sanding kata

15
1 Topik : Pengintegrasian Teknologi Informasi dalam Kelas Google: Korpus Raksasa Sanding Kata dalam Pemelajaran dan Pengajaran BIPA KONFERENSI INTERNASIONAL PENGAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING Google: Korpus Raksasa Sanding Kata dalam Pemelajaran dan Pengajaran BIPA 1 1 Makalah ini disajikan pada konferensi internasional pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing (KIPBIPA) VII, 29—31 Juli 2010.

Upload: dito-c-argiatama

Post on 04-Jul-2015

1.015 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sanding Kata

1

Topik : Pengintegrasian Teknologi Informasi dalam Kelas

Google: Korpus Raksasa Sanding Kata dalam

Pemelajaran dan Pengajaran BIPA

KONFERENSI INTERNASIONAL PENGAJARAN

BAHASA INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING

Google: Korpus Raksasa Sanding Kata dalam Pemelajaran dan Pengajaran BIPA1

1 Makalah ini disajikan pada konferensi internasional pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing (KIPBIPA) VII, 29—31 Juli 2010.

Page 2: Sanding Kata

2

Abstrak

Harapan utama pemelajar BIPA adalah memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia sama atau mirip dengan penutur asli bahasa Indonesia. Salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki pemelajar BIPA adalah kemampuan menyandingkan kata. Namun, kemampuan menyandingkan kata dengan tepat merupakan masalah tersendiri bagi umumnya pemelajar bahasa asing atau bahkan sering memusingkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemelajar bahasa asing membuat banyak kesalahan dalam sanding kata. Salah satu penyebabnya adalah pemelajar cenderung menerjemahkan secara harfiah sanding kata bahasa ibunya. Misalnya, pemelajar BIPA menulis ‘Saya suka minum kopi keras’, ‘air berlari kencang’, ‘kami mandi di dalam pantai yang bersih’ merupakan kesalahan sanding kata yang memerlukan penanganan serius pemelajaran bahasa asing. Makalah ini bertujuan menyediakan bukti bahwa mesin pencari Google mampu memfasilitasi pemelajar BIPA mengatasi kesulitan sanding kata dalam bahasa Indonesia dan menemukan sanding kata yang tepat dalam hitungan sepersekian detik. Sajian ini juga menunjukkan cara praktis mengakses, memilih, dan/atau menghasilkan sanding kata yang tepat dari sejumlah calon sanding kata potensial dalam bahasa Indonesia. Mesin pencari Google merupakan korpus raksasa; ia bagaikan ladang yang tak bertepi yang siap menyuguhkan solusi alternatif atas permasalahan sanding kata yang sering memusingkan para pemelajar BIPA. Dengan demikian, Google merupakan salah satu sumber daya alternatif yang dapat digunakan para pemelajar BIPA untuk mengatasi masalah sanding kata bahasa Indonesia dan untuk mengembangkan kemampuan menggunakan sanding kata yang tepat.

Kata kunci: Google, BIPA, sanding kata

PENDAHULUAN

Kemampuan menyandingkan kata dalam berbahasa, baik secara lisan maupun secara

tertulis merupakan kemampuan yang sangat diperlukan untuk menghasilkan tuturan atau

tulisan yang baik dan wajar. Tuturan atau tulisan yang wajar adalah tuturan atau tulisan yang

mengandung sanding kata yang menurut penutur asli bahasa yang bersangkutan wajar atau

lazim. Namun, umumnya pemelajar bahasa asing sering mengalami kesulitan untuk

memprediksi apakah sanding kata yang dihasilkannya memenuhi syarat kewajaran atau tidak

(Wang dan Good, 2007). Barfield dan Gyllstad (2010:1) mengemukakan, “for everyone

learning or teaching a second language, collocation is undoubtedly one of the most

fascinating (and at time frustrating) challenges that they face”. Misalnya, bila seorang

pemelajar hendak menulis sebuah uraian mengenai kebudayaan Indonesia, ia sudah siap

dengan sejumlah kata yang berkaitan erat dengan kebudayaan Indonesia, tetapi ketika ia

hendak menuangkan idenya, ia mungkin akan terhambat dengan sanding kata yang tepat,

Page 3: Sanding Kata

3

yaitu bagaimana pemelajar menyandingkan kata yang terdengar lazim di telinga penutur asli

bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan karena kekurangmampuannya memprediksi apakah

sanding kata yang akan dihasilkannya berterima atau tidak; lazim atau tidak. Misalnya,

apakah pemelajar akan mengatakan: ’uang pelayanan’ atau ’uang jasa’; ’kopi pahit’ atau

’kopi hitam’; ’berenang di laut’ atau ’berenang di dalam laut’; ’melamar gadis’ atau

’melamar kepada gadis’; ’meluangkan waktu’ atau ’memberikan waktu’; ‘saya hanya mau

minum air bening’ atau ‘saya hanya mau minum air putih’, dsb.

