sampah tugas op
DESCRIPTION
sampahTRANSCRIPT
Undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK) menegaskan bahwa
tanggungjawab pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan konstruksi bukan hanya
dalam rentang waktu pelaksanaan, tetapi berlaku juga setelah serah terima akhir
pekerjaan. Pasal 25 ayat 2 UUJK menyatakan bahwa kegagalan bangunan yang
menjadi tanggung jawab penyedia jasa ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir
pekerjaan konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun. Berdasarkan berita dan
foto-foto di lokasi kejadian yang dimuat media masa, konstruksi utama bangunan
tambahan Metro Tanah Abang tersebut dibuat dari konstruksi baja. Hubungan
antara konstruksi baja bangunan tambahan dengan bangunan induk Metro Tanah
Abang kemungkinan dipakai baut sebagai konektor. Robohnya bangunan
tambahan Metro Tanah Abang dapat disebabkan karena kesalahan perencanaan
atau kesalahan dalam pelaksanaan dan pengawasan. Dalam bidang perencanaan,
kesalahan dapat terjadi karena ketidaktelitian dalam perhitungan. Misalnya
ketidaktelitian dalam penentuan asumsi beban yang bekerja pada suatu struktur
dapat menyebabkan kesalahan dalam menetapkan dimensi struktur yang bisa
berakibat fatal. Kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan dapat disebabkan oleh
pelaksana (kontraktor) atau oleh pengawas (konsultan supervisi). Kontraktor yang
bekerja menyimpang dari speksifikasi teknis merupakan salah satu kesalahan
pelaksana. Konsultan supervisi yang tidak benar dalam pengawasan, seperti
misalnya membiarkan pelaksana bekerja menyimpang juga merupakan kesalahan
pihak pengawas. Nah, apabila kesalahan-kesalahan tersebut dilakukan melebihi
batas toleransi spesifikasi teknis dan mengakibatkan kegagalan bangunan, maka
pihak-pihak terkait wajib dimintai pertanggung jawaban. Disamping akibat
kesalahan yang disebabkan oleh penyedia jasa tersebut, kegagalan bangunan juga
dapat disebabkan oleh pengguna jasa (owner). Untuk menentukan pihak yang
harus bertanggung jawab dalam kasus robohnya bangunan tambahan di pusat
grosir Metro Tanah Abang, pihak yang berwenang dapat melibatkan pihak ketiga
selaku penilai ahli (Pasal 25 ayat 3 UUJK). Penilai ahli dapat ditunjuk dari
akademisi dan praktisi yang memang ahli dibidangnya. Melalui pemeriksaan pihak
ketiga akan dapat diketahui letak kesalahannya, apakah terjadi kesalahan di
perencanaan atau pelaksanaan/pengawasan. Tanggung jawab penyedia jasa dalam
UUJK Nomor 18 Tahun 1999 disebutkan dalam pasal 26 ayat 1 dan 2. Jika terjadi
kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan perencana atau pengawas
konstruksi, dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, Sanksi
bagi penyelenggara konstruksi dijelaskan dalam Bab X pasal 41, 42 dan 43 UUJK.
Pasal 41 menyebutkan Penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenai sanksi
administratif dan/atau pidana atas pelanggaran Undang-undang ini. Jenis-jenis
sanksi sesuai pasal 42 dapat berupa peringatan tertulis sampai sanksi pencabutan
izin usaha dan/atau profesi. Sedangkan sanksi pidana dan denda dijelaskan dalam
pasal 43 sebagai berikut (1). Barang siapa yang melakukan perencanaan pekerjaan
konstruksi yang tidak memenuhi ketentuan keteknikan dan mengakibatkan
kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling
lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10% (sepuluh per
seratus) dari nilai kontrak. (2) Barang siapa yang melakukan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi yang bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan
keteknikan yang telah ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan
konstruksi atau kegagalan bangunan dikenakan pidana paling lama 5 (lima) tahun
penjara atau dikenakan denda paling banyak 5% (lima per seratus) dari nilai
kontrak. (3). Barang siapa yang melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dengan sengaja memberi kesempatan kepada orang lain yang
melaksanakan pekerjaan konstruksi melakukan penyimpangan terhadap ketentuan
keteknikan dan menyebabkan timbulnya kegagalan pekerjaan konstruksi atau
kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau
dikenakan denda paling banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak