sap rip

20
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI UNIVERSITAS JEMBER PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Alamat: Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Bumi Tegal Boto Telp./Fax (0331) 487145–(0331) 323450-Kode Pos 68121 BERITA ACARA Pada hari ini, Jumat, Tanggal 24 April 2015 Pukul 10.30 s.d 11.30 WIB Bertempat di Ruang Anturium RSD dr. Soebandi Jember oleh Kelompok 5 Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners PSIK Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti oleh ….. orang (daftar terlampir). Jember, 24 April 2015 Mengetahui, Kepala Ruang Anturium RSD dr. Soebandi Jember NIP. Pembimbing P3N Stase Keperawatan Medikal Bedah Ns. Mulia Hakam., M.Kep.Sp.Kep.MB

Upload: al-vivo

Post on 12-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

SAP Ruang INterna Pria

TRANSCRIPT

BERITA ACARA

Pada hari ini, Jumat, Tanggal 24 April 2015 Pukul 10.30 s.d 11.30 WIB Bertempat di Ruang Anturium RSD dr. Soebandi Jember oleh Kelompok 5 Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners PSIK Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti oleh .. orang (daftar terlampir).

Jember, 24 April 2015Mengetahui,Pembimbing P3NStase Keperawatan Medikal Bedah

Ns. Mulia Hakam., M.Kep.Sp.Kep.MBNIP. 19810319 201404 1 001

Kepala Ruang Anturium RSD dr. Soebandi Jember

NIP.

DAFTAR HADIR

Kegiatan Pendidikan Kesehatan dan demonstrasi tentang Gastritis pada pasien Ruang Interna Pria: Hari Jumat, Tanggal 24 April 2015 Pukul 09.30 s.d 10.00 WIB bertempat di Ruang Anturium RSD dr. Soebandi JemberNO.NAMAALAMATTANDATANGAN

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Jember, 24 Maret 2015Mengetahui,Kepala Ruang AnturiumRSD dr. Soebandi Jember

NIP.Pembimbing P3NStase Keperawatan Medikal Bedah

Ns. Mulia Hakam., M.Kep.Sp.Kep.MBNIP. 19810319 201404 1 001

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan:Latihan Rentang Gerak Ekstremias Atas dan BawahSasaran:Seluruh pasien yang menjalani rawat jalan di Poli RSD dr. Soebandi JemberTarget: Pasien yang berada di Poli Ortopedi dan Traumatologi RSD dr. Soebandi JemberWaktu:08.30-09.30 WIBSAP PENYULUHAN

Hari/Tanggal:Jumat/24 April 2015Tempat:Ruang Anturium RSD dr. Soebandi Jember

1. Standar Kompetensi :Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1 x 60 menit, diharapkan pasien yang menjalani rawat inap di Ruang Anturium RSD dr. Soebandi Jember dapat memahami dan melakukan penanganan awal pada gastritits.2. Kompetensi dasarSetelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1 x 60 menit, 100% pasien yang menjalani rawat inap di Ruang Anturium RSD dr. Soebandi Jember dapat:a. menjelaskan kembali tentang pengertian gastritisb. menjelaskan kembali tentang penyebab gastritisc. menjelaskan kembali tentang tanda dan gejala gastritisd. menjelaskan kembali tentang hal-hal yang harus dihindari dan dilakukan pada pasien dengan gastritis3. Pokok BahasanPenanganan dan hal-hal yang harus dihindari pada pasien dengan gastritis4. Sub pokok bahasana. Pengertian gastritisb. penyebab gastritis c. tanda dan gejala gastritis d. hal-hal yang harus dihindari dan dilakukan pada pasien dengan gastritis5. Waktu: 1x60 menit6. Bahan dan alat yang diperlukan:a. LCD b. Power point/materi untuk penyajianc. Leaflet

7. Model pembelajarana) Jenis model pembelajaran: Pertemuan dan diskusi pada pasienb) Landasan teori : Health Promotion Modelc) Langkah pokok:1) Menciptakan suasana dan kondisi pertemuan yang menyenangkan2) Mengenalkan masalah3) Mengidentifikasi pengalaman sebelumnya4) Mengenalkan tindakan yang perlu dilakukan5) Menetapkan tindak lanjut8. PersiapanPenyaji menyiapkan materi mengenai informasi yang akan dipresentasikan dan juga mencari visualisasi terkait latihan rentang gerak yang nantinya akan diajarakan kepada pasien9. Kegiatan promosi kesehatanProsesTindakanWaktu

Kegiatan PenyuluhKegiatan Peserta

Pendahuluan

Pembukaan :1. Memberikan salam, memperkenalkan diri, dan membuka penyuluhan.2. Menjelaskan tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran.

