sebelum membahas lebih jauh tentang penelitian ini ...digilib.uinsby.ac.id/3731/7/bab 4.pdf ·...
TRANSCRIPT
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
98
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Laporan hasil penelitian dan pembahasan dari hasil yang telah diperoleh
1. Pelaksanaan supervisi di lingkungan Kementerian Agama Jombang
Sebelum membahas lebih jauh tentang penelitian ini, peneliti ingin
menegaskan kembali bahwa yang menjadi focus penelitian adalah
supervisi GPAI atau supervisi guru mata pelajaran, bukan supervisi
satuan pendidikan. Dan GPAI yang dimaksud di sini adalah GPAI yang
bertugas di SMP, SMPLB, SMA, SMALB, dan SMK. Meskipun begitu,
di dalam penelitian ini juga terdapat keterangan tentang pengawas
madrasah atau pengawas satuan pendidikan yang berstatus sebagai
keterangan tambahan.
a. TUPOKSI (tugas pokok dan fungsi)
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pengawas
KEMENAG Jombang, diketahui bahwa tugas pokok dan fungsi dari
pengawas pada dasarnya adalah membina, mengarahkan,
memonitoring, dan mengevaluasi1
yang mana telah diatur dalam
peraturan pemerintah dan PERMENAG, yakni:
1 1 Drs. H. Ali Said, M.Pd, Wawancara , Jombang, 02 September 2014, Dan Drs. Fuad, M.Pd.I,
Wawancara , Jombang, 09 Juni 2014,.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
99
1) Peraturan Pemerintah no 74 Tahun 2008 menyebutkan bahwa tugas
pokok pengawas satuan pendidikan dan pengawas mata pelajaran
adalah:
a) Tugas pokok pengawas satuan pendidikan/pengawas madrasah
Tugas pokok pengawas satuan pendidikan adalah melakukan
pengawasan manajerial terdiri dari pembinaan, pemantauan
(standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar sarana dan
prasarana, standar pendidik & tenaga kependidikan) dan
penilaian kinerja sekolah pada satuan pendidikan yang menjadi
binaannya.
b) Tugas pokok pengawas mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran/pengawas PAIS
Tugas pokok pengawas mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran yaitu melaksanakan pengawasan akademik meliputi
pembinaan, pemantauan pelaksanaan Standar Nasional
Pendidikan (standar isi, standar proses, standar penilaian,
standar kompetensi lulusan) pada GPAI di sejumlah satuan
pendidikan yang ditetapkan2.
2) PERMENAG no 2 tahun 2012 yang selanjutnya direvisi dengan
terbitnya PERMENAG no 31 tahun 2013 menyebutkan bahwa
2 Peraturan Pemerintah no 74 Tahun 2008
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
100
tugas, fungsi, tanggung jawab dan wewenang pengawas madrasah
dan pengawas PAIS adalah:
a) tugas.
Pengawas madrasah bertugas di RA, MI, MTs, MA, dan MAK
dengan melaksanakan supervisi akademik dan manajerial.
Sedangkan pengawas PAIS bertugas di TK, SD/SDLB,
SMP/SMPLB, SMA/SMALB, dan SMK dengan melaksanakan
supervisi pendidikan agama Islam pada sekolah.
b) Fungsi.
Pengawas madrasah mempunyai fungsi melakukan:
Penyusunan program pengawasan di bidang akademik
dan manajerial
Pembinaan dan pembangunan madrasah
Pembinaan, pembimbingan, dan pengembangan profesi
guru madrasah
Pemantauan standar nasional pendidikan
Penilaian hasil program pengawasan
Pelaporan pelaksanaan tugas kepengawasan
Pengawas PAIS mempunyai fungsi melakukan:
Penyusunan program pengawasan PAI
Pembinaan, pembimbingan, dan pengembangan profesi
GPAI
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
101
Pemantauan standar nasional PAI
Penilaian hasil pelaksanaan program pengawasan
Pelaporan pelaksanaan tugas kepengawasan
c) Tanggung jawab. Pengawas madrasah bertanggung jawab
terhadap peningkatan kualitas perencanaan, proses, dan hasil
pendidikan di RA, MI, MTs, MA, dan MAK. Sedangkan
pengawas PAIS bertanggung jawab terhadap peningkatan
kualitas perencanaan, proses, dan hasil pendidikan PAI di TK,
SD/SDLB, SMP/SMPLB, SMA/SMALB, dan SMK
d) Wewenang.
Pengawas madrasah berwenang untuk:
Memberikan masukan, saran, dan bimbingan dalam
penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi program
pendidikan kepada kepala madrasah, kepala kantor
kementerian agama tingkat kabupaten atau provinsi
Memantau dan menilai kinerja kepala madrasah serta
merumuskan saran dan tindak lanjut yang diperlukan
Melakukan pembinaan kepada pendidik dan tenaga
kependidikan di madrasah
Memberikan pertimbangan dalam penilaian
pelaksanaan tugas dan penempatan kepala madrasah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
102
serta guru kepada kepala kantor kementerian agama
tingkat kabupaten
Pengawas PAIS berwenang untuk:
Memberikan masukan, saran, dan bimbingan dalam
penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi program
pembelajaran PAI kepada kepala sekolah dan instansi
yang membidangi urusan pendidikan di tingkat
kabupaten
Memantau dan menilai kinerja GPAI serta merumuskan
saran dan tindak lanjut yang diperlukan
Melakukan pembinaan kepada GPAI
Memberikan pertimbangan dalam penilaian
pelaksanaan tugas GPAI kepada pejabat yang
berwenang
Memberikan pertimbangan dalam penilaian
pelaksanaan tugas dan penempatan GPAI kepada
kepala sekolah dan pejabat yang berwenang3
Di atas telah disebutkan tentang tugas, fungsi, tanggung jawab
dan wewenang pengawas madrasah dan pengawas PAIS berdasarkan
PP dan PERMENAG. Sedangkan lingkup kerja supervisor secara
3 PERMENAG No 2 Tahun 2012 Dan No 31 Tahun 2013 Bab 2 dan 3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
103
lebih rinci berdasarkan hasil wawancara kepada para supervisor yang
juga mengambil dari PP dan PERMENAG adalah sebagai berikut:
b. Lingkup kerja pengawas satuan pendidikan atau pengawas madrasah
antara lain:
1) Penyusunan program pengawasan satuan pendidikan
a) Setiap pengawas satuan pendidikan baik secara berkelompok
maupun secara perorangan wajib menyusun rencana program
pengawasan. Program pengawasan terdiri atas: program
pengawasan tahunan, program pengawasan semester, dan
rencana kepengawasan manajerial (RKM).
b) Program pengawasan tahunan pengawas satuan pendidikan
disusun oleh kelompok pengawas satuan pendidikan di
kabupaten/kota melalui diskusi terprogram.
c) Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis
operasional kegiatan yang dilakukan oleh setiap pengawas
sekolah pada setiap sekolah binaannya. Program tersebut
disusun sebagai penjabaran atas program pengawasan
tahunan di tingkat kabupaten/kota.
d) Rencana Kepengawasan Manajerial (RKM) merupakan
penjabaran dari program semester yang lebih rinci dan
sistematis sesuai dengan aspek/masalah prioritas yang harus
segera dilakukan kegiatan supervisi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
104
e) Program tahunan, program semester, dan RKM sekurang-
kurangnya memuat aspek/masalah, tujuan, indikator
keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik supervisi),
skenario kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian
dan insrumen pengawasan. Untuk lebih lengkapnya terdapat
di lampiran.
2) Melaksanakan Pembinaan
a) Kegiatan supervisi kegiatan manajerial meliputi pembinaan
dan pemantauan pelaksanaan manajemen sekolah merupakan
kegiatan dimana terjadi interaksi langsung antara pengawas
satuan pendidikan dengan kepala sekolah dan tenaga
kependidikan lainnya. Kegiatan ini dilaksanakan di sekolah
binaan.
b) Pelaksanaan pembinaan dengan menggunakan format dan
instrumen yang ditentukan oleh dinas pendidikan di
kabupaten/kota bersangkutan.
3) Melaksanakan Pemantauan Pelaksanaan SNP
a) Kegiatan supervisi pemantauan meliputi pemantauan dan
pembinaan pelaksanaan SNP (standar isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian4)
4 SISDIKNAS No 20 Tahun 2003 Bab IX Pasal 35
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
105
b) pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan
berkala. merupakan kegiatan dimana terjadi interaksi
langsung antara pengawas satuan pendidikan dengan kepala
sekolah dan tenaga kependidikan lainnya. Kegiatan ini
dilaksanakan di sekolah binaan.
c) Pelaksanaan pembinaan dengan menggunakan format dan
instrumen yang ditentukan oleh dinas
4) Melaksanakan Penilaian Kinerja
a) Kegiatan peniaian kinerja kepala sekolah merupakan kegiatan
untuk mengukur keberhasilan kepala sekolah dalam
melaksanakan tugas manajerial maupun akademik. Kegiatan
ini dilaksanakan di sekolah binaan.
b) Pelaksanaan penilaian menggunakan format dan instrumen
yang ditentukan oleh dinas pendidikan di kabupaten/kota
bersangkutan.
5) Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan
a) Setiap pengawas membuat laporan dalam bentuk laporan per
sekolah dari seluruh sekolah binaan. Laporan ini lebih
ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir
kegiatan pengawasan sekolah yang telah dilaksanakan pada
setiap sekolah binaan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
106
b) Penyusunan laporan oleh pengawas merupakan upaya untuk
mengkomunikasikan hasil kegiatan atau keterlaksanaan
program yang telah direncanakan.
6) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas
kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya.
a) Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas kepala
sekolah dan tenaga kependidikan lainnya dilaksanakan paling
sedikit 3 (tiga) kali dalam satu semester secara berkelompok
yang diselenggarakan oleh MKKS atau KKKS.
b) Kegiatan dilaksanakan terjadwal baik waktu maupun jumlah
jam yang diperlukan untuk setiap kegiatan sesuai dengan
tema atau jenis keterampilan atau kompetensi yang akan
ditingkatkan.
c) Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas dapat
dilakukan melalui workshop, seminar, observasi, individual
dan group conference, bimbingan teknis serta kunjungan
sekolah melalui supervisi manajerial5.
c. Lingkup kerja pengawas mata pelajaran atau pengawas kelompok
mata pelajaran yang dalam hal ini adalah pengawas PAIS antara lain:
1) Penyusunan program pengawasan mata pelajaran atau kelompok
mata pelajaran
5
Drs, Sunoto, H. Noer Matloeb, M.Si, Drs. H. Ali Said, M.Pd, Dan Drs. Fuad, M.Pd.I,
Wawancara , Jombang, 09 Juni 2014, 02 September 2014, 10 Februari 2015, Dan 30 April 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
107
a) Setiap pengawas PAIS baik secara berkelompok maupun
secara perorangan wajib menyusun rencana program
pengawasan. Program pengawasan terdiri atas (1) program
pengawasan tahunan, (2) program pengawasan semester, dan
(3) rencana kepengawasan akademik (RKA).
b) Program pengawasan tahunan pengawas PAIS disusun oleh
kelompok pengawas PAIS di kabupaten/kota melalui diskusi
terprogram.
c) Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis
operasional kegiatan yang dilakukan oleh setiap pengawas
mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran pada setiap
sekolah dimana guru binaannya berada. Program tersebut
disusun sebagai penjabaran atas program pengawasan
tahunan di tingkat kabupaten/kota.
d) Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) merupakan
penjabaran dari program semester yang lebih rinci dan
sistematis sesuai dengan aspek/masalah prioritas yang harus
segera dilakukan kegiatan supervisi.
e) Program tahunan, program semester, dan RKA sekurang-
kurangnya memuat aspek/masalah, tujuan, indikator
keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik supervisi),
skenario kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
108
dan insrumen pengawasan6. Untuk lebih lengkapnya terdapat
di bagian lampiran
Program tahunan, program semester, dan RKA yang
dibuat oleh masing-masing pengawas PAIS disesuaikan dengan
sekolah binaannya, sehingga isinya bisa berbeda-beda tetapi
sekurang-kurangnya memuat aspek/masalah, tujuan, indikator
keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik supervisi), skenario
kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian dan insrumen
pengawasan. Kalaupun ada penambahan adalah disesuaikan
dengan sekolah binaan masing-masing pengawas.
2) Melaksanakan Pembinaan, Pemantauan dan Penilaian
a) Kegiatan supervisi akademik meliputi pembinaan dan
pemantauan pelaksanaan standar isi, standar proses, standar
penilaian dan standar kompetensi lulusan merupakan
kegiatan dimana terjadi interaksi langsung antara pengawas
mata pelajaran dengan GPAI. Dalam hal ini pengawas PAIS
bisa langsung menemui GPAI di sekolah binaan atau juga
bertemu di luar lingkungan sekolah binaan yang mana sudah
disepakati bersama. Sehingga pelaksanaan supervisi di
Jombang tidak terbatas di lingkungan sekolah binaan saja
6
Drs, Sunoto, H. Noer Matloeb, M.Si, Drs. H. Ali Said, M.Pd, Dan Drs. Fuad, M.Pd.I,
Wawancara , Jombang, 09 Juni 2014, 02 September 2014, 10 Februari 2015, Dan 30 April 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
109
b) Melaksanakan penilaian adalah menilai kinerja guru dalam
merencanakan, melaksanakan dan menilai proses
pembelajaran7.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti, pada
poin a) dapat peneliti sebutkan bahwa supervisor menggunakan
salah satu tipe supervisi yakni tipe artistik karena yang
menentukan tempat pelaksanaan supervisi adalah supervisor dan
GPAI. Tidak terbatas mengikuti aturan atau instruksi dari
supervisor. Di sini terlihat bahwa sikap supervisor yang bertindak
seperti mitra kerja membuat GPAI merasa aman tidak tertekan
sehingga lebih mudah dalam menyampaikan segala keluhan atau
permasalahan GPAI.
Kemudian dalam poin b) supervisor melakukan penilaian
kepada guru tentang kinerjanya. Penilaian ini memang perlu
dilakukan kerena dengan penilaian inilah supervisor dapat
mengetahui kurang lebihnya guru sehingga dapat menentukan
langkah selanjutnya untuk guru tersebut, baik itu memberi pujian
atau penghargaan dan bahkan memberi bimbingan atau pelatihan.
Dan hal-hal yang menjadi list dalam penilaian ini adalah:
mengenal karakteristik peserta didik, menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, pengembangan
7
Drs, Sunoto, H. Noer Matloeb, M.Si, Drs. H. Ali Said, M.Pd, Dan Drs. Fuad, M.Pd.I,
Wawancara , Jombang, 09 Juni 2014, 02 September 2014, 10 Februari 2015, Dan 30 April 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
110
kurikulum, dan lain-lain. Untuk lebih lengkapnya terdapat
terdapat di bagian lampiran8.
3) Menyusun Laporan Pelaksanaan Program Pengawasan
a) Setiap pengawas membuat laporan dalam bentuk laporan per
sekolah dari seluruh sekolah binaan. Laporan ini lebih
ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir
kegiatan pengawasan sekolah yang telah dilaksanakan pada
setiap sekolah binaan.
b) Penyusunan laporan oleh pengawas merupakan upaya untuk
mengkomunikasikan hasil kegiatan atau keterlaksanaan
program yang telah direncanakan.
c) Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan
dilakukan oleh setiap pengawas dengan segera setelah
melaksanakan pembinaan, pemantauan atau penilaian.
Laporan ini dipertanggungjawabkan setiap bulan. Akan
tetapi dievaluasi setiap tahun, sehingga ketika rapat kerja yang
pelaksanaannya 1 tahun sekali berisi tentang evaluasi laporan
hasil pelaksanaan program serta merencanakan program untuk
tahun depan.
Menurut peneliti, laporan yang dipertanggung jawabkan
setiap bulan ini lebih baik dari pada tidak ada laporan setiap bulan
8 Analisis Peneliti Berdasarkan Hasl Wawancara dan Observasi pada Tanggal 09 Juni 2014, 02
September 2014, 10 Februari 2015, dan 30 April 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
111
atau laporan hanya dibahas 1 tahun sekali. Tetapi kelemahan dari
laporan setiap bulan ini adalah tidak ada evaluasi, evaluasinya
menunggu 1 tahun dan hal itu jelas kurang efektif apalagi jika
terdapat masalah yang harus cepat dicarikan solusinya. Oleh
karena itu supervisor tidak harus menunggu 1 tahun untuk
mengevaluasinya, supervisor hendaknya berinisiatif sendiri untuk
mengevaluasi dan memecahkan masalah yang ada. Meskipun
ketika rapat tahunan laporan tersebut dievaluasi ulang.
Meskipun peneliti mempunyai data-data atau dokumen
terkait penilaian dan program akan tetapi di dalamnya tidak
terdapat hasil dari penilaian dan program tetapi hanya formatnya
saja karena hasil dari penilaian dan program tersebut atau laporan
pelaksanaan program supervisi bersifat rahasia9
4) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru.
a) Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru
dilaksanakan paling sedikit 3 (tiga) kali dalam satu semester
secara berkelompok di MGMP atau KKG.
b) Kegiatan ini dilaksanakan terjadwal baik waktu maupun
jumlah jam yang diperlukan untuk setiap kegiatan sesuai
dengan tema atau jenis keterampilan dan kompetensi yang
akan ditingkatkan. Dalam pelatihan ini diperkenalkan kepada
9 Analisis Peneliti Berdasarkan Hasil Wawancara dan Observasi pada Tanggal 09 Juni 2014, 02
September 2014, 10 Februari 2015, dan 30 April 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
112
guru cara-cara baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan
suatu proses pembelajaran/ pembimbinan.
c) Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru ini
dapat dilakukan melalui workshop, seminar, observasi,
individual dan group conference, serta kunjungan kelas10
.
