sejak tahun 2017, pka ke-7 siapkan secara matang ... filelewat label acara pekan ke-budayaan aceh...

16
Lewat tema ‘Aceh Hebat dengan Adat Budaya Bersyariat’ PKA VII diper- siapkan secara matang sejak tahun 2017, PKA ke-7 yang melibatkan 35.000 peserta dari dalam dan luar negeri, sudah seharusnya memberikan nilai tambah bagi rakyat Aceh.” Ir. Nova Iriansyah, MT Plt Gubernur Aceh

Upload: others

Post on 29-Oct-2019

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: sejak tahun 2017, PKA ke-7 siapkan secara matang ... filelewat label acara Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) ke-7. Semua kita pantas dan harus mendukung perhela-tan itu, sebagai wujud dari

Lewat tema ‘Aceh

Hebat dengan Adat Budaya

Bersyariat’ PKA VII diper-

siapkan secara matang

sejak tahun 2017, PKA ke-7

yang melibatkan 35.000

peserta dari dalam dan luar

negeri, sudah seharusnya

memberikan nilai tambah

bagi rakyat Aceh.”

Ir. Nova Iriansyah, MT

Plt Gubernur Aceh

Page 2: sejak tahun 2017, PKA ke-7 siapkan secara matang ... filelewat label acara Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) ke-7. Semua kita pantas dan harus mendukung perhela-tan itu, sebagai wujud dari

Edisi 04/Tahun I/2018

2 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Salam Redaksi

Jendela

Isi di luar tanggung jawab Percetakan

Alamat Redaksi: Kantor Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh. Jl. STA Mahmudsyah No. 14 Kode Pos 23243 Banda Aceh.

Email: diskominfo.acehprov.go.id

Redaksi

Gubernur AcehWakil Gubernur Aceh

Sekretaris Daerah AcehKepala Dinas Komunikasi, Informatika dan

Persandian AcehSekretaris Dinas Komunikasi,

Informatika dan Persandian AcehKepala Bidang Pelayanan Komunikasi Publik

Kepala Bidang Pengelolaan dan Layanan Informasi Publik

Kepala Bidang PersandianKasi Hubungan Media

Kasi Pengelolaan Media Komunikasi PublikKasubbag Hukum Kepegawaian dan Umum

Kasubbag Keuangan dan Pengelolaan AssetKasi Pengelolaan Informasi Publik

Fesrianevalda, ST, M.CsRicky Alfins, SE. MM

Rahmad, STDharwandra, A. Md

RosmaSiti Sundari, SE

PelindungPelindungPelindungPengarah

Penanggung jawab

Pemimpin umumPemimpin Redaksi

Dewan Redaksi

Sekretariat Redaksi

Informasi Teknologi

Photografer

Notulensi

PKA VII, Saatnya Peduli dan Mengenal Budaya Sendiri

ANGSA yang besar adalah bangsa yang menghargai dan melestarikan identitas dan entitas budayanya. Dari kaca mata budaya dan adat itu pula, sebuah bangsa diketa-hui track identitasnya secara utuh. Baik dari sisi keinda-han, keunikan hingga tingkat kesantunannya.

Dalam kaitan melestari-kan ragam budaya dan adat keacehan itu pula, sebuah agenda budaya yang dikemas secara kolosal akan kembali dihelat Pemerintah Aceh di tahun 2018. Inilah pesta budaya lima tahunan, yang menampilkan ragam pesona dari khazanah Budaya Aceh, lewat label acara Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) ke-7.

Semua kita pantas dan harus mendukung perhela-tan itu, sebagai wujud dari menghargai dan mencintai buah karya budaya indatu, yang kini masih terasa men-gakar kuat di Aceh.

Pesta budaya yang tidak hanya diikuti oleh para pe-serta dari seluruh Aceh itu, juga akan melibatkan kafilah atau duta wisata dari luar Aceh, termasuk dari negeri serumpun Malaysia. Melalui ajang ini, kita bukan hanya sekadar menampilkan atau memamerkan kreasi budaya para pendahulu. Namun lebih dari itu menjadi ajang untuk saling mengisi dan ber silaturahmi, yang tentu-nya mengedepankan kesan-tunan bahasa dan ragam adat serta budaya itu sendiri.

Setiap suku bangsa memiliki budaya yang unik dan berbeda satu sama lain. Keragaman budaya tersebut menjadikan Indonesia unik, hingga banyak orang asing yang datang ke Indonesia termasuk tentunya ke Aceh. Mereka bukan sekadar menjadi turis, namun juga belajar budaya keacehan. Ini

menjadi bukti bahwa budaya daerah tidaklah kalah kuali-tasnya dengan budaya yang datangnya dari barat.

Bagaimanapun, budaya daerah akan terus hidup dan berkembang bila pemilik kebudayaan tersebut peduli. Jika pemilik budayanya acuh dan tak peduli, cepat atau lambat budaya daerah nis-caya akan hilang. Oleh sebab itu, kita sebagai bagian dari komunitas budaya daerah semestinya mengenal dan mempelajari budaya warisan nenek moyang kita.

Ajang ekspo budaya seperti PKA VII akan men-jadi kesempatan emas bagi generasi muda dan rakyat Aceh secara umum untuk mengenal budaya da erah sen diri. Selain itu juga dengan membaca buku atau majalah yang berisi tentang budaya daerah.

Selain itu berkunjung ke tokoh adat yang bisa menjadi referensi hidup tentang adat dan budaya itu sendiri. Mengenal budaya daerah merupakan sarana untuk meningkatkan rasa kecintaan terhadap daerah. Dengan mengenal dan mem-pelajari budaya daerah, akan timbul rasa bangga dan rasa memiliki terhadap budaya sendiri.

Kita setuju dengan pendapat Pangdam Iskandar Muda Mayjen Abdul Hafil Fuddin beberapa waktu lalu melalui tabloid ini, secara pribadi dan kelembagaan ia mendukung penuh pelaksa-naan perhelatan budaya dalam bentuk PKA ke-7 ini. Namun jendral bintang dua itu mengingatkan, PKA hen-daknya fokus memunculkan budaya-budaya lama, khas Aceh, bukan ragam budaya kreasi baru. PKA itu, kata Pangdam IM, seharusnya menghidupkan culture masa

lalu. Menghidupkan kembali bagaimana budaya masa lalu.

Motivasi lain adalah kenyataan sejarah masa lam-pau yang membuktikan jika daerah Aceh kaya budaya. Masyarakat merindukan kebesaran budaya indatunya, menghidupkan dan mele-starikannya, terutama adat dan kesenian, yang nyaris hilang setelah sekian lama terpendam dan malah hilang akibat sejarah Aceh yang su-ram dirundung oleh konflik.

Waktu telah menjawab, konflik di Aceh tak harus diselesaikan dengan keke ra-san, tapi pendekatan budaya akan lebih membumi. Dan karena itupula, Pemerin tah Aceh memberi ruang pele-starian budaya dan adat itu melalui event PKA yang kini sudah enam kali dihelat.

Selain itu, tujuan digelarnya PKA juga in-gin merumuskan kembali bagaimana mengembangkan pembangunan Aceh yang berlandaskan nilai-nilai bu-daya masyarakat. Kerindu an membangun kembali ke-budayaan Aceh terangkum dalam motto “Adat bak Po-teumeurohom, Hukom bak Syiah Kuala”.

PKA adalah satu hal yang patut didukung semua pihak untuk menghidupkan kembali budaya yang tentu saja tak berbenturan den-gan dinul Islam. Kita sudah punya format, upayakan semuanya sesuai Syariat Is-lam, karena budaya juga bisa memperkuat agama.

Kita berharap PKA ke-7 menjadi moment strategis bagi masyarakat Aceh untuk lebih mengenal budaya indatu mereka. Ibarat kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Inilah saatnya kita meletakkan secara istimewa budaya sendiri di sanubari yang paling dalam.(**)

B

PESTA budaya lima tahunan kembali dihelat. Ya pesta budaya dan seni Aceh yang bersendikan dinul Islam dan telah menyatu serta menjadi panutan masyarakat Aceh secara general. Inilah pesta budaya lima tahunan, yang menampilkan ragam pesona dari khazanah Budaya Aceh, lewat label acara Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-7.

Edisi kali ini, kami kembali mengangkat tema utama tentang geliat persiapan akhir dan hal lain terkait PKA VII. Satu garan-si yang pasti, semua elemen petinggi di Aceh menyatakan men-dukung penuh kegiatan tersebut.

Kami mencoba menurunkan secara indeph tentang persia-pan dan komentar berbagai kalangan tentang PKA ke-7, yang kini hanya tinggal hitungan hari.

Laporan utama edisi ini kami buka dengan pernyataan Plt Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT yang menyatakan bahwa event PKA adalah peristiwa besar budaya yang menyajikan ragam keunikan. PKA kali ini, kata Nova Iriansyah mengambil tema, “Aceh hebat dengan Adat Budaya Bersyariat” telah dipewrsiapkan secara matang sejak tahun 2017. “Kita berusaha menciptakan kenangan khusus bagi para pengunjung event budaya akbar tersebut,” kata Plt Gub Aceh Nova Iriansyah, beberapa waktu lalu.

Dukungan tanpa reserve terhadap event PKA VII juga disu-arakan oleh Pangdam IM Mayjen TNI Teuku Abdul Hafil Fuddin SH SIP MH. Jendral berbintang dua itu menggatakan, pihak Ko-dam akan mengikuti PKA bukan sebatas tenaga pengamanan, ter-masuk mengerahkan 3000 prajurit saat pembukaan, namun juga ikut serta membuka stand di acara pesta budaya lima tahunan itu. “Saya memerintahkan prajurit wajib untuk menyaksikan PKA VII, sebagai wujud untuk mengetahui dan peduli pada seni dan budaya leluhur,” tanda Mayjen Hafil, pekan lalu.

Sementara Ketua DPRA, Tgk H Muharuddin S.Sos mengajak semua kalangan di Aceh untuk bersinergi menyukseskan pesta adat dan budaya PKA VII.

Dua orang petinggi universitas terdepan di Aceh, Prof DR Ir Samsul Rizal M.Eng (Rektor Unsyiah) dan Prof DR Warul Walidin AK, MA (Rektor UIN Arraniry) sepakat menyatakan jika PKA ada-lah cerminan identitas keacehan. Karenanya harus diwariskan ke-pada generasi muda, terutama budaya dalam pakem keagamaan.

Sementara Amiruddin, Plt Kadisbudpar Aceh, menyatakan semua persiapan PKA sudah on the track dan hanya menunggu hari H. Intinya PKA 7 siap digelar. Masih menurut Amiruddin, semua kalangan dan stake holder terkait dilibatkan secara utuh untuk kesuksesan penyelenggaraan PKA VII.

Untuk mendukung sukses PKA ke-7 itu, panitia pusat PKA ke-7 juga telah merekrut 70 orang relawan yang nantinya akan terlibat penuh pada seluruh rangkaian pelaksanaan PKA VII.

Dalam kaitan sukses itu pula, PLN Aceh menyatakan siap untuk mendukung kelancaran pasokan listrik ke arena induk PKA VII< seperti diungkapkan Jefri Rosiadi, GM PLN Wilayah Aceh.

Sebagai multi event budaya, PKA VII juga akan diwarnai dengan aneka permainan rakyat serta ekspo seni budaya yang tersebar dalam 16 venue pelaksanaan. Hal ini sesuai dengan statemen Budayawan Aceh, H Harun Keuchik Leumiek yang men-yatakan ajang PKA adalah kesempatan untuk menggali kembali budaya yang telah terpendam.

Kami juga menurunkan round down kegiatan PKA VII yang berlangsung sejak tanggal 5 hingga 15 Agustus 2018. Selamat menyimak.

Page 3: sejak tahun 2017, PKA ke-7 siapkan secara matang ... filelewat label acara Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) ke-7. Semua kita pantas dan harus mendukung perhela-tan itu, sebagai wujud dari

Edisi 04/Tahun I/2018

AcehInfo 3

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Laporan Utama

PKA Peristiwa Besar, Menyuguhkan Berbagai Keunikan

PASCA peluncuran Calendar of Event (CoE) Aceh 2018 yang bertema “Aceh Hebat Melalui Ragam Pesona Wi-

sata” oleh Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya yang juga didampingi oleh Wakil Gubernur Aceh, Nova Iriansyah di Jakarta pada 14 Mei 2018 lalu, berbagai atraksi wisa-ta menarik di Tanah Renong terus dige lar oleh Pemerintah Aceh.

Kemunculan atraksi wisata ini dalam rangka memperkenalkan Aceh kepada dunia sebagai desti-nasi wisata dengan ragam pesona alam, budaya dan sejarah yang da-lam waktu dekat akan digelar even budaya tebesar di Aceh, yakni Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) - 7.

Perhelatan budaya empat ta-hunan sekali ini sangat dinantikan oleh seluruh masyarakat Aceh se-cara suka cita, PKA VII akan meli-batkan 23 Kabupaten/Kota, pelaku pariwisata/budaya dari seluruh Aceh, termasuk seniman interna-sional lainnya pada tanggal 5 – 15 Agustus 2018 yang dipusatkan di Taman Sulthanah Safiatuddin serta 15 lokasi berbeda lainnya di Banda Aceh.

Lewat tema “Aceh Hebat den-gan Adat Budaya Bersyariat”, PKA VII dipersiapkan secara matang se-jak tahun 2017, yang nantinya akan dibuka secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo,

serta dihadiri oleh beberapa Men-teri Kabinet Kerja dan undangan penting lainnya dari dalam dan luar negeri.

Ir. Nova Iriansyah, MT yang saat ini menjalankan tugas sebagai Plt. Gubernur Aceh, menaruh harapan penyelenggaraan PKA-7 ini akan me nuai sukses dan menciptakan kenangan khusus bagi pengun-jung karena even budaya ini diper-siapkan dengan sentuhan budaya, kreatifitas dan teknologi sebagai sebuah maha karya persembah-an anak negeri untuk membangun Aceh yang lebih baik, bersatu dan berbudaya melalui semangat Aceh Hebat.

“Penyelenggaraan PKA-7 ber -tu juan tidak hanya menjadi penye-mangat bagi seluruh masya rakat dalam memperkuat adat dan bu-daya Aceh yang Islami, mengangkat kembali seluruh khasanah budaya masyarakat dari berbagai etnis di Aceh dan membangun kesadaran masyarakat dan generasi muda Aceh untuk mengetahui dan mem-pelajari kekayaan serta originalitas budayanya, tapi juga untuk mem-promosikan Aceh dengan ragam pe-sona budayanya sebagai destinasi wisata budaya kepada wisatawan nusantara dan mancanegara,“ ung-kap Nova Iriansyah.

Ada 56 rangkaian atraksi seni dan budaya yang dikemas dalam 7

PKA itu, peristiwa besar, sudah seharusnya memberikan nilai tambah dan

menciptakan per bedaan bagi pengunjung. Dihadiri oleh 35 ribu lebih

peserta dan tamu undangan dari luar negeri, seperti beberapa negera ASEAN, Timur Ten-

gah dan Eropa, 7 ribu peserta dari perwakilan 23 kabupaten/kota se Aceh dan masyarakat

umum, peserta dari berbagai pro vinsi se Indonesia.”

Ir. Nova Iriansyah, MTPlt. Gubernur Aceh

Jangan copy paste atau menciplak mentah-mentah materi PKA se be-lumnya.

“Kita do rong PKA ini betul-be-tul memberi warna baru, termasuk cara meyajikannya. Saya berharap ini. Kabupaten/kota bikin katalog, baik kebendaan maupun non ben-da, serta panduan profil kabupaten/kota dalam PKA,” pesannya.

Nova Iriansyah baru-baru ini juga menggagas “Touring Pra PKA” menyertakan Ikatan Motor Besar Indonesia (IMBI) Aceh. Nova peng-gemar motor besar dan pembina di IMBI, melakukan cara di luar ke-biasaan dalam melakukan sesuatu. “PKA itu, peristiwa besar, harus kita maknai dengan baik,” katanya.

Nova juga ingin PKA-7 men-jadi momen penting membangun ekonomi masyarakat melalui kegia-tan ekonomi kreatif. Diantaranya, menghadirkan inovasi, yang tentu-nya inovasi berkaitan dengan ke-budayaan. Karena budaya sekarang adalah budaya enterpreneurship maka akan ada expo. Expo itu suatu perbedaan dengan PKA sebelumnya.

“Mungkin dulu ada stand orang berdagang. Tapi expo kali ini budaya enterpreneurship kita angkat. Kita mau ada Usaha Mikro, Kecil, Menen-gah (UMKM) menampilkan produk, sehingga usaha mikro menengah mempunyai motivasi untuk berge-rak. Kemudian di expo itu, diiringi dengan semiloka-semiloka atau seminar loka karya, membahas-bisnis masyarakat. Ini beda dengan PKA sebelumnya,” ung kapnya.

