sejarah masuknya islam di maluku

12
SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI MALUKU Awal kedatangan Islam di Kepulauan Maluku masih merupakan perdebatan akademis yang terus berlanjut hingga saat ini. Perdebatan itu bukan saja karena landasan teoritis, proposisi dan asumsi-asumsi yang berbeda dari para pakar sejarah, tetapi juga karena langkahnya dokumen tertulis (arsip) yang bisa menjelaskan awal kedatangan agama tersebut. Terlepas dari perbedaan pendapat dengan segala konsekuensinya ternyata semua pakar sejarah sepakat, bahwa kedatangan Islam di Maluku melalui jalur perdagangan laut dan dilakukan dengan cara- cara damai. Maluku menjadi begitu penting dalam jaringan perdagangan laut (dunia) karena menghasilkan buah pala dan cengkih yang merupakan dua komoditi dagangan yang sangat dibutukan ketika itu. Sedangkan proses pengislaman menurut Putuhena ( 1970) dilakukan melalui dua jalur yakni jalur “atas” dan jalur “bawah”. Jalur atas yang dimaksudkan adalah proses pengislaman melalui usaha dari para penguasa ketika itu. Sedangkan yang dimaksudkan dengan jalur bawah adalah proses pengislaman melalui usaha perorangan atau melalui masyarakat pada umumnya.

Upload: muhammad-qadri

Post on 24-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Mempelajari Sejarah Islam

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Masuknya Islam Di Maluku

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI MALUKU

Awal kedatangan Islam di Kepulauan Maluku masih merupakan perdebatan akademis yang terus berlanjut hingga saat ini. Perdebatan itu bukan saja karena landasan teoritis, proposisi dan asumsi-asumsi yang berbeda dari para pakar sejarah, tetapi juga karena langkahnya dokumen tertulis (arsip) yang bisa menjelaskan awal kedatangan agama tersebut.

Terlepas dari perbedaan pendapat dengan segala konsekuensinya ternyata semua pakar sejarah sepakat, bahwa kedatangan Islam di Maluku melalui jalur perdagangan laut dan dilakukan dengan cara-cara damai. Maluku menjadi begitu penting dalam jaringan perdagangan laut (dunia) karena menghasilkan buah pala dan cengkih yang merupakan dua komoditi dagangan yang sangat dibutukan ketika itu. Sedangkan proses pengislaman menurut Putuhena ( 1970) dilakukan melalui dua jalur yakni jalur “atas” dan jalur “bawah”. Jalur atas yang dimaksudkan adalah proses pengislaman melalui usaha dari para penguasa ketika itu. Sedangkan yang dimaksudkan dengan jalur bawah adalah proses pengislaman melalui usaha perorangan atau melalui masyarakat pada umumnya.

Page 2: Sejarah Masuknya Islam Di Maluku

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI MALUKU

Sebelum kedatangan bangsa Portugis (1512) dan Belanda (1602) para pedagang dari Cina, India dan Arab telah berdagang di Maluku. Orang-orang Maluku terutama di pusat-pusat perdagangan seperti; Banda, Hitu dan Ternate telah menggunakan huruf arab (arab20 melayu) dalam beberapa naskah tua, seperti hikayat Tanah Hitu, Kronik Bacan, Hikayat Ternate dan Hikayat Tanah Lonthor (Banda) yang telah hilang. Ini semua mengindikasikan, bahwa orang Maluku sebelum mengenal huruf latin yang dibawah oleh Portugis dan Belanda, mereka telah mengenal dan menggunakan huruf Arab dalam berbagai surat menyurat. Bahkan mereka telah menggunakan angka-angka Arab dalam berbagai transaksi dagang.

Masuknya agama Islam di Maluku Utara menurut M.S.Putuhena dalam artikelnya berjudul “Sejarah Agama Islam Di Ternate”(1970 : 264) mengemukakan berdasarkan tradisi lisan setempat bahwa pada akhir abad ke-2 Hijriah (abad ke-8M) telah tiba di Maluku Utara empat orang syeh dari Irak (Persia).