Mendengarkan dan menjawab salam

Mendengarkan dan memperhatikan 15 menit

Penyajian

Pelaksanaan :1. Menjelaskan pengertian gastritis

2. Menjelaskan penyebab gastritis

3. Menjelaskan tanda dan gejala gastritis

4. Menjelaskan hal-hal yang harus dihindari dan dilakukan pada pasien dengan gastritis

Memperhatikan materi yang disampaikanMemperhatikan materi yang disampaikan Memperhatikan materi yang disampaikan Memperhatikan materi yang disampaikan

30 menit

Penutup

1. Memberikan pertanyaan tentang materi yang baru dijelaskan.2. Memberikan pujian kepada pasien yang mampu menjawab pertanyaan 3. Menutup pertemuan dan memberikan salam.Menjawab pertanyaan

Memperhatikan

Memperhatikan dan membalas salam 15 menit

10. Evaluasia. Apa saja hal-hal yang harus dihindari dan dilakukan pada pasien dengan gastritis?b. Apa saja tanda dan gelaja pasien dengan gastritis?

MATERI

1. PengertianGastritis merupakan suatu keadaan peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis dan difus atau lokal. Gastritis akut mengikis lapisan epitelium dalam di difusi atau pola terlokalisasi. Pengikisan biasanya dangkal di daerah superficial. Akut gastritis biasanya merupakan hasil dari proses penghambat mukosa pelindung yng disebabkan oleh obat-obatan, seperti obat anti inflamasi non steroid (OAINS) sulfonamid, steroid juga diketahui mengganggu sawar mukosa lambung kemungkinan karena obat tersebut menghambat prostaglandin, yang normalnya distimulasi oleh sekresi mucus. Alcohol, histamine, digitalis, dan gangguan metabolisme seperti uremia merupaan faktor yang berkontribusi. Manifestasi klinis gastritis akut yaitu rasa tidak nyaman pada perut, nyeri epigastrik, dan perdarahan. Penyembuhan biasanya akan terjadi spontan setelah beberapa hari apabila kluan lebih lanjut menggunakan antacid atau mengurangi sekresi asam dengan H2 reseptor antagonis untuk membantu penyembuhan (Mc Cance, 2012)

2. Faktor-faktor resiko penyebab gastritisa. Pola MakanKeteraturan makan berkaitan erat dengan waktu makan setiap hari. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Jika rata-rata lambung kosong antara 3-4 jam, maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Okviani, 2011). Makan tidak teratur memicu timbulnya berbagai penyakit karena terjadi ketidakseimbangan dalam tubuh. Ketidakteraturan ini berhubungan dengan waktu makan. Biasanya, ia berada dalam kondisi terlalu lapar namun kadang-kadang terlalu kenyang. Sehingga, kondisi lambung dan pencernaannya menjadi terganggu (Hidayah, 2012).

