti biasa, saya mengabsen murid untuk memastikan bahwa mereka mengikuti pembelajaran. Sebelum memulai pembelajar, saya mencoba untuk mengingatkan murid terkait pembelajaran pada pertemuan yang lalu. Setelah itu, dilanjut dengan menyampaikan kegiatan di pertemuan kedua ini yaitu, bagaimana peran/kontribusi murid dalam melakukan social distancing.

Pada kegiatan ini, saya memberi tantangan belajar ke murid. Dimana tantangan tersebut bukan mengerjakan soal, melainkan mengajak murid untuk mengambil peran atau berkontribusi terkait permasalahan di sekitar dengan membuat projek yang bisa bermakna dan merdeka. Proyek tersebut dikerjakan secara individu sesuai dengan hobi mereka.

Bentuk proyeknya sangat sederhana, pertama murid memilih tema yang akan dikerjakan. Saya memberikan dua opsi, yaitu peran murid dalam melakukan social distancing. Dimana peran yang diambil bisa mengedukasi masyarakat terkait social distancing. Berikutnya yaitu peran murid dalam memberikan dukungan bagi mereka yang tidak memiliki pilihan dan harus tetap bekerja di luar seperti para medis, ojol, petugas keamanan, petugas kebersihan, reporter, penjaga apotek, penjaga supermarket dan pedagang.

Setelah menentukan tema, murid diberi kebebasan untuk memilih cara mengerjakan atau membuat proyek tersebut sesuai dengan hobi mereka. Saya memberikan beberapa opsi hobi yang biasa dilakukan oleh murid, yaitu menggambar, menyanyi, ngevlog dan mendesain (infografis/poster). Proyek yang dibuat berkaitan dengan social distancing. Misalnya, yang memiliki ketertarikan menggambar, murid dapat menggambar terkait social distancing. Murid yang mempunyai hobby menyanyi, bisa membuat lagu terkait social distancing lalu dilagukan dan divideo. Untuk murid yang suka dengan ngevlog, bisa juga membuat konten video terkait social distancing. Lalu bagi murid yang meminati desain (infografis/poster), mereka bisa membuat desain tersebut terkait social distancing. Saya memberikan contoh projek disetiap hobby yang akan diminati murid.

Projek tersebut harus diselesaikan murid dalam kurun waktu tiga hari. Selama mengerjakan projek, murid diperbolehkan untuk konsultasi di WAG untuk mendapatkan feedback. Mereka Poster yang dibuat murid

Sketsa yang dibuat murid

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona18

mengerjakan projek dengan sangat antusias. Banyak murid yang menyelesaikan sebelum batas waktu yang ditentukan. Lagi-lagi saya dibuat takjub dengan karya murid. Setelah projek tersebut saya setujui, mereka memposting karya melalui media sosial masing-masing.

Setelah murid mengumpulkan projek, saya mengajaknya untuk melakukan refleksi bersama terkait pembelajaran yang sudah dilakukan. Saya menanyakan bagaimana pembelajaran hari ini dan hal apa saja yang sudah didapatkan. Mereka mengatakan bahwa pembelajaran kali ini sangat seru sekali, mereka bisa belajar berpendapat dengan berbagai sudut pandang, mendapat informasi lebih terkait isu yang sedang hangat dibicarakan, mengerjakan tugas yang bukan berbentuk soal, melainkan proyek yang sesuai dengan hobby dan projek tersebut bisa bermanfaat untuk orang lain.

Dari pembelajar jarak jauh ini saya banyak belajar dari murid, bahwasanya pembelajaran jarak jauh itu bukan tentang secanggih apa platfon yang digunakan. pembelajaran akan tidak bermakna jika murid hanya disuruh untuk mengerjakan soal di platfon tersebut tanpa adanya pembahasan materi dari guru. pembelajaran dengan memahami murid dan dilakukan dengan merdeka belajar akan jauh lebih bermakna. pembelajaran jarak jauh pun bukan menjadi suatu halangan bagi guru untuk terus menjelajah keadaan di sekitar guna dijadikan bahan materi dalam pembelajaran. Sebagai guru juga harus jeli dalam memberdayakan konteks ketika mengajar, karena dengan begitu pembelajaran akan lebih bermakna untuk murid bukan malah menyalahkan keadaan.

19 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Sebuah InisiasiMembantu

PembelajaranJarak Jauh

Rizqy Rahmat Hani

Sekolah Lawan Corona

Bob Marley percaya bisa menyembuhkan rasisme dan kebencian dengan menyuntikan musik dan cinta kepada manusia.

Suatu hari ia dijadwalkan tampil di sebuah konser damai, seorang penembak mendatangi rumahnya dan mencoba membunuhnya.Dua hari kemudian, ia naik panggung dan bernyanyi. Kemudian seseorang bertanya,

“Kenapa Kamu terus bernyanyi padahal banyak orang yang membahayakan dan mencoba membunuhmu?”

Ia berkata “Orang-orang yang berusaha membuat dunia ini lebih buruk, tidak pernah berhenti, bagaimana aku bisa berhenti menerangi kegelapan?”

Cuplikan dialog tersebut saya dapatkan dari film Im Legend, film tentang wabah virus yang menyebar di kota New York dan dibintangi Will Smith. Will Smith di sana berperan Robert Neville, seorang ahli virus yang sedang meneliti obat yang bisa digunakan untuk menyembuhkan orang yang terkena virus itu.

Di masa seperti ini ketika virus corona menyebar, membuat aktivitas manusia banyak yang harus dilakukan di rumah. Bekerja, belajar dan beribadah harus dilakukan di rumah. Virus membuat semuanya berubah. Kalau dalam kalimat Bob Marley yang saya kutip di depan, virus ibarat orang-orang yang ingin membuat dunia ini lebih buruk. Tapi seperti Bob Marley yang terus bernyanyi dan menyampaikan salam cinta dan damai, banyak inisiasi yang dilakukan banyak orang dan organisasi di saat seperti ini. Orang-orang bergerak untuk tidak berhenti menerangi kegelapan,

Para influencer membuat penggalangan dana, membuat konten edukasi masyarakat untuk tetap #DiRumahAja, tenaga medis yang terus bergerak untuk menyelamatkan ratusan nyawa, musisi membuat konser digital untuk menghibur orang-orang yang #DiRumahAja.

Salah satu inisiasi yang digerakkan oleh Kampus Guru Cikal, Komunitas Guru Belajar, Sekolah.mu, Semua Murid Semua Guru dan Keluarga Kita ialah inisiasi #SekolahLawanCorona.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona20

#SekolahLawanCoronaHimbauan untuk belajar di rumah disampaikan oleh beberapa pemerintah daerah. Tak ayal ini membuat pembelajaran yang biasanya tatap muka, harus diubah menjadi pembelajaran jarak jauh. Perlu adaptasi bagi murid, guru dan orangtua untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat bahwa sejak diberlakukannya pembelajaran jarak jauh banyak anak-anak yang stress.

Lalu kenapa ini bisa terjadi?

Dari yang saya amati, banyak guru yang sekadar meminta murid mengerjakan soal, merangkum tulisan, dan mengerjakan tugas-tugas lain yang tiap hari harus dikumpulkan.

Inilah salah satu alasan mengapa inisiasi #SekolahLawanCorona lahir, mengajak guru-guru untuk melakukan pembelajaran yang bermakna, bukan sekadar menggugurkan kewajiban semata.

Tujuan #SekolahLawanCorona antara lain :1. Mengembangkan sekolah sebagai tempat yang aman buat anak.2. Mengurangi risiko penularan virus corona di sekolah.3. Menjadikan antisipasi bencana sebagai kesempatan belajar bagi murid, guru, orangtua dan sekolah

Untuk mencapai tujuan tersebut kami membentuk tim #SekolahLawanCorona yang beranggotakan guru-guru dari Komunitas Guru Belajar berbagai daerah. Guru-guru mendapat beberapa peran untuk mencapai tujuan di atas.

Inilah beberapa peran guru di tim #SekolahLawanCorona1. Tim Program = merencanakan dan merancang program.2. Tim Lawan Miskonsepsi = membuat daftar web resmi dan mengkategorikan informasi.3. Tim Pembuat Konten = membuat konten kampanye.4. Tim Penyebar Konten = menyebarkan konten di berbagai kanal.5. Tim Pemberi Komentar = memberi komentar di grup, media sosial.

Tim-tim tersebut melnjalankan beberapa aktivitas tiap harinya untuk mencapai tujuan. Aktivitas tersebut anatara lain :1. Temu Pendidik Spesial #SekolahLawanCorona. Diskusi tiap hari tentang tips menghadapi Corona dan menjalankan strategi pembelajaran jarak jauh untuk guru, orangtua dan kepala sekolah2. Posting konten RPP dan informasi program ke grup guru yang dibagi per fase yang dapat diterapkan secara mandiri oleh guru atau orangtua.3. Menyediakan program yang dapat diakses gratis di platform SekolahMu .salah satunya

Selain itu beberapa produk yang sudah dan akan diproduksi oleh tim #SekolahLawanCorona untuk memberikan inspirasi kepada guru, murid dan orangtua. Salah satu yang sudah

21 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

dipublikasi ialah Panduan Pembelajaran Jarak Jauh, sebuah panduan bagi guru yang akan merancang pembelajaran jarak jauh, yang bisa diunduh di sini.

Selain itu, yang akan berjalan berikutnya adalah Surat Kabar Guru Belajar. Praktik-praktik baik yang dilakukan oleh guru-guru akan kembali dipublikasikan agar memantik guru lain melakukan praktik baik, sehingga makin banyak guru yang melakukan pembelajaran jarak jauh yang bermakna.

Dari apa yang dilakukan banyak guru-guru yang telah terbantu, Guru Annisa Ratnasari di grup Telegram #SekolahLawanCorona SD 1-3 salah satunya,

“Hari ini saya mulai pembelajaran sma persis dengan rpp yg sya donwload disini. Saya mulai kelas dengan konfirmasi kehadiran anak2 melalui orangtua. Kmudian saya berikan gambar2 tentang corona dan meminta anak2 orangtua untuk mendiskusikan gambar2 tesebut dengan anak2. Jadi perintah bnyak diberikan kpada orangtua yg nantinya bisa disampaikan kpada anak2. Sya tunjuk bberapa siswa untuk mengshare hasil diskusi bersama orngtua mereka via VN/ pesan suara. Di akhir sesi saya minta mereka untuk membuat video pendek cara memcuci tangan dengan benar. Dan hasilnya saya minta untuk share di story WA orangtua masing. Dan saya beri feedback melalui Wapri dengan cara berkomentar pada story WA”

Yang kita percaya, pendidikan itu utamaYang kita percaya, pendidikan itu hak semuaYang kita percaya, pendidikan itu perlu merdeka belajar, berkolaborasi dan berkaryaYang kita percaya, #belajartanpabatasYang kita percaya #mengajartanpabatasYang kita percaya #selaluadapilihan

Virus Corona memang telah menduniaVirus Corona mengancam kesehatan kitaVirus Corona membatasi sekolah dan sebagian kegiatannya

Tapi akan kah kita biarkan Virus Corona menghentikan proses belajar anak-anak kita?

Tinggal di rumah, bukan berarti menyerah,untuk memberikan kesempatan belajar bagi murid, guru dan orangtua!

Ayo #SekolahLawanCorona!Padukan 3 kekuatan: keahlian, komunitas dan teknologi

Keahlian guru dan orangtuaKekuatan jejaring komunitasKecanggihan teknologi belajar.

‘‘..yang berusaha membuat dunia ini lebih buruk tidak pernah berhenti, bagaimana aku bisa berhenti menerangi kegelapan?”

Bob Marley

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona22

ikut diskusi di

bit.ly/DaftarTPSpesial

Ikut Kelas di

sekolah.mu/tanpabatas

Daftar Grup

bit.ly/JoinGrupSLC

Unduh

bit.ly/TipsSLC

Unduh RPP

bit.ly/RPPHSLC

Unduh bit.ly/PanduanSLC5M

23 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Testimoni TimSekolah Lawan Corona

Abdulaziz HafidhurrahmanKGB DepokHawtn Edukasi/Creativa

Pem

bu

atko

nte

n

Senang bisa bergabung di tim SLC dan bisa berkolaborasi bersama di tengah pandemi ini. Semua kerja barengan dengan satu tujuan yang sama. Salinh belajar dari satu sama lain dan terus menebar manfaat bersama, serta manfaatnya bisa dirasakan oleh orang lain adalah hal yang luar biasa. Terima kasih

FebriandriniKGB DepokSMP Lazuardi Al Falah GIS

Pem

bu

at

Pro

gra

m

Bekerja dengan tim #SLC yang luar biasa membuat saya berada pada zona bertumbuh, membuat saya paham apa yang bisa saya lakukan untuk ikut berjuang melawan pandemi ini, walau tidak terjun langsung di zona merah. Membuat saya fokus mendukung teman-teman guru seperjuangan, untuk tetap bersama memberikan layanan pendidikan dengan pembelajaran jarak jauh dan memastikan hak murid untuk belajar tidak terabaikan. Secara tidak langsung, dengan memberikan dukungan program dan materi kepada guru dan juga orangtua, tim #SLC turut mendukung murid dan orangtua tetap #DiRumahAja serta turut serta membantu sosialisasi pandemi Covid19 ini kepada masyarakat luas. Seperti halnya sedang maraton, tim #SLC yang selalu memberikan amunisi tiap hari, membuat saya tidak berhenti berlari sampai pandemi ini berakhir. May Allah SWT bless you all. Amen.

Yulia Rahmawati KGB ProbolinggoSD Negeri Krejengan

Pen

yeb

arK

onte

n

Bersyukur KGB membentuk dan mengajak untuk menjadi Tim Sekolah Lawan Corona,saya ikut berperan menjadi penyebar konten,yang paling saya merasa terbantukan dengan adanya RPP yang disusun oleh tim SLC bukan saya tapi semua guru terbantukan di KGB Daerah pada khususnya

Tetap memberikan pembelajaran bermakna,merdeka belajar berpihak kepada anak dalam situasi seperti sekarang .Terimakasih

Erni MarlinaKGB MakassarSMK Negeri 7 Makassar

Pem

ber

iK

omen

tar Senang dan terharu. Banyak pembelajaran dan pengalaman dari

bertanya, kemudian menemukan sendiri jawabannya, awalnya tidak percaya bisa terlibat, tapi semangat yg sangat besar agar dapat membantu pemerintah, sekolah, siswa dan orang tua, maka bekerja di TIM SLC ini jawabannya, kolaborasi.

Di tim inilah keyakinan bahwa belajar tanpa batas dan mengajar tanpa batas serta selalu ada pilihan semakin kuat, Dan semakin meyakini bahwa saya tidak sendiri, di KGBN banyak tangan yang selalu siap untuk membantu . Terimakasih untuk kerja barengan ini

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona24

Testimoni TimSekolah Lawan Corona

Elvrida Rosalia IndraswariKGB SemarangSchool of Life Lebah Putih

Pem

bu

atko

nte

n

Aristoteles percaya bahwa “Kebajikan terbesar adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain.” Dan tergabung dalam Tim Sekolah Lawan Corona membuat saya semakin percaya bahwa inilah kesempatan yang dihadiahkan semesta untuk semakin belajar, bertumbuh, berkolaborasi, berefleksi, dan menyebar luaskan kebermanfaatan.

Pandemi ini tidak akan membatasi kita untuk belajarTim #SekolahLawanCorona memberikan panggung untuk mendukung teman-teman guru, memberikan layanan pendidikanTim #SekolahLawanCorona memberi keyakinan bahwa #belajartanpabatas #mengajartanpabatas #selaluadapilihan Tim #SekolahLawanCorona memberikan keluarga

Terimakasih Tim Sekolah Lawan Corona.

Adelia octorytaKGB GowaRumah Sekolah Cendekia

Law

anM

isko

nse

psi Mendengar berita dunia mengalami pandemi Virus Covid-19, dan

memulai pembelajaran jarak jauh. Membuatku jadi harus banyak belajar sehingga bisa membantu teman-teman se Nusantara. Bersama tim SLC, saya belajar sembari ikut berperan membantu teman teman pendidik memberikan informasi mengenai pandemi virus ini juga bahan pembelajaran kelas daring.

Meskipun guru dirumah, tetap bisa mengajar dan berkarya bersama dengan siswa. Belajar tanpa batas bersama Tim Sekolah Lawan Corona

Yusuf Muamar Khadafi KGB TegalSMPNU 01 Berbasis Pesantren

Pen

yeb

arK

onte

n

Kerennya Kolaborasi, saling berbagi kesemangatan, dan terharu nya ketika hasil kerjasama, dirasakan manfaatnya oleh orang lain.

ChoifahKGB JeparaMA Walisongo

Pem

ber

iK

omen

tar

Berada di tim SLC menjadikanku belajar banyak tentang pentingnya sebuah kolaborasi dan kerjasama untuk saling tolong menolong ditengah wabah pandemi Corona yang melanda. Tim SLC merupakan penolong dunia pendidikan di Indonesia ini.

