sambutan direktur politeknik negeri bandung pembantu direktur dan kepala uppm, yth. para ketua...
TRANSCRIPT
1
SAMBUTAN DIREKTUR POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
PADA SIDANG TERBUKA SENAT
DALAM RANGKA DIES NATALIS KE 34
Yth. Para Tamu Undangan,
Yth. Para Pimpinan Daerah Propinsi Jawa Barat,
Yth. Para Pimpinan Kota Madya dan Kabupaten,
Yth. Sekretaris Senat dan Para Anggota Senat Politeknik Negeri Bandung,
Yth. Para Pembantu Direktur dan kepala UPPM,
Yth. Para Ketua Jurusan dan UP.MKU,
Yth. Para Sekretaris Jurusan,
Yth. Para ketua Program Studi,
Yth. Para Ketua Laboratorium,
Yth. Para Ketua KBK,
Yth. Para Wakil Dosen,
Yth. Para Kepala Bagian dan Sub. Bagian,
Yth. Para Ketua UPT,
Yang kami banggakan, Para Mahasiswa Politeknik Negeri Bandung.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Selamat Pagi dan Salam Sejahtera
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Kuasa, atas rakhmat dan hidayahNya, sehingga kita semua dalam keadaan sehat wal’afiat serta dapat
hadir dalam Sidang Terbuka Senat Politeknik Negeri Bandung dalam rangka Dies Natalis ke-34.
Pada kesempatan yang baik ini, perkenankan kami menyampaikan perkembangan, capaian
penyelenggaraan program-program yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2015 serta Visi Misi
Politeknik Negeri Bandung.
Bapak, ibu, hadirin yang berbahagia,
Ijinkan kami menyampaikan sekilas sejarah pertumbuhan Politeknik Negeri Bandung.
Politeknik Negeri Bandung dimulai dengan pelaksanaan Program Pendidikan Diploma (tiga tahun)
dalam bidang teknik/rekayasa dan ditetapkan melalui SK Direktur Jendral Pendidikan Tinggi No.
03/DJ/Kep/1979 tanggal 27 Januari 1979, dan saat itu dinamakan Politeknik ITB karena berada
dalam naungan Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada awal berdirinya Politeknik Negeri Bandung
melaksanakan 4 program studi dalam 3 (tiga) jurusan yaitu Program studi Teknik Sipil (Jurusan
2
Teknik Sipil); Program studi Teknik Mesin (Jurusan Teknik Mesin); Program studi Teknik
Elektronika dan Teknik Listrik (Jurusan Teknik Elektro).
Dalam perkembangannya, pada Tahun 1997 POLITEKNIK ITB menjadi institusi mandiri
berpisah dari ITB secara passing out dengan nama baru “Politeknik Negeri Bandung” (Polban)
melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 085/O/1997. Saat ini Politeknik
Negeri Bandung melaksanakan 40 program studi yang tersebar ke dalam 10 Jurusan yang meliputi:
Tabel 1: Program Studi dan Jurusan di lingkungan Politeknik Negeri Bandung
Jurusan Program Studi
Teknik Sipil Program Diploma III:Teknik Konstruksi SipilTeknik Konstruksi Gedung
Program Sarjana Terapan (Diploma IV):Teknik Perancangan Jalan dan JembatanTeknik Perawatan dan Perbaikan Gedung
Magister Terapan:Rekayasa Infrastruktur
Teknik Mesin Program Diploma III:Teknik MesinTeknik Aeronutika
Program Sarjana Terapan (Diploma IV):Teknik Perancangan dan Konstruksi MesinProses Manufaktur.
Program Diploma II (PDD):Teknik Mekatronika
Pendidikan diluar Domisili (PDD-Kab. Pekalongan)Mekatronika.
Teknik Elektro Program Diploma III:Teknik ListrikTeknik TelekomunikasiTeknik Elektronika
Program Sarjana Terapan (Diploma IV):Teknik TelekomunikasiTeknik ElektronikaTeknik Otomasi Industri
Teknik Komputer Program Diploma III:Teknik Informatika
Program Sarjana Terapan (Diploma IV):Teknik Informatika
Pendidikan diluar Domisili (PDD-Kab. Pekalongan)Rekayasa Perangkat Lunak
3
Jurusan Program Studi
Teknik Kimia Program Diploma III:Teknik KimiaAnalis Kimia
Program Sarjana Terapan (Diploma IV):Teknik Kimia Produksi Bersih
Pendidikan diluar Domisili (PDD-Kab. Pekalongan)Kimia Tekstil
Teknik Energi Program Diploma III:Teknik Konversi Energi
Program Sarjana Terapan (Diploma IV):Teknologi Pembangkit Tenaga ListrikTeknik Konservasi Energi
Teknik Refrigerasi dan Tata
Udara
Program Diploma III:Teknik Pendingin dan Tata Udara
Program Sarjana Terapan (Diploma IV):Teknik Pendingin dan Tata Udara
Administrasi Niaga Program Diploma III:Administrasi BisnisManajemen PemasaranUsaha Perjalanan Wisata
Program Sarjana Terapan (Diploma IV):Manajemen AsetAdimistrasi BisnisManajemen Pemasaran
Akuntansi Program Diploma III:AkuntansiKeuangan dan Perbankan
Program Sarjana Terapan (Diploma IV):Akuntansi Manajemen PemerintahanKeuangan Syariah.Akuntansi
Bahasa Inggris Program Diploma III:Bahasa Inggris
Dalam menjalankan tugasnya Politeknik Negeri Bandung memiliki Visi:
“Menjadi institusi yang unggul dan terdepan dalam pendidikan vokasi yang inovatif
dan adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan”.
Misi Politeknik Negeri Bandung yang telah dijadikan acuan sebagai landasan penyusunan kegiatan-
kegiatan Jurusan dan Unit-unit untuk mencapai Visi adalah :
4
1. Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten, memiliki semangat
terus berkembang, bermoral, berjiwa kewirausahaan dan berwawasan lingkungan.
2. Melaksanakan penelitian terapan dan menyebarluaskan hasilnya untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3. Melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi untuk mendukung peningkatan mutu kehidupan.
Sebagai gambaran perjalanan dan tahapan yang telah dilaksanakan oleh Politeknik Negeri
Bandung dapat dicermati pada gambar berikut. Pada tahun 2016 ini penguatan dilakukan untuk
mencapai target Peningkatan Daya saing Regional. Langkah nyata yang telah dilakukan adalah
penguatan kerjasama baik dengan industri maupun perguruan tinggi di kawasan Asean maupun Asia
pada umumnya.
Gambar 1. Rencana Strategis dan Rencana Jangka Panjang Politeknik Negeri Bandung.
Bapak, ibu serta hadirin yang berbahagia.
Dalam pelaksanaan program kegiatan, perlu kami sampaikan rangkaian kegiatan utama di
bidang akademik, Politeknik Negeri Bandung melaksanakan proses seleksi penerimaan mahasiswa
baru melalui jalur PMDK (maksimum 50% dari daya tampung), serta Ujian Tulis. Dari kedua pola
penerimaan tersebut, Politeknik Negeri Bandung mengutamakan kemampuan akademik, dengan
tetap memberikan kesempatan seluas luasnya bagi calon mahasiswa yang, secara ekonomi, kurang
beruntung. Pada penerimaan mahasiswa baru tahun akademik 2015/2016, sebanyak 185 mahasiswa
mendapatkan beasiswa Bidik Misi.
5
Kebijakan-kebijakan yang terkait dengan seleksi mahasiswa baru yang dilaksanakan melalui
jalur PMDK ditetapkan dengan memperhatikan aspek-aspek:
1. Prestasi Sekolah
Politeknik Negeri Bandung sebagai institusi pendidikan tinggi memberikan penghargaan
terhadap sekolah SMA/SMK/MA/MAK yang telah melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik yang dinyatakan oleh rekam jejak akademiknya.
2. Prestasi Calon
Dalam upaya mendukung visi Politeknik Negeri Bandung untuk menjadi institusi pendidikan
tinggi vokasi yang unggul dan terdepan, Politeknik Negeri Bandung berupaya mendapatkan
calon mahasiswa yang berprestasi. Memperhatikan kedudukannya sebagai institusi pendidikan
tinggi maka Politeknik Negeri Bandung memprioritaskan prestasi akademik calon mahasiswa
dengan tetap memperhatikan prestasi non akademik yang menunjang bidang akademik yang
akan dipilih calon.
3. Karakter Calon
Politeknik Negeri Bandung memiliki keperdulian dalam pengembangan karakter
mahasiswanya. Pengembangan karakter ini antara lain dilakukan dalam kegiatan
ekstrakurikuler untuk mendapatkan lulusan yang memiliki kecerdasan emosional, spiritual,
dan kinestetis, selain memiliki kecerdasan akademik. Oleh karena itu, Politeknik Negeri
Bandung memberikan penghargaan bagi calon mahasiswa yang memiliki prestasi non
akademik yang dipandang dapat mendukung prestasinya di bidang akademik.
4. Keluasan aksesibilitas bagi semua golongan
Sebagai institusi pendidikan tinggi yang mengemban tugas pembinaan kader Bangsa dan
Negara, Politeknik Negeri Bandung memberikan kesempatan bagi semua golongan ekonomi,
dan daerah untuk memperoleh pendidikan di Politeknik Negeri Bandung tanpa membedakan
gender.
5. Keluasan aksesibilitas jenis sekolah menengah
Sebagai institusi pendidikan tinggi vokasi, Politeknik Negeri Bandung memberikan
kesempatan kepada lulusan semua jenis sekolah menengah atas dan sekolah menengah
kejuruan yang ada di Indonesia untuk mendapatkan pendidikan di Politeknik Negeri Bandung.
6. Kualitas pendidikan
Memperhatikan visi Politeknik Negeri Bandung, maka kualitas pendidikan merupakan hal
yang penting diperhatikan.Kualitas pendidikan ini terkait dengan daya tampung dan
ketersediaan sarana dan prasarana.
Mengingat Pola penerimaan telah dilakukan melalui pola yang berbeda, dalam upaya
memetakan potensi mahasiswa baru, maka Politeknik Negeri Bandung melakukan Test pemetaan
6
terhadap para calon mahasiswa yang telah dinyatakan diterima dan telah melakukan pendaftaran ulang.
Test ini dilakukan melalui test psikologi yang telah dilaksanakan pada tanggal 22 September 2015.
Hasil test pemetaan menunjukkan bahwa secara umum mahasiswa baru Polban tergolong
cerdas dan memiliki motivasi yang tinggi seperti dinyatakan dengan nilai IQ sebagai representasi
kecerdasan dan nilai Pauli sebagai representasi motivasi yang ditunjukkan pada Gambar 2 dan
Gambar 3. Dari ketiga jalur seleksi yaitu PMDK Bidik Misi (BM), PMDK Akademik (AK), dan
Ujian Tulis (SMB) terlihat bahwa jalur ujian tulis memberikan jumlah terbanyak mahasiswa untuk
nilai IQ dan Pauli tertinggi.
Gambar 2. Pemetaan tingkat kecerdasan mahasiswa baru tahun 2015. Kriteria IQ disajikan melaluiLevel 1 sampai dengan 5 mengambarkan level IQ mahasiswa baru. Level 1: IQ kurangdari 81(kurang sekali), Level 2: IQ 82 – 93 (kurang), Level 3: IQ = 94 – 105 (sedang),Level 4: IQ = 106 – 117 (baik), Level 5: IQ = lebih dari 118 (baik sekali).
Gambar 3. Pemetaan tingkat motivasi/daya juang mahasiswa baru tahun 2015. Level 1 sampai.dengan 5 mengambarkan level IQ mahasiswa baru. Level1: Kurang sekali, Level 2:.Kurang, Level 3: Rata-rata, Level 4: Baik, Level 5: Baik sekali.
7
Alhamdulillah dari total pendaftar kami sampai saat ini telah mampu menyediakan sebanyak
1746 tempat bagi mahasiswa baru, dengan tingkat keketatan yang digambarkan dalam rasio 1:12.
Data penerimaan mahasiswa baru dalam 5 (lima) tahun terakhir adalah sebagai berikut:
Tabel 2: Rasio pendaftar dan yang diterima dalam 5 tahun terakhir.
Tahun Pendaftar DiterimaPersentase
yangditerima
Rasiokompetisi
Yangmendaftar
kembali
Rasio yangmendaftar
ulang2007/2008 5794 1257 21.69% 1:4.61 1257 1:1
2008/2009 5076 1493 29.41% 1:3.40 1389 1:0,93
2009/2010 5818 1508 25.92% 1:3.86 1425 1:0,94
Tahun Pendaftar DiterimaPersentase
yangditerima
Rasiokompetisi
Yangmendaftar
kembali
Rasio yangmendaftar
ulang2010/2011 7377 1483 20.10% 1:4.97 1437 1:0,97
2011/2012 8940 1552 17.36% 1:5.76 1527 1:0,98
2012/2013 12550 1833 14.61% 1:6.85 1707 1:0,93
2014/2015 21162 1728 8,17% 1:12 1710 1:099
2015/2016 20731 1746 8,42% 1:12 1698 1:0,98
Merujuk pada data tahun akademik 2014/2015, rata-rata mahasiswa program Diploma III
dapat menyelesaikan studinya selama 3,02 tahun dengan rata rata Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
3.07. Sedangkan pada program Sarjana Terapan (Diploma IV) rata-rata masa penyelesaian studi 4,06
tahun dengan rata-rata IPK 3.14. Disamping sukses yang telah dicapai, beberapa mahasiswa dengan
terpaksa harus diberhentikan status kemahasiswaan akibat kedisiplinan seperti ditunjukkan dalam
gambar 4 berikut.
