sap abses leher dalam
DESCRIPTION
peyuluhanTRANSCRIPT
Praktek Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah
SATUAN ACARA PENYULUHANABSES LEHER
DI RUANG RAWAT THTRSUD DR. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
Oleh :
Anggia Tama Jupi,S.KepRezki Yeti Yusra,S.Kep
Santia Engra Ningsih,S.Kep
CI Akademik : CI Klinik:
Ns. Wenny Lazdya, S.Kep M.A.N Ns. Yeni Tri Putri, S.Kep
PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
FORT DE KOCK BUKITTINGGI
2013/2014
SATUAN ACARA PENYULUHAN PRAKTEK PROFESI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DI RSAM BUKITTINGGI
Mata ajar : Keperawatan medikal bedahPokok bahasan : Abses LeherSasaran : Klien yang dirawat di THTHari/ tanggal : / Januari 2014Waktu : 30 menitTempat : Ruangan THTPenyuluh : Mahasiswa Profesi STIKes FORT DE KOCK
1. LATAR BELAKANG
Abses leher dalam terbentuk dalam ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai
akibat dari penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus
paranasal, telinga tengah dan leher tergantung ruang mana yang terlibat. Penyebab paling
sering dari abses leher dalam adalah infeksi gigi (43%) dan penyalahgunaan narkoba
suntikan (12%) (Andriani, 2001).
Abses leher dalam merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa akibat
komplikasi-komplikasinya yang serius seperti obstruksi jalan napas, kelumpuhan saraf
kranial, mediastinitis, dan kompresi hingga ruptur arteri karotis interna. Lokasinya terletak di
dasar mulut dan dapat menjadi ancaman yang sangat serius. Etiologi infeksi di daerah leher
dapat bermacam-macam. Kuman penyebab abses leher dalam biasanya terdiri dari campuran
kuman aerob, anaerob maupun fakultatif anaerob. Asmar dikutip Murray dkk, mendapatkan
kultur dari abses retrofaring 90 % mengandung kuman aerob, dan 50% pasien ditemukan
kuman anaerob. (Baba, 2009).
Menurut Herzon, di Amerika Serikat, insidensinya mencapai 30 kasus per 100.000
penduduk pertahun dan ditemukan hingga 45.000 kasus pertahunnya. Jumlah yang tinggi ini
diperkirakan karena adanya infeksi rekuren (berulang) dan resistensi terhadap antibiotic yang
dilaporkan secara internasional. Angka kematian yang diakibatkan oleh abses leher dalam
belum diketahui secara pasti, sedang angka kesakitan yang disebabkan abses ini paling
banyak dihubungkan dengan nyeri. Tidak ada predileksi ras tertentu untuk penyakit ini, baik
laki-laki dan perempuan mempunyai rasio resiko yang sama untuk menderita abses
peritonsiler. Penyakit ini ditemukan pada umur 10 – 60 tahun, namun paling banyak
ditemukan pada umur 20 – 40 tahun. Apabila ditemukan pada anak-anak seringnya adalah
pada pasien immunocompromised.
Sementara itu di Indonesia Tidak ada angka estimasi yang diperoleh terhadap
kejadian abses leher dalam. Namun diperkirakan bahwa kejadian abses leher dalam menurun
secara bermakna sejak era pemakaian antibiotik. Disamping itu higiene mulut yang
meningkat juga berperan dalam hal ini.6 Sebelum era antibiotik, 70% infeksi leher dalam
berasal dari penyebaran infeksi di faring dan tonsil ke parafaring. Saat ini infeksi leher dalam
lebih banyak berasal dari tonsil pada anak, dan infeksi gigi pada orang dewasa (Fachrudin,
2007).
Berdasarkan survey yang dilakukan mahasiswa di ruang THT RSUD Achmad
Mochtar Bukittinggi yang menderita penyakit Abses Leher Dalam 6 bulan terakhir di tahun
2013 ini ada sebanyak 19 orang, dan di bulan januari 2014 ada 3 orang penderita abses leher
dalam di ruang rawat inap THT RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi. Karena itu perlu
diadakan penyuluhan terhadap pasien abses leher dalam yang tentu akan sangat membantu
meningkatkan pengetahuan mereka tentang abses leher dalam.
