sejarah bedah.doc

21
1. Pendahuluan Pengetahuan perkembangan bedah sangat berarti dalam pemahaman seni dan ilmunya seperti yang dipraktekkan saat ini. alasannya jelas, karena sejarah bedah memberikan dasar untuk penghargaan evolusi bidang yang semakin penting ini dalam ilmu kedokteran. Hanya perstasi menonjol dan lebih bermakna yang dianggap perlu bagi semua mahasiswa kedokteran yang akan dibahas. Walaupun kedokteran kuno mengandung banyak minat bagi ahli sejarah dan ahli arkeologi, sebagai dibuktikan oleh penulis- penulis pada awal tulisan kedokteran dikenal, ia jarang dihubungkan langsung dengan praktek bedah klinik sezaman. Tetapi ada sejumlah uraian penyakit yang terkemuka dalam tulisan kuno yang mencakup definisi peradangan oleh Celsus, ahli ensiklopedi kedokteran Romawi abad pertama sesudah Masehi. Dalam mendefinisikan peradangan, ia mengatakan: “Sekarang sifat peradangan ada empat: kemerahan, pembengkakan, panas, dan nyeri.” Dalam abad kedua, penelitian Galen menarik banyak perhatian, seperti doktrinnya bahwa penyakit dikendalikan oleh “empat 1

Upload: revina-manilkara-zapota

Post on 22-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: sejarah bedah.doc

1. Pendahuluan

Pengetahuan perkembangan bedah sangat berarti dalam pemahaman seni dan ilmunya

seperti yang dipraktekkan saat ini. alasannya jelas, karena sejarah bedah memberikan dasar untuk

penghargaan evolusi bidang yang semakin penting ini dalam ilmu kedokteran. Hanya perstasi

menonjol dan lebih bermakna yang dianggap perlu bagi semua mahasiswa kedokteran yang akan

dibahas. Walaupun kedokteran kuno mengandung banyak minat bagi ahli sejarah dan ahli

arkeologi, sebagai dibuktikan oleh penulis-penulis pada awal tulisan kedokteran dikenal, ia

jarang dihubungkan langsung dengan praktek bedah klinik sezaman. Tetapi ada sejumlah uraian

penyakit yang terkemuka dalam tulisan kuno yang mencakup definisi peradangan oleh Celsus,

ahli ensiklopedi kedokteran Romawi abad pertama sesudah Masehi. Dalam mendefinisikan

peradangan, ia mengatakan: “Sekarang sifat peradangan ada empat: kemerahan, pembengkakan,

panas, dan nyeri.” Dalam abad kedua, penelitian Galen menarik banyak perhatian, seperti

doktrinnya bahwa penyakit dikendalikan oleh “empat cairan”. Mencengangkan konsep ini telah

diterima selama berabad-abad, tetapi menjadi ketinggalan zaman dan ditinggalkan selama Abad

Pertengahan.

Fielding H. Garrison menyatakan: “Kenyataannya sejarah kedokteran merupakan sejarah

kemanusiaan sendiri bersama naik-turunnya, aspirasi beraninya menurut kebenaran dan

akhirnya, kegagalannya yang menyedihkan. Masalah ini bisa disuguhkan dalam bermacam cara,

seperti suatu pertunjukan yang indah, suatu susunan buku, suatu pawai sifat, suatu rangkaian

teori, suatu perluasan kebodohan manusia atau sebagai tulang dan sumsum sejarah kebudayaan

juga.”