Pada bab 3 (deskripsi objek penelitian) poin kualifikasi
telah disebutkan bahwa tidak semua pengawas PAI berasal dari
jurusan PAI atau pernah menjadi guru PAI, tetapi ketika
pelaksanaan MGMP atau KKG PAI yang bertugas adalah
pengawas yang dulunya adalah GPAI atau berlatar pendidikan
PAI dan kepala kementerian agama kabupaten/kota, hal ini sesuai
dengan PERMENAG no 16 tahun 2010 pasal 17 ayat 3. Dan jika
diperlukan, pelaksanaan bimbingan dan pelatihan ini juga
melibatkan atau memanggil tenaga ahli sesuai dengan tema yang
dibahas.11
Berdasarkan hasil wawancara serta observasi dokumen
tertulis, pada poin 4) ini peneliti dapt menyimpulkan bahwa tenik
supervisi yang digunakan oleh supervisor KEMENAG Jombang
adalah kondisional yang artinya kadang menggunakan teknik
10
Drs, Sunoto, H. Noer Matloeb, M.Si, Drs. H. Ali Said, M.Pd, Dan Drs. Fuad, M.Pd.I,
Wawancara , Jombang, 09 Juni 2014, 02 September 2014, 10 Februari 2015, Dan 30 April 2015 11
Drs, Sunoto, H. Noer Matloeb, M.Si, Drs. H. Ali Said, M.Pd, Dan Drs. Fuad, M.Pd.I,
Wawancara , Jombang, 09 Juni 2014, 02 September 2014, 10 Februari 2015, Dan 30 April
2015dan PERMENAG No 16 Tahun 2010 Pasal 17 Ayat 3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
113
individual kadang menggunakan teknik kelompok sesuai dengan
kebutuhan, situasi, dan kondisi12
.
d. Pelaksanaan supervisi GPAI di lingkungan KEMENAG Jombang
terkait teori umum supervisi
Di atas telah disebutkan tentang TUPOKSI serta lingkup kerja
pengawas tetapi belum menyebutkan secara khusus bagaimana
pelaksanaan supervisi GPAI di lingkungan KEMENAG Jombang jika
dikaitkan dengan teori supervisi yang meliputi pengertian, tujuan,
fungsi, prinsip, teknik, dan tipe supervisi guru PAI. Di sini peneliti
akan memaparkan bagaimana pelaksanaan supervisi GPAI di
Jombang berdasarkan hasil wawancara, dokumen, dan observasi jika
dikaitkan dengan teori supervisi.
1) Pengertian supervisi. Menurut supervisor Jombang supervisi adalah
membina, memonitoring, mengarahkan, dan mengevaluasi13
.
Hal ini sesuai dengan pengertian supervisi pada umumnya
hanya saja menggunakan istilah yang lebih singkat sehingga
memudahkan pemahaman para supervisor sendiri serta orang lain
yang mendengarkan. Telah disebutkan di dalam bab 2 tesis ini
tentang berbagai pengertian supervisi dari berbagai sumber atau
tokoh tetapi memang pada dasarnya pengertian dari supervisi
12
Analisis Peneliti Berdasarkan Hasl Wawancara dan Observasi pada Tanggal 09 Juni 2014, 02
September 2014, 10 Februari 2015, dan 30 April 2015 13
Drs, Sunoto, H. Noer Matloeb, M.Si, Drs. H. Ali Said, M.Pd, Dan Drs. Fuad, M.Pd.I,
Wawancara , Jombang, 09 Juni 2014, 02 September 2014, 10 Februari 2015, Dan 30 April 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
114
adalah seperti yang difahami oleh supervisor Jombang yakni
membina, memonitoring, mengarahkan, dan mengevaluasi. Para
supervisor Jombang tidak paten menggunakan pengertian supervisi
yang lama yaitu supervisi yang lebih kepada inspeksi atau mencari-
cari kesalahan bawahan yang menurut peneliti terkesan kurang
bersahabat dan bisa menghambat kesuksesan pelaksanaan
supervisi.
2) Tujuan dari supervisi menurut supervisor Jombang adalah
membantu guru menjadi lebih baik. Membantu guru menjadi lebih
baik ini sangatlah umum dan prakteknya secara khusus inilah yang
dilakukan oleh supervisor, contoh membantu guru dalam
menyelesaikan masalah atau keluhannya yang berhubungan dengan
pendidikan atau pembelajaran, memberi materi kurikulum,
memberi materi tentang pembelajaran, menilai kinerja guru yang
dilakukan setiap tahun sehingga supervisor bisa memberi masukan
serta solusi, memberi motivasi kepada guru untuk lebih kreatif dan
lain-lain14
.
Jika melihat hal tersebut maka antara tujuan supervisor
Jombang dengan tujuan supervisi pada umumnya adalah sama
meskipun tujuan dari supervisi menurut berbagai tokoh sangat
banyak akan tetapi semua tujuan yang telah dikemukakan oleh para
14
Drs, Sunoto, H. Noer Matloeb, M.Si, Drs. H. Ali Said, M.Pd, Dan Drs. Fuad, M.Pd.I,
Wawancara , Jombang, 09 Juni 2014, 02 September 2014, 10 Februari 2015, Dan 30 April 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
115
tokoh pada dasarnya adalah sama yakni membantu guru dalam
menjalankan tugasnya demi tercapainya tujuan pendidikan serta
menjadikan guru sebagai pribadi yang lebih baik.
3) Fungsi dari supervisi menurut supervisor Jombang adalah mitra
atau partner, meskipun tidak semua supervisor sependapat dalam
hal ini yang artinya ada supervisor yang bertugas layaknya
pengawas atau sebagai atasan.15
Fungsi yang dimaksud oleh supervisor di sini mungkin
lebih kepada fungsi supervisor terkait dengan kedudukan, sehingga
supervisor menyebutkan bahwa fungsinya adalah sebagai mitra
atau partner meskipun tidak semuanya seperti itu. Dan jika
dibandingkan dengan fungsi supervisi secara teori maka tidak
ditemukan persamaannya kecuali jika jawaban dari supervisor
diambil intisarinya yakni fungsi supervisi adalah membantu
tercapainya tujuan pendidikan dengan cara antara supervisor dan
guru menjadi mitra atau partner sehingga memudahkan supervisor
membantu guru dalam merealisasikan tugasnya. Dan jika dilihat
dari intisari tersebut maka antara fungsi supervisi menurut
supervisor Jombang dengan fungsi supervisi menurut teori yang
sudah tertulis di bab 2 (kajian pustaka) adalah semakna.
15
Ibid
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
116
4) Prinsip supervisi yang dianut oleh supervisor Jombang antara lain:
supervisi bersifat pembimbingan, ada jalinan atau kemitraan atau
kerja sama yang baik antara supervisor dan guru akan tetapi tidak
semua supervisor Jombang menganut prinsip tersebut ada juga
yang bersifat pengawasan sebagaimana atasan dan bawahan tetapi
tetap ada pembinaan16
.
Hal ini juga sesuai dengan apa yang telah tertulis di bab 2
(kajian pustaka) meskipun tidak semuanya dianut akan tetapi
supervisor Jombang juga tidak menyalahi prinsip supervisi pada
umumnya. Pada prinsip yang digunakan oleh supervisor Jombang
yakni bersifat pembimbingan serta kemitraan yang baik sangat
efektif dalam membantu guru menghadapi masalahnya terkait
dengan pendidikan dan pengajaran. Komunikasi antara guru dan
supervisor bersifat santai dan akrab akan tetapi tidak mengurangi
kinerja masing-masing yang artinya tidak membuat guru menjadi
menyepelekan tugasnya karena merasa sudah dekat dengan
supervisor serta tidak takut mendapat nilai yang jelek. Begitu pula
supervisor, yakni keakrabannya dengan guru tidak lantas
membuatnya pilih kasih karena supervisor tetap dituntut obyektif
serta menilai sesuai dengan kenyataan dan data yang ada bukan
berdasarkan hubungan atau kedekatan personal. Karena kedekatan
16
Drs, Sunoto, H. Noer Matloeb, M.Si, Drs. H. Ali Said, M.Pd, Dan Drs. Fuad, M.Pd.I,
Wawancara , Jombang, 09 Juni 2014, 02 September 2014, 10 Februari 2015, Dan 30 April 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
117
antara guru dan supervisor ini jugalah yang menyebabkan
pelaksanaan supervisi dalam hal waktu dan tempat bisa diatur
sesuai kesepakatan bersama dan terbuka
5) Teknik dan tipe di sini dijadikan satu oleh peneliti karena teknik
dan tipe supervisi yang dilaksanakan di KEMENAG Jombang
bersifat kondisional sesuai dengan permasalahan yang ada pada
GPAI dan di sekolah binaan masing-masing yang menurut para
supervisor berbeda-beda. Akan tetapi teknik yang digunakan tidak
lepas dari teknik individual dan kelompok, hal ini diketahui peneliti
berdasarkan jawaban supervisor yang menyatakan bahwa ada
kalanya supervisor mengumpulkan para GPAI di suatu tempat di
luar lingkungan sekolah dan ada kalanya pula supervisor
mendatangi GPAI di sekolah. Sedangkan untuk tipe yang
digunakan oleh supervisor Jombang, sebagaimana di sebutkan di
atas bahwa tipe yang dgunakan adalah kondisional, dan
berdasarkan data lain yang diperoleh peneliti diketahui bahwa
memang ada kalanya supervisor menggunakan tipe demokratis, ada
kalanya juga inspeksi, artistik, klinis, dan laisses faire. Tipe-tipe
tersebut digunakan oleh supervisor berdasarkan situasi dan
kondisi17
.
