sambungan p-n zno dioda dengan metoda deposisi larutan

58
Fabrikasi Sambungan p-n dan p-i-n Semikonduktor Dioda ZnO dengan Metoda Deposisi Larutan dan Karakterisasinya SKRIPSI Alif Nur Patriya Sussardi NIM 10509040 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013

Upload: alif-nur-patriya-sussardi

Post on 06-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

dioda sambungan p-n dari ZnO menggunakan teknik deposisi larutan dioda sebagai devais untuk menyelaraskan arus listrik, juga sebagai dioda pemancar cahaya (DPC/LED) yung sangat berpotensi untuk alternatif sumber cahaya yang murah dan mudah dibuat.penelitian ini baru sampai kepada dioda, metoda penumbuhan yang lebih baik dapat mendorong untuk diaplikasikannya dioda ini menjadi LED.

TRANSCRIPT

  • Fabrikasi Sambungan p-n dan p-i-n Semikonduktor Dioda

    ZnO dengan Metoda Deposisi Larutan dan

    Karakterisasinya

    SKRIPSI

    Alif Nur Patriya Sussardi

    NIM 10509040

    PROGRAM STUDI KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2013

  • Fabrikasi Sambungan p-n dan p-i-n Semikonduktor Dioda

    ZnO dengan Metoda Deposisi Larutan dan

    Karakterisasinya

    Fabrication of p-n and p-i-n Homojunction of ZnO

    Semiconductor by Means of Solution Deposition Method

    and Its Characterization

    SKRIPSI

    Alif Nur Patriya Sussardi

    NIM 10509040

    PROGRAM STUDI KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2013

  • ii

    Abstract

    ZnO have potential aplications for electroluminescence semiconductors devices.

    Electroluminescence effect can be produced by semiconductor which have the p-n junction

    and p-i-n junction diode arrangement. ZnO diode fabrication was carried out using solution

    deposition method with Zn(NO3)2 100 mM as a Zn2+ source and hexamethylenetetramine 100

    mM as a base. ZnO layers were grown on ITO (Indium Tin Oxide) glass with electric field

    from outside as high as 2400 V/cm. Al from AlCl3 5% mol was used as dopant to make n-

    type ZnO and Li from LiCl 5% mol was used as dopant to make p-type ZnO. X-Ray

    Diffraction (XRD) characterization shows that crystall growth through c axis dominantly

    And its confirmed by Scanning Electron Microscope (SEM) characterization. Cross section

    observation by SEM shows 3 layers of p-n junction and 4 layers of p-i-n junction. In current-

    voltage measurement obtained curent-voltage curve which the extrapolation shows the

    bandgap energy. For p-n junction bandgap is 1,27 eV and for p-i-n junction bandgap is 1,97

    eV. The curve show the unic current-voltage curve dor diode. But the bandgap is still far

    from ZnO single crystall bandgap, 3,3 eV, because the quality of the junction is not good

    enough. In order to enhance the junction quiality, p-n junction was annealed. Annealing was

    performed at a various temperature and time at 200 C, 6 hours; 300 C, 2 hours; 300 C, 6

    hours; 400 C, 2 hours and 400 C for 6 hours, after annealing, the current-voltage

    measurement indicate a semiconductor gap of 0,49 eV; 1,46 eV; 0,70 eV; 0,97 eV are 0,74

    eV respectively.

    Keywords : semiconductor, ZnO thin film, solution deposition, p-n homojunction, p-i-n homojunction

  • iii

    Abstrak

    ZnO memiliki prospek yang baik sebagai semikonduktor untuk aplikasi elektroluminesensi.

    Elektroluminesensi dapat dihasilkan oleh semikonduktor yang membentuk susunan dioda

    yaitu tipe sambungan p-n atau tipe sambungan p-i-n. Fabrikasi dioda ZnO menggunakan

    metoda deposisi larutan dengan Zn(NO3)2 100 mM sebagai sumber Zn2+ dan

    heksametilentetramin 100 mM sebagai basa, ditumbuhkan pada kaca ITO (Indium Tin

    Oxide) dengan adanya medan listrik dari luar sebesar 2400 V/cm . Dopan yang digunakan

    pada n-ZnO adalah Al dari AlCl3 sebanyak 5% mol, sedangkan pada p-ZnO adalah Li dari

    LiCl sebanyak 5% mol. Karakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) yang

    menunjukkan pertumbuhan kristal yang dominan pada sumbu c. Karakterisasi menggunakan

    Scanning Electron Microscope (SEM) juga menunjukkan pertumbuhan kristal yang dominan

    pada sumbu c sedangkan pada gambar penampang menunjukkan adanya 3 lapisan pada

    sambungan tipe p-n dan 4 lapisan pada sambungan tipe p-i-n. Pada pengukuran arus terhadap

    tegangan didapatkan kurva arus terhadap tegangan yang ekstrapolasinya menunjukkan nilai

    lebar celah pita. Pada sambungan p-n didapatkan celah pita sebesar 1,27 eV dan pada

    sambungan p-i-n didapatkan celah pita sebesar 1,97 eV yang telah menunjukkan kurva arus

    terhadap tegangan yang khas dari sebuah dioda, namun masih jauh dari lebar celah pita

    kristal tunggal ZnO sebesar 3,3 eV dikarenakan sambungan yang kurang baik. Untuk

    memperbaiki sambungan dilakukan pemanasan pada sambungan p-n dengan variasi suhu

    dan waktu yaitu pada 200 C selama 6 jam, 300 C selama 2 jam, 300 C selama 6 jam,

    400 C selama 2 jam dan 400 C selama 6 jam, dan setelah pengukuran didapatkan celah pita

    sebesar 0,49 eV; 1,46 eV; 0,70 eV; 0,97 eV dan 0,74 eV secara berurutan.

    Kata kunci : semikonduktor, film tipis ZnO, deposisi larutan, p-n homojunction, p-i-n homojunction

  • Program Studi Kimia

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Institut Teknologi Bandung

    Menerangkan bahwa Skripsi dari:

    Nama : Alif Nur Patriya Sussardi

    NIM : 10509040

    telah disetujui sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar

    Sarjana Kimia

    Bandung, Mei 2013

    Pembimbing

    Dr. Bambang Prijamboedi

    NIP 196812182006041010

  • untuk Kekasih

    dan senyum manis yang Kau lontarkan

  • v

    Ucapan Terima Kasih

    Penulis mengucapkan syukur yang amat banyak kepada Alloh Taala atas rahmat dan

    karunianya sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir dan penulisan skripsi. Bantuan dan

    dukungan banyak sekali penulis dapatkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala

    kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Ibu dan Bapak penulis yang karena merekalah penulis dapat hidup dan menempuh

    pendidikan yang layak serta pengorbanan yang tiada taranya yang ditujukan kepada

    penulis;

    2. Adik adik penulis karena telah mendukung dan memotivasi penulis untuk dapat

    menyelesaikan tugas akhir dan skripsi;

    3. Dr. Bambang Prijamboedi atas bimbingan, nasihat serta tuntunannya kepada penulis

    untuk penelitian yang dilakukan penulis;

    4. Dr. Aep Patah atas kesediaanya menjadi dosen tamu pada seminar tugas akhir penulis;

    5. Raissa, Hilman, Kak Arini, Dina, Cicak, Iceng dan Bella sebagai teman-teman LKFM

    yang banyak membantu dalam pengerjaan penelitian yang dilakukan penulis;

    6. Adie, Sangaji, Ocky, Angga, Aria, Dayat, Abur, Aris dan segenap teman-teman kimia

    angkatan 2009, adik-adik kimia 2010 dan 2011 yang senantiasa memberikan dukungan

    baik secara fisik maupun moral kepada penulis;

    7. Teman teman himpunan AMISCA yang senantiasa memberikan semangat dan

    hiburan dikala penat kepada penulis;

    8. Bogi, Lukman, Batu, Pala, Darmadji, Akbar, Hendrik yang senantiasa memberikan

    hiburan dikala sedih kepada penulis;

    9. Segenap staf dosen dan karyawan Program Studi Kimia ITB;

    Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu,

    penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat

    untuk semua pihak.

    Bandung, Mei 2013

    Penulis

  • vi

    DAFTAR ISI

    Abstract ........................................................................................................................ ii

    Abstrak ........................................................................................................................ iii

    Ucapan Terima Kasih................................................................................................... v

    DAFTAR ISI ............................................................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. ix

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xi

    1 Pendahuluan .............................................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2

    1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 2

    1.4 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................... 3

    1.5 Sistematika Skripsi ............................................................................................... 3

    1.6 Metode Penelitian ................................................................................................. 4

    2 Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 5

    2.1 Semikonduktor ..................................................................................................... 5

    2.1.1 Struktur Kristal .................................................................................................. 5

    2.1.2 Pita Energi ......................................................................................................... 6

    2.1.3 Semikonduktor tipe-p dan tipe-n ....................................................................... 7

    2.2 Dioda sambungan p-n dan p-i-n ........................................................................... 8

    2.3 Kristal ZnO ......................................................................................................... 11

    2.4 Efek Medan Listrik Luar .................................................................................... 11

  • vii

    Efek Proses Pemanasan ...................................................................................... 12

    3 Metodologi Penelitian ............................................................................................. 13

    3.1 Tahapan Penelitian ............................................................................................. 13

    3.2 Tempat Penelitian ............................................................................................... 14

    3.3 Alat dan Bahan ................................................................................................... 14

    3.4 Prosedur Penelitian ............................................................................................. 15

    3.4.1 Fabrikasi film tipis ZnO .................................................................................. 15

    3.4.2 Fabrikasi sambungan p-n dan p-i-n ZnO ......................................................... 15

    3.4.3 Pengukuran arus terhadap tegangan ................................................................ 16

    3.4.4 Pemanasan terhadap sambungan p-n ZnO ...................................................... 17

    3.4.5 Pemanasan pada tiap tahap lapisan sambungan p-n ZnO ................................ 17

    4 Hasil dan Pembahasan ............................................................................................ 18

    4.1 Mekanisme pertumbuhan kristal ZnO ................................................................ 18

    4.2 Difraktogram Sinar-X Film Tipis ZnO............................................................... 18

    4.2.1 Difraktogram Film Tipis Intrinsik ZnO pada Kaca Biasa ............................... 18

    4.2.2 Difraktogram Film Tipis Intrinsik ZnO pada Kaca ITO ................................. 19

    4.2.3 Difraktogram Film Tipis Sambungan p-n ZnO ............................................... 20

    4.2.4 Difraktogram Film Tipis Sambungan p-i-n ZnO............................................. 21

    4.3 Fotoluminesensi Film Tipis ZnO........................................................................ 21

    4.3.1 Fotoluminesensi Emisi Film Tipis ZnO .......................................................... 22

    4.3.2 Fotoluminesensi Eksitasi Film Tipis ZnO ....................................................... 24

    4.4 Morfologi Film Tipis ZnO.................................................................................. 24

    4.4.1 Morfologi Film Tipis Templat ZnO ................................................................ 25

    4.4.2 Morfologi Film Tipis Sambungan p-n ZnO .................................................... 25

  • viii

    4.4.3 Morfologi Film Tipis Sambungan p-i-n ZnO .................................................. 28

    4.5 Kurva Arus terhadap Tegangan pada Sambungan p-n dan p-i-n ZnO ............... 30

    4.6 Kurva Arus terhadap Tegangan pada Sambungan p-n ZnO setelah Proses

    Pemanasan .................................................................................................................. 31