25 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Testimoni TimSekolah Lawan Corona

Tosi Widhya PrastiwiKGB DepokHawtn Edukasi/Creativa

Pen

yeb

arK

onte

n Senang dan terharu. Pekerjaan yang tadinya terasa tidak mungkin, akan terasa mungkin dan mudah jika dilakukan bersama, kolaborasi. Di tim inilah keyakinan bahwa belajar tanpa batas dan mengajar tanpa batas serta selalu ada pilihan semakin kuat. Terimakasih untuk kerja barengan ini.

Lilik Nur Indah SariKGB Pekalongan/TangerangSD Islam Nurul Hikmah Legok Tangerang

Law

anM

isko

nse

psi

Semua komunitas bergerak sesuai bidangnya.. bersyukur sekali di KGB ada ajakan mjd Tim Sekolah Lawan Corona, sy jd bisa ikut berperan ambil bagian di tengah bencana pandemic ini..

Ada kebermaknaan saat waktu sisa mengajar kita tersalurkan dengan bijak dan memberikan dampak, khususnya di bidang pendidikan

Rizqy Rahmat Hani KGB PekalonganKampus Guru Cikal

Koo

rdin

ator

Saya merasa bahagia bisa bekerja bareng guru-guru dari berbagai daerah untuk satu tujuan, membantu guru-guru lain berdaya dalam situasi seperti ini.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona26

Testimoni Pengguna ProdukSekolah Lawan Corona

Pengguna RPP Harian

Bukan hal yang mudah untuk menyiapkan RPP untuk siswa selama belajar di rumah dengan menggunakan media teknologi.

Hampir setiap hari dituntut untuk berpikir mengembangkan ide kreatif yang berpihak pada anak serta bagaimana agar pendamping (orang tua/ keluarga) mudah menerapkannya kepada anak-anak mereka. Dengan adanya RPP dari Sekolah Lawan Corona, saya menjadi sangat terbantu dan terinspirasi untuk memberikan hak belajar kepada siswa dengan cara yang menyenangkan dan bisa dipertanggung jawabkan.

Terimakasih Sekolahmu.Karomah Zidnil - KGB Pekalongan

Penonton Belajar Live!

Aku Nabilah Lailatul Anhar mahasiswi Kalbis Institute dari program studi Ilmu Komunikasi. Jadi ini pertama kalinya aku ikut livestreaming dari Sekolah.mu banyak pelajaran dari bang Iwet sendiri yang diberikan walaupun waktunya masih kurang sebenarnya. Karena banyak yang mau ditanyain dan banyak juga yang mau bertanya. Nggak cuma diberi tips trick tapi ada juga latihan latihan vocal sampe dipraktekin juga di situ sama bang Iwet dan kak Eki.Livestreaming-nya nyaman, apresiasi banget juga buat operatornya karena operatornya gercep banget ngeramgkum isi pembahasan dan ngasih point pointnya di screen, moderartornya juga asik dan pertanyaan tersampaikan dengan jelas. Dan kupikir kita butuh banget program kayak gini di saat seperti ini. We get this for free tinggal modal kuota aja, dengan ilmu yang didapat pastinya worth it, apalagi ini di keep dan bisa di tonton ulang.

Temu Pendidik Spesial

Strategi pembelajaran Menu Mingguan adalah hasil modifikasi dari materi Temu Pendidik Spesial @kampusgurucikal yang disampainan oleh Bu Andri. Pada strategi ini, kami ingin mendorong anak untuk tak sekadar paham materi pelajaran. Mereka bebas membuat karya terkait materi mapel, tapi mereka harus paham&presentasi tentang tujuan mereka membuatnya dan manfaat proyek/produk tersebut.

@rizkamamalia

27 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Praktik Baik Pembelajaran

Iwan Ardhie PriyanaKGB Bandung KabupatenSMPN 1 Nagreg Kab. Bandung

pen

ulis

[email protected]

Belajar di Rumah Belajar dalam Kehidupan

Belajar di rumah sebagai pengganti kata libur sering diucapkan guru. Namun, guru dan murid sendiri sudah cukup mafhum, “belajar di rumah” hanya basa-basi. Di rumah, jarang murid yang benar-benar belajar. Guru pun tak pernah memonitor apakah murid memang belajar atau melakukan aktivitas lain. Selesai melaksanakan libur, tak ada tagihan guru, atau setidaknya guru bertanya, “Apa yang kalian pelajari selama libur?”.

Lalu apa jadinya jika muncul kebijakan libur untuk belajar di rumah? Jawabannya, sekolah, murid , bahkan termasuk pemerintah sendiri yang mengeluarkan kebijakan tersebut, tampak bingung dan gagap. Dampaknya ada semacam kepanikan yang dirasakan oleh guru dan murid. Ketidaksiapan, sekolah dan guru saat ada kebijakan pemerintah untuk meliburkan dan menggantikannya dengan kebijakan belajar di rumah; tampak dari keluhan guru, maupun murid, saat banyaknya tugas yang menumpuk, dan kebingungan guru untuk belajar dengan cara apa dan bagaimana.

Saya membayangkan, bagaimana jika murid benar-benar diliburkan untuk mencegah penyebaran virus corona makin merajalela. Lalu, timbullah ide membuat model pembelajaran. Jika libur, tentu banyak waktu yang tersedia bagi murid dan tentu perlu disiapkan skenario pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi anak, maupun kondisi lingkungannya.Benar saja, akhirnya Kemendikbud meliburkan seluruh murid, termasuk menunda pelaksanaan ujian sekolah yang sedianya diselenggarakan bulan Maret. Sebagai pengganti libur, murid belajar dengan sistem pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Seperti yang sudah saya katakan di awal tulisan ini, ketidaksiapan dan kegagapan dirasakan oleh sekolah, dampaknya pada anak.

Sistem pembelajaran jarak jauh tentu tidak mudah, diperlukan kesiapan mental guru , dan terutama murid, Di samping itu banyak guru yang bingung bagaimana menata model pembelajaran dari tatap muka ke tatap layar. Dalam pembelajaran jarak jauh diperlukan kemandirian murid,

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona28

sementara guru perlu merancang materi dan model yang sesuai , sehingga pembelajaran dalam model ini menyenangkan, baik bagi murid ,maupun untuk orang tua.Persiapan yang sebelumnya pernah saya rancang sebelum kebijakan libur itu benar-benar terealisasi, akhirnya diterapkan, dengan melakukan penyesuaian yang diperlukan. Ide untuk merancang strategi dan konten pembelajaran saya peroleh dari Kampus Guru Cikal melalui Program Sekolah Melawan Corona (SLC) juga berbagai konten yang Terdapat dalam “Sekolahmu” , dan juga melalui TPS (Temu Pendidik Spesial) yang dilaksanakan setiap minggu melalui telegram. Tema ini “Belajar dalam Kehidupan “ ini pun dijadikan materi Temu Pendidik Spesial. Saya menamai model pembelajaran yang saya laksanakan dengan nama “Belajar dalam Kehidupan”. Belajar dalam kehidupan ini, bermaksud mengembalikan pendidikan dalam lingkungan keluarga. Pendidikan terbaik adalah pendidikan dalam keluarga. Terkait dengan pendidikan keluarga, maka aktivitas yang dilaksanakan para murid adalah aktivitas rutin sehari-hari para. Ada beberapa aktivitas belajar yang dilaksanakan dalam keluarga, yakni mengepel, mencuci pakaian, mencuci piring, maupun pekerjaan rumahnya.

Lalu, dimanakah letak proses pembelajaran dalam situasi ini ? Bagaimana pula dengan ketercapaian kurikulum ? Proses pembelajaran yang terjadi dalam lingkungan rumah adalah, menempatkan ayah atau ibu sebagai guru dan narasumber. Saat melaksanakan pekerjaan rumah itu, para murid sedang belajar “kecakapan hidup” sebuah keterampilan yang harus mereka miliki sebagai bekal menuju kemandirian. Ayah atau ibunya akan mengajari mereka bagaimana mencuci pakaian, memasak, dan mengepel, tugas-tugas sepele yang tak pernah di mereka peroleh di bangku sekolah.

Lewat pekerjaan rumah itu, ada keuntungan yang bisa diperoleh ,baik oleh murid maupun orang tua. Bagi orang tua, bantuan anak dapat meringankan beban pekerjaan harian yang menumpuk. Bagi murid, terutama yang belum terbiasa dengan pekerjaan sehari-hari, tentu merupakan sebuah pengalaman baru. Penguasaan keterampilan seperti ini membantu murid untuk tidak jadi generasi home service.

Generasi home service adalah anak-anak yang sangat bergantung pada orang tua atau

pembantu Anak-anak home service adalah anak-anak yang menuntut untuk dilayani untuk berbagai keperluan sehari-hari. Generasi seperti ini tumbuh karena terhapusnya pendidikan dalam keluarga.

Bagaimana melihat keterkaitan pembelajaran ini dengan kurikulum ? Khususnya dengan pembelajaran Bahasa Indonesia ? pembelajaran bahasa Indonesia menjadikan teks sebagai bahan pembelajaran. Ada berbagai jenis teks yang terdapat dalam kurikulum, seperti teks narasi, teks persuasi, teks prosedur dan teks laporan. Aktivitas murid dalam pendidikan keluarga itu kemudian oleh murid dituliskan berbagai teks yang sudah dipelajari. Sehingga jelas terdapat keterkaitan antara kurikulum pembelajaran dengan aktivitas mereka selama libur.Saya menyusun rancangan pembelajaran dengan urutan sebagai berikut :

Hari PertamaMencuci baju sendiri dilanjutkan dengan membuat karangan dalam bentuk teks prosedur dan narasi, dilanjutkan membuat refleksi.Hari keduamurid menonton video social distance.Memahami tujuan belajar di rumah sebagai upaya menangkal penyebaran virus korona. Membuat teks persuasi terkait pentingnya melakukan gerakan untuk penyelamatan.Hari ketigaBelajar Pentingnya kebersihan lingkungan rumah.Melakukan kegiatan membersihkan lingkungan rumah, mengepel, membuang sampah, dan menyapu. murid menulis teks persuasi pengalaman melakukan kebersihan dan mengajak menjaga kebersihan lingkungan sekitar.Hari keempatBelajar berempati.murid bercengkrama dengan ayah dan ibu. murid menempatkan ayah atau ibunya yang bekerja mencari nafkah. Ayah atau Ibu sebagai narasumber menceritakan jenis pekerjaan dan bagaimana suka duka bekerja. murid menuliskan cerita ayah atau ibu dalam bentuk laporan atau narasi. murid mengajak untuk menghormati dan menghargai ayah atau ibunya yang bekerja.Hari kelima Belajar memasakmurid bekerja bersama ibunya untuk.memasak masakan yang akan disajikan untuk makan keluarga. murid belajar salah satu jenis

29 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

masakan dan menceritakan pengalaman tersebut dalam karangan.Hari keenamMenulis refleksiSetelah melaksanakan berbagai kegiatan selama libur. murid membuat refleksi dengan mengacu pada pertanyaan pemandu.Pengalaman baru apa yang kamu alami selama belajar di rumah?Pengalaman apa yang paling menarik selama di rumah.Apa bedanya belajar di rumah sendiri dan belajar dengan guru di sekolah?Bagaimana rasanya bisa membantu ibu di rumah?

Untuk menjelaskan tugas tersebut dilakukan dalam bentuk pembelajaran jarak jauh maupun secara daring. Dari sejak awal sebelum tugas ini diberikan ,diperoleh informasi tentang akses murid terhadap internet atau aplikasi. Diantaranya, ada sebagian kecil murid yang tidak memiliki HP, ada juga murid yang memiliki keterbatasan kuota. Untuk pembelajaran diatur dan direncanakan pada hari –hari tertentu. Saat pembelajaran daring dilakukan secara efisien, hanya tanya jawab serta diskusi seputar kesulitan murid dalam mengerjakan tugas. murid yang tidak memiliki HP dapat berkomunikasi dengan teman terdekatnya untuk mengetahui tugasnya. Tugas itu sendiri, diberikan pada awal daring untuk seluruh murid.

Tugas murid ditulis dalam buku projek. Setiap murid sudah memiliki buku projek. Buku yang berisi tugas mereka yang telah dikerjakan. Sebagian murid yang memiliki HP dapat mengupload tugasnya maupun aktivitas sesuai dengan tugas yang telah diberikan.Semua tugas menuntut keterlibatan orang tua. Salah satu keterlibatannya adalah orang tua menuliskan komentar di buku murid. Komentar itu berfungsi bagi guru memperoleh umpan balik dari orang tua.

Dampak positif dari pembelajaran ini saya terima lewat komentar yang ditulis orang tua lewat buku tugas murid, ada yang dititip anaknya lewat chat di WA. “ Saya sebagai orng tua merasa senang, karena dengan adanya tugas ini bisa meningkatkan rasa tanggung jawab anak dan mengembangkan kreativitas anak” itu salah satu contohnya. Dari beberapa komentar dapat ditarik kesimpulan. Intinya orang tua senang dengan tugas ini karena terbantu. Para murid sendiri saat ditanya komentarnya tentang ini mengatakan mereka senang dan tak terbebani

Murid melakukan pekerjaan rumah

Murid melakukan pekerjaan rumah.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona30

31 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Praktik Baik Pembelajaran

Devy Mariyatul YstykomahKGB KediriSMK PGRI Kediri dan Sekolah LISA

pen

ulis

[email protected]

Belajar Jarak Jauh Gara-Gara Korona, Siapa Takut?

Covid-19 atau wabah korona membuat murid harus belajar di rumah. Ada yang merasa tergagap-gagap, ada pula yang biasa saja. Jangankan murid, begitu pun dengan gurunya. Mengingat sentuhan teknologi, harus digunakan, lebih dari biasanya.

pembelajaran yang tepat mesti dilakukan. Tak hanya untuk membuat anak mengerti, tetapi juga memastikan mereka tidak bosan. Tentu bagi sebagian besar murid dan guru, pembelajaran jarak jauh adalah hal yang baru. Semuanya masih beradaptasi dan belajar.

Di tempat saya mengajar di pagi hari, membiasakan pembelajaran jarak jauh adalah hal yang mudah. Murid SMK cenderung lebih tanggap dan mawas terhadap teknologi. Apalagi di SMK tempat saya mengajar, mereka sudah terbiasa melakukan pembelajaran dalam jaringan (daring/online). Setiap hari.

Berbeda halnya di tempat saya menjadi tutor bimbingan belajar, sore hari. Saya mengajar anak kelas 5 SD dari berbagai sekolah. Karakteristik dan kemampuan mereka berbeda-beda.

Ada yang terbiasa menggunakan berbagai aplikasi di telepon seluler (ponsel). Ada yang belum. Ada yang rumahnya beraliran sinyal cepat alias 4G. Ada pula yang sulit sinyal atau istilah Jawanya, ‘mendrip-mendrip’. Sulit? Mungkin iya. Tetapi untuk mengerti hal yang baru memang sudah sepatutnya dicoba. Memang tidak ada yang mudah, tapi tidak ada yang tidak mungkin, bukan?

Dengan segala keterbatasan dan kendala yang ada, saya berupaya agar pembelajaran jarak jauh harus membuat anak tetap merasa dekat dengan saya. Baik secara komunikasi maupun konten belajarnya. Tidak membebani atau malah memberatkan mereka. Melainkan membuat mereka memahami tema yang sedang dipelajari.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona32

Dalam proses pembelajaran jarak jauh ini, saya menawarkan kesepakatan. Yaitu, bukan lagi belajar teori. Melainkan langsung praktik yang melibatkan saya, murid, dan orangtua.

Untuk menunjang itu, saya memiliki dua grup whatsapp (WA) untuk berkomunikasi. Pertama, grup WA saya bersama orangtua dan yang kedua, grup WA saya dengan murid. Dari dua grup inilah saya berkomunikasi dengan murid dan orangtua.

Seperti yang saya pelajari di Temu Pendidik Spesial (TPS) Komunitas Guru Belajar tanggal 18 Maret 2020. Dalam diskusi melalui grup telegram berjudul “Murid Belajar di Rumah, Bagaimana Guru Memandu Murid Belajar Jarak Jauh?” dengan narasumber bu Alfi Lailatin dan bu Dina Irdhina, saya memahami bagaimana saya sebagai guru harus menjadi teman belajar yang baik. Guru harus adaptif dan mengerti kondisi yang ada. Sehingga komunikasi yang baik dengan orangtua dan murid sangat diperlukan. Dalam hal ini, saya menggunakan dua grup WA ini sebagai sarana.

Di grup orangtua, kami membahas kesiapan mereka dalam proyek ini. Sedangkan di grup murid, kami membahas tentang rencana pelaksanaan serta apa saja referensi yang dibutuhkan.

