sampul pascasarjana
TRANSCRIPT
7/24/2019 Sampul Pascasarjana
http://slidepdf.com/reader/full/sampul-pascasarjana 1/5
TUGAS
MATA KULIAH FILSAFAT ILMU DAN FILSAFAT
ISLAM
Dosen Pembimbing
DR. ANDI ALADIN , MT.
disusun oleh :
Andi Ridha Wah!da
""#$."%.#&.$"#'
PAS(ASAR)ANA
UNI*+RSITAS MUSLIM INDN+SIA
MAKASSAR
$"#%
7/24/2019 Sampul Pascasarjana
http://slidepdf.com/reader/full/sampul-pascasarjana 2/5
Ada orang yang berkata, bahwa orang harus berfilsafat, untuk mengetahui apa
yang disebut filsafat itu. Mungkin ini benar, hanya kesulitannya ialah: bagaimana ia
tahu, bahwa ia berfilsafat? Mungkin ia mengira sudah berfilsafat dan mengira tahu
pula apa filsafat itu, akan tetapi sebenarnya tidak berfilsafat, jadi kelirulah ia dan
dengan sendirinya salah pula sangkanya tentang filsafat itu.
Tak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai, dalam era filsafat
modern, dan kemudian dilanjutkan dengan filsafat abab ke- !, mun"ulnya berbagai
aliran pemikiran, yaitu: #asionalisme, $mperisme, %ritisisme, &dealisme, 'ositi(isme,
$(olusionisme, Materalisme, )eo-%antianisme, 'ragmatisme, *ilsafat hidup,
*enomenologi, $ksistensialisme, dan )eo-Thomisme. )amun didalam pembahasan
kali ini yang akan dibahas aliran $mpirisme +*ran"ius a"on, Thomas obbes. ohn
le"ke /a(id ume0.
*ilsafat pada zaman modern lahir karena adanya upaya keluar dari kekangan
pemikiran kaum agamawan di zaman skolastik. 1alah satu orang yang berjasa dalam
membangun landasan pemikiran baru di dunia barat adalah #ene /es"artes. /es"artes
menawarkan sebuah prosedur yang disebut keraguan metodis uni(ersal dimana
keraguan ini bukan menunjuk kepada kebingungan yang berkepanjangan, tetapi akan
berakhir ketika lahir kesadaran akan eksisitensi diri yang dia katakan dengan "ogito
ergo sum +saya berpikir, maka saya ada0. Teori pengetahuan yang dikembangkan #ene
/es"artes ini dikenal dengan nama rasionalosme karena alur pikir yang dikemukakan
#ene /es"artes bermuara kepada kekuatan rasio +akal0 manusia. 1ebagai reaksi dari pemikiran rasionalisme /es"artes inilah mun"ul para filosof yang berkembang
kemudian yang bertolak belakang dengan /es"artes yang menganggap bahwa
pengetahuan itu bersumber pada pengalaman. Mereka inilah yang disebut sebagai
kaum empirisme, di antaranya yaitu ohn 2o"ke, Thomas obbes, 3eorge arkeley,
dan /a(id ume. /alam makalah ini tidak akan membahas semua tokoh empirisme,
akan tetapi akan dibahas empirisme /a(id ume yang dianggap sebagai pun"ak
empirisme
7/24/2019 Sampul Pascasarjana
http://slidepdf.com/reader/full/sampul-pascasarjana 3/5
A. 'engertian $mpirisme
eberapa pemahaman tentang pengertian empirisme "ukup beragam, namun
intinya adalah pengalaman.
/i antara pemahaman tersebut antara lain:
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua
pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. $mpirisme menolak anggapan
bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika
dilahirkan. $mpirisme lahir di &nggris dengan tiga eksponennya adalah /a(id
ume, 3eorge erkeley dan ohn 2o"ke.
$mpirisme se"ara etimologis berasal dari kata bahasa &nggris empiricism dan
experience. %ata-kata ini berakar dari kata bahasa 4unani έμπειρία +empeiria0 yang
berarti pengalaman 1ementara menurut A.#. 2a"eyberdasarkan akar katanya
$mpirisme adalah aliran dalam filsafat yangberpandangan bahwa pengetahuan
se"ara keseluruhan atau parsial didasarkankepada pengalaman yang menggunakan
indera.
'ara penganut aliran empiris dalam berfilsafat bertolak belakang dengan para
penganut aliran rasionalisme. Mereka menentang pendapat-pendapat para penganut
rasionalisme yang didasarkan atas kepastian-kepastian yang bersifat apriori.
Menurut pendapat penganut empirisme, metode ilmu pengetahuan itu bukanlah
bersifat a priori tetapi posteriori, yaitu metode yang berdasarkan atas hal-hal yang
datang, terjadinya atau adanya kemudian.
agi penganut empirisme sumber pengetahuan yang memadai itu adalah
pengalaman. 4ang dimaksud dengan pengalaman disini adalah pengalaman lahir yang menyangkut dunia dan pengalaman bathin yang menyangkut pribadi
manusia. 1edangkan akal manusia hanya berfungsi dan bertugas untuk mengatur
dan mengolah bahan-bahan atau data yang diperoleh melalui pengalaman.
(on-oh Kas!s +mi/isme :
Seo/ang e-ani mengg!na0an enga1amanna mengama-i
-anda -anda a1am da1am menen-!0an m!sim -anam ang bai0 aga/
7/24/2019 Sampul Pascasarjana
http://slidepdf.com/reader/full/sampul-pascasarjana 4/5
hama dan h!2an a-a! ai/ men2adi 3!0! dan mam! di0enda1i0an!n-!0 0ebe/hasi1an anen.
Sejarah panjang nan pelik jika kita coba mengulas rasionalisme. Apalagi diberikan embel-embel atau
judul-judulan ‘potret utuh rasionalime’. Maraknya pandangan kaum intelektual mempersepsi
rasionalisme, membuktikan paradigma ini masih seksi untuk didiskusikan atau dibedah menjadi
beberapa tulisan kecil. Ada yang pro membela mati-matian paham ini, ada pula yang kontra mencaci
rasionalisme. Dalam bebeberapa literatur ilmiah, rasionalisme sering dipandang sebagai simbol
modernitas. Lahirnya paradigma ini menjadi anti-tesa dari bentuk dogamtis pengetahuan gereja di
Eropa abad petengahan, namun belakangan penyebutan eropa ‘abad pertengahan’ diganti oleh orang-
orang modern sebagai zaman ‘abad kegelapan’ (dark age). Dikatakan sebagai masa kegelapan karena
pengetahuan akal dikunci oleh hegemoni dan dominasi yang ditampilkan oleh gereja di masa itu.
Paradigma inipun muncul sebagai kemenangan rasio atas gereja. Maka muncullah istilah aufklarung
(pencerahan) dan reinasaince (kelahiran kembali) sebagai simbol bangkitnya manusia sebagai individu
(rasional) yang bebas berpengatahuan. Di sisi lain paradigma Rasionalisme dipandang sebagai sebuahgagasan yang meragukan kebenaran-kebenaran ajaran (teks) agama. Tokoh-tokoh rasionalisme, dalam
beberapa dalil pengetahuannya mencoba menyangsikan teks suci agama sebagai sebuah representasi
atas refleksi terhadap dimensi metafisika. Alhasil rasionalisme dikategorikan sebagai cara pandang
sesat dalam proses berpengetahuan. Tidak jarang seorang itelektual yang memakai paradigma
rasionalisme diklaim sebagai intelektual kafir, Bid’ah. Dari deskripsi tersebut diatas, penulis mencoba
melakukan pelacakan akar pengetahuan Rasionalisme dengan melakukan pembedahan inti gagasan
setiap tokoh yang menjadi representasi Paradigma Rasionalisme. Tentu saja penulis berangkat dari
sebuah asumsi bahwa kesadaran yang hadir
menjelma menjadi pengetahuan tentunya tidak hadir dari ruang kosong, atau tiba-tiba ada begitu saja.
Tentunya pengetahuan itu merupakan refleksi dari kondisi dan konteks dari si pemikir. Dalam posisi
inilah menjadi penting untuk mendudukan setiap jejaring pengetahuan dengan ragam kenyataan sosial
yang silang sengkarut menjamin keberlansungan perkembangan setiap peradaban. Untuk itu mari kita
beri sedikit ruang kepada tokoh-tokoh Rasionalisme untuk meparkan gagasannya. Berawal dari.
1. Rene Des Cartes
Masa sebelum Rene Des Cartes
Contoh dari Rasionalisme
Sebelum memaparkan lebih dalam pemikiran Rene Des Cartes, penting untuk menghadirkan gambaran
kondisi kehidupan sebelum dan saat Rene Des Cartes hidup. Di abad pertengahan, gereja menampilkan
wajah yang mengatur (hampir) segala-galanya, termasuk dalam hal berpengetahuan. ketika orang
mencoba menafsirkan realitas, tentunya tidak boleh jauh, apalagi bertentangan dengan tatananpengetahuan yang dibangun oleh gereja. Artinya rasio dibatasi oleh sejumlah aturan-aturan atau fatwa-
fatwa agama, yang melanggarpun tak main-main sanksinya, ada yang dibakar, digantung, atau dibuang
keluar dari kota. Satu contoh yang di ambil, saat itu gereja memproduksi pengetahuan bahwa bumi itu
dikelilingi oleh matahari, artinya bumi itu diam, dan mataharilah bergerak berputar mengelilingi bumi,
klaim ini sifatnya apriori, tak ada bantahan. Tapi ada saintis yang punya pandangan berbeda.
