sebelum rusun

15
Keberlanjutan Menetap Pada Masyarakat Di Rumah Susun Budha Suci Oleh : Fariz Rifqi Ihsan Pertumbuhan penduduk perkotaan yang bertambah dari tahun ke tahun telah menimbulkan peningkatan permintaan terhadap kebutuhan akan tempat tinggal atau perumahan di perkotaan. Peningkatan permintaan akan perumahan ini secara nasional sangat menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi akan tetapi hal ini hanya menjadi prospektif bagi penyediaan rumah untuk kalangan menengah-atas (high-middle income). Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar (basic needs) manusia selain pangan dan sandang, maka pemenuhan kebutuhan akan rumah menjadi prioritas yang tidak dapat ditangguhkan. Di sisi lain, masyarakat mempunyai kemampuan terbatas untuk mencukupi biaya pengadaan perumahan, karena tidak mampu mendapatkan lahan yang legal di pusat kota, maka masyarakat berpenghasilan rendah menduduki tanah-tanah secara illegal di sepanjang jalur kereta api, kuburan, tebing tinggi, pinggiran sungai dan lahan-lahan terlantar lainnya. Tindakan tersebut mengakibatkan timbulnya permukiman liar (squatter) yaitu lahan yang tidak ditetapkan untuk hunian atau penempatan lahan yang bukan miliknya (Budihardjo, 1997 : 12). Kehadiran rusunami di perkotaan bisa menjawab kebutuhan tempat tinggal bagi masyarakat yang menganut paradigma konvensional yaitu bertempat tinggal berarti menempati rumah milik sendiri. Namun rusunami memiliki beberapa kelemahan. Dari segi harganya pasti relatif lebih mahal sehingga jangkauan pasarnya relatif juga terbatas. Kecuali apabila

Upload: fariz-rifqi-ihsan

Post on 17-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

dfdsfsdf

TRANSCRIPT

Keberlanjutan Menetap Pada Masyarakat Di Rumah Susun Budha SuciOleh :Fariz Rifqi Ihsan

Pertumbuhan penduduk perkotaan yang bertambah dari tahun ke tahun telah menimbulkan peningkatan permintaan terhadap kebutuhan akan tempat tinggal atau perumahan di perkotaan. Peningkatan permintaan akan perumahan ini secara nasional sangat menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi akan tetapi hal ini hanya menjadi prospektif bagi penyediaan rumah untuk kalangan menengah-atas (high-middle income).Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar (basic needs) manusia selain pangan dan sandang, maka pemenuhan kebutuhan akan rumah menjadi prioritas yang tidak dapat ditangguhkan. Di sisi lain, masyarakat mempunyai kemampuan terbatas untuk mencukupi biaya pengadaan perumahan, karena tidak mampu mendapatkan lahan yang legal di pusat kota, maka masyarakat berpenghasilan rendah menduduki tanah-tanah secara illegal di sepanjang jalur kereta api, kuburan, tebing tinggi, pinggiran sungai dan lahan-lahan terlantar lainnya. Tindakan tersebut mengakibatkan timbulnya permukiman liar (squatter) yaitu lahan yang tidak ditetapkan untuk hunian atau penempatan lahan yang bukan miliknya (Budihardjo, 1997 : 12).Kehadiran rusunami di perkotaan bisa menjawab kebutuhan tempat tinggal bagi masyarakat yang menganut paradigma konvensional yaitu bertempat tinggal berarti menempati rumah milik sendiri. Namun rusunami memiliki beberapa kelemahan. Dari segi harganya pasti relatif lebih mahal sehingga jangkauan pasarnya relatif juga terbatas. Kecuali apabila kebijakan subsidi pemerintah diterapkan maka pangsa pasar menjadi lebih luas sehingga golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dapat menjangkaunya.Kebijakan pembangunan rumah susun tersebut merupakan salah satu alternatif dalam penanganan permasalahan perumahan dan permukiman di Jakarta . perlunya pemberdayaan komunitas penghuni rumah susun ini seharusnya mencakup interaksi aktif dua pelaku, yaitu pihak pemberdaya (pemerintah) dan pihak yang diperdayakan. Pihak pemberdaya di sini tidak mutlak datang dari pemerintah, tetapi dapat pula berasal dari sistem sosial komunitas lainnya.Umumnya pada operasional pengelolaan/ pengembangan rumah susun selama ini, seringkali terdapat masalah-masalah yang dapat menyebabkan tidak berdaya gunanya rumah susun mencapai beberapa tujuan pembangunan rumah susun itu sendiri, seperti: seringkali penghunian tidak tepat sasaran, terjadi penurunan kualitas hidup penghuni,hanya dapat berperan sedikit saja atau bahkan tidak sama sekali dalam mengurangi permukiman kumuh, dan bahkan rumah susun seringkali terisolir dari wilayah sekitarnya sehingga tidak dapat menghasilkan dampak kemanfaatan bagi wilayah sekitarnyaPembangunan Rumah Susun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng oleh Yayasan Budha Tzu ChiIndonesia, yang mempunyai visi-misi: mendukung program kali bersih (Prokasih), tempat relokasi eks warga penghuni bantaran Kali Angke, menyediakanrumah layak huni, menciptakan sumberdayamanusia yang berkualitas, dan mengubah pola/cara hidup penghuni rumah susun dari tradisionalmenjadi modern, pada implementasinya memang semua visi-misi itu sudah berhasil dicapai olehrumah susun ini,Salah satu keberhasilan penciptaan transformasi masyarakat dari model massyarakat kumuh menjadi masyarakat kota terjadi pada rumah susun Cinta Kasih. Dipegang teguhnya ketepatan sasaran Rusun bagi warga miskin ternyata mengakibatkan adanya unit-unit hunian yang hingga saat ini belum digunakan. Hal ini diakibatkan belum adanya warga miskin baru yang mau menempati rumah susun tersebut. Hal ini antara lain merupakan indikasi awal adanya keengganan warga miskin untuk tinggal di Rusun Budha Tzu Chi.Identifikasi masalahRumah susun merupakan jawaban yang paling rasional untuk mengatasi ledakan penduduk, menghilangkan kawasan kumuh, komitmen menjaga lingkungan, efisiensi lahan dan upaya mendekatkan warga dengan tempat kerjanya. Bagi konsumen golongan menengah ke bawah penyediaan hunian vertikal diwujudkan dalam bentuk rumah susun sederhana. Adapun beberapa sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan rumah susun sederhana antara lain untuk memenuhi kebutuhan hunian masyarakat berpenghasilan rendah, meningkatkan fungsi lahan dan meningkatkan kualitas hunian padat di lokasi yang berdekatan dengan pusat pertumbuhan ekonomi atau pusat kegiatan. Rumah susun sederhana ini terbagi dalam dua jenis, yaitu rumah susun sederhana sewa dan rumah susun sederhana milik (sewa-beli). Rumah susun ini diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.Landasan hukum dari pembangunan rumah susun ini adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun sebagai pengganti UU sebelumnya yaitu UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun yang dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan hukum, kebutuhan setiap orang, dan partisipasi masyarakat serta tanggung jawab dan kewajiban negara dalam penyelenggaraan rumah susun. Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun selanjutnya dikenal sebagai Undang-Undang Rumah Susun (UURS).Tujuan pembangunan rumah susunadalah (1) meningkatkan kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama pada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah yang menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya ; (2) Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah perkotaan dengan mempehatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan lingkungan permukiman yang lenkap,serasi dan seimbang; (3) memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna bagi kehidupan masyarakat.Dengan diterbitkan UU No.20 tahun 2011 sebagai pengganti UU No.16 Tahun 1985 tentang rumah susun secara teori pemerintah telah berpihak kepada rakyat dalam menyediakan perumahan dan permukiman yang layak huni kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah dengan subsidi dari pemerintah dan secara praktek pemerintah belum sepenuhnya UU No.20 Tahun 2011 itu telah terpenuhi dan terlaksana di lapangan karena begitu banyak rumah susun yang tidak mau ditempati oleh masyarakat dengan alasan sarana dan prasarana yang tidak lengkap atau tidak layak huni.Fenomena maraknya pembangunan rumah susun terutama di kota-kota besar mendapat korelasi yang pas dengan masalah desain dan perilaku manusia. Haryadi dan Setiawan (2010) mengungkapkan bahwa perubahan pola permukiman dari menyebar ke samping menjadi menumpuk ke atas akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi tertentu. Kontoversi ini sayangnya belum didukung oleh hasil-hasil temuan yang dapat dijadikan pegangan.Bagaimanapun kekumuhan kawasan permukiman ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, pemerintah dalam hal ini sebagai penanggung jawab pembangunan sedang berupaya mengatasi slum area ini. Salah satu kegiatan yang dapat di cermati adalah penanganan kawasan kumuh melalui penyediaan rumah susun. Akan tetapi penyediaan rumah susun yang semula dimaksudkan untuk mengatasi kekumuhan secara horisontal tanpa disadari telah mengubah wujud kekumuhan tidak saja horisontal akan tetapi juga vertikal. Melihat perubahan penurunan kualitas lingkungan permukiman tersebut, maka perlu dilakukan penelaahan terhadap perencanaan bangunan fisik rumah susun agar diikuti dengan perencanaan non fisik yang sebetulnya sangat memberikan peran besar dalam kesinambungan rumah susun.Keberadaan rumah susun sederhana sewa ini dikelola oleh Pemerintah (Perumnas) di Cengkareng yang dikelola pihak lembaga non profit yaitu Yayasan Budha Tzu Chi. Pemukim rumah susun ini merupakan pemindahan dari permukiman liar di pinggiran Kali Angke, yang dimukimkan dalam rumah susun yang dibangun oleh Yayasan Budha Tzu Chi (lembaga non profit). Berdasarkan pengamatan lapangan, lingkungan permukiman rumah susun ini dianggap cukup baik. Keberhasilan pengelolaan lingkungan fisik dan non fisik ini tentunya tidak terlepas dari peran pengelola dan pelibatan masyarakat penghuni permukiman itu sendiri. Akan tetapi terjadi sebuah permasalahan dalam pengelolaannya karena sistem pengelolaan rumah susun yang tertib dan terkesan kaku, sehingga tidak mengakomodasikan beberapa kebiasaan/ cara hidup bertempat tinggal di rumah landed houses, sehingga terdapat beberapa karakter yang hilang, seperti : Keeratan kohesi sosial ; kebiasaan warga terutama ibu rumah tangga dan warga usia muda berkumpul dan bersosialisasi tidak terjadi akibat sistem penataan denah rumah tinggal yang tercluster di dalam tower-tower kecil, tidak adanya livability kehidupan kampung pada tingkat permukaan tanah yang terlihat dari minimnya sirkulasi dan intensitas lalu lalang penghuni. Kurang diwadahinya beberapa jenis usaha yang terkait dengan kemampuan perekonomian yang rendah, seperti minimnya jumlah warung dan kaki lima. Dari uraian diatas beberapa permasalahan yang muncul dari pengelolaan rusunawa adalah akibat dari perencanaan bangunan berupa tata masa bangunan dan pengaturan denah menimbulkan beberapa permasalahan antara lain kurangnya ventilasi silang yang akibatnya meminimalisasi pergerakan arus udara dan angin, sehingga unit hunian pada lantai di atas lantai dasar terasa lebih pengap. Tidak adanya koridor telah merubah kerapatan sosial. Sedikitnya ruang komunal baik di lantai dasar maupun di plaza dan koridor dalam bangunan mengakibatkan hubungan sosial antar warga kurang terjadi dan berkecenderungan membentuk masyarakat yang kurang peduli terhadap hubungan sosial antar manusia, dan sebagian besar void tangga disalahgunakan sebagai ruang jemur.PekerjaanJumlahPresentase

