sebaran spesies nematoda sista kentang hasil dan pembahasan

Upload: sri011

Post on 03-Apr-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    1/87

    SEBARAN SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG

    (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera

    rostochiensis (Woll.) Behrens) BERDASARKAN KETINGGIAN

    TEMPAT DI DATARAN TINGGI DIENG JAWA TENGAH

    NURJANAH

    SEKOLAH PASCASARJANA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

    SUMBER INFORMASI

    Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Sebaran Spesies Nematoda

    Sista Kentang (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis

    (Woll.) Behrens) Berdasarkan Ketinggian Tempat di Dataran Tinggi Dieng Jawa

    Tengah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

    diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

    informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

    diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

    Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

    Bogor, Januari 2009

    Nurjanah

    NIM A451064114 ABSTRACT

    NURJANAH. Distribution of Potato Cyst Nematode (Globodera pallida

    (Stone) Behrens and Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) Based on

    Altitude in Dieng Highland Central Java. Supervised by SUPRAMANA and

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    2/87

    GEDE SUASTIKA.

    Potato Cyst Nematodes / PCN, (Globadera pallida (Stone) Behrens and

    Globodera rostochiensis (woll) Behrens are the most important parasitic

    nematodes of potato. The nematodes have the ability to devastate and kill potato

    plants. Previous studies estimated the loss of potato at about 2 ton per Ha in

    every 20 eggs of these nematode per gram of soils. Therefore, this loss

    decreased the level of potato harvest up to 80%, particularly in the continuing of

    potato planting. This research was aimed to map out the regions of Potato Cyst

    Nematodes distributions of G.pallida and G.rostochiensis. This mapping out was

    based on the altitude of the potato plants in the Dieng higland in Central Java.

    Then, the result of this research was expected to be used as a material to verify

    the status of these two species related to the quarantine pest category A1 group

    II for G.pallida and quarantine pest category A2 group II for G. rostochiensis. The

    survey was carried out at the potato planting centers at Dieng highland in Central

    Java. The altitudes of planting centers were determined in the 5 ranges, i.e.

    2000 m dpl. This determination was performed in 26

    locations scattered in Wonosobo and Banjarnegara. Morphological characters

    and Polymerase Chain Reaction (PCR) assay were used to identify the PCN

    species. PCN was detected in 17 location from the 26 observation and survey

    locations which scattered within the Dieng highland at the altitude 1460 m a. s. l

    to the altitude 2123 m a. s. l. By counting the cysts of these nematodes, it was

    identified that the density of these nematodes were elevated in the location with

    the altitude at the range of 1750 m a. s. l to the 2000 m a. s. l. A mix species

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    3/87

    population of PCN was detected at all locations based on morphological and

    molecular identification. At the lower altitude (1250 1550 m a.s.l.),

    G.rostochiensis was more prevalence than G. pallida. However, G. pallida tend

    to predominate the area by increasing altitude of the plantation. It is assumed that

    the higher altitude, the cooler temperature and lower soil temperature were more

    favorable to G. pallida.

    Key words: Altitude, Prevalence, G. pallida, G.rostochiensis, Polymerase Chain

    Reaction.RINGKASAN

    NURJANAH. Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang (Globodera pallida

    (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) Berdasarkan

    Ketinggian Tempat di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah. Dibimbing oleh

    SUPRAMANA dan GEDE SUASTIKA.

    Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas hortikultura

    penting di Indonesia yang saat ini menjadi bahan pangan alternatif, sebagai

    sumber karbohidrat untuk menunjang program diversifikasi pangan. Nematoda

    Sista Kentang/NSK (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera

    rostochiensis (Woll.) Behrens) merupakan nematoda penting pada tanaman

    kentang karena kemampuan merusak dan mematikan tanaman kentang yang

    sangat besar. Telah dilakukan estimasi bahwa telah terjadi kehilangan hasil

    kentang sebesar 2 ton/Ha untuk setiap 20 telur/g tanah. Salah satu tugas pokok

    dan fungsi dari Unit Pelaksana Teknis di Badan Karantina Pertanian adalah

    melakukan survai & pemantauan daerah sebar OPT/OPTK, hasil survai dan dari

    pemantauan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penyempurnaan

    peraturan dan perundang-undangan karantina. Dari hal tersebut maka perlu

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    4/87

    dilakukan penelitian mengenai sebaran NSK (G. pallida dan G. rostochiensis)

    berdasarkan ketinggian tempat. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

    menjadi bahan untuk memverifikasi status G. pallida yang merupakan OPTK

    kategori A1 golongan II dan G. rostochiensis yang merupakan OPTK kategori A2

    golongan II. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan daerah sebar Nematoda

    Sista Kentang G. pallida dan G. rostochiensis berdasarkan ketinggian tempat

    pada tanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah.

    Survei dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember

    2008 di sentra pertanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah

    dengan kisaran ketinggian tempat mulai kurang dari 1250 m dpl sampai dengan

    ketinggian tempat lebih dari 2000 m dpl pada 26 lokasi yang tersebar di

    Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Identifikasi spesies NSK

    dengan menggunakan karakter morfologi dilakukan dengan metode sidik pantat

    (perineal pattern) sista NSK dan untuk memverifikasi Spesies NSK dilakukan

    deteksi NSK menggunakan Metode PCR (Polymerase Chain Reaction).

    Sista NSK ditemukan terdapat pada 17 lokasi dari 26 lokasi yang disurvai.

    Sista NSK ditemukan tersebar pada ketinggian tempat mulai dari ketinggian 1460

    m dpl sampai dengan 2123 m dpl. Prevalensi NSK pada ketinggian tempat 1250

    m 1500 m sebesar 14,3%, pada kisaran ketinggian 1500 m 1750 m

    prevalensi NSK sebesar 60%, dan prevalensi NSK pada ketinggian tempat lebih

    dari 1750 m mencapai 100%. NSK di Dataran tinggi Dieng Jawa Tengah

    merupakan populasi campuran G. pallida dan G. rostochiensis. Pada kisaran

    ketinggian tempat antara 1250 m 1500 m diketahui bahwa spesies G.

    rostochiensis lebih dominan dibanding G. pallida. Seiring dengan semakin tinggi

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    5/87

    tempat, maka dominasi digantikan oleh G. pallida. Hasil identifikasi dengan

    teknik PCR terdeteksi campuran spesies G. Pallida (391 bp) dan G.

    rostochiensis (238 bp) pada 17 lokasi yang terdeteksi NSK.

    Kata kunci : Ketinggian tempat, prevalensi, G. pallida, G. rostochiensis,

    Polymerase Chain Reaction. Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

    Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

    Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

    atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

    penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

    tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

    yang wajar IPB

    Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

    dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB SEBARAN SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG

    (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera

    rostochiensis (Woll.) Behrens) BERDASARKAN KETINGGIAN

    TEMPAT DI DATARAN TINGGI DIENG JAWA TENGAH

    NURJANAH

    Tesis

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Magister Sains pada

    Program Studi Entomologi/Fitopatologi

    SEKOLAH PASCASARJANA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    6/87

    BOGOR

    2009 Judul Tesis : Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang

    (Globodera pallida (Stone) Behrens dan

    Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens)

    Berdasarkan Ketinggian Tempat di Dataran Tinggi

    Dieng Jawa Tengah

    Nama Mahasiswa : Nurjanah

    NIM : A451064114

    Disetujui :

    Komisi Pembimbing

    Dr. Ir. Supramana, M.Si Dr. Ir. Gede Suastika, M.Sc

    Ketua Anggota

    Diketahui

    Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

    Entomologi/Fitopatologi

    Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S

    Tanggal Ujian : 19 Januari 2009 Tanggal Lulus : PRAKATA

    Bismillahi rohmaani rohiim. Alhamdulillahi robbilalamin.

    Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan

    hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis yang

    berjudul Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang (Globodera pallida (Stone)

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    7/87

    Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) Berdasarkan Ketinggian

    Tempat di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah. Salawat dan salam tercurah

    kepada Rasullulah SAW, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya.

    Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada

    Dr. Ir. Supramana M.Si. dan Dr. Ir. Gede Suastika M.Sc. atas bimbingan,

    kesabaran, pengkayaan wawasan, saran, kritik dan dukungan moril yang sangat

    besar peranannya dalam penyelesaian penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih

    juga disampaikan kepada Ir. Syukur Iwantoro, MS, MBA, Dr. Ir. Eliza S. Rusli, Dr.

    Ir Catur Putra Budiman M.Agric. atas kesempatan yang diberikan kepada penulis

    untuk mengikuti program magister di IPB.

    Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Ir. Arifin Tasrif, M.Sc

    yang bersedia menjadi Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis. Ucapan terima

    kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Aris Widiyanto ( Koordinator PHP

    Dinas Pertanian Kab. Banjarnegara) atas bantuannya selama survai di

    Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara.

    Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada rekan-rekan di Balai

    Besar Uji Standar Karantina Pertanian Rumenda Ginting, Yani Dawi, Jati

    Adiputra, Dwi Sugipriatini, Titi Sumarti, Derhani LG, Rahmawati, Ummu Salamah

    R, Andi Prasetiawan, Ariningsih SE dan R. Yudiarto atas persahabatan dan

    kerjasamanya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada mbak Tuti dari

    laboratorium Virologi IPB dan Bruce Ochieng Obura atas persahabatan dan

    bantuannya selama penelitian.

    Rasa hormat yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada kedua

    orang tua tercinta, ayahanda Muhamad Saripin (alm), ibunda Julaecha dan

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    8/87

    kakanda Nurlaela yang telah mencurahkan kasih sayang, doa dan bimbingan.

    Ucapan terima kasih yang tidak terhingga juga penulis ucapkan kepada suami

    tercinta Fajarudin Mijiono dan ananda tercinta Kamila Nurhanifah atas kesabaran,

    kasih sayang dan dukungannya. Ucapan terima kasih disampaikan pula pada

    Mertua Bapak M Dahlan dan Ibu Siti Absah, dan adik ipar Atun dan Tiyok atas

    doa, dorongan semangat dan bantuan moril selama ini.

    Akhir kata saya haturkan terima kasih kepada semua pihak dan semoga

    hasil penelitian ini bermanfaat untuk kepentingan umat manusia dan ilmu

    pengetahuan.

    Bogor, 13 Januari 2009

    Nurjanah RIWAYAT HIDUP

    Nurjanah, SP. Dilahirkan di Bandung tanggal 13 Agustus 1976, sebagai

    anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Bapak Muhamad Saripin dan Ibu

    Julaecha. Penulis menikah dengan Fajarudin Mijiono pada tahun 2005 dan

    dikaruniai anak bernama Kamila Nurhanifah pada tahun 2006.

    Penulis menempuh pendidikan di SMA Negeri 11 Bandung, lulus pada

    tahun 1994. Penulis melanjutkan ke pendidikan tinggi di Universitas Padjadjaran

    Bandung, Fakultas Pertanian, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan pada

    tahun 1994 -1999.

    Penulis pernah bekerja sebagai Tenaga Pendamping Penyuluh Pertanian

    pada Program Peningkatan Penyuluhan Pertanian Untuk Memberdayakan

    Masyarakat Tani (kerjasama Deptan-IPB-Depkop PKM) tahun 1999-2000. Pada

    Tahun 2000-2001 penulis bekerja sebagai Service Supervisor di PT. Rentokil

    Indonesia di Jakarta, kemudian penulis bekerja sebagai Technical Executive di

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    9/87

    PT. AGRICON Bogor tahun 2001-2005. Pada Tahun 2005-2006 penulis

    diterima sebagai Tenaga Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan di

    Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas II Cilacap. Kemudian sejak tahun 2006

    penulis bekerja sebagai Tenaga Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan

    di Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian, Jakarta.

    Pada tahun 2007 penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan ke

    Program Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,

    Program Studi Entomologi dan Fitopatologi. Beasiswa pendidikan pascasarjana

    diperoleh dari Badan Karantina Pertanian Departemen Pertanian. DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR TABEL .........................................................................................

    DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

    PENDAHULUAN .......................................................................................

    Latar Belakang ...........................................................................................

    Tujuan ........................................................................................................

    Perumusan Masalah .................................................................................

    Hipotesis ....................................................................................................

    TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................

    Klasifikasi Nematoda Sista Kentang (Globodera rostochiensis dan

    Globodera pallida).......................................................................................

    Morfologi Nematoda sista emas (G. rostochiensis) ..................................

    Morfologi Nematoda sista putih (G. pallida) ...............................................

    Biologi dan Ekologi NSK ...........................................................................

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    10/87

    - Biologi NSK .....................................................................................

    - Ekologi NSK ....................................................................................

    Sebaran NSK .............................................................................................

    - Sebaran Geografi NSK ..................................................................

    - Sebaran Horisontal NSK ...............................................................

    Karakterisasi NSK .....................................................................................

    - Karakterisasi NSK berdasarkan Morfologi ......................................

    - Karakterisasi NSK berdasarkan Biomolekuler ...............................

    BAHAN DAN METODE ..............................................................................

    Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................

    Metode Penelitian ......................................................................................

    - Penentuan lahan contoh .................................................................

    - Pengumpulan sampel tanah dari tanaman kentang yang terinfeksi

    - Ekstraksi sista NSK .......................................................................

    Identifikasi spesies NSK berdasarkan karakter morfologi ..........................

    Identifikasi spesies NSK berdasarkan karakter molekuler..........................

    x

    xi

    xii

    1

    1

    3

    3

    4

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    11/87

    5

    5

    5

    6

    7

    7

    9

    11

    11

    13

    13

    13

    15

    18

    18

    18

    18

    18

    19

    19

    21 Analisis Data ............................................... ..............................................

    HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................

    Prevalensi NSK berdasarkan Ketinggian Tempat ...................................

    - Hubungan antara Ketinggian Tempat dengan Jumlah Sista NSK..

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    12/87

    - Hubungan antara Suhu Tanah dengan Jumlah Sista NSK.............

    - Korelasi antara Jumlah Sista NSK dengan Ketinggian Tempat

    dan Suhu Tanah ............................................................................

    Dominasi Spesies NSK berdasarkan Ketinggian Tempat .........................

    Verifikasi Spesies NSK melalui PCR .........................................................

    SIMPULAN DAN SARAN ...........................................................................

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

    23

    24

    24

    26

    27

    28

    30

    31

    37

    38

    ixDAFTAR TABEL

    Halaman

    1

    2

    3

    Daerah sebar NSK di Pulau Jawa ...........................................

    Perbedaan ciri morfologi G. rostochiensis dan G. pallida........

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    13/87

    Hasil korelasi antara ketinggian, jumlah sista, suhu tanah dan

    jumlah tanaman ........................................................................

    12

    20

    29 DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    Skema Siklus hidup Globodera spp (Evans & Stone 1977 dalam

    Marks & Brodie 1998) .......................................................................

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    14/87

    Tipe bentuk sista untuk Globodera, Punctodera, Cactodera dan

    Heterodera (Marks & Brodie 1998) ....................................................

    Pola perkembangan fenestra dari sista Heteroderinae (Marks &

    Brodie 1998).......................................................................................

    Bagian perineal sista Globodera (Marks & Brodie 1998) ..................

    Bentuk ridge vulval-anal G. rostochiensis dan G. pallida (Marks &

    Brodie 1998) .....................................................................................

    G. rostochiensis (a), G. pallida (b) ...................................................

    Gejala serangan NSK (a) & (b), sista NSK di sekitar daerah

    perakaran tanaman kentang (c) (Nurjanah 2008) ............................

    Prevalensi sista NSK berdasarkan ketinggian tempat di Dataran

    tinggi Dieng Jawa Tengah ................................................................

    Hubungan antara ketinggian tempat dengan jumlah sista NSK ........

    Hubungan antara suhu tanah dengan jumlah sista NSK ...................

    Pengaruh ketinggian tempat terhadap proporsi spesies

    NSK ....................................................................................................

    Produk PCR sista G. rostochiensis dan G. Pallida yang diambil dari

    lokasi dengan ketinggian tempat 1250 m dpl1750 m dpl : ....... ..

    Produk PCR sista G. rostochiensis yang diambil dari lokasi pada

    ketinggian tempat 1750 m dpl2000 m dpl : ....... ........................

    Produk PCR sista G. pallida yang diambil dari lokasi pada

    ketinggian tempat 1750 m dpl2000 m dpl : ....... ........................

    Produk PCR sista G. rostochiensis, G. pallida yang diambil dari

    lokasi pada ketinggian tempat lebih dari 2000 m dpl: ....... ...........

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    15/87

    Produk PCR sista NSK menggunakan primer spesifik G.

    rostochiensis, G. pallida dan primer universal (Muholland et al.

    1988), dengan jumlah sista NSK yang diekstraksi adalah 1, 5, dan

    10 sista................................................................................................

    7

    14

    14

    15

    15

    21

    24

    25

    27

    28

    30

    31

    32

    32

    33

    35 DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    1

    2

    3

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    16/87

    4

    5

    6

    7

    Lokasi Pengambilan sampel sista NSK .............................................

    Daerah sebar NSK di Dataran Tinggi Dieng Jawa

    Tengah ...............................................................................................

    Data prevalensi NSK di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah

    Hasil analisis regresi : Jumlah sista NSK versus ketinggian

    tempat ................................................................................................

    Hasil analisis regresi : Jumlah sista NSK versus suhu

    tanah ..................................................................................................

    Identifikasi morfologi sista NSK .........................................................

    Hasil pengamatan sidik pantat sista NSK ...........................................

    43

    44

    47

    48

    49

    50

    51 PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas hortikultura penting

    di Indonesia yang saat ini menjadi bahan pangan alternatif, sebagai sumber

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    17/87

    karbohidrat untuk menunjang program diversifikasi pangan. Kebutuhan kentang

    dari tahun ke tahun semakin bertambah sejalan dengan bertambahnya jumlah

    penduduk dan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan gizi (Rukmana

    1997). Perubahan pada konsumsi masyarakat Indonesia dewasa ini juga turut

    berperan dalam memacu peningkatan kebutuhan kentang.

    Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (2008) di indonesia setiap tahun

    terjadi penurunan produksi kentang. Pada tahun 2007 terjadi penurunan

    produksi kentang sebesar 5.887 ton, yaitu dari produksi 1.009.619 ton pada

    tahun 2005 menjadi 1.003.732 ton pada tahun 2007. Pada tahun 2005 produksi

    kentang mengalami penurunan sebesar 62.421 ton, yaitu dari produksi 1.072.040

    ton pada tahun 2004 menjadi 1.009.619 ton pada tahun 2005.

    Rendahnya produktivitas kentang disebabkan beberapa faktor, diantaranya

    adalah gangguan hama dan penyakit, iklim, teknik budidaya, pembibitan (mutu

    bibit) dan kesuburan tanah. Di antara faktor-faktor tersebut, gangguan hama dan

    penyakit merupakan penyebab utama penurunan produksi kentang di Indonesia.

    Penyakit penting yang menyebabkan penurunan produksi kentang di Indonesia

    adalah penyakit tanaman yang disebabkan oleh berbagai cendawan, bakteri,

    virus, viroids dan nematoda dengan intensitas serangan yang sangat tinggi.

    Keberadaan nematoda pada tanaman kentang merupakan salah satu kendala

    yang mempengaruhi produksi kentang. Nematoda Sista Kentang (Globodera

    pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens)

    merupakan nematoda terpenting pada tanaman kentang (Luc et al. 1995) karena

    kemampuan merusak dan mematikan tanaman kentang yang sangat besar.

    Nematoda sista kentang (NSK) dapat dengan mudah menyebar melalui tanah,

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    18/87

    mesin pertanian , umbi kentang, dan melalui air.

    Gejala yang nampak akibat serangan NSK adalah terjadinya kerusakan

    akar yang menyebabkan berkurangnya penyerapan air dan hara, sehingga

    sistem perakaran berkurang, terdapat betina berwarna putih dan sista berwarna

    putih, kuning emas, sampai coklat mengkilat, permukaan umbi 2

    pecah-pecah atau terdapat lekuk-lekuk kecil. Bagian tanaman di atas permukaan

    tanah pertumbuhannya terhambat (kerdil) dan daunnya menguning (klorosis) dan

    layu pada siang hari yang terik (Luc et al. 1995). Interaksi antara NSK dengan

    patogen kentang lainnya menyebabkan kerusakan tanaman lebih parah

    (kompleks penyakit). Menurut CABI (2007) tingkat keparahan penyakit, dalam

    hubungannya dengan berat umbi kentang yang dihasilkan adalah tergantung dari

    jumlah telur NSK per unit tanah.

    Nematoda sista kentang diketahui terdapat di 70 negara khususnya di

    daerah dingin pada wilayah trofis, subtrofis dan daerah temperate di dunia (CABI

    2007). Telah dilakukan estimasi bahwa terjadi kehilangan hasil kentang sebesar

    2 ton/Ha untuk setiap 20 telur/g tanah. Oleh karena itu dapat terjadi kehilangan

    hasil panen kentang sekitar 80% jika populasi NSK terus meningkat akibat

    penanaman kentang secara terus-menerus dan tingkat serangan NSK yang

    sangat tinggi (Spears 1968).

    Nematoda sista kentang Globodera spp., merupakan organisme

    pengganggu tumbuhan karantina (OPTK), sebagaimana tercantum dalam Surat

    Keputusan Menteri Pertanian Nomor 38/Kpts/HK.060/1/ 2006, Tanggal 27

    Januari 2006, Tentang Jenis-jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina

    Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan II Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang,

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    19/87

    Media Pembawa dan Daerah Sebarnya. G. pallida termasuk OPTK kategori A1

    golongan II, sedangkan G. rostochiensis termasuk OPTK kategori A2 golongan II.

    Sebagai OPT baru yang mempunyai potensi menyerang, menetap dan/atau

    menyebar ke kawasan tertentu perlu dilakukan tindakan eradikasi/eliminasi

    dengan tujuan akhir OPT tersebut berhasil dimusnahkan.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lisnawita (2007) diketahui

    bahwa NSK telah terdeteksi di sentra-sentra pertanaman kentang di Jawa Timur,

    Jawa Tengah dan Jawa Barat dan diduga NSK sudah ada di daerah tersebut

    untuk waktu yang cukup lama. Di Jawa Tengah, petani telah menanam kentang

    dengan menggunakan bibit asal Jerman sejak tahun 1985 (Suwardiwijaya et al.