PKA kali ini juga mengadopsi teknologi, mengingat perkemban-gan informasi teknologi (IT) dunia demikian pesat di segala bidang. “Kita sadari hal itu. Kebudayaan itu kan bukan sesuatu yang tua, ke-majuan teknologi juga kebudayaan bukan? Kita buat berbeda, even pem bukaannya dengan sentuhante-knologi ‘new culture,’ seperti ‘video mapping,” sebutnya.

Intinya memperlihatkan full di gital, dan itu semua dilakukan bu-kan semata-mata untuk seremonial saja, namun untuk menunjukkan bahwa kebudayaan itu ‘from the past until the future’ yang nanti-nya ‘tari guel’ akan dikolaborasikan dengan sentuhan teknologi.

Terkait jargon “Aceh Hebat de ngan Adat Budaya Bersyariat” dengan tema PKA-7, Nova Irian-syah me ngatakan, hal itu bisa di-wujudkan dalam setiap variabel terkait even, seperti expo, ritual budaya, etos, menghargai etika dan lain-lain.

“Even-even PKA ini kita harap-kan Aceh Hebat bisa dikembalikan lagi. Bahwa orang Aceh itu memi-liki etos kerja yang tinggi, memi-liki sopan santun, ramah kepada tamu, menghargai pendapat orang lain, menghargai keunggulan orang lain tanpa harus merendahkan diri sendiri, religius dan sebagain-ya. Even-even seperti PKA inilah momen tum untuk mengembalikan se mua itu. Nilai-nilai ini bagi kita di Aceh melekat dengan Islam se-bagai agama yang kita anut,” te-rangnya. (ms)

kegiatan utama untuk memeriah-kan PKA-7, meliputi Pembukaan; Pawai Budaya yang akan menampil-kan parade adat dan budaya dari berbagai daerah; Pameran Budaya dan Eksibisi yang akan menampil-kan pameran kebudayaan, sejarah, kuliner, produk kreatif dan bisnis kepariwisataan; Festival Seni dan Budaya yang akan menyuguhkan ra gam penampilan adat istiadat, se-ni dan budaya Aceh.

Selain itu juga akan ada Sem-inar Kebudayaan dan Kemariti-man yang akan mengulas berba-gai isu menarik tentang kekayaan budaya dan potensi bahari Aceh; Anugerah Budaya yang akan mem-berikan apresiasi budaya kepada ma syarakat Aceh yang telah berkon-tribusi dalam melestarikan adat dan budaya di daerah; dan Penutupan PKA-7 yang akan menampilkan rag-am pesona hiburan kepada masya-rakat sebagai tanda berakhirnya PKA-7.

Plt. Gubernur Aceh, Nova Irian-syah mengungkapkan kebanggaan-nya, penyelenggaraan PKA-7 kali ini sungguh berbeda dibandingkan dengan PKA-PKA sebelumnya sejak tahun 1958, dimana PKA-7 ini akan menyuguhkan berbagai keunikan dan pengalaman baru bagi pengun-jung sebagai sebuah manifestasi ra-sa syukur masyarakat Aceh dalam membangun negeri dan mencipta-kan perdamaian di Aceh.

“PKA-7 sudah seharusnya mem berikan nilai tambah dan men-ciptakan perbedaan bagi pengun-jung. Selain dihadiri oleh 35 ribu lebih peserta dan tamu undangan dari luar negeri, seperti beberapa negera ASEAN, Timur Tengah dan Eropa, 7 ribu peserta dari perwa-kilan 23 kabupaten/kota se Aceh dan masyarakat umum, peserta dari berbagai provinsi se Indonesia dan penampilan tari kolosal bertema “Aceh Lhee Sagoe” dengan meli-batkan 1000 penari, Tari Guel dan Rapai Pasee, even budaya akbar ini juga akan dimeriahkan dengan penampilan video mapping pada

ma lam pembukaan yang akan mencip takan ima jinasi fan tastik ten-tang peradaban Aceh ma sa kini,” jelas Nova Iriansyah.

Nova Iriansyah se-laku Ketua Umum PKA-7 me nambahkan, hajatan budaya ini harus men-jadi tantangan khusus bagi masyarakat Aceh dimanapun berada, ti-dak hanya menjadi tuan rumah yang baik yang mampu me layani tamu yang datang, tapi juga men dukung sepenuhn-ya kegiatan PKA-7 yang akan berlangsung sela-ma 10 hari penuh.

Kepada pa ra pe-serta PKA-7 di seluruh Aceh, Plt. Guber nur Aceh ini me minta le bih kreatif menggali dan me nyuguhkan materi bu daya dalam PKA ini.

Page 4: sejak tahun 2017, PKA ke-7 siapkan secara matang ... filelewat label acara Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) ke-7. Semua kita pantas dan harus mendukung perhela-tan itu, sebagai wujud dari

Edisi 04/Tahun I/2018

4 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Laporan Utama

Cerminan Identitas Keacehan

Saya melihat even PKA ini sudah seharusn-ya menjadi kebanggaan bagi Aceh. Melalu even PKA kita bisa melihat apa saja kegiatan bu-daya yang baik dan bermanfaat bagi mas-yarakat...”

Prof Dr Ir Samsul Rizal M.Eng,Rektor Unsyiah

PEKAN Kebudayaan Aceh (PKA) ke-7 yang di helat 5-15 Agustus 2018 merupakan pun-

cak kegiatan seni dan budaya di Aceh. Dalam even berska-la besar ini setidaknya akan meli batkan 7.447 peserta dari 23 kabupaten/kota dengan 56 rangkaian acara yang dipusat-kan di 16 titik lokasi.

Di antara acara yang di-helat pada PKA tahun ini ya-itu eksebisi budaya, sejarah, kuliner, seni tari tradisi dan kontemporer. Selain itu juga ada ragam lomba dan atrak-si budaya, anugerah budaya, seminar dan pertemuan bisnis.

Melalui berbagai kegiatan itu, Pemerintah Aceh berusaha untuk mengangkat kembali seluruh khazanah kebudayaan masyarakat Aceh dari berbagai etnis yang ada di Aceh, baik da-lam bentuk adat-istiadat, seni budaya, khazanah peninggalan sejarah Aceh, hingga berbagai produk kerajinan dari ber ba-gai daerah di Aceh.

Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Prof Dr Ir Samsul Rizal M.Eng menyebut-kan suatu hal yang tak berle-bihan apabila PKA dianggap

menjadi wadah dan cerminan identitas budaya keacehan yang punya nilai histori dan edukasi bagi rakyat.

Terutama untuk generasi muda, melalu even budaya dan seni, generasi muda dapat me-mahami apa saja khazanah bu-daya Aceh yang selama ini ku-rang terekspos ke permukaan.

“Saya melihat even PKA ini sudah seharusnya menjadi kebanggaan bagi Aceh. Melalu even PKA kita bisa melihat apa saja kegiatan budaya yang baik dan bermanfaat bagi masya-rakat. Di sini kita juga bisa me-lihat apakah Aceh sudah pada tahap dalam perubahan menu-

ju kemajuan atau memang se-baliknya,” kata Prof Samsul Rizal kepada Aceh Info pekan lalu.

Dalam setiap penyeleng-garaannya, kegiatan PKA ba-nyak mengandung konten bu daya selain hiburan juga pendidikan. Hal ini dipan-dang menjadi nilai plus yang tidak bisa dipisahkan dari ruh PKA.

Sebagai sebuah perguru-an tinggi terkemuka di Aceh, Uni versitas Syiah Kuala mem-beri apresiasi tinggi kepada Pe merintah Aceh atas pelaksa-naan PKA tahun ini.

Menurut Prof Samsul Ri-

zal setiap kegiatan seni dan bu-daya akan selama nya menjadi aset daerah yang akan mencer-minkan identitas keacehan. Un syiah dalam berbagai ke-sempatan juga ikut terlibat aktif dalam memperkenalkan khazanah seni budaya Aceh ke berbagai kalangan.

Baik dalam skala inter-nal kampus, maupun di luar kegiatan akademik kampus. “Dalam beberapa kajian di kampus, Unsyiah selalu mema-sukkan unsur seni, budaya dan perada ban Aceh sebagai dasar pembelajaran bagi ma-hasiswa,” terangnya.

Sebuah peradaban yang maju, kata Samsul Rizal, tidak terlepas dari budaya, pendidik-an dan kepemimpinan yang ber integritas. Peradaban yang tinggi juga ditentukan oleh bu-daya yang baik.

Ia mencontohkan nega-ra-negara maju di dunia sela-lu menerapkan budaya jujur dalam kehidupan mereka. Bah kan di tingkat lembaga pe-merintah, dan pengambil kebi-jakan menjadikan budaya ju-jur sebagai salah satu kriteria pribadi yang berintegritas.

Sehingga dengan budaya jujur tersebut, sebuah masya-ra kat dan bangsa akan menja-di maju. Dalam pendidikan juga demikian. Peradaban ma syarakat yang maju sangat ditentukan oleh sistem pendi-dikan.

Namun, kata Rektor Un-syiah, di Aceh sistem pen-didikan yang baik belum mem beri jaminan terhadap lahirnya sosok dan sistem ke-pemimpinan yang berintegri-tas dan bisa diandalkan mem-bawa perubahan hidup rakyat Aceh ke arah yang lebih baik.

“Misalkan sekarang Un-

syiah akreditasinya A, tapi se cara umum belum mencer-minkan perilaku masyarakat-nya, dan pendidikan mereka,” jelas Prof Samsul Rizal.

Selama ini, keberadaan Perguruan Tinggi juga kurang dilibatkan dalam pembangu-nan Aceh. Sehingga pemban-gunan Aceh yang berintegritas dan sinergi sulit dilakukan. Di sisi lain, kata Prof Samsul Ri-zal, budaya gotong-royong di kalangan masyarakat Aceh saat ini juga sudah menipis.

Sikap apatis justru kerap terlihat. “Misalkan dulu, ada sis wa yang tidak masuk seko-lah, lalu dilihat tetangga, maka tetangga tersebut akan mela-porkannya kepada orang tua sis wa tersebut. Tapi sekarang budaya kepedulian seperti itu su dah menipis,” ungkap Sam-sul.

Selain itu, saat ini per-soalan generasi muda yang terlibat narkoba juga menja-di ancaman serius bagi masa depan Aceh. Sebab itu, Sam-sul Rizal, menegaskan melalui pemahaman budaya yang baik akan menjadi benteng untuk menangkal perilaku negatif tersebut di kalangan generasi muda.

“Budaya dan seni di Aceh tumbuh dan berkembang ber-da sarkan nilai-nilai syariat Is lam. Nilai budaya ini harus dihidupkan kembali dalam masyarakat,” ujarnya.

Melalui even PKA, Prof Sam sul Rizal berharap ke-giatan PKA tahun ini dapat mem beri manfaat luas kepada masyarakat. “Karenanya PKA jangan hanya jadi kegiatan se-remonial semata, tapi harus me ngakar dan terimplementasi dalam kehidupan masyarakat,” sebut Samsul Rizal. (sr)

Harus Diwariskan Kepada Generasi Muda Setelah PKA-7 nanti sele-sai, kita harapkan ada sebuah langkah dan pemikiran yang strategis untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat sehing-ga nilai-nilai budaya tersebut tercermin dalam kehidupan mereka.”

Prof. Dr. Warul Walidin, AK, MARektor UIN Ar Raniry

UDAYA dan adat beserta ragam kesenian yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat Aceh berlan-daskan nilai-nilai agama. Penegasan ini sudah terpa-tri sejak dahulu menjadi se-buah tradisi dan simbol ke-hidupan sosial masyarakat Aceh.

Dalam konteks yang lebih luas peran agama yang berkaitan dengan bu-daya dan negara kerap di-gambarkan dalam sebuah hadih maja, Adat bak Poteu Meureuhôm, Hukôm bak

Syiah Kuala, Kanun bak Putroe Phang, Reusam bak Lakseumana.

Rektor Universitas Isalam Negeri (UIN) Ar Raniry Prof Dr Warul Wa-lidin AK, MA memandang budaya, adat dan hukum dalam tatanan kehidupan masyarakat Aceh menjadi satu kesatuan yang sulit dipisahkan.

Setiap budaya yang berkembang, menjadi ciri khas dan identitas sebuah daerah. Bercermin dari hal tersebut, maka budaya

Aceh yang berlandaskan agama harus terus berkem-bang dan dilestarikan men-jadi sebuah tuntunan dalam masyarakat.

Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-7 yang di-gelar 5-15 Agustus dinilai menjadi sebuah wadah yang strategis untuk mele-starikan adat dan budaya Aceh tersebut agar tetap terjaga kelestariannya.

“Even Pekan Kebu-dayaan Aceh merupakan ruang ekspresi terbuka ba gi semua pihak untuk me nggali dan memuncul-kan kembali apa-apa yang selama ini sudah pudar dan hilang di masyarakat, kemudian mengimplemen-tasikannya dalam kehi-dupan sehari-hari. Selain se bagai hiburan, budaya dan kesenian juga harus menjadi sebuah tuntunan dalam masyarakat,” ujar Prof Warul.

Bahkan dalam ruang lingkup yang lebih luas semua pihak terutama pe-merintah agar dapat mem-pertahankan kesinambun-

gan berbagai event yang di tampilkan selama PKA agar dapat terus hidup di tengah masyarakat.

“Setelah PKA-7 nan-ti selesai kita harapkan ada sebuah langkah dan pe mikiran yang strategis untuk menumbuhkan ke-sadaran masyarakat se-hingga nilai-nilai budaya tersebut tercermin dalam ke hidupan mereka,” sebut-nya.

Prof Warul juga men-jelaskan UIN Ar Raniry berupaya terlibat aktif da-lam menggali dan membu-mikan nilai-nilai budaya Aceh di tengah masyarakat melalui kegiatan Tri Dhar-ma perguruan tinggi.

Yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta peng-abdian kepada masyarakat. “Dalam bentuk penelitian kita banyak melahirkan kar ya-karya ilmiah tentang budaya. Termasuk ten-tang ragam bahasa yang berkembang di Aceh, jan-gan sampai keragaman bahasa di Aceh ini hilang

karena bahasa adalah wari-san budaya yang harus dilestarikan,” jelas Warul yang juga mantan Ketua Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Aceh.

Menurut Prof Warul Walidin, PKA-7 harus dapat mengesankan sebuah ima-ge yang baik serta menja-di tuntunan bagi genera-si muda sebagai pewaris bangsa.

Peran dari penyeleng-garaan PKA juga dinilai penting karena dapat men-gangkat kembali konten budaya, adat dan kesenian yang selama ini tercecer dan tidak pernah dikenal lagi generasi muda di era milenial.

“Nilai-nilai budaya, adat dan seni ini harus diajarkan kepada genera-si muda agar mereka tidak terlena dengan perilaku negatif di masyarakat,” ha-rap Prof Warul yang baru menjabat sebagai Rektor UIN Ar Raniry sejak dilantik oleh Menteri Agama Luk-man Hakim Saifuddin pada 2 Juli lalu di Jakarta. (sr)

B

Page 5: sejak tahun 2017, PKA ke-7 siapkan secara matang ... filelewat label acara Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) ke-7. Semua kita pantas dan harus mendukung perhela-tan itu, sebagai wujud dari

Edisi 04/Tahun I/2018

AcehInfo 5

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Laporan Utama

PKA-7 Siap DigelarPEKAN Kebudayaan

Aceh (PKA) - 7 tahun 2018 siap digelar. Even em pat tahunan ini su-

dah dari tahun 2017 diper-siapkan dengan matang oleh Pemerintah Aceh.

Sesuai jadwal, rangkaian PKA - 7 akan berlangsung sela-ma 10 hari dari tanggal 5 hing-ga 15 Agustus 2018. Adapun tema diusung kali ini adalah ‘Aceh Hebat dengan Adat Bu-daya Bersyariat’.

“Kalau secara persentase, persiapan sudah mencapai 95 persen. Artinya, tinggal 5 pers-en lagi, kita terus mengevaluasi setiap perkembangan di lapan-gan,” ujar Plt Kepala Dinas Ke-budayaan dan Pariwisata (Dis-budpar) Aceh, Amiruddin.

Perhelatan budaya em-pat tahunan ini, kata Amirud-din, sudah dipersiapkan cukup lama secara maksimal. Apalagi hajatan ini melibatkan 23 ka-bupate/kota dalam provinsi Aceh, pelaku budaya dan pari-wisata dari seluruh Aceh. Ter-masuk seniman dari berbagai negara sehabat yang hadir.

Untuk mematangkan per-siapan, sejauh ini Disbudpar Aceh sudah melakukan bebe-rapa kali pertemuan besar de ngan melibatkan seluruh panitia inti yang di SK-kan oleh

gubernur. Evaluasi juga terus dilakukan secara menyeluruh guna mengetahui setiap keku-rangan dan perkembangan.

Apalagi hajatan ini akan dihadiri langsung oleh orang nomor satu di republik ini, yakni Presiden Joko Widodo yang akan membuka kegiatan PKA - 7.

Persiapan maksimal juga dilakukan hingga tingkat seksi. Mereka juga terus memaksi-malkan persiapan di lapangan dengan melaksanakan rapat – rapat secara marathon.