Page 3: Sejarah Masuknya Islam Di Maluku

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI MALUKU

Kedatangan mereka dikaitkan dengan pergolakan politik di Irak yang mengakibatkan golongan Syiah dikejar-kejar oleh penguasa, baik bani Umaiyah maupun bani Abasiyah. Keempat orang yang membawa faham syiah itu lalu pergi menyelamatkan diri menuju ke dunia Timur dan akhirnya tiba di Maluku Utara. Mereka itu adalah Syeh Mansur yang mengajarkan agama Islam Di Ternate dan Halmahera Muka. Selanjutnyadisebutkan bahwa setelah meninggal Ia dikuburkan di puncak Gamala Ternate. Kemudian Syeh Yakub mengajarkan agama Islam di Tidore dan Makian, dan setelah meninggal dikuburkan di puncak Kie Besi (gunung besi) di pulau Tidore. Sedangkan syeh Amin dan syeh Umar mengajarkan agama Islam di Halmahera Belakang, Maba, Patani dan sekitarnya. Kedua tokoh ini selanjutnya kembali ke Irak.

Menurut tradisi lisan setempat bahwa pembawa agama Islam di Laihitu konon bernama Ali Zainal Abidin yang dihubungkan nazabnya dengan Nabi Muhammad SAW.

Page 4: Sejarah Masuknya Islam Di Maluku

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI MALUKU

Prof Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam Indonesia menyatakan bahwa sejak tahun 650M yakni 7 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, para pedagang Arab telah membawa rempah-rempah cengkih dan pala ke pelabuhan-pelabuhan di teluk Persia untuk kemudiandiperjual-belikan ke daratan Eropa.

Uraian ini dapat dikonfirmasi dengan adanya jalur perdagangan yang dilalui pedagang-pedagang Arab, Persia, Gujarat maupun Cina yangdikenal dalam sejarah sebagai jalur sutera (silk road) dan jalur rempah (spice route).

Page 5: Sejarah Masuknya Islam Di Maluku

Kerajaan Islam di Maluku

Sumber sejarah lama dan cerita rakyat secara tradisonal menyebutkan bahwa semua sultan yang memerintah di empat kerajaan utama di Maluku Utara, berasal dari keturunan Jafar Sadik, seorang bangsa Arab keturunan Nabi Muhammad saw. Jafar Sadik kawin dengan puteri Nur Safah, yang tiba di Ternate pada tanggal 10 Muharram 470 H (kira-kira 1015 M) dari perkawinan ini mereka dikaruniai delapan orang anak, empat putra dan empat putri. Keempat putra ini menjadi sultan-sultan pertama dari keempat kerajaan yaitu Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan. Kerajaan Bacan, Sultan pertamanya adalah Kaitjil Buka.Kerajaan Ternate, Sultan pertamanya adalah Sultan Masyhur Malamo. Kerajaan Tidore, yang menjadi sultan pertama adalah Sultan Suhadjati, bergelar Muhammad Bakil pada tahun 502 H.Kerajaan Jailolo, sultan pertamanya adalah Darajati.

Page 6: Sejarah Masuknya Islam Di Maluku

Kerajaan TernateKerajaan gapi atau yang lebih dikenal dengan kerajaan ternate

(mengikuti nama ibukotanya) adalah salah satu dari 4 kerajaan islam di Maluku dan merupakan salah satu kerajaan islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Manshur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur nusantara atara abad ke-13 hingga abad ke-17. Kesultanan ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Di masa jaya kekuasaanya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi utara , timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filiphina hingga sejauh Kepulauan Marshall di pasifik.

