sarjana ekonomi syari’ah (s.e.sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/aliyah...

103
i PENGARUH INFLASI DAN BI RATE TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) TAHUN 2012 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy) Oleh SITI ALIYAH NIM 21311029 JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

Upload: dangdan

Post on 13-Jun-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

i

PENGARUH INFLASI DAN BI RATE

TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM

JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)

TAHUN 2012 – 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)

Oleh

SITI ALIYAH

NIM 21311029

JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2016

Page 2: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

ii

Page 3: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

iii

Page 4: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

iv

Page 5: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

v

MOTTO DANERSEMBAHAN

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,

sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan

Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan),

tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),

dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”

(QS. Al-Insyirah, 5-8)

--------------------o------------------

“Do not put off doing a job

because nobody knows whether we can meet tomorrow or not”

--------------------o------------------

“Learn from the past, live for the today, and plan for tomorrow”

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan kepada:

Kedua orang tuaku, kakak dan adikku,

Sahabat-sahabatku yang selalu ada dikala susah maupun senang,

tiada hari yang indah tanpa kalian semua

serta,

Semua orang yang telah memberikan doa dan dukungan

Page 6: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikun Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Inflasi

dan BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII)

Tahun 2012-2014” dengan baik tanpa kendala yang berarti. Shalawat serta salam

semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga,

sahabat-sahabat dan pengikutnya.

Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi Syariah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah memberikan dukungan, bimbingan, motivasi serta doa sehingga skripsi

ini dapat selesai dengan baik, yaitu kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dan membantu

membimbing dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si., selaku Kepala Jurusan Perbankan Syariah S1

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

4. Bapak Qi Mangku Bahjatulloh, Lc., M.Si., selaku dosen pembimbing atas

semua waktu, arahan, bimbingan, petunjuk, saran serta kesabaran dalam

proses penulisan skripsi ini sehingga dapat selesai dengan baik.

Page 7: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

vii

5. Bapak Farkhani, S.Hi., M.H., selaku dosen pembimbing akademik.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam yang telah memberikan ilmu, motivasi dan bantuan kepada

penulis.

7. Ayah dan ibu yang selalu mendoakan, memberi motivasi, mendidik dan

membesarkanku hingga saat ini. Kakak dan adikku yang selalu aku sayangi.

Kalian harta paling berharga yang Allah berikan untukku.

8. Sahabatku selama lebih dari 10 tahun ini, Reny Kartikasari dan Titik Pujiwati

yang selalu ada dikala senang maupun susah, selalu memberikan dukungan

dan doa. Hidupku kurang berwarna tanpa kalian.

9. Devi Nur Halimah, Siti Rodiyah, Nasrifah, Hanum Yunesha, Ikhsanudin

Pandu Saputra, M. Lutfi Hakim, Arifin Achmad Irfan, terimakasih atas hari-

hari yang telah kita lewati bersama dengan canda, tawa dan air mata, semoga

jarak tidak memisahkan persahabatan kita.

10. Shiffa Fauziah dan Yudi Saputra yang telah memberikan ide, saran dan

dukungan dalam pembuatan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan

kalian.

11. Teman-teman Perbankan Syariah S1 yang tidak dapat disebutkan satu per

satu, terimakasih telah memberikan warna, cerita dan pelajaran berharga.

12. Mas Sulis yang selalu aku repotkan, terimakasih atas bantuannya, Mas Reza

terimakasih atas semangat dan doanya.

13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan dan doa.

Page 8: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

viii

Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat balasan

yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak

yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 11 Januari 2016

Penulis

Siti Aliyah

Page 9: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

ix

ABSTRAK

Aliyah, Siti. 2016. Pengaruh Inflasi dan BI Rate terhadap Indeks Harga Saham

Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2012-2014. Skripsi. Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Islam Jurusan Perbankan Syariah (S1). Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Qi Mangku Bahjatulloh, Lc.,

M.SI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi, BI rate, dan

variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham Jakarta

Islamic Index (JII) tahun 2012-2014. Untuk memudahkan pemecahan masalah,

penelitian ini dilakukan menggunakan metode regresi linear berganda dengan

bantuan SPSS versi 21. Data yang digunakan yaitu data sekunder yang terdiri dari

variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga saham

Jakarta Islamic Index (JII) sebagai variabel dependen. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh transaksi indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) dari

tahun 2012-2014 dan sampel diambil sejumlah 36 data dengan metode purposive

sampling. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh

signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII), BI rate

berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic

Index (JII) dan variabel yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham

Jakarta Islamic Index (JII) adalah BI rate.

Kata Kunci: Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII).

Page 10: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. ii

PENGESAHAN ............................................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

D. Kegunaan Penelitian .................................................................... 7

E. Sistematika Penulisan .................................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 9

A. Telaah Pustaka ............................................................................. 9

B. Kerangka Teori ............................................................................ 12

1. Inflasi ...................................................................................... 12

a. Pengertian Inflasi ................................................................ 12

b. Macam-macam Inflasi ........................................................ 13

c. Dampak Inflasi ................................................................... 22

d. Solusi Pengendalian Inflasi ................................................. 25

2. BI Rate .................................................................................... 27

a. Pengertian BI Rate .............................................................. 27

b. Teori Suku Bunga ............................................................... 28

c. Fungsi Suku Bunga ............................................................. 32

d. Mekanisme Penetapan BI Rate ............................................ 33

3. Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) ..................... 33

a. Pengertian Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) 33

b. Pengertian Harga Saham ..................................................... 35

c. Perbedaan Saham Syariah dan Saham Non Syariah ............. 36

d. Macam-macam Harga Saham ............................................. 38

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham ................ 39

C. Kerangka Penelitian ..................................................................... 40

1. Hubungan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Jakarta

Islamic Index (JII) ................................................................... 40

2. Hubungan BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Jakarta

Islamic Index (JII) ................................................................... 41

3. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 41

D. Hipotesis ..................................................................................... 42

Page 11: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

xi

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 44

A. Jenis Penelitian ............................................................................ 44

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 44

C. Populasi dan Sampel .................................................................... 44

1. Populasi .................................................................................. 44

2. Sampel .................................................................................... 45

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 45

E. Definisi Konsep dan Operasi ....................................................... 46

1. Definisi Konsep ...................................................................... 46

2. Definisi Operasi ...................................................................... 47

F. Instrumen Penelitian .................................................................... 48

G. Uji Instrumen Penelitian .............................................................. 49

1. Uji Stasioneritas ...................................................................... 49

2. Regresi Linear Berganda ......................................................... 49

3. Uji Hipotesis ........................................................................... 50

a. Uji ttest ................................................................................. 50

b. Uji Ftest ............................................................................... 51

c. Koefisien Determinasi (R2) ................................................. 52

4. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 53

a. Uji Multicolliearity ............................................................. 53

b. Uji Heteroscendasticity ...................................................... 53

c. Uji Autocorrelation ............................................................ 54

d. Uji Normality .................................................................... 54

H. Alat Analisis ................................................................................ 54

BAB IV ANALISIS DATA ............................................................................ 55

A. Deskripsi Obyek Penelitian .......................................................... 55

B. Analisis Data ................................................................................ 57

1. Hasil Uji Stasioneritas ............................................................. 57

a. Uji Stasioneritas Inflasi ....................................................... 57

b. Uji Stasioneritas BI Rate ...................................................... 58

c. Uji Stasioneritas Indeks Harga Saham JII ........................... 59

2. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda .................................. 60

3. Hasil Uji Hipotesis .................................................................. 61

a. Uji ttest ................................................................................ 61

b. Uji Ftest ............................................................................... 63

c. Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................... 63

4. Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................... 64

a. Uji Multicollinearity ............................................................ 65

b. Uji Heteroscendasticity ....................................................... 66

c. Uji Autocorrelation ............................................................. 67

d. Uji Normality ..................................................................... 68

5. Pembahasan ............................................................................. 69

a. Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Jakarta

Islamic Index (JII) .............................................................. 69

b. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Jakarta

Islamic Index (JII) .............................................................. 70

Page 12: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

xii

c. Variabel yang paling berpengaruh terhadap Indeks Harga

Saham Jakarta Islamic Index (JII) ...................................... 72

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 73

A. Kesimpulan .................................................................................. 73

B. Saran ........................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 75

LAMPIRAN

Page 13: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Inflasi, BI Rate dan Indeks Harga Saham Jakarta

Islamic Index (JII) Tahun 2012-2014 ........................................... 5

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ....................................................................... 55

Tabel 4.2 Hasil Uji Stasioneritas Inflasi........................................................ 57

Tabel 4.3 Hasil Uji Stasioneritas BI Rate...................................................... 58

Tabel 4.4 Hasil Uji Stasioneritas Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index

(JII) .............................................................................................. 59

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Berganda .................................................. 60

Tabel 4.6 Hasil Uji ttest .................................................................................................................................... 62

Tabel 4.7 Hasil Uji Ftest ................................................................................................................................... 63

Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ............................................ 64

Tabel 4.9 Hasil Uji Multicollinearity ............................................................ 65

Tabel 4.10 Hasil Uji Heteroscedasticity ......................................................... 66

Tabel 4.11 Hasil Uji Autocorrelation ............................................................ 67

Tabel 4.12 Perbaikan Uji Autocorrelation ..................................................... 67

Tabel 4.13 Hasil Uji Normality ..................................................................... 68

Page 14: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Inflationary Gap ........................................................................ 15

Gambar 2.2 Demand-pull Inflation ............................................................... 16

Gambar 2.3 Cost Push Inflations ................................................................... 17

Gambar 2.4 Teori Klasik tentang Tingkat Bunga .......................................... 29

Gambar 2.5 Teori Keynes tentang Tingkat Bunga ......................................... 30

Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran Teoritis ..................................................... 42

Page 15: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Inflasi (dalam persen)

Lampiran 2. Data BI Rate (dalam persen)

Lampiran 3. Data Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII)

Lampiran 4. Tabulasi Data Penelitian

Lampiran 5. Hasil Pengolahan Data

Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup

Page 16: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara, tidak

terkecuali Indonesia. Hal tersebut dikemukakan oleh Tandelilin (2010: 61), karena

dengan adanya pasar modal, investor sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana

dapat menginvestasikan dananya pada berbagai sekuritas dengan harapan

memperoleh imbalan (return). Sedangkan perusahaan sebagai pihak yang

memerlukan dana dapat memanfaatkan dana tersebut untuk mengembangkan

proyek-proyeknya dengan alternatif pendanaan dari pasar modal, perusahaan

dapat beroperasi dan mengembangkan bisnisnya dan pemerintah dapat membiayai

berbagai kegiatannya sehingga meningkatkan kegiatan perekonomian negara dan

kemakmuran masyarakat luas.

Kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 8

Tahun 1995 (UUPM). Pasal 1 butir 13 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995

menyatakan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan

penawaran umum dan perdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan

dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan

dengan Efek. Sedangkan Efek dalam UUPM Pasal 1 butir 5 dinyatakan sebagai

surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersil, saham,

obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak

kegiatan berjangka atas Efek dan derivatif Efek (Huda, 2008: 55).

Page 17: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

2

Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia. Oleh sebab itu

investasi di pasar modal mempunyai peranan yang cukup penting untuk dapat

meningkatkan pangsa pasar industri keuangan syariah di Indonesia. Banyak

harapan bahwa investasi syariah di pasar modal Indonesia akan mengalami

pertumbuhan yang pesat. Meskipun perkembangannya relatif baru dibandingkan

dengan perbankan syariah maupun asuransi syariah (http://www.idx.co.id).

Sejak November 2007, Bapepam & LK (sekarang menjadi OJK) telah

mengeluarkan Daftar Efek Syariah (DES) yang berisi daftar saham syariah yang

ada di Indonesia. Dengan adanya DES maka masyarakat akan semakin mudah

untuk mengetahui saham-saham apa saja yang termasuk saham syariah karena

DES adalah satu-satunya rujukan tentang daftar saham syariah di Indonesia

(http://www.idx.co.id).

Kinerja perdagangan saham-saham syariah di Bursa Efek Indonesia dapat

diwakili oleh saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index. Indeks

ini diperkenalkan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Danareksa Investment

Management (DIM) pada 3 Juli 2000. Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 saham

yang keanggotaannya akan terus ditinjau secara berkala berdasarkan kinerja

transaksi di perdagangan bursa, rasio-rasio keuangannya, dan ketaatannya pada

prinsip-prinsip syariah (Nafik, 2009: 260).

Menurut Khalwaty (2000: 263) investor membeli saham perusahaan

dengan harapan memperoleh keuntungan dikemudian hari untuk meningkatkan

pendapatan dan taraf hidupnya. Investasi dalam bentuk saham memberikan

keuntungan berupa capital gain, dividen dan bonus. Capital gain merupakan

Page 18: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

3

keuntungan yang diperoleh dari selisih harga antara pembelian saham dan harga

yang lebih rendah daripada harga penjualannya. Dividen merupakan penghasilan

yang diperoleh pemilik saham berdasarkan keuntungan yang diperoleh

perusahaan. Sedangkan bonus adalah hak tambahan atau pemasukan potensial

yang diberikan kepada pemilik saham.

Berinvestasi dengan membeli saham memiliki resiko yang cukup banyak,

untuk meminimalisir resiko tersebut investor harus dapat menganalisis agar

mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Secara garis besar terdapat dua jenis

analisis yang dapat digunakan dalam investasi di pasar modal, yaitu analisis

fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental adalah studi tentang

ekonomi, industri, dan kondisi perusahaan untuk memperhitungkan nilai dari

saham perusahaan. Analisis teknikal adalah metode analisis tentang pergerakan

harga saham yang didasarkan dari pergerakan harga saham itu sendiri di masa

lalu.