17
Ibid
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
118
Di sini diketahui bahwa teknik dan tipe supervisi yang
dilaksanakan di Jombang tidak bertentangan dengan teori supervisi
pada umumnya dan bahkan menggunakannnya meskipun tidak
jelas mana yang dipakai secara pasti dikarenakan penggunaan
teknik dan tipe sesuai dengan situasi dan kondisi. Peneliti setuju
dalam hal ini, yang mana teknik dan tipe tidak berdasar pada satu
macam saja sehingga adanya supervisi menjadi tepat sasaran.
Seandainya teknik dan tipe yang digunakan adalah satu misalnya
tipe inspeksi dan teknik individual saja maka hal ini belum tentu
sesuai atau tepat sasaran. Seandainya tipe yang digunakan adalah
inspeksi saja maka hal ini akan membuat guru tidak nyaman karena
diliputi ketakutan, selain itu supervisor juga bisa tidak
mendapatkan info tentang apa sebenarnya masalah guru atau apa
yang dibutuhkan guru, dan jika supervisor tidak tahu maka
bagaimana supervisor akan mampu membantu guru atau apa yang
akan dibina dan dibimbing kalau supervisor tidak tahu keluhan dan
kebutuhan guru. Kemudian jika teknik yang digunakan adalah
tenik individual saja, mengingat bahwa 1 supervisor bertugas di
beberapa madrasah dan beberapa sekolah yang tidak sedikit dan
bila setiap pelaksanaan supervisi dilakukan secara indivual bukan
tidak mungkin ada madrasah atau guru yang tidak sempat
disupervisi karena terbatasnya waktu dan tenaga. Lain hal nya jika
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
119
supervisor juga melaksanakan teknik supervisis kelompok, maka
jelas hal ini akan menjadi solusi terhadap terbatasnya waktu dan
tenaga supervisor. Tetapi perlu diingat bahwa supervisor harus
benar-benar tahu harus mengguanakan tipe dan teknik apa agar
sesuai dengan sasaran dan tujuan dapat tercapai dengan baik18
.
e. Kendala supervisi GPAI di lingkungan KEMENAG Jombang
Satu hal lagi yang tidak boleh dilewatkan adalah kendala, yang
dalam hal ini penulis juga memasukkan kelemahan. Artinya poin ini
membahas tentang kendala dan kelemahan supervisi GPAI di
lingkungan KEMENAG Jombang. Menurut beberapa supervisor,
pelaksanaan supervisi di Jombang mempunyai kendala dan kelemahan
akan tetapi ada juga supervisor yang menyebutkan bahwa tidak ada
kendala di dalam pelaksanaan supervisi.
Dan kendala dan kelemahan supervisi menurut beberapa
supervisor yaitu:
1) Belum mempunyai pengawas yang ahli atau mumpuni di bidang
PAI
2) Pengawas mendapatkan beban tugas yang terlalu banyak yakni 7-
20 madrasah serta puluhan GPAI
3) Kepala sekolah kurang menghargai pengawas PAI, lebih
mendahulukan pengawas umum atau dari KEMENDIKNAS
18
Analisis peneliti berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan kajian teori
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
120
4) Supervisor tidak tahu apa yang harus dilakukan kecuali pengawas
yang kreatif
5) Pengawas GPAI tidak bisa leluasa ke sekolah terlebih apabila
GPAI di sekolah tersebut tidak terdata di KEMENAG19
Berdasarkan analisis peneliti terhadap hasil wawancara,
observasi, dan dokumen, maka peneliti dapat menyebutkan bahwa:
Dalam sub bab ini, point 1) menyebutkan bahwa KEMENAG
belum mempunyai pengawas yang ahli di bidang PAI yang di maksud
di sini adalah meskipun menjadi supervisor agama yakni bertugas di
madrasah dan GPAI, akan tetapi tidak semua supervisor tersebut
berasal dari jurusan agama, banyak juga yang berasal dari jurusan
umum. Hal ini dikarenakan di dalam PERMENAG tidak
mensyaratkan pengawas pendidikan agama berasal dari jurusan agama.
Hal ini menyebabkan pengawas yang berasal dari jurusan umum
melaksanakan supervisi di madrasah dan GPAI semampunya karena
memang bukan bidangnya. Dalam hal ini pengawas tidak bisa
disalahkan akan tetapi sangat lebih baik jika pengawas pendidikan
agama juga belajar lagi sehingga dapat benar-benar membantu GPAI
dengan sebaik-baiknya.
19
Drs, Sunoto, H. Noer Matloeb, M.Si, Drs. H. Ali Said, M.Pd, Dan Drs. Fuad, M.Pd.I,
Wawancara , Jombang, 09 Juni 2014, 02 September 2014, 10 Februari 2015, Dan 30 April 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
121
Pada poin 2) disebutkan bahwa supervisor kebanyakan tugas.
Dan kebanyakan tugas ini bisa menyebabkan pelaksanaan supervisi di
tiap madrasah maupun di sekolah menjadi tidak optimal sampai-sampai
tidak semua sekolah disupervisi tiap bulan meskipun pengawas setiap
hari melakukan tugas supervisi baik di madrasah maupun di sekolah
dan bahkan di kantor KEMENAG. Oleh karena itu supervisor harus
benar-benar kreatif dan pandai memanfaatkan waktu sehingga semua
tugasnya dapat terlaksana dengan baik.
Pada poin 3) yang menyatakan bahwa kepala sekolah lebih
mendahulukan pengawas KEMENDIKNAS dari pada pengawas PAI
atau KEMENAG memang sangat berpengaruh terhadap kesuksesan
pelaksanaan supervisi. Akan tetapi tidak semua kepala sekolah seperti
itu, banyak juga kepala sekolah yang menerima pengawas PAIS
dengan tangan terbuka. Meskipun begitu memang perlu adanya
pengertian kepada kepala sekolah terkait tugas, fungsi, dan wewenang
pengawas PAIS sehingga pengawas PAIS tidak dipandang sebelah
mata di sekolah binaannya. Dengan pengertian itu sangat mungkin
bahwa pengawas PAIS akan diterima dengan baik oleh pihak sekolah
sebagaimana pengawas dari KEMENDIKNAS yang selanjutnya
pelaksanaan supervisi GPAI berjalan dengan baik.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
122
Pada poin 4) ini lebih kepada bagaimana pengawas menanggapi
permasalahan yang terjadi di madrasah dan sekolah binaannya. Jika
ada pengawas yang tidak tahu harus berbuat apa mungkin karena
masalah yang dihadapi tidak sesuai dengan keahliannya. Di sini
supervisor memang dituntut untuk kreatif dan jika tidak mampu maka
harus belajar lagi. Karena supervisor adalah tempat menyampaikan
masalah atau keluhan guru dan tempat bertukar fikiran atau sebagai
mitra senior dari guru. Jika supervisornya saja tidak mampu bagaimana
gurunya menghadapi masalah yang menimpanya. Kalau seperti ini
maka supervisor hanya sebatas jabatan tanpa fungsi. Padahal menurut
guru supervisor adalah orang yang dianggap lebih ahli dari pada
mereka.
Pada poin 5) hampir sama dengan poin 3) hanya saja yang
menjadi pembahasan di sini lebih khusus pada GPAI. Banyak GPAI
yang datanya belum masuk di KEMENAG atau supervisor PAIS.
Sehingga supervisor juga tidak mampu melakukan apa-apa yakni tidak
bisa melakukan supervisi terhadap guru tersebut. Akan tetapi meskipun
tidak terdata, GPAI tetap bisa mengikuti pelaksanaan supervisi selama
tidak dilaksanakan di sekolah. Karena di lingkungan sekolah pengawas
PAIS tidak bisa mensupervisi GPAI yang tidak terdata, dengan kata
lain supervisor tidak punya hak terhadap GPAI di sekolah tersebut.
Dalam hal ini perlu sekali diberi pengetahuan atau pemberitahuan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
123
terhadap pihak sekolah bahwa supervisi tidak hanya dari pengawas
KEMENDIKNAS akan tetapi ada juga supervisi GPAI yang dilakukan
oleh pengawas KEMENAG. Sehingga antara kedua belah pihak dapat
bekerja sama dengan baik demi tercapainya tujuan pendidikan.