    4.7 Kurva Arus terhadap Tegangan pada Sambungan p-n ZnO pada Proses

    Pemanasan Tiap Tahap Pelapisan .............................................................................. 32

    5 Kesimpulan dan Saran ............................................................................................ 34

    5.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 34

    5.2 Saran ................................................................................................................... 34

    Daftar Pustaka ............................................................................................................ 35

    Lampiran .................................................................................................................... 36

  • ix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Struktur kristal zincblende dan intan ....................................................... 6

    Gambar 2.2 pita energi yang umum dari interaksi antar atom dalam padatan............ 7

    Gambar 2.3 Sambungan tipe p-n dengan daerah deplesi sebagai tempat elektron dan

    lubang berdifusi ........................................................................................................... 9

    Gambar 2.4 Kurva arus terhadap tegangan dioda sambungan p-n ........................... 10

    Gambar 2.5 Struktur kristal wurtzite ......................................................................... 11

    Gambar 3.1 Skema elektroda yang digunakan untuk penelitian ini ......................... 15

    Gambar 4.1 Difraktogram sinar-X dari film tipis ZnO yang ditumbuhkan pada kaca

    biasa ........................................................................................................................... 19

    Gambar 4.2 Difraktogram sinar-X dari film tipis ZnO yang ditumbuhkan pada kaca

    ITO ............................................................................................................................. 19

    Gambar 4. 3 Difraktogram sinar-X sambungan p-n ZnO pada kaca ITO ................. 20

    Gambar 4.4 Difraktogram sinar-X sambungan p-i-n ZnO pada kaca ITO ................ 21

    Gambar 4. 5 Emisi dari bahan tipe-p dan tipe-n pada eksitasi 200 nm...................... 22

    Gambar 4. 6 Emisi dari bahan tipe-p dan tipe-n pada eksitasi 225 nm...................... 22

    Gambar 4.7 Emisi dari bahan tipe-p dan tipe-n pada eksitasi 250 nm....................... 23

    Gambar 4.8 Emisi dari bahan tipe-p dan tipe-n pada eksitasi 300 nm....................... 23

    Gambar 4. 9 Rentang eksitasi dari bahan tipe-p dan tipe-n ....................................... 24

    Gambar 4. 10 Foto SEM dari film tipis sambungan p-n ZnO bagian templat ........... 25

    Gambar 4. 11 Foto SEM dari film tipis sambungan p-n ZnO bagian tipe-n.............. 26

    Gambar 4. 12 Foto SEM dari film tipis sambungan p-n ZnO bagian tipe-p.............. 26

    Gambar 4.13 Foto SEM penampang film tipis sambungan p-n ZnO ........................ 27

    Gambar 4.14 Foto SEM lapisan pada film tipis sambungan p-n ZnO ....................... 27

    Gambar 4.15 Foto SEM dari film tipis sambungan tipe p-i-n ZnO bagian intrinsik . 28

    Gambar 4.16 Foto SEM dari film tipis sambungan tipe p-i-n ZnO bagian tipe-p ..... 28

    Gambar 4. 17 Foto SEM penampang dari film tipis sambungan p-i-n ZnO .............. 29

    Gambar 4. 18 Foto SEM lapisan pada film tipis sambungan p-n ZnO ...................... 30

  • x

    Gambar 4. 19 Kurva arus terhadap tegangan dari sambungan p-n dan p-i-n ZnO .... 30

    Gambar 4. 20 kurva arus teradap tegangan dari berbagai temperatur pemanasan ..... 31

    Gambar 4.21 Kurva arus terhadap tegangan sambungan p-n pada pemanasan tiap

    tahap pelapisan ........................................................................................................... 33

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran A Difraktogram Sinar-X ZnO Standard ................................................... 36

    Lampiran B Data Pengukuran Arus terhadap Tegangan Sambungan p-n dan

    p-i-n ............................................................................................................................ 37

    Lampiran C Data Pengukuran Arus terhadap Tegangan Sambungan p-n pada

    Berbagai Temperatur Pemanasan............................................................................... 39

    Lampiran D Data Pengukuran Arus terhadap Tegangan Sambungan p-n pada

    Pemanasan Tiap Pelapisan ......................................................................................... 43

  • 1 Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang

    Perkembangan teknologi melaju dengan sangat cepat dan pesat. Perkembangan teknologi

    tidak bisa lepas dari perkembangan material penyusun perangkatnya. Perangkat elektronik

    tidak bisa lepas dari peranan semikonduktor yang terus berkembang. Semikonduktor

    merupakan suatu bahan yang menyusun berbagai perangkat elektronik seperti transistor,

    kapasitor, integrated circuits, dioda dan lain sebagainya yang dapat membentuk kesatuan

    perangkat elektronik. Sebagai contoh pada telepon selular pintar terdapat prosesor atau

    memori yang disusun oleh banyak sekali transistor untuk memproses informasi. Transistor

    itu terbuat dari semikonduktor. Sehingga semikonduktor memainkan peranan yang sangat

    penting dalam perkembangan teknologi.

    Studi material semikonduktor telah dimulai sejak abad ke-19 dan banyak semikonduktor

    yang telah dipelajari. Unsur yang terdiri dari satu jenis atom yang dapat digunakan sebagai

    semikonduktor seperti silikon, germanium dapat ditemui pada golongan 14. Walaupun ada

    juga suatu material semikonduktor yang terdiri dari dua jenis atom seperti galium arsenida

    adalah gabungan golongan III dan V. Semikonduktor sebagai fotodioda telah dipelajari sejak

    tahun 1947. Sejak tahun 1960-an silikon menjadi material semikonduktor untuk

    menggantikan germanium yang digunakan secara luas (Sze, 1985). Silikon mempunyai celah

    pita energi sekitar 1 eV. Namun semikonduktor dengan celah pita energi yang lebar memiliki

    keuntungan yang lebih yang tidak dimiliki oleh semikonduktor dengan celah pita energi

    yang sempit.

    Aplikasi semikonduktor yang sangat umum adalah untuk pembuatan dioda. Dioda sendiri

    merupakan suatu perangkat yang dapat menyearahkan arus listrik dengan mencegah arus

    balik sehingga biasa digunakan luas sebagai perangkat untuk mengubah arus AC

    (Alternating Current) menjadi arus DC (Direct Current). Beberapa dioda dapat

  • 2

    menunjukkan gejala emisi cahaya yang biasa disebut efek elektroluminesensi yang

    perangkatnya sendiri disebut LED (Light-Emitting Diode). Material pembuat LED yang

    biasa digunakan adalah material GaAs yang harganya mahal.

    Alternatif semikonduktor dengan celah pita energi yang lebar masih terus dicari. Dengan

    alasan itulah kita perlu mencari material semikonduktor yang mempunyai kelimpahan yang

    baik sehingga harganya murah, mempunyai sifat elektroluminesensi dan proses fabrikasi

    yang mudah dan murah. Material ZnO diketahui dapat digunakan sebagai material

    semikonduktor pengganti silikon dan memiliki efek elektroluminesensi. Oleh karena itu,

    penelitian tentang ZnO mempunyai daya tarik yang tinggi untuk dilakukan. Pada penelitian

    ini akan dipelajari tentang fabrikasi ZnO dan karakteristik semikonduktornya dengan

    harapan penelitian ini dapat menyumbang informasi yang berguna untuk menjawab

    pertanyaan semikonduktor di atas.

    1.2 Rumusan Masalah

    Semikonduktor merupakan bahan dari dioda. Dioda merupakan suatu perangkat untuk

    menyearahkan arus listrik. Penelitian tentang ZnO menunjukkan hasil yang belum optimal

    sehingga diperlukan perbaikan di penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu, rumusan masalah

    yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

    Bagaimana struktur dan morfologi dari material ZnO yang difabrikasi, apakah

    memenuhi sebagai persyaratan material dioda biasa ?

    Bagaimana karakteristik semikonduktor dioda sambungan p-n dan p-i-n ZnO,

    apakah sudah dapat digunakan sebagai LED ?

    Apakah metode fabrikasi yang digunakan sudah baik, kalau belum apakah masih

    dapat dilakukan perbaikan ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Dari rumusan masalah diatas, mamka penelitian dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

    Melakukan fabrikasi film tipis ZnO dengan metode deposisi larutan.

    Mengarakterisasi sambungan p-n dan p-i-n berbasis ZnO yang didop dengan Al dan

    Li.

    Melakukan pemanasan terhadap sambungan sehingga didapatkan karakteristik

    sambungan yang lebih baik.

  • 3

    1.4 Ruang Lingkup Penelitian

    Lingkup penelitian yang dilakukan meliputi

    Fabrikasi film tipis ZnO menggunakan prekursor Zn(NO3)2 dan

    heksametilentetramin dengan dop Al dan Li dengan membentuk susunan sambungan

    p-n dan p-i-n yang ditumbuhkan pada kaca ITO (Indium Tin Oxide) dengan metode

    deposisi larutan dengan pengaruh medan listrik dari luar sebesar 6,5 kV.

    Melakukan karakterisasi menggunakan difraksi sinar-X, SEM, fotoluminesensi,

    pengukuran arus terhadap tegangan dan elektroluminesensi dari sambungan.

    Melakukan perbaikan sambungan apabila hasil yang didapat kurang baik

    menggunakan pemanasan kemudian dikarakterisasi kembali menggunakan

    pengukuran arus terhadap tegangan dan elektroluminesensi.

    1.5 Sistematika Skripsi

    Sistematika dari skripsi ini yaitu :

    Pendahuluan. Pada bab ini akan dibahas latar belakang mengapa tema penelitian ini

    dipilih, tentang rumusan masalah yang solusinya akan dicari pada penelitian kali ini,

    tujuan dari penelitian ini, ruang lingkup penelitian yang dilakukan, sistematika

    skripsi dan metode penelitian yang dilakukan.

    Tinjauan Pustaka. Pada bab ini akan dibahas teori-teori yang berkaitan dengan

    penelitian ini,

    Metodologi Penelitian. Pada bab ini akan dibahas prosedur dan cara kerja dari

    penelitian ini, tempat dilakukannya penelitian ini, tahapan penelitian serta alat dan

    bahan yang digunakan pada penelitian ini,

    Hasil dan Pembahasan. Pada bab ini akan dibahas hasil-hasil pengamatan serta

    karakterisasi dari hasil sintesis,

    Kesimpulan dan Saran. Dalam bab ini keseluruhan penelitian akan disimpulkan dan

    saran untuk penelitian di bidang ini selanjutnya.

