sabtu, 20 november 2010 | media indonesia | halaman … filegah diabetes tipe dua, langkah ... kan...

1
SABTU, 20 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA | HALAMAN 13 HARI DIABETES SEDUNIA L ets take control diabe- tes. Now. Itulah tema peringatan World Dia- betes Day yang jatuh setiap 14 November. Peng- gagas peringatan, Federasi Diabetes Internasional (IDF) bersama Organisasi Kesehat- an Dunia (WHO) mengangkat tema tersebut dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan seluruh masyarakat terhadap ancaman diabetes. Mengingat penyandang diabetes (diabetisi) di dunia terus bertambah. WHO memperkirakan, jum- lah diabetasi akan mencapai 366 juta orang pada 2030, me- ningkat jauh jika dibandingkan dengan kondisi pada 2000 se- banyak 171 juta orang. Di an- tara jumlah itu, sebagian besar berada di wilayah Asia. Untuk Indonesia, berdasar data WHO, ada 8,4 juta dia- betasi pada 2000 dan diper- kirakan meningkat jadi 21,3 juta orang pada 2030. Angka itu menjadikan Indonesia ber- ada di peringkat empat dalam urutan negara dengan populasi diabetasi terbanyak. Mengutip situs Worlddiabe- tesday.org, dengan tema Lets take control diabetes. Now, WHO dan IDF mengajak semua pihak untuk mengontrol diabetes se- jak sekarang. Tujuannya, agar angka-angka estimasi WHO tentang prevalensi diabetes tersebut jangan sampai jadi kenyataan, atau setidaknya berkurang. Menurut konsultan endokrin metabolik dan diabetes Fakul- tas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangun- kusumo Em Yunir, bahaya penyakit gula ini tidak main- main. Kadar gula dalam darah yang tinggi membuat pembu- luh darah rusak. Kerusakan itu dapat terjadi di semua pembu- luh darah dan memunculkan berbagai komplikasi. Mengingat besarnya gang- guan kesehatan yang dapat ditimbulkan diabetes, sudah selayaknya setiap orang mence- gah jangan sampai terkena diabetes. Kemunculan diabetes memang dipengaruhi faktor ge- netik. ‘’Namun selain genetik, ada faktor lingkungan yang bisa diubah. Di sinilah fokus pencegahan dilakukan.’’ Menjalani pola makan sehat menjadi salah satu langkah ampuh mencegah diabetes. Bahkan, untuk diabetes tipe satu, dengan pengaruh genetik sangat dominan, pengaturan pola makan pada bayi bisa menekan kemunculannya. ‘’Untuk mencegah diabetes tipe satu, berikan bayi ha- nya air susu ibu (ASI) sampai usia enam bulan, jangan beri makanan berbahan gandum sebelum usia 1 tahun, hindari makanan yang dibakar atau dipanggang,’’ jelas spesialis gizi klinik Erwin Christianto. Sementara itu, untuk mence- gah diabetes tipe dua, langkah yang perlu dilakukan adalah memperbanyak gerak aktif atau olahraga dan mencegah berat badan berlebih. Pasalnya, diabetes tipe dua lebih banyak disebabkan resistensi insulin. Artinya, pankreas mampu memproduksi insulin dalam jumlah cukup, tapi kerja insulin terhambat oleh resistensi sel-sel tubuh. Diketahui, penyebab re- sistensi itu adalah kegemukan dan kurang olahraga. Dukungan pemerintah Lantas bagaimana dengan orang yang sudah terdiagno- sis diabetes? Meski diabetes belum bisa disembuhkan, dia- betasi tetap bisa hidup ‘sehat’. Kuncinya, mengontrol gula darah agar tetap bisa di kisaran normal melalui penerapan gaya hidup sehat dan pengobatan. Pengalaman Mohamad Firas bisa jadi bukti. Ia terdiagnosis diabetes tipe satu sejak SMP. Sampai saat ini, ayah satu anak yang berprofesi dokter ini tetap aktif dan terlihat bugar. ‘’Sejak diagnosis itu, saya mengikuti anjuran dokter un- tuk mengatur pola makan, menyuntik insulin dua kali se- hari, dan memeriksa kadar gula darah sesering mungkin,’’ ujar laki-laki asal Jakarta ini. Satu hal yang dirasa masih kurang oleh Firas adalah du- kungan pemerintah untuk memberi keringanan biaya pengobatan diabetasi. Firas mengilustrasikan, untuk mem- beli insulin, strip tes gula darah, dan pemeriksaan HbA1c, total biaya yang dikeluarkan setiap bulan rata-rata Rp1.790.000. Itu belum termasuk biaya kontrol ke dokter. ‘’Bagaimana dengan diabetisi yang penghasilannya kurang dari itu, bagaimana ia bisa me- ngontrol diabetesnya dengan baik?’’ tutur Firas. Karenanya, Firas berharap pemerintah dapat membantu dia betasi menjangkau har- ga insulin, obat-obatan, dan perangkat pemeriksaan gula darah yang menjadi kebutuh- an mendasar diabetisi. Selain itu, Firas berharap pemerintah membenahi sistem asuransi. Berdasar pengalamannya, dia- betisi sulit jadi peserta asuransi. (*/S-2) [email protected] Mengatur Sekarang Nyaman Kemudian Diabetes yang tidak terkendali mengundang komplikasi berbahaya. “REPOT, tidak boleh makan ini itu, banyak pantangan.” Banyak masyarakat mengutarakan keluhan itu ketika bicara soal diabetes. Diabetes diidentikkan dengan diet ketat dengan pilihan jenis makanan terbatas. Benarkah demikian? Menurut spesialis gizi klinik dari Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia dr Erwin Christianto, pengaturan ma- kan merupakan pilar penting dalam penanganan diabetes. Meski demikian, batasan makan pada penyandang diabetes (diabetisi) tidaklah ekstrem. Batasan-batasan itu tidak lain adalah panduan pola makan sehat yang seharusnya bukan saja diterapkan diabetisi, melainkan semua orang. Erwin menjelaskan, sama seperti orang pada umumnya, sel-sel tubuh diabetisi membutuhkan berbagai jenis zat gizi untuk menjalankan fungsinya. Yang perlu diingat, insulin diabetisi terbatas. Oleh karena itu, pola makan perlu diatur sehingga insulin yang tersedia mencukupi. “Pengaturan itu dilakukan dengan memperhatikan prinsip 3J, yaitu jumlah, jenis, dan jadwal makan,” kata Erwin dalam seminar tentang diabetes, di Jakarta, beberapa waktu lalu. Jumlah konsumsi makanan, lanjut Erwin, disesuaikan dengan kebutuhan kalori sehari-hari yang dihitung dengan rumus: 30 kkal/kg berat badan (laki-laki) atau 25 kkal/kg berat badan (perempuan) dikalikan dengan berat badan (dalam kg). Jumlah itu ditambah dengan 10%-30% sesuai dengan berat ringan aktivitas sehari-hari. Hasilnya adalah nilai kebutuhan kalori sehari yang akan menjadi panduan dalam menyusun menu. “Di sini, pengetahuan diabetisi akan ragam jenis makanan dan nilai kalorinya memegang peran penting,” ujar Erwin. Soal jenis makanan, komposisi yang dianjurkan adalah karbohidrat 45%-65%, protein 10%-20%, dan lemak 20%-25%. Diabetasi perlu mengonsumsi jenis-jenis makanan secara bervariasi untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan gizi. Yang perlu diingat, makanan tinggi gula atau berkarbohi- drat sederhana perlu dihindari. “Kalau hanya sekadar untuk bumbu, gula boleh digunakan,” pesan Erwin. Yang dianjurkan adalah makanan berkarbohidrat kompleks atau tinggi serat. Makanan jenis ini dicerna lebih lambat sehingga gula darah lebih stabil. Sementara itu, mengenai jadwal, diabetisi dianjurkan ma- kan setiap 2,5-3 jam sekali, mencakup tiga kali makan utama (pagi, siang, sore) dan tiga kali makan selingan di antara jad- wal makan utama. Selingan dipilih dari jenis buah-buahan. Diabetisi perlu menghindari makanan berlemak dan ber- garam tinggi. Konsumsi makanan tinggi lemak dan garam memperbesar peluang terjadinya komplikasi kerusakan pembuluh darah pada diabetisi. Pengaturan makan pada diabetasi seharusnya tidak men- jadi beban berat. Dengan pengetahuan gizi memadai ditam- bah kreativitas menyusun menu, pengaturan itu lebih mudah dijalani. (*/S-3) Rumus Bersantap Sehat dan Nikmat Eni Kartinah I N SU LIN Sel IN SU LIN IN SU LIN IN SU LIN IN SU LIN Sel Sel Hati Sel Otot Sel Lemak

