sejarah program studi ekonomi islam fakultas ekonomi...
TRANSCRIPT
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
1
SEJARAH
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SUMATERA UTARA
MEDAN
A. Sejarah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Lahirnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sumatera Utara (FEBI UIN
SU) tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan gerakan dan pemikiran ekonomi
Islam di Sumatera Utara. Sejak tahun 1993, IAIN Sumatera Utara (saat ini telah menjadi
UIN Sumatera Utara) menjadi salah satu lembaga pendidikan tinggi agama Islam
pertama yang secara serius mengembangkan kajian ekonomi Islam. Tidak saja dalam
bentuk pendidikan dan pelatihan, tetapi juga IAIN Sumatera Utara masuk pada wilayah
gerakan sosialisasi ekonomi syariah di masyarakat.
Keterlibatan IAIN Sumatera Utara secara langsung dalam pengembangan
ekonomi Islam di Sumatera Utara membuat lembaga ini menjadi dipercaya pemerintah
dalam hal ini Kementerian Agama R.I. untuk menjadi penyelenggara pendidikan tinggi
ekonomi Islam. Sampai saat ini, IAIN Sumatera Utara telah menyelenggarakan
pendidikan tinggi ekonomi Islam, mulai dari tingkat diploma, sarjana (Strata 1) sampai
program doktor (Strata 3). Tidak itu saja, dalam rangka transformasi atau alih status
IAIN Sumatera Utara menuju UIN Sumatera Utara Kementerian Agama juga
menetapkan keunggulan dan kekhasan UIN Sumatera Utara pada ekonomi Islam.
Satu hal yang harus disadari, apa yang dicapai oleh UIN Sumatera Utara saat ini
dalam bentuk kepercayaan yang tinggi baik dari masyarakat dan juga pemerintah,
merupakan hasil dari perjalanan sejarah panjang keterlibatan UIN Sumatera Utara
dalam mengembangkan ekonomi Islam. Pemahaman yang utuh tentang sejarah
kelahiran FEBI penting untuk diketahui. Dengan cara ini, kita bisa menangkap
semangat awal lahirnya jurusan/prodi Ekonomi Islam yang kemudian bermetamorfosis
menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sumatera Utara.
Sejarah lahirnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sumatera Utara
setidaknya dapat dibagi ke dalam tiga periode, yaitu:
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
2
Periode pertama adalah periode awal yang memuat sejarah lahirnya gerakan dan
pemikiran ekonomi Islam di Sumatera Utara;
Periode Kedua adalah institusionalisasi pendidikan Tinggi Ekonomi Islam; dan
Periode Ketiga adalah Pengukuhan dan penguatan posisi ekonomi Islam ke dalam
Fakultas.
Lebih lanjut periodesasi tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Periode Sejarah Lahirnya Gerakan dan Pemikiran Ekonomi Islam di
Sumatera Utara (Tahun 1993-2000)
Setidaknya ada dua faktor yang mendasari lahirnya gerakan ekonomi syari’ah di
Sumatera Utara. Pertama, faktor internal dalam negeri yang berimbas ke Sumatera
Utara khususnya kota Medan. Kedua, faktor eksternal luar negeri, khususnya dinamika
perkembangan pendidikan dan peraktik ekonomi Islam di Malaysia. Respons dari kedua
peristiwa ini melahirkan apa yang disebut dengan gerakan ekonomi syari’ah.
Pada tahun 1990-an muncul isu lemak babi di dalam penyedap makanan
Ajinomoto. Peristiwa ini menimbulkan keprihatian dikalangan pemikir-pemikir
ekonomi Sumatera Utara, sebut saja misalnya Prof. H.S. Hadibroto, Prof. Bahauddin
Darus (Keduanya dari Fakultas Ekonomi USU) dan H.S Pulungan Dirut PTPN. Ada
keinginan dari tokoh-tokoh tersebut untuk membuat lembaga kajian atau setidaknya
media untuk berdiskusi dan membicarakan beragam persoalan umat Islam. Sebagai
pemikir yang peduli, mereka menyadari betul dampak dari penggunaan lemak babi
dalam makanan tertentu.
Perkumpulan “tokoh-tokoh senior” yang peduli itu terwujud. Mereka kerap
berkumpul dan melaksanakan pengajian-pengajian. Beberapa ulama diundang untuk
memberikan tausiah atau mengkaji beberapa persoalan kegamaan, khususnya isu-isu
aktual. Namun sayangnya, seringkali pengajian-pengajian itu tidak sepenuhnya bisa
memberi jawaban yang memuaskan. Sebagai ilmuan umum mereka tentu memerlukan
penjelasan keagamaan yang rasional dan kontekstual. Mereka menginginkan sebuah
pencerahan yang bersumber dari ajaran-ajaran agama.
Kendatipun saat itu mereka mendapatkan ceramah agama dari kalangan ustadz-
ustadz yang ada di kota Medan, namun penjelasan para ustadz dan ulama tersebut tidak
memuaskan dahaga intelektual mereka. Bisa jadi hal ini disebabkan karena metode para
ulama yang masih menggunakan cara-cara pesantren atau maktab, untuk tidak
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
3
menyebutnya secara tradisional, bagi mereka tidak sepenuhnya bisa menjawab
persoalan riel yang mereka hadapi. Mereka sesungguhnya membutuhkan ahli agama
yang tidak saja dapat menjelaskan Islam secara rasional tetapi juga kontekstual.
Sehingga Islam benar-benar membumi dan dapat merespon persoalan riel yang dihadapi
masyarakat.
Keresahan ini terjawab ketika dua orang cendikiawan Islam Sumatera Utara
yang berkiprah di IAIN Sumatera Utara kembali setelah meyelesaikan studi S3 di IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Dr. M. Yasir
Nasution, ahli Filsafat dan Hukum Islam serta Dr. M. Ridwan Lubis, ahli dalam bidang
Pemikiran Islam. Keduanya diundang ke dalam berbagai pengajian untuk memberikan
pencerahan terhadap senior dan tokoh-tokoh yang haus akan ilmu agama. Kedatangan
dua orang Doktor baru UIN Sumatera Utara tersebut berhasil menjawab kegelisahan
mereka selama ini. Kajian-kajian yang dikembangkan tidak lagi bercorak normatif-
doktrinal, tetapi juga rasional-kontekstual. Tidak berlebihan jika dikatakan mereka
seakan menemukan “penjelasan baru tentang agama”.
