sabtu, 17 desember 2011 keluh kesah film … sebuah kisah tentang tu-narungu dan tunawicara. bagi...

1
Keluh Kesah Film Pendek di FFI Film pendek mengemuka dalam penganugerahan Piala Citra, baik karena kualitas maupun protes para sineasnya kepada penyelenggara. IWAN KURNIAWAN A DA nuansa berbeda pada Malam Peng- anugerahan Festival Film Indonesia 2011, khususnya pada kategori lm pendek yang masih mendapat- kan perlakuan yang berbe- da. Yaitu, penayangan off air di salah satu stasiun televisi swasta. “Nah, ini ada diskriminasi terhadap film pendek. Insan film bioskop disiarkan lang- sung, sedangkan kami tak disiarkan langsung. Padahal kualitas lm pendek bisa se- bagai jembatan untuk meraih pengakuan lebih,” ujar sutra- dara terbaik lm pendek FFI 2011 BW Purba Negara di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, pekan lalu. Tunanetra Lewat lm pendek berjudul Bermula dari A, Purba mengha- dirkan sebuah kisah tentang tu- narungu dan tunawicara. Bagi laki-laki tunarungu-wicara, perempuan adalah lidah. Bagi perempuan tunanetra, sang lelaki adalah mata. Hubungan yang penuh arti persahabatan terjalin di antara mereka. “Banyak sekali yang bisa melihat dari kisah lm pendek ini. Pada hakikatnya, semua manusia adalah buta, bisu, dan tuli! Maka dari itulah semua membutuhkan cinta untuk bi- sa bertahan hidup,” jelasnya dengan nada kesal. Dalam lm ksi berdurasi 15 menit itu, ada hubungan emo- sional yang sutradara tampil- kan. Manusia seharusnya be- lajar dari anak-anak cacat. Terutama, untuk bisa melihat realitas sesungguhnya. Ketua Panitia Pelaksanaan FFI 2011 M Abdul Aziz meng- aku pemberian penghargaan saat off air tak akan memenga- ruhi pengakuan kepada peme- nang lm pendek. “Ini hanya masalah siaran langsung atau tak langsung. Bagi kami, kuali- tas lm pendek juga mengalami kemajuan,” tukasnya. Dalam FFI kali ini, tercuat ti ga isu penting perubahan yang coba dilakukan pada FFI 2011. Yaitu, sistem penjurian yang lebih terukur, parameter, akuntabilitasnya, perbaikan manajemen kepanitiaan, dan peningkatan apresiasi publik. “Keterlibatan masyarakat da lam menentukan kualitas lm sangat penting. Ini yang menjadi dorongan kami untuk melibatkan unsur masyarakat. Apalagi, masyarakat yang me- nonton dan akan memberikan kritik dan masukan kepada in- san perlman,” jelas Abdul. Menuju perubahan Film Sang Penari meraih penghargaan FFI 2011 sebagai film bioskop terbaik. Hal itu semakin apik karena ada tiga pekerja dalam film tersebut yang dianugerahi Piala Citra. Yakni, Ifa Isfansyah, yang di- nobatkan sebagai sutradara terbaik. Lalu, pemeran utama wanita terbaik diraih Prisia Nasution dan pemeran pendukung wa- nita terbaik menjadi milik Dewi Irawan. “Saya tak menyangka bisa meraih Piala Citra. Ini penghar- gaan kedua saya di ajang FFI. Sebelumnya saya pernah me- raih penghargaan pada katego- ri lm pendek pada 2006,” ujar Ifa, dengan nada senang. Saat menanggapi masih ada- nya diskriminasi terhadap lm pendek, Ifa sempat merasakan hal itu. Namun, ia meminta insan lm pendek lebih gesit berkarya demi menuju sebuah perubahan besar. “Awalnya, saya sempat alami saat masih mengerjakan lm pendek. Namun, itu bukan ha- langan. Sutradara harus bekerja dengan sabar dan teliti. Semua pasti bisa diraih,” tukasnya. Film Sang Penari patut di- apresiasi karena menjadi lm terbaik di tahun ini. Film ber- latar belakang era 1960-an itu mengisahkan sebuah desa miskin di Jawa Tengah. Rasus (Oka Antara), seorang tentara muda, menyusuri kampung halamannya. Ia mencari cinta yang hilang, Srintil (Prisia Na- sution). Ketika masih remaja, kedua- nya saling mencintai di Desa Dukuh Paruk. Namun, sesuatu menghalangi tali kasih mereka. Kemam puan menari Srintil yang magis membuat para tetua dukuh percaya bahwa Srintil titisan ronggeng. Ketika menyiapkan diri un- tuk bertugas, Srintil menya- dari bahwa menjadi ronggeng bukan cuma menjadi pilihan dukuhnya di pentas-pentas se- ni. Lebih dari itu, Srintil akan menjadi semua warga Dukuh Paruk. Hal itu mengantarkan Rasus pada sebuah dilema. Ia harus meninggalkan Srintil atau mengabdi kepada negara. (M-2) miweekend @mediaindonesia.com SABTU, 17 DESEMBER 2011 15 F I LM SANG PENARI: Tim film Sang Penari memberikan ucapan terima kasih seusai menerima Piala Citra FFI 2011 untuk film terbaik di Jakarta, Sabtu (10/12) malam. MI/RAMDANI

Upload: buicong

Post on 08-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SABTU, 17 DESEMBER 2011 Keluh Kesah Film … sebuah kisah tentang tu-narungu dan tunawicara. Bagi laki-laki tunarungu-wicara, pe rempuan adalah lidah. Bagi perempuan tunanetra, sang

Keluh Kesah Film Pendek di FFIFilm pendek mengemuka dalam penganugerahan Piala Citra, baik karena kualitas maupun protes para sineasnya kepada penyelenggara.