Berdasarkan hal di atas, maka kami mahasiswa praktek profesi keperawatan STIKes
Fort De Kock mengadakan penyuluhan di Ruang Rawat Inap THT RSAM Bukittinggi Tahun
2014.
2. TUJUANa) Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang Abses Leher Dalam diharapkan pasien dan keluarga yang berada di ruang inap THT RSAM Bukittinggi dapat mengetahui tentang penyakit Abses Leher Dalam.
b) Tujuan khususSetelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang konsep Abses Leher Dalam diharapkan seluruh peserta mampu memahami1. Pengertian Abses Leher Dalam2. Penyebab Abses Leher Dalam3. Tanda dan gejala Abses Leher Dalam4. Jenis dari Abses Leher Dalam5. Pencegahan dari Abses Leher Dalam6. Penatalaksanaan Abses Leher Dalam
3. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Mata Pelajaran : Keperawatan Medikal Bedah2. Topik : Abses Leher Dalam3. Sasaran : Seluruh pasien yang dirawat di ruangan THT4. Hari/Tanggal : / Januari 20145. Waktu : 09.00-09.30 WIB6. Tempat : THT7. Metode : Ceramah dan Tanya jawab8. Media dan alat : -Infokus / LCD,Laptop
-Leaflet9. Setting tempat
Keterangan:
: Moderator
: Pembimbing akademik dan klinik
: Penyaji
: Audien
10. Pengorganisasian Penanggung jawab: Kelompok
Tugas : Mengkoordinasi kegiatan Penyuluhan
Moderator : Santia Engra Ningsih, S.KepTugas: Pemimpin dan penanggung jawab secara umum terhadap jalannya penyuluhan Bertugas membuka dan menutup acara penyuluhan Menyampaikan tujuan dan kontrak waktu Menjelaskan cara dan peraturan penyuluhan Mengatur jalannya penyuluhan
Penyaji : Anggia Tama Jupi,S.KepTugas: Menyajikan atau menyampaikan materi penyuluhan Menggali pengetahuan audien tentang materi penyuluhan Memberikan reinforcemen positif kepada pasien Meminta tanggapan kepada peserta atas tindakan yang telah dilakukan
Observer: Rezki Yeti Yusra, S.KepTugas : Memperhatikan kelancaran penyuluhan Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan Menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan Mengobservasi jalannya kegiatan Mencatat jumlah klien yang hadir Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung Mencatat tanggapan yang dikemukakan Melaporkan hasil kegiatan
Fasilitator : Rezki Yeti Yusra,S.kepTugas: Mempersiapkan alat/ tempat acara Memotivasi peserta untuk bertanya Menjawab pertanyaan peserta Mencegah atau mengatasi hambatan kelompok
4. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens Jam
1 Tahap pembukaan :1. Mengucapkan salam2. Menjelaskan tujuan3. Memperkenalkan anggota
kelompok dan pembimbing4. Membuat kontrak waktu dan
bahasa
- Menjawab salam- Memperhatikan dan mendengarkan- Mendengarkan dan memperhatikan
- Menyetujui kontrak waktu dan bahasa
5 menit
2 Tahap pelaksanaan :1. Pengertian
a. Menggali pengetahuan - Mengemukakan pendapat
20 menit
audiententang pengertian Abses leher dalam
b. Beri reinforcement positifc. Menjelaskan tentang
pengertian abses leher dalam
2. Penyebaba. Menggali pengetahuan
uadiens tentang penyebab abses leher dalam
b. Beri reinforcement positifc. Menjelaskan tentang
penyebab abses leher dalam
3. Tanda dan Gejalaa. Menggali pengetahuan
audiens tentang tanda dan gejala abses leher dalam
b. Beri reinforcement positifc. Menjelaskan tentang
tanda dan gejala abses leher dalam
4. Jenisa. Menggali pengetahuan
audiens tentang Jenis abses leher dalam
b. Beri reinforcement positifc. Menjelaskan tentang Jenis