1

Page 2: sejarah bedah.doc

2. Sejarah Ilmu Bedah

2.1. Pelopor dalam ilmu bedah

Semua ilmu kedokteran, khususnya bidang ilmu bedah, berhutang budi pertama-tama

pada ahli anatomi ilmiah, Andreas Vesalius (gambar 1). Ia mulai mengupas tepat dan terinci

anatomi manusia, sementara ia seorang mahasiswa kedokteran serta uraian telitinya dan

gambaran realistiknya mengubah total penekanan

sebelumnya pada anatomi Galenikal, yang terutama

didasarkan pada pengupasan hewan. Hari setelah

wisudanya sebagai doktor kedokteran pada

Universitas Padua, Vesalius membuat suatu

Profesor penuh atas dasar penelitian ilmiahnya

dalam pengupasan anatomi. Dalam 4 bulan, atlas

anatomi pertamanya, De Humani Corporis Fabrica,

dipublikasi dan menjadi luas digunakan. Dalam

penelitian tunggal ini, ia mengoreksi banyak kesalahan yang telah terlewatkan selama beribu

tahun dalam reporduksi anatomi Galen.

Gambar 1. Andreas Vesalius (1514 – 1564)

Ahli sejarah kedokteran terkemuka Fielding H. Garrison memilih tiga ahli bedah yang

dianggap terbesar pada seluruh zaman. Ia mencakup Ambroise Pare, John Hunter dan Joseph

Lister (gambar 2). Pare seorang ahli bedah militer Perancis yang mempunyai pikiran mengamat

yang tekun dan yang telah memperkenalkan kembali pemakaian kuno ligasi untuk

2

Page 3: sejarah bedah.doc

mengendalikan perdarahan. Ia juga dikenal untuk pengalaman klinik terkontrol klasik sewaktu

perang Denonvilliers (1552), ia mengobati dua perajurit yang cedera dengan luka serupa,

sewaktu ia berbaring berdampingan dalam suatu tenda dekat lapangan peperangan. Luka

perajurit pertama ditatalaksana dengan metode standar saat itu, yaitu kateterisasi rutin dengan

minyak mendidih. Perajurit kedua ditatalaksana dengan debridemen, pembersihan dan

pemakaian balutan bersih. Kemudian Pare mengomentari bahwa ia melewatkan malam yang

gelisah, menjadi yakin bahwa pasien kedua akan sangat buruk. Tetapi kebijaksanaannya

memperlihatkan bahwa pagi berikutnya sewaktu ia menemukan pasien kedua pada hakekatnya

tanpa gejala sistemik, sedangkan yang pertama menderita demam tinggi, takikardia dan

disorientasi. Sewaktu metode baru ini menjadi terkenal, Pare diberi ucapan selamat atas kasus

pertamanya yang berhasil. Ia sangat rendah hati menjawab: “Je le pansay, Dieu le guarit”, yang

artinya: “Saya membalutnya, Tuhan menyembuhkannya”. Kutipan ini dapat ditemukan saat ini

tertulis pada patung Pare di Paris.

John Hunter seorang dosen anatomi dan bedah yang cerdas, yang akan diingat karena

pengenalan metode percobaannya. Secara sistematik ia menggunakan hewan untuk

mengembangkan teknik bedah sebelum penggunaannya dalam manusia. Ahli bedah yang sangat

bijaksana dan termasuk yang pertama berorientasi secara ilmiah, filosofi dan prakteknya terbaik

diringkaskan dalam responnya terhadap pertanyaan dari rekan dan koleganya, Edward Jenner,

penemu vaksinasi variola. Sewaktu yang terakhir berspekulasi dengan pemikiran tentang

hibernasi dalam landak, Hunter hanya mengatakan “Saya pikir pemecahan anda pantas, tetapi

kenapa hanya memikirkan? Kenapa tidak mencoba percobaan” Hunter menemukan sejumlah

operasi dan sangat tertarik dalam aneurisma arteri. Setelah hidup yang diisi dengan sokongan

bagi anatomi, fisiologi, patologi bedah maupun bedah klinik, ada sedikit ketakjuban yang

3

Page 4: sejarah bedah.doc

Garrison katakan padanya: “Dengan penemuan John Hunter, pembedahan berhenti dianggap

sebagai hanya cara teknis terapi dan mulai mengambil tempatnya sebagai cabang kedokteran

ilmiah, yang didasarkan secara kuat pada fisiologi dan patologi”.