Upload: dinhanh

Post on 30-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SABTU, 20 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA | HALAMAN … filegah diabetes tipe dua, langkah ... kan merupakan pilar penting dalam penanganan diabetes. ... rumus: 30 kkal/kg berat badan

SABTU, 20 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA | HALAMAN 13HARI DIABETES SEDUNIA

Lets take control diabe-tes. Now. Itulah tema peringatan World Dia-betes Day yang jatuh

setiap 14 November. Peng-gagas peringatan, Federasi Diabetes Internasional (IDF) bersama Organisasi Kesehat-an Dunia (WHO) mengangkat tema tersebut dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan seluruh masyarakat terhadap ancaman diabetes. Mengingat penyandang diabetes (diabetisi) di dunia terus bertambah.

WHO memperkirakan, jum-lah diabetasi akan mencapai 366 juta orang pada 2030, me-ningkat jauh jika dibandingkan dengan kondisi pada 2000 se-banyak 171 juta orang. Di an-tara jumlah itu, sebagian besar berada di wilayah Asia.

Untuk Indonesia, berdasar data WHO, ada 8,4 juta dia-betasi pada 2000 dan diper-kirakan meningkat jadi 21,3 juta orang pada 2030. Angka itu menjadikan Indonesia ber-ada di peringkat empat dalam urutan negara dengan populasi diabetasi terbanyak.

Mengutip situs Worlddiabe-tesday.org, dengan tema Lets take control diabetes. Now, WHO dan IDF mengajak semua pihak untuk mengontrol diabetes se-jak sekarang. Tujuannya, agar angka-angka estimasi WHO tentang prevalensi diabetes tersebut jangan sampai jadi kenyataan, atau setidaknya

berkurang.Menurut konsultan endokrin

metabolik dan diabetes Fakul-tas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangun-kusumo Em Yunir, bahaya penyakit gula ini tidak main-main. Kadar gula dalam darah yang tinggi membuat pembu-luh darah rusak. Kerusakan itu dapat terjadi di semua pembu-luh darah dan memunculkan berbagai kom plikasi.

Mengingat besarnya gang-guan kesehatan yang dapat ditimbulkan diabetes, sudah selayaknya setiap orang mence-gah jangan sampai terkena diabetes. Kemunculan diabetes memang dipengaruhi faktor ge-netik. ‘’Namun selain genetik, ada faktor lingkungan yang

bisa diubah. Di sinilah fokus pencegahan dilakukan.’’

Menjalani pola makan sehat menjadi salah satu langkah ampuh mencegah diabetes. Bahkan, untuk diabetes tipe satu, dengan pengaruh genetik sangat dominan, pengaturan pola makan pada bayi bisa menekan kemunculannya.

‘’Untuk mencegah diabetes tipe satu, berikan bayi ha-nya air susu ibu (ASI) sampai usia enam bulan, jangan beri makanan berbahan gandum sebelum usia 1 tahun, hindari makanan yang dibakar atau dipanggang,’’ jelas spesialis gizi klinik Erwin Christianto.

Sementara itu, untuk mence-gah diabetes tipe dua, langkah yang perlu dilakukan adalah

memperbanyak gerak aktif atau olahraga dan mencegah berat badan berlebih. Pasalnya, diabetes tipe dua lebih banyak disebabkan resistensi insulin. Artinya, pankreas mampu memproduksi insulin dalam jumlah cukup, tapi kerja insulin terhambat oleh resistensi sel-sel tubuh. Diketahui, penyebab re-sistensi itu adalah kegemukan dan kurang olahraga.

Dukungan pemerintahLantas bagaimana dengan

orang yang sudah terdiagno-sis diabetes? Meski diabetes belum bisa disembuhkan, dia-betasi tetap bisa hidup ‘sehat’. Kuncinya, mengontrol gula darah agar tetap bisa di kisaran normal melalui penerapan gaya

hidup sehat dan pengobatan.Pengalaman Mohamad Firas

bisa jadi bukti. Ia terdiagnosis diabetes tipe satu sejak SMP. Sampai saat ini, ayah satu anak yang berprofesi dokter ini tetap aktif dan terlihat bugar.

‘’Sejak diagnosis itu, saya mengikuti anjuran dokter un-tuk mengatur pola makan, menyuntik insulin dua kali se-hari, dan memeriksa kadar gula darah sesering mungkin,’’ ujar laki-laki asal Jakarta ini.

Satu hal yang dirasa masih kurang oleh Firas adalah du-kungan pemerintah untuk memberi keringanan biaya pengobatan diabetasi. Firas mengilustrasikan, untuk mem-beli insulin, strip tes gula darah, dan pemeriksaan HbA1c, total biaya yang dikeluarkan setiap bulan rata-rata Rp1.790.000. Itu belum termasuk biaya kontrol ke dokter.

‘’Bagaimana dengan diabetisi yang penghasilannya kurang dari itu, bagaimana ia bisa me-ngontrol diabetesnya dengan baik?’’ tutur Firas.

Karenanya, Firas berharap pemerintah dapat membantu dia betasi menjangkau har-ga insulin, obat-obatan, dan pe rangkat pemeriksaan gula darah yang menjadi kebutuh-an mendasar diabetisi. Selain itu, Firas berharap pemerintah membenahi sistem asuransi. Berdasar pengalamannya, dia-betisi sulit jadi peserta asuransi. (*/S-2)

[email protected]

Mengatur Sekarang Nyaman KemudianDiabetes yang tidak terkendali mengundang komplikasi berbahaya.

“REPOT, tidak boleh makan ini itu, banyak pantangan.”Banyak masyarakat mengutarakan keluhan itu ketika bicara

soal diabetes. Diabetes diidentikkan dengan diet ketat dengan pilihan jenis makanan terbatas. Benarkah demikian?

Menurut spesialis gizi klinik dari Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia dr Erwin Christianto, pengaturan ma-kan merupakan pilar penting dalam penanganan diabetes. Meski demikian, batasan makan pada penyandang diabetes (diabetisi) tidaklah ekstrem. Batasan-batasan itu tidak lain adalah panduan pola makan sehat yang seharusnya bukan saja diterapkan diabetisi, melainkan semua orang.

Erwin menjelaskan, sama seperti orang pada umumnya, sel-sel tubuh diabetisi membutuhkan berbagai jenis zat gizi untuk menjalankan fungsinya. Yang perlu diingat, insulin diabetisi terbatas. Oleh karena itu, pola makan perlu diatur sehingga insulin yang tersedia mencukupi.

“Pengaturan itu dilakukan dengan memperhatikan prinsip 3J, yaitu jumlah, jenis, dan jadwal makan,” kata Erwin dalam seminar tentang diabetes, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Jumlah konsumsi makanan, lanjut Erwin, disesuaikan dengan kebutuhan kalori sehari-hari yang dihitung dengan rumus: 30 kkal/kg berat badan (laki-laki) atau 25 kkal/kg berat badan (perempuan) dikalikan dengan berat badan (dalam kg). Jumlah itu ditambah dengan 10%-30% sesuai dengan berat ringan aktivitas sehari-hari. Hasilnya adalah nilai kebutuhan kalori sehari yang akan menjadi panduan dalam menyusun menu.

“Di sini, pengetahuan diabetisi akan ragam jenis makanan dan nilai kalorinya memegang peran penting,” ujar Erwin.

Soal jenis makanan, komposisi yang dianjurkan adalah karbohidrat 45%-65%, protein 10%-20%, dan lemak 20%-25%. Diabetasi perlu mengonsumsi jenis-jenis makanan secara bervariasi untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan gizi. Yang perlu diingat, makanan tinggi gula atau berkarbohi-drat sederhana perlu dihindari. “Kalau hanya sekadar untuk bumbu, gula boleh digunakan,” pesan Erwin.

Yang dianjurkan adalah makanan berkarbohidrat kompleks atau tinggi serat. Makanan jenis ini dicerna lebih lambat sehingga gula darah lebih stabil.

Sementara itu, mengenai jadwal, diabetisi dianjurkan ma-kan setiap 2,5-3 jam sekali, mencakup tiga kali makan utama (pagi, siang, sore) dan tiga kali makan selingan di antara jad-wal makan utama. Selingan dipilih dari jenis buah-buahan.

Diabetisi perlu menghindari makanan berlemak dan ber-garam tinggi. Konsumsi makanan tinggi lemak dan garam memperbesar peluang terjadinya komplikasi kerusakan pembuluh darah pada diabetisi.

Pengaturan makan pada diabetasi seharusnya tidak men-jadi beban berat. Dengan pengetahuan gizi memadai ditam-bah kreativitas menyusun menu, pengaturan itu lebih mudah dijalani. (*/S-3)

Rumus Bersantap Sehat dan Nikmat

Eni Kartinah

INSULIN

Sel

INSULIN INSULIN INSULIN INSULIN

Sel SelHati

SelOtot

SelLemak