saponifikasi2-111122212551-phpapp02

Upload: nur-hidayanti

Post on 04-Apr-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 saponifikasi2-111122212551-phpapp02

    1/14

    LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

    REAKSI SAPONIFIKASI

    PEMBUATAN SABUN

    Disusun oleh:

    Kelompok VI

    Axl Maya Manopo (0807134897)

    Andri Mulia (0807132101)

    Agus Priyono (0807135272)

    Muhammad Iqbal (0807132389)

    JURUSAN TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS RIAU

    PEKANBARU

    2009

  • 7/30/2019 saponifikasi2-111122212551-phpapp02

    2/14

    REAKSI SAPONIFIKASI

    PEMBUATAN SABUN

    I. Tujuan Percobaan

    Membuat dan memahami reaksi penyabunan pada proses pembuatan sabun di

    laboratorium

    Menjelaskan beberapa sifat sabun berdasarkan percobaan yang dilakukan

    II. Dasar Teori

    II.1 Pengertian Saponifikasi

    Pengertian Saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika

    minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan

    dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin.

    Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah

    (misalnya NaOH)

    Hidrolisis ester dalam suasana basa disebut juga saponifikasi (dikutip dari

    wikipedia.com)

    II.2 Reaksi Saponifikasi

    Pada primsipnya proses produksi sabun (reaksi saponifikasi) adalah sama, hal

    yang membedakan adalah komposisi bahan baku terutamanya yaitu minyal dan lemak

    serta zat-zat aditif lainnya.

    Proses pembuatan sabun dikenal dengan istilah proses saponifikasi yang

    merupakan reaksi pemutusan rantai triglesireda melalui reaksi dengan caustic soda

    (NaOH). Reaksi yang terjadi adalah eksotermis sehingga suhu harus tetap dikontrolCH3(O2CR)3 + 3NaOH 3RCOONa + C3H5(OH)3

    Lemak/Minyak alkali Sabun Gliserida

  • 7/30/2019 saponifikasi2-111122212551-phpapp02

    3/14

    II.3 Proses Pembuatan Sabun

    Sabun dapat dibuat melalui proses batch atau kontinu. Berikut penjelasannya,

    II.3.1 Proses Batch

    Pada proses betch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau

    KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam-garam

    ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengaundung garam,

    gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses

    penyulingan. Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol

    kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali.

    Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran

    halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung.

    Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun

    industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu

    apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk

    mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi,

    sabun cuci, sabun cair, dan sabun apung (dengan melarutkan udara di dalamnya)

    II.3.3. Proses Kontinu

    Pada proses kontinu, yaitu yang biasa dilakukan sekarang, lemak atau minyak

    hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti

    sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung

    reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang

    berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan

    alkali untuk menjadi sabun.

    II.4 Karakteristik Sabun

    II.4.1 Pengertian Sabun

    Sabun adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau minyak

    dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam Monofalen dari Asam

  • 7/30/2019 saponifikasi2-111122212551-phpapp02

    4/14

    Karboksilat dengan rumus umumnya RCOOM, R adalah rantai lurus (alifatik)

    panjang dengan jumlah atam C yang bervariasi, yaitu antaa C12 C18 dan M adalah

    kation dari kelompok alkali. Range atom C diatas mempengaruhi sifat-sifat sabun

    seperti kalarutan, proses emulsi dan pembasahan.

    Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, dliserin,

    garam dan impurity lainnya.

    Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat digunakan untuk membuat

    sabun. Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipe ester. Lemak merupakan

    campuran ester yang dibuat dari alcohol dan asam karboksilat seperti asam stearat,

    asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat mengandung ester dari gliserol dan asam

    palmitat, sedangkan minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol

    asam oleat.

    Perubahan lemak hewan (misalnya lemak kambing, Tallow) menjadi sabun menurut

    cara kuno adalah dengan cara memanaskan dengan abu kayu (bersifat basa), hal ini

    telah dilakukan sejak 2300 tahun yang lalu oleh bangsa Romawi kuno

    II.4.2 Karakteristik Khusus Sabun

    Ada beberapa karaktersitik yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan

    dasar sabun antara lain:

    Warna

    Lemak dan minyak yang berwarna terang merupakan minyak yang bagus

    untuk digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.

    Angka Saponifikasi

    Angka Saponifikasi adalah angka yang terdapat pada milligram kalim

    hidroksida yang digunakan dalam proses saponifikasi sempurna pada satu

    gram minyak. Angka saponifikasi digunakan untuk menghitung alkali yang

    dibutuhkan dalam saponifikasi secara sempurna pada lemak atau minyak.

    Bilangan Iod

  • 7/30/2019 saponifikasi2-111122212551-phpapp02

    5/14

    Bilangan iod digunakan untuk menghitung katidakjenuhan minyak atau

    lemak, semakin besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak

    jenuh. Dalam pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting yaitu

    untuk mengidentifikasi ketahanan sabun pada suhu tertentu.

    II.5 Bahan-Bahan Pembuatan Sabun

    Secara teknik, sabun adalah hasil reaksi kimia antara fatty acid dan alkali.

    Fatty acid adalah lemak yang diperoleh dari lemak hewani atau nabati. Ada beberapa

    jenis minyak yang dipakai dalam pembuatan sabun, antara lain : Minyak zaitun (olive

    oil), minyak kelapa (coconut oil), minyak sawit (palm oil), minyak kedelai (soy bean

    oil) dan lain lain. Masing masing mempunyai karakter dan fungsi yang berlainan.

    Secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut : Fatti Acid ( oils) + Base

    ( Natrium Hydroxide / Lye) = A Salt (soap)

    Bahan baku yang digunakan didasarkan pada beberapa kriteria, antara lain

    faktor manusia dan keamanan lingkungan, biaya, kecocokan dengan bahan-bahan

    additive yang lain, serta wujud dan spesifikasi khusus dari produk jadinya.

    Sedangkan proses produksi aktual dilapangan bisa saja bervariasi dari satu pabrik

    dengan pabrik yang lain, namun tahap-tahap utama pembuatan semua produk tersebut

    adalah tetap sama.

    Sabun dibuat dari lemak [hewan], minyak[nabati] atau asam lemak (fatty acid)

    yang direaksikan dengan basa anorganik yang bersifat water soluble, biasanya

    digunakan caustic soda/soda api (NaOH) atau KOH (kalium hidroksida) juga

    alternative yang sering juga dipakai, tergantung spesifik sabun yang diinginkan.

    Sabun hasil reaksi dengan sodium hidroksida (NaOH) biasanya lebih keras

    dibandingkan dengan penggunaan Potasium Hidroksida (KOH).

  • 7/30/2019 saponifikasi2-111122212551-phpapp02

    6/14

    II.6 Sifat-Sifat Sabun

    Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan

    dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.

    Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa

    ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan

    buih setelah garam Mg atau Ca dalam air mengendap. CH3(CH2)16COONa +

    CaSO4 Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2.

    Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia

    koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci

    kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai

    gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen

    CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka

    ait) dan larut dalam zat organik sedangkan COONa+ sebagai kepala yang

    bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.

    II.7 Macam-macam Sabun

    a. Shaving Cream

    Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah

    campuran minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1.

    b. Sabun Cair

    Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak

    jarak serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan

    sabun, dapat ditambahkan gliserin atau alcohol.

    c. Sabun kesehatan

    Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar parfum

    yang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas dari

  • 7/30/2019 saponifikasi2-111122212551-phpapp02

    7/14

    bakteri adiktif. Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil

    anilida, tri-klor carbanilyda, irgassan Dp300 dan sulfur.

    d. Sabun Chip

    Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam

    menggunakan sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan

    beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat dengan berbagai

    cara yaitu melalui pengeringan, atau menggiling atau menghancurkan sabun

    yang berbentuk batangan.

    e. Sabun Bubuk untuk mecuci

    Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dry-mixing. Sabun bubuk mengandung

    bermacam-macam komponen seperti sabun, sodasah, sodium metaksilat,

    sodium karbonat, sodium sulfat, dan lain-lain.