    2007). Kondisi ini memungkinkan bagi NSK untuk menetap di daerah tersebut.

    Menurut Brodie (1984), untuk dapat terdeteksi dan menyebabkan endemik di

    suatu daerah, NSK memerlukan waktu sekitar 7 tahun.

    Salah satu tugas pokok dan fungsi dari Unit Pelaksana Teknis di Badan

    Karantina Pertanian adalah melakukan survai & pemantauan daerah sebar 3

    OPT/OPTK, hasil survai dan dari pemantauan dapat dijadikan bahan

    pertimbangan untuk penyempurnaan peraturan dan perundang-undangan

    karantina. Dari hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai sebaran

    nematoda sista kentang (G. pallida dan G. rostochiensis) berdasarkan

    ketinggian tempat. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

    untuk memverifikasi status G. pallida yang merupakan OPTK kategori A1

    golongan II dan G. rostochiensis yang merupakan OPTK kategori A2 golongan II.

    Berdasarkan data perkembangan kumulatif luas serangan NSK, maka penelitian

    dilaksanakan di beberapa sentra penanaman kentang di daerah Dieng Jawa

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    20/87

    Tengah.

    Tujuan

    Penelitian ini bertujuan untuk memetakan daerah sebar spesies NSK G.

    pallida dan G. rostochiensis di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah.

    Perumusan Masalah

    Nematoda sista kentang (NSK) merupakan patogen yang sulit dikendalikan.

    Menurut Stevenson et al. (2001) sekali NSK terinfestasi pada suatu lahan, maka

    nematoda akan tetap ada di lahan tersebut dan mungkin lahan tersebut sulit

    untuk dapat bersih dari NSK. Di Inggris dilaporkan ambang ekonomi untuk G.

    rostochiensis adalah 15 telur/g tanah. Di Jerman dilaporkan infestasi G.

    rostochiensis menimbulkan kerugian 11%, 27% dan 43% pada kepadatan

    populasi 100, 1000 dan 10.000 larva/100 cm

    3

    tanah (CABI 2007). NSK dapat

    tersebar secara pasif bersama tanah atau umbi. Untuk mencegah penyebaran

    NSK yang lebih luas, dibutuhkan survei mengenai sebaran NSK berdasarkan

    ketinggian tempat. Dari hasil survai dapat diperoleh data mengenai jenis dan

    jumlah NSK berdasarkan ketinggian tempat. Data yang diperoleh sangat

    diperlukan untuk menentukan kepadatan populasi NSK, pola penguasaan ruang

    oleh NSK dan tipe penyebaran NSK. Berdasarkan penelitian sebelumnya

    (Lisnawita 2007) dinyatakan bahwa NSK telah terdapat di 4 desa yang di Dieng

    pada kisaran ketinggian tempat antara 1600 m dpl 1700 m dpl, sehingga

    diperlukan data mengenai sebaran NSK pada ketinggian tempat di bawah 1400

    m dpl dan di atas 1700 m dpl. Pada penelitian ini dilakukan survai di Dataran

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    21/87

    Tinggi Dieng Jawa Tengah dengan kisaran ketinggian tempat antara 1250 m dpl

    lebih dari 2000 m dpl. Dari data hasil survai dapat diperoleh data kejadian 4

    penyakit (prevalensi) NSK pada daerah-daerah yang sudah dilaporkan

    terinfestasi maupun yang belum terinfestasi NSK.

    Hipotesis

    1. Terdapat korelasi antara ketinggian tempat dan sebaran spesies NSK.

    2. Semakin tinggi tempat maka populasi Globodera pallida semakin

    banyak.

    3. Kejadian penyakit (prevalensi) NSK telah menyebar hampir di seluruh

    hamparan pada sentra penanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng,

    Jawa Tengah. 5

    TINJAUAN PUSTAKA

    Klasifikasi Nematoda Sista Kentang

    (Globodera rostochiensis dan Globodera pallida)

    Klasifikasi nematoda sista kentang berdasarkan CABI (2007) adalah

    sebagai berikut : Globodera sp termasuk ke dalam superkingdom Eukaryota,

    kingdom Animalia, phylum Nematoda, Kelas Chromadea, ordo Tylenchida,

    subordo Tylenchina, superfamili Tylenchoidea, famili Heteroderidae, subfamili

    Heteroderinae, dan genus Globodera. Globodera mempunyai 14 spesies,

    terdapat 2 spesies yang menjadi parasit utama pada kentang yaitu spesies

    Globodera rostochiensis (Wollenweber) Behrens dan Globodera pallida (Stone)

    Behrens. G. rostochiensis dengan sista berwarna emas/kuning (Golden cyst

    nematode), dan G. pallida dengan sista berwarna putih (white cyst nematode).

    Morfologi Nematoda Sista Emas (G.rostochiensis)

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    22/87

    Telur. Telur berada di dalam sista. Permukaan telur licin, mempunyai

    panjang 101 104 m dan lebar 46 - 48 m. Rasio panjang dan lebar adalah

    2,1-2,5.

    Juvenil. Juvenil 1 berada di dalam telur, Juvenil 2 (J2) menetas dari telur.

    Juvenil 2 berbentuk seperti cacing (vermiform) dengan kepala yang bulat dan

    stilet berkembang dengan baik serta knob stilet bulat (rounded). Panjang tubuh

    468,0 100,0 m. panjang kepala 4,6 0,6 m, panjang stilet 22,0 0,7 m,

    panjang ekor 44,0 12,0 m, dan panjang ekor yang hilain 26,5 2 m.

    Jantan. Jantan berbentuk seperti cacing (vermiform), bentuk kepala bulat

    dan stilet pendek dengan knob yang berkembang baik (Stone 1973). Jika

    difiksasi tubuh akan melengkung seperi huruf C atau S. Testis tunggal terdapat di

    tengah tubuh. Panjang tubuh 0,89 - 1,27 mm dengan lebar tubuh pada lubang

    ekskresi 28 1,7 m, lebar dasar kepala 11,8 0,6 m, panjang kepala 7 0,3

    m, dan panjang stilet 26,0 1 m.

    Betina. Betina berbentuk bulat tanpa kerucut (cone) dan berwarna putih

    bersih (Supramana, 2004). Betina keluar dari korteks akar sekitar 4-5 minggu 6

    setelah J2 berinvasi. Panjang stilet 23,0 1 m, lebar kepala 5,2 0,7 m, dan

    jumlah lekukan antara vulva dan anus (cuticular ridges) adalah 21 3.

    Sista. Sista berbentuk globuler (Dropkin 1999). Sista berisi telur yang

    merupakan generasi berikutnya dari G. rostochiensis dan dibentuk dari kutikula

    betina yang mati. Sista berwarna kuning sampai coklat muda, berkilat, berbentuk

    bulat. Panjang sista tanpa leher 445 50 m dan lebar 382 60 m, panjang

    leher 104 19 m. Rata-rata diameter fenestra 19 2 m. Jarak dari anus ke

    fenestra 66,5 10,3 m, serta rasio Granek 3,6 0,8 (CABI 2007).

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    23/87

    Morfologi Nematoda Sista Putih (G.pallida)

    Telur. Telur berada di dalam sista dan permukaan telur licin. Telur

    berukuran 108,3 2 m x 43,2 3,2 m.

    Juvenil. Juvenil (J2) merupakan stadia yang infektif. J2 G.pallida umumnya

    lebih besar, stilet lebih panjang dengan knob stilet meruncing (pointed) dan lebih

    kuat dibandingkan G. rostochiensis. Juvenil sering ditemukan di dalam tanah

    bersama-sama dengan sista. Panjang tubuh 486 + 2,8 m, panjang stilet 23,0

    1,0 m, panjang ekor 51,1 2,8 m dan lebar ekor pada anus 12,1 0,4 m.

    Jantan. Jantan berbentuk seperti cacing (vermiform), bentuk kepala bulat

    dan stilet pendek dengan knob yang berkembang baik. Bila diperlakukan dengan

    panas maka tubuh akan berbentuk C atau S. Ekor pendek, setengah melingkar,

    spikula terbuka di dekat ujung ekor. Terdapat testis tunggal yang berada kirakira 60% dari

    panjang tubuh jantan 1200 + 100 m, lebar dasar kepala 12,3 + 0,5

    m, panjang kepala 6 0,3 m, panjang stilet 27,5 1,0 m, panjang ekor 5,2

    1,4 m, lebar ekor pada anus 13,5 2,1 m

    Betina. Betina berbentuk bulat, dengan leher yang pendek. Panjang stilet

    27,4 1,1 m, lebar kepala 5,2 0,5 m, dan jumlah lekukan antara vulva dan

    anus (cuticular ridges) adalah 12,5 3,1 m.

    Sista. Sista berwarna krem sampai coklat muda, berkilat, berbentuk bulat

    dan mempunyai leher yang menonjol. Setiap sista berisi 200-500 telur. Sista

    berukuran lebar 534 66 m, panjang tidak termasuk leher 579 70 m,

    panjang leher 188 20 m. Rata-rata diemeter fenestra 24,5 5 m. Jarak dari

    anus ke fenestra 50 13,4 m dan rasio Granek 2,2 1(CABI 2007). 7

    Biologi dan Ekologi NSK

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    24/87

    Biologi NSK

    Sebagian besar nematoda parasit tumbuhan hidup di dalam tanah dan

    mendapat sumber bahan makanan dari perakaran tanaman. Nematoda sista

    kentang merupakan endoparasit menetap, betina berkembang menjadi sista

    (dapat bertahan hidup dalam tanah > 20 tahun). Sebagian besar spesies

    Globodera sudah membentuk sista menempel dengan bagian anterior tubuhnya

    menyusup dalam korteks, sedangkan bagian posteriornya di luar jaringan akar

    (semi endoparasit). Bentuk sista membulat (globular atau spheroid), warnanya

    sebagian besar kuning emas, sebagian lagi putih dan kuning tua sampai coklat

    (Spears et al. 1968).

    Siklus hidup nematoda sista kentang berlangsung selama 45 hari

    (tergantung kesesuaian tanaman dan suhu tanah). Adapun siklus hidup NSK

    adalah sebagai berikut :

    - Fase telur

    - Fase juvenil terdiri dari juvenil 1 (J1), juvenil 2 (J2), juvenile 3 (J3) dan

    juvenile 4 (J4). Juvenil mengalami 4 kali pergantian kulit (molting).

    - Nematoda dewasa yang terdiri dari nematoda jantan () dan

    nematoda betina ().

    Gambar 1 Skema Siklus hidup Globodera spp (Evans & Stone 1977 dalam Marks

    & Brodie 1998) 8

    Bagian yang aktif dari siklus hidup dimulai ketika juvenil stadia ke dua (J2)

    menetas dari telur. Penetasan terjadi bila temperatur tanah cukup hangat (di

    atas 10

    0

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    25/87

    C) dan ada rangsangan senyawa kimia yang dikeluarkan oleh ujung akar

    tanaman inang (Clark & Hannessy 1984; Rawsthorne & Brodie 1986).

    Rangsangan ini bersifat spesifik yaitu hanya terjadi pada tanaman dari famili

    Solanaceae seperti kentang, tomat, terung dan S. dulcamara (sejenis gulma).