Seperti dilakukan para SKPA, karena secara keseluru-han memang dilibatkan se-bagai panitia PKA. Rapat dan pertemuan membahas kesia-

pan PKA ada yang difasilitasi Disbudpar ada juga yang me-mang melaksanakan secara sendiri – sendiri. Sesuai den-gan tugas dan tanggungjawan yang telah diberikan.

“Semua bergerak, me-maksimalkan persiapan. Ini adalah even besar yang meli-batkan peserta dari seluruh daerah di Aceh, luar Aceh dan luar negeri. Maka harus diper-siapkan sebaik mungkin,” kata Amiruddin.

Dirinya mengaku bisa se-dikit lega karena persiapan di lapangan sudah mencapai 95 persen, tinggal menunggu acara gladi di Stadion Harapan Bang-sa, Lhoong Raya, Banda Aceh. Untuk jadwalnya, masih menye-

suaikan dengan agenda Plt Gu-bernur Aceh, Nova Iriansyah.

Meski begitu, dirinya me-nya takan belum dapat berpuas diri, maka itulah hampir setiap hari, melakukan evaluasi den-gan melakukan pertemuan – per temuan agar acara ope ning dapat berlanggsung sesuai ha rapan. “Puncaknya ini ada pada pembukaan. Ketika aca-ra pembukaan tidak berhasil dengan baik, yang lain apala-gi. Kita upa yakan pembukaan bisa le bih hebat dan berhasil,” ujarnya.

Rencananya, pada tang-gal 25 Juli para penari dan re-kan – rekan Event Organizer (EO) akan melakukan gladi dan loading peralatan di Stadi-on Harapan Lhoong Raya.

Harapannya memang ti-dak perlu menunggu tanggal 25, namun karena stadion ma sih renovasi maka harus menunggu sampai tanggal ter-sebut. Untuk itulah, dirinya ber harap kepada kontraktor yang mengejakan renovasi Sta-dion Lhoong Raya untuk beker-ja lebih cepat dan menambah jumlah pekerja agar target gla-di tidak bergeser.

Sementara itu, untuk per siapan peserta dari kabu-paten/kota, juga sudah san-gat maksimal. Meskipun itu

kewenangan mereka, namun Disbudpar sudah duduk bersa-ma dengan perwakilan setiap daerah menyampaikan dan su-dah duduk dengan perwakilan setiap daerah membicaran ke-siapan anjungan untuk segera dibenah.

Pantauan Disbudpar, an -jungan pemerintah kabupa-ten/kota di Taman Sultha-nah Safiatuddin sudah mulai dibenah. Aktivitas pengecatan dan renovasi terus dilakukan di masing – masing anjungan.

Terkait dengan ke ikut ser taan daerah pada se tiap rangkaian kegiatan PKA, Ami-ruddin menuturkan bahwa se muanya sudah menyatakan kesiapan untuk mengikuti se-luruh rangkaian kegiatan yang telah disepakati bersama.

Kegiatan utama yang di-lombakan atau difestivalkan, se tiap daerah sudah menya-takan ikut. Hanya mungkin ke giatan yang bersifat eksibisi mereka tidak ikut, karena ti-dak semua wilayah memiliki permainan rakyat yang sama. Ia mencontohkan seperti geu-deu – geudeu, seni bela diri tra disional tersebut hanya ada di Kabupaten Pidie Jaya dan Pi-die. Kegiatan seperti ini tidak dilombakan, hanya diperton-tonkan saja. (sli)

Semua bergerak, me-maksimalkan persiapan.

Ini adalah even besar yang melibatkan peser-

ta dari seluruh daerah di Aceh, luar Aceh dan luar negeri. Maka ha-

rus dipersiapkan sebaik mungkin.”

AmiruddinPlt. Disbudpar Aceh

Semua Dilibatkan untuk Kesuksesan PKA - 7

PLT Kadisbudpar Aceh Amiruddin menyebutkan, ada 56 rangkaian atraksi seni dan budaya dikemas dalam tujuh kegiatan utama untuk memeriahkan PKA - 7, meliputi pembukaan, pawai budaya yang menampilkan parade adat dan budaya dari berbagai daerah, pameran budaya dan eksibisi yang menampilkan pameran kebudayaan, sejarah, kuliner, produk kreatif dan bisnis kepariwisataan, festival seni dan budaya yang menyuguhkan ragam penampilan adat istiadat, seni dan budaya Aceh.

Disamping itu juga ada seminar kebudayaan dan kemaritiman, anuge-rah budaya dan acara penutupan yang akan menampilkan ragam pesona hiburan kepada masyarakat sebagai tandai berakhirnya PKA - 7.

Untuk menyukseskan seluruh rangkaian kegiatan ini, kata Amirud-din pihaknya merangkul semua seni-man dan budayawan. Mereka diajak dan difasilitasi untuk melakukan promosi dan sosialisasi PKA kepada masyarakat, baik secara langsung dari warung kopi ke warung kopi dan hotel,

maupun lewat radio dan televisi.Dengan begitu, PKA dapat terso-

sialisasi dengan baik, terutama kepada seluruh elemen masyarakat Aceh, ter-masuk generasi muda penerus bangsa dan pewaris budaya.

Walaupun memang ada satu dua suara - suara sumbang, itu hal biasa karena tidak mungkin semua terpuas-kan. Pasti ada yang tidak puas dan itu adalah dinamika dalam kehidupan.

Secara umum, kata Amiruddin, semua diakomodir. Bisa juga mungkin ide mereka tawarkan tidak sesuai den-gan PKA sehingga tidak bisa kita ikut sertakan dari pada merusak citra PKA.

Bukan berarti mereka pekerja seni sudah memahani benar belum tentu. Apalagi pekerja seni atau yang belajar secara alamiah atau otodidak, untuk itu perlu ada pengontrolan.

Selama ini kita juga banyak melibatkan dan memfasiitasi seni-man dan budawan untuk tampil di warung – warung kopi dalam rangka sosialisasi untuk menyukseskan PKA. Seperti halnya muda belia. Pekerja seni lainnya seperti Bang Joni Eumpang Breueh atauApa Kapluk dan Mando Gapi juga dilibatkan, bahkan suara mereka tentang ajakan menyukseskan PKA direkan untuk diputar setiap saat di radio - radio. “Jadi yang jelas PKA adalah kegiatan masyarakat Aceh yang harus di laksanakan oleh masyarakat Aceh sendiri,” terangnya.

Lebih lanjut Plt Kadisbudpar Aceh, Amiruddin mengharapkan, ke-pada seluruh elemen masyarakat Aceh untuk dapat menyukseskan PKA sesuai dengan profesi masing – masing. Se-laku masyarakat misalnya, berikanlah sambutan yang baik kepada para tamu yang akan datang ke Aceh.

Begitu juga halnya bagi pengu-saha hotel dan restauran dan rumah makan, berikanlah pelayanan terbaik,

jangan sampai membuat tamu dan wisatawan kecewa.

Harapan senada juga disam-paikan kepada pengusaha dan pelaku pelaku transportasi, seperti mobil rental dan beca. Berikanlah pelayanan terbaik dan berikan tarif yang sesu-ai, jangan mengambil keuntungan sesaat dengan menaikkan tarif karena dampaknya sangat besar bagi image pariwisata Aceh.

“Pengusaha transportasi juga tidak luput dri sosialissi, karena mere-ka ini yang akan berhdapan secara langsung dengan para wistawan di lapangan,” kata Amiruddin.

Perlu dipahami bahwa Aceh me-nerapkan syriat Islam. Sebagai seorang muslim dan mukmin, maka tentunya masyarakat Aceh sudah sangat paham betul mana yang dibolehkan dan mana yang diharamkan.

Ia mencontohkan, menaikkan har ga secara tidak wajar bukan prilaku orang Islam. “Halal dan haram itu bukan dari segi makanan dan minuman saja, tapi dari segi perbuatan juga,” kata dia.

Amiruddin juga menyampaikan bah wa PKA - 7 bukan hanya ajang penampilan seni dan budaya, melain-kan juga sebagai kesempatan untuk meningkatkan perekonomian Aceh.

Bahkan semua biro perjalanan wisata sudah jauh - jauh menyiapkan paket – paket wisata untuk dapat mere ka tawarkan kepada calon wisa-tawan yang akan berkunjung ke Aceh selama even PKA berlangsung.

Kegiatan ini juga menjadi kesem-patan besar bagi pengusaha kecil dan menengah untuk bisa menjual produk hasil kerajinan mereka kepada para wisatawan. “Kita harap, semua dapat berbenah dan menyambut peluang besar ini. Ini kesempatan terbaik untuk dapat meningkatkan perekonomian masyarakat,” pungkas Amiruddin. (sli)

Page 6: sejak tahun 2017, PKA ke-7 siapkan secara matang ... filelewat label acara Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) ke-7. Semua kita pantas dan harus mendukung perhela-tan itu, sebagai wujud dari

Edisi 04/Tahun I/2018

6 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Laporan Utama

PLN Dukung Pasokan Listrik ke Arena PKAn Pasukan Khusus Disiapkan

UNTUK kesuksesan pelaksa-naan sebuah even bertaraf nasional seperti Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) - 7

yang berlangsung selama 10 hari, tentunya perlu persiapan secara maksimal untuk kelancaran acara termasuk kebutuhan energi listrik yang mencukupi.

Untuk itu, PT PLN (Persero) Wi-layah Aceh menyatakan siap mendu-kung penyelenggaraan PKA - 7 pada tanggal 5-15 Agustus 2018. Apalagi even budaya empat tahunan ini ditar-getkan mampu memberikan efek eko nomi bagi masyarakat di provinsi berjuluk Serambi Mekkah ini.

General Manager (GM) PLN

Wi layah Aceh, Jefri Rosiadi menu-turkan, PLN siap memenuhi kebutu-han listrik selama PKA VII berlang-sung, terutama di pusat – pusat ke giatan yang telah ditentukan.

Untuk menjaga pasokan listrik tetap aman dan lancar, PLN sudah menyiapkan ‘pasukan khusus’. Ka-lau ada gangguan yang terjadi se-cara tiba-tiba, maka mereka yang akan diterjunkan langsung guna melakukan perbaikan, pergantian dan pemeliharaan.

“Acara PKA kan tidak hanya terpusat di satu lokasi saja. Secara umum sudah disampaikan kepada kita, totalnya ada 16 titik lokasi be-sar,” kata GM PLN Aceh, Jefri Rosiadi.

Saat rapat koordinasi beberapa waktu lalu di Aula Serbaguna Kan-tor Gubernur Aceh, panitia sudah menginformasikan kepada PLN lo-kasi mana saja yang perlu diback-up. Totalnya ada 16 lokasi besar yang akan digunakan sebagai sentral per-helatan ajang kebudayaan dan pro-mosi budaya dan produk hasil kera-jinan.

Pada prinsipnya, kata Jefri Ros-iadi, PLN sangat mendukung adan-ya kegiatan besar terselenggara di Aceh. Bukan hanya kegiatan PKA saja, kegiatan – kegiatan lainnya juga akan didukung.

PLN sangat berkomitmen un-tuk memberikan pelayanan terbaik untuk kenyamanan masyarakat. Un-tuk itulah diperlukan komunikasi dan koordinasi yang baik, sehing-ga setiap kendala dan persoalan di lapangan dapat segera diantisipasi.

Untuk suksesnya kegiatan PKA, Jefri Rosiadi mengharapkan kepa-da penyelenggara acara atau Event Organizer (EO) untuk membangun

komunikasi dan koordinasi dengan PLN. Sehingga PLN dapat meny-iapkan berapa kebutuhan listrik yang diperlukan selama acara ber-langsung.

Karena berdasarkan informa-si diterima PLN, hampir seluruh rangkaian kegiatan PKA menggu-nakan jasa profesional EO. Sebagai penyelenggara acara, mereka juga diwajib kan memiliki genset.

Agar tidak tumpang tindih, maka komunikasi harus terus diba-ngun. PLN bisa menyiagakan genset di lokasi – lokasi yang belum ada gen set, karena pusat acara tidak berlangsung di satu lokasi melaink-an tersebar di 16 lokasi besar.

Sejauh ini, PLN Aceh sudah me lakukan berbagai persiapan men jelang PKA - 7. Salah satunya dengan menyediakan jalur prioritas untuk menunjang berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan.

PLN juga akan melakukan back-up genset di beberapa titik vi-tal, seperti Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, Aceh Besar. Selain mengan-dalkan aliran listrik yang ada, pihak-nya juga akan memback-up dengan genset.

Kemudian di Anjong Mon Mata, sistem penyulang yang mensuplai kebutuhan listrik kesana akan di-maksimalkan. Di lokasi ini PLN ti-dak menyediakan back-up genset karena memang sudah tersedia.

Untuk lokasi pembukaan PKA - 7 pada malam hari yang akan dihad-iri oleh Presiden Joko Widodo di Sta-dion Harapan Bangsa, Lhoong Raya, Banda Aceh, PLN sudah mendata penyulang dan dipastikan aman.

Di tempat ini sudah ada gen-

set tersedia dengan kemampuan 500 KVA. Saat acara nanti, akan di-back-up dengan genset dengan kap-asitas yang lebih besar lagi.

Untuk kawasan lapangan Blang Padang, lokasi Aceh Expo, banyak penyulang yang dapat dimanfaat-kan. Kalau ada gangguan satu pen-yulang bisa manuver ke penyulang lainnya. Untuk mengantisipasi juga akan ada back-up dengan dengan 500 KVA.

Untuk lokasi Aceh Expo Blang Padang, PLN masih menunggu infor masi berapa kebutuhan yang diperlukan, kalau nanti EO sudah menyiapkan genset, maka PLN bisa konsentrasi ke lokasi lain, seperti Taman Sultanah Safiatuddin.

“PLN siap mendukung baik se cara jaringan maupun dengan menyiapkan genset. Apalagi acara PKA ini skala nasional,” jelas Jefri.

Lebih lanjut Jefri menambah-kan, PLN akan memprioritaskan pa-sokan listrik ke Banda Aceh selama even PKA berlangsung. Begitu juga dengan daerah – daerah lainnya. Pelayanan kepada masyarakat juga akan diberikan seperti biasa.

Ia menambahkan, untuk kota Banda Aceh rata – rata back-up pen-yulang bisa lebih dari pada dua. Ar-tinya, kalau ada kejadian seperti wak-tu lalu ada pohon tumbang menimpa tiang PLN, hanya butuh waktu satu jam untuk melakukan penormalan kembali.

Dalam waktu kurang dari satu jam sudah bisa manuver, meskipun pekerjaan masih belum rampung dilaksanakan. Pelanggan tidak men-galami pemadaman yang lama kare-na bisa di manuver dengan pen-yulang yang lain. (smn)

PLN siap mendukung baik secara jaringan maupun dengan

menyiapkan genset. Apalagi acara PKA ini skala nasional.”

Jefri Rosiadi GM PLN Wilayah Aceh

Oleh karena itulah peran media center ini tidak main-

main, harus diisi oleh orang-orang yang berkompeten agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik.”

--Marwan Nusuf,Kepala Bidang Informasi PKA

7

Diskominfo Aceh Siapkan Dua Media Center

KEPALA Bidang Informasi PKA 7 Marwan Nusuf, B.HSc, MA mengatakan, pihaknya akan menyiapkan dua media center untuk melancarkan informasi berkaitan dengan pelaksanaan PKA 7 yang akan segera dim-ulai. Kedua media center itu ma sing-masing ditempatkan di Taman Ratu Safiatuddin ka-wasan Lampriet dan Lhong Raya, Banda Aceh. “Untuk Lhoong Raya hanya pada saat pembukaan saja, sedangkan

operasional media center di Taman Ratu Safiatuddin sam-pai dengan pelaksanaan PKA selesai,” tandas Marwan Nusuf yang juga Kepala Dinas Komu-nikasi, Informatika dan Per-sandian Aceh itu kepada kru tabloid Info Aceh, pekan lalu.

Dijelaskan oleh Marwan Nusuf, Media Centre dapat berfungsi sebagai wahana diseminasi informasi publik, juga akan menjadi tempat pertukaran informasi. Selain

itu, media center juga dibuat untuk pelayanan informasi dan komunikasi publik. “Me-dia Centre sebagai diseminasi informasi publik akan menjadi sarana penyebarluasan infor-masi yang berkaitan dengan pelaksanaan PKA,” tandasnya.

Nah, untuk memperlan-car tersebarnya berbagai in-formasi terkait pelaksanaan PKA, pemerintah Aceh telah bekerja sama dengan Telkom dan Telkomsel. PT. Telkom sebagai perusahaan informasi dan komunikasi serta penyedia jasa dan jaringan telekomuni-kasi itu telah sepakat untuk menyediakan wifi gratis di se-jumlah titik. Para jurnalis dan peserta PKA 7 bisa mendapat-kan jaringan internet gratis ini untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat seputar event budaya terbesar itu.

Bukan cuma itu. Menurut Marwan Nusuf, sejak H-7 pihak Telkomsel juga akan menyebarkan informasi ten-tang PKA. Penyebaran tersebut

juga sebagai bentuk sosialisasi sehingga event budaya em-pat tahunan tersebut semarak dan diketahui secara luas oleh masyarakat.