Di dalam kajian-kajian tersebut, isu-isu kemasyarakatan terus berkembang,
termasuk problema makanan yang dihadapi oleh umat Islam. Gagasan ini terus
digulirkan dan semakin meluas ke beberapa lembaga perguruan tinggi lainnya,
termasuklah UMSU, UISU, IKIP (sebelum menjadi UNIMED) dan tentu saja IAIN
Sumatera Utara. Dari beberapa kali perbincangan ada kesepakatan di antara para pakar
untuk membentuk lembaga atau forum kajian yang di dalamnya isu-isu ekonomi
ditela’ah dan diperbincangkan. Tentu saja pada saat itu belum terbayangkan apa yang
dimaksud dengan ekonomi Islam atau ekonomi syari’ah. Diskursus yang berkembang
baru pada wacana Islam dan ekonomi. Jika ada yang lebih maju dari hal tersebut, hanya
sekedar dalam penggunaan istilah yang dipakai untuk membahas isu ekonomi tertentu
lalu ditambahkan dengan frasa “perspektif Islam”, “perspektif Alquran” dan sesekali
menggunakan frasa “perspektif ekonomi Islam”.
Setelah terjadi kebulatan tekad untuk melahirkan forum kajian tersebut, muncul
masalah baru. Pertanyaan besar saat itu adalah, di mana markas atau lembaga kajian
ekonomi itu ditempatkan. Kendatipun mereka mewakili perguruan tinggi masing-
masing namun tidak ada yang siap untuk menjadi “tuan rumah” atau markas kajian itu.
Sampai akhirnya, IAIN Sumatera Utara yang saat itu dipimpin oleh Drs. H. Nazri
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
4
Adlani selaku Rektor, bersedia menjadi tempat berkumpul tokoh-tokoh untuk
mendiskusikan persoalan umat khususnya yang berkenaan dengan masalah ekonomi.
Dr. M. Yasir Nasution didaulat untuk memimpin lembaga yang kemudian diberi
nama Forum Kajian Ekonomi dan Perbankan Islam di singkat FKEBI. Pilihan terhadap
Dr. M. Yasir Nasution sebenarnya sangat sederhana saja. Bukan karena beliau ahli
dalam ekonomi Islam. Bahkan dalam pengakuannya, pada mulanya Prof. M. Yasir
Nasution sendiri adalah orang yang skeptis terhadap ekonomi Islam. Satu-satunya
alasan mengapa harus Prof. M.Yasir Nasution, itu hanya karena beliau orang dalam atau
orang IAIN Sumatera Utara. Saat itu Dr. M. Yasir Nasution menjabat sebagai Dekan
Fakultas Syari’ah untuk periode 1991-1996. Tentu saja Rektor pada waktu itu ingin agar
lembaga yang baru ini tetap dalam kendalinya. Jika FKEBI dipimpin oleh orang luar,
pastilah Rektor akan kesulitan untuk memantau dan mengarahkan lembaga tersebut.
Pada saat yang sama, di Malaysia wacana ekonomi Islam sedang menemukan
momentumnya. Di saat kajian ekonomi Islam masih asing di Indonesia, di negeri jiran
itu berbagai jenis seminar, workshop ekonomi Islam kerap digelar. Bahkan mereka
sudah mempraktikkan ekonomi Islam dalam bentuk industri keuangan syari’ah seperti
lembaga perbankan Islam. Demikian juga halnya dalam bentuk pendidikan tinggi
ekonomi Islam. Beberapa perguruan tinggi di Malaysia seperti IIUM dan Kolej
Insaniyyah kerap melaksanakan konfrensi dan seminar-seminar ekonomi Islam. Mereka
juga telah menyelenggarakan pendidikan tinggi ekonomi Islam dengan menggunakan
model Islamisasi Ilmu yang digagas oleh Isma’il Raji’ Al-Faruqi dan Syed Naquib Al-
Attas. Tidak jarang, kegiatan seminar dan workshop ekonomi Islam di Malaysia juga
mengundang pakar-pakar ekonomi konvensional dari Indonesia. Dalam satu kegiatan
ekonomi Islam, Dr. M. Yasir Nasution melalui Prof. Bahauddin Darus diundang untuk
mengikuti kegiatan Seminar ekonomi Islam di Malaysia. Sejak saat itulah Dr. M. Yasir
Nasution mulai bersentuhan dengan isu-isu ekonomi Islam.
Dalam pengakuannya, Dr. M. Yasir Nasution mulai mengenal ekonomi Islam
sejak mengikuti kegiatan di negeri jiran itu. Beliau bertemu dengan pakar-pakar
ekonomi Islam dunia seperti Fahim Khan, M. Umer Chapra dan dialog-dialog
konstruktif pun terus berlangsung. Perlahan namun pasti Dr. M. Yasir Nasution mulai
melihat titik terang ekonomi Islam dan perbedaannya dengan sistem ekonomi lainnya.
Sebagai orang yang terdidik dalam ilmu-ilmu keislaman, tidak sulit bagi Dr. M. Yasir
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
5
Nasution untuk memahami prinsip-prinsip ekonomi Islam. Agaknya tidak berlebihan
jika dikatakan, Malaysia telah memperkenalkan kepada Dr. M. Yasir Nasution ekonomi
Islam kendati dalam bentuknya yang amat sederhana.
Kondisi ini tentu berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia. Entah mengapa
gaung ekonomi Islam tidak terlalu berkembang. Walaupun secara apologetik kita bisa
saja berkata, wacana atau diskursus ekonomi yang dikaitkan dengan Islam telah lama
berlangsung di nusantara. Dimulai dari era yang paling awal perjalanan bangsa ini.
Gagasan-gagasan para tokoh besar seperti Muhammad Hatta, Syafruddin
Prawiranegara, Cokro Aminoto, dan tokoh lainnya menjadi bukti bahwa wacana
ekonomi Islam telah lama muncul di Indonesia.
Kendati kita terlambat, namun beberapa pakar Islam Indonesia berkesempatan
untuk mengikuti secara dekat dinamika intelektual kajian ekonomi Islam di Malaysia.
Sebut saja misalnya, M. Syafi’i Antonio yang memang sedang studi di IIUM.
Sedangkan dari Medan terdapat sosok Prof. Bahauddin Darus yang tidak saja
“membawa” orang IAIN Sumatera Utara untuk ikut dalam wacana besar ekonomi Islam
dunia tetapi memperkenalkan kepada mereka tentang keberadaan Forum Kajian
Ekonomi dan Perbankan Islam (FKEBI).
Pilihan Rektor IAIN Sumatera Utara terhadap Dr. M. Yasir Nasution ternyata
tidak salah. Di samping Dr. M. Yasir Nasution adalah sarjana Syari’ah yang mumpuni
tenryata juga memiliki minat terhadap kajian ekonomi syari’ah. Setelah mengikuti
sebuah kegiatan ekonomi Islam di Malaysia, Dr. M. Yasir Nasution pun segera
membangun jaringan dengan perguruan tinggi Malaysia yang saat itu telah lebih dahulu
menyelenggarakan pendidikan tinggi ekonomi Islam. Demikianlah, hasilnya adalah
terselenggaranya kegiatan Workshop Ekonomi Islam yang pertama di Medan bahkan
mungkin yang pertama di Indonesia.
