sanitasi di daerah masih buruk - gelora45.com filekesehatan masyarakat. apalagi, hal itu bisa...

1
[JAKARTA] Kondisi sanitasi di sejumlah daerah masih jauh dari memadai. Banyak daerah yang warganya belum memi- liki fasilitas sanitasi. Minimnya sanitasi, membuat daerah masih menghadapi persoalan kebiasaan warga yang mem- buang hajat sembarangan. Tak hanya di rumah warga, kondisi sanitasi di sekolah-se- kolah pun juga jauh dari ideal. Menurut data, hanya 1 dari 4 sekolah di Indonesia yang memiliki fasilitas sanitasi yang sehat. Di Bengkulu, misalnya, ribuan keluarga, terutama yang tinggal di pelosok desa dan sejumlah kawasan kumuh, hingga saat ini belum men- dapat akses terhadap sistem sanitasi yang baik. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bengkulu, Edriwan Mansyur, Sabtu (25/3), tidak membantah hal tersebut. Dia mengakui, jika tidak segera diatasi akan berdampak terhadap derajat kesehatan masyarakat. Apalagi, hal itu bisa mengakibatkan pertumbuhan balita kerdil alias stunting dan kekurangan gizi. Peningkatan fasilitas sanitasi di Bengkulu, ungkap- nya, dilakukan secara bertahap dengan melibatkan banyak pihak. Sebab, alokasi anggar- an dari APBD untuk pemba- ngunan fasilitas sanitasi masih terbatas. Sementara itu, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Bengkulu, Rusdi Bakar mengatakan, dalam rangka mengantisipasi kasus balita gizi buruk di daerah ini, pihaknya telah menyalurkan bantuan program keluarga harapan (PKH) ke 29.000 rumah tangga sangat miskin (RTSM). Warga penerima program PKH tersebut, terse- bar di 10 kabupaten dan kota di Bengkulu. Bantuan itu diberikan agar ibu hamil dan memiliki balita mendapatkan makanan cukup dan gizi baik. Saat ini, lanjut Rusdi, pihaknya masih menyisir RTSM. Sebab, angka kemis- kinan di Bengkulu masih sangat tinggi, yakni 17,3% dari 1,7 juta penduduk. Buruknya sanitasi juga terjadi di Pulau Jawa, bahkan di Jakarta. Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta mengakui bahwa sanitasi di DKI masih belum berjalan dengan baik. Termasuk juga program san- itasi yang ada belum berjalan sebagaimana mestinya karena beberapa hal. “Di antaranya karena keterbatasan lahan dan masalah ketersediaan angga- ran,” ujar Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, Teguh Hendarwan, Jumat (24/3). Ia mengatakan, program sanitasi di DKI baru tahun kemarin dimulai. Pembenahan sanitasi saat ini yang diren- canakan adalah sebanyak 1.000 titik di wilayah DKI Jakarta, bekerja sama dengan pemer- intah pusat. Bakteri E-Coli Hal yang sama juga ter- jadi di DIY. Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, misalnya, ternyata belum terbebas dari masalah buang air besar (BAB) sembarangan dan pencemaran bakteri e-coli . Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Mafilindati Nuraini mengatakan, sistem sanitasi yang buruk di bebe- rapa daerah, terjadi di kawa- san padat penduduk, di mana warga tidak memungkinkan membangun tempat pembu- angan limbah berjarak minimal 10 meter dari sumber air bersih. Akibatnya, sumber air menjadi lebih mudah tercemar bakteri e-coli. Dinkes Sleman juga men- catat masih ada sekitar 3% warga yang memiliki kebia- saan buang air besar semba- rangan. Menanggapi hal tersebut, Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun mengatakan, untuk mengatasi persoalan sanitasi buruk dan BAB sem- barangan, pembangunan instalasi pembuangan limbah (Ipal) komunal di Sleman masih perlu diperbanyak lagi. Hingga akhir tahun lalu, ter- catat 122 unit Ipal komunal yang dibangun di sejumlah desa. Pembangunan Ipal tersebut, menambah cakupan sanitasi layak di wilayah Sleman mencapai 94,34%. “Masih 5,66% atau 12.435 KK yang memiliki sanitasi kurang layak dan pengguna jamban yang tidak aman,” katanya. Sedangkan, Kepala Bidang Penanggulangan Pencegahan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan DIY Elvi Efendi mengatakan, di wilayahnya belum semua daerah bebas BABS. Bahkan praktik terse- but masih terjadi di sejumlah tempat. Survei Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, 89% sumber air di Yogyakarta masih tercemar bakteri e-coli. Pencemaran itu dikaitkan dengan kondisi kemiskinan. Sementara itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon menerapkan program sanitasi total berbasis masyarakat. Program itu untuk mengajak warga tidak buang air besar sembarangan. Kasie Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Olahraga dan Kesehatan Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Jajang Prihatna mengatakan pihaknya meng- ajak warga di 10 desa mem- berlakukan arisan jamban. Nominalnya disesuaikan dengan kesepakatan warga. Selain itu ada juga kelompok wirausaha sanitasi yang mem- fasilitasi pembangunan jamban dengan harga murah. Secara terpisah, Gubernur Jambi Zumi Zola mengung- kapkan, permukiman kumuh di Kota Jambi yang sangat miskin sarana dan prasarana sanitasi mencapai 73 hekta- re (ha). “Permukiman kumuh warga di Kota Jambi sangat miskin sarana air bersih, MCK, kebersihan, jalan lingkungan, lampu penerang- an dan ruang terbuka hijau. Kemiskinan sanitasi di per- mukiman kumuh tersebut selama ini kurang mendapat penanganan karena keterba- tasan anggaran,” katanya. Zumi mengungkapkan, pembangunan sanitasi di kawasan permukiman kumuh di Kota Jambi akan dilanjut- kan tahun ini. Dana yang dianggarkan Pemprov Jambi untuk perbaikan sanitasi di kawasan permukiman kumuh Kota Jambi sekitar Rp 30 miliar. Sementara itu, di wilayah Jawa Barat, belum semua sanitasi dalam kondisi mema- dai. Sebagai contoh, sanitasi di sekolah-sekolah masih di bawah standar nasional. Rasio penggunaan toilet mencapai 1:150, artinya satu toilet digunakan 150 siswa. Idealnya, rasionya 1:60 untuk siswa laki-laki, dan 1:50 untuk wanita. Water, Sanitation and Hygiene (WASH) Specialist, UNICEF, Reza Hendrawan menuturkan, secara nasional belum ada satu provinsi pun yang bisa mencapai rasio ideal. Kondisi ini memperlihatkan kurangnya perhatian peme- rintah terhadap kualitas sanitasi di sekolah. Hambatan dalam pengadaan toilet ini dipengaruhi luas lahan di sekolah yang terbatas, sehing- ga tidak bisa ditambah jumlah toiletnya. Pemerintah sudah meng- atur rasio ideal itu dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTS dan SMA/ MA. Berdasarkan data fasilitas sanitasi sekolah melalui Data Pokok Pendidikan Tahun 2014, hanya 65% sekolah di Indonesia yang memiliki jamban terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan. Selain itu total fasilitas sanitasi di sekolah yang ada hanya 22% dilaporkan berada dalam kondisi baik, atau hanya satu dari empat sekolah yang memiliki sanitasi sekolah yang layak. [D-14/143/152/153/141] Utama 2 Suara Pembaruan Sabtu-Minggu, 25-26 Maret 2017 P emilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur bakal digelar tahun depan. Meski masih cukup lama, tensi politik di internal atau antar-partai politik (par- pol) di daerah itu mulai memanas. Parpol mulai meli- rik tokoh-tokoh potensial yang bakal diusung nanti. Lazimnya, parpol mengu- sung kader internal. Tetapi, untuk Pilgub Jatim, partai Golkar dikabarkan malah melirik tokoh eksternal. Rupanya, partai yang kini dipimpin Setya Novanto itu tengah membidik Khofifah Indar Parawansa. Popularitas Menteri Sosial itu membetot perhatian Partai Golkar. Partai berlambang pohon beringin itu pun sedang menimbang-nim- bang nama Khofifah untuk diu- sung pada Pilgub Jawa Timur tahun depan. Sumber SP dari internal Partai Golkar mengatakan, partainya sejak lama mengin- car Khofifah. “Golkar dari awal memang telah mewaca- nakan itu (mendukung Khofifah, Red),” katanya kepada SP di Jakarta, Jumat (24/3) malam. Sumber itu menjelaskan, par- tainya sudah bebe- rapa kali menjalin komunikasi dengan Khofifah. Golkar mengharapkan salah satu tokoh perempuan Nahdlatul Ulama (NU) itu mau meneri- ma pinangan mereka untuk maju di Pilgub Jatim. “Kita sudah melakukan komunikasi dengan Khofifah, tetapi tentu nanti ada mekanisme. Ada proses yang harus dijalani,” katanya. Khofifah sudah dua kali bertarung pada Pilgub Jatim, yakni pada 2008 dan 2013. Sumber SP menambahkan, Golkar juga telah melakukan analisiss untuk mendapatkan sentimen opinion leader and tone atas setiap pemberitaan media massa terkait sosok Khofifah. “Dari sini, kami mampu memperoleh hasil analisis atas trend issue dan ketokohannya di Jawa Timur,” kata sumber itu. [W-12] Sanitasi di Daerah Masih Buruk Pilgub Jatim, Golkar Pilih Khofifah? Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Akses terhadap Sanitasi Layak (2014-2015) Jumlah Desa/Kelurahan yang Melaksanakan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 2011-2015