Kolano Marhum (1465-1486), penguasa Ternate ke-18 adalah raja pertama yang diketahui memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat istana. Pengganti Kolano Marhum adalah puteranya, Zainal Abidin (1486-1500). Beberapa langkah yang diambil Sultan Zainal Abidin adalah meninggalkan gelar kolano dan menggantinya dengan sultan, Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan, dan membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Langkah-langkahnya ini kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku secara total, hampir tanpa perubahan. Ia juga mendirikan madrasah yang pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin pernah memperdalam ajaran Islam dengan berguru pada Sunan Giri di pulau Jawa. Di sana beliau dikenal sebagai Sultan Bualawa (Sultan Cengkih).

Page 7: Sejarah Masuknya Islam Di Maluku

Kerajaan Ternate

Kehidupan Politik. Di kepulauan Maluku terdapat kerajaan kecil, diantaranya kerajaan ternate sebagai pemimpin Uli Lima yaitu persekutuan lima bersaudara. Uli Siwa yang berarti persekutuan sembilan bersaudara. Ketika bangsa Portugis masuk, Portugis langsung memihak dan membantu Ternate, Hal ini dikarenakan Portugis mengira Ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa Spanyol memihak Tidore akhirnya terjadilah peperangan antara dua bangsa kulit, untuk menyelesaikan, Paus turun tangan dan menciptakan perjanjian Saragosa. Dalam perjanjian tersebut bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap berada di Maluku.

Kehidupan Ekonomi. Tanah di kepulauan Maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat, sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Pesatnya perkembangan perdagangan keluar Maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan. Selain itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.

Page 8: Sejarah Masuknya Islam Di Maluku

Kesultanan Tidore

Kesultanan Tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di wilayah Kota Tidore, Maluku Utara, Indonesia sekarang. Pada masa kejayaannya (sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18), kerajaan ini menguasai sebagian besar Halmahera selatan, Pulau Buru, Ambon, dan banyak pulau-pulau di pesisir Papua barat. Pada tahun 1495 M syariat islam mulai digunakan dalam system pemerintahan kerajaan. Gelar raja berubah menjadi Sultan. Sultan Ciriliyati naik tahta dan menjadi penguasa Tidore pertama yang memakai gelar Sultan. Saat itu, pusat kerajaan berada di Gam Tina. Ketika Sultan Mansyur naik tahta tahun 1512 M, ia memindahkan pusat kerajaan dengan mendirikan perkampungan baru di Rum Tidore Utara. Posisi ibukota baru ini berdekatan dengan Ternate, dan diapit oleh Tanjung Mafugogo dan pulau Maitara. Dengan keadaan laut yang indah dan tenang, lokasi ibukota baru ini cepat berkembang dan menjadi pelabuhan yang ramai.

Page 9: Sejarah Masuknya Islam Di Maluku

Kesultanan TidoreMasa kejayaan Kesultanan Tidore ketika pada masa

pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.

Sistem pemerintahan di Tidore cukup mapan dan berjalan dengan baik. Struktur tertinggi kekuasaan berada di tangan sultan. Menariknya, Tidore tidak mengenal sistem putra mahkota sebagaimana kerajaan-kerajaan lainnya di kawasan Nusantara. Seleksi sultan dilakukan melalui mekanisme seleksi calon-calon yang diajukan dari Dano-dano Folaraha (wakil-wakil marga dari Folaraha), yang terdiri dari Fola Yade, Fola Ake Sahu, Fola Rum dan Fola Bagus. Dari nama-nama ini, kemudian dipilih satu di antaranya untuk menjadi sultan.

Page 10: Sejarah Masuknya Islam Di Maluku

Kesultanan TidoreTidore telah menjadi pusat pengembangan agama Islam di kawasan kepulauan timur Indonesia sejak dulu kala. Karena kuatnya pengaruh agama Islam dalam kehidupan mereka, maka para ulama memiliki status dan peran yang penting di masyarakat. Kuatnya relasi antara masyarakat Tidore dengan Islam tersimbol dalam ungkapan adat mereka: Adat ge mauri Syara, Syara mauri Kitabullah (Adat bersendi Syara, Syara bersendi Kitabullah). Perpaduan ini berlangsung harmonis hingga saat ini.

Berkenaan dengan garis kekerabatan, masyarakat Tidore menganut sistem matrilineal. Namun, tampaknya terjadi perubahan ke arah patrilineal seiring dengan menguatnya pengaruh Islam di Tidore. Klen patrilineal yang terpenting mereka sebut soa. Dalam sistem adat Tidore, perkawinan ideal adalah perkawinan antar saudara sepupu (kufu). Setelah pernikahan, setiap pasangan baru bebas memilih lokasi tempat tinggal, apakah di lingkungan kerabat suami atau istri. Dalam antropologi sering disebut dengan utrolokal.

Dalam usaha untuk menjaga keharmonisan dengan alam, masyarakat Tidore menyelenggarakan berbagai jenis upacara adat. Di antara upacara tersebut adalah upacara Legu Gam Adat Negeri, upacara Lufu Kie daera se Toloku (mengitari wilayah diiringi pembacaan doa selamat), upacara Ngam Fugo, Dola Gumi, Joko Hale dan sebagainya.

Page 11: Sejarah Masuknya Islam Di Maluku

Kesultanan Bacan

Kesultanan Bacan adalah suatu kerajaan yang berpusat di Pulau Bacan, Kepulauan Maluku. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521. Meski berada di Maluku, wilayahnya cukup luas hingga ke wilayah Papua Barat. Banyak kepala suku di wilayah Waigeo, Misool yang terletak di Raja Ampat dan beberapa daerah lain yang berada di bawah administrasi pemerintahan kerajaan Bacan.

Bacan dalam Kesultanan Moloku Kie Raha yaitu: memasok logistik. Bacan dalam beberapa manuskrip sejarah sering juga ditulis sebagai Bachian, Bachanatau Batjan; dan diduga sudah eksis sejak tahun 1322. Kesultanan Bacan berpusat di Pulau Bacan. Wilayah Kesultanan Bacan pada saat jayanya cukup luas, yaitu dari Maluku hingga ke wilayah Papua.Banyak kepala suku di wilayah Waigeo, Misool dan beberapa daerah lain berada di bawah administrasi pemerintahan Kesultanan Bacan pada masa jayanya.

Page 12: Sejarah Masuknya Islam Di Maluku

Masjid Kesultanan Bacan berlokasi di desa Amasing-Bacan, masjid ini dibangun sekitar tahun 1901 masehi diatas lahan seluas 6.020 Meter persegi dengan ukuran bangunan masjid 29,9 x 24 Meter. Arsitektur pembangunan masjid ialah arsitek dari Jerman bernama Cronik Van Hendrik yang pada masa pemerintahan sultan Muhammad Sadek. Tinggi Bangunan masjid dari dasar pondasi sampai ujung kubah ialah 12,850 Meter dan terdapat satu pintu gerbang dengan 17 pintu masuk keruang masjid. Di bagian dalam terdapat 4 buah tiang Kabbah, satu buah mimbar, 1 kamar tempat sholat Sultan disebelah kanan mimbar Utama. Konstruksi bangunan menggunakan baha dasar kayu, batu, Pasir, dan kapur. Pada bagian depan masjid terdapat bangunan balai pertemuan yang dipergunakan oleh para baboto negeri untuk memebahas permasalahan peribadatan dan kemasyarakatan. Pemugaran pertama dilakukan pada tahun 1960 masehi masa pemerintahan Sultan Usman Syah, dengan melakukan penggantian atap sirap ke atap seng dan membangun lima buah corong pada dasar kubah untuk menyebarkan kumandang azan. Tahun 2001 masa pemerintahan Sultan Gahral Syah, dilakukan perluasan bangunan mencapai ukuran 12,45 x 24,15 meter. Pengurus masjid ini seluruhnya berjumlah 45 orang dengan dipimpin oleh 1 orang Qodhi dan 4 Imam. Setiap imam masing-masing membawahi 2 Khatib dan Muadzin. 

Kesultanan Bacan