Ketergantungan229867,59

Pegawai49714,62

Buruh35810,53

Wirausaha1574,62

PNS200,59

keamanan200,59

Guru150,44

Sopir160,47

Perawat50,15

TNI40,12

Lain-lain100,29

Jumlah34001000

Identifikasi karakter social ekonomi masyarakat penghuni rumah susun guna mengetahui sejauh manapenggunaan rumah susun cinta kasih ini dapat diakomodasikan . dapat dilihat bahwa 67 persen masyarakat yang berada disana memiliki penghasilan berpenghasilan rendah.sebagian besar dari mereka adalah orang yang berkerja di sector informal. Mereka lebih banyak menghabisan waktunya di dalam rumah susun tersebut. Bisa dilihat dari table di bawah iniTabel Pekerjaan Penghuni rusunSumber:pengelola Rusun Cinta Kasih

Salah satu masalah sosial budaya menyangkut interaksi pergaulan dalam lingkungan rumah susun. Hidup dalam suatu kawasan yang sama, tentunya memerlukan adanya interaksi sosial antar anggota masyarakatnya, dimana interaksi sosial dibutuhkan untuk menciptakan suatu perilaku penyesuaian diri individu dengan tempat tinggalnya, yang membutuhkan penyesuaian diri dari tiap individu, karena mengingat heterogenitas pada kedua lingkungan tempat tinggal tersebut. Maka dari itu penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan terciptanya kesehatan mental seseorang (Mutadin, 2002). Rumusan masalahRelokasi tersebut mengantarkan pada perubahan kultur masyarakat dari kultur horizontal menuju kultur vertical. Perubahan kultur di lokasi baru berikut terjadinya disharmoni kehidupan sesama warga. Pasca pemindahan tersebut merupakan hal yang sangat penting yang berkaitan dengan perubahan persepsi dan perilaku penghuni, pada proses ini yang dilakukan adalah pendampingan oleh yayasan rusun ini. Pengelola terus mendampingi dengan terus memberikan teladan dan memotivasi penghuni. Pengelola berfikir bahwa mengubah cara pikir penghuni rumah susun cinta kasih hingga berdampakpada perubahan perilaku dan gaya hidup . Tidak mudah mengarahkan masyarakat kecil menetap di rusun. Kepemilikan tanah masih jadi kebanggaan masyarakat sehingga banyak penghuni yang pindah dan mencari hunian lain. Oleh karena itu diperlukan sebuah pendampingan. Pengorganisasian pendampingan dalam pngelolaan rumah susun sederhana sewa adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi rumah susun sederhana sewa yang meliputi kebijakan penataan pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian rumah susun sederhana sewa. Hal ini diperlukan terlebih pada kegiatan pasca relokasi warga ke dalam rusun. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penghuni sewa dalam menjalankan tata tertib penghuni untuk menciptakan lingkungan rusunawa yang nyaman, tertib dan aman termasuk tata cara tinggal yang sesuai pedoman berlaku, dengan mengembangkan sisten komunikasi yang efktif yang sesuai dengan kondisi sosial budaya.Jika merujuk pada ulasan damayanti 2011 yang menyatakan bahwa proses perubahan persespsi ini pengelola menemukan persepsi yang berbeda-beda pada tiap penghuni . Pada perubahan gaya hidup dan perilaku penghuni yang berhasil mempunyai efek tingkat kenaikan ekonomi akan tetapi pada perubahan peresepsi yang belum berhasil penghuni rumah susun belum dapat mendapatkan dampak kenaikan efek ekonomi. Hal ini salah satunya adalah terhadap para penghuni yang kehilangan mata pencaharian setelah direlokasi dan mereka belum dapat mata pencaharian pengganti setelah masuk kedalam rusun ini.Di dalam wawancara terungkap bahwa dilema ini secara tidak langsung juga mempengaruhi sistem pengelolaan. Masyarakat (relokasi) yang awalnya merasa terpaksa untuk menjadi penghuni rumah susun pada pasca pelaksanaan merasa bahwa keberadaan mereka sudah seharusnya menjadi tanggungan pemerintah. Dengan demikian mereka menolak diterapkannya semua beban keuangan untuk biaya pemeliharaan dan pengelolaan yang tidak dibantu oleh pemerintah. Hal ini menyebabkan sebagian biaya operasional tetap dituntut untuk ditanggung pemerintah dalam hal ini menjadi tanggung jawab yayasan tsu chi sebagai pihak pengelola rusun milik pemerintah ini.Akan tetapi dalam konsep rumah susun sewa, seharusnya masyarakat akan diakomodasi selama 2 kali 3 tahun, setelah itu harus digantikan dengan orang lain. mengoptimalkan langkah dalam penggunaan rusun sewa seperti di rusun cinta kasih, perlu dilakukan pengawasan terhadap affordabilitas masyarakat secara rutin, sehingga akan diketahui kemampuan sebenarnya masyarakat dalam penyediaan hunian. Apabila terdapat masyarakat yang sudah affordable, tentunya diwajibkan untuk pindah dan menghuni unit yang lebih besar. Semua ini diatur oleh pemerintah, secondary market juga menjadi tanggung jawab pemerintah. Banyak pengamat yang mengatakan rusunawa adalah bom waktu yang disetting untuk meledak 6 tahun ke depan setelah ditempati.Lingkungan rumah susun yang terdiri dari banyak orang dari berbagai latar belakang dan budaya yang berbeda, hidup bersama di bangunan tinggi, dengan kondisi yang padat yang memungkinkan interaksi sosial yang lebih sering dibandingkan kondisi di kompleks perumahan Ketidakmampuan menyesuaiakan diri dapat menyebabkan berbagai masalah sosial yang tidak diinginkan, seperti timbulnya konflik atau tergangggunya hubungan komunikasi dengan anggota masyarakat lainya dalam satu kawasan tempat tinggal, hal itu dapat menyebabkan individu menghadapai suatu kesulitan serta perasaan frustasi sehingga individu jauh dari rasa bahagia, nyaman, dan aman di lingkungan tempat tinggalnya (Ikawati, 1994).DAFTAR SIMPUL Kebutuhan dasar akan rumah Tujuan akan pembangunan rumah susun Keberadaan rusun sebagai alternative kekumuhan Adanya peraturan uu tentang rumah susun Perubahan persepsi dari landed house ke vertical house sangat penting perubahan pola permukiman dari menyebar ke samping menjadi menumpuk ke atas akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi tertentu masalah-masalah yang dapat menyebabkan tidak berdaya gunanya rumah susun mencapai beberapa tujuan pembangunan rumah susun tata cara tinggal yang sesuai pedoman berlaku pengelolaan rumah susun yang tertib dan terkesan kaku rumah susun hanya dihuni untuk masyrakat relokasi dan pihak yang bekerja pada pengelola yayasan Lingkungan rumah susun yang terdiri dari banyak orang dari berbagai latar belakang dan budaya yang berbeda pengurangan jumlah penghuni rumah susun Konsep rumah sewa ke rumah susun milik memiliki waktu 2 x 3 tahun Keengganaan warga rumah susun dalam membayar sewa rumah susun