Selama kemajuan dalam kedokteran, ilmu dasar sering mempunyai sumber penemuan

dan prinsip yang kemudian diterapkan dalam masalah klinik. Contoh cemerlangnya penelitian

Louis Pasteur (1822 – 1895), pemula teori benih penyakit. Dalam pertengahan abad 19, Pasteur

pertama memperlihatkan bahwa fermentasi dan pembusukan disebabkan oleh organisme hidup

dan ia berpikir bahwa pembentukan pus dan luka terinfeksi mempunyai patogenesis serupa.

Dalam tahun 1867, Lister mempublikasikan yang pertama dari serangkaian makalah yang

memperkenalkan konsep pembedahan antiseptik. Prinsip ini didasarkan atas perusakan semua

organisme hidup, terutama bakteri yang mungkin datang berkontak dengan jaringan pasien

selama tindakan bedah. Pembersihan cermat kulit pasien dan juga tangan ahli bedah serta

penggunaan duk steril mengelilingi lapangan operasi dan sterilisasi peralatan membentuk dasar

pembedahan antiseptik. Konsep dan praktek Lister tersebar di seluruh dunia. Bagi Lister,

penghargaan utama harus diberikan bagi perluasan akhir dalam banyak jumlah dan jenis operasi.

Sewaktu tindakan ini menjadi aman bagi pasien dengan pengurangan tajam dalam infeksi

pascabedah, maka penatalaksanaan bedah sekumpulan besar kelainan menjadi diterima luas.

4

Page 5: sejarah bedah.doc

Gambar 2. Ambroise Pare (1510–1590), John Hunter (1728–1793), Joseph Lister (1827–1912)

2.2. Perkembangan program latihan bedah (residency)

Setelah pengenalan prinsip ilmiah ke disiplin bedah, penekanan mulai ditempatkan atas

latihan ahli bedah yang tepat. Pola asli program latihan bedah dibentuk di Eropa selama setengah

akhir abad ke 19, terutama dalam klinik universitas Jerman, Swiss dan Austria. Di sanalah tokoh

besar bedah, dengan semua kekuatan dalam lapangannya masing-masing, menegakkan prinsip

latihan progresif dalam masa beberapa tahun yang mencapai puncaknya dalam posisi ‘Residen’

utama. Kebanyakan setuju bahwa ayah program latihan bedah modern adalah Bernhard von

Langenbeck, seorang ahli bedah klinik terampil yang sangat berbakat. Ia juga dosen kepala yang

mengelilingkan dirinya dengan sekelompok orang muda cerdas dan melatih mereka dengan tidak

tanggung-tanggung. Ia kepala ahli bedah di lembaga pengajaran terkemuka (the Charite) yang

bergabung dengan Universitas Berlin. Sewaktu murid Langenbeck menyelesaikan program

latihannya, ia diminta oleh universitas dan klinik utama lain di seluruh Eropa untuk memangku

jabatan. Mahasiswanya yang terkemuka antara lain Theodor Billroth yang menjadi Profesor Ilmu

Bedah di Universitas Zurich dan kemudian di Universitas Wina, tempat ia Ahli Bedah Kepala

bagi Allegemeines Krankenhaus yang terkenal di dunia; Theodor Kocher meninggalkan Berlin

5

Page 6: sejarah bedah.doc

untuk menjadi Profesor di Universitas Berne pada usia muda 31 tahun dan Trendelenburg

diangkat untuk jabatan di Leipzig. Banyak tokoh terkemuka lain dari program latihan

Langenbeck mengikuti tradisi ini serta kemasyhurannya dalam produksi ahli bedah akademi dan

klinik terkemuka saat ini menjadi berdiri mantap.