Gambar 4. Data mahasiswa yang harus diberhentikan statusnya sebagai mahasiswa.
Upaya untuk mengurangi jumlah mahasiswa yang lulus tidak tepat waktu telah dilaksanakan
dengan meningkatkan peran dosen wali sebagai pendamping, mulai dari pemeriksaan rekap
14
8
4 5
21
11
1
0
5
10
15
20
25
PMDK SMB PMDK SMB PMDK SMB GMF
Do Absen DO Nilai Mengundurkan Diri
8
kehadiran, melakukan kegiatan tutor sebaya, menjadwalkan kegiatan pelaksanaan Proyek Akhir
lebih ketat, dan menyempurnakan panduan Praktik Kerja Lapangan dan Tugas Akhir. Hal terakhir
tersebut dilakukan karena seringkali Tugas Akhir diinisiasi dari hasil Praktik Kerja Lapangan.
Sedangkan upaya peningkatan IPK lulusan terus dilakukan melalui peningkatan layanan
proses belajar mengajar. Hal-hal yang sudah dilakukan adalah meningkatkan pemantauan terhadap
kehadiran mahasiswa, mengumumkan IPK rata-rata setiap Program Studi pada papan pengumuman
untuk menimbulkan minat meningkatkan IPK, mengembangkan metodologi pembelajaran antara
lain pengembangan metode e-learning, memberikan kuliah tamu dengan dosen tamu dari industri
dan praktisi untuk meningkatkan pemahaman pentingnya belajar dan minat terhadap bidang studi
yang dipilih, dan mengembangkan kegiatan kemahasiswaan yang mendukung mahasiswa dalam
pengembangan kepribadiannya sehingga diharapkan menjadi lebih matang dan bertanggung jawab
terhadap tugas dan pilihannya.
Pertumbuhan penelitian serta program Pengabdian Kepada Masyarakat yang telah dilakukan
pada tahun 2015 menunjukkan adanya dinamika seperti tercantum dalam gambar 5 dan gambar 6.
Penelitian yang dilakukan di Politeknik Negeri Bandung bersumber pada:
1. APBN melalui program yang dikoordinasikan terpusat melalui Direktorat Jenderal Riset dan
Inovasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi,
2. PNBP, dengan proporsi sebesar 10% dari PNBP tahun berjalan, dan
3. Industri.
Gambar 5. Perkembangan penelitian di Politeknik Negeri Bandung
115 75 95
541
20 55 43 48 -
100 200 300 400 500 600 700 800 900
1,000 1,100 1,200
2013 2014 2015 2016 Total
1 Penelitian(Pemula/Terapan/DSK/Kap.Lab/PKM-KC/Ungg.Polban/Mandiri/Fungsional)
2 Penelitian(DIKTI)
9
Gambar 6. Perkembangan program kegiatan Pengabdian pada Masyarakat
Disamping prestasi dibidang akademik, mahasiswa Politeknik Negeri Bandung telah banyak
mengukir prestasi baik di tingkat nasional maupun Internasional. Pada tahun 2015, kontingen Robot
Politeknik Negeri Bandung telah berhasil mempersembahkan medali emas, perak maupun perunggu
kepada Republik Indonesia sebagai ”Juara Umum pada kompetisi Robot Internasional di Trinity
College, USA”. Pertumbuhan kegiatan mahasiswa Politeknik Negeri Bandung sangatlah positif
dengan kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun. Perhatian khusus terus diberikan kepada
seluruh bentuk kegiatan mahasiswa, baik yang sudak mencapai hasil yang signifikan maupun yang
mengalami penurunan sebagaimana disajikan dalam gambar 7, gambar 8.
Gambar 7. Dinamika prestasi mahasiswa Politeknik Negeri Bandung.
16 16 16 16
51 57 52
61
-
20
40
60
80
100
120
140
160
2013 2014 2015 2016 TOTAL
1 PKM-DIKTI
2 PKM-DIPA POLBAN
1
68 8
40
5
10
15
20
25
30
2011 2012 2013 2014 2015
Juara 1 Juara 2 Juara 3
10
Gambar 8. Prestasi perolehan medali pada kegiatan kompetisi di kancah Internasional.
Hadirin sekalian,
Untuk mewujudkan seluruh misi menuju kepada ketercapaian Visi diatas, berbagai usaha telah
Polban laksanakan baik melakukan pelatihan bagi tenaga Pendidik maupun kependidikan, baik
melalui program non-Gelar dan juga pendidikan lanjut bergelar, baik diluar maupun dalam negeri.
Persoalan mendasar yang harus segera ditangani adalah masalah SDM. Polban yang telah dimulai 34
tahun lalu, memliki tenaga pendidik maupun kependidikan dengan usia masuk yang tidak jauh, hal
tersebut akan memunculkan konsekuensi serius pada saat mereka memasuki masa purnabaktinya.
Dengan kondisi tersebut, usaha perekrutan terus diusulkan, namun sangatlah tergantung dari formasi
yang tersedia. Dilain pihak Politeknik Negeri Bandung sebagai institusi Pendidikan Tinggi bidang
vokasi sangatlah mempersyaratkan ketrampilan tinggi bagi seluruh SDMnya. Sehingga apabila kita
sandingkan dengan syarat penerimaan tenaga pendidik dengan kualifikasi minimal S2, maka harus
ada usaha tambahan dari internal Polban untuk menyelenggarakan pelatihan tambahan sebelum
mereka ditugaskan.
Menyangkut masalah pertumbuhan jumlah program studi maupun jumlah mahasiswa.
Berbagai usaha pemenuhan kebutuhan Sarana maupun Prasarana terus diusahakan. Pada tahun 2015
lalu telah diselesaikan gedung Kuliah Umum program Magister Terapan yang disatukan dengan
Perpustakaan Pusat. Sesuai dengan namanya, agar perpustakaan mudah dijangkau, gedung baru
tersebut berada ditengah kampus (gambar 9). Disisi lain kebutuhan lahan parkir saat ini sudah sangat
mendesak. DED gedung parkir telah dipersiapkan pada tahun 2015 dan sedianya akan dilakukan
pembangunannya pada tahun 2016 ini, namun karena keterbatasan pembiayaan, maka harus ditunda.
0 01
2
10
0
2
4
6
8
10
12
2011 2012 2013 2014 2015
11
Pekerjaan lajutan yang masih merupakan tugas mendatang yang tidak kalah pentingnya adalah
penyesuaian kapasitas dan teknologi yang harus mengejar ketinggalannya dengan teknologi terkini.
Gambar 9. Gedung Magister Sains Terapan.
Gambar 10. DED gedung parkir mahasiswa.
Bapak, ibu dan hadirin sekalian,
Mengakhiri laporan singkat ini, atas segala upaya dan kontribusinya, kami mengucapkan
Terimaksih sebesar besarnya kepada seluruh Civitas akademika di lingkungan Politeknik Negeri
Bandung. Tanpa bapak ibu sekalian, tidak banyak yang kita lakukan untuk mensejahterakan bangsa
ini. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada Kementerian Pendidikan Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi beserta para jajaran Direktorat Jenderal dan Sekretaris Jenderal Kemenristek Dikti
yang telah memberikan perhatian terhadap pekembangan Politeknik Negeri Bandung. Tidak lupa
kepada seluruh masyarakat, Industri dan pihak lainnya yang tidak bisa kami sebut satu per satu, kami
juga sampaikan rasa terimakasih kami yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT mencatat semua
amal baik kita semua.
Demikian juga kepada seluruh hadirin, kami ucapkan terimakasih atas waktu dan
perhatiannya. Mohon maaf atas tuturkata yang kurang berkenan dalam menyampaikan pidato ini.
12
Mengakhiri Sidang Terbuka Senat ini, kami mengundang hadirin sekalian untuk dapat
beramah-tamah dengan para anggota senat serta diantara kita semua.
Wabillahi Taufiq Walhidayah Wassalamualaikum Wr. Wb.
Direktur Politeknik Negeri Bandung,
Dr. Ir. Rachmad Imbang Tritjahjono, M.T.NIP 196003161987101001
1
GRAPHENE: MATERIAL ABAD 21
ANTARA TANTANGAN DAN PELUANG
Eko Andrijanto, LRSC, Ph.DStaf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung
ABSTRAK
Beberapa tahun belakangan, kita turut menyaksikan penemuan baru di bidang material yangdisebut dengan GRAPHENE. Graphene adalah sebuah material yang sangat luar biasa dan memilikisifat-sifat yang tidak dipunyai oleh material lain. Graphene adalah material yang paling tipis yangpernah ditemukan orang dengan ketebalan kurang lebih satu atom, akan tetapi memiliki kekuatan100 kali dibandingkan dengan baja yang paling kuat sekalipun dengan asumsi memiliki ketebalanyang sama yaitu 3,35 A. Material graphene ditemukan di Universitas Manchester pada tahun 2004dan menghasilkan ribuan paten dalam 10 tahun setelah itu. Material ini sangat menjanjikanmengingat banyak aplikasi yang bisa mungkin bisa dihasilkan seperti material super kuat, materialdengan daya hantar listrik tertinggi dibandingkan dengan material yang pernah ditemukan, memilikisifat transparan dan dapat menghantarkan listrik, elastis dan masih banyak sifat-sifat lainnya yangakan banyak mengubah peradaban kita ke depan. Dalam kajian ilmiah ini, sifat, karakter dan aplikasigraphene akan dibahas secara lebih dalam dan semoga akan memberikan inspirasi kepada parapeneliti di Polban khususnya untuk dapat berkolaborasi menghasilkan karya-karya dalam bentukteknologi yang dapat memberikan dampak nyata kepada masyarakat. Penguasaan teknologipembuatan graphene pada dasarnya telah dikuasai oleh Polban dan masih harus terus ditingkatkansedangkan aplikasi pemanfaatan graphene mengundang para peneliti Polban untuk dapatberkolaborasi dan bekerjasama. Minimnya peralatan penunjang bukanlah kendala, namun demikianharus tetap kita jadikan perhatian.
Kata Kunci: graphene, supermaterial, aplikasi, peluang, tantangan, penelitian graphene di Polban.
1. LATAR BELAKANG
Ketertarikan akan material graphene ditunjukkan oleh jumlah publikasi dan paten yang
dihasilkan dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah publikasi graphene sejak ditemukan oleh Andrei
Geim dan Konstantin Novoselov di Universitas Manchester pada tahun 2004, sampai saat ini hampir
mencapai 26,000 publikasi dan 13,000 paten (Gambar 1). Dalam kurun waktu 10 tahun terdapat
26,000 publikasi, yang berarti kurang lebih 2,600 publikasi per tahun untuk satu jenis material yang
bernama graphene. Hal ini merupakan perhatian yang luar biasa yang ditunjukkan oleh masyarakat
ilmiah dan industri untuk graphene, ini tentunya tidak lepas dari aplikasi yang dijanjikannya.
2
Gambar 1. Jumlah publikasi graphene dari tahun 2005 sampai 2014.
Jumlah paten mengenai graphene ini per tahunnya dapat dilihat pada grambar 2 di bawah.
Gambar 2. Jumlah paten graphene dari tahun 2005-2014.
Jumlah paten tersebut dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dari hanya kurang lebih 50
paten per tahun di tahun 2005 menjadi 3,600 paten per tahun di tahun 2014. Sedangkan jumlah negara
yang paling banyak mempatenkan graphene adalah Cina (47%) dan diikuti oleh Amerika (14%) dan
3
Korea (13%) dan sisanya dibagi oleh banyak negara termasuk Inggris (negara tempat ditemukannya
graphene pertama kali).
Institusi/industri yang paling banyak mematenkan graphene adalah SAMSUNG, dimana pada
tahun 2013 saja SAMSUNG mematenkan hampir 450 lebih paten dan diikuti oleh perusahaan
maupun institusi lain seperti dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah. SAMSUNG mempatenkan
graphene sebagian besar untuk aplikasi Flexible Electronic dan Energy Storage (Battery dan
Supercapacitor).
Gambar 3. Jumlah paten didaftarkan dari Institusi dan Perusahaan.
Melihat kenyataan ini, kita tentunya menyadari bahwa kita memang tertinggal dari negara-
negara tersebut, namun bukan berarti kita harus berpangku tangan dan tidak melakukan apa-apa.
Penguasaan teknologi pembuatan graphene, Alhamdullilah juga sudah kita kuasai walaupun dengan
fasilitas yang sangat terbatas. Yang kita perlukan adalah mengambil sebagian kecil dari kue yang
besar dan kita aplikasikan untuk keperluan kita, sebagai contoh menggunakan graphene untuk
aplikasi penjernihan air, aplikasi graphene untuk sel surya, dan masih banyak peluang lainnya yang
dapat kita manfaatkan.