    Molekul-molekul sabun terdiri dari rantai hidrokarbon yang panjang dengan

    satu gugus ionic yang sangat polar pada salah satu ujungnya. Ujung ini bersifat

    hidrofilik (tertarik atau larut dalam air) dan ujung rantai hidrokarbon bersifat lipofilik

    (tertarik atau larut dalam minyak dan lemak). Pengotor umumnya melekat pada

    pakaian atau badan dalam bentuk lapisan minyak yang sangat tipis. Jika lapisan

    minyak ini dapat dibuang, partikel-partikel pengotor dikatakan telah tercuci. Dalam

    proses pencucian, lapisan minyak sebagai pengotor akan tertarik oleh ujung lipofilik

    sabun, kemudian diangkutnya kedalam air pencuci karena ujung yang lain (hidrofilik)

    dari sabun larut dalam air.

    RC

    O

    O Na+

  • 7/30/2019 saponifikasi2-111122212551-phpapp02

    8/14

    III. Alat-Alat yang Digunakan

    Cawan Penguap

    Gelas Ukur 10 ml

    Gelas Ukur 50 ml

    Pengaduk

    Penangas

    Tabung Reaksi

    Kertas Saring

    Corong

    IV. Bahan-Bahan yang Digunakan

    Minyak Kelapa

    Etanol

    Natrium Hidroksida 5 N

    Larutan NaCl jenuh

    Kerosen (Minyak Tanah) Larutan Kalsium Sulfat

    Phenolpthalein

    V. Prosedur Percobaan

    Persiapan.

    1. Menyiapkan alat dan bahan kimia yang akan digunakan.

    2. Membuat larutan NaOH 2 N.

    Pembuatan Sabun

    1. Ambil 5 ml minyak kelapa dan masukkan kedalam cawan penguap.

    2. Tambahkan 5 ml etanol ke dalam cawan yang telah berisi minyak kelapa.

    3. Tambahkan 3 ml larutan NaOH 2 N sambil diaduk.

  • 7/30/2019 saponifikasi2-111122212551-phpapp02

    9/14

    4. Tutup cawan penguap dengan kaca arloji.

    5. Panaskan campuran dalam cawan penguap sampai hilang bau dari alcohol

    (etanol).

    6. Dinginkan campuran dalam cawan penguap tersebut.

    7. Amati apa yang terjadi dalam cawan penguap.

    8. Tambahkan 20 ml larutan NaCl jenuh kedalam cawan penguap.

    9. Amati apa yang terjadi.

    10. Aduk campuran dengan baik, kemudian saring zat padat yang dihasilkan.

    Sifat sabun

    1. Masukkan 1 ml kerosene dan 10 ml air dalam tabung reaksi.

    2. Kocok campuran tersebut dan catat pengamatan anda.

    3. Masukkan sedikit sabuk kedalam tabung reaksi yang berisi campuran

    kerosene dan air.

    4. Kocok dan catat pengamatan anda.

    5. Tambahkan sedikit sabun dan kocok jika tidak ada perubahan pada

    campuran dan catat pengamatan.

    6. Catat pengaruh penambahan sabun pada campuran ini dan kerosene.

    7. Ambil tabung reaksi yang bersih, kemudian larutkan sedikit sabun dalam

    5 ml air panas.

    8. Tambahkan 8 10 tetes larutan Kalsium Sulfat.

    9. Catat pengaruh Kalsium Sulfat terhadap air sabun.

    10. Ambil tabung reaksi yang bersih, kemudian larutkan sedikit sabun dalam

    5 ml etanol.