2. Problematika guru PAI di kabupaten Jombang
Problematika yang dimaksud di sini adalah problematika yang
dihadapi oleh para guru PAI di kabupaten Jombang yang terkait dengan
bidang tugasnya. Untuk pembahasan ini peneliti menggunakan
wawancara sebagai teknik pengumpulan datanya, karena peneliti tidak
menyebutkan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah untuk
kepentingan penelitian akan tetapi sebatas sharing sesama GPAI yang
mana peneliti sendiri adalah GPAI baru di salah satu sekolah swasta yang
mana masih belum banyak memiliki pengalaman mengajar PAI di
sekolah.
Wawancara dilakukan dengan 2 cara, cara yang pertama tidak
bertemu secara langsung yakni melalui teknologi masa kini handphone
dan facebook dan cara yang kedua bertemu secara langsung atau face to
face ketika ada perkumpulan GPAI, yakni MGMP PAI se kabupaten
Jombang dan lomba keagamaan antar sekolah.
Akan tetapi dalam hal mengumpulkan data tentang problematika
GPAI Jombang, peneliti tidak hanya wawancara kepada GPAI tapi juga
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
124
melakukan wawancara kepada para supervisor PAIS Jombang. Sehingga
data yang diperoleh berasal dari GPAI dan supervisor PAIS.
Berikut hasil wawancara terkait problematika yang dihadapi GPAI
Jombang dengan pertanyaan:
Untuk guru : selama menjadi GPAI, problematika/masalah apa
saja yang Anda hadapi terkait profesi menjadi
GPAI?
Untuk supervisor : problematika apa saja yang dimiliki oleh GPAI
yang Bapak bina berdasarkan pengamatan Bapak
sebagai supervisor dan berdasarkan keluhan atau
sharing dari GPAI yang Bapak bina?
Dan hasil dari pertanyaan di atas menyebutkan bahwa
problematika GPAI Jombang yaitu:
Jawaban dari supervisor: GPAI bukan dari jurusan PAI, GPAI
menggunakan pola pikir yang lama seperti ceramah, TPP, dan dekadensi
akhlak siswa. Sedangkan jawaban dari GPAI yaitu: GPAI kurang
mewarnai prilaku siswa, kompetensi GPAI belum maksimal, TPP,
praktek keagamaan, dekadensi akhlak siswa.
Berdasarkan jawaban dari supervisor dan GPAI di atas maka dapat
disebutkan bahwa problematika GPAI yaitu:
a. Kompetensi GPAI belum maksimal
b. GPAI bukan dari jurusan PAI
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
125
c. GPAI kurang mewarnai prilaku siswa
d. GPAI menggunakan pola pikir lama, misalnya ceramah
e. TPP
f. Praktek keagamaan
g. Dekadensi akhlak siswa20
Keterangan:
Keterangan ini merupakan analisis peneliti berdasarkan hasil
wawancara, observasi,serta pengalaman peneliti (kenyataan lapangan)
a. Kompetensi GPAI belum maksimal yang dimaksud di sini adalah
yang dikarenakan pembinaan pengawas belum optimal yakni hanya
monitoring saja. Akan tetapi guru yang menyatakan bahwa
pembinaan dari pengawas belum optimal hanya monitoring saja
tidaklah banyak, yang mana hanya bersifat kasuistik.
Ketika peneliti melakukan depth interview diketahui bahwa
guru-guru yang menyatakan hal ini ternyata kurang berkomunikasi
dengan supervisornya. Guru tidak mengeluhkan atau tidak
memberitahu permasalahan yang dihadapi terkait dengan bidang
tugasnya dan pengawas sendiri posisinya juga tidak tahu kalau
guru tersebut bermasalah, semua terlihat baik-baik saja
berdasarkan penilaian supervisor. Dan jika supervisor berprasangka
bahwa GPAI di sekolah binaannya sudah ahli, maka untuk apa
20
Gpai Jombang, Wawancara, Jombang, 19 Agustus 2014, 30 September 2014, 3-4 April 2015,
Drs, Sunoto, H. Noer Matloeb, M.Si, Drs. H. Ali Said, M.Pd, Dan Drs. Fuad, M.Pd.I, Wawancara
, Jombang, 09 Juni 2014, 02 September 2014, 10 Februari 2015, Dan 30 April 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
126
dilakukan pembinaan yang mana nanti bisa menjadikan guru-guru
itu bosan karena mendengarkan sesuatu yang sudah difahami dan
dikuasai.
Hal tersebut bisa terjadi karena guru takut kepada pengawas
takut mendapat nilai jelek dikarenakan banyak keluhan atau
pertanyaan yang nantinya berakibat kurang baik dalam penilaian
yang mungkin bisa berujung pada tidak mendapatkan tunjangan
atau kenaikan pangkat. Tetapi ada juga guru yang menganggap
pengawas adalah mitra senior yang menjadi tempat bertukar fikiran
menghadapi permasalahan di dunia pendidikan khususnya PAI
tanpa takut akan mendapat nilai yang jelek.
Berdasarkan permasalahan di atas, solusi yang ditawarkan
oleh peneliti adalah antara GPAI dan supervisor hendaknya menjadi
mitra bukan sebagai atasan dan bawahan yang menciptakan adanya
jarak dalam berkomunikasi terkait bidang tugasnya. Perlu adanya
penjelasan dari supervisor tentang tugas, fungsi, dan tanggung
jawabnya kepada GPAI. Selain itu juga penjelasan dan kesadaran
dari supervisor bahwa mereka adalah mitra yang mana sangat bisa
diajak sharing dalam menghadapi permasalahan-permasalahan di
dalam dunia pendidikan, bukan untuk ditakuti. Karena pada
kenyataannya ada pengawas yang memposisikan dirinya sebagai
mitra tetapi ada juga yang memposisikan dirinya sebagai pengawas
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
127
seperti atasan dan bawahan. Dan dengan pengawas yang
memposisikan dirinya sebagai atasan inilah yang membuat guru
menjadi takut sharing.
b. GPAI bukan dari jurusan PAI. Berdasarkan data yang diperoleh dari
supervisor, menyatakan bahwa tidak semua GPAI Jombang berlatar
pendidikan Fakultas Tarbiyah jurusan PAI. Biasanya GPAI ini
bertugas di sekolah swasta atau yayasan pribadi yang mana kadang
tidak mensyaratkan GPAI sesuai dengan aturan perundang-undangan
yakni dengan kualifikasi akademik pendidikan minimum diplomat
empat (D-IV) atau sarjana S1 program studi yang sesuai dengan
mata pelajaran yang diajarkan atau diampu. Seharusnya jika
seseorang itu menjadi guru PAI maka program studinya juga PAI
bukan program studi lainnya, seperti program studi yang ada dalam
Fakultas Syari’ah atau lainnya meskipun sama-sama bernuansa atau
membahas tentang agana Islam. Hal ini mungkin terlihat sebagai
masalah kecil akan tetapi tetap berpengaruh pada proses
pembelajaran, dikarenakan semasa di bangku kuliah GPAI tersebut
tidak mendapatkan ilmu tentang kependidikan agama Islam atau
ilmu menjadi GPAI. Selain bermasalah pada proses pembelajaran
juga berpengaruh pada kesejahteraan guru yang dalam hal ini adalah
tunjangan dan kepangkatan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
128
Solusi yang bisa ditawarkan oleh peneliti dalam hal ini adalah
lebih ditujukan kepada lembaga atau instansi yang mana mempunyai
hak sepenuhnya dalam merekrut guru. Hendaknya pihak sekolah
atau instansi benar-benar memilih guru mata pelajaran yang sesuai
dengan jurusan atau program studinya yang mana hal ini dapat
meminimalisir dan mungkin dapat menghilangkan masalah yang
nantinya timbul akibat tidak sesuainya jurusan dengan mata
pelajaran yang diampu. Dan bila pihak sekolah atau instansi tetap
merekrut guru mata pelajaran yang tidak sesuai dengan jurusannya,
peneliti yakin bahwa pihak sekolah sudah benar-benar memikirkan
untung rugi serta
c. GPAI kurang bisa mewarnai prilaku beragama siswa. Dalam hal ini
ada 2 kategori, yakni GPAI kurang bisa mewarnai prilaku beragama
siswa (1) karena dirinya sendiri dan (2) karena lingkungan. Untuk
GPAI yang kurang bisa mewarnai prilaku beragama siswa karena
dirinya sendiri adalah GPAI yang kompetensi kepribadian, sosial,
dan keagamaannya belum diketahui apakah guru tersebut
memilikinya atau tidak. Hal ini bisa diketahui seiring berjalannya
waktu seseorang itu menjadi GPAI.
Dunia pendidikan Islam mungkin pernah dipermalukan
karena adanya berita asusila atau tindak kriminal yang dilakukan
oleh GPAI, hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena beritanya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
129
menyebar luas di segala penjuru tetapi hal itu hanya bersifat
kasuistik yang mana di suatu daerah mungkin hanya 1 atau 2 orang
sehingga tidak diperbolehkan menganggap semua GPAI seperti itu.
Akan tetapi peneliti sendiri pernah menemukan bukti bahwa GPAI
tidak berpuasa ketika bulan Ramadlan padahal tidak sakit dan tidak
berhalangan lainnya, GPAI membaca al Qur’annya kurang lancar,
GPAI lebih suka bercengkrama dengan guru-guru lain dari pada
berjama’ah dengan murid-muridnya, dan lain-lain yang mana
peneliti belum melihatnya tetapi mungkin ada. Kalau melihat
fenomena-fenomena tersebut, bagaimana bisa prilaku beragama
siswa menjadi baik kalau orang yang seharusnya mereka contoh
dalam kebaikan memberikan contoh dalam kejelekan.
Kemudian kategori GPAI kurang bisa mewarnai prilaku
beragama siswa karena lingkungan adalah disebabkan lingkungan
yang tidak mendukung, yakni jam pelajaran GPAI yang sedikit
(bukan PNS) sehingga GPAI jarang bertemu dengan siswa dan
program yang dibuat oleh GPAI agar siswa menjadi lebih beragama
tidak berjalan maksimal. Terlebih jika tidak ada dukungan dari pihak
sekolah dan keluarga, maka GPAI akan semakin sulit menjalankan
tugasnya terkait prilaku beragama siswa.
Solusi yang bisa ditawarkan oleh peneliti untuk masalah
pertama, sebelum merekrut GPAI hendaknya diketahui terlebih
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
130
dahulu kompetensi-kompetensi yang dimiliki, apakah sudah lengkap
dan baik atau belum. Tetapi jika tidak bisa maka selama seseorang
itu menjadi GPAI hendaknya pihak sekolah benar-benar menilai
kinerjanya secara keseluruhan baik kompetensi sosial, kepribadian,
keagamaan, professional, dan paedagogiknya bukan hanya pada
perangkat pembelajaran. Setelah itu jika pihak sekolah menemukan
ada yang tidak sesuai maka harus tegas dalam memberi teguran atau
sanksi. Dan jika GPAI tersebut adalah PNS, maka pihak sekolah bisa
melaporkan dalam hal ini bisa kepada supervisor atau pengawas.
Sedangkan untuk solusi masalah ke dua, pihak sekolah dan
guru-guru mata pelajaran lain harus mendukung program GPAI demi
terciptanya prilaku beragama siswa yang baik, sehingga meskipun
GPAI tidak ada di sekolah program tetap berjalan. Selain itu guru-
guru lain juga memberikan contoh yang baik kepada siswa.
Kemudian pihak sekolah juga menjalin kerja sama dengan wali
murid untuk ikut mengawasi dan mendidik anaknya ketika tidak di
lingkungan sekolah.
d. GPAI menggunakan pola pikir lama, misalnya ceramah. Pada poin
ini biasanya terjadi pada GPAI yang sudah berumur atau masa
pensiun. Sehingga cara mengajar, teknik penilaian, dan lain-lain
dilakukan sesuai pengetahuannya terdahulu. Akan tetapi tidak semua
guru yang sudah berumur atau masa pensiun seperti ini, ada juga
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
131
guru yang memasuki masa pensiun tetapi masih kreatif dan inofatif,
masih mau belajar untuk menjadi lebih baik. Selain guru yang sudah
tua atau masa pensiun ada juga guru yang masih muda tetapi
menggunakan cara lama yang artinya guru ini kurang kreatif dan
inofatif. Sehingga peran pengawas sangat diperlukan di sini.
Solusi yang ditawarkan peneliti untuk masalah ini adalah
adanya pengawasan, pembinaan, dan penilaian yang konsisten dari
pengawas serta penyadaran kepada GPAI tentang pentingnya
menggunakan pola fikir baru yang kreatif dan inofatif demi
tercapainya tujuan pembelajaran agama Islam pada khususnya dan
tujuan pendidikan pada umumnya
e. TPP. TPP atau tunjangan penerimaan profesi atau lebih umumnya
tunjangan guru. Beberapa guru yang diwawancara menyatakan
bahwa GPAI dinomer duakan oleh KEMENAG maupun
KEMENDIKNAS. Hal ini pulalah yang menjadi salah satu alasan
GPAI takut kepada pengawas, jika banyak bertanya atau
menunjukkan kalau dia kurang mampu menghadapi masalahnya
(terkait bidang tugasnya) akan dinilai jelek.
Karena TPP ini ada guru yang melakukan manipulasi,
misalnya di RPP terlihat bahwa guru sangat kreatif padahal belum
tentu itu buatannya sendiri dan belum tentu juga dilaksanakan karena
pengawas tidak selalu mengawasi ketika proses pembelajaran terjadi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
132
Selain itu ada juga yang melakukan manipulasi karena adanya
beberapa syarat yang tidak dipenuhi, misalnya jumlah jam pelajaran.
Ada juga yang bermasalah dengan TPP karena basic pendidikannya
tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, misalnya GPAI
bukan dari S1 Fakultas Tarbiyah jurusan PAI tetapi S1 Fakultas
Syariah jurusan perbankan. Hal ini jelas akan mempersulitnya dalam
mendapatkan TPP.
Untuk masalah ini peneliti hanya mampu memberi saran
bukan solusi, karena berhubungan dengan kebijakan lembaga
pemerintah yakni Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan
Nasional. Saran yang dapat diberikan adalah sebisa mungkin GPAI
berusaha mematuhi segala prosedur terkait pemerolehan tunjangan
dengan jalan yang baik, sungguh-sungguh dan jujur. Kemudian tetap
berusaha menjadi guru yang lebih baik dengan belajar lagi atau
bertukar fikiran dengan pengawas tanpa takut dinilai jelek.
Menjadi guru adalah pekerjaan yang mulia bahkan disebut
sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, gaji tidak seberapa tetapi tugas
dan tanggung jawab yang diemban sangatlah besar. Peneliti
memahami hal tersebut, tetapi bukan berarti mengamini atau
menyetujui ketidak jujuran GPAI. GPAI adalah teladan bagi murid
dan juga teman sejawatnya, sehingga tetaplah berusaha menjadi
pribadi dan guru yang ideal karena tidak ada usaha yang sia-sia.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
133
f. Praktek keagamaan. Praktek keagamaan yang dimaksud di sini
adalah lebih kepada sholat dan baca tulis al Qur’an (BTQ). GPAI
yang mengajar di SLTP mungkin akan lebih mudah atau tidak
menganggap hal ini sebagai masalah yang besar, karena siswa masih
mudah untuk dibentuk dan diarahkan dan belum banyak terpengaruh
oleh kenakalan remaja. Tetapi hal ini juga tidak menjadi jaminan
bahwa praktek keagamaan siswa sesuai dengan yang diinginkan oleh
GPAI. Bagaimana hasilnya tetap tergantung cara guru, dukungan
dari sekolah, lingkungan, dan keluarga.
Di sini akan lebih membahas tentang problema GPAI terkait
praktek keagamaan yang terjadi di SLTA. Untuk anak baru, GPAI
pasti mencari tahu kemampuan siswanya agar dalam pembelajaran
selanjutnya guru lebih mudah mengidentifikasi mana yang harus
lebih diutamakan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Biasanya
guru mengetest wudlu, sholat dan BTQ siswa. Dalam hal sholat
mereka mampu melakukan gerakan-gerakan sholat dengan sedikit
kesalahan akan tetapi ketika diminta mengucapkan setiap bacaan
dari sholat banyak dari mereka yang tidak hafal secara keseluruhan,
rata-rata hafal bacaan al fatihah, ruku’ dan sujud, sedangkan yang
lainnya ada yang setengah-setengah ada yang sama sekali tidak
hafal. Hal ini banyak terjadi di kalangan siswa laki-laki, sedangkan
siswa perempuan rata-rata mampu melakukan gerakan sholat beserta
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
134
bacaannya. Ketika ditanya apakah mereka tidak pernah sholat(siswa
yang tidak hafal bacaan sholat), jawabannya beragam. Ada yang
menjawab sholat waktu kecil saja ada pula yang menjawab buat apa
sholat kalau orang tua saya juga tidak sholat.
Jika melihat fenomena di atas, jelas terlihat bahwa tugas
GPAI tidak hanya menyampaikan pelajaran di kelas akan tetapi juga
melatih hafalan dan praktek sholat siswa. Sehingga GPAI membuat
program khusus yang harus didukung oleh pihak sekolah dan
keluarga. Karena bagaimanapun juga ketika di sekolah siswa sudah
hafal dan mampu melakukan gerakan sholat tetapi ketika di rumah
siswa tidak pernah sholat, maka kemungkinan besar hafalannya juga
akan hilang seiring berjalannya waktu.