Upload: hoangdiep

Post on 19-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sanitasi di Daerah Masih Buruk - gelora45.com filekesehatan masyarakat. Apalagi, hal itu bisa mengakibatkan pertumbuhan balita kerdil alias ... dengan melibatkan banyak pihak. Sebab,

[JAKARTA] Kondisi sanitasi di sejumlah daerah masih jauh dari memadai. Banyak daerah yang warganya belum memi-liki fasilitas sanitasi. Minimnya sanitasi, membuat daerah masih menghadapi persoalan kebiasaan warga yang mem-buang hajat sembarangan.

Tak hanya di rumah warga, kondisi sanitasi di sekolah-se-kolah pun juga jauh dari ideal. Menurut data, hanya 1 dari 4 sekolah di Indonesia yang memiliki fasilitas sanitasi yang sehat.

Di Bengkulu, misalnya, ribuan keluarga, terutama yang tinggal di pelosok desa dan sejumlah kawasan kumuh, hingga saat ini belum men-dapat akses terhadap sistem sanitasi yang baik. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bengkulu, Edriwan Mansyur, Sabtu (25/3), tidak membantah hal tersebut. Dia mengakui, jika tidak segera diatasi akan berdampak terhadap derajat kesehatan masyarakat. Apalagi, hal itu bisa mengakibatkan pertumbuhan balita kerdil alias stunting dan kekurangan gizi.

Peningkatan fasilitas sanitasi di Bengkulu, ungkap-nya, dilakukan secara bertahap dengan melibatkan banyak pihak. Sebab, alokasi anggar-an dari APBD untuk pemba-ngunan fasilitas sanitasi masih terbatas.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Bengkulu, Rusdi Bakar mengatakan, dalam rangka mengantisipasi kasus balita gizi buruk di daerah ini, pihaknya telah menyalurkan bantuan program keluarga harapan (PKH) ke 29.000 rumah tangga sangat miskin (RTSM). Warga penerima program PKH tersebut, terse-bar di 10 kabupaten dan kota di Bengkulu. Bantuan itu diberikan agar ibu hamil dan memiliki balita mendapatkan makanan cukup dan gizi baik.