    11. Tambahkan 2 tetes larutan Phenolpthalein.

    12. Catat pengamatan anda.

  • 7/30/2019 saponifikasi2-111122212551-phpapp02

    10/14

    VI. Rangkaian Alat

    Gambar VI.1: Proses pemanasan Gambar VI.2 : Tabung Reaksi

    VII. Data Pengamatan

    Pembuatan Sabun

    No. Bahan Pengamatan

    1. Minyak Kelapa

    Etanol Dipanaskan

    NaOH

    Etanol hilang, terjadi endapan-

    endapan kecil, berwarna kuning dan

    sedikit berbusa

    2. Campuran Didinginkan Ada gumpalan dibawah

    3. Campuran (1) + NaCl jenuhCampuran (1) + NaCl jenuh

    dan diaduk

    Ada EndapanEndapan dibawah, mengapung

    keatas

    Sifat-sifat Sabun

    No. Bahan Pengamatan

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    Kerosen + Air Dikocok

    Kerosen + Air + Sabun Dikocok

    Sabun + Air panas

    Larutan sabun + Kalsium Sulfat

    Sabun + Etanol

    Terbentuk 2 lapisan

    Tercampur menjadi larutan yang

    homogenBerbusa

    Tercampur sempurna, tapi tidak

    berbusa

    Sabun tidak tercampur sempurna

  • 7/30/2019 saponifikasi2-111122212551-phpapp02

    11/14

    6. Sabun + Etanol + Phenolpthelein Terbentuk larutan berwana Pink

    VIII. Reaksi-Reaksi yang Terjadi

    Reaksi yang terjadi adalah reaksi saponifikasi. Seperti dikutip dari

    majarimagazine.com, reaksi yang terjadi seperti berikut :

    IX. Pembahasan

    Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis minyak/lemak oleh larutan alkali

    menghasilkan sabun dan gliserin. Pada percobaan ini kita menggunakan bahan baku

    minyak dan alkalinya adalah NaOH yang berfungsi mengubah minyak menjadi sabun

    sedangkan Etanol diikutsertakan untuk meningkatkan kejernihan sabun (dikutip dari

    chemichal_UINbdg.blogspot.com)

    Supaya cepat bereaksi kita lakukan pemanasan. Selain itu, pemanasan juga

    membantu bau etanol hilang. Bila bau etanol hilang, itu menandakan bahwa

    kandungan etanol sudah hilang. Fungsi etanol dalam reaksi saponifikasi bukan untuk

    membentuk sabun. Seperti dikutip dari forumsains.com, oleh Barbarian, Pada

    pembuatan sabun, NaOH akan bereaksi dengan asam lemak, namun NaOH dan asam

  • 7/30/2019 saponifikasi2-111122212551-phpapp02

    12/14

    lemak tidak akan bercampur karena memiliki perbedaan kepolaran yang tinggi.

    Fungsi ethanol pada proses pembentukan sabun adalah memfasilitasi reaksi NaOH

    dan asam lemak. Perlu kita ketahui NaOH dan asam lemah dapat larut dalam etanol

    (meskipun tingkat kelarutannya rendah). Setelah kedua pereaksi berada pada fasa

    yang sama, maka reaksi dapat berlangsung lebih mudah.

    Dan seperti yang dikutip dari tech.dir.groups.yahoo.com, Ketika NaOH

    dilarutkan dalam etanol akan terbentuk Na-etoksida yang dapat mengkatalisis reaksi

    saponifikasi sehingga reaksi tersebut akan berlangsung lebih cepat dan dihasilkan

    sabun yang lebih banyak daripada kita menggunakan air. NaOH dalam air tidak

    bereaksi namun larut saja sedangkan NaOH dengan etanol menghasilkan Na-etoksida

    yang memiliki basa lebih kuat daripada NaOH

    Ketika campuran tadi kita tambah dengan NaCl jenuh terjadi endapan karena

    fungsi NaCl jenuh pada percobaan ini adalah untuk mengendapkan sabun. Seperti

    dikutip dari majarimagaine.com, NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun

    dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya

    yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium,

    dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.

    untuk pengujian, kita masukkan endapan tadi pada campuran kerosene dengan

    air dimana campuran kerosene dengan air membentuk 2 lapisan dikarenakan minyak

    tanah dan air memiliki massa jenis yang berbeda. Namun, setelah penambahan

    endapan tadi, antara kerosene dengan air menjadi tercampur menjadi larutan yang

    homogen. Hal ini terjadi karena sabun memeiliki 2 ujung yang berbeda, ujung yang

    lipofilik dan hidrofillik. Ujung yang hidrofilik akan tertarik atau larut dalam air

    sedangkan ujung yang lipofilik akan tertarik atau larut dalam lemak/minyak.

