satuan acara penyuluhan.docx

12
SATUAN ACARA PENYULUHAN(SAP) PENDIDIKAN KESEHATAN PENCEGAHAN EFEK SAMPING OBAT-OBATAN NEFROTOKSIK Disusun Oleh Kelompok 13 : Alan Seto Pambudi Erry Triatmojo Oleh: Alan Seto Pambudi

Upload: ruth-angela

Post on 25-Oct-2015

121 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

NEFROTOKSIK

TRANSCRIPT

Page 1: SATUAN ACARA PENYULUHAN.docx

SATUAN ACARA PENYULUHAN(SAP)

PENDIDIKAN KESEHATAN PENCEGAHAN EFEK SAMPINGOBAT-OBATAN NEFROTOKSIK

Disusun Oleh Kelompok 13 :Alan Seto Pambudi

Erry Triatmojo

Oleh:

Alan Seto Pambudi

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PERSAHABATANPOLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

2013

Page 2: SATUAN ACARA PENYULUHAN.docx

SATUAN ACARA PENYULUHANPENKES PADA PASIEN DENGAN KURANG GIZI PADA BALITA

1. Pokok Bahasan : Gizi Kurang

2. Sasaran : Pasien Balita Kurang Gizi

3. Waktu dan Tempat :

- Tempat : Lantai 5 Timur RSUD Budi Asih

- Waktu : Jumat, 18 Oktober 2013, pukul 10.30 WIB

4. Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

5. Media : Lembar balik dan leaflet

6. Tujuan

a. Tujuan Umum :

Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit di harapkan ibu yang mempunyai

bayi d RSUD Budi Asih Lantai 5 Timur mampu memahami/mengetahui/mengerti tentang

nutrisi pada bayi.

b. Tujuan Khusus :

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan sasaran mampu :

1) Menjelaskan tentang definisi gizi

2) Menjelaskan tentang gizi kurang

3) Menjelaskan tentang tanda dan gejala gizi kurang

4) Menjelaskan tentang sumber-sumber gizi

7. Manfaat

a. Manfaat bagi mahasiswa :

1) Mahasiswa mengetahui lebih dalam mengenai penkes pada pasien HD terkait

perawatan dengan obat nefrotoksik

2) Mahasiswa mampu menjelaskan definisi hingga pencegahan obat nefrotoksik

b. Manfaat bagi masyarakat :

1) Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai obat-obatan Nefrotoksik dan

efek sampingnya

2) Sasaran mengetahui cara pemakaian obat nefrotoksik yang tepat guna

menghindari efek samping

Page 3: SATUAN ACARA PENYULUHAN.docx

8. Materi (Terlampir)

a. Menjelaskan tentang definisi Hemodialisa

b. Menjelaskan tentang definisi Obat-obatan Nefrotoksik

c. Menjelaskan tentang tujuan dan manfaat pemberian Obat-obat Nefrotoksik

d. Menjelaskan tentang jenis obat-obatan Nefrotoksik

e. Menjelaskan tentang Efek samping obat Nefrotoksik

f. Menjelaskan cara menghindari efek samping Obat Nefrotoksik

9. Tahap Kegiatan Penyuluhan

Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran Metode

& Media

Pembukaan

(5 menit)

Penyajian

(20menit)

Penutup

(5 menit)

1) Memperkenalkan diri

2) Menyampaikan maksud dan

tujuan dilaksanakannya

penyuluhan

3) Menggali pengetahuan

sasaran tentang materi yang

akan disampaikan

1) Menjelaskan tentang

definisi gizi

2) Menjelaskan tentang gizi

kurang

3) Menjelaskan tentang tanda

dan gejala gizi kurang

4) Menjelaskan tentang

sumber-sumber gizi

1) Memberi kesimpulan

materi

2) Menyampaikan hasil

evaluasi dan umpan balik

3) Menutup acara penyuluhan

1) Menjawab salam

2) Memperhatikan dan

menjawab pertanyaan

1) Menyimak penjelasan

2) Mengajukan pertanyaan

seputar materi

1) Memperhatikan

penjelasan

2) Menjawab pertanyaan

dari penyuluh

Ceramah

dan tanya

jawab

Ceramah

dan tanya

jawab

Lembar

Balik &

Leaflet

Page 4: SATUAN ACARA PENYULUHAN.docx

11. Evaluasi :

Evaluasi diberikan dengan cara memberikan pertanyaan kepada sasaran mengenai

hal-hal yang telah dijelaskan oleh penyuluh. Adapun kriteria dari evaluasi sebagai berikut

1. Sasaran mampu menjawab semua pertanyaan dengan benar dan lengkap yang

diberikan secara rinci.

