sekilas teori etika

7
DISUSUN OLEH : 1. Daisy Kusumaningtyas ( 125020300111029 ) 2. Mariatul Ulfa Mansyur ( 125020300111034 ) 3. Alvin Akbar P ( 12502030711058 ) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Upload: elok-hendiono

Post on 19-Nov-2015

26 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

DISUSUN OLEH :1. Daisy Kusumaningtyas ( 125020300111029 )2. Mariatul Ulfa Mansyur ( 125020300111034 )3. Alvin Akbar P ( 12502030711058 )

Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas BrawijayaMalang2014

SEKILAS TEORI ETIKA Etika bisnis adalah penerapan prinsip-prinsip etika yang umum pada suatu wilayah perilaku manusia yang khusus, yaitu kegiatan ekonomi dan bisnis. Prinsip-prinsip etika ini terdapat dalam suatu kerangka sistematis, yanki teori.Teori etika disini mangacu pada perbuatan yang dipandang secara riil. Berdasarkan pada baik atau buruk dari sudut pandang moral, bukan teknis.Teori etika membantu kita dalam menilai suatu keputusan etis. Artinya, kita bisa menilai baik atau buruknya perbuatan kita dari teori etika. Teori etika menyediakan justifikasi bagi keputusan kita. Akan tetapi, hal ini terbentur pada kesulitan bahwa pada kenyataannya terdapat banyak teori etika, sehingga justifikasi bagi perbuatan-perbuatan moral kita menjadi berbeda juga.1. UtilitarismeUtilitarisme berasal dari kata Latin utilis yang berarti bermanfaat. Menurut teori ini, suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan (the greatest happiness of the greatest number / kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar). Misalnya melestarikan lingkungan hidup adalah tanggungjawab bersama karena hal ini membawa manfaat paling besar bagi umat manusia, termasuk bagi generasi-generasi penerus manusia.

Beberapa hal mengenai teori ini, yaitu: Teori etika ini sangat sesuai dengan pemikiran ekonomis. Misalnya, teori ini cukup dekat dengan cost benefit analysis dan manfaatnya bisa diperhitungkan seperti pada untung dan rugi atau kredit dan debet dalam konteks bisnis. Utilitarisme sangat menekankan pentingnya konsekuensi perbuatan dalam menilai baik buruknya. Kualitas moral tergantung pada kualitas moral perbuatan. Jika suatu perbuatan membawa lebih banyak manfaat daripada kerugian yang ditimbulkan maka perbuatan itu adalah baik. Karena konsekuensi begitu penting dalam utilitarisme, maka teori ini juga disebut juga konsekuensialisme. Utilitarisme disebut juga teleologis (dari kata Yunani, telos = tujuan), sebab kualitas etis suatu perbuatan diperoleh dengan dicapainya tujuan perbuatan. Utilitarisme dapat memberi tempat juga kepada pengertian kewajiban, tapi hanya dalam arti bahwa manusia harus menghasilkan kebaikan dan bukan keburukan.Teori utilitarisme menemui banyak kritik dari para etikawan. Keberatan utamanya adalah utilitarisme tidak berhasil menampung dalam teorinya dua paham etis yang sangat penting, yaitu keadilan dan hak. Untuk mengatasi hal ini, beberapa utilitaris mengusulkan untuk membedakan dua utilitarisme:1. Utilitarisme perbuatan (act utilitarism) prinsip dasar utilitarisme (manfaat terbesar bagi jumlah orang terbesar) diterapkan pada perbuatan. Prinsip dasar ini dipakai untuk menilai kualitas moral suatu perbuatan.2. Utilitarisme aturan (rule utilitarism) prinsip dasar utilitarisme tidak harus diterapkan atas perbuatan yang kita lakukan, melakukan atas aturan-aturan moral yang kita terima bersama dalam masyarakat sebagai pegangan bagi perilaku kita. Tetapi aturan kedua ini tidak bisa diterima sebagai aturan moral yang sah.

2. DeontologiIstilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban dan tidak memperhatikan konsekuensi dari perbuatan. Deontologi selalu menekankan: perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan baik tidak menjadikan perbuatan itu baik.Dikatakan bahwa orang beragama berpegang pada deontologi karena mereka menjalankan perintah dan menjauhi larangan Tuhan. Jadi, secara implisit pendekatan ini diterima dalam konteks agama. Filsuf dari teori ini adalah Immanuel Kant. Menurutnya, suatu perbuatan adalah baik jika dilakukan karena harus dilakukan atau dilakukan karena kewajiban. Dan suatu perbuatan adalah baik jika berdasarkan imperatif kategoris, yakni mewajibkan kita begitu saja tak tergantung dari syarat apapun. Perbuatan moral ini dirumuskan: Do sollst (engkau harus begitu saja), dilakukan karena wajib.Dalam hal ini, dapat dilihat perbedaan antara perbuatan baik menurut hukum dengan etika. Hukum mementingkan legalitas perbuatan, artinya segi lahiriah perbuatan. Sedangkan etika, tidak cukup legalitas tetapi juga moralitas perbuatan, yang berarti memperhatikan kondisi batiniah.Dari sini, dapat disimpulkan deontologi berlawanan dengan utilitarisme, karena deontologi sama sekali tidak memperhatikan konsekuensi dari perbuatan. Dalam praktik kehidupan, ada perbuatan yang bisa dibenarkan menurut utilitarisme dan tidak menurut deontologi. Akan tetapi, kerap kali juga perilaku yang sama dapat dibenarkan menurut kedua teori tersebut, atau sebaliknya perbuatan yang sama bisa dinyatakan tidak etis menurut kedua argumentasi itu.3. Teori HakTeori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi karena hak berkaitan dengan kewajiban. Meskipun begitu, teori hak sekarang ini telah mendapat identits tersendiri.Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu teori ini sesuai dengan suasana pemikiran demokratis. Teori hak sesuai dengan penghargaan terhadap individu yang memiliki harkat tersendiri, sehingga siapa pun tidak boleh dikorbankan demi mencapai suatu tujuan. Menurut Kant, manusia merupakan suatu tujuan pada dirinya (en end in itself). Karena itu manusia dihormati sebagai tujuannya sendiri dan tidak boleh digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan.Sejalan dengan pemikiran moral, etika bisnis saat ini mengilhami teori hak, dimana etika bisnis saat ini melanjutkan perjuangan dibidang sosio-ekonomi yang berlangsung pada masa sebelumnya.4. Teori Keutamaan Teori ini memfokuskan pada seluruh manusia sebagai pelaku moral dan memandang sikap atau akhlak seseorang.Dikatakan bahwa teori keutamaan dewasa ini sebagai reaksi atas teori-teori sebelumnnya yang berat sebelah dalam mengukur perbuatan dengan prinsip atau norma. Tetapi menurut sejarah, teori ini bukanlah teori baru melainkan tradisi lama pada masa filsuf Yunani kuno, Aristoteles.Keutamaan disini diartikan sebagai: disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Seseorang adalah orang yang baik jika memiliki keutamaan. Hidup yang baik adalah virtuous life: hidup berkeutamaan.Menurut Aristoteles, keutamaan tidak dibatasi pada taraf pribadi saja, melainkan pada konteks komuniter. Manusia adalah makhluk politik: tidak bisa dilepaskan dari polis atau komunitasnya. Sebagian, teori ini dianggap tidak relevan bagi orang modern, begitu pula sebaliknya. Dalam etika bisnis, teori ini belum banyak dimanfaatkan. Namun telah ada minat pada teori ini. Solomon membedakan keutamaan untuk pelaku bisnis individual dan keutamaan pada taraf perusahaan. Menurutnya, keadilan sebagai keutamaan paling mendasar di bidang bisnis.Di antara keutamaan yang menandai pebisnis perorangan adalah: kejujuran, fairness, kepercayaan, dan keuletan. Semua ini saling berkaitan, walaupun terkadang terjadi tumpang tindih diantaranya. Kejujuran diakui sebagai keutamaan pertama dan dianggap paling penting karena orang yang jujur tidak akan berbohong atau menipu. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran. Namun, keutamaan kejujuran terkadang menemui kesulitan karena garis perbatasan antara kejujuran dan ketidakjujuran tidak selalu bisa ditarik dengan tajam. Walaupun kejujuran sangat diharapkan, bukan berarti orang jujur luput dari kesulitan moral.Fairness adalah keutamaan yang lain, merupakan kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada semua orang dan dengan wajar dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu transaksi. Contoh bisnis yang tidak fair adalah insider trading, karena tidak disetujui oleh pihak lain yang aktif di pasar saham.