Saya menyadari untuk murid kelas 5 SD, tentu

masih perlu dukungan dan pendampingan orangtua. Makanya, saya sangat terbantu dengan orangtua yang peduli dan aktif dalam membersamai pembelajaran anaknya. Terutama dalam kondisi seperti sekarang.

Apalagi, tema tentang Covid-19 bukan hanya materi untuk murid. Namun bisa digunakan untuk pendidikan keluarga. Mengingat virus ini sendiri memang masih benar-benar baru dan belum banyak diketahui, baik proses penularan maupun vaksinnya.

Karena itu, dalam grup WA orangtua, selain membahas praktik ini, kami juga aktif berbagi. Termasuk berdiskusi tentang keadaan daerah masing-masing.

Seperti anjuran dalam Panduan pembelajaran Jarak Jauh #SekolahLawanKorona yang bisa diunduh di tautan https://bit.ly/PanduanSLC5M, pengumpulan informasi tentang kesiapan orangtua merupakan salah satu prioritas. Karena jangan sampai pembelajaran yang kita lakukan justru menyulitkan. Semua harus didasarkan kondisi di lingkungan setempat.

Informasi ini sangat bermanfaat. Saya menggunakannya untuk menjabarkan kondisi di sekitar rumah mereka. Mulai dari keadaan rumahnya, jauh dekatnya dengan apotek, hingga bagaimana kesiapan mereka melakukan praktik pembelajaran jarak jauh.

‘‘“Dengan segala keterbatasan dan kendala yang ada, saya berupaya agar pembelajaran jarak jauh harus membuat anak tetap merasa dekat dengan saya.”Devy Mariyatul Ystykomah

33 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Dari percakapan itu, persiapan untuk pembelajaran esok hari sudah kami diskusikan. Sehingga saat saya memberi penugasan ke murid, sebenarnya orangtuanya sudah tahu dan siaga jika diminta bantuan oleh anaknya.Seperti yang saya pelajari di Temu Pendidik Spesial (TPS) Komunitas Guru Belajar tanggal 18 Maret 2020. Dalam diskusi melalui grup telegram berjudul “Murid Belajar di Rumah, Bagaimana Guru Memandu Murid Belajar Jarak Jauh?” dengan narasumber bu Alfi Lailatin dan bu Dina Irdhina, saya memahami bagaimana saya sebagai guru harus menjadi teman belajar yang baik. Guru harus adaptif dan mengerti kondisi sulit saat ini. Sehingga komunikasi yang baik dengan orangtua dan murid sangat diperlukan.

Sementara di grup WA murid, pada awal pembelajaran, saya mengajak anak-anak berdiskusi tentang ‘apa itu korona?’. Dari sana, mereka berupaya memberi jawaban dengan referensi yang mereka punya. Mayoritas dari proses googling.

‘Cengkling’…satu per satu jawaban dari mereka saya terima di WA. Tak hanya menjawab singkat, dari pertanyaan tersebut mereka malah punya banyak imajinasi tentang apa yang harus dipraktikkan. Salah satunya terkait cara pencegahan agar tidak tertular korona.

Saya membaca dengan sangat bersemangat dan memberi umpan balik cepat. Mereka juga mengetik jawaban dan membalas dengan sangat giat. Diskusi terasa gayeng dan penuh makna. Padahal kami tak seperti biasanya di kelas, tetapi sedang berjauhan. Saya di rumah. Mereka pun di rumah.

Dalam diskusi itu, saya juga mengirimkan komik karya Watiek Ideo yang saya screenshoot dari postingan instagram-nya @watiekideo. Anak-anak antusias. Mereka membaca 10 halaman komik, lalu membuat kesimpulan. Dari komik pendek itu mereka tahu cara menjaga diri dan orang sekitarnya agar tidak terpapar virus korona. Tambah lagi referensi mereka.Dan hasilnya, akhirnya anak-anak dan saya memutuskan praktik pembelajaran jarak jauh ini dimulai dengan pencegahan penularan Covid-19. Saya pun memberi dua pilihan proyek untuk dikerjakan bersama orangtua. Pilihan pertama, murid membuat karya video yang berisi cara mencuci tangan yang benar. Sebelum membuat karya ini, murid atau anak dibolehkan mencari data atau referensi. Dari sanalah mereka merumuskan cara yang akan digunakan. Sedangkan orang tuanya bertugas merekam dan mengirimkan videonya ke saya. Sementara pilihan kedua adalah video tentang cara membuat hand sanitizer. Prosesnya pun sama.Saya sengaja memberi dua opsi praktik, yakni tentang

Aktivitas murid di rumah.

Aktivitas murid di rumah.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona34

cara mencuci tangan dan membuat hand sanitizer, karena sejumlah pertimbangan. Tidak semua rumah murid dekat dengan apotek. Begitu pun dengan fakta bahwa dengan merebaknya korona, bahan-bahan untuk membuat hand sanitizer seperti alkohol cukup sulit didapatkan. Jadi opsi membuat hand sanitizer hanya untuk mereka yang siap saja. Sementara yang kesulitan mencari bahan bisa membuat video tentang mencuci tangan. Dengan kedua pilihan tersebut murid dapat memberikan hasil tutorial dalam bentuk video yang akan dibagikan ke saya dan whatsapp stories. Karya video inilah yang akan digunakan untuk berbagi dan mengedukasi yang lainnya.

Di luar ekspektasi saya, dengan kolaborasi yang baik, ternyata ada murid yang ingin lebih bermakna untuk sekitarnya. Ia tahu bahwa hand sanitizer langka. Makanya, bukan hanya menyelesaikan tugasnya, dia juga membuat hand sanitizer dalam jumlah banyak untuk dibagikan ke tetangga sekitar komplek rumahnya.

Sementara yang lain, ada juga yang selalu mengingatkan orang tuanya soal kebersihan dan kewaspadaan untuk mencegah penularan korona. Di antaranya untuk selalu mencuci tangan dan membuka pintu dengan siku.

Meski namanya anak-anak, saya pun mendapat cerita lucu. Ada orangtua yang berbagi bahwa anaknya mengaku kesulitan mengunci pintu. Karena seperti praktik membuka pintu, si anak berusaha mengunci pintu dengan sikunya. “Buk…Buk, gimana ini ngunci pintunya kalau pakai siku? Nggak bisa-bisa,” keluh si anak dengan wajah serius seperti yang diceritakan ibunya. Sang ibu pun tertawa mendengarnya sambil memberi pemahaman bahwa tidak semua aktivitas harus pakai siku. Yang penting, sang ibu memberi nasihat, bahwa setelah beraktivitas maka mencuci tanganlah dengan benar.

Bukan hanya itu soal ‘siku’ itu, ada pula cerita dari salah satu ibu yang merasa dag-dig-dug karena anaknya gagal mengucap kalimat yang tepat saat mempraktekkan cara membuat hand sanitizer. Akibatnya, perekaman video harus diulang dari awal sampai 4 kali.

Bukan karena capek merekam, masalahnya sang ibu merasa khawatir dengan ketersediaan bahan bakunya. “Takut alkoholnya habis,“ curhat sang ibu ke saya. Namun dari cerita si ibu pula, saya tahu bahwa anak tersebut ternyata

juga melakukan refleksi dengan tepat. “Berarti aku harus lebih hati-hati dan alhamdulillah ya bu, stok hand sanitizer kita jadi banyak.” Mendapat reaksi itu, sang ibu berkata ia jadi terharu. Ternyata dari praktik membuat hand sanitizer saja, si anak bisa mengambil hikmah dari kegagalan yang dia lakukan sendiri. Saya terharu.

Dalam proses pembelajaran jarak jauh ini, saya pun bisa mengambil kesimpulan bahwa belajar memang tak mengenal tempat dan waktu. Anak-anak tetap bisa belajar di rumah dengan baik walau tak lagi bertatap muka langsung. Bahwa mereka atau kita harus sedikit kesulitan menyesuaikan diri dalam prosesnya, tentu saja. Tetapi banyak cara agar pembelajaran tetap bisa dilaksanakan.

Dengan maraknya Covid-19, langkah antisipatif, yakni dengan ‘meliburkan’ murid akhirnya memang jadi pilihan kebijakan. Tapi apakah murid harus berhenti belajar karena mereka tak lagi berada di sekolah? Tentu tidak. Gerakan untuk terus menggaungkan semangat belajar, bukan hanya bisa terdengar di sekolah. Di tempat les, di jalanan, di mal, di rumah, bahkan di ponsel-ponsel kita, semangat itu bisa kita tularkan selalu. Salam Merdeka Belajar!

*Sebagai dokumentasi, saya menyimpan video anak-anak ini dalam kompilasi di Youtube Channel http://bit.ly/videoDevy

35 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona36

Praktik Baik Pembelajaranp

enu

lis

[email protected]

PENYESUAIAN DIRIDI TENGAH PANDEMI

Ketika Pemerintah Kota Surakarta mengumumkan kebijakan untuk meliburkan murid-murid dari tanggal 16 Maret 2020 hingga 28 Maret 2020, timbul kepanikan orang tua murid dan murid-murid. Menghadapi situasi

ini, WhatsApp grup yang biasanya berisi candaan dengan laporan kegiatan murid di sekolah berubah menjadi curhatan penuh ketakutan.Kepanikan pertama yang mereka alami adalah membujuk murid untuk tetap di dalam rumah, belajar di rumah, bermain di rumah, dan beribadah di rumah. Apalagi orang tua memiliki kebiasaan liburan di luar kota. Jika ada waktu luang setelah pulang sekolah, mereka biasa pergi ke supermarket untuk sekedar belanja maupun bermain.

Kepanikan kedua adalah mengajar buah hati di rumah dengan segala kerepotan menyiapkan perlengkapan sekolah. Tentu tidak mudah menyiapkan kegiatan seperti kegiatan di sekolah ketika bahan-bahan pembelajaran sulit didapat di dalam rumah. Apalagi orang tua bukan guru yang bisa memberikan penjelasan seperti guru. Bahkan mengajak murid melakukan sesuatu juga tidaklah mudah.

Kepanikan ketiga adalah mendampingi murid ketika orang tua juga harus bekerja di rumah. Untuk murid usia 3-4 tahun pasti ingin tahu apa yang dilakukan orang tua. Ketika orang tua mengerjakan pekerjaan kantor, atau orang tua yang harus mengurusi dagangannya dari rumah, maka murid-murid akan bertanya dan mengganggu orang tuanya.

Kepanikan keempat adalah kebutuhan yang melonjak dan sulitnya mencari barang-barang yang dibutuhkan saat pandemi. Resah, gelisah, panik dan harus berjibaku dengan berita yang simpang siur. Itulah yang membuat orang tua panik.

Setelah saya membaca Panduan pembelajaran Jarak Jauh dan mengikuti diskusi online di grup telegram #SekolahLawanCorona, saya banyak belajar tentang bagaimana memahami relasi positif guru, murid dan orang tua. Bagaimana meramu pembelajaran jarak jauh yang menyenangkan dan saling memahami kondisi murid maupun orang tuanya.

KristijoriniKGB SurakartaTK Kr. Widya Wacana Pasar Legi

37 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Jadwal kegiatan belajar yang sudah saya bagikan sejak hari Jumat, saya ubah. Tidak mungkin saya memaksakan kegiatan belajar di sekolah dilakukan di rumah. Orang tua bukan guru. Maka saya menyesuaikan kegiatan di rumah yang menyenangkan, yang ringan namun tetap bermakna. Tentu saja kegiatan ini didiskusikan juga dengan orang tua dan murid-murid.

Hari pertama, saya lebih fokus pada tujuan murid belajar di rumah. Kebetulan video tentang covid-19 sudah banyak beredar. Saya tinggal memilih video yang mudah dipahami oleh murid usia 3-4 tahun melalui whatsApp grup. Murid-murid tetap melakukan kegiatan berdoa, berjemur dengan olahraga ringan, makan bergizi, bermain di rumah, membantu orang tua serta latihan cuci tangan yang benar. Kegiatan ini di foto ataupun di video oleh orang tua sebagai bagian dari kegiatan belajar di rumah.

Hari kedua, kami sepakat untuk melakukan hal yang sama. Saya bagikan juga gambar virus corona. Murid-murid boleh menggambar ataupun membentuk sesuai imajinasi murid. Sengaja saya tidak memaksa murid melakukan kegiatan yang sudah kami rancang ini. Jika mereka melakukan hal yang lain, saya memberi mereka pujian yang sama dengan teman yang melakukan kegiatan sesuai kesepakatan. Setiap kali kegiatan murid-murid di rumah dibagikan dalam grup, kami saling menanggapi dengan gembira.

Hari-hari selanjutnya selama satu minggu itu kami lakukan dengan kegiatan yang mudah menyenangkan dan tidak memberatkan orang tua. Sebab orang tua dan murid-murid sedang menyesuaikan diri dengan situasi yang tidak mudah. Murid mulai nyaman dan orang tua

mulai dapat ceria kembali. Murid dan orang tua dapat bercanda dalam grup seperti biasa lagi. Tidak tampak kecemasan yang berarti meski ada orang tua atau murid yang sakit, namun kami jadi saling menguatkan satu dengan lainnya.

Minggu berikutnya saya dan orang tua mencoba melakukan pembelajaran dengan menggunakan video call. Belajar bersama melalui video call. Ternyata kegiatan tidak berjalan seperti yang kami harapkan. Mereka rindu dengan teman-temannya. Hal ini membuat mereka menangis bersamaan. Alhasil, gagal sudah belajar menggunakan video call.

“Mau ketemu Sae!” Khafka menangis berguling-guling di kasurnya.“Mau tiup lilin sama Sae dan memberi hadiah pada Sae!” Aldrik juga langsung menangis histeris.“Ayo ke sekolah main sama teman-teman!” Oim merengek pada mamanya yang sedang sakit kepala.Dan saya juga rindu dengan murid-murid serta orang tuanya.

Terpaksa kami memulai dari awal lagi dengan kegiatan yang menyenangkan seperti minggu lalu namun saya menambahkan video atau gambar yang sesuai tema. Tugas untuk berdoa, berjemur, makan bergizi, bermain dan membantu orang tua adalah kegiatan yang selalu dilakukan setiap hari. Kegiatan yang sesuai tema hanya saya berikan satu saja. Misalkan tema api, murid-murid mengamati api. Orang tua tinggal memfotonya dan dikirimkan dalam grup. Menariknya, murid-murid dan orang tua punya cara sendiri untuk memahami tentang api.

‘‘“Maka saya menyesuaikan kegiatan di rumah yang menyenangkan, yang ringan namun tetap bermakna.”Kristijorini

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona38

Ada orang tua yang menggambar api lalu murid bercerita tentang api. Bahkan ada murid yang membuat puisi tentang api. Ada yang menyanyi tentang api karya mereka sendiri dan ada yang meniup lilin yang menyala.

Akhirnya, saya melihat orang tua bekerja sama dalam belajar tanpa kehadiran saya dalam bentuk video call lagi. Rupanya mereka takut jika pembelajaran menggunakan aplikasi video call, zoom, meet atau yang lain, mampu membuat murid-murid rindu sekolah lagi. Kami harus memulai dari awal untuk mengatur perasaan murid-murid. Kekhawatiran saya pada kemampuan orang tua dalam mengajar murid-murid di rumah sudah tidak perlu lagi. Mereka bekerjasama dengan sangat baik. Mereka telah menjadi tim yang hebat. Saya tinggal menyemangati, memberi tugas yang menyenangkan, mendukung dari rumah.

Jika ada kesulitan, orang tua tinggal menghubungi saya dan menceritakan keluh kesah mereka. Kami akan mendiskusikannya bersama untuk mencari solusi yang terbaik. Dalam situasi ini tentu tidak mudah bagi murid-murid dan orang tua. Tetapi saya percaya kepada mereka. Mereka adalah murid dan orang tua yang tangguh. Pasti mampu melewati kondisi ini dengan baik. Dengan berdoa dan berusaha bersama, pasti bisa. Terbukti bahwa dua minggu ini sudah mampu dilewati dengan baik. Tidak perlu menggunakan kegiatan yang memberatkan orang tua dan murid. Sebab sejatinya, orang tua tahu cara mengajar yang asyik untuk muridnya asal guru mampu memahami mereka. Guru mampu memberikan stimulus yang tepat sesuai kondisi murid dan orang tua.

Aktivitas murid di rumah.

Aktivitas murid di rumah.

39 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona40

Praktik Baik Pembelajaran

Maryati HulalataKGB DepokLazuardi GCS

pen

ulis

[email protected]

Puisi untukPlanet Bumi

“Listen to my voiceAnd take a moment to sit back and relax…..Once you feel completely relaxedStart to bring yourself to one of your favourite peaceful, beautiful places”

Dua minggu lalu saya masih asik membawa anak-anak bermeditasi di kelas, menyelami perasaan mereka dan menikmati tempat indah di bumi dalam imajinasi mereka. Ya, saya berniat mengajak mereka mengeksplor puisi dari aspek kekuatannya dalam mempengaruhi audiens melalui eksplorasi rasa dan emosi. Seberapa kuat sebuah puisi dalam memberikan pengaruh sangat bergantung dari keterlibatan rasa dan seberapa dalam kita memaknainya. Itu yang menjadi target utama pembelajaran ini, yakni bagaimana membuat sebuah puisi yang mampu menjadi pengingat salah satu isu terberat bumi, krisis perubahan iklim.

