salam - ppid.acehprov.go.id filedari 10 event prioritas itu sebanyak 3 event ma - suk kalender event...

16
Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc. Menteri Pariwisata CoE 2019 akan menjadi modal utama, karena 50 persen keberhasilan pariwisata dengan adanya komitmen dari pimpinan daerah baik Gubernur maupun Bupati/Wali Kota”

Upload: others

Post on 30-Oct-2019

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Salam - ppid.acehprov.go.id fileDari 10 event prioritas itu sebanyak 3 event ma - suk kalender event wisata nasional. CoE 2019 adalah bagian dari target 20 juta wisman ke RI di tahun

Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc.

Menteri Pariwisata

“CoE 2019 akan

menjadi modal

utama, karena 50

persen keberhasilan

pariwisata dengan

adanya komitmen dari

pimpinan daerah baik

Gubernur maupun

Bupati/Wali Kota”

Page 2: Salam - ppid.acehprov.go.id fileDari 10 event prioritas itu sebanyak 3 event ma - suk kalender event wisata nasional. CoE 2019 adalah bagian dari target 20 juta wisman ke RI di tahun

Edisi 03/Tahun II/2019

2 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Isi di luar tanggung jawab Percetakan

Alamat Redaksi: Kantor Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh. Jl. STA Mahmudsyah No. 14 Kode Pos 23243 Banda Aceh.

Email: diskominfo.acehprov.go.id

Gubernur AcehWakil Gubernur Aceh

Sekretaris Daerah AcehKepala Dinas Komunikasi, Informatika dan

Persandian AcehSekretaris Dinas Komunikasi,

Informatika dan Persandian AcehKepala Bidang Pengelolaan Komunikasi Publik

Kepala Bidang Pengelolaan dan Layanan Informasi Publik

Kepala Bidang PersandianKasi Hubungan Media

Kasi Pengelolaan Media Komunikasi PublikKasubbag Hukum Kepegawaian dan Umum

Kasubbag Keuangan dan Pengelolaan AssetKasi Pengelolaan Informasi Publik

Fesrianevalda, ST, M.CsRicky Alfins, SE. MM

Rahmad, STDharwandra, A.Md

RosmaSiti Sundari, SE

PelindungPelindungPelindungPengarah

Penanggung jawab

Pemimpin umumPemimpin Redaksi

Dewan Redaksi

Sekretariat Redaksi

Informasi Teknologi

Photografer

Notulensi

Redaksi

1. Membangun jaringan unsur lembaga pemerin-tah dan lembaga masyarakat melalui proses ko-munikasi yang berkualitas

2. Membangun jaringan informasi perdesaan dan bentuk kelompok informa dan komunikasi se-bagai penggerak forum dialog dalam memecah-kan persoalan-persoalan yang dihadapi masya-rakat

3. Membangun jaringan infrastruktur teknologi ko-munikasi dan informasi yang optimal di lingkun-gan Pemerintah Aceh, dan terhubung dengan Pemerintah Kabupaten/Kota

4. Memperkuat keamanan infrastruktur teknologi komunikasi, informasi dan persandian di ling-kungan Pemerintah Aceh

5. Membimbing pendapat umum dalam upaya membangun demokratisasi dan menyeimbang-kan informasi publik

6. Menampung dan mengolah opini public sebagai bahan penentuan langkah kebijakan pemerintah selanjutnya

7. Melindungi masyarakat dari berbagai informasi yang tidak sesuai dengan nilai nilai keistimewaan daerah

Salam

Visi Misi Dinas Komunikasi, Informatika

dan Persandian Aceh

Visi:

Misi:

Terwujudnya masyarakat yang mampu me mi lih dan memilah konsumsi informasi untuk membangun

masyarakat Aceh yang beradab, beradat dan bermartabat dalam nuansa Islami serta tumbuh nya

partisipasi dalam proses pembangunan

Berharap Denyut Ekonomi dari CoE 2019

JUMAT, 23 Maret 2019 menjadi hari krusial ba-gi dunia pariwisata Aceh. Melalui sebuah acara dengan nuansa keacehan yang kental, mulai dari ragam busana adat hingga backdrop yang menggambarkan pesona wisata wisata Aceh, serta tentu saja ada foto Masjid Raya Baiturrah-man, di ruang Balairung Soesilo Soedarman, Ge-dung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata Re-publik Indonesia, dilakukan peluncuran Calendar of Events (CoE) Pariwisata Aceh tahun 2019.

Peluncuran dilakukan oleh Menteri Pari-wisata RI, Aruef Yahya, didampingi Plt Guber-nur Aceh, Ir H Nova Iriansyah MT dan Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin. Sedikitnya ada 100 event pariwisata di Aceh, 10 adaklah event prioritas, 90 event unggulan. Dari 10 event prioritas itu sebanyak 3 event ma-suk kalender event wisata nasional. CoE 2019 adalah bagian dari target 20 juta wisman ke RI di tahun 2019.

Secara nasional, pemerintah telah mene-tapkan 10 lokasi pariwisata prioritas, yang Aceh tidak termasuk ke dalam itu. Lokasi tersebut juga digadang gadang sebagai Bali Baru, yaitu , Danau Toba, Beliotung, Tanjung Lesung Banten, Kepu-lauan Seribu Jakarta, Candi Borobudur, Gunung Bromo, Mandalika NTB, Labuan Bajo NTT, Waka-tobi Sulteng dan Morotai Maluku Utara.

Bahkan belakangan pemerintah menciut-kan lokasi pariwisata prioritas itu hanya empat titik, yaitu Danau Toba, Candi Borobudur, Man-dalika dan Labuan Bajo. Untuk mendongkrak daya kunjung maka dilakukan pembenahan se-cara keroyokan lintas kementerian, antara lain melibatkan Kementerian PUPR membangun fasilitas home stay dan restoran. Sementara Ke-menpar membangun fasilitas pendukung lain-nya di lokasi dimaksud.

Mengacu dari kondisi di atas, serta dimo-dali oleh eksotisme lokasi wisata di Aceh, kita berharap agar suatu saat lokasi pariwisata Aceh mendapat tempat sebagai lokasi pariwisata pri-oritas oleh pemerintah pusat. Bukankah kita pu-nya keunggulan yang tak kalah dengan daerah lain di negeri ini. Aceh adalah salah satu daerah tujuan wisata halal sedunia dan masuk sebagai destinasi wisata halal seperti direkomendasikan oleh Indonesia Muslim Travel Index (IMTI).

Kita sangat setuju dengan imbauan Men-par Arief yang menginginkan agar Aceh mem-bentuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pari-wisata, dengan demikian fasilitas infrastruktur dan pendukung lainnya akan ditalangi oleh pe-merintah. Seperti yang dirasakan oleh 10 lokasi pariwasata prioritas nasional, sel;ama ini.

Bagaimanapun berharap penuh pada sta-ke holder wisata sawasta, rasanya minat di sec-tor itu khusus nya di Aceh masih rendah. Loka-si pariwisata di Aceh saat ini terhitung belum terbenahi secara maksimal, termasuk dalam hal sanitasi dan kebersihan. Padahal, lokasi wisata di Aceh termasuk favorit wisman dan wisata domestic saat ini.

Sebagai contoh, tahun 2018 silam, Sabang sempat dianggap sebagai 10 lokasi wisata ter-favorit di negeri ini. Salah satu event andalann-ya adalah Sail Sabang. Keberadaan 100 event di tahun 2019, setidaknya akan lebih mengukuh-kan Aceh sebagai salah satu destinasi wisata terfavorit secara nasional.

Tekad itu bukanlah ibarat mimpi si Muin, yang hanya menggantang asap alias sia-sia. Kare-na pemerintah dalam hal ini pihak Kemenpar telah menyatakan kesediaan lem,baga dimaksud untuk mendukung penuh peningkatan status Bandara Sabang menjadi Bandara INternasional.

Dengan status dimaksud, akses penerban-gan nasional dan internasional akan semakin terbuka ke Sabang. Satu hal yang telah dilaku-kan Pemerintah dengan membuka Bandara Si-langit di Parapat, untuk mendukung pemasaran potensi wisata Danau Toba.

Sementara dari sisi internal, Pemerintah Aceh sendiri melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata seperti diakui oleh Kadis nya Jama-luddin, juga berkomitmen keras untuk memba-ngun dan membenahi pariwisata di Aceh, ing-ga menjadi salah satu destinasi wisata nasional.

Bukankah selama ini, Aceh telah menjadi salah satu destinasi favorit wisman dari Malay-sia dan sekitarnya. Hal itu dibuktikan dengan terbukanya penerbangan harian antara bebera-pa kota di Malaysia dengan Bandara SIM Aceh Besar. Mereka justru bukan melihat ekowisata, tapi menikmati pesona wisata seputar Kota Banda Aceh, seperti Kapal Apug, kuliner Aceh, Masjid Raya Baiturrahman termasuk acara per-nikahan sekalipun. Yang lebioh mengejutkan, para wisman dari negara tetangga itu, berbel-anja ragam garmen dan tekstil di Aceh, karena jauh lebih murah dibanding di negeri aslanya.

Status itu sebenarnya telah mereka dapat-kan di Banduing atau Jakarta, namun belakan-gan mereka ke Aceh karena harga tak jauh beda, serta biaya penerbangan yang murah. Seperti diungkapkan Teungku Ghufran Zainal Abidin, Ketua Komisi VII DPRA, pariwisata ada-lah salah satu jalur memacu denyut ekonomi di semua lini. Mulai dari pemodal kakap hingga nyak nyak di akar rumput.

Page 3: Salam - ppid.acehprov.go.id fileDari 10 event prioritas itu sebanyak 3 event ma - suk kalender event wisata nasional. CoE 2019 adalah bagian dari target 20 juta wisman ke RI di tahun

Edisi 03/Tahun II/2019

3AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

LAPORAN UTAMA

CoE 2019, Aceh Hebat Melalui Ragam Pesona Wisata

DA 100 alasan mengapa wi satawan baik domestik mau pun mancanegara harus berkunjung ke Aceh se lama 2019, seiring den­gan diluncurkannya secara resmi Calender of Event (CoE) Aceh 2019 oleh Men­teri Pariwisata (Menpar) RI, Arief Yahya pada Jumat (22/3/2019) malam lalu.

Peresmian kalender even pariwisata Aceh ini tu rut didampingi Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh, Nova Iriansyah dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pari­wisawata Aceh, Jamaluddin.

Acara yang berlang­sung di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Kementerian Pa­riwisata, Jakarta tampil de ngan dekor yang unik, namun tidak lepas dari nuansa budaya Aceh yang Islami.

Menteri Pariwisata Arief Yahya sangat menga­presiasi peluncuran Cal­endar of Event Aceh 2019.

Menurutnya, peluncuran kalender wisata terse­

but menunjukkan komitmen kepala daerah di Aceh yang ingin menja­dikan pariwisata sebagai sektor andalan dalam meningkatkan per­

ekonomian daerah dan mensejahtera­

kan masyarakat.“CoE commitment

menjadi modal utama kare­na 50 persen keberhasilan pariwisata karena adanya komitmen pimpinan daerah (Gubernur, Bupati/Wali Kota),” kata Menpar, Arief Yahya.

Menpar menyebutkan, pariwisata Aceh mempu­nyai produk unggulan yang terkait dengan budaya (culture), alam (nature), dan buatan manusia (man­made).

Semuanya dituangkan dalam atraksi wisata yang tahun ini memiliki 100 event. 10 event di antaranya menjadi unggulan dan 3 di­antaranya masuk dalam 100 CoE Wonderful Indonesia.

“Tiga event tersebut, yaitu Aceh Culinary Festi­val 2019, Saman Gayo Alas Festival dan Aceh Interna­tional Diving Festival,” sebut Menpar.

Sedangkan untuk tu­juh top event lainnya, yakni Festival Ramadhan, Kemah Wisata, Pulau Banyak In­ternational Festival, Banda Aceh Coffee Festival, Festi­val Danau Laut Tawar, Aceh International Rapa’i Festival dan Alas Rafting Interna­tional Championship.

Menpar Arief Yahya menjelaskan, Aceh juga ditetapkan sebagai destina­si unggulan untuk wisata halal. Pariwisata Aceh tengah bertransformasi menjadi destinasi pariwisa­ta kelas dunia (World Best Halal Destination) bersama destinasi halal lainnya Nusa Tenggara Barat dan Suma­tera Barat.

Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah, menyam­but baik launching CoE Aceh 2019 oleh Menteri Pariwisata RI di Jakarta. Menurut Nova, peluncuran ini sebagai salah satu media efektif mempromosikan pe­sona wisata Aceh di Ibukota Republik Indonesia.

“Launching Calendar of Event Aceh 2019 adalah bukti kesungguhan kami mendukung pencapa­ian Program pemerintah melalui kunjungan 20 juta Wisman ke Indonesia,” kata Plt. Gubernur Aceh, Nova Iriansyah.

Ditambahkannya, laun­ching CoE Aceh 2019 ber­tujuan untuk memperke­nalkan ragam daya tarik wisata dan keunikan atraksi daerah kepada wisatawan. Serta menarik minat wisa­tawan berkunjung ke Aceh, sehingga nantinya dihara­pkan dapat membangun semangat dan komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memperkenal­kan daerahnya masing­mas­ing, sebagai destinasi wisata yang aman, nyaman, dan halal bagi setiap wisatawan.

Nova mengatakan, Aceh saat ini tengah menuju sebagai destinasi halal dun­

ia atau sebagai world best halal destination. Dengan ditetapkan menjadi desti­nasi halal kelas dunia akan mendorong meningkatnya kunjungan wisatawan man­canegara ke Aceh.

Nova menyebutkan, Calendar of Events Aceh 2019 dibagi dalam dua segmen utama, yaitu 10 Top Event Aceh dan 90 Event Unggulan Aceh. Dari 10 Top Event Aceh 2019, tiga dian­taranya masuk dalam “100 Calendar of Events Wonder­ful Indonesia 2019”.

“Semua atraksi wisata tersebut kami persembahkan kepada wisatawan melalui semangat branding wisata Aceh “The Light of Aceh” sebagai co­branding wisata nasional “Wonderful Indone­sia” sebagai kebanggaan kita bersama,” kata Nova.

Sebagai destinasi wisata halal dunia atau “World’s Best Halal Cultur­al Destination”, Aceh juga menjadi salah satu destinasi wisata halal melalui standar Indonesia Muslim Travel Index (IMTI), mengacu pada standar Global Muslim Travel Index (GMTI).

Dengan status terse­but, kata Nova, Pemer­intah Aceh mendukung sepenuhnya usaha Pemerin­tah memperoleh Peringkat I pada GMTI 2019. Salah satu upaya dilakukan adalah membenahi komponen Aksesibilitas, Amenitas dan Atraksi.

Khusus Aksesibilitas, Pemerintah Aceh terus melakukan berbagai pem­benahan, seperti Pemba­ngunan Jalan Tol Banda

Aceh–Sigli, pembangunan destinasi wisata baru, serta sarana pendukung lainnya.

Untuk itu, Nova meminta agar Menteri Pariwisata membantu percepatan pembangunan dan aksesibilitas yang men­dorong sektor Pariwisata Aceh dan juga nasional seperti penambahan Rute penerbangan baru, yai­tu Banda Aceh–Phuket, Sabang–Phuket, dan Banda Aceh–Singapura.

Khusus untuk Sabang, Nova meminta agar pemer­intah pusat membangun Bandara Komersil dan Pela­buhan Kota Sabang.

“Kiranya Bapak Mente­ri berkenan supaya dari 10 destinasi wisata Nasional di Indonesia, agar bisa ditam­bah 1 lagi yaitu Sabang, dan untuk ini, kami mohon dukungan Bapak Menteri untuk Pembangunan baru pelabuhan udara Interna­tional Sabang dalam rangka percepatan Konektivitas ke Phuket ­langkawi­Andaman Nicobar,” harapnya.

Kadisbudpar Aceh, Jamaluddin mengatakan, ta­hun 2017 jumlah kunjangan wisatawan ke Aceh menca­pai 2,9 juta orang terdiri 2,8 juta wisatawan nusantara dan 78 ribu wisatawan mancanegara. Atau terjadi kenaikan dibandingkan ta­hun 2016 sebanyak 2,1 juta terdiri dari 2 juta wisnus dan 76 ribu wisman.

