salinan - walhi.or.id · presiden repu blik indonesia peraturan pemerintah republik indonesia nomor...

23
PRESIDEN REPU BLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2OI4 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa gambut merupakan ekosistem rentan dan telah mengalami kerusakan yang disebabkan kebakaran hutan dan lahan tahun 2015, sehingga harus dilakukan upaya- upaya yang intensif dalam perlindungan dan pengelolaan; bahwa Peraturan PemerintAh Nomor 71 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut perlu disempurnakan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum di masyarakat; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 7l Tahun 2OL4 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut; Pasal 5 ayat l2l Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO9 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); Menimbang : a. Mengingat b. c. : 1. 2. 3. Peraturan...

Upload: leque

Post on 25-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PRESIDENREPU BLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 57 TAHUN 2016

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2OI4

TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

bahwa gambut merupakan ekosistem rentan dan telahmengalami kerusakan yang disebabkan kebakaran hutandan lahan tahun 2015, sehingga harus dilakukan upaya-upaya yang intensif dalam perlindungan dan pengelolaan;

bahwa Peraturan PemerintAh Nomor 71 Tahun 2014 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut perludisempurnakan sesuai dengan perkembangan dankebutuhan hukum di masyarakat;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan PeraturanPemerintah tentang Perubahan atas Peraturan PemerintahNomor 7l Tahun 2OL4 tentang Perlindungan danPengelolaan Ekosistem Gambut;

Pasal 5 ayat l2l Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO9 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor140, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5059);

Menimbang : a.

Mengingat

b.

c.

: 1.

2.

3. Peraturan...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-2-' 3. Peraturan pemerintah Nomor 71 Tahun 2O14 tentang

Perlindungan dan pengelolaan Ekosistem Gambul(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor2O9, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5580)

MEMUTUSKAN:

MenetapKan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATASPERATURAN PEMERINTAH NOMOR 7I TAHUN 2014TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEMGAMBUT.

#D

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam peraturan pemerintah Nomor 71lahur 2014 tentang Perlindungan dan pengelolaar EkosistemGambut (Lembaran Negara Republik Indonesia iahun 2014Nomcr 209, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomcr 5580), diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan atgka 2 pasal 1 diubah, sehingga berbunyisebagai berikut:

pasai 1

Dalam Peraturan pemerintah ini yang dimaksud dengan:

-. Perlindungan dan pengelolaan Ekosistem Gambutadalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukanuntuk melestarikan fungsi Ekosistem Gambut danmencegah terjadinya kerusakan Ekosistem Gambutyang meliputi perencanaan, pemanfaatan,pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, danpenegakan hukum.

2. Gambut adalah material organik yang terbentuksecara alami dari sisa_sisa tumbuhan yangterdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 55(lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasipada rawa.

3. Ekosistem...

{ipPRESIDEN

REPU BLIK INDONESIA-3-

Ekosistem Gambut adalah tatanan unsur Gambutyang ,merupakan satu kesatuan utuh menyeluruhyang saling mempengaruhi .dalam membentukkeseimbangan, stabilitas, dan produktivitasnya.Kesatuan Hidrologis Gambut adalah EkosistemGambut yang letaknya di antara 2 (dua) sungai, diantara sungai dan laut dan/atau pada rawa.

Menteri adalah menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup.

2. Ketentuan ayat (3) Pasal 9 diubah, sehingga berbunyisebagai berikut:

Pasal 9

(1) Penetapan fungsi Ekosistem Gambut sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 huruf b dilakukan olehMenteri setelah berkoordinasi dengan:

a. menteri yang menyelenggaralan urusanpemerintahan di bidang kehutanan dan menteriyang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang sumber daya air dan penataan ruang,dalam hal Ekosistem Gambut yang akanditetapkan berada di kawasan hutan; dan

b. menteri yang menyelenggaraka:r urusanpemerintahan di bidang sumber daya air danpenataan ruang, dalam hal Ekosistem Gambutyang akan ditetapkan berada di luar kawasanhutan.

(21 Fungsi Ekosistem Gambut sebagaimana dimaksudpada ayat (1) meliputi:

a. fungsi lindung Ekosistem Gambut; danb. fungsi budidaya Ekosistem Gambut.

(3) Menteri wajib menetapkan fungsi lindung Ekosistem' Gambut paling sedikit 30% (tiga puluh per seratus)dari seluruh luas Kesatuan Hidrologis Gambut yangletaknya dimulai dari 1 (satu) atau lebih punca[kubah Gambut.

3.

4.

f,,

(4) Dalam ...

PRESIDENREPU BLIK INDONESIA

-4-

(4) Dalam hal di luar 30olo (tiga puluh per seratus) dariseluruh luas Kesatuan Hidrologis Gambutsebagaimana dimaksud pada ayat (3) masihterdapat:

a. Gambut dengan ketebalan 3 (tiga) meter ataulebih;

b. plasma nutfah spesifik dan/atau endemik;c. spesies yang dilindungi sesuai dengan peraturan

perundang undangan; dan/ ataud. Ekosistem Gambut yang berada di kawasan

lindung sebagaimana ditetapkan dalam rencanatata ruang wilayah, kawasan hutan -indung, dankawasan hutan konservasi,

Menteri ,nsnstapkan sebagai fungsi lindungEkosistem Gambut.

$-.D

Luas Kesatuan Hidrologis Gambut sebagaimanadimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) didasarkan padapeta final Kesatuan Hidrologis Gambut sebagaimanadimaksud dalam Pasal 7.

Dalam hal Ekosistem Gambut tidak memenuhiketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) danayat (4l', Menteri menetapkan sebagai fungsibudidaya Ekosistem Gambut.

3. Ketentuan ayat (21 huruf b pasal 1O diubah dan huruf cdihapus, sehingga Pasal l0 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 10

Fungsi Ekosistem Gambut yang telah ditetapkanoleh.

. Menteri sebagai fungsi lindung dan fungsi

budidaya Ekosistem Gambut sebagaimanadimaksud dalam Pasal 9 disajikan dalam bentukpeta fungsi Ekosistem Gambut.Peta fungsi Ekosistem Gambut sebagaimanadimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

is)

i6)

il)

t2)

a. peta...

,htt \\.-B*' rg^*)-fl94€

PRESIDENREPU BLIK INDONESIA

-5-

a. peta fungsi Ekosistem Gambut nasional yangdisajikan dengan skala paling kecil 1 : 2S0.O0O;

b. peta fungsi Ekosistem Gambut provinsi dankabupaten/kota yang disajikan dengan skalapalingkecil 1:50.000.

c. Dihapus.

4. -{etentuan ayat (4) Pasal 11 diubah, ayat (S) dan ayat (6)dihapus, sehingga Pasal 1l berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1l

Ekosistem Gambut dengan fungsi budidaya dapatdiubah menjadi Ekosistem Gambut dengan fungsilindung.

Perubahan fungsi Ekosistem Gambut sebagaimanadimaksud pada ayat ( 1):

a. dilakukan oleh Menteri; ataub. berdasarkan usulan gubernur atau bupati/wali

kota sesuai dengan kewenangannya kepadaMenteri.

Perubahan fungsi Ekosistem Gambut sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dahm fral:a. Ekosistem Gambut memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (4)huruf c dan huruf d;

b. adanya urgensi ekologis untuk melakukanupaya pencegahan atau pemulihan kerusakanlingkungan hidup pada dan/ atau di sekitarEkosistem Gambut; dan/ atau

c. adanya urgensi ekologis untuk melakukanupaya pencadangan Ekosistem Gambut diprovinsi atau kabupaten/ kota.

Perubahan fungsi Ekosistem Gambut sebagaimanadimaksud pada ayat (l) ditetapkan oleh Menterisetelah berkoordinasi dengan menteri yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan dibiian!sumber daya air, menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintah di bidang tata ruang, menteriterkait, gubernur, dan/atau bupati/waLkota sesuaidengan kewen4ngannya.

(r)

(2t

{3)

i.4)

(5) Dihapus...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-6-

(5) Dihapus.

(6) Dihapus.

5. Ketentuan ayat (3) Pasal 14 diubah, sehingga berbunyisebagai berikut:

Pasal 14

il) Penyusunan rencana perlindungan dan pengelolaanEkosistem Gambut sebagaimana dimaksud dalamPasal 4 huruf c meliputi:

a. rencana Perlindungan danEkosistem Gambut nasional;

Pengelolaan

b. rencana Perlindungan dan pengelolaanEkosistem Gambut provinsi; dan

c. rencana Perlindungan dan pengelolaanEkosistem Gambut kabupaten/kota.

Rencana Perlindungan dan pengelolaan EkosistemGam_but nasional sebagaimana dimaksud pada ayat(l) huruf a disusun untuk perlindungan danPengelolaan Ekosistem Gambut lintas provinsi.Rencana Perlindungan dan pengelolaan EkosistemGamlut provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf b disusun untuk perlindungan danPengelolaan Ekosistem Gambut lintaskabupaten/kota.Rencana Perlindungan dan pengelolaan EkosistemGambut kabupaten/kota sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf c disusun untuk perlindungandan Pengelolaan Ekosistem Gambut yarg berada diwilayah kabupaten/ kota.

6. fbtentuan ayat (1), ayat l2l, ayat (3) dan ayat(4) pasal 16diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

pasal 16

(1) Rencana Perlindungan dan pengelolaan EkosistemGambut nasional sebagaimana dimaksud dalamPasal 15 ayat (l) disusun dan ditetapkan olehMenteri setelah berkoordinasi dengan:

t2l

(3)

(4)

a. menteri...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-7 -

a. menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang tata ruang;

b. menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang sumber daya air;

c. menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang perenca.naan danpembangunan nasional; dan

d. menteri terkait lainnya.Rencana Perlindungan dan Pengelolaan EkosistemGambut provinsi sebagaimana dimaksud dalamPasal 15 ayat (21 disusun dan ditetapkan olehgubernur sesuai dengan kewenangannya.Rencala Perlindungan dan Pengelolaan EkosistemGambut kabupaten/kota sebagaimana dimaksuddalam Pasal 15 ayat (3) disusun dan ditetapkan olehbupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.Penetapan rencana Perlindungan dan pengelolaanEkosistem Gambut oleh gubernur atau bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (21 dan ayat(3) harus terlebih dahulu dikonsultasikan secarateknis dan mendapat persetujuan dari Menteri.

7. Ketentuan ayat (21 Pasal 17 diubah, sehingga berbunyisebagai berikut:

Pasal 17Rencana Perlindungan dan pengelolaan EkosistemGambut paling sedikit memuat rencana:a. pemanfaatan dan/ atau pencadangan Ekosistem

Gambut;b. pemeliharaan dan perlindungan kualitas

dan/ atau fungsi Ekosistem Gambut;c. pengendalian, pefirantauan, serta

pendayagunaan dan pelestarian EkosistemGambut; dan

d. adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.Rencana Perlindungan dan pengelolaar: EkosistemGambut sebagaimana dimaksud pada ayat (l) harusmemperhatikan:

a. keragaman karakter lisik dan biofisik fungsiekologis;

(21

(3)

(4)

(1)

(21

b. sebaran...

8. Ketentuan ayat (21 Pasal 18 diubah, sehingga berbunyisebagai berikut:

Pasal 18

Dalam hal Ekosistem Gambut dengan fungsibudidaya diubah menjadi Ekosistem Gambut denganfungsi lindung sebagaimana dimaksud dalam pasal11, rencana Perlindungan dan pengelolaanEkosistem Gambut yang telah ditetapkansebagaimana dimaksud dalam pasal 16 harusdilakukan perubahan.

Perubahan rencana Perlindungan dan pengelolaanEkosistem Gambut yang dilakukan oleh gubernuratau bupati/wali kota harus terlebih dahuludikonsultasikan secara teknis dan mendapatpersetujuan dari Menteri.

9. Di antara Pasal 22 dan Pasal 23 disisipkan I [satu) pasal,yakni Pasal 22A sehingga berbunyi sebagai berikut:

-

Pasal 22A(l) Pencegahan kerusakan Ekosistem Gambut

sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (21huruf a dilakukan dengan cara:a. penyiapan regulasi teknis;

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-8-

b. sebaran potensi sumber daya alam;c. perubahan iklim;d. sebaran penduduk;

e. kearifan lokal;

f. aspirasimasyarakat;

g. rencana tata ruang wilayah; danh. upaya pemulihan kerusakan Ekosistem Gambut.

i3) Rencana Perlindungan dan pengelolaan EkosistemGambut merupakan bagian dari rencanaperlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

{1)

(2)

b. pengembangan...

#*D

(2)

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-9-

b. pengembangan sistem deteksi dini;c. penguatan kelembagaan pemerintah dan

ketahanan masyaralat;d. peningkatan kesadaran hukum masyarakat;

dan/ataue. pengamanan areal rawan kebalaran dan bekas

kebakaran.

Penyiapan regulasi teknis sebagaimaha dimaksudpada ayat (1) huruf a meliputi:a. penerapan peta Kesatuan Hidrologis Gambut

sebagaimana dimaksud dalam pasal 7;

b. penetapan fungsi lindung dan fungsi budidayakhususnya pada kawasan Kesatuan HidrologisGambut sebagaimana dimaksud dalam pasal 9sampai dengan Pasal 12; dan

c. pelaksanaan evaluasi dan audit perizinanpemanfaatan lahan Gambut.

Pengembangan sistem deteksi dini sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:a. pemasangan alat pemantau kualitas udara

sesaat dan kontinyu dan pemanfaatanberbagai teknologipendeteksidini;

b. pengolahan informasi dari berbagai sumbertermasuk laporan masyarakat; dan

c. pemberitahuan kepada masyarakat tentangpotensi terjadinya kebakaran lahan dan hutan.

(4) Penguatan kelembagaan pemerintah dan ketahananmasyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf c meliputi:

a. penguatan koordinasi tingkat pusat dandaerah sebagaimana diatur dalam peraturanperundangan-undangan;

b. penguatan kelembagaan pengelolaan kawasantingkat tapak Kesatuan pengelolaan Hutan(KPH);

(3)

c. penyertaan...

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

_10_

penyertaan unsur-unsur masyarakat, meliputimasyarakat peduli api, kelompok masyarakatdesa, organisasi kemasyarakatan, dan relawansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;penguatan kelembagaan sekolah-sekolah padadaerah rawan kebakaran lahan dan hutandengan pembentukan kelompok pelajar pedulilingkungan yang dibina oleh pemerintah dierah;dan

pelatihan, pendampingan, akses informasipublik, dan pola kemitraan serta membangunmekarrisme pemanfaatan tanggung jawab sosialdan lingkungan yang inovatif dalam rangkapeningkatan ekonomi masyarakat.

10. Ketentuan ayat (3) huruf a pasal 23 diubah dan ditambahI (tiC3l ayat yakni ayat (4), ayat (5), dan ayat i6), sehinsgaPasal 23 berbunyi sebagai berikut:

pasal 23(1) Kerusakan Ekosistem Gambut dapat terjadi pada:

a. Ekosistem Gambut dengan fungsi lindung; danb. Ekosistem Gambut dengan fungsi budidaya.

(21 Ekosistem Gambut dengan fungsi lindungdinyatakan rusak apabila melampaui toit".i, b.nlkerusakan sebagai berikut:a. terdapat drainase buatan di Ekosistem Gambut

dengan fungsi lindung yang telah ditetapkan;b. tereksposnya sedimen berpirit dan/ atau kwarsa

di bawah lapisan Gambut; dan/ atauc. terjadi pengurangan luas dan/atau volume

tutupan lahan di Ekosistem Gambut denganfungsi lindung yang telah ditetapkan.

c.

e.

(3) Ekosistem ...

PRESIDENREPU BLIK INDONESIA

- 11-

(3) Etosistem Gambut dengan fungsi budidayadinyatakan rusak apabila memenuhi kriteria bakukerusakan sebagai berikut:a. muka air tanah di lahan Gambut lebih dari O,4

(nol koma empat) meter di bawah permukaanGambut pada titik penaatan; dan/atau

b. tereksposnya sedimen berpirit dan/atau kwarsadi bawah lapisan Gambut.

{4) Pengukuran muka air tanah sebagaimana dimaksudpada ayat (3) huruf a dilakukan pada tiik penaatanyang telah ditetapkan.

15) Dalam penentuan titik penaatan sebagaimanadimaksud pada ayat (4) harus didasarkan padakarakteristik lahan, topograli, zona pengelolaanair, kanal dan/ atau bangunan air.

(6) Ketentuan mengenai tata cara pengukuran muka airdi titik penaatan diatur dalam peraturan Menteri.

11. Ketentuan huruf a dan huruf c pasal 26 diubah danditambah 1 (satu) ayat yakni ayat {21, sehingga pasal 26berbunyi sebagai berikut:

Pasal 26

(l) Setiap orang dilarang:

a. membuka lahan baru (land deaing) sampaiditetapkannya zonasi fungsi lindung dan fungsibudidaya pada areal Ekosistem Gambut untuktanaman tertentu;

b. membuat saluran drainase yangmengakibatkan Gambut menjadi kering;

c. membakar lahan Gambut dan/atau melakukanpembiaran terjadinya pembakaran; dan/ atau

d. melakukan ...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-12-

d. melakukan kegiatan lain yang mengakibatkanterlampauinya kriteria baku kerusakanEkosistem Gambut sebagaimana dimaksuddalam Pasal 23 ayat (2) dan ayat (3).

i2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanaman tertentusebagaimana dimaksud pada ayat (l) huruf a diaturdengan Peraturan Menteri.

12. {etentuan ayat (3) dan ayat (4) pasal 3O diubah, sehingga-oerbunyi sebagai berikut:

Pasal 30

(l) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yangmelakukan pemanfaatan Ekosistem Gambut yangmenyebabkal kerusakan Ekosistem Gambut didalam atau di luar areal usaha dan/atau kegiatanwajib melakukan pemulihan sesuai kewajiban yangtercantum dalam izin lingkungan.

12) Pemulihan di dalam dan di luar areal usahadan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud padaayat (1) wajib dilaksanakan oleh penanggung jawabusaha dan/atau kegiatan terhadap kerusakansebagaimana dimaksud dalam pasal 2Z ayat (21.

(3) Pemulihan dilakukan dengan cara:

a. suksesi alami;

b. rehabilitasi;

c. restorasi; dan/ataud. cara lain yang sesuai dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi.(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman teknis

pemulihan fungsi Ekosistem Gambut diatur denganPeraturan Menteri.

13. Di antara ...

#iDPRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA-13-

13. Di antara Pasal 30 dan Pasal 3l disisipkan 1 (satu) pasal,yakni Pasal 30A, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 30A

Restorasi sebagaimana dimaksud pada pasal 30 ayat(3) huruf c dilakukan dengan:

a. penerapan teknik-teknik restoras: mencakuppengaturan tata air di tingkat tapak;

b. pekerjaan konstruksi, operasi, danpemeliharaan yang meliputi penataaninfrastruktur pembasahan (rewetting) Gambut;dan/atau

c. penerapan budidaya menurut kearifan lokal.Restorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan dengan mempertimbangkan penelitiandan pengembangan dengan memperhatikan danmengikuti perkembangan ilmu penge:ahuan danperspektif internasional.

Ketentuan mengenai pedoman teknis celaksanaankcgiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) diaturdengan Peraturan Menteri.

14. Di antara Pasal 31 dan pasal 32 disisipkan 2 (dua) pasal,3rakni Pasal 31A dan pasal 3lB sehingga beibunyisebagai berikut:

Pasal 31A

Dalam hal pemulihan sebagaimana dimaksud dalamPasal 31 merupakan akibat kebakaran dan penanggungjawab usaha dan/ atau kegiatan tidak melaliut<anpemulihan fungsi Ekosistem Gambut sebagaimaaadimaksud dalam pasal 30 dalam jangka w:aktu paling]a1a 30 (tiga putuh) hari sejak aititatruinya ie4ad'ikebakaran, Menteri, gubernur, dan bupati/wali kotaberkoordinasi dalam pemulihan fungsi EkosistemGambut atas beban biaya penanggunt jawab usahadan/ atau kegiatan untuk pelaksanaan lapangan.

11)

t2)

(3)

Pasal 318 ...

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-L4-

Pasal 31B

Terhadap areal perizinan usaha dan/atau kegiatanterdapat Gambut yang terbakar, pemerintahmengambil tindakan penyelamatan danpengambilalihan sementara areal bekas kebakaran.Pengambilalihan sementara areal bekas kebal<arandilakukan untuk dilakukan verifikasi oleh Menteri.Hasil verifikasi dapat berupa:

a. pengelolaan lebih lanjut oleh penanggung jawabusaha dan/ atau kegiatan; dan

b. pengurangan areal perizinan usaha dan/ ataukegiatannya.

(41 Ketentuan mengenai tata cara pengambilalihan arealbekas kebakaran oleh pemerintah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dengar peraturanMenteri.

15. Di antara Pasal 32 dan Pasal 33 disisipkan 1 (satu) pasal,yakni Pasal 32A sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 32A

(1) Pemulihan fungsi ekosistem pada lahan dan hutanGambut selain pada areal sebagaimana dimaksuddalam Pasal 30 menjadi tanggungjawab pemerintah.

(21 Pemulihan fungsi ekosistem pada lahan dan hutanGambut pada areal penggunaan 1ain menjaditanggung jawab pemerintah daerah.

(3) Pemulihan fungsi ekosistem pada lahan dan hutanGambut yang dimiliki oleh masyarakat ataumasyarakat hukum adat menjadi tanggung jawabmasyarakat atau masyarakat hukum adat.

ir)

t2l

(3)

16. Ketentuan...

-Eriit?^\,

fi,*y_i)bg

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-15-

16. Ketentuan ayat (1) Pasal 44 diubah, sehingga berbunyisebagai berikut:

Pasal 44

(1) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yangmelakukan pemanfaatan Ekosistem Gambut yangmelanggar ketentuan Pasal 30, pasal 31, dan pasal3lA dikenai sanksi administratif berupa paksaanpemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 40ayat (3).

(2) Dalam hal penanggung jawab usaha dan/ataukegiatan yang melakukan pemanfaatan EkosistemGambut tidak melaksanakan paksaan pemerintahsebagaimana dimaksud pada ayat (l), Menteri,gubernur, atau bupati/wali kota memberikan sanksiadministratif berupa pembekuan izin lingkungan.

13) Dalam hal penanggung jawab usaha dan/ataukegiatan yang melakukan pemanfaatan EkosistemGambut tidak memenuhi ketentuan dalampembekuan izin lingkungan sebagaimana dimaksudpada ayat (2), Menteri, gubernur, atau bupati/walikota memberikan sanksi administratif berupapencabutan izin lingkungan.

;.al Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan jangkawaktu pemenuhan terhadap ketentuan paksianpemerintah, pembekuan izin lingkungan, danpencabutan izin lingkungan diatur dengan peraturanMenteri.

pasal IIPeraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.

Agar ...

PRESIDENREPU BLIK INDONESIA

_16_

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Pemerintah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 2 Desember 2016PRESIDEN REPUBLIK INDO]IESIA,

ttd.

JOKO WIDODODiundangkan di Jakartapada tanggal 6 Desen:ber 2016MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK IT.IDONESIA,

ttd.

YASONNA H. I.^A,OLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 260

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

REPUBLIK INDONESIAAsisten Deputi Bidang perekonomian,

$",DPRES IDEN

REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 57 TAHUN 2016

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2OI4

TENTANG PERLINfUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT

I. UMUM

Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia sampai dengan bulanOktober 2015, mencapai luasan 1,7 (satu koma tqiuh) iuta hektar. Salahsatu penyebab kebakaran hutan dan lahan akibat kesalahan dalampengelolaan lahan gambut untuk kegiatan usaha.

Sesuai dengan karakter Ekosistem Gambut, maka kawasan hidrologiGambut merupakan kawasan yang tidak boleh terganggu dalam ariidigunakan untuk penggunaan lahan (land use) yang *en-gg"oggu fungsihidrologis Kesatuan Hidrologi Gambut.

Kenyataan menunjukkan bahwa kebakaran terbesar terjadi di lahanGambut terutama di Provinsi sumatera Selatan dan provinsi KalimantanTengah serta sebagian di Provinsi Riau, Jambi dan Kalimantan selatanyang memberikan indikasipemadamannya.

kebakaran yang sangat sulit. upaya

Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan perubahan terhadapPeraturan Pemeri:rtah Nomor 71 Tahun 2014 tentang perlincungan danPengelolaan Ekosistem Gambut.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal I

Angka 1

Pasal 1

Cukup jelas.

Angka 2 ...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-2-

Angka 2

Pasal 9

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Huruf aCukup jelas.

Huruf bYang dimaksud dengan ,,plasma nutfah endemik,adalah sumber daya genetik yang hanya ditemukan disuatu kawasan, lokasi, tipe habitat tertentu, ataupulau tertentu, dan secara alamiah tidak ditemukanditempat lain.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Ayat (s)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Angka 3

Pasal 10

Cukup jelas.

Angka 4

Pasal 11

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) ...

*r"rJ5out,loSf;ru'o-3-

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan "urgensi ekologis" meliputiEkosistem Gambut yang telah mengalami ke:akaran danrusak.

Huruf cCukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (s)

Dihapus.

Ayat (6)

Dihapus.

Angka 5

Pasal 14

Cukup jelas.

Angka 6

Pasal 16

Cukup jelas.

Angka 7

Pasal 17

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) ...

{iDPRES IDEN

REPUBLIK INDONESIA-4-

Ayat (2)

HurufaCukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf hYang dimaksud dengan ..kerusakan Ekosistem Gambut,antara lain disebabkan karena kebakaran hutan danlahan.

Ayat (s)

Cukup jelas.

Angka 8

Pasal 18

Cukup jelas.

Angka 9

Pasal 22A

Cukup jelas.

Angka 10 ...

PRESIDENREPIJ BLIK INDONESIA

-5-

Angka 10

Pasal 23Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Huruf aCukup jelas.

Huruf bYa:rg dimaksud dengan "tereksposnya sedimen berpirit',adalah sedimen berpirit muncul atau tersingkap ke zonaoksidasi atau tidak lagr terendam air.Yang dimaksud dengan "tereksposnya sedimen kwarsa"adalah tersingkapnya kwarsa ke permukaan atau kwarsatidak lagi tertutup oleh lapisan Gambut.

Huruf cCukup jelas.

Ayat (3)

HurufaYang dimaksud dengan ,'titik penaatan', adalah lokasi yangditetapkan sebagai titik pemantauan tinggi muka air tanahdi .ahan gambut.

Huruf bCukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.Ayat (5)

Cukup jelas.Ayat (6)

Cukup jelas.

Angka 11

Pasal 26

Ayat (l)Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b ...

#.)-frg,4€

* = r, J.Tot

t,',35f; *

= r, o

-6-

Huruf bYang dimaksud dengan "drainase" adalah saluran yangsecara langsung mengalirkan air keluar KesatuanHidrologis Gambut, misalnya mengalirkan air langsungdari Kesatuan Hidrologis Gambut ke sungai atau laut.

Huruf cPengenaan sanksi terhadap "pembiaran terjadinyapembakaran" diterapkan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Huruf dCukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Angka 12

Pasal 30Ayat (l)

"Kerusakan Ekosistem Gambut" antara lain disebabkan olehkebakaran Gambut atau bencana alam.

Ayat (2)

Cukup jelas.Ayat (3)

Huruf aYang dimaksud dengan "suksesi alami" adalah pemulihantanpa adanya campur tangan manusia.

HurufbYang dimaksud dengan .,rehabilitasi" adalah upayapemulihan untuk mengembalikan fungsi dan memperbaikiEkosistem Gambut antara lain melalui revegetasi.

Huruf c. Yang dimaksud dengan .,restorasi" adalah upaya

pemulihan untuk menjadikan fungsi Ekosistem Gambutatau bagian-bagiannya berfungsi kembali sebagaimanasemula.

HurufdCukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Angka 13 ...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-7 -

Angka 13

Pasal 30A

Cukup jelas.

Angka 14

Pasal 31A

Cukup jelas.

Pasa1 318Cukup jelas.

Angka 15

Pasal 32A

Cukup jelas.

Angka 16

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal II

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5957