Saat ini, lanjut Rusdi, pihaknya masih menyisir RTSM. Sebab, angka kemis-

kinan di Bengkulu masih sangat tinggi, yakni 17,3% dari 1,7 juta penduduk.

Buruknya sanitasi juga terjadi di Pulau Jawa, bahkan di Jakarta. Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta mengakui bahwa sanitasi di DKI masih belum berjalan dengan baik. Termasuk juga program san-itasi yang ada belum berjalan sebagaimana mestinya karena beberapa hal. “Di antaranya karena keterbatasan lahan dan masalah ketersediaan angga-ran,” ujar Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, Teguh Hendarwan, Jumat (24/3).

Ia mengatakan, program sanitasi di DKI baru tahun kemarin dimulai. Pembenahan sanitasi saat ini yang diren-canakan adalah sebanyak 1.000 titik di wilayah DKI Jakarta, bekerja sama dengan pemer-intah pusat.

Bakteri E-ColiHal yang sama juga ter-

jadi di DIY. Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, misalnya, ternyata belum terbebas dari masalah buang air besar (BAB) sembarangan dan pencemaran bakteri e-coli.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Mafilindati Nuraini mengatakan, sistem sanitasi yang buruk di bebe-rapa daerah, terjadi di kawa-san padat penduduk, di mana warga tidak memungkinkan membangun tempat pembu-angan limbah berjarak minimal 10 meter dari sumber air bersih. Akibatnya, sumber air menjadi lebih mudah tercemar bakteri e-coli.

Dinkes Sleman juga men-catat masih ada sekitar 3% warga yang memiliki kebia-saan buang air besar semba-rangan.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun mengatakan, untuk mengatasi persoalan sanitasi buruk dan BAB sem-barangan, pembangunan instalasi pembuangan limbah (Ipal) komunal di Sleman

masih perlu diperbanyak lagi. Hingga akhir tahun lalu, ter-catat 122 unit Ipal komunal yang dibangun di sejumlah desa. Pembangunan Ipal tersebut, menambah cakupan sanitasi layak di wilayah Sleman mencapai 94,34%.

“Masih 5,66% atau 12.435 KK yang memiliki sanitasi kurang layak dan pengguna jamban yang tidak aman,” katanya.

Sedangkan, Kepala Bidang Penanggulangan Pencegahan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan DIY Elvi Efendi mengatakan, di wilayahnya belum semua daerah bebas BABS. Bahkan praktik terse-but masih terjadi di sejumlah tempat.

Survei Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, 89% sumber air di Yogyakarta masih tercemar bakteri e-coli. Pencemaran itu dikaitkan dengan kondisi kemiskinan.

Sementara itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon menerapkan program sanitasi total berbasis masyarakat. Program itu untuk mengajak warga tidak buang air besar sembarangan. Kasie Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Olahraga dan Kesehatan Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Jajang Prihatna mengatakan pihaknya meng-ajak warga di 10 desa mem-berlakukan arisan jamban. Nominalnya disesuaikan dengan kesepakatan warga. Selain itu ada juga kelompok wirausaha sanitasi yang mem-fasilitasi pembangunan jamban dengan harga murah.

Secara terpisah, Gubernur Jambi Zumi Zola mengung-kapkan, permukiman kumuh di Kota Jambi yang sangat miskin sarana dan prasarana sanitasi mencapai 73 hekta-re (ha). “Permukiman kumuh warga di Kota Jambi sangat miskin sarana air bersih, MCK, kebersihan, jalan lingkungan, lampu penerang-an dan ruang terbuka hijau. Kemiskinan sanitasi di per-mukiman kumuh tersebut

selama ini kurang mendapat penanganan karena keterba-tasan anggaran,” katanya.