  • 4

    1.6 Metode Penelitian

    Penelitian ini dimulai dengan studi literatur untuk mempelajari sifat dan karakter dari dioda

    sambungan p-n dan cara memperbaiki sambungan dari jurnal ilmiah yang mendukung

    penelitian ini. Studi literatur juga dilakukan dari buku yang berisi teori-teori yang menunjang

    penelitian ini. Studi eksperimental dilakukan dengan melakukan langsung eksperimen di

    Laboratorium Kimia Fisik dan Material, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung.

    Studi eksperimental juga meliputi karakterisasi dan pengolahan data yang diperoleh dari

    karakterisasi.

  • 2 Tinjauan Pustaka

    2.1 Semikonduktor

    Bahan padat dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu insulator, semikonduktor

    dan konduktor. Insulator memiliki konduktivitas yang sangat rendah pada rentang 10-18

    sampai 10-8 S/cm. Konduktor, termasuk alumunium dan perak mempunyai konduktivitas

    yang tinggi biasanya dari 104 sampai dengan 106 S/cm. Semikonduktor memiliki diantara

    insulator dan konduktor. Konduktifitas dari semikonduktor secara umum bergantung pada

    temperatur, pencahayaan, medan magnet dan kemurnian dari bahan yang dibuat. Oleh karena

    itu semikonduktor adalah salah satu bahan yang paling penting untuk aplikasi elektronik

    (Sze, 1985).

    Banyak senyawa semikonduktor memiliki sifat elektrik dan optik yang tidak dimiliki oleh

    semikonduktor yang paling banyak digunakan saat ini yaitu silikon. Semikonduktor yang

    memiliki sifat tersebut contohnya adalah galium arsenida (GaAs), biasanya digunakan pada

    aplikasi microwave dan fotonik. Walaupun sekarang kita tidak terlalu mendalam tentang

    teknologi semikonduktor, namun berkat penelitian semikonduktor silikon yang mendalam

    kita menjadi semakin mengetahui yang lainnya (Sze, 1985).

    2.1.1 Struktur Kristal

    Susunan periodik dari atom dalam kristal disebut dengan kisi. Dalam kristal, sebuah atom

    tidak pernah berada jauh dari posisinya yang tetap. Getaran akibat adanya pengaruh

    temperatur menyebabkan posisinya tidak selalu berada di tempat yang tetap.

  • 6

    Pada struktur semikonduktor seperti silikon, dan germanium yang mana merupakan

    semikonduktor unsur tunggal mempunyai kisi intan, sedangkan GaAs memiliki kisi

    zincblende yang merupakan kisi dari ZnS dan ZnO (Sze, 1985).

    2.1.2 Pita Energi

    Atom yang terisolasi memiliki tingkat energi yang diskrit, seperti pada atom hidrogen yang

    dapat dijelaskan menggunakan model atom Bohr. Apabila jumlah atom menjadi dua atom

    yang indentik, saat mereka terpisah jauh, maka masing-masing akan mempunyai dua level

    energi yang degenerate. Apabila dua atom itu saling berdekatan maka dua energi yang

    degenerate tersebut akan pecah menjadi dua level energi akibat dari interaksi antar atomnya.

    Saat kita mempunyai N buah atom untuk membentuk sebuah kristal maka akan ada N jumlah

    level energi yang degenerate yang terpecah menjadi N buah tingkat energi yang tidak

    terpisah jauh energinya, karena banyaknya tingkat energi, maka akan membentuk suatu yang

    praktis kontinu yang disebut pita energi (Sze, 1985).

    Gambar 2.1 Struktur kristal zincblende dan intan (Housecroft, 2001)

  • 7

    Gambar 2.2 pita energi yang umum dari interaksi antar atom dalam padatan (Callister, 2001)

    Setiap bahan mempunyai daerah setimbang yang berbeda-beda. Untuk material

    semikonduktor, kesetimbangan antara tolakan antar inti, tolakan antar elektron dan interaksi

    inti-elektron akan membentuk suatu jarak antar atom yang paling baik, dan pada jarak atom

    yang paling setimbang tersebut daerah energinya akan terdiri dari dua pita. Pita yang

    energinya lebih tinggi dinamakan pita konduksi dan yang energinya lebih rendah dinamakan

    pita valensi. Dua pita ini dipisahkan oleh suatu daerah dimana elektron tidak mungkin berada

    di sana, daerah ini biasa disebut celah terlarang, atau biasa disebut bandgap Eg. Konduktor

    tidak memiliki bandgap. Untuk semikonduktor memiliki bandgap sekitar 1 eV sampai

    dengan 9 eV, sedangkan insulator memiliki bandgap lebih dari 9 eV (Sze, 1985).

    2.1.3 Semikonduktor tipe-p dan tipe-n

    Pada proses pemanasan, elektron dapat mengalami eksitasi, hal ini mengakibatkan

    terbentuknya elektron dan lubang pada bahan. Pada pita energi kita bisa meletakkan elektron

    pada pita konduksi sedangkan lubang pada pita valensi. Hal ini mengakibatkan

    semikonduktor akan semakin baik menghantarkan arus listrik pada temperatur yang lebih

    tinggi. Pada saat elektron dan lubang bertemu, maka akan terjadi rekombinasi (Sze, 1985).

    Kebutuhan semikonduktor yang semakin banyak mengakibatkan bahan semikonduktor

    dikotori dengan unsur yang dapat memberikan elektron sehingga bahan kelebihan elektron

    En

    ergi

    En

    ergi

    Jarak

    antar atom

    setimbang

    Jarak

    antar atom

    Pita Energi

    Celah pita energi

  • 8

    atau mengambil elektron sehingga bahan akan kelebihan lubang. Pada bahan yang kelebihan

    elektron, arus listrik secara dominan diakibatkan oleh pergerakan elektron, bahan ini disebut

    semikonduktor tipe-n. Sedangkan pada bahan yang kelebihan lubang, arus listrik secara

    dominan diakibatkan oleh pergerakan lubang, bahan ini disebut semikonduktor tipe-p (Sze,

    1985).

    Pada semikonduktor tipe-p, pita energi kekurangan elektron sehingga energi Fermi menurun

    dan pada semikonduktor tipe-n energi Fermi meningkat. Energi Fermi merupakan energi

    pada probabilitas pengisian elektron dalam orbital tepat setengah. Sehingga apabila

    semikonduktor tipe-p dan tipe-n disambungkan maka energi yang setara adalah energi

    Ferminya (Sze, 1985).

    2.2 Dioda sambungan p-n dan p-i-n

    Dioda merupakan suatu perangkat elektronik yang hanya mengijinkan arus listrik mengalir

    pada satu arah saja dan dapat digunakan untuk menyearahkan arus listrik. Dengan kata lain,

    dioda dapat mengubah listrik AC menjadi DC (Sze, 1985).

    Dioda yang umum adalah dioda yang dibuat dengan menyambungkan semikonduktor tipe-p

    dan tipe-n, dioda ini disebut dengan sambungan tipe p-n, untuk memperluas daerah deplesi

    maka disisipkan lapisan semikonduktor yang netral yang disebut tipe intrinsik. Dioda ini

    disebut sambungan p-i-n. Daerah deplesi merupakan daerah dimana elektron pada daerah

    tipe-n berdifusi ke daerah tipe-p karena adanya perbedaan muatan, begitu juga lubang pada

    daerah tipe-p berdifusi ke daerah tipe-n. Setelah tercapai kesetimbangan akan terbentuk

    daerah deplesi, daerah dimana terjadi pertukaran elektron dan lubang dan akan terdapat

    medan listrik akibat aliran elektron dan lubang.

  • 9

    Gambar 2.3 Sambungan tipe p-n dengan daerah deplesi sebagai tempat elektron dan lubang berdifusi

    (Krane, 1982)

    Pengaliran arus listrik pada perangkat dioda sambungan p-n dilakukan dengan

    menyambungkan kutub positif ke tipe-p dan kutub negatif ke tipe-n, cara penyambungan

    kutub seperti ini akan menghasilkan bias maju, di mana arus listrik dapat mengalir

    dikarenakan elektron yang didesak dari tipe-n akan mudah mengalir ke tipe-p dikarenakan

    muatan elektron yang negatif akan lebih suka mengalir ke daerah tipe-p yang bermuatan

    positif. Pada pengaliran arus dengan kutub positif dihubungkan ke tipe-n dan kutub negatif

    ke tipe-p, arus tidak akan mengalir karena elektron yang didesak dari tipe-p akan ditolak oleh

    tipe-n yang bermuatan sama-sama negatif dengan elektron, cara pengaliran ini disebut bias

    balik. Pemaksaan aliran elektron secara bias balik akan mengakibatkan perangkat rusak,

    beda potensial tepat saat perangkat rusak disebut beda potensial rusak atau breakdown

    voltage (Sze, 1985).

  • 10

    -2 -1 0 1 2 3

    -0.3

    -0.2

    -0.1

    0.0

    0.1

    0.2

    0.3

    I (A

    )

    V (V)

    p-n

    tegangan

    jatuh

    konduksi

    maju

    Vb

    Gambar 2.4 Kurva arus terhadap tegangan dioda sambungan p-n (Sze, 1985)

    Dioda sambungan p-n ada yang memiliki gejala mengemisikan cahaya. Dioda ini disebut

    dioda pengemisi cahaya atau biasa dikenal sebagai LED (Light-emitting Diode). Emisi

    cahaya disebabkan karena eksitasi elektron dari pita konduksi tipe-n ke pita konduksi tipe-p

    kemudian elektron tersebut kembali lagi ke keadaan dasar pada pita valensi tipe-p sehingga

    mengemisikan cahaya (Krane, 1982).

    Emisi cahaya pada LED dapat terjadi pada bias maju, dengan intensitas emisi meningkat

    dengan meningkatnya arus. Emisi berasal dari rekombinasi radiatif dari elektron dan lubang

    pada sambungan ZnO ( Deng dkk, 2013).

    Penyebab lain diemisikan cahaya adalah karena terbentuknya eksiton. Eksiton merupakan

    partikel mirip hidrogen yang terbentuk akibat dari elektron yang mengelilingi lubang.

    Eksiton mempunyai pita energi diantara pita konduksi dan pita valensi sehingga seolah-olah

    dapat mengakibatkan turunnya celah pita energi atau bandgap (Kitai Ed, 2008).

  • 11

    2.3 Kristal ZnO

    Kristal ZnO merupakan kristal berwarna putih dan akan menjadi kuning apabila dipanaskan,

    struktur kristal berupa wurtzite. Pada struktur wurtzite terdapat lapisan antara Zn2+ dan O2-

    secara bergantian, memiliki lebar celah pita sebesar 3,3 eV, memiliki titik leleh sebesar

    1975C dengan massa jenis 5,606 g/cm3. Memiliki sifat luminesensi baik fotoluminesensi

    dan elektroluminesensi. Pada keadaan tanpa pengotor sedikit bertipe-n.