“Sampai saat ini, angka kunjungan wisman dan wisnus di Aceh pada tahun 2018 yakni 106.281 dan 2.391.968,” kata Jamalud­din. (ms)

Launching Calendar of Event Aceh

2019 adalah bukti kesungguhan

kami mendukung pencapaian

Program pemerintah

melalui kunjungan 20 juta Wisman ke

Indonesia.”

Ir. Nova Iriansyah, MTPlt. Gubernur Aceh

A

Page 4: Salam - ppid.acehprov.go.id fileDari 10 event prioritas itu sebanyak 3 event ma - suk kalender event wisata nasional. CoE 2019 adalah bagian dari target 20 juta wisman ke RI di tahun

Edisi 03/Tahun II/2019

4 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

LAPORAN UTAMA

MENTERI Pariwisa­ta, Arief Yahya, me ­ngusulkan ke pada Pemerin tah Aceh

untuk da pat segera mem­bentuk Ka wasan Eko nomi Khu sus (KEK) Pariwisata. KEK Pariwisata diyakini akan mem permudah Aceh menja­di destinasi wisata halal yang dapat diunggulkan Indonesia.

Usulan tersebut diam­paikan Arief kepada Plt. Gu­bernur Aceh Nova Iriansyah dan Kepala Dinas Kebu­dayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin, saat peluncu­ran Calendar of Event (CoE) Pariwisata Aceh 2019 di Ba lairung Soesilo Soedar­man, Gedung Sapta Pesona, Kemenpar, Jakarta, Jumat (22/3) malam.

Alasan Menpar menga­jukan usul tersebut setelah mempertimbangkan bahwa KEK pariwisata memiliki be ­berapa keunggulan, teruta­ma dalam hal kemudahan perizinan bagi investor.

Arief mengatakan, per­izi nan bagi investor akan

jauh lebih mudah jika Aceh me miliki sebuah KEK. Selain itu, pemenuhan infrastruktur penunjang juga akan diprior­itaskan oleh pemerintah.

Salah satu bukti man­faat dari KEK yakni di Nusa Dua, Bali, serta Lombok, NTB. Kedua daerah tersebut langsung mengalami perkem­bangan pesat di sektor pari­wisata setelah menjadi KEK.

"Tantangan negara yang terbesar adalah dalam perizinan karena birokrasin­ya berbelit­belit dan KEK akan memudahkan. Lihat sa ja Nusa Dua Bali dan Lom­bok, proses nya sangat mu­dah dan itu kelebihan dari KEK. Kelebihan yang kedua adalah pelayanan dan yang ketiga saat menjadi KEK maka infrastruktur dan fasil­itas dasar akan didukung penuh oleh pemerintah," ujar Menpar Arief Yahya.

Usul Menpar memben­tuk KEK pariwisata di Aceh bukan tanpa dasar, terlebih dengan mempertimbangkan sektor pariwisata Aceh yang

berkembang serta tinggin­ya minat masyarakat untuk menjadikan Aceh sebagai salah satu tujuan wisatawan.

Bahkan, Aceh saat ini sedang bersiap menuju tar­get sebagai salah satu world best halal destination.

“Aceh sedang bersiap menjadi salah satu world best halal destination. Po­tensi Aceh sebagai destinasi halal sudah tidak diragukan,” kata Arief dalam keteran­gannya, Sabtu (23/2).

Menteri menyarankan KEK Arun Lhokseumawe bisa diambil 200 sampai 300 hektar untuk bidang pariwisata dan membentuk badan otorita sendiri.

Ia mencontohkan, Da­nau Toba telah dibentuk badan otorita sendiri, pe­merintah kemudian bangun tol, bandara internasional, jalan lingkar luar Pulau Sa­mosir. Begitu juga Belitung sudah ada bandara interna­sional. Pariwisatanya tum­buh pesat.

"Karena infrastruktur dan fasilitas dasar pemba­ngunan pariwisata sudah disediakan pemerintah. Jadi saya sarankan Aceh harus punya KEK Pariwisata," kata Menteri Arief Yahya.

Menurut Arief, posisi Aceh sebagai destinasi halal memang tidak diragukan. Saat ini Aceh bersama den­gan Lombok sedang menga­rah untuk menjadi destinasi wisata halal.

Namun untuk saat ini, Aceh masih menghadapi masalah aksesibilitas. Untuk itu Menpar menawarkan in­sentif bagi airlines yang mau membuka rute baru ke Aceh.

"Untuk itu bila ada air lines yang mau membu­ka rute baru penerbangan, Kemenpar akan memberi­kan in sentif hingga 50 per­sen. Ke menpar juga akan mem berikan subsidi di awal-awal bagi flight yang membuka rute baru karena demand­nya pasti masih ke­cil. Terutama rute flight dari dan ke China Selatan serta India," terang Menpar.

Wisatawan dari Chi­na Selatan dan India, diakui Menpar Arief Yahya merupa­kan segmentasi wisatawan yang dapat ditarik ke Aceh.

Sebab, penduduk Chi­na Selatan didominasi oleh warga muslim yang juga me­miliki potensi sebagai kan­tong wisatawan. Warga Cina Selatan menyukai Indonesia karena pantai dan kuliner ikan cakalang.

Sementara India, juga men jadi pasar wisatawan yang potensial karena 40 persen penduduknya mer­upakan muslim.

Lebih lanjut, dari segi atraksi Menpar meminta be­berapa nilai seperti creative value, commercial value, dan consistency diperhatikan.

"Creative value misal­nya dengan menggunakan koreografer dengan nama yang mendunia dan desainer untuk memoles gerakan ser­ta kostum penari Aceh. Se­mentara itu, commercial va­lue terkait dengan investasi untuk menarik orang. Kom­posisinya preevent harus 50 persen, on event 30 persen, dan post event 20 persen. Terakhir, consistency, event­event dapat masuk CoE asal­kan konsisten dilakukan da­

lam tiga dan empat tahun," jelasnya.

Aceh memiliki berbagai potensi pariwisata baik alam, budaya, maupun buatan un­tuk menarik wisatawan.

Menteri Pariwisata juga berharap 50 persen dari an­ggaran kegiatan pariwisata harus dialokasikan untuk pro mosi. Dengan komposisi 30 persen pra kegiatan, dan 20 persen saat pelaksanaan kegiatan. "Jangan sampai ang garan semua habis untuk pelaksanaan even," katanya.

Menteri bahkan men­egaskan, promosi jauh leb­ih penting dari kegiatann­ya sendiri. "Kalau tak ada promosi siapa yang datang menyaksikan kegiatan," kata menteri.

Dalam laporannya, Plt Gubernur Aceh Nova Irian­syah menjelaskan jumlah kunjungan wisatawan di Aceh terus meningkat dan target yang ingin dicapai pada 2019.

Pada 2017 Aceh mam­pu menarik 2,3 juta wisa­tawan lokal. Selanjutnya, pa da 2018 meningkat men­jadi 2,5 juta wisatawan lokal. Adapun untuk 2019, Aceh menargetkan bisa menar­ik 150 ribu wisatawan dari mancanegara.

"Jumlah kunjungan wi­satawan Aceh terus me ning ­kat dari waktu ke waktu, pada 2017 Aceh mampu menarik 2,3 juta wisnus, jumlah ini meningkat pada 2018 menja­di 2,5 juta wisnus. Pada 2019, Aceh ditargetkan mampu me­narik 2,7 juta wisnus. Untuk 2019, Aceh juga menargetkan bisa menarik 150 ribu wis­man dan 40.000 wisatawan Muslim," ujarnya. (ms)

Menpar: Aceh Perlu Bentuk KEK Pariwisata Tantangan negara yang terbesar adalah dalam perizinan karena

birokrasinya berbelit-belit dan KEK akan memudahkan. Lihat saja Nusa

Dua Bali dan Lombok, proses nya sangat mudah dan itu kelebihan dari KEK. Kelebihan yang kedua

adalah pelayanan dan yang ketiga saat menjadi KEK maka infrastruktur

dan fasilitas dasar akan didukung penuh oleh pemerintah."

Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc.Menteri Pariwisata

Page 5: Salam - ppid.acehprov.go.id fileDari 10 event prioritas itu sebanyak 3 event ma - suk kalender event wisata nasional. CoE 2019 adalah bagian dari target 20 juta wisman ke RI di tahun

Edisi 03/Tahun II/2019

AcehInfo 5

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

LAPORAN UTAMA

Kemenpar Siap Dukung Bandara Internasional di Sabang

MENTERI Pariwisa­ta (Menpar) Arief Yahya menyatakan, siap membantu dan

mendukung penuh hadirnya Bandar Udara Internasional baru di Sabang.

Tak hanya itu, Menpar ju ga siap untuk mempromo­sikan rute­rute penerbangan baru dari luar negeri ke Aceh, seperti rute penerbangan Sa­pula (Sabang­Phuket Thai­land­Langkawi Malaysia).

Apalagi pada enam bulan pertama hampir dipastikan me merlukan subsidi dalam

awal merintis penerbangan baru.

“Kemenpar siap mem­bantu agar semua pencapaian dan harapan Pemerintah Aceh untuk meningkatkan pencapa­ian arus kunjungan wisatawan bisa tercapai.

Apa lagi kita ketahui, Sa bang itu me miliki potensi wisata yang sangat luar bia­sa dan sudah diakui keinda­han taman lautnya. Untuk itulah kita dari Kementerian Pariwisata siap membantu, termasuk mempromosikan rute penerbangannya” kata Mente ri Pariwisata Arief Ya­hya, saat launching Calender of Event Aceh (CoE) 2019, Jumat (22/3/2019) malam.

Menurut Arief Yahya, se­karang ini Aceh menempati

trending topik nomor satu nasional, karena Aceh banyak penggemarnya di seluruh In­donesia.

Aceh itu adalah salah satu provinsi yang pertumbuhan wi satawan mancanegaranya saat ini tertinggi di Indonesia.

Tercatat pada Gubernur Aceh seratus tiga ribu pengun­jung. “Kalau catatan gubernur 103 ribu, berbeda dan catatan saya 109 ribu, jadi tembus angka psikologis 100 ribu, bi­asanya kalau sudah 100 ribu itu, tidak bisa ditahan lagi datang langsung ke tempat, dan tahun ini targetnya adalah seratus lima puluh ribu, berar­ti tumbuh sekitar 50 ribu lagi,” sebutnya.

Aceh dan Lombok sa­ma­sama hebat, dimana kedua

daerah ini masuk top three di acara inti (Indonesia Muse­um Traveling Dive). Keduanya pernah juara dunia, namanya world halal travel world Lom­bok 2016 dan Aceh 2017.

“Aceh itu lebih berun­tung sebenarnya, karena lebih dekat dengan pasar. Makan­ya, pengembangan Pariwisata Sabang itu perlu kita dukung. Kalau Sabang sudah memiliki Bandara Internasional baru, kita yakin arus kunjungan wi­satawan dari Thailand, Malay­sia dan Singapura ke Sabang pasti akan meningkat,” kata Menpar Arief Yahya dengan nada optimis.

Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah mangatakan, respon Pemerintah Pusat agar Sabang dibangun Bandarra Internasi­

onal baru, kini telah disetujui. Bahkan pembangunannya itu juga dimasukkan dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).

Tujuannya tidak lain, mengoptimalkan arus kunjun­gan wisatawan dan mencip­takan tujuan wisata baru di pulau paling barat Indonesia.

Sabang harus menjadi ba­gian penting dari air connectiv­ity, karena letak kota tersebut dekat dan terhubung dengan negara­negara tetangga.

Karenanya dalam pe­ngem bangan proyek ini nanti, di harapkan mampu mendu­kung berbagai sektor yang ber po tensi untuk mensejah­terakan masyarakat lokal ter­uta ma sektor pariwisata.

Selain itu, bisa memper­cepat pengembangan destina­si pariwisata nasional dengan adanya konektivitas udara langsung.

Harapan bila Sabang su­dah memiliki bandara baru, sudah pasti akan memberikan dampak yang sangat luar bia­sa, terutama sekali menunjang bangkitnya sektor pariwisata dengan datangnya berbagai turis lokal serta mancanegara seperti dari Jerman, Jepang, Inggris, Prancis, Italia, Malay­sia, Korea dan wisatawan dari negara lainnya.

“Kita targetkan dari Sa­bang inilah akan datang lebih banyak lagi jutaan wisatawan, bila Sabang sudah memiliki Bandar Udara Internasional baru. Ini yang akan terus kita perjuangkan bersama Wali Kota Sabang, Nazaruddin. Dan kita yakini, harapan ini akan segera terwujud, apalagi Ba­pak Presiden Jokowi sudah mem beri respon dan menyetu­jui harapan yang disampaikan melalui Kepala Staf Kepresi­denan Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko SIP, saat kedatangan Wali Kota Sabang bersama ja­jaran Pemerintah Aceh di Bina Graha beberapa waktu lalu," pungkasnya. (ms)

Kemenpar siap membantu agar semua

pencapaian dan harapan Pemerintah Aceh

untuk meningkatkan pencapaian arus

kunjungan wisatawan bisa tercapai.

Apa lagi kita ketahui, Sabang itu memiliki potensi wisata yang

sangat luar biasa dan sudah diakui keindahan taman

lautnya. Untuk itulah kita dari Kementerian

Pariwisata siap membantu, termasuk mempromosikan rute

penerbangannya.”

Mendongkrak Kunjungan Wisatawan ke AcehCALENDAR of Event (CoE) Aceh 2019 yang baru saja di­luncurkan pada Jumat (22/3) lalu oleh Menteri Pariwisa­ta, Arief Yahya, mendapat sam butan positif dari pelaku pariwisata di Aceh.

Asosiasi Pelaku Pariwi­sata Indonesia (ASPPI) men­dukung adanya publikasi kal­ender event tersebut karena akan mendongkrak kunjungan wisatawan di provinsi ujung barat Indonesia tersebut.

"Kami yakin CoE Aceh 2019 yang diluncurkan Men­teri Pariwisata RI di Jakarta beberapa waktu lalu akan meningkatkan kunjungan tu­ris ke Aceh," kata Ketua ASP­PI Aceh Azwani Awi di Banda Aceh, Kamis (27/3).

Menurut dia, selama ini, tingkat kunjungan wisatawan ke Aceh menurun lantaran dipengaruhi lonjakan tiket pe sawat. Hal tersebut ju ga mempengaruhi faktor pari­wi sata lainnya, seperti me­

nurunnya tingkat okupansi per hotelan.

Karena itu, pria yang akrab disapa Popon ini yakin, dengan adanya 100 event pa­riwisata dan atraksi alam bu­daya yang diselenggarakan di Aceh seperti yang terpub­lis dalam kalender event di­maksud, bisa menjadi salah satu alasan wisatawan do­mestik maupun mancanega­ra berkunjung ke Aceh.

“Saya rasa langkah Pe­merintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ini sudah sangat tepat. Sebab, ini tak sekadar memperkenal­kan ragam daya ta rik wisata dan keunikan atraksi daerah kepada wisatawan, tapi juga menarik minat berkunjung ke Aceh untuk menikmati pes­ona alam dan budaya serta kearifan lokal masyarakat Aceh,” pungkasnya.

Ketua DPD Asosiasi Pe­rusahaan Pameran Indone­sia (Asperapi) Aceh, Mirza

Rizqan, juga menyambut baik adanya peluncuran kalender event tersebut.

Menurut Mirza, langkah yang dilakukan oleh Pemer­intah Aceh itu merupakan hal

positif untuk menunjukkan pada dunia, Aceh mampu dan bisa menyelenggarakan event berskala nasional dan Internasional.

“Kita telah membuktikan

siap untuk melaksanakan even atau atraksi wisata ber­basis alam budaya dan ber­karakter daerah yang telah dirangkum dalam kalender event,” ujar Mirza. (**)

Page 6: Salam - ppid.acehprov.go.id fileDari 10 event prioritas itu sebanyak 3 event ma - suk kalender event wisata nasional. CoE 2019 adalah bagian dari target 20 juta wisman ke RI di tahun

Edisi 03/Tahun II/2019

6 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

LAPORAN UTAMA

Harapan kita, Aceh akan terus didatan-gi oleh wisatawan sebagai destina-

si wisata halal dengan pes-

ona alam dan budaya serta

didukung den-gan keramahan masyarakatnya."

--JAMALUDDIN,Kadis Kebudayaan dan

Pariwisata Aceh

Fokus dan Maksimal Membangun Aceh sebagai Destinasi Wisata

TAHUN 2019 meru­pakan ta hun yang memiliki arti pent­ing bagi pengem­

bangan wisata di Aceh. Pada tahun ini Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh telah me nyiapkan berbagai kegia­tan bertema budaya dan pari­wisata. Kegiatan ini dituang­kan dalam Calendar of Event (CoE) Aceh 2019 dan resmi diluncurkan di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata, Ju mat malam (22/3/2019) lalu.

Peluncuran CoE Aceh 2019 dilakukan Menteri Pariwisata Arief Yahya bersa­ma Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Jamalud­din. Peluncuran Calendar of Event Aceh 2019 ini adalah bukti kesungguhan Pemer­intah Aceh mendukung pen­capaian program pemerintah melalui kunjungan 20 juta wisman ke Indonesia.

Kegiatan CoE Aceh 2019 ini mengambil tema "Aceh Hebat melalui Pro­gram Pesona Wisata 2019".

Kegiatan ini dibagi da­

lam dua segmen utama, yai­tu 10 Top Event Aceh dan

90 Event Unggulan Aceh. Dari 10 Top Event Aceh 2019, ti ga diantaran­ya masuk dalam 100 Calendar of Events Wonderful Indonesia 2019 yaitu Aceh Cu­linary Festival 2019

(Banda Aceh 5­7 Juli), Saman Gayo Alas Fes­

tival (Blangkejeren 18 Agustus) dan Aceh Inter­

national Diving Festival (Sa­bang 6­7 Oktober).

Semua atraksi wi sata ter sebut disajikan kepada wisatawan melalui seman­gat branding wisata Aceh The Light of Aceh sebagai co­branding wisata nasi­onal Wonderful Indonesia sebagai kebanggaan Indone­sia. Sebagai destinasi wisa­ta halal dunia atau World’s Best Halal Cultural Desti­nation, Aceh juga menjadi salah satu destinasi wisata halal melalui standar Indo­nesia Muslim Travel Index (IMTI), mengacu pada stan­dar Global Muslim Travel In­

dex (GMTI)."Pemerintah Aceh me­

la lui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bersama instansi terkait dan komunitas lainn­ya terus fokus dan maksimal membangun Aceh sebagai destinasi wisata unggulan berbasis wisata halal, khu­sus pengembangan 3A. Yaitu Aksesibilitas, Komunitas dan Atraksi serta pengembangan SDM pelaku wisata di daer­ah melalui kegiatan sertifi­kasi dan standarisasi," ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Jamaluddin kepada Info Aceh, (28/3/2019).

Disebutkan, pemer­intah berupaya memba­ngun infrastruktur untuk pengembangan aksesibilitas berbagai destinasi wisata, seperti di Sabang, Langsa, Banda Aceh, Aceh Jaya, Aceh Singkil, Simeulue lainnya. Sekaligus juga pembangu­nan sarana prasarana pen­dukung, seperti akses jalan, gazebo, kafe/resto, koneksi internet, dermaga sandar, MCK, toilet dan lainnya.

"Semua ini kita laku­kan sesuai kebutuhan dan harapan wisatawan. Pe­merintah Aceh juga sedang mengupayakan ada banda­ra yang representatif di Sa­bang, membuka konektivi­tas dengan Bandara Phuket, Thailand," ujar Jamaluddin.

Selain memacu sarana aksesibilitas destinasi wisa­ta, Pemerintah Aceh juga melakukan kerja sama den­gan kementerian atau lem­baga, khususnya Kemenpar, Badan Ekonomi Kreatif, Ke­menhub untuk penyeleng­garaan event dan pengem­bangan aksesibilitas, seperti sarana transportasi ke dan dari kawasan destinasi wisa­ta di daerah.

Di sisi lain, pemerintah juga merangkul peran serta pemerintah kabupaten/kota untuk memajukan dan mem­promosikan daerah me re ka sebagai destinasi wi sata yang layak dikunjungi, sekaligus mengajak peran serta pelaku industri pariwisata/budaya Aceh. Dalam hal promosi, Pemerintah Aceh melakukan

pendekatan strategi publika­si berbasis P.O.S.E.

Yaitu Paid Media atau media berbayar untuk me­dia yang akan mempubli­ka sikan ragam atraksi dan event di daerah. Selanjutnya Owned Media atau publika­si ragam event dan atraksi budaya dan alam melalui media website (www.dis­budpar.acehprov.go.id) dan www.acehtourism.travel).

Berikutnya Sosial Me­dia. Ini paling efektif dan murah dalam memub­likasikan pesona Aceh melalui beberapa akun me­dia utama seperti Twitter, Facebook, Instagram dan YouTube. Terakhir Endorser, atau pelibatan artis terke­nal, politisi dalam menyam­paikan pesona wi sa ta Aceh kepada publik.

"Aceh memiliki po­tensi wisata dengan rag­am pesona lam dan budaya yang sangat menarik yang semakin berkembang dan dikenal luas melalui dunia maya, yang diviralkan oleh berbagai komunitas melalui berbagai akun media sosial," sebut Jamaluddin.

Melalui kegiatan Calen­dar of Event Aceh 2019 di­harapkan akan berdampak positif pada perkembangan industri pariwisata di Aceh, serta semakin memperkuat posisi Aceh sebagai desti­nasi wisata halal yang patut diunggulkan di kawasan pal­ing barat Indonesia.

Disebutkan juga me­la lui launching CoE Aceh 2019, menjadi media bagi wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara untuk hadir dan mengexplore Aceh dengan ragam pesona wisa­tanya yang terangkum dalam kegiatan: what to do, what to see, what to buy, dan what to eat selama di Aceh melalui se­mangat wisata halal dengan mengedepankan kebersihan, pelayanan prima, kecepatan dalam melayani, hotel yang tidak melayani minuman be­ralkohol dan diskotik.

Pada tahun 2019 Pe­merintah Aceh melalui Dis­budpar menargetkan angka kunjungan wisatawan nu­santara di Aceh sebanyak ti­ga juta jiwa dan wisman 150 ribu orang.

Dengan adanya kegia­tan wisata CoE Aceh 2019 diharapkan akan menambah angka kunjungan wisatawan muslim ke Aceh dari 35 ribu pada 2018 menjadi 40 ribu pada 2019.

"Harapan kita, Aceh akan terus didatangi oleh wisatawan sebagai destina­si wisata halal dengan pes­ona alam dan budaya serta didukung dengan kerama­han masyarakatnya," sebut Jamaluddin.(sr)

Aceh Peringkat Dua Destinasi Wisata HalalACEH menempati peringkat dua provinsi terbaik destina-si Wisata Halal di Indonesia yang diumumkan Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Pering-kat pertama ditempati Provinsi Nusa Tenggara Barat, urutan ketiga Provinsi Riau, peringkat empat DKI Jakarta dan posisi kelima diraih Sumatera Barat.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Aceh, Jamaluddin mengatakan pengumuman itu disampaikan Kementerian Pariwisata, melalui konferensi pers Release Report of Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) di Jakarta, Senin (8/4).

Untuk provinsi Aceh, peng-hargaan diterima Kadisbudpar Aceh, Jamaluddin mewakili Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah di Hotel Bidakara Jakarta, Sela-sa (9/4).

"Saya mewakili Pak Plt Gubernur menerima penghar-gaan terbaik dua yang dis-erahkan oleh bapak Menteri Pariwisata Arief Yahya karena Plt tidak bisa hadir," kata Jama-luddin.

Untuk diketahui, IMTI mer-upakan program Kementerian Pariwisata yang diluncurkan Februari lalu demi mewujudkan target peringkat 1 destinasi wisata halal terbaik dunia.

Program IMTI merupakan upaya meningkatkan komit-men antara Pemerintah Pusat (Kemenpar) dengan Pemerintah Daerah atau Dinas Pariwisata Daerah maupun dengan stake-holder terkait untuk mengem-bangkan pariwisata halal di berbagai destinasi di Indonesia dengan berbagai kemudahan yang dibutuhkan wisata seperti rumah makanan halal, sarana

ibadah yang memadai, toilet yang berstandar halal, dan lainnya.

Menurut Jamaluddin, selama ini Aceh bertekad kuat mewujudkan destinasi wisata halal. Sejak 2016 lalu, Pemerin-tah Aceh bersama 23 pemerin-tahan kabupaten/kota Se-Aceh melakukan deklarasi dan bersepakat untuk menjadikan Aceh sebagai destinasi wisata halal unggulan.

Penandatangan deklarasi saksikan langsung oleh Mentri Pariwisata Arief Yahya, da-lam pembukaan acara rapat koordinasi dan pariwisata dan rapat koordinasi wisata bahari Sabang, di Hotel Hermes Palace Banda Aceh pada September 2016.

Plt Gubernur Aceh (saat itu masih menjabat wakil gubernur), Nova Iriansyah

pernah memaparkan potensi pariwisata halal (halal tour-ism) di hadapan delegasi Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) dalam pertemuan IMT-GT ke 23, Ministerial Meeting ke 24, Senior Officials Meeting ke 14, Chief Ministers dan Governors Forum di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, Kamis 28 September 2017.

Pasar wisata halal sendiri semakin pesat di seluruh dunia, terutama di Asia. Karenanya, IMT GT menjadi sangat penting dalam mempromosikan pari-wisata halal di Aceh.

Hal yang menjadi nilai lebih untuk pengembangan wisata halal tidak lain karena Aceh mayoritas penduduknya adalah muslim dan memiliki nilai keagamaan yang tinggi dalam menjalani keseharian.(**)

Page 7: Salam - ppid.acehprov.go.id fileDari 10 event prioritas itu sebanyak 3 event ma - suk kalender event wisata nasional. CoE 2019 adalah bagian dari target 20 juta wisman ke RI di tahun

Edisi 03/Tahun II/2019

AcehInfo 7

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

LAPORAN UTAMA

Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi Lewat Sektor Pariwisata

ENTERI Pariwisata, Arief Yah ya beberapa waktu lalu ba ru saja meresmikan kalen­der event yang akan bergulir sepanjang tahun 2019 di Aceh, sebagai salah sa tu pe­mantik meningkatkan kun­jungan wisatawan dalam dan luar negeri ke pro vinsi setempat.

Saat peluncuran Calen­dar of Event Aceh Tahun 2019 atau disebut CoE yang dipusatkan di Balairung Soe silo Soedarman, Gedung Sap ta Pesona, Kementerian Pa riwisata di Jakarta, Men­par turut didampingi Pelak­sana Tugas Gubernur Ace, Ir Nova Iriansyah, MT.

Peluncuran kalender event yang memuat 100 rag­am atraksi budaya di kabu­paten/kota di Aceh tersebut mendapat sambutan po sitif dari Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Tgk H Ghufran Zai­

nal Abidin. “Kami san­

gat mendukung p e l u n c u r a n CoE Aceh ini, ka rena akan mem berikan dam pak posi­tif pada sek­tor pariwisata

dan juga semua sektor ekonomi

lain nya di Provin­si Aceh,” kata Ketua

Komisi VII DPR Aceh, Tgk Ghufran Zainal Abidin saat disambangi krue Tab­loid Info Aceh.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut me nuturkan untuk menyuk­seskan seluruh event yang akan digelar sepanjang ta­hun 2019, maka perlu ada­nya keterlibatan semua pi hak yakni pemerintah daerah, pemangku kepentin­gan lainnya, dan tidak kalah penting adalah masyarakat sebagai pemberi layanan dan penerima manfaat.

Selain itu adalah terse­diannya dengan baik sarana dan prasarana fasilitas pub­lik di lokasi­lokasi penye­lenggaraan kegiatan dan juga destinasi seperti mu­shalla, toilet dengan kebersi­hannya serta didukung den­gan sarana air bersih yang cukup dan memadai.

Menurut dia, kebersi­han dan ketersediaan fasil­itas publik tersebut harus menjadi perhatian penting untuk terus ditingkatkan dan dibenahi pada setiap des tinasi wisata termasuk pa da lokasi penyelenggara­an event­event besar pada tahun 2019 di Aceh.

Pihaknya tidak ingin, pelancong yang datang ke Aceh mengeluhkan minimnya

dan kurang bersihnya fasilitas publik yang ada di destinasi wisata yang ada di Aceh.

Karena itu, perlu adan­ya perhatian serius pada fasilitas publik tersebut, jika dilihat kecil memang kecil, namun dampaknya bisa be­sar jika tidak ditangani dan dikelola dengan baik.

“Mari kita bersama­sa­ma memperbaiki dan men­jaga kebersihan serta terus melengkapai fasilitas pub­lik sehingga seluruh pelan­cong yang datang ke Bumi Iskandar Muda ini merasa nyaman dan akan menyam­paikan kembali ke famili dan saudaranya terkait hal­hal positif tentang wisata di Aceh,” katanya.

Ia menambahkan, pe­luncuran Calendar of Event Aceh 2019 juga bagian mem­perkenalkan ragam budaya dan daya tarik wisata serta beragam atraksi daerah ke­pada wisatawan dalam dan luar negeri.

Komisi VII DPR Aceh yang membidangi Agama dan Budaya menyambut baik untuk pengembangan pa riwisata di provinsi terse­but termasuk dengan wisata halal yang terus digaungkan oleh Pemerintah Indonesia umumnya dan Pemerintah Aceh khususnya.

Sebagai provinsi yang me nerapkan syariat Islam, ini menjadi nilai tambah bagi Aceh untuk mengemas seca ra lebih baik lagi konsep wisata halal di Aceh, sehingga nantinya akan banyak wisa­tawan muslim yang datang dan berkunjung di Aceh.

“Pengembangan pari­wisata halal harus terus di­la kukan termasuk dengan memberikan sertifikat halal kepada seluruh pelaku us­

aha di Aceh. Sertifikat ha­lal ini merupakan jaminan atau pemberitahuan kepada tamu bahwa semua proses yang dilakukan baik sebe­lum sampai sesudah peny­ajian sesuai dengan syariat Islam,” kata Ghufran.

Pihaknya akan mem­berikan dukungan penuh kepada Pemerintah Aceh terhadap upaya meningkat­kan pertumbuhan ekonomi, salah satunya sektor pari­wisata yang memberikan dampak positif pada bidang lainnya.

“Kami menyarankan untuk menggelorakan wi­sata Islami dan juga wisata halal di Aceh, maka per­lu mengemas paket­pa­ket wisata dan juga pro­gram­program religi yang da pat dinikmati dengan baik saat para pelancong datang ke Aceh,” katanya.

Ghufran yang juga Ke­tua DPW Partai Keadilan Se­jahtera Provinsi Aceh terse­but menuturkan budaya dan juga agama di Aceh sangat kental sehingga perpaduan ini dapat juga ditingkatkan dan dikolaborasi dengan baik yang nantinya akan men jadi sebuah daya tarik

bagi pelancong dari dalam dan luar negeri.

“Konsep pengemban­gan pariwisata yang dilaku­kan oleh Aceh khususnya ha rus menjadi contoh bagi provinsi lainnya di Tanah Air,” harapnya.

Pihaknya juga men­yambut baik terkait pe­metaan yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata ter hadap daerah potensi pe ngembangan destinasi wi sata halal meliputi Banda Aceh dan Aceh Besar untuk budaya yang meliputi at­raksi unggulan Masjid Raya Baiturrahman, Pantai Lam­pu'uk, Museum Tsunami, PLTD Apung, selancar angin, selancar layang, Museum Negeri Aceh, Taman Sari Gu­nongan, Pulau Tailana dan Pantai Ulee Lheu.

Kemudian Sabang den­gan destinasi alam meliputi tugu Pulau Weh, snorkeling Pantai Iboih, Tugu Kilome­ter 0, Pantai Iboih dan Pan­tai Sumur Tiga.

Aceh Jaya dengan alam yang meliputi Teluk Rigaih, Gunung Geurutee, Pasi Saka, Pulau Tsunami dan Arung Jeuram Sungai Teunom.

Selanjutnya Dataran Ting gi Gayo dengan men­gusung konsep alam dan budaya yang meliputi Da­nau Laut Tawar, Gua Loyang Koro, Pantan Terong, Wih Terjun dan Pantai Menye.

“Kami juga menyambut baik terhadap keinginan Pe­merintah Pusat menjadikan Aceh sebagai salah satu ka­wasan pengembangan wisa­ta halal. Pengembangan ini juga perlu dukungan dan komitmen kuat dari Pemer­intah Provinsi dan kabupat­en/kota,” katanya.

Ia menyakini dengan komitmen Pemerintah Aceh dan juga Pemerintah Kabu­paten/kota upaya menjad­ikan Aceh sebagai destinasi favorit wisata halal di Indo­nesia akan terwujud.

Keikutsertaan dan du­kungan penuh dari masya­rakat juga menjadi kunci utama dalam menyukseskan pelaksanaan kalender event dan menjadikan Aceh seba­gai destinasi favorit di Indo­nesia. (hamiz)

Pengembangan pariwisata halal harus terus

dilakukan termasuk dengan memberikan

sertifikat halal kepada seluruh pelaku usaha di Aceh. Sertifikat

halal ini merupakan jaminan atau

pemberitahuan kepada tamu bahwa semua proses yang dilakukan

baik sebelum sampai sesudah penyajian sesuai dengan syariat

Islam.”

Tgk H Ghufran Zai nal AbidinKetua Komisi VII DPRA

M

Page 8: Salam - ppid.acehprov.go.id fileDari 10 event prioritas itu sebanyak 3 event ma - suk kalender event wisata nasional. CoE 2019 adalah bagian dari target 20 juta wisman ke RI di tahun

Edisi 03/Tahun II/2019

8 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

LAPORAN KHUSUS

Gebrakan Bersama Membuka Keterisoliran Jamat

PEMBANGUNAN, di da­lam ko mu nitas mana pun, tak selalu dinik­mati secara me ra ta.

Ada saja ketimpangan, baik ala san geografis, politik, dan lain sebagainya.

Masyarakat yang berada di wilayah tertinggal biasa nya kurang tersentuh dan ku rang ak ses ke pelayanan sosial dan eko no mi. Meski kadang kawasan tersebut memiliki sumber daya alam melimpah, faktor geografis umumnya menjadi kendala dalam pe­manfaatan sumber daya alam tersebut, tentu selain faktor sumber daya manusia.

Salah satu daerah te ri­solir di Aceh adalah Ke mu­kiman Wihni Dusun Jamat, Kecamatan Linge, Ka bupaten Aceh Tengah. Kawasan ini berjarak sekira 55 kilometer dari Kota Ta kengon. Ada seki­tar 3.000 warga di Kemukiman Jamat tersebut.

Didorong oleh keinginan untuk membuka akses dan keterisoliran, Plt Gubernur Aceh sampai menghadirkan 18 Kepala Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) ke kawasan peda­laman tersebut, tepatnya pada 30­31 Maret 2019.

Ada 18 SKPA dan satu program dari Kementerian So­sial yang hadir ke Kemukiman Wihni Dusun Jamat, yang di­huni 5 kampung, yakni Linge, Jamat, Reje Payung, Pertik, dan Delung Sekinel.

Kepala Dinas Sosial Aceh Tengah, Fakhruddin menga­takan, kedatangan Plt Guber­

nur Aceh membawa program dari provinsi ke daerah

marginal atau daerah terpencil tersebut mer­upakan suatu gebrakan untuk membuka ket­erbelakangan daerah terisolir. Diharapkan daerah ini menjadi be­rubah, da ri serba keku­rangan menjadi memi­

liki ber bagai fasilitas seperti halnya kawasan

lain.Setiap SKPA menjalank­

an tugas sesuai dengan tu­poksinya. Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh misalnya, melakukan sejumlah kegiatan, mulai dari edukasi hidup sehat hingga layanan kesehatan gra­tis kepada warga. Kegiatan itu dipusatkan di Puskesmas Pem­bantu (Pustu) Jamat.

Layanan yang diberi­kan diantaranya pemeriksaan kesehatan gratis oleh dok­ter umum hingga pelayanan kesehatan dokter spesialis. Layanan pengobatan spesia lis diantaranya adalah spesialis THT (bekerja sama dengan Komda PGPKT Aceh), spesia­lis anak dan spesialis kandun­gan (Obgyn), spesialis mata, dan juga pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Masyarakat juga menda­patkan pelayanan obat gratis hingga edukasi cara minum yang benar dari apoteker yang ditunjuk. Selain itu juga ada ke­giatan penyuluhan kesehatan, pembagian hygiene kit (han­duk, odol, dan sikat gigi), dan juga skrining faktor risiko PTM di masyarakat.

dr. Azwar Sp.THT mewa­kili Komda PGPKT Aceh, me­nyerahkan 2 alat bantu dengar kepada warga Jamat yang men­galami masalah dengan pen­dengarannya.

Kepala Dinas Sosial Aceh, Alhudri mengatakan, Ke men­terian Sosial RI membantu sem bako, bahkan tenda­ten­da yang dipasang merupakan bantuan dari Kemensos.

“Aparat kampung di Ke­mukiman ini sudah memo­honkan kepada kami agar ten­da ini bisa menjadi aset desa. Insya Allah, ini akan menjadi aset desa dan akan kita ting­galkan masing­ma sing desa di Kemukiman ini,” kata Alhudri.

Dilanjutkan, selain Dinas Sosial Aceh yang telah mengu­

curkan program­program ke Kemukiman tersebut, ada Badan Penanggulangan Ben­cana Aceh (BPBA) yang mem­bantu hygiene kit.

Selanjutnya ada Dinas PU Pengairan yang membantu membawa alat­alat gotong roy­ong dan membawa satu unit hydrant air. “Dinas PUPR Aceh membantu pembangunan jembatan gantung Nasuh un­tuk tahun anggaran 2019, nan­ti juga akan kita data fasilitas umum termasuk jalan menuju kemari,” terangnya.

Sedangkan Dinas Perkim membantu 3 unit hydrant air sekaligus pemasangan dan men data rumah­rumah pen­duduk yang layak mendapat bantuan rumah layak huni di tahun 2020.

Dinas Pendidikan Aceh membantu perlengkapan anak­anak sekolah mulai dari tingkat SD sampai tingkat SMP, masing­masing 100 pa­ket. Bappeda Aceh juga mem­bantu dua unit rumah, satu di Reje Payung dan satu lagi di Delung Sekinel.

“Selanjutnya ada Dinas Kominfo membawa satu unit mobil HT untuk komunika­si berserta jaringan internet. Berkat bantuan dari Kominfo mudah bagi kita melakukan perekaman KTP­el. Dinas Per­tanian dan Perkebunan mem­bawa bibit­bibit palawija, pe­metaan lokasi pertanian dan perkebunan, bibit kopi robus­

ta, durian, rambutan, pinang serta hand spra yer,” terang nya.

“Dinas Registrasi Kepen­dudukan Aceh melaksanakan perekaman KTP­el, Kartu Keluarga dan Akta Kelahiran dan sudah berjalan dua hari. Selanjutnya Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral melaku­kan pendataan titik­titik un­tuk pembuatan sumur bor. Satpol PP dan WH membawa satu peleton personil dibantu Satpol PP dan WH Aceh Ten­gah untuk bergotong royong massal,” tambah Alhudri.

Dinas Kelautan dan Peri­kanan Aceh membawa satu mo­bil boks ikan olahan dan men­data lahan untuk petani tambak ikan kolam darat di Kemukiman Wihni Dusun Jamat.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh telah mem­verifikasi dan meninjau kebu-tuhan untuk kompleks pema­kaman Reje Linge.

Selanjutnya Dinas Pen­didikan Dayah Aceh mengin­ventarisir dayah dan tempat pengajian yang memenuhi persyaratan untuk dibangun.

“Memang di kemukiman ini belum ada balai pengajian, hanya pengajian­pengajian per meunasah saja. Kami berharap sungguh kiranya di sini diban­gun satu pesantren,” pinta Al­hudri.

Sementara itu, Dinas Pa­ngan Aceh membawa bantuan pangan dan mendata kawasan daerah mandiri pangan yang

kebetulan program tersebut ada di Kecamatan Linge, khu­susnya di Kemukiman ini. Badan Kesbangpol Aceh mem­bantu buku­buku wawasan ke bangsaan dan melakukan sosialisasi bahaya narkoba.

“Harapan kami kepada Plt. Gubernur Aceh, kegiatan ini dapat terus berlanjut di lin­tas SKPA untuk pelosok­pelo­sok negeri yang ada di Provin­si Aceh, tentu dalam rangka percepatan pembangunan ka­wasan tertinggal,” tandasnya.

Secara terpisah, Kepala Dinas Komunikasi, Informa­tika dan Persandian Aceh, Marwan Nusuf mengatakan, pihaknya membawa sejumlah personel, termasuk satu mo­bil boks yang berisi peralatan pendukung untuk memper­lancar komunikasi.

“Alhamdulillah, jajaran Dis kominfo Aceh berhasil mem buka isolasi komunikasi. Personel kita menginap be­berapa hari di desa itu dengan membawa semua peralatan yang dibutuhkan,” jelas Mar­wan Nusuf.

Setelah melihat kondi­si di lapangan, kata Marwan, pihaknya berencana untuk mem buat satu koneksi inter­net di Pustu Jamat.

Dengan adanya konek­si tersebut, maka pelayanan yang diberikan fasilitas kese­hatan tingkat pertama itu men jadi lebih baik pada masa mendatang. (*)

18 SKPA Bawa Program Pecepatan PembangunanPLT Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah, MT mengatakan kunjungan kerja (kunker) ke Kemukiman Wihni Dusun Jamat, Kecamatan Linge, Aceh Tengah pada Minggu 31 Maret 2019 merupakan kunker pertamanya ke pe­losok Aceh dengan memba­wa belasan Kepala SKPA.

"Ini adalah rombongan kunker terbesar yang pernah saya bawa, setidaknya ada 18 Kepala SKPA yang ikut

bersama saya. Para Kepa­la SKPA melihat langsung kon disi alam dan kehidupan masyarakat disini. Nantinya, program secara terukur dan terencana akan ditindaklanjuti dan diru muskan oleh seluruh dinas terkait,” tegas Nova Iriansyah.

Nova yang hadir ber­sama 18 Kepala SKPA dan Asisten II Pemerintah Aceh, dr. Taqwallah setelah me­nutup kegiatan Bulan Bhak­

ti Karang Taruna (BBKT) di Kemukiman Wihni Dusun Jamat, meninjau sejumlah tempat di Kemukiman yang dihuni 5 Kampung itu (Linge, Jamat, Reje Payung, Per tik dan Delung Sekinel).

Plt Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah di hadapan masyarakat Kemukiman Wih­ni Dusun Jamat, Kecamatan Linge, Aceh Tengah menyam­paikan hal yang terpenting le­wat kunjuangan kerja dengan

membawa 18 Kepala SKPA, bu kan hanya apa yang dibawa pada hari itu saja.

“Yang paling penting, setelah kunjungan ini ke de­pan apa yang perlu di kerja­kan di wilayah ini. Tadi sudah terdeteksi kita harus memba­ngun jembatan gantung, ak­ses jalan, membangun insta­lasi air, membantu petani dan lain sebagainya,” tegas Nova, Minggu 31 Maret 2019.

Untuk merealisasikan

se mua program­program itu supaya terukur dan terencana yang akan disusun oleh di­nas­dinas.

“Yang pasti, jika suatu da erah sudah dikunjungi oleh Gubernur, itu semua ucapann­ya mengikat. Jadi bukan han­ya sekedar janji,” tegas Nova.

“Mengikat secara peratur­an perundang­undangan, ha rus ditindaklanjuti oleh Di nas­Dinas. Setuju,” teriak Nova yang disam­but tepuk tangan warga. (**)

Alhamdulillah, jajaran Diskomin-fo Aceh berha-

sil membuka isolasi komuni-

kasi. Personel kita menginap beberapa hari

di desa itu den-gan membawa

semua peralatan yang dibutuhkan.”

-- Marwan Nusuf,Kadis Kominfo Aceh

Page 9: Salam - ppid.acehprov.go.id fileDari 10 event prioritas itu sebanyak 3 event ma - suk kalender event wisata nasional. CoE 2019 adalah bagian dari target 20 juta wisman ke RI di tahun

Edisi 03/Tahun II/2019

9AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

LAPORAN KHUSUS

Solusi Aceh Hebat untuk Masyarakat Adat Terpencil

PELAKSANA Tugas Gu-bernur Aceh Nova Irian-syah, kerap terlihat be-rada di daerah-daerah

pelosok di Aceh guna memas-tikan adanya denyut "pem-bangunan" yang menunjang ekonomi masyarakat di sana.

Nova bertekad agar Pe-merintah Aceh menjalankan pembangunan secara merata. Dia ingin meningkatkan ren-cana perbaikan daerah ter-pencil sebagai prioritas utama sasaran program Aceh Hebat, terutama di bidang insfras-truktur, pendidikan, keseha-tan, dan akses ekonomi mas-yarakat.

"Paling lambat pada ta-hun 2021, permintaan mas-yarakat (melalui kepala desa) akan dipenuhi secara ber-tahap. Kita fokus pada pem-bangunan jalan dan fasilitas kesehatan," ungkap Nova Iriansyah selepas meresmikan Gedung SDN 4 Beutong, Desa Krueng Isep, Kecamatan Beu-tong, Nagan Raya, Sabtu 29 Desember 2018.

Sebelumnya, saat menin-jau penyelesaian pembangu-nan jalan di Ulee Jalan, Nagan Raya, Nova Iriansyah menye-but bahwa pembangunan tidak disesuaikan dengan ke-mauan, melainkan sesuai ke-butuhan untuk kemaslahatan masyarakat.

“Kita perlu membangun jalan berdasarkan apa yang dibutuhkan, bukan apa yang kita mau. Yang paling penting adalah geliat ekonominya,” kata Nova Iriansyah di Ulee Jalan, Nagan Raya, tahun lalu.

Menurut Nova, peninjau-an dilakukan agar dapat kepu-tusan terbaik dapat diambil

bersama jajaran terkait, agar pembangunan yang dilakukan tepat sasaran.

“Kunjungan dilakukan un-tuk melihat bukti di lapangan, bukan hanya di atas kertas. Da-lam kunjungan ini termasuk kita menyerap langsung aspirasi dari masyarakat,” kata Nova.

Pembangunan jalan di Ulee Jalan Nagan Raya ini mencapai panjang 30 kilome-ter. Pemerintah menargetkan jalan Ulee Jalan sebagai akses bagi penduduk untuk menuju ke Gunung Khong.

Akhir tahun lalu Nova menjelajah ke Desa Tanjung Pamar (Pameue), kawasan pa-ling terisolir di Dataran Tinggi Gayo.

Di sana, dia mengunjungi sejumlah sekolah, untuk meli-hat langsung penyelenggaraan pendidikan di daerah itu. Nova ingin memastikan jalannya pembangunan insfrastruktur di sana.

Namun sebelumnya, ia juga masuk ke Desa Pante Ara, Kecamatan Beutong, Nagan Raya, khususnya kawasan Kru-

eng Isep, yang selama ini san-gat jauh tertinggal.

Perjalanan demi perjala-nan yang ditempuh Plt Gu-bernur Aceh Nova Iriansyah sejalan dengan program pe-merintah pusat lewat program Komunitas Adat Terpencil (KAT), dari kementerian Sosial Republik Indonesia.

Komunitas Adat Terpen-cil (KAT) adalah sekumpulan orang dalam jumlah tertentu yang terikat oleh kesatuan geografis, ekonomi, dan/atau sosial budaya, dan miskin, ter-

pencil, dan/atau rentan sosial ekonomi. Program KAT dilaku-kan dalam rangka pember-dayaan sosial.

Tujuannya adalah men-jadikan warga negara yang mengalami masalah sosial agar berdaya, sehingga mampu me-menuhi kebutuhan dasarnya.

Program KAT dimulai dari Desa Sikundo, Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat. Pemerintah Aceh akan membangun 39 unit ru-mah komunitas adat terpencil di Desa itu. (**)

Mengenal Program KAT Pendukung Solusi Aceh Hebat

PEMERINTAH Aceh mem­fokuskan pemba ngunan di daerah­da erah terpen­

cil un tuk mendukung program Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang dicanangkan oleh

Kementerian Sosial RI.Program KAT dilakukan

dalam rangka pemberdayaan sosial. Tujuannya men jadikan warga negara yang mengalami masalah sosial agar berdaya,

sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.

Pemerintah Aceh mem­ulai Program KAT dari Desa Sikundo, Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh

Barat. Pemer­intah Aceh akan memba­ngun rumah komunitas adat terpencil di Desa itu.

Masih ada pengu­sulan daer­ah lainnya yang masuk KAT, namun belum dapat dipastikan. Walau begitu, pemerintah Aceh akan ter­us berupaya

melakukan pembangunan yang dapat menjadi akses uta­ma ekonomi masyarakat.

Beberapa waktu lalu Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengarahkan fokus kepada Pulau Banyak, kawasan wisata di Aceh Singkil yang nyaris ti­dak tersentuh pembangunan.

"Pemerintah Aceh fo kus pada pembangunan Aceh Singkil, dan lebih khusus lagi untuk Pulau Banyak," kata Nova saat berkunjung ke Pu­lau Banyak.

Tentu saja, fokus pada pembangunan Aceh Singkil adalah karena Aceh Singkil ma­sih termasuk daerah tertinggal pada tahun 2015­2019.

Solusi Aceh Hebat untuk Desa Terisolir menurut Kepala Bappeda Aceh Azhari, SE, Msi, antara lain adalah dengan meningkatkan akses atau konektivitas terhadap daerah terpencil.

“Kita akan menuntas­kan jembatan Kilangan, Aceh Singkil untuk menghubung­kan Kota Singkil – Kuala Baru

– Buloh Seuma – Trumon,” ung kap Azhari.

Selain itu, lanjutnya, Pe me rintah Aceh juga akan me lak sanakan pembangunan der maga untuk Pulau Banyak, me ngembangkan ekonomi ma sya rakat terpencil dan me ngembangkan pariwisata unggulan di Pulau Banyak.

“Kita akan kembangkan ecotourism, memberdaya­kan masyarakat di se kitar kawasan hutan dan me­ngembangkan produk ha sil hutan bukan kayu,” tam bah Azhari.

Dengan berbagai program yang diarahkan untuk men­gungkit ekonomi masyarakat tersebut diharapkan dapat makin memperbaiki ekonomi dan menggenjot pendapatan keluarga di Aceh.

Tentu hal tersebut hanya mungkin bila seluruh jajaran SKPA dan perangkat aceh lainnya segera berinovasi sesuai mandat dan kewenangan masing­ma sing, melaksanakan program Aceh Hebat. (**)

Page 10: Salam - ppid.acehprov.go.id fileDari 10 event prioritas itu sebanyak 3 event ma - suk kalender event wisata nasional. CoE 2019 adalah bagian dari target 20 juta wisman ke RI di tahun

Edisi 03/Tahun II/2019

10 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

LAPORAN KHUSUS

Perluas Pembiayaan Sektor Produktif dan UMKM

PLT. Gubernur Aceh, No­va Irian syah, meminta ke pada ma najemen Bank Aceh Syariah un­

tuk memperluas dan mening­katkan pembiayaan pa da sektor produktif, seperti membantu pendanaan untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Menurutnya, pemberian pembiayaan produktif pada UM­KM merupakan investasi pa da kekuatan ekonomi yang dimili­ki Aceh, dalam mengakselerasi perekonomian masya rakat.

Hal itu disampaikan Plt Gu bernur Aceh pada acara makan malam bersama jajaran pimpinan Bank Aceh Syariah dengan mitra kerja dan peme­gang saham pengendali, di Ho­tel Hermes Palace Banda Aceh, Minggu (24/3) malam.

Nova mengatakan, inves­tasi luar yang selama ini diha­rapkan Aceh dalam upaya men dongkrak perekonomian ti dak kunjung datang. Meski­pun puluhan MoU telah dilaku­kan dalam upaya memperoleh investasi. Karenanya, pada 2019 ini, ia meminta program Bank Aceh Syariah harus terar­ah pada investasi untuk kekua­tan sendiri yang dimotori oleh putra putri Aceh.

Karena itulah, Bank Aceh Syariah sebagai bank ke­banggan masyarakat Aceh ha­rus menjadi lokomotif untuk berinvestasi pada potensi eko­nomi yang dimiliki Aceh, yakni UMKM.

"Berinvestasipada ke­kua tan sendiri, investasi nya di UM KM dan investasi nya dila ­kukan untuk sekarang juga," ujar Nova.

Plt Gubernur menjelas­kan, dengan peran Bank Aceh Syariah mendanai dan mem­bantu sektor potensial masya­rakat Aceh itu, diharapkan mam pu memberikan multi­

plier effect. Seperti terbukanya lapangan pekerjaan, berkem­bangnya komoditas yang di­pro duksi oleh masyarakat Aceh serta meminimalisir dana Aceh keluar ke daerah lain.

Saat ini banyak komodi­tas yang dibutuhkan oleh mas­yarakat Aceh minim sekali bisa diperoleh di daerah sendiri. Hal itu disebabkan, usaha yang be­rada di Aceh tidak mampu men­cukupi kebutuhan masyarakat. Dengan peran Bank Aceh Sya­riah, kata Nova, diharapkan mampu mendong krak ekonomi dan kualitas UMKM.

"Itu Rp 17 triliun APBA, 44 persen terbang keluar Aceh. Kita untuk belanja telur saja, Rp 800 miliar setahun dan itu secara trending akan naik se­tiap tahunnya. Jadi mung kin sebentar lagi akan 1 triliun keluar dana ke Medan. Jadi ino­vasi semacam inilah (program kredit produktif) yang harus kita lakukan. Mudah­mudahan, Bank Aceh Syariah sebagai har­ta rakyat Aceh harus mampu jadi lokomotif," tuturnya.

Selain memperluas kred­it sektor produktif, Bank Aceh Syariah juga diminta melakukan konsolidasi internal. Langkah tersebut merupakan upaya un­tuk memperkuat pembangunan manajemen Bank Aceh Syariah.

Karenanya, nilai kekom­pakan harus ada mulai dari manajemen paling tinggi sam­pai dengan staf yang baru ma­suk. "Bagi saya semua yang ada di Bank Aceh adalah aset. Ti­dak ada atasan dengan bawah­an dalam profesionalisme per­

bankan. Karenanya, saling jaga perasaan satu dengan lain, dibutuhkan juga dalam sebuah bank," tegasnya.

Plt Gubernur juga berha­rap, Bank Aceh Syariah mam pu berbenah dalam hal sistem pe­layanan. Seperti mewujud kan sistem layanan digital da lam pros­es transaksi Bank Aceh Syariah.

Sebagai Pemegang Sa­ham Pengendali, ia meminta pihak bank daerah itu menjaga hubungan baik dengan semua stake holder dalam konteks profesionalitas.

Nova mengapresiasi ca­paian yang telah diperoleh Bank Aceh Syariah. Namun de­mikian, prestasi tersebut bisa saja dipandang relatif. "Jika bank lain mampu mengakse­lerasi lebih baik, maka kita

akan terasa jelek," ujarnya. Karena itulah, ia meminta

pihak Bank Aceh Syariah ber­hati­hati dalam mengelola kin­erja bank tersebut.

Dirut Bank Aceh Syariah, Haizir Sulaiman mengatakan prestasi yang diraih Bank Aceh Syariah selama ini merupakan kerja sama yang baik dengan mitra kerja, Pemerintah Aceh maupun kabupaten/kota.

Dari sisi pangsa pasar, Bank Aceh Syariah saat ini be­rada pada posisi sejajar dengan bank lain yang ada di Aceh. Dari sisi aset perbankan di Aceh, aset Bank Aceh Syariah men­guasai 42 persen pangsa pasar yaitu Rp 23 triliun, dari semua aset bank yang ada di Aceh.

"Walaupun secara kes­eluruhan prestasi yang kita

raih baik, dalam persaingan kita tidak boleh bersenang diri. Karenanya keluarga Bank Aceh Syariah harus melaku­kan reformasi besar­besaran," harap Haizir.

Bank Aceh Syariah, kata Haizir, akan melakukan trans­formasi pada tiga bidang. Di­an taranya bidang budaya, me­nurutnya pola kerja oleh setiap karyawan dan direksi Bank Aceh Syariah harus diubah.

"Terkait budaya pola ker­ja kita harus keluar dari ken­yamanan, out of the box. Se­lanjutnya, transformasi bisnis. Kemudian transformasi pada tampilan karyawan, menurut­nya tampilan karyawan bank daerah itu harus setara den­gan bank lain, termasuk bank nasio nal," jelasnya. (ms)

Bank Aceh Diminta Lahirkan Pengusaha UMKM

PARA pengusaha Aceh berharap ke­ber pi ha kan Bank Aceh Sya riah (BAS)

un tuk pem biayaan usaha mi kro kecil dan me ne ngah (UKM) sekaligus menghadir­kan be berapa training cen ter untuk menciptakan pe ngusaha­pengusaha baru yang men dukung visi dan misi Gubernur Aceh.

Langkah ini dalam upaya membantu usa ha

Pemerintah Aceh menuru­kan angka ke miskinan dan pengangguran di Aceh, yaitu rakyat pelaku di dunia usa­ha, khu sus nya di usaha kecil dan menengah.

“Bank Aceh Syariah ha rus men jadi soko guru eko nomi da lam rangka mempercepat pengurangan ang ka ke mis kinan dan pe ng­ang guran Aceh,” ujar Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Ban da Aceh, Mak mur Budi­man SE.

Direktur Utama PT Mak mur Inti Sawita, juga menyam pai kan hal itu pada pertemuan dan pengarahan pemegang sa ham pengen­dali dengan pejabat ekseku­tif Bank Aceh Syariah yang dihadiri Plt.Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, bersama Di­rut Bank Aceh Syariah, Hai­zir Sulaiman, serta kalangan dunia usaha di Hotel Kyriad Muraya, Kamis (14/2).

Langkah itu sinergi dengan dorongan reformasi di tubuh Bank Aceh Syariah plus dorongan tumbuhnya

pengusaha­pe ngusaha UKM. Semua ini diharapkan dapat menjadi skema ba gi men­gurangi angka ke miskinan di Aceh. Langkah baru ini se padan dengan kebija­kan Bank Indonesia yang mengha ruskan pembiayaan UKM dan sektor riil menjadi 20 persen.

Menurutnya, ketika proses konversi Bank Aceh menjadi sya riah terjadi, Bank Aceh juga diharapkan dapat membawa dam pak positif pada seluruh aspek kehidu pan ekonomi dan so­sial masyarakat.

Dengan menjadi bank sya riah, Bank Aceh bisa menjadi salah satu titik episentrum pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah yang optimal.

Bank Aceh Syariah mestilah hadir bagi rakyat dengan dukungan pem­biayaan produktif yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya sektor ekonomi yang dike lola oleh kalangan pengusaha Aceh, baik di kota maupun di desa.

Ini penting dan mende­sak diwujudkan. Ala sannya, Plt. Gubernur Aceh sebagai pemegang saham pe ngen­dali telah mengambil lang­kah­langkah kon krit untuk me ma jukan ekonomi Aceh, salah satunya membuka Ka­wasan Industri Aceh (KIA) di Ladong, Aceh Besar.

“Pihak direksi dan staf Bank Aceh Syariah wajib menyahuti kebijakan Pemer­intah Aceh dan Bank Indo­nesia. Sekaligus mindset zona aman Bank Aceh sudah mesti diubah secara progre­sif,” sebutnya.

Untuk disadari, di era distruptif sekarang, tidak ada lagi zona aman di dunia bisnis. Bayangkan, tiba­ti­ba muncul Go­Jek, yang mendistrupsi perusahaan transportasi mo del konven­sional. Airbnb yang tidak punya mobil apalagi hotel tapi bisa memanage seluruh dunia. Bank Aceh Sya riah juga sudah harus bersaha­bat dengan perkembangan ekonomi era digital, dengan begitu sudah keha rusan

Bank Aceh melakukan per­cepatan digitalisasi.

Makmur Budiman sebagai pengusaha dan masyarakat juga men­yarankan Bank Aceh mem­perbanyak kantor kas dalam menciptakan pusat­pusat pertumbu han di daerah pedesaan dan pesisir yang selama ini tidak tersentuh oleh bank nasional.

Bank Aceh juga harus meman faat kan berlimpah nya dana desa, sekaligus menjem­put keinginan masyarakat di pede saan dan pesisir dalam menciptakan multiplier efek untuk tumbuh sentra­sentra eko nomi baru.

“Bank Aceh Syariah perlu meng inventarisir dan menjemput UMKM yang telah tumbuh dan akan tumbuh un tuk men de ngar keluhan­keluhan mereka dalam rang ka mensi asati keinginan Gubernur Aceh untuk membangun Aceh de ngan kola borasi antara pemerintah dan investor dalam rangka fokus UMKM,” katanya. (ms)

Mak mur Budiman, SEKetua ISEI Cabang Banda Aceh

Page 11: Salam - ppid.acehprov.go.id fileDari 10 event prioritas itu sebanyak 3 event ma - suk kalender event wisata nasional. CoE 2019 adalah bagian dari target 20 juta wisman ke RI di tahun

Edisi 03/Tahun II/2019

11AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

LAPORAN KHUSUS

Pasar Tani Menarik Minat Belanja dari Masyarakat

BAGI kaum ibu, menghabis kan pagi dengan berbelanja sayur­mayur dan

kebutuhan dapur lainnya menjadi hal biasa. Rutinitas itu bahkan seringkali tak bisa ditinggal kan, bahkan oleh perempu an seperti istri gubernur dan wakil guber­nur sekalipun.

Memang, sesibuk apa­pun, kodrat dan kewajiban perempuan untuk tetap mengurus rumah tangga

hing ga ke urusan dapur. Rabu (20/3) pagi

adalah hari yang teduh. Langit mendung dan tak ada desir angin. Saat itu, Dyah Erti Idawati, istri Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, menyempatkan waktu untuk berbelanja di Pasar Tani yang digelar oleh Dinas Pertanian dan Perke­bunan Provinsi Aceh di Jalan T. Panglima Nyak Makam, kawasan Ie Masen, Banda Aceh

Lebih dari sejam Dyah Erti berbelanja, memborong belanjaan, makanan olahan hingga sayuran.

Dyah datang pukul 09.00 Wib pagi. Begitu tiba, ia singgah di Dapur Bu Dyah, sebuah stand yang menjual aneka makanan olahan basah. Ada ragam makanan yang dijual di sana.

Ia membeli sebungkus dimsum. Pada beberapa stand lain yang disinggahi, Dyah membeli berbagai saji­

an yang diantaranya adalah olahan bandeng fresto serta bakso daging.

Usai dari stand yang menyajikan makanan, Dyah kemudian mengunjungi stand yang menjual sayuran. Ia membeli ragam sayur kebutuhan dapur seperti cabai, bayam, lemon dan berbagai sayuran lain.

Dengan cekatan ia me milih sendiri cabai dan meletakkan sendiri di atas timbangan.

Suwandi, salah seorang petani cabai yang dagangan­nya dibeli Dyah, menyebut­kan cabai yang ia jual berjenis agrodike. Ia menga­ku, hasil taninya bebas dari bahan kimia, atau tanaman organik.

“Kita sudah uji residu dan cabai jenis agrodike ini kimianya 0 persen,” kata Suwandi. Ia menanam cabai tersebut di kawasan Limpok, Darussalam, Aceh Besar. Selain cabai, Suwandi juga menjual terong.

Dyah, usai berbelanja menyebutkan berbelanja di Pasar Tani sama dengan ber­belanja di pasar lain pada umumnya di Aceh.

Di sana, para petani yang sebagiannya merupa­kan binaan Distambun Aceh bisa menjual langsung hasil taninya kepada pembeli dengan harga tinggi. Yang pas ti, aneka sayuran yang dijual masih begitu segar.

Dyah sudah dua kali menyambangi Pasar Tani

Distambun Aceh. Berbeda dengan pada kunjungan pertama, kali ini, kata dia, para pembeli dan penjual bertambah ramai.

“Pasar Tani ini menarik minat belanja cukup tinggi dari masyarakat. Selisih har­ga dengan yang di Pasar juga cukup tinggi,” ujar Dyah.

Sebagai contoh, harga telur dijual di Pasar Tani se­harga Rp 32 ribu per papan­nya. Sementara di pasaran, harga telur bisa mencapai Rp.38 hingga Rp 40 ribu per papannya.

“Kita mengharapkan Dinas Pertanian bisa men­support Pasar Tani ini secara lebih besar sehingga masyarakat bisa memper­oleh kebutuhannya dengan har ga lebih murah,” harap Dyah.

Pasar Tani yang berada tepat di sebelah Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh sejatinya merupakan deretan stand berjumlah 16 tenda.

Pemerintah Aceh me­lalui Distanbun Aceh meng­gelar pasar murah tersebut dua kali selama satu bulan yaitu pada pekan pertama dan ketiga pada tiap bulan­nya.

Pemerintah berharap, dengan adanya Pasar Tani tersebut dapat meningkat­kan nilai jual petani. Semen­tara bagi masyarakat bisa tercukupi kebutuhan rumah tangga dengan harga sedikit lebih murah. (*)

Pemberian Gadget Pada Anak Harus Selektif

DI era globalisasi ini, tek­no logi kian tumbuh begitu pesat. Seperti smartphone, ia tidak hanya diakses oleh kalangan dewasa saja, na­mun juga oleh anak­anak di bawah umur. Pengaruh dari teknologipun tidak ha­nya bersifat positif, bahkan juga dilanda sisi negatif­nya.

Oleh sebab itu, orang tua harus lebih selektif dalam memberikan akses teknologi smartphone ke­pada anak­anaknya.

Hal tersebut dis­ampaikan oleh Dyah Erti Idawati, istri Pelaksana Tugas Gubernur Aceh yang juga Wakil Ketua Tim Peng­gerak PKK Aceh pada acara tasyakkur dan wisuda mu­rid MIN 6 Model, di Banda Aceh, Sabtu (13/4).

“Terutama ini kita hid­up di era globalisasi, dima­na teknologi menjadi tolak ukur yang pertama. Kondisi teknologi ini sangat harus kita waspadai. Saya meng­ingatkan bahaya gadget (HP), dimana disitu meny­usup pornografi. Sehingga

merusak akhlak anak kita,” ujar Dyah.

Kendati demikian, Dyah mengajak para orang tua untuk bersyukur karena telah menyekolahkan anak­nya di MIN Model tersebut.

Sebab, anak­anak disekkolah tersebut telah ditabalkan didikan dasar tentang Islam sesuai den­gan kandungan Al­Quran.

“Usai wisuda ini, tingkatkan terus semangat membaca Al­Quran dan tegakkan shalat lima wak­tu. Dengan begitu, maka spirit Al­Quran akan men­yatu di dalam diri anak­anak kami sekalian,” imbau Dyah kepada anak­anak MIN tersebut.

Dyah berharap, anak­anak yang akan melanjut­kan pendidikan menengah pertama itu, dapat menjadi pilar utama dalam mem­perkuat Syariat Islam di bumi Serambi Mekkah.

Komite Sekolah MIN Model Banda Aceh, Mukh­lis, mengatakan dari 246 murid yang diwisudakan, hanya 98 murid lagi yang

belum menetapkan pendi­dikan lanjtan di level seko­lah menengah pertama.

Selain itu, kata Mukh­lis, pihaknya juga akan memberikan penghargaan kepada murid berprestasi baik pada ajang daer­ah maupun nasional.

Menurutnya, dalam kurun waktu setahun terakhir banyak anak MIN Model yang meraih juara diberb­agai event. Baik event yang diselenggarakan oleh Universitas maupun tem­patlainnya.

Dalam kesempatan

itu, ia mengajak semua pihak terutama wali mu­rid untuk mempersiapkan anak­anaknya menyam­but masa depan. Kepada seluruh murid, ia berpesan untuk tetap semangat menghadapi ujian nasional dalam waktu dekat ini.(*)

Page 12: Salam - ppid.acehprov.go.id fileDari 10 event prioritas itu sebanyak 3 event ma - suk kalender event wisata nasional. CoE 2019 adalah bagian dari target 20 juta wisman ke RI di tahun

Edisi 03/Tahun II/2019

12 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

AKTUALITA

Disperindag Aceh Fokus Latih Pelaku UMKM

DINAS Perindustrian dan Per dagangan (Disperin dag) Aceh, fokus melakukan

pe latihan kepada sejumlah pelaku Usaha Mikro Ke­cil dan Menengah (UKM), sehing ga hasil yang dipro­duksi tersebut bisa dipasar­kan dengan baik.

Kepala Dinas Perindus­trian dan Perdagangan Aceh, Muhammad Raudhi, menga­takan, pelatihan yang dilaku­kan tersebut dilakukan agar nantinya para pelaku industri bisa tumbuh dengan baik.

“Pelatihan yang diber­ikan itu contohnya sep­erti ini, misalkan tentang bagaimana mengolah ikan bisa menjadi bakso, serta sejumlah pelatihan lainnya yang dilakukan agar para pelaku industri bisa berkem­bang dengan baik,” ujarnya.

Muhammad Raudhi

menambahkan, selain itu pi­haknya juga telah berkomu­nikasi dengan pihak terkait, seperti Angkasa Pura, Pelin­do, KSOP dan instasi lainnya untuk mendukung kegiatan ekspor dan impor.

Apabila proses ekspor telah berjalan dengan baik, maka seluruh barang yang telah dihasilkan oleh pelaku UKM, bisa mendapatkan pa sar yang sesuai target dan te­pat, sehingga tidak pelaku UKM yang mengalami kerugian.

“Kita berkomitmen untuk meningkatkan pere­konomian Aceh, maka berb­agai upaya telah kita lakukan agar hasil produksi yang ada di Aceh, bisa mendapatkan pasar yang sesuai dengan diharapkan,” tuturnya.

Disperindag Aceh berharap pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) di Aceh dapat memiliki ide­ide kreatif dan juga mengadopsi pola promosi yang dilakukan in dustri besar untuk mem­perkenalkan produk ke pasar.

"Salah satu cara agar produk IKM itu bisa bersaing dan juga mendapat tempat dihati konsumen adalah dengan promosi dan untuk itu perlu ide­ide kreatif serta melibatkan aktor yang dike­nal," kata Kepala Dinas Perin­dustriaan dan Perdagangan Aceh, Muhammad Raudhi.

Ia menjelaskan untuk memasarkan produk IKM maka perlu adanya pen­ingkatakan promosi baik dengan menggunakan jasa para aktor yang ada di Aceh

khususnya agar produk­pro­duk yang dijual tersebut mudah dikenali pasar.

"Memang selama ini belum banyak IKM Aceh yang memanfaatkan pro­mosi produk dengan meng­gunakan jasa aktor. Padahal dengan menggunakan aktor atau artis lokal misalny juga akan memberikan dampak positif untuk mendongkrak

penjualan," katanya.Menurut dia dalam

strategi pemasaran produk, setiap IKM juga harus mam­pu memanfaatkan perkem­bangan teknologi untuk melebarkan promosi setiap produknya melalui media sosial dan juga media.

"Kemaslah dengan baik isi kontennya sehingga saat masyarakat melihat tertarik untuk membeli produk dari IKM tersebut," katanya.

Disperindag Aceh juga akan memberikan dukungan promosi dan juga peningka­tan sumber daya manusia pelaku IKM yang ada di provinsi ujung paling barat

Indonesia itu agar mampu bersaing di pasaran.

Raudhi menambahkan untuk mempromosikan produk IKM asal provinsi berpenduduk sekitar lima juta jiwa itu, pihaknya juga akan mempromosikan pro­duk­produk melalui pameran yang digelar baik dalam dan juga luar negeri.

Pihaknya meyakini den­gan gencarnya promosi yang dilakukan oleh Disperindag Aceh khususnya dan para pelaku usaha, maka akan memberikan dampak positif untuk meningkatkan pangsa pasar dan juga penjualan produk IKM Aceh. (ms)

Muhammad Raudhi Kepala Dinas Perindustrian

dan Perdagangan AcehSertifikasi Halal Produk IKM

Sangat PentingDINAS Perindustrian dan Perdagangan Aceh pada ta hun 2019 menargetkan akan memfasilitasi 67 In-dustri Kecil Menengah (IKM) di daerah itu guna me ningkatakan pengem-bangan produk dan pe-masaran.

"Fasilitasi yang dibe-rikan ini diantaranya pen-daftaran produk dan juga mengurus sertifikasi halal untuk produk yang dihasil-kan IKM serta izin edar," kata Kadis Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Mu hammad Raudi.

Ia menjelaskan fasili-ta si yang diberikan Peme-rintah Aceh tersebut me-ru pa kan bagian untuk me ning katkan daya saing pro duk IKM yang ada se-hing ga mudah diterima oleh pasar lokal dan juga na sional nantinya.

Menurut dia, program fasilitasi untuk IKM terpi-lih tersebut akan dilaksa-nakan oleh Disperindag Aceh sesuai dengan kebu-tuhan dan perkembangan masing-masing IKM yang masuk dalam program pen dampingan tersebut.

"Artinya, kita akan me-ningkatkan masing-mas-ing IKM yang ada di Aceh sesuai dengan kebutuhan, jika mereka belum memili-ki sertifikasi halal maka ini akan difasiltiasi. Sertifikasi halal produk IKM juga san-gat penting karena ini juga merupakan sebuah jaminan bagi konsumen," katanya.

Pihaknya berkomit-men untuk mendukung pe-ngembangan IKM yang ada di Aceh sehingga mampu berkembang dan bersaing dengan produk-produk lain nya baik di lokasl dan

juga nasional."Berkembangnya IKM

diberbagai sektor akan mem -berikan dampak positif dalam meningkatakan kesejahter-aan dan menyerap tenaga kerja, karena itu Pemerintah Aceh akan memberikan du-kungan untuk kemajuan IKM," katanya.

Ia menambahkan da - lam meningkatakan pe-ngem bangan IKM, Peme-rintah Aceh juga akan me ningkatkan sumber daya manusia sehingga produk yang dihasilkan memili-ki mutu dan kualitas yang mam pu bersaing di pasaran.

"IKM berkontribusi be sar untuk meningkat-kan pertumbuhan ekonomi ma syarakat dan daerah sehingga sektor ini menjadi perhatian besar oleh Pe-merintah Aceh khususnya," katanya. (**)

Kopi Gayo Yang Menjanjikan"Kopi bagi masyarakat

Gayo adalah "Tudung Payung," penopang utama perekonomi­an. Sebagian besar penduduk Gayo adalah petani, meski­pun mereka ada yang men­jadi pegawai negeri Sipil dan swasta, tetapi tetap menggena­pi hidup dari hasil perkebu­nan kopi. Tanah Gayo adalah penghasil kopi jenis Arabika terbesar di Indonesia dengan produksi rata­rata 60 ribu ton lebih pertahun dari areal selu­as 70 ribu hektar lebih. Arabi­ka Gayo telah tersohor di berb­agai belahan dunia, terutama Amerika dan Eropa".

Petikan tulisan di atas merupakan sambutan Nova Irian syah, ketika masih menja­di anggota DPR­RI, pada buku kumpulan puisi "Secangkir Kopi" tahun 2013. Sambu­tan itu mempertegas apabila "Kopi" di Gayo sangat penting, karena selain nilainya juga menjadi salah satu tanaman ung gulan yang dimiliki Aceh, sehingga Nova Iriansyah, kini menjabat Pelaksana Tugas Gu­bernur Aceh, terus mendorong

kopi Arabika Gayo mendapat pasar maksimal di seluruh dunia, selain dapat menjadi us­aha baru bagi generasi muda di Aceh, juga di Indonesia.

“Potensi kopi Gayo harus benar­benar dimanfaatkan un­tuk kemaslahatan masyarakat. Ekonomi kopi Gayo harus ban­gkit bukan saja di tanah Gayo, melainkan juga di luar daerah, seperti Jakarta,” kata Plt Gu­bernur Nova Iriansyah.

Keinginan Nova sangat tepat mengingat Kopi Arabika Gayo mendapat tempat khu­sus, baik aroma dan cita rasa khas yang membedakannya dengan kopi dari belahan dun­ia manapun, dan tentu, yang lebih penting di Gayo berkebun Kopi sudah menjadi tradisi se­hingga kondisinya terawat dan produksi kopi secara kualitas dan kuantitas tetap terjaga.

Catatan pengamat kopi dan pelaku ekonomi Muham­mad Syukri menyebut, Aceh Tengah adalah salah satu pengekspor kopi arabika ter­besar terutama ke Amerika Serikat yang mencapai 3,15

juta Kilogram dari 3,42 juta Ki­logram total ekspor sepanjang Januari hingga Juni 2014 silam, namun kini terus meningkat.

Sehingga, melihat geliat Kopi sangat tajam, pemerin­tah Aceh mengambil langkah dengan membentuk kawasan ekonomi khusus Gayo­Alas untuk mengembangkan per­ekonomian berbasis kopi, in­dustri kreatif, dan pariwisata.

"Jadikan kopi sebagai bagian integrated tourism, de ngan menggabungkan nya ber sama industri kreatif. Ini devisa negara yang paling efektif dan ramah lingkungan, itu adalah pariwisata,” pinta Nova.

Kopi Gayo, menurut No va, bisa dikelola dengan perspektif budaya, ekonomi kreatif, pariwisata dan pen­didikan. Se cara geografis, ka­wasan dataran tinggi Gayo juga mendu kung, dengan udara yang sejuk dan pemandangan Danau Lut Tawar seluas 5.472 hektare, akan membuat wisa­tawan betah.

“Pengembangan kopi ini

tidak merepotkan pemerintah, perbankan ikut mendukung sinergi ini,” ujar Nova.

Geliat ekonomi kopi saat ini memang tidak tak terhen­tikan, apalagi gaya hidup dan keseharian generasi milenial ikut bicara trendi kopi.

Bahkan kerap melakukan ngopi bareng di cafe atau cof­fee shop, lalu kongkow­kong­kow sambil ngutak­atik smart phone. Tren ini diyakini se bagai salah satu pendorong konsumsi kopi terus melejit dari tahun ke tahun.

"Konsumsi kopi dunia meningkat cukup tajam, ra­ta­rata 1,7 kg per kapita per tahun. Begitu pula konsumsi kopi di Indonesia, meningkat rata­rata lebih dari 7 persen per tahun," kata Direktur Edu­kasi Ekonomi Kreatif Bekraf, Poppy Savitri tahun lalu.

Peluang inilah yang di­maksud Nova Iriansyah se­bagai geliat ekonomi kopi yang menyentuh langsung untuk kemaslahatan masyarakat, un­tuk itu anak­anak muda harus tekun berusaha dan bekerja,

sebab saat ini dunia usaha menjadi trendi hebat dikalan­gan generasi muda.

Saat ini, seperti dilansir Badan Pusat Statistik, produk Kopi Gayo, semakin diminati, yang terlihat dari peningkatan ekspor sebesar 85,71 persen pada semester I 2018 diban­ding periode yang sama tahun 2017.

Kepala Badan Pusat Statistik Aceh, Wahyudin, men­gatakan terjadi pertambahan nilai sekitar 15 juta dolar AS lebih dari satu komoditas ek­spor itu, melalui pelabuhan di luar Aceh.

"Semester I 2017 tercatat 17,5 juta dolar AS, sedangkan di semester I tahun 2018 32,5 juta dolar AS. Sementara nilai ekspor kopi melalui pelabuhan di Aceh sendiri hingga semes­ter I 2018 baru 252 dolar AS," katanya.

Dikatannya, kopi yang ma suk ke dalam kelompok komoditas non­migas bersa­ma teh, dan rempah­rempah, diekspor melalui Pelabuhan Belawan di Sumatera Utara. (*)

Page 13: Salam - ppid.acehprov.go.id fileDari 10 event prioritas itu sebanyak 3 event ma - suk kalender event wisata nasional. CoE 2019 adalah bagian dari target 20 juta wisman ke RI di tahun

Edisi 03/Tahun II/2019

AcehInfo 13

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

AKTUALITA

Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi Belum Semua Gampong Terjangkau Jaringan 3G

KEPALA Bidang La ya­nan E­Government Di nas Komunikasi, Informatika dan Per­

sandian (Diskominsa) Aceh, Hendri Dermawan S.Kom mengatakan, untuk pengem­bangan sebuah aplikasi berba­sis website harus melihat dulu dengan lokasi desa (gampong) di Aceh, karena hingga saat ini belum semua gampong terjangkau jaringan 3G 100 persen, bahkan ada beberapa gampong yang kualitas signal­nya masih 2G.

"Kalau bicara untuk membangun aplikasi berbasis website, Posyandu ini yang be­rada di kampung sudah pasti tidak bisa dipakai juga, kecuali kita bangun aplikasi berbasis SMS karena kualitas signalnya masih jaringan 2G, jadi jangan dibandingkan daerah Pulau Jawa," jelasnya.

Hal itu disampaikan Hendri Dermawan pada perte­muan koordinasi dan pelati­han tingkat provinsi untuk sis tem informasi kesehatan terintegrasi di tingkat posyan­du dalam upaya penguatan sistem informasi kesehatan terintegrasi pengelola data kesehatan Aceh.

Untuk kebutuhan pro­gram pencegahan dan pen­anganan malnutrisi stunting, ju ga dirangkum dengan pelatihan fasilitator yang mampu menggunakan ap­likasi yang dibuat oleh Unicef bekerja sama dengan Perkum­pulan Flower Aceh, Rabu (27/3/2019).

Hendri juga menjelaskan harapan untuk membangun aplikasi bagi Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) harus dilihat dulu kewenangannya.

Dasar hukumnya yang jadi rujukan salah satunya UU Nomor 23 tahun 2014, disebutkan penyelenggara e­Government itu tupoksinya kewenangan Kominfo dan itu urusan wajib non pelayanan dasar.

"Kalau urusan wajib se­benarnya Organisasi Perang­kat Daerah (OPD) lain tidak bisa lagi, dia harus berkoordi­nasi," imbuhnya.

Hendri mengaku masalah kendalanya telekomunikasi di Aceh belum maksimal itu juga masih kewenangan pusat, bukan kewenangan provinsi dan kabupaten/kota.

Jadi urusan Kominfo itu Post Data Telekomunikasi, Informasi Komunikasi Pub­lik (IKP) dan E­Government, sedangkan yang diturunkan ke daerah itu cuma dua, jadi telekomunikasinya itu murni kewenangannya pusat.

"Jika mau menaikan jaringan 2G ke 3G itu di kewenangan pusat dan kita harus dongkrak pusat agar menyetujuinya," sarannya.

Hendri juga mengajak untuk berpedoman kepada PP Nomor 18 tahun 2016 tentang perangkat daerah pasal 120, disebutkan dalam rangka meningkatkan efek­tivitas, efisiensi, dan kualitas pelayanan kepada masyarakat, Perangkat Daerah secara bertahap menerapkan sistem informasi yang terintegrasi antar kabupaten/kota, provin­si, dan Pemerintah Pusat dengan menggunakan infra­struktur dan aplikasi secara berbagi pakai.

Penerapan sistem infor­masi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikonsultasikan kepada kementerian yang menyelenggarakan Urusan Pe­merintahan di bidang komuni­

kasi dan informatika."Ini juga menjadi buk­

ti bahwa SKPA di provinsi dan kabupaten kota harus berkoordinasi dengan Komin­fo dan diatur dalam Permen Kominfo Nomor 14 Tahun 2106 yang menyatakan infra­struktur dasar data center, server itu urusan kominfo bukan dinas lain," tuturnya.

Hendri menyarankan aplikasi Posyandu sebaikn­ya di­include dengan sistem informasi gampong karena harus sesuai dengan peratur­an dan terintegrasi dengan Sistem Informasi Aceh Ter­padu (SIAT) dimana setiap pengeluaran informasi melalui satu pintu.

Sementara, Dr Suci dari Unicef Jakarta mengatakan, Unicef sangat konsern dengan kesehatan ibu dan anak teru­tama masalah malnutrisi dan stunting. Penanganan masalah

itu sudah ada di Posyandu terdekat.

Suci menyebutkan sistem informasi posyandu ada 2, diantaranya pelaporan indikator bulan dan penilaian strata posyandu tahunan yang dilakukan oleh bidan desa.

Melihat sistemnya seka­rang, Suci menyebut, masih dijalankan secara manual yang bisa berisiko terjadi human error yang tinggi, tidak akurat dan konsisten.

"Maka efeknya berjen­jang sampai nasional dan ini jadi perkara tidak habis­ha­bis," keluhnya.

Unicef, lanjutnya, menco­ba mengembangkan aplikasi tersebut sesederhana mungkin.

"Sebenarnya simple, kami mendigitalkan formulir mengolah data secara online dan ofline dengan sistem Open Data Kit (ODK). Penilaian ta­hunan dan pelaporan bulanan bisa digunakan secara online dan bisa juga digunakan se­cara offline yang akan terkirim nantinya pada saat internet tersambung," jelasnya.

Suci juga menyebutkan ada sistem SMS Rapidpro sebagai sistem pengingit imunisasi otomatis. Kader bisa memasukkan data bagi bayi yang baru lahir dengan cara ketik reg kirim ke 93456.

Begitu didaftar, orang tua dapat mengingat jadwal imu­nisasi yang dihitung dengan tanggal bayi lahir dan dash­board online untuk visualisasi data dan pemantauan kinerja.

"Aplikasi ini sekarang masih di server Unicef setelah pertemuan ini kita harus dikembalikian ke server yang sesuai dengan peraturan," katanya. (**)

Diskominfo Aceh Ikrar 'Aku Siap Netral' dalam Pemilu

KEPALA Dinas Komu-nikasi, Informatika dan Persandian Aceh, Marwan Nusuf memi-

mpin apel pembacaan Ikrar Aku Siap Netral (ASN) dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2019.

Apel yang diikuti para Aparatur Sipil Negara (ASN) dinas tersebut, ber-langsung di halaman Kantor Diskominfo Aceh, Jumat (29/3/2019) pagi.

Marwan Nusuf memb-acakan lima butir ikrar yang diikuti oleh seluruh aparatur sipil negara yang bertugas di Diskominfo Aceh disaksikan oleh T. Yasser Kurnia dari Panitia Pengawas Pemilihan (Panwaslih) Aceh.

Adapun lima butir ikrar itu adalah:

Pertama, tetap kon-sisten menjaga netralitas dengan tidak membuat

keputusan atau melakukan tin dakan yang menguntung-kan atau merugikan peserta pemilu tertentu.

Kedua, tidak mengada-kan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terha-dap peserta pemilu sebelum, selama dan sesudah masa kampanye.

Ketiga, tidak menggu-na kan fasilitas maupun ang garan Pemerintah dan Pemerintah Daerah bagi kepentingan kampanye pe-serta pemilu tertentu.

Keempat, ikut bersinergi dengan Panitia Pengawas Pemilihan Umum Aceh dalam mendorong penye-lenggaraan pemilu yang jujur, adil dan bermartabat di lingkungan Dinas Komunika-si, Informatika dan Persand-ian Aceh.

Kelima, tidak menye-barkan ujaran kebencian, berita yang tidak jelas atau fitnah dan hoax yang

dapat menguntungkan atau merugikan peserta pemilu tertentu.

"Memang sebuah ketentuan yang mengharus-kan kita selaku ASN berada pada garis netral. Tidak ada garis ke bijakan lain, apabila melakukan kebija kan yang berbeda tentu ada sanksin-ya,” tegas Marwan Nusuf.

Menurutnya, pemerin-tah daerah di Aceh melalui Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) termasuk Diskominfo mempunyai kewajiban untuk mengingatkan ASN dan para pejabat untuk berada dalam posisi netral dalam proses Pemilu serentak 2019.

Kendati demikian, Marwan Nusuf juga meng-ingatkan agar setiap ASN tidak me ninggalkan hak pi-lihnya sebagai warga negara di pesta demo krasi 17 April 2019 mendatang.

“Nasib bangsa ke depan sangat ter gantung

pada pilihan kita hari ini. Mu dah-mudahan hak pilih yang digunakan nanti akan menentukan garis kebijakan bangsa kita,” ungkapnya ser-aya me nambahkan, para ASN yang melanggar dari ketentu-an ikrar akan diberikan sanksi sesuai kesalahannya.

Untuk itu, Panitia Pengawas Pemili han Aceh akan menindaklanjuti sesuai dengan kesalahan yang dila-

kukan.“Apa pun pelanggaran

itu, saya pikir sudah diatur dalam mekanisme sanksi yang diberikan,” jelasnya.

Diharapkan komitmen ikrar ASN ini dapat menjadi acuan untuk meng ingatkan ASN secara terus-menerus, sehingga tidak ada satu pun aparatur Pemerintah di Dis-kominfo Aceh yang melang-gar keten tuan. (**)

Page 14: Salam - ppid.acehprov.go.id fileDari 10 event prioritas itu sebanyak 3 event ma - suk kalender event wisata nasional. CoE 2019 adalah bagian dari target 20 juta wisman ke RI di tahun

Edisi 03/Tahun II/2019

14 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

BUDAYA

Pemerintah Perlu Lestarikan Produk Kerajinan Khas AcehWAKIL Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Aceh, Dyah Erti Idawati, meng­atakan pemerintah perlu mele­starikan produk kerajinan bor­dir sebagai salah satu kerajinan khas Aceh.

Hal tersebut ia sampaikan dalam pelatihan Peningkatan Di versifikasi Produk Bordir Desa Ie Meulee Kecamatan Su­ka Jaya Kota Sabang, Jumat

(29/3/2019).Namun demikian, ujar Dyah,

produk bordir khususnya di Kota Sabang masih memerlu kan berb­agai peningkatan baik dari sisi kualitas desain, teknik penger­jaan, penempatan motif, perpad­uan warna serta pemilihan kuali­tas bahan yang digunakan.

“Sabang ini salah satu sentra kerajinan bordir. Untuk mengatasi permasalahan ini,

Dekranasda Aceh kita berikan pelatihan diversifikasi bordir,” kata Dyah.

Dyah menyatakan, dirinya sangat yakin dengan potensi produk bordir di Sabang untuk dikembangkan menjadi aneka produk kerajinan yang dapat lebih bersaing di pasar nasional bahkan internasional.

Dyah menambahkan, in­dustri kerajinan termasuk salah

satu dari 16 bidang industri kreatif yang sangat potensi­al untuk terus dikembangkan, karena memberi kontribusi besar terhadap pertumbuhan eko nomi. Tingginya minat pa­sar internasional terhadap pro­duk industri kerajinan Indone­sia, ujar Dyah sungguh sangat menggembirakan.

“Karena produk kerajinan kita memiliki sentuhan seni dan budaya dengan cita rasa yang tinggi dan sederet keunikan lainnya,” kata Dyah.

Melihat peluang terse­but, Dyah menyebutkan, tidak tertutup kemungkinan kesem­patan bagi produk kerajinan bordir yang ada di Kota Sabang untuk memasuki pasar yang lebih luas. “Tentu saja dengan memperhatikan desain, kuali­tas dan harga yang dapat ber­saing,” sebutnya.

Ketua Dekranasda Kota Sabang, Mita Andriani, men­gatakan, usai pelatihan itu, para perajin bordir bisa men­jadi lebih mandiri baik secara perseorangan maupun kelom­pok sehingga berdampak pada peningkatan ekonomi dan kes­ejahteraan.

“Ibu memiliki peran yang sentral dalam sebuah keluar­ga. Selain harus mengurus kel­uarga, seorang ibu juga harus memiliki ketrampilan yang da­

pat membantu perekono­mian keluarga. Pelatihan ini meru pakan momentum bagi ma syarakat kota Sa­bang ter utama para pera­jin di De sa Ie Meulee un­tuk dapat menambahkan pengetahu an dan kreatifit­as,” ujar Mita Andriani.

Ada beberapa desain motif bordir yang didesain oleh warga Sabang yang te­lah mendapat sertifikasi oleh Direktur Kekayaan Republik Indonesia Kementerian Hu­kum dan Hak Asasi Manusia.

Salah satunya adalah Motif Bungong U yang dicip­takan oleh Kudus Nazardy. Ia adalah anggota Dekranas­da Kota Sabang.

Mita berharap usai pe­latihan akan lahir motif­mo­tif lain yang nantinya juga bakal mendapat pengakuan sebagai salah satu motif ke­kayaan asal Sabang.

Fitriani, salah seorang perajin asal Ie Meule, men­gatakan pihaknya mengha­rapkan dukungan Pemko dan Dekranasda Sabang un tuk dapat memfasilitasi pe ralatan yang lebih mema­dai. “Juga modal usaha serta membatu mempromosikan kerajinan bordir ini agar da pat berkembang dengan lebih baik lagi,” kata dia. (**)

WAKIL Ketua De ­kranasda Aceh Dyah Er ti Idawati, me ng ingatkan

para pelaku usa ha kreatif di Aceh untuk tetap memper­hatikan kualitas dalam setiap produk yang dihasilkan, se­hingga mampu menembus ketatnya persaingan pasar global.

Imbauan tersebut disampaikan Dyah Erti yang juga Wakil Ketua TP PKK Aceh itu, dalam sambutannya saat membuka pelatihan pening­katan industri kreatif pada produk kreatif berkualitas tinggi yang dapat mening­katkan profit bagi perajin, di Cafe D’ Energy, Kamis (11/4/2019).

“Persaingan industri kreatif di pasar global menun­tut para pelaku usaha untuk semakin kreatif dan memper­hatikan kualitas dalam setiap produk yang dihasilkan. Dengan kualitas yang baik, maka produk kreatif yang dihasilkan oleh masyarakat akan dapat diterima oleh pasar,” ujar Dyah Erti.

Saat ini, sambungnya, produk hasil kreativitas per­ajin Aceh sudah sangat be­ragam dan mampu bersaing, namun harus diakui bahwa kualitasnya memang masih harus terus kita perbaiki.

“Produk perajin Aceh sudah sangat luar biasa. Saat ini, yang harus terus kita per­

baiki adalah kualitasnya. Ini bukan berarti kualitas hasil kerajinan masyarakat Aceh tidak baik, semua sudah baik, namun agar kita bisa terus memenangkan persaingan, maka perbaikan harus terus kita lakukan dalam semua produk yang kita hasilkan,” imbuh Dyah Erti.

Karenanya, Dyah berharap pelatihan hari ini dimanfaatkan dengan se­baik­baiknya demi mening­katkan kapasitas serta kemampuan para peserta.

Dyah Erti mengung­kapkan, di masa mendatang industri kreatif diprediksi akan menjadi tulang punggu­ng perekonomian Indonesia. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah pen­duduk dan terbatasnya sum­berdaya alam yang dimiliki.

Karenanya, Dyah mengimbau agar sejak dini anak muda Aceh diajak menggeluti industri kreatif dengan melahirkan berbagai inovasi dan menuangkan ide serta mampu mengimple­mentasikan gagasan dalam sebuah kegiatan usaha.

Dyah berpesan, untuk menghadapi tantangan ke depan, para perajin dituntut untuk mampu menjaga dan meningkatkan daya saing UKM sebagai industri kreatif dan inovatif, meningkatkan standar, desain dan kualitas produk agar sesuai dengan

ketentuan ASEAN.“Selain itu, para perajin

juga dituntut untuk memiliki kemampuan memanfaatkan fasilitas pembiayaan yang ada, termasuk dalam kerang­ka kerjasama ASEAN. Jika semua ini bisa kita lakukan, niscaya langkah memajukan hasil kerajinan Aceh akan lebih terarah dan berdaya guna,” imbuh Dyah.

Dosen Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Unsyiah itu meyakini, industri kreatif akan mampu membuka lapangan kerja dan memberi tambahan bagi ekonomi keluarga. Di saat bersamaan, juga turut mendukung ket­ertarikan wisatawan untuk berkunjung ke Aceh.

“Insya Allah kita dapat mewujudkan Aceh Hebat yaitu Aceh Kreatif dan Aceh Kaya dengan segala potensi yang kita miliki,” sebutnya.

Dalam sambutannya,

Dyah juga mengingatkan, ada tiga elemen penting dari terbentuknya sebuah ekonomi kreatif. Yaitu faktor produksi utama dari kegiatan Ekraf sendiri, yaitu Sumber Daya Manusia, kreativitas si pelaku, dan nilai tambah dari segi nilai dan ekonomi.

Untuk diketahui ber­sama, setiap tahunnya kontribusi Ekraf terhadap perekonomian nasional terus meningkat. Selain jumlah angka, peningkatan pada aspek tenaga kerja di bidang Ekraf juga meningkat secara beriringan.

Di tahun 2017, tercatat 17,43 juta individu mengge­luti karier Ekonomi Kreatif di Indonesia. Angka ini mening­kat sebesar 4,13ersen dari tahun sebelumnya.

“Potensi bisnis di bidang industri kreatif masih terbuka luas untuk digarap pelaku usaha di Indonesia.

Kekayaan budaya dan tradisi Indonesia masih bisa terus digali untuk dikembangkan, namun mensyaratkan adan­ya kreativitas tinggi,” pesan Dyah Erti.

Melihat potensi ini, maka Dekranas Aceh menye­lenggarakan pelatihan peningkatan industri kreatif. Dengan mengikuti pelatihan ini, para peserta diharapkan dapat tercerahkan, serta menambah pengetahuan terkait industri kreatif.

“Untuk itu kepada para peserta, saya imbau untuk mengikuti pelatihan ini den­gan serius. Kami menghara­pkan agar para peserta tidak menyia­nyiakan kesempatan ini untuk belajar dan menim­ba ilmu secara maksimal, se­hingga nantinya benar­benar dapat bermanfaat tidak han­ya buat diri sendiri, tapi juga untuk masyarakat disekitar,” pungkas Dyah. (**)

Menangkan Persaingan Global dengan Menjaga Kualitas

Page 15: Salam - ppid.acehprov.go.id fileDari 10 event prioritas itu sebanyak 3 event ma - suk kalender event wisata nasional. CoE 2019 adalah bagian dari target 20 juta wisman ke RI di tahun

Edisi 03/Tahun II/2019

AcehInfo 15

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

NASIONAL

Rudiantara Ajak Mahasiswa Unsyiah Berantas Hoaks

MENTERI Komu­nikasi dan Infor­matika RI, Rudi­antara, me ngajak

mahasiswa Universitas Sy­iah Kuala (Unsyiah) untuk sama­sama memberantas penyebaran hoaks yang saat ini semakin marak.

Hal ini disampaikannya di hadapan ratusan maha­siswa Unsyiah dalam semi­nar nasional bertema 'Hoaks dan Implikasinya terhadap Demokrasi dan Pembangu­nan yang Berkelanjutan".

Kegiatan yang berlang­sung di Gedung AAC Dayan Da wood, Darussalam, Ban­da Aceh, Selasa (2/4) ini di­lak sana kan oleh Kantor Staf Kepresidenan, Kominfo dan Unsyiah.

Seminar Nasional yang dihadiri oleh 1.000 maha­siswa Unsyiah itu menghad­irkan ber bagai narasumber terkemuka.

Siantaranya Peneli­ti Se nior Politik LIPI, Prof. Dr. Syamsuddin Haris, An­ggota Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo, Wakil Direk­tur Cybercrime Mabes Polri Kombes Pol Asep Syafrudin, Akademisi Unsyiah Nur Ani­sah, serta keynote speaker Deputi V Kantor Staf Kepres­idenan (KSP), Jaleswari Pra­modhawardani.

Dalam pemaparann­ya, Rudiantara mengatakan bah wa pertumbuhan hoaks menjelang Pemilu 2019 me­ningkat signifikan. Tercatat di Agustus 2018, jumlah ber­ita yang terverifikasi hoaks oleh Kominfo Sebanyak 25.

Jumlah ini meningkat di Januari 2019 menjadi 175, dan meningkat tajam di bulan Maret sebanyak 453 buah. Dari jumlah hoaks yang terjaring, 30 persen ter­kait bermuatan politik.

“Ada upaya­upaya men­delegitimasi dan memban­gun distrust kepada pemer­intah melalui hoaks­hoaks yang merugikan kita semua, bahkan bisa memicu per­

pecahan. Kita perlu men­didik masyarakat untuk membiasakan memverifikasi informasi atau bertabayun,” ujar Rudiantara dalam pre­sentasinya.

Untuk itu, ia mengajak pa ra mahasiswa dan masya­rakat untuk selalu mening­katkan literasi, sehingga da pat memilah berita dan in­formasi yang tidak benar.

Ia menganjurkan agar ma syarakat dapat meng­guna kan media sosial den­gan te pat, salah satunya de ngan tidak men­forward be rita yang tidak benar dan bermanfaat.

“Kalau menerima teks, apa pun itu yang berisi ‘Ayo viralkan! Sebarkan!’ Mend­ing di hapus saja, jangan disebar. Lebih­lebih jika itu bersifat ghibah dan fitnah,” ujarnya.

Sementara Deputi V KSP Jaleswari Pramodha­wardani mengemukakan da lam sambutannya bahwa hoax tidak sekadar penyeba­ran kabar bohong dan fitnah yang membuat masyarakat

bingung.Tapi hoax sangat meru­

gikan karena mengancam kehi dupan demokrasi di In­donesia, serta menghambat upaya­upaya pembangunan dan menyejahterakan mas­yarakat yang sedang diupay­akan pemerintah.

Jaleswari menyam­paikan, pemerintah punya banyak sekali program yang baik untuk pembangunan dan kesejahteraan mas­yarakat. Seperti program PKH, BPJS, kredit mekar, dan lainnya.

Namun, sering pro­gram­program itu terham­bat realisasinya karena masyarakat diracuni berita bohong untuk tidak percaya pada pemerintah. Ini sangat merugikan masyarakat luas.

Kombes Pol Asep Sya­frudin mengingatkan mas­yarakat untuk tidak ber­main­main dengan hoax dan fitnah di media sosial, apa-pun motifnya, karena pemer­intah melalui Polri sangat se­rius memerangi hoax.

“Bareskrim punya alat

yang sangat canggih un­tuk men deteksi penyebar hoax. Kami bisa dan sudah menangkap mereka dalam waktu yang sangat singkat,” ujarnya.

“Kita harus mendi­dik masyarakat untuk bisa membedakan berita dan in­formasi. Apa yang tersebar di media sosial, belum ten­tu berita. Belum tentu bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya,” de mikian Yosep Adi Prasetyo, anggota Dewan Pers, dalam presenta­sinya pada seminar tersebut.

Rektor Unsyiah, Prof Dr Ir Samsul Rizal, M.Eng men­gatakan hoaks sebenarnya bukanlah barang baru dan telah terjadi jauh sebelum era kenabian Muhammad SAW.

Tetapi, di era teknolo­gi dan informasi begitu pe­sat saat ini, para pelaku dan penyebar hoaks seakan mendapatkan peluang baru. Jika kondisi ini terus berlan­jut dapat membawa pengaruh buruk bagi demokrasi dan menghambat pembangunan.

Selain itu, juga dapat

membuat masyarakat bi­ngung dan hilang keper­cayaan. Untuk itu menurut Rektor, dibutuhkan penge­tahuan, mengecek, dan me­neliti dengan hati­hati setiap berita dan informasi yang diterima.

“Sebelum semuanya se­makin buruk, mari kita lebih cerdas dalam menyikapi seti­ap informasi dan keadaaan,” pungkas Prof. Samsul Rizal.

Seminar nasional ini menjadi penting mengingat Aceh merupakan salah satu daerah dengan tingkat pa­paran hoax tertinggi di Indo­nesia.

Menurut hasil sur­vei LIPI pada Januari 2019, Aceh bersanding dengan Jawa Barat dan Banten se­bagai daerah dengan tingkat penyebaran hoax terparah.

Seminar ini bertujuan memberikan ‘wake up call’ ke­pada para pemangku kepent­ingan, akademisi, dan mas­yarakat Aceh untuk bersama memerangi hoax, karena akan merugikan masyarakat bah­kan memicu konflik. (**)

Masyarakat Harus Hindari Sebar Informasi HoaksPLT. Sekretaris Daerah (Sek da) Aceh, Helvizar Ibrahim, meminta seluruh masyarakat Aceh untuk menghindari penyebaran informasi hoaks. Informasi yang sebenarnya tidak jelas tersebut dapat memecah belah masyarakat.

Biasanya, kata Helvizar, informasi hoaks paling banyak tersebar jelang pemilu. Di mana satu pihak menyerang pihak lain dengan ujaran kebencian. Jika kondisi itu dibiarkan akan menimbulkan konflik dan pembangunan akan tersendat.

“Hoaks adalah kejaha­tan yang merusak demokra­si. Sebuah senjata efektif untuk merusak demokrasi,” kata Helvizar dalam Sem­inar Nasional Hoaks dan Implikasinya Terhadap Demokrasi dan Pembangu­nan yang Berkeadilan, yang dilaksanakan Kantor Staf Kepresidenan di Kampus Unsyiah, Selasa (2/4).

Helvizar menyebut­kan sebaran ujaran ke­bencian akan membuat ma syarakat melakukan kebrutalan. Harusnya, kata dia, masyarakat Aceh tidak boleh mengabaikan

logika dan menghormati nilai kebudayaan dibanding memenuhi diri dengan aura kebencian.

Hoaks ujar dia, sama halnya dengan racun yang tersaji dalam makanan yang lezat.

Helvizar meminta agar masyarakat Aceh untuk menyaring seluruh infoma­si yang tersebar di ruang publik sebelum disebarkan secara luas.

Dengan demikian informasi yang tersebar pun berupa kebenaran yang punya nilai positif bagi ma­syarakat. (**)

Page 16: Salam - ppid.acehprov.go.id fileDari 10 event prioritas itu sebanyak 3 event ma - suk kalender event wisata nasional. CoE 2019 adalah bagian dari target 20 juta wisman ke RI di tahun

Edisi 03/Tahun II/2019

16 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

AKTUALITA

Pulau Banyak dan "Kekhususan" SingkilKUNJUNGAN kerja Pe­

lak sana Tugas (Plt) Gu bernur Aceh, Nova Iriansyah ke Pulau

Ba nyak, Aceh Singkil, 6 Maret 2019 lalu bukan kunjungan biasa.

Nova ingin bersungguh­sung guh menjadikan Pulau Banyak sebagai destinasi wisa­ta "pilihan utama" di Nusan­tara, bersaing dengan provinsi lainnya seperti Bali, Lombok dan Kepulauan Seribu yang su­dah dikenal lebih dahulu.

"Aceh Singkil mendapat perhatian khusus, terlebih khu sus lagi Kepulauan Banyak.

Akselerasi pembangunan di Kepulauan Banyak harus di­percepat," ujar Nova Iriansyah.

Nova menyebut fokus utama pembangunan Kepulau­

an Banyak adalah infrastruk­tur dasar, seperti pelabuhan karena saat ini pelabuhan yang menjadi kebutuhan utama. "Membangun harus sesuai apa yang dibutuhkan. Bukan atas keinginan," kata Nova.

Pembangunan infruktur pelabuhan di Kepulauan Ban­yak memang sangat mendesak mengingat di kawasan ini ter­dapat sekitar 67 pulau berpasir putih dengan air yang bening.

Ada tiga pulau yang ber­penghuni, di Kecamatan Pu­lau Banyak dan Pulau Banyak Barat. Sementara 64 pulau lainnya tidak berpenghuni.

Jarak pulau satu dengan pulau lainnya juga tidak ter­lalu jauh, namun setiap pulau memiliki karakter yang ber­beda­beda sehingga kawasan

ini memiliki keindahan khas tersendiri. Sedikitnya dari 67 pulau, ada tujuh pulau yang sering dikunjungi wisatawan karena keunikannya.

Kemudian, ada lima pu­lau yang sudah memiliki cot­tage atau bungalow untuk menginap, yakni Pulau Tailana, Palambak, Bangkaru, Sikan­dang dan Pulau Asok.

Karena potensi wisata yang menakjubkan itu, secara umum, Nova Iriansyah ingin me macu legih cepat pemban­gunan di Aceh Singkil, menye­but Singkil, terlintas sejarah "besar" Aceh disana.

Sejarah intelektual dan ula ma besar Aceh yang me lekat pada kata Singkil, sehingga tidak heran kemudian Singkil menjadi ikon penting bagi Aceh.

Itu sebabnya, Nova Irian­syah menyebut "Aceh Singk­il" perlu mendapat perhatian khusus­terutama pada Pulau Ba nyak yang terkenal dengan keindahan alamnya, serta pu­lau­pulau yang ada di Singkil ha­rus terkoneksi dengan daratan.

Menurut Nova, sinergi mem bangun Aceh Singkil ha­rus terarah pada potensi eko­nomi. Termasuk mewujudkan Pulau Banyak sebagai destina­si wisata yang diminati, dan untuk itu harus dipersiapkan kekuatan fasilitas penunjang seperti infrstruktur dan Sum­ber Daya Manusia. Serta akses harus meluas, bukan cuma ter­hubungnya kepulauan dengan daratan, tetapi juga pemban­gunam terkait di wilayah pen­dukung lainnya.

Itu sebabnya Kunker 2019 yang dilakukan hingga ke Sing­kil sekaligus untuk me mas tikan pembangunan di Singkil ber­jalan sesuai rencana, termasuk penyelesaikan jembatan Kilan­gan­Kayu Menang, Aceh Singk­il, yang harus kelar pada akhir 2019.

Jembatan ini memiliki panjang 400 meter dengan lebar tujuh meter, jembatan ini akan menjadi jembatan ter­panjang di Aceh.

Terkoneknya antarwila­yah di Aceh Singkil sangat me­mungkinkan wilayah ini kemu­dian menjadi satu­satunya daerah di Aceh yang memiliki potensi ekonomi luar biasa, se­bab selain kaya sumber alam juga memiliki destinasi wisata skala dunia yang belum ter­garap maksimal.

Harapan Plt Gubernur, Aceh Singkil harus tumbuh dan berkembang sebagai aikon Aceh yang Islami, berkarakter khas dengan alam dan sejar­ahnya, bahwa negeri "Hamzah Fansuri" memang penyatu Me­layu sesungguhnya. (ms)

PLT Gubernur Aceh, Nova Iriansyah melakukan kunjungan kerja ke Aceh Barat Daya, Kota Subulussalam dan Aceh Singkil bersama Asisten II, Kadis Per­hubungan, Kadis Kelautan dan Perikanan, Kadis Pertanian dan Perkebunan, Kadis Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kadis Pendidikan, Kadis Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Kadis Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman (Perkim), Kadisbudpar dan Karo Humas 4 – 7 Maret 2019 meng­hasilkan 19 tindaklanjut yang harus dijalankan jajaran Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA), antara lain: 1. Di Abdya, 5 Maret, Plt Gubernur Aceh mendorong SKPA Pertanian dan

Perkebungan agar adanya tertib penyerahan aset PKS Abdya.2. Di Subulussalam, SKPA Perkim didorong untuk memprioritaskan angga­

ran penyempurnaan Sarpras Masjid Agung Subulussalam (pagar dan pav­ing blok).

3. Masih di Subulussalam, SKPA PUPR didorong untuk melakukan penun­tasan ruas Jalan Rundeng – Kr. Luas.

4. Di Subulussalam, Plt Gubernur Aceh juga mendorong SKPA Pengairan melanjutkan Kanal pengendalian banjir.

5. Saat berada di Singkil (5­6 Maret) Plt Gubernur meminta SKPA PUPR un­tuk dituntaskan pembangunan jembatan Kilangan dan dilanjutkan pemba­ngunan jalan Kilangan – Kuala Baru.

6. Plt Gubernur Aceh juga meminta SKPA Distanbun melakukan Replanting sawit 1.560 ha.

7. Kepada SKPA Perkim diminta untuk memprioritaskan tambahan rumah layak huni.

8. Plt Gubernur meminta kepada SKPA Dinas Kelautan Perikanan untuk menghadirkan Masterplan Pengembangan Kelautan Khusus Singkil hingga

tahun 2022.9. SKPA Dishub diminta untuk melakukan rehabilitasi pelabuhan penye­

berangan Singkil dan Pulau Banyak. Penjelasan Masterplan pengembangan pelabuhan Pulau Banyak10. Plt Gubernur juga meminta Dishub untuk melakukan peningkatan lintasan

Singkil – Nias.11. SKPA Dishub juga diminta untuk memperpanjang Runway Bandara Singkil

dan membuka kembali rute Singkil – Banda Aceh.12. Kepada SKPA Disperindag – UKM Plt Gubernur mengintruksikan untuk

menghidupkan industri rumah tangga di Singkil.13. SKPA Pengairan diminta untuk melakukan penangganan abrasi pantai (Be­

lakang SMP Pulau Banyak).14. Kepada SKPA Kominfo diminta untuk menambah tower Telkomsel untuk

Pulau Banyak Barat, atau solusi lain untuk sementara.15. SKPA ESDM diminta untuk membangun subur bor di Pulau Panjang, bisa

juga melalui BUMDES.16. Kepada SKPA Disbudpar diminta untuk melakukan pengaturan rute, jalur

wisata, termasuk untuk Pulau Banyak.17. Plt Gubernur mengintruksikan SKPA DLHK untuk menjaga lingkungan.

Waktu terbaik menanam pohon 20 tahun lalu, dan kini sudah harus mena­nam pohon lagi.

18. Kepada SKPA Disdik diminta untuk merehabilitasi SMAN 1 Pulau Banyak (RKB, Lab, Pagar dan Mobiler) dan pembangunan mushalla SMAN 1 Pulau Banyak Barat.

19. Plt Gubernur meminta untuk menghilangkan persepsi Singkil sebagai daerah terpencil, menjadi daerah pertengahan.