satuan acara penyuluhan ku

21
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KB MOW (Metode Operasi Wanita) Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Komunitas Dosen Pembimbing : Fajaria Nur ‘Aini, SsiT Disusun Oleh : Siti Fatimah P17424313041 Tingkat II Reguler A

Upload: dian-ratnasari

Post on 17-Nov-2015

45 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

gfgh

TRANSCRIPT

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)KB MOW (Metode Operasi Wanita) Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan KomunitasDosen Pembimbing : Fajaria Nur Aini, SsiT

Disusun Oleh:Siti Fatimah

P17424313041Tingkat II Reguler APOLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PRODI DIII KEBIDANAN PURWOKERTO

2014/2015SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan

:KB MOW (Metode Operasi Wanita)Sub Pokok Bahasan:

1. Definisi sterilisasi2. Pengertian tubektomi3. Mekanisme kerja tubektomi4. Efektifitas tubektomi5. Keuntungan tubektomi6. Keterbatasan tubektomi7. Indikasi tubektomi8. Kontraindikasi tubektomi9. Instruksi bagi klien 10. Efek samping dan penanganannyaSasaran : Pasangan Usia Subur usia >26 tahun paritas >2Hari/Tanggal

:Kamis, 26 Februari 2015Tempat :Balai Desa KarangmanguWaktu :10 menit

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUMSetelah dilakukan penyuluhan, peserta mengerti tentang KB MOW (Metode Operasi Wanita).II. TUJUAN INSRRUKSIONAL KHUSUSSetelah dilakukan penyuluhan, peserta dapat menjelaskan tentang:

a. Definisi sterilisasib. Pengertian tubektomic. Mekanisme kerja tubektomid. Efektifitas tubektomie. Keuntungan tubektomif. Keterbatasan tubektomig. Indikasi tubektomih. Kontraindikasi tubektomii. Instruksi bagi klien j. Efek samping dan penanganannyaIII. KEGIATAN PENYULUHAN

NoTAHAP / WAKTUKEGIATAN PENYULUHANKEGIATAN SASARAN

1.Pembukaan :

2 menit Memberi salam pembuka

Memperkenalkan diri

Menjelaskan maksud dan tujuan pendidikan kesehatan yang akan dilakukan

Melakukan apersepsiMenjawab salam

Memperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

2.Pelaksanaan :

5menit Menjelaskan tentang Definisi sterilisasi

Menjelaskan pengertian tubektomi Menjelaskan mekanisme kerja tubektomi Menjelaskan efektivitas tubektomi Menjelaskan keuntungan tubektomi Menjelaskan keterbatasan tubektomi Menjelaskan indikasi tubektomi Menjelaskan kontraindikasi tubektomi Menjelaskan instruksi bagi klien Menjelaskan efek samping dan penanganannyaMemperhatikanMemperhatikanMemperhatikanMemperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

3.Evaluasi :

2 menitMenanyakan kepada peserta apakah sudah jelas/belum dan meminta peserta untuk mengulang atau menjawab pertanyaan tentang materi yang telah diberikan, dan menanggapi jawaban pesertaMenjawab pertanyaan

4.Terminasi :

1 menit Mengucapkan terimakasih atas peran serta peserta

Membagikan leaflet

Mengucapkan salam penutupMendengarkan

Menerima leaflet

Menjawab salam

IV. MEDIA

LCDV. METODECeramah dan tanyajawab

VI. POKOK MATERIa. Definisi sterilisasib. Pengertian tubektomic. Mekanisme kerja tubektomid. Efektifitas tubektomie. Keuntungan tubektomif. Keterbatasan tubektomig. Indikasi tubektomih. Kontraindikasi tubektomii. Instruksi bagi klien j. Efek samping dan penanganannyaVII. EVALUASIa. Apa definisi sterilisasi ?b. Apa pengertian tubektomi ?c. Bagaimana mekanisme kerja tubektomi ?d. Berapa efektifitas tubektomi ?e. Apa keuntungan tubektomi ?f. Apa keterbatasan tubektomi ?g. Siapa saja yang boleh melakukan tubektomi ?h. Siapa saja yang tidak boleh melakukan tubektomi ?i. Apa saja instruksi bagi klien ?j. Apa efek samping dan bagaimana penanganannya ?VIII. SUMBER PUSTAKAArum, D dan Sujiyatini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB terkini. Jogjakarta : Mitra Medika.

Everett, Suzanne. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual reproduktif Edisi 2. Jakarta: EGC

Handayani, Rohmi, dkk. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Purwokerto : UPT Percetakan dan Penerbitan UNSOED.

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC.

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.LAMPIRAN MATERI

MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)KB MOW (Metode Operasi Wanita) A. Sterilisasi

Kontrasepsi mantap atau sterilisasi merupakan metode KB yang paling efektif, murah, aman dan mempunyai nilai demografi yang tinggi untuk menghentikan kehamilan dilakukan dengan metode kontap untuk wanita dengan tubektomi dan untuk pria dengan vasektomi (Manuaba, 2010).

Kontrasepsi mantap (kontap) adalah suatu tindakan untuk membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas; yang dilakukan terhadap salah seorang dari pasangan suami isteri atas permintaan yang bersangkutan, secara mantap dan sukarela (Wiknjosastro, 2005).Menurut Saifuddin (2006) jenis-jenis sterilisasi yaitu :1. MOW

a. Pengertian

Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan. Dilakukan setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tersebut tidak hamil, hari ke 6 hingga hari ke 13 dari siklus menstruasi (fase poliferasi) (Saifuddin, 2006).

Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan (Sujiyatini, 2009).Tubektomi merupakan metode kontasepsi dimana oklusi tuba fallopi dilakukan melaui servik uteri (Hartanto, 2004).b. Mekanisme kerja

Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum (Saifuddin, 2006).

Oklusi (pengikatan, pemotongan, pengangkatan) tuba fallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu (Hartanto, 2004).

c. Efektifitas

Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan) dan permanen, tindak pembedahan yang aman dan sederhana, tidak ada efek samping, konseling dan informed consent (persetujuan tindakan) mutlak diperlukan (Saifuddin, 2006).

Sterilisasi wanita adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif dengan angka kegagalan 1-5 per 1000 kasus, yang berarti efektivitasnya 99,4- 99,8% per 100 wanita per tahun. Keefektivan bervariasi, bergantung pada metode mana yang dipakai (Everett, 2008).d. Keuntungan

Menurut Saifuddin (2006) keuntungannya adalah :

1) Kontrasepsi

a) Sangat efektif 0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan.

b) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding).Tubektomi tidak mengurangi produksi ASI.c) Tidak bergantung pada faktor senggama.Hindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman. Setelah mulai kembali melakukan hubungan intim, hentikanlah bila ada perasaan kurang nyaman. Bila sesudah itu masih merasa tidak nyaman, maka dapat ditunda dulu. Senggama boleh dilakukan setelah 1 minggu, yaitu setelah luka operasi kering. Tetapi bila tubektomi dilaksanakan setelahmelahirkan atau kegugurang, senggama baru boleh dilakukan setelah 40 hari.

d) Baik bagi klien yang apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius.

e) Pembedahan sederhana karena dapat dilakukan dengan anastesi lokal.

f) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.Akseptor dapat kembali melakukan aktivitas normal dalam waktu 7 hari setelah pembedahan.g) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium). Apabila mempergunakan metode hormonal sebelum prosedur, jumlah dan durasi haid dapat meningkat setelah pembedahan.2) Non kontrasepsi

Berkurangnya resiko kanker ovarium. Ada beberapa penelitian menunjukkan bahwa tubektomi menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur dan nyeri saat menstruasi tapi ini terjadi pada tubektomi cara lama. Malahan tubektomi terbukti mengurangi resiko kanker ovarium selama 20 tahun setelah operasi.e. Keterbatasan

Menurut Saifuddin (2006) keterbatasannya adalah :

1) Harus dipertimbangkan sifat permanen.Metode kontrasepsi ini tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi.

2) Klien dapat menyesal dikemudian hari.Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan (Sujiyatini, 2009).3) Resiko komplikasi kecil

Dapat meningkat apabila digunakan anastesi umum.4) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.Efek samping yang ditimbulkan setelah prosedur bedah biasanya adalah nyeri bahu selama 12 24 jam setelah laparoskopi relatif lazim dialami karena gas (CO( atau udara) di bawah diafragma.5) Dilakukan oleh dokter yang terlatih

Dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses laparaskopi.

6) Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HPV dan HIV/AIDS.

Apabila pasangannya beresiko, pasangan tersebut sebaiknya mempergunakan kondom bahkan setelah tubektomi.

f. Indikasi

Menurut Saifuddin (2006) indikasi yang boleh menggunakan adalah :

1) Usia >26 tahun.

Menurut seminar Kuldoskopi Indonesia pertama di Jakarta (18-19 Desember 1972) dalam Wiknjosastro (2007), sebaiknya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita yang memenuhi syarat-syarat berikut :

a) Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidupb) Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidupc) Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup2) Paritas >2.

Sedangkan pada konferensi khusus perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia di Medan (3-5 Juni 1976) dalam Wiknjosastro (2007) dianjurkan pada umur antara 25-40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut :

a) Umur antara 25-30 tahun dengan 3 anak atau lebihb) Umur antara 30-35 tahun dengan 2 anak atau lebihc) Umur antara 35-40 tahun dengan 1 anak atau lebih3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi.4) Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius.Jika terindikasi kehamilan berikutnya membahayakan ibu dan bayinya, maka konsultasikan dengan dokter Anda untuk mendapatkaninformasi menyeluruhtentang sterilisasi. Ginekolog Anda dapat menjelaskan jenis operasi yang dilakukan dan risiko-risikonya.

5) Pasca persalinan.

Minilap : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu.