    Menurut Devine & Jones (2000), sedikitnya ada sembilan senyawa kimia yang

    disebut faktor penetasan (hatching factors) yang berperan dalam penetasan telur

    NSK. Beberapa dari senyawa ini telah diidentifikasi dan dikarakterisasi, salah

    satunya adalah solanoeclepin A (Mulder et al. 1997).

    Rangsangan eksudat akar menyebabkan 60 80 % telur menetas, sekitar

    5% penetasan terjadi di dalam air dan 30% penetasan terjadi secara spontan

    tanpa inang (Fenwick 1994). Bila kondisi lingkungan tidak mendukung dan tidak

    ada rangsangan untuk menetas, telur berada dalam kondisi dorman di dalam

    sista. Pada stadia dorman, nematoda lebih resisten terhadap nematisida

    (Spears et al. 1968).

    Nematoda mempunyai empat stadia juvenil dan stadia dewasa (jantan dan

    betina). J2 yang menetas dari telur, keluar dari sista, dan melakukan penetrasi

    pada ujung akar tanaman inang. Selanjutnya J2 masuk ke dalam akar di dekat

    titik tumbuh atau akar-akar lateral dengan menusukkan stiletnya pada sel

    epidermis, masuk dan bergerak dalam akar secara intraselluler dan akhirnya

    menetap dan memulai makan di perisikel, korteks atau endodermis. Tusukan

    stilet menyebabkan masuknya saliva ke dalam sel dan merangsang

    pembentukan sinsitium yang dikelilingi oleh satu lapisan sel hiperplastik yang

    berguna untuk mentransfer nutrisi ke nematoda (Jones & Nortconte 1972).

    Interaksi inang-parasit mempengaruhi perkembangan juvenile stadia empat

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    26/87

    (J4) untuk menjadi betina atau jantan. Jenis kelamin dipengaruhi oleh

    kecukupan nutrisi. Nutrisi yang kurang akan menghasilkan NSK jantan,

    sebaliknya jika nutrisi cukup tersedia akan menghasilkan betina. Pada saat

    terjadi infeksi berat, NSK jantan menjadi lebih dominan, dan sebaliknya. Proses

    pelukaan terjadi pada saat NSK betina membengkak, memecah korteks akar,

    dan mengeluarkan bagian posterior, sedangkan bagian kepala dan leher masih

    tetap berada di dalam akar. Dalam perkembangannya, NSK jantan melingkar di

    dalam kutikula larva J4 dan memecah kutikula, kemudian menetas. Jantan 9

    dewasa berbentuk cacing (vermiform), keluar dari akar dan masuk ke dalam

    tanah (Evans & Turner 1998).

    Reproduksi NSK terjadi secara seksual. Nematoda betina menghasilkan

    feromon untuk memikat atau menarik jantan yang berada di dalam tanah.

    Perkawinan segera terjadi beberapa saat kemudian. Setelah kawin, setiap

    betina menghasilkan sekitar 200 500 telur, kemudian betina mati dan dinding

    tubuhnya akan membungkus telur dan membentuk sista. Perkembangan embrio

    terjadi di dalam telur hingga juvenil kedua. Penetasan kembali terjadi bila ada

    rangsangan yang dihasilkan oleh akar tanaman inang dan kondisi lingkungan

    yang sesuai dan siklus hidup akan berulang kembali. NSK akan melengkapi

    siklus hidupnya selama 38-48 hari tergantung pada temperatur tanah (Lisnawita

    2007).

    Nematoda sista kentang mempunyai struktur untuk mempertahankan diri di

    dalam tanah yang disebut sista. Sista merupakan tubuh betina yang telah mati,

    yang di dalamnya berisi telur (Lisnawita 2007). Sista dan telur merupakan stadia

    yang persisten dari siklus hidup NSK. Sista yang baru terbentuk mengandung

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    27/87

    sekitar 500 telur. Telur dapat bertahan hidup selama 30 tahun di dalam sista.

    Ketika tidak ada tanaman kentang, sista tetap tinggal di dalam tanah, sebagian

    dari sista akan menetas secara alami untuk mengurangi kepadatan populasi, dan

    sebagian sista lainnya akan tetap berada di dalam tanah untuk waktu yang lama

    tanpa inang. Kemampuan bertahan hidup, reproduksi dan dinamika populasi

    NSK sangat dipengaruhi oleh temperatur, kelembaban, panjang hari dan faktor

    lingkungan di sekitarnya (Lisnawita 2007).

    Ekologi NSK

    Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah biotik (tanaman dan

    organisme yang lain), dan abiotik (tanah, suhu, kelembaban, senyawa kimia, dll).

    Di antara faktor lingkungan tersebut, suhu merupakan faktor abiotik yang paling

    penting. NSK mempunyai temperatur optimum untuk metabolisme, pertumbuhan

    dan aktivitasnya. Disamping itu temperatur juga mempengaruhi dormansi

    (diapause) (Huang & Pereira 1994), siklus hidup, daya tahan hidup (survival) dan

    perilaku (behaviour) NSK (Wharton et al. 2002). Aktivitas larva berlangsung

    pada suhu mulai 10

    o

    C dan terhenti pada suhu 40

    o

    C. Temperatur optimum

    untuk perkembangan G. rostochiensis pada tanaman inang berkisar antara 18

    24

    o

    C. Perkembangan G. rostochiensis pada tanaman inang akan terhambat 10

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    28/87

    pada temperatur 29 - 32

    o

    C, tetapi larva masih bisa keluar dari sista sampai

    temperatur 37

    o

    C.

    Populasi larva hidup dalam tanah tanpa adanya tanaman inang akan

    menurun 18% per tahun pada tanah dingin, dan sampai 50 - 80% pada tanah

    hangat. Tipe tanah juga berpengaruh terhadap laju perkembangan larva. Larva

    yang menetas pada tanah berpasir jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan

    pada tanah gembur dan tanah liat. Beberapa nematoda dapat bertahan sampai

    28 tahun dalam tanah yang dingin (Ditlin 2007).

    Distribusi/penyebaran NSK di dalam tanah tidak seragam. Nematoda

    biasanya banyak ditemukan di sekitar daerah perakaran (rhizozphere) atau di

    dalam jaringan akar. Biasanya NSK banyak ditemukan pada kedalaman antara 0

    20 cm. Pola penyebaran yang demikian disebabkan karena nematoda

    cenderung tertarik oleh zat yang dikeluarkan oleh akar tumbuhan inangnya. Zatzat yang

    dikeluarkan oleh akar tanaman juga dapat mempengaruhi proses

    penetasan telur nematoda, sehingga zat tersebut sebagai faktor penetas

    (hatching factor). Eksudat akar dari tanaman inang dapat merangsang 60-80%

    larva untuk menetas. Ketika tidak ada tanaman kentang, umbi kentang yang

    ditaruh di atas tanah (kentang kerap kali ditinggalkan di atas tanah pada saat

    panen bahkan sampai keluar tunas) dapat mempertahankan sejumlah nematoda

    (Ditlin 2007).

    Nematoda mengambil nutrisi dari akar sehingga pasokan nutrisi dan air ke

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    29/87

    batang dengan cara melukai akar dan daun berkurang akibatnya tanaman

    tumbuh kerdil. Tingkat infestasi yang sedang (moderate) mempunyai sedikit

    pengaruh terhadap penurunan pertumbuhan atau terhadap jumlah umbi yang

    dihasilkan, namun berpengaruh terhadap ukuran umbi kentang (Ditlin 2007).

    Laju perkembangbiakan pada tanaman inang tergantung pada kepadatan

    populasi awal. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kompetisi untuk ruang pada

    akar yang berpengaruh terhadap sex ratio. Ketika terdapat sedikit telur per gram

    tanah maka laju perkembangbiakan sebanyak 60 kali lipat, tetapi ketika terdapat

    lebih dari 100 telur/g tanah, populasi setelah panen lebih kecil karena sistem

    perakaran terbatas, sehingga serangan yang terjadi menurun (Ditlin 2007).

    Kehilangan hasil berkorelasi dengan tingkat infestasi. Dilaporkan bahwa

    setiap 20 telur/g tanah dapat menyebabkan kehilangan hasil 1 ton/acre.

    Demikian pula, kemampuan populasi NSK untuk memperbanyak diri berbeda

    pada kultivar dengan gen resisten yang disilangkan dengan gen dari kentang liar. 11

    Di Inggris dan Belanda, populasi dibedakan menurut pathotype tertentu,

    tergantung pada kemampuannya berbiak pada galur resisten tertentu (Ditlin

    2007).

    Sebaran NSK

    Sebaran Geografi NSK

    Daerah asal tempat ditemukannya G.rostochiensis dan G. pallida adalah

    Danau Titicaca (3850 m d.p.l.) Pegunungan Andes Amerika Selatan, kemudian

    terintroduksi ke Eropa melalui kentang, yang kemungkinan terjadi pada

    pertengahan abad 19. Dari Eropa kemudian NSK menyebar seiring dengan

    penyebaran benih kentang ke area lainnya di dunia. NSK menyebar ke

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    30/87

    pertanaman kentang di berbagai daerah trofis dan subtrofis di 70 Negara di dunia

    (CABI 2007).

    CABI (2007) menyatakan bahwa G. rostochiensis telah terdapat di negaranegara Eropa

    (Albania, Austria, Belarus, Belgium, Bulgaria, Croatia, Cyprus,

    Czech Republic, Denmark, Estonia, Faroe Island, Finland, France, Germany,

    Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Latvia, Liechtenstein, Lithuania,

    Luxembourg, Malta, Netherlands, Norway, Poland, Portugal, Romania, Russian

    Federation, Serbia & Montenegro, Slovakia, Slovania, Spain, Sweden,

    Switzerland, Ukraine, United Kingdom), negara-negara di Asia (Armenia, India,

    Indonesia, Israel, Japan, Lebanon, Malaysia, Oman, Pakistan, Philippines, Sri

    Lanka, Tajikistan, Turkey), negara-negara di Afrika (Algeria, Egypt, Libya, Sierra

    Leone, South Africa, Tunisia, Panama), negara-negara di Amerika Utara

    (Canada, Mexico, USA, Bolivia, Chile, Colombia, Ecuador, peru, Venezuela), dan

    negara-negara di Oceania (Australia, New Zealand, Norfolk Island).

    G. pallida telah menyebar di negara- negara Eropa (Austria, Belgium,

    Croatia, Cyprus, Chech Republic, Denmark, Faroe Islands, Finland, France,

    Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Latvia, Lithuania, Luxembourg,

    Malta, Netherlands, Norway, Poland, Portugal, Romania, Spain, Sweeden,

    Switzerland, Ukraine, United Kingdom), negara-negara di Asia (India, Japan,

    Malaysia, Pakistan, Turkey), negara-negara di Afrika (Algeria, Libya, Afrika

    Selatan, Tunisia, Panama), negara-negara di Amerika Utara (Canada, Mexico,

    USA), negara-negara di Amerika selatan (Argentina, Bolivia, Chile, Colombia, 12

    Ecuador, Falkland Islands, Peru, Venezuela), dan negara Di Oceania (New

    Zealand) (CABI 2007).