Dalam analisis fundamental, investor dapat melakukan analisis

berdasarkan indikator ekonomi. Analisis ini menyangkut faktor-faktor yang

memberikan informasi tentang kondisi makro ekonomi yang dapat mempengaruhi

kondisi di pasar modal. Menurut Murhadi (2009: 19) secara teoritis ada beberapa

variabel/ indikator makroekonomi yang mempengaruhi pergerakan harga saham

seperti Gross Domestic Product (GDP)/ Produk Domestic Bruto (PDB), interest

rate/ tingkat suku bunga, inflasi, exchange rate/ nilai tukar, Oil Prices and

Commodity Prices, Hedging, Business Cycle/ siklus bisnis dan lainnya.

Page 19: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

4

Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah inflasi. Inflasi

sebagai suatu fenomena ekonomi yang terutama terjadi di negara-negara yang

sedang berkembang seperti Indonesia merupakan objek kajian yang sangat

menarik. Tajul Khalwaty (2000: 6) dalam bukunya Inflasi dan Solusinya

mengemukakan bahwa inflasi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan

harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung terus menerus dalam

jangka waktu cukup lama. Seirama dengan kenaikan harga-harga tersebut, nilai

uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan harga-harga tersebut.

Menurut Larissa (2014: 2) tinggi rendahnya tingkat inflasi dinilai memberi

pengaruh positif maupun negatif terhadap pergerakan harga saham sesuai dengan

tingkat inflasi itu sendiri. Tingkat inflasi yang tinggi akan menurunkan harga

saham perusahaan, sementara tingkat inflasi yang sangat rendah akan

menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban. Seperti yang

dikemukakan dalam website Bank Indonesia, kestabilan inflasi merupakan

prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya

memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya

pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan

tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi

masyarakat.

Faktor lain yang mempengaruhi harga saham adalah BI Rate. BI rate

merupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan

moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik

(http://www.bi.go.id). Bagi sebagian orang, suku bunga yang tinggi merupakan

Page 20: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

5

suatu peluang investasi yang menjanjikan karena adanya kepastian pendapatan

yang lebih besar. Akibatnya pasar modal akan mengalami tekanan karena

masyarakat akan lebih suka menabung di bank daripada menginvestasikan

dananya di pasar modal.

Suku bunga pada umumnya mempunyai hubungan yang negatif terhadap

harga saham. Suku bunga yang rendah menyebabkan biaya peminjaman yang

lebih rendah. Suku bunga yang rendah akan merangsang investasi dan aktivitas

ekonomi yang akan menyebabkan harga saham meningkat, peningkatan harga

saham akan mempengaruhi peningkatan indeks harga saham pula.

Berikut perkembangan indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII)

beserta inflasi dan BI Rate tahun 2012-2014:

Tabel 1.1

Perkembangan Inflasi, BI Rate dan Indeks Harga Saham

Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2012-2014

Tahun Inflasi (%) BI Rate (%) IHS JII

2012 4,30 5,75 594,789

2013 8,38 7,50 585,110

2014 8,36 7,75 691,039

Sumber: Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia (2014)

Data dalam tabel 1.1 menunjukkan bahwa adanya fluktuasi dari tingkat

inflasi dan BI Rate yang diikuti terjadinya fluktuasi pada Indeks Harga Saham

Jakarta Islamic Index (JII) selama tahun 2012-2014. Dapat dilihat bahwa IHS JII

tahun 2012 sebesar 594,789 mengalami penurunan pada tahun 2013 yaitu sebesar

585,110 kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2014 sebesar 691,039. Hal ini

terjadi tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Page 21: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

6

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh inflasi dan BI Rate terhadap

indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tersebut, maka penulis merasa

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Inflasi dan BI Rate

terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2012-

2014”.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul yang telah diajukan di atas beserta latar belakang,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic

Index (JII) tahun 2012-2014?

2. Bagaimana pengaruh BI rate terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic

Index (JII) tahun 2012-2014?

3. Variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham

Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012-2014?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji dan mengetahui bagaimana pengaruh inflasi terhadap indeks

harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012-2014.

2. Untuk menguji dan mengetahui bagaimana pengaruh BI rate terhadap indeks

harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012-2014.

3. Untuk menguji dan mengetahui variabel manakah yang paling berpengaruh

terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012-2014.

Page 22: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

7

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak,

diantaranya:

1. Bagi penulis

Memberi wawasan baru yang lebih mendalam bagi penulis tentang

dunia pasar modal khususnya tentang pengaruh inflasi dan BI rate terhadap

indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII).

2. Bagi IAIN Salatiga

Menjadi sumber pembelajaran dan kajian lebih lanjut bagi penelitian

berikutnya yang berkenaan dengan pengaruh inflasi dan BI rate terhadap

indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII).

3. Bagi praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu sumber

informasi dan bahan pertimbangan bagi calon investor maupun praktisi pasar

modal yang hendak berinvestasi saham di pasar modal.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan dari

penelitian yang dilakukan.

Page 23: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

8

Bab II Landasan Teori

Landasan teori yang disajikan dalam penelitian ini bermaksud

untuk menguraikan tentang telaah pustaka yang berisi ringkasan penelitian

terdahulu, kerangka teori yang berkaitan dengan topik penelitian, kerangka

penelitian yang berisi telaah kritis untuk menghasilkan hipotesis dan

model penelitian yang akan diuji, serta hipotesis penelitian yang menjadi

pedoman dalam analisis data.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini terdiri dari jenis penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data, definisi konsep dan operasi, instrumen

penelitian, uji instrumen penelitian dan alat analisis yang digunakan dalam

penelitian.

Bab IV Analisis Data

Bab ini menjabarkan tentang deskripsi obyek penelitian dan

analisis data penelitian.

Bab V Penutup

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan

saran yang dapat diberikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

Page 24: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka

Untuk mendukung materi dalam penelitian ini, berikut beberapa penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya yang berhubungan dengan variabel yang

digunakan dalam penelitian.

Hatman Maqdiyah, Sri Mangesti Rahayu, Topowijono (2014) dari

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang melakukan penelitian

dengan judul Pengaruh Tingkat Bunga Deposito, Tingkat Inflasi, Produk

Domestik Bruto (PDB), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham

Jakarta Islamic Indeks (JII) Studi pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009

hingga 2013. Metode pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis statistik

inferensial regresi linear berganda. Berdasarkan hasil analisis data dapat diambil

beberapa kesimpulan, yaitu: tingkat bunga deposito, tingkat inflasi, Produk

Domestik Bruto (PDB), dan nilai tukar rupiah simultan pengaruhnya terhadap

indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII), tingkat bunga deposito secara

parsial tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index

(JII), tingkat inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham

Jakarta Islamic Index (JII), Produk Domestik Bruto (PDB) secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic

Index (JII), nilai tukar rupiah secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan

Page 25: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

10

terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) dan variabel Produk

Domestik Bruto (PDB) merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap

indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII).

Penelitian selanjutnya berjudul Pengaruh Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi

terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti dan Real Estate yang Tercatat di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013 yang dilakukan oleh Putu Fenta

Pramudya Cahya, I Wayan Suwendra, Fridayana Yudiatmaja (2015) dari Jurusan

Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Data yang diperlukan

dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang dianalisis dengan analisis regresi

linear berganda. Hasil dari analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa

ada pengaruh secara simultan yang signifikan dari nilai tukar rupiah dan inflasi

terhadap indeks harga saham sektor properti dan real estate, ada pengaruh secara

parsial yang positif dan signifikan dari nilai tukar rupiah terhadap indeks harga

saham sektor properti dan real estate, dan ada pengaruh secara parsial yang

negatif dan signifikan dari inflasi terhadap indeks harga saham sektor properti dan

real estate yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013.

Neny Mulyani (2014) dari Universitas Terbuka melakukan penelitian

dengan judul Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, dan Produk

Domestik Bruto terhadap Jakarta Islamic Index. Sampel penelitian adalah data

Jakarta Islamic Index periode 2009-2011. Metode analisis dilakukan dengan

menggunakan regresi linear berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa inflasi

bepengaruh positif terhadap JII, suku bunga berpengaruh negatif terhadap JII,

Page 26: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

11

nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap JII, dan PDB berpengaruh positif

terhadap JII.

Penelitian dengan judul Pengaruh Faktor Fundamental Makro terhadap

Indeks Harga Saham Gabungan (Studi pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-

2012) yang dilakukan oleh Agus Suharno dan MG. Kentris Indarti (2014) dari

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Univeraitas Stikubank. Metode analisis yang

digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan tingkat suku

bunga SBI berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG, harga minyak dunia

dan harga emas dunia berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG, kurs tidak

berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Dessy dan Sujito (2012) dari Fakultas Ekonomi Universitas Semarang

melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku

Bunga Bank Indonesia, Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa

Efek Indonesia Periode Tahun 2006-2010. Metode analisis yang digunakan adalah

regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah

berpengaruh negatif terhadap IHSG, tingkat suku bunga berpengaruh negatif

terhadap IHSG dan inflasi berpengaruh negatif terhadap IHSG.

Penelitian yang dilakukan ini tidak sama dengan penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini tidak semua faktor makroekonomi

dijadikan sebagai variabel penelitian. Peneliti hanya menggunakan inflasi dan BI

rate sebagai variabel independen dan indeks harga saham Jakarta Islamic Index

(JII) sebagai variabel dependen. Data yang diteliti adalah data 3 tahun terakhir

yang mendekati waktu penelitian yaitu dari tahun 2012-2014.

Page 27: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

12

B. Kerangka Teori

1. Inflasi

a. Pengertian Inflasi

Dalam literatur ekonomi, definisi inflasi banyak ragamnya. Menurut

Khalwaty (2000: 5) keanekaragaman definisi tersebut terjadi karena luasnya

pengaruh inflasi terhadap berbagai sektor perekonomian. Hubungan yang

erat dan luas antara inflasi dan berbagai sektor perekonomian tersebut

melahirkan berbagai perbedaan pengertian dan persepsi kita tentang inflasi.

Menurut Khalwaty (2000: 6) inflasi merupakan suatu keadaan dimana

terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung terus

menerus dalam jangka waktu cukup lama. Seirama dengan kenaikan harga-

harga tersebut, nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan

kenaikan harga-harga tersebut.

Menurut Nopirin (2000: 25) yang dimaksud dengan inflasi adalah

proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus.

Sedangkan menurut Karim (2008: 135) inflasi merupakan kenaikan tingkat

harga secara umum dari barang / komoditas dan jasa selama suatu periode

tertentu. Sebaliknya jika terjadi penurunan merupakan deflasi.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa inflasi

merupakan kenaikan harga-harga secara umum dan terus-menerus dalam

periode tertentu. Kenaikan harga hanya sekali saja bukanlah termasuk

inflasi.

Page 28: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

13

b. Macam-macam Inflasi

1) Menurut Ekonom

Menurut penyebabnya, inflasi dapat digolongkan sebagai berikut

(Karim, 2008: 138-139):

a) Natural Inflation dan Human Error Inflation

Sesuai dengan namanya Natural Inflation adalah inflasi

yang terjadi karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak

mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya. Sedangkan Human

Error Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-

kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri.

b) Actual/ Anticipated/ Expected Inflation dan Unanticipated/

Unexpected Inflation

Pada Expected Inflation tingkat suku bunga pinjaman riil

akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi

inflasi. Sedangkan pada Unexpected Inflation tingkat suku bunga

pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi

terhadap efek inflasi.

c) Demand Pull dan Cost Push Inflation

Demand Pull Inflation adalah inflasi yang terjadi karena

adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi Permintaan

Agregatif (AD) dari barang-barang dan jasa pada suatu

perekonomian. Sedangkan Cost Push Inflation terjadi karena

perubahan-perubahan pada sisi Penawaran Agregatif (AS).

Page 29: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

14

d) Spiralling Inflation

Inflasi jenis ini merupakan inflasi yang diakibatkan oleh

inflasi yang terjadi sebelumnya yang mana inflasi yang sebelumnya

ini terjadi sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi

dan begitu seterusnya.

e) Imported Inflation dan Domestic Inflation

Imported Inflation bisa dikatakan adalah inflasi di negara

lain yang ikut dialami oleh suatu negara karena harus menjadi price

taker dalam pasar perdagangan internasional. Sedangkan Domestic

Inflation bisa dikatakan inflasi yang hanya terjadi di dalam negeri

suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi negara-negara

lainnya.

Sedangkan menurut Nopirin (2009: 28-31) macam-macam

inflasi menurut sebabnya adalah sebagai berikut:

a) Demand-pull Inflation

Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total

(agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan

kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja

penuh. Dalam keadaan hampir kesempatan kerja penuh, kenaikan

permintaan total disamping menaikkan harga dapat juga

menaikkan hasil produksi (output). Apabila kesempatan kerja

penuh (full-employment) telah tercapai, penambahan permintaan

selanjutnya hanyalah akan menaikkan harga saja. Apabila kenaikan

Page 30: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

15

permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP berada di atas/

melebihi GNP pada kesempatan kerja penuh maka akan terdapat

adanya inflationary gap. Inflationary gap inilah yang dapat

menimbulkan inflasi. Secara grafik dapatlah digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 2.1

Inflationary Gap

Kenaikan pengeluaran total dari C + I menjadi C’ + I’ akan

menyebabkan keseimbangan pada titik B berada di atas GNP full-

employment (YFE). Jarak A – B atau YFE – Y1 menunjukkan

besarnya inflationary gap.