Dikatakan alumnus Uni-versity of Malaya ini, dalam pengelolaan sebuah media center, Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi sangat vital. Tenaga yang dimiliki harus memiliki kemampuan dan ket-erampilan yang memadai un-tuk menyajikan dan menyam-paikan informasi. Tim yang akan ditempatkan di media center merupakan gabungan berbagai pihak, mulai dari Di-nas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh, Dinas Pariwisata dan Budaya Aceh, serta Humas Setda Aceh. Gabungan berbagai tim terse-but akan menjadi kekuatan besar dalam memerankan fungsi media center sebagai pusat layanan informasi publik berkaitan dengan pelaksanaan PKA 7.

Sebagaimana diketahui,

PKA yang akan berlangsung mulai 5-15 Agustus tersebut merupakan event budaya ter-besar yang pesertanya tidak hanya dari Aceh atau provinsi lainnya di Indonesia, melaink-an juga dari mancanegara. Itu sebabnya peran media center menjadi sangat vital. “Oleh karena itulah peran media center ini tidak main-main, harus diisi oleh orang-orang yang berkompeten agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik,” tandas mantan Kepala Dinas Registrasi dan Kepen-dudukan Aceh ini.

Sejauh ini Diskominfo Aceh telah menyosialisasikan dengan baik event budaya ter besar tersebut melalui ber bagai media yang ada. Masyarakat juga diharapkan memeriahkan kegiatan terse-but. Apalagi setiap kabupaten memang menampilkan berb-agai atraksi budaya yang khas, sehingga masyarakat yang me-wakili daerah tersebut diharap memberi dukungan penuh. Begitupun, Marwan Nusuf me-minta warga tertib dan me-matuhi berbagai instruksi dan arahan yang disampaikan panitia, sehingga peristiwa budaya tersebut berlangsung dengan lancar sesuai dengan apa yang direncanakan.(*)

Page 7: sejak tahun 2017, PKA ke-7 siapkan secara matang ... filelewat label acara Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) ke-7. Semua kita pantas dan harus mendukung perhela-tan itu, sebagai wujud dari

Edisi 04/Tahun I/2018

AcehInfo 7

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Laporan Utama

Aneka Permainan Rakyat Menambah Seru PKA-7

ANGAN lewatkan kesempa-tan menyaksikan aneka per-mainan rak yat yang akan ditampilkan pada ha jatan budaya terbesar Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) - 7 pada 5-15 Agustus 2015 mendatang di Banda Aceh.

Puluhan jenis permai-nan rakyat akan ditampilkan masing-masing kabupaten/ kota dalam event akbar tersebut. Beberapa di antara-nya sudah sangat familiar di telinga kita seperti meuen gatok, geudeu-geudeu, con-gklak, dan patok lele.

Berdasarkan informa-si yang diterbitkan panitia teknis pelaksana PKA VII, ada 32 jenis permainan rakyat yang akan tampilkan nantinya. Aneka permainan tersebut yaitu maen gatok, sipak raga, galah masen, ga-lah masen putri, bloh apui, hingga geudeu-geudeu.

Geudeu-geudeu mer-upakan seni bela diri tra-disional mirip gulat yang berasal dari Pidie dan Pi-die Jaya. Bela diri ini bi-asanya dimainkan secara tim dan dipertandingkan antarkampung setiap kali musim panen padi selesai. Olahraga ini termasuk jenis olah raga keras, hanya di-mainkan oleh mereka yang

memiliki ketahan fisik dan mental yang kuat.

Selanjutnya ada per-mainan boh gateuh, rapa-i daboh, rapa-i bubee/jeuee, permainan congklak, ku-do-kudo, silek gelombang, kelereng, dan patok lele. Permainan patok lele ini dulu pernah menjadi per-mainan yang paling digan-drungi anak-anak di Aceh sebelum era 2000-an. Den-gan sendirinya tergerus oleh arus modernisasi.

Permainan ini juga di-mainkan secara berkelom-

pok yang saling melempar-kan dua bilah kayu, satu kayu berukuran panjang ki-ra-kira satu meter yang ber-fungsi sebagai pengungkit, satu lagi berukuran sekitar satu jengkal yang berfungsi sebagai ‘anak’ yang diung-kit. Patok lele adalah per-mainan rakyat yang atraktif, bisa meningkatkan ketang-kasan fisik dan kecermatan anak.

Berikutnya, permain-an rakyat yang akan diper-tunjukkan yaitu permainan tempurung, rembang, main

benteng, adu biji durian, per mainan yeye atau lom-pat tali, hingga alit cem-bong. Ada juga permainan kaki bambu, permainan padok, khimbang, pepilo, kekuriken, asak-asakan, kis-kisen, peulet leuek, panca, akrobatik tradisional, hing-ga landok sampok.

Kabupaten/kota yang su dah menyatakan kese-diaannya untuk menampil-kan permainan rakyat di atas yaitu Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Tengah, Langsa, Aceh Barat,

Aceh Barat Daya, Aceh Sela-tan, dan Aceh Singkil.

“Sedangkan kabupa-ten/kota yang tidak mengi-kuti perlombaan permain-an rakyat akan mengikuti lomba masakan tradisional, gebyar seni, dan pagelaran budaya,” kata Plt Kadisbud-par Aceh, Amiruddin, Ming-gu (15/7/2018).

Aneka permainan rak-yat ini bisa Anda saksikan di lokasi utama PKA VII yaitu di Taman Sulthanah Safia-tuddin dari tanggal 10 – 13 Agustus, sejak pukul 10.00 – 18.00 WIB.

Selain pagelaran, ada juga permainan-permainan rakyat yang diperlombakan yaitu lomba catoe Aceh, di-gelar di Museum Tsunami pada 7 – 8 Agustus 2019 se-jak pukul 10.00 – 18.00 WIB.

Berikutnya lomba geun teut atau engrang, yang dibuat di Lapangan Tu gu Darussalam pada 9 Agustus dari pagi hingga sore. Ada juga lomba poh gaseng, juga dibuat di Lapangan Tugu Darus salam pada 10 – 11 Agustus 2018 sejak pukul 10.00 – 18.00 WIB. Terakhir, lomba kayoh jaloe (dayung pe rahu) di Krueng Lamn-yong/Peunayong, pada 14 Agustus 2018. (*)

16 Venue Ini Membuat PKA-7 BerbedaPEKAN Kebudayaan Aceh (PKA)-7 yang siap digelar pada 5 – 15 Agus-tus 2018 mendatang dikemas den-gan konsep berbeda. Salah satunya pemilihan lokasi (venue) acara yang tidak hanya terpusat di satu lokasi.

Jika selama ini PKA hanya di-langsungkan di satu titik di Taman Sulthanah Safiatuddin, maka kali ini ada 15 titik lain yang menjadi sen-tral perhelatan ajang kebudayaan terbesar di Provinsi Aceh itu.

Pembagian lokasi ini untuk

memberikan kenyamanan bagi pengunjung agar bisa leluasa me-nikmati setiap suguhan acara ke-budayaan.

Plt. Gubernur Aceh, Nova Irian syah selaku Ketua Panitia PKA VII mengatakan, Taman Sulthanah Safiatuddin tetap menjadi lokasi utama penyelenggaraan PKA.

Di sini terdapat 23 anjungan dari kabupaten/kota yang menjadi lokasi bagi masing-masing daerah untuk memamerkan aneka produk

kebudayaannya.“Sementara untuk pembuka-

an akan kita langsungkan di Stadi-on Harapan Bangsa Lhoong Raya,” katanya, Selasa (17/7). Stadion ini memiliki kapasitas 45 ribu tempat duduk dan pernah menjadi salah satu stadion termegah di Indonesia pada tahun 2000.

Meuligoe Wali Nanggroe Aceh juga akan dipilih sebagai lokasi sere monial Anugerah Budaya ke-pada tokoh-tokoh yang berprestasi di bidang kebudayaan Aceh. Panitia telah menentukan lima jenis peng-hargaan yang akan dianugerahkan nantinya yaitu Anugerah Budaya Meukuta Alam, Anugerah Budaya Tajul Alam, Anugerah Budaya Perka sa Alam, Anugerah Budaya Sri Alam, dan Anugerah Budaya Syah Alam. Anugerah budaya ini akan berlangsung pada 13 Agustus 2018.

Sedangkan lokasi pameran masing-masing akan dilangsung-kan di Taman Sulthanah Safia-tuddin sebagai lokasi Pameran Kebudayaan Aceh, Museum Aceh sebagai lokasi Aceh History Expo.

Taman Gunongan untuk lo-kasi Pameran Kepurbakalaan. Ker-khof sebagai lokasi Pameran Etno-grafi. Museum Ali Hasjmy untuk lokasi Pameran Literatur, dan Mu-seum Tsunami Aceh sebagai lokasi

Pameran Kebencanaan.Beberapa tempat lainnya yang

akan menjadi lokasi PKA VII ada-lah Taman Sari (Taman Bustanus-salatin), Taman Seni dan Budaya, Anjong Mon Mata, serta Lapangan Blang Padang.

Karena lokasinya yang strate-gis dan berada di pusat kota, lapa-ngan Blang Padang akan menjadi lokasi untuk beberapa kegiatan sekaligus seperti pasar rakyat dan pemutaran film melalui media la-yar tancap.

Lapangan Tugu Darussalam akan dipilih sebagai lokasi untuk perlombaan permainan rakyat ya-itu lomba geunteut atau engrang dan poh gaseng. Lapangan selu-as empat hektare ini memiliki nilai-nilai penting karena menja-di simbol pendidikan Aceh. Tugu ini dires mikan pada 1959 oleh Soekarno, menjadi awal lahirnya Kota Pelajar Mahasiswa (Kopelma) Darussalam.

Tak jauh dari Darussalam, Krueng Aceh/Krueng Lamnyong akan dipilih sebagai lokasi untuk Festival Krueng Aceh. Suguhan uta-manya adalah perlombaan dayung perahu. Sungai ini berhulu ke pegu-nungan di Aceh Besar dan menjadi sumber air bagi warga Banda Aceh dan Aceh Besar.

Dua lokasi terakhir adalah Gedung Sultan II Selim dan Hermes Palace Hotel. Tempat ini ma sing-masing akan digunakan sebagai lokasi seminar kebudayaan dan kemaritiman, serta kegiatan bazar wisata dan table talk.(*)

Page 8: sejak tahun 2017, PKA ke-7 siapkan secara matang ... filelewat label acara Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) ke-7. Semua kita pantas dan harus mendukung perhela-tan itu, sebagai wujud dari

Edisi 04/Tahun I/2018

8 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Ayo Bersinergi Sukseskan PKA-7

“Ayo kita bersama-sama dan saling bersinergi, bupati dan wali kota di seluruh Aceh untuk membantu, mendukung serta ikut serta menyukseskan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-7 yang akan berlangsung 5 - 15 Agustus 2018 di Banda Aceh,” itulah sepenggal ajakan dan keinginan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Tgk H Muharuddin, S.Sos, I.

Baginya keikutsertaan se-mua pihak merupakan salah satu kunci untuk menyukseskan per-helatan budaya em pat tahunan yang akan memberikan sebuah makna tersendiri pada setiap masyarakat dan generasi di masa mendatang.

Sebagai orang nomor sa-tu di Parlemen Aceh, dirinya se cara pribadi dan secara lem-baga sangat mendukung per-helatan event akbar yang akan berlangsung pada 5 Agustus 2018 di ibu kota Provinsi Aceh tersebut.

Pihaknya berkeinginan be -sar perhelatan nan akbar Pekan

Kebudayaan Aceh ke-7 tersebut dapat berjalan dengan baik dan berkesan pada seluruh mas-yarakat yang ada di Aceh dan juga tamu yang datang dari berb-agai penjuru Tanah Air bahkan mancanegara ke Tanah Rencong.

“Kami sangat mendukung pelaksanaan PKA ini sebab ini merupakan salah satu sa-rana penyemangat dan spirit tersendiri bagi masyarakat Aceh dalam melahirkan kreativitas bidang seni dan budaya yang ada di provinsi ini,” kata Politisi Partai Aceh tersebut.

Tgk Muharuddin menutur-kan melalui even kebuda yaan ini juga, provinsi berpenduduk sekitar lima juta jiwa itu dapat memperlihatkan beragam kebu-dayaan yang ada di Tanah Ren-cong untuk diperkenalkan ke-pada masyarakat le vel nasional dan internasional.

Even tersebut dinilai sa-ngat tepat dalam menggaungkan kembali beragam kebudayaan yang berkembang dan terus dipertahankan oleh ma sya rakat Aceh dari generasi ke generasi.

Berbagai kebudayaan yang telah berlangsung sejak ne nek moyang tersebut terus diupay-akan dapat terus dijaga dan dirawat secara turun temurun dan salah satu untuk menjaga keberlangsungan tersebut yakni melalui even PKA.

Pria yang akrap di sapa Tgk Muhar tersebut mengata-kan melalui even Pekanan Ke-budayaan Aceh yang selalu diselenggarakan setiap empat tahun itu memperkenalkan Bumi Iskandar Muda kaya akan seni dan budaya yang telah diw-ariskan oleh leluhur dan dirawat dari generasi ke generasi.

“Kegiatan ini juga meru pa-kan sarana pembelajaran ba gi generasi muda dalam me ngenal akan beragam se ni dan budaya yang ada di se luruh ka bupaten/kota yang ada di Aceh,” katanya.

Ia mengatakan Aceh yang kaya akan budaya dan seni tersebut harus terus disuara kan hingga manca negara sehingga dengan adanya promo si yang dilakukan secara berkelanjutan tersebut akan ikut me narik para tamu untuk datang dan berkun-jung ke Aceh guna mempelajari berbagai seni dan budaya yang ada di Aceh.

Sebagai wakil rakyat, pi-hak nya juga terus berupaya mem berikan dukungan penuh

melalui peran penganggaran se-hingga berbagai program yang menyentuh langsung kepada masyarakat dapat berjalan mak-simal.

Muharuddin mengatakan pelaksanaan PKA ke-7 yang pem -bukaannya akan dipusatkan di Stadion Harapan Bangsa Lhoong Raya Banda Aceh ter sebut akan memberikan dampak positif pada semua sek tor ekonomi.

“PKA ke-7 yang diseleng-garakan di Banda Aceh de ngan

pembukaan yang dipusat kan di Stadion Harapan Bangsa Lhoong Raya Banda Aceh, akan member-ikan dampak ekonoMenurut nya, even kebudayaan yang diseleng-garakan tersebut akan menye-dot tamu dalam dan luar negeri untuk datang ke Aceh guna meli-hat langsung terhadap berbagai seni dan kebudayaan yang ada di Tanah Rencong.

“Kami yakin ini akan mem -berikan dampak eko nomi kepada masyarakat karena akan banyak

pengunjung yang datang untuk ikut menikmati dan menjadi sa-rang edukasi terhadap berbagai kegiatan yang diselenggarakan selama even PKA ke-7 ini,” kata Tgk Muharuddin.

Baginya, keikutsertaan dan dukungan semua bupati/wali kota di seluruh Aceh dan semua pemangku kepentingan di provinsi itu dalam even PKA menjadi awal kesuksesan dan memajukan kebudayaan Aceh hingga mancanegara. (hamiz)

Kami sangat men-dukung pelaksanaan

PKA ini sebab ini merupakan salah satu sarana penyemangat

dan spirit tersendiri bagi masyarakat Aceh

dalam melahirkan kreativitas bidang seni dan budaya yang ada

di provinsi ini.”

Tgk H Muharuddin, S.Sos, I.Ketua DPRA

Berharap Presiden Buka PKA ke-7PEKAN Kebudayaan Aceh

(PKA) ke-7 yang akan berlangsung di provinsi ujung paling barat In-

donesia tersebut tinggal meng-hitung mundur dari jadwal yang telah ditetapkan Pemerintah Aceh pada 5 - 15 Agustus 2018.

Tak ada permintaan yang muluk-muluk dari Ketua De-wan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Tgk Muharuddin saat ini. Dirinya hanya berharap agar orang nomor satu di negeri ini yakni Presiden Joko Widodo da-pat hadir ke provinsi tersebut untuk membuka secara resmi

PKA Ke-7.“Kita sangat berharap

agar Preside Jokowi datang ke Aceh untuk membuka secara resmi PKA ke-7 menyusul da-erah ini baru ditimpa musi-bah sehingga perlu kehadiran Presi den,” kata Tgk Muharud-din di ruang kerjanya Kantor DPRA, Banda Aceh.

Ia menjelaskan kehadiran orang nomor satu di Tanah Air ter sebut akan memberikan se-mangat tersendiri bagi masya-ra kat Aceh dan juga mem-berikan dam pak positif yang dirasakan oleh masya rakat.

“Kami sangat yakin keha-diran bapak Presiden dapat memberikan citra posotif dan meningkatkan kembali keper-cayaan pengusaha untuk mena-namkan modalnya pada segala bidang ekonomi,” katanya.