Begitu pula dengan masalah BTQ, banyak juga siswa yang
tidak bisa membaca dan menulis arab yang mana hal ini sangat
berpengaruh di dalam proses pembelajaran karena materi PAI tidak
lepas dari tulisan arab. Ada siswa yang sudah bisa membaca tapi
belum lancar, ada juga yang lancar tetapi tajwid dan makhrojnya
kurang benar, dan ada juga yang hanya bisa membaca huruf hijaiyah
satu-persatu seperti mengeja. Ketika ditanya ternyata jawabannya
sama dengan pertanyaan tentang sholat, yakni mereka hanya
membaca al Qur’an ketika di TPQ tapi ada pula yang tidak pernah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
135
belajar di TPQ dan tidak pernah membaca al Qur’an karena di rumah
tidak pernah diajari atau dibiasakan.
Di sini solusi yang bisa ditawarkan oleh peneliti antara lain:
guru tetap menjalankan program hafalan sampai semua siswa hafal
bacaan dan gerakan sholat serta membiasakan siswa untuk sholat di
sekolah (sholat Dluha dan Dzuhur) dengan dukungan oleh pihak
sekolah dan rekan guru baik GPAI ada di sekolah maupun tidak.
Karena tanpa dukungan dari guru dan pihak sekolah GPAI akan
kesulitan di dalam menghadapi masalah ini. GPAI meminta
kerjasama dengan orang tua siswa untuk memantau dan mendidik
(praktek keagamaan) anaknya ketika di rumah, karena siswa lebih
banyak menghabiskan waktu di rumah. GPAI bekerja sama dengan
rekan guru untuk ikut mengontrol dan mendisiplinkan sholat siswa
dengan cara mengikuti sholat berjama’ah. Di sini siswa tidak punya
alasan untuk tidak sholat hanya karena ada guru yang beragama
Islam tetapi tidak ikut sholat.
GPAI tetap mengajari siswa membaca dan menulis al Qur’an,
kalau waktunya tidak ada maka GPAI meminta jam tambahan atau
ekstra kurikuler. Guru membiasakan setiap pagi sebelum masuk
kelas atau sepulang sekolah untuk bersama-sama membaca al
Qur’an, dan jika GPAI tidak hadir di sekolah maka program tetap
berjalan dengan bantuan guru lain atau pihak sekolah. Guru
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
136
menjadikan praktek keagamaan yang dalam hal ini adalah sholat dan
membaca al-Qur’an sebagai syarat ujian dan syarat kelulusan
sehingga siswa selalu berusaha menjaga apa yang telah dikuasai.
g. Dekadensi akhlak siswa. Dekadensi akhlak siswa yang dimaksud di
sini adalah lebih kepada akhlak yang tidak terpuji atau lebih
sederhananya adalah kenakalan. Ada yang menyatakan bahwa
dekadensi akhlak siswa adalah problem orang tua, akan tetapi hal ini
juga menjadi problem GPAI. Mengingat bahwa salah satu tujuan
orang tua menyekolahkan anaknya adalah agar anaknya menjadi
anak atau orang yang berakhlak mulia. Dan sudah pasti hal ini
menjadi tugas dan tanggung jawab para guru dan pihak sekolah
terlebih GPAI. Pembahasan tentang akhlak ini akan menjadi problem
GPAI jika terjadi dekadensi akhlak siswa. Karena berdasarkan UU
no 14 tahun 2005 bab 2 pasal 6 sudah menjadi tugas dan tanggung
jawab GPAI untuk merealisasikan tujuan pendidikan yakni
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab21
..
Peneliti sering mendapati siswa yang berani kepada guru atau
kurang bersopan santun. Selain itu peneliti juga pernah mendengar
21
Uu No 14 Tahun 2005 Bab 2 Pasal 6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
137
bahwa ada siswa yang terlibat tawuran baik antar sekolah maupun
antar kelompok yang mana bisa terjadi pembunuhan di dalamnya,
kemudian kasus tentang minuman keras dan narkoba, dan kenakalan
selanjutnya adalah tentang pacaran yang hampir melampaui batas
atau sudah melampaui batas. Mungkin problem dekadensi akhlak
siswa yang dihadapi oleh GPAI pada kenyataannya lebih banyak dari
yang telah disebutkan oleh peneliti karena problem yang disebutkan
di atas adalah problem pada umumnya atau yang sering terjadi dan
menjadi permasalahan yang seharusnya bukan hanya tanggung
jawab GPAI dan BP/BK akan tetapi tanggung jawab semua guru dan
masyarakat.
Dalam masalah ini, solusi yang bisa ditawarkan oleh peneliti
yaitu:
Jika kenakalan yang terjadi sebatas siswa yang berani kepada
guru atau tidak patuh kepada guru, relatif lebih mudah karena pada
umumnya hal ini terjadi ketika proses pembelajaran di kelas atau
interaksi di lingkungan sekolah. Dalam hal ini guru yang
bersangkutan perlu meningkatkan kreatifitas ketika pembelajaran di
kelas, guru harus pandai mengolah aktifitas dan suasana kelas
sehingga siswa yang berpotensi membuat keributanpun tidak bisa
berbuat apa-apa selain menuruti dan mengikuti instruksi dari guru.
Selain itu guru juga harus berwibawa dan berusaha menjadi teladan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
138
yang baik bagi siswanya. Karena bisa jadi semua kreatifitas guru itu
tidak berjalan sesuai harapan dikarenakan guru tidak bisa menjadi
teladan yang baik yang artinya jika guru ingin siswanya berakhlak
terpuji maka guru juga harus berakhlak terpuji, bukan sekedar
mampu melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP.
Selain kreatifitas, kewibawaan, dan keteladanan dari guru,
satu hal yang juga tidak boleh diabaikan adalah pengertian atau
nasehat atau arahan dari guru yang disampaikan dengan baik yakni
dengan hati.
Dan jika problem akhlak siswa yang dihadapi oleh guru
adalah problem yang terjadi di luar lingkungan sekolah maka jelas
hal ini lebih sulit dari pada yang terjadi di dalam lingkungan sekolah,
mengingat bahwa tidak ada pantauan dari guru. Tetapi meskipun
tidak ada pantauan dari guru, bukan berarti guru menjadi lepas
tangan karena guru terikat dengan kedudukan guru berdasarkan UU
no 14 tahun 2005 yang telah disebutkan di atas. Jadi, baik di
lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah guru tetap
berperan meskipun hal ini sangat sulit karena guru tidak dapat
memantau siswanya. Dan guru perlu memberikan pengertian kepada
siswa bahwa guru tidak hanya bertugas menyampaikan materi
pelajaran saja akan tetapi juga bertanggung jawab pada
pengembangan potensi siswa sehingga siswa tumbuh menjadi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
139
manusia yang sukses di dunia dan di akhirat yang artinya guru secara
tidak langsung juga turut bertanggung jawab terhadap prilaku
siswanya di luar sekolah.
Dalam menghadapi problema ini diperlukan kedekatan dan
komunikasi antara guru dan siswa yang mana guru dapat mengetahui
permasalahan siswa sehingga mampu membantu memecahkan
masalah dari siswanya. Peneliti sendiri pernah menggunakan
pendekatan kepada siswa dengan tujuan mengetahui permasalahan
siswa sehingga dapat memberi solusi yang sesuai. Dari pendekatan
itu peneliti mengetahui berbagai asal masalah siswa yang
menyebabkan mereka minum minuman keras dan mengkonsumsi
narkoba, tawuran, dan bahkan pacaran di luar batas atau zina. Tetapi
kelemahan dari metode ini adalah kadang kewibawaan guru menjadi
berkurang karena siswa sudah terlalu dekat sehingga siswa menjadi
berani atau tidak sungkan. Sehingga ketika guru melakukan metode
ini guru harus tetap menjaga kewibawaannya. Dan selain
menggunakan pendekatan, nasehat atau taushiyah, bimbingan, dan
penyadaran juga tidak boleh terlupakan untuk diterapkan.
3. Pola supervisi guru PAI yang ideal untuk diterapkan di lingkungan
KEMENAG Jombang
Di atas telah banyak dipaparkan tentang pelaksanaan supervisi
GPAI di jombang dan kendalanya serta problematika yang dihadapi oleh
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
140
GPAI Jombang, sehingga pola supervisi GPAI ideal yang ditemukan oleh
peneliti di sini adalah berdasarkan teori supervisi dan pelaksanaan
supervisi GPAI di Jombang yang digabungkan dengan problematika
yang dihadapi oleh GPAI Jombang.
Sebelumnya peneliti sudah berusaha mencari referensi yang
menyebutkan tentang pola supervisi akan tetapi tidak menenemukan,
yang ditemukan adalah pengertian, tujuan, fungsi, prinsip, teknik, tipe,
dan lain-lain. Karena di dalam kajian pustaka peneliti tidak menemukan
pembahasan tentang pola maka peneliti mengartikan atau merumuskan
sendiri pola yang dimaksud dalam penelitian ini. Pola dalam bahasa
inggris artinya pattern, system, model of how is done, sedangkan dalam
kamus bahasa Indonesia artinya dasar kerja, contoh, model, dan
pedoman22
Berdasarkan arti tersebut maka pola supervisi yang dimaksud
oleh peneliti di sini adalah gabungan dari, tipe dan teknik tanpa
mengesampingkan pengertian , prinsip, dan tujuan dari supervisi sendiri.