2. Sasaran mampu menjawab semua pertanyaan dengan benar dan singkat.

3. Sasaran mampu menjawab beberapa pertanyaan dengan benar dan singkat.

4. Sasaran mampu menjawab pertanyaan setelah diberiakan bantuan.

Materi penyuluhan

PENKES PADA PASIEN DENGAN HEMODIALISA UNTUK PERAWATAN DIRUMAH

TERKAIT PENCEGAHAN EFEK SAMPING PERAWATAN OBAT NEFROTOKSIK

1.1 Gambaran Umum Obat Nefrotoksik

Merupakan obat-obatan yang bersifat meracuni ginjal atau mengganggu kerja ginjal

yang menimbulkan dampak gangguan pada ginjal dan dalam jangka panjang merusak

ginjal dalam skala ringan hingga berat.

1.2 Manfaat oabt-obat nefrotoksik.

Obat-Obatan nefrotoksik sangat berguna untuk bidang kesehatan apabila

digunakan secara tepat dengan dosis dan pengarahan penggunaan yang benar

1. Untuk pengobatan

2. terapi

1.3 Obat-Obat Nefrotoksik

1. Golongan Aminoglikosida

Page 5: SATUAN ACARA PENYULUHAN.docx

Aminoglikosida merupakan antibiotic yang penggunaannya sangat luas

terutama untuk pengobatan infeksi garam negative, namun demikian

penggunaannya dibatasi karena sifat nefroktoksisitasnya. Kegagalan fungsi ginjal

akibat pemakaian aminoglikosida terjadi bila kenaikan kadar kreatinin plasma

sehingga > = 45 umol/L selama atau setelah terapi, angka kejadiannya 10 -37%

setara dengan dosis dan lamanya pemakaian, bahkan ada yang mengatakan sampai

50% dalam waktu 14 hari atau lebih pemakaian. Walaupun sifat

nefrotoksisitasnya revesible, tetapi terapi dialysis kadang diperlukan karena

beratnya kegagalan ginjal akut.

Menurut urutan toksisitasnya golongan aminoglikosida dari yang paling toksis

adalah Neomisin> gentamisin> tobramisin> netilmisin> amikasin> streptomisin.

2. Golongan sulfonamid

Penggunaan obat golongan sufonamid meningkat dengan adanya AIDS, bila

dikombinasikan dengan beberapa obat dapat digunakan untuk pengobatan malaria.

Hampir semua obat golongan sulfonamide diekskresikan melalui ginjal. Masa

paruh obat tergantung dari fungsi ginjal, karenanya harus diperhatikan bila fungsi

ginjal terganggu.

Sprektrum nefrotoksisitasnya meliputi : nefritis interstitial akut, arteritis

nekrotikan, gangguan ginjal akut akibat anemia hemolitik pada pasien dengan

defisiensi G-6-PD dan gagguan ginjal akut akibat kristaluria pada pemakaian lama

golongan sulfa ini. Golongan sulfa yang banyak menyebabkan gangguan ginjal

antara lain sulfadiazine dan kotrimoksazol.

3. Amphotericin B (Am B)

Merupakan obat anti jamur yang efektif, tetapi efek nefrotoksik sangat banyak,

karenanya perlu perhatian khusus. Menurut Wingard dkk lebih 50% pasien secara

signifikan kadar serum kreatinin meningkat dari sebelumnya, dan 15% darinya

membutuhkan dialysis. Am-B bersifat hidrofilik sehingga mudah bercampur

dengan membrane sel epitel dan meningkatkan permiabelitas. Hal ini akan

merusak sel endotel yang mengakibatkan vasokontriksi arteriole afferent dan

Page 6: SATUAN ACARA PENYULUHAN.docx

efferent glomerulus dan menyebabkan penurunan GFR dan berakibat terjadi

oliguria. Toksisitas terhadap tubulus tergantung dari efek toksik langsung dan

istemik yang berkelanjutan.