2. APLIKASI GRAPHENE
Aplikasi graphene mencakup lintas bidang ilmu, mulai dari bidang kimia, fisika, kedokteran,
mekanik, sipil, elektronik, energi, lingkungan dan merambat ke bidang-bidang lain yang belum
disebutkan. Beberapa contoh aplikasi dari material graphene ini adalah sebagai material antipeluru,
material untuk desalinasi air laut (air laut menjadi air tawar) dan ultrafiltrasi, material untuk
4
penyimpan energi (super baterai dan superkapasitor), sensor medis (glukosa, kolesterol,
immunosensing), katalis, sel surya, tranparent electronic, body implant, supercharging quantum
computer, smart clothing dan masih banyak aplikasi lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu
persatu. Hal ini tentunya membuka jalan dan kesempatan kepada kita untuk melakukan terobosan
teknologi sehingga memungkinkan terjadinya kolaborasi antar Jurusan di dalam POLBAN, atau
POLBAN dengan lembaga riset di luar POLBAN, bahkan kerjasama POLBAN dengan Industri.
Untuk itulah topik tentang graphene menjadi sangat menarik untuk bisa diangkat dan dikaji dalam
ORASI ILMIAH kali ini.
3. SIFAT-SIFAT GRAPHENE
Mengapa graphene sangat istimewa? Graphene sangat istimewa karena sifat-sifatnya yang luar
biasa dan tidak dimiliki oleh material lain. Sifat-sifat luar biasa (wonder properties) yang dimiliki
oleh graphene di antaranya adalah :
Pada suhu kamar memiliki daya hantar listrik hampir 1,000,000 kali lebih baik dibandingkan
tembaga dengan asumsi ketebalan yang sama;
Memiliki konduktifitas termal tertinggi dibandingkan dengan material yang pernah ditemukan
(5300 W⋅m−1⋅K−1 );
Material yang tidak dapat ditembus oleh apapun dan memiliki impermeabilitas yang tidak pernah
ditemukan orang sebelumnya, bahkan gas hidrogen sekalipun tidak bisa melaluinya;
Selain itu, graphene adalah material yang bersifat transparan dan sekaligus mampu
menghantarkan listrik;
Graphene memiliki sifat mekanik yang sangat kuat yang pernah diukur Tensile strength of 130
GPa and a Young's modulus (stiffness) of 1 TPa.
Kesemua sifat tersebut ada di dalam satu material yang bernama graphene, untuk itu graphene
sering disebut dengan “Supermaterial”.
Dari awal saya menyinggung sekian kali istilah graphene. Namun apakah yang dimaksud dengan
graphene?
“Graphene adalah atom karbon yang tersusun dalam bentuk struktur sarang tawon (honeycomb
structure) atau chicken wires seperti ditunjukkan pada Gambar 4 di bawah dan memiliki ketebalan
hanya satu atom (0,5 x 10-10 m) serta memiliki sifat-sifat yang unik seperti disebutkan di atas.”
Bahan pembuat graphene adalah grafit (karbon yang terdapat pada pensil tulis) yang kemudian
dimodifikasi baik secara kimia maupun fisika menjadi graphene.
5
Gambar 4. Atom karbon (Chicken wires & Honeycomb Structure) dengan berbagai cara
pemotongan dihasilkan struktur (a) bucky balls (b) carbon nanotube dan (c) graphene.
4. PEMBUATAN GRAPHENE
Graphene apabila disusun bertingkat membentuk susunan grafit, seperti pada Gambar paling
kanan (biru) dan sebaliknya apabila grafit (karbon) dikupas (exfoliation) lapisan demi lapisan, grafit
akan kembali membentuk unit penyusunnya yaitu graphene. Metoda pembuatan atau sintesa
graphene yang dikenal ada beberapa yaitu [6].
Mechanical Exfoliation (pengelupasan secara mekanik)
Chemical Exfoliation (pengelupasan secara kimiawi)
Microwave assisted solvent exfoliation (pengelupasan dengan bantuan pelarut)
Pyrolysis of sodium ethoxide
Unzipping of carbon nanotubes
Thermal Chemical Vapor deposition
Plasma Enhanced Chemical Vapor deposition
Dari kesemua teknik pembuatan graphene tersebut di atas, teknik chemical exfoliation dan
solvent exfoliation adalah 2 metoda yang mudah dilakukan untuk menghasilkan graphene dengan
peralatan yang sederhana dan dihasilkan graphene dalam jumlah yang cukup signifikan.
Alhamdullilah kedua metoda ini sudah dapat kita (POLBAN) kuasai dengan baik. Namun demikian,
metoda karakterisasi material bagi kita masih menjadi kendala, mengingat peralatan untuk
mengkarakterisasinya masih harus menggunakan fasilitas dari intitusi lain seperti ITB, UPI dan LIPI.
Peralatan karakterisasi material seperti SEM, XRD, XRF, Particle analyzer, FTIR, TEM dan lainnya
6
ke depan mutlak harus kita miliki jika kita ingin berkontribusi terhadap penguasaan teknologi
graphene dan teknologi material lainnya.
5. TIMELINE GRAPHENE
Apabila kita melihat ke belakang sebentar dan melihat apa yang terjadi saat ini, serta
berimajinasi apa yang akan dapat dilakukan oleh graphene di masa depan, maka banyak hal yang
sudah berubah dan akan terus terjadi perubahan yang disebabkan dari keberadaan graphene sebagai
contoh: telpon genggam dengan touch screen yang dapat dilipat (Samsung), komposit yang tahan
panas, baju yang dapat memberikan informasi keadaan tubuh kita, alat-alat deteksi kondisi tubuh
manusia yang lebih kecil dan canggih, super komputer dengan kecepatan yang tidak pernah
terbayangkan sebelumnya, membran pembuat air tawar dari air laut yang 100 kali lebih efesien
dibandingkan yang ada sekarang (Perforene-Locheed Martin) dan masih banyak lagi hal-hal baru
yang akan mengejutkan kita yang dihasilkan oleh graphene. Untuk itulah mari kita coba melihat
kembali sejarah bagaimana graphene berevolusi seperti diilustrasikan pada Gambar 5 dan melihat
apa yang akan terjadi dalam 20 tahun ke depan seperti dapat diilustrasikan pada Gambar 6.
Gambar 5. Timeline graphene dari tahun 2004 sampai 2012.
7
Gambar 6. Timeline graphene 20 tahun ke depan.
Dari timeline tersebut dapat dibayangkan bahwa graphene mengalami evolusi yang sangat
cepat bahkan bisa dianggap sebagai revolusi seperti halnya penemuan transistor ataupun internet.
Graphene secara teori telah dikemukakan sejak tahun 1947 walaupun tidak pernah diisolasi. Pada
tahun 1987 nama graphene baru diberikan secara resmi. Kemudian pada abad ke 21 graphene mulai
dipatenkan dan diproduksi. Pada tahun 2002 proses produksi graphene dimulai oleh perusahaan
Nanotek Instrumen dan kemudian dipatenkan. Namun demikian, di kalangan masyarakat ilmiah,
paten Nanotek Instrumen masih menjadi perdebatan apakah yang mereka temukan itu memang betul
graphene.
Pada tahun 2004, graphene secara resmi dapat diisolasi dari grafit dan menjadi penemuan baru
yang dilakukan oleh 2 ilmuwan dari Universitas Manchester, Inggris. Kedua ilmuwan tersebut
bernama Andre Geim dan Konstantin Novoselov. Mereka menemukan cara yang sangat sederhana
untuk mengisolasi graphene dari grafit yaitu dengan menggunakan selotip. Pada tahun yang sama
Andrei Geim dan Novoselov mempublikasikan penemuan mereka tentang graphene dan
menjadikannya publikasi yang banyak disitasi di kalangan akademisi pada tahun tersebut. Pada tahun
2010 Andre Geim dan konstantin Novoselov dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika dan menjadi
salah satu peraih nobel tercepat dalam sejarah. Pada tahun 2014 SAMSUNG membuat terobosan
dengan menciptakan perangkat komunikasi menggunakan graphene dan menjadi produk komersial
yang mulai dapat nikmati oleh masyarakat.
Seperti diilustrasikan pada Gambar 6 di atas, hal-hal baru telah dimunculkan oleh graphene
dan mungkin kita masih akan menyaksikan hal-hal baru lainnya yang dapat dilakukan oleh graphene
dalam beberapa tahun ke depan. Tantangan yang kita hadapi adalah apakah kita akan menjadi bagian
dari para inovator tersebut atau kita hanya jadi penonton dari perubahan yang ada?
8
6. PENELITIAN GRAPHENE DI POLBAN
Penelitian graphene bagi POLBAN sendiri sudah dimulai walaupun baru dikerjakan 2-3 tahun
ke belakang. Beberapa penelitian graphene yang sudah, sedang dan akan dikerjakan adalah:
Penggunaan graphene sebagai penyangga katalis Platinum untuk elektroda Fuel Cell (energy
generator-alkohol menjadi listrik)-PUPT 2013-2015;
Conductive and transparent plastic (untuk touch screen). Mandiri-In Progress;
Sand coated graphene untuk water treatment. (Mandiri-In Progress);
Pakaian antipeluru (Mandiri);
New type solar cell based on graphene-plastic (Mandiri);
Exfoliated graphene for oil spill (Mandiri);
Graphene for lithium ion battery electode (PUPT-2016-2018).
Beberapa penelitian tersebut saat ini sudah siap untuk diaplikasikan dan bisa dikolaborasikan
dengan pihak-pihak yang potensial untuk bekerjasama. Penelitian yang sekiranya dapat diaplikasikan
dalam waktu dekat adalah graphene sebagai media filter (graphene coated sand) untuk mengolah air
kotor menjadi air yang bisa dikonsumsi.
Graphene coated sand adalah media filter pengganti arang aktif dengan banyak kelebihan tidak
saja dapat menyaring kotoran tapi juga bakteri dan virus. Dalam waktu dekat apabila kita tidak
memanfaatkan teknologi ini, graphene coated sand produk dari Cina dan Australia akan membanjiri
pasar Indonesia dalam waktu dekat dan kita hanyalah sebagai pengguna. Untuk itulah Polban sangat
berharap, hasil temuan ini bisa cepat kita aplikasikan. Solar sel berbasis graphene juga potensial
untuk dapat diaplikasikan dan dikembangkan lebih lanjut. Solar sel berbasis graphene adalah jenis
solar sel generasi baru, yang juga memiliki keunggulan dibandingkan dengan solar sel berbasis
silikon yang mahal dalam investasinya dan juga secara teknologi kita belum tentu mampu membuat
silikon wafer untuk tujuan tersebut.
7. PENUTUP
Keikutsertaan peneliti POLBAN dalam riset graphene tidak lepas dari tanggung jawab
POLBAN untuk turut berperan aktif dalam memberikan sumbangan terhadap penelitian terapan yang
dapat diaplikasikan. Kerjasama POLBAN dengan intitusi lain harus terus digalakkan dan mutlak
untuk ditingkatkan mengingat keterbatasan fasilitas yang dimiliki POLBAN, terutama dari sisi
peralatan karakterisasi material. Kerjasama dengan pihak swasta juga tidak kalah penting guna
membantu mengkomersialkan hasil penelitian-penelitian tersebut.
Polban memiliki potensi sumber daya manusia yang cukup, dengan kurang lebih 60 Doktor
dan ratusan Magister. Menurut hemat saya, jumlah tersebut adalah sumber daya yang cukup untuk
menggerakkan potensi penelitian POLBAN ke depan. Potensi lain yang dimiliki adalah sumber
9
pendanaan yang makin tahun makin besar. Saat ini saja tidak kurang dari 7 Milyar rupiah/tahun dana
telah disediakan oleh pemerintah melalui DIPA-POLBAN dengan berbagai macam skema penelitian.
Namun demikian, tantangan dan hambatan penelitian masih ada dan perlu diselesaikan bersama
diantaranya:
Kendala peralatan yang terbatas, khususnya peralatan yang ada sebagian besar adalah peralatan-
peralatan lama yang sudah harus diperbaharui. Lebih dari itu, peralatan tersebut bukanlah
peralatan riset. Untuk itu POLBAN perlu memikirkan pengadaan peralatan penunjang riset yang
dapat digunakan oleh semua peneliti lintas jurusan. Akan lebih baik jika bisa dibentuk suatu Pusat
Riset (Research Center);
Kendala tempat, mengingat POLBAN adalah salah satu Pendidikan Tinggi Vokasi maka tidak
terlepas dengan fungsi utamanya dalam menyiapkan tenaga terdidik dan terampil sehingga
banyak aktifitas dosen masih dalam bentuk mengajar dan membimbing praktikum. Dengan
kondisi seperti itu, waktu untuk bisa melakukan penelitian sangat terbatas dan tempat untuk
meneliti pun bergantian dengan laboratorium-laboratorium yang dipergunakan untuk praktikum
regular;
Kendala waktu, mengingat jam kerja karyawan POLBAN terbatas sampai pukul 5 sore dan
biasanya waktu selesai praktikum antara pukul 3-4 sore. Dengan demikian, penelitian yang
dilakukan setelah jam kerja sangat sulit untuk dilaksanakan. Untuk itu perlu kita pikirkan
fleksibilitas waktu bagi peneliti sehingga dapat melakukan penelitian sampai malam bahkan pagi
jika memungkinkan;
Aturan main terkait penelitian juga menyebabkan terjadinya penurunan jumlah usulan proposal
namun demikian KEMENRISTEKDIKTI pada tahun 2016 sedang mengusulkan deregulasi ke
Menteri Keuangan mengenai hal tersebut dan semoga menjadikan iklim penelitian lebih kondusif.