Melihat kenyataan bahwa supervisor PAIS tidak semua
mempunyai basic akademik PAI, serta banyaknya beban tugas yang
diemban, kemudian supervisor KEMENAG yang dinomer dua kan oleh
pihak sekolah, dan ditambah dengan berbagai problematika yang
dihadapi GPAI maka pola supervisi yang ideal diterapkan di lingkungan
KEMENAG Jombang yaitu:
22
Kamus Saku Ilmiah Populer Edisi Lengkap, (Jakarta: Gama Press, 2010), 431
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
141
Supervisi GPAI (akademik)
pemantauan dan pembinaan standar nasional pendidikan
penyusunan program supervisi PAI
Pelaporan program supervisi
Pembinaan, pembimbingan, dan pengembangan profesi
GPAI
pola supervisi
tipe demokratis, inspeksi,artistik, klinis, laises
faire, dan ilmiah,
teknik individual dan kelompok
penilaian kinerja guru
6 kompetensi: paedagogik, profesional, sosial,
kepribadian, ke-pemimpinan, dan religius
membangun kesadaran spiritual
mengelola potensi sipritual
Supervisor Pengurus
MGMP/KKG
GPAI (guru
pendidikan agama
Islam
Kepala
sekolah
POKJAWAS
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
142
Keterangan: - - - - - - - - - = garis koordinasi/konsultasi
___________ = garis instruksi
Pada bagan pertama menunjukkan pelaksanaan supervisi GPAI
secara keseluruhan sedangkan pada bagan ke dua menunjukkan secara
khusus pola supervisi GPAI, yang mana maksud dari bagan ke dua
tersebut adalah gabungan pola buttom up (bawah ke atas) dan top down
(atas ke bawah), dengan keterangan:
a. POKJAWAS dan supervisor terhubung dengan garis lurus yang
artinya program yang dilaksanakan oleh supervisor sesuai instruksi
dari POKJAWAS, karena hasil yang dirumuskan oleh POKJAWAS
adalah berdasarkan kesepakatan atau musyawarah para supervisor.
b. Antara supervisor dan kepala sekolah serta pengurus MGMP/KKG
terhubung dengan garis putus-putus yang artinya supervisor, kepala
sekolah, dan pengurus MGMP/KKG saling berkoordinasi dan
berkonsultasi
c. Antara kepala sekolah dan GPAI serta pengurus MGMP/KKG dan
GPAI terhubung dengan garis putus-putus dan garis lurus yang
artinya terjadi konsultasi akan tetapi juga terjadi instruksi baik dari
kepala sekolah kepada GPAI maupun MGMP/KKG kepada GPAI
d. Antara supervisor dan GPAI terhubung oleh garis lurus dan putus-
putus yang artinya supervisor berhak memberi instruksi kepada
GPAI atau disebut juga pola top down dan GPAI juga diberi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
143
kesempatan untuk berkonsultasi kepada supervisor sebagaimana tipe
supervisi artistic dan demokratis. Dalam hal GPAI diberi kesempatan
untuk berkonsultasi kepada supervisor ini, peneliti
mengkategorikannya sebagai pola buttom up.
Selain keterangan tersebut (di atas), ada beberapa ketentuan dari pola
di atas yang harus diperhatikan dan dilakukan. Dan ketentuan dari pola
tersebut adalah:
a. Setiap supervisor benar-benar memahami tugas, tujuan dan
fungsinya sebagai supervisor pada dasarnya adalah membantu guru
agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan berbagai cara, baik itu
dengan mengawasi, membina, mengarahkkan, menilai, atau dengan
cara lainnya
b. Setiap supervisor berusaha semaksimal mungkin dalam menjalankan
tugasnya dengan mencurahkan tenaga, fikiran dan waktunya sebagai
bentuk dedikasi dan profesionalitasnya terhadap jabatan yang
dimiliki.
c. Setiap supervisor memberi pengertian atau pemberitahuan kepada
kepala sekolah dan GPAI tentang tugas, tanggung jawab, dan
fungsinya sehingga supervisi dapat berjalan dengan baik
d. Setiap supervisor berusaha mengembangkan kemampuan atau
kreatifitasnya baik dengan mengikuti pelatihan atau pendidikan
formal, dan/atau belajar mandiri
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
144
e. Setiap supervisor harus menyamakan pola pikir dalam melaksanakan
supervisi. dengan syarat kesamaan pola pikir tersebut tidak
mengurangi kreatifitas atau kemampuan supervisor.
f. Setiap supervisor menggunakan teknik dan tipe supervisi sesuai
dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi. Misalnya dalam teknik, ada
kalanya supervisor melakukan supervisi secara individual dan ada
kalanya secara kelompok. Kemudian di dalam proses supervisi itu
baik yang individual maupun yang kelompok supervisor bersikap
layaknya mitra atau partner kerja sehingga guru tidak sungkan
apalagi takut menyampaikan pendapat, kreatifitas, dan bahkan
masalah atau kebutuhan guru dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya. Akan tetapi selain supervisor memposisikan dirinya
sebagai mitra/partner, supervisor juga perlu mencari kesalahan guru
dengan tujuan memperbaiki kesalahan atau kelalaian guru yang jika
ditemukan kesalahan itu maka supervisor harus dengan tegas
menyalahkan serta memberi tahu apa yang seharusnya dilakukan
oleh guru. Selain itu supervisor juga perlu memotivasi guru agar
lebih kreattif serta memberi kesempatan bagi guru untuk
menunjukkan kreatifitasnya. Dan untuk menjaga dari tidak
diketahuinya permasalahaan guru karena tidak ada permintaan atau
keluhan maka supervisor juga harus melakukan pembimbingan atau
pelatihan kepada guru.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
145
B. Temuan-Temuan Penelitian
1. Pelaksanaan supervisi GPAI di lingkungan KEMENAG Jombang
Bagan pelaksanaan supervisi GPAI di lingkungan KEMENAG Jombang
secara umum:
Supervisi GPAI (akademik)
pemantauan dan pembinaan standar nasional pendidikan
penyusunan program supervisi PAI
Pelaporan program supervisi
Pembinaan, pembimbingan, dan pengembangan profesi GPAI
penilaian kinerja guru
4 kompetensi: paedagogik, profesional, sosial, kepribadian
membangun kesadaran spiritual
mengelola potensi sipritual
pola supervisi
tipe demokratis, inspeksi,artistik, klinis, laises faire, dan ilmiah
teknik individual dan kelompok
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
146
Bagan Pola supervisI GPAI lingkungan KEMENAG Jombang:
Pada bagan di atas tidak ada koordinasi atau konsultasi dengan
kepala sekolah, dan antara supervisor dan GPAI terhubung garis lurus
yang artinya supervisor memberi instruksi kepada GPAI atau top down.
Sedangkan pada bagan di bawah, ada koordinasi dan konsultasi
dengan kepala sekolah. Dan antara supervisor dan GPAI terhubung garis
putus-putus yang artinya ada konsultasi dari GPAI kepada supervisor
atau buttom up.
Supervisor
GPAI
Pengurus
MGMP/KKG
GPAI (guru
pendidikan agama
Islam
Kepala
sekolah
POKJAPAIS
Supervisor
GPAI
Pengurus
MGMP/KKG
GPAI (guru
pendidikan agama
Islam
POKJAPAIS
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
147
2. Kendala supervisi GPAI di lingkungan KEMENAG Jombang
3. Problematika GPAI Jombang
Kendala supervisi
Kurangnya pengawas PAI
yang ahli
Beban tugas yang terlalu
banyak
Kepala sekolah kurang
menghargai pengawas PAI
Terdapat pengawas yang kurang kreatif
Pengawas GPAI tidak bisa leluasa ke sekolah
Problematika GPAI Jombang
GPAI menggunakan
pola pikir lama, misalnya ceramah
GPAI bukan dari jurusan
PAI
GPAI kurang mewarnai
prilaku siswa
Kompetensi GPAI belum
maksimal TPP
Praktek keagamaan
Dekadensi akhlak siswa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
148
4. Pola supervisi guru PAI yang ideal di KEMENAG Jombang
Supervisi GPAI
(akademik)
pemantauan dan pembinaan standar nasional pendidikan
penyusunan program supervisi PAI
Pelaporan program supervisi
Pembinaan, pembimbingan, dan pengembangan profesi
GPAI
pola supervisi
tipe demokratis, inspeksi,artistik, klinis, laises faire, dan ilmiah,
teknik individual dan kelompok
penilaian kinerja guru
6 kompetensi: paedagogik, profesional, sosial,
kepribadian, ke-pemimpinan, dan religius
membangun kesadaran spiritual
mengelola potensi sipritual
Supervisor Pengurus
MGMP/KKG
GPAI (guru
pendidikan agama
Islam
Kepala
sekolah
POKJAWAS