Agaknya pakar-pakar Malaysia melihat Medan adalah wilayah yang sangat
potensial untuk berkembangnya ekonomi Islam. seakan membawa misi “Islamisasi
ekonomi Indonesia,” beberapa universitas di Malaysia seperti IIUM dan Kolej
Insaniyah bermaksud melaksanakan seminar bersama ekonomi Islam. Tawaran untuk
melaksanakan workshop ekonomi Islam bersama diajukan kepada Dr. M. Yasir
Nasution sebagai perwakilan orang Indonesia yang saat itu berada di Malaysia. Atas
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
6
izin Rektor, Dr. M. Yasir Nasution menjawab tantangan Malaysia untuk melaksanakan
seminar bersama.
Sepulangnya Dr. M. Yasir Nasution dari Malaysia, kepanitianpun disusun. Tidak
ada cara lain bagi Dr. M. Yasir Nasution kecuali menggunakan orang-orang Syari’ah.
Pilihan jatuh kepada Dr. Amiur Nuruddin, MA, Dosen Syari’ah yang sangat energik dan
memiliki pemikiran yang futuristik untuk didaulat sebagai ketua panitia. Beberapa
dosen Fakultas Syari’ah sebut saja Drs. Palit Muda Harahap, Drs. Syu’aibun, ikut
terlibat secara aktif dalam menyukseskan acara tersebut. Sepertinya memang sudah
ditakdirkan Allah SWT, Dr. Amiur Nuruddin yang pada saat itu juga belum berkenalan
secara intesnif dengan ekonomi Islam, akhirnya menjadi tokoh nasional dalam
pengembangan ekonomi Islam. Beliau menjadi as-sabiquna al-awwalun sebagai guru
besar ekonomi Islam di Indonesia. Demikianlah, panitia bekerja siang malam untuk
mensukseskan acara seminar ekonomi Islam pertama di Indonesia, setidak-tidaknya di
luar Jawa. Penting dicatat, seminar itu berlangsung pada era orde baru. Di saat Islam
phobia masing menguat.
Tepat tanggal 25-28 Oktober 1993, Seminar dan Workshop Ekonomi Islam
bekerjasama dengan Universitas Islam Antar Bangsa (IIUM) dan Institut Kefahaman
Islam Malaysia (IKIM) dapat digelar. Ketua Panitia Seminar tersebut dijabat Dr. Amiur
Nuruddin (sekarang Profesor). Hadir sebagai nara sumber pada saat itu adalah, Zakaria
Man (UIA), Syed Omar Bin Syed Agil, Aidit bin Haji Ghazali, Syed Abdul Hamid Al-
Junaid, Syed Othman Alhabsi (IKIM), Dziyauddin bin Haji Ahmad (UIA). Sedangkan
dari Indonesia sebagai nara sumber hadir pula, Muhammad Syafi’i Antonio.
Seminar dan Workshop itu menjadi sejarah baru bagi perkembangan gerakan
dan pemikiran ekonomi Islam tidak saja di Sumatera Utara tetapi juga di Indonesia
dengan melahirkan tiga kesimpulan penting. Pertama, perumusan kurikulum dan
Pemasyarakatan Ilmu Ekonomi Islam dalam rangka pembukaan Fakultas Ekonomi
Islam. Kedua, Perlunya pendirian lembaga-lembaga keuangan syari’ah. Ketiga,
Perlunya membangun kerjasama antar lembaga. 1
Di luar tiga kesimpulan dan rekomendasi yang telah dicapai, Seminar yang pada
mulanya dicurigai pemerintah Orde Baru dan dikhawatirkan sebagai bagian gerakan
1Amiur Nuruddin (Direktur FKEBI) “FKEBI-IAIN Sumatera Utara : Merajut Potensi Ekonomi
Membangun Kekuatan Umat” dalam Pengantar untuk buku, Ekonomi dan Bank Syari’ah Pada Milenium
Ketiga, Medan, IAIN. Press dan FKEBI, 2002, h. xii-xiii.
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
7
negara Islam, ternyata menjadi spirit bagi FKEBI untuk terus bekerja dan melakukan
terobosan-terobosan dalam rangka pengembangan kajian ekonomi Islam. FKEBI saat
itu ingin membuktikan Seminar dan Workshop bukanlah sebatas mengumpulkan bahan-
bahan atau makalah Seminar. Lebih dari itu, FKEBI ingin seminar yang penuh resiko
itu dapat melahirkan sesuatu yang bermakna bagi bangsa dan agama. Tegasnya,
bagaimana menindaklanjuti hasil-hasil seminar tersebut menjadi sesuatu yang nyata.
Tindak lanjut yang sangat konkrit adalah terlaksananya Diklat (Pendidikan dan
Latihan) bagi calon pengelola Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS) yang saat ini
telah berganti nama menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah. Kegiatan tersebut
dikatakan sukses karena berhasil melahirkan beberapa BPRS. Sebut saja BPRS
Kafalatul Ummah (1994) di Medan, BPRS Amanah Bangsa (1994) di Pematang Siantar,
BPR Al-Washliyyah (1994) di Tanjung Morawa Deli Serdang, BPRS Gebu Prima
(1996) di Deli Serdang, dan BPRS Puduarta Insani (1996) di Tembung Deli Serdang.
Penting dicatat, seminar yang bersejarah tersebut diselenggarakan setelah MUI
berhasil melahirkan bank Syari’ah pertama di Indonesia. Menurut Adiwarman Karim,
upaya MUI untuk mendorong lahirnya Bank Syari’ah sudah berlangsung sejak tahun
1990. Bahkan pendirian Bank Syari’ah tersebut telah pula ditandatangani pada 1
November 1991, tetapi belum dapat beroperasi karena undang-undang perbankan belum
memungkinkan. Ketika UU No 7 Tahun 1992 diterbitkan pada 1 April 1992, tepat satu
bulan kemudia 1 Mei 1992, bank Syari’ah pertamapun beroperasi.2
Pada tahun 1998, FKEBI bekerjasama dengan perguruan tinggi yang ada di Kota
Medan menyelenggarakan Seminar Bank Islam dengan menghadirkan pakar ekonomi
Syari’ah, sebelumnya bekerja di IDB, Karnaen Perwataatmaja. Seminar tersebut
berlangsung di Hotel Garuda Plaza Medan. Tidak saja mengandalkan pemikir dan ahli
ekonomi Islam Indonesia, FKEBI bekerjasama dengan pemerintah Propinsi berhasil
mendatangkan pakar-pakar ekonomi Islam Internasional. Sebut saja misalnya, Prof. Dr.
M.A. Mannan, Prof. Dr. Masudul Alam Choudry, Monzer Khaf, Prof. Dr. Azmi Omar,
dll.
