sambutan gubernur diy

7
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sambutan PERESMIAN PENATAAN KAWASAN PROMASAN SENDANGSONO Sendangsono, 16 Juni 2014 ----------------------------------------------------- ------------------------------------------- Salam damai dalam kasih Tuhan, Yth. Bapak Purnomo Yusgiantoro beserta Ibu, Yth. Uskup Agung Semarang, Monsinyur Johannes Pujasumarta, Yth. Bupati beserta Anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Kulon Progo, Yth. Para Pengurus Peziarahan Gua Maria Sendangsono, Yth. Para Tamu Undangan dan Hadirin, serta Masyarakat Sendangsono, khususnya Umat Katoliknya yang berbahagia, LEBIH dari tempat-tempat lain, di kawasan yang sarat suasana ke-Katolikan penuh kedamaian ini, marilah dengan khusuk kita panjatkan puji-syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama kita masing- masing. 1

Upload: sugijo

Post on 19-Jan-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sambutan Gubernur DIY

Gubernur

Daerah Istimewa Yogyakarta

Sambutan

PERESMIAN PENATAAN KAWASAN PROMASAN SENDANGSONO

Sendangsono, 16 Juni 2014

------------------------------------------------------------------------------------------------

Salam damai dalam kasih Tuhan,

Yth. Bapak Purnomo Yusgiantoro beserta Ibu,

Yth. Uskup Agung Semarang, Monsinyur Johannes Pujasumarta,

Yth. Bupati beserta Anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten

Kulon Progo,

Yth. Para Pengurus Peziarahan Gua Maria Sendangsono,

Yth. Para Tamu Undangan dan Hadirin, serta Masyarakat Sendangsono,

khususnya Umat Katoliknya yang berbahagia,

LEBIH dari tempat-tempat lain, di kawasan yang sarat suasana ke-Katolikan penuh kedamaian ini, marilah dengan khusuk kita panjatkan puji-syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama kita masing-masing.

Kita bersyukur, karena hanya atas limpahan berkah-Nya jualah, kita bersama-sama Bapak Purnomo Yusgiantoro beserta Ibu bisa menyaksikan Peresmian Penataan Kawasan Promasan Sendangsono pada hari ini.

Tempat peziarahan yang dijiwai oleh pesan spiritual: “Dengan Hening, Kita Berdoa. Dengan Doa, Kita Beriman. Dengan Iman, Kita Mengasihi. Dengan Kasih, Kita Melayani. Dengan Melayani, Kita Alami Kedamaian”, maka “Menjadi Katolik tidak berarti menganggap rendah atau membenci orang yang berkeyakinan lain, tetapi kita bisa hidup bersama dalam suasana damai di hati.”

1

Page 2: Sambutan Gubernur DIY

Konon, setiap orang yang ingin memeluk agama Katolik selalu mengikuti suatu periode pengajaran dari seorang guru agama. Salah satu buku panduan resmi bagi para calon baptis adalah “Ikutilah Aku”, yang menegaskan mengenai sikap dari umat Katolik terhadap agama lain. Pernyataan itu juga diulang kembali dalam buku “Mengasih Bunda”, yang diterbitkan dalam rangka mangayubagya 100 tahun Sendangsono pada tahun 2004.

Dengan demikian, setiap orang Katoli tidak dibenarkan untuk menganggap bahwa agama lain lebih rendah dari agamanya – atau bahkan membenci orang lain karena perbedaan agamanya. Bahkan Konsili Vatikan II mendorong diadakannya dialog antara Gereja Katolik dan agama-agama lain.

Dalam Nostra Aetate 2 dinyatakan, bahwa umat Katolik, “supaya dengan bijaksana dan penuh kasih melalui dialog dan kerjasama dengan para penganut agama-agama lain, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta-kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya yang terdapat para mereka”.

Penghormatan terhadap agama lain ini tampak nyata di Sendangsono. Buktinya banyak pengunjung penganut agama lain datang ke sini sekadar untuk menikmati panorama alamnya tanpa terkait dengan ritual keagamaan. Mereka juga tidak merasa terganggu oleh suasana yang kental nuansa Katoliknya. Kenyataan ini menjadikan tempat ziarah Sendangsono sebagai symbol kerukunan kehidupan antar-agama dan antar-umat beragama.

Selain itu, Sendangsono juga membayangkan sintesis ajaran Kejawen dan Katolik, sebagaimana melekaat pada sosok Sokariyo, seorang pengikut serta Kejawen yang kemudian menjadi katekis di daerah Samigaluh dengan nama baptis Antonius. Ajaran Kejawen yang sesuai dengan ajaran Katolik tetap dipertahankannya, bahkan dipadukan atas dasar Katekismus dan Alkitab, seakan mempraktikkan pesan Konsili Vatikan II: “… mengakui, memelihara dan mengembangkan harta-kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya ……”.

Hal ini tampaknya mengukuhkan sifat budaya Jawa yang “luwes” dan “ajur-ajer”, di mana sesuatu yang baru selalu diadaptasi, kemudian “dipangku” dalam inkulturasi, segala hal dari luar selalu ditelan oleh budaya Jawa.

2

Page 3: Sambutan Gubernur DIY

Seperti tersebut dalam namanya, Sendangsono, “sendang” berarti “mata air abadi”, yang diyakini oleh orang Jawa, bahwa air merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk di dunia. Air dalam pemahaman Jawa juga ada tali-temali yang erat dengan rasa. Oleh sebab itu, penganut Kejawen selalu melakukan olah-rasa untuk menemukan sumber hidup sejati, yang tiada lain adalah Sang Maha Pencipta sendiri, yang sesungguhnya adalah sumber kehiudpan adikodrati.

Bapak Purnomo Yusgiantoro dan Monsinyur Johannes Pujasumarta serta hadirin yang saya hormati,

SEBUAH ziarah diibaratkan sebagai perjalanan hidup manusia yang singkat, hanya mampir ngombe, demikianlah uangkapan Jawa mengatakan. Sebenarnya, ketika hidup di dunia ini kita ibaratkan dalam suatu perjalanan panjang. Bisa saja kita dilahirkan di belahan bumi berbeda, tetapi tujuan akhir kita dipastikan sama: menuju surga. Oleh sebab itu, di sepanjang perjalanan kita harus banyak belajar: bagaimana bergaul dengan orang lain, bagaimana kita melayani, dan bagaimana kita menemukan Tuhan.

Dalam perjalanan ziarah ke tempat-tempat religius, kita belajar intisari kehidupan yang akan berguna dalam perjalanan kita menuju Tuhan. Berdoa dan bersyukurlah ketika sedang dalam perjalanan ziarah.

Umat Katolik selalu diingatkan untuk senantiasa beriman melalui pengucapan “Syahadat Para Rasul” setiap kebaktian hari Minggu. Kata “syahadat’ sendiri berasal dari kata Latin: “credo”, yang artinya “aku percaya” Syahadat inilah yang menjadi rumusan pokok iman seorang Katolik. Tetapi, “Benarkah kita pandai mensyukuri nikmat Allah?” Memang, ada banyak hal yang kita syukuri, tetapi hanya mensyukuri hal-hal yang membuat kita senang saja.

Sementara banyak “berkat-berkat kecil” yang terlewatkan begitu saja, karena kita menganggapnya sebagaia sesuatu yang memang seharusnya demikian adanya. Padahal, dengan bersyukur kita menyadari sungguh besar kasih Allah kepada umat-Nya.

Dengan demikian kita dapat semakin merasa berada di dekat-Nya, dapat berbagi beban dengan-Nya. Dengan bersyukur berarti kita menerima semua

3

Page 4: Sambutan Gubernur DIY

nikmat dan cobaan-Nya. Penerimaan kita ini merupakan cara untuk membalas kasih Allah, agar kita memperoleh rasa kedamaian-Nya.

Gua Maria Sendangsono, letaknya di perbukitan Menoreh, yang ditata asri, bersih, dan penuh hijau pepohonan, yang menimbulkan hawa segar dan sejuk. Begitu asrinya penataan kawasan ini oleh kreasi arsitektur kontemplatif Rama Mangunwidjaja. Tahun 1991 Ikatan Arsitektur Indonesia memberi penghargaan untuk kategori bangunan khusus yang ramah lingkungan.

Di Sendangsono, dengan menutup mata setiap peziarah menyalakan lilin terang di bawah kaki patung Bunda Maria, agar memberi penerang akan kegelapan hatinya. Lebih satu abad sudah keberadaan tempat ziarah Sendangsono ini. Bayangkan, berapa juta lilin telah memberi penghasilan kepada warga sekitar? Itu baru lilin sebagai wujud materi. Belum lagi lilin sebagai penerang hati, betapa besar berkah spiritual yang direngkuh para peziarah dari doa kudus ke haribaan Bunda Maria?

Bapak Purnomo Yusgiantoro dan Monsinyur Johannes Pujasumarta serta hadirin yang saya hormati,

DENGAN merefleksi kedamaian, kekhusukan, dan kekudusan suasana keagamaan di Sendangsono ini, saya memberikan apresiasi atas selesainya Penataan Kawasan Promasan Sendangsono ini, karena selain menjadi tempat toleransi antar-agama dan antar-umatnya, juga bisa meningkatkan nilai tambah sebagai destinasi wisata religi.

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa berkenan memberkati tempat ziarah Sengdangsono ini, dengan teriring salam damai dalam kasih Tuhan untuk semuanya.

Sekian, terimakasih, disertai ucapan: “Selamat”.

Yogyakarta, 16 Juni 2014

GUBERNUR

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

HAMENGKU BUWONO X

4

Page 5: Sambutan Gubernur DIY

5