satuan acara penyuluhan imunisasi

14
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) “IMUNISASI” Materi Penyuluhan : IMUNISASI Pokok Bahasan : 1) Pengertian imunisasi 2) Tujuan dari imunisasi 3) Jenis jenis inunisasi pada bayi 4) Jadwal imunisasi Waktu Penyuluhan : 30 Menit Sasaran : Tn S dan Ny T Tanggal : 18 Maret 2015 Waktu : 13.00 wib Tempat : Rumah Tn S Pelaksana penyuluhan : Penyaji (Annisa Nur Aini) : A. LATAR BELAKANG Berdasarkan data pengkajian, Tn S merupakan kepala keluarga dengan 2 orang anak. Anak ke 2 dari Tn S berusia 1 bulan 21 hari, sedangkan Tn S dan Ny. T belum sepenuhnya memahami imunisasi dasar lengkap pada anak. Oleh sebab itu perlu adanya penyuluhan kepada Tn S dan Ny.T mengenai imunisasi dasar lengkap pada anak B. TUJUAN 1. Umum 1

Upload: annisa-nur-aini

Post on 22-Dec-2015

50 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

SAP imunisasi dasar lengkap

TRANSCRIPT

Page 1: Satuan Acara Penyuluhan Imunisasi

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) “IMUNISASI”

Materi Penyuluhan      : IMUNISASI

Pokok Bahasan           :

1)      Pengertian imunisasi

2)      Tujuan dari imunisasi

3)      Jenis jenis inunisasi pada bayi

4)      Jadwal imunisasi

 

Waktu Penyuluhan      : 30 Menit

Sasaran                        : Tn S dan Ny T

Tanggal                       : 18 Maret 2015

Waktu                         : 13.00 wib

Tempat                        : Rumah Tn S

Pelaksana penyuluhan : Penyaji (Annisa Nur Aini)                        :

 

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan data pengkajian, Tn S merupakan kepala keluarga dengan 2

orang anak. Anak ke 2 dari Tn S berusia 1 bulan 21 hari, sedangkan Tn S dan

Ny. T belum sepenuhnya memahami imunisasi dasar lengkap pada anak.

Oleh sebab itu perlu adanya penyuluhan kepada Tn S dan Ny.T mengenai

imunisasi dasar lengkap pada anak

B. TUJUAN

1. Umum

Keluarga Tn S  mampu memahami dan mengerti tentang imunisasi

2. Khusus

Keluarga mampu :

a. Mengetahui pengertian imunisasi

b. Mengetahui manfaat dari imunisasi

c. Mengetahui jenis jenis imunisasi

d. Mengetahui jadwal imunisasi

e. Mengetahui bahaya jika tidak diberikan imunisasi

1

Page 2: Satuan Acara Penyuluhan Imunisasi

2

C. METODE

1. Ceramah

2. Tanya jawab

D. MEDIA

1. Leaflet

E. SETTING TEMPAT

Ruang tamu rumah Tn S

F.

KEGIATAN PENYULUHAN

No Waktu Kegiatan

Penyaji Peserta

1 5 menit Pembukaan :

1. Salam pembukaan

2. Perkenalan

3. Apersepsi

4. Mengkomunikasikan tujuan

 - Menjawab salam

- Memperhatikan

- Berpartisipasi aktif

- Memperhatikan

2 15 menit Penyajian isi :

1. Menjelaskan dan menguraikan

materi tentang :

a)      Pengertian

b)      Tujuan dari imunisasi

c)      Jenis jenis imunisasi

d)     Manfaat imunisasi

e)      Jadwal imunisasi

f)       Penyakit penyakit yang yang

dapat dihindari dari imnisasi

 

 

- Memperhatikan dan

mencatat penjelasan

penyuluh dengan

cermat

 

 

 

 

 

Page 3: Satuan Acara Penyuluhan Imunisasi

3

 

1. Memberikan kesempatan

kepada peserta penyuluhan untuk

bertanya

2. Menjawab pertanyaan peserta

penyuluhan yang berkaitan dengan

materi yang belum jelas.

 

 

-  Menanyakan hal-hal

yang belum jelas.

- Memperhatikan

3 10 menit Penutup :

1. Menyimpulkan materi yang

telah disampaikan.

2. Evaluasi penyuluhan dengan

pertanyaan secara lisan.

3. Salam

- Memperhatikan.

 

- Menjawab

 

- Menjawab salam

G. MATERI

Terlampir

H. SUMBER

Yupi Supartini. 2004.  Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta :

EGC. 

Dinkes. Prov. Jatim. 2005. Buku Pegangan Kader Posyandu.

Page 4: Satuan Acara Penyuluhan Imunisasi

4

MATERI

IMUNISASI

 

A.    PENGERTIAN

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan

memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit

yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari

kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit

hanya akan memberikan untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan

imunisasi lainnya.

B.     TUJUAN IMUNISASI

Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk

mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan

kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa

penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B,

campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain

sebagainya.

C.    JENIS JENIS IMUNISASI  PADA BAYI

1. Imunisasi BCG

Imunisasi BCG termasuk salah satu dari 5 imunisasi yang

diwajibkan.   Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan

dengan keberadaan virus tubercel bacili yang hidup di dalam darah.

Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis

basil tak berbahaya ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus

Calmette Guerin).

Page 5: Satuan Acara Penyuluhan Imunisasi

5

2. Imunisasi hepatitis B

Imunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang

diwajibkan, lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam

program nasionalnya. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan

virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virud hepatitis

B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus

hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati

3. Vaksin Polio

Vaksin Polio merupakan cara pencegahan yang dilakukan untuk

mengatasi suatu penyakit. Vaksin bukanlah obat apalagi untuk penyakit

polio yang belum ada obatnya. Vaksin polio bekerja dengan cara

merangsang pembentukan antibodi terhadap virus polio tanpa terjangkit

penyakit tersebut. Sebelum tahun 2000 pemberian vaksin polio dilakukan

secara oral, dimana didalam vaksin tersebut terkandung virus polio hidup

yang telah dijinakkan. Namun dalam penerapannya ternyata dalam

beberapa kasus penyakit polio justru disebabkan oleh vaksin oral tersebut.

Setelah tahun 2000 pemberian vaksin dilakukan dengan memasukkan

virus polio yang sudah mati atau tidak aktif lagi, dan pemebrian vaksin ini

dilakukan dengan cara menyuntikkan vaksin pada lengan atau kaki.

Pemberian vaksin polio pada balita umumnya diberikan pada saat

usia anak-anak. Secara umum pemberian vaksin dilakukan secara bertahap

dalam 4 dosis, dan pemberian dilakukan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 – 18

bulan, 4 – 6 tahun. Berdasarkan penjelasan diatas memang penyakit polio

bukan penyakit yang mematikan, namun memandang akibat kelumpuhan

yang ditimbulkannya maka perlu adanya tindakan pencegahan. Terutama

untuk balita apabila terjangkit penyakit ini tentunya akan mengganggu

perkembangan fisik dari balita tersebut, oleh karena itu orang tua harus

memahami pentingnya imunisasi polio pada balita

4. Imunisasi DPT

Page 6: Satuan Acara Penyuluhan Imunisasi

6

Imunisasi DPT merupakan salah satu imunisasi yang wajib

diberikan pada bayi. Imunisasi ini biasanya diberikan dalam beberapa

tahapan. Untuk totalnya, pemberian imunisasi ini mencapai enam kali.

Biasanya dilakukan mulai dari bayi usia 2 bulan hingga usianya mencapai

12 tahun.

 Imunisasi DPT diberikan untuk mencegah penyakit seperti difteri,

tetanus, dan pertusis. Bayi disarankan untuk diberikan imunisasi ini saat

usianya 2 bulan. Tapi jika bayi Anda usianya sudah melebihi 2 bulan dan

belum di imunisasi DPT lakukan saja sesuai urutan tahapan berdasarkan

usianya

5. Imunisasi campak

Tanda klinis awal campak biasanya demam tinggi, yang muncul

10-12 hari setelah terpapar virus ini dan berlangsung selama 4-7 hari.

Pilek, batuk, mata merah dan berair, dan munculnya bercak putih pada

sebelah dalam pipi atau yang disebutKoplik’s Spot merupakan tanda awal

penyakit ini. Setelah beberapa hari, ruam mulai muncul yaitu bintik-bintik

kecil kemerahan pada kulit, biasanya pada muka dan leher atas. Setelah 3

hari, ruam ini menyebar, biasanya ke daerah tangan dan kaki. Ruam ini

muncul selama 5-6 hari lalu menghilang dengan sendiri. Biasanya, ruam

ini muncul 14 hari setelah terpapar virus ini (dengan batasan 7-18 hari).