Perkembangan program latihan ‘residency’ bedah di Amerika Serikat jelas berhubungan

dengan sekolah Langenbeck-Billroth, sejak William S. Halsted, Profesor di Rumah Sakit dan

Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins yang baru dibuka, sangat terkesan selama

perjalanannya ke Jerman, Swiss, dan Austria dengan rencana Langenbeck tepat sebelum

pengangkatannya di Baltimore. Halsted secara teratur mengunjungi klinik Eropa utama dalam

setengah akhir abad ke 19. Ia menjadi sangat terkesan dengan sistem progresif latihan bedah dan

benar-benar bertekun dengan konsep bahwa mahasiswa muda cerdas sangat terpilih seharusnya

mulai sebagai dokter rumah sakit dan secara bertahap maju melalui “residency” dengan

peningkatan tanggung jawab. Ia setuju dengan Langenbeck yang dengan menyelesaikan ‘Chief

Residency’, pada hakekatnya mahasiswa seharusnya mempunyai kemampuan seperti dosennya

dalam program ini. sehingga banyak mahasiswa Halsted diangkat langsung ke jabatan akademi

bergengsi setelah menyelesaikan program ‘residency’ bedahnya.

Konsep spesifik latihan bedah Halsted muncul dalam karangannya tentang ‘Latihan

Seorang Ahli Bedah’, ia mengatakan: “Mula-mula saya bermaksud mengambil selengkap

mungkin rencana Jerman, dalam pokok sama untuk semua klinik utama . . . setiap fasilitas dan

dorongan terbesar diberikan tiap anggota staf untuk melakukan karya dalam riset”.

Dalam pidatonya yang disampaikan di Yale dalam tahun 1904, Halsted menekannya: “Di

samping tugasnya di bangsal dan tugas operasi, asisten diharapkan melakukan penelitian asli dan

menjaga sangat terampil bagi penelitian dalam patologi bedah, bakteriologi dan sejauh mungkin

6

Page 7: sejarah bedah.doc

fisiologi . . . orang muda yang bermaksud mempelajari ilmu bedah seharusnya pada awal

kehidupannya mencari untuk mendapatkan pengetahuan masalah dasar bagi pelajaran

profesinya”

Dalam pidatonya, ia juga mengatakan: “Kita memerlukan satu sistem dan kita akan yakin

memilikinya, yang akan menghasilkan tidak hanya ahli bedah, tetapi ahli bedah dari jenis

tertinggi, orang yang akan merangsang orang muda negera kita mempelajari ilmu bedah serta

mencurahkan tenaga dan kehidupannya untuk meningkatkan standar ilmu bedah.”

Keberhasilan Halsted yang mengherankan dalam melatih ahli bedah kemudian ditiru oleh

lainnya, yang mencakup Blalock, yang kemudian diangkat ke jabatan Halsted di Johns Hopkins.

Dosen kepala lain dari banyak ahli bedah akademi meliputi Wangensteen di Universitas

Minnesota serta Ravdin dan Rhoads di Universitas Pennsylvania. Dosen berbakat ini

menghasilkan banyak mahasiswa yang kemudian menjadi Profesor Departemen Ahli Bedan dan

Kepala.

7

Page 8: sejarah bedah.doc

2.3. Perkembangan utama dalam bedah umum

Laparotomi pertama yang berhasil dilakukan dalam pedesaan Kentucky pada hari Natal

1809 oleh Ephraim McDowell. Ia telah dilatih di Edinburgh di bawah sejumlah dosen terbaik

waktu itu. McDowell mengeluarkan tumor ovarium yang besar pada seorang pasien yang pulih

tanpa banyak gangguan dan hidup selama bertahun-tahun setelah itu. Ia kemudian membuang

sebelas tumor ovarium lain dengan hanya satu kematian.