Menurut politisi Partai Aceh tersebut pelaksanaan PKA tersebut juga menjadi pe-nyemangat dan spirit masya-rakt dalam menampilkan ber-ba gai seni budaya yang ada di provinsi setempat.

Sebelumnya Plt Kepala Di nas Kebudayaan dan Pari-wisata Aceh, Amiruddin men-

gatakan Presiden Joko Widodo direncanakan akan membuka secara resmi PKA ke-7 yang akan berlangsung pada Agus-tus 2018.

“Insya Allah pembukaan PKA ke-7 yang akan dipusat-kan di Stadion Harapan Bangsa Lhoong Raya Banda Aceh akan dibuka langsung oleh Bapak Jo-kowi,” katanya beberapa waktu lalu.

Ia menjelaskan PKA ke-7 akan dimulai dari 5 sampai 15 Agustus 2018 dengan pelaksa-naan tersebar di 16 lokasi dan untuk pembukaan even budaya

tersebut akan berlangsung di Stadion Harapan Bangsa, Lhoong Raya, Banda Aceh.

Adapun lokasi pelaksa-naan kegiatan selama PKA ke-7 tersebut yakni Stadion Harapan Bangsa Lhoong Raya, lapangan Blang Padang, Taman Sultha-nah Safiatuddin, Anjong Mon Mata, Hotel Hermes Palace, Krueng Aceh, Taman Budaya Aceh, Taman Busstanussalatin, Museum Ali Hasjmy, Krueng Lamnyoeng, Museum Aceh, Mu seum Tsunami, Gunongan, AAC Dayan Dawood dan FKIP Unsyiah. (hamiz)

“Saya rasa PKA ke-7 ta-hun ini adalah momen yang sangat penting

sekali dilaksanakan, dan harus terus dilanjutkan rutin di tahun-tahun mendatang”

H. Harun Keuchik Leumiek,Budayawan Aceh

Menggali Kembali Budaya yang Terpendam

PEKAN Kebudayaan Aceh (PKA) di mata Buda-ya wan Aceh, H. Harun Keuchik Leumiek men-

jadi even sangat penting bagi pelestarian adat, budaya dan kesenian Aceh. Terutama untuk mengangkat kembali nilai-nilai budaya yang terpendam dan jarang terekspos selama ini di masyarakat.

“Saya rasa PKA ke-7 ta-hun ini adalah momen yang sangat penting sekali untuk dilaksanakan, dan harus terus dilanjutkan rutin di tahun-ta-hun mendatang,” kata Haji Ha-run yang juga dikenal sebagai pengusaha emas di Aceh, dan kolektor benda antik purbakala bernilai sejarah.

Seperti diketahui, PKA ke-7 tahun ini akan dilaksa-nakan di Banda Aceh pada 5-15 Agustus, dan rencananya akan dibuka langsung Presiden Joko-wi. Harun menyebutkan, kare-na PKA dinilai sangat penting, maka semua pihak harus ikut

terlibat mendukung kesuksesan pelaksanaannya.

Namun sayangnya, pada even PKA tahun ini Harun su-dah tidak lagi terlibat aktif da-lam panitia PKA. Sebelumnya wartawan senior ini selalu terli-bat dalam tim inti pelaksanaan PKA sejak pertama kali digelar tahun 1958. Harun beralasan saat ini ia sudah berusia lanjut, dan kerap bepergian ke luar negeri seperti Malaysia.

Sehingga dikhawatirkan tidak bisa bekerja maksimal da-lam kepanitiaan. Namun begitu di mata Harun, kegiatan PKA sangat penting digelorakan pe-merintah agar menjadi wadah edukasi bagi generasi muda, di samping sebagai ruang ekspresi melestarikan adat, budaya dan kesenian Aceh dari 23 kabupa-ten/kota.

Lebih dari itu, kata Ha-run, even PKA identik dengan penentuan jati diri masyarakat Aceh. “Budaya Aceh tidak boleh hilang. Melalui PKA budaya-bu-

daya yang terpendam harus gali kembali ke permukaan. Seperti budaya yang ada di Singkil, Ga-yo dan lainnya,” ujarnya.

Menurutnya PKA perlu di-lanjutkan secara berkesinam-bungan dengan merangkul se-luruh tokoh adat dan budaya agar gaung lebih mengakar di masyarakat.

Selain itu, kata Harun, per helatan PKA juga menjadi media untuk memperkenalkan kembali khazanah budaya dan seni bagi generasi muda Aceh di tengah era globalisasi yang kian menggerus budaya lokal. “Saya lihat sekarang generasi muda agak kurang peduli dengan bu-dayanya sendiri,” ungkap Harun.

Di sisi lain Harun juga me-nyorot soal kurangnya perha-tian pemerintah terhadap para pelaku seni dan budaya di Aceh. Hal ini terlihat dari kurangnya kerja sama antara komunitas seniman dengan pemerintah. “Bisa dikatakan antara seniman dengan pemerintah sekarang jalan sendiri-sendiri,” sebutnya.

Selain itu, pemerintah ju ga minim mengalokasikan anggaran untuk mendukung ke giatan para seniman dalam APBA. Karena itu, ke depan di harapkan pemerintah dapat mengalokasikan anggaran lebih besar untuk mendukung kegia-tan seniman dalam PKA.

“Dengan adanya perha-tian dari pemerintah, maka akan membangkitkan kemba-li gairah para seniman dalam berkarya sehingga kelestari-an budaya Aceh akan terjaga,” terangnya. (sr)

Page 9: sejak tahun 2017, PKA ke-7 siapkan secara matang ... filelewat label acara Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) ke-7. Semua kita pantas dan harus mendukung perhela-tan itu, sebagai wujud dari

Edisi 04/Tahun I/2018

9AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Saya juga mengajak seluruh rakyat dan komponen masyarakat di Aceh untuk bahu membahu menyukseskan perhelatan budaya PKA ke-7, dengan berduyun duyun ke

lokasi acara. Ini adalah pesta budaya rakyat.”

Mayjen TNI Abdul Hafil Fuddin SH SIP MHPangdam IM

PANGDAM Iskan-dar Muda Mayjen TNI Abdul Hafil Fuddin SH SIP MH

memastikan jika seluruh keluarga besar Kodam IM mendukung penuh kegiatan expo budaya melalui ajang Pekan Kebudayaan Aceh

(PKA) VII yang dihelat awal Agustus 2018. “Saya juga mengajak seluruh rakyat dan komponen masyarakat di Aceh untuk bahu mem-bahu menyukseskan per-helatan budaya PKA ke-7, dengan berduyun duyun ke lokasi acara. Ini adalah

pesta budaya rakyat,” ujar Pangdam Mayjen Hafil, pekan lalu.

Dikatakan, dukungan jajaran Kodam IM itu bu-kan hanya sebatas tenaga pengamanan, termasuk pengamanan penuh saat kedatangan Presiden RI Joko Widodo yang diren-canakan pada saat upacara pembukaan. Dukungan itu juga dalam bentuk penem-patan stan pameran.

Lebih dari itu juga ikut secara aktif menso-sialisasikan kegiatan PKA 7, baik di Aceh hingga luar negeri. Yaitu melalui web-site Kodam IM atau fasilitas media sosial lainnya milik

lembaga Kodam IM. Sosial-isasi itu dilakukan secara intensive, dengan tujuan agar kegiatan PKA VII diketahui secara luas oleh pihak manapun.

Selain itu, sebelum rangkaian acara PKA dimu-lai, pihak jajaran tokoh adat dan budaya Aceh, terutama lembaga Wali Nanggroe, akan melakukan perhelatan budaya bersama jajaran Kodam IM.

Dijadwalkan pada tang gal 4 Agustus 2018, Wali Nanggroe akan memberikan gelar adat bangsawan Aceh kepada Panglima TNI Jendral Hadi Tjahjanto SIP. Gelar adalah Sri Lilawangsa.

Pangdam IM kembali mengingatkan warga di Aceh untuk benar benar memanfaatkan ajang PKA VII sebagai wahana untuk lebih mengenal dan memahami kembali budaya keacehan. “Harus diakui, banyak

diantara kita telah lupa seni budaya sendiri, termasuk budaya keseharian. Kita lupa dengan ragam budaya sendiri. Misalnya jarang yang memakai pakaian adat Aceh ketika menuju pesta atau perhelatan. Bahkan shalat pun jarang yang pakai kopiah aceh,” tandas Mayjen Hafil.

Pangdam berharap, setelah perhelatan budaya PKA VII tuntas nantinya, rakyat Aceh akan lebih tersentuh dengan budayan-ya sendirti. Serta tak latah mengadopsi budaya luar yang kadang tak menyentuh syariat Islam. PKA diharap-kan bakal membuat rakyat Aceh lebih berbudaya nan-tinya. “Saya sering ngomong, orang-orang yang menjun-jung tinggi leluhurnya, pasti dia bisa bangkit dan maju. Coba lihat rumah orang Cina, India, Jepang dan Korea, mereka maju karena tidak meninggalkan budaya nenek moyangnya.”(**)

Kodam IM Dukung Penuh PKA VIIn Panglima TNI Peroleh Gelar Adat Aceh

Prajurit Wajib Saksikan PKA-7PEKAN Kebudayaan Aceh

(PKA) adalah ajang perhelatan budaya yang harus didukung oleh semua komponen mas-yarakat di Aceh, termasuk jaja-ran TNI tentunya. Bagaimana-pun PKA ke-7 merupakan suatu pesta budaya yang harus kita perlihatkan kepada seluruh rakyat Indonesia. Misalnya den-gan menampilkan tentang ker-agaman dan keagungan budaya Aceh.

Bagi Pangdam IM Mayjen Abdul Hafil Fuddin SH SIP MH, dukungan TNI untuk perhelatan seni budaya Aceh selama kurang lebih sepekan itu tak bisa di-tawar lagi. Komitmen itu diwu-judkan dalam bentuk penger-ahan prajurit TNI sekitar 3000 orang saat upacara pembukaan, termasuk untuk pengamanan kedatangan presiden.

Selain itu setiap hari se-banyak 500 orang prajurit di-tempatkan di lokasi perhelatan PKA VII, untuk memberikan rasa aman bagi para pengunjung ser-ta pelaksana kegiatan. Prajurit TNI itu akan bergabung dengan personil polisi yang juga ditem-patkan di loasi acara PKA VII.

Orang nomor satu di jaja-ran Kodam IM itu bahkan mewa-jibkan para prajurit Kodam IM menyaksikan perhelatan PKA VII. Bukan hanya sekadar itu, ajang ekspo budaya itu juga di-jadikan kesempatan untuk me-nimba ilmu, tentang bagaimaan Aceh yang sebenarnya.

Selain itu budaya yang ditampilkan bukan hanya dari seluruh daerah di Aceh, namuhn juga budaya luar Aceh. “Kare-nanya adalah sangat penting jika prajurit ikut menyakjsikan-

nya. Agar lebih memahami dan menghargai keberagaman adat dan budaya di Aceh serta nusan-tara,” tandas Mayjen Hafil.(**)

Page 10: sejak tahun 2017, PKA ke-7 siapkan secara matang ... filelewat label acara Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) ke-7. Semua kita pantas dan harus mendukung perhela-tan itu, sebagai wujud dari

Edisi 04/Tahun I/2018

10 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Budaya

Museum Ali Hasjmy, Lokasi Pameran Literatur PKA-7

FASILITATOR Perpusta-kaan dan Museum Ali Hasjmy, Muhammad Hai kal, mengapresia-

si panitia Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) - 7 yang telah me-milih museum tersebut se-bagai lokasi pameran literatur untuk memeriahkan acara ke-budayaan terbesar di Aceh itu.

Museum ini diresmikan sebagai Khazanah Dunia Me-layu Raya pada 1994 silam oleh Menteri Urusan Pangan/Kepala Bulog RI yang ketika itu dijabat oleh Prof. Dr. Ibrahim Hasan MBA. Perpustakaann-ya sendiri diresmikan pada 15 Januari 1991 oleh Mente-ri Lingkungan Hidup saat itu Emil Salim.

Pada hari-hari biasa kata Haikal, museum ini hanya dib-uka setengah hari tetapi sela-ma pameran berlangsung pada 7 – 15 Agustus 2018, pustaka dan museum ini akan dibuka hingga sore hari.

Dengan durasi yang leb-ih panjang, pengunjung di-harapkan bisa leluasa mela-hap ribuan koleksi buku, manuskrip, dan benda budaya di pustaka tersebut. Khusus-nya yang berkaitan dengan bu-daya-budaya Melayu.

“Ini juga kesempatan besar bagi kami untuk mem-perkenalkan siapa sosok Prof Ali Hasjmy kepada masyarakat luas,” kata Haikal, Selasa, 17 Juli 2018.

Inisiatif menjadikan Pus-taka dan Museum Ali Hasjmy sebagai lokasi pameran lite-ratur kata Haikal, sejalan den-

gan ide-ide mereka yang ingin membangkitkan budaya yang islami yang basisnya merujuk pada Melayu Raya.

Selaku orang yang ber-giat di museum itu, Haikal me nyatakan harapannya agar masyarakat tidak lagi menilai museum sebagai tempat un-tuk menyimpan benda-benda kuno semata. Museum justru tempat untuk menggali ban-yak informasi dari apa yang tertinggal dari masa lalu.

Pustaka ini merupakan rumah milik Prof. Ali Hasjmy yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman No. 20, Geuceu, Ban-da Aceh. Ali Hasjmy merupa-kan Gubernur Aceh periode 1957 – 1964.

Ia juga sosok akademisi yang seluruh hidupnya dide-dikasikan untuk dunia pendi-dikan dan sangat mencintai buku. Setiap kali bepergian ke luar kota atau luar negeri yang ia bawa pulang selalu oleh-oleh buku.

Setelah menjadi pusta-ka, rumah ini diatur menjadi empat ruangan utama yaitu Khutubkhanah Teungku Chik Kutakarang, dalam ruangan ini berisi kitab atau buku dari berbagai disiplin ilmu seperti agama, sastra budaya, sejarah dan ilmu pengetahuan umum.

Bahkan ada buku-buku terbitan abad ke-20. Di da-lam ruangan ini juga terdapat Alquran yang ditulis tangan, naskah tua berbahasa Arab Melayu Aceh dan sejumlah buku hikayat Aceh terkenal.

Lalu ada ruang Warisan

Budaya Nek Puteh. Dalam ruan-gan ini terdapat benda budaya Aceh seperti pakaian Aceh, ju-rai Aceh (kamar pengantin), dan ratusan benda keramik da-lam bentuk piring hias dan te-lah berusia ratusan tahun.

Ada juga ruang Khazanah A. Hasjmy. Ini adalah ruang pribadi yang akan menggam-barkan secara utuh sosok Ali Hasjmy. Di ruangan ini terda-pat dokumen-dokumen sejak ia muda sampai ujung senja hidupnya.

Ada juga radio, meja ker-ja, dan pakaian dinas yang

pernah dipakainya selama me-mangku jabatan sebagai Gu-bernur Aceh.

Terakhir Ruang Teknologi Tradisi Aceh. Dalam ruangan ini kita dapat menyaksikan teumpeun pande meuh dan teumpeun pande beusoe yang menggambarkan cara orang Aceh dulu dalam menempa emas, perak, dan suasa un-tuk menjadi hiasan, serta cara membuat rencong dan senjata tajam lainnya.

Selain dua pabrik mini tradisional tersebut, juga ter-dapat teumpeun tenunan kain

sutera yang bermotifkan Aceh asli.

Di bagian belakang pus-taka terdapat sebuah rumoh Aceh yang dibangun pada 1995 lengkap dengan balai dan krong pade, serta jingki (alat penumbuk padi tradisional khas Aceh).

Di dekat balai ada se-buah bedug atau tambo yang usianya lebih dari 170 tahun, peninggalan Syekh Abbas atau Teuku Chik Kutakarang. Bedug ini pernah digunakan oleh Pro-fesor untuk penanda waktu berbuka puasa. (*)

Siapkan Diri dan Beramai-ramai ke Pasar Rakyat PKA-7

MESKI bertajuk sebagai event kebudayaan, kehadi-ran Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) - 7 yang berlangsung pa da 5 - 15 Agustus 2018 di Banda Aceh, diharapkan bisa memberikan dampak ekonomi yang signifikan ke-

pada masyarakat, khususnya para pedagang.

Menggandeng Asosiasi Pedagang Kaki Lima, Pani-tia PKA VII turut menggelar Pasar Rakyat untuk menar-ik animo pengunjung. Pasar Rakyat ini akan melibatkan

para pedagang kecil dan me-nengah baik dari Aceh mau-pun dari luar Aceh. Namun pedagang-pedagang lokal tetap menjadi prioritas.

Setiap harinya sejak 7 – 15 Agustus 2018 dari pukul empat sore hingga menjelang

tengah malam, Pasar Rakyat digelar di area samping Ta-man Sulthanah Safiatuddin (Tasulsa) Bandar Baru, Ban-da Aceh.