    Gambar 2.5 Struktur kristal wurtzite (Housecroft dan Sharpe, 2005)

    2.4 Efek Medan Listrik Luar

    Medan listrik merupakan daerah yang ada disekitar objek bermuatan. Apabila sebuah

    partikel bermuatan memasuki medan tersebut, maka gaya listrik akan bekerja pada benda

    tersebut. Besarnya medan listrik pada daerah tersebut diberikan pada persamaan berikut ini.

    E =

    0 (II.1)

    Apabila kita kenakan sebuah medan listrik pada sebuah daerah yang mengandung muatan

    positif dan negatif, maka akan terjadi pemisahan muatan dari daerah tersebut, di mana

  • 12

    muatan positif akan mengarah ke kutub negatif dari sumber medan listrik, begitu juga

    sebaliknya, efek ini akan disebut efek polarisasi (Krane, 1982).

    Adanya medan listrik akan mengakibatkan polarisasi kristal ZnO dengan cara medan listrik

    pada kutub negatif akan menarik Zn ke arahnya, sementara O akan mengarah ke kutub

    positif sehingga kristal ZnO akan tumbuh dengan arah tertentu.

    Efek Proses Pemanasan

    Proses pemanasan dilakukan unruk memperbaiki sambungan. Kristal dikondisikan untuk

    mencapai suatu keadaan vibrasi yang efektif sehingga relaksasi atom memungkinkan untuk

    transport muatan lebih baik. Transport muatan yang lebih baik mengakibatkan rekombinasi

    dan pembentukan eksiton yang lebih baik pula ( Coskun dkk, 2009).

    Meningkatnya teperatur pemanasan mengakibatkan pengurangan kristalinitas dan

    peningkatan hambatan elektronik ( Ghasempoor, 2011).

  • 3 Metodologi Penelitian

    3.1 Tahapan Penelitian

    Penelitian ini berupa eksperimen yang meliputi beberapa tahap percobaan, yaitu :

    Tahap pertama yaitu fabrikasi film tipis ZnO pada kaca biasa. Larutan Zn(NO3)2 100

    mM digunakan sebagai sumber Zn2+ dan heksametilentetramin (CH2)6N4 100 mM

    sebagai basa. Kaca sebagai tempat pertumbuhan kristal dibersihkan dengan

    disonikasi di dalam aquabides, etanol dan aseton masing-masing selama 20 menit.

    Lalu ditumbuhkan dengan medan listrik dari luar.

    Tahap kedua yaitu fabrikasi film tipis ZnO pada kaca ITO (Indium Tin Oxide).

    Tahap kedua prosesnya sama dengan tahap pertama, hanya saja digunakan kaca ITO

    sebagai media pertumbuhan kristal.

    Tahap ketiga adalah fabrikasi sambungan p-n ZnO. Larutan Zn(NO3)2 dan

    heksametilentetramin ditumbuhkan pada kaca ITO. Tipe-p difabrikasi dengan

    menambahkan dopan Li sebanyak 5% mol/mol sedangkan tipe-n difabrikasi dengan

    menambahkan dopan Al sebanyak 5% mol/mol.

    Tahap keempat adalah fabrikasi sambungan p-i-n ZnO. Tahap fabrikasi sama dengan

    tahap ketiga, hanya saja setelah penumbuhan tipe-n ditumbuhkan tipe intrinsik ZnO

    tanpa dopan sebelum penumbuhan tipe-p.

    Tahap kelima adalah pemanasan sambungan p-n ZnO pada variasi temperatur untuk

    memperoleh hasil kurva arus terhadap tegangan yang paling baik.

    Tahap keenam adalah karakterisasi film tipis hasil fabrikasi dengan XRD (X-Ray

    Difraction) untuk mengetahui karakter kristalnya dan SEM (Scanning Electron

    Microscope) untuk mengetahui morfologi permukaan dan penampang-melintangnya.

    Pengukuran arus terhadap tegangan dilakukan pada sambungan p-n dan p-i-n untuk

    mengetahui sifat kelistrikannya. Pengukuran panjang gelombang emisi juga

    dilakukan menggunakan detektor sinar UV-Vis untuk mengetahui sifat

    elektroluminesensinya

  • 14

    3.2 Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik dan Material, Program Studi Kimia,

    Institut Teknologi Bandung. Karakterisasi difraksi sinar-X di Laboratorium Pengujian dan

    Karakterisasi Metalurgi, Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Perminyakan

    dan Pertambangan, Institut Teknologi Bandung. Karakterisasi SEM dilakukan di

    Laboratorium SEM, lantai basement gedung Basic Science Center-A, Institut Teknologi

    Bandung. Pengukuran arus terhadap tegangan dilakukan di Laboratorium Kimia Inti dan

    Radiasi, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Pengukuran Elektroluminesensi

    dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik dan Material, Program Studi Kimia, Institut

    Teknologi Bandung.

    3.3 Alat dan Bahan

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat di Laboratorium Kimia Anorganik ITB

    dan Gudang Bahan Kimia ITB. Sementara alat yang digunakan terdapat di Laboratorium

    Kimia Fisik dan Material dan Laboratorium Kimia Anorganik ITB. Untuk keperluan

    pembuatan larutan alat yang digunakan adalah labu takar 100 mL, gelas kimia 100 mL,

    batang pengaduk, spatula, corong, dan desikator sebagai tempat penyimpanan. Bahan yang

    digunakan adalah Zn(NO3)2.6H2O sebagai sumber Zn2+, heksametilentetramin sebagai basa,

    kaca ITO dan kaca biasa sebagai media pertumbuhan kristal, AlCl3 dan LiCl sebagai dopan,

    aseton teknis, etanol 95% teknis sebagai cairan pencuci media pertumbuhan maupun tempat

    reaksi, serta aquabides sebagai pelarut dan cairan pencuci. Proses penimbangan

    menggunakan neraca analitis. Tempat reaksi menggunakan botol balok berkapasitas 70mL

    dengan ketebalan 2,7 cm. Proses Pemanasan menggunakan oven. Sumber medan listrik

    menggunakan DC 15 kV dengan elektroda stainless steel berjarak 2,7cm. Proses pencucian

    menggunakan sonikator Ultrasonic Cleaning Bath Branson 2110. Proses karakteriasasi

    difraksi sinar-X menggunakan X-Ray Difractometer PANanalytical PW3373. Karakterisasi

    morfologi dilakukan dengan alat JEOL Scanning Electron Microscope. Karakterisasi arus

    terhadap tegangan dilakukan dengan alat Keithley Source Meter 2400. Karakterisasi

    fotoluminesensi menggunakan sumber sinar yaitu ASB-XE-175 Xenon Light Source dengan

    detektor sinar Ocean Optics USB-LS-395, sedangkan pengukuran panjang gelombang

    elektroluminesensi menggunakan detektor yang sama.

  • 15

    3.4 Prosedur Penelitian

    3.4.1 Fabrikasi film tipis ZnO

    Kaca biasa berukuran 5 x 5 mm disonikasi di dalam aseton, etanol kemudian dalam

    akuabides selama masing-masing 20 menit menggunakan Ultrasonic Cleaning Bath Branson

    2110 kemudian dikeringkan. Kaca kemudian ditempelkan pada dinding dalam botol reaksi.

    Kemudian dibuat larutan Zn2+ dan heksametilentetramin masing-masing 0,1 M. Dengan

    Zn(NO3)2 .6H2O sebagai sumber Zn2+ dan heksametilentetramin sebagai basa. Kemudian

    larutan dimasukkan kedalam botol reaksi. Selanjutnya botol reaksi ditutup dan dipanaskan

    selama 8 jam pada temperatur 90C dalam medan listrik sebesar 2400 V/cm. Prosedur yang

    sama dilakukan pada media pertumbuhan kaca ITO. Setelah itu film tipis ZnO pada kaca

    biasa dan kaca ITO dikarakterisasi morfologi menggunakan alat JEOL SEM (Scanning

    Electron Microscope), dan dikarakterisi menggunakan difraksi sinar-X menggunakan alat X-

    Ray Difractometer PANanalytical PW3373.

    Gambar 3.1 Skema elektroda yang digunakan untuk penelitian ini

    3.4.2 Fabrikasi sambungan p-n dan p-i-n ZnO

    Untuk fabrikasi sambungan tipe p-n dan p-i-n menggunakan prosedur yang sama dengan

    prosedur sebelumnya. Pada sambungan tipe p-n ditumbuhkan 3 lapis. Lapisan pertama yaitu

    templat, digunakan prekursor dan cara yang sama namun waktu yang digunakan adalah 2

    jam. Lapisan kedua adalah lapisan tipe-n yang dibuat dengan Zn(NO3)2 yang dicampurkan

    Medium pertumbuhan

    Larutan prekursor

    Botol / Bejana reaksi

    Elektroda

    Stainless Steel

    + -

  • 16

    dengan AlCl3 sebanyak 5% mol Zn2+ lalu ditambahkan heksametilen tetramin dengan

    perbandingan 1:1. Pemanasan dilakukan dalam medan listrik seperti prosedur sebelumnya

    dan dipanaskan selama 8 jam. Untuk lapisan ketiga adalah lapisan tipe-p yang dibuat dengan

    Zn(NO3)2 yang dicampurkan dengan LiCl sebanyak 5% mol Zn2+ lalu ditambahkan

    heksametilentetramin dengan perbandingan 1:1. Pemanasan dalam medan listrik dilakukan

    selama 8 jam. Pada fabrikasi tipe p-i-n lapisan yang ditumbuhkan sebanyak 4 lapis, lapisan

    pertama dan kedua sama dengan sambungan p-n namun lapisan ketiga adalah lapisan

    intrinsik ZnO yang dibuat dari Zn(NO3)2 dan heksametilentetramin dengan perbandingan 1:1

    tanpa ditambahkan dop. Pemanasan dalam medan listrik dilakukan selama 8 jam. Setelah itu

    ditumbuhkan tipe-p dengan proses yang sama dengan penumbuhan tipe-p pada sambungan

    p-n. sambungan p-n dan p-i-n yang didapatkan dibilas dengan akuabides dan dikeringkan,

    lalu dikarakterisasi dengan SEM, difraksi sinar-X dan pengukuran arus terhadap tegangan.

    3.4.3 Pengukuran arus terhadap tegangan

    Film tipis sambungan p-n dan p-i-n diletakkan pada PCB. PCB dibuat dengan ukuran 2 x 4

    cm dengan kabel yang terinstalasi pada pinggirnya untuk dapat digunakan sebagai konduktor

    yang menghubungkan tipe-n dan tipe-p pada sambungan p-n dan p-i-n dengan sourcemeter.