8. REKOMENDASI
Salah satu usaha yang dianggap membantu mengatasi kendala-kendala tersebut di atas adalah
dengan menumbuhkan Pusat Riset. Pada saat ini kita sudah memiliki dua Pusat Riset dan sedang
mengusulkan satu pusat riset lagi yang bernama Pusat Riset Material dan Nanoteknologi. Pusat
penelitian material dan nanoteknologi sedang kita usulkan kepada pimpinan POLBAN pada tahun
2016 ini dan semoga Bapak Direktur dan SENAT Polban sekalian dapat menyetujui dan membantu
pendirian COT (Center of Technology) di bidang Material dan Nanoteknologi. Pusat penelitian ini
merupakan pusat penelitian multi disiplin serta lintas berbagai bidang ilmu baik kimia, fisika,
mekanik, listrik, elektronika, energi, sipil, dan disiplin ilmu lainnya yang mungkin juga bisa turut
berkontribusi.
10
POLBAN sebenarnya juga sudah memiliki kegiatan mahasiswa yang berhubungan dengan
material dan nanoteknologi yang disebut Masyarakat Nanoteknologi POLBAN. Bahkan masyarakat
Nanoteknologi POLBAN ini juga sudah tergabung di dalam masyarakat nanoteknologi Indonesia
(MNI). Masyarakat nanoteknologi POLBAN didirikan pada tahun 2014 oleh berbagai mahasiswa
lintas program studi dan pada saat ini sudah terdapat sekitar 200 anggota terdaftar. Melihat
antusiasme mahasiswa dan beberapa peneliti di POLBAN, tidak salah jika Pusat Penelitian Material
dan Nanoteknologi selayaknya didorong dan diberi tempat untuk berkembang sekaligus dapat
berperan lebih banyak lagi dalam penelitian-penelitian terapan yang berhubungan dengan
nanoteknolgi.
9. UCAPAN TERIMA KASIH
Akhir kata saya ucapkan terima kasih atas perhatian para hadirin yang telah mengikuti
penyampaian makalah saya sampai akhir, semoga bermanfaat bagi saya pribadi dan Bapak Ibu
sekalian. Tidak lupa saya sekali lagi, ucapkan terima kasih kepada Direktur Politeknik Negeri
Bandung, Dr. Ir. Rachmad Imbang Tritjahjono, MT, Kajur Teknik Kimia dan teman-teman yang
telah memberikan masukan dan koreksi terhadap makalah ini seperti Pak Hayadi dan Pak Edi.
Apabila terdapat kealpaan terhadap segala sesuatu yang saya sampaikan, saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
10. DAFTAR PUSTAKA
Ermin, M., Andreas, K.(2013). Ultrafast Relaxation Dynamics and Optics, Graphene and carbonNanotube, pp.164.
Choi, W., Lahin, I. (2010). Synthesis of graphene and its applications: A Review, Solid State MaterialSciences, 35-1, pp. 52-71.
Geim, A., Status and Prospect. (2009). Graphene : Status and Prospect. Science, 324- 5934, pp.1530-1534.
Novoselov K.S., et al. (2009). Road map for graphene, Nature, 490, pp. 192-200.ZurutuzaA., Marinelli, C. 2014.Challenges and opportunities in graphene commercialization,
Nature Nanotechnology, 9-10, pp. 730-734.
11
PENGEMBANGAN ASET DESAWISATA BERBASIS
PENTAHELIX MODEL
Dr. A Gima Sugiama, SE., MP.Staf Pengajar Manajemen Aset Politeknik Negeri Bandung
ABSTRAK
Pariwisata menjadi industri tercepat pertumbuhannya dibanding industri lainnya di berbagai negara.Pariwisata diyakini dapat menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi termasuk di kawasan pedesaansebagaimana di Indonesia. Tujuan tulisan ini untuk mendiskusikan pengembangan desawisataberbasis Pentahelix Model yang berkelanjutan. Mengacu pada landasan teori pengembangandesawisata dapat diungkap bahwa, kawasan pedesaan yang berpotensi dikembangkan menjadidesawisata adalah yang memiliki 4 komponen dasar sebagai aset desawisata yang disebut 4A.Keempat komponen aset kepariwisataan dimaksud meliputi Atraksi, Aksesibilitas, Ameniti, danAnsilari. Pengembangan aset desawisata yang berkelanjutan dapat dirancang dalam sebuahPentahelix Model. Model tersebut melibatkan lima pihak yakni pengelola desawisata, publik,pebisnis, akademia, dan masyarakat setempat. Masing-masing pihak dapat berkontribusi sesuaikapasitas dan kapabilitasnya. Rangkaian riset telah dilakukan dengan pendekatan kualitatif dankuantitatif dengan metode deskriptif di Desawisata Penglipura Bali, Selasari, dan di KertayasaPangandaran. Hasil riset menunjukkan, jika kelima pihak dapat bekontribusi bersama-sama secaraholistik dan terintegrasi, maka desawisata dimaksud dapat terjamin keberlanjutannya sesuai tujuan.Selain itu, sikap dan budaya serta keterbukaan masyarakat setempat (host community) terhadapkedatangan wisatawan sangat menentukan keberhasilan desawisata yang dikembangkan tersebut.
Kata kunci: pengembangan aset desawisata, pentahelix model.
1. PENDAHULUAN
Pariwisata diyakini menjadi industri terbesar dan yang paling cepat pertumbuhannya di dunia
(Esmailzade, 2013, Matiza and Olabanji, 2014, Sugiama, 2014b). Pada umumnya di negara-negara
sedang berkembang, industri pariwisata menjadi upaya untuk mendorong perekonomiannya
sebagaimana di Indonesia (Lietaer and Stephen, 2003., Matiza and Olabanji, 2014., Mir, 2014.,
Sugiama, 2014a, Sugiama, 2014b). Karena itulah hingga saat ini, industri pariwisata menjadi isu
sangat populer di berbagai negara sebagai penggerak perekonomian termasuk di Indonesia
(Esmailzade, 2013., Lietaer and Meulenaere, 2003, Ivolga and Vasily, 2013., Mir, 2014., Sugiama,
2014a, Sugiama, 2014b).
Pengembangan pariwisata dapat dibangun di kawasan pedesaan yang disebut desawisata.
Pengembangan desawisata umumnya ditujukan untuk membangun ekonomi, dan untuk pelestarian
alam serta budaya masyarakat pedesaan setempat (Guo and others, 2014., Mutana, 2013., Sugiama,
2013., Sugiama, 2014a, Sugiama, 2014b). Desawisata dapat berkontribusi positif bagi pendapatan
masyarakat, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan distribusi barang, menekan serendah
mungkin tingkat urbanisasi, dan mengurangi tingkat kemiskinan (Esmailzade, 2013., Mir, 2014).
12
Khususnya dampak pariwisata pada perekonomian, pariwisata dapat berdampak positif bagi tingkat
pertumbuhan kesejahteraan ekonomi (pro-growth), diharapkan makin terbukanya kesempatan kerja
bagi masyarakat setempat (pro-job), dan dapat mengurangi jumlah penduduk miskin atau pro-poor
(Sugiama,:12, 2011.c)”
Setiap pengembangan tempat wisata perlu dipertimbangkan 4 komponen dasar kepariwisataan
yang perlu dielaborasi. Keempat komponen dimaksud disebut 4A yakni: Attraction, Accessibility,
Amenities, and Ancillary (Cooper, 2000., Sugiama, 2014a., Sugiama, 2013., Sugiama, 2014c).
Pengelolaan seluruh komponen tersebut perlu dukungan berbagai pihak (stake holder) yang di
dalamnya terutama: masyarakat setempat, pemerintah, pengelola desawisata, dan perguruan tinggi
sebagaimana dikenal dalam model triple helix (Sugiama, 2014). Perkembangan kolaborasi antar
pihak dalam sebuah stake holder terus meningkat, dan dalam pengembangan kepariwisataan dapat
diaplikasikan Penta Helix Model (adaptasi dari Boras, 2013., Calzada dan Bjork, 2013., Nano-
technology, 2012., Noorul, 2014).
Indonesia memiliki potensi alam dan budaya melimpah yang dapat menjadikan industri
pariwisata sebagai andalan, bahkan menjadi unggulan di masa datang. Dengan posisi geografis di
katulistiwa serta kondisi alam, hayati, dan budaya yang beragam, Indonesia memiliki potensi besar
untuk mengembangkan pariwisata. Namun potensi tersebut belum dapat menarik kunjungan
wisatawan mancanegara sebagaimana harapan. Angka kunjungan wisatawan mancanegara (wisman)
ke Indonesia selama tahun 2012 sebanyak 8.044.462 orang. Ada peningkatan dari tahun 2011 yang
hanya mencapai 7.649.731 orang (Parekraf, 2013). Jumlah ini melampaui target yang ditetapkan
dalam Rencana Strategis (Renstra) yaitu 7,2 juta orang. Untuk jumlah wisman tahun 2011 meningkat
8,5 persen dibanding dengan tahun 2010. Selain itu, pengeluaran yang mereka habiskan selama
berwisata juga meningkat dari US$ 1.085,75 di tahun 2010 menjadi US$ 1.118, 26 per orang per
kunjungan tahun 2011. Pengeluaran wisman ini berpengaruh pada naiknya perolehan devisa
pariwisata 2011 dari US$ 7,6 miliar menjadi US$ 8,5 miliar, atau tumbuh 11,8% dibanding tahun
lalu. Tetapi, berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, naiknya angka kunjungan
wisatawan ke Indonesia telah membawa peringkat Indonesia naik ke posisi ke-74 dunia di antara 139
negara (World EconomicForum, 2012). Awalnya peringkat Indonesia adalah ke-81 pada 2010 dan
kini naik peringkat ke-74 pada 2011. Indonesia mengalami kenaikan dua peringkat, dari peringkat
15 ke ranking 13 di Asia-pasifik (Budpar, 2012).
Pemerintah Indonesia dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara antara
lain melalui upaya memaksimalkan pengembangan Desa Wisata. Potensi wisata alam dan budaya di
Indonesia tersebar di berbagai daerah terutama di kawasan pedesaan. Namun aset kepariwisataan
yang ada di pedesaan tersebut masih belum dimanfaatkan untuk kepariwisataan. Di sisi lain, kondisi
umum perekonomian di pedesaan jauh tertinggal oleh pembangunan di kota. Menurut Dao (2004),
13
umumnya penduduk pedesaan di berbagai negara miskin tersebar terutama di pedesaan. Khan (2000)
memperhitungkan sekira 63 persen penduduk miskin dunia itu berada di daerah pedesaan. Kondisi
demikian juga terjadi di negara-negara miskin dan di negara-negara berkembang (Todaro and Smith
dalam Dao, 2004). Khusus di Indonesia, pada Maret 2011, jumlah penduduk miskin di Indonesia
sebanyak 30,2 juta orang. Dari jumlah tersebut tersebar di pedesaan mencapai 18,97 juta orang.
Sebagian besar penduduk miskin di pedesaan tersebut bermata pencaharian sebagai petani subsisten
(BPS, 2011).
Kawasan Desawisata telah berkembang dalam segi jumlah kawasan di Indonesia dari tahun ke
tahun. Namun di sisi lain, pengembangan desawisata tersebut belum menghimpun berbagai pihak
secara holistik dan terintegrasi. Sebuah pengembangan desawisata dapat menjamin pertumbuhan
yang positif bagi kehidupan masyarakat setempat, dan tumbuh secara berkelanjutan dengan
melibatkan 5 pihak secara terpadu. Kelima pihak dimaksud meliputi: pengelola desawisata, publik,
pebisnis, akademi, dan masyarakat sosial setempat. Pengembangan model yang holistik, dan
kolaborasi terintegrasi antar kelima pihak tersebut dapat dibentuk dalam sebuah model yang disebut
Pentahelix Model (adaptasi dari Boras, 2013., Calzada dan Bjork, 2013., Nano-technology, 2012.,
Noorul, 2014., Yahya, 2015).
2. PENGEMBANGAN ASET DAN USAHA KEPARIWISATAAN
Setiap pedesaan memiliki karateristik alam dan budaya cenderung berbeda. Beberapa kawasan
berpotensi dikembangkan menjadi kawasan wisata. Kreativitas dan inovasi berwirausaha di tiap
pedesaan dapat dikembangkan melalui dorongan berbagai pihak pemangku kepentingan (Kajanus,
2000). Potensi yang dimiliki tiap kawasan pedesaan dapat didorong dan diwujudkan melalui
serangkaian usaha kepariwisataan.Semua pihak yang berkepentingan perlu bersatu padu
mewujudkannya. Bagaimana upaya tersebut harus dilakukan? Kajanus memberikan langkah
strategik untuk mendorong kreativitas dan inovasi penduduk pedesaan setempat dalam berwirausaha
(Kajanus, 2000:712).
Setiap destinasi wisata yang terjamin keberlanjutannya tidak lepas dari upaya pengintegrasian
atau penyatuan upaya semua pihak pemangku kepentingan. Semua pihak perlu mengoptimasi
pengembangan potensi masing-masing. Potensi tersebut ditujukan untuk memuaskan wisatawan
(Joppe, 2003., Levantis, 2000). Beragam potensi wisata yang perlu dikembangkan menjadi
kombinasi komponen aset kepariwisataan sebagaimana Gambar 1.
14
Gambar 1. Komponen Destinasi Wisata (Sugiama, 2014)
Pariwisata sebagai sebuah sistem mencakup beragam bisnis layanan kepariwisataan.