Di sini para pengunjung bisa melihat dan membeli aneka produk kerajinan, cin-deramata, dan aneka produk industri rumah tangga di Aceh.

Kepala Satpol Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah (PP - WH) Aceh selaku Ketua Panitia Pasar Rakyat PKA VII, Dedy Yuswadi, melalui Kasie Pembinaan Pengawasan Pen-yuluhan Satpol PP dan WH Aceh, Syauqas Rahmatillah, mengatakan, pada waktu yang bersamaan di Blang Padang juga ada Aceh Expo sebagai ajang promosi pro-duk-produk unggulan berba-sis industri kreatif, budaya, dan pariwisata Aceh yang dinilai potensial mendatang-kan investor. Aceh Expo di-gelar pada 4 – 13 Agustus 2018 dengan durasi waktu yang sama.

Sejauh ini kata Syauqas, sudah banyak para peda-gang yang mendaftar agar bisa ikut berpartisiasi dalam event ini.

“Untuk sementara su-dah overload. Antusias para pedagang baik yang lokal maupun luar Aceh sangat tinggi. Makanya nanti coba kita prepare di lapangan, ter-cover atau enggak, kalau tidak bisa segera kita cari-kan solusinya,” kata Syauqas, Rabu (18/7).

Walaupun lokasi Pasar Rakyat ini dibuat tak jauh dari lokasi utama ajang ke-budayaan terbesar di Provin-si Aceh itu, pihaknya memas-tikan jalur transportasi dua arah di kawasan itu nantinya tetap berjalan tertib dan lan-car.

Dengan dibuat di lo-kasi ini kata Syauqas, akan memudahkan pengunjung Pasar Rakyat yang tetap in-gin menikmati berbagai per-tunjukan di area utama PKA di Tasulsa.

PKA VII digelar sejak 5 – 15 Agustus 2018 di 16 lokasi terpisah. Hal ini membuat PKA VII 2018 ini berbeda dengan pagelaran sebelum-nya. Event ini akan dimeri-ahkan dengan 56 rangkaian acara dan ribuan peserta dari kabupaten/kota di Aceh, nasional, dan luar negeri.(*)

Page 11: sejak tahun 2017, PKA ke-7 siapkan secara matang ... filelewat label acara Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) ke-7. Semua kita pantas dan harus mendukung perhela-tan itu, sebagai wujud dari

Edisi 04/Tahun I/2018

AcehInfo 11

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Budaya

PKA Momentum Kepedulian terhadap Peninggalan Bersejarah

ITUS berseja rah ber-nilai tinggi yang terse-bar di se jumlah lokasi di Kabupaten Aceh Ba-rat Daya (Abdya) da-

lam kondisi memprihatinkan akibat tidak terurus sehingga nyaris tidak dikenali lagi.

“Masih cukup banyak peninggalan sejarah bernilai tinggi di Abdya tak dikena-li masyarakat. Situs sejarah yang terangkat (sudah dike-nali) hanya sekitar 30 persen, selebihnya tidak terurus dan nyaris tak dikenali lagi,” kata Bustami Anwar, Budayawan Abdya, Jumat (6/7).

Situs tersebut dikhawa-tirkan akan lenyap sehing-ga sejarahnya tidak pernah diketahui generasi men datang.

Pelaksanaan Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) VII yang dijadwalkan 5-15 Agustus mendatang di Banda Aceh, di-harapkan menjadi momentum kebangkitan kesadaran dan kepedulian terhadap pening-galan bersejarah. Sebab, si-tus-situs tersebut terutama di Abdya tidak mendapat perha-tian kurun waktu sangat lama.

Bustami Anwar mencon-tohkan di kawasan Desa Lama Tuha, Kecamatan Kuala Batee, menyimpan banyak peningga-ran sejarah bernilai tinggi. Ka-wasan pesisir ini merupakan kawasan bekas Kerajaan Lama

Tuha, Kerajaan Lama Muda, dan Kerajaan Kuala Batee.

Peninggalan sejarah, sep-erti madat, makam dengan ni-san yang sudah dibalut hutan rawa. Sebelumnya, senjata me-riam banyak ditemukan di ka-wasan Desa Lama Tuha.

Namun sekarang ini tidak diketahui lagi keberadaann-ya, kecuali satu meriam uku-ran lumayan besar yang bisa ditemukan tidak jauh dari ali-ran Krueng (Sungai) Batu.

Di Lama Tuha juga ter-dapat makam Shewbuntar seo-rang tentara berpangkat tinggi dari Portugis. Prasasti makam Shewbuntar yang bertulis da-lam bahasa Portugis dapat dili-hat di halaman SD Negeri Lama Tuha.

Selain itu, kata Busta-mi masih banyak peningalan sejarah tidak mendapat per-hatian pemerintah, terutama makam ulama yang berjasa mengembangkan agama Islam, makam pejuang yang ber jasa berperang dengan Be landa, rumah raja termasuk pening-galan sejarah yang sebenarnya dapat dikembangkan menjadi objek wisata.

Makam ulama yang tidak terurus antara lain, kuburan alm Tgk Awe Geutah di Desa Geulumpang Payong, Blangpi-die, alm Tgk Drien Puntong di Desa Pantee Cermin, Babahrot,

kuburan alm Tgk Di Leubok di Desa Seunaloh, Blangpidie.

Makam pejuang yang di-lupakan antara lain kuburan Sahid Siekurueng di Desa Alue Rambot, Kecamatan Jeumpa, kuburan Utoh Mahyuddin yang dalam areal sawah antara Desa Moen Mameh dengan Desa Ie Lhop, Kecamatan Tangan-Tan-gan.

Peninggalan sejarah yang sangat potensial dikembang-

kan sebagai objek wisata, tapi luput dari perhatian antara lain Kolam Pemandian Putroe Al-oeh di Alue Laseh, Kecamatan Jeumpa, Batee Sanding Putroe di kawasan pengunungan Desa Gunoeng Cut, Kecamatan Tan-gan-Tangan serta Goa Seuman-cang di Desa Babah Lhueng, Kecamatan Blangpidie.

Alokasikan AnggaranBustami Anwar berharap

Pemkab Abdya dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebu-dayaan (Disdikbud) dapat mengalokasikan anggaran per-awatan sejumlah peninggalan sejarah untuk kepentingan generasi mendatang.

Baik untuk membenahi maupun memugar makam ula-ma dan pejuang yang sangat berjasa serta peninggalan se-jarah yang bisa dikembangkan sebagai objek wisata budaya.(*)

Makna Angka Tujuh dalam Tema PKA 2018

PEMERINTAH Aceh memilih “Aceh Hebat dengan Adat Budaya Bersyariat”

sebagai tema hajatan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) VII yang dihelat pada 5-15 Agustus 2018 mendatang. Tema ini dipilih untuk

merepresentasikan jumlah perhelatan ajang kebu-dayaan terbesar di Provinsi Aceh itu.

Merujuk pada tujuh un-sur yang dijabarkan Kluckohn dalam bukunya Universal Categories of Culture yaitu, re-ligi, bahasa dan sastra, sistem

pengetahuan, sistem sosial masyarakat, sistem ekonomi, peralatan dan teknologi, serta kesenian.

“Selain itu, angka tujuh mengandung banyak sempena (tuah) dalam kehidupan orang Aceh. Pen-gambilan tuah itu biasanya

bertujuan mengembalikan semangat dari kehilangan identitas diri,” kata Ketua Umum Panitia PKA VII yang saat ini menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh Nova Iriansyah.

Contohnya, bila ses-eorang hilang semangatnya akibat suatu kasus atau ke-jadian buruk yang menim-panya, maka orang Aceh akan bersempena dengan hitungan satu hingga tujuh.

Pengambilan tuah dilakukan sambil meminta pertolongan dari Allah agar orang yang disempenakan itu memperoleh kembali jati dirinya. Demikian pula untuk menjauhkan dari hal-hal kemalangan lainnya, orang Aceh juga menggu-nakan sempena dengan hitungan yang sama.

“Hajatan PKA VII ibarat sebuah sempena yang sakral untuk mengem-balikan jati diri budaya orang Aceh yang hebat den-gan nilai-nilai syariat. Se-buah kebudayaan yang khas sebagaimana diperankan pada abad-abad kegemi-langan Aceh, namun tidak terlepas dari penyesuaian terhadap dinamika budaya masyarakat yang terus be-rubah seiring perkemban-gan zaman,” ungkapnya.

Pemilihan tema ini dinilai memiliki landasan

konkret. Aceh pada masa lalu dikenal sebagai negeri yang hebat karena menjad-ikan hukum Islam sebagai pedoman hidup.

Terbukti pada masa Sultan Iskandar Muda memimpin Kerajaan Aceh Darussalam, kehebatan Aceh kesohor sampai ke Eropa. Raja Aceh menjalin kerjasama dengan berb-agai kerajaan di dunia, baik dalam bentuk perdagangan maupun stretegi perang.

Memperkenalkan kembali kebudayaan Aceh yang hebat dalam pesta bu-daya ini merupakan upaya pemerintah dan masyarakat Aceh untuk menjadikan warisan khazanah budaya Aceh yang multi-etnis sebagai salah satu kekuatan dan benteng dalam mer-espon berbagai perkem-bangan zaman yang begitu cepat.

Kehadiran teknologi informasi dan siber yang canggih telah membuka ru-ang yang sangat lebar akan degradasi budaya antar-bangsa.

“Fenomena ini jika tidak cepat diantisipasi mengaki-batkan kita dan generasi Aceh berikutnya terbawa arus glo-balisasi, sehingga Aceh akan kehilangan identitas budaya yang sesungguhnya,” sebut Nova.(*)

Page 12: sejak tahun 2017, PKA ke-7 siapkan secara matang ... filelewat label acara Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) ke-7. Semua kita pantas dan harus mendukung perhela-tan itu, sebagai wujud dari

Edisi 04/Tahun I/2018

12 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

NO KEGIATAN/EVENT Tanggal Pukul Tempat (Banda Aceh)

I PEMBUKAAN PKA - VII

1 Jamuan makan malam/ Peu-mulia Jamee 5 Agustus 2018 19.30 - 23.00 Anjong Mon Mata

2 Pawai Budaya (Aceh Ekshibi-shi Etnik Multi Kultural)

2.1 Pawai Mobil Hias 6 Agustus 2018 08.00 - 12.00 Wali Nanggroe - Lapangan Blang Padang

2.2 Pawai Jalan Kaki dan Gajah 6 Agustus 2018 08.00 - 12.00 Lapangan Blang Padang2.3 Atraksi Pawai Budaya 6 Agustus 2018 08.00 - 12.00 Lapangan Blang Padang

3 Pembukaan Pekan Kebudayaan (PKA - VII) 6 Agustus 2018 17.00 - 23.00 Stadion Lhong Raya

II PAMERAN DAN EKSHIBISI1 Pameran Budaya dan sejarah Aceh

1.1 Pameran Kebudayaan AcehPameran Kebudayaan (23 Kab/Kota) 7 -15 Agustus 08.00 - 23.00 Taman Sulthanah Safiatuddin

1.2 Pameran Sejarah AcehPameran Sejarah 7 - 15 Agustus 08.00 - 18.00 Museum AcehPameran Kepurbakalaan 7 - 15 Agustus 08.00 - 18.00 Gunongan

Pameran Ethnography 7 - 15 Agustus 08.00 - 18.00 Kerckhoff & Museum Ali Hasjmy

Pameran Kebencanaan 7 - 15 Agustus 08.00 - 18.00 Museum Tsunami AcehPameran Literature 7 - 15 Agustus 08.00 - 23.00 Museum Ali Hasjmi

2 Pameran Produk Kreatif

2.1 Pameran Produk Unggulan, Pa sar Seni dan Niaga 4 - 13 Agustus 09.00 - 23.00 Lapangan Blang Padang

2.2 Pasar Rakyat 4 - 13 Agustus 16.00 - 23.00 Plataran Stadion H. Dimur-tala

3 Bisnis Kepariwisataan (Bisnis Matching)3.1 Bazaar Wisata 15 Agustus 2018 09.00 - 23.00 Hotel Hermes Palace

3.2 ajang pertemuan pelaku usaha pariwisata (table talk) 15 Agustus 2018 09.00 - 23.00 Hotel Hermes Palace

3.3 pengenalan daya tarik wisata (famtrip) 14 Agustus 2018 09.00 - 18.00 Banda Aceh, Aceh Besar &

Sabang4 Aceh Cullinary Expo

4.1 Pameran Kuliner Tradisional Aceh 7 - 15 Agustus 09.00 - 18.00 Taman Sulthanah Safiatuddin

4.2 Demo Masak Kuliner Tradisional Aceh 9 - 14 Agustus 10.00 - 18.00 Taman Sulthanah Safiatuddin

III ACEH ART & CULTURE FESTIVAL1 Pagelaran Adat dan Permainan Rakyat Aceh

1.1 Pagelaran Prosesi Adat Aceh 7 - 12 Agustus 13.30 - 18.00 Taman Sulthanah Safiatuddin (Anjungan Kab/Kota)

1.2 Pagelaran Permainan Rakyat Aceh 10- 13 Agustus 10.00 - 18.00Taman Sulthanah Safiatud-din (Area Pentas Apresiasi

Budaya)2 Pagelaran Seni Budaya

2.1 Pagelaran Seni Tradisi dan KreasiPagelaran Tari Tradisi 11 - 14 Agustus 20.30 - 23.00 Taman Sulthanah SafiatuddinPagelaran Musik Tradisi 7 - 11 Agustus 16.30 - 23.00 Taman Sulthanah SafiatuddinPagelaran Seni Baca Hikayat 7 - 14 Agustus 20.30 - 23.00 Taman Sulthanah SafiatuddinPagelaran Hiem Aceh 7 - 14 Agustus 20.30 - 23.00 Taman Sulthanah SafiatuddinPagelaran Seumapa 7 - 14 Agustus 20.30 - 23.00 Taman Sulthanah Safiatuddin

2.2 Gebyar Seni 7- 14 Agustus 20.30 - 23.00 Taman Sulthanah Safiatuddin

2.3 pertunjukan seni islam 9 - 10 Agustus 10.00 - 22.00 Seluruh Venue Panggung PKA - 7

2.4 Pentas Hiburan Rakyat 7- 14 Agustus 16.30 - 23.00 Lapangan Blang Padang

2.5 Layar Tancap (Infokom dengan Cineas Aceh) 7- 14 Agustus 20.30 - 23.00 Lapangan Blang Padang

3 Festival Krueng Aceh 13 - 14 Agustus 10.00 - 18.00 Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Aceh

4 SUWA PKA - VII

4.1 Pesona Anak Aceh (Lomba dan Pertunjukan Seni) 5- 14 Agustus 09.00– 23.00 Taman Sari (Bustanus

Salatin)

4.2 Pagelaran Seni Remaja (Lomba dan Pertunjukan Seni) 5- 14 Agustus 09.00– 23.00 Taman Sari (Bustanus

Salatin)

4.3 Lensa – Lensa Budaya Aceh 5- 14 Agustus 09.00– 23.00 Taman Sari (Bustanus Salatin)

IV ACEH CULTURE COMPETITION

1 Lomba Masakan Tradisional Aceh 8 agustus 09.00 - 18.00 Taman Sulthanah Safiatuddin

(Stan Kuliner)

Jadwal Kegiatan Pekan Kebudayaan Aceh 2018Banda Aceh, 5 s/d 15 Agustus 2018

“Aceh Hebat dengan Adat Budaya Bersyariat”NO KEGIATAN/EVENT Tanggal Pukul Tempat (Banda Aceh)

2 Lomba Prosesi Adat Aceh

2.1 Lomba Suson Ranuep 7- 11 Agustus 09.00 - 18.00 Taman Sulthanah Safia-tuddin

2.2 Lomba Boh Gaca 7- 11 Agustus 09.00 - 18.00 Taman Sulthanah Safiatuddi

2.3 Lomba Prosesi Upacara Adat Perkawinan 8-12 Agustus 09.00 - 18.00 Taman Sulthanah Safiatuddi

2.4 Lomba Peudamee Ureung 7 - 9 Agustus 10.00 - 23.00 Museum Tsunami

2.5 Lomba Peuayon Aneuk 10 -11 Agustus 09.00 - 23.00 Museum Aceh (dibawah rumoh Aceh)

2.6 Lomba Peragaan Busana Adat 12 Agustus 20.30 - 23.00 Museum Tsunami 3 Lomba Kerajinan dan Permainan Rakyat

3.1 Lomba Catoe 7-8 Agustus 10.00 - 18.00 Museum Aceh3.2 Lomba Geunteut (Engrang) 9 Agustus 10.00 - 18.00 Lapangan Tugu Darussalam3.3 Lomba Poh Gaseng 10 -11 Agustus 09.00 - 18.00 Lapangan Tugu Darussalam3.4 Lomba Geulayang Tunang 12 Agusttus 14.00 - 18.00 Lapangan Tugu Darussalam

3.5 Lomba Kayoeh Jaloe 14 Agustus 08.00 - 11.00 Krueng Lamnyong/ krueng Aceh

3.6 Lomba Kerajinan Anyaman Tan-gan (Aceh Handycraft) 13 Agustus 10.00 - 18.00 Museum Aceh

4 Lomba Seni 4.1 Lomba Tari Kreasi Baru 7 - 14 Agustus 10.00 - 23.00 Taman Seni dan Budaya

4.2 Lomba Dalail Khairat (Islamic Art Festival) 9 - 10 Agustus 20.30 - 23.00 Lapangan Blang Padang

4.3 Lomba Seudati Tunang 7 - 14 Agustus 10.00 - 23.00 Taman Seni & Budaya (auditorium)

4.4 Lomba Cagok Aceh 7 - 14 Agustus 10.00 - 23.00 Taman Seni & Budaya

4.5 Lomba Musik Garapan 7 - 14 Agustus 10.00 - 23.00 Taman Seni & Budaya (pang-gung terbuka)

4.6 Lomba Zikir Maulid (Islamic Art Festival) 9 - 10 Agustus 20.30 - 23.00 Lapangan Blang Padang

4.7 Lomba Sendra Tari 7 - 14 Agustus 10.00 - 23.00 Taman Seni & Budaya (auditorium)

4.8 Lomba Cipta dan Baca Puisi Aceh 7 - 14 Agustus 10.00 - 23.00 Taman Seni & Budaya

4.9 Lomba Meurukon (Islamic Art Festival) 7 - 14 Agustus 20.30 - 23.00 Lapangan Blang Padang

4.10 Lomba Melukis 13 Agustus 10.00 -18.00 Bustanus Salatin (Taman Sari)

V SEMINAR KEBUDAYAAN DAN KEMARITIMAN 13 - 14 Agustus 09.00 - 18.00 Auditorium FKIP Unsyiah

VI ANUGERAH BUDAYA 13 Agustus 19.00 - 23.00 Meuligoe Wali Nanggroe

VII PENUTUPAN PKA - VII 15 Agustus 20.30 - 23.00 Taman Sultanah Safiatuddin (Panggung Utama)

Page 13: sejak tahun 2017, PKA ke-7 siapkan secara matang ... filelewat label acara Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) ke-7. Semua kita pantas dan harus mendukung perhela-tan itu, sebagai wujud dari

Edisi 04/Tahun I/2018

AcehInfo 13

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Investasi & Pariwisata

n Aceh Selatan, Banda Aceh dan Bireuen Terbanyak

Puluhan Kesenian Aceh Bakal Jadi Suguhan Menarik di PKA-7

PULUHAN kesenian Aceh akan menjadi suguhan istimewa ba-gi pengunjung Pekan

Kebudayaan Aceh (PKA) - 7 yang dihelat di Banda Aceh pada 5-15 Agustus 2018 men datang. Kali ini, perhela-tan ajang lima tahunan itu bu kan hanya terkonsentrasi di satu titik melainkan di ban-yak lokasi strategis.

Dengan begitu pengun-jung bisa lebih leluasa dalam menikmati suguhan demi suguhan acara kebudayaan terbesar di Provinsi Aceh ini.

Plt Kepala Dinas Kebuda yaan dan Pariwisata (Disbu dpar) Aceh Amiruddin me ngatakan, berdasarkan pe nga laman PKA tahun-ta-hun sebelumnya, salah satu su guhan yang paling dimina-ti pengunjung adalah atraksi ke senian Aceh yang dikemas dengan ber bagai konsep dan bentuk.

Pada PKA-7 kali ini, ada puluhan pertunjukan seni yang nantinya akan dita-mpilkan untuk menghibur penonton. Tujuh kabupat-en/kota di Aceh telah positif mengikutsertakan pertun-jukan kesenian terbaik yang menjadi andalan daerahnya.

Ketujuh kabupaten/kota tersebut yaitu Kota Ban-da Aceh, Kabupaten Bireuen, Aceh Tengah, Aceh Jaya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, dan Kota Subulussalam.

“Kesenian-kesenian yang ditampilkan nantinya tidak hanya sekadar menghi-bur, tetapi juga mengand-ung pesan-pesan moral dan sosial yang bisa kita ap-likasikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, tarian

kreasi bungong pala yang akan ditampil-kan oleh perwakilan dari Aceh Selatan, tarian ini merupa-kan representasi da-ri pala yang menjadi komoditas utama di daerah itu,” kata Amiruddin, Sabtu (14/7).

Selain me nam-pilkan Tarian Bu-ngong Pala, Aceh Se latan juga akan menampilkan ban-yak pertunjukan se ni lainnya, yaitu ta rian kreasi rampo selatan, rapa-i ge-leng inong, hasyem melangkah, tari pho, likok selatan, ratoh bantal, rapa-i ge-leng, landok sampot, landok begu, rapa-i dabus, dan rateb meuseukat, lawet, ratoh bantal, dan ra-pa-i geleng agam.

“Aceh Selatan menjadi kabupaten yang terbanyak menampilkan keseniannya di PKA-7 ini dengan total 15 jenis pertunjukan,” katanya lagi.

Berikutnya disusul Kota Banda Aceh yang akan me-nam pilkan lima kesenian an-dalannya yaitu tarian ceudah lagoina Putroe Phang, gam-

bus, rapa-i geleng, tarian ram-poe, dan tarian beusare-sare.

Kabupaten Bireuen juga siap untuk menampil-kan lima kesenian andalan-nya yang terdiri atas rapai, rabbani wahid, tarian bruek, sandiwara, dan biola. Per-wakilan kabupaten ini juga akan menampilkan puisi, sendratari, dan cagok atau lawak Aceh yang disutrada-rai seniman muda Bireuen,

Novianti Maulida Rahmah.Perempuan yang akrab

disapa Novi ini mengatakan, untuk pertunjukan cagok mereka sudah mulai berlatih sejak awal tahun. “Pada PKA sebelumnya kami juga ada mengikutsertakan lomba teater,” kata Novi.

Dari dataran tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Ten-gah akan menampilkan tiga kesenian khas mereka yaitu

dodong, tari guel, dan vokal grup. Berikutnya adalah per-tunjukan tarian top pade, dikee pam, seudati agam/in-ong, rapa-i geleng, dan likok pulo yang menjadi andalan Aceh Jaya.

Dua kabupaten/kota ter -akhir yaitu Aceh Singkil dan Subulussalam ma sing-ma sing akan menampilkan keyboard, den dang-dendang, dan orkes gambus Lae Soraya. (*)

70 Relawan Siap Sukseskan PKA-7PERSIAPAN Pekan Ke-

budayaan Aceh (PKA) - 7 terus dilakukan,

mulai da ri rapat teknis hingga beberapa persiapan lainnya menuju hari H yang akan dibuka langsung nanti oleh Presiden Joko Widodo di Stadion Harapan Bangsa, Lhoong Raya Banda Aceh, Minggu (5/8/2018) men-

datang.Panitia PKA-7 juga

telah merekrut relawan yang nantinya akan terlibat secara penuh pada hari acara sejak 5 - 15 Agustus 2018.

Antusias masyarakat untuk berpartisipasi dalam menyukseskan kegiatan Pekan Kebuadayaan Aceh

(PKA)-7 sangat tinggi.Hal ini terlihat

dari Open Recruitment Volunteer PKA-7 yang berlangsung pada 3-6 Juli 2018. “Sejak dibu-ka pendaftaran secara online hingga hari terakhir pendaftaran, ada seribuan nama yang masuk ke email panitia,” kata Kepala Seksi Nilai Budaya Disbudpar Aceh, Evi Mayasari.

Saat ini, Panitia Seleksi Volunteer Pekan Kebudayaan Aceh VII telah menetapkan 70 nama yang nantinya siap menjadi volunteer untuk menyuk-seskan pelaksanaan PKA VII pada 5 – 15 Agustus 2018 mendatang.

Mereka dipilih setelah melalui serangkaian proses kurasi dan seleksi calon volunteer sejak 3 Juli hingga 14 Juli 2018 serta proses walk interviews.

Sebanyak 70 volun-teer tersebut akan ditem-patkan sebagai crew event sebanyak 65 orang dan 5 orang di sekretariat panitia.

Sementara itu, panitia tidak menemukan calon volunteer yang memenuhi kualifikasi sebagai Liaison

Officer (LO) untuk ditugas-kan pada penyelengaraan PKA VII.

Hasil tersebut diper-oleh melalui beberapa ta hap. Pertama proses pendaftaran secara online dilakukan pada 3 – 6 Juli 2018 yang diiukuti oleh 1.007 calon volunteer.

Dari jumlah tersebut, panitia memeriksa keleng-kapan administrasi hingga diperoleh 708 orang yang memenuhi syarat.

Selanjutnya, panitia memilih calon volunteer yang memenuhi kualifikasi sebagai Crew Event (CE), Sekretariat Panitia (SP), dan LO, untuk maju ke tahap walk interview, hing-ga terpilih 97 nama. Ke-97 nama ini telah mengikuti wawancara di Sekretariat Panitia PKA VII pada Sabtu (14/7).

Dari hasil wawancara Panitia Seleksi Volunteer PKA VII, beberapa peserta yang tidak memiliki kualifi-kasi untuk penugasan yang mereka pilih, dialihkan ke penugasan lain yang lebih cocok menurut panitia. Volunteer terpilih juga mengikuti tahap pembeka-lan. (*)

Page 14: sejak tahun 2017, PKA ke-7 siapkan secara matang ... filelewat label acara Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) ke-7. Semua kita pantas dan harus mendukung perhela-tan itu, sebagai wujud dari

Edisi 04/Tahun I/2018

14 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Nasional

PKA-7 Momen Saling Mengenal Antar SukuKERAGAMAN suku di Aceh

menjadi daya tarik tersendi-ri bagi Provinsi Aceh. Baik untuk persatuan orang Aceh

maupun objek kajian atau wisata bagi masyarakat luar. Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) - 7 tahun 2018 adalah momen terbaik bagi masyarakat Aceh untuk saling mengenal antar suku di daerahnya sekaligus ajang bagi wisa-tawan untuk lebih mengenal siapakah orang Aceh sebenarnya.

Aceh secara geografis berada di wilayah paling barat Pulau Sumatera. Sebelah utara dan timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah barat dengan Samudera Hindia, dan sebe-lah selatan satu- satunya perbatasan darat dengan Provinsi Sumatera Utara. Sebagai bagian dari wilayah teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia, Aceh merupakan sebuah provinsi yang saat ini memiliki 23 kabupaten/kota.

Orang Aceh merupakan pen-duduk pribumi yang mendiami atau berasal dari Provinsi Aceh. Mereka terdiri dari berbagai suku yang terse-bar di beberapa wilayah budaya. Suku Aceh mendominasi bagian utara dan timur; Suku Gayo mendiami kawasan pegunungan bagian tengah provinsi Aceh dan sekitarnya; Suku Alas me-nempati kawasan Aceh Tenggara dan sekitarnya; Aneuk Jamee mendiami Kabupaten Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, dan sekitarnya; Kluet mendiami Kabupaten Aceh Se-latan dan sekitarnya; Tamiang mendi-ami Kabupaten Aceh Timur dan seki-tarnya; serta Singkil berada di Singkil dan Subulussalam.

Orang Aceh juga memiliki ke-unikan dari tampilan fisiknya. Beberapa literatur menyebutkan, “Aceh” ada lah singkatan setiap huruf awal dari empat bangsa Arab, Cina, Eropa, dan Hindia. Hal ini didasari pada penampilan wa-jah orang Aceh yang se bagian mirip keturunan empat bang sa tersebut.

Jika ditelaah, masuknya empat un-sur bangsa asing dalam identitas orang

Aceh ada kaitannya dengan sejarah para pendatang di masa lampau. Arab mer-upakan tempat agama Islam berasal dan Aceh menjadi daerah pertama kali Islam berkembang di Nusantara.

Cina telah melakukan hubungan dengan Aceh baik dalam perdagangan maupun pertukaran budaya. Sementa-ra itu, Aceh sudah memiliki hubungan kerjasama dengan kerajaan-kerajaan di Eropa jauh sebelum era kolonial. Sedangkan Hindia atau India beraw-al dari kedatangan orang-orang India untuk berdagang maupun membawa

dakwah Islam. Sampai hari ini, seba-gian orang Aceh masih memiliki ci-ri-ciri tersebut.

Orang Aceh menjalani hidup secara berkelompok dan menjunjung tinggi kehidupan majemuk (plural societies). Mereka memiliki kekhasan masing-masing dalam bidang bahasa, seni, tradisi, tari, dan musik. Namun beberapa unsur yang berbeda itu juga mengalami akulturasi sehingga adan-ya kemiripan unsur di antara beberapa suku tersebut. Setidaknya ada 13 suku di Aceh untuk saat ini.

1. Suku AcehAceh adalah suku mayoritas di

Provinsi Aceh. Suku ini dikategorikan dalam rumpun bangsa Melayu. Suku Aceh memiliki seni dan budaya yang khas, baik alat musik, nyanyian, tarian, maupun tradisi. Nyanyian tradisional yang terkenal antara lain bungong jeumpa; sedangkan tari populer dian-taranya seudati, rapai pase, dan ranup lampuan. Suku Aceh bertutur dengan Bahasa Aceh yang masih berkerabat dengan bahasa Mon Khmer (wilayah Champa). Bahasa Aceh merupakan bagian dari bahasa Melayu-Polyne-sia barat, cabang dari keluarga Baha-sa Austronesia. Dalam mengatur alur keturunan atau kekerabatan, suku Aceh menggunakan model patrilineal (dari pihak ayah) dan matrilineal (dari pihak ibu).

2. Suku GayoSuku Gayo menghuni wilayah

Dataran Tinggi Gayo, dikenal dengan Daerah Dingin. Sebaran masyarakatn-ya berada di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues. Suku ini juga mendiami 3 kecamatan di Aceh Timur, yaitu Kecamatan Serbe Jadi, Peunaron dan Simpang Jernih, serta beberapa desa di Aceh Tamiang dan Aceh Tenggara. Dalam hal kekerabatan, Suku Gayo mengambil garis keturunan patrilineal. Mereka memiliki ciri-ci-ri berbadan tegap dan berkulit putih seperti perawakan orang Eropa. Orang Gayo bertutur dengan Bahasa Gayo yang termasuk dalam kelompok bahasa “Northwest Sumatera-Barrier Islands” dari rumpun bahasa Austronesia. Suku Gayo juga mempunyai kebudayaan dan adat istiadat yang khas. Mereka mis-alnya dikenal memiliki kekayaan bu-daya cerita tutur berupa hikayat seperti Hikayat Malem Diwa, Putri Pukes, dan Atu Belah. Adapun dari kesenian, Gayo memiliki Tari Saman yang mendapat pengakuan sebagai salah satu budaya warisan dunia takbenda.

3. Suku Aneuk JameeSuku Aneuk Jamee menyebar di

pesisir barat dan selatan Aceh. Sebu-tan “Aneuk Jamee”dipopulerkan oleh Suku Aceh yang mendiami wilayah tersebut. Ini wujud dari sifat keterbu-kaan Orang Aceh dalam memuliakan kelompok pendatang asal Sumatera Barat. Secara harfiah, istilah Aneuk Jamee berasal dari Bahasa Aceh yang berarti “keturunan tamu/pendatang”. Ada yang menyebut kedatangan mer-eka karena melarikan diri dari Perang Paderi; perantau dan pedagang, ser-ta para penuntut ilmu agama. Suku Aneuk Jamee menggunakan Bahasa Jamee yang diperkirakan hasil akul-turasi dengan bahasa Minangkabau. Penggunaan bahasa ini dapat ditemui di wilayah Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Simeulue, Singk-il, dan Subulussalam. Meski berbeda bahasa, namun dalam tradisi mas-yarakatnya, suku Aneuk Jamee ini leb-ih dekat dengan adat dan budaya Aceh dibandingkan dengan Minang.

4. Suku AlasAlas adalah suku mayoritas yang

Page 15: sejak tahun 2017, PKA ke-7 siapkan secara matang ... filelewat label acara Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) ke-7. Semua kita pantas dan harus mendukung perhela-tan itu, sebagai wujud dari

Edisi 04/Tahun I/2018

AcehInfo 15

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Nasionalbermukim di Kabupaten Aceh Tengga-ra, juga lazim disebut Tanah Alas. Kata “alas” dalam Bahasa Alas berarti “tikar”. Hal ini ada kaitannya dengan geograf-is daerah itu yang membentang datar seperti tikar di sela-sela Bukit Barisan. Tanah Alas dilalui banyak sungai, salah satunya Lawe Alas (Sungai Alas). Mas-yarakat Alas bertutur dengan Bahasa Alas (Cekhok Alas).

Ini merupakan bagian rumpun bahasa Austronesia, bahasa yang hampir sama dipakai oleh Suku Kluet di Aceh Selatan. Bahasa ini memili-ki banyak kesamaan kosakata den-gan Bahasa Karo di Sumatera Utara. Masyarakat Alas memiliki tradisi in-group relation yang unik. Suatu kute (desa) biasanya didiami oleh satu atau beberapa klan, yang disebut merge. Anggota satu merge berasal dari satu nenek moyang yang sama. Mereka menarik garis keturunan patrilineal, yaitu garis keturunan laki-laki. Orang Alas juga menganut adat eksogami merge, artinya jodoh harus dicari di merge lain.

5. Suku TamiangSuku ini mendiami Kabupat-

en Aceh Tamiang. Mereka lebih ser-ing disebut Melayu Tamiang karena memiliki kesamaan dari bahasa, seni, dan budaya dengan masyarakat Me-layu Sumatera Utara, Melayu Riau, dan Melayu Malaysia. Dari segi ke-budayaan, mereka juga sama dengan masyarakat Melayu pesisir timur Su-matera lainnya.

Nama Tamiang berasal dari ju-lukan kepada seorang raja taklukan Kerajaan Pasai, yaitu Raja Muda Sedia (1330-1352). Raja ini memiliki tanda hitam (Aceh: itam) di bagian pipin-ya (Aceh: mieng). Orang Kerajaan Pasai menjulukinya “Si Itam Mieng” sehingga lama-kelamaan ucapann-ya berubah menjadi “tamieng” atau tamiang. Namun ada juga yang men-catat, Suku Tamiang merupakan Suku melayu pendatang (imigran) di Aceh.

6. Suku KluetSuku Kluet mendiami beberapa

kecamatan di kabupaten Aceh Selatan, yaitu kecamatan Kluet Utara, Klu-et Selatan, Kluet Tengah, dan Kluet Timur. Mereka menggunakan Bahasa Kluet yang terdiri dari tiga dialek ber-beda, yaitu dialek menggamat, dialek krueng kluet, dan dialek paya dapur. Kekerabatan Orang Kluet berkaitan erat dengan Suku Alas dan Singkil. Secara geografis, wilayah Kluet tidak jauh dari Singkil dan wilayah yang di-diami suku lain seperti Batak. Karena itu, budaya Kluet juga relatif memiliki kedekatan dengan budaya Alas dan Karo serta Pakpak Singkil. Suku Kluet juga mempunyai sistem kekerabatan

matrilineal dan patrilineal. Salah satu kesenian terkenalnya adalah Me-canang Gung yang biasanya ditampil-kan saat acara pernikahan dan acara keagamaan.

7. Suku DevayanSuku ini mendiami Kabupat-

en Simeulue, tersebar di Kecamatan Teupah Barat, Simeulue Timur, Simeulue Tengah, Teupah Selatan dan Teluk Dalam. Orang Devayan secara fisik mirip dengan Suku Nias (Sumatera Utara) dan Mentawai (Su-matera Barat), yang khas dengan kulit berwarna kuning dan mata agak sip-it. Ciri-ciri ini melekat pada hampir seluruh penduduk yang mendiami pulau dan kepulauan di pesisir barat Pulau Sumatera. Suku Devayan ber-sama suku-suku dari bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) lainnya sep-erti Nias, Mentawai dan Enggano, diperkirakan migrasi dari daratan Indochina ke barat Pulau Sumatera berabad-abad silam hingga kemudian membentuk beberapa suku lainnya di tempat baru. Suku Devayan menggu-nakan Bahasa Devayan yang berkera-bat dengan Bahasa Nias. Mereka hid-up berdampingan dengan suku lain di Simeulue, yaitu Lekon dan Sigulai, serta Haloban di Kepulauan Banyak.

8. Suku LekonSuku ini mendiami Desa La-

fakha dan Desa Langi, Kecamatan Alafan, Kabupaten Simeulue. Suku ini diperkirakan hadir di Simeulue bersa-ma-sama dengan Suku Devayan, Sigu-lai dan Haloban, juga Suku Nias, Men-

tawai dan Enggano, dalam perjalanan migrasi bangsa Proto Melayu dari da-ratan Indochina berabad silam. Secara fisik Suku Lekon berkulit kuning dan bermata agak sipit, menunjukkan mer-eka termasuk dalam ras mongoloid, seperti suku Devayan, Sigulai, Halo-ban, Nias, Mentawai dan Enggano. Dari segi percakapan, Bahasa Lekon sering dianggap sebagai dialek dari Bahasa Devayan, karena memiliki be-berapa kesamaan dari perbendaharaan kata dan dialek. Namun warga Le-kon juga bisa berbicara dalam Bahasa Aneuk Jamee dan Bahasa Devayan.

9. Suku SigulaiSuku ini mendiami wilayah utara

Kabupaten Simeulue, yaitu di Keca-matan Simeulue Barat, Alafan dan Salang. Suku Sigulai sering disebut juga Suku Salang. Mereka merupa-kan suku asli di Kepulauan Simeulue, berdampingan dengan suku Devayan dan Lekon. Suku ini juga diperkira-kan berasal dari rombongan migrasi bangsa Proto Melayu. Sehingga, orang Sigulai secara fisik tak berbeda den-gan ciri-ciri masyarakat Nias, Men-tawai, Devayan, Lekon dan Haloban. Mereka menggunakan Bahasa Sigulai, yang masih bersaudara dengan baha-sa Devayan, Lekon, dan Nias. Meski-pun mereka berbeda sukunya, tetapi masih mempunyai kemiripan dalam perbendaharaan kata juga dialeknya.

10. Suku HalobanSuku ini terdapat di Kecamatan

Pulau Banyak Barat, Kabupaten Aceh Singkil. Muasal Suku Haloban juga sama dengan riwayat Suku Devayan, Lekon, dan Sigulai. Suku Haloban sampai sekarang masih melestarikan bahasa aslinya, yaitu Bahasa Haloban, meskipun berada di tengah domina-si Bahasa Aneuk Jamee dan Bahasa Aceh. Tradisi, adat istiadat dan se-ni-budaya suku Haloban sangat dipen-garuhi oleh budaya dari agama Islam, yang disebarkan oleh masyarakat pen-datang dari Aceh serta Minang. Selain Islam, di Haloban terdapat satu kam-pung yang dihuni Kristiani dari Nias, tepatnya di Kampung Sialit. Namun, suku dengan dua agama berbeda itu menjunjung kerukunan umat berag-ama, yang saat ini masih hidup ber-dampingan dan harmonis.

11. Suku Batak SingkilIni merupakan suku mayori-

tas di Kabupaten Singkil dan Kota Subulussalam. Suku Batak Singkil

merupakan komunitas masyarakat yang bermukim di Singkil terutama di Kecamatan Singkil, Simpang Kiri, Simpang Kanan dan Pulau Banyak. Penduduk Singkil hidup berdampin-gan dengan suku Gayo dan Alas. Bah-kan mereka memiliki kemiripan dari segi fisik, tradisi dan budaya. Orang Singkil menggunakan Bahasa Singk-il, yang termasuk dalam kelompok rumpun Bahasa Batak Utara. Dari kosakatanya, Bahasa Singkil berkera-bat dengan Bahasa Pakpak di Suma-tera Utara. Namun antara adat istia-dat dan kebudayaannya, Suku Singkil berbeda dengan Pakpak. Dalam men-jalani kehidupan, masyarakat Singkil banyak mengalami akulturasi dengan suku-suku tetangganya, seperti Gayo, Alas, Aceh, Aneuk Jamee, Nias, Man-dailing, Melayu dan Minang. Ragam suku yang mendiami Singkil itu han-ya berbeda bahasa, selebihnya merela mengikuti adat dan budaya Singkil.

12. Suku Pakpak SingkilSuku Pakpak Singkil mendiami

sebagian wilayah Kabupaten Singkil dan Kota Subulussalam. Suku ini ba-gian dari Keluarga Suku Pakpak asal Sumatera Utara. Bila dikaji lebih jauh, suku Pakpak diperkirakan berasal dari keturunan tentara Kerajaan Cho-la asal India Selatan yang menyerang kerajaan Sriwijaya pada abad 11. Ke-tika Kerajaan Sriwijaya runtuh pada tahun 1337 M, menyebabkan penye-beran kelompok masyarakat, di an-taranya Suku Pakpak, yang kemudian masuk ke wilayah Pakpak, Karo dan Alas. Mereka menggunakan Bahasa Pakpak Boang, yang mirip Bahasa Karo dan Bahasa Alas.

13. Suku JaluIni merupakan suku minoritas

di daratan Kabupaten Aceh Singkil. Suku Julu sering disebut bagian dari Suku Batak Singkil, Suku Pakpak, dan terkadang disamakan dengan Suku Pakpak Boang. Namun mereka me-negaskan bahwa Julu berbeda den-gan suku-suku itu terutama dalam hal kebudayaan. Dari segi bahasa se-hari-hari, Bahasa Julu lebih berkerabat dengan Bahasa Pakpak. Suku Julu saat ini sebagian besar memeluk agama Islam, akibat pengaruh dari budaya dan tradisi masyarakat di Kabupaten Aceh Singkil yang pada umumnya be-ragama Islam. Tetapi adat dan budaya Suku Julu sampai saat ini masih tetap dipertahankan, sebagaimana terdapat dalam Budaya Pakpak. (*)

Page 16: sejak tahun 2017, PKA ke-7 siapkan secara matang ... filelewat label acara Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) ke-7. Semua kita pantas dan harus mendukung perhela-tan itu, sebagai wujud dari

Edisi 04/Tahun I/2018

16 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Tingkatkan SDM IT di SKPADiskominfo Aceh Gelar Workshop Literasi ITDINAS Komunikasi, Informa-tika dan Persandian Aceh me lalui Bidang Pengelolaan Komunikasi Publik (PKP) meng gelar workshop pening-katan Sumber Daya Manusia (SDM) tentang literasi tek-nologi informasi di Hotel Per-mata Hati Banda Aceh, Selasa (24/7).

Workshop itu berlang-sung selama tiga hari mulai tanggal 24 sampai 26 Juli dengan jumlah peserta 21 orang dari berbagai Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA).

Kegiatan itu bertujuan untuk menyamakan persepsi dalam hal mekanisme penge-lolaan website dalam rangka pencitraan positif kegiatan Pemerintah Aceh kepada masyarakat serta mensosial-

isasikan UU Nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik dan men-dukung 15 program priori-tas Pemrintah Aceh periode 2017-2022.

Acara tersebut dibuka oleh Kadis Komunikasi In-formatika dan Persandian Aceh, Marwan Nusuf. Dalam sambutannya, ia mengatakan workshop itu untuk mening-katkan SDM teknologi infor-masi di SKPA masing-masing.

“Kami mohon kepada panitia dimana peserta yang sudah diundang tidak hadir untuk segera memberitahu-kan untuk diteruskan dan berkomunikasi langsung de-ngan kepala SKPA terkait, karena ini amanah dari Per-gub Nomor 29 Tahun 2011

dan pergub-pergub lain, bah-wa masalah TIK menjadi we-wenang dari Dinas Kominfo,” tegasnya.

Menurut Marwan, ber-dasarkan dalam rapat pim-

pinan dengan Plt Gubernur Aceh banyak SKPA yang me-minta tenaga IT ke Kominfo. Karena tenaga IT yang terse-dia tidak cukup maka pihakn-ya mengambil inisiatif mem-buat pelatihan ini.

Ia menambahkan bebe-rapa SKPA websitenya tidak pernah update, ini menujuk-kan bahwa tenaga IT di SKPA bersangkutan belum men-cukupi.

Hal itu menjadi salah sa tu asumsi Dinas Komin-fo mengadakan workshop IT, agar secara keseluruhan

SKPA sanggup mengikuti per-kembangan yang diinginkan oleh Pemerintah Aceh dan dapat menghasilkan te naga di bidang teknologi informasi yang berkompoten.

“Kami berharap SKPA yang ada di instansi tidak ka lah dengan SKPK di Kota Banda Aceh, baik dalam me-ngelola masalah keterbuka-an informasi publik dan per-kembangan IT,” katanya.

Marwan juga mengin-

gatkan mengenai IT tidak ter lepas dari pantauan Komi-si Pemberantasan Korupsi (KPK), mulai dari PPID Uta-ma, PPID pembantu, SK PPID pembantu, website setiap di-nas sampai kepada integrasi e-planing dengan e-bugeting.

“Ini menjadi satu alat kontrol untuk meminamali-sir penyalahgunaan anggaran juga aturan-aturan yang ber-laku untuk bisa ditegakkan,” ujarnya. (*)

Terapkan E-Government, Pemprov Aceh Gandeng ITS

USAI ditunjuk sebagai Plt Gu bernur Aceh oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Ir

Nova Iriansyah MT langsung bergerak cepat untuk memaju-kan wilayah yang dipimpinnya. Salah satunya dengan melaku-kan penjajakan kerja sama dengan Institut Teknologi Sep-uluh Nopember (ITS) Suraba-ya, Senin (23/7).

Dalam kunjungan penja-jakannya tersebut, Nova Irian-syah mengutarakan beberapa poin keinginannya mengenai kerja sama yang akan dijalin dengan ITS nantinya.

Beberapa diantaranya, keinginan agar lebih banyak orang Aceh yang dapat berkuli-ah di ITS. Di Aceh sendiri sudah menyediakan beasiswa baik untuk umum maupun yatim.

“Kita bisa bekerja sama merancang beasiswa terutama untuk masyarakat Aceh yang kurang mampu agar dapat me-nempuh pendidikan di ITS,” jelas alumni Arsitektur ITS ini.

Selain itu, ia juga mem-bahas mengenai tindak pi-dana suap dan korupsi yang kini marak terjadi di beberapa daerah di Indonesia menjelang pilkada (pemilihan kepala daerah), beberapa waktu lalu.

“Pelelangan, perekrutan pega-wai, dan sistem perencanaan menjadi wilayah yang rawan kasus tersebut,” ujarnya.

Maka dari itu, ia berharap adanya perangkat atau sistem yang dapat mencegah hal tersebut terjadi. Salah satun-ya adalah dengan menerapkan e-Government di Aceh.

E-Government dirasa dapat menjadi solusi yang te-pat karena permasalahan yang terjadi kini tak lagi hanya men-genai etos kerja, tetapi sudah semakin kompleks.

Menanggapi ketertari-kan Plt. Gubernur Aceh peri-hal penerapan e-Government tersebut, Dr Ir Endroyono DEA selaku pakar smart city dan IT dari ITS mengatakan, pihak ITS akan sangat siap mem-fasilitasi dan membantu Aceh dalam menerapkan teknologi tersebut.

“Mengenai e-Government ITS sudah berpengalaman ide, konsep, dan juga phasing out (langkah bertahap, red),” tutur pria yang juga kerap memban-tu Wali Kota Surabaya, Tri Ris-maharini dalam menerapkan e-Government di Surabaya ini.

Salah satu tujuan adan-ya e-Government ini, menurut Endroyono, memang untuk

meminimalisasi kejadian yang berujung pada tindak pidana korupsi. Ia menjelaskan, pen-erapan aplikasi e-Govern-ment sebenarnya lebih untuk memusatkan semua transak-si pada bentuk data riil dan mengurangi transaksi secara langsung oleh manusia.

Lebih lanjut, Dosen De-partemen Teknik Elektro ITS ini menjelaskan, yang lebih penting ketika Aceh memutus-kan kerja sama dengan ITS di bidang e-Government adalah bagaimana memilih teknologi yang tepat diterapkan di Aceh sesuai dengan model bisnis yang ada.

Model teknologi tak per-nah baku, yang baku adalah tu-juannya yang sama yaitu demi terciptanya sistem yang lebih bersih. “Selain itu, master-plan juga harus dibuat dengan matang,” tandasnya.

Ia juga menyarankan pro-

gram percepatan untuk Aceh melalui nota kesepahaman atau Memorandum of Under-standing (MoU) antara Pemer-intah Provinsi Aceh dengan Pemko Surabaya untuk me-manfaatkan aplikasi dan te-knologi yang telah disumbang-kan ke negara dan tersimpan di Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Mengingat selama ini ITS juga berperan aktif men-dukung berhasilnya pener-apan smart city di Surabaya dengan menggagas ide, konsep dan penerapannya.

“Setiap aplikasi yang dit-erapkan di Surabaya, bisa dib-ilang nyawanya adalah ITS dan di sini ITS berperan sebagai pendamping serta pengem-bang lanjut,” ungkapnya.

Di akhir paparannya, En-droyono juga menjelaskan,

banyak kota atau daerah yang mencanangkan sistem e-Gov-ernment ini untuk menuju smart city. Namun, kebanya-kan dari daerah yang gagal menerapkan sistem e-Govern-ment selain faktor ketidak-siapan sumber daya manusia (SDM), faktor komunikasi an-tara pemimpin daerah dengan bidang yang menangani e-Gov-ernment juga sangat mempen-garuhi.

“Oleh karena itu, Bu Ris-ma (Wali kota Surabaya, red) sangat aktif dalam mengomu-nikasikan keinginannya den-gan para staf dan ahli yang menangani sistem e-Govern-ment ini,” pungkasnya.

Rencananya, hasil diskusi dan penjajakan kerja sama ini akan ditindaklanjuti dengan dilakukannya MoU antara ITS dengan Pemprov Aceh yang akan dilakukan dalam bebera-pa waktu ke depan. (*)