    Seperti dikutip dari madja.wordpress.com, Molekul sabun mempunyai rantai

    hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak

    suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang

    bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.

  • 7/30/2019 saponifikasi2-111122212551-phpapp02

    13/14

    Non polar : CH3(CH2)16 Polar : COONa+

    (larut dalam miyak, hidrofobik, (larut dalam air, hidrofilik,

    memisahkan kotoran non polar) memisahkan kotoran polar)

    Ketika larutan sabun kita tambahkan dengan Kalsium Sulfat, larutan

    tercampur sempurna namun tidak berbusa disebabkan oleh sifat sabun yang tidak

    akan menghasilkan busa jika dilarutkan dalam air sadah (air yang mengandung

    logam-logam tertentu atau kapur) beda dengan detergen yang akan tetap

    menghasilkan busa. Hal ini terjadi karena ion Ca+2 dapat bereaksi dengan sabun

    membentuk endapan.

    Ca+2(aq) + 2RCOONa(aq) - Ca(RCOO)2(s) + 2Na(aq)

    Dengan terbentuknya endapan maka fungsi sabun sebagai pengikat kotoran menjadi

    kurang atau bahakan tidak efektif. (chemichal_UINbdg.blogspot.com)

    Sebagai pengujian, kita masukkan endapan sabun tadi dengan etanol dan

    penolphtalein, yang terjadi larutan berubah menjadi warna pink,ini menandakan

    larutan termasuk basa (layaknya sabun adlah basa). Seperti kita tahu, range

    penolphtalein untuk pH di atas 7 adalah berwarna pink.

    X. Kesimpulan

    Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa saponifikasi adalah reaksi

    hidrolisis minyak/lemak oleh larutan alkali. Reaksi saponifikasi pada percobaan

    menghasilkan sabun dengan glycerin sebagai hasil samping. Dengan penambahan

    NaCl jenuh mempermudah pengendapan sabun.

    Sebagai pengujian terhadap sifat sabun:Pertama, penambahan sabun pada campuran air dan kerosene menghasilkan

    larutan yang homogen karena sabun memiliki ujung hidrofilik dan lipofilik.

    Kedua, penambahan sabun pada kalsium sulfat menghasilkan larutan yang tak

    berbusa karena sabun tidak berbusa dan kerjanya tak efektif pada air sadah.

  • 7/30/2019 saponifikasi2-111122212551-phpapp02

    14/14

    Ketiga, penambahan sabun pada campuran etanol dan fenolftalein

    menghasilkan larutan berwarna pink karena ternyata sabun bersifat basa.

    X. Daftar Pustaka

    Fessenden & fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 1. Jakarta:Erlangga.

    Hart, Harold. 1987. Kimia Organik, Suatu Kuliah Singkat, Edisi Keenam.

    Jakarta:Erlangga

    Chemical_UINbdg (2009). Safonifikasi. From

    http://chemicaluinbdg2006.blogspot.com/2009/06/safonifikasi.html, 30

    November 2009

    Teknik kimia UNS(2008). Sabun. From http://tekkimuns.blog.friendster.com/wp-

    includes/wlwmanifest.xml, 30 November 2009

    Barbarian(2008). Saponifikasi. From www.forumsains.com, 30 November 2009

    Anonyim. Reaksi Saponifikasi. Fromwww.tech.dir.groups.yahoo.com, 30

    November 2009

    http://chemicaluinbdg2006.blogspot.com/2009/06/safonifikasi.htmlhttp://tekkimuns.blog.friendster.com/wp-includes/wlwmanifest.xmlhttp://tekkimuns.blog.friendster.com/wp-includes/wlwmanifest.xmlhttp://www.forumsains.com/http://www.tech.dir.groups.yahoo.com/http://www.tech.dir.groups.yahoo.com/http://chemicaluinbdg2006.blogspot.com/2009/06/safonifikasi.htmlhttp://tekkimuns.blog.friendster.com/wp-includes/wlwmanifest.xmlhttp://tekkimuns.blog.friendster.com/wp-includes/wlwmanifest.xmlhttp://www.forumsains.com/http://www.tech.dir.groups.yahoo.com/