Dengan menggunakan kurva permintaan dan penawaran

total proses terjadinya demand-pull inflation dapat dijelaskan

sebagai berikut:

YFE

C + 1

B

Y1 Y

C + I’

C + 1 A

Inflationary

Gap

Page 31: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

16

Gambar 2.2

Demand-pull Inflation

Bermula dengan harga P1 dan output Q1, kenaikan

permintaan total dari AD1 ke AD2 menyebabkan ada sebagian

permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh penawaran yang ada.

Akibatnya harga naik menjadi P2 dan output naik menjadi QFE.

Kenaikan AD2 selanjutnya menjadi AD3 menyebabkan

harga naik menjadi P3 sedangkan output tetap pada QFE. Kenaikan

harga ini disebabkan oleh adanya inflationary gap.

b) Cost-push Inflation

Cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan

harga serta turunnya produksi. Jadi inflasi yang dibarengi dengan

resesi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya

penurunan dalam penawaran total (agregate supply) sebagai akibat

AD3

Inflationary

Gap

AS

AD4

AD2

AD1

QFE Q1

P1

P2

P3

P4

P

Q

Page 32: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

17

kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul

karena beberapa faktor diantaranya:

1. Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntut

kenaikan upah.

2. Suatu industri yang sifatnya monopolistik, manager dapat

menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga

yang lebih tinggi.

3. Kenaikan harga bahan baku industri. Biaya produksi naik,

akibatnya timbul stagflasi. Yakni inflasi yang disertai dengan

stagnasi.

Kenaikan biaya produksi pada gilirannya akan menaikkan

harga dan turunnya produksi. Kalau proses ini berjalan terus maka

timbullah cost push inflation.

Gambar 2.3

Cost Push Inflations

Q

1

1

1

AS1

A

D

Q2 Q QFE

1

1

AS2

AS3

P3

P2

P1

P

Page 33: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

18

Bermula pada harga P1 dan QFE. Kenaikan biaya produksi

akan menggeser kurva penawaran total dari AS1 menjadi AS2.

Konsekuensinya harga naik menjadi P2 dan produksi turun menjadi

Q1. Kenaikan harga selanjutnya akan menggeser kurva AS menjadi

AS3, harga naik dan produksi ini (yang sering dibarengi dengan

turunnya produksi) disebut dengan cost-push inflation.

2) Menurut Ekonom Muslim

Menurut Ekonom Islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (Karim

(2008: 140) menggolongkan inflasi dalam dua golongan yaitu:

a) Natural Inflation

Sesuai dengan namanya, inflasi jenis ini diakibatkan oleh

sebab-sebab alamiah, dimana orang tidak mempunyai kendali atasnya.

Ibn al-Maqrizi mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang

diakibatkan oleh turunnnya PenawaranAgregatif (AS) atau naiknya

Permintaan Agregatif (AD).

Jika memakai perangkat analisis konvensional yaitu persamaan

identitas:

MV = PT = Y

dimana: M = jumlah uang beredar

V = kecepatan peredaran uang

P = tingkat harga

T = jumlah barang dan jasa (kadang dipakai juga notasi Q)

Y = tingkat pendapatan nasional (GDP)

Page 34: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

19

Maka Natural Inflation dapat diartikan sebagai:

1. Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam

suatu perekonomian (T). Misalnya T sedangkan M dan Y tetap,

maka konsekuensinya P.

2. Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya nilai ekspor

lebih besar dari pada nilai impor, sehingga secara netto terjadi

impor uang yang mengakibatkan M sehingga jika V dan T tetap

maka P.

Lebih jauh jika dianalisis dengan persamaan:

AD = AS

dan:

AS = Y

AD = C + I + G + (X-M)

dimana: Y = pendapatan nasional

C = konsumsi

I = investasi

G = pengeluaran pemerintah

(X-M) = net export

maka:

Y = C + I + G + (X-M)

Maka Natural Inflation akan dapat dibedakan berdasarkan

penyebabnya menjadi dua golongan sebagai berikut:

Page 35: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

20

1. Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana

ekspor (X) sedangkan impor (M) sehingga net export nilainya

sangat besar, maka mengakibatkan naiknya Permintaan Agregatif

(AD).

2. Akibat dari turunnya tingkat produksi (AS) karena terjadinya

paceklik, perang, ataupun embargo dan boycott.

b) Human Error Inflation

Human Error Inflation merupakan inflasi yang diakibatkan

oleh kesalahan dari manusia itu sendiri. Menurut penyebab-

penyebabnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Korupsi dan administrasi yang buruk (Corruption and Bad

Administration)

Jika merujuk pada persamaan MV = PT, maka korupsi akan

mengganggu tingkat harga (P) karena para produsen akan

menaikkan harga jual produksinya untuk menutupi biaya-biaya

“siluman” yang telah mereka keluarkan tersebut. Dimasukkannya

“biaya siluman” tersebut dalam COGS (Cost Of Good Sold).

COGS akan mendorong ATC dan MC naik ke ATC2 dan MC2,

sehingga harga jual pada keadaan normal profit naik dari P ke P2.

Hal ini akan mengakibatkan COGS menjadi tidak merefleksikan

nilai sumber daya sebenarnya yang digunakan dalam proses

produksi. Harga yang terdistorsi oleh komponen yang seharusnya

tidak ada sehingga akan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi

Page 36: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

21

(hight cost economy). Pada akhirnya akan terjadi inefisiensi alokasi

sumber daya yang akan merugikan masyarakat secara keseluruhan.

2. Pajak yang berlebihan (Excessive Tax)

Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada

perekonomian hampir sama dengan efek yang ditimbulkan oleh

korupsi dan administrasi yang buruk yaitu kontraksi pada kurva

Penawaran Agregatif (AS).

3. Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang

berlebihan (Excessive Seignorage)

Menurut otoritas moneter di negara-negara barat umumnya

meyakini bahwa pencetakan uang akan menghasilkan keuntungan

bagi pemerintah (inflation tax), karena suatu tingkat pertumbuhan

uang yang tinggi akan menghasilkan tingkat pajak yang lebih

tinggi pula dari pajak memegang uang (tax for holding money).

Di lain pihak, ekonom Islam Ibn al-Maqrizi (Karim, 2008:

142) berpendapat bahwa pencetakan uang yang berlebihan jelas-

jelas akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P) secara

keseluruhan (inflasi). Menurut Ibn al-Maqrizi, kenaikan harga-

harga komoditas adalah kenaikan dalam bentuk jumlah uang atau

nominal, sedangkan jika diukur dalam emas, maka harga-harga

komoditas tersebut jarang sekali mengalami kenaikan.

Page 37: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

22

c. Dampak Inflasi

1) Menurut Ekonom

Dampak inflasi sangat luas dan beraneka ragam, diantaranya

adalah sebagai berikut (Khalwaty, 2000: 53-57):

a) Equity Effect

Equity Effect adalah dampak inflasi terhadap pendapatan.

Dampak inflasi terhadap pendapatan bersifat tidak merata, ada yang

mengalami kerugian dan ada pula yang mengalami keuntungan.

Yang mengalami kerugian adalah mereka yang berpenghasilan tetap

karena akan mengalami penurunan nilai riil dari penghasilannya,

sehingga daya belinya menjadi lemah. Yang mengalami keuntungan

adalah mereka yang memperoleh kenaikan atau peningkatan

pendapatan dengan tingkat persentase yang lebih besar dari tingkat

inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan tidak dalam bentuk

uang tunai.

b) Efficiency Effect

Inflasi selain berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat

dan rumah tangga perusahaan karena lemahya daya beli masyarakat,

juga berpengaruh terhadap biaya produksi. Harga-harga faktor

produksi akan terus meningkat, sehingga dapat mengubah pola

alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan tersebut dapat terjadi

melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang

selanjutnya mendorong perubahan dalam produksi beberapa barang

Page 38: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

23

tertentu. Dengan adanya inflasi, permintaan barang-barang tertentu

akan mendorong peningkatan produksi terhadap barang-barang

tersebut. Kenaikan produksi yang demikian akan mengubah pola

alokasi faktor produksi barang-barang tersebut menjadi lebih efisien.

c) Output Effect

Inflasi dinilai dapat meningkatkan produksi dengan asumsi

bahwa produksi akan mengalami kenaikan mendahului kenaikan

upah atau gaji para pekerja. Kenaikan harga produksi mengakibatkan

terjadinya keuntungan yang diterima produsen. Keuntungan yang

telah dinikmati produsen tersebut akan mendorong produsen untuk

terus meningkatkan produksinya. Jika tingkat inflasi tinggi melebihi

dua digit dan berlangsung dalam jangka waktu lama maka biaya

produksi akan naik pula dan akibatnya keuntungan yang telah

dinikmati produsen menjadi berkurang. Karena keuntungan terus

berkurang sementara biaya produksi terus bertambah, akhirnya

produsen akan mengurangi produksinya sampai batas tertentu yang

dianggap aman dan masih dinilai memungkinkan untuk terus

melanjutkan usahanya. Jika dinilai sudah tidak menguntungkan lagi,

keputusan terbaik adalah menghentikan atau mengurangi jumlah

produksi. Penghentian produksi atau pengurangan produksi akan

berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran.

Page 39: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

24

2) Menurut Ekonom Muslim

Menurut para ekonom Islam inflasi berakibat sangat buruk bagi

perekonomian karena (Karim, 2008: 139):

a) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap

fungsi tabungan, fungsi dari pembayaran di muka dan fungsi dari unit

perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan aset

keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah

mengakibatkan terjadinya inflasi kembali.

b) Melemahnya semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari

masyarakat.

c) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-

primer dan barang-barang mewah.

d) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu

penumpukan kekayaan seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata

uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti:

pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.

e) Mengakibatkan masalah-masalah yang berhubungan dengan akuntansi

seperti: apakah penilaian terhadap aset tetap dan aset lancar dilakukan

dengan metode biaya historis atau metode biaya aktual, pemeliharaan

modal riil dengan melakukan isolasi keuntungan inflasioner,

dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi operasi (index) untuk

mendapatkan kebutuhan perbandingan waktu dan tempat.

Page 40: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

25

d. Solusi Pengendalian Inflasi

Secara umum terdapat empat macam cara atau kebijakan yang dapat

dilakukan untuk menanggulangi dan mengendalikan laju pertumbuhan

inflasi hingga ke tingkat yang paling rendah dan aman bagi kinerja

perekonomian dan struktur ekonomi (Khalwaty, 2000: 59-71):

1) Kebijakan Moneter

Bank sentral harus dapat mengatur peredaran uang giral antara

lain dengan cara menentukan cadangan minimum atau Giro Wajib

Minimum bagi setiap bank, melakukan kebijakan uang ketat (tide-money

policy) dan tingkat diskonto (discount rate). Jika jumlah cadangan

minimum dinaikkan, maka uang yang beredar akan berkurang. Demikian

juga, jika tingkat bunga (discount rate) pinjaman dari Bank Sentral

kepada Bank Umum dinaikkan, maka gairah Bank Umum untuk

melakukan ekspansi atau meminjam uang dari Bank Sentral menjadi

berkurang dan akibatnya jumlah uang yang beredar menjadi berkurang.

2) Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal akan berpengaruh terhadap permintaan agregat

dan pengeluaran pemerintah disamping mempengaruhi harga.

Pengurangan permintaan agregat pada batas wajar akan melindungi

anggaran negara dari defisit, serta dapat menjadi instrumen untuk

mencegah atau menekan laju pertumbuhan angka inflasi sampai pada

batas yang dinilai aman.

Page 41: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

26

Kalangan moneteris berpendapat bahwa kebijakan fiskal akan

menyebabkan kenaikan pengeluaran pemerintah yang selanjutnya dapat

mendorong kenaikan tingkat bunga dan menekan kenaikan investasi

swasta. Keadaan demikian disebut dengan istilah Crowding Out.

Kenaikan pengeluaran pemerintah yang diimbangi dengan penurunan

pengeluaran investasi swasta akan menghalangi kenaikan permintaan

agregat. Untuk menghindari defisit anggaran belanja negara yang

diakibatkan kenaikan pengeluaran belanja pemerintah, ada beberapa yang

dapat dilakukan. Misalnya mencari pinjaman dari masyarakat dengan

menjual obligasi di pasar modal, mencetak uang baru, menaikkan

penerimaan dari sektor pajak dan utang luar negeri. Pemerintah Indonesia

mengkombinasikan tiga cara, yaitu dengan menjual obligasi, melalui

sektor pajak dan utang luar negeri.

3) Kebijakan Output

Apabila jumlah output meningkat, maka dampaknya akan

menekan laju inflasi. Untuk meningkatkan jumlah output, banyak cara

yang dapat dilakukan. Misalnya dengan menurunkan tarif pajak,

mengurangi berbagai pungutan yang berdampak pada ekonomi biaya

tinggi (hight cost economic) terhadap output, membebaskan atau

menurunkan tarif bea masuk terhadap barang-barang impor, melakukan

retrukturisasi ekonomi, debirokratisasi perizinan, deregulasi, dan

menciptakan pemerintah yang bersih dan berwibawa.

Page 42: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

27

Dengan bertambahnya jumlah output, harga dapat ditekan

menjadi lebih murah. Jumlah uang yang beredar harus sebanding dengan

jumlah output. Kondisi demikian akan mencegah timbulnya inflasi atau

dapat mengendalikan laju pertumbuhan inflasi.

4) Kebijakan Harga dan Indexing

Kebijakan harga dan indexing dapat dilakukan dengan cara

menentukan harga dasar (ceiling price) atau Harga Patokan Setempat

(HPS) terhadap produk-produk tertentu. Penentuan besarnya gaji dan

upah atau penentuan tingkat Upah Minimum Regional (UMR) harus

berdasarkan indeks harga barang-barang kebutuhan hidup yang secara

berkala dilaporkan oleh Biro Pusat Statistik. Jika indeks harga atau biaya

hidup mengalami kenaikan, gaji dan upah juga harus dinaikkan

sebanding dengan besarnya jumlah kenaikan indeks harga atau indeks

biaya hidup tersebut. Tindakan demikian dapat dijadikan sebagai

instrumen untuk mencegah atau mengendalikan laju pertumbuhan inflasi.

Meskipun nilai nominal gaji dan upah mengalami kenaikan, namun nilai

riil (intrinsik) gaji dan upah tersebut tetap dan daya beli mereka terhadap

output tetap stabil. Jadi kenaikan gaji dan upah tidak mendorong

peningkatan permintaan agregat.

Page 43: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

28

2. BI Rate

a. Pengertian BI Rate

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau

stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan

diumumkan kepada publik (http://www.bi.go.id).

b. Teori Suku Bunga

Ada beberapa teori tentang suku bunga, yaitu Teori Klasik dan Teori

Keynes. Teori Klasik tentang tingkat bunga adalah sebagai berikut (Nopirin,

2009: 70-72):

Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga.

Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk

menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan

lebih terdorong untuk mengorbankan/ mengurangi pengeluaran untuk

konsumsi guna menambah tabungan.

Investasi juga tergantung/ merupakan fungsi dari tingkat bunga.

Makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga

makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran

investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar

dari tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebut yang

merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah

tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan

investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.

Page 44: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

29

Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan (artinya tidak ada

dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung

masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi.

Secara grafik keseimbangan tingkat bunga dapat digambarkan seperti dalam

gambar 2.4.

Gambar 2.4

Teori Klasik tentang Tingkat Bunga

Keseimbangan pada tingkat bunga ada pada titik i0, dimana jumlah

tabungan sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga di atas i0, jumlah

tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para

penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan

ini akan menekan tingkat bunga turun balik ke posisi i0. Sebaliknya, apabila

tingkat bunga di bawah ini, para pengusaha akan saling bersaing untuk

memperoleh dana yang relatif jumlahnya lebih kecil. Persaingan ini akan

mendorong tingkat bunga naik lagi ke i0.

Kenaikan efisiensi produksi misalnya, akan mengakibatkan

keuntungan yang diharapkan naik. Sehingga pada tingkat bunga yang sama

Investasi 0

Investasi1

Tabungan

i1

Jumlah Rupiah yang

Ditabung & Diinvestasikan

S0

i0

Page 45: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

30

pengusaha bersedia meminjam dana lebih besar untuk membiayai

investasinya, atau untuk dana investasi yang sama jumlahnya, pengusaha

bersedia membayar tingkat bunga yang lebih tinggi. Keadaan ini dalam

gambar ditunjukkan dengan bergesernya kurva permintaan investasi ke

kanan atas, dan keseimbangan tingkat bunga yang baru pada titik i1.

Sedangkan Keynes mempunyai pandangan yang berbeda (Nopirin,

2009: 90-93). Tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya,

tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang

(ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi

(GNP), sepanjang uang ini mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat

bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan

investasi dan dengan demikian akan mempengaruhi GNP. Sedang menurut

kaum klasik, uang hanyalah mempengaruhi harga barang.

Permintaan akan uang tergantung tingkat bunga. Dalam gambar 2.5

sumbu horisontal mengukur jumlah dan permintaan uang dengan sumbu

vertikal untuk tingkat bunga.

Gambar 2.5

Teori Keynes tentang Tingkat Bunga

Tingkat bunga (%)

Jumlah uang

Liquidity preference

Jumlah uang dan permintaan uang

req

Page 46: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

31

Permintaan akan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat

bunga. Hubungan negatif antara permintaan uang dengan tingkat bunga

dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, Keynes menyatakan bahwa

masyarakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga yang normal.

Apabila tingkat bunga turun di bawah tingkat normal, makin banyak orang

yakin bahwa tingkat bunga akan kembali ke tingkat normal. Jika mereka

memegang surat berharga pada waktu tingkat bunga naik mereka akan

menderita kerugian. Mereka akan menghindari kerugian ini dengan cara

mengurangi surat berharga yang dipegangnya dan dengan sendirinya

menambah uang kas yang dipegang, pada waktu tingkat bunga naik.

Hubungan ini disebut motif spekulasi permintaan uang kas sebab mereka

melakukan spekulasi tentang harga surat berharga di masa yang akan

datang. Kedua, berkaitan dengan ongkos memegang uang kas (opportunity

cost of holding money). Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula

ongkos memegang uang kas sehingga keinginan memegang uang kas juga

turun. Sebaliknya, apabila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang

uang kas juga makin rendah sehingga permintaan akan uang kas naik.

Kedua pendekatan di atas semuanya menjelaskan adanya hubungan

negatif antara tingkat bunga dengan permintaan akan uang kas. Bersama

dengan jumlah uang beredar yang tetap, permintaan uang ini menentukan

tingkat bunga. Tingkat bunga dalam keseimbangan (req pada gambar)

apabila jumlah uang kas yang diminta sama dengan penawarannya (jumlah

uang beredar). Apabila pada suatu ketika tingkat bunga di bawah tingkat

Page 47: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

32

keseimbangan, masyarakat akan menginginkan uang kas lebih banyak

dengan cara menjual surat berharga yang dipegangnya. Usaha menjual surat

berharga ini akan mendorong harganya turun, sampai ke tingkat

keseimbangan yang mana masyarakat sudah puas dengan komposisi

kekayaannya (permintaan sama dengan penawaran uang). Sebaliknya,

apabila tingkat bunga berada di atas keseimbangan, masyarakat

menginginkan uang kas lebih sedikit dengan cara membeli surat berharga.

Pembelian ini akan mengakibatkan naiknya harga surat berharga (tingkat

bunga turun) sampai keseimbangan tercapai.

c. Fungsi Suku Bunga

Menurut Sunariyah fungsi suku bunga adalah sebagai berikut

(Hasibuan, 2015: 29):

1) Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih

untuk diinvestasikan.

2) Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka

mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam

suatu perekonomian.

3) Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah

uang beredar. Ini berarti pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam

suatu perekonomian.

Page 48: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

33

d. Mekanisme Penetapan BI Rate

1) Jadwal Penetapan dan Penentuan

Penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap

bulan melalui mekanisme RDG Bulanan dengan cakupan materi

bulanan yaitu (http://www.bi.go.id):

a) Respon kebijakan moneter (BI Rate) ditetapkan berlaku sampai

dengan RDG berikutnya.

b) Penetapan respon kebijakan moneter (BI Rate) dilakukan dengan

memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag of monetary

policy) dalam mempengaruhi inflasi.

c) Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula,

penetapan stance Kebijakan Moneter dapat dilakukan sebelum

RDG Bulanan melalui RDG Mingguan.

2) Besar Perubahan BI Rate

Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI Rate

secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin (bps).

Dalam kondisi untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia yang lebih

besar terhadap pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan BI Rate

dapat dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps.

3. Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII)

a. Pengertian Indeks Harga Saham Jakarta Islamix Index (JII)

Indeks harga saham adalah indikator yang mencerminkan kinerja

saham-saham di pasar (Tandelilin, 2010: 86). Jakarta Islamic Index adalah

Page 49: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

34

indeks saham yang didasarkan atas prinsip syariah. Saham dalam JII terdiri

atas 30 saham yang keanggotaannya akan terus ditinjau secara berkala

berdasarkan kinerja transaksi di perdagangan bursa, rasio-rasio

keuangannya, dan ketaatannya pada prinsip-prinsip syariah sebagaimana

termaktub dalam fatwa Dewan Syariah Nasional no 05/DSN-MU/IV/2000

tentang jual beli saham dan fatwa no. 40 DSN-MUI/IX/2003 tentang Pasar

Modal, serta Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar

Modal. Saham yang dapat masuk ke dalam saham syariah harus memenuhi

syariat yang disebutkan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis

Ulama Indonesia No: 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan

Investasi untuk Reksadana Syariah, terutama pasal 8 dan pasal 10 (Nafik,

2009: 260).

Kriteria yang digunakan untuk menentukan saham-saham yang

masuk dalam perhitungan JII adalah:

a. Kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan

dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali

termasuk dalam 10 kapitalisasi besar).

b. Saham yang berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun

memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90%.

c. 60 saham dari susunan saham berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi

pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.

d. 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai

perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.

Page 50: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

35

Saham-saham syariah yang masuk dalam perhitungan Jakarta

Islamic Index (JII) terus dievaluasi dari sisi ketaatannya terhadap prinsip-

prinsip syariah sebagaimana tertuang dalam fatwa DSN. Apabila saham-

saham tersebut tidak lagi memenuhi prinsip-prinsip syariah, otomatis akan

mengeluarkannya dari JII dan kedudukannya digantikan saham lain yang

memenuhi prinsip-prinsip syariah. Dengan demikian, setiap saat ada saham

yang keluar dan yang masuk ke dalam JII. Evaluasi terhadap saham-saham

yang masuk dalam perhitungan JII dilakukan setiap enam bulan sekali.

Sedangkan perubahan jenis usaha emiten akan terus diawasi berdasarkan

data-data publik yang tersedia (Nafik, 2009: 261).

b. Pengertian Harga Saham

Saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan

terbatas (Anoraga dan Pakarti, 2008: 54). Menurut Marsis (2013: 86) saham

merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam

suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang

menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya dari suatu

perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut.

Menurut Marsis (2013: 87) harga pasar adalah harga jual dari

investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah

saham tersebut dicatatkan di bursa. Anoraga dan Pakarti (2008: 59)

mengemukakan bahwa market price merupakan harga pada pasar riil, dan

merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga

dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah

Page 51: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

36

tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Harga

ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa, baik bursa utama

maupun OTC (Over the counter market). Transaksi di sini sudah tidak lagi

melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga pasar ini merupakan harga

jual dari investor yang satu dengan investor yang lain, dan disebut sebagai

harga di pasar sekunder. Harga pasar inilah yang menyatakan naik-turunnya

suatu saham dan setiap hari diumumkan di surat-surat kabar atau di media-

media lainnya

Menurut Jogiyanto (Al Kautsar, 2015: 5) harga saham merupakan

harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan

oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham

yang bersangkutan di pasar modal.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa harga

saham merupakan harga saham yang terjadi karena permintaan dan

penawaran dari investor yang satu dengan investor yang lain di pasar modal.

c. Perbedaan Saham Syariah dan Saham Non Syariah

Menurut Luthvi (2014: 18) saham syariah adalah saham-saham yang

memiliki karakteristik sesuai dengan syariah Islam. Sedangkan saham non

syariah adalah saham yang kegiatan usahanya tidak sesuai dengan prinsip

syariah Islam. Perbedaan ini terletak pada kegiatan usaha dan tujuannya.

Dalam website Bapepam (http://www.bapepam.go.id) disebutkan bahwa

suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut

diterbitkan oleh:

Page 52: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

37

1) Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam

anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik

tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.

2) Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran

dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak

bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, namun memenuhi kriteria

sebagai berikut:

a) kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah

sebagaimana diatur dalam peraturan IX.A.13, yaitu tidak melakukan

kegiatan usaha:

1. perjudian dan permainan yang tergolong judi;

2. perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa;

3. perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;

4. bank berbasis bunga;

5. perusahaan pembiayaan berbasis bunga;

6. jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian(gharar)

dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional;

7. memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau

menyediakan barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi),

barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi)

yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau, barang atau jasa yang

merusak moral dan bersifat mudarat;

8. melakukan transaksi yang 7 unsur suap (risywah);

Page 53: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

38

b) rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak

lebih dari 82%, dan

c) rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal lainnya

dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya

tidak lebih dari 10%.

d. Macam-macam Harga Saham

Menurut Sawidji Widoatmojo, harga saham dapat dibedakan

menjadi tiga, yaitu (Marsis, 2013: 86-87):

1) Harga normal

Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan

oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.

Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen

minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

2) Harga perdana

Harga ini merupakan harga pada waktu saham tersebut dicatat di

bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh

penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan

diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat

biasanya untuk menentukan harga perdana.

3) Harga pasar

Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan

investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di

bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi

Page 54: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

39

harga ini yang disebut harga sebagai harga di pasar sekunder, kecil

sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit.

Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain

adalah harga pasar.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham

Menurut Alwi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pergerakan harga saham atau indeks harga saham, antara lain (Marsis,

2013: 84-85):

1) Faktor internal (lingkungan mikro)

a) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti

pengiklanan, rincian kontak, perubahan harga, penarikan produk

baru, laporan produksi, laporan keamanan produk dan laporan

penjualan produk.

b) Pengumuman pendanaan.

c) Pengumuman badan direksi manajemen.

d) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan

merger, invetasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan

diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.

e) Pengumuman investasi.

f) Pengumuman ketenagakerjaan.

g) Pengumuman laporan keuangan perusahaan.