Pertanyaan besarBagaimana keberlanjutan menetap dalam proses pengelolaan dan perencanaan rumah susun cinta kasih cengkareng?Pertanyaan kecil1. Apa motivasi dari para penghuni tinggal di rusun tersebut?2. Mengapa para penghuni keluar dari rusun?3. Bagaimana strategi para penghuni tinggal dalam rusun?4. Bagaimana peran pengelola yayasan dalam membuat keberlajutan tinggal para penghuni?5. Bagaimana peran pemerintah dalam membuat keberlanjutan menetap di rumahsusun cinta kasih?6. bagaimana fase perubahan persepsi penghuni rumah susun sebelum masuk ke rusun hingga sesudah masuk ke rusun?7. Bagaimana jaringan yang terbrntuk pada lingkungan rumah susun dalam mengajak penduduk untuk tetap bertahan menetap dirumah susun?8. Apakah peraturan pemerintah tentang rumah susun sudah sesuai dengan kenyataan di lingkungan rmah susun cinta kasih?

MetodePermasalahan yang akan diulas merupakan masalah yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data hasil penelitian tersebut. Penelitian kualitatif ini dapat digunakan untuk memahami interaksi social dalam keberlanjutan tinggal pada rumah susun cinta kasih, misalnya dengan wawancara mendalam sehingga akan ditemukan pola-pola yang jelas.

Subjek dan Objek PengulasanSubjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Objek ulasan adalah obyek yang dijadikan penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu ulasan. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek ulasan adalah keseluruhan orang yang berperan temasuk pengelola dan pemerintah, yang menjadi objek penelitian yaitu tentang keberlanjutan tinggal pada rusun pada masyarakat di kawasan rumah susn cinta kasih