4. Rifampisin

Merupakan obat anti tuberculosis yang mempunyai efek nefrotoksik

dibandingan dengan anti tuberlosis lainnya. Insiden nefrotoksik bervariasi antara

1,8% sampai 16% dari semua kasus gangguan ginjal akut (GGA). Kebanyakan

GGA karena rifampisin akibat obat yang menginduce anemia hemolitik.

5. Acyclovir

Merupakan obat virus, bila diberikan lebih 500 mg/m2 intravena akan

menyebabkan nefrotoksik. Kelarutan yang rendah menyebabkan presipitasi

untratubuler dengan gejala obstruksi uropati dan hematuria. Pada pemeriksaan

urin akan tampak adanya Kristal berbentuk jarum. Tampak adanya inflamasi pada

daerah obstruksi di tubulus. Factor risiko terjadinya nefrotoksik meliputi

pengurangan volume cairan, adanya gejala insuffisiensi ginjal, dan infuse bolus

yang cepat.

6. Golongan Penicilin, Sefalosporin, dan Betalaktami lainnya

Walaupun umumnya tidak nefrotoksik tetapi nefropati dapat terjadi pada

pemberian meticilin, penicillin G dan ampisilin. Kelainannya berupa nefritis

interstitialis, diperkirakan terjadi berdasarkan mekanisme reaksi imun yang

tergantung dari dosis dan lamanya pemberian, khususnya pada meticilin dan

penicillin G. sedangkan ampisilin menimbulkan nefropati yang ada hubungannya

dengan kadar obat yang tinggi dalam serum. Walaupun nefropati penicillin lebih

didasari reaksi imun, tidak dapat disingkirkan kemungkinan efek nefriotoksik

langsung oleh penicillin yang diberikan dalam dosis yang sangat tinggi dan untuk

masa yang lama.

Diantara ketiga golongan penicillin ini, meticilin yang tersering menyebabkan

nefritis intertitialis, bahkan telah dikemukakan bahwa frekuensi kejadian efek

samping lebih tinggi dari yang disangka selama ini.

Sefalosporin merupakan zat yang nefrotoksik, meskipun jauh lebih kurang dari

aminoglikosida dan polimiksin. Nefrotoksik terutama pada sefalodrin dosis

4gr/hari, sefalosporin lain dengan dosis terapi jauh kurang toksik dibandingkan

Page 7: SATUAN ACARA PENYULUHAN.docx

dengan sefalodrin, kombinasi dengan gentamisindan tobramisisn mempermudah

nefrotoksik. Pada dasarnya nefrotoksisitas sefalosporin dikarenakan adanya dosis

yang berlebihan dan bila dikombinasikan dengan aminoglikosida dan meticilin.

Mekanisme nefrotoksik melalui reaksi iskemia dan endotoksemia serta renal

cortex mitochondria injury. Efek samping dari sefalosporin yaitu meningkatnya

konsentrasi serum kreatinin, disfungsi ginjal dan toksik nefropati.

Betalaktam lain umumnya mempunyai efek nefrotoksik yang hamper sama

dengan golongan penisilin dan sefalosporin.

7. Vancomisin

Merupakan antibiotika yang dihasilkan oleh streptomises orientalis, yang tidak

dapat diserap oleh saluran cerna, karenanya hanya diberikan intravena untuk

mendapatan efek sistemik. Obat ini sangat toksik, ibat ini hanya dipakai kalau

obat yang lain alergi. Uremia yang fatal bias pemberiannya dosis besar, terapi

yang lama, atau diberikan pada gangguan ginjal, karena itu perlu monitoring yang

sangat ketat. Pemakaian sekarang biasanya sudah dengan bentuk lain yaitu dalam

bentuk kombinasi dengan D-mannitol dan makrogol 400 (PEG 400), dimana efek

nefrotoksiknya jauh berkurang.

Mekanisme kerusakan ginjal akibat vancomisin melalui kerusakan glomerulus

yaitu delatasi Bowman,s space dan hipertrofi glomerulus. Sedangkan di tubulus

dapat berupa delatasi tubulus renalis, nekrosis atau degenerasi epitel tubulus dan

adanya silinder hialin dalam tubulus.

1.4 Pencegahan Efek samping Obat Nefrotoksik

1. Golongan Aminoglikosida

Pencengahan dan pengelolaan toksistas aminoglikosida bias dengan beberapa

alternative yaitu :

a. Menggunakan obat dengan dosis tunggal sehari untuk waktu yang pendek pada

terapi empiris

b. Deteksi toksisitas subklinik dengan mengetahui gangguan keseimbangan elektrolit

dan asam basa

c. Monitoring serum kreatinin setiap hari kalau perlu, dengan memberikan dosis obat

berdasarkan GFR, khususnya pada orang tua, serta monitoring serum kalium dan

natrium setiap hari

Page 8: SATUAN ACARA PENYULUHAN.docx

d. Apabila serum kreatinin >1,5mg/dl, obat dihentikan dan dipikirkan alternative

terapi

e. Monitoring produksi air kemih dan mulai pemberian cairan yang adekuat serta

terapi elektrolit khususnya pada kalium dan NaCl serta Calsium dan Magnesium

2. Golongan Sulfonamid

Pencengahan dan pengobatan dapat dilakukan dengan :

a. Mempertahankan hidrasi yang adekuat (3liter/hari) atau mempertahankan jumlah

uri tetap 1500 cc/hari

b. Alkalinisasi urin dengan sodium bikarbonat 6-12 gram/hari sampai PH urin >7,5

c. Pemeriksaan mikroskopis urin 2-3 kali seminggu untuk mendeteksi hematuria

d. USG pada semua hematuria

e. Mengurangi dosis sulfa

f. Pemasangan ureteral stent atau dialysis bila perlu kalau tindakan bedah tidak

memungkinkan

3. Amphotericin B(Am B)

Untuk mencengah terjadinya nefrotoksik dengan :

a. Mencampur dengan intralipid, hal ini akan membuat efek seperti French

mayonnaise yang dapat menurunkan efek nefrotoksisitasnya.

b. Dopamin agonist

c. Suplementasi garam, infuse cairan garam fisiologis

d. Mengatur kecepatan infuse

e. Dosis titrasi

4. Rimpamisin

Lamanya terapi berperan penting, dilaporkan sesudah 2 bulan pengobatan,

meskipun reaksi awal dapat ditemukan dalam 13 hari. Pada kebanyakan kasus

dengan terapi suportif (dukungan keluarga dan kerabat, meringankan beban

psikologik, keluarga jangan ikut depresi dan mengatasi anemi) akan membaik

dalam 3 minggu.

5. Acyclovir

Biasanya penanganan yang tepat dapat memulihkan mendekati fungsi ginjal

yang normal dalam waktu 10-14 hari, walaupun kadang-kadang perlu dialysis.

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: SATUAN ACARA PENYULUHAN.docx

1. Ashley, C. 2004. How drugs can damage the kidney . In Renal Failure. Vol No. 11.

www.pjonline.com. Cited 28 Agustus 2006.

2. Deray, G. 2002. Amphotericin-B nephrotoxicity. Journal of Antimicrobial

Chemotherapy;49:37-41, British. www.jac.oxfordjournals.org. Cited 28 Agustus 2006.

3. Galley, H. F. 2000. Can Acute Renal Failure be Prevented ?. Academic Unit of Anaesthesia

and Intensive Care, University of Aberdeen, Aberdeen, UK. www.rcsed.ac.uk. Cited 18

Agustus 2006.

4. Markowitz, G. S., Radhakrishnan, J., Kambham, N., Valery, A. M., Hines, W. H., D’Agati, V.

D. 2000. Lithium nephrotoxicity : a progressive combined glomerular and tubulointerstitial

nephropathy. Journal of The American Society of Nephrology;11:11439-1448.

www.jasn.asnjournals.org. Cited 30 Agustus 2006.

5. Perazella, M. A. 2003. Update on new medications and unique mechanisms of nephrotoxicity.

In Drug Induced Renal Failure. Vol No. 325. www.ncbi.nlm.nih.gov. Cited 24 Agustus 2006.