Page 55: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

40

2) Faktor eksternal

a) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga

tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai

regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

b) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan

karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan

tuntutan perusahaan terhadap manajernya.

c) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements) seperti

laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga

saham perdagangan, pembatasan atau penundaan trading.

d) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya

pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.

e) Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri.

C. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka teoritis merupakan konsep dari suatu teori atau logika

pengertian yang saling berhubungan diantara beberapa faktor penting pada

masalah penelitian (Wijaya, 2013: 10). Dalam penelitian ini, kerangka pemikiran

teoritis adalah sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e

Dimana:

Y = indeks harga saham JII

X1 = inflasi

Page 56: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

41

X2 = BI rate

a = konstanta

b1 = koefisien regresi inflasi

b2 = koefisien regresi BI rate

e = standart error

Gambar 2.6

Kerangka Pemikiran Teoritis

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban permasalahan sementara yang bersifat

dugaan dari suatu penelitian. Dugaan ini harus dibuktikan kebenarannya melalui

data empiris (fakta lapangan). Hipotesis dapat benar atau terbukti dan tidak

terbukti setelah didukung oleh fakta-fakta dari hasil penelitian lapangan (Supardi,

2005: 69).

1. Hubungan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index

(JII)

Dalam keadaan inflasi, biaya modal dari suatu proyek investasi akan

menjadi semakin mahal karena harga-harga barang-barang naik relatif cepat

dan cukup tinggi. Daya beli masyarakat semakin melemah sehingga terjadi

INFLASI (X1)

INDEKS HARGA

SAHAM JII (Y)

BI RATE (X2)

Page 57: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

42

kelesuan hampir di segala sektor riil. Di sektor industri penerimaan laba

menurun cukup drastis, sehingga menurunkan harga saham perusahaan publik

(Khalwaty, 2000: 105). Penurunan harga saham mengakibatkan menurunnya

indeks harga saham. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Cahya dkk (2015), Dessy dan Sujito (2012) yang menyatakan inflasi

berpengaruh negatif terhadap harga saham.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan:

H1 = Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga

saham Jakarta Islamic Index (JII).

2. Hubungan BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index

(JII)

Jika BI rate sebagai suku bunga acuan mengalami peningkatan, maka

suku bunga industri perbankan akan mengalami peningkatan juga, dan ini

menarik investor untuk berinvestasi atau memindahkan investasi dari saham ke

sektor perbankan. Hal ini mengakibatkan permintaan saham menjadi menurun

dan penurunan permintaan saham membuat harga saham menurun, sehingga

indeks harga saham juga akan menurun. Penelitian yang dilakukan oleh

Mulyani (2014), Dessy dan Sujito (2012) menyatakan bahwa suku bunga

berpengaruh negatif terhadap harga saham.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan:

H2 = BI rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga

saham Jakarta Islamic Index (JII).

Page 58: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini mengenai pengaruh inflasi dan BIrate terhadap indeks harga

saham Jakarta Islamic Index (JII). Jenis penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif. Menurut Arikunto (2010: 27) penelitian kuantitatif banyak dituntut

menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data

tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono

(2010: 23) yang mengemukakan bahwa data kuantitatif adalah data yang

berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini, data indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII)

diperoleh melalui data statistik yang dipublikasikan oleh PT Bursa Efek Indonesia

melalui website (www.idx.co.id). Dan data tingkat inflasi dan BIrate diperoleh

dari website Bank Indonesia (www.bi.go.id). Data indeks harga saham Jakarta

Islamic Index (JII), inflasi dan BI rate yang digunakan mulai dari tahun 2012

sampai 2014.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Bawono (2006: 28), populasi adalah keseluruhan wilayah

objek dan subjek penelitian yang ditetapkan untuk dianalisis dan ditarik

kesimpulan oleh peneliti. Hal ini sependapat dengan Sugiyono (2010: 61) yang

Page 59: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

44

mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian iniadalahJakarta Islamic Index (JII).

2. Sampel

Bawono (2006: 28), mengemukakan bahwa sampel adalah objek atau

subjek penelitian yang dipilih guna mewakili keseluruhan dari populasi. Hal ini

dilakukan untuk menghemat waktu dan biaya. Sehingga di dalam menentukan

sampel harus hati-hati, karena kesimpulan yang dihasilkan nantinya merupakan

kesimpulan dari populasi. Penelitian yang menggunakan data sekunder, jumlah

sampel minimum yang dapat digunakan agar hasilnya representatif adalah 35

data.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive

sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan kriteria

tertentu (Sugiyono, 2010: 68). Kriteria yang digunakan untuk pengambilan

sampel adalah data indeks harga saham Jakarta Islamic Indeks (JII) akhir bulan

(closing price). Sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah data

indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) dari tahun 2012-2014 sejumlah

36 sampel data.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data

yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Pada penelitian

kuantitatif dikenal beberapa metode, antara lain metode angket, wawancara,

Page 60: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

45

observasi dan dokumentasi (Bungin, 2006: 123). Metode pengambilan data adalah

teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang akan

dianalisis atau diolah untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Teknik atau cara

untuk mendapatkan data untuk penelitian adalah dari data primer dan data

sekunder. Pada penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder. Data sekunder

adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau penelitian arsip yang

memuat peristiwa masa lalu. Data sekunder ini dapat diperoleh oleh peneliti dari

jurnal, majalah, buku, data statistik maupun dari internet (Bawono, 2006 : 29-30).

Sesuai dengan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

sekunder, maka teknik dalam pengumpulan data menggunakan metode

dokumentasi. Menurut Bungin (2006: 144), metode dokumentasi adalah metode

yang digunakan untuk menelusuri data historis. Data historis tersebut merupakan

data indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) yang dipublikasikan oleh PT

Bursa Efek Indonesia melalui website (www.idx.co.id), data tingkat inflasi dan

BIrateyang diperoleh melaluiwebsite Bank Indonesia (www.bi.go.id).Pendekatan

waktu yang digunakan adalah data time series. Bawono (2006: 26)

mengemukakan bahwa data timeseries adalah data runtun waktu, bisa berupa data

bulanan, triwulanan, semesteran ataupun tahunan. Penelitian ini menggunakan

data runtun waktu bulanan.

E. Definisi Konsep dan Operasi

1. Definisi Konsep

Menurut Bawono (2006: 26), definisi konsep merupakan penentuan

metode penelitian yang akan dilakukan apakah merupakan eksperimen atau

Page 61: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

46

non eksperimen (observasional). Dalam penelitian ini menggunakan metode

penelitian yang sifatnya observasional karena penelitian ini meneliti hal yang

sudah ada.

2. Definisi Operasi

Definisi operasional menjelaskan mengenai definisi variabel-variabel

yang akan digunakan, baik variabel dependen maupun variabel independen.

Sehingga nantinya tidak menghasilkan data yang bias yang bisa membuat

interpretasi data yang bias (Bawono, 2006: 27).

a. Variabel Independen

Menurut Sugiyono (2010: 4), variabel independen merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini

yaitu:

1) Inflasi

Inflasi merupakan kenaikan harga-harga secara umum dan terus-

menerus dalam periode tertentu. Data tingkat inflasi diperoleh melalui

website Bank Indonesia (www.bi.go.id) yang dipublikasikan setiap

sebulan sekali.

2) BIRate

BIRate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap

atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan

diumumkan kepada publik setiap sebulan sekali.

Page 62: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

47

b. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel independen (Sugiyono, 2010: 4).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah indeks harga saham Jakarta

Islamic Index (JII).

Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII)adalah indeks saham

yang didasarkan atas prinsip syariah yang terdiri atas 30 saham yang

keanggotaannya akan terus ditinjau secara berkala berdasarkan kinerja

transaksi di perdagangan bursa, rasio-rasio keuangannya, dan ketaatannya

pada prinsip-prinsip syariah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

data indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) akhir bulan

(closingprice) yang terdapat dalam data statistik yang dipublikasikan oleh

PT Bursa Efek Indonesia.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

(Arikunto, 2010: 203). Dalam penelitian ini peneliti tidak menggunakan

instrumen penelitian karena data yang dibutuhkan sudah tersedia pada data

statistik yang dipublikasikan oleh PT Bursa Efek Indonesia melalui

website(www.idx.co.id), data inflasi dan BIrate melalui website Bank Indonesia

(www.bi.go.id).

Page 63: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

48

G. Uji Instrumen Penelitian

1. Uji Stasioneritas

Uji stasioneritas digunakan untuk mengetahui apakah data runtun

waktu yang digunakan dalam penelitian sudah stasioner (Winarno, 2015).

Untuk menguji stasioneritas, dalam penelitian ini menggunakan uji akar unit

(Unit Root Test) yang dikembangkan oleh Dickey-Fuller. Prosedur untuk

mengetahui data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai

statistik ADF dengan nilai kritis distribusi Mac Kinnon. Nilai statistik ADF

ditunjukkan oleh nilai t statistik. Jika nilai absolut statistik ADF lebih besar

dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika

sebaliknya nilai statistik ADF lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak

stasioner.

2. Regresi Linear Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel inflasi dan BI rate terhadap indeks harga saham Jakarta

Islamic Index (JII). Dalam regresi berganda terdapat 3 variabel, yaitu:

1. Variabel Independen (X1), yaitu Inflasi

2. Variabel Independen (X2), yaitu BI rate

3. Variabel Dependen (Y), yaitu Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index

(JII)

Persamaan regresi berganda untuk menguji variabel di atas dengan

menggunakan rumus :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e

Page 64: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

49

Dimana:

Y = indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII)

X1 = inflasi

X2 = BI rate

a = konstanta

b1 = koefisien regresi inflasi

b2 = koefisien regresi BI rate

e = standart error

3. Uji Hipotesis

a. Uji ttest

Uji ini digunakan untuk melihat tingkat signifikansi variabel

independen mempengaruhi variabel dependen secara individu atau sendiri-

sendiri. Langkah-langkah pengujiannya yaitu (Bawono, 2006: 89):

1) Menentukan hipotesis

Ho : β1 = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen.

Ho : β1≠ 0, artinya variabel independen berpengaruh terhadap

variabel dependen.

2) Menentukan t tabel

Untuk menentukan t tabel dengan menggunakan tingkat α 5%

dan derajat kepercayaan (dk) = n – 1 – k.

Di mana:

n : jumlah data

Page 65: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

50

k : jumlah variabel

3) Pengambilan keputusan

Jika t hitung< t tabel maka Ho diterima, artinya tidak ada

pengaruh yang signifikan.

Jika t hitung≥ t tabel maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh

yang signifikan.

b. Uji Ftest

Menurut Bawono (2006: 91) Uji F dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui seberapa jauh variabel independen atau bebas secara bersama-

sama dapat mempengaruhi variabel dependen atau terikat.

Langkah pengujiannya adalah:

1) Menentukan hipotesis

Ho: β1,β2,....βn = 0, artinya variabel independen secara bersama-

sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ho: β1,β2,....βn ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-

sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

2) Menentukan F tabel

Untuk memperoleh F tabel digunakan taraf signifikasi α = 5%

dan derajat kebebasan (dk) = (n – k).

3) Mencari F hitung dengan rumus

f = R2 / (k-1)

( 1 - R2 ) / ( n – k )

Di mana:

R2 = koefisien determinasi

Page 66: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

51

K = jumlah variabel independen

n = jumlah sampel

4) Pengambilan keputusan

Jika f hitung < f tabel, maka Ho diterima artinya tidak ada

pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara bersama-

sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

Jika f hitung > f tabel, maka Ho ditolak artinya ada pengaruh

yang signifikan antara variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh terhadap variabel dependen.

c. Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Bawono (2006: 92) koefisien determinasi (R2) menunjukan

sejauh mana tingkat hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen, atau sejauh mana kontribusi variabel mempengaruhi variabel

dependen.

Ciri-ciri nilai R2 adalah:

1) Besarnya nilai koefisien determinasi terletak antara 0 sampai dengan 1,

atau (0 ≤ R2≤ 1).

2) Nilai 0 menunjukan tidak adanya hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen.

3) Nilai 1 menunjukan adanya hubungan yang sempurna antara variabel

independen dengan variabel dependen.

Page 67: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

52

4. Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik merupakan tahapan yang penting dilakukan dalam

proses analisis regresi. Apabila tidak terdapat gejala asumsi klasik diharapkan

dapat dihasilkan model regresi yang handal sesuai dengan kaidah BLUE (Best

Linear Unbiased Estimator), yang menghasilkan model regresi yang tidak bias

dan handal sebagai penaksir. Uji Asumsi Klasik terdiri dari (Bawono, 2006:

115):

a. Uji Multicollinearity

Multicollinearity adalah situasi dimana terdapat korelasi variabel-

variabel bebas diantara satu dengan lainnya. Dalam hal ini dapat disebut

variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel yang bersifat orthogonal

adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesamanya sama dengan nol.

Masalah multikoliniaritas biasanya muncul pada data timeseries yang

apabila masalah ini serius dapat mengakibatkan berubahnya tanda dari

parameter estimasi.

b. Uji Heteroscedasticity

Heteroscedasticity terjadi apabila varian dari variabel pengganggu

tidak sama untuk semua observasi, akibat yang timbul apabila terjadi

heteroskendastisitas adalah penaksiran tidak bias tetapi tidak efisien lagi

baik dalam sampel besar maupun kecil, serta uji t-test dan F-test akan

menyebabkan kesimpulan yang salah.