Pariwisata dapat dikategorikan sebagai industri, artinya industri pariwisata meliputi berbagai sektor
layanan dan setiap sektor mencakup serangkaian items bisnis. Pariwisata di antaranya meliputi sektor
layanan transportasi, akomodasi, dan atraksi wisata. Sebuah sektor layanan akomodasi wisata di
dalamnya meliputi sejumlah layanan berbeda antara lain layanan penginapan, makanan, dan
minuman bagi wisatawan. Untuk kepentingan penginapan ditawarkan layanan hotel, motel,
homestay, guest house, dan lainnya. Sedangkan untuk makanan dan minuman ada beberapa macam
penawaran misal layanan restoran, dan catering.
Pengembangan setiap destinasi wisata dapat membuka lapangan usaha yang menjadi sumber
pendapatan berbagai pihak. Ada delapan sektor usaha yang telah sektor usaha kepariwisataan yang
terbuka karena adanyapengembangan industri pariwisata di sebuah destinasi wisata meliputi
Accommodation, Adventure Tourism and Recreation, Attractions, Events and Conferences, Food and
Beverage, Tourism Services, Transportation, Travel Trade (CTHRM, 2012). Jika dilakukan
simplifikasi pembagian sektor di atas sebagaimana pengkategorian menurut Canadian Tourism
Human Resource Council (CTHRM, 2012) industri pariwisata, berkenaan dengan kepentingan
pengembangan desawisata, pembagian sektor dalam pariwisata yang lebih sederhana dapat
dikelompokkan menjadi 6 sektor sebagaimana Gambar 2.
Atraksiwisata
Aksesibilitas
AmenitiAnsilari
KomponenKepariwisataan
15
Gambar 2. Enam Sektor dalam Industri Pariwisata (Sugiamac), 2011)
3. METODOLOGI
Rangkaian penelitian telah dilakukan sejak 2013 hingga 2015, menggunakan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif dengan metode deskriptif. Penelitian dilakukan di tiga desawisata yakni di
Penglipuran Bali, di Kertayasa, dan di Selasari Pangandaran. Penelitian difokuskan pada elaborasi
pengembangan komponen aset desawisata (4A) mencakup Atraksi, Aksesibilitas, Ameniti, dan
Ansilari. Lima pihak sebagai stake holder pengembangan desawisata yakni pengelola desawisata,
publik, pebisnis, akademia, dan masyarakat setempat. Untuk mengetahui kualitas layanan dari
masing-masing desawisata tersebut, dikaji pula penilaian wisatawan pada layanan desawisata.
4. PENGEMBANGAN DESAWISATA HUBUNGANNYA DENGAN PENDAPATAN
.MASYARAKAT
Menurut Holland dkk (2003:3), kira-kira 75% masyarakat miskin di dunia tersebar di
pedesaan. Di sisi lain, tempat tujuan paling disukai di negara-negara berkembang berupa taman
nasional, area hutan (wilderness areas), pegunungan, danau, dan kawasan budaya berada di
pedesaan. Artinya kawasan pedesaan memiliki potensi aset untuk dikembangkan menjadi kawasan
wisata di desa bersangkutan. Holland menyebut pengembangan kepariwisataan di kawasan pedesaan
miskin dengan istilah Pro-Poor Tourism atau PPT (Holland dkk, 2003., Dao, 2004).
Sebagian besar penduduk miskin berada di daerah pedesaan. Menurut Dao (2004:504)
umumnya masyarakat miskin di pedesaan bekerja sebagai petani. Potensi yang dapat digali dari
pekerjaan mereka sehari-hari antara lain mengembangkan agritourism atau agrowisata. Pekerjaan
umunya di pedesaan adalah berpencaharian sebagai petani. Kemampuan meningkatkan produktivitas
Makanan &minumanPenginapan Perjalanan
wisata
Transportasi
wisataRekreasi &hiburan
Organisasikepariwisataan
Desawisata
16
para petani sangat diperlukan dan menjaga peningkatan produktivitas tersebut secara berkelanjutan.
Namun banyak kendala dalam mengembangkan ekonomi di pedesaan (Regmi dan Karl, 2000:798):
1. Peningkatan populasi penduduk di pedesaan sulit dikendalikan
2. Para petani di pedesaan umumnya sebagai petani subsisten (petani gurem)
3. Kemiskinan di pedesaan memiliki kekhasan tersendiri
4. Sumberdaya di pedesaan makin berkurang/menurun
5. Penggundulan hutan (deforestation)
6. Menurunnya kualitas dan kuantitas lahan/tanah di pedesaan (land degradation)
Berkenaan dengan upaya “pengentasan kemiskinan di daerah pedesaan”, pemerintah beserta seluruh
pemangku kepentingan perlu bekerjasama meningkatkan pendapatan masyarakat. Pengembangan
kreativitas dan inovasi usaha di pedesaan perlu mempertimbangkan faktor sosio-ekonomi dan
karakteristik masing-masing pasar terutama pemenuhan relung pasar (Diamra dkk, 2003).
Sustainabilitas pengembangan kepariwisataan perlu berbasis pada kultur masyarakat setempat.
Sustainabilitas kepariwisataan yang memelihara budaya telah terbukti sebagaimana di Bali oleh
Lietaer dan Stephen (2003). Setiap daerah yang memiliki potensi kepariwisataan perlu
dikembangkan berdasarkan kekhasan masing-masing. Ciri khusus yang membedakan antara satu
dengan tempat lainnya dapat dijadikan sebagai “brand” (Medway dan Gery, 2008., Farrah dkk.,
2204:5)
Indikator pembangunan ekonomi pedesaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) indikator
produksi meliputi produktivitas usaha tani dan insentif produksi, dan (2) indikator kesejahteraan
petani meliputi struktur pendapatan, pengeluaran untuk pangan, daya beli rumah tangga petani, dan
ketahanan pangan rumah tangga petani. Pendapatan menjadi salah satu indikator penting bagi petani
di pedesaan. Tingkat pendapatan ini menjadi indikator utama dalam mengukur kesejahteraan
penduduk pedesaan yang identik dengan petani (Sarjana dan Munir, 2008, Susilowati dkk, 2010).
Indikator pendapatan masyarakat pedesaan khususnya penduduk miskin dapat dijadikan ukuran
keberhasilan pengembangan kawasan pedesaan (desawisata). Jika dihubungkan secara kausalitas,
pemasaran aset wisata berkualitas itu dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
Gambar 3. Kausalitas Upaya Pemasaran Aset Wisata Berkualitas terhadap Jumlah Kunjungan dan
Tingkat Pendapatan.
Pengembangan asetdesawisataberkualitas
Jumlah Kunjunganwisatawan
Tingkat pendapatanmasyarakat
17
5. PENTAHELIX MODEL
Ada 5 (lima) pihak yang dapat dirancang untuk berkontribusi bagi pengembangan desawisata
secara berkelanjutan. Kelima pihak dimaksud meliputi: pengelola desawisata, publik, bisnis,
akademi, dan masyarakat sosial setempat. Pengembangan model yang holistik, dan kolaborasi
terintegrasi antar kelima pihak tersebut dapat dibentuk dalam sebuah model yang disebut Pentahelix
Model (adaptasi dari Boras, 2013., Calzada dan Bjork, 2013., Nano-technology, 2012., Noorul,
2014). Berkenaan dengan upaya integrasi para pemangku kepentingan dan pihak yang berkolaborasi
dalam pengembangan serta pemasaran desawisata dirancang model sebagaimana Pentahelix Model
yang dicerminkan Gambar 4.
Gambar 4. Model Penta Helix Desawisata.
Pada dasarnya integrasi pengembangan dan pemasaran desawisata perlu dibangun dengan
melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak tertentu menjadi pilar yang kokoh
dalam membangun desawisata sebagaimana dicerminkan Gambar 5.
Gambar 5. Kolaborasi Pilar Utama Pengembangan dan Pemasaran Desawisata Berkelanjutan
berbasis Pentahelix Model (Adaptasi dari Yahya, 2015).
Pemerintah Industri
Akademia
Masyara-kat lokal
BisnisDesawisata
Deswisata
Akademia Bisnis Pemerintah Industri Masy. lokal
18
Pengembangan desawisata akan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke
kawasan pedesaan tersebut, karena itu pengembangan desawisata berdampak positif pada kehidupan
masyarakat setempat di antaranya pada pengurangan pengangguran (Adamowicz, 2010., Guo and
others, 2014., Sugiama, 2009., Sugiama, 2014c Sugiama, 2014a). Setiap desawisata yang telah
dikembangkan perlu dijaga keberlanjutannya, agar dampak positif tersebut juga berkelanjutan, untuk
itulah penting diterapkan prinsip dan konsep konservasi alam dan budaya sebagaimana dikenal dalam
ecotourism atau pariwisata berwawasan ekologi. (Dorobantu et al., 2012., Sugiama, 2014c).
Studi menujukkan bahwa, tidak semua tempat wisata di kawasan pedesaan dapat
dikembangkan sebagai desawisata yang dapat meningkatkan kunjungan dan pendapatan masyarakat
setempat sebagaimana hasil studi Sugiama di Kawasan pantai Selatan Cipatujah (Sugiama, 2014c),
dan hasil studi Boscovic et al. (2013). Beberapa tempat wisata di kawasan pedesaan yang
dikembangkan tidak berbasis pada labor intensive yang berasal dari desa setempat, namun
mengutamakan capital intensive yang berasal dari para investor. Pengembangan desawisata yang
ideal bagi kesejahteraan masyarakat setempat adalah yang berbasis pada potensi aset kepariwisataan
setempat. Untuk itu, perlu rangkaian tahapan yang perlu dielaborasi, mulai dari menggali potensi
hingga pengendalian dampak kepariwisataan tersebut (Boskovic et al., 2013., Sugiama, 2014a).
Gambar 6. Model Hipotetik Upaya Strategis Pentahelix Integrasi Pengembangan dan Pemasaran
Aset Desawisata untuk meningkatkan Jumlah Kunjungan dan Pendapatan Masyarakat Pedesaan.
6. PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN DESAWISATA BARU
Hasil riset menunjukkan bahwa, tidak semua desa yang menjadi tempat wisata dapat
dikembangkan menjadi sebuah desawisata, karena sebuah desawisata memerlukan daya dukung
terutama dari pihak masyarakat setempat atau host community (Sugiama, Jann, dan Adrianto, 2014b).
Sebaliknya ada beberapa kawasan pedesaan yang telah menjadi tempat wisata memiliki potensi
Pengembangan Aset
desawisata(Atraksi,
aksesibilitas,ameniti,ansilari)
PendapatanPendudukpedesaan
JumlahKunjunganWisatawan
KepuasanWisatawan
LoyalitasWisatawan
Daya dukung: Pengelola, Pemerintah, Publik, Pebisnis, & Masyarakat setempat (Pentahelix)
19
untuk dikembangkan menjadi desawisata. Penelitian yang telah dilakukan di dua desa yakni di Desa
Selasari dan Kertayasa, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran misalnya (Sugiama., Jann, dan
Adrianto, 2014b). Desa Selasari memiliki karakteristik serupa dengan Desa Kertayasa. Desa Selasari
mempunyai potensi untuk dijadikan sebuah Desawisata, karena di desa ini terdapat aliran sungai
yang telah dijadikan kawasan wisata body rafting. Selain itu memiliki panorama alam pedesaan, serta
potensi gastronomi, homestay. Namun pengelolaan kepariwisataan belum optimal dan pemasarannya
belum terintegrasi dengan baik. Karena itulah menarik untuk dijadikan sebuah kajian pemasaran
desawisata (Sugiama., Jann, dan Adrianto, 2014b).
Berdasarkan hasil kajian sebelumnya, kosep pengembangan desawisata yang
mengintegrasikan antar berbagai pihak berdasarkan potensi aset kepariwisataan masyarakat
pedesaan setempat tercermin sebagaimana Gambar 7 (Sugiama., Jann, dan Adrianto, 2014b).
Pengembangan desawisata dapat dirancang secara terpadu yang didukung berbagai pihak dalam
sebuah konsep integrated rural tourism development sebagaimana dikenal dalam konsep quadro
helix.
Gambar 7. Integrated Rural Tourism Development Model (Sugiama., Jann, dan Adrianto, 2014b).
Berdasarkan hasil kajian, pemasaran desawisata melibatkan 6 pihak yang merupakan
interelasi, dan sekaligus merupakan interkoneksi antar pihak yang terintegrasi dalam sebuah sistem
terpadu (Sugiama., Jann, dan Adrianto, 2014b). Pengembangan sebuah desawisata memerlukan
serangkaian langkah strategis sebagaimana dicerminkan Gambar 8 yang menunjukkan general
framework of rural tourism(Sugiama., Jann, dan Adrianto, 2014b). Hasil riset di beberapa desawisata
menunjukkan bahwa, desawisata yang berkelanjutan adalah yang berbasis pada konservasi alam dan
Prospectiverural
toruism
Newrural
toruism
Integratedrural
tourismdev’t
(quadro
Government
Academia
BusinessLocalcommu
-nity
Accessibility
Transportation infrastructure,transportation services
Attraction
Natural,cultural,
spec.attractions
Ancillary
Amenity
Tourism board, tourismassociations, tourism communities
Foods &beverages,
hotels,guides, etc.