Tentu tidak pada tempatnya untuk menyebutkan semua seminar yang
dilaksanakan FKEBI ataupun IAIN Sumatera Utara di lembaran ini. Namun yang jelas,
FKEBI sangat menyadari, yang diperlukan saat itu adalah memberikan pemahaman dan
2Adiwarman A Karim, “Silent Giant from the East” dalam Gatra, No.48 Tahun XIII, h. 12
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
8
kesadaran kepada umat Islam akan arti penting ekonomi Islam. Kendati secara normatif,
ajaran ekonomi Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ajaran Islam, namun
dalam sejarahnya dimensi ekonomi ini jauh tertinggal. Tidaklah mengherankan jika
umat Islam lebih memahami aspek-aspek akidah, ibadah dengan segala cabangnya,
politik Islam (siyasah) dibanding dengan ajaran ekonomi Islam. Pada gilirannya, tragedi
sejarah ini membentuk cara berpikir dikotomik dikalangan umat. Ekonomi diyakini
bukan bagian dari ajaran Islam. Ekonomi adalah sesuatu yang bersifat dari luar yang
diinjeksikan ke dalam Islam.
Cara berpikir yang keliru ini tentu saja perlu dibongkar dan diluruskan. Sarana
yang cepat dan efektif adalah lewat Seminar, diskusi dan pertemuan-pertemuan resmi
lainnya. Kendatipun tetap disadari, seminar juga tidak menjamin umat akan memiliki
pemahaman yang utuh tentang ekonomi Islam. Setidaknya, lewat acara tersebut,
diskursus ekonomi Islam cepat berkembang dan menjadi wacana di tengah-tengah
masyarakat.
Sedangkan untuk jangka panjang, sosialisasi dan pengintegrasian ajaran
ekonomi Islam ke dalam diri umat Islam sekaligus dalam rangka menyiapkan Sumber
Daya Insani (SDI) yang tangguh untuk mengisi kebutuhan industri keuangan syari’ah,
tentu saja membutuhkan program yang sistematis, terencana dan komprehensif. Satu-
satunya cara yang paling baik adalah dengan menyelenggarakan pendidikan tinggi
Ekonomi Islam. Dalam hal ini, IAIN Sumatera Utara dipandang paling siap dan paling
mungkin untuk memulainya.
Tonggak sejarah yang cukup penting setelah tahun 1998 di IAIN Sumatera
Uatara adalah berdirinya program Diploma Dua (D-II) Manajemen Perbankan dan
Keuangan Syari’ah. Saat itu Dr. Amiur Nuruddin, MA menjabat sebagai Pembantu
Dekan I Fakultas Syari’ah. ia sangat bersungguh untuk membuka program baru
tersebut. Program ini ditingkatkan mejadi Program Diploma tiga (D-III). Tidak terlalu
terang bagaimana proses berdiri dan beralihnya Pogram Diploma Dua (D-II) ke
Diploma Tiga (D-III). Izin yang mereka kantongipun hanyalah dalam bentuk izin
prinsip dan bersifat lisan. Demikianlah, bukan Dr. Amiur Nuruddin, MA, saat itu
menjadi pembantu Dekan, namanya jika tidak berani melakukan terobosan-terobosan
akademik. Keyakinan adalah modalnya bahwa ekonomi Syari’ah harus diwujudkan ke
dalam sebuah proses pendidikan yang tersistem dan berkesinambungan.
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
9
Kehadiran Diploma Tiga (D-III) MPKS yang berada di Fakultas Syari’ah kala
itu mendapat sambutan yang sangat hangat dari masyarakat. Program Diploma ini
menjadi idola baru di tengah-tengah calon-calon mahasiswa. Di Program ini seakan
mereka melihat masa depannya dengan sangat jelas. Hal ini terlihat dari partisipasi
pelamar atau calon mahasiswa yang ingin melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi.
Kendatipun programnya adalah Diploma, bukan strata S1, tidak menghalangi peminat
untuk memilihnya.
Tidak jelas benar kapan mulainya, yang pasti di FKEBI IAIN Sumatera Utara
terbentuk satu tim yang sangat solid. Seakan-akan membentuk generasi ekonomi Islam
di IAIN Sumatera Utara setelah dua tokoh utama tersebut, muncul nama-nama Drs.
Syu’aibun, M, Hum, Drs. Agustianto, Sugianto, Abdi Rahmat, Dani Budianto dan
Ibrahim Siregar. Mereka adalah generasi muda setelah Dr. M. Yasir Nasution dan Dr.
Amiur Nuruddin, MA, sebagai generasi yang pertama. Pada perkembangan berikutnya,
lahir pula tenaga-tenaga baru, sebut saja misalnya, Saidurrahman, Muhammad
Ramadhan, Azhari Akmal Tarigan, Muhammad Yafiz, Muhammad Ridwan. Generasi
selanjutnya muncul pula nama-nama Isnaini Harahap, Zuhrinal M.Nawawi, Andre
Soemitra, Marliyah, Yusrizal dan lain-lain.
Masuknya alumni-alumni luar, semisal USU yang selanjutnya menjadi dosen di
Fakultas Syari’ah IAIN Sumatera Utara menambah kekuatan dalam gerakan ekonomi
Islam. Sebut saja misalnya Saparuddin Siregar (alumni akuntansi USU). Beliau
akhirnya ditugaskan Rektor IAIN Sumatera Utara untuk memimpin BPRS Puduarta
Insani yang merupakan milik IAIN Sumatera Utara.
Sampai saat ini lapisan generasi ekonomi Islam di Sumatera Utara ini memiliki
ikatan yang kuat. Mereka sangat menyadari, tanggung jawab mujahid al-iqtishad bukan
sebatas mengembangkan ilmu ekonomi Islam tetapi juga mensosialisasikan ekonomi
Islam di tengah-tengah masyarakat.
2. Priode Institusionalisasi Pendidikan Tinggi Ekonomi Islam (Tahun 2000-
2013)
IAIN Sumatera Utara dalam hal ini FKEBI memandang perlu untuk
menyelenggarakan kegiatan yang sifatnya masif. Melibatkan seluruh komponen
masyarakat Islam Sumatera Utara. Menggeser ekonomi Islam dari ranah wacana
menjadi aksi nyata. Dukungan yang diberikan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara T.
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
10
Rizal Nurdin selaku Gubernur Sumatera Utara, diwujudkan dalam bentuk Gerakan
Pencanangan Ekonomi Syari’ah yang momentumnya bersamaan dengan kegiatan 1
Muharram. Pesan yang ingin disampaikan lewat kegiatan tersebuta adalah semangat
Muharram menjadi energi bagi umat Islam untuk hijrah dari ekonomi konvensional
(kapitalisme) menuju ekonomi Islam.
Keterlibatan orang nomor satu di Sumatera Utara itu memberikan efek yang luar
biasa. Ekonomi Islam tidak lagi menjadi gerakan pinggiran. Diselenggarakan oleh
hanya sekelompok orang-orang yang peduli. Akan tetapi gerakan ekonomi Islam
menjadi gerakan yang terbuka dengan dukungan sepenuhnya dari pemerintah propinsi.