Kesulitan memilih sanding kata yang tepat, baik sanding kata leksikal maupun

sanding kata gramatikal dialami pemelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Hal ini

mungkin disebabkan karena pemelajar BIPA cenderung menerjemahkan bahasa ibunya

secara harfiah ke dalam bahasa Indonesia (Said, 2010). Misalnya,

Tabel 1: Kesalahan sanding kata pemelajar BIPA.

uang + pelayanan Anak-anak minta uang pelayanan.

air + berlari Air berlari kencang.

berbaris + membeli Di warung orang tidak berbaris membeli makanan.

kata toraja + datang Kata ’toraja’ datang dari bahasa Bugis, ”to riaja” yang mana artinya orang atas.

kuburan + orang lama Kami melihat kuburan orang lama …

di dalam + pantai Kami mandi di dalam pantai yang bersih.

di dalam + gunung Kuburan di dalam gunung

berlari + kepada pasir putih Anak-anak berlari kepada pasir putih di tepi pantai.

KONSEP SANDING KATA

Pentingnya sanding kata dalam pemelajaran bahasa asing pertama kali menjadi

perhatian Palmer pada tahun 1933. Nation (2008:317) mengutip pernyataan Palmer, “Each

[collocation] … must or should be learnt, or is best or most conveniently learnt as an

integral whole or independent entity, rather than by the process of piecing together their

component parts”. Belakangan para pendidik bahasa memomulerkan konsep ini dan

mengaplikasikannya ke dalam pemelajaran bahasa dan penerjemahan. Misalnya, kata ‘lahap’

Page 4: Sanding Kata

4

dapat bersanding kata dengan ‘makan’ dalam ‘makannya lahap’, tetapi tidak dapat bersanding

kata dengan ‘belajar’ dalam ‘belajarnya lahap’.

Definisi sanding kata dijelaskan oleh Baker (1992) sebagai kecenderungan sejumlah kata

untuk bergabung secara teratur dalam suatu bahasa. Shei dan Pain (2000) menegaskannya

sebagai sekelompok kata yang sering muncul bersama. Dalam dua kamus berikut, sanding

kata dijelaskan sebagai ”the way words combine in a language to produce a natural-sounding

speech and writing” (Oxford Collocation Dictionary, 2002:vii), ”the way in which some

words are often used together; a habitual combination of words which sounds natural”

(Longman Dictionary of English Language and Culture, 1998:247). Dari empat definisi

tersebut, sanding kata dapat dianalogikan sebagai ’perkawanan’ atau ’persahabatan.’ Ada

orang tertentu sering tampil bersama, ada yang jarang tampil bersama, dan ada yang sama

sekali tidak pernah tampil bersama. Misalnya, kata ’melambaikan’ sering muncul bersama

dengan kata ’tangan’ dalam kalimat ’Ia melambaikan tangan tanda perpisahan’, sedangkan

kata ’menangkap’ sama sekali tidak pernah tampil bersama dengan kata ’bis’ dalam ’Orang

di Jakarta sering menangkap bis di tengah jalan.’ Tingkat keakraban kata untuk bersanding

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Tingkat keakraban sanding kata dengan kata inti ’cita-cita’

No Sanding kata Hasil Google

1 mencapai cita-cita 563,000

2 memperoleh cita-cita 443,000

3 meraih cita-cita 388,000

4 menggapai cita-cita 306,000

5 mewujudkan cita-cita 298,000

6 merengkuh cita-cita 3,120

7 mendapat cita-cita 1,010

8 menjangkau cita-cita 867

9 merenggut cita-cita 150

10 memetik cita-cita 75

11 meraup cita-cita 3

Tabel 2 menunjukkan bahwa kata ’cita-cita’ memiliki peluang untuk bersanding

dengan 11 kata kerja yang memiliki makna yang mirip, yaitu: meraih, menggapai,

Page 5: Sanding Kata

5

memperoleh, mencapai, mewujudkan, mendapat, mengambil, merengkuh, merenggut,

menjangkau, meraup, memetik, tetapi tingkat keakrabannya berbeda-beda. Sanding kata