20
budaya setempat, serta berakar dari masyarakat yang didukung pemerintah, industri dan akademia
(Sugiama., Jann, dan Adrianto, 2014b).
Gambar 8. Kerangka Kerja Umum Pengembangan Desawisata dan Integrasi Pemasaran Berbasis
Potensi Aset Kepariwsataan Masyarakat Setempat (Sugiama., Jann, dan Adrianto, 2014b).
Setiap kerangka kerja konseptual perlu dilengkapi panduan langkah kerja teknis dan
operasional. Pemasaran adalah satu di antara upaya teknis dan operasional pengembangan
desawisata. Sebagai gambaran sebab-akibat dalam rangkaian langkah strategis dan teknis operasional
Aset alampedesaan
Aset budayapedesaan
Konservasi alam Konservasi budaya
Pengembanganaset desawisata
Atraksi wisata Ameniti
Aksesibilitas Ansilari
Pedesaan prospektifuntuk kepariwisataan
Pengendaliandampak
kepariwisataan
Lingkungan fisik Sosial & budayaEkonomi
Desawisata baru
Dampakkepariwisataan
Integrasipemasaran
asetdesawisata
PenyediaAtraksiwisata
PenyediaLayanan
transportasi
Penyediamakanan
danminumanPenyedia
layananpenginapa
n
Penyediapaket
perjalananwisata
Organisasikepariwi-
sataan
21
pemasaran desawisata dapat digambarkan sebagaimana dalam Gambar 9. Gambar fishbone/cause
and effect diagram langkah strategi dan teknis pemasarana desawisata tersebut, mencerminkan
rangkaian langkah yang konsisten dan memerlukan komitmen tinggi dari semua pihak dalam
pemasaran desawisata.
Gambar 9. Langkah Strategis dan Teknis Operasional Pemasaran Desawisata(Sugiama., Jann
Hidajat, dan Tomy Adrianto, 2014b)
7. PENUTUP
Pentahelix Model dapat dijadikan sebuah model pengembangan desawisata berkelanjutan.
Model tersebut dapat memicu pertumbuhan kesejahteraan masyarakat pedesaan setempat, dan
menumbuhkan sadar konservasi alam serta budaya setempat. Pengembangan model yang holistik,
dan kolaborasi terintegrasi antar lima pihak dapat dibentuk dalam sebuah model Penta Helix, yang
di dalamnya meliputi pihak: pengelola desawisata, publik, pebisnis, akademi, dan masyarakat sosial
setempat.
Pengembangan sebuah desawisata yang memiliki sustainabilitas yang tinggi sangat besar
dipengaruhi dan bergantung pada kesadaran, keterbukaan serta budaya masyarakat setempat. Artinya
praktek integrasi pengembangan dan pemasaran desawisata tidak lepas dari peran utama host
community di mana desawisata dikembangkan. Beragam permasalahan yang dihadapi dan menjadi
kendala dapat ditemui di kawasan pedesaan yang memiliki potensi alam dan budaya untuk
Penduduk lokal
Konservasialam
Pemasarandesawisatayangberke-lanjutan
Penyebab Akibat
Infrastruktur Penyedia Saranakepariwisataan
Pemerintah Pengusaha Akademia
Transportasi
Bangunan
Air & sanitasilingkungan
Atraksi wisata
Transportasi
Akomodasi
Ansilari
Penelitian
Pengabdian
Pendidikan& pelatihan
Prinsipal
Transportasi
Perjalanan
Kebijakan
Aturan
Prasaranapublik
Tempat rekreasi
Peralatan danperlengkapan
Teknologi informasi
Konservasibudaya
22
kepariwisataan. Permasalahan yang berkenaan dengan pengembangan dan pemasaran
kepariwisataan terutama menyiapkan masyarakat untuk menjadi penyedia layanan kepariwisataan.
Untuk itu, upaya strategis dan teknis guna menyiapkan masyarakat khususnya di kawasan pedesaaan
sangat penting disiapkan untuk dijadikan sebuah desawisata yang berbasis pada kesediaan untuk
menjadi penyedia layanan wisata. Adapun pihak lain dalam pentahelix berperan mendukung
masyarakat setempat dalam mengembangkan dan menjaga sustainabilitas desawisata bersangkutan.
10. DAFTAR PUSTAKA
Adamowicz, Joanna (2010), Towards Synergy Between Tourism and Nature Conservation. theChallenge for the Rural Regions: the Case of Drawskie Lake District, Poland, Versita, Europ.Countrys; Vol. 3· 2010; p. 118-131
Boskovic, Tatjana., Radovan Tomic., Danilo Tomic (2013), Potentials And Limitations For TheDevelopment of Rural Tourism In Vojvodina., Economics of Agriculture, Vol 60., No. 1., p.103-113
Boras, Valkommen Till, (2013), Penta Helix: Textile and Fashion Center,Calzada, Igor and Fredrik Bjork, (2013), Future of Cities Programme andForum for Social
Innovation Sweden, Oxford University., Diunduh 24 April 2015., sumber:http://www.incontext-fp7.eu/sites/default/files/Bjork_POSTER_berlin_2013_1.pdf
Cooper, Chris Cs., (2000), Tourism: Principles and Ppractice, Second Edition, Longman, EnglandCTHRM (Canadian Tourism Human Resource Council), (2012), Sectors In Tourism, diunduh 5 Mei
2012, http://www.tc.gov.yk.ca/df/SectorsinTourism.pdfDao, Minh Quang (2004), Rural poverty in developing countries: an empirical analysis, Journal of
Economic Studies, Emerald Group Publishing Limited, Vol. 31 No. 6, 2004, pp. 500-508Dimara, Efthalia., Anastasia Petrou dan Dimitris Skuras, (2003), The socio-economics of niche
market creation A social ecology paradigm for the adoption of organic cultivation in Greece,International Journal of Social Economics, Vol. 30 No. 3, pp. 219-235
Dorobuntu, Maria Roxana., Gheorghe, Georgica; Nistoreanu, Puiu (2012)., Competitiveness of Agro-Food and Environmental Economy., Conference Papers & Proceedings., Faculty of Agro -Food and Environmental Economics - Bucharest University of Economic Studies., p. 385-394
Esmailzade, Aliakbar, (2013), Factor Analysis of Rural Tourism Development from VillagersViewpoint in Chaharmahalva Bakhtiari Province (Case study: Yancheshmeh Village),International Journal of Agriculture and Crop Sciences, Vol. 5., Num 21., pp. 2630-2633
Farrah, Judy (2001), Strategic Planning, Foundation for Community Association Research,Alexandria
Guo, Jumping., Bin Zhang, and Xiyan Zhang, (2014), Study in Rural Reduction Effect to TrafficInfrastrucutre, Asian Agricultural Research, Vol 6., Num. 7., p. 4-8.
Holland, Jenny., Michael Burian and Louise Dixey (2003), Tourism in Poor Rural Areas:Diversifying the product and expanding the benefits in rural Uganda and the Czech Republic,Pro-poor Tourism, Uganda
Ivolga, Anna and Vasily Erokhin (2013), Tourism as an Approach to Sustainable RuralDevelopment: Case of Southern Russia, Economic of Agriculture, Vol. 60, No. 4, p.789-800
Joppe, Marion (2003), Optimizing Tourism Destination Development in Canada, InternationalJournals of Contemporary Hospitality Management, Vol 14, No 6, pp. 308-311
23
Kajanus, Miika, (2000), A model for creating innovative strategies for anenterprise and itsapplication to a rural enterprise, Management Decision, Vol 38/10, pp. 711-722
Lietaer, Bernard and Stephen De Meulenaere, (2003), Sustaining Cultural Vitality in a GlobalizingWorld: the Balinese Example, International Journal of Social Economics, Vol. 30 No. 9, 2003,pp. 967-984
Matiza, Tafadwa and Olabanji A Oni (2014), The Perceived Economic Benefits of Tourism: The Caseof a Rural Community Bordering the Kruger National Park in Limpopo Province, SouthAfrica, Mediteranian Journal of Sciences, Vol 5. No. 20, p.322-328
Medway, Dominic dan Gary Warnaby, (2008), Alternative perspectives on marketing and the placebrand, European Journal of Marketing, Vol. 42 No. 5/6, pp. 641-653
Mutana, Sarudazai (2013), Rural tourism for pro-poor development in Zimbabwean ruralcommunities: Prospects in Binga rural district along lake Kariba. International Journal ofAdvanced Research in Management and Social Sciences, 2(4), 147-164.
Nano-technology, (2012), Penta Helix, diunduh 24 April 2015, sumber: http://congresses.icmab.es/ews2012/ presentations/Leif%20Rasmussen.pdf
Noorul, Dato’ Sri, (2014),Open Innovation in Public Service Reform, Putrajaya InternationalConvention Centre (PICC), Diunduh: 24 April 2015, sumber:http://capam2014.mampu.gov.my/NOTES/DAY%203/Hall%203/Dato%27% 20Sri%20Dr%20Noorul.pdf
Regmi Punya P. dan Karl E. Weber, (2000), Problems to agricultural sustainability in developingcountries and a potential solution: diversity, International Journal of Social Economics,International Journal of Social Economics, Vol. 27 No. 7/8/9/10, pp. 788-801
Sugiama, A Gima (2014), Kerangka Kerja Pengembangan Aset Pariwisata Berdasarkan ModelTriple Helix: Hubungan Akademia-Industri-Pemerintah, Prosiding Seminar Ilmiah, SeminarNasional Ekonomi dan Bisnis (SNEB), Universitas jenderal A Yani
Sugiama, A Gima (2009), Ecotourism: Tourism Development Based on Natural Conservation , Firsted., Guardaya intimarta, Bandung
Sugiama, A Gima (2008), Metode Riset Bisnis dan Manajemen, Guardaya Intimarta, BandungSugiama, A Gima (2013), Tourism Asset Management:The Effect of Service Quality on Tourist
Satisfaction and Loyalty (Manajemen Aset Kepariwisataan: Pelayanan Berkualitas agarWisatawan Puas dan Loyal), Edisi 1, Guardaya Intimarta, Bandung.
Sugiama, A Gima (2014a), Pengembangan Bisnis dan Pemasaran Aset Pariwisata, Edisi 1, GuardayaIntimarta, Bandung
Sugiama, A Gima., Jann Hidajat, dan Tomy Adrianto, (2014b), The Integrated Marketing Strategyto Increase Tourist Visit and Income of Poverty in the Rural Area (Strategi IntegrasiPemasaran Desawisata untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan danPendapatanMasyarakat Miskin Pedesaan), Research Report of The Strategic National Research inIndonesia, Bandung State Polytechnic
Sugiama, A Gima (2014c), The Framework of Rural Tourism Development, Business and EconomicSeminar, Proceeding, Jenderal A Yani University, Bandung, ISSN2406-8942., pp. 404-410.
24
Sumber lainnya:
BPS (2011), Hasil Sesnsus Penduduk, sumber; bps.go.idKemenbudpar (2012), dan Kemenbudpar (2014), Ranking Devisa Pariwisata Terhadap Komoditas
Ekspor Lainnya tahun 2004-2009. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI. Diakses pada27 Juni 2011.
Parekraf (2013), Data Kunjungan Wisatawan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,Sumber: http://web.parekraf.go.id
Yahya, Arief, (2015), Seminar Nasional Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ekonomi Universitas JenderalAchmad Yani (Unjani) Tahun 2015
25
PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN KAMPUS MELALUI INKUBATOR BISNIS
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tomy Andrianto, SST., MM.ParStaf Pengajar Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung
ABSTRAK
Pengembangan kewirausahaan Kampus merupakan kebutuhan yang harus diperhatikan oleh parapengelola Perguruan Tinggi baik Negeri ataupun Swasta. Pengembangan Kewirausahaan bukan sajamencetak para pengusaha baru atau mengembangkan usaha menjadi lebih maju saja, namun jugamenanamkan jiwa wirausaha kepada seluruh Sivitas Akademik Kampus agar dapat terus bertumbuh,haus akan kreativitas dan inovasi, dan selalu memberikan terobosan baru yang berdampak positif.Intinya tidak pernah puas akan pencapaian dan selalu ingin lebih baik. Inkubator Bisnis PoliteknikNegeri Bandung (disingkat InBis), yang didirikan sejak Tahun 2013 hadir memberikan tujuh layananinti, yaitu (1) ruangan, (2) fasilitas yang digunakan bersama, (3) konsultasi, (4) pendampingan bisnis,(5) pelatihan inwall/ outwall, (6) akses dana, dan (7) sinergisitas antar unit untuk Mahasiswa danAlumni. Fokus pada tahun 2015 dan 2016 InBis mengembangkan wadah dan komunitaskewirausahaan di Kampus Polban, salah satunya membantu mengembangkan Inkubator BisnisJurusan Teknik Kimia, peningkatan kapasitas Unit Kegiatan Mahasiswa Kewirausahaan, KoperasiMahasiswa dan Alumni serta komunitas wirausaha di bawah Organisasi Mahasiswa Polban lainnya.Pada Tahun 2016 ini InBis melebarkan sayap bekerjasama dengan Komunitas wirausaha luarKampus, seperti Ganesha Entrepreneur Club, Indonesian Business Scholl serta beberapa Inkubatoryang tergabung dalam Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI). InBis tidak akan berhasil apabilahanya berjalan sendiri, oleh sebab itu dalam pengembangan Kewirausahaan sangat dibutuhkankoordinasi dan bantuan segala pihak terutama pihak Jurusan, Program Studi dan Unit-unit layananlainnya. Bersama-sama segala pihak pasti Politeknik Negeri Bandung dapat mencetak lebih banyakEntrepreneur baru yang dapat mensejahterakan Bangsa Indonesia menjadi lebih baik di masa depan.