    Film tipis dibagian pojok dibuang sampai tersisa lapisan ITO saja dengan tujuan sebagai

    tempat dimana sumber arus akan dipasang pada tipe-n. Setelah itu kabel dipasang pada

    lapisan tipe-p dan pada kaca ITO yang berhubungan langsung dengan lapisan tipe-n

    menggunakan pasta perak. Pasta perak dikeringkan sampai memadat, selanjutnya kedua

    kabel dihubungkan pada instrumen Keithley Source Meter 2400 dimana kutub positif

    langsung dihubungkan dengan lapisan tipe-p sementara kutub negatif langsung

    disambungkan ke kabel yang terhubung ke kaca ITO. Pengukuran dilakukan pada temperatur

    19 C 20 C. Pengukuran dilakukan langsung dan dikontrol dengan komputer

    menggunakan perangkat lunak LabView. Pengukuran dilakukan berkali-kali untuk tiap

    sampel yang didapatkan baik pada sambungan p-n maupun sambungan p-i-n, setelah itu di

    plot kurva arus terhadap tegangan untuk melihat karakteristik dari perangkat yang

    dihasilkan.

  • 17

    3.4.4 Pemanasan terhadap sambungan p-n ZnO

    Untuk mendapatkan karakteristik yang lebih baik pada sambungan p-n dilakukan pemanasan

    untuk film tipis sambungan p-n ZnO pada variasi temperatur yaitu pada 200 C selama

    2 jam, 300 C selama 2 jam, 300 C selama 6 jam, 400 C selama 2 jam dan 400 C selama 6

    jam menggunakan oven, kemudian film tipis didinginkan untuk selanjutnya masing-masing

    dikarakterisasi menggunakan instrumen arus terhadap tegangan.

    3.4.5 Pemanasan pada tiap tahap lapisan sambungan p-n ZnO

    Untuk mendapatkan karakteristik yang lebih baik lagi pada sambungan p-n dilakukan

    pemanasan pada tiap tahap, setelah penumbuhan templat dilakukan pemanasan dengan

    temperatur dan waktu optimum yang didapatkan dari percobaan sebelumnya. Setelah

    pemanasan ditumbuhkan tipe-n dan dilakukan pemanasan lagi, kemudian ditumbuhkan

    tipe-p dan setelah itu dilakukan pemanasan lagi. Film tipis didinginkan untuk selanjutnya

    masing-masing dikarakterisasi menggunakan instrumen arus terhadap tegangan.

  • 4 Hasil dan Pembahasan

    4.1 Mekanisme pertumbuhan kristal ZnO

    Mekanisme pembentukan ZnO belum secara pasti diketahui, namun beberapa penelitian

    menyarankan adanya hidrolisis heksametilentetramin menjadi amonia. Heksametilentetramin

    berfungsi sebagai buffer pH dan menghidrolisis air sehingga dapat menyuplai OH-. Reaksi

    yang disarankan adalah sebagai berikut.

    C6H12N4 + 6 H2O 6 HCHO + 4 NH3 (IV.1)

    NH3 + H2O NH4+ + OH- (IV.2)

    Zn2+ + 2OH- ZnO + H2O (IV.3)

    Struktur kristal ZnO merupakan struktur wurtzite yang dapat dilihat sebagai lapisan

    bergantian antara Zn2+ dan O2-.

    4.2 Difraktogram Sinar-X Film Tipis ZnO

    4.2.1 Difraktogram Film Tipis Intrinsik ZnO pada Kaca Biasa

    Film tipis yang dihasilkan pada fabrikasi berwarna putih yang melapis kaca biasa,

    pertumbuhan kristal merata pada semua bagian kaca ITO. Difraktogram yang didapatkan ada

    pada Gambar 4.1.

    Kristal yang tumbuh merupakan kristal ZnO dan tidak terdapat adanya pengotor dengan

    puncak tertinggi yang terletak pada 2 sebesar 34,66, yang menandakan pertumbuhan

    kristal yang dominan pada bidang (002) yang artinya kristal tumbuh dominan pada sumbu c.

  • 19

    0 20 40 60 80 100

    Inte

    nsita

    s (

    a.u

    )

    2

    002

    101

    100

    Gambar 4.1 Difraktogram sinar-X dari film tipis ZnO yang ditumbuhkan pada kaca biasa

    4.2.2 Difraktogram Film Tipis Intrinsik ZnO pada Kaca ITO

    Film tipis yang dihasilkan dari fabrikasi melapis kaca ITO secara merata dan berwarna putih.

    Difraktogram yang dihasilkan adalah sebagai berikut.

    0 20 40 60 80 100

    Inte

    nsita

    s (

    a.u

    )

    2

    002

    100 101

    Gambar 4.2 Difraktogram sinar-X dari film tipis ZnO yang ditumbuhkan pada kaca ITO

  • 20

    Puncak tertinggi adalah pada 2 sebesar 34,66 yang merupakan puncak bidang (002) yang

    menandakan pertumbuhan kristal dominan pada sumbu c. Intensitas jauh lebih baik daripada

    yang ada pada kaca biasa, sehingga dapat dikatakan bahwa kaca ITO dapat menghantarkan

    medan listrik lebih baik daripada kaca biasa, serta struktur permukaan kaca ITO lebih teratur

    daripada kaca biasa sehingga penataan kristal pada pertamakali tumbuh lebih teratur

    daripada kaca biasa.

    4.2.3 Difraktogram Film Tipis Sambungan p-n ZnO

    Film tipis sambungan p-n ZnO merupakan kristal yang terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan

    templat, tipe-p dan tipe-n. Film tipis berwarna putih dengan pertumbuhan yang merata.

    Diftaktogram sinar-X yang didapatkan adalah sebagai berikut.

    0 20 40 60 80 100

    Inte

    nsita

    s (

    a.u

    )

    2

    002

    100 101

    Gambar 4. 3 Difraktogram sinar-X sambungan p-n ZnO pada kaca ITO

    Puncak tertinggi didapatkan pada 2 sebesar 34,66 yang menandakan pertumbuhan yang

    dominan ada pada sumbu c, dengan meningkatnya intensitas dibandingkan dengan

    difraktogram sinar-X dari film tipis yang ditumbuhkan pada kaca ITO dikarenakan adanya

    perbedaan ketebalan dari film tipis karena sambungan p-n merupakan lapisan dengan 3

    lapisan yaitu templat, tipe-n dan tipe-p.

  • 21

    4.2.4 Difraktogram Film Tipis Sambungan p-i-n ZnO

    Film tipis sambungan p-i-n merupakan film yang terdiri dari 4 lapisan yaitu templat, tipe-n,

    intrinsik dan tipe-n. Film tipis ini berwarna putih dengaan lapisan yang rata di semua

    permukaan. Difraktogram sinar-X yang didapatkan adalah sebagai berikut.

    0 20 40 60 80 100

    Inte

    nsita

    s (

    a.u

    )

    2

    002

    100 101

    Gambar 4.4 Difraktogram sinar-X sambungan p-i-n ZnO pada kaca ITO

    Difraktogram menunjukkan bahwa puncak pada 2 pada 34,66 yang menunjukkan

    pertumbuhan dominan pada bidang (002) atau pada sumbu c. Namun intensitas makin

    membesar diakibatkan lapisan yang makin tebal daripada sebelumnya.

    4.3 Fotoluminesensi Film Tipis ZnO

    Pengukuran fotoluminesensi digunakan untuk mengetahui apakah material yang telah dibuat

    mempunyai efek luminesensi atau tidak. Dengan menyelidiki suatu bahan mempunyai efek

    fotoluminesensi maka boleh jadi bahan tersebut mempunyai efek elektroluminesensi juga.

  • 22

    4.3.1 Fotoluminesensi Emisi Film Tipis ZnO

    Berikut ini merupakan beberapa kurva yang menunjukkan panjang gelombang terhadap

    intensitas yang dikeluarkan oleh bahan. Adanya puncak menunjukkan adanya efek

    fotoluminesensi.

    350 400 450 500

    Inte

    nsita

    s (

    a.u

    )

    nm

    tipe-p

    tipe-n

    Gambar 4. 5 Emisi dari bahan tipe-p dan tipe-n pada eksitasi 200 nm

    Pada eksitasi sebesar 200 nm didapatkan suatu emisi pada panjang gelombang 425 nm yang

    artinya bahan ini menyerap sinar UV untuk kemudian mengemisikan sinar berwarna biru.

    Hal ini berarti bahwa sesuai perhitungan bahwa apabila lebar celah pita dari kristal tunggal

    ZnO adalah 3,3 eV maka diperkirakan akan menyerap pada daerah sekitar 375 nm.

    400 500

    Inte

    nsita

    s (

    a.u

    )

    225 nm

    tipe-p

    tipe-n

    Gambar 4. 6 Emisi dari bahan tipe-p dan tipe-n pada eksitasi 225 nm

  • 23

    Pada saat emisi digeser ke panjang gelombang yang lebih besar atau energi yang semakin

    kecil, maka akan didapatkan dua puncak yaitu pada panjang gelombang 400 nm dan 468 nm.

    350 375 400 425 450 475

    Inte

    nsita

    s (

    a.u

    )

    = 250 nm

    tipe-p

    tipe-n

    Gambar 4.7 Emisi dari bahan tipe-p dan tipe-n pada eksitasi 250 nm

    Pada eksitasi 250 nm didapati bahwa pada panjang gelombang 400 nm sudah tidak terdapat

    emisi. Namun puncak emisi yang didapatkan mempunyai puncak pada 442 nm cenderung

    condong ke arah panjang gelombang yang lebih besar dan landai pada daerah panjang

    gelombang yang lebih kecil.

    450 475 500 525 550 575 600

    Inte

    nsita

    s (

    a.u

    )

    = 300 nm

    tipe-p

    tipe-n

    Gambar 4.8 Emisi dari bahan tipe-p dan tipe-n pada eksitasi 300 nm

  • 24

    Eksitasi pada panjang gelombang 300 nm didapatkan pergeseran ke arah merah yaitu muncul

    puncak pada panjang gelombang 490 nm dan bahu pada 525 nm. Puncak yang cenderung

    landai, dapat diperkirakan terdapat beberapa puncak pada rentang 490 nm 525 nm.

    4.3.2 Fotoluminesensi Eksitasi Film Tipis ZnO

    6.00 5.75 5.50 5.25 5.00 4.75 4.50 4.25

    Inte

    nsita

    s (

    a.u

    )

    eV

    nm

    tipe-p

    tipe-n

    Gambar 4. 9 Rentang eksitasi dari bahan tipe-p dan tipe-n

    Bahan yang difabrikasi mempunyai rentang eksitasi dari 5,6 eV 4,42 eV. Puncak emisinya

    terdapat pada 230 nm. Masih terlalu tinggi energinya dibandingkan dengan eksitasi dari

    kristal ZnO murni kristal tunggal yaitu sekitar 375 nm.