    Di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan Lisnawita (2007)

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    31/87

    diketahui bahwa NSK telah terdeteksi di sentra-sentra pertanaman kentang di

    Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat dan diduga NSK sudah ada di daerah

    tersebut untuk waktu yang cukup lama. Dari hasil survai Lisnawita (2007)

    diketahui bahwa di Jawa Timur NSK telah terdapat pada ketinggian tempat mulai

    dari 1600m dpl, di Jawa Tengah NSK ditemukan dilokasi survai dengan

    ketinggian tempat antara 1600 m sampai dengan 1900 m, sedangkan di Jawa

    Barat NSK telah ditemukan pada ketinggian tempat yang lebih rendah yaitu

    antara 1343 m sampai 1544 m (Tabel 1). Di Jawa Tengah, petani telah

    menanam kentang dengan menggunakan bibit asal Jerman sejak tahun 1985

    (Suwardiwijaya et al. 2007). Kondisi ini memungkinkan bagi NSK untuk menetap

    di daerah tersebut.

    Tabel 1 Daerah sebar NSK di pulau Jawa (Lisnawita 2007)

    No Lokasi Ketinggian tempat

    (m dpl)

    Jumlah

    Sista/

    100ml

    tanah

    Umur

    tanaman

    Kultivar

    1 Desa Tulung Rejo Kota Batu

    Malang Timur

    1600

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    32/87

    1700

    1800

    21

    44

    675

    40

    40

    >100

    Granola

    kembang

    2 Desa Pawuhan Banjarnegara Jawa

    Tengah

    1900 400 Siap panen Granola

    3 Desa Karangtengah Banjarnegara

    Jawa Tengah

    1700 270 60 Granola

    4 Desa Patak Banteng 1700 2 60 Granola

    Wonosobo Jawa Tengah

    5 Desa Kepakisan Banjarnegara

    Jawa Tengah

    1600 21 Siap panen Granola

    6 Desa Sukamanah Pangalengan

    Jawa Barat

    1456

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    33/87

    1508

    1544

    28

    2

    19

    70

    50

    70

    Granola

    Granola

    Granola &

    Atlantik

    7 Desa Mekarwangi Sindangkerta

    Jawa Barat

    1343 17 60 Granola 13

    Sebaran Horisontal NSK

    Sebaran/distribusi sista NSK pada area yang terinfeksi tidak bersifat acak.

    Pola infestasi NSK pada tiap generasi mengikuti pola petak yang menyebabkan

    terjadinya foci sekunder yang menyebar dengan cara serupa (Marks & Brodie

    1998). Foci-foci kecil ini nampak seperti terisolasi, tetapi ketika infestasi sudah

    terdeteksi seluruh lahan telah terinfeksi. Hal tersebut memerlukan beberapa

    tahun dari infestasi pertama di lapangan sebelum kerusakan tanaman pada area

    pertanaman diperhatikan untuk pertama kalinya. Foci seringkali berbentuk

    lonjong, dengan kepadatan populasi yang besar pada pusat gejala serangan

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    34/87

    NSK. Sebaran dan bentuk dari foci ditentukan oleh kegiatan mekanis, seperti

    panen yang berpengaruh dalam memindahkan tanah pada proses penggarapan

    tanah. Daerah sebar dari sista di lapangan dan sebaran sista dari foci awal

    berarti posisi posisi sista tidak bebas dari sista lainnya di lapangan (Marks &

    brodie 1998).

    Frekuensi sebaran dari jumlah nematoda tidak menjelaskan penggunaan

    ruang yang sesungguhnya, karena lokasi dari unit-unit sampel dikesampingkan

    dan hanya daftar jumlah yang diambil. Oleh karena itu lokasi, bentuk, ukuran

    dan jarak antara area terserang hampir tidak dapat ditentukan dengan frekuensi

    sebaran, meskipun jumlah relatif unit dari kepadatan yang berbeda menghasilkan

    beberapa informasi pengamatan area yang terserang. Khususnya, hubungan

    antara unit yang tidak terinfestasi dan rata-rata kepadatan lahan mungkin dapat

    ditelusuri (Marks & brodie 1998).

    Beberapa peneliti menemukan bahwa pola sebaran dari sista NSK banyak

    sekali/melimpah di lapangan adalah paling tepat mengikuti sebaran binomial

    negatif (Marks & brodie 1998).

    Karakterisasi NSK

    Karakterisasi NSK berdasarkan Morfologi

    Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies

    NSK, yaitu secara konvensional, misalnya dengan pengamatan dan pengukuran

    ciri-ciri morfologi. Metode sidik pantat sista NSK merupakan metode yang cukup

    baik untuk membedakan spesies G. rostochiensis dan G. pallida.

    Berikut ini disajikan skema karakter morfologi NSK (Marks & brodie 1998). 14

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    35/87

    Gambar 2 Tipe bentuk sista untuk Globodera, Punctodera, Cactodera dan

    Heterodera (Marks & Brodie 1998)

    Gambar 3 Pola perkembangan fenestra dari sista Heteroderinae (Marks &

    Brodie 1998)

    Bagian Perineal Vulva

    Leher depan

    Circum fenestra dari bagian vulva.

    Tidak terdapat fenestra pada anus.

    Contoh Globodera dan Cactodera

    Circum fenestra dari bagian vulva dan

    bagian anus. Contoh Punctodera

    Semifenestra-bifenestra dari bagian

    vulva. Tidak terdapat fenestra pada

    anus. Contoh Heterodera

    Semifenestra-ambifenestra dari bagian

    vulva. Tidak terdapat fenestra pada

    anus. Contoh Heterodera

    Bagian anus Bagian vulva 15

    Gambar 4 Bagian perineal sista Globodera (Marks & Brodie 1998)

    G. rostochiensis G. pallida

    Gambar 5 Bentuk ridge vulval-anal G. rostochiensis dan G. pallida (Marks &

    Brodie 1998)

    Karakterisasi NSK berdasarkan Biomolekuler

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    36/87

    Polymerase Chain reaction (PCR) merupakan suatu reaksi In Vitro untuk

    menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu dengan cara

    mensintesis molekul DNA baru yang berkomplemen dengan molekul DNA target

    tersebut dengan bantuan enzim dan oligonukleotida sebagai primer dalam suatu

    Anus

    Lapisan fenestra

    Celah vulva

    Garis transfenestra

    Lengkungan papilate

    Fenestra

    Tonjolan kutikula 16

    Thermocycler (Wulandari 2006). Teknik ini dipakai untuk menggandakan atau

    memperbanyak urutan basa DNA spesifik. Teknik PCR dapat mengatasi

    masalah jumlah DNA yang rendah per individu. Keuntungan teknik PCR

    adalah sistem analisisnya cepat, tidak memerlukan DNA dalam jumlah banyak,

    dapat dilakukan pada fase awal pertumbuhan, dan metode ekstraksi DNAnya

    sederhana.

    Teknik PCR memerlukan DNA polymerase, dNTPs, molekul DNA templete,

    serta dua buah oligonukleotida sebagai primer. Reaksi amplifikasi sangat

    tergantung pada keberadaan enzim polimerase sebagai katalisator, terutama

    yang bersifat tahan panas. Produk PCR kemudian dielektroforesis melalui gel

    (agarose gel) dengan prosentase tertentu untuk memisahkan DNA sesuai

    dengan ukuran molekulnya, kemudian hasil elektroforesis divisualisasi di bawah

    lampu Ultra Violet (Rustiani 2006).

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    37/87

    Pada metode PCR yang digunakan untuk identifikasi nematoda, fragmen

    DNA genom nematoda yang menjadi sasaran analisa diamplifikasi terlebih

    dahulu dengan PCR. Dari analisis genom nematoda, diperoleh informasi bahwa

    bagian internal transcribed spacer (ITS) dari rDNA merupakan daerah variabel

    sebagai kandidat yang baik untuk studi taksonomi molekuler dan filogenik

    sehingga sering digunakan untuk analisa patotipe suatu populasi nematoda

    (Thiery & Mugniery 1996). Dalam bidang fitopatologi, teknik PCR banyak

    digunakan untuk tujuan deteksi patogen, identifikasi patogen, karakterisasi

    keanekaragaman patogen maupun untuk diferensiasi patogen tumbuhan.

    Dengan demikian bersama-sama dengan teknik konvensional, prosedur yang

    didasarkan analisis DNA dan protein secara kontinyu dikembangkan untuk

    mengidentifikasi NSK sehingga dapat ditemukan metode pengendalian yang

    tepat.

    Penggunaan metoda PCR dalam mendeteksi G. rostochiensis dan G.

    pallida telah banyak dilakukan, diantaranya adalah penelitian Pylyppenko et al.

    (2005) yang melakukan identifikasi G. rostochiensis dan G. pallida di Ukraine

    dengan menggunakan PCR, penelitian Ibrahim et al. (2001) yang melakukan

    evaluasi teknik PCR, IEF dan ELISA untuk deteksi dan identifikasi NSK di

    England dan Wales UK, penelitian Jogaite et al. (2007) yang melakukan

    monitoring Globodera spp. di Lithuania dengan menggunakan karakter

    morphology dan PCR dan penelitian Sedlak et al. (2004) yang melakukan studi 17

    populasi NSK (G. rostochiensis dan G. pallida) Eropa dan Czech menggunakan

    metode RAPD).18

    BAHAN DAN METODE

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    38/87

    Tempat dan Waktu Penelitian

    Survei dilaksanakan di sentra pertanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng

    Jawa Tengah. Lokasi hamparan pengambilan contoh tanah ditandai dengan

    GPS (Geo Positioning System) untuk mengukur posisi geografis dan elevasi

    tanah dan dilakukan pengukuran suhu tanah. Penelitian dilaksanakan pada

    bulan Agustus sampai dengan Desember 2008.

    Metode Penelitian

    Penentuan lahan contoh

    Lahan yang digunakan untuk pengambilan sampel NSK (lahan contoh)

    adalah hamparan tanaman kentang berumur lebih dari 50 hari, yang diduga

    terinfeksi NSK di lapangan dengan gejala daun menguning, layu dan

    pertumbuhan kerdil dari beberapa daerah pertanaman kentang di Dataran Tinggi

    Dieng Jawa tengah.

    Lokasi lahan contoh dibagi menjadi 5 wilayah berdasarkan ketinggian

    tempat di atas permukaan laut (d.p.l.) (Lampiran 1) : kurang dari 1250 m, 1250 m

    1500 m, 1500 m 1750 m, 1750 m -2000 m dan Lebih dari 2000 m. Jumlah

    lahan contoh yang digunakan berdasarkan ketersediaan lahan kentang (2 7

    lahan / kategori).