Adalah H. Kasim Siyo yang saat itu menjabat sebagai asisten Gubernur menjadi media
atau penghubung efektif FKEBI IAIN Sumatera Utara dengan Gubernur. Sangat
disyukuri saat itu, Gubernur Sumatera Utara sangat mendukung segala kegiatan FKEBI
apakah seminar dan workshop ekonomi Islam sampai pada kegiatan massal-kolosal
seperti pencanangan ekonomi syari’ah.
H. Rizal Nurdin (alm.) memiliki komitmen yang tinggi buat ekonomi Islam.
Hampir semua kegiatan FKEBI beliau hadir, mencurahkan gagasan dan pemikiran-
pemikirannya untuk pengembangan ekonomi Islam di Sumatera Utara. Jika ditelusuri
lebih jauh apa yang membuat gubernur yang lembut itu setuju dengan ekonomi Islam,
ternyata dalam pemikirannya ekonomi Islam adalah ekonomi yang pro terhadap
kesejahteraan rakyat lebih-lebih rakyat kecil. Kata kuncinya, ekonomi Islam adalah
ekonomi kerakyatan. Pada saat yang sama, pendidikan tinggi ekonomi Islam yang
dikelola IAIN Sumatera Utara lewat Program Studi Ekonomi Islam di Fakultas
Syari’ah, terus mengalami perkembangan yang signifikan. Program Studi Diploma
kendati masih diminati mahasiswa namun dipandang belum cukup. Jika Diploma
menghasilkan tenaga-tenaga vokasi yang terampil dalam mengelola industri keuangan
syari’ah, maka Program Strata S1 diharapkan dapat menghasilkan tenaga terdidik dan
menguasai teori ekonomi Islam dan dalam tingkat tertentu menguasai peraktiknya.
Momentum pentingnya adalah pada tahun 2002, Program Studi Ekonomi Islam
Fakultas Syariah IAIN Sumatera Utara berdiri. Prodi Ekonomi Islam ini ternyata
mendapat sambutan yang sangat baik, terutama dari Departemen Agama R.I. Respons
positif itu dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Kelembagaan Agama
Islam Nomor DJ.II/158/2004 tanggal 27 Mei 2004 tentang Izin Penyelenggaraan
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
11
Program Studi Ekonomi Islam Program Sarjana (S-1) Pada Fakultas Syariah IAIN
Sumatera Utara Medan. Agaknya prodi ekonomi Islam pada Fakultas Syari’ah IAIN
Sumatera Utara adalah program studi yang tertua di Indonesia. Artinya, belum banyak
IAIN di Indonesia yang membuka prodi baru ini.
Satu hal yang menarik untuk kasus pendidikan tinggi ekonomi Islam di IAIN
Sumatera Utara adalah, program pasca sarjana (PPS) strata 2 prodi Ekonomi Islam
ternyata lebih dahulu lahir ketimbang program S1 nya. Program S2 IAIN Sumatera
Utara lahir pada tahun 2000 dengan jumlah mahasiswa angkatan pertama sebanyak 20
orang.3 Program S1 Ekonomi Islam lahir dua tahun setelah lahirnya S2, tepatnya tahun
2002 dengan jumlah mahasiswa pertama sebanyak 39 orang.
Pada periode ini, diskursus ekonomi Islam tidak lagi sebatas pada gerakan
sosialisasi ke masyarakat. tetapi mulai bergerak ke arah pengembangan studi ekonomi
Islam. Muncul pertanyaan-pertanyaan baru yang tentu saja membutuhkan jawaban
serius dari para ahli. Apa sesungguhnya hakikat ekonomi Islam tersebut? bagaimana
bentuknya? Apa perbedaannya dengan ekonomi konvensional? Selanjutnya muncul
pula pertanyaan bagaimana mengajarkannya kepada mahasiswa?
Kendatipun pada saat itu formulasi integrasi keilmuan ekonomi Islam belum
jelas untuk tidak mengatakan belum tanpak sama sekali, namun yang jelas pada masa
itu teori-teori ekonomi sudah mulai dimuati dengan prinsip-prinsip keislaman.
Setidaknya dimensi etik Islam mulai mendapat tempat dalam kajian ekonomi. Ayat-ayat
ekonomi mulai dikaitkan dengan kajian-kajian ekonomi pada umumnya. Sebut saja
misalnya, kaitan ayat-ayat konsumsi dengan larangan untuk israf atau berlebih-lebihan.
Studi tentang riba tidak lagi dikaji dalam dimensi hukumnya saja tetapi mulai
dihubungkan dengan masalah-masalah ekonomi kontemporer.
Prodi Ekonomi Islam, dalam hal ini Fakultas Syari’ah, yang saat itu dekannya
dijabat oleh Dr. Amiur Nuruddin, MA beserta tim lainnya yang selama ini cukup aktif
mulai menyadari bahwa persoalan kurikulum ekonomi Islam tidak bisa dipandang
sederhana. Perlu upaya-upaya serius untuk perumusannya. Jujur diakui, pada saat itu
Sumber Daya Manusia (SDM) fakultas Syari’ah sangat kurang sekali. Diperlukan
tenaga-tenaga luar yang benar-benar dapat membantu fakultas syari’ah dalam
memperkuat proses pendidikan dan pengajaran ekonomi Islam. Demikianlah, prodi
3Di dalam SK Dirjen Pembinaan Kelembagaan agama Islam No. E/293/1997, tanggal 26
Desember 1997 disebutkan nama programnya Program Studi Islam dan Ekonomi.
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
12
Ekonomi Islam yang sejak awal pendiriannya menggunakan jasa konsultan ahli terus
membangun jaringan dan komunikasi dengan para ahli. Beberapa pakar yang diminta
pemikirannya dalam perumusan ekonomi Islam sejak awal berdirinya adalah, Ir.
Adiwarman A. Karim, SE, MBA, MAEP dari Karim Business Consulting yang
berkedudukan di Jl. K. H. Mas Mansyur, Batavia Tower, Lt 14 Kav. 126 Jakarta.
Selanjutnya Prof. Dr. Mohd. Azmi Omar dari Islamic International University Malaysia
(IIUM) di Malaysia dan Prof. Sofyan Syafri Harahap, SE.Ak, MASc, Phd, Guru Besar
Fakultas Ekonomi dan Direktur Islamic Economic and Finance (IEF) Universitas
Trisakti Jakarta. Tugas konsultan terutama membantu dalam menyusun kerangka
kurikulum dan silabus mata kuliah pokok prodi Ekonomi Islam.
Keterlibatan para pakar ekonomi Islam yang berkaliber internasional menambah
percaya diri IAIN Sumatera Utara untuk terus mengembangkan ekonomi Syari’ah.
Beberapa pakar ekonomi Islam secara berkesinambungan turut serta memberikan
kontribusi pemikirannya kepada IAIN Sumatera Utara. Seiring dengan itu, pertumbuhan
bank-bank syari’ah di kota Medan juga turut menambah semaraknya diskursus ekonomi
Islam di kota Medan.