Page 68: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

53

c. Uji Autocorrelation

Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi antara

anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam

rangkaian waktu (time series). Autokorelasi ini menunjukkan hubungan

antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel-variabel yang sama.

Autokorelasi ini dapat terjadi apabila suatu keadaan dimana variabel

gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel pengganggu

pada periode lain. Jadi suatu penelitian memerlukan dilakukannya pengujian

autokorelasi jika penelitiannya menggunakan data runtun waktu.

d. Uji Normality

Uji ini untuk menguji apakah dalam model regresi kita, data variabel

dependen dan independen yang kita pakai apakah berdistribusi normal atau

tidak. Sebuah data penelitian yang baik adalah yang datanya berdistribusi

H. Alat Analisis

Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS dan

Eviews. SPSS (Statistical Product and Service Solution) merupakan sebuah

program komputer statistik yang berfungsi untuk membantu dalam memproses

data-data statistik secara tepat dan cepat, serta menghasilkan berbagai output yang

dikehendaki oleh para pengambil keputusan. Eviews adalah program komputer

berbasis Windows yang banyak dipakai untuk analisa statistika dan ekonometri

jenis runtun waktu.

Page 69: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

54

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Deskripsi Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian tentang pengaruh

inflasi dan BI Rate terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tahun

2012 – 2014. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang peneliti peroleh dari

data statistik yang dipublikasikan oleh PT Bursa Efek Indonesia melalui website

Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan data tingkat inflasi & BI rate dari

website Bank Indonesia (www.bi.go.id). Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) dan variabel independen

adalah inflasi dan BI rate.

Gambaran umum data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimu

m

Maximu

m

Mean Std.

Deviation

INFLASI 36 3,56 8,79 5,8878 1,73581

BI RATE 36 5,75 7,75 6,5868 ,84927

IHS JII 36 525,05 691,13 621,1096 46,93964

Valid N

(listwise)

36

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Berdasarkan tabel hasil statistik deskriptif memperlihatkan gambaran

umum sebagai berikut:

Page 70: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

55

a. Inflasi

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah data yang digunakan

adalah 36. Nilai inflasi minimum 3,56 dan maximum 8,79. Rata-rata nilai

inflasi adalah 5,8878 dengan standart deviasi 1,73581. Dari data tersebut dapat

dilihat bahwa standart deviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata yaitu 1,73581

< 5,8878, hal ini menunjukkan bahwa sebaran inflasi dalam kondisi baik.

b. BI Rate

Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa nilai BI rate

minimum 5,75 dan maksimum 7,75. Rata-rata nilai BI rate adalah 6,5868

dengan standart deviasi 0,84927. Sebaran BI rate dalam kondisi yang baik

karena dapat dilihat bahwa stndart deviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata

yaitu 0,84927 < 6,5868.

c. Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai indeks harga saham

Jakarta Islamic Index (JII) minimum 525,05 dan maksimum 691,13. Rata-rata

indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) adalah 621,1096 dengan

standart deviasi 46,93964. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa standart

deviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata yaitu 46,93964 < 621,1096, hal ini

menunjukkan bahwa sebaran indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII)

dalam kondisi baik.

Page 71: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

56

B. Analisis Data

1. Hasil Uji Stasioneritas

Untuk menguji stasioneritas dalam penelitian ini menggunakan uji akar

unit (Unit Root Test) yang dikembangkan oleh Dickey-Fuller. Hasil uji

stasioneritas adalah sebagai berikut:

a. Uji Stasioneritas Inflasi

Tabel 4.2

Hasil Uji Stasioneritas Inflasi

Sumber: Hasil Pengolahan Eviews (2016)

Null Hypothesis: D(INFLASI,2) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.684727 0.0003

Test critical values: 1% level -4.273277

5% level -3.557759

10% level -3.212361

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(INFLASI,3)

Method: Least Squares

Date: 04/09/16 Time: 12:27

Sample (adjusted): 2012M05 2014M12

Included observations: 32 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(INFLASI(-1),2) -1.574847 0.277031 -5.684727 0.0000

D(INFLASI(-1),3) 0.348564 0.181561 1.919814 0.0651

C -0.002708 0.003474 -0.779478 0.4422

@TREND("2012M01") 0.000170 0.000161 1.054580 0.3006

R-squared 0.629370 Mean dependent var 0.000191

Adjusted R-squared 0.589660 S.D. dependent var 0.013081

S.E. of regression 0.008380 Akaike info criterion -6.609585

Sum squared resid 0.001966 Schwarz criterion -6.426368

Log likelihood 109.7534 Hannan-Quinn criter. -6.548854

F-statistic 15.84901 Durbin-Watson stat 2.127427

Prob(F-statistic) 0.000003

Page 72: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

57

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai absolut statistik ADF

(-5.684727) lebih besar dari nilai critical values, maka data inflasi yang

diamati menunjukkan stasioner.

b. Uji Stasioneritas BI Rate

Tabel 4.3

Hasil Uji Stasioneritas BI Rate

Sumber: Hasil Pengolahan Eviews (2016)

Null Hypothesis: D(BI_RATE,2) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -10.65481 0.0000

Test critical values: 1% level -4.262735

5% level -3.552973

10% level -3.209642

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(BI_RATE,3)

Method: Least Squares

Date: 04/09/16 Time: 12:28

Sample (adjusted): 2012M04 2014M12

Included observations: 33 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(BI_RATE(-1),2) -1.542039 0.144727 -10.65481 0.0000

C 0.000221 0.000471 0.468141 0.6431

@TREND("2012M01") -6.38E-06 2.21E-05 -0.288251 0.7751

R-squared 0.791479 Mean dependent var -7.58E-05

Adjusted R-squared 0.777577 S.D. dependent var 0.002557

S.E. of regression 0.001206 Akaike info criterion -10.51681

Sum squared resid 4.36E-05 Schwarz criterion -10.38077

Log likelihood 176.5274 Hannan-Quinn criter. -10.47104

F-statistic 56.93508 Durbin-Watson stat 1.823541

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 73: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

58

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai absolut statistik

ADF (-10.65481) lebih besar dari nilai critical values, maka data BI Rate

yang diamati stasioner.

c. Uji Stasioneritas Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII)

Tabel 4.4

Hasil Uji Stasioneritas Indeks Harga Saham

Jakarta Islamic Index (JII)

Sumber: Hasil Pengolahan Eviews (2016)

Null Hypothesis: D(JII,2) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.080328 0.0000

Test critical values: 1% level -4.262735

5% level -3.552973

10% level -3.209642

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(JII,3)

Method: Least Squares

Date: 04/09/16 Time: 12:29

Sample (adjusted): 2012M04 2014M12

Included observations: 33 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(JII(-1),2) -1.367337 0.169218 -8.080328 0.0000

C -2518.354 11156.21 -0.225736 0.8229

@TREND("2012M01") 122.6349 524.9825 0.233598 0.8169

R-squared 0.685204 Mean dependent var -534.3939

Adjusted R-squared 0.664218 S.D. dependent var 49548.22

S.E. of regression 28711.58 Akaike info criterion 23.45450

Sum squared resid 2.47E+10 Schwarz criterion 23.59054

Log likelihood -383.9992 Hannan-Quinn criter. 23.50027

F-statistic 32.64990 Durbin-Watson stat 2.213063

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 74: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

59

Hasil output menunjukkan bahwa nilai absolut statistik ADF (-

8.080328) lebih besar dari nilai critical values, maka data Indeks Harga

Saham Jakarta Islamic Index (JII) yang diamati stasioner.

2. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Regresi ini digunakan untuk menganalisa data yang bersifat

multivariate. Analisa ini digunakan untuk meramalkan nilai variabel dependen

dengan variabel independen yang lebih dari satu (minimal dua variabel).

Kondisi variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen dapat

bersifat positif atau negatif.

Tabel 4.5

Hasil Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B Std.

Error Beta

1

(Constant) 433,872 56,722 7,649 ,000

INFLASI -6,501 5,214 -,240 -1,247 ,221

BI RATE 34,237 10,656 ,619 3,213 ,003

a. Dependent Variable: IHS JII

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Dari hasil regresi yang didapat maka dapat dibuat persamaaan regresi

berganda sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2

Y = 433,872 - 6,501X1 + 34,237X2

Dimana:

Y = indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII)

Page 75: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

60

X1 = inflasi

X2 = BI rate

a = konstanta

b1 = koefisien regresi inflasi

b2 = koefisien regresi BI rate

Artinya:

Nilai constant (a) : 433,872, diartikan bahwa ketika variabel inflasi dan

BI rate konstan atau tidak ada atau sebesar 0, maka variabel indeks harga

saham Jakarta Islamic Index (JII) akan mengalami kenaikan sebesar 433,872

dengan asumsi cateris paribus.

Nilai Inflasi (X1) sebesar -6,501, diartikan bahwa jika inflasi

mengalami peningkatan 1 satuan sedangkan BI Rate konstan atau tidak ada

atau sebesar 0, maka indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) akan

mengalami penurunan sebesar 6,501 satuan dengan asumsi cateris paribus.

Nilai BI Rate (X2) sebesar 34,237, diartikan bahwa jika BI Rate

mengalami peningkatan 1 satuan sedangkan Inflasi konstan atau tidak ada atau

sebesar 0, maka indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) akan

mengalami peningkatan sebesar 34,237 satuan dengan asumsi cateris paribus.

3. Hasil Uji Hipotesis

a. Uji ttest

Uji ini digunakan untuk melihat tingkat signifikansi variabel

independen mempengaruhi variabel dependen secara individu atau sendiri-

sendiri. Pengujian ini dilakukan secara parsial atau individu, dengan uji t

Page 76: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

61

statistik untuk masing-masing variabel bebas, dengan tingkat kepercayaan

tertentu (Bawono, 2006: 89).

Tabel 4.6

Hasil Uji ttest

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant

)

433,872 56,722 7,649 ,000

INFLASI -6,501 5,214 -,240 -1,247 ,221

BI RATE 34,237 10,656 ,619 3,213 ,003

a. Dependent Variable: IHS JII

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Berdasarkan tabel di atas nilai signifikan dari variabel inflasi

sebesar 0,221 lebih besar dari α (0.05) dan nilai ttest sebesar -1,247 lebih

kecil dari t tabel sebesar 2,034515 dan ttest tidak berada di dalam daerah

penolakan, maka dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel indeks harga saham Jakarta

Islamic Index (JII).

Berdasarkan tabel di atas nilai signifikan dari variabel BI rate

sebesar 0,003 lebih kecil dari α (0.05) dan nilai ttest sebesar 3,213 lebih besar

dari t tabel sebesar 2,034515 dan ttest berada di dalam daerah penolakan,

maka dapat disimpulkan bahwa variabel BI rate berpengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII).

Page 77: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

62

b. Uji Ftest

Uji F dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh

semua variabel independen (X1 dan X2) secara bersama-sama dapat

mempengaruhi variabel dependen (Y), (Bawono, 2006: 91).

Tabel 4.7

Hasil Uji Ftest

ANOVAa

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

1

Regressio

n

19656,409 2 9828,205 5,644 ,008b

Residual 57460,121 33 1741,216

Total 77116,530 35

a. Dependent Variable: IHS JII

b. Predictors: (Constant), BI RATE, INFLASI

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Dengan melihat tabel di atas, nilai F hitung = 5,644. F tabel dapat

dicari dengan melihat kolom df, yaitu dengan df pembilang = 3 dan df

penyebut = 34 sedangakan α : 5%, maka nilai F tabel = 2,883. Berdasarkan

nilai F hitung dan F tabel, maka F hitung > F tabel, sehingga dapat

disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen

secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hal ini berarti BI rate dan

inflasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap indeks harga saham

Jakarta Islamic Index (JII).

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Gujarati dalam Bawono (2006: 92) Analisis koefisien

determinasi (R²) digunakan untuk mengetahui seberapa besar prosentase

Page 78: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

63

(%) pengaruh keseluruhan variabel independen yang digunakan (X1, X2,

X3) terhadap variabel dependen (Y). Pengujian ini dilakukan dengan

melihat R² pada hasil analisis persamaan regresi yang diperoleh. Apabila

angka koefisien determinasi (R²) semakin mendekati 1 berarti model regresi

yang digunakan sudah semakin tepat sebagai model penduga terhadap

variabel dependen (Y).

Tabel 4.8

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Mode

l R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 ,505a ,255 ,210 41,72788

a. Predictors: (Constant), BI RATE, INFLASI

b. Dependent Variable: IHS JII

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Dari tabel di atas diketahui nilai Adjusted R Square sebesar 0,210

yang artinya variabel independen berkontribusi mempengaruhi variabel

dependen sebesar 21%, sisanya 79% dijelaskan oleh variabel lain di luar

model.

4. Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dalam penelitian ini menggunakan metode VIF

(Varian Inflation Factor) dan nilai Tolerance juga matrik kolerasi untuk

pengujian multikolinieritas, pengujian heteroskedastisitas menggunakan White

Test, selanjutnya pengujian autokorelasi menggunakan Durbin Watson, dan

pengujian normalitas menggunakan metode Kolmogorof-Smirnov Test. Hasil

uji tersebut adalah sebagai berikut:

Page 79: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

64

a. Uji Multicollinearity (Multikolinieritas)

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi

di antara variabel bebas satu dengan variabel bebas lainya. Dalam pengujian

ini, peneliti menggunakan metode VIF (Varian Inflation Factor) dan nilai

Tolerance juga matrik kolerasi.