’mencapai cita-cita’, ’memperoleh cita-cita’, ’meraih cita-cita’, ’menggapai cita-cita’, dan

’mewujudkan cita-cita’ jauh lebih sering digunakan dibandingkan dengan sanding kata

’merengkuh cita-cita’, ’mendapat cita-cita’, ’menjangkau cita-cita’, ’merenggut cita-cita’,

’memetik cita-cita’, dan ’meraup cita-cita’. Sanding kata nomor 1 s.d. 5 lebih sering

digunakan oleh penutur bahasa Indonesia. Sanding kata 6 s.d. 11 jarang digunakan.

Sanding kata berbeda dengan kata majemuk dan idiom. Kata majemuk adalah gabungan

dua kata atau lebih yang memiliki struktur tetap; tidak dapat disisipi kata lain atau gabungan

dua atau lebih kata yang berfungsi sebagai satu kata (Richards, et al 1987). Misalnya, ‘sarung

tangan’, ‘lalu lintas’, ‘meja makan’ adalah kata majemuk karena strukturnya tetap, tidak

dapat diubah-ubah letaknya. Idiom adalah ungkapan yang kalau diterjemahkan secara harfiah

tidak masuk akal atau ungkapan yang maknanya tidak dapat ditelusuri melalui kata per kata

(Richards, et al 1987). Gabungan kata itu membentuk makna baru. Misalnya, idiom ‘cari

muka’ dalam ‘Mereka senang mencari muka kepada atasan’. Idiom ‘cari muka’ tidak bisa

dipahami melalui kata ‘cari’ dan kata ‘muka’, tetapi harus dipahami sebagai satu kesatuan.

Sebaliknya, sanding kata adalah kemunculan dua kata atau lebih yang digunakan secara

teratur (Sinclair, 1991), maknanya dapat ditelusuri melalui kata per kata, tetapi tidak

membentuk kata baru. Misalnya, gabungan kata ‘mendidik anak’ dapat dipahami maknanya

melalui kata ‘mendidik’ dan kata ‘anak’. Dengan demikian, sanding kata adalah

kecenderungan sejumlah kata atau sekelompok kata muncul secara bersama-sama untuk

menghasilkan bicara dan/atau tulisan yang terdengar lazim dan berterima dalam suatu bahasa.

Benson, Benson, dan Ilson (1997) mengategorikan sanding kata ke dalam dua kategori,

yaitu sanding kata gramatikal dan sanding kata leksikal. Sanding kata gramatikal ialah

gabungan kata yang terdiri atas kata dominan (nomina, adjektiva, verba) dan kata depan,

misalnya ‘bersama dengan’, ‘bergantung pada’, ‘berasal dari’, dan sanding kata leksikal ialah

gabungan kata yang terdiri atas nomina, verba, adjektiva, dan adverba, misalnya ‘menarik

kesimpulan’, ‘matahari bersinar terang’, ‘menyadari kesalahan’, ‘mengepel lantai’,

‘pemberantasan korpusi’, ‘negara terkorup [di dunia]’, ‘penampilan bagus’, ‘pemimpin

culas’, ‘merampok uang negara’, dsb.

Arti sanding kata diperoleh dari kata-kata itu secara individual, tetapi kalau salah satu

kata diganti dengan kata yang mirip, kemungkinan sanding kata itu menjadi tidak wajar dan

Page 6: Sanding Kata

6

tidak berterima. Misalnya, bila pada sanding kata ’meluangkan waktu’, kata ’waktu’

digantingkan dengan ’masa’—yang bersinonim dengannya, sehingga menjadi ’meluangkan

masa’, maka sanding kata ’meluangkan masa’ tidak lazim dalam bahasa Indonesia.

Setiap bahasa mempunyai keteraturan sanding katanya masing-masing. Misalnya, dalam

bahasa Indonesia kata ’mati’ dapat bersanding dengan lampu menjadi ’lampu mati’. Kata

’mati’ bersinonim dengan kata ’meninggal dunia’, ’mangkat’, ’berpulang ke rahmatullah’,

tetapi sinonim kata ’mati’: ’meninggal dunia’, ’mangkat’, ’berpulang ke rahmatulah’,

’gugur’, ’wafat’, tidak lazim bergabung dengan kata ’lampu’. Dalam bahasa Indonesia, tidak

lazim dikatakan ’lampu meninggal dunia’, ’lampu mangkat’, ’lampu berpulang ke

rahmatulah’, ’lampu wafat’, ’lampu gugur’. Dalam bahasa Inggris, kata ’conclusion’

bergabung dengan kata ’draw’ dalam ’to draw a conclusion’, tetapi jika bergabung dengan

kata ’take’ dalam ’to take a conclusion’, sanding kata itu akan terdengar asing dalam bahasa

Inggris.

Jangkauan sanding kata suatu kata ditentukan oleh banyaknya arti yang dimilikinya.

Semakin umum arti suatu kata semakin luas jangkauan sanding katanya (Larson, 1984;

Baker, 1992). Dalam Bahasa Indonesia, ada kata ’mengepel’ dan ’membersihkan’. Kata

’membersihkan’ lebih umum artinya daripada ’mengepel’. Kata ’mengepel’ lebih sedikit

kemungkinannya untuk bersanding kata dengan banyak kata. Misalnya, kata ’mengepel’

dapat bersanding kata dengan ’lantai’ dalam ’mengepel lantai’, tetapi kata ’membersihkan’

dapat bersanding dengan banyak kata. Misalnya, ia dapat bersanding dengan ’lantai’,

’pakaian’, ’meja’, ’jalan’, dll. Jangkauan sanding kata bersifat dinamis. Setiap waktu dapat

bertambah dengan sanding kata baru maupun sanding kata yang unik. Semuanya bergantung

pada kreativitas pengguna bahasa.

Mesin Pencari Google sebagai Sumber Korpus Sanding Kata

Masalah sanding kata dalam bahasa Indonesia yang dihadapi pemelajar BIPA dapat

diselesaikan dengan memanfaatkan mesin pencari Google. Dengan kekuatan mesinnya yang

begitu besar dan korpus yang dapat disiapkannya begitu banyak (Shei, 2008), mesin pencari

Google dapat menawarkan solusi atas permasalahan sanding kata yang dihadapi pemelajar

BIPA. Pada bagian berikut ini, akan dikemukakan cara memanfaatkan mesin pencari Google

untuk mengatasi masalah sanding kata.

Page 7: Sanding Kata

7

Memastikan sanding kata yang tepat melalui Google

Kadang-kadang pemelajar BIPA menghadapi situasi dimana ia harus memastikan atau

menentukan sanding kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Kondisi itu meliputi:

a. Pemelajar, khususnya pemelajar tingkat lanjut, biasanya telah memiliki modal kosa

kata yang lumayan banyak, tetapi ia hendak menyandingkan kata yang belum pernah

ia dengar sebelumnya. Ia ragu-ragu apakah sanding kata tersebut berterima atau tidak

bagi penutur asli bahasa Indonesia. Dalam keadaan yang demikian, ia tidak perlu

ragu. Pemelajar cukup masuk ke Google dan berusaha menelusuri sanding kata yang

diragukan tersebut. Misalnya, bila pemelajar hendak mengecek apakah “memberantas

korupsi hingga selesai” digunakan oleh penutur asli bahasa Indonesia atau tidak, ia

cukup masuk ke Google dan mengetik sanding kata tersebut dengan tanda petik

sebelum dan sesudah sanding kata yang dimaksud: “memberantas korupsi hingga

selesai”.

(Ditelusuri pada tanggal 14 Juni 2010)

Hasilnya adalah:

1) Sanding kata: “memberantas korupsi hingga selesai” tidak ditemukan.

Page 8: Sanding Kata

8

2) Google menyarankan agar menghilangkan tanda petik. Artinya, sanding kata

tersebut tidak ditemukan dalam korpus Google dan disarankan agar

menggantikannya dengan sanding kata yang lain.

3) Ini berarti bahwa sanding kata “memberantas korupsi hingga selesai” tidak

digunakan secara teratur oleh penutur bahasa Indonesia.

Dengan hasil tersebut, pemelajar hendaknya mengganti sanding kata tersebut dengan sanding

kata yang lain. Misalnya, ‘memberantas korupsi hingga tuntas’ pemelajar hendaknya masuk

ke Google dan mengetik “memberantas korupsi hingga tuntas” (diketik dengan tanda petik

sebelum dan sesudah sanding kata). Hasilnya adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Tingkat kearaban sanding kata ‘memberantas korupsi hingga tuntas.’

Jumlah Kata

Sanding kata Hasil

4 “memberantas korupsi hingga tuntas”

Sekitar 24,300 hasil (0.28 detik)

(ditelusuri pada tanggal 14 Juni 2010)

Hasil di atas menunjukkan bahwa sanding kata ‘memberantas korupsi hingga tuntas’

digunakan secara teratur oleh penutur bahasa Indoensia, sedangkan sanding kata

Page 9: Sanding Kata

9

‘memberantas korupsi hingga selesai’ tidak digunakan dan tidak berterima. Artinya, sanding

kata ‘memberantas korupsi hingga tuntas’ lazim digunakan oleh penutur Indonesia,

sedangkan sanding kata ‘memberantas korupsi hingga selesai’ tidak lazim atau bahkan tidak

digunakan oleh penutur bahasa Indonesia sama sekali.

Bila sanding kata tersebut diperkecil menjadi: ‘memberantas korupsi’ maka hasilnya

adalah:

Tabel 4. Tingkat keakraban sanding kata ‘memberantas korupsi.’

(Ditelusuri pada tanggal 14 Juni, 2010)

b. Pemelajar sering menemukan sanding kata yang membingungkan. Misalnya, apakah

sanding kata yang tepat adalah ‘menghapus kemiskinan’, ‘memberantas kemiskinan’,

atau ‘mengentaskan kemiskinan’, pemelajar dapat menggunakan teknik yang sama,

yaitu mengetik sanding kata “menghapus kemiskinan”, “memberantas kemiskinan”

dan “mengentaskan kemiskinan” satu persatu. Setelah ditelusuri dengan teknik

tersebut, hasilnya adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Tingkat keakraban sanding kata dengan kata inti ‘kemiskinan.’

Sanding kata Hasil

mengentaskan kemiskinan 55,000

memberantas kemiskinan 52,000

Jumlah kata Sanding kata Temuan

2 memberantas korupsi 105,000

Page 10: Sanding Kata

10

menghapus kemiskinan 17,400

Tabel di atas menunjukkan bahwa sanding kata ‘mengentaskan kemiskinan’ menempati

urutan pertama dengan hasil 55,000, disusul dengan sanding kata ‘memberantas kemiskinan’

dengan 52,000 hasil dan ‘menghapus kemiskinan’ dengan 17,400 hasil. Ini berarti bahwa:

a. Korpus menyediakan lebih banyak sanding kata ‘mengentaskan kemiskinan’ daripada

‘memberantas kemiskinan’ dan ‘menghapus kemiskinan.’

b. Penutur asli Indonesia lebih cenderung menggunakan sanding kata ‘mengentaskan

kemiskinan daripada sanding kata lainnya.’

c. Hasil angka yang cukup signifikan itu menunjukkan bahwa tiga sanding kata untuk

‘kemiskinan’ digunakan oleh penutur bahasa Indonesia secara teratur.

Mencari sanding kata

Bila pemelajar BIPA hendak mengetahui kata apa saja dapat bersading dengan kata apa

saja, pemelajar BIPA bisa langsung masuk ke Google dan mengetik kata tersebut dan

menambahkan tanda asterik (*) sebelum dan/atau sesudah kata yang bersangkutan.

Misalnya, kata ‘kemiskinan’ dapat bersanding kata apa saja, pemelajar dapat masuk ke

Google dan mengetik kata ‘kemiskinan’ dengan tiga cara:

a. Cara Pertama. Jika pemelajar hendak mengetahui kata apa saja dapat jatuh sebelum

kata ‘kemiskinan’, pemelajar dapat mengetik seperti ini: ‘*kemiskinan’ dan dalam

waktu 0,18 detik hasil yang ditemukan berkisar 12.700.000. Kemungkinan sanding

kata dan kata utamanya terlihat berhuruf tebal. Bila hasilnya diselusuri pada halaman

pertama, dapat dicatat bahwa kata yang dapat jatuh sebelum kata ‘kemiskinan’ adalah:

tingkat, mengurangi, mengurus, lawan, data, menanggulangi, penanggulangan, garis, angka, akibat, pengurangan