Imunisasi Campak dan DPT dapat menimbulkan efek samping

berupa demam tinggi disertai kejang-kejang. Bila terjadi segera hubungi

petugas kesehatan untuk minta diganti (DPTèDT

 

 D.     JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI BAYI

 

Umur Vaksin Keterangan

Saat

lahir

Hepatitis

B-1

HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah

lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila

status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam

Page 7: Satuan Acara Penyuluhan Imunisasi

7

setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan

vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak

diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya

diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat

diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.

Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama.

Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan

saat bayi dipulangkan (untuk menghindari

transmisi virus vaksin kepada bayi lain)

1 bulan Hepatitis

B-2

Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1

dan HB-2 adalah 1 bulan.

0-2

bulan

BCG BCG dapat diberikan sejak lahir.

Apabila BCGakan diberikan pada umur > 3 bulan

sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan

BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.

2 bulan DTP-1 DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu,

dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1

diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)

Hib-1 Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan

interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah

atau dikombinasikan dengan DTP-1.

Polio-1 Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1

4 bulan DTP-2 DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara

terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).

Hib-2 Hib-2 dapat diberikan terpisah atau

dikombinasikan dengan DTP-2

Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2

6 bulan DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau

dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T).

Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada

Page 8: Satuan Acara Penyuluhan Imunisasi

8

umur 6 bulan tidak perlu diberikan.

Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3

Hepatitis

B-3

HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan

respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3

minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.

9 bulan Campak-

1

Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2

merupakan program BIAS pada SDkelas 1, umur 6

tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur

15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.

15-18

bulan

MMR Apabila sampai umur 12 bulan belum

mendapatkan imunisasi campak, MMR dapat

diberikan pada umur 12 bulan.

Hib-4 Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-

OMP).

18

bulan

DTP-4 DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun

setelah DTP-3.

Polio-4 Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4.

2 tahun Hepatitis

A

Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2

tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.

2-3

tahun

Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi

direkomendasikan untuk umur > 2 tahun. Imunisasi

tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.

5 tahun DTP-5 DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)

Polio-5 Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5.

6

tahun.

MMR Diberikan untuk catch-up immunization pada anak

yang belum mendapatkan MMR-1.

10

tahun

dT/TT Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau

TT) diberikan untuk mendapatkan imunitas selama 25

tahun.

Varisela Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.

 

Page 9: Satuan Acara Penyuluhan Imunisasi

9

F. CARA PENANGANAN EFEK SAMPING/KEJADIAN IKUTAN SETALAH

PEMBERIAN IMUNISASI

 1.  Bila timbul demam, lakukan:

a. Berikan kompres hangat (dahi, ketiak dan leher)

b. Beri banyak minum

c. Beri pakian yang tipis dan menyerap keringat

d. Ganti pakaina yang basah

e. Berikan obat  penurun panas sesuai anjuran dokter

2. Bila timbul nyeri/bengkak dearah suntilkan, lakukan:

a. Beri kompres air  biasa ditempat sekitar suntikan

b. Diusap-usap sekitar daerah suntikan

c. Beri anak (ASI/mainan) agar dapat tidur

3.  JIka terdapat reaksi yang berlebihan (kejang lama, demam lebih dari

38,5 derajat Celcius, penurunan kesadaran) konsulatsikan pada dokter,

perawat atau bidan.

4. Bila terjadi diare, lakukan:

a. Beri bayi banyak minum air putih, oralit, kuah sayur, sari buah,

atau ASI

b. Jika diare berlanjut atau disertai muntah-muntah segera bawa ke

puskesmas, dokter, atau rumah sakit.

c. Jangan berikan obat anti diare.

5. Hal yang perlu mendapat perhatian setelah imunisasi :

a.  Reaksi yang timbul pada imunisasi BCG dapat berupa koreng

pada area penyuntikan. Walau demikian tidak boleh dilakukan

pengobatan terhadap luka, seperti memberinya obat oles, salep,

bethadin, obat merah, dll. Karena hal tersebut dapat

mempengaruhi keberhasilan imunisasi.

b.  Reaksi diare setelah imunisasi setelah imunisasi POLIO boleh

diberikan ASI jika lama imunisasi sudah diberikan lebih dari 6 jam

(tidak boleh mewmberikan ASI setelah imunisasi POLIO sebelum 6

jam berlalu)

c. Daerah yang disuntik tidak boleh dipijat, diberikan obat oles

ataupun talk dan yang lainnya.