a) Frekuensi MakanFrekuensi makan merupakan intensitas makan dalam sehari yang meliputi makanan lengkap (full meat) dan makanan selingan (snack). Bila frekuensi makan sehari-hari semakin kecil, tidak memenuhi makanan lengkap dan makanan selingan maka akan rentan untuk terkena penyakit maag. Hal ini disebabkan perut dibiarkan kosong selama lebih dari tiga jam, sehingga asam lambung pun semakin banyak diproduksi oleh lambung (Rahma dkk, 2012)b) Jenis MakananMengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu makannya. Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis (Okviani, 2011).Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak cocok. Makanan tertentu yang dapat menyebabkan penyakit gastritis, seperti buah yang masih mentah, daging mentah, kari, dan makanan yang banyak mengandung krim atau mentega. Bukan berarti makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena lambung membutuhkan waktu yang labih lama untuk mencerna makanan tadi dan lambat meneruskannya kebagian usus selebih-nya. Akibatnya, isi lambung dan asam lambung tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama sebelum diteruskan ke dalam duodenum dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas di ulu hati dan dapat mengiritasi (Iskandar, 2009).c) Porsi MakanPorsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Setiap orang harus makan makanan dalam jumlah benar sebagai bahan bakar untuk semua kebutuhan tubuh. Jika konsumsi makanan berlebihan, kelebihannya akan disimpan di dalam tubuh dan menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain itu, Makanan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung, yang pada akhirnya membuat kekuatan dinding lambung menurun. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau luka pada lambung

b. KopiMenurut Warianto (2011), kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis bahan dan senyawa kimia; termasuk lemak, karbohidrat, asam amino, asam nabati yang disebut dengan fenol, vitamin dan mineral. Kopi diketahui merangsang lambung untuk memproduksi asam lambung sehingga menciptakan lingkungan yang lebih asam dan dapat mengiritasi lambung. Ada dua unsur yang bisa mempengaruhi kesehatan perut dan lapisan lambung, yaitu kafein dan asam chlorogenic.Kafein dapat menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak), sistem pernapasan, serta sistem pembuluh darah dan jantung. Oleh sebab itu tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh kita terasa segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau mengantuk. Kafein dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat sehingga dapat meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi hormon gastrin pada lambung dan pepsin. Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh lambung mempunyai efek sekresi getah lambung yang sangat asam dari bagian fundus lambung. Sekresi asam yang meningkat dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi pada mukosa lambung (Okviani, 2011).

c. RokokRokok mengandung 4000 bahan kimia, asap yang terkandung dalam rokok mengandung berbagai macam zat yang sangat reaktif terhadap lambung. Nikotin dan kadmium adalah dua zat yang sangat reaktif yang dapat mengakibatkan luka pada lambung. Ketika seseorang merokok, nikotin akan mengerutkan dan melukai pembuluh darah pada dinding lambung. Iritasi ini memicu lambung memproduksi asam lebih banyak dan lebih sering dari biasanya. Nikotin juga memperlambat mekanisme kerja sel pelindung dalam mengeluarkan sekresi getah yang berguna untuk melindungi dinding dari serangan asam lambung. Jika sel pelindung tidak mampu lagi menjalankan fungsinya dengan baik, maka akan timbul gejala dari penyakit gastritis (Caldwell, 2009).

d. AINS ( Anti Inflamasi Non Steroid)Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara kimia heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase, menyebabkan penurunan sintesis prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam arakhidonat. Siklooksigenase merupakan enzim yang penting untuk pembentukkan prostaglandin dari asam arakhidonat. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu faktor defensive mukosa lambung yang amat penting, selain menghambat produksi prostaglandin mukosa, aspirin dan obat antiinflamasi nonsteriod tertentu dapat merusak mukosa secara topikal, kerusakan topikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan ulkus peptikum. Pemakaian setiap hari selama minimal 3 bulan dapat menyebabkan gastritis (Rosniyanti, 2010).

e. Stressa) Stress PsikisProduksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress, misalnya pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan, lama-kelamaan dapat menyebabkan terjadinya gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan stres umumnya tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara efektif dengan cara diet sesuai dengan kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup (Friscaan, 2010).b) Stress FisikStress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar, refluks empedu atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga ulkus serta pendarahan pada lambung. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan ulkus peptik. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.Refluks dari empedu juga dapat menyebabkan gastritis. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.