Page 11: Sanding Kata

11

(Diakses pada tanggal 13 Juni 2010)

b. Cara Kedua. Jika pemelajar hendak mengetahui kata apa saja dapat jatuh sesudah

kata ‘kemiskinan’, pemelajar dapat mengetik seperti ini: ‘kemiskinan*’ dan dalam

waktu 0,22 detik hasil yang ditemukan berkisar 12,300,000. Bila hasilnya diselusuri

pada halaman pertama, dapat dicatat bahwa kata yang dapat jatuh sesudah kata

‘kemiskinan’ adalah:

(Ditelusuri pada tanggal 13 Juni 2010)

kemiskinan adalah, kemiskinan sejak, kemiskinan terus menjadi masalah

fenomenal, kemiskinan di, kemiskinan dapat diukur, kemiskinan nasional

Page 12: Sanding Kata

12

c. Cara Ketiga. Jika pemelajar hendak mengetahui kata apa saja dapat jatuh sebelum

dan sesudah kata ‘kemiskinan’, pemelajar dapat mengetik seperti ini: ‘*kemiskinan*’

dan dalam waktu 0,20 detik hasil yang ditemukan adalah 12,200,000. Bila hasilnya

diselusuri pada halaman pertama, dapat dicatat bahwa kata yang dapat jatuh sesudah

kata ‘kemiskinan’ adalah:

(Ditelusuri pada tanggal 13 Juni 2010)

Google dan Pembelajaran Bahasa

Telah disebutkan sebelumnya bahwa salah masalah terbesar yang dihadapi pemelajar

bahasa asing adalah kemampuan menggunakan sanding kata yang tepat. Pawly (2007:25)

menegaskan ‘most adult second language learners seem to have particular difficulty with

certain kinds of formulaic language … even when they are otherwise completely fluent.’

Namun, walaupun mereka belum dapat menemukan kamus sanding kata2 yang tersedia di

pasaran, pemelajar BIPA tidak perlu berkecil hati bila mengalami permasalahan sanding kata. 2 Kamus Sanding Kata Bahasa Indonesia sedang dipersiapkan oleh Indiyah Imran, Mashadi Said, dan Ni Luh Putu Setyarini.

tingkat kemiskinan sejak, data kemiskinan DEPSOS, menanggulangi

kemiskinan di, besarnya kimiskinan dapat diukur, garis kemiskinan

disebut kemiskinan relatif, penanggulangan kemiskinan nasional.

Page 13: Sanding Kata

13

Mereka dapat memanfaatkan mesin pencari Google yang menyediakan korpus yang cukup

untuk mengatasi masalah sanding kata dalam berbagai tema.

Pada pembahasan sebelumnya, kita telah melihat bagaimana mesin pencari Google

dapat menunjukkan tingkat kewajaran sanding kata melalui frekuensi seringnya kata tertentu

bersanding dengan kata yang lain. Demikian pula, Google dapat menunjukkan perbedaan

antara pemelajar BIPA dengan penutur asli bahasa Indonesia. Berikut adalah perbandingan

antara tingkat kewajaran sanding kata pemelajar BIPA dengan penutur asli bahasa Indonesia.

Pemelajar BIPA : “korupsi diberantas bersama rupanya sudah budaya”

Penutur asli BInd : “pemberantasan korupsi merupakan tanggung jawab bersama.”

Tabel 6. Tingkat kewajaran sanding kata pemelajar BIPA menurut Google.

Jumlah kata Sanding kata Hasil

Google

1 korupsi 4,130,000

2 korupsi diberantas 6,530

3 korupsi diberantas rupanya 0

4 korupsi diberantas rupanya sudah 0

5 korupsi diberantas bersama rupanya sudah 0

6 korupsi diberantas bersama rupanya sudah budaya 0

Tabel 6. Tingkat kewajaran sanding kata penutur asli menurut Google.

Jumlah kata Sanding kata Hasil Google

1 pemberantasan 5,030,000

2 pemberantasan korupsi 1,030,000

3 pemberantasan korupsi merupakan 240,000

4 pemberantasan korupsi merupakan tanggung jawab 1,480

5 pemberantasan korupsi merupakan tanggung jawab bersama

1,480

Page 14: Sanding Kata

14

SIMPULAN DAN SARAN

Salah satu masalah terbesar yang dihadapi pemelajar BIPA adalah kemampuan

menggunakan sanding kata bahasa Indonesia dengan tepat. Hal ini disebabkan karena sanding

kata bahasa ibu pemelajar tidak bisa diterjemahkan secara harfiah ke bahasa Indonesia.