IWAN KURNIAWAN

ADA nuansa berbeda pada Malam Peng-anugerahan Festival Film Indonesia 2011,

khususnya pada kategori fi lm pendek yang masih mendapat-kan perlakuan yang berbe-da. Yaitu, penayangan off air di salah satu stasiun televisi swasta.

“Nah, ini ada diskriminasi terhadap film pendek. Insan film bioskop disiarkan lang-sung, sedangkan kami tak di siarkan langsung. Padahal kua litas fi lm pendek bisa se-bagai jembatan untuk meraih

pengakuan lebih,” ujar sutra-dara terbaik fi lm pendek FFI 2011 BW Purba Negara di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, pe kan lalu.

TunanetraLewat fi lm pendek berjudul

Bermula dari A, Purba mengha-dirkan sebuah kisah tentang tu-narungu dan tunawicara. Bagi laki-laki tunarungu-wicara, pe rempuan adalah lidah. Bagi perempuan tunanetra, sang le laki adalah mata. Hubungan yang penuh arti persahabatan terjalin di antara mereka.

“Banyak sekali yang bisa me lihat dari kisah fi lm pendek

ini. Pada hakikatnya, semua ma nusia adalah buta, bisu, dan tuli! Maka dari itulah semua membutuhkan cinta untuk bi-sa bertahan hidup,” jelasnya de ngan nada kesal.

Dalam fi lm fi ksi berdurasi 15 menit itu, ada hubungan emo-sional yang sutradara tampil-kan. Manusia seharusnya be-lajar dari anak-anak cacat. Ter utama, untuk bisa melihat realitas sesungguhnya.

Ketua Panitia Pelaksanaan FFI 2011 M Abdul Aziz meng-aku pemberian penghargaan saat off air tak akan memenga-ruhi pengakuan kepada peme-nang fi lm pendek. “Ini hanya

masalah siaran langsung atau tak langsung. Bagi kami, kuali-tas fi lm pendek juga mengalami kemajuan,” tu kasnya.

Dalam FFI kali ini, tercuat ti ga isu penting perubahan yang coba dilakukan pada FFI 2011. Yaitu, sistem penjurian yang lebih terukur, parameter, akuntabilitasnya, perbaikan ma najemen kepanitiaan, dan pe ningkatan apresiasi publik.

“Keterlibatan masyarakat da lam menentukan kualitas fi lm sangat penting. Ini yang menjadi dorongan kami untuk melibatkan unsur masyarakat. Apalagi, masyarakat yang me-nonton dan akan memberikan

kritik dan masukan kepada in-san perfi lman,” jelas Abdul.

Menuju perubahanFilm Sang Penari meraih

peng hargaan FFI 2011 sebagai film bioskop terbaik. Hal itu semakin apik karena ada tiga pekerja dalam film tersebut yang dianugerahi Piala Citra. Yakni, Ifa Isfansyah, yang di-nobatkan sebagai sutradara ter baik.

Lalu, pemeran utama wanita terbaik diraih Prisia Na sution dan pemeran pendukung wa-nita terbaik menjadi milik Dewi Irawan.

“Saya tak menyangka bisa

meraih Piala Citra. Ini penghar-gaan kedua saya di ajang FFI. Se belumnya saya pernah me-raih penghargaan pada kate go-ri fi lm pendek pada 2006,” ujar Ifa, dengan nada senang.

Saat menanggapi masih ada-nya diskriminasi terhadap fi lm pen dek, Ifa sempat merasakan hal itu. Namun, ia meminta in san fi lm pendek lebih gesit berkarya demi menuju sebuah perubahan besar.

“Awalnya, saya sempat alami saat masih mengerjakan fi lm pendek. Namun, itu bukan ha-langan. Sutradara harus bekerja dengan sabar dan teliti. Semua pasti bisa diraih,” tukasnya.

Film Sang Penari patut di-apresiasi karena menjadi fi lm terbaik di tahun ini. Film ber-latar belakang era 1960-an itu mengisahkan sebuah desa mis kin di Jawa Tengah. Rasus (Oka Antara), seorang tentara muda, menyusuri kampung ha lamannya. Ia mencari cinta yang hilang, Srintil (Prisia Na-sution).

Ketika masih remaja, ke dua-nya saling mencintai di De sa Du kuh Paruk. Namun, sesuatu mengha langi tali kasih mereka. Kemam puan menari Srintil yang magis membuat para tetua dukuh percaya bahwa Srintil titisan ronggeng.

Ketika menyiapkan diri un-tuk bertugas, Srintil menya-dari bahwa menjadi ronggeng bukan cuma menjadi pilihan dukuhnya di pentas-pentas se-ni. Lebih dari itu, Srintil akan menjadi semua warga Dukuh Paruk. Hal itu mengantarkan Rasus pada sebuah dilema. Ia harus meninggalkan Srintil atau mengabdi kepada negara. (M-2)

[email protected]

SABTU, 17 DESEMBER 2011 15FILM

SANG PENARI: Tim film Sang Penari memberikan ucapan terima kasih seusai menerima Piala Citra FFI 2011 untuk film terbaik di Jakarta, Sabtu (10/12) malam.

MI/RAMDANI