Kemajuan utama lain dalam bedah abdomen dibuat oleh Billroth dari Wina yang dalam

tahun 1881 pertama berhasil melakukan reseksi lambung. Dalam seorang pasien dengan

karsinoma pylorus yang menyumbat, ia membuang bagian lambung yang terlihat dan

membentuk kembali kontinuitas dengan gastroduodenostomi. Kolesistektomi pertama dilakukan

dalam tahun 1882 oleh Karl Langenbuch dalam pria berusia 43 tahun yang telah menderita kolik

saluran empedu selama 10 tahun. Dalam tahun 1886, Reginald Fitts dari Boston menggambarkan

gambaran klinik dan gejala apendisitis akuta serta segera setelah itu McBurney dari New York

dan lainnya mengembangkan teknik bedah yang tepat untuk secara aman membuang apendik

vermiformis yang meradang.

Hernia telah diuraikan selama berabad-abad dengan luar biasa namun koreksi bedah

hanya dapat dicapai seabad yang lalu. Sementara sejumlah tindakan telah diusahakan selama

abad ke 19, Bassini dan Halsted serentak tetapi secara dengan terpisah merancang suatu operasi

yang dirancang secara anatomi, yang pada waktu itu dinamai “pengobatan radikal hernia

inguinalis”. Dua pelopor bedah ini sangat banyak menyokong perbaikan dalam hasil jangka lama

setelah tindakannya serta prinsip operasinya tetap dipraktekkan sampai hari ini.

Perkembangan pembedahan glandula thyroidea dipelopori oleh Theodor Kocher. Ahli

bedah terkemuka ini penyempurnakan operasi tiroidektomi untuk struma. Pada saat ia meninggal

8

Page 9: sejarah bedah.doc

dalam tahun 1917, ia telah melakukan 5000 tiroidektomi dalam kliniknya di Berne dengan

mortalitas hanya 0,11 persen. Ia juga memperhatikan bahwa hipotiroidisme sering timbul setelah

tiroidektomi total dan bahwa pemberian ekstrak thyroidea ke pasien diikuti oleh kembalinya

metabolisme normal. Untuk sokongannya ke pembedahan glandula thyroidea dan ke

penatalaksanaan hipotiroidisme, Kocher menjadi ahli bedah pertama yang dihadiahi Nobel dalam

tahun 1909.

Perkembangan tindakan bedah atas glandula parathyroidea dimulai oleh Mandl dari Wina

dalam tahun 1925, sewaktu ia membuang tumor parathyroidea pertama dalam pasien osteitis

fibrosus kistika yang lanjut.

Banyak sokongan spesifik bagi ilmu bedah telah mempunyai dampak luar biasa atas

lapangan ini dan sejumlah hal ini dipertimbangkan secara tersendiri. Konsep keseimbangan

cairan dan elektrolit mempunyai asal ilmiahnya dalam observasi dini Claude Bernard, Paris yang

dalam tahun 1859 mempublikasikan serangkaian kuliah yang diberi judul “Liquids of the

Organism.” Dalam sokongan besar ini, ia menekankan kemaknaan ‘milieu interieur’, yang ia

usulkan merupakan keadaan fisiologis yang memungkinkan adanya suatu organisme secara

bebas. Konsep ini dimajukan dalam tahun berikutnya, terutama oleh Cannon yang

memperkenalkan istilah “homeostasis”. The Metabolis Care of the Surgical Patient, suatu

makalah Francis D. Moore, tetap rujukan standar dalam bidang penting ini. Sokongan besar lain

yang dibuat dalam tahun 1960-an merupakan pengenalan alimentasi parenteral total mengikuti

penelitian klinik dan percobaan terkemuka Dudrick dan Rhoads. Ia memperlihatkan secara

percobaan bahwa dalam pasangan anjing sperindukan, satu menerima alimentasi normal per oral

dan lainnya menerima masukan kalori totalnya intravena, kedua hewan berkembang normal dan

9

Page 10: sejarah bedah.doc

mempunyai berat badan serupa sewaktu tumbuh. Sokongan luar biasa ini sangat merubah

penatalaksanaan dan perjalanan masa depan banyak pasien dengan masalah gizi yang parah,

khususnya yang dengan fistula usus yang telah kehilangan banyak cairan dan unsur gizi dengan

angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi.

