sce 27 epistaksis

16
Modul Gawat Darurat Bedah Anggota : Tri Indriani (12-159) Rahmalia Putri Sulastri (12-164) Shinta Ramadhani (12-166) Shandi Franswer (12-173) Febri Indra Kusuma (12-175)

Upload: sandhy

Post on 06-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sdcfsdfds

TRANSCRIPT

  • Modul Gawat Darurat BedahAnggota :Tri Indriani (12-159)Rahmalia Putri Sulastri (12-164)Shinta Ramadhani (12-166)Shandi Franswer (12-173)Febri Indra Kusuma (12-175)

  • Skenario 27Seorang pasien perempuan usia 26 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan keluar darah dari hidung sebelah kiri, darah berwarna merah segar, jumlahnya sekitar gelas (30cc), darah yang keluar tidak menentu waktunya, terkadang saat pasien lelah bekerja, duduk santai dan beristirahat ataupun setelah bangun tidur. Keluhan ini sudah berlangsung 4 tahun ini, dalam 1 bulan bisa keluar darah 4-5 kali dalam sehari. Tetapi sejak kemarin darah yang keluar banyak dan sering. Riwayat trauma disangkal, riwayat menggaruk-garuk hidung, pilek, hidung tersumbat, hidung gatal, perdarahan gusi dan lainnya disangkal oleh pasien. Riwayat perdarahan berulang di jumpai.

  • Pada pemeriksaan fisik , tanda-tanda vital : tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 100 x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36,4C. Pada pemeriksaan Rhinoskopi anterior : vestibulum nasii kanan/kiri normal tidak ada ulkus, cavum nasii kanan : bentuk normal,cavum nasii kiri bentuk normal dan hiperemi, konka nasii media dan anterior kanan/kiri : sekret, mess, eodema tidak dijumpai, septum nasii : deviasi. Ulkus tidak dijumpai , benda asing tidak dijumpai. Pemeriksaan telinga dan tenggorokan tidak ada kelainan yang berarti.

  • Analisis kasus Identitas Pasien:Nama: Ny.AUsia: 26 tahunJenis Kelamin: Perempuan

    Anamnesis:Keluhan Utama: keluar darah dari hidung sebelah kiriRiwayat Penyakit Sekarang : darah yang keluar banyak dan seringRiwayat Penyakit Dahulu :-Riwayat Lainnya : Riwayat trauma disangkal, riwayat menggaruk-garuk hidung, pilek, hidung tersumbat, hidung gatal, perdarahan gusi dan lainnya disangkal oleh pasien. Riwayat perdarahan berulang di jumpai

  • Pemeriksaan FisikVital sign :Tekanan darah 100/60 mmHgNadi 100 x/menitPernafasan 20x/menitSuhu 36,4C

    Pemeriksaan Penunjang :Pemeriksaan Rhinoskopi anterior : vestibulum nasii kanan/kiri : normal (tidak ada ulkus)cavum nasii kanan : bentuk normal cavum nasii kiri : bentuk normal dan hiperemikonka nasii media dan anterior kanan/kiri : sekret, mess, eodema tidak dijumpaiseptum nasii : deviasi,ulkus tidak dijumpai , benda asing tidak dijumpaiPemeriksaan telinga dan tenggorokan tidak ada kelainan yang berarti.

  • Diagnosa : Epistaksis Defenisi :Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal atau sebab umum (kelainan sistemik). Epistaksis bukan suatu penyakit melainkan gejala suatu kelainan.