Misalnya, bila pemelajar bahasa Inggris hendak menerjemahkan secara harfiah sanding kata

‘catch the bus’ atau ‘take an exam’, maka hasilnya akan sangat lucu dalam bahasa Indonesia:

‘menangkap taksi’ dan ‘mengambil ujian’.

Untuk mengatasi masalah sanding kata yang dihadapi pemelajar BIPA, mesin pencari

Google, sebagai penyedia korpus sanding kata bahasa Indonesia, dapat dimanfaatkan dengan

sangat mudah. Mesin pencari Google dapat dimanfaatkan kapan saja dan di mana saja,

selama ada hubungan internet. Pemelajar dan guru bahasa Indonesia untuk pemelajar asing

dapat menggunakan korpus dalam Google guna mengatasi masalah sanding kata apa saja

dalam bahasa Indonesia.

Hasil pencarian dengan hasil angka terbanyak menyarankan bahwa sanding kata

tersebut kemungkinan besar dapat bersanding secara wajar. Namun, hasil itu hanya

menyarankan kecenderungan, bukan hasil absolut. Penggunaan mesin pencari Google dapat

menyiapkan pemelajar BIPA dengan informasi mengenai calon sanding kata yang dapat

dipilih. Pemelajar dapat menerka calon sanding kata yang mungkin berlaku jika pemelajar

sudah terlebih dahulu mengetahui kata yang kemungkinan besar dapat menggantikan sanding

kata yang bersinonim antara bahasa Indonesia dengan bahasa ibu pemelajar atau berdasarkan

kamus. Dengan mengetik kata tertentu dan kemungkinan sanding katanya dengan tanda petik

(“…”), pemelajar dapat melihat jumlah hasil sanding kata yang bersangkutan. Google dapat

membantu secara maksimal kecenderungan dengan pengulangan pajanan dalam berbagai

konteks. Namun, penting dicatat bahwa semakin baik pengetahuan awal bahasa Indonesia

pemelajar BIPA, semakin banyak manfaat yang dapat diambil dari mesin pencari Google.

Dengan demikian, Google dapat dikatakan sebagai penyedia korpus raksasa sanding kata

bahasa Indonesia. Google dapat memungkinkan pemelajar mengakses korpus sanding kata

secara memadai yang memungkinkannya menemukan kecenderungan sanding kata (Zengin,

2009).

Page 15: Sanding Kata

15

DAFTAR PUSTAKA

American heritage dictionary of the English language (2004). Boston, MA: Houghton Mifflin Company.

Baker, M. (1992). In other words: a course book on translation. London: Routledge. Barfield, A., & Gyllstad, H. (Ed.). (2010). Researching collocations in another language.

Houndmills, Basingstoke, Hampshire: Macmillan Publishers Limited. Benson, M., Benson, E., & Ilson, R. (1997). The BBI dictionary of English word

combinations. Philadelphia: John Benjamins. Larson, L. M. (1998). Meaning-based translation: a guide to cross language equivalence (2nd

Ed.) . Lanham: University Press of America. Longman dictionary of English language and culture. (1998). England: Addison Wesley

Longman Limited. Nation, I.S.P. (2008). Learning vocabulary in another language. Cambridge: Cambridge

University Press. Oxford Collocation Dictionary for Students of English. (2002). New York: Oxford University

Press. Pawly, A. (2007). Developments in the study of formulaic language since 1970: A personal

view. In P. Skandera (Ed.), Phraseology and culture in English (hal. 3-45). Berlin: Mouton de Gruyter.

Richards, J, Platt, J. dan Weber, H. (1987). Longman dictionary of applied linguistics.

England: Longman Group Limited. Said, M. (2010). Ketidaklaziman kolokasi pemelajar BIPA dan implikasinya terhadap

pengajaran bahasa, Jurnal Cakrawala Pendidikan. 29(2), 204-213. Shei, C.C. (2008). Discovering the hidden treasure on the Internet: using Google to uncover

the veil of phraseology. Computer Assisted Language Learning, 21(1), 67–85. Shei, C. C. & Pain, H. (2000). An ELS writer’s collocational aid. Computer assisted

language learning, 13(2), 167-182. Sinclair, J. (1991). Corpus, Concordance, Collocation. Oxford: Oxford University Press.

Zengin, B. (2009). Benefit of Google search engine in learning and teaching collocation, Eurasian Journal of Educational Research, 34, 151-166.