Kata Kunci: kewirausahaan, jiwa wirausaha, layanan Inkubator, komunitas wirausaha.
1. LATAR BELAKANG
Bangsa Indonesia saat ini dihadapkan pada masalah ekonomi dan kurangnya lahan pekerjaan
serta kemiskinan yang memerlukan perhatian khusus dari semua pihak. Jumlah pengangguran di
Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak 7,56 juta orang, bertambah 320 ribu orang dibandingkan
dengan periode yang sama tahun lalu, yaitu 7,24 juta orang (BPS, 2016). Kenyataan ini juga
menujukkan relevansi dengan kemiskinan dan kesejahteraan sebagian besar warga Negara Indonesia.
Menurut Economic welfare ranking kesejahteraan masyarakat Indonesia, adalah ke 126 di dunia
dengan angka kemiskinan lebih dari 12,5 persen atau lebih dari 30 juta orang (BPS, 2015). BPS
mencatat dibandingkan beberapa negara, Indonesia hanya mencetak 1,26% jumlah entrepreneur dari
total populasi sedangkan USA, mencetak 7,6% dan Singapore 7,2% (BPS, 2016). Menurut
McClelland (2000), salah satu faktor yang menyebabkan sebuah negara menjadi maju adalah
26
ketika jumlah wirausahawan yang terdapat di negara tersebut berjumlah 2% dari populasi
penduduknya.
Faktor yang saat ini disinyalir menjadi pemicu sedikitnya Entrepreneur di Indonesia, yaitu
masih kurangnya mental bewirausaha dan masih sedikit kreatifitas dan inovasi lulusan Perguruan
Tinggi yang bisa dikembangkan menjadi usaha nyata. Hal ini berujung pada kurang banyaknya
penciptaan lapangan pekerjaan baru di masyarakat. Salah satu upaya dalam mengurangi tingkat
pengangguran terdidik di Indonesia adalah dengan menciptakan lulusan-lulusan yang tidak hanya
memiliki orientasi sebagai job seeker namun job maker atau yang kita sebut wirausaha.
Bagaimanapun juga setiap tahunnya Perguruan Tinggi baik Negeri maupun swasta di Indonesia
mewisuda lebih dari ratusan ribu mahasiswa per tahun, jangan sampai mereka menjadi pengangguran
terdidik lainnya.
Di lain sisi masyarakat luas menilai Mahasiswa atau generasi muda memiliki banyak kelebihan
dari segi Akademis dan keterampilan dibandingkan generasi muda lain yang tidak merasakan bangku
kuliah. Mahasiswa juga dicap sebagai agent of change, di pundaknyalah masyarakat berharap
banyak, bahwa masalah yang dihadapi bangsa akan terselesaikan. Banyak harapan yang dibebankan
kepada mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa, salah satunya sebagai seorang wirausahawan
yang mampu membuka lahan pekerjaan baru.
Wirausahawan handal bisa berarti memiliki usaha untuk mencari uang memenuhi kebutuhan
hidup dan keluarganya, selanjutnya juga memberikan kesejahteraan kepada orang lain sebagai
Pegawai dan lingkungan sekitarnya. Hal ini tentu saja mendukung usaha pemerintah untuk
mensejahterakan masyarakat Indonesia dengan menciptakan peluang-peluang usaha baru
(entrepreneurship). Potensi entrepreneur ini perlu segera dikembangkan dalam diri mahasiswa
karena diharapkan sedari muda bisa membentuk pola pikir yang matang, sehingga pada saatnya nanti
dapat memetik hasil yang signifikan. Harapan ini dapat diwujudkan apabila didukung oleh komitmen
yang kuat dari semua pihak untuk menggali dan memberdayakan potensi mahasiswa dalam
berwirausaha di dunia nyata sekaligus mempraktekan ilmu yang didapat baik di kelas ataupun di
Laboratorium. Tantangan ini menjadi tantangan juga bagi pengelola Perguruan Tinggi yang
mencetak lulusan-lulusan yang akan membangun Bangsa.
Hal ini juga dirasakan cukup kental oleh Mahasiswa dan Alumni Politeknik Negeri Bandung
(Polban). Kenyataan di lapangan: proses kegiatan kuliah, penyampaian teori di kelas, praktek di
laboratorium, dan dukungan pelatihan singkat serta program instan tahunan dirasakan kurang cukup
memberikan kepercayaan diri dan kematangan mahasiswa Polban dalam berbisnis. Diperlukan
Komunitas/wadah/Inkubator yang senantiasa berkesi-nambungan, terus berkonsentrasi
melaksanakan tahap demi tahap proses pengembangan sekaligus memantau, bersinergi dalam setiap
27
kegiatan, serta turut berperan aktif menciptakan jiwa wirausaha yang handal dari seorang Mahasiswa,
yang nantinya akan berhasil dan dapat mempertahankan bisnisnya untuk terus berkembang.
Seiring dengan tantangan di atas, Politeknik Negeri Bandung (Polban) sebagai salah satu
kampus yang memiliki lebih dari 5 ribu mahasiswa (Tahun 2015) dan mewisuda hampir 1.600
mahasiswa per tahunnya berusaha menjawab tantangan sersebut dengan baik sesuai Visi Misi Polban
yang di dalamnya juga ingin mencetak Wirausaha yang handal di Masyarakat. Sejak lama iklim
kewirausahaan Polban terbentuk cukup baik salah satunya dengan memberikan matakuliah
kewirausahaan pada satu semeseter (wajib). Setiap Jurusan saat ini memiliki dosen yang memang
mengajarkan kewirausahaan secara khusus berdasarkan bidang keahliannya. Secara terintegrasi
Polban memiliki staf pengajar bidang kewirausahaan dalam KBK (Kelompok berbasis Kompetensi)
khusus Kewirausahaan.
Kendalanya beberapa tahun yang lalu di beberapa program studi (Prodi) matakuliah ini
diajarkan pada semester akhir. Dua tahun belakangan sebagian Prodi sudah mulai berbenah
memperbaiki kurikulum 2011, 2013 dan 2015 mengajarkan kewirausahaan pada semester awal,
untuk membangun jiwa wirausaha. Selain itu, program tahunan seperti PMW, PKM-K yang
dilaksanakan sejak tahun 2009 cukup memberikan rangsangan berarti, namun sekali lagi tanpa
kesinambungan kenyataannya sebagian besar peserta tidak cukup tangguh untuk terus melanjutkan
usahanya.
Dari sejumlah paparan di atas sudah waktunya seluruh Sivitas Akademik Polban saling bahu
membahu untuk bersinergi dalam membangun hard skill maupun soft skill, sehingga jiwa wirausaha
Mahasiswa Polban bisa meningkat dan dapat ikut berperan aktif memberikan iklim perubahan
menjadi lebih baik pada saat mereka di Kampus ataupun setelah lulus nantinya. Salah satu upaya
yang dilakukan saat ini dengan membangun Inkubator Bisnis yang bersinergi dengan unit lain
terutama Jurusan-Jurusan yang ada.
Potensi dan Keunggulan Kampus Politeknik Negeri Bandung
Polban sebagai Institusi negeri dipercaya oleh Dikti dalam mengelola berbagai program
kewirausahaan untuk kemahasiswaan. Program-program tersebut mendorong Mahasiswa untuk
berkompetisi membuat proposal dan atau karya ilmiah lainnya. Program-program tersebut
diantaranya, PMW (Program Mahasiswa Wirausaha, PKM-K (Program Kreativitas Mahasiwa –
Kewirausahaan), dan lain sebagainya. Skema pendanaan program-program di atas banyak diketahui
dan dikenal oleh mahasiswa bersifat hibah, tanpa perlu dikembalikan. Hal ini mengakibatkan pada
banyak kasus pelaksanaan bisnisnya tidak berjalan baik. Pada pelaksanaannya selama empat tahun
2010, 2011, 2012 dan 2013 terakhir dana yang diberikan harus dikembalikan, sesuai dengan
perjanjian yang dibuat sedari dini di awal. Hal ini cukup mendorong munculnya beberapa mahasiswa
28
yang serius dalam berbisnis. Iklim kewirausahaan sebaiknya dibangun dengan kesadaran penuh oleh
semua lini yang juga berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing Institusi dilihat dari
karakter kampus tersebut. Beberapa tahun terakhir selain PMW, jajaran DIKTI juga membuka
kesempatan sebesar-besarnya bagi mahasiswa mengikuti berbagai kegiatan yang berhubungan
dengan Program Kreativitas Mahasiswa khususnya kewirausahaan (PKM-K).
Di sisi lain Pembantu Direktur III bidang kemahasiswaan Polban periode sebelumnya
Bambang Wisnuadhi dan periode saat ini Angki Apriliandi Rachmat, mengklaim bahwa perputaran
keuangan kegiatan baik segi pengeluaran ataupun pemasukan mahasiswa Polban di segala bidang
pada tahun 2010-2015 disinyalir melebihi 100-150% dari angka yang dianggarkan untuk mereka
pada tahun yang sama atau sebelumnya. Banyak dana usaha swadaya yang dilakukan para pengelola
Organisasi Mahasiswa (Ormawa) untuk membiayai kegiatan mereka sendiri. Hal ini menunjukkan
kesadaran dan potensi yang luar biasa yang dimiliki mahasiswa Polban, untuk merintis dan berjuang
sesuai iklim berusaha memberikan terobosan dan melaksanakan kegiatan dengan sungguh-sungguh.
Terlebih dengan adanya komunitas yang selalu dikembangkan seperti Inkubator Bisnis yang ideal,
mumpuni, sehingga mampu membangkitkan jiwa kewirausahaan mereka secara berkesinambungan
sampai lulus dan hidup di masyarakat nantinya.
Secara keseluruhan Politeknik Negeri Bandung telah siap dalam mengembangan
entrepreneurship Kampus dengan memelihara keuggulan, menjawab tantangan dan terus
bersemangat mengembangkannya.
2. PENGEMBANGAN JIWA WIRAUSAHA KAMPUS
Entrepreneurship bukan berarti hanya membangun bisnis sendiri saja, berbagai jenis dan
definisi entrepreneur muncul beberapa tahun ke belakang sebagai gambaran betapa luasnya bidang
pengembangan diri ini. Entrepreneurship berarti mengembangkan jiwa wirausaha.
Definisi Entrepreneur
Secara etimologis, wirausaha/wiraswasta berasal dari bahasa Sansekerta, terdiri dari tiga suku
kata : “wira“, “swa“, dan “sta“. Wira berarti manusia unggul, teladan, tangguh, berbudi luhur,
berjiwa besar, berani, pahlawan, pionir, pendekar/pejuang kemajuan, memiliki keagungan watak.
Swa berarti sendiri, dan Sta berarti berdiri (DIRJEN BELMAWA, DIKTI, 2013). Istilah
kewirausahaan, pada dasarnya berasal dari terjemahan entrepreneur, yang dalam bahasa
Inggris di kenal dengan between taker atau go between.
Entrepreneur menurut para Pakar
Peter F Drucker (1959), Zimemmer (1996), Sanusi (1994), Prawiro, (1997) dan lain
sebagainya dalam Modul Pembelajaran Kewirausahaan (DIKTI, 2013), Secara singkat
menjelaskan kewirausahaan didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif
29
(create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan
untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk
menghadapi risiko.
Dari segi karakteristik perilaku, Wirausaha (entepreneur) adalah mereka yang
mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri.
Wirausaha adalah mereka yang bisa menciptakan kerja bagi orang lain dengan
berswadaya. Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai
kemampuan normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar
dan berusaha.
Karakter Wirausaha
McGraith and Millan (2000) dalam Dikti (2013) menyebutkan terdapat 7 Karakter Wirausaha,
yaitu:
1. Berorientasi pada tindakan
2. Berpikir sederhana
3. Selalu mencari peluang baru
4. Mengejar peluang dengan disiplin tinggi
5. Hanya mengambil peluang yang terbaik
6. Fokus pada eksekusi
7. Memfokuskan energi pada usaha yang digeluti.
Secara kesimpulan terdapat beberapa istilah untuk entrepreneur, yaitu bukan hanya
menciptakan usaha baru yang dibangun sendiri, tetapi juga Intrapreneur, yaitu pegawai/karyawan
yang mampu mencari terobosan baru terhadap usaha yang digeluti sesuai bidangnya, memberikan
kreativitas dan inovasi tinggi setiap saat untuk kemajuan Perusahaan. Akhirnya, biasanya
Intrapreneur akan berubah menjadi entrepreneur sesungguhnya setelah bisa mengakses sumberdaya
yang ada, menciptakan dan mencari peluang untuk selanjutnya membuat bisnis baru yang luar biasa.
Hal ini cocok dengan kebutuhan Mahasiswa Politeknik Negeri Bandung yang memang dididik
menjadi pekerja profesional sesuai dengan karakter pendidikan vokasi, pada akhirnya setelah mereka
sangat mampu, adalah menjadi bonus apabila lulusan Polban mampu menciptakan usaha sendiri dan
menyerap pengangguran yang ada.