Kedua nilai VIF dan Tolerance saling berlawanan, apabila nilai

tolerancenya besar maka nilai VIF nya kecil dan sebaliknya. Nilai VIF di

sini tidak boleh lebih besar dari 5 (lima), jika lebih besar maka bisa

dikatakan ada gejala multikolinieritas, sebaliknya jika nilai VIF nya lebih

kecil dari 5 maka tidak ada gejala multikolinieritas. Demikian juga dengan

nilai Tolerance nya berarti sebaliknya (Bawono, 2006: 123).

Tabel 4.9

Hasil Uji Multicollinearity

Coefficientsa

Model

Collinearity

Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

INFLASI ,607 1,646

BI RATE ,607 1,646

a. Dependent Variable: IHS JII

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Berdasarkan data di atas, diperoleh nilai VIF masing-masing

variabel lebih kecil dari 5 (lima) dan nilai tolerance tidak ada yang lebih

dari angka 5, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala

multikolinieritas pada semua variabel.

Page 80: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

65

b. Uji Heteroscedasticity (Heteroskedastisitas)

Dalam pengujian ini, peneliti menggunakan metode White Test.

Secara manual uji ini dilakukan dengan meregres residual kuadrat (Ui2)

dengan variabel bebas dan perkalian variabel bebas. Dapatkan nilai R2

untuk

menghitung x2, di mana x

2 = n*R

2. Pengujiannya adalah jika x

2 hitung < x

2

tabel, maka hipotesis adanya heteroskedasticity dalam model ditolak

(Bawono, 2006: 145). Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala

heteroskedastisitas maka dapat dilihat melalui tabel berikut:

Tabel 4.10

Hasil Uji Heteroscedasticity

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 ,540a ,292 ,174 1812,01619

a. Predictors: (Constant), x2.x2, x1.x1, INFLASI, x1.x2, BI RATE

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Dengan mengetahui nilai R2 sebesar 0,292, maka kita dapat

mengetahui besarnya x2 hitung yaitu R

2 * n = 0,292 * 36 = 10,512.

Sedangkan besarnya x2 tabel adalah 50,9985. Karena besarnya x

2 hitung <

x2 tabel, maka model yang kita pakai tidak terdapat gejala penyakit

heteroskedastisitas.

c. Uji Autocorrelation (Autokorelasi)

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi pada penelitian ini

menggunakan Uji Durbin Watson. Hasil dari pengujian adalah sebagai

berikut:

Page 81: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

66

Tabel 4.11

Hasil Uji Autocorrelation

Model Summaryb

Mode

l

R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 ,505a ,255 ,210 41,72788 ,329

a. Predictors: (Constant), BI RATE, INFLASI

b. Dependent Variable: IHS JII

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Nilai DW test nya sebesar 0,329, kemudian kita bandingkan dengan

nilai tabel. Jumlah observasi = 36, jumlah variabel independen = 2, dengan

asumsi derajat kepercayaan 5% maka nilai tabel dL = 1,3537 dan nilai tabel

dU = 1,5872. Nilai 4 – dU = 4 - 1,5872 = 2,4128. Karena nilai DW test tidak

di antara dU dan 4 – dU, bahkan lebih kecil dari dL, maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat gejala penyakit autokorelasi dalam model regrasi.

Karena terdapat gejala penyakit autokeralasi, maka dilakukan teknik

perbaikan dan hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12

Perbaikan Uji Autocorrelation

Model Summaryb

Mode

l R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 ,892a ,796 ,776 21,79498 1,694

a. Predictors: (Constant), IHS JII, INFLASI, BI RATE

b. Dependent Variable: Ln_IHS

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Nilai DW test nya sebesar 1,694, kemudian kita bandingkan dengan

nilai tabel. Jumlah observasi = 36, jumlah variabel independen = 2, dengan

Page 82: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

67

asumsi derajat kepercayaan 5% maka nilai tabel dL = 1,3537 dan nilai tabel

dU = 1,5872. Nilai 4 – dU = 4 - 1,5872 = 2,4128. Karena nilai DW test di

antara dU dan 4 – dU, maka dapat disimpulkan bahwa sekarang tidak terdapat

gejala penyakit autokorelasi.

d. Uji Normality (Normalitas)

Uji ini untuk menguji apakah dalam model regresi kita, data variabel

dependen dan independen yang kita pakai apakah berdistribusi normal atau

tidak. Sebuah data penelitian yang baik adalah yang datanya berdistribusi

normal (Bawono, 2006: 174). Pengujian dilakukan dengan menggunakan

metode Kolmogorof-Smirnov Test. Pengujian normalitas dilakukan dengan

melihat nilai 2-tailed significant melalui pengukuran tingkat signifikansi

sebesar 5% atau 0,05. Data bisa dikatakan berdistribusi normal bila nilai

Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 5%. Sebaliknya, apabila nilai Asymp.

Sig (2-tailed) kurang dari 5% maka data tidak berdistribusi normal. Hasil

pengujian diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.13

Hasil Uji Normality

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

RES_1

N 36

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 40,51811615

Most Extreme Differences

Absolute ,069

Positive ,069

Negative -,052

Kolmogorov-Smirnov Z ,414

Asymp. Sig. (2-tailed) ,996

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Page 83: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

68

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel di atas menunjukkan

bahwa data berdistribusi normal. Hal ini karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed)

lebih besar dari 0,05, yaitu 0,996 > 0,05.

5. Pembahasan

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh inflasi dan BI rate terhadap

indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). Dari penelitian yang telah

dilakukan maka pengaruh variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index

(JII)

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa variabel inflasi tidak

berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index

(JII). Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji ttest, di mana nilai signifikan dari

variabel inflasi sebesar 0,221 lebih besar dari α (0.05) dan nilai ttest sebesar

-1,247 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,034515 dan ttest tidak berada di

dalam daerah penolakan. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa inflasi

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta

Islamic Index (JII) ditolak.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Hatman Maqdiyah, Sri Mangesti Rahayu, Topowijono (2014) yang

menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham

Jakarta Islamic Index (JII). Tetapi penelitian ini bertolak belakang dengan

penelitian yang dilakukan oleh Neny Mulyani (2014) yang menyatakan

bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap Jakarta Islamic Index (JII).

Page 84: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

69

Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham

Jakarta Islamic Index (JII), berarti bahwa berapa besar pun perubahan

variabel inflasi yang terjadi secara parsial tidak akan berpengaruh terhadap

indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). Tidak signifikannya

pengaruh inflasi terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII)

tersebut disebabkan karena inflasi yang terjadi pada tahun 2012-2014 relatif

stabil, sehingga masih dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu

membuat orang bergairah untuk mengadakan investasi. Investor percaya

bahwa keadaan inflasi tidak akan berpengaruh terhadap perubahan harga

saham karena kondisi inflasi yang terjadi masih dalam batas wajar.

Stabilnya inflasi membuat para investor tidak terlalu memperhatikan

komponen inflasi dalam mempertimbangkan penjualan atau pembelian

saham, sehingga perubahan inflasi tidak berdampak secara nyata terhadap

perubahan indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII).

Tidak signifikannya pengaruh inflasi terhadap indeks harga saham

Jakarta Islamic Index (JII) tersebut juga bisa disebabkan karena para

investor lebih banyak mempertimbangkan faktor lain seperti faktor

fundamental perusahaan.

b. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index

(JII)

Dari penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa variabel

BI rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham

Jakarta Islamic Index (JII). Sehingga semakin tinggi tingkat BI rate akan

Page 85: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

70

semakin tinggi pula indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) secara

signifikan. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji ttest, di mana nilai signifikan

dari variabel BI rate sebesar 0,003 lebih kecil dari α (0.05) dan nilai ttest

sebesar 3,213 lebih besar dari t tabel sebesar 2,034515 dan ttest berada di

dalam daerah penolakan. Hipotesis yang menyatakan bahwa BI rate

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta

Islamic Index (JII) maka ditolak.

Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Neny

Mulyani (2014) yang menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh negatif

terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Dessy dan Sujito (2012) juga menyatakan bahwa tingkat suku bunga

berpengaruh negatif terhadap IHSG.

BI rate berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta

Islamic Index (JII) disebabkan karena BI rate merupakan salah satu faktor

yang dominan berpengaruh dalam pengambilan keputusan investasi dalam

bentuk saham di kalangan investor. BI rate berpengaruh positif karena

apabila BI rate naik, investor tidak menjual saham yang dimilikinya dan

tidak beralih menginvestasikan dananya di bank untuk mendapatkan hasil

yang lebih tinggi. Hal ini karena investor percaya harga saham akan tumbuh

dan berkembang di masa yang akan datang. Hubungan positif yang terjadi

antara BI rate terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII)

mengindikasikan bahwa tidak adanya hubungan subtitusi antara sektor

perbankan dengan pasar modal. Hal ini berarti pasar modal bukan

Page 86: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

71

merupakan subtitusi dari perbankan, akan tetapi merupakan komplementer

dari perbankan. Keputusan investasi tidak hanya melibatkan faktor teknikal

saja tetapi kondisi psikologis dari para investor juga ikut mempengaruhi,

sehingga tidak selamanya teori yang ada dapat sesuai dengan kenyataan di

pasar.

c. Variabel yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham

Jakarta Islamic Index (JII)

Dari hasil uji ttest nilai b1XI sebesar -6,501 dan b2X2 sebesar 34,237.

Dengan demikian nilai koefisien variabel X2 lebih besar dari koefisien

variabel X1, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang

paling berpengaruh terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index

(JII) adalah BI rate.

BI Rate berpengaruh paling dominan terhadap indeks harga saham

Jakarta Islamic Index (JII) karena BI rate merupakan salah satu kebijakan

moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. BI rate dapat digunakan

sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan

permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian.

Page 87: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi dan BI rate

terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012-2014.

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda yang telah dilakukan, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap indeks harga saham

Jakarta Islamic Index (JII). Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji ttest, di mana

nilai signifikan dari variabel inflasi sebesar 0,221 lebih besar dari α (0.05) dan

nilai ttest sebesar -1,247 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,034515.

2. BI rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham

Jakarta Islamic Index (JII). Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji ttest, di mana

nilai signifikan dari variabel BI rate sebesar 0,003 lebih kecil dari α (0.05) dan

nilai ttest sebesar 3,213 lebih besar dari t tabel sebesar 2,034515.

3. Variabel independen yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham

Jakarta Islamic Index (JII) adalah BI Rate. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji

ttest, di mana nilai koefisien variabel X2 sebesar 34,237 lebih besar dari

koefisien variabel X1 sebesar -6,501.

Page 88: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

73

B. Saran

1. Bagi investor yang menginvestasikan dana pada saham, sebaiknya

mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam melakukan investasi selain

variabel-variabel yang digunakan oleh peneliti.

2. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dengan topik yang sama

disarankan menambahkan variabel penelitian dan periode waktu yang lebih

panjang.

3. Bagi pemerintah harus bijak dalam mengendalikan kondisi-kondisi makro

ekonomi agar perekonomian tetap stabil sehingga dapat meningkatkan gairah

investasi di dalam negeri.

Page 89: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

74

DAFTAR PUSTAKA

Al Kautsar, Odi & Atim Djazuli. 2015. “Analisis Return On Asset, Earning Per

Share, Price Earning Ratio, dan Nilai Kurs Terhadap Harga Saham (Studi

Pada Perusahaan Mining Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia)”.

http://www.jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/1836/1679.

Diakses pada tanggal 10 Juni 2015 pukul 10.48.

Anoraga, Panji & Piji Pakarti. 2008. “Pengantar Pasar Modal”. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik”.

Jakarta: Rineka Cipta.

Bawono, Anton. 2006. “Multivariate Analysis dengan SPSS”. Salatiga: STAIN

Salatiga Press.

Bungin, Burhan. 2006. “Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi

dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya”. Jakarta: Kencana.

Cahya, Putu Fenta Pramudya; I Wayan Suwendra & Fridayana Yudiatmaja. 2015.

“Pengaruh Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham

Sektor Properti dan Real Estate yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2011-2013”. e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Manajemen Vol. 2. http://journal.usm.ac.id. Diakses pada tanggal

5 Juni 2015 pukul 11.27.

Dessy & Sujito. 2012. “Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku Bunga Bank

Indonesia, Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek

Indonesia Periode Tahun (2006-2010)”. Jurnal Vol. 11 No. 2 hlmn 107-

116. http://journal.usm.ac.id. Diakses pada 5 Juni 2015 pukul 10.37.

Hasibuan, Saida & Wahyu Ario Pratomo. 2015. “Mekanisme Transmisi Kebijakan

Moneter Melalui Suku Bunga SBI Sebagai Sasaran Operasional

Kebijakan Moneter dan Variabel Makroekonomi Indonesia”. Jurnal

Ekonomi dan Keuangan 1.12.

http://202.0.107.5/index.php/edk/article/view/9515. Diakses pada tanggal

10 Juni 2015 pukul 04.08.

Huda, Nurul & Mustafa Edwin Nasution. 2008. “Investasi pada Pasar Modal

Syariah”. Jakarta: Kencana.

Karim, Adiwarman. 2008. “Ekonomi Makro Islami”. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Page 90: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

75

Khalwaty, Tajul. 2000. “Inflasi dan Solusinya”. Jakarta: PT Gramedia Pusaka

Utama.