Namun, tiba-tiba datanglah pengumuman yang menyayat hati. Sekolah akan ditutup sementara waktu disusul oleh pengumuman WHO tentang global pandemik Covid-19, dan kami semua, warga sekolah, harus rela berpisah sementara waktu dan hanya bertemu melalui jaringan internet.

Semua rencana belajar di kelas sudah pasti berantakan. Mengunjungi daerah sekitar, diskusi tatap muka di kelas, dan banyak aktivitas yang sudah dirancang terancam gagal. Pihak sekolah meminta para guru untuk mendesain materi yang sekiranya bisa dilaksanakan dengan sistem jarak jauh dan sejujurnya saya saat itu bingung sekali, karena bagi saya, pembelajaran puisi dan aspek kekuatannya yang ingin saya gali, agak riskan jika dibawakan hanya via jaringan, tanpa bertatap muka

41 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

secara langsung. Saya hampir menyerah, dan berencana mengubah haluan metode belajar saya. Saat itu pikiran saya, pokoknya asik dulu, tidak memberatkan anak dan sekiranya memungkinkan untuk dilakukan. Dalam relung hati tidak puas, tapi mesti gimana lagi? Ini kan situasi genting.

Malamnya saya tetap saja gelisah, ditambah dengan berita-berita seliweran tentang penyebaran virus yang kian masif. Semua media memberitakan jumlah korban dan juga ekonomi yang semakin terancam. Di antara berita yang berseliweran, saya tonton lagi video puisi yang sempat saya bahas di kelas bersama anak-anak; ‘dear matafele peinem’, puisi ini dibacakan saat UN Climate Change Summit 2014 silam. Saya lalu lanjutkan dengan menonton sebuah film dokumenter tentang sejarah bumi, dan berita terkait perubahan iklim yang awalnya menjadi tema besar saya di proyek puisi ini. Saya terus mencari inspirasi. Hingga ‘aha’ moment itu muncul ketika saya teringat sebuah film box office berkisah tentang global pandemik di tahun 2011. Saya ingat pernah menonton film tersebut bertahun-tahun lalu. Khas film Hollywood, bertabur A-list aktor dan bumbu drama yang semakin membuat tegang, tapi bukan itu yang menjadi perhatian saya. Bagian ending-nyalah yang menjadi poin dari keseluruhan film tersebut, dimana tampak sebuah traktor perusahaan memotong pepohonan di sebuah hutan yang membuat populasi kelelawar bermigrasi mencari tempat baru. Kelelawar

tersebut pindah mendekat ke pemukiman manusia, dan akhirnya bersarang di atas sebuah peternakan. Di sanalah, hewan peternakan yang terinfeksi, kemudian menjangkiti manusia dan menyebabkan global pandemik. Saya melanjutkan mencari beberapa video pendukung, dan menemukan video wawancara Sonia Shah, seorang jurnalis dan aktivis perubahan iklim. Beliau menyatakan bahwa aktivitas manusia yang menghancurkan alam liar membuat beberapa populasi binatang berbahaya mendekati kehidupan manusia. Semua informasi ini dengan semangat saya serap dan menguatkan tekad saya untuk melanjutkan proyek puisi untuk planet ini meski harus melakukannya via pembelajaran jarak jauh.

Lalu? Bagaimana pada prakteknya?

Beruntungnya saya karena saya bergabung dengan Komunitas Guru Belajar Depok dan ikutan gerakan Sekolah Lawan Corona (SLC). Di komunitas tersebut, kami para guru diingatkan untuk mengikuti Panduan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Dari panduan tersebut, lahirlah pembelajaran asik namun penuh makna bersama anak-anak. Mengumpulkan ide, mendesain, dan mencari keterkaitan, itu inti dari perencanaan PJJ yang saya lakukan. Dalam panduan PJJ Sekolah Lawan Corona, yang pertama adalah bagaimana memanusiakan hubungan antara saya, murid dan orang tua meski terpisahkan oleh jarak. Dalam banyak aktivitas kami, saya selalu meminta

‘‘“Mengunjungi daerah sekitar, diskusi tatap muka di kelas, dan banyak aktivitas yang sudah dirancang terancam gagal.”Maryati Hulalata

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona42

anak-anak berdiskusi dengan orang tua dan meminta pendapat mereka, sehingga orang tua dilibatkan sepanjang proses belajar. Selanjutnya, saya memfokuskan pembelajaran dengan penanaman konsep dan membangun keberlanjutan dengan masukan-masukan sepanjang proses pembelajaran juga asesmen yang otentik dan terukur.

Di hari pertama PJJ, melalui video conference, saya berikan anak-anak trailer film tersebut.

“Wow, that looks real to me, Ms. Speaking of the situation today.”“So scary, how come it can be so true at the moment”

Kurang lebih, itu tanggapan mereka ketika saya minta mereka menyampaikan apa yang mereka lihat dan rasakan. Lalu, saya berikan cuplikan ‘endingnya’, memberikan efek pause di beberapa bagian, dan membiarkan anak-anak mencerna apa yang mereka tonton. Setelah selesai, saya minta mereka menceritakan apa yang mereka lihat.

“Is that the company cutting the trees and the bats gone?”

Seorang murid menuliskan di kolom grup chat.

Saya merespon: “Yes, they are gone. Anyone knows why and where they went?”

“To a farm. And infected a pig, then to human” Seorang murid menuliskan.

Dilanjutkan oleh murid yang lain: “So, Ms, this isn’t only about washing hands. This is about people destroying nature”

Diskusi mulai memanas. Saya biarkan perasaan mereka semakin muncul ke permukaan. Dan perasaan inilah yang nantinya akan menimbulkan empati dan menciptakan kekuatan dalam puisinya. Saya lanjutkan lagi dengan menunjukan mereka perubahan beberapa daerah di bumi dalam rentang waktu tertentu menggunakan aplikasi Google Earth Engine.

“This was Ancol beach back in 1984 and here was the satellite image of Ancol beach in 2018”

Saya menunjukan pada mereka, tempat favorit saya di Jakarta dan bagaimana tempat tersebut telah banyak kehilangan lahan hijau dan keasriannya. Kami melanjutkan virtual field trip kami ke beberapa wilayah di dunia, dan di sana anak-anak tidak henti-hentinya berdecak kesal campur sedih melihat betapa hancurnya muka bumi Indonesia akibat ulah destruktif manusia. Sebagai penutup, saya berikan mereka cuplikan video Sonia Shah yang bicara tentang pandemik dan saving the wildlife, juga video Greta Thunberg, seorang aktivis climate change yang masih remaja dan juga dikenal anak-anak. Di video tersebut, Greta Thunberg bicara tentang

Sekilas tampilan materi diskusi Murid kelas 7 mengeksplor Google Earth

43 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

bagaimana ekonomi dan politik menjadi ganjalan besar dalam usaha penyelamatan Bumi.

Di tengah rasa sedih, kesal dan amarah, saya minta mereka menuangkan perasaan mereka dengan menggunakan strategi Visible Thinking; What Makes You Say That. Kumpulan isi pikiran anak-anak ini memberikan saya gambaran jelas, juga motivasi tersendiri, bahwa proyek Puisi untuk Planet akan tetap bisa terealisasi meski pembelajaran tidak dilaksanakan di ruang kelas yang sebenarnya. Proses penanaman konsep di PJJ pertama berakhir dengan perasaan bahagia saya yang membuncah.

Di pertemuan kedua, saya membahas hal teknis kebahasaan, seperti poetic devices, ranking of adjectives, dan lain-lain. Sebelumnya, di awal saya minta mereka mengingat kembali mengapa mereka akan menulis puisi.

“Poem is a powerful way to touch people’s feeling through beautiful words”

Jawab salah seorang anak, yang diberi ‘thumbs up’ oleh teman-temannya. Saya kemudian bertanya lagi, how to dive into writing. Jawaban yang timbul beragam tapi saling berkaitan. Ada beberapa anak menjawab kira-kira seperti ini;

“We need the knowledge to write it, like a structure of how to do it.”

Disinilah gerbang saya menuju pembahasan materi kebahasaan. Melibatkan aplikasi seru seperti quizizz dan mengevaluasi pemahaman melalui worksheet online di platform belajar; Google Classroom. Karena proses penanaman konsep sudah dilakukan di awal, anak-anak tidak melihat aspek kebahasaan sebagai bagian terpisah dari kehidupan mereka, malahan, mereka melihat manfaatnya belajar teori dimana mereka akan segera mempraktekannya segera saat menulis puisi nanti.

Di pertemuan berikutnya, saya mulai meminta anak-anak untuk memilih tantangan yang akan mereka lakukan dan memberdayakan konteks permasalah krisis perubahan iklim ini sebagai motivasi intrinsik dalam diri anak-anak. Lalu, bagaimana cara mengawalinya? saya ajak mereka jalan-jalan lagi, sudah pasti pakai field trip virtualnya Google Earth. Anak-anak diminta memilih tempat favorit mereka lalu bergantian menjelajah tempat tersebut. Tidak harus yang

Murid membagi isi pikirannya menggunakan strategi Visible Thinking: What Makes You Say That

Keseruan mengerjakan latihan soal di aplikasi Quizizz

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona44

sudah dikunjungi, dan tidak harus yang ada di luar negeri. Saya mencontohkan tempat favorit saya adalah Pantai Ancol. Ketika mereka sudah puas bertualang melalui Google Earth dan Street View, saya minta mereka untuk mulai merangkai puisinya sesuai dengan perasaan dan kepedulian mereka terhadap tempat tersebut dari ancaman perubahan iklim yang semakin tampak nyata. Anak-anak diajak memberdayakan konteks berupa permasalahan dunia dari kacamata seorang pelajar dengan menggunakan semua pengetahuan yang sudah mereka pelajari. Ditambah dengan buncahan emosi dan perasaan yang mendalam terhadap tempat favorit mereka dan membayangkan apa yang akan terjadi atau bahkan sudah terjadi akibat ulah segelintir manusia.

Dengan bantuan platform belajar, saya membantu anak-anak dari rumah, membimbing mereka dan memberikan masukan-masukan konstruktif dalam menciptakan hasil karya yang penuh kekuatan. Hal yang saya pikir akan menjadi kendala berarti, ternyata tidak saya temui. Anak-anak tetap antusias, merespon dan menuangkan isi pikiran, bertanya dan ikut berdiskusi. Saya merasakan luapan emosi mereka atas permasalahan bumi menjadi semakin nyata di tengah pandemik ini yang membuat mereka harus tetap di rumah. Keadaan ini seakan menambah gambaran nyata bahwa bumi memang tidak baik-baik

saja, dan kita turut andil di sana.

Membuat anak-anak mengkoneksikan hubungan mereka dengan tempat yang mereka anggap favorit benar-benar membuat mereka merasa terberdayakan secara akal dan perasaan. Ketika anak-anak mampu mengidentifikasi emosi inilah yang membuat mereka sadar bahwa krisis perubahan iklim semakin dekat menghancurkan bumi. Emosi ini juga yang saya harapkan akan membuat puisi mereka semakin memiliki kekuatan, kekuatan untuk membuat orang-orang semakin sadar dan bisa bersama-sama melakukan sesuatu yang nyata.

Proyek pembelajaran ini belum selesai, setelah ini anak-anak akan saya tantang membacakan puisinya dengan diiringi potongan-potongan gambar atau video yang menampilkan keindahan tempat favorit mereka atau juga tempat-tempat indah seluruh dunia. Bertujuan untuk menambah kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan alam demi keberlangsungan kehidupan. Puisi untuk Planet ini lebih dari sekedar materi dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Puisi untuk Planet adalah satu dari berbagai cara untuk menyuarakan kekhawatiran. Setidaknya bagi murid-murid saya, para penerus bangsa, efeknya melekat dan memberi kekuatan dahsyat ke dalam pikiran untuk menjadi generasi yang lebih baik dari pada para pendahulunya, dan menjadi inspirasi bagi generasi di

Salah satu murid menjelajahtempat favoritnya. Hasil karya murid

45 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona46

47 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona48

Praktik Baik Pembelajaran

Dynna Wahyu Perwita SariKGB SurabayaPAUD Anak Ceria Universitas

pen

ulis

[email protected]

Ibu Bisa Memasak,Anak Bisa Belajar

Berita kebijakan kegiatan belajar di rumah baru diberikan sehari sebelum kebijakan dilakukan. Ada rasa panik dan kebingungan tentang

bagaimana nanti anak belajar dan bagaimana orang tua memfasilitasi anak belajar. Walaupun RPP untuk minggu tersebut sudah jadi, saya tetap harus menyesuaikan agar kegiatan tersebut dapat dilakukan anak bersama orang tuanya. Saya menyederhanakan kegiatan yang akan diberikan ke orang tua, yaitu berupa jadwal harian yang bisa dilakukan anak, opsi kegiatan terkait pengenalan COVID-19, cara-cara hidup sehat, dan referensi video untuk membantu anak belajar tentang materi tersebut. RPP sudah jadi, langsung diberikan ke orang tua. Saya tidak membuat kesepakatan di awal tentang bagaimana memfasilitasi anak, teknis menyampaikan hasil belajar ke guru, dan bagaimana membantu anak berefleksi.

Minggu pertama pembelajaran di rumah, saya hanya beberapa kali menanyakan bagaimana belajar hari ini. Responnya bermacam-macam. Begini salah satu responnya :“Ayah, apakah saya bisa menanyakan beberapa hal terkait kegiatan belajar di rumah?“Iya Bu, ini kami juga sudah mati gaya mau ngapain...hehehe”“Sudah mencoba melakukan kegiatan apa saja ayah?”“Mostly cuma ngikutin papernya Bu Dynna yg kapan hari itu. Cuma ya lama-lama bosen. Kasih LKS aja bu, yang bisa dikerjakan sama Ceri.”

Beberapa orang tua menceritakan bahwa sudah melihat videonya, beberapa orang tua bercerita bahwa anak-anak melakukan aktivitas lain, dan ada juga orang tua yang bercerita bahwa mereka kebingungan memfasilitasi anak karena orang tua juga harus bekerja. Minggu kedua membuat RPP, saya membuat kegiatan

49 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

yang lebih terperinci bagaimana orang tua dan anak dapat melakukan kegiatan tersebut. RPP sudah jadi, lalu saya berdiskusi dengan rekan kerja. Dari hasil diskusi, ternyata RPP yang saya buat masih seperti kegiatan yang akan dilakukan di sekolah. Padahal kenyataannya mungkin ada orang tua belum bisa memfasilitasi kegiatan yang direncanakan guru, dan ada beberapa alat bahan yang mungkin tidak ada di rumah.

Banyak hal yang menjadi tantangan ketika menyusun kegiatan belajar di rumah untuk anak TK. Instruksi kegiatan yang kurang jelas membuat orang tua kebingungan bagaimana memfasilitasi anak belajar. Kegiatan yang saya tuliskan dalam RPP juga membutuhkan waktu luang bagi orang tua untuk memfasilitasi anaknya. Sedangkan tidak semua orang tua bisa meluangkan waktu. Ada orang tua masih bekerja hingga malam, ada orang tua yang tetap harus bekerja dari rumah, ada juga orang tua yang di rumah namun harus menemani 3 anaknya, dan juga orang tua masih harus melakukan rutinitas di rumah seperti bersih-bersih dan memasak. Selain waktu untuk memfasilitasi anak belajar,

sarana prasarana yang dibutuhkan untuk memfasilitasi anak belajar juga menjadi salah satu tantangan. Ada orang tua yang tidak bisa mencetak lembar kerja karena tidak ada printer di rumah. Ketersediaan alat bahan belajar atau mainan tertentu juga salah satu tantangan. Tidak semua anak juga memiliki mainan yang bisa digunakan sebagai alat bantu belajar. Selain itu, jika pembelajaran perlu akses internet, saya juga belum menanyakan apakah semua orang tua bisa dan memiliki kuota yang cukup untuk mengakses internet.

Proses memperbaiki RPP tidak hanya dari berdiskusi saja, rekan saya juga menyarankan untuk membaca Panduan pembelajaran Jarak Jauh (PPJJ) dan mengikuti Temu Pendidik Spesial (TPS). Dari membaca PPJJ dan menyimak TPS, saya mendapat beberapa inspirasi terkait menyusun RPP kegiatan belajar di rumah. Karena kegiatan yang akan di lakukan tentang makanan dan minuman sehat, khususnya sayur dan buah. Sebelum membuat RPP saya menanyakan dulu ke orang tua tentang pemahaman anak tentang makanan & minuman sehat,

‘‘“... ada juga orang tua yang bercerita bahwa mereka kebingungan memfasilitasi anak karena orang tua juga harus bekerja.”Dynna Wahyu Perwita Sari

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona50

tentang buah dan sayur apa yang anak mau makan, dan tentang kebiasaan makan anak di rumah. Setelah mendapat informasi tersebut, saya menentukan capaian belajar anak. Hal ini dilakukan agar anak mendapat tantangan yang sesuai dan menjaga ekspektasi orang tua terhadap hasil belajar anaknya.

Setelah itu saya menanyakan beberapa hal terkait kebiasaan di rumah, seperti apakah sering berbelanja ke pasar/tukang sayur, apakah memasak makanan sendiri, apakah tersedia buah-buahan di rumah, dan apakah selalu ada menu sayuran di rumah. Saya juga mengumpulkan informasi tentang alat bahan dan mainan apa saja yang tersedia di rumah. Tak lupa juga menanyakan tentang akses internet yang biasanya digunakan, apakah menggunakan wifi atau kuota, Untuk orang tua yang menggunakan kuota, saya menanyakan apakah bisa jika digunakan juga untuk mengakses berbagai sumber belajar dari internet. Saya kemudian membuat jadwal kapan orang tua bisa dihubungi untuk berdiskusi tentang kegiatan belajar anak.

Informasi yang saya dapat adalah, kebanyakan anak difasilitasi belajar oleh ibunya, ibu selalu memasak setiap hari, setiap hari juga ada buah dan sayur, namun belum semua anak mau makan buah dan sayur. Sedangkan untuk ketersediaan alat bahan dan mainan, beberapa anak memiliki mainan lego, dan semua anak memiliki alat mewarnai. Ada beberapa orang tua yang menggunakan kuota untuk mengakses internet, namun tetap bersedia untuk mengakses video sebagai fasilitas anak belajar. Informasi-informasi tersebut digunakan sebagai dasar membuat RPP. Saya membuat kegiatan yang mungkin dilakukan bersamaan dengan rutinitas ibu ketika memasak, seperti mengamati buah, membantu memotong sayur, atau membuat hasil karya dari sisa bahan masakan. RPP yang saya buat berupa beberapa pilihan kegiatan yang bisa dilakukan berulang-ulang dengan bahan yang berbeda.

Saya mengirimkan RPP ke orang tua di awal minggu, dan menghubungi orang tua sesuai dengan jadwal yang disepakati di awal minggu. Salah satu ibu bercerita bahwa mendiskusikan dengan anak kegiatan mana yang ingin dilakukan, anak memilih kegiatan makan sayur. Ibu merasa lebih bisa mengajak

Murid sedang menggeprek bawang.

Murid sedang memotong buncis.

51 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

anak belajar tentang macam dan kandungan sayur sambil anak makan sayur tersebut. Anak juga bercerita bahwa ia mau makan sayur dan mengetahui bahwa sayur tersebut membuat matanya sehat. Ibu yang lain bercerita bahwa anaknya membantu ketika ibu memasak. Anak membutuhkan stimulasi untuk fokus pada satu benda, sehingga kegiatan yang dilakukan adalah memukul bawang putih di cobek, yang kemudian akan digunakan untuk memasak sop. Salah satu cerita lainnya adalah ketika membantu ibu membuat bakwan.

Ibu mengirimkan video anak bercerita tentang kegiatannya hari ini yaitu membuat bakwan sayur goreng,

“Wah membantu Bunda membuat bakwan. Saat membuat bakwan apakah sambil mengenal bahannya bunda?”“Membantu mengaduk adonan, sambil saya tunjukkan bahan-bahan sayurnya saat saya membuat adonan.”“Lalu bagaimana respon Cero, bunda?”“Kalau untuk membantu mengaduk di dapur, Cero selalu semangat. Dia bilang kalau carrot anda vegetable make you strong.”“Apakah jika kegiatan belajar sambil membantu memasak seperti tadi, membuat bunda kesulitan?”“Mungkin kalau waktu persiapan memasaknya saja yang bisa. Jika membantu mengaduk adonan atau memotong sayur, masih bisa”

Dari hasil diskusi, orang tua merasa dimudahkan ketika kegiatan belajar anak bisa dilakukan bersama dengan rutinitas yang dilakukan oleh ibu di rumah. Orang tua juga tidak terlalu repot menyiapkan alat bahan karena sudah tersedia yaitu bahan yang akan dimasak. Dan anak-anak juga berhasil belajar tentang menjaga kesehatan dengan mau mencoba makan sayur dan buah.

Murid sedang memakan sop.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona52

53 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Praktik Baik Pembelajaran

Lailatun NisfahKGB LamonganMI. Tarbiyatul Banin

pen

ulis

[email protected]

MENGEMBALIKAN FITRAH BELAJAR

YANG MERDEKA

Malam itu, surat pemberitahuan dari Dinas Pendidikan menjadi topik hangat yang dibicarakan antar pemangku lembaga pendidikan dan orang tua. Sontak kaget, ragu, bingung namun ada rasa untuk mematuhinya. Ya, surat itu berisi pemberitahuan bahwa Lembaga Sekolah baik negeri maupun swasta untuk melaksanakan kegiatan belajar di rumah. Mulai tanggal 16 Maret 2020 sampai pemberitahuan lebih lanjut. Dalam rangka mengantisipasi penyebaran Corona Virus Disease ( COVID-19).

Para guru, orangtua dan peserta didik mungkin tidak terbayang sebelumnya, mereka harus menjalani kegiatan belajar seperti ini. Sebagian sekolah yang lain sudah mulai meliburkan kegiatan sekolah mereka. Anak – anak MI. Tarbiyatul Banin masih harus masuk karena menunggu keputusan rapat Yayasan. Hari itu kami gunakan untuk mengenalkan anak tentang Social Distancing s. Menekankan bahwa belajar di rumah, bukan karena libur cuma – Cuma, bersenang – senang karena tidak pergi ke sekolah justru malah berwisata, jalan – jalan atau mengadakan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang.

Usia anak MI kelas 2 masih harus bekerja sama orang tua. Oleh karena itu, saya meluncurkan surat undangan via whatsapp untuk mengundang wali murid pada hari itu juga guna sosialisasi tentang pola pembelajaran yang akan saya lakukan. Padahal sebenarnya belum terbayang juga bagaimana alurnya. Saya hanya menitikberatkan pada pembelajaran kemandirian, tanggung jawab dan teladan dari orang tua selama di rumah.

Beruntung bergabung dengan grup GURU BELAJAR LAMONGAN. Dari grup ini saya bisa mendapat dan menambah amunisi selama kebijakan belajar di rumah itu dilakukan. Mulai dari link Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang selalu update setiap hari, sesi belajar Live dan Temu Pendidik Spesial/atau Panduan Pembelajaran Jarak Jauh.Menyadari tidak semua orang tua adalah guru. Mereka punya tanggung jawab, beban ekonomi dan kepentingan masing – masing, saya tidak mau menambah beban mereka dengan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona54

mengalihkan tugas sekolah kepada mereka. Oleh karena itu saya harus mengadopsi sebagian besar inti dari RPP Pembelajaran Jarak Jauh Sekolah rawan Corona ini dan mengemasnya sesuai dengan potensi dan kekuatan peserta didik dan orang tuanya menjadi pembelajaran yang berkesan dan bermakna untuk bekal mereka. School at Home memang tidak begitu diinginkan oleh semua orang. Tetapi jika hal tersebut adalah pilihan sebagai langkah pencegahan penyebaran virus maka hal ini harus kita dukung bersama dengan cara mengambil hikmah dibalik musibah ini. Diantaranya adalah sebagai media refleksi belajar bagi guru, orang tua dan anak. Mengembalikan makna belajar yang merdeka tanpa berbatas ruang dan waktu. Semua itu berasal dari rumah sebagai sekolah pertama anak. Mereka bisa bermain, ngobrol, dan beraktivitas bersama keluarganya sehingga bonding antara anak dan orang tua yang hampir kita lupakan kembali terbangun, lekat, dekat, hangat, bersahabat dan menjadi penguat karakter dan kepercayaan diri anak.

Karena dasar itulah momen ini menjadi

kesempatan saya untuk mengulik fitrah kemandirian anak dengan rentang usia 8 -9 tahun (kelas 2 MI). Seringkali saya melihat orang tua sekarang lebih cenderung menginginkan nilai akademis yang baik tapi mengesampingkan kemandirian anak atau life skill yang dibutuhkan anak sebagai bekal masa dewasanya nanti. Sehingga nilai kemandirian, sosial dan spiritual selalu saya sematkan pada agenda harian wajib anak selama belajar di rumah, dengan menambahkan poin RPP yang disediakan oleh Tim Sekolah Rawan Corona ini.

Hari pertama, Senin tanggal 17 Maret 2020 merupakan hari pertama anak – anak belajar di rumah bersama orang tuanya. Saya menggunakan Link http://bit.ly/SLC16Maret di hari pertama dan kedua sebagai salah satu referensi bahan ajar saya, pun di hari – hari berikutnya. Tujuan pada pembelajaran pertama saya adalah mengajak anak berpikir dengan sadar mengapa mereka sekarang harus belajar di rumah, tidak di sekolah. Oleh karena itu materi yang saya ambil adalah materi Life Skill- Kemandirian dan mengikuti RPP, yakni menjelaskan tentang Covid-19 serta pencegahannya dengan bantuan orang tua di rumah.

55 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Kelas saya mulai jam 08.00 setelah ada pemberitahuan sebelumnya. Sehingga anak dan orang tua sudah siap dan pekerjaan domestik orang tua sudah selesai. Langkah pertama adalah membuka pelajaran dan memotivasi anak dan orang tua dengan cara menyapa dan melakukan presensi online. Dengan tujuan mengetahui respon dan kehadiran peserta didik dalam pembelajaran online. Karena tidak semua orang tua memiliki akses internet. Hal ini terbukti dari 19 murid ada 4 yang belum bisa hadir pada pembelajaran hari pertama. Alhamdulillah setelah menelusuri kendalanya di hari ke 3 semua orang tua sudah bisa terhubung dengan jaringan internet.

Langkah kedua – materi #1 adalah memberi penjelasan tentang pentingnya melatih anak kemandirian anak, dimulai dengan memberi tanggung jawab pada anak untuk merapikan tempat tidurnya. Poin kemandirian ini akan menjadi Challenge anak selama belajar di rumah setiap hari dimulai hari esok. Selama 30 menit kami sharing dengan orang tua tentang kebiasaan anak sebelumnya dan meminta komitmen orang tua untuk bisa mendukung dan bekerjasama dalam hal kemandirian anak.

Setelah tuntas dan sepakat materi #1, saya lanjutkan pada materi berikutnya. Yakni tentang Corona dengan cara menjelaskan dan mengirim gambar yang saya peroleh dari Grup Guru Belajar. Sebagai feedback pembelajaran, saya menanyakan perasaan atau ungkapan dari anak tentang Corona melalui tulisan/ chat pada wag kelas. Setelah itu kami lanjutkan materi tentang pentingnya menjaga diri dengan cara mencuci tangan dengan baik dan benar. Dengan menonton video pada link http://www.sekolah.mu/lagucucitangan. Dan memperagakannya di rumah. Orang tua membantu mendokumentasikan aksi anak dan diposting di wa status agar bisa saya lihat dan apresiasi.

Ucapan terima kasih kepada anak dan orang tua menjadi kegiatan penutup pembelajaran hari itu dan menitipkan kepada orang tua untuk bisa mendampingi anak – anak melakukan sholat 5 waktu di rumah.

1. Ada tiga hal poin penting dalam pembelajaran yang saya lakukan selama masa Sekolah di rumah. Diantaranya adalah :Melatih kemandirian dan tanggung jawab anak. Dimulai dengan merapikan tempat tidur sebagai tanggung jawabnya. Masing – masing anak boleh berbeda jenis kegiatannya sesuai dengan kebutuhan dan kekuatan anak di rumah.

Ada yang sudah terbiasa merapikan tempat tidurnya, maka level aktivitas bisa ditingkatkan. Misal dengan mencuci piring makannya sendiri, mencuci bajunya sendiri dan lain – lain.2. Peka terhadap masalah di sekitarnya.Menanyakan kabar melalui telepon seluler atau video call menjadi pilihan kegiatan hari kedua. Kegiatan ini belajar ini bertujuan untuk melatih komunikasi anak dan menumbuhkan rasa empati anak kepada keluarga yang sedang berada di luar kota atau daerah. 3. Menambah pengetahuan sesuai dengan materi yang ada di sekolah.Pada poin ini saya mengambil ide dari RPP yang tersedia di grup telegram Sekolah Melawan Corona.

Banyak hal yang menarik pada momen Merdeka belajar VS Melawan Corona ini. di hari kedua hati ini meleleh melihat potret kemandirian anak – anak di rumah yang mulai bangkit, binar mereka dan keluarga yang dihubungi menambah aura kebahagiaan keluarga di rumah, Output video cuci tangan dengan berbagai macam lagu dan juga indahnya melihat variasi cara belajar yang dilakukan bersama dengan orang tuanya. Contoh saja di hari – hari berikutnya, anak - anak mengenal pecahan dengan berbagai media. Ada yang menggunakan kertas origami, daun yang disobek, buah apel atau agar – agar yang diiris. Sungguh indah melihat cara mereka belajar dan memahami konsep pecahan dengan cara yang menarik dan menyenangkan. Begitu jaga dengan materi Bahasa Indonesia, saya memberikan kebebasan orang tua dan anak untuk membaca buku cerita yang mereka sukai, dengan rule tugas mengambil dari RPP PJJ, yakni menjelaskan kata sapaan dan menuliskannya di buku tugas.

Terbantu sekali dengan link http://www.sekolah.mu sebagai referensi bahan ajar baik materi maupun media dan juga kerjasama dari orang tua dalam memfasilitasi anak – anak belajar di rumah. Semoga dengan kebebasan ini anak – anak bisa menemukan cara belajar yang gue banget untuk mengenal potensinya.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona56

57 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Praktik Baik Pembelajaran

Nadia CassinieKGB BandungSMK Prakarya Internasional

pen

ulis

[email protected]

BerselancardenganTrigonometriSemua orang pasti tidak pernah mengira akan mengalami keadaan seperti sekarang ini, dimana semua harus berubah sejauh 180 derajat dari yang biasa dijalani. Semua orang panik dengan keadaan ini, cerita mengenai hebatnya penyebaran virus korona terus disebarkan oleh berbagai media. Dunia pendidikan pun terkena dampak dari keadaan ini. Sekolah-sekolah ditutup, anak-anak harus belajar dari rumah, tenaga pendidik dan kependidikan harus tetap bekerja dari rumah, dan kita tidak tahu kapan keadaan ini akan berakhir.

Masalah terbesar yang saya hadapi sekarang bukan hanya bagaimana menghadapi murid yang malas dan sulit belajar matematika. Masalah yang lebih besar lagi adalah, bagaimana cara menyampaikan materi kepada murid dan bagaimana membangun komunikasi dengan murid pada saat mereka ada di rumah. Saya mengajar matematika di kelas X dan kelas XII, dan tidak semua murid yang saya ajar bisa menggunakan teknologi untuk belajar. Itulah sebabnya pekerjaan saya sekarang ini terasa lebih berat daripada saat mengajar di depan kelas. Yang saya kerjakan sekarang bukan hanya menyampaikan materi, tapi juga menjelaskan cara menggunakan aplikasi pembelajaran, membangun komunikasi dengan murid dan orang tua murid, juga mengelola kelas virtual yang digunakan sebagai media belajar.

Sebetulnya sudah sejak beberapa tahun yang lalu saya berpikir untuk membuat Bank Materi dan video pembelajaran yang bisa disimpan di server sekolah dengan tujuan :1. Murid yang tidak sekolah karena sakit atau alasan apapun

tetap bisa mengakses materi.2. Ketika ada guru yang tidak dapat hadir karena harus

mengikuti pelatihan ataupun sakit, murid tetap bisa mendapatkan materi dan tidak akan ketinggalan pelajaran.

3. Kegiatan pembelajaran tidak kaku hanya berdasarkan pada tatap muka di dalam kelas.

4. Guru bisa merancang pembelajaran yang menyenangkan dengan cara praktek belajar di luar kelas dengan mengacu pada materi yang sudah disiapkan untuk bisa diakses oleh murid.

5. Kegiatan pembelajaran akan menjadi interaksi yang menyenangkan antara murid dengan murid dan murid

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona58

dengan guru.Sayangnya saya tidak mendapat dukungan. Akhirnya dengan bantuan dari beberapa orang murid, saya membuat video pendek yang isinya tentang penyelesaian soal. Video itu digunakan oleh murid kelas XII untuk latihan di rumah saat menjelang ujian.