3. PELAKSANAAN INKUBATOR BISNIS
Pada tahun 2016 ini, setelah menjalankan program Inkubator Bisnis Polban sepanjang Tahun
2013 - 2015, Inkubator Bisnis (InBis) Polban seperti tahun sebelumnya membina tenant dan
bersinergi dengan program yang berkaitan dengan wirausaha yang dijalankan Mahasiswa. Setelah 7
tahun menjalankan program mahasiswa wirausaha (PMW) dan cukup berpengalaman dengan
30
Program kreativitas Mahasiswa (PKM) mulai disadari bahwa Polban memerlukan wadah untuk
berkonsentrasi bekerja secara berkesinambungan di luar dana program-program tersebut untuk terus
maju. Pada Tahun 2016 ini Polban menganggarkan kembali sejumlah dana untuk kegiatan
operasional dengan dukungan dosen yang khusus mengajarkan matakuliah Kewirausahaan dan
kaitannya dengan pengembangan bisnis sesuai keilmuwan. Pengelola Inkubator Bisnis Polban juga
bekerjasama dengan pihak luar yang secara mandiri, dalam segala pelaksanaan kegiatan. Adapun
tujuan Inkubator Bisnis Polban pada tahun 2016, sebagai berikut
Merekrut tenant Mahasiswa dan Alumni menggantikan tenant lama yang berhasil
Untuk memberi wadah bagi para mahasiswa, alumni membangun iklim kewirausahaan, bersama-
sama menuangkan ide/ gagasan, inovasi dan kreatifitas berpikir menjadi sebuah tindakan nyata
sebagai entrepreneuer dan calon investor.
Untuk meningkatkan keterampilan Polban dan selalu mengasah, menguji sebagai institusi yang
bukan hanya menciptakan mahasiswa untuk bekerja saja tetapi juga mencetak mereka mampu
menjadi pengusaha baru di masyarakat.
Untuk menambah ilmu dan pengetahuan dalam mempersiapkan studi kelayakan bisnis, juga
teknik-teknik kewirausahaan kepada mahasiswa, dan Alumni yang sedang mengembangkan
bisnis. Sebisa mungkin sesuai dengan latar belakang keilmuan terdapat hubungan yang baik
antara sisi akademik dan lapangan industri.
Menjadi wadah utama menjalankan program kewirausahaan secara berkesinambungan.
Turut membantu menciptakan model dan metode yang tepat dengan terus menerus mengasahnya
sehingga cocok dipakai sebagai model (blue print) pembentukan karakter dari mulai awal sampai
mahasiswa menjadi seorang entrepreneur.
Fasilitas yang diberikan oleh Inkubator Bisnis Polban menagdopsi 7’s dari Reith (2000) yaitu
Space, shared, service, support, skill development, seed capital, dan synergy. Di InBis Polban
digambarkan sebagai berikut:
31
Gambar 1. Layanan Inkubator Bisnis Polban
Model Inkubator Bisnis Polban
Inkubator Bisnis Polban mengadopsi konsep penta helix, dengan menggandeng unsur
pemerintah, Industri, Asosiasi yang bersinergi dengan Kampus Politeknik Negeri Bandung, dalam
menjalankan proses pra Inkubasi, masa Inkubasi dan pasca Inkubasi dengan pelatihan inwall dan
outwall yang berkesinambungan. Ditampilkan dengan gambar di bawah ini,
Gambar 2. Model InBis Polban
32
Pencapaian yang diraih Inkubator Bisnis Polban
Inkubator Bisnis Polban yang telah berdiri lebih dari tiga tahun dan telah diinisiasi sejak Tahun
2010 baru memiliki sekretariat dan ruangan pelatihan di Gedung P2T lantai I. Fokus utama InBis
awalnya mewadahi para pengusaha Kampus Polban yang ingin melanjutkan, mengembangkan
bisnisnya memiliki website yang dapat berinteraksi, yaitu Portal web: www.InBis.polban.ac.id. Sejak
tahun 2013 terdapat lebih dari 90 tenant (30 tenant per tahun) yang telah di Inkubasi dan tahun ini
terdapat 27 calon tenant yang sedang memasuki masa pra Inkubasi, karena telah bersinergi dengan
Program Mahasiswa Wirausaha Tahun 2016. Dari total jumlah tenant yang di Inkubasi, InBis telah
mencetak 25 pengusaha yang dianggap telah berhasil dan mengembangkan bisnisnya. Rata-rata yang
berhasil mengembangkan bisnisnya adalah Mahasiswa dan Alumni yang memiliki semangat
wirausaha dan selalu aktif dalam kegiatan InBis.
Kegiatan InBis sendiri dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu pra Inkubasi, masa Inkubasi dan pasca
Inkubasi. Pada setiap tahapan InBis mengukur keberhasilan dengan table KPI (key performance
indicator) yang diisi sendiri oleh tenant. Pra Inkubasi dilakukan kurang lebih 3 bulan, lalu Inkubasi
kurang lebih 6 bulan dan pasca Inkubasi bisa mencapai 6-12 bulan, tergantung kebutuhan tenant
tersebut. Pelatihan inwall dan outwall dilaksanakan untuk meningkatkan baik itu keterampilan
ataupun menjaga semangat para pengusaha muda.
Fokus InBis Polban sejak tahun 2015 adalah mengembangkan komunitas wirausaha Kampus
dengan mengoptimalkan kinerja UKM Kewirausahaan dan Koperasi Mahasiswa dan Alumni serta
masuk ke dalam bidang wirausaha Organisasi Mahasiswa yang ada di Jurusan. Dipercaya dengan
mengembangkan komunitas-komunitas tersebut, roda penggerak kewirausahaan Kampus Politeknik
Negeri Bandung dapat berjalan lebih mandiri dan berkesinambungan.
4. TANTANGAN, DAN RENCANA PENGEMBANGAN SELANJUTNYA
Secara umum tantangan InBis Polban adalah membantu pemerintah untuk menciptakan para
pengusaha yang sukses dari kampus, sehingga akan lebih banyak mahasiswa yang sadar untuk
memiliki jiwa wirausaha dan mengembangkan usaha sejak dini. Secara khusus tantangan InBis
Polban adalah mengoptimalkan program-program wirausaha yang telah dan akan dijalankan setiap
tahunnya, seperti Program Mahasiswa Wirausaha, Program Kreativitas Mahasiswa – Kewirausahaan
serta program lain yang menargetkan mahasiswa untuk mengembangkan bisnisnya, seperti
Wirausaha Muda Mandiri, pencetakan 1 juta wirsauaha dan lain sebagainya. Program-program yang
digulirkan dirasa masih belum optimal karena hasil yang didapatkan dirasa belum signifikan, namun
virus kewirausahaan diyakini telah menyebar ke semua mahasiswa Politeknik Negeri Bandung.
Tantangan utama InBis Polban yang paling penting adalah meningkatkan kapasitas Unit dari fasilitas
33
yang dimiliki, kualitas dan kuantitas pengelola bahkan kerjasama yang lebih intensif dengan pihak
luar.
Rencana Pengembangan selanjutnya adalah mengembangkan bentuk Inkubator Bisnis Polban
menjadi unit yang bisa mengakses modal dari pihak luar, sebisa mungkin menjadi Lembaga yang
bisa berdiri sendiri, bahkan nantinya akan melengkapi ketujuh fasilitas yang selayaknya dimiliki oleh
sebuah Inkubator Bisnis. Hal ini tetap menjadi rencana jangka panjang yang menjadi fokus utama
sambil melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rencana jangka pendek yang telah disusun setiap
tahunnya. Peningkatan kapasitas Komunitas Wirausaha juga mejadi fokus pengembangan bisnis di
Kampus agar dengan menciptakan banyak wadah bisnis, akan memberi ruang untuk pengusaha saling
berinteraksi.
5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan Bangsa Indonesia adalah berusaha menambah
jumlah entrepreneur secara signifikan sejak mereka mengeyam pendidikan di bangku kuliah.
Diharapkan dari upaya ini akan dihasilkan banyak pengusaha baru yang bisa membuka lapangan
pekerjaan dan meningkatkan perekonomian Bangsa menjadi lebih baik lagi di masa yang akan
datang. Kehadiran Inkubator Bisnis Polban sejak Tahun 2013 diharapkan mampu menjadi wadah
dalam pengembangan jiwa wirausaha mahasiswa Polban secara lebih optimal. Konsep pembelajaran
Kewirausahaan di Polban memiliki 3 unsur penting, yaitu learning to know yang dilaksanakan dalam
perkuliahan selama satu semester di Program Studi masing-masing. Yang kedua adalah learning to
do, dengan dukungan pendanaan dan program yang memberikan modal langsung agar Mahasiswa
memulai bisnisnya, yaitu PMW, PKM-K, IBT, WMM dan lain sebagainya. Terakhir yaitu learning
to live together, yang diimplementasikan dengan penciptaan wadah-wadah atau komunitas wirausaha
seperti Inkubator Bisnis, Komuniats UKM, Koperasi Mahasiswa dan Alumni Polban.
Dalam menjalankan kegiatan dan upaya untuk meraih hasil optimal Inkubator Bisnis Polban
sebaiknya didukung oleh semua Unit terutama pihak Jurusan dan pengelola Prodi. Sinergisitas adalah
kunci utama sehingga secara bersama-sama bisa meraih hasil yang optimal. Penambahan fasilitas
InBis perlu dilakukan agar mempermudah proses Inkubasi. Saat ini InBis Polban baru memiliki satu
sekretariat dan beberapa ruangan yang bisa digunakan untuk pelatihan. Ke depannya perlu ada
ruangan tambahan untuk tenant melakukan aktivitas bisnis, berkantor, bahkan bisa berjualan
sehingga setelah mereka matang dengan uji produknya, bisa mulai menjual di luar Kampus.
34
REKOMENDASI
Terdapat beberapa saran yang sifatnya konstrukti untuk mengembangkan jiwa wirausaha
mahasiswa melalui Inkubator Bisnis Polban saat ini, yaitu:
a. Penambahan alokasi dana operasional dan pengelolaan Inkubator Bisnis dengan proses pencairan
yang relatif mudah dalam setiap tahapannya.
b. Menambah ruangan dan kelengkapan kantor/sekretariat InBis yang masih dirasakan kurang
ideal, bahkan tidak memiliki ruang kerja atau tempat berjualan sekaligus belajar menguji produk
untuk tenant di dalam kampus.
c. Peningkatan soft skill tenant InBis dirasa kurang optimal karena kurangnya waktu untuk berlatih,
karena dibutuhkan keseriusan dan kesinambungan program pelatihan. Relatif motivasi tenant
masih belum stabil, sehingga kemungkinan besar setiap tahun akan ada tenant yang mundur.
d. Peningkatan Sumber Daya Manusia pengelola InBis baik dari segi kualitas atau kuantitas, karena
hanya dengan satu staff dan dibantu oleh beberapa Dosen masih dirasa kurang optimal untuk
menjalankan sekian banyak tahapan dan program.
e. Peningkatan koordinasi dan sinergisitas masing-masing Unit, Organisasi di dalam Sivitas
Akademik Polban yang dirasakan belum optimal, sepenuhnya mendukung keberadaan Inkubator
Bisnis dan masih kurang komitmen dalam mendukung Program, untuk memajukan iklim
entrepreneur di Kampus Polban.
6. DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Tri Siwi, (2013), Peran Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi Dalam Meminimalkan ResikoKegagalan Bagi Wirausaha Baru Pada Tahap Awal (Start Up).
DP2M. (2013). Panduan Pelaksanaan Penelitian dan PPM, EDISI IX, Dirjen Dikti, Kemendikbud,Jakarta.
Dirjen BELMAWA, DIKTI, (2013), Modul Pembelajaran Kewirausahaan, Kemendikbud, Jakarta.Hamdan (2013), Model Inkubator Bisnis untuk menumbuhkan kompetensi kewirausahaan, research
and development pada Universitas Serang Raya Banten, Jurnal penelitian pendidikan Vol. 14,No.1, April 2013.
Inkubator Bisnis Polban. (2015), Laporan akhir Pelaksanaan IbK Ipteks bagi kewirausahaan.Politeknik Negeri Bandung. Bandung.
Irawan, Dandan. (2013). Materi Pelatihan – proses Inkubasi dan pembinaan pasca Inkubasi,IKOPIN, Bandung.
Irawan, Dandan, (2013), Pembentukan Inkubator Bisnis. Pusat Inkubator Bisnis IKOPIN, Bandung.Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomer. 27 Tahun 2013 tentang Pengembangan Inkubator
Wirausaha.Kementerian riset dan Teknologi, (2013), Peran Inkubator Wirausaha dalam akselerasi alih
teknologi. Artikel dalam http://www.ristek.go.id/index.php/module/, diakses pada 07Desember 2013
35
Petunjuk Teknis Nomor: 81.3/KEP/M.KUKM/VIII/2002 tentang perkuatan permodalan usaha kecil,menengah, koperasi dan lembaga keuangannya dengan penyediaan modal awal dan padananmelalui Inkubator, ___
Setyobudi, L, (2013), Butuhkan kota Batu? Inkubator Bisnis. Paparan materi dinas sosial tenagakerja, divisi pendidikan entreprenuership, Universitas Brawijaya.
Widjanarko, Hendro, dkk (2013), Pembelajaran berbasis Inkubator Bisnis untuk mengembangkanjiwa kewirausahaan. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jogjakarta.