salinan - jogloabang community · 2020. 9. 10. · melaksanakan surveilans penyakit hewan dan...

26
Menimbang Mengingat SALINAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESlA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2019 TENTANG PULAU KARANTINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 36D ayat (2) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2Ol4 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OO9 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pulau Karantina; 1. 2. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OO9 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2OO9 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 338, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5619); MEMUTUSKAN: MenetapKan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PULAU KARANTINA. SK No 015615 A BABI...

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Menimbang

    Mengingat

    SALINAN

    PRESIDENREPUBLIK INDONESlA

    PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR 69 TAHUN 2019

    TENTANG

    PULAU KARANTINA

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 36D ayat (2)Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2Ol4 tentang Perubahanatas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OO9 tentangPeternakan dan Kesehatan Hewan, perlu menetapkanPeraturan Pemerintah tentang Pulau Karantina;

    1.

    2.

    Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OO9 tentangPeternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor 84, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015)sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OO9 tentang Peternakan danKesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2014 Nomor 338, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5619);

    MEMUTUSKAN:

    MenetapKan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PULAU KARANTINA.

    SK No 015615 A

    BABI...

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESlA

    -2-

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

    1. Pulau Karantina adalah suatu pulau yang terisolasi dariwilayah pengembangan budi daya ternak, yangdisediakan dan dikelola oleh Pemerintah untuk keperluanpencegahan masuk dan tersebarnya penyakit hewan yangdapat ditimbulkan dari pemasukan Ternak RuminansiaIndukan sebelum dilalulintasbebaskan ke dalam wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia untuk keperluanpengembangan peternakan.

    2. Ternak Ruminansia Indukan adalah ternak betina bukanbibit yang memiliki organ reproduksi normal dan sehatdigunakan untuk pengembangbiakan.

    3. Zona Dalam Suatu Negara Yang Telah MemenuhiPersyaratan Dan Tata Cara Pemasukannya yangselanjutnya disebut Zona Dalam Suatu Negara adalahbagian dari suatu negara yang mempunyai batas alam,status kesehatan populasi hewan, status epidemioiogikpenyakit hewan menular, dan efektivitas daya kendali.

    4. Instalasi Karantina Hewan Pengamanan Maksimal UntukWaktu Tertentu yang selanjutnya disebut InstalasiKarantina Her.van adalah suatu bangunan berikutperalatan dan lahan serta sarana pendukung yangterisolasi dari wilayah pengembangan budi daya ternakdan dipergunakan sebagai pelaksanaan TindakanKarantina bagi pemasukan Ternak Ruminansia Indukandari Zona Dalam Suatu Negara.

    5. Karantina Hewan adalah tindakan sebagai upayapencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakithewan karantina dari luar negeri dan dari suatu area kearea lain di dalam negeri atau keluarnya dari dalamwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    6. Tindakan Karantina Hewan yang selanjutnya disebutTindakan Karantina adalah kegiatan yang dilakukanuntuk mencegah hama dan penyakit heu'an karantinamasuk ke, tersebar di, dan/atau keluar dari wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia.

    SK No 015589 A

    7. Hama

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -3-

    7. Hama dan Penyakit Hewan Karantina yang selanjutnyadisingkat HPHK adalah semua hama, hama penyakit, danpenyakit hewan yang berdampak sosioekonomi nasionaldan perdagangan internasional serta menyebabkangangguan kesehatan masyarakat veteriner yang dapatdigolongkan menurut tingkat risikonya.

    8. HPHK Golongan I adalah HPHK yang mempunyai sifatdan potensi penyebaran penyakit yang serius dan cepat,belum diketahui cara penanganannya, dan belumterdapat di suatu area atau wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia.

    9. HPHK Golongan II adalah HPHK yang berpotensipenyebarannya berhubungan erat dengan lalu lintasmedia pembawa, sudah diketahui cara penanganannya,dan telah dinyatakan ada di suatu area atau wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia.

    10. Surveilans adalah pemantauan yang dilakukan secaraterus menerus dan diikuti dengan tindakan yang segeradilakukan jika hasil pemantauan mengindikasikanterjadinya kenaikan prevalensi atau insidensi yangsignifikan.

    1 1. Zona Penyangga adalah kawasan yang mengelilingi danberdampingan dengan Instalasi Karantina Hewan sebagaizor:,a inti dan teridentifikasi, untuk melindungi zona intidan daerah di sekitarnya dari dampak negatif kegiatankarantina, dan untuk dikelola serta dikendalikan daririsiko penyebaran penyakit hewan.

    12. Petugas Karantina Hewan yang selanjutnya disebutPetugas Karantina adalah pegawai negeri tertentu yangdiberi tugas untuk melakukan Tindakan Karantina.

    13. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang Karantina Hewan.

    Pasal 2

    Ruang lingkup Peraturan Pemerintah ini meliputi:a. pemasukan Ternak Ruminansia Indukan dari Zona Dalam

    Suatu Negara;b. kriteria dan penetapan Pulau Karantina;c. prasarana, sarana, dan sumber daya manusia di Pulau

    Karantina; dand. Tindakan Karantina.

    SK No 015590 A

    BABII ..

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -4-

    BAB II

    PEMASUKAN TERNAK RUMINANSIA INDUKANDARI ZONA DALAM SUATU NEGARA

    Pasal 3

    (1) Pemasukan Ternak Ruminansia Indukan yang berasaldari Zona Dalam Suatu Negara harus ditempatkan diPulau Karantina sebagai Instalasi Karantina Hewanuntuk jangka waktu tertentu.

    (2) Pemasukan Ternak Ruminansia Indukan yang berasaldari Zona Dalam Suatu Negara sebagaimana dimaksudpada ayat (1), harus memenuhi persyaratan meliputi:a. dinyatakan bebas penyakit hewan menular di negara

    asal oleh otoritas veteriner negara asal sesuai denganketentuan yang ditetapkan badan kesehatan hewandunia dan diakui oleh otoritas veteriner nasional;

    b. dilakukan penguatan sistem dan pelaksanaanSurveilans di dalam negeri;

    c. ditetapkan tempat pemasukan tertentu; dand. dilakukan analisis risiko di bidang kesehatan hewan

    oleh otoritas veteriner nasional denganmengutamakan kepentingan nasional.

    Pasal 4

    (1) Untuk memperoleh pengakuan dari otoritas veterinernasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)huruf a, otoritas veteriner negara asal mengajukanpermohonan kepada Menteri.

    (2) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukanpenilaian terhadap negara asal dan Zona Dalam SuatuNegara.

    (3) Dalam pelaksanaan penilaian terhadap negara asal danZona Dalam Suatu Negara sebagaimana dimaksud padaayat (2) dalam pelaksanaannya Menteri menugaskanotoritas veteriner nasional.

    Pasal 5

    (1) Penilaian terhadap negara asal sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4 ayat (2) dilakukan paling sedikit terhadap:a. status dan situasi penyakit hewan; danb. sistem pelayanan kesehatan hewan.

    SK No 015591 A

    (2) Penilaian

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -5-

    (21 Penilaian terhadap Zona Dalam Suatu Negarasebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dilakukanuntuk memastikan Zona Dalam Suatu Negara:a. bebas penyakit mulut dan kuku;b. memiliki sistem pelayanan kesehatan hewan yang

    baik;c. memiliki sistem Surveilans penyakit hewan yang baik;d. memiliki batas yang jelas dengan zona di sekitarnya;

    dane. berada di sekitar zona yang memiliki dan

    melaksanakan Surveilans penyakit hewan danprogram pencegahan penyakit hewan secara rutinyang diakui oleh badan kesehatan hewan dunia.

    Pasal 6

    (1) Penguatan sistem sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3ayat (2) huruf b dilakukan melalui:a. penguatan teknik dan metode pelaporan cepat melalui

    sistem informasi pengendalian dan penanggulanganpenyakit hewan;

    b. penguatan teknik dan metode pengujian sertadiagnosa laboratorium cepat;

    c. efektivitas respon cepat penanganan penyakit hewanmenular;

    d. penguatan fungsi, peran, dan jejaring kelembagaandalam mendukung pelaksanaan Surveilans; dan

    e. peningkatan kompetensi dan kapasitas sumber dayamanusia di bidang Surveilans.

    (2) Penguatan sistem sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan untuk mengetahui status dan situasi penyakithewan.

    (3) Pelaksanaan Surveilans sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 ayat (2) huruf b dilakukan melalui pengumpulandata mengenai:a. agen penyakit hewan, vektor, dan reservoir penyakit

    hewan;b. induk semang, berupa identitas hewan dan data

    klinis;c. faktor lingkungan yang mendukung munculnya

    penyakit hewan; dand. dampak penyakit hewan terhadap kesehatan hewan,

    manusia, dan lingkungan hidup.

    SK No 015592 A

    (4) Pelaksanaan

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -6-

    (4) Pelaksanaan Survelains sebagaimana dimaksud padaayat (3) dilakukan paling sedikit 6 (enam) bulan sekali.

    (5) Penguatan sistem sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan pelaksanaan Surveilans sebagaimana dimaksudpada ayat (3) dilakukan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang pengendaliandan penanggulangan penyakit hewan.

    Pasal 7

    Tempat pemasukan tertentu sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 ayat (2) huruf c berada pada Pulau Karantina.

    Pasal 8

    (1) Analisis risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3ayat (2) huruf d dilakukan dalam rangka mitigasi risikopemasukan Ternak Ruminansia Indukan dari Zonadalam Suatu Negara tidak membahayakan kepentingannasional berupa:a. masuk dan tersebarnya HPHK; dan/ataub. rusaknya sumber daya genetik asli Indonesia.

    (21 Analisis risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan tahapan:a. mengidentifikasi risiko penyakit hewan di negara asal;b. menilai potensi risiko masuknya HPHK ke dalam

    wilayah negara kesatuan Republik Indonesia;c. mengelola risiko masuknya HPHK ke dalam wilayah

    Negara Kesatuan Republik Indonesia; dand. mengomunikasikan risiko dengan otoritas veteriner

    negara asal.

    Pasal 9

    (1) Berdasarkan hasil penilaian terhadap negara asal danZona Dalam Suatu Negara sebagaimana dimaksud dalamPasal 5 dan hasil analisis risiko sebagaimana dimaksuddalam Pasal 8, otoritas veteriner nasional memberikan:a. rekomendasi persetujuan Zona Dalam Suatu Negara

    kepada Menteri; danb. persyaratan teknis pemasukan Ternak Ruminansia

    Indukan dari Zona Dalam Suatu Negara.

    SK No 015593 A

    (2) Rekomendasi

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    7-

    (2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a menjadi dasar Menteri dalam menetapkan ZonaDalam Suatu Negara.

    Pasal 10

    Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan ZonaDalam Suatu Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9diatur dengan Peraturan Menteri.

    BAB III

    KRITERIA DAN PENETAPAN PULAU KARANTINA

    Pasal 1 1

    (1) Suatu pulau atau lokasi untuk dapat ditetapkan sebagaiPulau Karantina harus memenuhi kriteria:a. terisolasi dari wilayah pengembangan budi daya

    ternak yang rentan terhadap penyakit hewan yangditularkan melalui ruminansia;

    b. tersedia lahan untuk penyediaan sumber hijauanpakan dan sumber air bersih;

    c. lokasi yang merupakan daerah bebas banjir; dand. kesesuaian dengan tata ruang.

    (2\ Untuk memenuhi kriteria terisolasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a, suatu pulau atau lokasiharus memiliki Zona Penyangga.

    Pasal 12

    (1) Terhadap suatu pulau atau lokasi sebelum ditetapkansebagai Pulau Karantina dilakukan studi kelayakan.

    (2) Studi kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)paling sedikit mempertimbangkan aspek:a. geografis dan topografis;b. sosial ekonomis;c. ekosistem;d. kondisi penyakit hewan dan sarana pendukung

    pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan;dan

    e. fungsi lingkungan.(3) Studi. . .

    SK No 015594 A

  • PRESIDENREPUBL]K INDONESIA

    -8-

    (3) Studi kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilakukan oleh Menteri.

    (41 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara studikelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaturdengan Peraturan Menteri.

    Pasal 13

    (1) Menteri dalam melakukan studi kelayakan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) menugaskan tim studikelayakan yang beranggotakan paling sedikit dari unsur:a. kementerian yang menyelenggarakan urusan

    pemerintahan di bidang kesehatan hewan danKarantina Hewan;

    b. kementerian yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang keuangan;

    c. kementerian yang menyelenggarakan urusan dibidang pemerintahan dalam negeri;

    d. kementerian yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang lingkungan hidup dankehutanan;

    e. kementerian yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang kelautan dan perikanan;

    f. kementerian yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang pekerjaan umum;

    g. kementerian yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang perhubungan;

    h. kementerian yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang agrariaf pertanahan dan tataruang;

    i. pemerintah daerah provinsi terkait; danj. pemerintah daerah kabupaten/kota terkait.

    (21 Hasil studi kelayakan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilaporkan kepada Menteri.

    (3) Susunan keanggotaan dan tugas tim studi kelayakansebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan olehMenteri.

    Pasal 14

    (1) Suatu pulau atau lokasi yang memenuhi kriteriasebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan berdasarkanhasil studi kelayakan sebagaimana dimaksud dalamPasal 12 ayat (2) diusulkan oleh Menteri kepada Presidenuntuk ditetapkan menjadi Pulau Karantina.

    SK No 015595 A

    (2) Pulau...

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -9 -

    (21 Pulau Karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

    Pasal 15

    Pulau Karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14merupakan kawasan pabean sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.

    BAB IV

    PRASARANA, SARANA, DAN SUMBER DAYA MANUSIADI PULAU KARANTINA

    Bagian KesatuUmum

    Pasal 16

    (1) Pulau Karantina terdiri atas:a. zona inti; danb. Zona Penyangga.

    (21 Zona inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf aterdiri atas:a. Instalasi Karantina Hewan; danb. fasilitas pendukung.

    (3) Batas Zona Penyangga dapat berupa:a. batas alam; ataub. batas buatan.

    (4) Dalam Zona Penyangga sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf b ditempatkan hewan sentinel.

    (5) Terhadap Zona Penyangga sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf b paling sedikit dilakukan monitor penyakithewan dan patroli lingkungan.

    (6) Ketentuan mengenai pengelolaan Zona Penyanggasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diaturdengan Peraturan Menteri.

    SK No 015596 A

    Pasal L7 ..

  • PRESIDENREPLIBLIK TNDONESIA

    -10-

    Pasai 17

    Untuk operasional zona inti dan Zona Penyangga sebagaimanadimaksud dalam Pasal 16 harus dilengkapi:a. prasarana;b. sarana; dan/atauc. sumber daya manusia.

    Bagian KeduaPrasarana dan Sarana

    Pasal 18

    (1) PrasaranaPasal 17meliputi:

    kandang;tempat Tindakan Karantina dan prasaranapendukungnya;laboratorium;fasilitas biosecunty dan biosafetg;gudang pakan dan peralatan;fasilitas penampungan dan pengolahan limbah;lahan hijauan pakan ternak; danfasilitas perkantoran, mess, dan rumah jaga.

    (2) Sarana zorTa inti sebagaimana dimaksr.rd dalam Pasal 17huruf b pada Instalasi Karantina Hewan paling sedikitmeliputi:a. peralatan diagnostik;b. bahan diagnostik;c. alat pelindung diri; dand. alat angkut ternak.

    Pasal 19

    (1) Prasarana zona inti sebagaimana dimaksud dalamPasal 17 huruf a pada fasilitas pendukung meliputi:a. terminai khusus;b. jalan;c. listrik; dand. air bersih.

    zona inti sebagaimanahuruf a pada Instalasi

    dimaksudKarantina

    dalamHewan

    a.b.

    C.

    d.e.f.ob'h.

    SK No 015597 A

    (2) Sarana

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    - 11-

    (21 Sarana zona inti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17huruf b pada fasilitas pendukung meliputi fasilitasbongkar muat ternak dan fasilitas yang mendukungkegiatan kepabeanan.

    Pasal 20

    (1) Prasarana Zona Penyangga sebagaimana dimaksuddalam Pasal 17 huruf a pada batas buatan berupa batasyang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

    (2) Sarana Zona Penyangga sebagaimana dimaksud dalamPasal 17 huruf b pada batas alam dan batas buatanpaling sedikit tersedia peralatan:a. pengamanan lingkungan; danb. desinfeksi untuk Ternak Ruminansia Indukan,

    personil, alat angkut, dan kandang.

    Pasal 21

    Penyediaan prasarana dan sarana zor:.a inti dan ZonaPenyangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 sampaidengan Pasal 20 dapat memanfaatkan yang telah adadan/atau membangun baru, yang pendanaannya bersumberdari:a. anggaran pendapatan dan belanja negara; dan/ataub. sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Bagian KetigaSumber Daya Manusia

    Pasal 22

    (1) Sumber daya manusia untuk operasional zona intisebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf c padaInstalasi Karantina Hewan meliputi:a. pelaksana Tindakan Karantina; danb. petugas pendukung pelaksanaan Tindakan

    Karantina.

    (2) Pelaksana Tindakan Karantina sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a meliputi:a. dokter hewan Petugas Karantina; danb. paramedik veteriner karantina hewan.

    SK No 015598 A

    (3) Petugas

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -t2-

    (3) Petugas pendukung pelaksanaan Tindakan Karantinasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi,petugas:a. biorisiko;b. kandang;c. perawat hewan;d. administrasi; dane. pengamanan lingkungan.

    Pasal 23

    Sumber daya manusia untuk operasional zona intisebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf c pada fasilitaspendukung paling sedikit terdiri atas, petugas:a. kepelabuhanan;b. kepabeanan; danc. keamanan.

    Pasal 24

    Sumber daya manusia untuk operasional Zona Penyanggasebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf c meliputipetugas pengamanan dan petugas monitor penyakit hewan.

    BAB V

    TINDAKAN KARANTINA DI PULAU KARANTINA

    Pasal 25

    Pemasukan Ternak Ruminansia Indukan dari Zona DalamSuatu Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3dilakukan langsung dari negara asal menuju ke PulauKarantina.

    Pasal 26

    (1) Terhadap Pemasukan Ternak Ruminansia Indukan dariZona Dalam Suatu Negara sebagaimana dimaksud dalamPasal 25 dilakukan Tindakan Karantina di PulauKarantina.

    SK No 015599 A

    (2) Untuk

  • PRESIDENREPUBL]K INDONESIA

    -13-

    {2) Untuk dapat dilakukan Tindakan Karantina, pemasukanTernak Ruminansia Indukan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) wajib:a. dilengkapi dengan sertifikat kesehatan hewan dari

    negara asal;b. dilengkapi dengan dokumen pemenuhan persyaratan

    teknis;c. melalui tempat pemasukan tertentu yang telah

    ditetapkan di Fulau Karantina; dand. dilaporkan dan diserahkan kepada Petugas Karantina

    di Pulau Karantina.(3) Dokumen pemenuhan persyaratan teknis sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) huruf b berupa hasil pengujianlaboratorium dengan metode gold standard.

    (4) Tindakan Karantina sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan oleh Petugas Karantina berupa:a. pemeriksaan;b. pengasingan;c. pengamatan;d. perlakuan;e. penahanan;f. penolakan;g. pemusnahan; dan/atauh. pembebasan.

    (5) Tindakan Karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (4)huruf a dan huruf c dilakukan secara individu danberulang.

    (6) Tindakan Karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (4)dilakukan dengan prinsip pengamanan maksimum diPulau Karantina.

    Pasal 27

    (1) Tindakan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalamPasal 26 ayat (4) huruf a berupa pemeriksaan klinis danpenguj ian laboratorium.

    (21 Pengujian laboratorium sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan dengan menggunakan metodepenguj ian gold standard.

    SK No 015600 A

    (3) Pengujian .

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -L4-

    (3) Pengujian gold standard sebagaimana dimaksud padaayat (2) dilakukan paling singkat 1 (satu) bulan terhitungsejak pengujian gold standard di Zona Dalam SuatuNegara.

    Pasal 28

    Terhadap Ternak Ruminansia Indukan dilakukanpengasingan untuk diadakan pengamatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 26 ayat (4) huruf c berupa pengamatankesehatan dan gejala klinis HPHK Golongan I dan HPHKGolongan II.

    Pasal 29

    (1) Jika hasil tindakan pemeriksaan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 27 dan pengamatan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 28 secara individu ditemukan gejala klinis:a. HPHK Golongan I, dilakukan tindakan pemusnahan

    terhadap seluruh Ternak Ruminansia Indukan dalamsatu pengiriman;

    b. HPHK Golongan II yang dapat ditularkan melaluiinduk, dilakukan pengujian laboratorium denganmenggunakan metode gold standard; atau

    c. HPHK Golongan II yang tidak ditularkan melaluiinduk, dilakukan tindakan perlakuan.

    (21 Jika hasil pengujian laboratorium sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b:a. ditemukan HPHK Golongan II yang ditularkan melalui

    induk, dilakukan tindakan pemusnahan terhadapTernak Ruminansia Indukan yang tertular HPHKGolongan II; atau

    b. tidak ditemukan HPHK Golongan II yang ditularkanmelalui induk, dilakukan tindakan pengamatan atauperlakuan.

    (3) Tindakan pengamatan sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf b dilakukan terhadap Ternak RuminansiaIndukan yang terbukti tidak tertular HPHK Golongan IIyang tidak ditularkan melalui induk.

    SK No 015601 A

    (a) Tindakan...

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -15-

    (41 Tindakan perlakuan sebagaimana dimaksud padaayat (21 huruf b dilakukan terhadap Ternak RuminansiaIndukan yang terbukti tertular HPHK Golongan II yangtidak ditularkan melalui induk.

    Pasal 30

    Jika hasil tindakan perlakuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 29 ayat (1) huruf c atau ayat (4) terbukti TernakRuminansia Indukan:a. dapat disembuhkan dari HPHK Golongan II, dilakukan

    tindakan pengamatan; ataub. tidak dapat disembuhkan dari HPHK Golongan II,

    dilakukan tindakan pemusnahan terhadap TernakRuminansia Indukan yang tertular HPHK Golongan II.

    Pasal 31

    (1) Jika hasil tindakan pemeriksaan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 27 dan pengamatan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 28 secara individu terbukti TernakRuminansia Indukan sehat, tidak tertular, dan tidakditemukan agen penyakit HPHK, dilakukan tindakanpembebasan.

    (21 Jika hasil tindakan pengamatan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 29 ayat (3) atau Pasal 30 huruf a, terbuktiTernak Ruminansia Indukan sehat, tidak tertular, dantidak ditemukan agen penyakit HPHK, dilakukantindakan pembebasan.

    Pasal 32

    (1) Tindakan pembebasan sebagaimana dimaksud dalamPasal 31, dilakukan dengan menerbitkan sertifikatpelepasan.

    (21 Sertifikat pelepasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan oleh dokter hewan Petugas Karantina.

    SK No 015602 A

    Pasal33...

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -16-

    Pasal 33

    Dalam hal pada pelaksanaan Tindakan Karantina di PulauKarantina ditemukan HPHK Golongan I atau penyakit hewaneksotik, tidak mempengaruhi status dan situasi penyakithewan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Pasal 34

    Ketentuan lebih lanjut mengenai Tindakan Karantinasebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 sampai denganPasal 33 diatur dengan Peraturan Menteri.

    Pasal 35

    Biaya yang ditimbulkan akibat Tindakan Karantina menjadibeban dan tanggung jawab pemilik atau kuasanya sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    BAB VI

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 36

    Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.

    Agar

    SK No 015603 A

  • FRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -17-

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Pemerintah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

    Ditetapkan di Jakartapada tanggal 3O September 2Ol9

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    JOKO WIDODO

    Diundangkan di Jakartapada tanggal 30 September 2019

    MENTERT HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

    YASONNA H. LAOLY

    LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2OI9 NOMOR 179

    Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

    REPUBLIK INDONESIAdan Perundang-undangan,

    ttd

    SK No 008761 A

    anna Djaman

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    PENJELASAN

    ATAS

    PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR 69 TAHUN 2019

    TENTANG

    PULAU KARANTINA

    I. UMUM

    Program Pemerintah yang mendasarkan pada Nawa Cita yaitumewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektorstrategis ekonomi domestik salah satunya dengan mewujudkankemandirian di bidang pangan. Sebagaimana dimaklumi bahwa saat iniIndonesia belum dapat memenuhi kebutuhan daging sapi untukkonsumsi masyarakat sehingga masih diperlukan importasi dari luarnegeri.

    Dalam memenuhi kebutuhan daging dan sumber bibit ternak, saat iniPemerintah melakukan pemasukan daging dan bibit ternak yang berasaldari beberapa negara tertentu sehingga berpotensi menimbulkanketergantungan terhadap negara-negara tersebut. Sesuai dengan

    2Ol4 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OO9tentang Peternakan dan Kesehatarr Hewan, dimungkinkan memasukkanTernak Ruminansia Indukan berasal dari Zona Dalam Suatu Negara yangtelah memenuhi persyaratan dan tata cara pemasukannya, namunpemasukannya harus ditempatkan di Pulau Karantina sebagai InstalasiKarantina Hewan.

    Pulau Karantina difokuskan untuk melakukan Tindakan Karantinaterhadap Ternak Ruminansia Indukan yang berasal dari Zona DalamSuatu Negara yang memiliki risiko tinggi. Pada prinsipnya, PulauKarantina bertujuan untuk memastikan bahwa Ternak RuminansiaIndukan yang berasal dari Zona Dalam Suatu Negara yang memiliki risikotinggi dan akan dimasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia telah benar-benar bebas dari agen penyakit hewan menular.Dengan keberadaan Pulau Karantina ini memungkinkan pemasukanTernak Ruminansia Indukan yang berasal dari Zona Dalam Suatu Negarayang berbeda status kesehatannya dengan Indonesia.

    SK No 015605 A

    Dengan

    ketentuan Pasal 36C dan Pasal 36D Undang-Undang Nomor 41 Tahun

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -2-

    Dengan adanya Pulau Karantina diharapkan dapat menambah alternatifsumber Ternak Ruminansia Indukan dalam rangka memenuhi kebutuhandalam negeri dan peningkatan mutu genetik ternak dengan tetap menjagastatus situasi penyakit hewan di dalam negeri. Hal ini sesuai denganketentuan Pasal 5.6.2. standar/kode kesehatan hewan terestrial(Terrestrial Animal Health Codel dari badan kesehatan hewan dunia (WorldOrganization for Animal Health/ Office International des Epizootiesl OIE)yang menyebutkan bahwa "kejadian penyakit/infeksi pada hewan yangdiimpor, di dalam lokasi karantina tidak akan mempengaruhi statuskesehatan hewan dari suatu negara atau zona".

    Berdasarkan hal tersebut di atas, diperlukan pengaturan mengenai PulauKarantina dalam Peraturan Pemerintah.

    II. PASAL DEMI PASAL

    Pasal 1Cukup jelas.

    Pasal 2Cukup jelas.

    Pasal 3Ayat (1)

    Yang dimaksud dengan "jangka waktu tertentu" adalah jangkawaktu yang dibutuhkan untuk memastikan Ternak RuminansiaIndukan bebas dari agen penyakit hewan menular.

    Ayat (2)Cukup jelas

    Pasal 4Cukup jelas

    Pasal 5Cukup jelas.

    Pasal 6Cukup jelas

    Pasal 7Cukup jelas

    SK No 015606 A

    Pasa18...

  • PRES!DENREPUBLIK !NDONESIA

    -3-

    Pasal 8Ayat (1)

    Huruf aCukup jelas

    Huruf bYang dimaksud dengan "rusaknya sumber daya genetik asliIndonesia" adalah kondisi terjadinya perubahan galurmurni sumber daya genetik asli Indonesia akibat adanyapemasukan Ternak Ruminansia Indukan.

    Ayat (2)Cukup jelas.

    Pasal 9Cukup jelas.

    Pasal 1OCukup jelas.

    Pasal 1 1Ayat (1)

    Huruf aYang dimaksud dengan "terisolasi dari wilayahpengembangan budi daya ternak" adalah Pulau Karantinatidak ditetapkan di wilayah pengembangan budi dayaternak dilihat dari Rencana Tata Ruang Wilayah yang telahditetapkan.

    Yang dimaksud dengan "ternak yang rentan" adalah hewanternak yang peka atau memiliki risiko tinggi mudah terkenapenyakit hewan yang ditularkan melalui hewan ruminansia.

    Huruf bCukup jelas.

    Huruf cYang dimaksud dengan "lokasi yang merupakan daerahbebas banjir" adalah lokasi Pulau Karantina yang bukanmerupakan daerah dataran rendah yang berpotensi banjirkhususnya pada saat musim penghujan atau pada saat airlaut sedang pasang.

    SK No 015607 A

    Huruf d

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -4-

    Huruf dYang dimaksud dengan "kesesuaian tata ruang" adalahkesesuaian dengan peraturan perundang-undanganmengenai penataan ruang di ruang darat dan ruang lautseperti Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sertaRencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

    Ayat (21Cukup jelas.

    Pasal 12Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)Huruf a

    Cukup jelas.

    Huruf bCukup jelas.

    Huruf cEkosistem meliputi ekosistem darat dan/atau ekosistemwilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

    Huruf dCukup jelas.

    Huruf eCukup jelas.

    Ayat (3)Cukup jelas.

    Ayat (a)Cukup jelas.

    Pasal 13Cukup jelas.

    Pasal 14Cukup jelas.

    Pasal 15Cukup jelas.

    Pasal 16Ayat (1)

    Cukup jelas.

    SK No 015608 A

    Ayat (2)

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -5-

    Ayat (2)Cukup jelas.

    Ayat (3)Huruf a

    Batas alam antara lain sempadan pantai, sungai, ataupunggung bukit.

    Huruf bYang dimaksud dengan "batas buatan" adalah batas yangsengaja dibuat oleh manusia sebagai upaya untukmelindungi dan mencegah hewan atau orang yang tidakdikehendaki dapat dengan leluasa memasuki wilayah FulauKarantina.

    Ayat (a)Yang dimaksud dengan "hewan sentinel" adalah ternakruminansia yang rentan terhadap penyakit ruminasia(organisme patogen lain) sehingga memungkinkan TernakRuminansia Indukan dapat dimonitor status kesehatannya.

    Ayat (5)Monitor penyakit hewan dilakukan untuk memantau kondisikesehatan hewan sentinel yang dilakukan secara rutin.Yang dimaksud dengan "patroli lingkungan" adalah patrolikeliling secara rutin di wilayah Zona Penyangga untukmemastikan tetap steril dari aktifitas orang dan hewan yangtidak dikehendaki.

    Ayat (6)Cukup jelas.

    Pasal 17Cukup jelas.

    Pasal 18Ayat (1)

    Huruf aKandang dalam ketentuan ini berupa kandang pengamatandan kandang pengasingan atau isolasi.

    Huruf bTempat Tindakan Karantina antara lain berupa tempatpenampungan sementara dan timbangan individu.

    SK No 015609 A

    Prasarana

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -6-

    Prasarana pendukungnya antara lain berupa tempat bedahbangkai dan tempat pemusnahan bangkai dan tempat atauruang peralatan atau perlengkapan.

    Huruf cYang dimaksud dengan "laboratorium" adalah fasilitaslaboratorium dalam rangka menguji sampel untuk deteksikeberadaan agen HPHK Golongan I dan/atau HPHKGolongan II untuk ruminansia.

    Huruf dFasilitas bioseanity dan biosafety termasuk StandarOperasional Prosedur (SOP) dalam rangka menjadikanPulau Karantina yang memiliki akses sangat terbatas.Selain itu fasilitas bioseanrity dan biosafety dalam rangkamelindungi hewan dan personel yang ada di PulauKarantina.

    Huruf eCukup jelas.

    Huruf fCukup jelas.

    Huruf gLahan hijauan pakan ternak terkait dengan penyediaansumber hijauan pakan dan sumber air bersih di PulauKarantina yang pada prinsipnya berasal dari dalam PulauKarantina tersebut.

    Huruf hCukup jelas.

    Ayat (2)Cukup jelas.

    Pasal 19Ayat (1)

    Huruf aTerminal khusus berupa terminal yang terletak di luardaerah lingkungan kerja dan daerah lingkungankepentingan pelabuhan yang merupakan bagian daripelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendirisesuai dengan usaha pokoknya yang terdiri atas kolamsandar dan tempat kapal bersandar atau tambat, tempatpenumpukan, tempat menunggu dan naik turunpenumpang, danf atau tempat bongkar muat barang.

    SK No 015610 A

    Huruf b

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -7

    Huruf bCukup jelas.

    Huruf cCukup jelas.

    Huruf dCukup jelas.

    Ayat (21Cukup jelas.

    Pasal 20Ayat (1)

    Batas yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah antaralain berupa area yang dapat melindungi atau mencegahpenyebaran penyakit hewan dari dan ke Instalasi KarantinaHewan.

    Ayat (2)Huruf a

    Pengamanan lingkungan antara lain berupa Closed CiratitTeleuision (CCTV), alat komunikasi, dan peralatan patroli.

    Huruf bCukup jelas.

    Pasal 21Cukup jelas.

    Pasal22Cukup jelas.

    Pasal 23Cukup jelas.

    Pasal 24Cukup jelas.

    Pasal 25Cukup jelas.

    Pasal 26Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)Cukup jelas.

    SK No 015611 A

    Ayat (3) . .

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -8-

    Ayat (3)Cukup jelas.

    Ayat (a)Cukup jelas.

    Ayat (5)Cukup jelas.

    Ayat (6)Yang dimaksud dengan "prinsip pengamanan maksimum"adalah pelaksanaan seluruh Tindakan Karantina secaramaksimum dalam rangka mengamati adanya gejala klinis HPHK,mendeteksi keberadaan agen HPHK, penanganan HPHK, danTernak Ruminansia Indukan.

    Pasal 27Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)Yang dimaksud dengan "metode pengujian gold standard" adalahmetode pengujian yang memiliki tingkat sensitifitas danspesifitas tinggi sehingga memiliki tingkat akurasi hasil ujimendekati looo/o (seratus per seratus) kebenarannya. Metodepengujian gold standard sesuai dengan ketentuan badankesehatan hewan dunia.

    Ayat (3)Cukup jelas.

    Pasal 28Cukup jelas.

    Pasal 29Ayat (1)

    Huruf aYang dimaksud dengan "gejala klinis HPHK Golongan I"adalah gejala klinis dari penyakit hewan yang tergolongdalam Golongan I dan ditetapkan oleh Menteri.

    Huruf bYang dimaksud dengan "gejala klinis HPHK Golongan IIyang dapat ditularkan melalui induk" adalah penyakithewan yang ditularkan melalui induk (maternaQ antara lainpenyakit Brucellosis dan Bouine Viral Diarea (BVD).

    Huruf cCukup jelas.

    SK No 015612 A

    Ayat (2)

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -9-

    Ayat (2)Cukup jelas

    Ayat (3)Cukup jelas

    Ayat (a)Cukup jelas

    Pasal 30Cukup jelas.

    Pasal 31Cukup jelas

    Pasal 32Cukup jelas

    Pasal 33Cukup jelas

    Pasal 34Cukup jelas

    Pasal 35Cukup jelas

    Pasal 36Cukup jelas

    TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6395

    SK No 015613 A