    Pengumpulan sampel tanah dari tanaman kentang yang terinfeksi

    Pada setiap lokasi diambil 10 sampel tanah yang mewakili kondisi lahan

    pada hamparan tersebut. Pengambilan sampel tanah dan akar tanaman

    dilakukan dengan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Been &

    Schomaker (1996;2000) dalam Marks & brodie (1998) yang merekomendasikan

    cara pengambilan sampel NSK dengan Sistem Grid yaitu mengambil sampel

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    39/87

    tanah pada petak berukuran 5 x 5 m pada setiap titik infeksi NSK. Jumlah

    sampel tanah yang diambil pada setiap petak adalah sebanyak 250 ml, jumlah

    tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Southey (1974) mengenai

    Probabilitas sista yang terdeteksi pada sampel tanah dari lahan yang terinfeksi

    NSK, yang mengambil sampel tanah sebanyak 250 ml untuk setiap titik infeksi

    (Marks & brodie 1998). 19

    Metode pengambilan sampel untuk mengetahui sebaran spesies NSK

    berdasarkan ketinggian tempat dan prevalensi NSK, dilakukan dengan cara

    mengambil sampel tanah sebanyak 250 ml/petak pada kedalaman 0-20 cm

    (daerah perakaran tanaman/rizosfer). Pada setiap lokasi diambil 10 petak yang

    mewakili kondisi lahan pada hamparan tersebut. Semua sampel tanah dan akar

    dibawa dan dianalisis di laboratorium Nematologi dan laboratorium Biomolekuler

    Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian. Dari 10 sampel yang terkumpul

    yang berasal dari lokasi yang sama dilakukan pencampuran di laboratorium,

    kemudian diambil sampel tanah sebanyak 500 ml ( Been & Schomaker 2000;

    Reid et al. 2005) untuk dilakukan ekstraksi sista NSK (dilakukan pemisahan sista

    dari tanah).

    Prevalensi NSK diketahui dengan cara menghitung persentase lokasi

    yang terserang NSK dari seluruh lokasi yang disurvai untuk setiap kisaran

    ketinggian tempat, yang ditentukan dengan rumus :

    Prevalensi NSK = Jumlah lokasi tanaman kentang bergejala NSK x 100%

    Jumlah lokasi total tanaman kentang yang disurvai

    Ekstraksi sista NSK

    Ekstraksi sista NSK dilakukan terhadap 500 ml tanah/lokasi lahan contoh.

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    40/87

    Tanah dicampur dengan air (1 : 3) ke dalam beaker glass, kemudian di aduk,

    setelah itu bagian yang terangkat kepermukaan air (sista NSK , tanah, bahan

    organik dan kotoran) diambil, kemudian ditiriskan selama 24 jam. Bahan yang

    telah ditiriskan tersebut dimasukkan ke dalam beaker glass, kemudian dicampur

    dengan ethanol (1:3) dan diaduk, sista akan terangkat ke permukaan ethanol.

    Kemudian larutan yang mengandung sista NSK disaring, sista NSK yang

    menempel di kertas saring diambil dan dihitung.

    Identifikasi Spesies NSK berdasarkan Karakter Morfologi

    Identifikasi spesies NSK dengan menggunakan karakter morfologi

    dilakukan dengan metode sidik pantat (perineal pattern) sista NSK. Sista NSK

    yang akan digunakan untuk sidik pantat diambil masing-masing 10 sista dari tiap

    lokasi yang positif NSK berdasarkan kelas ketinggian. Kemudian sista dari kelas

    ketinggian yang sama dicampur untuk kemudian diambil 10 sista untuk dilakukan

    pengamatan sidik pantat. 20

    Pembuatan preparat untuk sista dilakukan dengan mengambil satu sista

    menggunakan kuas, dan diletakkan diatas gelas objek, kemudian sista dipotong

    3/4 bagian dari anterior di bawah mikroskop stereo dengan pembesaran 50X,

    kemudian bagian anteriornya dibuang dan 1/4 bagian ujung posterior / pantat

    digunakan untuk identifikasi. Telur dan juvenil yang berada di dalam sista

    dikeluarkan dengan memencet bagian posterior dengan menggunakan kuas,

    sehingga diperoleh irisan perennial pattern (sidik pantat). Irisan perennial pattern

    dibersihkan dengan menambahkan satu tetes larutan asam laktat 45% sambil

    dibersihkan perlahan-lahan dengan menggunakan kuas, lalu dibiarkan selama

    beberapa jam. Asam laktat dibuang dengan menggunakan kertas tissue, setelah

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    41/87

    itu ditambahkan lactofenol kemudian tutup dengan cover glass dan diberi kutek

    dibagian sisi-sisi cover glass. Kemudian dilakukan pengamatan di bawah

    mikroskop compound dengan pembesaran 200X.

    Perbedaan ciri morfologi antara G. rostochiensis dan G. pallida diketahui

    dengan melakukan penghitungan jumlah tonjolan kutikula antara anus dan

    fenestra, melakukan pengukuran jarak antara anus dan fenestra, mengukur

    diameter fenestra, dan dilakukan penghitungan rasio graneks (tabel 2 dan

    gambar 6).

    Rasio graneks = jarak antara anus dengan fenestra

    Diameter fenestra

    Tabel 2 Perbedaan ciri morfologi G. rostochiensis dan G. pallida (CABI 2007)

    G. rostochiensis G. pallida

    Jarak anus

    fenestra

    66,5 10,3 (m) 50 13,4 (m)

    Diameter fenestra

    (VB)

    19 2 (m) 24,5 5 (m)

    Rasio Granek 1,3 9,5 1,2 -3,5

    (4,5) (2,3)

    Jumlah garis

    /gelombang antara

    anus-fenestra

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    42/87

    (ridge) (CR)

    16 -21

    ( umumnya sekitar 22)

    8 20

    (umumnya sekitar 12) 21

    (a) (b)

    Gambar 6 (a) G. rostochiensis (b) G. pallida (CABI 2007)

    Identifikasi Spesies NSK berdasarkan Karakter Molekuler

    Ekstraksi DNA

    Identifikasi NSK dengan menggunakan teknik PCR dilakukan untuk semua

    sampel yang positif NSK. Metode ekstraksi DNA dilakukan berdasarkan metode

    Fullaondo et al. (1999); Subotin et. al. (2001) dalam Lisnawita (2007) yang

    dimodifikasi. Lima puluh sista dikumpulkan secara acak dari setiap sampel

    (Cunha et al. 2008), kemudian dimasukkan ke dalam eppendorf steril yang berisi

    150 l buffer lisis (125 mM KCl; 25 mM Tris-HCl, pH 8,0 ; 3,75 mM MgCl2 ; 2,5

    mM DTT ; 1,125% Tween 20 dan 0,025% gelatin) dan ditambahkan 5 l

    Proteinase K (600 g/ml) (USB UK). Sista digerus dengan pistil mikro plastik

    selama 2-3 menit, divorteks dan diinkubasi pada suhu 65

    o

    C selama 1 jam,

    dilanjutkan pada suhu 95

    o

    C selama 10 menit, setelah itu disentrifugasi dengan

    kecepatan 11000 rpm selama 10 menit. Supernatan dipindahkan pada tabung

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    43/87

    baru dan ditambahkan 1 volume kloroform : isoamil alkohol (24:1), divorteks dan

    disentrifugasi dengan kecepatan 11000 rpm selama 10 menit. Supernatan

    dipindahkan ke tabung baru dan ditambahkan NAOAc 3 M (pH 5.2) 2.5 kali

    volume total supernatan, kemudian diinkubasi selama 20 menit pada suhu -20

    o

    C.

    Supernatan dibuang setelah disentrifugasi 14000 rpm selama 10 menit. Pelet

    dicuci dengan 500 l etanol 70% dan disentrifugasi 14000 rpm selama 10 menit.

    Etanol dibuang kemudian pellet dikeringkan di dalam pompa vakum selama 10

    menit, selanjutnya pellet diresuspensi dengan 20 l ddH2O. Jika DNA belum

    segera digunakan, dapat disimpan pada temperatur -20

    o

    C. DNA hasil ekstraksi

    diamplifikasi dengan tehnik PCR berdasarkan metode Fullaondo et. al. (1999)

    dalam Lisnawita (2007).

    AV

    AV

    V

    V

    A

    A

    CR

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    44/87

    CR 22

    Reaksi PCR

    Komposisi dari setiap reaksi PCR (25 l) terdiri atas 25ng DNA template

    dari masing-masing sampel, yang terdiri dari 50mM Tris-HCl (pH 9,0) ; 50 mM

    KCl ; 1,5 mM MgCl2

    ; 0,1% Triton X-100 ; 0,2 mM setiap dNTP (New England

    Biolabs) ; 50 ng setiap primer dan 0,5 unit taq polymerase (New England Biolabs).

    Tiga primer digunakan, masing-masing primer spesifik untuk G.

    rostochiensis yaitu ITS-1R (5- TGT TGT ACG TGC CGT ACC TT -3), primer

    spesifik untuk G. pallida yaitu ITS-1P (5- GGT GAC TCG ACG ATT GCT GT -3)

    (Mulholland et al. 1996 dalam Luc et al. 2005)dan primer universal untuk NSK

    yaitu 5,8 S rRNA (5- GCA GAA GGC TAG CGA TCT TC -3) (Eurogentec AIT)

    (Mulholland et al. 1996 dalam Lisnawita 2007). Ukuran produk PCR untuk G.

    rostochiensis adalah 238 bp dan untuk G. pallida adalah 391 bp.

    Amplifikasi DNA dilakukan dengan denaturasi awal pada 96

    o

    C selama 2

    menit, kemudian dilanjutkan dengan 35 siklus yang melalui tiga tahapan, yaitu

    pemisahan utas DNA (denaturation) pada 94

    o

    C selama 1 menit, penempelan

    primer (annealing) pada suhu 50

    o

    C selama 1 menit dan sintesis DNA (extention)

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    45/87

    pada 72

    o

    C selama 2 menit. Khusus untuk siklus terakhir ditambah tahapan

    sintesis selama 7 menit, kemudian siklus berakhir pada suhu 4

    o

    C.

    Elekroforesis

    Sepuluh l fragmen DNA hasil amplifikasi PCR dianalisis dengan

    elektroforesis pada 2% gel agarose dalam buffer TAE 1X dengan tegangan 75

    Volt selama 60 menit dan diamati dengan UV transiluminator setelah diberi

    warna dengan ethidium bromide.

    Optimasi ekstraksi DNA sista NSK

    Pada penelitian ini dilakukan juga optimasi ekstraksi DNA sista NSK yang

    bertujuan untuk mengetahui jumlah minimal sista yang diekstraksi yang dapat

    menghasilkan pola pita (band) pada gel agarose. Jumlah sista yang diekstraksi

    dimulai dari 1, 5, dan 10 sista. Metode ekstraksi DNA disusun berdasarkan

    metode Fullaondo et al. (1999); Subotin et. al. (2001) dalam Lisnawita (2007)

    yang dimodifikasi. 23

    Analisis Data

    Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan program Minitab 14.

    Untuk mengetahui hubungan antara ketinggian tempat dengan jumlah sista NSK

    dan hubungan antara suhu tanah dengan jumlah sista NSK digunakan analisis

    regresi. Sementara untuk mengetahui keeratan hubungan antara 2 peubah

    tersebut dilakukan analisis korelasi. HASIL DAN PEMBAHASAN

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    46/87

    Prevalensi NSK berdasarkan Ketinggian Tempat

    Berdasarkan survai yang telah dilakukan di sentra produksi kentang di

    Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah yang meliputi dua kabupaten, yaitu

    Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara diketahui NSK telah

    tersebar luas di beberapa lokasi yang disurvei. Hal ini sesuai dengan hasil

    penelitian yang dilakukan oleh Suwardiwijaya et al. (2007) yang menyebutkan

    bahwa secara umum prevalensi NSK di masing-masing sumber pengambilan

    tanah di Dieng Jawa Tengah cukup tinggi yaitu 81,1% pada lahan bera, 78,9%

    pada lahan tanaman kentang, dan 72,7% pada lahan tanaman kubis.

    Keberadaan NSK pada sentra penanaman kentang di Pegunungan Dieng, Jawa

    Tengah telah menyebar hampir di seluruh hamparan.

    Gejala kerusakan pada tanaman kentang yang nampak akibat serangan

    NSK di Dataran Tinggi Dieng adalah pertumbuhan beberapa tanaman kentang

    menjadi kerdil, pertumbuhan akar terhambat, daun menjadi layu, berwarna

    kuning dan mengering diantara tanaman lainnya dalam satu hamparan. Pada

    tanaman yang terinfeksi apabila dicabut akan terlihat sista NSK pada akar

    tanaman (gambar 7).

    (a) (b) (c)

    Gambar 7 (a) & (b) Gejala serangan NSK, (c) sista NSK di sekitar daerah

    perakaran tanaman kentang (Nurjanah 2008)

    Sista NSK ditemukan pada 17 lokasi dari 26 lokasi yang disurvai. Hasil

    survai juga menunjukkan bahwa NSK tersebar pada ketinggian tempat mulai dari

    ketinggian 1460 m dpl sampai dengan 2123 m dpl. Lokasi sebaran NSK

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    47/87

    berdasarkan ketinggian tempat selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 8 dan

    Lampiran 2 . 25

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    2000 m

    Ketinggian tempat (m dpl)

    Prevalensi sista NSK (%)

    Gambar 8 Prevalensi sista NSK berdasarkan ketinggian tempat di Dataran

    tinggi Dieng Jawa tengah

    Gambar 8 menunjukkan prevalensi sista NSK yang dihitung berdasarkan

    ketinggian tempat. Pada gambar tersebut diketahui bahwa semakin tinggi

    tempat maka prevalensi sista NSK semakin tinggi. Pada ketinggian tempat

    kurang dari 1250 m dpl tidak ditemukan sista NSK. Hal ini kemungkinan

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    48/87

    disebabkan karena suhu tanah pada daerah tersebut sebesar 24

    o

    C tidak sesuai

    untuk perkembangan NSK dan pada suhu tersebut NSK tidak bisa menginokulasi

    tanaman. Pada kisaran ketinggian tempat 1250 m 1500 m prevalensi NSK

    sebesar 14,3%, pada daerah ini kisaran suhunya antara 21

    o

    C sampai 25

    o

    C

    (Lampiran 3). Pada kisaran ketinggian 1500 m 1750 m prevalensi NSK

    sebesar 60%, pada daerah ini kisaran suhunya antara 19

    o

    C sampai 24

    o

    C.

    Prevalensi sista NSK mencapai 100% pada kisaran ketinggian tempat 1750 m

    2000 m dan lebih dari 2000 m, yang mana pada kedua kisaran ketinggian

    tersebut sista NSK ditemukan di semua lokasi yang disurvai. Pada kisaran

    ketinggian tempat 1750 m 2000 m dan lebih dari 2000 m suhunya berkisar

    antara 16

    o

    C sampai 23

    o

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    49/87

    C, suhu ini sangat sesuai untuk perkembangan NSK.

    Menurut Trifonova (1999) suhu optimum untuk perkembangan NSK berkisar

    antara 15,7

    o

    C sampai dengan 23,1

    o

    C, NSK dapat menginokulasi tanaman pada

    suhu lebih dari 10

    o

    C dan NSK menyerang tanaman secara optimum pada suhu

    14,2

    o

    C.

    Dari hasil penghitungan sista diketahui bahwa kepadatan sista terbanyak

    pada lokasi dengan ketinggian berkisar antara 1750 m sampai dengan 2000 m. 26

    Kepadatan NSK tertinggi terdapat pada desa Karang Tengah kecamatan Batur

    kabupaten Banjarnegara dengan jumlah sista 1007/500 ml tanah.

    Nematoda sista kentang dapat terdeteksi di sentra pertananaman kentang

    di Jawa Tengah diduga karena NSK sudah ada di daerah tersebut untuk waktu

    yang cukup lama. Seperti diketahui bahwa penggunaan bibit kentang impor asal

    Jerman telah dilakukan sejak tahun 1985 (Suwardiwijaya et al. 2007). Kondisi

    ini memungkinkan bagi NSK untuk mantap di daerah tersebut. Menurut Brodie

    (1984), untuk dapat terdeteksi dan menyebabkan endemik di suatu daerah, NSK

    memerlukan waktu sekitar 7 tahun. Hasil yang didapat dari survai ini dapat

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    50/87

    menjadi ancaman yang serius bagi pertanaman kentang lain di Indonesia. Hal ini

    disebabkan karena NSK merupakan patogen yang sulit dikendalikan. Stevenson

    et al (2001) menyatakan, sekali NSK terinfestasi pada suatu lahan, maka

    nematoda akan tetap ada di lahan tersebut dan mungkin lahan tersebut sulit

    untuk dapat bersih dari NSK. Oleh karena itu, walaupun jumlah sista NSK di

    lokasi survai bervariasi dari rendah sampai tinggi, kondisi ini tidak menghalangi

    untuk terjadinya ledakan penyakit di lokasi tersebut.

    Penyebaran NSK di Jawa Tengah terjadi sangat cepat, menurut laporan

    Rapat Kerja NSK Nasional (2007), saat ini ada sekitar 121 ha pertanaman

    kentang di Jawa Tengah yang terinfeksi NSK. Penyebaran ini sangat cepat, bila

    dibandingkan pada tahun 2003, luas lahan yang terinfeksi baru sekitar 23 ha.

    Hal ini diduga karena di Dataran Tinggi Dieng tidak pernah dilakukan rotasi

    tanaman, tidak adanya usaha pengendalian NSK secara serius. Selain itu

    penggunaan insektisida dan fungisida yang sangat tinggi, Kondisi ini

    menyebabkan kompetitor maupun musuh alami NSK di daerah tersebut

    berkurang, sehingga menyebabkan NSK menyebar cepat.

    Hubungan antara Ketinggian Tempat dengan Jumlah Sista NSK

    Pada Gambar 9 disajikan plot antara ketinggian tempat dengan jumlah

    sista NSK. Jumlah sista NSK yang ditemukan cenderung semakin banyak

    dengan bertambahnya ketinggian tempat. 27

    Ketinggian tempat

    Jumlah sista

    1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100

    1000

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    51/87

    800

    600

    400

    200

    0

    Gambar 9 Hubungan antara ketinggian tempat dengan jumlah sista NSK

    Dengan melakukan analisis regresi (lampiran 4), pola dugaan hubungan antara

    ketinggian tempat dengan jumlah sista NSK dapat dimodelkan menjadi :

    Jumlah sista = -686 + 0.543 ketinggian tempat

    Berdasarkan model di atas dapat diartikan bahwa ada pengaruh ketinggian

    tempat terhadap banyaknya sista NSK. Makin tinggi tempat maka jumlah sista

    NSK juga semakin banyak. Pada rentang ketinggian antara 1188 m - 2123 m di

    atas permukaaan laut, penambahan jumlah sista NSK untuk setiap satu meter

    ketinggian diduga sebesar 0.543 atau sekitar 50 sista NSK untuk setiap kenaikan

    100 meter.

    Hubungan suhu tanah dengan jumlah sista NSK

    Dari hasil analisis regresi (lampiran 5) diketahui bahwa jumlah sista NSK

    cenderung semakin banyak dengan bertambahnya ketinggian tempat. Makin

    tinggi tempat, maka suhu tanah akan makin menurun, dengan semakin

    menurunnya suhu tanah maka cenderung menyebabkan makin bertambahnya

    jumlah sista NSK (Gambar 10). 28

    Suhu tanah

    Jumlah sista

    15.0 17.5 20.0 22.5 25.0

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    52/87

    1000

    800

    600

    400

    200

    0

    Gambar 10 Hubungan antara suhu tanah dengan jumlah sista NSK

    Dari pola yang terbentuk seperti pada gambar, dapat dibuat model hubungan

    antara suhu tanah dengan jumlah sista NSK yaitu:

    Jumlah Sista = 1996 - 83.8 Suhu Tanah

    Berdasarkan model di atas dapat diartikan bahwa ada pengaruh suhu tanah

    terhadap banyaknya sista. Makin rendah suhu tanah maka jumlah sista NSK

    juga makin banyak. Pada rentang suhu tanah antara 15

    o

    C 25

    o

    C, penurunan

    suhu tanah setiap satu derajat celsius diduga akan menambah sekitar 84 sista

    NSK.

    Kolerasi antara Jumlah Sista NSK dengan ketinggian tempat dan suhu

    tanah

    Pada tabel 3 berikut disajikan hasil kolerasi antara jumlah sista dengan

    ketinggian tempat, suhu tanah dan jumlah tanaman. Dari hasil analisis statistik

    diketahui bahwa jumlah sista NSK berkorelasi positif (0,553) dengan

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    53/87

    bertambahnya ketinggian tempat. Sebaliknya jumlah sista NSK berkorelasi

    negatif (- 83,8) dengan naiknya suhu tanah. Adapun hubungan antara jumlah

    tanaman dengan jumlah sista NSK tidak berbeda nyata (non signifikan), artinya

    tidak ada hubungan linear antara jumlah sista NSK dengan jumlah tanaman. 29

    Tabel 3 Hasil korelasi antara ketinggian, jumlah sista NSK, suhu tanah dan

    jumlah tanaman

    Ketinggian Jumlah Sista Suhu Tanah

    Jumlah Sista 0.553

    0.003

    Suhu Tanah -0.528 -0.678

    0.006 0.000

    Jumlah tanaman -0.028 0.010 0.120

    0.891 0.960 0.559

    Cell Contents: Pearson correlation

    P-Value

    Pada daerah yang disurvai, semakin tinggi ketinggian tempat maka

    semakin rendah suhu tanahnya, menghasilkan jumlah sista NSK yang semakin

    banyak. Semakin tinggi suatu tempat maka suhu tanahnya semakin rendah,

    CABI (2007) menyatakan bahwa telur G. pallida dapat menetas pada suhu

    sekitar 10

    o

    C dan G. rostochiensis dapat menetas pada suhu 15

    o

    C. G. pallida

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    54/87

    dan G. rostochiensis dapat beradaptasi dan berkembang pada suhu berkisar

    antara15 25

    o

    C. Pada lokasi penelitian yang memiliki suhu tanah berkisar

    antara 16 20

    o

    C ditemukan jumlah sista yang lebih banyak dibandingkan

    dengan lokasi lainnya yang bersuhu tanah lebih dari 20

    o

    C. Berdasarkan

    penelitian yang dilakukan Lisnawita (2007) diketahui bahwa temperatur optimum

    untuk mendapatkan jumlah sista yang tinggi adalah antara 15-21

    o

    C. Jumlah

    sista yang dihasilkan akan menurun secara nyata pada temperatur di bawah

    15

    o

    C dan di atas 21

    o

    C. Kemampuan bertahan hidup optimum dari setiap isolat

    NSK dicapai pada temperatur 15

    o

    C - 21

    o

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    55/87

    C. Kemampuan bertahan hidup akan

    menurun pada temperatur di bawah 15

    o

    C atau di atas 21

    o

    C. Mulder (1988)

    melaporkan bahwa temperatur optimum untuk multipikasi dan penetasan G.

    rostochiensis adalah mendekati 20

    o

    C, dan proses ini akan menurun drastis pada

    temperatur di bawah 10

    o

    C dan di atas 27

    o

    C. Sedangkan G. pallida mempunyai

    temperatur optimum yang lebih rendah.

    Hal tersebut di atas juga didukung oleh tipe iklim yang terjadi di

    Banjarnegara yang menyebutkan bahwa menurut Tipe Iklim Oldeman,

    Kabupaten Banjarnegara (tempat pengambilan sista NSK) termasuk kedalam 30

    tipe B1 yang mempunyai curah hujan sebulan 200 mm selama 8 bulan

    (Oktober Mei) dan < 100 mm selama satu bulan (Agustus), sisanya antara 100

    sampai dengan 200 mm (Ditlin-TP, 1986). Pada ketinggian 2.000 m dari

    permukaan laut suhu berkisar antara 12,2

    o

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    56/87

    - 18,9

    o

    C dan pada ketinggian 1.000 m

    berkisar antara 17,5

    o

    25,1

    o

    C. Kelembaban udara pada bulan Oktober 80% dan

    maksimum pada bulan Februari mencapai 94% (Hadisoeganda, 2006).

    Sehingga pada ketinggian tempat 1500 m suhunya sekitar 21

    o

    C dan pada

    ketinggian tempat 2000 m dpl suhunya sekitar 17

    o

    C merupakan kondisi iklim

    yang cocok untuk perkembangan NSK.

    Dominasi Spesies NSK berdasarkan Ketinggian Tempat

    Hasil pengamatan sidik pantat sista NSK pada sampel sista yang berasal

    dari Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah dinyatakan pada gambar 11 dan

    lampiran 6.

    0 0

    7

    3

    5 5

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    57/87

    4

    6

    5 5

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    Ro Pa Ro Pa Ro Pa Ro Pa Ro Pa

    < 1250 1250 - 1500 m

    dpl

    1500 - 1750 m

    dpl

    1750 - 2000 m > 2000 m

    Ketinggian tempat (m d.p.l)

    Jumlah jenis Spes ies

    Gambar 11 Pengaruh ketinggian tempat terhadap proporsi spesies NSK

    Dari Gambar 11 diketahui bahwa populasi campuran spesies NSK

    ditemukan pada semua kisaran ketinggian tempat yang disurvai (Lampiran 6).

    Pada kisaran ketinggian tempat antara 1250 m 1500 m diketahui bahwa

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    58/87

    spesies G. rostochiensis lebih dominan dibanding G. pallida. Seiring dengan

    semakin tinggi tempat, maka dominasi digantikan oleh G. pallida. Hal tersebut

    dapat dilihat dari kisaran ketinggian tempat antara 1750 m 2000 m diketahui

    bahwa spesies G. pallida lebih dominan di banding G. rostochiensis. Spesies 31

    yang dominan dalam populasi NSK campuran, kemungkinan karena tekanan

    seleksi lingkungan atau kompetisi inter-spesifik (Marshall 1989 dalam Marshall

    1993). Dalam hal ini kepadatan populasi G. pallida dan tipe penyebarannya

    pada kondisi yang sangat memungkinkan untuk terdeteksi. Menurut Port &

    Ferris (1992) dalam Ibrahim et al.(2000) faktor lingkungan, waktu dan perilaku

    akan menghasilkan pola penguasaan ruang dari banyak populasi biologi, dan

    nematoda parasit tumbuhan. Kepadatan populasi dan tipe penyebaran spesies

    mempengaruhi kemungkinan terdeteksinya populasi tersebut. G. pallida yang

    lebih dominan dibanding G. rostochiensis juga dapat disebabkan karena G.

    pallida lebih persisten di tanah. Hal ini dinyatakan oleh Evans (1993) bahwa

    berdasarkan survai di UK kepadatan G. rostochiensis berkurang 33% per

    musim/tahun pada saat lahan diberakan, sedangkan kepadatan G. pallida

    menurun 15% pada saat lahan diberakan. Dari hal di atas maka diketahui bahwa

    G. pallida lebih persisten di tanah.

    Populasi NSK campuran telah dilaporkan pula terdapat di beberapa negara

    asal bibit kentang seperti Netherland, U.K., Scotland dan New Zealand.

    Verifikasi Spesies NSK melalui PCR

    Hasil amplifikasi DNA sista NSK dengan teknik PCR menggunakan

    primer spesifik untuk G. rostochiensis dan G. pallida serta primer universal

    terhadap 17 populasi NSK menghasilkan 2 pola pita, masing-masing dengan

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    59/87

    ukuran 238 bp dan 391 bp. Berikut ini disajikan hasil amplifikasi DNA sista NSK

    berdasarkan kelas ketinggian tempat.

    13R 12R 10R 7R 13P 12P 10P 7P M

    Gambar 12 Produk PCR sista G. rostochiensis dan G. pallida yang diambil dari

    lokasi dengan ketinggian tempat 1250 m 1750 m : 7. Ds. Serang

    1460 m), 10. Ds. Sidareja (1597 m), 12. Dsn. Kalianget (1626 m). 13.

    Dsn Bujangsari (1651 m), M. Marker 100 bp.

    391 bp G. pallida

    238 bp G. rostochiensis 32

    20R 19R 18R 17R 16R 15R 14R M

    Gambar 13 Produk PCR sista G. rostochiensis yang diambil dari lokasi pada

    ketinggian tempat 1750 m 2000 m : 14. Ds. Bakal (1787 m), 15.

    Ds. Bakal (1830 m), 16. Ds. Bakal (1895 m), 17. Dsn. Buntu (1952

    m), 18. Ds. Patak Banteng (1974 m), 19. Dsn. Buntu (1980 m), 20.

    Ds. Karang Tengah (1994 m), M. Marker 100 bp.

    19P 20P 18P 17P 16P 15P 14P M

    Gambar 14 Produk PCR sista G. pallida yang diambil dari lokasi pada ketinggian

    tempat 1750 m 2000 m : 14. Ds. Bakal (1787 m), 15. Ds. Bakal

    (1830 m), 16. Ds. Bakal (1895 m), 17. Dsn. Buntu (1952 m), 18. Ds.

    Patak Banteng (1974 m), 19. Dsn. Buntu (1980 m), 20. Ds. Karang

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    60/87

    Tengah (1994 m), M. Marker 100 bp.

    238 bp G. rostochiensis

    391 bp G. pallida33

    26R 25R 24R 23R 22R 21R 26P 25P 24P 23P 22P 21P M

    Gambar 15 Produk PCR sista G. rostochiensis, G. pallida yang diambil dari

    lokasi pada ketinggian tempat lebih dari 2000 m dpl: 21. Dsn.

    Karang Tengah (2037 m), 22. Dsn. Pawuhan (2053 m), 23. Dsn.

    Telaga Merdada (2055 m), 24. Ds. Dieng Kulon (2090 m), 25. Ds.

    Karang Sari (2089 m), 26. Dsn Pawuhan (2123 m), M. Marker 100

    bp.

    Identifikasi spesies NSK berdasarkan karakter molekuler memberikan hasil

    yang cukup baik. Hasil amplifikasi dengan teknik PCR pada daerah ITS dengan

    menggunakan pasangan primer ITS-1 R dengan 5,8 S rRNA menghasilkan

    fragmen DNA berukuran 238 bp pada semua isolat. Ukuran fragmen DNA hasil

    PCR menggunakan pasangan primer ini adalah sesuai dengan harapan untuk

    mengamplifikasi segmen genom spesifik G. rostochiensis. Demikian pula pada

    pasangan primer ITS-1 P dan 5,8 S rRNA menghasilkan fragmen DNA

    berukuran 391 bp pada semua isolat. Ukuran fragmen DNA hasil PCR

    menggunakan pasangan primer ini adalah sesuai dengan harapan untuk

    mengamplifikasi segmen genom spesifik G. pallida. Dari hasil tersebut maka

    isolat NSK di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah merupakan populasi campuran

    Globodera rostochiensis dan Globodera pallida.

    Hasil yang sama juga telah diperoleh oleh peneliti terdahulu (Muholland et

    al. 1988; Ibrahim et al. (2001); Fleming (1998) ) bahwa fragmen genom pada

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    61/87

    daerah ITS dari NSK merupakan daerah variabel dan dapat digunakan untuk

    membedakan antara G, rostochiensis dan G. pallida. Deteksi dilakukan dengan

    mengamplifikasi daerah ITS dengan primer PCR yang berlokasi pada gen 5,8 S.

    Variasi sequen DNA pada daerah ITS dari cistron DNA ribosom dapat digunakan

    untuk mengidentifikasi banyak taxa nematoda. Penggunaan primer ITS 1

    391 bp G. pallida

    238 bp G. rostochiensis34

    sangat relevan untuk mendiagnosa sista nematoda yang seringkali ditemukan

    dalam populasi campuran (Fleming et al. 1998)

    Jones et al. (1997) dan Power & Fleming (1998) dalam Pylypenko et al.

    (2005) menyatakan PCR merupakan teknik yang sangat efektif untuk mendeteksi

    variasi inter dan intra-spesifik dalam mengidentifikasi nematoda. Begitu pula

    Kenyon (2000) menyatakan bahwa metode PCR sangat sensitif dan mampu

    mengidentifikasi populasi NSK campuran. Hal tersebut terbukti dengan

    terdeteksinya populasi campuran G. rostochiensis dan G. pallida di Dataran

    Tinggi Dieng Jawa Tengah dengan menggunakan teknik PCR.

    Identifikasi spesies berdasarkan karakter molekuler mempunyai tingkat

    akurasi yang tinggi, sebab pada metode ini perbedaan antar isolat dilacak pada

    tingkat gen, sehingga memiliki sensitifitas yang tinggi untuk mengidentifikasi

    spesies campuran.

    Pada hasil penelitian Lisnawita (2007) yang dilaksanakan sejak tahun 2004

    disebutkan bahwa hasil amplifikasi DNA sista NSK ditemukan ukuran pita 238 bp

    (G. rostochiensis) dan ukuran pita 391 (G. pallida) di Desa Pawuhan

    Banjarnegara, Desa Karang Tengah Banjarnegara, Desa Kepakisan

  • 7/28/2019 Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang Hasil Dan Pembahasan

    62/87

    Banjarnegara dan Desa Patak Banteng Wonosobo Jawa Tengah. Dari hal

    tersebut di atas maka penelitian ini menguatkan hasil penelitian Lisnawita,

    karena pada penelitian ini berdasarkan uji PCR telah terdeteksi Globodera

    rostochiensis dan Globodera pallida pada 17 lokasi yang disurvai yang tersebar

    di Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara.

    Populasi campuran G. rostochiensis dan G. pallida yang ditemukan di

    Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah bisa disebabkan oleh aktivitas manusia dan

    penggunaan kultivar tanaman kentang yang resisten terhadap G. rostochiensis

    tetapi rentan terhadap G. pallida, yang mana hal tersebut akan menyebabkan

    perubahan kese