Pertengahan bulan Maret lalu saya mendengar kabar bahwa sekolah ditutup dan pembelajaran dilakukan dari rumah, saya langsung berpikir untuk mengoptimalkan sosial media yang selama ini saya gunakan sebagai media pendukung pembelajaran di kelas. Tapi….. lagi-lagi saya tidak terlalu yakin dengan ide itu, mengingat materi dan pembahasan soal yang sudah saya posting di youtube dan blog pribadi saya tidak terlalu banyak. Maka sebagai langkah awal saya hanya mengikuti anjuran kurikulum untuk menggunakan google classroom sebagai media belajar.

Ketika ada kesempatan untuk berkontribusi membantu murid belajar di rumah dengan cara live dari tempat tinggal sendiri, dimana sekolah.mu menjadi inisiator, saya langsung bergabung. Yang ada di pikiran saya saat itu adalah, saya mendapat media yang tepat untuk mengajar murid saya, dan dalam waktu yang bersamaan, saya juga bisa berkontribusi untuk anak-anak lain yang membutuhkan. Kabar gembira itu langsung saya sampaikan ke murid yang saya ajar, dan mereka menyambutnya dengan antusias. Maka saya mulai merancang tugas yang linier dengan materi yang akan saya sampaikan pada saat live streaming nanti.

Setiap kali kita mencoba sesuatu yang baru, selalu ada proses pembelajaran yang harus dilalui. Saya yang tidak terlalu menguasai teknologi harus banyak belajar untuk bisa mengajar dengan cara live streaming seperti itu. Dengan dibantu oleh anak-anak saya di rumah dan tim “Kerja Barengan Lawan Korona” akhirnya saya bisa mengajar secara live, walaupun sesekali masih terasa gugup saat bicara sendiri di depan kamera laptop.

Materi terakhir yang saya sampaikan adalah tentang nilai perbandingan trigonometri untuk sudut istimewa. Di video itu saya menjelaskan tentang trik mencari nilai perbandingan trigonometri, karena pada saat anak-anak belajar di kelas jarang dibahas cara seperti itu. Pada saat mengajar, saya selalu menanamkan pemahaman konsep, bukan menghafal. Untuk contoh, saya perlihatkan video dokumentasi pembelajaran yang pernah saya lakukan, dimana saya mengajak anak-anak untuk belajar di lapangan dan mempraktekan materi trigonometri dalam kegiatan nyata.

Materi trigonometri yang saya bahas di video itu adalah permintaan dari salah satu anak kelas X di tempat saya mengajar yang sengaja mengirimkan pesan pribadi di instagram. Kebetulan materi itu sesuai dengan tugas yang saya berikan di google classroom, tapi saya juga tidak menutup kemungkinan untuk menerima permintaan dari anak lain yang menonton video pembelajaran saya di youtube. Maka pada saat trigonometri saya

‘‘“Muridku beranggapan matematika sebagai pelajaran yang sulit dan layak untuk dihindari.” Nadia Cassine

59 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

jelaskan di video streaming tersebut, sambutan dari anak-anak sangat positif.

Karena saya memberikan contoh dalam bentuk implementasi matematika dalam kehidupan sehari-hari, maka ada beberapa murid yang justru merasa terilhami untuk membuat percobaan di rumah untuk mengisi waktu selama mereka harus belajar di rumah. Ada beberapa anak yang menghubungi secara pribadi dan membahas materi ini untuk dilakukan di rumah.

Setelah social distancing berjalan selama dua minggu dan saya sudah beberapa kali melakukan live streaming, hasilnya baru mulai terasa :• Anak-anak yang saya ajar merasa terbantu

dengan adanya video pembelajaran itu.• Komunikasi dengan anak-anak yang saya ajar

berubah menjadi diskusi mengenai materi yang saya sampaikan pada saat live.

• Menjadi motivasi bagi anak-anak yang saya ajar untuk tetap belajar dalam situasi seperti apapun.

• Anak-anak yang saya ajar memahami konsep dasar matematika.

• Menjadi inspirasi bagi teman-teman guru untuk sama-sama belajar menggunakan teknologi untuk mengajar.

Selalu ada pembelajaran dari setiap keadaan yang terjadi. Keadaan sekarang membuat kita semua yang menjadi stake holder pendidikan menjadi semakin menyadari akan pentingnya teknologi sebagai alat komunikasi. Setiap pendidik harus mau belajar dan mengikuti perkembangan teknologi. Besar harapan saya agar semua yang saya lakukan bisa bermanfaat bagi anak-anak didik, teman-teman guru, juga untuk masyarakat banyak.

Murid mengikuti sesi.

Saat mengisi Sesi Belajar Live!

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona60

61 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Praktik Baik Pembelajaranp

enu

lis

[email protected]

Tujuan Belajar, Penting Dipahami Orang Tua atau Wali Murid?

Pembelajaran jarak jauh awalnya sama sekali tak terbayang di benak saya. Namun situasi dan kondisi dunia yang sedang tidak baik-baik saja saat ini karena menyebarnya virus Corona membuat saya dan teman-teman guru cukup gelisah. Bertambah gelisah setelah mendapat surat edaran dari pemerintah Kabupaten bahwa anak-anak belajar di rumah. Sebenarnya beberapa kali saya dan tim pernah melakukan pembelajaran di rumah dan bekerjasama dengan orang tua, atau kami menyebutnya ‘misi rumah’. Namun, kondisi ini berbeda. Saya sebagai guru merasa benar-benar harus belajar apa dan bagaimana pembelajaran jarak jauh itu. Dengan bekal rasa butuh dan semangat belajar itulah, saya mencoba untuk bergabung di grup Sinau Bareng Kelas 2, Sekolah Lawan Korona, dan mengikuti beberapa diskusi di grup komunitas guru belajar. Dari situlah saya mendapat banyak pengetahuan tentang konsep pembelajaran jarak jauh, tergambarkan lagi saat saya membaca materi tentang panduan pembelajaran jarak jauh, yang meliputi topik memanusiakan hubungan, Memahami konsep, dan membangun keberlanjutan.

Awalnya saya merasa akan sulit dan ribet untuk melakukan pembelajaran jarak jauh di tengah-tengah wabah virus Corona ini. Namun, ternyata dari yayasan mengajak berembug untuk mengambil langkah dan membuat rencana pembelajaran online atau jarak jauh oleh guru. Berbekal pengetahuan tentang panduan pembelajaran jarak jauh, saya dan tim guru yang lain berkomitmen untuk memfasilitasi anak-anak belajar dengan bekerja sama bersama orang tua via whatsapp. Karena mayoritas wali murid di sekolah kami menggunakan via whatsapp untuk saling berkomunikasi jarak jauh.

Rencana pembelajaran jarak jauh itu kemudian kami sampaikan lewat grup whatsapp keluarga sekolah kami yang berisikan pengurus yayasan, guru, dan wali murid sebagai pengumuman. Mayoritas orang tua atau wali murid menyetujui keputusan tersebut. Hal itu membuat saya dan teman-teman guru semakin bersemangat untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Saya sebagai guru kelas 2 SD dan tim mulai merancang model

Siti RodliyahKGB RembangSekolah Islam Umar Harun

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona62

pembelajaran jarak jauh. Awalnya saya berpikir bahwa saya harus menyapa hangat orang tua dulu secara online setelah anak libur 2 hari sejak adanya pengumuman belajar di rumah. Saya mulai menyapa dengan menanyakan kabar anak-anak dan keluarga di grup kelas kami. Selain itu, saya juga menyapa dengan menyampaikan perasaan rindu saya belajar bersama anak-anak di sekolah. Ya, seperti itu adanya.

Karena sapaan hangat dengan nuansa keakraban keluarga, sekitar lima belas dari dua puluh orang tua terlihat semangat menceritakan aktivitas anak-anak selama dua hari di rumah. Beragam sekali ceritanya, ada yang main-main saja di dalam rumah bersama adik, ada yang selalu bangun siang karena tidak berangkat sekolah, ada yang membuat kreasi-kreasi, ada yang main di sekitar rumah bersama teman-teman tetangga, ada yang menonton tv seharian, ada yang nge-game, ada yang lihat youtube, dan lain-lain.

Dengan mendapat cerita aktivitas anak-anak di rumah dari orang tua seperti itu, saya dan tim guru mencoba untuk memahami beberapa kondisi anak dan mulai merancang pembelajaran di rumah.

Sesuai tujuan pembelajaran, saya dan tim merancang schedule atau jadwal aktivitas yang perlu dilakukan dalam jangka 2 hari. Setelah itu, kami membagikan poster jadwal aktivitas itu di grup kelas, dan untuk laporan proses belajarnya anak-anak bisa chatting lewat jalur pribadi (japri) dengan guru pendamping, untuk kemudian diberi feedback( umpan balik ) dari guru. Seperti di bawah ini poster aktivitas belajar di rumah yang pernah saya dan tim guru laksanakan :

Dalam proses awal, beberapa dari orang tua aktif merespon dan melaporkan proses belajar anak ke guru melalui video, voice, atau tulisan.

Chat dengan walimurid Chat dengan walimurid

63 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Beberapa anak yang sudah bisa menggunakan whatsaap juga melaporkan sendiri proses belajarnya lewat tulisan atau voice note dan guru memberikan umpan balik.

Namun, hal itu tidak merata. Saya menemukan tantangan lima orang tua yang kesulitan berkomunikasi. Dari guru sudah mengechat untuk menanyakan bagaimana perkembangan proses belajar anak di rumah bersama orang tua. Namun, pesan itu hanya dibaca, sedangkan alokasi waktu pembelajaran sudah melampaui batas ( tanpa ada laporan perkembangan anak dari orang tua). sedangkan guru belum bisa mengobservasi capaian anak karena tidak ada laporan dari orang tua.

Di tengah wabah Corona ini dan seminggu pelaksanaan pembelajaran online, sekolah saya juga bertepatan dengan jadwal laporan perkembangan tengah semester. Saat laporan perkembangan tengah semester, sekolah saya memutuskan untuk mengundang satu persatu orang tua datang ke sekolah dengan tetap melakukan protokol langkah pencegahan virus corona oleh pemerintah.

Saya dan tim guru sudah merencanakan untuk mengajak orang tua juga berefleksi tentang pembelajaran online atau jarak jauh yang sudah berjalan seminggu saat pertemuan LPTS ( Laporan perkembangan Tengah Semester). Saya dan beberapa orang tua ngobrol santai sambil berefleksi. Salah satu orang tua ada yang bercerita kalau sangat sulit mengatur jam pekerjaan dengan mendampingi pembelajaran anak. Apalagi yang harus didampingi dua anak sekaligus, belum lagi ngurus si adik. Saat itu saya hanya mendengarkan dengan penuh

empati.

Dari obrolan tersebut, saya tahu bahwa beberapa orang tua yang tidak merespon ternyata karena kurang bisa mengatur jadwal mendampingi anak belajar lantaran masih ada pekerjaan yang harus dilakukan. Sehingga anak di rumah beraktivitas bebas tanpa tujuan tertentu dan tidak melakukan jadwal pembelajaran yang sesuai tujuan dari sekolah.

Namun, dari situ juga saya sebagai guru mengajak orang tua untuk mencari cara, salah satunya dengan kesepakatan waktu mendampingi anak melaksanakan pembelajaran sesuai tujuan dari sekolah. Selain itu, saya juga mencoba untuk membagikan poster membuat jadwal bersama anak yang saya dapatkan dari grup ‘Keluarga Kita’ kepada orang tua yang kesulitan mengatur jam pendampingan belajar anak.

Mengaca dari refleksi orang tua tersebut, saya dan teman-teman guru juga merefleksikan cara pembelajaran online bersama anak dan orang tua. Kami merencanakan pembelajaran jarak jauh lagi dengan lebih bisa memahami masing-masing kondisi keluarga atau orang tua dulu, dan target pencapaian tujuan pembelajaran mungkin setiap anak bisa berbeda karena melihat beberapa kondisi orang tua.

Dan kami juga melakukan perbaikan dengan mengshare tujuan pembelajaran yang harus dicapai anak dari sekolah kepada orang tua dengan bahasa yang bisa dipahami kalangan orang tua murid kami, tidak hanya jadwal aktivitas belajar saja. Hal itu bertujuan untuk lebih memudahkan orang tua menyesuaikan cara

‘‘... saya juga mencoba untuk membagikan poster membuat jadwal bersama anak yang saya dapatkan dari grup ‘Keluarga Kita’ Siti Rodliyah

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona64

Praktik Baik Pembelajaranp

enu

lis

[email protected]

DARING JANGANJADI PUSING

Minggu malam suasana mulai genting, WA grup, WA pribadi mulai bertebaran berita virus convid-19 yang sudah sampai di Indonesia. Malam itu di TV sedang ditayangkan pidato Presiden yang menyatakan tentang bekerja dari rumah, belajar di rumah, beribadah di rumah. Saya berasal dari Kabupaten Probolinggo salah satu guru di SD Negeri Krejengan yang termasuk SD desa dan saya mengajar di kelas 5, hingga malam hari belum ada kabar dari Ibu Bupati kami berkaitan dengan hal tersebut hati saya berbisik,

“Bagaimana saya mengarahkan anak-anak untuk belajar dari rumah kalau seandainya ini juga dilaksanakan di sekolah kami?” beberapa menit kemudian, berita live FB Ibu Bupati agar semua kegiatan dilakukan di rumah saja sudah tersebar. Malam itu juga ada surat edaran dari Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo menyatakan untuk bekerja dari rumah, belajar di rumah, beribadah di rumah selama 2 minggu kebelakang tetapi para murid saja tidak dengan Bapak dan Ibu guru kami tetap masuk. “Alhamdulillah berarti masih ada kesempatan untuk sharing dengan bapak dan ibu guru yang lain.

Kecemasan dan kekhawatiran yang saya rasakan yaitu bagaimana caranya memberikan pelajaran yang bermakna, anak tidak bosan selama daring?. Tidak mungkin juga saya memberikan soal-soal saja kepada mereka karena akan membebani anak serta orang tua dirumah, meskipun belajar adalah kebutuhan mereka. Akhirnya kecemasan dan kekhawatiran saya terobati karena 1 hari sebelum lockdown sudah ada undangan di grup WA yang berisi untuk teman-teman KGB (Komunitas Guru Belajar) yang aktif di media sosial untuk bergabung menjadi penggerak sekolah lawan corona dan undangan ini dikhususkan kepada penggerak KGB saja, akhirnya saya coba untuk bergabung. Tantangan pun dimulai bagaimana caranya agar pembelajaran daring/ jarak jauh ini benar-benar berjalan dengan baik dan bisa berjalan dengan lancar 2 minggu ke depan?

Banyak yang harus kami siapkan karena semua serba tiba-tiba sedikit klipungan dengan bagaimana caranya untuk menyampaikan kepada wali murid perihal tentang daring ini serta kendala yang muncul dari anak-anak yang tidak punya

Yulia RahmawatiKGB Probolinggo SDN Krejengan

65 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

gawai untuk bisa bergabung di grup WA. Dari 20 anak yang masuk dalam grup wa paguyuban kelas hanya 15 anak, “Jalan saja dulu pasti nanti ada jalannya” saya selalu mencoba berpikir positif.

Hari pertama anak-anak belajar dari rumah kami tetap di sekolah. Bapak dan Ibu guru yang lain mulai sibuk dengan grup WA kelas masing-masing demikian juga saya., “wes tak ke’i tugas murid-murid ku, wes tak fotokno soal, tapi kok mulai mau mung siji sing bales wa grup yo?( sudah saya beri tugas anak-anak, sudah saya fotokan soal, tapi kok mulai dari tadi yang balas hanya 1 orang saja di grup ya?”, salah satu teman guru bercerita kendalanya. karena saya sudah bergabung dengan tim sekolah lawan corona saya membagikan RPP tetapi masing ada beberapa teman yang beranggapan ”ah ribet difotokan soal sudah beres”. “oke saatnya saya bergerak membuktikan dulu kepada teman-teman dengan mempraktekan RPP”, tantangan yang saya hadapi bukan dengan anak-anak saja tapi dengan bapak dan ibu guru mengajak mereka untuk memanusiakan hubungan dengan anak dan orang tua agar

berdaya dan bermakna untuk mereka dalam suasana yang seperti sekarang.

Saya menggunakan RPP sekolah lawan corona di wa grup dengan menyapa anak-anak dan orang tua terlebih dahulu di RPP tersebut sangat memudahkan saya untuk menyampaikan penjelasan kepada para orang tua tentang mengapa sekolah diliburkan?, mengapa ada belajar daring? dan sebagainya, dan mulai membuat kesepakatan dengan anak dan orang tua selama belajar dari rumah.

Setelah menyapa dan mengabsen anak-anak saya beri link video yang ada di RPP tentang penyebaran virus convid-19 selama 10 menit selama anak-anak melihat video salah satu kesepakatan kami bersama adalah membuka tutup wa grup dengan pengaturan hanya admin saja yang bisa mengirim pesan bertujuan untuk anak tetap berkonsentrasi dan tertib ketika berdiskusi dengan orang tua. Setelah menonton video saya mempersilahkan anak dan orang tua berdiskusi tentang video yang mereka tonton lalu hasil dari diskusi tersebut direkam menggunakan voice note

Chat dengan salah satu murid. Grup Chat dengan murid.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona66

atau pesan suara dan dikirimkan ke wa grup seru sekali mereka benar-benar antusias.