Zumi mengungkapkan, pembangunan sanitasi di kawasan permukiman kumuh di Kota Jambi akan dilanjut-kan tahun ini. Dana yang dianggarkan Pemprov Jambi untuk perbaikan sanitasi di kawasan permukiman kumuh Kota Jambi sekitar Rp 30 miliar.

Sementara itu, di wilayah Jawa Barat, belum semua sanitasi dalam kondisi mema-dai. Sebagai contoh, sanitasi di sekolah-sekolah masih di bawah standar nasional. Rasio penggunaan toilet mencapai 1:150, artinya satu toilet digunakan 150 siswa. Idealnya, rasionya 1:60 untuk siswa laki-laki, dan 1:50 untuk wanita.

Water, Sanitation and Hygiene (WASH) Specialist, UNICEF, Reza Hendrawan menuturkan, secara nasional belum ada satu provinsi pun yang bisa mencapai rasio ideal. Kondisi ini memperlihatkan kurangnya perhatian peme-rintah terhadap kualitas sanitasi di sekolah. Hambatan dalam pengadaan toilet ini dipengaruhi luas lahan di sekolah yang terbatas, sehing-ga tidak bisa ditambah jumlah toiletnya.

Pemerintah sudah meng-atur rasio ideal itu dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTS dan SMA/MA.

Berdasarkan data fasilitas sanitasi sekolah melalui Data Pokok Pendidikan Tahun 2014, hanya 65% sekolah di Indonesia yang memiliki jamban terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan. Selain itu total fasilitas sanitasi di sekolah yang ada hanya 22% dilaporkan berada dalam kondisi baik, atau hanya satu dari empat sekolah yang memiliki sanitasi sekolah yang layak. [D-14/143/152/153/141]

Utama2 Sua ra Pem ba ru an Sabtu-Minggu, 25-26 Maret 2017

Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur bakal digelar tahun

depan. Meski masih cukup lama, tensi politik di internal atau antar-partai politik (par-pol) di daerah itu mulai memanas. Parpol mulai meli-rik tokoh-tokoh potensial yang bakal diusung nanti.

Lazimnya, parpol mengu-sung kader internal. Tetapi, untuk Pilgub Jatim, partai Golkar dikabarkan malah melirik tokoh eksternal. Rupanya, partai yang kini dipimpin Setya Novanto itu

tengah membidik Khofifah Indar Parawansa.

Popularitas Menteri Sosial itu membetot perhatian Partai Golkar. Partai berlambang pohon beringin itu pun sedang menimbang-nim-bang nama Khofifah untuk diu-sung pada Pilgub Jawa Timur tahun depan.

Sumber SP dari internal Partai Golkar mengatakan, partainya sejak lama mengin-car Khofifah. “Golkar dari awal memang telah mewaca-

nakan itu (mendukung Khofifah, Red),” katanya kepada SP di Jakarta, Jumat (24/3) malam.

Sumber itu menjelaskan, par-tainya sudah bebe-rapa kali menjalin komunikasi

dengan Khofifah. Golkar mengharapkan salah satu tokoh perempuan Nahdlatul Ulama (NU) itu mau meneri-ma pinangan mereka untuk maju di Pilgub Jatim. “Kita sudah melakukan komunikasi dengan Khofifah, tetapi tentu

nanti ada mekanisme. Ada proses yang harus dijalani,” katanya.

Khofifah sudah dua kali bertarung pada Pilgub Jatim, yakni pada 2008 dan 2013. Sumber SP menambahkan, Golkar juga telah melakukan analisiss untuk mendapatkan sentimen opinion leader and tone atas setiap pemberitaan media massa terkait sosok Khofifah. “Dari sini, kami mampu memperoleh hasil analisis atas trend issue dan ketokohannya di Jawa Timur,” kata sumber itu. [W-12]

Sanitasi di Daerah Masih Buruk

Pilgub Jatim, Golkar Pilih Khofifah?

Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Akses terhadap Sanitasi Layak (2014-2015)

Jumlah Desa/Kelurahan yang Melaksanakan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 2011-2015