    4.4 Morfologi Film Tipis ZnO

    Morfologi yang dapat dilihat dari foto SEM dapat melihat langsung ukuran partikel material

    yang difabrikasi. Melalui foto SEM ini juga kita dapat melihat perkembangan dari bahan

    yang kita fabrikasi dari tahap penumbuhan templat sampai dengan tipe-p. Foto SEM

    digunakan untuk menunjang data yang didapatkan dari difraksi sinar-X.

  • 25

    4.4.1 Morfologi Film Tipis Templat ZnO

    Gambar 4. 10 Foto SEM dari film tipis sambungan p-n ZnO bagian templat

    Templat film tipis ZnO digunakan sebagai cetakan untuk medium pertumbuhan kristal

    diatasnya yaitu tipe-n. Foto SEM menunjukkan bentuk kristal ZnO berupa prisma segi enam

    dengan diameter sekitar 0,8 m. Pertumbuhan yang baik pada templat dengan arah tumbuh

    mengikuti arah sumbu c sesuai dengan difraktogram pada puncak (002).

    4.4.2 Morfologi Film Tipis Sambungan p-n ZnO

    Film tipis sambungan p-n ZnO ditumbuhkan 3 lapis yaitu lapisan templat, tipe-n kemudian

    tipe-p. Gambar 4.11 adalah morfologi dari permukaan lapisan tipe-n. Pada pelapisan kedua

    yaitu tipe-n didapatkan arah tumbuh kristal masih mengikuti arah sumbu c dan ukuran kristal

    membesar, dari skala yang diberikan pada gambar maka diameter dari kristal adalah sekitar 3

    m.

    Pada lapisan tipe-p ukuran kristal sekitar 3 m, namun dengan kerapatan pertumbuhan yang

    lebih tinggi, pertumbuhan masih mengikuti arah sumbu c, menandakan bahwa pertumbuhan

    dengan arah yang baik dipengaruhi oleh medan listrik dari luar. Gambar 4.10, Gambar 4.11

    dan Gambar 4.12 menunjukkan bahwa pertumbuhan kristal ZnO mengakibatkan kristal

    saling bertumpukan. Pada lapisan yang lebih atas, terjadi penumpukan yang lebih rapat

    daripada lapisan yang berada dibawahnya karena ukuran kristalnya bertabah. Pertambahan

  • 26

    ukuran kristal dari tipe-n ke tipe-p bisa diakibatkan oleh ukuran atom dari Al3+ yang lebih

    kecil daripada Li+ sehingga ukuran kristal membesar dengan ditambahkannya dopan

    tersebut.

    Gambar 4. 11 Foto SEM dari film tipis sambungan p-n ZnO bagian tipe-n

    Gambar 4. 12 Foto SEM dari film tipis sambungan p-n ZnO bagian tipe-p

  • 27

    Gambar 4.13 Foto SEM penampang film tipis sambungan p-n ZnO

    Foto penampang (Gambar 4.13) menunjukkan pertumbuhan searah sumbu c dengan

    ketebalan templat adalah sekitar 2 m dan ketebalan tipe-p dan tipe-n adalah sekitar 5 m.

    Dapat terlihat jelas pada Gambar 4.14 bahwa film tipis terbagi menjadi tiga lapisan.

    Gambar 4.14 Foto SEM lapisan pada film tipis sambungan p-n ZnO

    Ukuran kristal yang tumbuh membesar mengakibatkan bentuk kristal apabila dilihat dari

    penampang akan berbentuk trapesium. Pada lapisan templat ukuran kristalnya kecil dan

    membesar pada pelapisan selanjutnya, maka kristal akan terlihat menumpuk apabila dilihat

    permukaannya.

    Ketiga lapisan di atas membentuk susunan dioda sambungan p-n sehingga diharapkan akan

    memberikan sifat dioda yang baik.

    Tipe-p

    Tipe-n

    Templat ZnO

    Bentuk trapesium

    pada kristal ZnO

  • 28

    4.4.3 Morfologi Film Tipis Sambungan p-i-n ZnO

    Morfologi dari film tipis sambungan p-i-n mirip dengan sambungan p-n hanya saja terdapat

    empat lapisan yaitu templat, tipe-n, intrinsik dan tipe-p.

    Gambar 4.15 Foto SEM dari film tipis sambungan tipe p-i-n ZnO bagian intrinsik

    Tren membesarnya ukuran kristal juga terjadi pada lapisan intrinsik dari sambungan p-i-n

    yang mengakibatkan diameter kristal mencapai 5 m. Kristal masih tumbuh mengikuti arah

    sumbu c.

    Gambar 4.16 Foto SEM dari film tipis sambungan tipe p-i-n ZnO bagian tipe-p

  • 29

    Pada lapisan tipe-p ukuran kristal lebih besar daripada lapisan intrinsik yaitu sekitar 6 m

    dan masih tumbuh mengikuti arah sumbu c dengan pertumbuhan kristal yang lebih rapat.

    Seperti pada sambungan p-n, terjadi penumpukan kristal yang dapat dilihat pada Gambar

    4.16.

    Gambar 4. 17 Foto SEM penampang dari film tipis sambungan p-i-n ZnO

    Ketebalan kristal mencapai 13 m dengan 4 lapisan dan tumbuh pada arah sumbu c sesuai

    dengan data yang ditunjukkan difraktogram dari difraksi sinar-X. Bentuk kristal yang

    didapatkan lebih kurang teratur dibandingkan dengan sambungan p-n. Hal ini dimungkinkan

    karena proses penumbuhan yang lebih lama, sehingga kristal mengalami pelarutan kembali

    dalam air yang mengakibatkan bentuk yang kurang teratur dibandingkan sambungan p-n.

    Ketiga lapisan diatas menunjukkan susunan dioda sambungan p-i-n yang diharapkan akan

    memberikan karakteristik dioda yang baik.

  • 30

    Gambar 4. 18 Foto SEM lapisan pada film tipis sambungan p-n ZnO

    4.5 Kurva Arus terhadap Tegangan pada Sambungan p-n dan p-i-n ZnO

    Karakteristik sebuah dioda ataupun LED dapat dilihat dari karakteristik kurva arus terhadap

    tegangan menunjukkan kurva khas dioda untuk sambungan p-n ataupun p-i-n. keduanya

    mempuyai tegangan rusak (breakdown voltage) sebesar -2,88 V dan bias maju diukur sampai

    dengan 6 V.

    Gambar 4. 19 Kurva arus terhadap tegangan dari sambungan p-n dan p-i-n ZnO

    -4 -2 0 2 4 6

    -0.03

    -0.02

    -0.01

    0.00

    0.01

    0.02

    0.03

    0.04

    0.05

    0.06

    0.07

    0.08

    m

    m2

    V (Volt)

    pn

    pin

    Tipe-p

    Tipe-n

    Intrinsik

    Templat ZnO

  • 31

    Ekstrapolasi kurva arus terhadap tegangan dapat dimaknai sebagai lebar celah pita, dimana

    untuk dapat berfungsi sebagai LED suatu bahan harus mendekati lebar celah pita kristal

    tunggalnya, untuk ZnO adalah 3,3 eV. Sementara yang didapatkan dari ekstrapolasi adalah

    senilai 1,27 eV untuk sambungan p-n dan 1,97 eV untuk sambungan p-i-n. Sambungan p-i-n

    mempunyai nilai yang lebih tinggi dikarenakan lapisan intrinsik pada p-i-n berperan dalam

    memperluas daerah deplesi sehingga selisih antara pita energi tipe-n dan tipe-p membesar.

    Lebar celah pita masih jauh dari lebar celah pita kristal tunggal ZnO, oleh karena itu

    dilakukan perbaikan dengan cara pemanasan pada film tipis yang difabrikasi

    4.6 Kurva Arus terhadap Tegangan pada Sambungan p-n ZnO setelah Proses Pemanasan

    Untuk mencari nilai optimum, pemanasan dilakukan dengan variasi temperatur dan waktu

    pemanasan untuk sambungan p-n. Pemanasan dan waktu yang dilakukan adalah pada

    temeperatur 200 C selama 2 jam, 300 C selama 2 jam, 300 C selama 6 jam, 400 C

    selama 2 jam dan 400 C selama 6 jam.

    -4 -2 0 2 4 6

    -0.03

    -0.02

    -0.01

    0.00

    0.01

    0.02

    0.03

    0.04

    0.05

    0.06

    0.07

    0.08

    0.09

    0.10

    A/m

    m2

    V (volt)

    pn ord

    pn 300oC 2h

    pn 300oC 6h

    pn 400oC 2h

    pn 400oC 6h

    pn 200oC 2h

    Gambar 4. 20 kurva arus teradap tegangan dari berbagai temperatur pemanasan

    Pemanasan dilakukan dan didinginkan kembali, kemudian diukur arus terhadap tegangan dan

    didapatkan kurva seperti pada Gambar 4.16. Ekstrapolasi terhadap kurva yang didapatkan

  • 32

    dari pengukuran dari hasil pemanasan menunjukkan lebar celah pita untuk tiap-tiap variasi

    pemanasan seperti pada tabel Tabel 4.1.

    Tabel 4.1 Lebar celah pita dari hasil pemanasan

    T pemanasan (C) Waktu (jam) Lebar celah (eV)

    200 6 0,49

    300 2 1,46

    300 6 0,70

    400 2 0,97

    400 6 0,74

    Terjadi peningkatan lebar celah pita hanya pada pemanasan 300 C selama 2 jam, juga kurva

    yang lebih landai pada daerah kuadran tiga atau daerah bias balik. Pada proses pemanasan

    terjadi perbaikan pada permukaan sambungan di mana sebelum pemanasan pada permukaan

    tentunya akan terdapat pengotor seperti air atau senyawa organik lainnya, juga

    memungkinkan masih adanya senyawa Zn-O-H yang terdapat di permukaan yang akan

    menjadikan sambungan kurang baik. Pada pemanasan yang terlalu lama, dimungkinkan

    terjadinya difusi dari dop yaitu Li, karena seperti diketahui Li mudah menguap. Untuk

    pemanasan pada temperatur 400 C kurva menunjukkan kurva yang linear, yang artinya

    sudah tidak terlalu menunjukkan sifat dioda.

    4.7 Kurva Arus terhadap Tegangan pada Sambungan p-n ZnO pada Proses Pemanasan Tiap Tahap Pelapisan

    Telah didapatkan temperatur dan waktu optimum adalah 300 C selama 2 jam. Temperatur

    dan waktu tersebut digunaka untuk proses pemanasan pada tiap tahap pelapisan. Untuk

    sambungan p-n didapatkan kurva seperti pada Gambar 4.17.