Laparoskopi : tidak tepat untuk klien-klien pascapersalinan.6) Pasca keguguran.

Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap atau laparoskopi).

Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap).7) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.Syarat sukarela meliputi antara lain pengetahuan pasangan tentang cara cara kontrasepsi lain, resiko dan keuntungan kontrasepsi mantap serta pengetahuan tentang sifat permanen pada kontrasepsi ini (Wiknjosastro, 2005).g. Kontraindikasi

Menurut Saifuddin (2006) kontraindikasi yang tidak boleh menggunakan adalah :

1) Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).

MOW dapat dilakukan setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tersebut tidak hamil.

2) Perdarahan vaginal.

Klien dengan perdarahan vaginal tidak boleh menggunakan metode kontasepsi ini sebelum perdarahannya terjelaskan sehingga harus dievaluasi sebelum melakukan pembedahan.

3) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol).

Masalah-masalah medis yang signifikan misalnya penyakit radang panggul sebelumnya menghendaki penatalaksanaan lanjutan dan bedah yang khusus. Bila memungkinkan masalah-masalah yang signifikan dikontrol sebelum proses pembedahan.4) Tidak boleh menjalani proses pembedahan.

Klien dengan masalah medis seperti diabetes tidak dianjurkan menggunakan metode kontrasepsi ini dikarenakan pada metode ini dilakukan pembedahan sehingga dikhawatirkan penyembuhannya memerlukan waktu lama.

5) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan.

Karna harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali).6) Belum memberikan persetujuan tertulis.

Informed consent harus diperoleh dan standard consent form harus ditanda tangani oleh klien sebelum prosedur ini dilakukan, informed consent form dapat ditandatangani oleh saudara atau pihak yang bertanggung jawab atas seorang klien yang kurang paham atau tidak dapat memberikan informed consent, misalnya individu yang tidak kompeten secara signifikan.h. Instruksi Bagi Klien

Menurut Saifuddin (2006) instruksi bagi klien adalah :

1) Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi aktivitas normal secara bertahap (sebaiknya dapat kembali ke aktivitas normal didalam waktu 7 hari setelah pembedahan).

2) Hindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman. Setelah mulai kembali melakukan hubungan intim, hentikanlah bila ada perasaan kurang nyaman. Bila sesudah itu masih merasa tidak nyaman, maka dapat ditunda dulu. Senggama boleh dilakukan setelah 1 minggu, yaitu setelah luka operasi kering. Tetapi bila tubektomi dilaksanakan setelahmelahirkan atau kegugurang, senggama baru boleh dilakukan setelah 40 hari.

3) Hindari mengangkat benda-benda berat dan bekerja keras selama 1 minggu.

4) Kalau sakit, minumlah 1 atau 2 tablet analgesik (atau penghilang rasa sakit) setiap 4 hingga 6 jam.

5) Jadualkan sebuah kunjungan pemeriksaan secara rutin antara 7 dan 14 hari setelah pembedahan. (petugas akan memberi tahu tempat layanan ini akan diberikan).

6) Kembalilah setiap waktu apabila anda menghendaki perhatian tertentu, atau tanda-tanda dan simptom-simptom yang tidak biasa.i. Efek Samping dan Penanganannya

Masalah atau komplikasi yang dapat terjadi pada akseptor MOW diantaranya adalah infeksi luka, demam pasca operasi (38oC), luka pada kandung kemih intestinal, hematoma, emboli gas, rasa sakit pada lokasi pembedahan dan perdarahan superficial (Handayani, 2013).

Menurut Saifuddin (2006) dan Sujiyatini (2009) efek samping dan penanganannya yaitu :

KomplikasiPenanganannya

Infeksi lukaApabila terlihat infeksi, obati dengan antibiotik. Bila terdapat abses, lakukan drainase dan obati seperti yang terindikasi.

Demam pasca operasi (>38oC)Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan.

Luka pada kandung kemih, intestinal (jarang terjadi)Mengaju ke tingkat asuhan yang tepat. Apabila kandung kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan pascaoperasi, dirujuk ke rumah sakit yang tepat bila perlu.

Hematoma (subkutan)Gunakan packs yang hangat dan lembab di tempat tersebut. Amati, hal ini biasanya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila ekstensif.

Emboli gas yang diakibatkan oleh laparaskopi (sangat jarang terjadi)Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi intensif termasuk cairan intravena, resusitasi kardio pulmonar, dan tindakan penunjang kehidupan lainnya.

Rasa sakit pada lokasi pembedahanPastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.

Perdarahan superfisial (tepi-tepi kulit atau subkutan)Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.

Menurut Sujiyatini (2009) Hal-hal yang harus diwaspadai :

Hubungi petugas atau kembalilah ke klinik jika :

a) Demam (>38oC atau 100.4oF)

b) Pusing disertai pingsan

c) Nyeri perut bawah yang terus-menerus atau bertambah parah atau berat

d) Perdarahan atau ada cairan abnormal yang keluar melalui luka insisi

e) Tanda-tanda atau gejala hamil