Dari RPP saya mencoba mengembangkan memberi dan memilih tantangan kepada anak yaitu yang pertama membuat poster tentang convid-19 yang kedua membuat video menjelaskan tentang convid-19, semua menjawab “siiapp bu”, ada yang bertanya “kapan dikumpulkan bu?”, saya balik bertanya “kira-kira anak-anak kapan bisa mengumpulkan?” hampir semua murid “nanti malam ya bu?” oke, dan saya menyampaikan kendala yang saya hadapi daring hari ini “anak-anak bagaimana dengan 5 teman yang tidak bergabung dengan kita hari ini ya?”, salah satu dari orang tua menelpon saya menyampaikan “saya siap membantu bu kebetulan rumahnya berdekatan saya yang akan menyampaikan kepada orang tuanya”, wahh sangat berterimakasih sekali.

Dari antusias anak dan orang tua tantangan yang saya berikan tidak sampai malam hari siang hari sudah ramai wa grup dengan video dan gambar-gambar poster hasil karya mereka hampir semua anak mengumpulkan dari 5 anak yang belum bergabung sudah mulai bergabung dengan yang lain, lalu bagaimana caranya dengan bapak dan ibu guru yang lain yang hanya memberi soal saja?, saya mencoba strategi “tebar manfaat di story wa dan media sosial FB” hasil belajar anak-anak mulai saya posting dan mulai ada yang penasaran dan bertanya-tanya bagaimana cara mengarahkan anak-anak?. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Story dan FB menjadikan teman-teman lain tahu apa yang saya praktikan bersama anak-anak dan satu bonus lagi yaitu orang tua antusias dan bersemangat mendampingi anak belajar karena melihat anak senang dan tidak dibebani oleh tugas dan soal-soal, bahkan setelah saya mengakhiri kelas daring refleksi bersama anak ada yang menganggapi “saya sebagai orang tua senang biasanya saya mendampingi anak hanya di meja belajar saja hari ini saya belajar menjadi fotografer bu”. Senang sekali rasanya ada yang bertanya “besok belajar dan buat apalagi bu?”, “besok mulainya jam berapa bu?, pagi-pagi saja ya bu, seru bu”.

Pesan WA dari mereka sangat berharga untuk saya, anak dan orang tua merasa dihargai dan tidak merasa dibebani oleh guru, menjadi relawan Tim sekolah lawan corona memudahkan saya untuk belajar daring bersama anak-anak 5M pembelajaran semua saya dapatkan, semoga semua segera berlalu dan saya selalu bisa memberikan pembelajaran yang bermakna kepada mereka.

‘‘Dari RPP saya mencoba mengembangkan memberi dan memilih tantangan kepada anak yaitu yang pertama membuat poster tentang convid-19 yang kedua membuat video menjelaskan tentang convid-19.

Yulia Rahmawati

67 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Temu Pendidik Nusantara 2019didukung oleh :

official media partner

Temu Pendidik Nusantara

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona68

69 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Praktik Baik Pembelajaranp

enu

lis

[email protected]

Semua Turut Berperan, Semua Harus Saling

Memahami

Menghadapi murid berkebutuhan khusus bukanlah hal yang mudah. Guru benar-benar perlu mendampingi dan memahami bahwa murid memiliki cara yang unik untuk mengerjakan aktivitasnya. Tantangannya sangat beragam dan tidak dapat diperkirakan. Di pagi hari, sudah merencanakan suatu aktivitas. Namun, bisa gagal karena anak tantrum. pembelajaran tatap muka saja sudah menantang, bagaimana pembelajaran jarak jauh? Di sini, saya akan membagikan cerita saya.

Sekolah saya memutuskan pembelajaran jarak jauh lebih awal daripada sekolah-sekolah pada umumnya. Tetapi hal ini sudah terprediksi oleh saya, mengingat karakteristik orang tuanya yang sudah mulai mempertanyakan keputusan sekolah sejak diumumkannya pasien 001 dan 002 di Indonesia. Sore harinya, sekolah memutuskan untuk membuat pembelajaran jarak jauh sejak minggu depannya. Guru dan murid langsung dipersiapkan untuk melakukan pembelajaran jarak jauh, dengan berbagai strategi serta memfasilitasi media pembelajaran.

Hal ini tidaklah sulit karena murid sudah cukup familiar dengan media online (daring) yang biasa digunakan. Hal yang menjadi tantangan bagi saya adalah minggu pertama pembelajaran jarak jauh merupakan minggu sumatif. Sebagai guru untuk anak berkebutuhan khusus, banyak hal yang saya pertimbangkan ketika pelaksanaan sumatif. Saya harus melakukan diferensiasi instruksi, metode asesmen, bahkan konten, agar target pembelajaran tetap tercapai. Lalu tantangan barunya adalah bagaimana metode asesmen ini dibuat secara daring? Secara tatap muka saja, sudah sulit untuk mengeksekusinya. Saya harus mendampingi di sisi anak untuk memastikan ia fokus dan mengerjakan sesuai dengan pemahamannya. Karena sekolah sudah memutuskan, saya pun tetap melaksanakannya. Minggu persiapan tersebut saya gunakan untuk membuat berbagai hands-on, memastikan pemahaman mereka serta mereka mengetahui langkah-langkah untuk pengerjaan tugasnya. Hal tersebut saya pastikan juga dengan orang tua murid.

Minggu pertama pembelajaran jarak jauh pun dimulai. Hal ini berarti sama saja dengan minggu sumatif. Saat itu, jujur saja, saya masih beradaptasi dan membaca pola

Amanda NurshadrinaKGB DepokSekolah Cikal Cilandak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona70

pembelajaran jarak jauh. Di satu sisi, murid berkebutuhan khusus yang saya pegang, masih bagian dari kelas sehingga mereka perlu ikut dalam aktivitas kelas. Di sisi lain, saya harus memastikan apa yang mereka kerjakan sudah sesuai instruksi. Pada minggu itu, semua pelajaran melaksanakan sumatif.

Semua pelajaran mengharuskan adanya produk yang dihasilkan. Masalah yang dialami murid saya rata-rata adalah keterampilan belajar yang belum matang dan manajemen waktu yang kurang baik. Bisa bayangkan dengan lingkungan baru yang masih dipelajari murid, serta tugas yang kian menumpuk jika tidak mulai dikerjakan, apa yang terjadi selanjutnya? Pada hari pertama, hasilnya nihil. Tidak ada progress signifikan yang dihasilkan murid tersebut.

Melihat kondisi hari pertama, saya pun langsung memutar otak untuk hari kedua. Saya berusaha membuat perencanaan belajar dengan memahami karakteristik anak dengan keterampilan belajar yang belum matang. Saya memprediksi kemungkinan murid-murid kehilangan arah untuk menentukan langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya. Saya pun mengkomunikasikan rencana dengan guru kelas. Pembicaraan tersebut membuahkan hasil bahwa murid harus memiliki jadwal pelajaran sendiri agar target terevaluasi dan terkontrol secara berkala. Hasil ini pun didiskusikan dengan murid sembari merefleksikan hambatan yang dialaminya. Memang masalahnya adalah ia merasa kewalahan sehingga tidak dapat memutuskan apa yang harus dilakukan lebih dulu. Mendengar hal tersebut, dalam hati saya sudah berdetak, “Tuh kan, kejadian, anak-anak pasti overwhelmed”. Akhirnya, murid

pun menyetujui bahwa akan ada jadwal yang dipersonalisasi sesuai kebutuhan mereka. Saya pun memberikan keterbukaan untuk mereka memilih apa yang ingin mereka selesaikan lebih dulu.

Perubahan rencana tersebut membuat saya harus mengkomunikasikan dengan orang tua. Harapan saya, agar pembelajaran selaras dan dapat didukung oleh orang tua di rumah, mengingat saya tidak bisa menemani setiap menit, seperti ketika di sekolah. Saya pun menyampaikan strategi-strategi yang akan saya lakukan untuk murid dalam menghadapi pembelajaran jarak jauh. Tidak disangka-sangka, ternyata respon yang saya dapat cukup berbeda dari ekspektasi saya. Merujuk pada Panduan pembelajaran Jarak Jauh, saya tidak terlebih dahulu mengumpulkan informasi tentang kesiapan orangtua dalam mendampingi murid, mengingat pola kerja orang tua. Orang tua menjadi tidak menerima pembelajaran jarak jauh dilakukan.

Menurut orang tua, bahwa saya sebagai guru seharusnya mengetahui karakteristik anaknya yang memang belum siap. Jika ditanya hati kecil saya, yap saya tahu karakter anak tersebut. Memang pembelajaran jarak jauh tidak begitu cocok untuknya. Namun keadaan wabah lebih tidak bisa dikontrol sehingga keputusan sekolah memang tidak bisa diganggu gugat. Menghadapi orang tua yang sedang emosional, tentu tidak bisa dibalas dengan emosi juga. Selain murid, ternyata saya pun harus memahami orang tuanya. Memikirkan tidak hanya untuk kebaikan murid tetapi juga orang tua, sebagai penyokong. Di situlah saya benar-benar menghadapi tantangan dalam memanusiakan hubungan.

‘‘“Saya harus melakukan diferensiasi instruksi, metode asesmen, bahkan konten, agar target pembelajaran tetap tercapai.”Amanda Nurshadrina

71 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Strategi untuk murid harus dilaksanakan, tetapi saya juga harus membuat strategi untuk memahami orang tua agar ekspektasi dan realitanya bertemu. Untuk murid, selain membuat personalisasi jadwal aktivitas, saya pun membuat kesepakatan bersama untuk pembelajaran jarak jauh. Kesepakatan inilah yang akan menjadi patokan untuk performa murid. Kesepakatan ini pula yang akhirnya saya sampaikan kepada orang tua. Melihat karakteristik murid pula, saya pun membuat diferensiasi instruksi dan konten. Pada waktu-waktu tertentu, saya pun membuat semacam private tutoring, di mana murid tersebut mengerjakan aktivitasnya secara daring dengan google classroom sambil conference via google hangouts atau zoom, yang bisa saya lihat juga progress setiap detiknya secara daring. Hal ini saya lakukan agar murid mendapatkan bantuan langsung ketika ia kesulitan, serta menghindari distraksi karena tidak fokus ketika mengerjakan.

Hal ini pun dilakukan merujuk pada Panduan pembelajaran Jarak Jauh, dimana saya harus menyiapkan aktivitas yang sesuai dengan murid. Saya pun meluangkan waktu untuk dia memperbincangkan situasinya, serta memberi dukungan bahwa saya selalu siap sedia untuknya. Strategi tersebut saya sampaikan kepada orang tua, namun orang tua belum menerima secara penuh. Hal ini berarti saya ditantang untuk lebih memanusiakan hubungan.

Saya mencoba memposisikan diri sebagai orang tua. Dengan situasi pekerjaan dan keluarga tertentu, apa sih yang saya inginkan dari anak saya dan sekolah? Tentu saja, saya ingin anak saya berprogres dan tidak mau anak saya menjadi drop hanya karena pembelajaran jarak jauh. Saya mendapatkan insight bahwa saya harus memberikan setiap progress yang dilakukan anak tersebut. Dengan sisa hari yang ada, saya berusaha menjalankan strategi yang saya diskusikan dengan murid, serta mencoba strategi baru kepada orang tua. Tentu saja eksekusinya itu tidak mudah. Sempat ada hari di mana murid sakit. Prediksi saya, murid tersebut mengalami psikosomatis karena overwhelmed.

Pola ini pernah terjadi pada aktivitas yang semacam pula. Situasi semakin tidak terkontrol, saya hanya bisa pasrah dengan situasi tersebut. Namun hal yang menguatkan saya untuk lanjut adalah murid tersebut yang tiba-tiba mengirimkan pesan via google hangout, yang berisi, “Miss, aku udah enakan. Aku boleh lanjutin mengerjakan tugas?”. Pesan ini seperti

oase di tengah gurun bagi saya.

Saya melanjutkan perencanaan aktivitas terhadap murid. Saya memperhatikan murid juga sudah mulai beradaptasi dengan sistem pembelajaran jarak jauh. Ia pun langsung mengirimkan pesan atau menelpon ketika kesulitan. Untuk orang tua, saya memberikan kabar terbaru tentang anak setiap pagi dan sore.

Setiap pagi, saya mengabari apa saja aktivitas yang akan dilakukannya, bentuk pendampingan yang akan diberikan, hingga spesifik ke waktu pelaksanaan. Setiap sore, saya memberikan laporan performa murid hari itu berdasarkan target yang sudah disampaikan pada pagi hari. Ternyata, kabar-kabar tersebut cukup menurunkan ketegangan dan kepanikan orang tua. Pada Panduan pembelajaran Jarak Jauh, hal ini termasuk dalam kategori menantang tetapi baik dilakukan agar terbentuknya kesepakatan dengan orang tua terkait cara pengerjaan tugas murid, jadwal, dan durasi konferensi guru dengan anak.

Dari sini, saya belajar bahwa hal-hal sederhana seperti memberikan kabar terbaru ternyata cukup menenangkan bagi orang tua. Bagi murid pun, ia hanya perlu memastikan bahwa ada orang sudah siap sedia memberikan bantuan ketika ia kesulitan. Nantinya pun murid dengan cepat dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Seperti saat ini, setelah dua minggu berjalannya pembelajaran jarak jauh, pola mengajar pun sudah didapatkan ritmenya bagi murid, guru, maupun orang tua. Mulai dari pagi, saya menanyakan target murid hari itu serta kabar terbaru. Kemudian mengontrol pengerjaan secara daring, mengirim pesan atau video call melalui hangout sebagai bagian dari checkpoint tugas serta di luar jadwal yang telah direncanakan, menjawab pertanyaan murid, hingga akhirnya di sore hari, memberikan kabar progress murid. murid pun terasa semakin handal dalam mengontrol fokus.

pembelajaran jarak jauh yang tadinya sulit bahkan dirasa tidak mungkin, ternyata bisa saja. Lucunya pernah tidak mendengar, “work from home tidak mungkin bisa bagi guru”, nyatanya sekarang semua guru dari prasekolah hingga universitas melakukan hal ini. Seiring berjalannya waktu, guru, murid, bahkan orang tua akan saling mempelajari pola pembelajarannya yang paling nyaman baginya. Kesimpulannya, hal yang paling penting adalah kita selalu ada. Dengan menjadi ada tersebut, kita juga turut memanusiakan hubungan.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona72

73 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Praktik Baik Pembelajaranp

enu

lis

[email protected]

Tentang Aku, Sekolah Lawan Corona dan Distance Learning

Aristoteles percaya bahwa “Kebajikan terbesar adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain.” Cuplikan kalimat tersebut saya dapatkan dari laman di internet sambil menyeruput kopi panas di tengah derasnya hujan Kota Semarang pagi itu. Di masa seperti ini, langit dunia tengah dihiasi dengan berita merebaknya covid-19 atau juga dikenal dengan virus corona. Semua yang dibahas adalah tentang corona. Virus membuat semuanya berubah. Membuat aktivitas manusia banyak yang harus dilakukan dari rumah. Belajar, bekerja, dan beribadah #DiRumahAja.

“Teman-teman project hari ini adalah membuat macam-macam simetri lipat bangun datar.”“Boleh bangun datar apa saja, Kak?”“Boleh, batas waktu pengumpulan besok pukul 16.00 ya”

Itu adalah percakapan saya dan murid-murid Altostratus di hari Minggu pukul 19.00. Ya, pembelajaran jarak jauh mulai digaungkan sore itu. Seketika fasilitator, orangtua maupun murid pun harus mulai beradaptasi. Minggu pun berlalu dan Senin sore telah tiba, murid-murid mulai mengumpulkan hasil pekerjaannya ke WA pribadi saya. Pukul 16.30 saya mulai berdiskusi kembali dengan murid-murid dan kali ini adalah mengenai keberagaman sifat dalam keluarga.

“Kak, terus tugas yang kemarin nggak diapa-apain?”“Kemarin simetri lipat sekarang materi ini ya, Kak?”

Seketika saya tertampar dan jantung berdetak cukup kencang meskipun kalimat tersebut tertulis, bukannya terucap. Sempat teringat pula curhatan dari saudara sepupu yang mempunyai anak kelas 2 SD, “Buat apa ngerjain tugas online, padahal tidak pernah dikoreksi atau diberi masukan sama gurunya”. Tarik napas panjang dan pikirkan. Saya mulai refleksi diri.

Benar bahwa dulu saya juga sangat tidak suka apabila saya mendapatkan sebuah tugas namun tidak diberikan feedback oleh guru saya. Apalagi pembelajaran yang saya jalani tidak berkelanjutan, saya bingung jadinya. Jadi, tantangannya ada dua Ros, konsisten memberikan feedback di setiap

Elvrida Rosalia IndraswariKGB SemarangSchool of Life Lebah Putih

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona74

pengerjaan murid dan bagaimana memberikan feedback yang menarik.

Saya tak ingin hal ini terulang kembali. Jadi, mulailah saya berselancar dan belajar kembali. Sempat saya membuka kembali foto-foto hasil refleksi Temu Pendidik Telegram yang tersimpan di gallery. Oh ya, saya ingat bahwa kemarin saya download RPP dari SekolahMu. Pada awal RPP bertanggal 16 Maret itu terbit saya yang juga berusaha menyebarkannya ke grup-grup guru tentu juga memanfaatkannya sebagai referensi pribadi. Saya akan coba dan beraksi pada hari Selasanya. Saya mencoba membacanya kata demi kata dan memahami alurnya dari menyapa hingga refleksi.Ya, yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah berperang melawan covid-19. Alasan yang sama mengapa akhirnya pembelajaran jarak jauh digaungkan adalah covid-19 pula. Jadi, mengapa tidak saya membahas dari covid-19, dan bertahap serta berkelanjutan. Akan ada sebuah hikmah besar dari untaian-untaian ini.

Hari Selasa pun tiba. Memahami kondisi dan situasi murid adalah hal yang tidak boleh dinomor duakan dalam pembelajaran jarak jauh. Banyak di antara murid saya memilki orangtua yang bekerja di ranah publik. Kami, yaitu saya dan orangtua menyepakati pukul 16.30 sebagai jam belajar kami selepas beliau-beliau pulang dari kantor. Kita sepakat, kerja barengan!Yeaaay 16.30. Action!

Berbekal RPP #SekolahLawanCorona saya mulai berdiskusi lewat grup WhatsApp kelas 3 dengan tujuan pembelajaran murid menjelaskan pengetahuannya tentang Covid-19 dan pencegahannya dan murid menunjukkan kemampuannya untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya dengan garis besar materi “Apa itu Covid-19”? Langkah pertama saya adalah melakukan presensi online dan menyapa kelas.

Pada sore ini saya menyapa murid melalui sebuah voice note dengan nada ceria dan murid-murid saya minta untuk berfoto sedang apakah mereka.

Ah sudah rindu saja dan siap menahan rindu tentunya. Apa pendapat mereka?“Waaah, suaranya kak Rosa kayak penyiar radio ya!”“Hehe, kak Rosa kan memang dulu penyiar radio mbak.”“Aku siap belajar kak, pertama kali lho kita belajar lewat HP nya bunda ya.”“Ayooo kak Rosa dimulai belajarnya.”

Semangat mereka seperti mengandung unsur magis yang membangkitkan semangat mengajarku pula. Meskipun berjarak, meskipun kata “jarak” kini nyata, tapi belajar tanpa batas kan? Saya melakukan presensi untuk mengecek apakah ada yang tidak atau belum hadir dan mengapa kah? Awalnya ada beberapa murid yang belum hadir. Namun, akhrinya hadir dan manyatakan bahwa daerah rumahnya sedang diguyur hujan dan timbul lenyaplah sinyalnya, tantangan. Wah, hari kedua pembelajaran jarak jauh ya. Oke sembari ayah bunda membersamai murid-murid, saya menyampaikan kembali bahwa murid-murid perlu didampingi dalam menggunakan telepon genggam dan mungkin murid-murid juga belum cukup terampil dalam mengoperasikan telepon genggam.

“Teman-teman, apa yang baru-baru ini terjadi di Negara kita? Ada yang tahu mengapa kita melakukan pembelajaran jarak jauh?”“Corona kak”“Covid-19 kak, jadi kita harus belajar dari rumah.”

Dan akhirnya 22 orang murid menjawab lewat voice note. Wah, suasana grup whatsapp berubah heboh dengan keantusiasan murid-murid dalam menjawab dan mengeksplor pengetahuannya. Kemudian saya ambilkan

‘‘“Buat apa ngerjain tugas online, padahal tidak pernah dikoreksi atau diberi masukan sama gurunya”.

75 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

sebuah gambar virus corona yang pernah digambar salah seorang murid saya dan sebuah komik yang saya download dari grup SLC. Keduanya itu saya tunjukkan ke murid-murid, kemudian saya mengajak murid-murid berdiskusi.

“Apa penjelasan gambar dan komik tersebut bisa kamu pahami? Sulit nggak?”“Jadi, apakah teman-teman takut dengan virus Corona? Mengapa?”

Kembali, murid-murid bersahut-sahutan dalam menjawab dan memaparkan jawaban mereka. Semakin sore dan keseruan di grup semakin tergambar. Cuci tangan kak! Pekik salah satu murid ketika membahas salah satu upaya pencegahan virus corona, ya. Benar bahwa kita harus mencuci tangan dengan benar. Bagaimana caranya? Lantas saya berikan sebuah link ke grup dan murid-murid langsung klik https://www.sekolah.mu/lagucucitangan. Dalam video tersebut Dr. Nahla Shihab berbagi cara mencuci tangan yang benar. Bertanyalah kembali saya usai murid-murid menyaksikan video tersebut. Siapa yang dapat menjelaskan bagian mana saja yang harus dibersihkan saat mencuci tangan. Sangat seru!

“Kak, jadi lebih tahu banyak tentang Corona. Boleh bikin poster pencegahan Corona?”“Ih aku mau juga bikin komik.”“Aku juga pengen belajar bikin hand sanitizer sama bunda dan tak share, Kak.”

Seketika mata berbinar melihat ide-ide

mereka. Saya mengajak murid-murid saling mengapresiasi ide-ide yang tercetus sambil sedikit membahas tahap per tahap pembuatan project. Akhirnya “Apa itu Corona” saya jadikan project kelas hari ini dan murid-murid boleh memakai media apapun dalam mengekspresikan gagasan mereka, diferensiasi intinya.Pada akhir sesi kami merefleksi bersama pembelajaran kami hari ini, “Kakak tunggu ya projectnya, dan tunggu juga feedback dari kakak”. Obrolan masih terus berlanjut di grup whatsapp, dan kali ini dengan para orangtua. Entah apa yang merasuki saya begitu salut dengan semangat para orangtua dalam mendampingi ananda belajar.

“Bikin guest teacher online yuk bund?” tanya saya.

“Ayok kak, lewat zoom aja ya, nanti saya moderator deh. Gimana kalau bunda Vera sama bunda Desi jadi narasumber?”, jawab salah satu orangtua.“Wah cocok tuh mbak dokter. Jadi kapan nih rencananya kak?”Deal!Kami sepakati bahwa hari Jumat menjadi hari guest teacher bagi Altostratus dengan menggandeng Bunda Vera dan bunda Desi yang berprofesi dokter sebagai narasumber yang akan berbagi informasi lebih lanjut mengenai Corona. Asyik! Kerja barengan ini semakin keren saja. Pagi harinya sudah ada beberapa notifikasi link yang teman-teman kirimkan melalui grup. Tak disangka benar kompak kelas ini, orangtua dan ananda saling mengapresiasi

Tampilan asesmen yang murid kerjakan Tampilan asesmen yang murid kerjakan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona76

karya teman, saling memberikan like bahwa saling subscribe. Satu demi satu terkumpul project karya murid Altostratus dan saya lanjutkan untuk memberikan feedback atau tanggapan kepada murid atas hasil kerja mereka yang sangat keren. Ada yang membuat presentasi powerpoint kemudian ayah bundanya merekamkan saat dia mempresentasikan, membuat komik tentang corona dan pencegahannya, membuat video pembuatan hand sanitizer dan masih banyak karya menakjubkan dari mereka semua. Selain feedback, kebiasaan saya selanjutnya adalah memberikan apresiasi berupa piagam canva bertuliskan “outstanding performance atau excellent” dan alasan mereka memperolehnya. Betapa senangnya mereka menerima itu, tergambar dari balasan voice note yang mereka kirimkan.“Terimakasih Kak Rosa feedbacknya. Aku akan belajar lebih giat lagi.”Saya merasakan angin sejuk yang melintas di hati karena balasan voice note dari murid-murid. Pada Kamisnya saya melanjutkan diskusi dengan murid-murid tentang gagasan pokok. Saya ambilkan teksnya dari karya murid yang membuat tulisan pada powerpoint tentang covid-19. Pembahasan sore ini tidak kalah seru dan sebagai hadiahnya kami melaksanakan videocall WA secara bergantian tujuh kloter. Siapa sangka bahwa saya melepas rindu sembari memberi feedback langsung lewat video call. Mereka tersenyum lebar, Alhamdulillah.Hari Jumat pun tiba.Tahu kan sekarang jadwalnya apa? Ya, guest teacher orangtua. Orangtua yang menyediakan room, memoderatori, menjadi narasumber dan memfasilitasi murid-murid belajar tentang covid-19, hingga pencegahan dengan bahagia. Sempat dibahas juga mengenai dampak covid-19 terhadap perekonomian masyarakat sekitar yang kurang mampu, dan menggantungkan rezekinya dari berjualan hingga serabutan. Saat ini mereka harus rela tidak berjualan dan kesulitan menafkahi keluarga. Akhirnya, orangtua mencetuskan program “Masker Cinta” dan donasi, menggerakkan para orangtua Lebah Putih lainnya untuk berdonasi membantu relawan kesehatan yang membutuhkan sejumlah uluran tangan demi merawat sejumlah pasien covid-19 yang terus bertambah di sejumlah RS di Salatiga, ya. Sekolah saya, School of Life

Lebah Putih terletak di Salatiga. Para orangtua memutuskan untuk menyalurkan bantuan ke beberapa RS seperti RS Aryo Wirawan dan Puri Asih kemudian. Sedangkan donasi lainnya disalurkan pada para pedagang-pedagang kecil dan pekerja serabutan yang terkena dampak dari covid-19 ini.“Terimakasih Kak Rosa, atas kesempatannya buat ngisi guest teacher Altostratus,” kata perwakilan orangtua.Alhamdulillah pada minggu kedua pembelajaran jarak jauh ini terkumpul donasi yang cukup banyak dan dapat disalurkan kepada yang membutuhkan. “Kebajikan terbesar adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain”, semuanya terasa membahagiakan.pembelajaran jarak jauh yang membangun keberlanjutan. pembelajaran ini membuat saya belajar tentang memandu murid mengalami rute pengalaman belajar yang terarah dan berkelanjutan melalui feedback. Menumbuhkan rasa bahagia dan melahirkan kebermanfaatan.Ini cerita saya, seorang Tim Sekolah Lawan Corona, seorang fasilitator School of Life Lebah Putih, dan seorang yang selalu belajar dan berefleksi. Salam Merdeka Belajar!

77 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona

Judul Buku

Literasi Menggerakkan Negeri

Penulis

Najelaa Shihab dan Komunitas Guru Belajar

Jumlah halaman

308 Halaman

Penerbit

Literati

“Gimana, Pak… kegiatan literasi di kelas berjalan lancar?”

“Saya sudah menjalankan program membaca setiap pagi, Bu. Tapi kok kurang efektif ya, Bu…”

“Lho, bukannya dari laporan anak-anak sudah bisa baca ya? Berarti berhasil kan?”

“Iya, Bu. Anak-anak sudah bisa baca. Tapi waktu saya tanya tentang bacaan mereka enggak bisa jawab Bu”

Dalam 10 tahun terakhir, literasi hadir dari sepo-tong istilah menjadi sebuah gerakan yang menye-bar ke berbagai penjuru. Sayangnya, di tengah keriuhan literasi masih jarang upaya refleksi terha-dap kerja keras mengembangkan literasi, apalagi upaya mempromosikan praktik baik pembelaja-ran literasi. Apakah upaya pengembangan literasi sudah efektif dan terlihat dampaknya pada murid? Mana praktik pembelajaran literasi yang baik, bisa direplikasi dan disebarkan?

Di tengah situasi tersebut, buku Literasi Meng-gerakkan Negeri hadir sebagai niatan memper-kaya khazanah pembelajaran literasi. Anda diajak pengalaman memahami literasi mulai dari mis-konsepsi hingga menemukan esensi. Anda diajak memahami kompleksitas konsep literasi. Anda

diajak menelusuri perjalanan literasi yang berawal dan berakhir pada murid. Anda diajak mengenal praktik pembelajaran literasi yang mendukung kemampuan belajar pada lintas pelajaran. Anda diajak memahami praktik literasi yang mendaya-gunakan potensi yang ada di sekitar sekolah. Dan pada akhirnya, Anda diajak menyaksikan praktik pembelajaran literasi yang membantu murid un-tuk berdaya dan produktif sebagai warga negara.

Penulis buku ini adalah guru yang bergabung di Komunitas Guru Belajar. Penulis yang memang mendalami dan melakukan praktik pembelajaran literasi tentu menjanjikan tulisan yang renyah, mudah dipahami namun tetap esensial. Praktik pembelajaran literasi yang dipaparkan dapat dipelajari, diadaptasi dan dimodifikasi sesuai kebutuhan murid dan potensi di sekitar sekolah. Karena kami percaya bahwa menyebarkan praktik baik literasi adalah cara menggerakkan negeri.

Buku bisa didapatkan di :

Bit.ly/KontakGuruPromotor

resensi buku

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona78

Guru Belajar EsensialBUKU

DIFERENSIASIMemahami Pelajar untuk Belajar

Bermakna & Menyenangkan

MERDEKA BELAJARDI RUANG KELAS

MEMANUSIAKANHUBUNGAN

LITERASIMENGGERAKKAN

NEGERI

KAUS

produk

Dapatkan produk Guru Belajar di

Bit.ly/KontakGuruPromotor

79 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan CoronaSaya paham bahwa budaya berliterasi di Indonesia memang dirasa kurang jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Masalah literasi tersebut memang sudah sangat

mahfum bagi pemerintah, termasuk Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. Program 15 menit membaca buku menjadi salah satu fokus pemerintah untuk meningkatkan budaya membaca di sekolah.

Akan tetapi, saya merasa jika kegiatan literasi tersebut hanya membaca sangatlah kurang. Seperti yang saya ketahui kegiatan berliterasi tidak hanya aspek membaca saja, melainkan ada aspek yang lain, seperti: baca-tulis, sains, ldigital, numerasi, finansial, serta budaya dan kewargaan.

Saya berusaha mencari cara untuk melaksanakan satu kegiatan yang bisa mencakup beberapa aspek literasi tersebut. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya saya memutuskan untuk melakukan kegiatan literasi dengan judul “Sahabat Pena Acil – Aku Cinta Literasi”.

Kegiatan SPA (Sahabat Pena AciL) tersebut merupakan kegiatan berkirim surat ke anak-anak yang ada di beberapa daerah di Indonesia. Dalam berkirim surat tersebut anak-anak saya minta untuk menceritakan segala hal yang berkaitan dengan budaya di daerahnya dan mendeskripsikan lingkungan tempat tinggalnya beserta dengan kehidupan sosial yang ada.

Sebelum kegiatan ini dilaksanakan, saya harus mempersiapkan beberapa hal termasuk dalam menentukan nama penerima surat beserta menghubungi pihak kantor pos. Kantor pos? Iya, karena kegiatan SPA ini saya rancang agar anak-anak mengenal kantor pos sekaligus dunia filateli. Beberapa tahapan kegiatan yang harus saya lalui adalah sebagai berikut.

Tahap persiapan. Tahap ini bagi saya adalah tahap yang paling menantang. Kenapa saya bilang seperti itu? Karena saya harus mencari calon penerima surat serta harus menghubungi pihak kantor pos. Dan bagi saya untuk menemukan penerima surat tidaklah mudah, karena target saya adalah di luar daerah atau pulau.

Setelah berselancar di grup WA, saya mendapatkan beberapa kenalan yang sedang mengikuti program Indonesia Mengajar di Kabupaten Natuna Kepulauan Riau, Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan, serta ada dua teman yang sedang kuliah di luar negeri yang bersedia untuk berkirim surat, yaitu di Inggris dan Australia. Teman-teman saya (dari Natuna dan Hulu Sungai Selatan) tersebut saya minta untuk menunjuk murid didik mereka agar mau menerima surat dari kami.

Tahap persiapan ini tentunya juga dibarengi dengan memberikan materi untuk anak-anak. Saya harus memberikan materi terlebih dahulu tentang surat, bagian-bagian surat, cara menulis surat yang baik dan benar, serta tentunya saya harus memberikan penekanan pada mereka bahwa suratnya harus menceritakan tentang daerah tempat tinggalnya. Tentu tujuannya agar bisa bertukar pengetahuan terkait kehidupan sosial dan budaya.

Setelah materi saya berikan, giliran saya harus menghubungi pihak kantor pos, dan saat itu saya memilih Kantor Pos Besar Yogyakarta yang ada di sekitar Malioboro. Selain itu, saya juga harus membuat

tumbler

KAUS

Dapatkan produk Guru Belajar di

Bit.ly/KontakGuruPromotor

totebag

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi Spesial Sekolah Lawan Corona80