Menyadari ketersedian sumber daya ekonomi Islam menjadi keniscayaan,
pimpinan Fakultas terus mendorong dosen-dosennya untuk segera melanjutkan studi S3
ekonomi Islam baik di luar negeri ataupun di dalam negeri. Pimpinan Fakultas
menyadari bahwa untuk masa mendatang, program studi ekonomi Islam tentu tidak bias
bersandar dengan tenaga-tenaga luar. IAIN Sumatera Utara harus segera menyiapkan
sumber daya manusianya sendiri untuk menyongsong perkembangan studi ekonomi
syari’ah yang diyakini akan berkembang pesat.
3. Priode Pengukuhan dan Penguatan Posisi Ekonomi Islam ke dalam
Fakultas (Tahun 2013- Sekarang)
Seiring dengan komitmen IAIN Sumatera Utara untuk melakukan alih status
menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara, maka IAIN Sumatera Utara
mulai mempersiapkan pembentukan dan pembukaan fakultas-fakultas baru.
Sebagaimana yang tertera di dalam UU Pendidikan Tinggi No 12 tahun 2012, pasal 59
ayat 2 tentang Universitas dinyatakan, Universitas merupakan Perguruan Tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat menyelenggarakan pendidikan
vokasi dalam berbagai rumpun ilmu Pengetahuan dan/atau Tekhnologi dan jika
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
13
memenuhi syarat, universitas dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. Sedangkan
yang dimaksud dengan institut adalah, Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan akademik dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah
rumpun ilmu pengetahuan dan/atau tekhnologi tertentu dan jika memenuhi syarat,
institus dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
Penegasan UU Pendidikan Tinggi tentang Universitas sesungguhnya
memberikan peluang bagi IAIN Sumatera Utara untuk mengembangkan rumpun ilmu
baru dan tidak hanya sebatas rumpun ilmu agama saja. Berbeda dengan institut yang
kewenangan pengembangan rumpun ilmunya sedikit terbatas dan relatif sulit. Atas
dasar itu pula, IAIN Sumatera Utara harus segera mempersiapkan pembukaan fakultas-
fakultas baru, baik dalam upaya pengembangan ilmu-ilmu agama ataupun rumpun ilmu
yang selama ini berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Beberapa Fakultas baru yang diharapkan dapat dibuka ketika IAIN Sumatera Utara
beralih status menjadi UIN Sumatera Utara adalah Fakultas Sain dan Teknologi,
Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam.
Dari sekian Fakultas baru tersebut, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
merupakan satu-satunya Fakultas yang paling mungkin proses pembukaannya lebih
cepat direalisasikan. Beberapa alasannya adalah IAIN Sumatera Utara telah memiliki
program studi ekonomi Islam untuk tingkat Strata satu dan Program Diploma tiga
manajemen dan perbankan syari’ah. Dengan kata lain, untuk Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam yang belum ada hanyalah wadah yang lebih luas. Tentu saja maksudnya
adalah Fakultasnya. Sedangkan mahasiswa, dosen dan kurikulumnya telah terformat
dan terstruktur dengan baik. Bahkan lebih dari itu, jurusan ekonomi Islam dan Program
Diploma tiga juga telah memiliki tradisi akademik yang relatif mapan. Sebut saja
misalnya, tata pamong, tata pelaksanaan ujian komprehensif, munaqasyah, magang dan
sebagainya. Yang dibutuhkan jurusan dan Program Diploma tiga hanya payung yang
lebih besar dan itu adalah fakultas ekonomi dan bisnis Islam.
Proses terus berlanjut dan berita baiknya adalah ternyata kelahiran Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam ternyata tidak bersangkut paut dengan perubahan status IAIN
Sumatera Utara menjadi UIN Sumatera Utara. Artinya, tanpa perlu menunggu UIN,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dapat direalisasikan. Ini disebabkan karena
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
14
Ekonomi Islam sebagaimana halnya Syari’ah, Tarbiyah, Dakwah, Ushuluddin dan Adab
berada dalam rumpun ilmu agama yang sesungguhnya menjadi kewenangan
kementerian agama. Tegasnya bukan menjadi kewenangan kementerian pendidikan dan
kebudayaan. Berbeda halnya jika UIN Sumatera Utara bermaksud untuk membuka
Fakultas-fakultas rumpun ilmu non agama. Sebut saja misalnya Fakultas Sains dan
Tekhnologi atau Fakultas Ilmu Sosial.
IAIN Sumatera Utara segera mempersiapkan diri untuk menyongsong lahirnya
Fakultas Baru. Sebenarnya pimpinan Fakultas Syari’ah khususnya sejak masa Prof. Dr.
Nur A Fadhil Lubis, dilanjutkan Dr. M. Jamil dan puncaknya pada masa Dr.
Saidurrahman, MA, keinginan untuk menyapih Jurusan Ekonomi Islam sudah mulai
menguat. Beberapa diskusi terbatas dengan mengkaji maslahat dan mudharatnya banyak
dilakukan. Sayangnya, keinginan itu belum menemukan momentumnya yang tepat.
Sampai pada satu waktu, Wakil Rektor I Prof. Dr. Hasan Asari, MA meminta
Dekan Fakultas Syari’ah Dr. Saidurrahman, M.Ag dan Dr. Azhari Akmal Tarigan, MA
selaku ketua jurusan ekonomi Islam untuk mempersiapkan proposal alih status Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam. Maka sejak saat itu, perangkat jurusan mulai bekerja keras
untuk menyiapkan proposal tersebut. Waktu yang diberikan kepada jurusan tidak lebih
satu minggu. Tim penyusun proposal atas nama Isnaini Harahap, MA, Yusrizal, M.Si,
Ahmad Syakir, Zuhrinal M. Nawawi, Hotbin Hasugian bahu- membahu untuk
mempersiapkan proposal tersebut. Akhirnya pada waktu yang telah ditetapkan, proposal
tersebut selesai dan segera diserahkan kepada Pembantu Rektor I Prof. Dr. Hasan Asari,
MA.
Tidak lama berselang, Dekan Fakultas Syari’ah dan Ketua Jurusan Ekonomi
Islam didampingi Sekretaris Jurusan, Isnaini Harahap, MA diminta untuk
mempresentasekan Proposal tersebut dihadapan Kepala Biro Ortala Kemenag RI, Drs.
Muhammad Syahman Sitompul, SE, Ak dan tim. Ketua Jurusan mendapat giliran
setelah Rektor dan Pembantu Rektor I mempresentasikan perkembangan alih status
IAIN Sumatera Utara menuju UIN Sumatera Utara.