2.4. Perkembangan bedah torako-kardio-vaskular

Bidang bedah vaskular menjadi kenyataan sewaktu Alexis Carrel (gambar 3) dari Lyons

memperlihatkan bahwa mungkin menggabungkan dua ujung pembuluh darah yang dipotong

dengan teknik bedah yang cermat, jarum halus dan materi benang yang dipilih cermat. Sokongan

ini telah membawa ke penyembuhan primer pembuluh

darah tanpa infeksi atau trombosis. Sebelum penelitian

klinik dan percobaannya, belum ada anastomosis

vaskular yang berhasil, usaha telah diakhiri dalam

trombosis atau infeksi. Carrel juga pertama

mentransplantasi jaringan dan organ yang menggunakan

teknik penjahitan cermatnya ini. Ia jelas meramalkan

dasar ilmiah dari lapangan transplantasi yang akan

datang dan untuk semua pencapaian sangat besar ini, ia diberikan hadiah Nobel dalam fisiologi

dan kedokteran dalam tahun 1912.

Gambar 3. Alexis Carrel (1873 – 1944)

Penggunaan pertama suatu vena saphena untuk menggantikan suatu arteri dilakukan

Goyannes di Madrid dalam tahun 1906. Setelah koreksi suatu aneurisma arteria poplitea, ia

memulihkan kontinuitas vaskular dengan menggunakan vena saphena pasien. Penelitian

10

Page 11: sejarah bedah.doc

berikutnya (terutama De Bakey) memperlihatkan kelayakan menggunakan pengganti arteri

plastik dengan durabilitas yang lama dan keberhasilan klinik yang mantap.

Dalam edisi tahun 1896, Surgery of the Chest, Paget, ditemukan pernyataan berikut:

“Pembedahan jantung mungkin mecapai batas yang disetel oleh Alam bagi semua pembedahan;

tak ada metode baru dan tak ada penemuan baru, yang dapat mengatasi kesulitan alamiah yang

menyertai luka pada jantung. Adalah benar bahwa penjahitan jantung telah diusulkan secara

samar-samar sebagai tindakan yang mungkin dilakukan dan telah dilakukan pada hewan; tetapi

saya tidak dapat menemukan bahwa ia pernah diusahakan dalam praktek.”

Karena alasan ini, ada minat khusus bahwa dalam tahun yang sama (1896), Ludwig Rehn

pertama yang berhasil menutup luka tusuk pada jantung pada pria berusia 22 tahun, yang telah

tak sadar selama masa 3 jam sebelum operasi. Rehn mengendalikan perdarahan dari suatu luka

dalam ventrikel kanan dengan 3 jahitan sutera. Pasien sejarah ini sembuh dan kejadian ini

menandai awal pembedahan jantung.

Rudolph Matas (gambar 4) menjadi pelopor bedah

lainnya, dan merupakan Profesor Ilmu Bedah di Tulane,

pertama menguraikan endoaneurismografi pembaruannya

dalam terapi aneurisma arteri. Ia mewakili

penatalaksanaan sirkulasi dan telah diterima dengan

banyak antusias.

Gambar 4. Rudolph Matas (1860 – 1957)

11

Page 12: sejarah bedah.doc

Dalam tahun 1925, Souttar dari London pertama memasukkan satu jari ke dalam auricula

atrialis sinistra, yang menyempurnakan pembidaian digital bagi katup mitral stenotik pada pasien

penyakit katup reumatik. Sayangnya hal ini belum diulangi sampai tahun 1946, sewaktu Bailey

dan kemudian Harken memulai tindakan ini lagi dengan banyak keberhasilan. Penutupan ductus

arteriosus paten pertama berhasil dicapai oleh Gross dalam tahun 1938. Strieder telah menutup

suatu ductus setahun sebelumnya, tetapi pasien ini meninggal. Koarktasio aortae dikoreksi

dengan anastomosis ujung-ke-ujung oleh Crafoord pada tahun 1944.