  • Etiologi Penyebab LokalTrauma misalnya mengorek hidung, terjatuh, terpukul, benda asing dihidung, atau iritasi gas yang merangsangInfeksi hidung dan sinus paranasal seperti rhinitis, sinusitis, granuloma spesifik seperti lepra dan sifilisTumor baik jinak maupun ganas pada hidung, sinus paranasal dan nasofaring Pengaruh lingkungan Idiopatik Penyebab sistemik Penyakit kardiovaskular seperti hipertensi dan kelainan pembulih darah Kelainan darah seperti tromositopenia, hemofilia dan leukemiaInfeksi sistemik seperti DBD, influenza, morbili atau demam typoidGangguan endokrin seperti kehamilan, menars dan menopauseKelainan kongenital seperti penyakit Osler (Hereditary hemorragic telangiectasia)

  • Patofisiologi Terdapat 2 sumber perdarahan yaitu bagian anerior dan posterior. Pada epitaksis anterior perdarahan berasal dari pleksus kiesselbach (yang paling banyak terjadi dan sering ditemukan pada anak-anak) atau dari arteri etmoidalis anterior. Biasanya perdarahan todak begitu hebat dan bila pasien duduk darah akan keluar melalui lubang hidung. Sering kali dapat berhenti spontan dan mudah diatasi.

  • Pada epistaksis posterior, perdarahan berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoidalis posterior. Epistaksis posterior sering terjadi pada pasien usia lanjut yang menderita hipertensi, arteriosklerosis, atau penyakit kardiovaskuler. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti spontan.

  • Manifestasi Klinis Perdarahan hidung unilateral atau bilateralTanda-tanda penyakit yang menyebabkan perdarahan seperti hipertensi

  • Diagnosis Anamnesis dan menentukan lokasi dan sumber perdarahan serta menemukan penyebabnya segeraPerdarahan dibagian anterior cavum nasii biasanya akibat mencungkil hidung, epitaksis ideopatik, rhinitis anterior dan penyakit infeksi. Sedangkan dari bagian posterior atau media biasanya akibat hipertensi, arteriosklerosis, fraktur atau tumorPemeriksaan TD dan periksa faktor pembekuan darah

  • Pemeriksaan penunjangCT scanRhinoskopiRhinoskopi anterior : pemeriksaan harus dilakukan dengan cara teratur dari anterior ke posterior. Vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi, dinding lateral hidung dan konkha inferior harus diperiksa dengan cermat Rhinoskopi posterior : pemeriksaan nasofaring dengan rhinoskopi posterior penting pada pasien dengan epitaksis berulang dan sekret hidung.

  • Penatalaksanaan Tiga prinsip utama penanggulangan epitaksis:Menghentikan perdarahan Mencegah komplikasiMencegah berulangnya epitaksisPerdarahan dari hidung dapat diatasi dengan :Pemasangan tampon ( anterior atau posterior)Pemberian cairan secara IV atau transfusi darahKauterisasi secara kimia atau listrikPemberian obat antikoagulansiaLigasi pembuluh darah (secara bedah)

  • Komplikasi Dapat terjadi langsung akibat epistaksis sendiri atau akibat usaha penanggulangannya Akibat perdarahan hebat :Syok dan anemiaTekanan darah yang menurun mendadak dapat menimbulkan iskemia otak, insufisiensi koroner, dan infark myokard dan akhirnya kematian. Hingga harus dilakukan pemberian infus atau transfusi darah

  • Akibat pemasangan tampon :Pemasangan tampon dapat menimubulkan sinusitis, otitis media, bahkan septikemia. Oleh karena itu pada setiap pemasangan tempon harus selalu diberikan antibiotik dan setelah 2-3 hari harus dicabut meski akan dipasang tampon baru bila masih berdarah Sebagai akibat mengalirnya darah secara retrograde melalui tuba eustachius dapat terjadi hemotimpanum dan air mata yang berdarahPada waktu pemasangan tempon Bellocq dapat terjadi laserasi palatum mole dan sudut bibir karena benang terlalu kencang dilekatkan

  • Kesimpulan Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien tersebut didiagnosa mengalami epistaksis. Adapun penatalaksanaannya dapat dilakukan pemasangan tampon ( anterior atau posterior), pemberian cairan secara IV atau transfusi darah, kauterisasi secara kimia atau listrik, Pemberian obat antikoagulansia, dan ligasi pembuluh darah (secara bedah)