sdm birokrasi-lokal

9
PERTEMUAN 7 PERMASALAHAN 1. Pendahuluan Sumber Daya Manusia (SDM) Birokrasi merupakan elemen terpenting dari organisasi pemerintahan daerah, berperan sebagai penggerak utama dalam mewujudkan visi dan misi serta tujuan organisasi. Mengingat begitu pentingnya SDM birokrasi, maka perlu manajemen SDM guna mengelola secara sistematis, terencana, dan terpola agar tujuan yang diinginkan organisasi baik di masa sekarang maupun di masa depan dapat tercapat secara optimal.

Upload: herdi-firmansyah

Post on 22-Jun-2015

241 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sdm birokrasi-lokal

PERTEMUAN

7

PERMASALAHAN

SUMBER DAYA MANUSIA

1. Pendahuluan

Sumber Daya Manusia (SDM) Birokrasi merupakan elemen terpenting dari

organisasi pemerintahan daerah, berperan sebagai penggerak utama dalam

mewujudkan visi dan misi serta tujuan organisasi. Mengingat begitu pentingnya

SDM birokrasi, maka perlu manajemen SDM guna mengelola secara sistematis,

terencana, dan terpola agar tujuan yang diinginkan organisasi baik di masa

sekarang maupun di masa depan dapat tercapat secara optimal.

Tantangan globalisasi dari waktu ke waktu semakin menghadapkan SDM

terutama birokrat pada persaingan bebas (sains, teknologi, ekonomi), kultur, dan

bentrokan peradaban. Oleh karena itu guna mewujudkan SDM birokrasi dengan

kapasitas seperti di atas perlu reformasi kearah pembangunan yang berpihak

kepentingan sosial, berupa ekonomi kerakyatan. Reformasi tersebut

Page 2: Sdm birokrasi-lokal

memerlukan wawasan, pendekatan, dan strategi pembangunan selaras dan

sepadan di era transparansi global.

Budaya yang melekat dalam manajemen SDM di masa lalu yang berpola

sentralistis harus berubah menuju perencanaan desentralistis, menggeser

pendekatan pembangunan sektoral harus pula berubah menjadi spasial.

Konsekuensi dari perubahan tersebut adalah pada Program Pembangunan

Daerah (Propeda) yang merupakan perwujudan pola perencanaan dan

pendekatan pembangunan bersifat pokok, mendasar, dan mendesak, fokus pada

pemecahan masalah pembangunan. Propeda yang disusun baik akan

menampakkan visi dan misi pembangunan daerah terutama dalam hal

penanganan masalah SDM daerah.

Perlu kita pahami bahwa manajemen SDM birokrasi di tingkat lokal bukan saja

melibatkan aparat pemerintahan atau birokrasi semata, akan tetapi juga

melibatkan swasta (private sector) dan masyarakat (society). Ketiga komponen

tersebut merupakan wujud dari komitmen pelaksanaan kepemerintahan yang

baik (good governance). Sehingga SDM birokrasi lokal dalam hal ini merupakan

bagian dari manajemen pembangunan daerah.

2. Teori dan Konsep SDM

SDM di dalam manajemen SDM dianggap memiliki pengetahuan dan

keterampilan untuk mengelola dan mengolah kekuatan yang dimilikinya (sumber-

sumber yang tersedia), memanfaatkan peluang, mengatasi kelemahan dan

ancaman yang dihadapi, kemudian meningkatkan kapasitas (capacity building),

dan akuntabilitas (accountability).

Dalam rangka menyiapkan SDM yang memiliki kompetensi unggul (knowledge,

skill, dan, attitude), manajemen SDM harus fokus pada:

a. profesionalisme dan akuntabilitas lokal aktor,

2

Page 3: Sdm birokrasi-lokal

b. tenaga professional, manajer/eksekutif pembangunan baik pemerintah dan

swasta,

c. peran masyarakat dalam membentuk persepsi positif terhadap

pembangunan, berjiwa kreatif, inovatif, dan kerja keras.

Manajemen SDM dalam teori Mondy (1990), menguraikan bahwa “Human

resource management is the utilization of human resources to achieve

organizational objectives.” (manajemen sumber daya manusia adalah

pemanfaatan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran organisasi).

Sedangkan Mosses N. Kiggundu, seperti dikutip dari Suharyanto dan Heruanto

(2000), menyebutkan bahwa:

“Human resource management….is the development and utilization of

personnel for the effective achievement of individual, organizational,

community, national and international goals and objective.” (Manajemen

sumber daya manusia….adalah pembangunan dan pemanfaatan pegawai

untuk mencapai tujuan dan sasaran efisien dari individu, organisasi,

komunitas, nasional, dan internasional).

Ditinjau dari teori SDM mikro, Tulus, seperti dikutip dari Suharyanto dan

Heruanto (2005), mengungkapkan bahwa:

“….perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas

pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian,

pemeliharaan dan pemutusan hubungan tenaga kerja dimaksud

membantu mencapai tujuan organisasi, individu, dan masyarakat.”1

Jeffrey D. Sachs (2004), profesor ekonomi dari Harvard University yang banyak

bekerja dalam proyek desentralisasi World Bank, IMF, dan Millenium

Development Goals UNDP, memberikan kategori SDM ke dalam 3 tingkatan:

1 ….

3

Page 4: Sdm birokrasi-lokal

1. technological innovator, merupakan SDM yang berdiam di negara-negara

dengan kemampuan penguasaan teknologi maju seperti Amerika Serikat,

Inggris, Eropa, dan Jepang,

2. technological adopters, merupakan SDM yang menempati negara dengan

kemampuan teknologi cukup tinggi yang didapat dengan cara mengadopsi,

meniru, bahkan mencuri teknologi dari tingkat I,

3. technological excluded, merupakan negara-negara yang SDM-nya hanya

mampu menjadi konsumen teknologi yang ditawarkan tingkat I dan II,

sehingga negara-negara tempat SDM tersebut tinggal hanya sebagai tempat

pemasaran saja.2

Seiring pendapat dari Sachs, SDM birokrasi lokal secara umum di Indonesia bisa

dikategorikan masuk ke tingkat III. Agar menghasilkan SDM yang mampu

bersaing dalam kompetisi global, manajemen SDM lokal perlu untuk mengejar

ketertinggalan dari SDM pusat maupun di lingkungan negara tetangga lainnya

dengan cara meningkatkan peluang dan kemampuan SDM minimal ke tingkat

yang lebih tinggi.

3. Kondisi SDM Birokrasi Lokal

Kunci kesediaan SDM birokrasi lokal handal dan berkualitas adalah

pemberdayaan masyarakat bawah (grass root) dan peningkatan kualitas

penyelenggara daerah agar kapabel dalam memberikan pelayanan yang prima

pada masyarakat. Masukan masyarakat dimanfaatkan dalam teknik

pengembangan SDM birokrasi lokal dan memberikan laporan dalam konteks

akuntabilitas publik kepada masyarakat. Sebaliknya masyarakat dalam hal ini

perlu diyakinkan bahwa kinerja dan akuntantabilitas aparat pelaksana atau

pemerintah telah berubah ke arah positif dari sisi sifat (attitude) sebagai

memotivasi masyarakat berpartisipasi meningkatkan kinerja pembangunan.

Keseluruhan upaya mewujudkan SDM birokrasi lokal handal dan berkualitas

2 …

4

Page 5: Sdm birokrasi-lokal

membutuhkan pengelolaan atau manajemen SDM yang sesuai dengan kondisi

lingkungan setempat.

Selain manajemen SDM dengan mengikutsertakan partisipasi masyarakat

bawah, Undang-undang Pokok Kepegawaian Nomor 43/1999 perubahan atas

Undang-undang Nomor 8/1974, menyebutkan tentang manajemen SDM yang

terdiri dari norma, standar, prosedur, formasi, pengangkatan, pengembangan

kualitas SDM pemerintah, pemindahan, gaji, tunjangan, kesejahteraan,

pemberhentian hak, kewajiban, dan kedudukan hukum. Undang-undang Nomor

43/1999 juga mengharapkan terbentuknya SDM profesional sebagai pelaksana

pembangunan, pemerintahan dan pelayan masyarakat, netral dari kepentingan

politik dan golongan.

Berkaitan dengan kompetensi, jumlah PNS merupakan beban organisasi atau

instansi. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 95/2000 pengadaan PNS

diajukan oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN) kepada Kementerian Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara (Meneg PAN) untuk disetujui. Oleh karena itu,

kedua instansi tersebut juga berwenang menetapkan jumlah pegawai atau

pengadaan di seluruh Indonesia. Walaupun begitu, perekrutan pegawai daerah

dilakukan melalui biro kepegawaian atau kepegawaian instansi dan Badan

Kepegawaian Daerah (BKD).

Permasalahannya penanganan SDM di daerah terutama SDM aparatur adalah

karena Key Performance Indicators tidak jelas dibarengi dengan Key

Performance Index tidak baku.3 Ketidakjelasan dan ketidakbakuan tersebut

dapat disebabkan karena kurang standarnya ukuran pencapaian Knowledge,

Skill, Expertise, dan Behavior yang merupakan atribut kompetensi.

Secara garis besar kendala-kendala di daerah berkaitan dengan SDM berkisar

pada:

3 Armstrong, 1998

5

Page 6: Sdm birokrasi-lokal

a. PNS tidak profesional,

b. Kurang SDM berkualitas (pemuda dan masyarakat inovatif),

c. Swasta yang kurang pro-aktif hanya melihat keuntungan jarak dekat tidak

jauh, sehingga membutuhkan komitmen politik dari eksekutif dan legislatif,

d. Tidak adanya penerapan knowledge based competition,

e. Kurangnya budaya learning organization berbasis knowledge management,

f. Pendekatan sistem yang tidak kunjung terintegrasi,

g. Manajemen pembangunan daerah hanya bertumpu pada eksploitasi

penggunaan sumber daya alam tanpa memikirkan SDM,

h. Manajemen pembangunan daerah kurang menggali iklim partisipatif

masyarakat sebagai bagian SDM daerah,

i. Marginalisasi kepentingan rakyat di bawah kepentingan politik pemerintah

dan pengusaha.

Dengan demikian, SDM daerah merupakan bagian penting dari kesuksesan

otonomi daerah. Dengan terbentuknya SDM profesional, maka arah

pembangunan daerah dapat lebih terarah dan kompetitif dengan pembangunan

daerah di tempat lain. Tuntutan globalisasi akan SDM berdaya saing tinggipun

dapat tercapai karena kompetensi unggul yang telah terasah dengan baik

melalui peraturan perundangan dan penegakan implementasinya, mengayomi

ketiga unsur SDM daerah, birokrasi, swasta, dan masyarakat.

6

Page 7: Sdm birokrasi-lokal

Bibliografi

Sach, Jeffrey D.

Mondy

Armstrong. 1998

PP No. 95/2000

UU No. 43/1999

No. 8/1974

Suharyanto dan Heruanto

7