Pencapaian menonjol lain yang telah mempunyai dampak hebat atas bidang bedah

kardiovaskular merupakan pengenalan kateterisasi jantung oleh Forssmann dalam tahun 1929.

Penelitian pelopor ini kemudian menjadi tindakan diagnostik rutin sewaktu Cournand dan

Richards memperlihatkan manfaatnya dalam diagnosis banyak bentuk penyakit janutng. Peneliti

ini diberi hadiah Nobel dalam tahun 1956.

Terapi penyakit jantung kongenital sianotik sangat diperbesar oleh Blalock dalam tahun

1944, sewaktu ia pertama berhasil melakukan tindakan untuk tetralogi Fallot. Arteria subclavia

dianastomosis ke arteria pulmonalis untuk memperbaiki aliran darah ke paru pada pasien dengan

lesi obstruktif dalam sirkuit arteria pulmonalis. Penggunaan hipotermia dalam bedah jantung

telah memungkinkan penghentian sirkulasi sementara waktu, suatu pendekatan yang dirangsang

oleh penelitian awal Bigelow, yang memperlihatkan dalam hewan percobaan bahwa sirkulasi

dapat aman dihentikan selama masa 10 menit atau lebih pada pengurangan suhu tubuh tanpa efek

merusak hipoksia cerebrum. Teknik ini telah berhasil diterapkan dalam penutupan cacat septum

interatriale oleh Lewis dan Varco dalam tahun 1952. Pencapaian terkemuka berikutnya dalam

bidang ini dari Gibson, yang mengembangkan sirkulasi ekstrakorporal. Kemajuan sangat besar

ini dimulai dengan percobaan laboratorium dalam tahun 1931 dan secara sistematik diikuti oleh

12

Page 13: sejarah bedah.doc

peneliti berdedikasi ini dan istrinya sampai tahun 1953, sewaktu mesin jantung-paru pertama

berhasil digunakan dalam penutupan cacat septum interatriale dengan menggunakan pompa

oksigenator untuk menggantikan jantung dan paru, sementara cacat ini dikoreksi. Segera setelah

itu dan dengan menggunakan teknik ini, Lillehei dan juga Kirklin berhasil mengoreksi cacat

septum interventriculare, tetralogi Fallot dan banyak cacat jantung kongenital lain.

Suatu aneurisma aorta abdominalis pertama dikoreksi dengan pembedahan oleh Du Bost

di Paris dalam tahun 1951. Dalam tahun yang sama, cangkokan arteri plastik pertama

diperkenalkan secara percobaan oleh Voorhees dan Blakemore. Implantasi pertama yang berhasil

bagi suatu katup jantung protesa dicapai oleh Starr dalam tahun 1960.

Penatalaksanaan bedah iskemia myocardium sekarang tersebar luas. Penggunaan pertama

cangkokan pintas vena saphena ke sirkulasi coronaria dilakukan tahun 1962. Setelah penerapan

teknik ini dalam rangkaian pasien oleh Favaloro dan Johnson yang memperlihatkan manfaatnya,

tindakan ini sekarang telah menjadi tindakan bedah jantung yang terlazim dilakukan di Amerika

Serikat. Bedah ini yang menyebabkan penghilangan total nyeri angina maupun perluasan masa

hidup yang bermakna bagi pasien.

13

Page 14: sejarah bedah.doc

Daftar Pustaka

1. Sabiston DC. Kejadian Penting dalam Ilmu Bedah. Dalam. Sabiston DC, editor. Buku Ajar

Bedah. Cetakan II (terjemahan). EGC: Jakarta; 1995.

2. Meada RH. An Introduction to the History of General Surgery. Saunders: Philadelphia; 1986.

3. Ravitch MM. A Century of Surgery: The History of the American Surgical Association. Vol

1. Lippincott: Philadelphia; 1981.

14