  • 33

    -4 -2 0 2 4 6 8

    -0.2

    0.0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    A/m

    m2

    V (volt)

    p-n

    Gambar 4.21 Kurva arus terhadap tegangan sambungan p-n pada pemanasan tiap tahap pelapisan

    Didapatkan lebar celah pita sebesar 2,51 eV dengan tegangan rusak sebesar - 3 V dengan

    kurva yang landai pada daerah kuardan 3. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan pada

    sambungan p-n yaitu dengan naiknya lebar celah pita, juga dengan bentuk kurva yang

    eksponensial. Lendainya kuadran 3 menunjukkan tahanan dari dioda baik, walaupun

    tegangan rusaknya relatif kecil.

  • 5 Kesimpulan dan Saran

    5.1 Kesimpulan

    Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sambungan p-n dan p-i-n memiliki kurva arus

    terhadap tegangan yang sesuai dengan kurva arus terhadap tegangan yang khas dari dioda

    biasa. Hasil pengukuran didapatkan lebar celah pita untuk sambungan p-n sebesar 1,27 eV

    dan untuk sambungan p-i-n sebesar 1,97 eV. Didapatkan temperatur dan waktu optimum

    pemanasan untuk perbaikan sambungan pada temperatur 300 C dengan waktu 2 jam.

    Didapatkan lebar celah pita untuk sambungan p-n setelah pemanasan optimum sebesar 1,47

    eV. Untuk memperbaiki lebih lanjut sambungan, dilakukan pemanasan setelah tahap

    pelapisan pada temperatur optimum yang telah didapatkan. Lebar celah pita untuk

    pemanasan tiap pelapisan untuk sambungan p-n sebesar 2,51 eV. Hasil cukup jauh dengan

    semiconductor gap dari kristal tunggal ZnO sebesar 3,3 eV, namun teknik pemanasan ini

    sudah menunjukkan adanya perbaikan yang signifikan.

    5.2 Saran

    Untuk penelitian selanjutnya, variasi temperatur dan waktu sebaiknya diperbanyak untuk

    mengetahui yang paling optimum, memperlama proses penumbuhan kristal bisa dilakukan

    dengan catatan difraksi sinar-X atau SEM yang membaik. Variasi medan listrik dapat

    divariasikan untuk mendapatkan penataan kristal yang lebih baik.

  • Daftar Pustaka

    Abrahams, S.C., Bernstein, J.L.(1986). Remeasurement of the structure of

    hexagonalZnO. Acta Crystallographica B. 24.

    Callister, William D Jr. (2001). Fundamentals of Material Science and Engineering.

    New York : John Wiley & Sons. 368 370.

    Coskun, Cevdet., Guney, Harun., Gur, Emre., Tuzemen, Sebahattin. (2009).

    Effective Annealing of ZnO Thin Film Grown by electrochemical Deposition

    Technique. Turk Journal of Physics (TUBITAK) 33. 49 56.

    Deng, R., Li, B.H., Li, J.C., Li, Y.F., Shen, D.Z., Xu, Y., Yao, B., Zhang, Z.Z.,

    Zhang, L.G., Zhao, H.F.(2013). Ultraviolet Electroluminescence from n-

    ZnO/p-NiO Heterojunction Light-Emitting Diode. Journal of Luninescence

    134. 240 243 .

    Ghasempoor, T., Golshahi, S., Rozati, S.M.(2011). Annealing Treatment of ZnO

    Thin films Prepared by Non-Reactive E-Beam Evaporation Technique.

    Digest Journal of Nanomaterials and Biostructures, Vol 6,2. 445 450.

    Halliday, David., Resnick, Robert., Walker, Jearl. (1990). Fundamentals of Physics.

    New York: W.H. Freeman and Company. 723 724.

    Housecroft, Catherine E., Sharpe, Alan G. (2005). Inorganic Chemistry. London:

    Pearson Education Limited. 168 180, 676 677 .

    Kitai, Adrian. Ed. (2008). Luminescent Materials and Applications. Chicester : John

    Wiley & Sons Ltd. 30 34.

    Krane, Kenneth. (1982). Modern Physics. London : John Wiley and Sons Inc. 575

    564.

    Sze, S.M.(1985). Semiconductor Devices : Physics and Technology. New York :

    John Wiley & Sons. 1 88, 258 267.

    Tipler, Paul A., Llewellyn, Ralph A. (2006). Modern Physics. New York: W. H.

    Freeman and Company. 438-457.

  • 36

    Lampiran

    Lampiran A Difraktogram Sinar-X ZnO Standard

    900

    800

    600

    400

    200

    0

    Powder Simulation

    10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0

    Difraktogram standar dari ZnO wurtzite (Abrahams and Bernstein, 1986)

  • 37

    Lampiran B Data Pengukuran Arus terhadap Tegangan

    Sambungan p-n dan p-i-n

    p-n p-i-n

    V A/mm2 V A/mm2

    -3 -0.0132 -3 -0.02306

    -2.88 -0.0106 -2.875 -0.01945

    -2.75 -0.00897 -2.75 -0.01831

    -2.63 -0.00832 -2.625 -0.01697

    -2.5 -0.0078 -2.5 -0.01555

    -2.38 -0.00713 -2.375 -0.01443

    -2.25 -0.00673 -2.25 -0.01436

    -2.13 -0.00584 -2.125 -0.0155

    -2 -0.00584 -2 -0.01464

    -1.88 -0.0052 -1.875 -0.01307

    -1.75 -0.00445 -1.75 -0.01257

    -1.63 -0.00468 -1.625 -0.01108

    -1.5 -0.00368 -1.5 -0.00998

    -1.38 -0.00353 -1.375 -0.00913

    -1.25 -0.00295 -1.25 -0.00801

    -1.13 -0.00258 -1.125 -0.00725

    -1 -0.00267 -1 -0.00699

    -0.875 -0.00208 -0.875 -0.00558

    -0.75 -0.0023 -0.75 -0.00489

    -0.625 -0.0015 -0.625 -0.00397

    -0.5 -0.00167 -0.5 -0.00366

    -0.375 -8.41E-04 -0.375 -0.00335

    -0.25 -0.00101 -0.25 -0.00204

    -0.125 -4.40E-04 -0.125 -0.00123

    0 -1.85E-04 0 5.07E-05

    0 8.20E-05 0 5.07E-05

    0.123 -3.06E-04 0.1225 -9.17E-05

    0.245 2.29E-04 0.245 1.93E-04

    0.368 2.43E-04 0.3675 -4.01E-04

    0.49 5.63E-04 0.49 5.07E-05

    0.612 7.51E-04 0.612 1.46E-04

    0.735 0.00122 0.7345 0.0015

    0.857 0.00174 0.857 0.00143

    0.98 0.00257 0.9795 0.00181

    1.1 0.00329 1.102 0.00293

    1.22 0.00375 1.2245 0.00333

    1.35 0.00438 1.347 0.00454

    1.47 0.00545 1.4695 0.00476

    1.59 0.00607 1.592 0.00626

  • 38

    1.71 0.00689 1.7145 0.00702

    1.84 0.00785 1.8365 0.00816

    1.96 0.00845 1.959 0.00866

    2.08 0.00938 2.0815 0.01061

    2.2 0.0103 2.204 0.01132

    2.33 0.0104 2.3265 0.01313

    2.45 0.0123 2.449 0.01482

    2.57 0.0131 2.5715 0.0161

    2.69 0.0139 2.694 0.01786

    2.82 0.015 2.8165 0.02157

    2.94 0.0156 2.939 0.02304

    3.06 0.0161 3.061 0.02399

    3.18 0.0176 3.1835 0.02385

    3.31 0.0186 3.306 0.02533

    3.43 0.0197 3.4285 0.02756

    3.55 0.0204 3.551 0.0292

    3.67 0.0219 3.6735 0.03075

    3.8 0.0229 3.796 0.03277

    3.92 0.0241 3.9185 0.03446

    4.04 0.0253 4.041 0.03574

    4.16 0.0265 4.1635 0.03836

    4.29 0.0276 4.2855 0.04073

    4.41 0.0289 4.408 0.04283

    4.53 0.03 4.5305 0.04542

    4.65 0.031 4.653 0.04756

    4.78 0.0323 4.7755 0.05086

    4.9 0.0336 4.898 0.0517

    5.02 0.0348 5.0205 0.05346

    5.14 0.0362 5.143 0.05643

    5.27 0.0372 5.2655 0.05847

    5.39 0.0381 5.388 0.06075

    5.51 0.0395 5.51 0.06311

    5.63 0.0404 5.6325 0.06518

    5.76 0.0419 5.755 0.06682

    5.88 0.0428 5.8775 0.06889

    6 0.0439 6 0.0716

  • 39

    Lampiran C Data Pengukuran Arus terhadap Tegangan

    Sambungan p-n pada Berbagai Temperatur Pemanasan

    p-n 200C, 6 h p-n 300C, 2h p-n 300C, 6h p-n 400C, 2h p-n 400C, 6h

    V A/mm2 V A/mm2 V A/mm2 V A/mm2 V A/mm2

    6 0.08388 -3 -0.00295 6 0.05348 6 0.01325 6 0.00944

    5.886 0.08678 -2.87 -0.00392 5.8795 0.05283 5.9 0.01323 5.89 0.00928

    5.772 0.08557 -2.74 -0.00318 5.7595 0.05186 5.8 0.01262 5.77 0.00921

    5.658 0.08386 -2.6 -0.0033 5.639 0.05034 5.7 0.01213 5.66 0.00899

    5.5445 0.08195 -2.47 -0.00273 5.519 0.04905 5.6 0.01192 5.54 0.0088

    5.4305 0.07965 -2.34 -0.00238 5.3985 0.04748 5.5 0.01186 5.43 0.00868

    5.3165 0.07812 -2.21 -0.00183 5.2785 0.04684 5.4 0.01143 5.32 0.00842

    5.2025 0.07632 -2.07 -0.00159 5.158 0.04561 5.3 0.01126 5.2 0.00823

    5.0885 0.07394 -1.94 -0.00163 5.038 0.04406 5.2 0.01101 5.09 0.00735

    4.9745 0.07237 -1.81 -0.00115 4.9175 0.04311 5.1 0.01071 4.97 0.00778

    4.861 0.07037 -1.67 -0.00119 4.7975 0.04183 5 0.01048 4.86 0.00754

    4.747 0.06816 -1.54 -9.21E-04 4.677 0.04054 4.9 0.0099 4.75 0.00745

    4.633 0.06642 -1.41 -8.00E-04 4.557 0.03947 4.8 0.00995 4.63 0.00695

    4.519 0.06459 -1.28 -9.74E-04 4.4365 0.03814 4.7 0.00966 4.52 0.00704

    4.405 0.06279 -1.14 -9.61E-04 4.3165 0.03674 4.6 0.00934 4.41 0.00642

    4.291 0.06098 -1.01 -4.93E-04 4.196 0.03574 4.5 0.00938 4.29 0.00669

    4.177 0.05865 -0.88 -7.20E-04 4.076 0.03446 4.4 0.00853 4.18 0.00614

    4.0635 0.05689 -0.747 -6.40E-04 3.9555 0.03296 4.3 0.00868 4.06 0.00592

    3.9495 0.05518 -0.615 -7.47E-04 3.8355 0.03198 4.2 0.00852 3.95 0.00585

    3.8355 0.05325 -0.482 -4.80E-04 3.715 0.03087 4.1 0.00824 3.84 0.00578

    3.7215 0.05109 -0.35 -3.59E-04 3.595 0.02934 4 0.00806 3.72 0.00585

    3.6075 0.0494 -0.217 -4.53E-04 3.4745 0.02837 3.9 0.00767 3.61 0.00526

    3.4935 0.04759 -

    0.0845 -7.87E-04 3.3545 0.02708 3.8 0.00731 3.49 0.00483

    3.3795 0.04554 0.048 -5.20E-04 3.234 0.02597 3.7 0.00701 3.38 0.00483

    3.266 0.04386 0.181 -5.33E-04 3.114 0.02464 3.6 0.00685 3.27 0.00445

    3.152 0.04153 0.314 -2.39E-04 2.9935 0.02359 3.5 0.0066 3.15 0.00414

    3.038 0.0396 0.446 -6.13E-04 2.8735 0.02204 3.4 0.00635 3.04 0.00393

    2.924 0.03812 0.579 2.88E-05 2.753 0.02102 3.3 0.00602 2.92 0.00378

    2.81 0.03634 0.711 5.10E-04 2.633 0.01948 3.2 0.0059 2.81 0.00347

    2.696 0.03458 0.844 0.0011 2.5125 0.01843 3.1 0.00583 2.7 0.00355

    2.5825 0.03254 0.976 0.00146 2.3925 0.01738 3 0.00554 2.58 0.00345

    2.4685 0.03104 1.11 0.00189 2.272 0.01603 2.9 0.00533 2.47 0.00359

    2.3545 0.02925 1.24 0.00256 2.152 0.01524 2.8 0.00506 2.35 0.00281

  • 40

    2.2405 0.02773 1.37 0.0029 2.0315 0.01358 2.7 0.00465 2.24 0.00274

    2.1265 0.02557 1.51 0.00377 1.9115 0.01272 2.6 0.00444 2.13 0.00248

    2.0125 0.02405 1.64 0.00413 1.791 0.0118 2.5 0.00428 2.01 0.00274

    1.8985 0.02207 1.77 0.00491 1.671 0.01032 2.4 0.00423 1.9 0.00195

    1.785 0.02029 1.9 0.00545 1.5505 0.00904 2.3 0.00374 1.79 0.00179

    1.671 0.01893 2.04 0.00587 1.4305 0.00806 2.2 0.00342 1.67 0.00188

    1.557 0.01708 2.17 0.00704 1.31 0.00728 2.1 0.00309 1.56 0.00164

    1.443 0.01563 2.3 0.00789 1.19 0.00616 2 0.00326 1.44 0.00174

    1.329 0.01401 2.43 0.00906 1.0695 0.0044 1.9 0.00281 1.33 0.00131

    1.215 0.0123 2.57 0.00985 0.9495 0.00366 1.8 0.00267 1.22 0.00114

    1.1015 0.01047 2.7 0.0107 0.829 0.00328 1.7 0.00241 1.1 4.79E-04

    0.9875 0.00935 2.83 0.0115 0.709 0.00267 1.6 0.0023 0.988 6.45E-04

    0.8735 0.00818 2.96 0.0127 0.5885 0.00174 1.5 0.00189 0.874 2.75E-05

    0.7595 0.00652 3.1 0.0136 0.4685 4.08E-04 1.4 0.00165 0.76 2.41E-04

    0.6455 0.00588 3.23 0.0139 0.348 -1.15E-04 1.3 0.00159 0.646 -4.25E-

    04

    0.5315 0.0044 3.36 0.0153 0.228 -2.00E-05 1.2 0.00128 0.532 -1.87E-

    04

    0.4175 0.00352 3.49 0.0166 0.1075 -2.34E-04 1.1 8.74E-04 0.418 -3.53E-

    04

    0.304 0.00252 3.63 0.0174 -

    0.0125 -7.33E-04 1 0.00105 0.304 1.23E-04

    0.19 0.00145 3.76 0.0184 -0.133 -0.00128 0.9 7.63E-04 0.19 -1.87E-

    04

    0.076 6.45E-04 3.89 0.0197 -0.253 -0.00138 0.8 4.81E-04 0.076 -2.82E-

    04

    -0.038 -2.82E-04 4.02 0.02 -

    0.3735 -0.00154 0.7 3.44E-04

    -

    0.038 -0.00123

    -0.152 -0.00109 4.16 0.0217 -

    0.4935 -0.00226 0.6 3.01E-04

    -

    0.152

    -3.77E-

    04

    -0.266 -0.00195 4.29 0.0226 -0.614 -0.00195 0.5 2.84E-04 -

    0.266

    -5.20E-

    04

    -

    0.3795 -0.00285 4.42 0.0234 -0.734 -0.00252 0.4 1.98E-04 -0.38 -0.0013

    -

    0.4935 -0.00378 4.55 0.0242

    -

    0.8545 -0.00226 0.3 1.47E-04

    -

    0.494

    -3.77E-

    04

    -

    0.6075 -0.00497 4.69 0.0257

    -

    0.9745 -0.00278 0.2 5.27E-05

    -

    0.608 -0.00102

    - -0.00561 4.82 0.0268 -1.095 -0.00344 0.1 -5.81E-04 - -0.00154

  • 41

    0.7215 0.722

    -

    0.8355 -0.00658 4.95 0.0281 -1.215 -0.00356 0 -1.53E-04

    -

    0.836 -0.0014

    -

    0.9495 -0.00751 5.08 0.0291

    -

    1.3355 -0.00368

    -

    0.1 -2.30E-04 -0.95

    -9.72E-

    04

    -

    1.0635 -0.00846 5.22 0.0301

    -

    1.4555 -0.00442

    -

    0.2 -1.02E-04 -1.06 -0.00123

    -1.177 -0.00932 5.35 0.031 -1.576 -0.00466 -

    0.3 -3.07E-04 -1.18 -0.00114

    -1.291 -0.0101 5.48 0.0322 -1.696 -0.00459 -

    0.4 -6.15E-04 -1.29 -0.00149

    -1.405 -0.01098 5.61 0.0334 -

    1.8165 -0.00454

    -

    0.5 -6.75E-04 -1.41 -0.00145

    -1.519 -0.01193 5.75 0.0341 -

    1.9365 -0.00463

    -

    0.6 -4.52E-04 -1.52 -0.00183

    -1.633 -0.01277 5.88 0.0352 -2.057 -0.00606 -

    0.7 -7.52E-04 -1.63 -0.00195

    -1.747 -0.01358 6.01 0.0362 -2.177 -0.0052 -

    0.8 -7.86E-04 -1.75 -0.00192

    -1.861 -0.01467

    -

    2.2975 -0.00611

    -

    0.9 -7.44E-04 -1.86 -0.00216

    -

    1.9745 -0.01557

    -

    2.4175 -0.00606 -1 -0.00104 -1.97 -0.00211

    -

    2.0885 -0.01607

    -2.538 -0.00701

    -

    1.1 -0.00103 -2.09 -0.00195

    -

    2.2025 -0.01736

    -2.658 -0.00675

    -

    1.2 -8.72E-04 -2.2 -0.00218

    -

    2.3165 -0.01855

    -

    2.7785 -0.00713

    -

    1.3 -0.00165 -2.32 -0.00226

    -

    2.4305 -0.01919

    -

    2.8985 -0.00791

    -

    1.4 -0.00157 -2.43 -0.00254

    -

    2.5445 -0.02016

    -3.019 -0.00775

    -

    1.5 -0.00119 -2.54 -0.00195

    -2.658 -0.02107

    -3.139 -0.00951 -

    1.6 -0.00125 -2.66 -0.00375

    -2.772 -0.02202

    -

    3.2595 -0.00936

    -

    1.7 -0.00127 -2.77 -0.00271

    -2.886 -0.0229

    -

    3.3795 -0.01051

    -

    1.8 -0.00167 -2.89 -0.00223

  • 42

    -3 -0.02416

    -3.5 -0.01079 -

    1.9 -0.00145 -3 -0.00283

    -- -- -2 -0.00162

    -

    2.1 -0.00155

    -

    2.2 -0.00157

    -

    2.3 -0.00173

    -

    2.4 -0.00183

    -

    2.5 -0.00187

    -

    2.6 -0.00217

    -

    2.7 -0.0024

    -

    2.8 -0.00248

    -

    2.9 -0.00249

    -3 -0.00283

  • 43

    Lampiran D Data Pengukuran Arus terhadap Tegangan

    Sambungan p-n pada Pemanasan Tiap Pelapisan

    p-n, 300C , 2h

    V A/mm2

    6 0.99919

    5.886 0.85413

    5.5445 0.81173

    5.4305 0.78282

    5.3165 0.75555

    5.2025 0.72248

    5.0885 0.70441

    4.9745 0.68206

    4.861 0.67399

    4.747 0.64575

    4.633 0.62554

    4.519 0.60016

    4.405 0.58196

    4.291 0.56587

    4.177 0.5491

    4.0635 0.52502

    3.9495 0.50506

    3.8355 0.48258

    3.7215 0.46317

    3.6075 0.44522

    3.4935 0.42657

    3.3795 0.40429

    3.266 0.3866

    3.152 0.36874

    3.038 0.34429

    2.924 0.3287

    2.81 0.31311

    2.696 0.29407

    2.5825 0.25382

    2.4685 0.25075

    2.3545 0.23617

    2.2405 0.22066

    2.1265 0.20973

    2.0125 0.19717

  • 44

    1.8985 0.18036

    1.785 0.16112

    1.671 0.14708

    1.557 0.13431

    1.443 0.12334

    1.329 0.11262

    1.215 0.10241

    1.1015 0.09128

    0.9875 0.0822

    0.8735 0.07169

    0.7595 0.06148

    0.6455 0.05022

    0.5315 0.03955

    0.4175 0.03102

    0.304 0.02186

    0.19 0.01358

    0.076 0.00543

    -0.038 -1.20E-04

    -0.152 -0.0097

    -0.266 -0.01735

    -0.3795 -0.02495

    -0.4935 -0.03302

    -0.6075 -0.04151

    -0.7215 -0.0495

    -0.8355 -0.05744

    -0.9495 -0.06555

    -1.0635 -0.07387

    -1.177 -0.08122

    -1.291 -0.0887

    -1.405 -0.09656

    -1.519 -0.10328

    -1.633 -0.10879

    -1.747 -0.11341

    -1.861 -0.11728

    -1.9745 -0.12119

    -2.0885 -0.12551

    -2.2025 -0.1393

    -2.3165 -0.15169

    -2.4305 -0.13606

  • 45

    -2.5445 -0.12295

    -2.658 -0.12997

    -2.772 -0.11173

    -2.886 -0.1127

    -3 -0.1559