Pertemuan itu penting bagi perkembangan alih status Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam. Dikatakan penting karena pertemuan tersebut yang menjadi perkenalan
awal Ketua Jurusan dengan Drs. M. Syahman Sitompul yang memegang peran penting
dibalik proses lahirnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Setelah itu pekerjaan
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
15
besarnya adalah bagaimana memastikan perjalanan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
IAIN Sumatera Utara bersama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di UIN dan IAIN
lainnya dapat mulus dan akhirnya disahkan oleh menteri Agama. Dalam hal ini yang
paling bertanggungjawab mengawalnya di pusat adalah Drs. M. Syahman Sitompul
yang saat itu masih aktif menjabat sebagai Kepala Biro Ortala Kemenag RI.
Revisi proposal menjadi aktivitas yang tidak terhindarkan. Ketua Jurusan
bersama Ahmad Syakir harus bermalam di Kemenag Gedung Ortala lantai IV untuk
menuntaskan Proposal FEBI. Lagi-lagi peran Drs. M. Syahman Sitompul, SE, Ak,
menjadi signifikan. Beliau tidak saja mengawal perjalanan proposal tersebut tetapi juga
membantu agar proposal yang dihasilkan menjadi kuat dan meyakinkan pihak
kementerian terkait.
Satu hal yang penting dicatat dan menjadi bagian dari sejarah Fakultas Syari’ah
dan Ekonomi Islam yang indah, proses alih status Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
berjalan dengan sangat mulus. Pelepasan Jurusan Ekonomi Islam dan Diploma III
Perbankan Syari’ah ke Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam tidak menimbulkan masalah
sedikitpun. Tidak ada perdebatan dan tidak pula konflik. Fakultas induk dalam hal ini
Dekan Fakultas Syari’ah dengan penuh jiwa besar melepas mahasiswa/i Jurusan dan
Prodi Diploma III beserta dosen-dosen jurusan yang jumlahnya 37 orang. Hal ini tentu
berbeda dengan beberapa UIN, yang proses perpindahan dan pelepasannya
menimbulkan gesekan-gesekan yang tidak bisa dipandang sederhana.
Demikianlah setelah menunggu beberapa bulan lamanya, akhirnya pada tanggal
19 November 2013, PMA No 81 Tahun 2013 tentang Organisasi Tata Kerja IAIN
Sumatera Utara ditanda-tangani Menteri Agama. PMA itu sesungguhnya menjadi
penanda bahwa FEBI telah resmi berdiri. Pada pasal dinyatakan bahwa Fakultas yang
ada di lingkungan IAIN Sumatera Utara salah satunya adalah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam.
Selanjutnya, pada tanggal 14 Desember 2013, FEBI IAIN Sumatera Utara
bersama dua UIN, Alauddin Makasar dan Sunan Kalijaga Jogjakarta dan tiga IAIN,
Raden Fatah Palembang, Walisongo Semarang dan Surakarta FEBI sebagai fakultas
baru diresmikan berdirinya oleh Bapak Surya Dharma Ali selaku Menteri Agama.
Delegasi dari IAIN Sumatera Uatar yang hadir pada saat itu adalah Prof. Dr. Hasan
Asari, MA, Dr. Saidurrahman, MA dan Dr. Azhari Akmal Tarigan, MA.
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
16
Sejak diresmikannya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sumatera Utara
di Makasar, pimpinan IAIN Sumatera segera merespon dan melakukan persiapan-
persiapan dengan pembukaan Fakultas Baru tersebut baik dalam hal penyiapan
perangkat keras ataupun perangkat lunaknya. Tidak kalah pentingnya, Fakultas Syari’ah
IAIN Sumatera Utara juga melakukan persiapan-persiapan pelepasan, mulai dari
pelepasan mahasiswa dari Fakultas Syari’ah dan termasuk dosen-dosennya. Yang patut
disyukuri adalah, pelepasan tersebut berlangsung dengan cukup baik dan elegan tanpa
ada gesekan apapun. Ini menunjukkan jiwa besar pimpinan Fakultas Syari’ah IAIN
Sumatera Utara. Pelepasan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sumatera Utara
dari Fakultas Syariah ditandai dengan pengangkatan Dr. Azhari Akmal Tarigan, M.Ag
sebagai Dekan pertama yang menakhodai fakultas tersebut. Saat ini Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam terus berkembang di bawah payung UIN Sumatera Utara dan telah
mengelola 7 (tujuh) jurusan/program studi, yaitu: S2 Perbankan Syariah, Ekonomi
Islam, Akuntansi Syariah, Perbankan Syariah, Asuransi Syariah, Manajemen, dan D-III
Perbankan Syariah.
B. Sejarah Prodi Ekonomi Islam
Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Syariah IAIN Sumatera Utara berdiri
sejak tahun 2002. Pendirian program studi ini berawal dari pendirian Forum Kajian
Ekonomi dan Perbankan Islam (FKEBI) yang merupakan lembaga non-struktural di
IAIN Sumatera Utara. Sejak berdirinya tahun 1990 sampai dengan saat ini FKEBI
selalu responsif untuk mengembangkan Ekonomi Islam. Aktifitas dan kegiatan lembaga
ini terfokus pada pada kajian, penelitian, penerbitan, pelatihan dalam rangka
pengembangan ilmu ekonomi Islam dan pengabdian kepada masyarakat.
Diawali oleh beberapa kunjungan timbal balik antara pejabat IAIN Sumatera
Utara dengan pejabat Universitas Islam Antarbangsa (UIA) Malaysia dan Institut
Kefahaman Islam Malaysia (IKIM), pada tanggal 25 s/d 28 Oktober 1993
dilaksanakanlah “Seminar dan Workshop Ekonomi Islam” yang bertempat di Asrama
Haji Medan. Seminar ini tercatat sebagai seminar pertama tentang Ekonomi Islam di
luar Pula Jawa.
Menindak lanjuti salah satu Action Plan dari Seminar dan Workshop di atas,
yaitu mensosialisasikan ekonomi Islam dan mengembangkan ilmunya, maka FKEBI
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
17
sebagai bahagian dari IAIN Sumatera Utara mulai melakukan wujud nyata dengan
berbagai kegiatan sosialisasi ekonomi Islam bekerjasama dengan berbagai pihak,
termasuk dunia perbankan syariah
Pengembangan ekonomi Islam tidaklah lengkap apabila tidak diikuti dengan
pengembangan dunia pendidikan. Karena itu IAIN SU mulai mendirikan program studi
– program studi dibawah disiplin Ilmu ekonomi Islam. Tahun 1997, Fakultas Syariah
IAIN SU dipercayakan untuk mendirikan Program Diploma Tiga (D-3) “Manajemen
Perbankan dan Keuangan Syari’ah”. Tenaga dosen program studi ini mayoritas berasal
dari luar IAIN, yaitu sarjana ekonomi dan praktisi perbankan dan keuangan. Pada tahun
ajaran 2003 minat mahasiswa memasuki Prodi ini meningkat sehingga diterima
sebanyak 2 lokal (sebelumnya hanya satu lokal).