Luthvi, Dani Ahmad. 2014. “Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Pertumbuhan

Ekonomi, Size terhadap Return Saham Syariah di Jakarta Islamic Index

(JII) periode 2009-2013”.

Skripsi.http://eprints.uny.ac.id/15487/1/SKRIPSI%20DANI%20AHMAD

%20LUTHVI.pdf. Diakses pada tanggal 16 Juni 2015 pukul 08.49.

Maqdiyah, Hatman; Sri Mangesti Rahayu & Topowijono. 2014. “Pengaruh

Tingkat Bunga Deposito, Tingkat Inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB)

dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Harga Saham Jakarta Islamic Index

(JII) (Studi pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009 hingga 2013)”.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 17 No. 2.

http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 5

Juni 2015 pukul 16.31.

Marsis, Adi Setiawan. 2013. “Rahasia Terbesar Investasi”. Yogyakarta: Secon

Hope.

Mulyani, Neny. 2014. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, dan

Produk Dosestik Bruto terhadap Jakarta Islamic Index”. Jurnal Bisnis dan

Manajemen Eksekutif Vol. 1 No. 1.

http://pasca.ut.ac.id/journal/index.php/JBME/article/view/36/36. Diakses

pada tanggal 31 Oktober 2015 pukul 10.29.

Murhadi, Werner R. 2009. “Analisis Saham Pendekatan Fundamental”. Jakarta:

PT Indeks.

Nafik HR, Muhammad. 2009. “Bursa Efek dan Investasi Syariah”. Jakarta: PT

Serambi Ilmu Semesta.

Nopirin. 2000. “Ekonomi Moneter Buku II”. Yogyakarta: BPFE.

Nopirin. 2009. “Ekonomi Moneter Buku I”. Yogyakarta: BPFE.

Sugiharto; Dergibson Siagian; Lasmono Tri Sunaryanto & Denny S. Oetomo.

2003. “Teknik Sampling” .Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Suharno, Agus & MG. Kentris Indarti. 2014. “Pengaruh Faktor Fundamental

Makro terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Studi pada Bursa Efek

Indonesia Tahun 2007-2012)”. Jurnal Dinamika Akuntansi, Keuangan dan

Perbankan Vol. 3 No. 1 hal 10-21.

http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe9/article/view/2874/809.

Diakses pada tanggal 6 November 2015 pukul 14.54.

Page 91: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

76

Sugiyono. 2010. “Statistika untuk Penelitian”. Bandung: CV Alfabeta.

Supardi. 2005. “Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis”. Yogyakarta: UII

Press.

Tandelilin, Eduardus. 2010. “Portofolio dan Investasi”. Yogyakarta: Kanisius.

Wijaya, Tony. 2013. “Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis Teori dan

Praktik”. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Winarno, Wing Wahyu. 2015. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan

Eviews”. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

http://www.bapepam.go.id. Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.

http://www.bi.go.id. Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.

http://www.idx.co.id. Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.

Page 92: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

77

Lampiran

Page 93: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

78

Lampiran 1. Data Inflasi (dalam persen)

No. Bulan 2012 2013 2014

1. Januari 3,65 4,57 8,22

2. Februari 3,56 5,31 7,75

3. Maret 3,97 5,90 7,32

4. April 4,50 5,57 7,25

5. Mei 4,45 5,47 7,32

6. Juni 4,53 5,90 6,70

7. Juli 4,56 8,61 4,53

8. Agustus 4,58 8,79 3,99

9. September 4,31 8,40 4,53

10. Oktober 4,61 8,32 4,83

11. November 4,32 8,37 6,23

12. Desember 4,30 8,38 8,36

Page 94: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

79

Lampiran 2. Data BI Rate (dalam persen)

No. Bulan 2012 2013 2014

1. Januari 6,00 5,75 7,50

2. Februari 5,75 5,75 7,50

3. Maret 5,75 5,75 7,50

4. April 5,75 5,75 7,50

5. Mei 5,75 5,75 7,50

6. Juni 5,75 6,00 7,50

7. Juli 5,75 6,50 7,50

8. Agustus 5,75

6,50

7,00 7,50

9. September 5,75 7,25 7,50

10. Oktober 5,75 7,25 7,50

11. November 5,75 7,50

7,50

7,75

12. Desember 5,75 7,50 7,75

Page 95: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

80

Lampiran 3. Data Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII)

No. Bulan 2012 2013 2014

1. Januari 562,535 604,610 602,873

2. Februari 566,754 645,219 626,864

3. Maret 584,060 660,337 640,411

4. April 575,088 682,691 647,674

5. Mei 525,052 676,583 656,830

6. Juni 544,190 660,165 654,999

7. Juli 573,731 623,747 690,396

8. Agustus 569,935 592,002 691,132

9. September 600,840 585,593 687,619

10. Oktober 619,270 615,706 670,443

11. November 588,776 579,868 683,015

12. Desember 594,789 585,110 691,039

Page 96: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

81

Lampiran 4. Tabulasi Data Penelitian

No. Bulan Inflasi BI Rate IHS JII

1 Jan-12 0,0365 0,0600 562,535

2 Feb-12 0,0356 0,0575 566,754

3 Mar-12 0,0397 0,0575 584,060

4 Apr-12 0,0450 0,0575 575,088

5 Mei-12 0,0445 0,0575 525,052

6 Jun-12 0,0453 0,0575 544,190

7 Jul-12 0,0456 0,0575 573,731

8 Agu-12 0,0458 0,0575 569,935

9 Sep-12 0,0431 0,0575 600,840

10 Okt-12 0,0461 0,0575 619,270

11 Nov-12 0,0432 0,0575 588,776

12 Des-12 0,0430 0,0575 594,789

13 Jan-13 0,0457 0,0575 604,610

14 Feb-13 0,0531 0,0575 645,219

15 Mar-13 0,0590 0,0575 660,337

16 Apr-13 0,0557 0,0575 682,691

17 Mei-13 0,0547 0,0575 676,583

18 Jun-13 0,0590 0,0600 660,165

19 Jul-13 0,0861 0,0650 623,747

20 Agu-13 0,0879 0,0675 592,002

21 Sep-13 0,0840 0,0725 585,593

22 Okt-13 0,0832 0,0725 615,706

23 Nov-13 0,0837 0,0750 579,868

24 Des-13 0,0838 0,0750 585,110

25 Jan-14 0,0822 0,0750 602,873

26 Feb-14 0,0775 0,0750 626,864

27 Mar-14 0,0732 0,0750 640,411

28 Apr-14 0,0725 0,0750 647,674

29 Mei-14 0,0732 0,0750 656,830

30 Jun-14 0,0670 0,0750 654,999

31 Jul-14 0,0453 0,0750 690,396

32 Agu-14 0,0399 0,0750 691,132

33 Sep-14 0,0453 0,0750 687,619

34 Okt-14 0,0483 0,0750 670,443

35 Nov-14 0,0623 0,07625 683,015

36 Des-14 0,0836 0,0775 691,039

Page 97: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

82

Lampiran 5. Hasil Pengolahan Data

a. Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

INFLASI 36 3,56 8,79 5,8878 1,73581

BI RATE 36 5,75 7,75 6,5868 ,84927

IHS JII 36 525,05 691,13 621,1096 46,93964

Valid N (listwise) 36

b. Hasil Uji Multicollinearity

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficient

s

t Sig. Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 433,872 56,722 7,649 ,000

INFLASI -6,501 5,214 -,240 -1,247 ,221 ,607 1,646

BI RATE 34,237 10,656 ,619 3,213 ,003 ,607 1,646

a. Dependent Variable: IHS JII

c. Hasil Uji Heteroscedasticity

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,540a ,292 ,174 1812,01619

a. Predictors: (Constant), x2.x2, x1.x1, INFLASI, x1.x2, BI RATE

Page 98: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

83

d. Hasil Uji Autocorrelation

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 ,505a ,255 ,210 41,72788 ,329

a. Predictors: (Constant), BI RATE, INFLASI

b. Dependent Variable: IHS JII

e. Perbaikan Uji Autocorrelation

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 ,892a ,796 ,776 21,79498 1,694

a. Predictors: (Constant), IHS JII, INFLASI, BI RATE

b. Dependent Variable: Ln_IHS

f. Hasil Uji Normality

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

RES_1

N 36

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 40,51811615

Most Extreme Differences

Absolute ,069

Positive ,069

Negative -,052

Kolmogorov-Smirnov Z ,414

Asymp. Sig. (2-tailed) ,996

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Page 99: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

84

g. Hasil Uji Regresi Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficient

s

T Sig.

B Std.

Error

Beta

1

(Constant) 433,872 56,722 7,649 ,000

INFLASI -6,501 5,214 -,240 -1,247 ,221

BI RATE 34,237 10,656 ,619 3,213 ,003

a. Dependent Variable: IHS JII

h. Hasil Uji ttest

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 433,872 56,722 7,649 ,000

INFLASI -6,501 5,214 -,240 -1,247 ,221

BI RATE 34,237 10,656 ,619 3,213 ,003

a. Dependent Variable: IHS JII

i. Hasil Uji Ftest

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 19656,409 2 9828,205 5,644 ,008b

Residual 57460,121 33 1741,216

Total 77116,530 35

a. Dependent Variable: IHS JII

b. Predictors: (Constant), BI RATE, INFLASI

Page 100: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

85

j. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,505a ,255 ,210 41,72788

a. Predictors: (Constant), BI RATE, INFLASI

b. Dependent Variable: IHS JII

k. Hasil Uji Stasioneritas Inflasi

Null Hypothesis: D(INFLASI,2) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.684727 0.0003

Test critical values: 1% level -4.273277

5% level -3.557759

10% level -3.212361

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(INFLASI,3)

Method: Least Squares

Date: 04/09/16 Time: 12:27

Sample (adjusted): 2012M05 2014M12

Included observations: 32 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(INFLASI(-1),2) -1.574847 0.277031 -5.684727 0.0000

D(INFLASI(-1),3) 0.348564 0.181561 1.919814 0.0651

C -0.002708 0.003474 -0.779478 0.4422

@TREND("2012M01") 0.000170 0.000161 1.054580 0.3006

R-squared 0.629370 Mean dependent var 0.000191

Adjusted R-squared 0.589660 S.D. dependent var 0.013081

S.E. of regression 0.008380 Akaike info criterion -6.609585

Sum squared resid 0.001966 Schwarz criterion -6.426368

Log likelihood 109.7534 Hannan-Quinn criter. -6.548854

F-statistic 15.84901 Durbin-Watson stat 2.127427

Prob(F-statistic) 0.000003

Page 101: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

86

l. Hasil Uji Stasioneritas BI Rate

Null Hypothesis: D(BI_RATE,2) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -10.65481 0.0000

Test critical values: 1% level -4.262735

5% level -3.552973

10% level -3.209642

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(BI_RATE,3)

Method: Least Squares

Date: 04/09/16 Time: 12:28

Sample (adjusted): 2012M04 2014M12

Included observations: 33 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(BI_RATE(-1),2) -1.542039 0.144727 -10.65481 0.0000

C 0.000221 0.000471 0.468141 0.6431

@TREND("2012M01") -6.38E-06 2.21E-05 -0.288251 0.7751

R-squared 0.791479 Mean dependent var -7.58E-05

Adjusted R-squared 0.777577 S.D. dependent var 0.002557

S.E. of regression 0.001206 Akaike info criterion -10.51681

Sum squared resid 4.36E-05 Schwarz criterion -10.38077

Log likelihood 176.5274 Hannan-Quinn criter. -10.47104

F-statistic 56.93508 Durbin-Watson stat 1.823541

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 102: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

87

m. Hasil Uji Stasioneritas Indeks Harga Saham JII

Null Hypothesis: D(JII,2) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.080328 0.0000

Test critical values: 1% level -4.262735

5% level -3.552973

10% level -3.209642

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(JII,3)

Method: Least Squares

Date: 04/09/16 Time: 12:29

Sample (adjusted): 2012M04 2014M12

Included observations: 33 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(JII(-1),2) -1.367337 0.169218 -8.080328 0.0000

C -2518.354 11156.21 -0.225736 0.8229

@TREND("2012M01") 122.6349 524.9825 0.233598 0.8169

R-squared 0.685204 Mean dependent var -534.3939

Adjusted R-squared 0.664218 S.D. dependent var 49548.22

S.E. of regression 28711.58 Akaike info criterion 23.45450

Sum squared resid 2.47E+10 Schwarz criterion 23.59054

Log likelihood -383.9992 Hannan-Quinn criter. 23.50027

F-statistic 32.64990 Durbin-Watson stat 2.213063

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 103: Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/783/1/Aliyah (21311029).pdf · variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga

88

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Siti Aliyah

NIM : 21311029

Tempat, Tgl Lahir : Salatiga, 01 Mei 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Bejirejo, RT: 03 RW: 03, Desa Kalibeji,

Kec. Tuntang, Kab. Semarang

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Solikin

Pekerjaan : Karyawan PDAM Salatiga

Nama Ibu : Sayem

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Bejirejo, RT: 03 RW: 03, Desa Kalibeji,

Kec. Tuntang, Kab. Semarang

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD N Kalibeji 2, lulus tahun 2004

2. SMP N 2 Salatiga, lulus tahun 2007

3. SMK N 1 Salatiga, lulus tahun 2010

4. IAIN Salatiga Jurusan S1 Perbankan Syariah,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, angkatan 2011

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Salatiga, 11 Januari

2016

Yang membuat,

Siti Aliyah

NIM. 21311029