abses leher dalam5. Pencegahan
a. Menggali pengetahuan audiens tentang pencegahan abses leher dalam
b. Beri reinforcement positifc. Menjelaskan tentang
pencegahan abses leher dalam
6. Penatalaksanaana. Menggali pengetahuan
- Mendengarkan- Memperhatikan dan mendengarkan
- Mengemukakan pendapat
- Memperhatikan- Memperhatikan dan memdengarkan
- Mengemukakan pendapat
- Memperhatikan- Memperhatikan dan memdengarkan
- Mengemukakan pendapat
- Memperhatikan- Memperhatikan dan memdengarkan
- Mengemukakan pendapat
- Memperhatikan- Memperhatikan dan memdengarkan
audiens tentang penatalaksanaan abses leher dalam
b. Beri reinforcement positifc. Menjelaskan tentang
penatalaksanaan abses leher dalam
- Mengemukakan pendapat
- Memperhatikan- Memperhatikan dan memdengarkan
3 Tahap penutup
a. Mahasiswa memberikan kesempatan untuk bertanya
b. Mahasiswa melakukan evaluasi pertemuan
c. Menyimpulkan materi yang telah diberikan bersama audiens
d. Menutup perjumpaan dan memberikan salam
e. Membagikan leaflet
-ikutmemberikan pendapat melalui tanya jawab
-berpartisipasi aktif
-menyimpulkan materi penyuluhan
-menjawab salam
- Menerimaleaflet
5 menit
7. Kriteria Evaluasia. Kriteria evaluasi struktur 70 % Peserta menghadiri penyuluhan Peserta mengikuti dari awal sampai akhir penyuluhan Tersedianya alat dan media penyuluhan Setting tempat sesuai perencanaan Peserta memberikan respon terhadap penyuluhan Tugas-tugas organisasi sesuai rencana
b. Evaluasi proses Peserta berpartisipasi selama kegiatan penyuluhan Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan Pelaksanaan sesuai rencana Peserta menyampaikan perasaan setelah penyuluhan Peserta ikut serta dalam penyimpulan penyuluhan
c. Evaluasi hasil
Audiens yang mengikuti penyuluhan dapat menjelaskan pengertian dari abses leher
Audiens dapat menyebutkan 7 dari 11 penyebab abses leher dalam Audiens dapat menyebutkan 6 dari 9 tanda dan gejala abses leher dalam Audiens dapat menyebutkan 3 dari 5 Jenis abses leher dalam Audiens dapat menyebutkan cara pencegahan abses leher dalam Audiens dapat menyebutkan 2 dari 4 penatalaksanaan abses leher dalam
8. Lampiran1. Materi 2. Leaflet
Lampiran
A. Pengertian abses leher dalam
Abses leher dalam adalah kumpulan nanah akibat infeksi pada ruang antara struktur
leher. Karena jumlah nanah meningkat, mengisi ruang jaringan lunak dan mendorong
struktur di leher, seperti tenggorokan, lidah, dan dalam kasus yang ekstrim, trakea.
(Anonim,2011)
Abses leher dalam adalah terkumpulnya nanah (pus) di dalam ruang potensial di
antara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran dari berbagai sumber infeksi, seperti gigi,
mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga dan leher. (Grade, 2006).
B. EtiologiParhischar dkk mendapatkan, dari 210 abses leher dalam, 175 (83,3%) dapat diidentifikasi
penyebabnya (tabel 1). Penyebab terbanyak infeksi gigi 43%. Tujuh puluh enam persen
Ludwig’s angina disebabkan infeksi gigi, abses submandibula 61% disebabkan oleh infeksi
gigi.
Yang dkk melaporkan dari 100 orang abses leher dalam, 77 (77%) pasien dapat diidentifikasi
sumber infeksi sebagai penyebab. Penyebab terbanyak berasal dari infeksi orofaring 35%,
odontogenik 23%. Penyebab lain adalah infeksi kulit, sialolitiasis, trauma, tuberkulosis, dan
kista yang terinfeksi.
Tabel 1. Sumber infeksi penyebab abses leher dalam.
Penyebab Jumlah %GigiPenyalahgunaan obat suntikFaringotonsilitisFraktur mandibulaInfeksi kulitTuberculosisBenda asingPeritonsil absesTraumaSialolitiasisParotisLain-lainTidak diketahui
7721121099766531035
43126,75,65,15,13,93,43,42,81,75,6
Kuman penyebab Streptococcus
Stapilococcus Kuman anaerob bacteri oides atau kuman campuran
C. Manifestasiklinis Nyeri tenggorok Demam Terbatasnya gerakan membuka mulut dan leher Tenggorokan bengkak Tonjolan di bagian belakang tenggorokan Lidah terdorong ke arah belakang Leher kaku Nyeri telinga Sulit menelan , berbicara, bernafas
D. Jenis – jenis abses leher dalam1. Abses peritonsil
Abses yang terbentuk di dinding samping jaringan amandel (organ getah bening di belakang tenggorokan). Peritonsillar abses yang paling umum pada remaja dan orang dewasa muda dan jarang terlihat pada anak-anak.
Abses peritonsil merupakan abses yang paling banyak ditemukan, dan biasanya merupakan komplikasi tonsillitis akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar mukus Weber di kutu batas tonsil. Biasanya kuman penyebab sama dengan penyebab tonsilitis, dapat ditemukan kuman aerob dan anaerob.
2. Abses retrofiring Suatu peradangan yang disertai pembentukan pus pada daerah retrofaring. Keadaan
ini merupakan salah satu infeksi pada leher bagian dalam (deep neck infection )Sumber infeksi retrofiring berasal dari proses infeksi di hidung, adenoid, nasofaring ,
dan sinus paranasal .Oleh karena kelenjar ini biasanya atrofi pada umur 4 – 5 tahun, maka sebagian besar abses retrofaring terjadi pada anak-anak dan relative jarang pada orang dewasa. Abses pada ruang ini merupakan kegawatdaruratan yang mengancam kehidupan dengan segera, baik dalam hal menyumbat saluran napas maupun komplikasi bahaya lainnya
3. AbsesparafaringAbses parafaring adalah kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang parafaring.
Gejala utama abses para faring berupa demam, trismus, nyeri tenggorok, odinofagi dan disfagia. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembengkakan di daerah parafaring, pendorongan dinding lateral faring ke medial, dan angulus mandibula tidakteraba. Pada abses parafaring yang mengenai daerah prestiloid akan memberikan gejala trismus yang lebih jelas.
4. Abses submandibularInfeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar liur atau kelenjar limfe
submandibula. Mungkin juga sebagian kelanjutan infeksi infeksi ruang leher dalam lainNyeri leher disertai pembengkakan di bawah mandibula dan atau dibawah lidah,
mungkin berfluktuasi, disfagia, kekakuan di leher.
5. Angina ludoviciAngina ludovici ialah infeksi ruang submandibula berupa selulitis dengan tanda khas
berupa pembengkakan seluruh ruang submandibula, tidak membentuk abses, sehingga keras pada perabaan submandibular.
Disebut juga sebagai Ludwig Angina atau selulitis submandibula.Ruang yang terlibat adalah ruang sublingual serta ruang submandibula yang terdiri dari ruang submental dan ruang submaksila. Mengenai pembagian nama ruang leher ini, ada yang mengelompokkan ruang sublingual, ruang submental, ruang submaksila keseluruhannya sebagai ruang submandibula.
E. Pemeriksaanpenunjang1. Rontgen servikal lateral
Dapat memberikan gambaran adanya pembengkakan jaringan lunak pada daerah prevertebra, adanya benda asing, gambaran udara di subkutan, air fluid levels, erosi dari korpus vertebre.Penebalan jaringan lunak pada prevertebre setinggi servikal II (C2), lebih 7mm, dan setinggi servikal VI yang lebih 14mm pada anak, lebih 22mm pada dewasa dicurigai sebagai suatu abses retrofiring
2. Rontgen PanoramiksDilakukan pada kasus abses leher dalam yang dicurigai berasal dari gigi.8
3. Rontgen toraksPerlu dilakukan untuk evaluasi mediastinum, empisema subkutis, pendorongan
saluran nafas, pneumonia yang dicurigai akibat aspirasi dari abses.4. Tomografi Komputer (TK/ CT Scan)
Tomografi computer dengan kontras merupakan pemeriksaan baku emas pada abses leher dalam. Berdasarkan penelitian Crespodkk, seperti dikutip Murray AD dkk, bahwa dengan hanya pemeriksaan klinis tanpa tomografi computer mengakibatkan estimasi terhadap luasnya abses yang terlalu rendah pada 70% pasien. TK memberikan gambaran abses berupa lesi dengan hipodens (intensitasrendah), batas yang lebih jelas, kadang ada air fluid levels. Kirse dan Robenson, mendapatkan ada hubungan antara ketidakteraturan dinding abses dengan adanya pus pada rongga tersebut. Pemeriksaan TK toraks diperlukan jika dicurigai adanya perluasan abses ke mediastinum.
5. Pemeriksaan BakteriologiPemeriksaan bakteriologi pus darilesi yang dalam atau tertutup harus meliputi biakan
metoda anaerob. Setelah desinfeksi kulit, pus dapat diambil dengan aspirasi memakai
jarum aspirasi atau dilakukan insisi. Pus yang diambil sebaiknya tidak terkontaminasi dengan flora normal yang ada di daerah saluran nafas atas atau rongga mulut. Aspirasi dilakukan dari daerah yang sehat dan dilakukan lebih dalam.
F. PencegahanPENCEGAHANPemeriksaan gigi ke dokter secara teratur dan rutin penanganan infeksi gigi dan mulut yang tepat dapat mencegah kondisi yang akan meningkatkan terjadinya abses leher dalam yang disebabkan oleh sumber dari gigi.
G. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi yakni sebagai berikut:
Sumbatan jalan nafas khususnya pada Ludwig’s angina Cedera pada saraf otak (VII, X, XII) dan pembuluh darah besar, pada drainase abses
submandibula Cedera pada saraf otak (IX sampai XII) atau pleksus simpatikus, pada drainase abses
parafaring.
H. PENATALAKSANAANPenatalaksanaan abses leher dalam adalah dengan evakuasi abses baik dilakukan
dengan anestesi local maupun dengan anestesi umum. Antibiotik dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan secara parenteral. Hal yang paling penting adalah terjaganya saluran nafas yang adekuat dan drainase abses yang baik.5
Menurut Poe dkk penatalaksanaan abses leher dalam meliputi operasi untuk evakuasi dan drainase abses, identifikasi kuman penyebab dan pemberian antibiotik. Hal ini akan mengurangi komplikasi dan mempercepat perbaikan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan antibiotic adalah efektifitas obat terhadap kuman target, risiko peningkatan resistensi kuman minimal, toksisitas obat rendah, stabilitas tinggi dan masa kerja yang lebih lama.
Pemberian antibiotic berdasarkan hasil biakan kuman dan tes kepekaan antibiotic terhadap kuman penyebab infeksi. Biakan kuman membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pengobatan harus segera diberikan. Sebelum hasil kultur kuman dan uji sensitifitas keluar, diberikan antibiotic kuman aerob dan anaerob secara empiris. Yang SW, dkk melaporkan pemberian antibiotic kombinasi pada abses leher dalam, yaitu; Kombinasi penesilin G, klindamisin dan gentamisin, kombinasi ceftriaxone dan klindamisin, kombinasi ceftriaxone dan metronidazole, kombinasi cefuroxime dan klindamisin, kombinasi pinisilin dan metronidazole, masing-masing didapatkan angka perlindungan (keberhasilan) 67,4%, 76,4%, 70,8%, 61,9%. Avest ET, dkk, memberikan antibiotik empiris, kombinasi metronidazole dengan ceftriaxone.
Penesilin G merupakan obat terpilih untuk infeksi kuman streptokokus dan stafilokokus yang tidak menghasilkan enzim penecilinase. Gentamisin menunjukkan efeksinergis dengan pinisilin. Klindamisin efektif terhadap streptokokus, pneumokokus dan stafilokokus yang resisten terhadap penisilin. Lebih khusus pemakaian klindamisin pada infeksi polimicrobial termasuk Bacteroidessp maupun kuman anaerob lainnya pada daerah ora
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Edisi 8. Jakarta: EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, B C. (1996).Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3.Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Manjoer, arief dkk.2008.Kapita Selekta Kedokteran Jilid pertama edisi ketiga.Jakarta:Media Aesculapius
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth.Edisi 8.Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi 3.Jilid I II.Jakarta.: Balai Penerbit FKUI