Pengumpulan data-Pengumpulan data dan informasi dari berbagai sumber, meliputi : Sejarah rumah susun cinta kasih Peta Lokasi rusun cinta kasuh Pengelolaan rumah susun cintakasih Data penghuni rusun Data fasilitas dan ruang bermukim rusun-Wawancara kepada pengelola Rusun, para penghuni rusun, dan pelanggan/pengunjung pasar-Observasi atau pengamatan langsung terhadap kegiatan yang berlangsung di rumah susun cinta kasihPengulasanMekanisme penetapan dan pemindahan calon penghuniProses penetapan calo penghuni dilakukan seccara cermat dan sangat teliti dengan menerapkan prinsip langsung, prioritas, dan menghargai jiwaMembangun dengan prinsip langsung, prioritas, dan menghargai jiwa:1. Prinsip langsung dengan pengan berinteraksi langsung dengan penerima bantuan2. Prinsip prioritas menjadikan pegangan saat harus menentukan pihak yang dibantu. Hal tersebut digunakan untuk menghindari kesalahan dalam menentukan penghuni jadi pada prinsip ini mengutamakan membantu orang yang benar-benar layaj3. Prinsip menghargai jiwa dengan menuntukan bahwa hanya memandang penerima bantuan sebagai objek , tetapi memperhatikan fisik dan batinnya.Ada tiga tahapan prosen pemindahan calon penghuni yaitu, pada Tahap pertama yang dilakukan pengelola yayasan adalah pendataan calon dengan mengikuti kriteria ,tahap kedua dengan melakukan pendataan yang oleh pemerintah setempat oleh 3 pihak yaitu pemerintah adminsitrasi , TNI sebagai pihak kedua dan pihak lain diluar instansi pemerintah. Tahap ketiga adalah tahap verivikasi melalui cross check.Pendampingan penghuni pasca pemindahanPasca pemindahan merupakan proses yang penting berkaitan tentang persepsi dan prilaku penghuni , pada proses ini yang dilakukan adalah proses pendampimgan. Pengelola terus mendampingi dengan terus memberikan nilai keteladanandan motivasi bagi penghuni. Saaat pengelola memberikan motivasi kepada penghuni mereka hasrus memiliki tujaun dan dapat memberikan mafaat bagi penghuni. Melakukan control terhadap kondisi fisik, social dan lingkungan rusun selalu dilakukan secara rutin dan berkelanjutan.Pendampingan pada dasaranya merupakan upaya menyertakan masyarakat dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki sehingga mampu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memfasilitasi pada proses pengambilan keputusan berbagai kegiatan yang terkait dengan kebutuhan masyarakat, membangun kemampuan dalam meningkatkan pendapatan , meningkatkan usaha bersekala bisnis seta kegiatan dan perencanaan yang bersifat partisipatif.pendamipngan merupakan sebuah suatu konsepberkembang dengan adanya kesadaran baru bahwa masyarakat bukanlah pihak yang tidak tahu dan tidak mau tahu, sebaliknya sudah mulai dikenali bahwa masyarakat adalah pihak yang mau , memiliki pengetahuan lokal, mempunyai potensi besar dan kearifan tradisional.Dalam pelaksanaan pendampingan ini diperlukanketersediaan Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu berperan sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator selama program berlangsung dan berfungsi sebagai konsultan sewaktu dierlukan oleh kelompok.Tenaga pendamping berasal dari tenaga pendamping setempat (tokoh masyarakat,penyuluh pkk, dll).maupun tenaga pendamping dari luar (LSM , perguruan tinggi). Pendamping menerapkan system pengelolaan yang tegas, berwibawa, serta penanganan yang humanis agar tercipta rumah susun yang sesuai dengan harapan penghuniKeengganan dalam membayar sewa rumah susunRendahnya kemampuan membayar dari penghuni rusun hal ini dibuktikan oleh wawancara pengelola yang tentang korelasi antara lama tinggal , jumlah anggota keluarga yang berkerja, tingkat kepuasan penghuni seta persepsi penghuni terhadap Iuran Pemeliharaan Lahan rusundan kemauan untuk membayar. Iuran Pemeliharaan Lahan yang dilakukantidak cukup untuk menutupi biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk menjaga keberlangsungan rusun.Managemen pengelolaan sangat bergantung pada subsidi dari yayasan. Pada saaat subsidi dikurangi, maka hal pertama yang dikorbankan adalah tentang program pengelolaan fasilitas sekitar. Pada hal ini menimbulkan masalah-masalah lingkungan dan social yang baru.

.