Copernicus setelah melakukan penelitian sains, ia menemukan fakta yang ternyata sangat bertolak
belakang dengan pandangan gereja. Ia menemukan bahwa bukan matahari yang mengelilingi bumi,
tapi bumi yang berputar sesuai porosnya mengelilingi matahari, Teori Helio Centris ini dituangkan di
bukunya berjudul “De Revolutionibus“. Temuannya ini tentunya membuat para kaum agamawan resah
dan terhina. karena dianggap melawan gereja, ia diseret ke pengadilan. Akhirnya ia pun dijatukan
sanksi berat, dibakar di depan umum karena tetap mempertahankan teorinya. Dari satu contoh diatas,
dapat memberikan gambaran bahwa pengetahuan yang coba dibangun oleh gereja, bentuknya adalahdogmatis. Segala sesuatu yang ditelurkan oleh gereja adalah mutlak dan apriori, tidak bisa dibantah lagi
dengan penjelasan apapun. Artinya rasio berada pada posisi yang ditekan oleh dogmatisme agama. Jadi
7/24/2019 Sampul Pascasarjana
http://slidepdf.com/reader/full/sampul-pascasarjana 5/5
jangan heran, selama abad pertengahan hampir tidak menemukan tokoh-tokoh saintis yang berpegaruh,
karena memang pada dasarnya tertekan oleh keabsolutan agama. Kebebasan berpengeahuan saat itu
harus dikubur sedalam-dalamnya. Sama halnya dalam beragama, gereja membuat katagorisasi-
katagorisasi dalam hal mencapai ‘Tuhan’, dimana formulasi beragama harus sesuai dengan rancangan
lembaga/institusi agama. Keluar dari ‘kategorinya’ digolongkan sebagai orang sesat atau kafir,
sedangkan yang menjalankan secara lurus dianggap orang beriman dan bertakwa. Dengan begitu,
pengetahuan yang ditampilkan lembaga/institusi agama bentuknya hitam-putih (benar-salah). Acuanalat pembedah antara ‘yang beriman’ dan ‘yang sesat’ adalah kategorisasi-kategorisasi yang dibentuk
sesuai dengan tafsiran para pemuka agama, yang sifatnya mutlak tanpa bantahan. Di masanya,
penggunaan rasio bepengetahuan dianggap kafir dan menyesatkan. Nah, lewat kategorisasi ini
pengetahuan diciptakan dalam bentuk apriori dan dogmatis. Melihat keadaan yang seperti itu, artinya
orang eropa dipaksa untuk meyakini seyakin-yakinnya tafsiran gereja. Sesama agama Kristenpun
terjadi patologi keagamaan bagi yang ’berkristen’ berbeda dengan fatwa gereja, ia juga digolongkan
sesat atau kafir.
1. Tubuh
Tubuh sebagai mesin penggerak dan penopang kesadaran.
Dualisme cartesian
Perlu dirinci dulu, tentang apa yang dikatakan dengan dualisme. Saya tidak akan mendefenisikan
secara bahasa tentang dualisme, cukup menyederhanakan lewat contoh kasus. Misalnya, ada kasus
mahasiswa Universitas Kece-Kece kedapatan mencuri sandal di mesjid. Muncul kemudian tokoh
bernama Aco berdiskusi tentang mahasiswa tadi, mengatakan “ wajar mencuri, kan dia mahasiswa
Universitas Kece-kece”. Namun dikemudian hari ia lagi-lagi melihat seorang mahasiswa sedang
mencuri sandal, nama pencuruinya Beddu mahasiswa Unhas. Aco kemudian berpendapat beda
menanggapinya, “ ia mencuri mungkin karena lagi khilaf atau lagi butuh uang” celanya. Contoh di atas,memperlihatkan dua pendapat yang berbeda menanggapai kasus pencurian sandal,
pendapat pertama = mencuri sandal karena mahasiswa Universitas Kece-Kece
pendapat kedua = mencuri sandal karena khilaf atau butuh uang
perhatikan dengan seksama kedua pernyataaan di atas, memperlihatkan dua pandangan berbeda dangan
kasus yang sama, yang membutanya berbeda, ternyata masalah latar belakang masing-masing. Inilah
yang dikatakan dualisme. Sekarang mari kita mendudukkaan mana yang dikatakan dualisme cartesian.
Dalam pemikiran Desartes mendudukkan posisi subtansi, ia kemudian membagi tiga bentuk subtansi;
rasio yang sadar (akibat), causa prima (sebab segala sebab), tubuh (penopang kesadaran). Yang jadi
perdebatan pemikir pasca Descartes, yaitu antara rasio sebagai realitas pikiranl dan tubuh sebagairealitas fisik. Realitas pikiran tersusun dari psikologi, mental, keraguan, dan lain-lain. realitasnya tidak
terbatas (lanjutnya?). Realitas fisik atau tubuh.