Perkembangan praktik ekonomi Islam, seperti perbankan syari’ah, asuransi
syari’ah dan sektor ril syari’ah, di samping minat masyarakat terhadap program D-3
sebelumnya semakin meningkat, maka Fakultas Syari’ah pada tahun 2002 membuka
program studi Ekonomi Islam untuk program strata satu. Prodi Ekonomi Islam ternyata
mendapat sambutan yang sangat baik, terutama dari Departemen Agama. Sambutan
tersebut dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Kelembagaan Agama
Islam Nomor DJ.II/158/2004 tanggal 27 Mei 2004 tentang Izin Penyelenggaraan
Program Studi Ekonomi Islam Program Sarjana (S-1) Pada Fakultas Syariah IAIN
Sumatera Utara Medan. Berdasarkan SK tersebut, maka IAIN Sumatera Utara secara
resmi telah dapat mengelola program studi Strata-1 Ekonomi Islam pada Fakultas
Syariah.
Pada Program Studi Ekonomi Islam ini dipelajari teori-teori ekonomi
sebagaimana halnya yang dipelajari pada program studi ekonomi di perguruan tinggi
umum, Namun demikian teori-teori ekonomi yang diajarkan diberi muatan prinsip-
prinsip keislaman disamping juga terdapat tambahan beberapa mata kuliah dasar umum
bagi perguruan tinggi agama. Untuk menjaga kualitas program, prodi Ekonomi Islam
sejak awal pendiriannya menggunakan jasa konsultan yang kapabel dalam bidang
ekonomi Islam. Pada awal pendiriannya, konsultan yang turut membantu prodi ini
adalah Ir. Adiwarman A. Karim, SE, MBA, MAEP dari Karim Business Consulting
yang berkedudukan di Jl. K. H. Mas Mansyur, Batavia Tower, Lt 14 Kav. 126 Jakarta
dan Prof. Dr. Mohd. Azmi Omar, Deputy Rector Islamic International University
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
18
Malaysia (IIUM) di Malaysia. Tugas konsultan terutama membantu dalam menyusun
kerangka kurikulum dan silabus mata kuliah pokok prodi Ekonomi Islam ini.
Pada awal pendiriannya, prodi Ekonomi Islam dikembangkan dengan
kekhususan perbankan syari’ah. Hal ini disebabkan perkembangan ekonomi Islam
dalam praktiknya saat itu yang sangat berkembang dan terus akan berkembang adalah
perbankan syari’ah yang tentu saja membutuhkan banyak sumber daya yang
mempunyai keahlian di bidangnya.
Berdasarkan tuntutan diversifikasi pasar dalam bidang ekonomi Islam, maka
sejak tahun akademik 2006/2007 prodi Ekonomi Islam dikembangkan dengan membuka
dua konsentrasi lagi. Jika pada awalnya prodi ini hanya satu konsentrasi, yaitu
Perbankan Syari’ah, maka sejak tahun ini bertambah menjadi tiga. Konsentrasi baru
tersebut adalah konsentrasi Akuntansi dan Keuangan Syari’ah dan konsentrasi
Manajemen Syari’ah. Untuk menjaga kualitas dua konsentrasi tersebut, prodi Ekonomi
Islam menggunakan jasa konsultan Prof. Sofyan Syafri Harahap, SE.Ak, MASc, Phd,
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Direktur Islamic Economic and Finance (IEF)
Universitas Trisakti Jakarta.
Pada masa selanjutnya, konsentrasi yang ada di Jurusan Ekonomi Islam berubah
menjadi Program Studi tersendiri ditambah dengan konsentrasi Ilmu Ekonomi Syariah
(IES) tahun 2014. Pada tahun 2015, izin penyelenggaraan Program Studi Akuntansi
Syariah dikeluarkan oleh Kementerian Agama dan pada tahun berikutnya, tahun 2016.
keluar izin untuk penyelenggaraan Program Studi Perbankan Syariah dan Asuransi
Syariah. Ketiga konsentrasi yang ada di Jurusan Ekonomi Islam tersebut pada giliran
selanjutnya menjadi cikal bakal dari lahirnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Sejak berdirinya, Pengelolaan Program Studi Ekonomi Islam telah melalui
beberapa periode dengan teamwork sebagai berikut.
1. Periode 1 (2002 – 2004)
Ketua Jurusan : Dr. Faisar Ananda, MA
Sekretaris Jurusan : Drs. Azwani Lubis, MA
2. Periode 2 (2004 – 2008)
Ketua Jurusan : Dra. Sri Sudiarti, MA
Sekretaris Jurusan : Drs. Milhan Yusuf (2004 – 2006)
: Drs. Sugianto (2006 – 2008)
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
19
Ka. Laboratorium : Nurlaila, SE., MA
Staf Umum : Isnaini Harahap, MA
Staf Kons. EPS : Hendra Harmain, SE, M.Pd.
Staf Kons. AKS : Kamilah, SE.Ak., M.Si.
Staf Kons. EMS : M. Irwan Padli Nasution, ST, MM.
3. Periode 3 (2009 – 2013)
Ketua Jurusan : Dr. Azhari Akmal Tarigan, M.Ag
Sekretaris Jurusan : Andri Soemitra, MA (2009 – 2010)
: Isnaini Harahap, MA (2010 – 2013)
Ka. Laboratorium : Isnaini Harahap, MA (2009 – 2010)
: Zuhrinal M. Nawawi, MA (2011 – 2013)
Staf Kons. EPS : Ahmad Syakir, MA.
Staf Kons. AKS : Hotbin Hasugian, M.Si
Staf Kons. EMS : Annio Indah Lestari, M.Si
Staf Akademik : Saparuddin Lubis
4. Periode 4 (2013 – 2014)
Ketua Jurusan : Isnaini Harahap, MA
Sekretaris Jurusan : Dr. M. Ridwan, MA
Ka. Laboratorium : Zuhrinal M. Nawawi, MA
Ka. Prodi EPS : Ahmad Syakir, MA.
Ka. Prodi AKS : Hotbin Hasugian, M.Si
Ka. Prodi EMS : Yusrizal, M.Si
Staf Akademik : Saparuddin Lubis
5. Periode 5 (2014 – 2016)
Ketua Jurusan : Isnaini Harahap, MA
Sekretaris Jurusan : Marliyah, MA
Pada periode ini Jurusan Ekonomi Islam berada di bawah naungan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam. Ketua Prodi untuk EPS, AKS, dan EMS ditiadakan.
Tahun 2015, AKS membentuk jurusan tersendiri, tahun 2016 EPS membentuk
jurusan tersendiri, dan tahun 2018 lahir jurusan Manajemen.
6. Periode 6 (2017-2020)
Ketua Jurusan : Dr. Marliyah, M.Ag
Sejarah Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU
20
Sekretaris Jurusan : Dr. Hj. Yenni Samri Juliati Nasution, MA (2017-
2019)
Imsar, M.Si (2019-2020)