f. AlkoholKonsumsi alkohol dalam jumlah sedikit akan merangsang produksi asam lambung berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual. Hal tersebut merupakan gejala dari penyakit gastritis. Sedangkan dalam jumlah yang banyak, alkohol dapat merusak mukosa lambung (Rahma dkk, 2012). Alkohol sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup, terutama dengan kemampuannya sebagai pelarut lipida. Kemampuannya melarutkan lipida yang terdapat dalam membran sel memungkinkannya cepat masuk ke dalam sel-sel dan menghancurkan struktur sel tersebut. Oleh karena itu alkohol dianggap toksik atau racun. Alkohol yang terdapat dalam minuman seperti bir, anggur, dan minuman keras lainnya terdapat dalam bentuk etil alkohol atau etanol.Organ tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol adalah lambung dan hati, oleh karena itu efek dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jangka panjang tidak hanya berupa kerusakan hati atau sirosis, tetapi juga kerusakan lambung. Dalam jumlah sedikit, alkohol merangsang produksi asam lambung berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual, sedangkan dalam jumlah banyak, alkohol dapat mengiritasi mukosa lambung dan duodenum. Konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak mukosa lambung, memperburuk gejala tukak peptik, dan mengganggu penyembuhan tukak peptik. Alkohol mengakibatkan menurunnya kesanggupan mencerna dan menyerap makanan karena ketidakcukupan enzim pankreas dan perubahan morfologi serta fisiologi mukosa gastrointestinal.

g. Helicobacter pyloriHelicobacter pylori adalah suatu bakteri yang menyebabkan peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada manusia. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi Helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi Helicobacter pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya ulkus peptikum dan penyebab tersering terjadinya gastritis.

h. UsiaUsia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebih cenderung memiliki infeksi Helicobacter Pylory atau gangguan autoimun daripada orang yang lebih muda. Sebaliknya,jika mengenai usia muda biasanya lebih berhubungan dengan pola hidup yang tidak sehat.

3. Tanda dan Gejalaa. Nyeri ulu hatiHal ini dapat disebabkan karena adanya suatu proses peradangan yang terjadi akibat dari adanya iritasi pada mukosa lambung.b. Anoreksia, Nausea dan Vomitus Ketiga tanda ini sangat umum ditemukan. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan kadar asam lambung didalam tubuh khususnya pada organ lambung.c. Melena dan HematemesisHal ini dapt disebabkan karena adanya suatun proses perdarahan yang berawal dari adanya iritasi dan erosi pada mukosa lambung.

4. Komplikasia. Perdarah saluran cerna bagian atasb. Hematemesis dan melena (anemia)c. Ulkus peptikumd. Perforasi

5. PenatalaksanaanPengobatan lebih ditujukan pada pencegahan terhadap setiap pasien yang beresiko tinggi, hal yang dapat dilakukan adalah ;a. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.b. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.c. Pemberian obat-obat H+ blocking, antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain. Pemberian antasida, antagonis H2 dan sukralfat tetap dianjurkan walaupun efek teraupetiknya masih diragukan. Biasanya perdarahan akan segera berhenti bila keadaan si pasien membaik dan lesi mukosa akan segera normal kembali, pada sebagian pasien biasa mengancam jiwa. Tindakan-tindakan itu misalnya dengan endoskopi skleroterapi, embolisasi arteri gastrika kiri atau gastrektomi. Gastrektomi sebaiknya dilakukan hanya atas dasar abolut

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIUNIVERSITAS JEMBERPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANAlamat: Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Bumi Tegal Boto Telp./Fax (0331) 487145(0331) 323450-Kode Pos 68121

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIUNIVERSITAS JEMBERPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANAlamat: Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Bumi Tegal Boto Telp./Fax (0331) 487145(0331) 323450-Kode Pos 68121

DAFTAR PUSTAKADepartemen Kesehatan RI. 2001. Rencana Pengembangan Lima Tahun VI Bidang Kesehatan. http://www.depkes.go.idGanong, William F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGCGuyton, Arthur C., John E. Hall. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGCMc Cance, 2012. Understanding Pathophysiology Fifth Edition. Missouri. ElsevierOkviani, Wati. 2011. Pola Makan Gastritis. http://www.library.upnvj.ac.id/-pdf/2s1keperawatan/205312047/.pdf Prince, Sylvia A., Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGCSabiston, David C. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGCShinya, Hiromi. 2008. The Miracle of Enzyme : Self-Healing Program. Bandung: QanitaSmeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 3. Jakarta : EGCSuyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI